• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ketersediaan Akses Internet dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Ketersediaan Akses Internet dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETERSEDIAAN AKSES INTERNET DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS SUMATER UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam

Bidang Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

OLEH:

NURHIDAYAH 100709061

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : ANALISIS KETERSEDIAAN AKSES INTERNET DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh : Nurhidayah

NIM : 100709061

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTKAAN DAN INFORMASI

Pembimbing I : Laila Hadri Naution, S.Sos, M.P Tanda Tangan :

____________________ Tanggal : ____________________

Pembimbing II : Abdul Hafiz Harahap, S.Sos, M.I.Kom Tanda Tangan :

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : ANALISIS KETERSEDIAAN AKSES INTERNET DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI PENGGUNA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh : Nurhidayah

NIM : 100709061

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd Tanda Tangan :

__________________ Tanggal : __________________

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Syahron Lubis, M.A

Tanda Tangan :

_____________________

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah orisinal dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh suatu kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Penulis membedakan dengan jelas antara pendapat atau gagasan penulis dengan pendapat atau gagasan yang bukan berasal dari penulis dengan mencantumkan tanda kutip.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(5)

ABSTRAK

NURHIDAYAH. 2015. Analisis Ketersediaan Akses Internet Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Adapun yang mendorong peneliti melakukan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimanakah ketersediaan akses internet terhadap pencarian informasi yang dilakukan oleh pengguna Perpustakaan USU. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan akses internet dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan USU.

Populasi penelitian ini adalah Pengguna Perpustakaan USU terutama anggota yang berjumlah 68.291 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin maka sampel yang didapat berjumlah 100 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada sampel dari populasi dan studi kepustakaan, selanjutnya data diolah berdasarkan besaran presentase jawaban responden.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mayoritas pengguna hanya memanfaatkan akses internet yang tersedia di Perpustakaan USU dengan frekuensi penggunaan 1 sampai dengan 2 kali dalam seminggu (58%) dan menghabiskan waktu untuk mengakses internet bekisar lebih dari 2 jam (39%) dalam sekali penelusuran. Dari hasil penelitian hampir setengah (41%) responden menyatakan bahwa kecepatan akses internet yang tersedia di Perpustakaan USU lambat dan kecepatan download juga lambat (39%) sehingga responden menyatakan kurang puas (42%) mengakses internet di area Perpustakaan USU, hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan akses internet dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna kurang dimanfaatkan untuk membantu kegiatan akademik mahasiswa.

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah berupaya mencapai hasil yang baik, namun karena keterbatasan waktu dan ilmu pengetahuan, maka penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna melengkapi dan menyempurnakan skripsi ini.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu keberhasilan penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd , selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos, M.P, selaku Dosen Pembimbing I (pertama) penulis yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Abdul Hafiz Harahap, S.Sos, M.I.Kom, selaku Dosen Pembimbing II (dua) penulis yang juga telah banyak memberikan arahan dan bimbingan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staff pengajar pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Univeristas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Drs. Nurdin S, M.Si yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Perpustakaan Univeritas Sumatera Utara. 7. Seluruh staff pegawai Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang

telah banyak membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

(7)

9. Buat abang dan kakaku ( Bang daus, kak mai, bang akbar) terima kasih atas dukungannya serta keponakan-keponakan kecilku Kenzie Alvaro Muhammad Raza dan Kimi Alfarabi Muhammad Raza yang membuat penulis cukup kewalahan menyelesaikan skripsi ini dengan tingkah-tingkah mereka.

10. Buat semua teman-temanku selama masa perkuliahan angkatan tahun 2010 dan teman geng 10 bersahabatku uyun, irma, jura, shobrina, cahaya, dwi, irsyad, auli, rizki yang sudah menyelesaikan skripsinya duluan, terima kasih atas dukungan serta semangatnya kepada penulis, sehingga menjadikan kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Buat teman-teman Palang Merah Indonesia Kota Medan, tika, lia, rio yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas do'a dan dukungannya.

12. Buat keponakan dari sepupuku Talitha Sikalei, terima kasih telah membantu penulis dan menemani penulis pada saat penulisan skripsi ini, terima kasih atas do'a dan semangat yang diberikan.

13. Buat adik-adik 2011 Qisthy, Kiki, Feba, Mairil yang telah berjuang bersama-sama penulis dalam menyelesaikan skrispsi ini. Terima kasih atas bantuannya.

Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya dan dapat menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

Medan, 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi ... 5

2.1.1 Pengertian Infrastruktur Teknologi Informasi ... 5

2.1.2 Infrastruktur Teknologi Informasi yang Adaptif ... 8

2.2 Akses Internet ... 10

2.2.1 Pengertian Akses Internet ... 10

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akses Internet ... 11

2.2.3 Jenis-jenis Kecepatan Akses Internet ... 12

2.2.4 Keuntungan Pencarian Informasi Melalui Akses Internet ... 15

2.2.5 Frekuensi Penggunaan Akses Internet ... 16

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi ... 29

2.5.4 Struktur dari Kebutuhan Informasi ... 33

2.5.5 Karakteristik Kebutuhan Informasi... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

(9)

3.4 Populasi ... 36

4.1 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Akses Internet ... 41

4.2 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Rata-Rata Waktu yang dipergunakanpada saat Mengakses Internet ... 43

4.3 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kecepatan Akses Internet yang Tersedia ... 44

4.4 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kepuasan Pengguna pada saatMengakses Internet ... 45

4.5 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Ketertarikan Pengguna pada saatMengakses Internet ... 46

4.6 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kesulitan yang dialami pada saatMengakses Internet ... 48

4.7 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kecepatan Download pada SaatMengakses Internet ... 49

4.8 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Media Akses Internet yang Digunakan ... 50

4.9 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kemampuan Pengguna dalamMencari Kebutuhan Informasi ... 52

4.10 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kepuasan Penggunadalam MencariKebutuhan Informasi ... 53

4.11 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kemampuan Pengguna dalamMenambah Pengetahuan Terhadap Informasi yang Diperoleh Sebelumnya ... 55

4.12 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Informasi yang Ditelusur oleh Pengguna ... 56

4.13 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Memadainya Informasi yang DisediakanOleh Perpustakaan USU ... 58

4.14 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kepuasan Kegiatan Perkuliahan yang Menuntut Pengguna Dalam Mengakses Informasi 59 4.15 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi Pengguna Membutuhkan Informasi ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian ... 39 Tabel 4.1 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Frekuensi

Penggunaan Akses Internet ... 42 Tabel 4.2 Analisis Ketersediaan Kases Internet Berdasarkan Rata-Rata

Waktu yang Dipergunakan pada Saat Mengakses Internet ... 43 Tabel 4.3 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kecepatan

Akses Internet yang Tersedia ... 44 Tabel 4.4 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kepuasan

Pengguna pada SaatMengakses Internet ... 45 Tabel 4.5 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Ketertarikan

Pengguna pada saat Mengakses Internet ... 47 Tabel 4.6 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kesulitan yang

Dialami pada Saat Mengakses Internet ... 48 Tabel 4.7 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kecepatan

Download padaSaat Mengakses Internet ... 49 Tabel 4.8 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Media Akses

Internet yang Sering Digunakan ... 51 Tabel 4.9 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kemampuan

Pengguna DalamMencari Kebutuhan Informasi ... 52 Tabel 4.10 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kepuasan

Pengguna DalamMencari Kebutuhan Informasi ... 53 Tabel 4.11 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kemampuan

Pengguna dalamMenambah Pengetahuan Terhadap Informasi yang Diperoleh Sebelumnya ... 55 Tabel 4.12 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Informasi yang Ditelusur olehPengguna ... 57 Tabel 4.13 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Memadainya

Informasi yang Disediakan Oleh Perpustakaan USU ... 58 Tabel 4.14 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Kegiatan Perkuliahan yang Menuntut Pengguna Dalam Mengakses

Informasi ... 59 Tabel 4.15 Analisis Ketersediaan Akses Internet Berdasarkan Faktor yang

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

ABSTRAK

NURHIDAYAH. 2015. Analisis Ketersediaan Akses Internet Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Adapun yang mendorong peneliti melakukan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimanakah ketersediaan akses internet terhadap pencarian informasi yang dilakukan oleh pengguna Perpustakaan USU. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ketersediaan akses internet dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan USU.

