47
SUARA MUHAMMADIYAH 17 / 95 | 1 - 15 SEPTEMBER 2010
G
agasan tentang membangun kembali “Kedai Kami” yang disampaikan Din Syamsuddin dalam Rubrik Pedoman, SM 07/95/1-15 April 2010, sangat perlu diapresiasi. Bagaimana pun juga sudah semestinya organisasi besar seperti Muhammadiyah mampu menampakkan amal usaha yang dapat merepresentasikan kegiatan ekonomi anggotanya. Tidak saja orang-per-orang Muhammadiyah, akan tetapi juga sistem yang terbangun secara rapi yang dapat mendatangkan nilai-nilai positif dalam mem-berdayakan ekonomi anggota. Untuk itu tentunya perlu dilakukan kegiatan pen-dukung, yang di antaranya, melalui pengem-bangan industri kreatif berbasiskan Ranting. Karena, dengan “Kedai Kami”, barangkali tidak saja akan menjadi simbol kebangkitan ekonomi anggota Muham-madiyah, akan tetapi juga dapat mencer-minkan kesolidan organisasi bidang ekonomi yang, sampai saat ini, belum tampak diorganisasi setua dan sebesar Muhammadiyah. Pengembangan jamaah ekonomi yang lebih terstruktur dan sis-tematis belum terbentuk di lingkungan Muhammadiyah, sehingga secara ide, membangun kembali “Kedai Kami” dapat menjadi pintu masuk dalam penataan jamaah ekonomi, khususnya di lingkungan anggota Muhammadiyah.Selain itu, meskipun bukan faktor yang utama, kemandirian ekonomi Muham-madiyah sangat diperlukan agar dakwah dapat dijalankan secara maksimal. Yaitu dengan jalan tetap menjaga independen-sinya dalam gerakan dakwah. Karena, pesan-pesan sponsor, sering menjadi godaan tersendiri bagi organisasi dakwah seperti Muhammadiyah. Oleh karena itu, dengan ditopang jaringan ekonomi yang kuat melalui “Kedai Kami”, gerakan dakwah tidak akan tergoyahkan dengan adanya pesan-pesan sponsor. Dengan kata lain, kemandirian ekonomi melalui
“Kedai Kami” lebih memungkinkan untuk menjaga kedaulatan organisasi.
Demikian pula melalui “Kedai Kami” dapat menunjukkan tentang komitmennya Muhammadiyah terhadap ketidakber-dayaan ekonomi rakyat. Di tengah-tengah ketidakberdayaan ekonomi rakyat, seperti mulai tersubordinasikannya pasar-pasar tradisional antara produsen dengan konsumen telah hilang. Prakarsa untuk memulai usaha yang mandiri dari sebagian rakyat pun sering digusur kebijakan yang mengatasnamakan pembangunan. Kita masih melihat penggusuran pedagang kakilima, tidak hanya di kota besar, tetapi juga di ibukota kabupaten dan kota di beberapa wilayah. Semakin merosotnya tingkat kesejahteraan petani, karena tidak dapat memberikan nilai tambah terhadap komoditas hasil pertaniannya di satu sisi dan sisi lain dibenturkan dengan produk impor. Masih terkendalanya usaha kecil dan menengah, terutama yang berada di pedesaan, untuk memenuhi standar
kua-litas, kuantitas maupun legakua-litas, sehingga kurang memiliki nilai kompetitif di pasar.
Hal tersebut memerlukan peran yang lebih besar dari Muhammadiyah agar dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang tidak pro ekonomi rakyat. Itu dapat dimainkan Muhammadiyah manakala Muhammadiyah pun mempunyai keman-dirian ekonomi. “Kedai Kami” dapat dimain-kan sebagai modal sekaligus sebagai bukti konkret tentang bagaimana peran Muham-madiyah dalam penguatan ekonomi rakyat.
Industri Kreatif Berbasis Ranting
“Kedai Kami” tidak akan memberikan manfaat yang berkelanjutan manakala berdiri sendiri. Oleh karena itu, penulis sepakat bila “Kedai Kami” dibangun sebagai salah satu sub sistem ekonomi jamaah yang perlu dikembangkan Muhammadiyah di sektor hilir (distribusi dan pemasaran). Agar tidak menjadi perpanjangan tangan produk-produk perusahaan yang menganut paham ekonomi kapitalis dan sebaliknya mampu menyediakan produk-produk yang berkualitas, maka penataan sektor hilir tersebut perlu dibarengi dengan penataan produk di sektor hulunya.
Karena persaingan pasar yang se-makin ketat pula, maka diperlukan produk-produk yang harus memiliki ketepatan dari sisi kualitas, kuantitas, legalitas maupun ketepatan dalam pendistribusiannya. Untuk itu perlu adanya upaya pengembangan industri kreatif berbasis Ranting, yaitu sebuah ikhtiar untuk memberikan nilai tambah terhadap potensi-potensi lokal yang ada di Ranting-Ranting maupun upaya membuat produk-produk substitusi yang bisa menjadi alternatif pasar. Karena pada akhirnya, “Kedai Kami” tidak saja berorien-tasi dari, oleh, dan untuk warga Persyari-katan Muhammadiyah, namun, insya Allah, bila sistem terbangun baik, akan menjadi dari Muhammadiyah untuk se-mua.l Bersambung
SAPARDI
Perlunya Mengembangkan Industri Kreatif
Berbasiskan Ranting (1)
KAPITA SELEKTA
Foto: DIDIK SUJARWO