• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Karakteristik Berbeban Motor Induksi Satu Phasa Kapasitor Start ( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Karakteristik Berbeban Motor Induksi Satu Phasa Kapasitor Start ( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU )"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK BERBEBAN

MOTOR INDUKSI SATU PHASA

KAPASITOR START

( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU )

oleh :

RIDWAN SINAGA 050402059

Tugas ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KARAKTERISTIK BERBEBAN MOTOR INDUKSI SATU PHASA

KAPASITOR START

(Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT - USU) Oleh :

RIDWAN SINAGA 050402059

Tugas ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro

Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing

NIP: 196005141989031002 Ir.Satria Ginting

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT – USU,

NIP: 1954053198611002 Ir.Surya Tarmizi Kasim,M.Si

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

kasihnya yang menyertai penulis setiap saat selama perkuliahan., dalam

pelaksanaan penelitian tugas akhir ini, dan saat penyusunan laporan tugas akhir.

Tugas akhir ini merupakan bagian kurikulum yang harus di selesaikan

untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di

Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, penulis

berjudul :

ANALISIS KARAKTERISTIK BERBEBAN MOTOR INDUKSI SATU PHASA KAPASITOR START

( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU )

Penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada orang tua saya, Farel Fetrus Sinaga dan Ibunda Tercinta

Mardiana Sitohang yang telah membesarkan, mendidik dan terus membimbing

serta mendoakan saya. Juga rasa sayang kepada adek saya Rahmawaty Sinaga,

Roberto Sinaga, Riany Sianga, Riana Sinaga dan juga kepada Keluarga Besar

Sinaga.

Dalam kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir.Satria Ginting, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas

segala bimbingan, pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini.

2. Bapak Ir.Riswan Dinzi,MT, selaku dosen Wali penulis, atas bimbingan

(4)

3. Bapak Ir.Surya Tarmizi Kasim,Msi selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro FT-USU dan Bapak Rahmat Fauzi, MT, selaku Sekretaris

Departemen Teknik Elektro FT-USU.

4. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Seluruh

Karyawan di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Elektro USU.

5. Teman-teman angkatan ’05 Teknik Elektro USU, Colin, Richard Purba,

Jonson, Darwin Bolon, Wosvi, Erikson, Indra, Lisman, Dahlan Amd,

Kardiman Malau.ST, John Poerba, Anne Amd, Aje dan lain-lain yang tak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

6. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, masih banyak

kesalahan dan kekurangan, namun penulis tetap berharap semoga tugas akhir ini

bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pengembangan selanjutnya.

Medan, Mei 2011

(5)

ABSTRAK

Motor kapasitor start adalah salah satu jenis dari motor induksi satu fasa,

dimana motor ini beroperasi pada satu sumber tegangan bolak-balik satu phasa.

Motor ini menggunakan kapasitor yang dihubungkan seri dengan belitan bantu

dan paralel dengan belitan utama ditambah lagi dengan adanya saklar sentrifugal.

Kapasitor pada motor ini hanya digunakan untuk tujuan pengasutan, dimana

dengan adanya kapasitor dapat diperoleh torsi awal (start) yang tinggi. Bila motor

telah berputar, maka saklar sentrifugal secara otomatis akan terbuka untuk

memutuskan arus kumparan bantu dan kapasitor. Motor ini biasanya digunakan

pada peralatan yang membutuhkan torsi start yang besar, misalnya : kompresor,

konveyor, pompa dll.

Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang karakteristik berbeban dari

suatu motor yang merupakan salah satu hal yang sangat penting dan harus

diketahui, yang nantinya akan berhubungan dengan performansi (unjuk kerja) dari

sebuah motor. Dan kemudian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pemilihan suatu motor listrik yang baik dalam arti memenuhi syarat teknis,

ekonomis serta efisien.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Tujuan Penulisan ... 2

I.2. Manfaat Penulisan ... 2

I.3. Batasan Masalah ... 3

I.4. Metode Penulisan ... 3

I.5. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA II.1. Umum ... 6

II.2. Konstruksi Umum ... 6

II.3. Prinsip Kerja Motor Induksi Satu Fasa ... 8

II.3.1. Teori Medan Putar Silang ... 8

II.3.2. Teori Medan Putar Ganda ... 12

II.4. Jenis-jenis Motor Induksi Satu Fasa ... 16

II.4.1. Motor Fasa Terpisah ... 17

(7)

II.4.3.Motor Kapasitor Permanen ... 20

II.4.4. Motor Kapasitor Start – Kapasitor Run ... 21

II.4.5 Motor Kutub Terarsir (Shaded Pole) ... 22

II.5. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Satu Fasa ... 22

II.5.1 Pada Keadaan Diam ... 23

II.5.2. Pada Saat Beroperasi ... 24

II.6. Kapasitor ... 27

II.6.1 Umum ... 27

II.6.2. Kapasitor Elektrolit ... 28

II.6. Saklar Sentrifugal ... 30

BAB III PARAMETER DAN KARAKTERISTIK BERBEBAN MOTOR KAPASITOR START III.1. Pengertian ... 32

III.2. Jenis-Jenis Karakteristik Motor Kapasitor Start ... 32

III.2.1. Karakteristik Torsi – Putaran ... 32

III.2.2. Karakteristik Torsi – Arus ... 36

III.2.3. Karakteristik Arus – Putaran... 36

III.3. Perhitungan Parameter Rangkaian Ekivalen ... 37

III.3.1. Pengujian Rotor Tertahan ... 37

(8)

BAB IV PENGUKURAN KARAKTERISTIK BERBEBAN DAN

PENENTUAN PARAMETER PARAMETER MOTOR

KAPASITOR START

IV.1. Umum ... 42

IV.2. Peralatan Yang Digunakan ... 42

IV.3. Penentuan Parameter –Parameter Motor Kapasitor Start ... 43

IV.3.1. Pengujian Tahanan Belitan ... 43

(a) Pada Belitan Utama (r1m) a. Rangkaian Pengujian ... 43

b. Prosedur Pengujian ... 43

c. Hasil Pengujian... 43

d. Analisa Hasil Pengujian ... 44

(b) Pada Belitan Bantu (r1a) a. Rangkaian Pengujian ... 44

b. Prosedur Pengujian ... 44

c. Hasil Pengujian... 45

d. Analisa Hasil Pengujian ... 45

IV.3.2. Pengujian Rotor Tertahan (Blocked Rotor) ... 45

a. Rangkaian Pengujian ... 45

b. Prosedur Pengujian ... 46

c. Hasil Pengujian... 46

d. Analisa Hasil Pengujian ... 46

IV.3.3. Pengujian Beban Nol... 48

a. Rangkaian Pengujian ... 48

(9)

c. Hasil Pengujian... 48

d. Analisa Hasil Pengujian ... 49

IV.4. Pengujian Berbeban ... 50

a. Rangkaian Pengujian ... 50

b. Prosedur Pengujian ... 50

c. Hasil Pengujian ... 51

d. Analisa Hasil Pengujian ... 51

BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan ... 59

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kontruksi Umum Motor Induksi Satu Fasa ... 7

Gambar 2.2. Medan Magnet Stator Berpulsa Sepanjang Garis AC... 8

Gambar 2.3. Motor Dalam Keadaan Berputar... 9

Gambar 2.4. Fluks Rotor Tertinggal Terhadap Fluks Stator Sebesar 900 ... 10

Gambar 2.5. Medan Silang Yang Dibangkitkan Arus Stator ... 11

Gambar 2.6. Phasor Medan Putar Yang Dihasilkan Belitan Stator Dan Rotor ... 12

Gambar 2.7. Konsep Medan Putar Ganda ... 13

Gambar 2.8. Kurva Fluks Resultan Terhadap θ ... 14

Gambar 2.9. Karakteristik Torsi – Kecepatan Motor Induksi Satu Fasa ... 15

Gambar 2.10. Motor Fasa Terpisah ... 18

Gambar 2.11. Motor Kapasitor Start ... 19

Gambar 2.12. Motor Kapasitor Permanen ... 20

Gambar 2.13. Motor Kapasitor Start – Kapasitor Run ... 21

Gambar 2.14. Motor Kutub Terarsir ... 22

Gambar 2.15. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Satu Fasa ... 23

Gambar 2.16. Motor Induksi Satu Fasa Dalam Keadaan Diam ... 24

Gambar 2.17. Motor Induksi Satu Fasa Dalam Keadaan Beroperasi ... 25

Gambar 2.18. Kapasitor elektrolit yang dipakai pada motor kapasitor start ... 28

Gambar 2.19. Konstruksi dari kapasitor elektrolit dan kertas ... 29

Gambar 2.20. Saklar sentrifugal ... 30

Gambar 2.21. Posisi Saklar Sentrifugal Pada Motor ... 31

(11)

Gambar 3.2. Gambar Pendekatan Rangkaian

Ekivalen Beban Nol Dengan s≅0... 40

Gambar 4.1. Rangkaian Pengujian Tahanan Belitan Utama ... 43

Gambar 4.2. Rangkaian Pengujian Tahanan Belitan Bantu ... 44

Gambar 4.3. Pengujian Rotor Tertahan ... 45

Gambar 4.4. Rangkaian Pengujian Beban Nol ... 48

Gambar 4.5. Rangkaian Pengujian Berbeban ... 50

Gambar 4.6. Grafik Karakteristik Torsi – Putaran Dari Hasil Pengujian ... 55

Gambar 4.7. Grafik Karakteristik Torsi - Putaran Dari Hasil Perhitungan ... 56

Gambar 4.8. Grafik Karakteristik Torsi – Arus Dari Hasil Pengujian ... 56

Gambar 4.9. Grafik Karakteristik Torsi – Arus Dari Hasil Perhitungan ... 57

Gambar 4.10. Grafik Karakteristik Arus - Putaran Dari Hasil Pengujian ... 57

(12)

ABSTRAK

Motor kapasitor start adalah salah satu jenis dari motor induksi satu fasa,

dimana motor ini beroperasi pada satu sumber tegangan bolak-balik satu phasa.