Populasi penelitian ini adalah Pengguna Perpustakaan USU terutama anggota yang berjumlah 68.291 orang. Dengan menggunakan rumus Slovin maka sampel yang didapat berjumlah 100 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada sampel dari populasi dan studi kepustakaan, selanjutnya data diolah berdasarkan besaran presentase jawaban responden.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa mayoritas pengguna hanya memanfaatkan akses internet yang tersedia di Perpustakaan USU dengan frekuensi penggunaan 1 sampai dengan 2 kali dalam seminggu (58%) dan menghabiskan waktu untuk mengakses internet bekisar lebih dari 2 jam (39%) dalam sekali penelusuran. Dari hasil penelitian hampir setengah (41%) responden menyatakan bahwa kecepatan akses internet yang tersedia di Perpustakaan USU lambat dan kecepatan download juga lambat (39%) sehingga responden menyatakan kurang puas (42%) mengakses internet di area Perpustakaan USU, hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan akses internet dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna kurang dimanfaatkan untuk membantu kegiatan akademik mahasiswa.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Informasi merupakan hal yang paling dibutuhkan oleh setiap orang pada saat ini, bahwa sekarang merupakan era globalisasi dimana kondisi ini secara langsung atau tidak langsung akan menimbulkan dinamika kehidupan yang mengharuskan ketersediaan informasi. Aktivitas seseorang dalam pekerjaannya semakin memerlukan banyak informasi agar tetap mempertahankan integrasi kepada sistem yang ada dan eksistensi terhadap informasi yang terus berkembang sehingga informasi semakin menjadi faktor krusial, yang dapat mempunyai peran berbeda dengan faktor lainnya.

Di masa sekarang dan mendatang akan tetap ditandai dengan globalisasi dalam berbagai aspek terutama aspek teknologi informasi yang merupakan syarat mutlak menuju masyarakat informasi. Teknologi informasi sebenarnya sudah hadir sejak dahulu namun teknologi dahulu jauh berbeda dengan teknologi yang ada saat ini, untuk itu manusia menciptakan teknologi dan mengembangkannya menjadi lebih baik lagi. Dengan perkembangan teknologi informasi yang disertai dengan ledakan informasi, terdapat keterkaitan antara teknologi informasi dengan infrastruktur teknologi informasi yang keduanya saling mendukung.

(15)

merupakan suatu evolusi panjang yang melaui banyak proses. Dengan adanya evolusi tersebut dampak pada zaman global saat ini setiap orang dapat mengakses infomasi lebih mudah dan sangat cepat. Mengakses informasi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat apabila di dukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang baik yang berdampak pada akses internet yang baik pula.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (Perpustakaan USU) dapat dikatakan sebagai jantung dari Universitas Sumatera Utara dalam memenuhi kebutuhan informasi sivitas akademika. Keadaan ini menjadi suatu pemikiran bagi Perpustakaan USU untuk menyediakan akses internet. Akses internet dengan disertai infrastruktur teknologi informasi yang baik berperan penting dalam mendukung proses penyebaran informasi. Dengan tersedianya akses internet yang memadai dapat membawa perubahan penting dan mendasar bagi perpustakaan demi menunjang kesuksesan sivitas akademika.

Berdasarkan data yang diperoleh dari LAKIP Perpustakaan Universitas Sumatera Utara tahun 2014, Perpustakaan USU memiliki sebanyak 13 server, 50

thinclient, 16 titik hotspot/Wi-Fi yang pada kenyataannya perangkat-perangkat

tersebut mengalami sejumlah kerusakan. Dilihat dari LAKIP Perpustakaan USU tahun 2014 kerusakan tersebut sebanyak 2 server, 16 thinclient, 1 titik hotspot/Wi-Fi. Sedangkan bandwidth internet yang dimiliki oleh Perpustakaan USU pada saat ini sebesar 20 Mbps. Berdasarkan Rancangan Peraturan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) pasal 39 ayat 4 menyatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi wajib memiliki

bandwidth minimal 5 (lima) Kbps/mahasiswa. Namun saat ini, bila dilihat dari

(16)

pengunjung sebanyak 988.659 orang per tahun untuk dapat mengakses informasi berupa jurnal elektronik sebanyak 7 database jurnal yang dilanggan Perpustakaan USU yaitu: ProQuest, EBSCO, GALE, Westlaw International, LanTEEAL,

IOPSCIENCE dan SpringerLink, Repository USU, situs perpustakaan USU dan

informasi-informasi lainnya dari banyak search engine yang ada dalam mendukung pemenuhan kebutuhan informasi pengguna Perpustakaan USU. Selain itu sering terjadinya kesulitan dalam mengakses website dikarenakan server down yaitu berupa propagasi DNS yang belum selesai atau pertukaran IP Address yang dilakukan Pusat Sistem Informasi USU sehingga berdampak pada akses internet pada Perpustakaan USU.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian lebih jauh mengenai ―Analisis Ketersediaan Akses Internet dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara‖

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian dan sekaligus pertanyaan penelitian yang akan di

jawab pada penelitian ini adalah ―Bagaimanakah Ketersediaan Akses Internet

(17)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketersediaan akses internet dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pihak Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Dapat memberikan informasi dan bahan masukan untuk mengevaluasi ketersediaan jaringan internet dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan informasi pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dengan sebaik-baiknya.

2. Bagi peneliti

Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji masalah yang sama.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(18)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Infrastruktur Teknologi informasi

Teknologi informasi merupakan hal yang membantu manusia membuat, mengubah, menyimpan, mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi. Dengan adanya teknologi informasi mempermudah manusia dalam mendapatkan informasi secara cepat. Dalam proses penyebaran informasi, teknologi informasi didukung oleh suatu infrastruktur yang membantu proses tersebut berjalan dengan lancar. Infrastruktur yang dimaksud adalah infrastruktur teknologi informasi. 2.1.1 Pengertian Infrastruktur Teknologi Informasi

Defenisi umum dari infrastruktur adalah istilah yang erat kaitannya dengan maknanya yaitu struktur di bawah struktur. Definisi ini menandakan adanya perbedaan layer dari struktur yang berada di atasnya, layaknya menyediakan layanan atau support.

(19)

Menurut Robertson dan Sribar (2001), dari gambar di atas masing-masing layer pada infrastruktur memiliki beberapa karakteristik tertentu, diantaranya:

1. Pemakainya lebih luas dibanding struktur diatasnya (yang didukungnya).

2. Lebih permanen/statis dibanding struktur diatasnya. 3. Terhubung secara fisik dengan struktur diatasnya.

4. Sering diperhitungkan sebagai service/layanan pendukung. 5. Terpisah (distinct) dari struktur-struktur yang didukungnya

dalam hal life-cyle-nya (plan, build ,run change, exit).

6. Terpisah (distinct) dari struktur-struktur yang didukungnya dalam hal kepemilikannya dan orang-orang yang mengeksekusi life-cyle-nya.

