• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Horison Argilik dengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Horison Argilik dengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI HORISON ARGILIK DENGAN METODE IRISAN

TIPIS PADA ULTISOL DI ARBORETUM USU KWALA BEKALA

SKRIPSI

Oleh:

CHRISTIAN NATANAEL TARIGAN

090301003

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

IDENTIFIKASI HORISON ARGILIK DENGAN METODE IRISAN

TIPIS PADA ULTISOL DI ARBORETUM USU KWALA BEKALA

SKRIPSI

Oleh:

CHRISTIAN NATANAEL TARIGAN 090301003/ILMU TANAH

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Identifikasi Horison Argilik dengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala

Nama : Christian Natanael Tarigan NIM : 090301003

Departemen : Agroekoteknologi Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Purba Marpaung, SU

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

Christian Natanael Tarigan : Identifikasi Horison Argilik dengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala, Dibimbing oleh Purba Marpaung dan Kemala Sari Lubis

Identifikasi argilik untuk tanah podsolik coklat kemerahaan (setara utisol) yang belum pernah diteliti di daerah ini, sebagai petunjuk eluviasi/illuviasi liat. untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan arboretum kampus baru usu Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang (50 mdpl.). Pada Januari – April 2013 menggunakan metode irisan tipis melihat selaput liat pada ultisol di setiap lapisan menggunakan mikroskop petrothin.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat selaput liat pada setiap horison ultisol, tidak benar horison bt pada ultisol kampus baru usu kwala bekala kecamatan pancur batu kabupaten deli serdang adalah argilik dan tanah arboretum kampus baru usu lebih sesuai dengan horison kambic dan termasuk ordo inseptisol.

(5)

ABSTRACT

Christian Natanael Tarigan : Identification of Argilic Horizon with Thin Section

method in Ultisol at USU Arboretum Kwala Bekala, supervised by PURBA MARPAUNG and KEMALA SARI LUBIS

Identification argillic for brown podzolic soil kemerahaan (utisol equivalent) that have not been studied in this area, as the instructions eluviasi / illuviasi clay. for it is an area of research has been done at New Campus USU Arboretum Land Kwala Bekala Pancur Batu Subdistrict , Deli Serdang regency (50 meters above sea level), In January - April 2013 using the method of thin section of clay skin in ultisol look at each layer using a microscope petrothin.

The results showed there was no clay lining on every horizon ultisol, horizon bt at New Campus USU Arboretum Land Kwala Bekala Pancur Batu Subdistrict , Deli Serdang regency not true is argillic new campus arboretum usu more in line with the horizon kambic and including order inseptisol.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 25 Desember 1991 dari Ayah Drs. Hendry Tarigan dan Ibu Mariani Br. Sembiring. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara

Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 21 Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Penelusuran Minat dan

Kemampuan. Penulis memilih program studi Ilmu Tanah, Departemen Agroekoteknologi

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi, Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah, Ikatan Mahasiswa Karo Fakultas Pertanian dan Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen Universitas Sumatera Utara Unit Pelayanan Fakultas Pertanian, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Perbanyakan Vegetatif, Laboratorium Pengelolaan Tanah dan Air, dan Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura , selain itu penulis juga menjadi asisten laboratorium di Universitas Metodish Indonesia yaitu Laboratorium Dasar Ilmu Tanah, Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan dan Laboratorium Pengelolaan Tanah dan Air.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Horison Argilik dengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala”.

Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Purba Marpaung, SU. dan kemala Sari Lubis, SP, MP. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis. Khusus untuk bapak Dr. Dani Hakim dosen di Teknologi Mineralogi dan Batubara Bandung dan Prof. Bambang dosen di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya dalam pembuatan dan interpretasi irisan tipis.

(8)

DAFTAR ISI

Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Data ...14

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal 1. Profil Tanah di arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur

Batu, Kabupaten Deli Serdang ... 18 2. Analisis Tekstur Tanah menggunakan Metode Pipet... 18 3. Sifat Fisika Tanah Ultisol di arboretum USU Kwala Bekala, Kecama

-tan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang ... 19 4. Sifat Kimia Tanah Ultisol di arboretum USU Kwala Bekala, Keca-

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Hal 1. Struktur Prismatik pada Mikromorfologi ... 8

2. Irisan tipis suatu contoh tanah diatas mikroskop ... 9 3. Coating perpindahan liat dari horison A ke B ultisol ... 9 4. Fotomikrograf sayatan tipis contoh BA II (a) nikol silang (b) nikol

sejajar ... 20 5. Fotomikrograf sayatan tipis contoh Bt II (a) nikol silang (b) nikol

sejajar ... 21 6. Fotomikrograf sayatan tipis contoh Bw II (a) nikol silang (b) nikol

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium ... 1

2. Lokasi pengambilan sampel tanah ultisol pada profil tanah Kampus Baru USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Ser- dang... 5

3. Pelabelan sampel tanah ultisol dalam kubiena boks ... 5

4. Pengemasan sampel tanah ultisol dalam kubiena boks di kotak kayu.. ... 6

(12)

ABSTRAK

Christian Natanael Tarigan : Identifikasi Horison Argilik dengan Metode Irisan Tipis pada Ultisol di Arboretum USU Kwala Bekala, Dibimbing oleh Purba Marpaung dan Kemala Sari Lubis

Identifikasi argilik untuk tanah podsolik coklat kemerahaan (setara utisol) yang belum pernah diteliti di daerah ini, sebagai petunjuk eluviasi/illuviasi liat. untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di lahan arboretum kampus baru usu Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang (50 mdpl.). Pada Januari – April 2013 menggunakan metode irisan tipis melihat selaput liat pada ultisol di setiap lapisan menggunakan mikroskop petrothin.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat selaput liat pada setiap horison ultisol, tidak benar horison bt pada ultisol kampus baru usu kwala bekala kecamatan pancur batu kabupaten deli serdang adalah argilik dan tanah arboretum kampus baru usu lebih sesuai dengan horison kambic dan termasuk ordo inseptisol.