Motor ini menggunakan kapasitor yang dihubungkan seri dengan belitan bantu

dan paralel dengan belitan utama ditambah lagi dengan adanya saklar sentrifugal.

Kapasitor pada motor ini hanya digunakan untuk tujuan pengasutan, dimana

dengan adanya kapasitor dapat diperoleh torsi awal (start) yang tinggi. Bila motor

telah berputar, maka saklar sentrifugal secara otomatis akan terbuka untuk

memutuskan arus kumparan bantu dan kapasitor. Motor ini biasanya digunakan

pada peralatan yang membutuhkan torsi start yang besar, misalnya : kompresor,

konveyor, pompa dll.

Pada tugas akhir ini akan dibahas tentang karakteristik berbeban dari

suatu motor yang merupakan salah satu hal yang sangat penting dan harus

diketahui, yang nantinya akan berhubungan dengan performansi (unjuk kerja) dari

sebuah motor. Dan kemudian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pemilihan suatu motor listrik yang baik dalam arti memenuhi syarat teknis,

ekonomis serta efisien.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Motor arus bolak-balik (Motor AC) adalah suatu mesin yang berfungsi

untuk mengubah energi listrik arus bolak-balik menjadi energi gerak atau energi

mekanik berupa putaran rotor. Salah satu jenis Motor AC adalah motor induksi

satu fasa, dikatakan motor induksi satu fasa karena motor ini beroperasi pada

sumber tegangan bolak-balik satu fasa. Motor induksi satu fasa umumnya banyak

menggunakan rotor sangkar. Motor induksi satu fasa ini tidak mampu melakukan

putaran awal (self starting), oleh karena itu motor induksi satu fasa membutuhkan

peralatan bantu untuk menghasilkan torsi putar awal sehingga motor dapat

berjalan secara kontinu.

Motor kapasitor start adalah salah satu jenis motor induksi satu fasa yang

pemakaiannya cukup luas dimana mempunyai kapasitor yang dihubungkan seri

dengan belitan bantu dan paralel terhadap belitan utama. Belitan bantu untuk

pengasutan awal motor akan terlepas setelah motor start. Motor ini banyak

digunakan pada peralatan yang membutuhkan torsi start yang besar misalnya :

kompresor, konveyor, pompa, dan lain-lain.

Di dalam penggunaan motor kapasitor start ini, perlu diketahui

karakteristik berbeban karena nantinya akan berhubungan dengan performansi

(unjuk kerja) dari motor. Hal ini diperlukan untuk memilih motor yang sesuai

(14)

Analisis karakteristik berbeban dapat berupa : analisis karakteristik

torsi – putaran, analisis karakteristik torsi – arus, dan analisis karakteristik arus –

putaran. analisis karakteristik berbeban perlu diketahui dalam pemilihan suatu

motor. Karena ada beberapa beban yang memerlukan torka variable

(berubah-ubah) dan ada juga beban yang memerlukan torka yang konstan. Ada beberapa

motor di dalam pelayanan bebannya distart dengan beban nol, dan ada juga yang

distart dengan beban penuh. Akan tetapi di dalam teknis aplikasinya tentu saja

harus diketahui semua karakteristik berbeban dari motor, sehingga kita dapat

memilih motor yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan beban.

I.2 TUJUAN PENULISAN

Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik berbeban dari

motor kapasitor start, berupa karakteristik torsi – putaran, torsi – arus, dan arus –

putaran.

I.3 MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis tentang motor induksi

satu fasa kapasitor start dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

referensi di dalam memilih sebuah motor kapasitor start yang sesuai

dengan karakteristik beban yang ada.

2. Memberikan informasi secara umum kepada pembaca tentang motor

(15)

I.4 BATASAN MASALAH

Untuk menjaga agar pembahasan materi dalam Tugas Akhir ini lebih

terarah dan maksimal, maka penulis membuat suatu batasan masalah sebagai

berikut :

1. Karakteristik motor kapasitor start yang akan dibahas adalah

karakteristik

Torsi - putaran, karakteristik torsi - arus, karakteristik arus - putaran.

2. Analisa perhitungan berdasarkan peralatan yang tersedia di Laboratorium

Konversi Energi Listrik FT – USU.

3. Tidak membahas mengenai pengaturan kecepatan motor induksi satu fasa

kapasitor start.

4. Tidak membahas jenis beban yang digunakan dalam percobaan.

5. Tidak membahas rugi-rugi motor induksi satu fasa.

I.5 METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Studi literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari berbagai sumber pustaka yang

relevan dan mendukung dalam penulisan Tugas Akhir ini.

2. Studi laboratorium

Melakukan percobaan di laboratorium untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan.

(16)

Dalam hal ini penulis melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini

dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak jurusan Teknik

Elektro USU, dengan dosen-dosen bidang Konversi Energi Listrik, asisten

Laboratorium Konversi Energi Listrik dan teman-teman sesama

mahasiswa.

I.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini, maka penulis

menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan masalah, metode

dan sistematika penulisan.

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA

Bab ini membahas mengenai motor induksi satu fasa, konstruksi motor,

prinsip kerja, jenis-jenis motor induksi satu fasa, rangkaian ekivalen

motor induksi satu fasa, kapasitor elektrolit dan saklar sentrifugal.

BAB III PARAMETER DAN KARAKTERISTIK BERBEBAN MOTOR

INDUKSI SATU FASA KAPASITOR START

Bab ini membahas tentang jenis-jenis karakteristik berbeban dari motor

induksi satu fasa, penentuan parameter motor induksi satu fasa

(17)

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA

Bab ini berisikan tentang percobaan-percobaan yang dilakukan untuk

mendapatkan parameter-parameter motor kapasitor start, dan

mendapatkan grafik karakteristik berbeban dari eksperimen yang

dilakukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil

(18)

BAB II

MOTOR INDUKSI SATU FASA

II.1. Umum

Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor

dengan putaran medan stator terdapat selisih putaran yang disebut slip. Pada

umumnya motor induksi dikenal ada dua macam berdasarkan jumlah fasa yang

digunakan, yaitu: motor induksi satu fasa dan motor induksi tiga fasa. Sesuai

dengan namanya motor induksi satu fasa dirancang untuk beroperasi

menggunakan suplai tegangan satu fasa.

Motor induksi satu fasa sering digunakan sebagai penggerak pada

peralatan yang memerlukan daya rendah dan kecepatan yang relatif konstan. Hal

ini disebabkan karena motor induksi satu fasa memiliki beberapa kelebihan yaitu

konstruksi yang cukup sederhana, kecepatan putar yang hampir konstan terhadap

perubahan beban, dan umumnya digunakan pada sumber jala-jala satu fasa yang

banyak terdapat pada peralatan domestik. Walaupun demikian motor ini juga

memiliki beberapa kekurangan, yaitu kapasitas pembebanan yang relatif rendah,

tidak dapat melakukan pengasutan sendiri tanpa pertolongan alat bantu dan

efisiensi yang rendah.

II.2. Konstruksi Umum

Konstruksi motor induksi satu fasa hampir sama dengan konstruksi motor

(19)

Keduanya merupakan rangkaian magnetik yang berbentuk silinder dan simetris.

Di antara rotor dan stator ini terdapat celah udara yang sempit.

Gambar 2.1. Konstruksi Umum Motor Induksi Satu Fasa.