7. Dimiliki dan dikelola oleh pihak yang berbeda dari struktur yang didukungnya.

Melalui Gambar 2.1, dapat dijelaskan bahwa infrastruktur teknologi informasi sebagai struktur yang memberikan layanan dan dukungan terhadap lapisan di atasnya yaitu pengembangan aplikasi.

Infrastruktur teknologi informasi merupakan prasarana penunjang utama sumber daya teknologi dalam terselenggaranya proses penyebaran informasi. Pengertian infrastruktur teknologi informasi yang dikemukakan antara lain:

Menurut Garlic ( 2011, 1) bahwa:

―Infrastruktur teknologi informasi merupakan pondasi dasar dari

kapabilitas teknologi informasi. Kapabilitas teknologi informasi ini meliputi internal technical (equipment, software dan cabling) maupun human expertise yang dibutuhkan untuk memberikan

pelayanan yang dapat dipercaya‖. Menurut Weill (1993) bahwa:

―Infrastruktur teknologi informasi memberikan pondasi dasar bagi

kapabilitas teknologi informasi yang digunakan untuk membangun aplikasi bisnis dan biasanya dikelola oleh kelompok

sistem informasi‖.

Menurut Bryd dan Turner (2000) bahwa:

(20)

dikombinasikan untuk menciptakan jasa teknologi informasi yang unik bagi organisasi‖.

Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa infrastruktur teknologi informasi merupakan tingkat paling dasar dari komponen teknologi informasi. Infrastruktur teknologi informasi meliputi peralatan, hardware,

software dan manusia sebagai komponen pendukung didalamnya yaitu berupa

suatu keahlian khusus, nilai-nilai, norma dan pengetahuan sebagai pencipta jasa teknologi informasi agar dapat mengoperasikan infrastruktur teknologi informasi menjadi lebih berkembang pada masa yang akan datang.

Menurut Duncan (1995), terdapat satu cara untuk menggabungkan infrastruktur teknologi informasi melalui kualitas-kualitas dari:

1. Connectivity, kemampuan dari beberapa komponen teknik

untuk mempengaruhi beberapa komponen lain didalam dan diluar organisasi.

2. Compatibility, kemampuan membagi beberapa tipe dari

informasi dengan beberapa komponen teknik.

3. Modularity, kemampuan untuk menambah, memodifikasi dan

merubah kembali beberapa perangkat lunak , perangkat keras, atau komponen data dari infrastruktur dengan mudah dan dengan tidak semuanya menimbulkan efek.

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa infrastruktur teknologi informasi merupakan penggabungan dua komponen berbeda berupa komponen teknik dan komponen manusia yang saling mendukung dan memiliki hubungan. Suatu organisasi yang memiliki kualitas-kualitas berupa connectivity,

compatibility, modularity tinggi dipandang mempunyai tingkat fleksibilitas

(21)

dengan beberapa perubahan yang berbeda dalam aturan-aturan dari strategi dan strukturnya.

2.1.2 Infrastruktur Teknologi Informasi yang Adaptif

Infrastruktur teknologi informasi yang adaptif adalah infrastruktur yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan dibuat fleksibel untuk dapat mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi secara efisien. Alasan mengapa dibutuhkan infrastruktur teknologi yang adaptif cukup sederhana, hal ini disebabkan karena dunia bisnis baik termasuk lembaga profit maupun non-profit seperti perpustakaan begitu cepat berubah, sedangkan perubahan teknologi informasi tidak bisa dilakukan secepat itu. Sehingga perlu disiapkan infrastruktur yang bisa mengantisipasi banyak perubahan untuk jangka waktu yang cukup panjang.

Menurut Robertson dan Sribar (2001), manifestasi dari infrastruktur teknologi informasi yang adaptif adalah:

1. Efficiency, dengan tersedianya komponen-komponen yang

dapat dimanfaatkan bersama oleh berbagai sistem aplikasi baik lama maupun baru.

2. Efectiveness, dengan komponen-komponen yang mudah

dipadukan (interoperable) dan di integrasikan.

3. Agility, dengan komponen-komponen yang mudah dirombak,

di-upgrade, atau diganti.

Sedangkan tolok ukur dari dari infratruktur adaptif, adalah:

1. Time to market, kecepatan implementasi layanan baru.

2. Scalability, mampu mengakomodasi peningkatan penggunaan

beban.

3. Extensibility, kemudahan menambah komponen baru.

4. Complexity Partitioning, partisi arsitektur aplikasi kedalam

komponen-komponen yang dapat dikelola secara terpisah

(modular).

5. Reusability, pemnafaatan ulang/silang komponen-komponen

(22)

6. Integration, pemanfaaatan teknologi open standart yang memungkinkan integrasi antar komponen-komponen infrastruktur.

Permasalahan yang sering timbul adalah penerapan infrastruktur teknologi informasi yang tidak terencana dengan baik serta tidak terkoordinasinya perencanaan infrastruktur dengan strategi dan pengembangan sistem informasi. Seringkali pengembangan infrastruktur menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan aplikasi-aplikasi baru tanpa adanya standarisasi.

Penyelesaian dari masalah di atas, adalah dengan mengembangkan infrastruktur teknologi informasi yang adaptif. .

Menurut Robertson dan Sribar (2001), pengembangan infrastruktur teknologi yang adaptif dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Merencanakan infrastruktur secara menyeluruh, mencakup seluruh institusi dengan berbagai tingkatan struktur yang ada. 2. Mempertimbangkan kebutuhan infrastruktur di masa depan

dengan mengakomodasi perubahan dan pertumbuhan. 3. Memaksimalkan penggunanaan ulang dan silang (reuse)

komponen infrastruktur termasuk didalamnya infrastruktur sumber daya manusia.

4. Memilih teknologi yang tepat. Dengan mempertimbangkan perkembangan teknologi di masa depan , penerapan teknologi

open standart dapat lebih efisien untuk menjamin

interoperabilitas dan kebebasan dari ktergatungan pada

vendor tertentu. Selain itu, harus dilihat juga kesesuaian

dengan kebutuhan bisnis, kesiapan serta kemampuan institusi untuk mengadopsinya.

5. Menerapkan prosedur standar dalam perencanaan dan pengelolaan infrastruktur.

(23)

2.2 Akses Internet

Teknologi semakin berkembang pesat sehingga teknologi diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Salah satu teknologi tersebut adalah teknologi informasi yang menjadikan informasi sebagai hal yang paling dibutuhkan oleh siapa saja. Informasi berkembang begitu cepat sehingga manusia menciptakan suatu teknologi untuk dapat mengakses informasi salah satunya dengan cara bertukar informasi yaitu dengan cara mengakses internet. Internet di zaman modern seperti sekarang tidak lepas dari kehidupan manusia, dengan mengakses internet memberikan manfaat salah satunya dalam kegiatan perkuliahan yang memerlukan ketersediaan informasi yang beragam.

2.2.1 Pengertian Akses Internet

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian akses adalah jalan masuk. Sedangkan akses internet adalah media yang digunakan para pengguna untuk koneksi ke internet. Mengakses internet adalah sebuah kegiatan yang berkaitan dengan komputer yang terkoneksi dengan internet. Akses internet bisa menggunakan bermacam media komputer pribadi, handphone, tv kabel dan lain-lain. Akses internet dapat berjalan bila sudah tersedianya internet.

Menurut Allen yang dikutip oleh Hasugian (2005, 9) internet adalah sistem komputer yang saling berhubungan sehingga memungkinkan komputer dekstop yang kita miliki dapat bertukar data, pesan dan file-file dengan berjuta-juta komputer lain yang berhubungan ke internet.