(13)

ABSTRACT

Christian Natanael Tarigan : Identification of Argilic Horizon with Thin Section

method in Ultisol at USU Arboretum Kwala Bekala, supervised by PURBA MARPAUNG and KEMALA SARI LUBIS

Identification argillic for brown podzolic soil kemerahaan (utisol equivalent) that have not been studied in this area, as the instructions eluviasi / illuviasi clay. for it is an area of research has been done at New Campus USU Arboretum Land Kwala Bekala Pancur Batu Subdistrict , Deli Serdang regency (50 meters above sea level), In January - April 2013 using the method of thin section of clay skin in ultisol look at each layer using a microscope petrothin.

The results showed there was no clay lining on every horizon ultisol, horizon bt at New Campus USU Arboretum Land Kwala Bekala Pancur Batu Subdistrict , Deli Serdang regency not true is argillic new campus arboretum usu more in line with the horizon kambic and including order inseptisol.

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan tubuh tanah di permukaan bumi yang tersusun atas horizon atau lapisan yang berada di atas bahan induk atau batuan yang terbentuk sebagai hasil interaksi faktor-faktor pembentuk tanah yaitu iklim, organism, bahan induk, relief dan waktu. Proses pembentukan tanah dimulai dari pelapukan batuan menjadi bahan induk atau horison C. Selanjutnya terbentuk horison A, B disertai perubahan mineral yang lazim disebut perkembangan tanah.

Kandungan mineral liat sangat penting diketahui karena mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia tanah. Dengan mengetahui jenis mineral liat, dapat diketahui kesuburan tanah dan kemampuan tanah. Mineral juga berperan sebagai indikator cadangan sumber hara dalam tanah dan indikator muatan tanah serta lingkungan pembentukannya (Balai Penelitian Tanah, 2005).

Kawasan hutan pendidikan (Arboretum) seluas 30 ha Kwala Bekala terletak di bagian selatan kampus baru USU, berupa taman hutan raya dalam kegiatan akademik Fakultas Pertanian, sebagai kawasan wilayah hijau. Dimana di arboretum sendiri telah banyak dilakukan penelitian antara lain adalah penelitian menentukan tingkat perkembangan tanah menurut metode morfologi tanah, mineral liat dan mineral indeks yang dilakukan oleh Carey (2009) yang menunjukkan bahwa tanah berdasarkan mineral liat tergolong dengan tingkat perkembangan awal dan berkembang

(15)

Podsolik Coklat Kemerahan (setara Ultisol) dengan tingkat perkembangan tanah tua (lanjut) mengandung mineral liat alofan-A dan imogolit dengan pola distribusi mineral liatnya masing-masing maksimum dan berkurang.

Bahkan Saragih dan Sihaloho masing-masing pada tahun 2012 telah menentukan struktur formula mineral liat pada daerah tersebut yang menunjukkan hasil bahwa pada ultisol mineral yang diperoleh adalah mineral kaolinit tidak murni lagi dengan terjadinya subtitusi isomorf pada tetrahedral, begitu pula pada entisol. Walaupun 4 orang peneliti tersebut telah meneliti mineral liat dan bahkan sampai pada struktur formulanya, namun belum ada penelitian mengenai horison argilik yang merupakan horison penciri pada tanah ultisol pada profil podsolik coklat kemerahan (nama setara ultisol) akibat sulit ditentukan sehingga digunakan irisan tipis.

Horison argilik yang belum diidentifikasi oleh peneliti terdahulu inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengidentifikasi horison argilik dengan metode irisan tipis pada Ultisol (pedon ke 3) di arboretum USU Kwala Bekala.

Tujuan Penelitian

Menentukan apakah ultisol pada arboretum Kampus Baru USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang mempunyai horison penciri argilik.

Kegunaan Penelitian

- Mendapatkan hasil penelitian yang lebih tepat mengenai ada atau tidaknya

horison argilik

(16)

- Sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di

Fakultas Pertanian Univeritas Sumatera Utara, Medan

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Ultisol

Ultisol hanya ditemukan di daerah-daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8ºC. Ultisol adalah tanah dengan horison argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35 %. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian yang terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasan areal pertanian dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun bagi tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur

hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan (Hardjowigeno, 1993).

Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah kering sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan liat tebal. Dalam Legend of Soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian tanah laterik serta sebagian besar tanah podsolik, terutama tanah Podsolik Merah Kuning (Munir, 1996).

(18)

penetrasi akar tanaman. Selain itu Ultisol mempunyai kendala kemasaman tanah, kejenuhan Al dan KTK rendah, kandungan N, P, K tanah rendah serta sangat peka terhadap erosi (Munir, 1996).

Ultisol telah mengalami translokasi lempung (clay) dan juga pelindian (leaching), yang dicirikan oleh horison argilik. Untuk meningkatkan produktivitas tanahnya dapat dilakukan dengan pemupukan dosis tinggi dan pemberian bahan organik (Darmawijaya, 1990).

Menurut Mohr dan Van Baren (1972) dalam Munir (1996) faktor-faktor pembentuk tanah yang paling dominan pada pembentukan ultisol adalah:

a. Iklim, rata-rata curah hujan dari 2.500-3.500 mm per tahun, terdapat lebih dari tiga bulan kering Af-Am (koppen) serta A, B, dan C (Smith Ferguson). b. Bahan induk, umumnya berupa tuff masam, batu pasir serta bahan-bahan

endapan sari pasir masam.

c. Topografi atau bentuk permukaan tanahnya bervariasi dari bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian di atas permukaan lebih dari 3 m.

d. Vegetasi utama umumnya berupa hutan tropik basah, padang alang-alang, melastoma dan paku-pakuan.

Perkembangan tanah adalah proses pembentukan tanah lanjut setelah terbentuknya horizon C. Banyak cara untuk menentukan perkembangan tanah yaitu:

- Berdasarkan morfologi tanah, dinilai kelengkapan horizon tanah penyusun

morfologi tanah. Berikut ini urutan perkembangan tanah (yang awal lebih berkembang daripada dibelakangnya) : A-E-Bt-C; A-Bt-C;A-C;C-R;R.