Stator merupakan bagian yang diam sebagai rangka tempat kumparan

stator yang terpasang. Stator terdiri dari : inti stator, kumparan stator, dan alur

stator. Motor induksi satu fasa dilengkapi dengan dua kumparan stator yang

dipasang terpisah, yaitu kumparan utama (main winding) atau sering disebut

dengan kumparan berputar dan kumparan bantu (auxiliary winding) atau sering

(20)

Rotor merupakan bagian yang berputar. Bagian ini terdiri dari : inti rotor,

kumparan rotor dan alur rotor. Pada umumnya ada dua jenis rotor yang sering

digunakan pada motor induksi, yaitu rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar

(squirrel cage rotor).

II.3. Prinsip Kerja Motor Induksi Satu Fasa

II.3.1. Teori Medan Putar Silang

Prinsip kerja motor induksi satu fasa dapat dijelaskan dengan

menggunakan teori medan putar silang (cross-field theory). Jika motor induksi

satu fasa diberikan tegangan bolak-balik satu fasa maka arus bolak-balik akan

mengalir pada kumparan stator. Arus pada kumparan stator ini menghasilkan

medan magnet seperti yang di tunjukkan oleh garis putus-putus pada Gambar 2.2.

C

A

Belitan rotor Belitan stator

Gambar 2.2. Medan Magnet Stator Berpulsa Sepanjang Garis AC.

Arus stator yang mengalir setengah periode pertama akan membentuk

kutub utara di A dan kutub selatan di C pada permukaan stator. Pada setengah

periode berikutnya, arah kutub-kutub stator menjadi terbalik. Meskipun kuat

(21)

dan nol pada saat arus nol serta polaritasnya terbalik secara periodik, aksi ini akan

terjadi hanya sepanjang sumbu AC. Dengan demikian, medan magnet ini tidak

berputar tetapi hanya merupakan sebuah medan magnet yang berpulsa pada posisi

yang tetap (stationary).

Seperti halnya pada transformator, tegangan terinduksi pada belitan

sekunder, dalam hal ini adalah kumparan rotor. Karena rotor dari motor induksi

satu fasa pada umumnya adalah rotor sangkar dimana belitannya terhubung

singkat, maka arus akan mengalir pada kumparan rotor tersebut. Sesuai dengan

hukum Lenz, arah dari arus ini (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2) adalah

sedemikian rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan melawan medan magnet

yang menghasilkannya. Arus rotor ini akan menghasilkan medan magnet rotor dan

membentuk kutub-kutub pada permukaan rotor. Karena kutub-kutub ini juga

berada pada sumbu AC dengan arah yang berlawanan terhadap kutub-kutub stator,

maka tidak ada momen putar yang dihasilkan pada kedua arah sehingga rotor

tetap diam. Dengan demikian, motor induksi satu fasa tidak dapat diasut sendiri

dan membutuhkan rangkaian bantu untuk menjalankannya.

Arah putaran

B

D

C

A

(22)

Misalkan sekarang motor sedang berputar. Hal ini dapat dilakukan dengan

memutar secara manual (dengan tangan) atau dengan rangkaian bantu.

Konduktor-konduktor rotor akan memotong medan magnet stator sehingga timbul

gaya gerak listrik pada konduktor-konduktor tersebut. Hal ini diperlihatkan pada

Gambar 2.3 yang menunjukkan rotor sedang berputar searah jarum jam.

Jika fluks rotor seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3 mengarah ke

atas sesuai dengan kaidah tangan kanan Fleming, arah gaya gerak listrik (ggl)

rotor akan mengarah keluar kertas pada setengah bagian atas rotor dan mengarah

ke dalam kertas pada setengah bagian bawah rotor. Pada setengah periode

berikutnya arah dari gaya gerak listrik yang dibangkitkan akan terbalik. Gaya

gerak listrik yang diinduksikan ke rotor adalah berbeda dengan arus dan fluks

stator. Karena konduktor-konduktor rotor terbuat dari bahan dengan tahanan

rendah dan induktansi tinggi, maka arus rotor yang dihasilkan akan tertinggal

terhadap gaya gerak listrik rotor mendekati 90o. Gambar 2.4 menunjukkan hubungan fasa dari arus dan fluks stator, gaya gerak listrik, arus dan fluks rotor.

90

Tegangan induksi rotor

Fluks dan arus stator

Fluks dan arus rotor I, V,φ

t

ω

(23)

Sesuai dengan kaidah tangan kanan Fleming, arus rotor ini akan

menghasilkan medan magnet, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 karena

medan rotor ini terpisah sebesar 90o dari medan stator, maka disebut sebagai medan silang (cross-field). Nilai maksimum dari medan ini seperti yang

ditunjukkan oleh Gambar 2.5, terjadi pada saat seperempat periode setelah gaya

gerak listrik rotor yang dibangkitkan adalah telah mencapai nilai maksimumnya.

Karena arus rotor yang mengalir disebabkan oleh suatu gaya gerak listrik

bolak-balik maka medan magnet yang dihasilkan oleh arus ini adalah juga bolak-bolak-balik

dan aksi ini terjadi sepanjang sumbu DB (lihat Gambar 2.5).

Arah putaran

B

D

C

A

Gambar 2.5. Medan Silang yang Dibangkitkan Arus Stator

Karena medan silang beraksi pada sudut 90o terhadap medan magnet stator dengan sudut fasa yang juga tertinggal 90o terhadap medan stator, kedua medan bersatu untuk membentuk sebuah medan putar resultan yang berputar dengan

(24)

a b c d e f g h i

φ

t

ω

s

φ φr

a b c d e

R r =Φ

Φ

R s=Φ

Φ s Φ s Φ s Φ s Φ R r =Φ

Φ

R r =Φ

Φ R Φ R Φ R Φ R Φ r Φ r Φ r Φ R s =Φ

Φ

f g h i

Gambar 2.6. Phasor Medan Putar yang Dihasilkan Oleh Belitan Stator dan Rotor.

II.3.2. Teori Medan Putar Ganda

Teori medan putar ganda (double revolving-field theory) adalah suatu

metode lain untuk menganalisis prinsip perputaran motor induksi satu fasa

disamping teori medan putar silang. Menurut teori ini, medan magnet yang

berpulsa dalam waktu tetapi diam dalam ruangan dapat dibagi menjadi dua medan

magnet, dimana besar kedua medan magnet ini sama dan berputar dalam arah

yang berlawanan. Dengan kata lain, suatu fluks sinusoidal bolak-balik dapat

diwakili oleh dua fluks yang berputar, yang masing-masing nilainya sama dengan

setengah dari nilai fluks bolak-balik tersebut dan masing-masing berputar secara

(25)

Pada Gambar 2.7.a menunjukkan suatu fluks bolak-balik yang mempunyai

nilai maksimum φm. Komponen fluksnya A dan B mempunyai nilai yang sama

yaitu φm/2, berputar dengan arah yang berlawanan dan searah jarum jam, seperti

ditunjukkan anak panah.

A= m/2 B= m/2

+ m

y y y y A B

m sin -+ y y A B m/2 m/2

(a) (b) (c)

-m y y A B y y A B (d) (e)

Gambar 2.7. Konsep Medan Putar Ganda.

Pada beberapa saat ketika A dan B telah berputar dengan sudut +θ dan –θ

seperti pada Gambar 2.7.b, maka besar fluks resultan adalah :

θ φ

φ φ

φ

φ cos 2

2 . 2 2 4 2 2

2 m m m m

r

+

= ...(2.1)

θ φ

φr = msin ( weber )

dimana : φr = fluks resultan ( weber )

m

φ = fluks maksimum ( weber )

(26)

Setelah seperempat periode putaran, fluks A dan B akan berlawanan arah

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.c, sehingga resultan fluksnya sama

dengan nol. Setelah setengah putaran, fluks A dan B akan mempunyai resultan

sebesar -2 x φm/2 = -φm, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.d. Setelah

tiga perempat putaran, resultan akan kembali nol seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.7.e dan demikianlah seterusnya. Jika nilai-nilai dari fluks resultan

digambarkan terhadap θ diantara θ = 0o

sampai θ = 360o, maka akan didapat suatu kurva seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.

.

0

o

90

o

180

o

270

o

360

o

F

lu

k

s

Gambar 2.8. Kurva Fluks Resultan Terhadapθ

Pada saat rotor berputar sesuai dengan arah momen putar medan maju

dengan kecepatan tertentu, maka besar slip terhadap momen putar medan maju

(sf) yang terjadi adalah :

s n

n n s

s r s

f =

(27)

dimana :

ns = kecepatan sinkron ( rpm )

nr = kecepatan putaran rotor (rpm)

Sedangkan slip terhadap momen mundur (sb) dengan rotor menentang arah

momen putar mundur adalah :

( )

(

)

s r s s

s r s

b

n n n n n

n n

s = − − = 2 − −

s

sb =2− ………...(2.3)

Masing-masing dari komponen fluks tersebut memotong konduktor rotor

sehingga menginduksikan ggl dan pada akhirnya menghasilkan torsi sendiri.