Menurut Bustami (2000, 1) menyatakan bahwa internet adalah jaringan global yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan komputer termasuk jaringan-jaringan lokal. Dari segi pengetahuan, internet didefenisikan sebagai sebuah perpustakaan besar dengan segudang informasi lengkap didalamnya.

(24)

grafik, audio maupun animasi dan lain-lain dalam bentuk media elektronik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui dengan adanya internet dapat mempermudah pertukaran data dan juga memiliki kegunaan dalam mencari suatu informasi. Dengan adanya internet proses pencarian informasi berjalan cepat tanpa mengenal ruang dan waktu dan siapa saja bisa mengaksesnya. Untuk itu antara akses dan internet merupakan suatu kesinambungan terhadap pengertian keduanya. Internet menyediakan akses sehingga memungkinkan untuk menulusur informasi yang dibutuhkan.

2.2.2 Faktor –faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Akses Internet

Pada saat mengakses internet terkadang kecepatan akses terasa cepat dan terasa lambat. Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan akses internet tersebut. Koneksi internet menggunakan banyak perangkat dari penyedia layanan yang berbeda. Menurut Atmanto (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan akses internet adalah:

1. Unit komputer

Komputer sangat berperan dalam kecepatan akses internet karena di dalam komputer ada harddisk, RAM dan processor yang berperan penting pada proses kerja komputer tersebut. Bila harddisk yang dipakai berkecepatan rendah maka kecepatan akses internet pun juga rendah, begitu juga bila menggunakan RAM atau processor yang kecepatan rendah, ini sangat mempengaruhi kecepatan internet.

2. Modem

Modem juga sangat mempengaruhi kecepatan akses internet. Modem mempunyai kecepatan yang berbeda-beda. Modem yang sering digunakan adalah modem yang berkecepatan 56 kbps.

3. Jaringan komunikasi yang digunakan untuk akses internet

Untuk mengakses internet bisa menggunakn layanan line telepon, CDMA, GPRS, dan satelit. Masing-masing layanan tersebut mempunyai kecepatan yang berbeda. Kecepatan yang paling rendah adalah menggunakan line telepon.

4. Besar Bandwitdh

(25)

dengan satuan Hertz. Semakin besar bandwidth yang disediakan oleh ISP, maka semakin cepat pula akses internetnya.

5. Jumlah pengguna yang mengakses server secara bersamaan.

Kecepatan akses internet pada jam-jam tertentu biasanya sangat lambat, dikarenakan banyaknya pengguna internet yang mengakses internet secara bersamaan. Pada jam 08.00 – 15.00 WIB biasanya jaringan sedang sibuk-sibuknya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa beberapa faktor berupa unit komputer, modem, jaringan komunikasi yang digunakan untuk akses internet, besar bandwidth dan jumlah pengguna yang mengakses server secara bersamaan mempengaruhi kecepatan akses internet yang digunakan. Untuk menghindari koneksi internet yang lambat sebaiknya faktor-faktor tersebut bisa dijadikan perhatian yang tepat untuk mengantisipasi terjadinya akses internet yang lambat.

2.2.3 Jenis - Jenis Kecepatan Akses Internet

Kecepatan akses akan sangat bergantung pada teknologi jaringan di sekitar jarak dan jarak/kondisi lingkungan saat koneksi internet dilakukan. Adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini memungkinkan kita dapat menoneksikan komputer dengan internet melalui beberapa cara. Menurut Atmanto ( 2009), terdapat pilihan tipe/jenis kecepatan internet yang digunakan. Berikut adalah kecepatan internet sesuai dengan saluran yang dipilih.

1. Koneksi Dial-Up

Sebelum ada handphone, umumnya komunikasi dilakukan melalui saluran telepon, yaitu dengan cara menghubungkan komputer ke kabel telepon rumah melalui modem analog (konvensional). Cara ini disebut dengan koneksi dial-up. Dial-up melalui jalur PSTN (Public Switched Telephone Network) adalah cara terhubung ke ISP (Internet Servive Provider) melalui jaringan telepon regular (PSTN), contohnya adalah Telkomnet Instan dari ISP Telkom.

2. Koneksi ADSL

(26)

dengan modem konvensional yang bekerja pada frekuensi di bawah 4 kHz. Keuntungan ADSL adalah memberikan kemampuan akses internet berkecepatan tinggi dan suara/fax secara simultan.

Berikut ini merupakan bandwidth maksimum yang didapat apabila menggunakan akses internet menggunakan ADSL:

a. Untuk line rate 384 kbps, bandwidth maksimum yang didapatkan mendekati 337 kbps.

b. Untuk line rate 384 kbps, throughput rata-rata (kecepatan download) yang bisa didapatkan sekitar 40 Kb/s.

c. Untuk line rate 512 kbps, bandwidth maksimum yang didapatkan mendekati 450 kbps.

d. Untuk line rate 512 kbps, throughput rata-rata (kecepatan download) yang bisa didapatkan sekitar 52 Kb/s.

Contoh koneksi ADSL adalah Speedy dari Telkom. Dibandingkan koneksi dial-up koneksi ADSL.

3. Koneksi GPRS

GPRS adalah kepanjangan dari General Packet Radio Service yaitu komunikasi data dan suara yang dilakukan dengan menggunakan gelombang radio. GPRS memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan data dan suara pada saat alat komunikasi bergerak

(mobile). Sistem GPRS dapat digunakan untuk transfer data dalam

bentuk paket data yang berkaitan dengan e-mail, data gambar (MMS), dan penelusuran (browsing) internet. Layana GPRS dipasang pada jenis ponsel tipe GSM dan IS-136, walaupun jaringan GPRS saat ini terpisah dari GSM.

Kecepatan GPRS sangat tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut: a. Konfigurasi dan alokasi time slot pada level BTS

b. Software yang dipergunakan

c. Dukungan fitur dan aplikasi yang digunakan 4. Koneksi 3G

3G adalah singkatan dari third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel (wireless). 3G sebagai sebuah solusi nirkabel bisa memberikan kecepatan akses internet sebesar:

- 144 Kbps untuk kondisi bergerak cepat - 384 Kbps untuk kondisi berjalan

- 2 Mbps untuk kondisi statik di suatu tempat

(27)

karena berbagai elemen jaringan sudah didesain untuk ke arah layanan nirkabel pita lebar (broadband wireless).

5. Koneksi HSDPA

HSDPA adalah singkatan dari High-Speed Downlink Packet Access yang merupakan sebuah protokol telepon genggam dan juga sering disebut 3,5G. HSDPA fase pertama berkapasitas 4,1 Mbps. Kemudian menyusul fase 2 berkapasitas 11 Mbps dan kapasitas maksimal

downlink peak data rate hingga mencapai 14 Mbit/s. Teknologi ini

dikembangkan dari WCDMA (3G). HSDPA memberikan jalur evolusi untuk jaringan Universal Mobile Telecommunications System (UMTS/3G) yang memungkinkan untuk penggunaan kapasitas data yang lebih besar sampai 14,4 Mbit/detik arah turun. Hingga kini penggunaan teknologi HSDPA hanya pada komunikasi downstream menuju telepon genggam.

Dalam hal kecepatan download dikatakan bahwa:

a. Di lingkungan perumahan teknologi ini dapat melakukan unduh data hingga berkecepatan 3,7 Mbps.

b. Dalam keadaan bergerak seseorang yang sedang berkendaraan di jalan tol berkecepatan 100 km/jam dapat mengakses internet berkecepatan 1,2 Mbps.

c. Di lingkungan perkantoran yang padat pengguna dapat menikmati streaming video dengan perkiraan kecepatan 300 Kbps.