(19)

- Berdasarkan nisbah SiO2-R2O3 (Al2O3 + Fe2O3). Tanah dengan nisbah lebih

dari satu lebih berkembang daripada kurang dari satu.

- Berdasarkan mineral primer, ditentukan mineral resisten dan mudah lapuk.

Tanah dengan mineral resisten yang dominan lebih berkembang daripada yang didominasi mineral mudah lapuk.

- Berdasarkan mineral liat, ditentukan jenis dan jumlah mineral liat penyusun

tanah. Tingkat perkembangan tanah ditentukan berdasarkan susunan mineral

liat yaitu tanah dengan mineral gibsit>kaolinit>montmorilonit>alofan. (> berarti lebih berkembang).

- Berdasarkan mineral indeks oleh Van Wambekke. Khusus kajian ini bahwa

tanah berkembang dari solum bahan asal yang homogen (homogeny original) seperti horizon C. Partikel pasir kasar dari mineral resisten dipergunakan sebagai mineral indeks. Dengan menggunakan tabel model sederhana Van Wambekke dapat diketahui tingkat perkembangan tanah dan bahkan dapat dihitung besar erosi atau pencucian (Marpaung, 2011).

Argilik

(20)

grain ) terdiri dari mineral yang resisten, didominasi oleh kuarsa dan sedikit mineral mudah lapuk yang dapat dihitung, seperti bioti, feldspar dan muskovit. (Fedoroff dan Eswaran, 1985)

Proses pembentukan horison penimbunan liat yang tidak menghasilkan argilik apabila (1) jumlah penimbunan liat yang tidak memenuhi argilik, meskipun ada selaput liat, (2) jumlah penimbunan liat memenuhi argilik tapi tidak ada selaput liat, atau (3) jumlah penimbunan liat tidak memenuhi argilik dan tidak ada selaput liat.(Buol, dkk, 1980)

Beberapa proses yang diduga dapat menyebabkan terbentuknya penimbunan liat adalah : (1) terjadinya hancuran tiklim dengan intensitas tinggi pada bagian atas solum tanah, sehingga terjadi disintegrasi mineral primer menjadi mineral sekunder (liat), yang selanjutnya terangkut ke bawah oleh air perkolasi,dan diendapkan di horison B, dan (2) terjadinya pembentukan liat in situ pada horison B. (Birkeland, 1974).

Terjadinya selaput liat berkaitan dengan akumulasi liat dalam bentuk koloid, selaput liat, atau selaput tipis liat (clay film). Selaput tipis liat tersusun dari

kristal-kristal liat alumino-sillikat illuviasi yang terorientasi, yang oleh Buol dan Hole (1961) disebut dengan “clay skin” dan oleh Brewer (1976) disebut “illuviation argilan” untuk mendeskripsi adanya alumino-sillikat liat yang

mengalami translokasi.

Apabila masih terdapat horison elluviasi dan tidak terdapat diskontiunitas litologi diantara horison tersebut dan horison illuviasi, serta tidak terdapat lapisan bajak yang langsung berada di atas lapisan illuvial, maka horison illuvial harus mengandung lebih banyak liat total dibandin horison eluvial sebagai berikut :

(21)

a. Apabila sebagian horison eluvial memiliki fraksi halus-halus dengan kandungan liat total kurang dari 15 persen maka horison argilik harus mengandung minimal 3 persen (secara absolut) liat lebih banyak

b. Apabila horison eluvial memiliki fraksi tanah halus dengan kandungan liat 15 sampai 40 persen, maka horison argilik harus mempunyai kandungan liat minimal 1,2 kali lebih banyak dibandingkan horison eluvial; atau

c. Apabila horison eluvial memiliki fraksi tanah halus dengan kandungan liat total 40 persen atau lebih, maka horison argilik harus mengandung minimal 8 persen (secara absolut) liat lebih banyak. (Soil Survey Staff, 1998)

Irisan Tipis

Mikromorfologi tanah merupakan cabang ilmu tanah. Dalam studi mikromorfologi tanah, contoh tanah terlebih dahulu disiapkan dalam ukuran irisan tipis, kemudian fenomena yang ada di dalamnya diperiksa menggunakan mikroskop. Dengan mengetahui susunan bentuk, orientasi, pola distribusi, struktur dan lain-lain. Fenomena yang terjadi dapat diinterpretasi, baik mengenai komposisi tanah, hubungan antar komponen maupun dinamika proses yang telah, sedang atau diperkirakan akan terjadi di dalam tanah. Dengan demikian prospektif pula untuk dikembangkan dan diterapkan bagi berbagai penggunaan diluar bidang ilmu tanah (Hardjowigeno, 1994)

Konsep awal terminologi mikromorfologi oleh Brewer adalah S - matriks, yaitu material dari tanah yang material ini terdiri atas simpel peds (primer) atau bagian gabungan tubuh dari material tanah, di dalam kenampakan gejala pedologi yang meliputi komposisi dari plasma, skeleton grains dan pori dan tak terjadi gambaran proses pedologi kecuali bagian plasma (Buol, dkk, 1980)

(22)

Tipe utama dari mikrostruktur di mikromorfologi adalah Struktur berbutir tunggal, Struktur butir berjembatan, Struktur butir pellicular, Struktur butir beragregat mikro, Struktur butir berkanal, Struktur berbutir kompak, Struktur berongga, Struktur sepon, Struktur berkanal, Struktur berkamar, Struktur bergelembung, Struktur remah, Struktur gumpal membulat, Struktur gumpal bersudut, Struktur berlempeng, Struktur prismatik, Struktur berekahan, Struktur beretakan, struktur masif, Struktur kompleks (Bullock, dkk, 1985).