Kedua torsi mempunyai arah saling berlawanan seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.9. pada keadaan diam kedua komponen torsi tersebut adalah sama

besar, sehingga torsi asut adalah nol. Pada saat motor berputar, besar kedua

komponen torsi tersebut tidaklah sama sehingga torsi resultan membuat motor

tetap berputar pada putarannya.

Kecepatan Torsi

0 ns

-ns

Torsi arah maju

Torsi arah mundur

Torsi resultan

(28)

II.4. Jenis-Jenis Motor Induksi Satu Fasa

Cara paling mudah untuk menjalankan motor induksi satu fasa adalah

dengan menambahkan sebuah kumparan bantu pada kumparan utama di bagian

stator sehingga motor dapat dijalankan. Jika dua kumparan terpisah 90o listrik pada stator motor dan eksitasi dengan dua ggl bolak-balik yang berbeda fasa

sebesar 90o listrik, dihasilkan medan magnet putar. Jika dua kumparan terpisah demikian dihubungkan paralel ke suatu sumber fasa, medan yang dihasilkan akan

bolak-balik, tetapi tidak berputar Karena kedua kumparannya ekivalen dengan

satu kumparan fasa. Akan tetapi, jika suatu impedansi dihubungkan seri dengan

salah satu kumparan ini, arusnya akan berbeda fasa. Dengan pemilihan impedansi

yang cocok, arus dapat dibuat agar berbeda fasa sampai 90o listrik, sehingga menghasilkan medan putar sama seperti medan dari motor dua fasa. Inilah prinsip

dari pemisahan fasa (phase splitting).

Pada keadaan berputar, motor induksi satu fasa dapat menghasilkan

momen putar hanya dengan satu kumparan. Sehingga dengan bertambahnya

kecepatan motor kumparan bantu dapat dilepas dari rangkaian. Pada kebanyakan

motor, hal ini dilakukan dengan menghubungkan sebuah saklar sentrifugal yang

bekerja melepaskan hubungan kumparan bantu sistem.

Motor induksi satu fasa dikenal dengan beberapa nama. Penerapannya

menjelaskan cara-cara yang dipakai untuk menghasilkan perbedaan fasa antara

arus yang mengalir pada kumparan utama dan arus yang mengalir pada kumparan

(29)

II.4.1. Motor Fasa Terpisah

Gambar rangkaian motor induksi fasa terpisah ditunjukkan pada Gambar

2.10.a. Kumparan bantu memiliki perbandingan tahanan terhadap reaktansi yang

lebih tinggi daripada kumparan utama, sehingga kedua arus akan berbeda fasa

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10.b. Perbandingan tahanan terhadap

reaktansi yang tinggi dapat dengan menggunakan kawat yang lebih murni pada

kumparan bantu. Hal ini diizinkan karena kumparan bantu hanya dipakai pada

saat start. Saklar sentrifugal akan memisahkan dari rangkaian segera setelah

dicapai kecepatan sinkron sekitar 70 sampai 80 persen kecepatan sinkron.

Karakteristik momen putar vs kecepatan dari motor ini ditunjukkan pada

Gambar 2.10.c. Gambar ini memperlihatkan nilai torsi masing-masing kecepatan

motor, mulai dari posisi diam sampai kecepatan nominal, dan seterusnya sampai

kecepatan sinkron. Torsi start adalah torsi yang tersedia bila motor mulai berputar

dari posisi diam. Torsi beban penuh adalah torsi yang dihasilkan bila motor

berputar pada keluaran nominal. Bila beban terus berangsur-angsur diperbesar

dari keadaan dimana motor berputar pada keluaran nominal untuk melayani beban

dan torsi maksimum dari poros motor yang dapat digunakan dapat dilampaui,

maka motor menjadi tidak mampu melayani beban dan berhenti. Nilai maksimum

(30)

Rotor Kumparan Bantu Kumparan Utama I Ia Im V Im V Ia I α (a) (b) 100 200 300

25 50 75 100

Pe rs e n T o rs i

Persen Kecepatan Sinkron

Operasi Saklar Sentrifugal Kumparan Utama Kumparan Bantu dan Kumparan Utama 0 Torsi Start Titik Operasi Torsi Beban Penuh

[image:30.595.119.506.89.506.2]

Kecepatan Beban Penuh Torsi Maksimum Kecepatan Sinkron (c)

Gambar 2.10. Motor Fasa Terpisah

II.4.2. Motor Kapasitor Start

Konstruksi motor kapasitor start ditunjukkan pada Gambar 2.11a. Untuk

mendapatkan torsi putar awal yang lebih besar, yaitu : dengan cara

menghubungkan sebuah kapasitor yang dipasang secara seri dengan kumparan

bantu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11.b. Hal ini akan menaikkan

sudut fasa antara arus kumparan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11.c.

Karakteristik momen putar-kecepatan putar dari motor ini dapat ditunjukkan pada

(31)

kapasitor yang dipakai adalah kapasitor elektrolit. Motor ini menghasilkan momen

putar start yang lebih tinggi.

Saklar Sentrifugal Kapasitor

Start Rotor

Kumparan Bantu

Kumparan Utama

I Ia

Im

V

(a) (b)

V Ia

Im

α

I

Persen Kecepatan Sinkron

25 50 75 100

P

e

rs

e

n

T

o

rs

i

0

Operasi Saklar Sentrifugal

Tstart Tmax

Kec. Beban Penuh T Beban Penuh

[image:31.595.121.513.178.672.2]

(c) (d)

(32)

II.4.3. Motor Kapasitor Permanen

Konstruksi dari motor kapasitor permanen ditunjukkan pada Gambar

[image:32.595.119.510.394.728.2]

2.12a. gambar rangkaian ekivalen motor ini seperti yang ditunjukkan pada

Gambar 2.12.b. kapasitor dihubungkan seri dengan kumparan bantu dan tidak

dilepas setelah pengasutan dilakukan dan tetap tinggal pada rangkaian. Hal ini

menyederhanakan konstruksi dan mengurangi biaya serta memperbaiki ketahanan

motor karena saklar sentrifugal tidak digunakan. Faktor daya, denyutan momen

putar, dan efisiensi akan lebih baik karena motor berputar seperti motor dua fasa.

Sudut fasa antar kumparan ditunjukkan pada Gambar 2.12.c. Jenis kapasitor yang

digunakan adalah kapasitor kertas. Karakteristik momen putar – kecepatan motor

ini ditunjukkan pada Gambar 2.12.d.

C

Rotor Kumparan

Bantu

Kumparan Utama

I Ia

Im

V

(a) (b)

V Ia

I

Im α

100 200 300

Persen Kecepatan Sinkron 25 50 75 100

Pe

rs

e

n

T

o

rs

i

0

Tmax

T start

Kecepatan Beban Penuh

(c) (d)

(33)

II.4.4. Motor Kapasitor Start – Kapasitor Run

Motor ini mempunyai dua buah kapasitor, satu digunakan pada saat start

dan satu lagi digunakan pada saat berputar, seperti ditunjukkan pada Gambar

2.13.a. Secara praktis keadaan start dan berputar yang optimal dapat diperoleh

dengan menggunakan dua buah kapasitor elektrolit. Kapasitor Run secara

permanen dihubungkan seri dengan kumparan bantu dengan nilai yang lebih kecil

dan dipakai kapasitor kertas. Sudut fasa antar kumparan sama seperti pada motor

kapasitor permanen seperti pada Gambar 2.13.b. Karakteristik momen

putar-kecepatan dari motor ini ditunjukkan pada Gambar 2.13.c.

Rotor Kumparan

Bantu

Kumparan Utama

I Ia

Im

C Run

C Start

V S

V Ia

I

Im

α

(a) (b)

Persen Kecepatan Sinkron

25 50 75 100

Pe

rs

e

n

T

o

rs

i

Operasi Saklar Sentrifugal

Tmax Tstart

T Beban Penuh

Kec. Beban Penuh

[image:33.595.124.501.332.711.2]

(c)

(34)

II.4.5. Motor Shaded Pole

Motor ini mempunyai kutub tonjol dan sebagian dari masing-masing kutub

dikelilingi oleh lilitan rangkaian terhubung singkat yang terbuat dari tembaga

yang disebut kumparan terarsir seperti pada Gambar 2.14.a. Arus imbas yang

terdapat pada kumparan yang terarsir menyebabkan fluksi yang berada pada

bagian lain. Hasilnya seperti medan putar yang bergerak dalam arah dari daerah

kutub yang tidak terarsir ke bagian kutub yang terarsir dan menimbulkan momen

putar saat dihidupkan yang kecil. Karakteristik motor shaded pole ditunjukkan

pada Gambar 2.14.b.