Kelebihan HSDPA adalah mengurangi tertundanya pengunduhan data dan memberikan umpan balik yang lebih cepat saat pengguna menggunakan aplikasi interaktif seperti mobile office atau akses kecepatan tinggi untuk penggunaan fasilitas permainan atau mengunduh audio dan video. Kelebihan lain HSDPA, meningkatkan kapasitas sistem tanpa memerlukan spektrum frekuensi tambahan. Hal ini menyebabkan berkurangnya biaya layanan mobile data secara signifikan

(28)

2.2.4 Keuntungan Pencarian Informasi Melalui Akses Internet

Sumber-sumber informasi yang terdapat pada internet cukup besar dan akan selalu bertambah dari waktu ke waktu. Internet dapat digambarkan seperti cairan yang selalu berubah setiap saat, dengan kata lain perputaran informasi yang terdapat pada internet memiliki kecepatan yang sangat tinggi. Internet dapat pula disebut sebagai perpustakaan yang dapat dikunjungi setiap saat yang berisikan informasi yang lengkap dan sebagai alat penelurusan informasi yang tidak terbatas. Internet adalah media sempurna yang dapat menghubungkan berjuta-juta orang secara elektronik. Menurut Nasution (2004, 20) ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melaui pengaksesan terhadap internet adalah :

1. Informasi yang terdapat di internet diperoleh dengan cepat dan murah. 2. Mengurangi biaya kertas dan biaya distribusi.

3. Sebagai media promosi. 4. Dokumen (Full Text)

5. Menyediakan informasi beasiswa.

6. Menawarkan kursus yang menerbit newsletter dan perlindungan untuk pemakai yang luas.

7. Ensiklopedi di web

Dengan fasilitas layanan WWW pengguna dapat memperoleh informasi dari berbagai ensiklopedia umum yang menyimpan informasi tentang banyak hal.

8. Mematenkan penemua di web.

9. Majalah kampus di internet dan merujuk referensi di internet.

2.2.5 Frekuensi Penggunaan Akses Internet

(29)

dan biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan internet pada setiap pengguna juga dipengaruhi oleh kebutuhan terhadap informasi yang berbeda-beda.

Tinggi rendahnya penggunaan akses terhadap internet sebenarnya tidak menjadi ukuran bahwa seseorang telah menggunakan internet secara optimal atau tidak. Hal ini disebabkan karena frekuensi yang minim dapat diatasi dengan masa penggunaan yang panjang. Dengan kata lain kuantitas bukanlah hal yang penting melainkan kualitas pemanfaatan merupakan hal yang terpenting dalam pemanfaatan akses internet.

2.2.6 Jenis Jaringan Komputer Untuk Akses Internet

Untuk dapat mengakses internet dibutuhkan sekumpulan jaringan yang saling terhubung agar bisa dapat mengoneksikannya ke internet yang dinamakan jaringan komputer. Adapun pengertian jaringan komputer yang dikemukan oleh Turban, Efrain et.all (2003, 178) bahwa ―Computer network is consist of communication, media, device, and sotware needed to connect 2 or more computer system and/or device”

Menurut Sutarman (2012, 188), ―suatu jaringan komputer terdiri atas

media komunikasi, peralatan, dan perangkat lunak yang di perlukan untuk menghubungkan dua atau lebih sistem komputer dan berbagai peralatan‖. Jaringan komputer untuk akses internet menurut Sutarman terdapat 3 jenis jaringan yaitu:

1. LAN

Local Area Network biasa disingkat LAN adalah jaringan komputer yang

(30)

berkecepatan antara 10-10000 Mbp. LAN yang menggunakan teknologi wireless biasa disebut wireless LAN.

LAN mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Mempunyai pusat data yang lebih tinggi. 2. Meliputi wilayah geografi yang lebih sempit.

3. Tidak membutuhkan jalur telekomunikasi yang disewa dari operator telekomunikasi.

Biasanya salah satu komputer di antara jaringan komputer akan digunakan menjadi server yang mengatur semua sistem di dalam jaringan. Keuntungan jaringan LAN:

1. Pertukaran file dapat dilakukan dengan mudah. 2. Pemakaian printer dapat dilakukan dengan mudah. 3. File-file data dapat disimpan pada server.

4. File data yang keluar/masuk dari/ke server dapat di kontrol. 5. Proses backup data menjadi lebih mudah dan cepat.

6. Resiko kehilangan data oleh virus komputer menjadi sangat kecil. 7. Bila salah satu client/server terhubung dengan modem, maka kekurangan dan kelebihan yang relatif sama.

3. WAN

Wide Area Network atau biasa disingkat WAN adalah kumpulan dari LAN

dan/atau workgroup yang dihubungkan dengan menggunakan alat komunikasi modem dan jaringan internet, dari/ke kantor pusat dan kantor cabang, maupun antar kantor cabang. Dengan sistem jaringan ini, pertukaran data antar kantor dapat dilakukan dengan cepat serta dengan biaya yang relatif murah.

Sistem jaringan ini menggunakan jaringan internet yang sudah ada, untuk menghubungkan antara kantor pusat dan kantor cabang dengan PC Stand

Alone/Notebook yang berada di lain kota ataupun negara. Keuntungan jaringan

WAN:

1. Server kantor pusat dapat berfungsi sebagai bank data dari kantor cabang.

(31)

3. Pooling data dan updating data antara kantor dapat dilakukan setiap hari pada waktu yang ditentukan.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa setiap jaringan komputer memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jaringan komputer yang digunakan disesuaikan dengan area suatu wilayah.

2.2.7 Perangkat Keras Pendukung Akses Internet

Dalam membangun sebuah jaringan komputer untuk dapat mengakses internet dibutuhkan perangkat keras khusus yang berhubungan dengan kebutuhan jaringan yang akan dibangun.

Menurut Sofana (2008, 21), perangkat keras jaringan komputer untuk akses internet adalah:

1. NIC ( Network Interface Card) merupakan peralatan yang berhubungan langsung dengan komputer dan desain agar komputer-komputer jaringan dapat saling berkomunikasi. NIC juga menyediakan akses ke media fisik jaringan. Bagaimana bit-bit data (seperti tegangan listrik, arus, gelombang elektromagnetik, dan besaran fisik lainnya) dibentuk akan ditentukan oleh NIC.

2. HUB merupakan peralatan yang dapat menggandakan frame data yang berasal dari salah satu komputer ke semua port yang ada pada hub tersebut. Sehingga semua komputer yang berhubungan dengan port akan menerima data juga.

3. Brigde merupakan peralatan yang dapat menghubungkan beberapa segmen dalam sebuah jaringan. Berbeda dengan hub, bridge dapat mempelajari MAC address tujuan. Sehingga jika sebuah komputer mengirim data untuk komputer tertentu, maka bridge akan mengirim data melalui port yang terhubung dengan komputer tujuan saja. Jika

bridge belum mengetahui port mana yang terhubung dengan komputer

tujuan, maka akan mencoba mengirim pesan broadcast ke semua port (kecuali port computer yang mengirim). Jika port tujuan telah diketahui, maka untuk selanjutnya hanya port itu saja yang akan dikirim data. Bridge juga dapat mem-filter trafik di antara 2 (dua) segmen LAN. Bridge bekerja di layar Data Link.

4. Router merupakan peralatan jaringan yang dapat menghubungkan satu

jaringan dengan jaringan yang lain. Sepintas lalu router mirip dengan

bridge, namun router lebih cerdas dibandingkan dengan bridge.