Gambar 1. Struktur Prismatik Pada Mikromorfologi

Mikromorfologi tanah adalah sifat morfologi tanah yang hanya dapat dilihat dengan bantuan alat optik, kegunaan mempelajari mikromorfologi tanah adalah untuk membantu penelitian genesis tanah, bagian mikro tanah dipelajari dengan membuat irisan tipis yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop petrograti, Banyak pembelajaran dari mikromorfologi mendesain kita untuk dapat mengerti genesis tanah (Bullock, dkk, 1985)

(23)

Gambar 2. Irisan tipis suatu contoh tanah diatas mikroskop

Mikromorfologi juga penting umtuk mempelajari interaksi tanah tanaman. Argillan yang tercampur dengan besi oksida dapat menghambat penyerapan unsur hara K oleh tanaman, argillan dapat menghambat penyerapan unsur hara P, K, dan sedikit N oleh tanaman (Hardjowigeno, 1994).

Dalam pedologi analisis fabrik keduanya termasuk distribusi dan tinjauan orientasi dari semua tingkatan level. Ini adalah bagian yang sangat kompleks dalam pendeksripsian dari struktur karena ini tidak hanya mencakup bagian komposis penyusun kumpulan (plasma, skeleton grains dan pori) dari satu ke yang lain tetapi juga komposisi individu (Brewer, 1964).

(24)

Bagian tanah atau ped terdiri dari 4 type yang direkomendasi di studi lapangan USDA yaitu : spheroidal peds, blocky peds, lempeng, dan prisma dimana tingkatan dari kekuatan bahagian tanah dibagi menjadi terbangun kuat, terbangun sedang, terbangun dengan lemah (Bullock, dkk, 1985).

Pengambilan contoh tanah perlu diperhatikan 4 aspek penting yaitu : 1) unit yang akan dijadikan sampel, 2) waktu pengambilan sampel, 3) nomor sampel yang diambil dari beberapa unit dan, 4) metode mengamankan sampel yang diambil (Bullock, dkk, 1985).

Menurut Fan, dkk (2007) Terdapat pengaruh intensitas dan kekuatan hujan pada mikromorfologi dari kehilangan permukaan yang terkena 5 dan 60 mm hujan dengan lambat dan perlakuan sebelumnya yang baik adalah pembasahan cepat yaitu agregat yang stabil. Bahkan pembasahan lambat tidak bisa mencegah disintegrasi agregat lemah. Intensitas hujan 60 mm pada atas dan bawah piring menunjukkan adanya zona padat di permukaan tanah. Tampaknya ada proporsi materi yang lebih besar kasar, mungkin termasuk mikroaggregat, ini menunjukkan bahwa kekuatan kerak tanah sebelum perlakuan oleh pembasahan lambat lebih lemah dari itu dalam kasus pembasahan cepat karena kehadiran terus-menerus dari agregat yang stabil, meskipun mikroaggregat, dan, akibatnya, mengurangi tingkat pemadatan

(25)

terjadi dalam pola distribusi acak yang mengikuti kation stratifi sedimen. vertikal mikroskew plane. karakteristik untuk humus monomorfik pelapis, yang absen dalam lapisan tersebut (Buurman dkk, 2007).

(26)

bagian tipis tanah sama, dan orientasi sumbu a dan b yang paling mungkin acak dan mirip dengan fitur dengan lebih warna interferensi normal, kita hipotesis bahwa warna ini mungkin karena perbedaan dalam mineral lempung dari fitur.

Menurut Taina dan Heck (2010) analisis berbasis objek gambar menjadi "kunci" dalam karakterisasi sistematis mikromorfologi terhadap tiga Gleysols humik Orthic Typic dan Humaquepts. Dari hasil analisis citra berdasarkan objek, dikombinasikan dengan pengamatan langsung mikroskopis bagian tipis, telah menunjukkan kemampuan yang unik dari metode tidak hanya untuk penentuan kuantitatif bagian konstituen tanah, tetapi juga untuk evaluasi hubungan antara fitur tertentu yang menarik. Pembagian metode kelas untuk menguji dan membandingkan fungsi tetangga dan keanggotaan terdekat klasifikasinya adalah: pori, fraksi kasar dan fraksi kecil sebagai sub kelas dari massa dasar super kelas, dan amorf dan cryptocrystalline, crystallitic, dan deplesi pedofeatures sebagai sub class dari pedofeatures superclass. dan kelas fraksi kecil menjadi argillo-besi, argillo-Humo-besi, ferri-argillo-humat, argilik, dan argillo-ferri-sub- sub kelas yang mengandung kapur.

Sebuah Geometry dari kristal adalah tinjauan dari wajah kristal, hal tersebut sangat penting karena posisi yang spasial dan hubungan yang mutual dari muka mineral akan menunjukkan kejelasan dan indeks keunikannya. Untuk tujuan ini sistem koordinat mengambil bagian yang penting dalam penentuan jenis mineral yang digunakan.( Stoops dan NIJS, 1981)

(27)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Arboretum Kampus baru USU Kwala Bekala

dengan ketinggian tempat 50 meter di atas permukaan laut, dan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta serta di Laboratorium Teknologi

Mineralogi dan Batubara (TEKMIRA) Bandung dari bulan Januari sampai dengan April 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu peta administrasi

Arboretum USU Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang skala 1 : 50.000 untuk mengetahui lokasi pelaksanaan penelitian, peta Geologi

Arboretum USU Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang skala 1 : 50.000 untuk mengetahui bahan induk di daerah yang akan diteliti tanah,

peta Elevasi Arboretum USU Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang skala 1:50.000, sampel tanah dari lapangan dalam kubiena box, resin blinken untuk mengeraskan tanah dan tepung kasar, sedang serta halus yaitu tepung silicon karsaid untuk membuat irisan tipis tanah setebal 1 sel

(28)

tipis, wadah hampa udara tempat untuk mengisi tanah dengan resin, buku data untuk mencatat data pengamatan.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan

Penelitian dilakukan terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, dan persiapan bahan dan alat yang akan digunakan dalam penelitian ini. Data yang diperlukan diperoleh dari penelitia sebelumnya pada profil Podsolik Coklat Kemerahan pedon ke 3 di arboretum USU kwala bekala yaitu :

Deskripsi profil tanah di lokasi penelitian adalah :

Lokasi : Arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Koordinat : 3028’44,22” LU - 98038’11,0” BT

Bahan Induk : Satuan Singkut (andesit, dasit, mikrodiorit, tufa)

Kemiringan Lereng : 2% (datar)

Drainase : baik

Elevasi : 70 m di atas permukaan laut

Kedalaman Efektif : 36 cm

Vegetasi : Jambu (Psidium guajava L.), rumput-rumputan (Graminae), sirsak (Anona muricata L.), lamtoro

(29)

(Leucaena leucocepala), jati (Tectona grandis).