Rotor

Kumparan Utama

Kutub Terarsir

T start 100 200

Persen Kecepatan Sinkron

25 50 75 100

Pe

rs

e

n

T

o

rs

i

0

Tmax

T Beban Penuh

Kec. Beban Penuh

[image:34.595.116.489.338.510.2]

(a) (b)

Gambar 2.14. Motor Shaded Pole

II.5. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Satu Fasa

Konsep medan putar ganda pada motor induksi satu fasa menjelaskan

bahwa fluks yang dihasilkan ekivalen dengan dua buah fluks yang mempunyai

besar yang sama dan berputar dalam arah yang berlawanan pada kecepatan

sinkron. Masing-masing fluks ini akan mengimbaskan komponen arus rotor dan

(35)

Hal yang sederhana dan penting bahwa motor induksi ini hanya beroperasi pada

kumparan utama.

II.5.1. Pada Keadaan Diam

Pada saat keadaan diam, jika rangkaian stator dihubungkan dengan

tegangan satu fasa, maka motor induksi dapat dinyatakan sebagai transformator

dengan kumparan sekunder terhubung singkat. Rangkaian motor induksi satu fasa

tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.15.

I1 R1 X1 I2 X2

R2

Rc X

m

Im

[image:35.595.146.488.321.434.2]

V

Gambar 2.15. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Satu Fasa

Dengan menggunakan konsep medan putar fluks yang dihasilkan

kumparan stator dapat dipecah menjadi dua bagian yaitu : medan putar maju dan

medan putar mundur. Kedua medan putar ini akan mengimbaskan ggl pada

kumparan rotor sehingga tahanan dan reaktansi pada kumparan rotor

diekivalenkan masing-masing adalah setengah dari nilai tahanan dan reaktansi

kumparan rotor sesungguhnya, yaitu R2/2 dan X2/2 seperti yang terlihat pada

(36)

I1 R1 X1 If 0,5 X2

0,5 R2

Rc X

m

Imf

V Ib 0,5 X2

0,5 R2

Rc X

m

Imb

Medan maju

Medan mundur 0,5 Zf

[image:36.595.143.500.83.307.2]

0,5 Zb

Gambar 2.16. Motor Induksi Satu Fasa Dalam Keadaan Diam

II.5.2. Pada Saat Beroperasi

Pada saat kecepatan motor induksi mulai bertambah dan bekerja hanya

pada kumparan utama. Pada arah medan maju menggunakan slip s, arus rotor

yang diimbaskan medan maju mempunyai frekuensi s.f, dimana f adalah frekuensi

stator. Arus rotor ini akan menghasilkan fluks yang bergerak maju pada kecepatan

slip. Fluks ini akan membangkitkan ggl dengan arah maju pada kumparan utama

stator. Pangaruh pada rotor jika dilihat dari sisi stator dapat dinyatakan sebagai

suatu impedansi sebesar 0,5 R2/s + j 0,5 X2 paralel dengan Xm dan Rc. Seperti

yang terlihat pada Gambar 2.17 dengan menggunakan simbol f.

Pada arah medan putar mundur, rotor tetap bergerak dengan slip s

berpatokan pada medan maju dan besarnya kecepatan putar medan maju adalah

(37)

Kecepatan relatif dari rotor dengan berpatokan pada medan mundur adalah

1+ n,

Atau besarnya slip terhadap medan mundur adalah :

1 + n = 2 – s………...(2.5)

Selanjutnya medan mundur mengimbaskan arus rotor dengan frekuensi (2

– s)f. Arus rotor ini akan menghasilkan fluks yang bergerak mundur. Fluks ini

akan mengimbaskan ggl pada medan mundur kumparan stator. Pengaruh tersebut

dapat diperlihatkan pada Gambar 2.17.

I1 R1 X1 If 0,5 X2

0,5 R2/s

Rc X

m Imf

V 0,5 X

2 Ib

0,5 R2/sm =0,5 R2/(2-s)

Rc X

m Imb

Medan maju

Medan mundur 0,5 Zf

[image:37.595.141.503.328.586.2]

0,5 Zb

Gambar 2.17. Motor Induksi Satu Fasa Dalam Keadaan Beroperasi

Dengan menggunakan rangkaian ekivalen di atas, kita dapat menghitung arus

stator, arus rotor, daya masukan, dan faktor daya untuk sembarang harga slip

(38)

Dari rangkaian di atas, didapat :

Zm =

m c m c jX R jX R + .

( Ω )...(2.6)

Zf = Rf + jXf =

m m Z jX s R Z jX s R 5 , 0 ) / ( 5 , 0 ) / ( 2 2 2 2 +

++ ( Ω )...(2.7)

Zb = Rb + jXb =

m m Z jX s R Z jX s R 5 , 0 ) ) 2 ( / ( 5 , 0 ) ) 2 ( / ( 2 2 2 2 + +

−− + ( Ω ).…...(2.8)

Dan

I1 =

b f Z Z jX R V 5 , 0 5 , 0 1 1 1 + +

+ ( Ampere )...(2.9)

Dimana :

R1 = Resistansi kumparan stator

R2 = Resistansi kumparan rotor

X1 = Reaktansi bocor kumparan stator

X2 = Reaktansi bocor kumparan rotor

Xm = Reaktansi pemagnetan

Rc = Tahanan inti tembaga

Zm = Impedansi pemagnetan

(39)

II.6 KAPASITOR II.6.1 Umum

Kapasitor adalah suatu alat untuk menyimpan muatan dan energi.

Konstruksi kapasitor umumnya terdiri dari dua buah konduktor yang berdekatan

namun dipisahkan oleh dielektrik.

Kapasitansi kapasitor adalah suatu kemampuan kapasitor untuk

menyimpan muatan. Misalkan Q coulumb adalah besar muatan yang diberikan

pada dua keping sejajar dan jika V adalah beda potensial antara kedua keping

sejajar tersebut, maka kapasitansinya adalah :

C =

V Q

………...………….(2.10)

dimana : C = Kapasitansi Kapasitor ( Farad )

Q = Muatan ( Coulumb )

V = Beda Potensial ( Volt )

Kapasitansi bergantung semata-mata pada susunan geometris konduktor

kapasitansi dari kapasitor keping sejajar adalah :

C =

V Q

=

s A

ε ………...(2.11)

ε =ε0εr

Dimana : ε0 =permitivitas ruang hampa ( 8,85 X 10 F/m )

= r

ε permitivitas bahan isolasi konduktor

(40)

II.6.2 Kapasitor Elektrolit

Suatu kapasitor elektrolit digunakan dimana sejumlah besar kapasitansi

diperlukan. Seperti dalam nama yang tersirat, suatu kapasitor elektrolit berisi

suatu asam aki (elektrolit). Elektrolit ini dapat dalam wujud suatu cairan kapasitor

elektrolit basah dan kering. Suatu kapasitor elektrolit kering berisi dua plat metal

utama yang dipisahkan oleh elektrolit. Kapasitor ditempatkan di dalam suatu

aluminium container silindris seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.18. Nilai

kapasitansi (X) dan tegangan rating dari kapasitor biasanya dicetak dalam sisi

[image:40.595.251.372.360.454.2]

aluminium.

Gambar 2.18 Kapasitor Elektrolit Yang Dipakai Pada Motor Kapasitor Start

Secara internal, kapasitor elektrolit dibangun dengan cara yang sama

dengan kapasitor kertas/paper. Plat positif terdiri dari aluminium kertas perak

yang ditutup dengan suatu lapisan oksida yang tipis. Film oksida yang tipis ini

dibentuk oleh suatu proses electrochemical yang bertindak sebagai dielektrikum

untuk kapasitor itu. Selanjutnya dalam hubungan dengan oksida adalah suatu

potongan kain kasa/kabut tipis atau paper/kertas yang mana telah diliputi dengan

suatu lekatan elektrolit. Elektrolit bertindak sebagai plat negatif dari kapasitor itu.

(41)

kontak listrik ke elektroda negatif (elektrolit). Ketika ketiga lapisan berada pada

tempatnya, maka ketiga lapisan tersebut digulung ke dalam suatu silinder seperti

[image:41.595.221.403.194.316.2]

yang ditunjukkan di dalam Gambar 2.19

Gambar 2.19 Konstruksi Dari Kapasitor Elektrolit Dan Kertas

Hal ini memberikan arti bahwa bentuk plat positif dapat secara kebetulan

dihubungkan kepada terminal negatif ke sumber, dielektrikum oksida film yang

tipis akan terpisah dan kapasitor akan menjadi suatu konduktor (terhubung

singkat). Polaritas dari terminal secara normal dapat ditandai pada kapasitor itu.

Karena suatu kapasitor elektrolit polaritasnya sensitif, penggunaanya biasanya

terbatas untuk suatu sirkit dc atau untuk suatu sirkit dimana suatu tegangan arus

bolak-balik kecil dilapiskan pada suatu tegangan dc. Khusus kapasitor elektrolit

tersedia untuk aplikasi arus bolak-balik tertentu, seperti motor kapasitor starting.