Router bekerja menggunakan routing table yang disimpan di

(32)

yang kan ditempuh oleh paket data. Router akan memutuskan media fisik jaringan yang disukai dan yang tidak disukai. Protocol routing dapat mengatisipasi berbagai kondisi yang tidak dimiliki oleh peralatan bridge. Router bekerja pada layar network.

5. Network Switch selain repeater, bridge, dan router terdapat sejumlah

peralatan switching yang dapat digunakan dalam membangun

internetwork. Perlatan switch didesain dengan tujuan yang berbeda

dengan repeater, bridge, dan router. Jika perangkat jaringan yang terhubung pada sebuah LAN terlalu banyak, maka kebutuhan transmisi meningkat melebihi kapasitas yang mampu dilayani oleh media transmisi jaringan. Cara kerja switch mirip dengan bridge, sehingga kadangkala switch disebut sebagai multiple bridge dan setiap host yang terkoneksi akan mendapatkan full bandwidth. Switch memiliki beberapa kelebihan dibandingkan bridge antara lain dalam

hal forwarding method paket yang dilewatkan.

6. Modem digunakan sebagai penghubung jaringan LAN dengan internet. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perangkat-perangkat keras tersebut memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing dalam membantu proses terkoneksinya suatu jaringan komputer yang bisa digunakan untuk akses internet.

2.3 Bandwidth

Di dalam jaringan komputer, bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk data transfer rate yaitu jumlah data yang dapat dibawa dari sebuah titik ke titik lain dalam jangka waktu tertentu (pada umumnya dalam detik). Jenis bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bits per second). Adakalanya juga dinyatakan dalam Bps (bytes persecond). Secara umum, koneksi dengan bandwidth yang besar/tinggi memungkinkan pengiriman informasi yang besar seperti pengiriman gambar/images dalam video presentation.

(33)

hosting. Bandwidth sendiri menunjukkan volume data yang dapat di transfer per unit waktu. Sedangkan data transfer adalah ukuran lalu lintas data dari website. Lebih mudah kalau dikatakan bahwa bandwidth adalah rate dari data transfer.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bandwidth mempunyai perananan penting dalam membantu kecepatan akses internet. Semakin besar bandwidth yang tersedia semakin cepat pula koneksi internetnya 2.3.1 Jenis-Jenis Banwidth

Bandwidth mempunyai jenis dan kegunanaannya masing-masing. Menurut Lubis (2013), terdapat dua jenis bandwidth yang sering dikenal yaitu:

a. Digital Bandwidth

Digital Bandwidth adalah jumlah atau volume data yang dapat

dikirimkan melalui sebuah saluran komunikasi dalam satuan bits

persecond tanpa distorsi.

b. Analog Bandwith

Analog Bandwidth adalah perbedaan antara frekuensi terendah dengan

frekuensi tertinggi dalam sebuah rentang frekuensi yang diukur dalam satuan Hertz (Hz) atau siklus per detik, yang menentukan berapa banyak informasi yang bisa ditransimisikan dalam satu saat.

2.3.2 Manjemen Bandwidth

(34)

menghindarimengisi link untuk kapasitas atau overfilling link, yang akan mengakibatkan kemacetan jaringan dan kinerja yang buruk. Maksud dari manajemen bandwidth ini adalah bagaimana kita menerapkan pengalokasian atau pengaturan bandwidth dengan menggunakan sebuah PC Router Mikrotik. Manajemen bandwitdh memberikan kemampuan untuk mengatur bandwidth jaringan dan memberikan level layanan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas sesuai dengan permintaan pelanggan.

2.4 Wireless Fidelity (Wi-Fi)

Teknologi wireless dapat di artikan sebagai teknologi tanpa kabel. Teknologi wireless menggunakan udara sebagai media perantara untuk melakukan pertukaran data. Teknologi wireless tidak hanya di terapkan pada dunia komputer saja tetapi juga pada bidang telekomunikasi. Salah satu teknologi wireless yaitu

Wireless Fidelity (Wi-Fi). Menurut Andi (2003) meyatakan bahwa Wi-Fi

merupakan ―sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks – WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11‖. Teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan kepada pemakainya untuk mengakses internet atau mentransfer data dari mana saja, tidak lagi harus berada di dalam ruangan. Pemanfaatan teknologi Wi-Fi ini, sebagai andalan dalam membangun jaringan tanpa kabel untuk berbagai kebutuhan. Kecepatan transfer data Wi-Fi yang saat ini sudah mencapai 54 Mbps. Memang masih tidak sebanding dengan kecepatan dengan kabel UTP yang sudah mencapai 1 Gbps. Walau demikian sebagian besar pengguna merasa kecepatan ini sudah memadai

(35)

Kelebihan:

- Biaya pemeliharaannya murah (hanya mencakup stasiun sel bukan seperti pada jaringan kabel yang mencakup keseluruhan kabel). - Infrastrukturnya berdimensi kecil, pembangunannya cepat, mudah dikembangkan (misalnya dengan konsep mikrosel dan teknik frequency reuse).

- Mudah dan murah untuk direlokasi dan mendukung portabelitas. - Koneksi internet akses 24 jam, aksesnya cepat, dan bebas pulsa

telepon.

Sedangkan kelemahan yang terletak pada media transmisi wireless: - Biaya peralatan mahal (kelemahan ini dapat dihilangkan dengan

mengembangkan dan memproduksi teknologi komponen elektronika sehingga dapat menekan biaya jaringan).

- Delay yang besar, adanya masalah propagasi radio seperti

terhalang, terpantul dan banyak sumber interferens (kelemahan ini dapat di atasi dengan teknik modulasi, teknik antena diversity, teknik spread spectrum dll).

- Kapasitas jaringan menghadapi keterbatasan spektrum (pita frekuensi tidak dapat diperlebar tetapi dimanfaatkan dengan efisien dengan bantuan bermacam-macam teknik seperti spread sepctrum/DS-CDMA).

- Keemanan data (kerahasiaan kurang terjamin.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jaringan tanpa kabel menawarkan efisiensi dalam waktu dari segi penginstalan dan biaya, mengurangi pemakaian kabel dan penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Jaringan tanpa kabel memberikan solusi baru dalam pemilihan penggunaan jaringan internet.

2.4.1 Perangkat Keras Wi-Fi

Agar dapat terkoneksinya internet menggunakan Wi-Fi, dibutuhkan perangkat keras yang sering digunakan dalam membangun sebuah Wi-Fi. Menurut Andi (2003, 17), Wi-Fi yang ada di pasaran saat ini antara lain:

(36)

2. USB merupakan singkatan dari Universal Serial Bus adalah hubungan serial antara peripheral dengan komputer. USB merupakan suatu teknologi yang memungkinkan kita untuk menghubungkan alat eksternal, seperti: Scanner, printer, mouse, keyboard, flash disk dan kamera digital ke komputer kita.

3. PCMCIA merupakan singkatan dari Personal Computer Memory Card International Association, adalah kartu seukuran kartu kredit yang digunakan sebagai interface dalam mendukung kinerja komputer. Misalnya berfungsi sebagai: modem, kartu nirkabel dan sebagainya. Umumnya PCMCIA card ini digunakan pada Notebook.

4. Compact Flash atau disingkat CF adalah suatu memory card kecil yang dapat disisipkan dalam kamera digital atau suatu file untuk menyimpan data. CF adalah kartu penyimpan memori paling populer yang digunakan dalam kamera digital gambar tidak bergerak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa Wi-Fi yang sering berada di pasaran seperti PCI, USB, PMCIA dan

compact flash yang masing-masing item tersebut memiliki kelebihan dan

kekurangannya sendiri. Perangkat-perangkat tersebut dapat dijadikan pilihan bagi setiap orang yang ingin menggunakannya.