Kedalaman air tanah : -

Tabel 1. Profil tanah di arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Horizon Kedalaman (cm) Uraian

BA

Merah kehitaman (2,5 YR 3/2), berliat, halus, gumpal, teguh, agak lekat, agak keras,

perakaran banyak, tidak terdapat batuan, beralih nyata berombak ke…

Coklat kemerahan ( 2,5 YR 4/4), berliat, halus, gumpal, teguh, lekat, keras, sedikit perakaran, tidak ada batuan, beralih nyata berombak ke… Merah ( 2,5 YR 4/8), berliat, halus, prisma, teguh, lekat, keras, tidak ada perakaran, terdapat batuan

Sumber : Carey (2009)

Persentase liat pada komposisi penyusun tekstur tanah pada setiap lapisan horison menunjukaan tidak terjadi syarat pencucian liat dari BA ke Bt untuk menyatakan argilik, hal ini dapat dilihat dari analisis tekstur tanah metode pipet pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis tekstur tanah menggunakan metode pipet.

Profil Horison Kedalaman (Cm)

Hal ini disebabkan profil tanpa Ap, karena terkikis

(30)

Hasil analisis sifat fisika tanah menunjukkan bahwa bulk density terbesar terdapat pada horison Bw daripada horison Bt dan BA hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Sifat fisika tanah Ultisol di arboretum USU kwala bekala, kecamatan pancur batu, kabupaten deli serdang

Horizon Kedalaman (cm) Tekstur Tanah BD (g/cm3)

Hasil pengujian sifat kimia tanah diketahui bahwa tingkat % C organik, KTK tertinggi berada pada horison BA dibandingkan Bt dan BW dan sangat rendah berada Bw. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Sifat kimia tanah Ultisol di arboretum USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Horizon Kedalaman (cm) pH Tanah KTK Keterangan : +(masam) ++(agak masam) +++(netral) – (tidak ada bahan andik) -- (ada bahan andik) * (sangat rendah, ** (rendah). ***(sedang)

Sumber : Kuhon (2008)

Dari penelitian sebelumnya diperoleh data bahwa kapasitas tukar kation liat tertinggi berada pada horison BA dan yang terendah berada pada horison BA hal ini dapat dilihat pada tabel 5.

(31)

Tabel 5. Kapasitas tukar kation dan kapasitas tukar kation liat Keterangan : * (sangat rendah, ** (rendah). ***(sedang)

Sumber : Kuhon (2008)

Pengamatan lapangan

Kegiatan lapangan dilakukan dengan penentuan lubang profil tanah pada penelitian sebelumnya dan pengambilan sampel tanah pada semua horizon dengan menggunakan GPS. Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan kotak kubiena.

Pengambilan contoh tanah tidak terganggu

Pengambilan contoh tanah tidak terganggu dilakukan dengan menggunakan kubiena box berbentuk persegi panjang dimana biasanya ukurannya 8 cm x 6 cm x 4 cm namun biasanya bervariasi tergantung irisan tipis. Tanah diambil dan dengan kubiena box kemudian dibawa dari lapangan ke laboratorium dengan keadaan aman dan tidak rusak dengan memasukkan ke kotak penyimpanan dengan beralaskan kapas. Pengerasan terhadap tanah tersebut dengan menambahkan resin di dalam wadah hampa udara.

Pemilihan contoh tanah yang akan diiris

Contoh tanah yang telah diambil dari lapangan menuju laboratorium akan dipilih sebelum dilanjutkan pengisian resin sehingga contoh yang tidak terganggu (berubah) selama di perjalanan yang dilanjutkan untuk mengisi dengan resin yaitu dengan pengamatan dibawah mikroskop binokuler.

(32)

Proses pengisian resin

Contoh tanah dalam kubiena boks yang akan dibuat menjadi irisan tipis terlebih dahulu diberi resin didalam ruang hampa udara secara dan selanjutnya ditunggu tanah agar mengeras, tergantung kondisi sampel tanah yang dibawa jika sebelumnya kering 1-2 hari sudah dapat dilakukan pengirisan jika kondisi sebelumnya dalam kondisi lembab maka akan membutuhkan waktu selama 4-6 hari.

Pembuatan irisan setebal satu sel pada tanah

Contoh yang sudah mengeras dibuat irisan setebal 1 sel melalui pengergajian kasar, pengergajian halus, penggosokan dengan tepung kasar, tepung sedang, dan tepung halus, hingga setipis 1 sel dan siap diamati di bawah mikroskop Petrothin

Pengamatan langsung di bawah mikroskop petrothin

Pengamatan langsung dibawah mikroskop petrothin dan mendeskripsikan gambar hasil pengamatan dengan menggunakan acuan kajian irisan tipis mikromorfologi yang meliputi :

1. Tipe spesifik dari mikrostruktur

2. Material tanah dari bagian tanah Meliputi : a. tipe ped, b. tingkatan dari pedalitas

Untuk beberapa ped dibedakan berdasarkan : kelimpahan, ukuran, kekasaran permukaan, derajat akomodasi, dasar dan referensi distribusi bahan