Kapasitor elektrolit kering berubah-ubah di dalam ukurannya dari sekitar 4

mikrofarad sampai ribuan mikrofarad dan mempunyai suatu kemampuan tegangan

(42)

II.7 SAKLAR SENTRIFUGAL

Saklar sentrifugal adalah sebuah saklar listrik yang beroperasi

menggunakan kekuatan sentrifugal yang diperoleh dari sebuah batang poros yang

berputar, yang umum digunakan dari suatu motor listrik. Saklar dirancang untuk

mengaktifkan atau menonaktifkan sebagai fungsi yang menyangkut kecepatan

[image:42.595.244.375.251.413.2]

pemutaran pada batang poros tersebut.

Gambar 2.20 Saklar Sentrifugal.

Penggunaan yang paling umum dari saklar sentrifugal adalah di dalam

phasa tunggal, motor induksi phasa belah (split-phase induction motor) dan motor

kapasitor start. di sini, saklar digunakan untuk memutuskan rangkaian belitan

bantu (starting) dari motor ketika motor mendekati putaran nominalnya. Dalam

hal ini saklar sentrifugal terdiri dari anak timbangan yang menjulang kepada

batang poros dari motor dan memegang dekat batang dengan kekuatan lompatan

(spring force). Pada posisi diam, pengungkit berkait dengan anak timbangan

sehingga membuat suatu geseran rendah, lapisan non-konduktif melawan terhadap

satu set kontak elektrik yang menjulang kepada badan motor, menutup kontak dan

(43)

kecepatan mendekati kecepatan operasi yang normalnya sekitar 75 % dari

kecepatan sinkron, gaya sentrifugal memaksa gaya spring dan anak timbangan

mengayun ke luar, mengangkat plat lapisan menjauh dari kontak listrik. Sehingga

menggerakkan kontak untuk membuka dan memutuskan belitan bantu dari

[image:43.595.113.520.252.572.2]

sumber. Gambar dari saklar sentifugal ditunjukkan pada Gambar 2.20.

(44)

BAB III

PARAMETER DAN KARAKTERISTIK BERBEBAN MOTOR INDUKSI SATU FASA KAPASITOR START

III.1 PENGERTIAN

Karakteristik yang umum dari suatu motor induksi adalah : karakteristik

torsi. Karakteristik dari suatu motor listrik layak untuk diketahui, karena

karakteristik dari suatu motor listrik akan mencerminkan performansi (unjuk kerja

) dari motor listrik tersebut selama kondisi operasinya. Dalam tugas akhir ini akan

dibahas karakteristik berbeban motor induksi satu fasa kapasitor start, yaitu

berupa : karakteristik torsi – putaran, karakteristik torsi – arus, karakteristik arus

– putaran. dimana untuk mengetahui karakteristik dari motor kapasitor start

dengan cara melakukan pengujian pembebanan di Laboratorium.Dan data hasil

pengujian yang didapat akan dianalisis untuk mengetahui karakteristik dari motor

dan mendapatkan grafik karakteristik berbeban motor kapasitor start.

III.2 JENIS-JENIS KARAKTERISTIK MOTOR KAPASITOR START

III.2.1 Karakteristik Torsi – Putaran

Hubungan antara Torsi dan Putaran pada motor induksi satu fasa kapasitor

start diperoleh dengan menganalisa rangkaian ekivalen motor induksi satu fasa.

Hampir sama seperti pada motor induksi tiga fasa, karena mempunyai rangkaian

(45)

Rugi-rugi celah udara pada medan maju dan medan mundur adalah

f

gf I R

P 12

2 1

= ( watt )...(3.1)

b

gb I R

P 12

2 1

= ( watt )...(3.2)

Maka, daya celah udara resultan adalah :

Pg = Pgf – Pgb = I12 ( Rf – Rb ) ( watt )...(3.3)

Dimana :

Pgf = Rugi-rugi celah udara medan maju (Watt)

Pgb = Rugi-rugi celah udara medan mundur (Watt)

Rf = Tahanan medan maju (bagian real dari bilangan kompleks Zf) ( Ω )

Rb = Tahanan medan maju (bagian real dari bilangan kompleks Zb) ( Ω )

Torsi yang dihasilkan oleh celah udara kedua medan adalah :

gf s

f P

T ω

1

= ( N.m )...(3.4)

gb s

b P

T ω

1

= ( N.m )...(3.5)

Dimana :

(46)

Selama kedua medan putar ini berputar berlawanan arah, torsi yang

dihasilkan keduanya adalah :

b

f T

T

T = − ( N.m )...(3.6)

atau :

(

)

(

f b

)

s gb

gf s

R R I P

P

T = − = −

ω

ω 2

1 1

( N.m )...(3.7)

Daya mekanis diberikan oleh persamaan :

Pd = τd. ωm ( watt )...(3.8)

Karena ωm = ( 1 – s) ωsink , maka persamaan 3.8 menjadi :

Pd = τind ( 1 – s) ωsink ( watt )...(3.9)

Dari persamaan 3.7 , Pg = τind . ωsink , maka daya mekanis ( Pd ) dituliskan menjadi

Pd = ( 1 – s ) Pg ( watt )...(3.10)

Rugi-rugi tembaga rotor adalah rugi-rugi antara rotor dengan medan stator

(slip) waktu dalam daya celah udara dari mesin satu fasa. Persamaan rugi-rugi

tembaga rotor maju dari motor induksi satu fasa adalah :

P2f = s Pgf ( watt )...(3.11)

Persamaan rugi-rugi tembaga rotor mundur adalah :

P2b = s Pgb ( watt )...(3.12)

Maka, rugi-rugi tembaga rotor total adalah :

(47)

Daya yang dikeluakan dari motor ( Pout ) diberikan oleh persamaan :

Pout = Pd - Prot ( watt )...(3.14)

Dimana :

Pd = rugi-rugi mekanis ( watt )

Prot = rugi putaran adalah penjumlahan dari rugi inti,

rugi-rugi gesek dan angin dan rugi-rugi-rugi-rugi tambahan beban pada motor

satu fasa ( watt )

Jadi, Torsi beban dari motor adalah :

τs =

m out P

ω ( N.m )...(3.15)

dimana : ωm = kecepatan putaran rotor =

50 . 2π nm

( rad/s)

nm = kecepatan putaran rotor ( rpm )

sehingga hubungan antara torsi beban motor dengan putaran dari rotor adalah :

τs =

50 .

2 m

out n P

π ...(3.16)

Berdasarkan persamaan 3.16 dapat dilihat bahwa torsi berbanding terbalik

(48)

III.2.2 Karakteristik Torsi – Arus

Hubungan antara Torsi – Arus didapat dari persamaan : τs =

m out P

ω ( N.m )

τs. ωm = Pd - Prot ………...……….(3.17)

τs. ωm + Prot = ( 1 – s ) Pg ………...…...(3.18)

τs. ωm + Prot = ( 1 – s ) I12 ( Rf – Rb) ………...(3.19)

Dari persamaan 3.19 di atas terlihat jelas bahwa torsi berbanding lurus

terhadap kuadrat arus.

III.2.3 Karakteristik Arus – Putaran

Hubungan antara arus – Putaran dapat diperoleh dari persamaan 3.16.

dimana putaran berbanding lurus kuadrat terhadap arus.

τs =

50 .

2 m

out n P

π

τs. ωm + Prot = ( 1 – s ) I12 ( Rf – Rb)

dimana : ωm = kecepatan putaran rotor =

50 . 2π nm

( rad/s)

nm = kecepatan putaran rotor ( rpm )

(49)

III.3. Perhitungan Parameter Rangkaian Ekivalen

Parameter induksi satu fasa dapat diperoleh melalui pendekatan parameter

rangkaian ekivalen motor induksi satu fasa dari hasil pengujian beban nol dan

pengujian rotor tertahan. Kedua pengujian ini hampir sama seperti yang dilakukan

pada motor induksi fasa banyak. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh

parameter dari kumparan utama dan kumparan bantu. Pengujian ini hanya

dilakukan dengan hanya mensuplai tegangan satu fasa pada kumparan utama saja.

III.3.1. Pengujian Rotor Tertahan

Pada pengukuran hubung singkat, rotor dipaksa tidak berputar (nm =0,

1

s= ). Pengujian dilakukan pada frekuensi kerja dengan tegangan kerja. Jika kita

asumsikan bahwa reaktansi magnetik Xm adalah sangat besar dibandingkan

dengan impedansi rotor sehingga arus yang melalui Xm sangat kecil dan dapat

diabaikan, rangkaian ekivalen dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1.