2.2 Mode Akses Wi-Fi

Agar dapat terciptanya suatu koneksi internet menggunakan Wi-Fi terdapat beberapa pilihan mode akses agar bisa mengaksesnya. Menurut Andi (2003, 26), ada 2 mode akses koneksi Wi-fi, yakni sebagai berikut:

1. Ad-hoc. Mode koneksi ini adalah mode dimana beberapa komputer

terhubung secara langsung, atau lebih dikenal dengan istilah Peer-to-peer. Keuntungannya, lebih murah dan praktis bila yang terkoneksi hanya 2 atau 3 komputer, tanpa harus membeli access point.

(37)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua mode akses koneksi Wi-Fi tersebut merupakan suatu pilihan bagi yang ingin memanfaatkannya. Kedua mode akses tersebut sama bagusnya dan memiliki kelebihannya masing-masing.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Sinyal Wi-Fi.

Perkembangan dunia wireless yang pesat dapat dilihat perluasan teknologi wireless itu sendiri berdasarkan jangkauan dan kebutuhannya mulai dari PAN (Personal Area Network), WLAN (Wireless Local Area Network), MAN (Metropolitan Area Network) dan WAN (wide area network) sebagaimana yang terlihat pada pemanfaatan beragam teknologi wireless yang ada, bergantung pada jangkuan yang mendukung urgensi fungsional konektivitasnya serta kecepatan aksesnya (data rate). Adapun faktor-faktor yang menentukan kualitas sinyal jaringan Wi-Fi pada umumnya adalah: Lokasi (Faktor yang sangat menetukan untuk menigkatkan dan mendapatkan kecepatan Wi-Fi yang kuat), Tata letak gedung dengan bahan konstruksi beton dan besi (Menghambat transmisi sinyal dan menurunkan kualitas sinyal titik akses). Pemasangan sebuah hotspot yang tidak benar pada ruangan gedung yang tidak terjangkau.

2.5 Kebutuhan Informasi

(38)

perpustakaan perguruan tinggi untuk menyediakan informasi yang beragam dan sesuai dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika.

2.5.1 Pengertian Kebutuhan Informasi

Manusia adalah makhluk yang kompleks. Manusia dalam melangsungkan kehidupannya memiliki banyak kebutuhan. Kebutuhan setiap orang berbeda-beda termasuk kebutuhan informasi. Setiap kebutuhan informasi seseorang diperlukan sebagai tuntutan dalam penunjang kehidupannya untuk melaksanakan kegiatan. Kebutuhan diartikan sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh seseorang yang harus dipenuhi. Ada banyak pengertian kebutuhan informasi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:

Menurut Kulthau yang di kutip oleh Ishak (2006, 91) menyatakan bahwa

―kebutuhan informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan informasi yang di perlukan‖

Menurut Kricelas yang dikutip oleh Ishak (2006, 91) mendefenisikan

kebutuhan infomasi sebagai berikut, ―... when the current state of possesed

knowledge is less than needed. Krikelas menyatakan bahwa kebutuhan

informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk mencari

informasi‖

Menurut Wilson (1994), menyatakan bahwa ―kebutuhan informasi adalah

sebuah pengalaman subyektif yang hanya terjadi pada pikiran orang yang sedang dalam kondisi membutuhkan dan tidak bisa secara langsung

diakses oleh para pengamat‖

(39)

2.5.2 Jenis Kebutuhan Informasi

Dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya kebutuhan, maka banyak kebutuhan informasi yang bisa di kemukakan, antara lain:

Kebutuhan informasi menurut Diao yang dikutip oleh Prahatmaja (2006, 5) membagi kebutuhan informasi manusia menjadi tiga macam kebutuhan informasi, yaitu:

1. Kebutuhan informasi yang objektif, yaitu kebutuhan yang seharusnya ada kalau seseorang mau mencapai tujuannya dengan sukses. Kebutuhan informasi objektif ini menentukan ruang lingkup informasi potensial objektif.

2. Kebutuhan informasi subjektif yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang sebagai persyaratan untuk suksesnya pencapaian tujuan. Kebutuhan jenis ini menentukan ruang lingkup informasi potensial subjektif. Namun yang sering menjadi permasalahan adalah kebutuhan informasi yang di sadari pun kerapkali tidak selalu mudah untuk merumuskannya.

3. Kebutuhan informasi yang terpenuhi, yaitu kebutuhan informasi yang disadari seseorang dan terpenuhi kebutuhannya.

Ada banyak jenis kebutuhan informasi, menurut Katz yang dikutip oleh Yusup (2009), antara lain adalah:

1. Kebutuhan kognitif. Ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini di dasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

2. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estesis, hal yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-penglaman emosional. Dalam hal ini, berbagai media sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Misalnya, orang mebeli radio, telvisi, dan menonton film, tidak lain karena mencari hiburan.

(40)

4. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan kekeluargaan, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

5. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat mencari, hiburan dan pengalihan.

Menurut Taylor (1968, 178-189) ada empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benar-benar dapat terwujud secara pasti:

1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika ―need for information

not existing in the remembered experience of the inquirer‖ –

atau dengan kata lain ketika kebutuhan informasi belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang

dalam hidupnya. Inilah kebutuhan ―tersembunyi‖ yang

seringkali baru muncul setelah ada pengalaman tertentu.

2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan ―

mental-description of an ill-defined area of indecision‖ atau

ketika seseorang mulai mereka-reka apa sesungguhnya yang ia butuhkan.

3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih

jelas dan terpadu dapat mengenali kebutuhan informasinya, dan mungkin di saat inilah ia baru dapat menyatakan kebutuhannya kepada orang lain.

4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah

rumusan kebutuhannya karena mengantisipasi, atau beraksi terhadap kondisi tertentu.

Menurut Morgan dan King yang dikutip oleh Wilson (1994) mengemukakan bahwa jenis kebutuhan informasi muncul dari tiga motif, yaitu:

1. Physicological motives: kebutuhan didasari atas kebutuhan

diri sendiri.

2. Unleraned Motives: kebutuhan informasi terjadi karena

adanya tugas, atau informasi digunakan untuk mengambil suatu keputusan.

3. Social Motives: kebutuhan informasi terjadi karena adanya

(41)

Berdasarkan uraian di atas, jenis kebutuhan informasi sesorang didasari oleh banyak hal. Kebutuhan akan informasi bisa timbul karena pengalaman-pengalaman emosional dalam hidup, pekerjaan, hasrat ingin memahami terhadap sesuatu yang tidak diketahui, pendidikan , kegiatan bersosialisasi, bahkan untuk mencari suatu hiburan atau pengalihan.

2.5.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi setiap orang berbeda-beda. Adanya kebutuhan informasi setiap orang tentunya disebabkan oleh berbagai faktor.

Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006, 93) ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:

1. Jenis pekerjaan

2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi , yang meliputi ketepatan, ketekunan dalam mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan.

3. Waktu

4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (didalam organisasi) dan eksterna (di luar organisasi).

5. Sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi. Menurut Devadson (1996, 3), kebutuhan informasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, sepeti:

- The range of sources available,

- The uses to which the information will be put,

- The background, motivation, professional orientation and

other individual characteristics of the user,

- The social, political, economy, legal and regulatory systems

surrounding the user, and;

- The consequences of information use

(42)

kegunaan dari informasi, latar belakang, motivasi, karakteristik yang dimiliki oleh pengguna serta adanya konsekuensi dari pengguan informasi.