Untuk rongga- rongga di dalam bagian material tanah, dibedakan adalah rongga di luar agregat, rongga didalam agregat, rongga antara agregat, spesifik untuk beberapa : Tipe dari pori

(33)

tipe pori dibedakan atas : bentuk, ukuran, jumlah kelimpahan pori, pengaturan dinding pori, orientasi ukuran, Dasar dan referensi distribusi bahan

3. Bagian dari material tanah tanpa bongkahan- bongkahan atau fragmen-fragmen Spesifik pada pori utama yang ada, dimana dibedakan tipe pori berdasarkan : ukuran, bentuk, kelimpahan, pengaturan bentuk dinding material, orientasi ukuran, dasar dan referensi distribusi bahan

4. Bagian dari konsistensi material dari bongkahan- bongkahan dan agregat-agregat. Untuk bongkahan dan agregat dibedakan atas : kelimpahan, ukuran, kekasaran permukaan, derajat akomodasi, dasar dan referensi distrubusi bahan. Untuk rongga- rongga di dalam material, dibedakan adalah : rongga diluar agregat, rongga didalam agregat, rongga antara agregat, spesifik untuk beberapa : tipe dari pori. Tipe pori dibedakan atas : bentuk, ukuran, kelimpahan, pengaturan bentuk dinding material, orientasi ukuran, Dasar dan referensi distrubusi bahan

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian identifikasi Ultisol Kwala Bekala adalah sebagai berikut :

Irisan tipis pada horison BA

Hasil pengamatan irisan tipis pada horison BA profil ultisol diperoleh tidak terdapat selaput liat, dapat diliat pada Gambar 4 (a) dan (b) berikut.

(35)

(b)

Matriks (25%) : berwarna abu-abu pucat kemerahan, interferensi abu-abu kuning terang, relief rendah, berupa mineral lempung (liat) autigenik, jenis monmorilonit.

Semen (8%) : berwarna abu-abu terang agak kusam, berbutir sangat haus,teradapat mengikat butiran dan matriks, hadir berupa sisa lumpur karbonat dan oksida besi

Fragmen butiran/kristal (59%) :

kuarsa (28%) : tidak berwarna (colorless), interferensi kuning terang, ukuran 0,01-0,52 mm, bentuk membundar tanggung, tidak ada belahan dan

Gambar 4. Fotomikrograf sayatan tipis contoh AP II (a) nikol silang (b) nikol sejajar

(36)

Fragmen batuan (25%) : warna transparan-kecoklatan, berbutir halus-sedang, ukuran 0,04-1,70 mm, subrounded-subangular, terdiri dari fragmen batuan batu pasir kuarsaan/chert, fragmen limestone dan fragmen batuan yang mengalami pelaukan serta teroksidasi

Mineral opak (6%) : berwarna hitam, bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai mineral bijih oksida dan sebagian berupa mineral karbon yang bercampur dengan mineral lempung dan sisa lumpur karbonat

Porositas (±8%) : hadir sebagai rongga kosong di dalam batuan berupa intra/interpartikel dan channel

Irisan tipis pada horison Bt

Hasil pengamatan irisan tipis pada horison Bt profil ultisolnya tidak terdapat selaput liat, dapat diliat pada Gambar 5 (a) dan (b) berikut.

(37)

(b)

Matriks (48%) : berwarna abu-abu pucat kemerahan, interferensi abu-abu kuning terang, relief rendah, berupa mineral lempung (liat) autigenik, jenis monmorilonit.

Semen (12%) : berwarna abu-abu terang agak kusam, berbutir sangat haus,teradapat mengikat butiran dan matriks, hadir berupa sisa lumpur karbonat dan oksida besi.

Fragmen butiran/kristal (34%)

kuarsa (23%) : tidak berwarna (colorless), interferensi kuning terang, ukuran 0,01-0,52 mm, bentuk membundar tanggung, tidak ada belahan dan kembar, relief sedang, hadir sebagai monokristalin dan mikrokristalin.

Gambar 5. Fotomikrograf sayatan tipis contoh Bt II (a) nikol silang (b) nikol sejajar

(38)

Fragmen batuan (3%) : warna transparan-kecoklatan, berbutir halus-sedang, ukuran 0,03-1,48 mm, subrounded-subangular, terdiri atas fragmen batuan batu pasir kuarsaan/chert, fragmen limestone dan fragmen batuan yang mengalami pelaukan serta telah mengalami teroksidasi

Fragmen organik/tumbuhan (3%) : warna kuning kehijauan, bentuk pipih memanjang-tidak teraturan, pemadaman searah, ukuran 0,2-2,29 mm berserabut halus, tersebar tidak merta

Mineral opak (5%) : berwarna hitam, bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai mineral bijih oksida dan sebagian hadir berupa mineral karbon yang mengambang dalam matriks

Porositas (±6%) : hadir sebagai rongga kosong di dalam batuan berupa intra/interpartikel dan channel

Irisan tipis pada horison BW

Hasil pengamatan irisan tipis pada horison Bw profil ultisol tidak terdapat selaput liat, dapat diliat pada Gambar 6 (a) dan (b) berikut.

(39)

(b)

Matriks (41%) : berwarna abu-abu pucat kemerahan, interferensi abu-abu kuning terang, relief rendah, berupa mineral lempung (liat) autigenik, jenis monmorilonit.

Semen (10%) : berwarna abu-abu terang agak kusam, berbutir sangat haus,teradapat mengikat butiran dan matriks, hadir berupa oksida besi

Fragmen butiran/kristal (40%) :

kuarsa (20%) : tidak berwarna (colorless), interferensi kuning terang, ukuran 0,01-0,50 mm, bentuk membundar tanggung, tidak ada belahan dan kembar, relief sedang, hadir sebagai monokristalin dan mikrokristalin.