Dengan kondisi rotor tertahan, harga-harga yang diukur adalah tegangan

rotor tertahan Vbr, arus rotor tertahan Ibr, dan rugi-rugi yang hilang Pbr. Sehingga

impedansi rotor tertahan dapat dihitung dengan :

br br br

I V

Z = (ohm)...(3.20)

Resistansi rotor tertahan adalah :

2

br br br

I P

(50)

Kemudian reaktansi rotor tertahan :

2 2

br br

br Z R

X = − (ohm)...(3.22)

Ibr R1 X1 If 0,5 X2

0,5 R2

0,5 X2

0,5 R2

[image:50.595.128.504.120.358.2]

Vbr

Gambar 3.1. Gambar Pendekatan Rangkaian Ekivalen dengan Rotor Tertahan

Dari rangkaian ekivalen pada Gambar 3.1 diperlihatkan :

2 1 R

R

Rbr = + (ohm)...(3.23)

2 1 X

X

Xbr = + (ohm)...(3.24)

Untuk memperoleh harga R1 dilakukan dengan pengukuran DC yaitu

dengan menghubungkan sumber tegangan DC (Vdc) pada dua terminal input dan

diukur arus DC-nya (Idc). Di sini tidak mengalir arus rotor karena tidak ada

tegangan yang terinduksi. Harga R1 dapat dihitung sebagai berikut :

dc dc I V

R1 = (ohm)...(3.25)

Harga r1 ini dinaikkan dengan faktor pengali 1,1 - 1,5 untuk operasi arus

(51)

karena distribusi arus yang tidak merata akibat efek kulit dan medan magnet yang

melintasi alur. Dari harga r1 ini harga r2 dapat ditentukan :

1 2 R R

R = br − (ohm)...(3.26)

Untuk menentukan harga X1 dan X2 digunakan metode empiris

berdasarkan NEMA Standard 112. Hubungan X1 dan X2 terhadap Xbr dapat dilihat

[image:51.595.149.475.279.458.2]

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Distribusi empiris dari Xbr.

Desain Rotor X1 X2

A

B

C

D

Rotor Belitan

0,5 Xbr

0,4 Xbr

0,3 Xbr

0,5 Xbr

0,5 Xbr

0,5 Xbr

0,6 Xbr

0,7 Xbr

0,5 Xbr

0,5 Xbr

Dikutip dari Buku Electric Machinery Fundamentals karangan Stephen J.Chapman

III.3.2 Pengujian Beban Nol

Pengujian beban nol, kedua kumparan utama dan kumparan bantu

digunakan pada saat menjalankan motor, tetapi saat kondisi motor sudah berputar,

kumparan bantu motor dilepas dari suplai. Sehingga data diambil ketika hanya

kumparan utama saja yang beroperasi. Pada motor induksi tiga fasa yang bekerja

pada beban nol, rugi-rugi tembaga beban nol dalam rangkaian rotor diasumsikan

menjadi sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Kenyataannya, kita anggap titik

cabang rangkaian rotor sebagai rangkaian terbuka karena slip yang sangat kecil.

(52)

percabangan arah maju dibawah kondisi beban nol, kesalahan yang dihasilkan

dalam perhitungan parameter rangkaian motor akan menjadi lebih besar sedikit

dibanding dengan pada motor induksi tiga fasa. Dan dengan rangkaian

pendekatan, rangkaian akan menjadi lebih sederhana sehingga dapat digambarkan

rangkaian ekivalennya seperti pada Gambar 3.2.

Inl R1 X1

0,5 X2

0,25 R2 Vnl

[image:52.595.127.480.254.429.2]

Xm

Gambar 3.2. Pendekatan Rangkaian Ekivalen pada Beban Nol Dengan s≅0

Diketahui V , nL InL, dan P adalah harga – harga yang diukur dari nL

tegangan kerja, arus, dan daya yang dipakai motor pada kondisi beban nol.

Impedansi beban nol dapat dihitung sebagai berikut :

nL nL nL

I V

Z = (ohm)...(3.27)

Resistansi beban nol dapat dihitung dengan rumus :

nL nL nL

I P

(53)

Kemudian reaktansi beban nol adalah :

nL nL

nL Z R

X = 2 − 2 (ohm)...(3.29)

Karena XnL = X1+0.5Xm +0.5X2

Maka :

2 1 2

2X X X

(54)

BAB IV

PENGUKURAN KARAKTERISTIK BERBEBAN DAN PENENTUAN PARAMETER – PARAMETER MOTOR KAPASITOR START IV.1 Umum

Percobaan pengukuran karakteristik berbeban motor kapasitor start

dilakukan dengan menggunakan pengerem prony brake untuk mendapatkan beban

yang diinginkan. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai torsi dari

motor. Kemudian data hasil pengukuran dianalisis untuk mendapatkan grafik

karakteristik berbeban dari motor kapasitor start.

Untuk mendapatkan parameter-parameter rangkaian motor kapasitor start

dilakukan dengan melakukan percobaan rotor tertahan (block rotor test),

percobaan beban nol dan percobaan pengukuran tahanan belitan. Pada percobaan

rotor tertahan (block rotor test) harus dilakukan dengan waktu yang singkat karena

akan dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan.

IV.2. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Motor induksi satu fasa

Tipe : Capacitor-Start Motor

0,55 kW Vt = 220 Volt f = 50 Hz

p = 4 C = 16 µF/ 400 V I = 4,8 A

Kelas Motor = B n = 1380 rpm cos φ = 0,83

2. Multimeter LCR

3. Tachometer

4. Wattmeter 1Φ (EWG 604)

5. 1 unit power supply AC

(55)

IV.3. Penentuan Parameter-Parameter Motor Kapasitor Start

Untuk menentukan parameter-parameter motor induksi adalah dengan

melakukan pengujian berikut:

IV.3.1 Pengujian Tahanan Belitan

(a) Pada Belitan Utama

a. Rangkaian Pengujian

P

T

D

C

A

[image:55.595.149.487.263.385.2]

V

Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Tahanan Belitan

b. Prosedur Pengujian

1) Susun dan rangkailah peralatan sesuai dengan gambar 4.1 di atas.

2) Tutuplah sakelar PTDC, kemudian naikkanlah tegangan PTDC

perlahan-lahan.

3) Naikkanlah tegangan secara bertahap

4) Catatlah penunjukkan A, dan V setiap tahapannya.

c. Hasil Pengujian

No. Vdc (Volt) Idc (Amp)

1 26 4,8

2 26 4,8

(56)

d. Analisa Hasil Pengujian

Rumus yang dipergunakan pada analisa pengujian pengukuran

tahanan belitan utama adalah :

26 3

26 26 26

= + + = dcm

V Volt

r1m = 1.1

( )

(

Ampere

)

I

Volt V

dcm dcm

maka :

r1m = 1,1 A V

8 . 4

26

= 5.95 Ω

(b) Pada Belitan Bantu

a. Rangkaian Pengujian

P T D C

A

[image:56.595.140.485.141.549.2]

V

Gambar 4.2 Rangkaian Pengujian Tahanan Belitan

b. Prosedur Pengujian

1) Susun dan rangkailah peralatan sesuai dengan gambar 4.3 di atas.

2) Tutuplah sakelar PTDC, kemudian naikkanlah tegangan PTDC

perlahan-lahan.

3) Naikkanlah tegangan secara bertahap

4) Catatlah penunjukkan A, dan V setiap tahapannya.

(57)

c. Hasil Pengujian

No. Vdca (Volt) Idca (A)

1 9,81 4,70

2 9,80 4,68

3 9,82 4,72

d. Analisa Hasil Pengujian

Rumus yang dipergunakan pada analisa pengujian pengukuran

tahanan belitan bantu adalah :

r1a = 1.1

( )

(

Ampere

)

I Volt V dca dca maka : 81 , 9 3 82 , 9 80 , 9 81 , 9 = + + = dca V Volt 7 , 4 3 72 , 4 68 , 4 70 , 4 = + + = Idca Volt

r1a = 1,1 A V 70 , 4 1 , 98

= 22,96 Ω

IV.3.2 Pengujian Rotor Tertahan (Blocked Rotor)

a. Rangkaian Pengujian

P T A C S Line Netral V W A n Motor Kapasitor Starting Line 1 Line 2 T

(58)

b. Prosedur Pengujian

1) Susun dan rangkailah peralatan pengujian sesuai dengan gambar

4.3 di atas.

2) Tutuplah sakelar auto transformer, kemudian naikkanlah tegangan

auto transformer perlahan-lahan hingga Amperemeter

menunjukkan nilai nominal arus motor.

3) Usahakan menahan rotor motor agar tidak berputar .

4) Catatlah penunjukkan Voltmeter V, dan Wattmeter W setiap

tahapannya.