Oleh karena itu, berdasarkan pendapat para ahli di atas banyaknya faktor yang menentukan dalam pemenuhan kebutuhan informasi, sehinnga mengakibatkan juga banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan engguna informasi.

Wilson (1994) juga menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi:

Gambar 2.5.3 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi (Sumber : Wilson, 1994)

Pada gambar tersebut ada tiga faktor umum yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:

1. Kebutuhan individu

(43)

dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung mempengaruhi kebutuhan informasi.

2. Peran sosi al (social role)

Peran sosial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja

(performance level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada

dalam diri individu.

3. Lingkungan (environtment)

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work envorontment), lingkungan sosial budaya (social-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi (politic-economic environtment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa seseeorang memerlukan sebuah infomasi jika ia membutuhkannya dan informasi tersebut meberikan manfaat kepada orang lain. Informasi yang dibutuhkan bisa merupakan faktor dari dalam maupun luar yang mendorong sesorang untuk mencari informasi tersebut.

Selanjutnya Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Saepudin (2009) kebutuhan informasi ditentukan oleh:

1. Kisaran informasi yang tersedia.

2. Penggunaan informasi yang akan digunakan.

3. Latar belakang, motivasi, orientasi profesional, dan karakteristik masing-masing pemakai.

4. Sistem sosial, ekonomi dan politik tempat pemakai berada. 5. Konsekuensi pengguan informasi.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa latar belakang yang dimiliki seseorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebutuhan informasi. Misalnya tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang. Orang yang pendidikannya relatif lebih tinggi banyak mempunyai kebutuhan akan informasi untuk mendukung pekerjaanya seperti dosen, guru, peneliti.

(44)

1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna informasi yang sifatnya mutkhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.

2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguana ynag sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna.

3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik dan lengkap.

4. Catching up need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan

informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.

Berdasarkan pendapat di atas maka kebutuhan informasi memiliki beberapa pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi guna mempermudah dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi

2.5.4 Struktur dari Kebutuhan Informasi

Informasi saat ini dianggap sebagai fenomena yang sangat kompleks yang dihasilkan oleh lingkungan sekitar, dengan adanya hal tersebut maka dibutuhkan adanya struktur dari kebutuhan informasi.

(45)

Berdasarkan dari gambar di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi itu muncul akibat adanya kebutuhan akan informasi yang tidak terbatas, dengan adanya informasi tidak terbatas tersebut maka dapat diketahui bentuk dari kebutuhan, setelah bentuk dari kebutuhan akan informasi tersebut diketahui maka kentuhan tersebut harus dipenuhi untuk memuaskan kebutuhan informasi pemakai guna mendapatkan informasi yang akurat dan bermanfaat. 2.5.5 Karakteristik Kebutuhan Informasi

Setiap orang memiliki kebutuhan informasi yang berbeda, begitu juga dengan karakteristik kebutuhan informasi . Beberapa tokoh mengemukanan tentang karakteristik informasi.

Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006, 94) kebutuhan informasi memiliki sebelas karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi tersebut, yaitu:

1. Pokok masalah (subject)

Subjek merupakan hal penting yang harus diperhatikan sebelum mengidentifikasi suatu masalah dalam sebuah informasi.

2. Fungsi (function)

Setiap informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung pada isi dan pemanfaatan informasi tersebut. 3. Sifat (nature)

Informasi memiliki sifat yang merujuk pada ciri esensial yaitu berubah pada periode tertentu atau kebutuhan informasi berbeda antara satu orang dengan orang lain. 4. Tingkat Intelektual ( Intellectual Level)

Informasi juga berkaitan dengan tingkat intelektual yaitu adanya pengetahuan atau tingkat kecerdasan pemakai terhadap suatu informasi.

5. Titik Pandang (Viewpoint)

Informasi juga memiliki titik pandang berdasarkan pada pemikiran pemakai, orientasi politik, pendekatan positif dan negatif, maupun orientasi disiplin ilmu.

6. Kuantitas (Quantity)

(46)

7. Kualitas (Quality)

Kualitas kebutuhan informasi tergantung pada sifat individu pemakai itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan informasi itu.

8. Batas Waktu Informasi (Date)

Informasi memiliki batas waktu penggunaan yaitu informasi baru atau informasi lama.

9. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)

Informasi diupayakan secepatnya sampai kepada pemakai, sehingga aktualitas informasi dapat terjaga sehingga sering disebut up to date.

10. Tempat Asal (Place)

Tempat asal publikasi suatu informasi dapat dilihat darimana informasi itu diterbitkan.

11. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging) Pemrosesan berkaitan dengan bagaimana cara penyajian informasi itu di tampilkan, sedangkan pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi.

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013, 6) ―metode penelitian adalah cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan

untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah‖.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2002, 234) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Jalan Perpustkaan No.1, Kampus USU Medan.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(48)

seluruh anggota aktif pengguna perpustakaan USU sebanyak 68.291 orang yang menggunakan akses internet di Perpustakaan USU.

3.3.2 Sampel

Mengingat jumlah anggota aktif perpustakaan USU sangat banyak yaitu sebanyak 68.291 orang maka sulit untuk mengevaluasi keseluruhan populasi sehingga ditentukanlah sampel. Menurut Sugiyono (2013, 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Karena besarnya jumlah populasi yang ada, untuk itu peneliti membatasi jumlah populasi yang dijadikan sampel penelitian . Untuk menghitung ukuran banyaknya sampel penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2008, 78), yaitu:

N n = ————

1 + Ne ² Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Ukuran kesalahan sebesar 10%

Sesuai dengan rumus di atas, maka sampel penelitian ini adalah: 68.291

n = ——————— = 99, 853 1 + 68.291 (0.1) ²

n = 100 sampel

Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive

sampling. Defenisi dari purposive sampling menurut pendapat Arikunto (2002,

Gambar

Gambar 2.1.1 Infrastruktur teknologi informasi (Robertson & Sribar, 2001)
Gambar 2.5.3 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi (Sumber : Wilson, 1994)
Gambar 2.5.4 Struktur kebutuhan informasi (Sumber: Kancleris, 1977)
Tabel 1: Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepuasan pengguna terhadap pelayanan peminjaman sebagian besar responden menyatakan 4 judul buku sudah sesuai dengan yang diharapkan pengguna, kemudian hampir seluruh

Berdasarkan uraian data pada Tabel 4.11 diketahui bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 75 orang atau sebesar 75% menjawab informasi yang terdapat database jurnal

Hal ini sesuai dengan kondisi Layanan Internet pada Perpustakaan IAIN Sumatera Utara yang memiliki jumlah unit komputer yang terbatas dengan kecepatan akses dan jam buka Layanan

Dan sebagian besar (61,2%) responden menjawab koleksi yang tersedia di Perpustakaan UMTS kurang memadai dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna9. Kata kunci:

perpustakaan buku yang tersedia di BPAD Provinsi Sumatera Utara dengan. Kebutuhan Pengguna yang mencakup ketersediaan bahan

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ketersediaan koleksi tercetak telah memenuhi kepuasan pengguna, koleksi tercetak yang tersedia di perpustakaan ITB lengkap, relevan

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ketersediaan koleksi tercetak telah memenuhi kepuasan pengguna, koleksi tercetak yang tersedia di perpustakaan ITB lengkap, relevan

4.2.2.15 Pemahaman Pustakawan Tentang Kebutuhan Informasi Pengguna di Perpustakaan SMK Negeri 3 Denpasar Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, menyatakan responden yang berjumlah