Gambar 6. Fotomikrograf sayatan tipis contoh BW II (a) nikol silang (b) nikol sejajar

(40)

Fragmen batuan (12%) : warna transparan-kecoklatan, berbutir halus-sedang, ukuran 0,04-1,72 mm, subrounded-subangular, terdiri dari fragmen batuan batupasir kuarsaan/chert, fragmen batuan yang mengalami pelaukan serta mengalami teroksidasi

Mineral opak (8%) : berwarna hitam, bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai mineral bijih oksida dan sebagian berupa mineral karbon yang mengambang dalam matriks.

Porositas (±9%) : hadir sebagai rongga kosong di dalam batuan berupa intra/interpartikel dan channel

Pembahasan

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa profil tanah Ultisol di arboretum kampus baru USU kwala bekala tidak mempunyai horison argilik karena tidak adanya dijumpai selaput liat didukung juga oleh hasil penelitian peneliti sebelumnya Carey (2009) yang memperlihatkan di BA liat sebesar 57,35 % dan di Bt 42,07 %, sehingga argilik tidak bisa dinilai dari peningkatan liat dari A ke B

(41)

dengan Birkeland (1974) yang menyatakan bahwa Beberapa proses yang diduga dapat menyebabkan terbentuknya penimbunan liat adalah : (1) terjadinya hancuran iklim dengan intensitas tinggi pada bagian atas solum tanah, sehingga terjadi disintegrasi mineral primer menjadi mineral sekunder (liat), yang selanjutnya terangkut ke bawah oleh air perkolasi,dan diendapkan di horison B, dan (2) terjadinya pembentukan liat in situ pada horison B.

Dari hasil penelitian analisis irisan tipis ultisol Kwala Bekala fragmen butiran/kristal didominasi oleh mineral pimer yang resisten terhadap pelapukan yaitu mineral kwarsa dan opak. Namun terdapat mineral liat montmorilonit sebagai pertanda tanahnya lebih muda dari yang ditentukan 4 peneliti terdahulu yakni carey (2009) yang menyatakan bahwa pedon 3 memiliki tingkat perkembangan tanah berkembang.

Dari hasil mineral yang ditemukan dalam irisan tersebut adalah mineral montmorilonit dimana hal ini menunjukkan bahwa tanah ini tergolong kedalam tanah yang masih muda, hal ini didasarkan pada penentuan perkembangan tqnah berdasarkan mineral tanahdimana mineral montmorilonit merupakan mineral yang masih muda, sesuai dengan literatur Marpaung (2011) Berdasarkan mineral liat, ditentukan jenis dan jumlah mineral liat penyusun tanah. Tingkat perkembangan tanah ditentukan berdasarkan susunan mineral liat yaitu tanah dengan mineral gibsit > kaolinit > montmorilonit > alofan (> berarti lebih berkembang).

(42)

translokasi lempung (clay) dan juga pelindian (leaching), yang dicirikan oleh horison argilik.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Tidak terdapat selaput liat (clay skin) pada gambar irisan tipis Ultisol Arboretum kampus baru USU Kwala Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.

2. Tidak benar horison Bt pada tanah Ultisol kampus baru USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang adalah argilik

3. Tanah Arboretum kampus baru USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang lebih sesuai dengan horison kambic dan termasuk ordo inceptisol.

Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2005. Laboratorium Mineral Tanah. Badan Litbang Pertanian. Unit Pelayanan Jasa Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Birkeland. P.W. 1974. Pedology. Weathering And Geomorphological Research. Oxfoard University. New York. London. Toronto

Brewer, R. 1964. Fabric and Mineral Analysis of Soils. John Wiley & Sons, Inc, New York

Buol, S. W. D., F. D. Hole dan R. J. Mc. Craken. 1980. Soil Genesis and Classification, Second Edition, The Lowa State University Press, Ames. Bullock, P., N. Fedoroff, A. Jongerius, G. Stoops, T. Tursina, and U. Babel. 1985.

Handbook for soil thin section description. Waine research publication, wolverhampton. 152 p.

Buurman, P., Antoine, G.J dan Klaas, G. J. 2007. Comparison of michigan and dutch podzolized soils : organic matter characterization by micromorphology and pyrolysis- GC/MS. Soil Sci. Soc. Am. J. 72 : 1344 - 1356

Carey, J. S. 2009. Perbandingan Tingkat Perkembangan Tanah Menurut Metode Morfologi Tanah, Mineral Liat dan Mineral Indeks Van Wambeke padaTiga Pedon Pewakil di Arboretum Kampus USU Kwala Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.Medan. Hal 18.

Darmawijaya, I. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Halaman 196, 198, 210.

Fan, Y., T. Lei., I. Shainberg dan Q. Cai. 2007. Wetting Rate and Rain Depth Effect on Crust Strength and Micromorphology. Soil Sci. Soc. Am. J. 72 : 1604 - 1610

Fedoroff. N and H. Eswaran. 1985. Micromorphology of Ultisols. P. 145-164. In L.A Douglas and M.L Thompson (ed.) Soil Micromorphology and soil Clasification. SSSA Special Publication No. 15. Madison. Wi

Hardjowigeno ,S. 1994. Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.

Kuhon, R.V.G. 2009. Kajian Pola Distribusi Mineral Liat pada Tiga Jenis Tanah Berdasarkan Tingkat Perkembangan Tanah di Lahan Kampus Baru Penelitian USU Kwala Bekala. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.Medan. Hal 15-21.

(45)

Munir, M. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya, Jakarta.

Ruth, H. 2010. Penentuan Struktur Formula Mineral Liat Pada Ultisol Lahan Kampus Baru Usu Kwala Bekala, Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Soil Survey Staff. 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Bahasa Indonesia. 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Stolt, M. H dan rabenhorst, M. C. 1991. Micromorphology of Argilic Horizons in an Upland/Tidal Marsh Catena. Soil Sci. Soc. Am. J. 55 : 443 - 450

Stoops, G dan R. NIJS. 1981. Soil Mineralogy, Part I Principles of Crysatallography and Mineralogy. State University Gent. Belgium

Taina I, A dan heck, R. J. 2010. Utilization of Object-Oriented Software in the Image Analysis of Soil Thin Sections. Soil Sci. Soc. Am. J. 74 : 1670 - 1681

(46)

Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium

Sayatan batuan ubahan/soil berbutir halus-sedang, bentuk butir membundar - menyudut tanggung, ukuran 0,03-1,70 mm, kemas terbuka, pemilahan sedang, telah teroksidasi, terdapat sisa-sisa lumpur halus dan kasar dengan membentuk struktur dissolution pada matrik. Komposisi kristal/butiran terdiri atas kuarsa, felspar, fragmen batuan dan mineral opak. Matriks yang hadir berupa mineral lempung. Semen yang hadir berupa oksida besi. Porositas yang hadir berupa porositas inter/intrapartikel dan channel.