5) Ulangi pengujian secara berulang-ulang dengan cara yang sama

untuk mendapatkan ketelitian pengukuran.

c. Hasil pengujian

No Vbr

(Volt)

Ibr

(Amp)

Pbr

(Watt)

1 88 4,8 350

2 89 4,8 350

3 89 4,8 350

d. Analisa Hasil Pengujian

67 , 88 3 89 89 88 = + + = br V Volt 8 , 4 3 8 , 4 8 , 4 8 , 4 = + + = br I Volt 350 3 350 350 350 = + + = br

(59)

Impedansi rotor tertahan : 84 , 1 8 , 4 67 , 88 = = = br br br I V

Z Volt

Resistansi rotor tertahan :

2 br br br I P

R = = 2

8 , 4

350

= 15,2 ohm

Reaktansi rotor tertahan :

2 2

br br

br Z R

X = − = 2 2

2 , 15 4 , 18 −

= 10,37 ohm

r2 = Rbr – r1m = 15,2 – 5,95 = 9,25 ohm

karena motor yang digunakan adalah motor kelas B, maka

rumus untuk mendapatkan reaktansi belitan motor adalah :

X1 = 0,4 x Xbr = 0,4 x 10,37 = 4,148 ohm

X2 = 0,6 x Xbr = 0,6 x 10,37 = 6,222 ohm

dimana :

r2 adalah tahanan belitan kumparan rotor.

X1 adalah reaktansi dari belitan utama kumparan stator.

(60)

IV.3.3 Pengujian Beban Nol

a. Rangkaian Pengujian

P T A C

S Line

Netral

V

W A

n

Motor Kapasitor Starting Line 1

Line 2

[image:60.595.122.541.108.251.2]

T

Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian Beban Nol.

b. Prosedur Pengujian

1) Susun dan rangkailah peralatan pengujian sesuai dengan gambar

4.4 di atas.

2) Tutuplah sakelar auto transformer, kemudian naikkanlah tegangan

auto transformer perlahan-lahan hingga Voltmeter V menunjukkan

nilai tegangan nominal motor.

3) Catatlah penunjukkan Amperemeter A dan Wattmeter W pada saat

tersebut

4) Ulangi pengujian secara berulang-ulang dengan cara yang sama

untuk mendapatkan ketelitian pengukuran.

5) Pengujian Selesai.

c. Hasil Pengujian

No. Vnl

(Volt)

Inl

(Amp)

Pnl

(Watt)

1 200 2,95 230

2 200 2,95 230

(61)

d. Analisa Hasil Pengujian

Dari hasil pengujian di atas dapat ditentukan :

Impedansi beban nol :

nl nl nl

I V Z = =

95 . 2

200

= 67,80 ohm

Resistansi beban nol :

2

nl nl nl

I P

R = =

A W

2 95 , 2

230

= 26,43 ohm

Reaktansi beban nol :

2 2

nl nl

nl Z R

X = − = (67,80)2 −(26,43)2

= 62,44 ohm

Dengan menggunakan persamaan (3.30) didapat reaktansi pemagnetan

motor induksi :

2 1 2

2X X X

Xm = nL − − = 2 . 62,44 – 2 . 4,148 – 6,222 = 110,36

(62)

IV.4 Pengujian Berbeban

a. Rangkaian Pengujian

P T A C

S Line

Netral

V

W A

n

Motor Kapasitor Starting Line 1

Line 2

[image:62.595.117.554.186.295.2]

T

Gambar 4.5 Rangkaian Pengujian Berbeban

b. Prosedur Pengujian

1) Susun dan rangkailah peralatan pengujian sesuai dengan gambar

4.5 di atas.

2) Semuanya switch terbuka, pengatur tegangan semuanya minimum.

3) Tutup S, lalu naikkan PTAC sampai dicapai putaran nominal

motor.

4) Naikkan beban secara bertahap, dan tetap pertahankan agar

tegangan di V Konstan. Catatlah penunjukkan alat ukur A, W, T,

dan kecepatan motor (nr) setiap tahapnya.

5) Pengujian dilakukan sampai arus motor tidak melebihi arus

(63)

c. Hasil Pengujian

Torsi ( N.m) Nr (rpm) Arus Masukan (A) Daya Input (Watt)

0,1 1400 3,9 350

0,3 1395 4,0 400

0,4 1385 4,16 440

0,6 1380 4,32 450

d. Analisa Hasil Pengujian

Dari data hasil pengujian dapat diperoleh :

1. Pengukuran tahanan belitan :

Dari data pengukuran tahanan belitan , dengan faktor pengali 1,1 maka :

• Belitan Utama : r1m = 1.1

( )

(

Ampere

)

I

Volt V

dcm

dcm = 1,1

A V 8 . 4 26

= 5.95 Ω

• Belitan Bantu : r1a = 1.1

( )

(

Ampere

)

I

Volt V

dca

dca = 1,1

A V 70 , 4 1 , 98

= 22,96 Ω

2. Percobaan rotor tertahan ( blocked rotor test ) :

Vbr = 88,67 Volt Ibr = 4,8 Amp Pbr = 350 Watt

4 , 18 8 , 4 67 , 88 = = = br br br I V

Z Volt

2 br br br I P

R = = 2

8 , 4 350

= 15,2 ohm

2 2

br br

br Z R

(64)

Dengan desain motor kelas B, maka :

X1 = 0,4 . Xbr = 0,4 x 10,37 = 4,148 ohm

X2 = 0,6 . Xbr = 0,6 x 10,37 = 6,222 ohm

3. Percobaan beban nol :

Vnl = 200 Volt Inl = 2.95 Amp Pnl = 230 Watt

nl nl nl

I V

Z = =

95 . 2

200

= 67,80 ohm

2 nl nl nl I P

R = =

A W 2 95 , 2 230

= 26,43 ohm

2 2

nl nl

nl Z R

X = − = (67,80)2 −(26,43)2 = 62,44 ohm

2 1 2

2X X X

Xm = nL − − = 2 . 62,44 – 2 . 4,148 – 6,222 = 110,36

ohm

Dari data – data di atas dan data name plate, maka parameter –

parameter motor kapasitor starting tersebut di atas adalah :

Vt = 220 V r1m = 5,95 ohm r1a = 22,96 ohm

f = 50 Hz r2 = 9,25 ohm Xm = 110,36 ohm

p = 4 X1 = 4,148 ohm X2 = 6,37 ohm

nm = 1380 rpm C = 16 µF

Xc =

fC

π 2

1

= 6

10 . 16 . 50 . 2 1 −

π = 199,04 ohm

(65)

Untuk data pengujian berbeban I dengan Nr = 1400,

maka :

S = 0,066

1500 1400 1500

= −

Berdasarkan persamaan 2.7 :

) ( ) / ( ] ) / [( 5 . 0 ˆ 2 2 2 2 m m f f f X x j s r jx s r jX jX R Z + + + = + = Maka : ) 36 , 110 37 , 6 ( ) 066 , 0 / 25 , 9 ( ] 37 , 6 ) 066 , 0 / 25 , 9 [( 36 , 110 5 . 0 ˆ + + + = + = j j j jX R

Zf f f

Ω + = Ω ° ∠

=42,4 52,8 25,63 33,77

ˆ j

Zf

Dan berdasarkan persamaan 2.8 :

) ( ) 2 /( ( ] ) 2 /( [( 5 . 0 ˆ 2 2 2 2 m m b b b X x j s r jx s r jX jX R Z + + − − + = + = ) 36 , 110 37 , 6 ( ) 066 , 0 2 /( 25 , 9 ( ] 37 , 6 ) 066 , 0 2 /( 25 , 9 [( 36 , 110 5 . 0 ˆ + + − − + = + = j j j jX R

Zb b b

Ω + = Ω ° ∠

=3,76 55,44 2,13 3,1

ˆ

Gambar

Gambar 2.1. Konstruksi Umum Motor Induksi Satu Fasa.
Gambar 2.2. Medan Magnet Stator Berpulsa Sepanjang Garis AC.
Gambar 2.3. Motor Dalam Keadaan Berputar
Gambar 2.4. Fluks Rotor Tertinggal Terhadap Fluks Stator Sebesar 90°
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat karakteristik remaja tengah seperti yang telah dijelaskan di atas dan kemungkinan munculnya kecemasan karena ketegangan dan situasi tekanan yang

An addition of 1 m M 5-HT significantly reduced in the caudal pool affects burst generation only in the the frequency at different NMDA levels and prolonged the caudal pool,

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/56/DPbS Tanggal 9 Desember 2005 tentang Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan serta Laporan Tertentu dari Bank

KEY WORDS : Disaster Response, Orthophoto Production, Aerial Surveying, Data Acquisition, Post-processing, Shortened Workflow, Direct Geo-referencing, Reference Time

Uraian Tugas dan Fungsi Kecamatan Besuk yang tertuang dalam Peraturan Bupati Probolinggo Nomor 39 Tahun 2008 tentang yang mempunyai tugas – tugas dalam membantu Bupati

Sedangkan program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah / Lembaga untuk mencapai sasaran

In fact, the availability of an application using location data depends on the integrity of the location data (Yabuki, 2013), and the integrity of the location data strongly

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-3/W3, 2015 ISPRS Geospatial Week 2015, 28 Sep – 03 Oct 2015, La