Kompoisi mineral :

Matriks (25%) : berwarna abu-abu pucat-kemerahan, interferensi abu-abu-kuning terang, relief rendah, hadir berupa mineral lempung autigenik, jenis monmorilonit.

Semen (8%) : berwarna abu-abu terang-agak kusam, berbutir sangat halus, terdapat mengikat butiran dan matrik, hadir berupa sisa lumpur karbonat dan oksida besi.

Fragmen butiran/kristal (59%) :

Kuarsa (28%) : tidak berwarna (colorless), interferensi kuning terang, ukuran 0,01-0,52 mm, bentuk membundar tanggung, tidak ada belahan dan kembar, relief sedang, hadir sebagai monokristalin dan mikrokristalin.

Fragmen batuan (25%) : warna transparan-kecoklatan, berbutir halus-sedang, ukuran 0,04-1,70mm, subrounded-subangular, terdiri dari fragmen batuan batupasir kuarsaan/chert, fragmen limestone dan fragmen batuan yang mengalami pelapukan serta teroksidasi.

Mineral opak (6%) : berwarna hitam, bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai mineral bijih oksida dan sebagian berupa mineral karbon yang bercampur dengan mineral lempung dan sisa lumpur karbonat.

Porositas (±8%) : hadir sebagai rongga kosong di dalam batuan berupa intra/interpartikel dan channel.

Nama batuan : Argillaceous sandy siltstone (Tucker,1991)

(47)

No. : 02

No.Lab. : 1154/2013 Kode contoh : BT-II

Jenis batuan : Batuan ubahan/tanah (soil)

Mikroskopis :

Sayatan batuan ubahan/soil berbutir halus-sedang, bentuk butir membundar - menyudut tanggung, ukuran 0,03-2,29 mm, kemas terbuka, pemilahan sedang, telah teroksidasi, terdapat sisa-sisa lumpur halus dan sisa fragmen organik. Komposisi kristal/butiran terdiri atas kuarsa, felspar, fragmen batuan dan mineral opak. Matriks yang hadir berupa mineral lempung. Semen yang hadir berupa oksida besi. Porositas yang hadir berupa porositas inter/intrapartikel dan channel.

Kompoisi mineral :

Matriks (48%) : berwarna abu-abu pucat-kemerahan, interferensi abu-abu-kuning terang, relief rendah, hadir berupa mineral lempung autigenik, jenis monmorilonit.

Semen (12%) : berwarna abu-abu terang-agak kusam, berbutir sangat halus, terdapat mengikat butiran dan matrik, hadir berupa sisa lumpur karbonat dan oksida besi.

Fragmen butiran/kristal (34%) :

Kuarsa (23%) : tidak berwarna (colorless), interferensi kuning terang, ukuran 0,01-0,52 mm, bentuk membundar tanggung, tidak ada belahan dan kembar, relief sedang, hadir sebagai monokristalin dan mikrokristalin.

Feagmen batuan (3%) : warna transparan-kecoklatan, berbutir halus-sedang, ukuran 0,03-1,48mm, subrounded-subangular, terdiri atas fragmen batuan batupasir kuarsaan/chert, fragmen limestone dan fragmen batuan yang mengalami pelapukan serta telah mengalami oksidasi.

Fragmen organik/tumbuhan (3%) : warna kuning kehijauan, bentuk pipih memanjang -tidak teraturan, pemadaman searah, ukuran 0,2-2,29mm, berserabut halus, tersebar tidak merata.

Mineral opak (5%) : berwarna hitam, bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai mineral bijih oksida dan sebagian hadir berupa mineral karbon yang mengambang daam matriks.

Porositas (±6%) : hadir sebagai rongga kosong didalam batuan berupa

intra/interpartikel dan channel.

Nama batuan : Argillaceousclayey siltstone (Tucker,1991)

(48)

No. : 03

No.Lab. : 1155/2013 Kode contoh : BW-II

Jenis batuan : Batuan ubahan/tanah (soil)

Mikroskopis :

Sayatan batuan ubahan/soil berbutir halus-sedang, bentuk butir membundar - menyudut tanggung, ukuran 0,03-1,72 mm, kemas terbuka, pemilahan sedang, telah teroksidasi, terdapat sisa-sisa lumpur halus dan kasar dengan membentuk struktur dissolution pada matrik. Komposisi kristal/butiran terdiri atas kuarsa, felspar, fragmen batuan dan mineral opak. Matriks yang hadir berupa mineral lempung. Semen yang hadir berupa oksida besi. Porositas yang hadir berupa porositas inter/intrapartikel dan channel.

Kompoisi mineral :

Matriks (41%) : berwarna abu-abu pucat-kemerahan, interferensi abu-abu-kuning terang, relief rendah, hadir berupa mineral lempung autigenik, jenis monmorilonit.

Semen (10%) : berwarna abu-abu terang-agak kusam, berbutir sangat halus, terdapat mengikat butiran dan matrik, hadir berupa oksida besi.

Fragmen butiran/kristal (40%) :

Kuarsa (20%) : tidak berwarna (colorless), interferensi kuning terang, ukuran 0,01-0,50 mm, bentuk membundar tanggung, tidak ada belahan dan kembar, relief sedang, hadir sebagai monokristalin dan mikrokristalin.

Fragmen batuan (12%) : warna transparan-kecoklatan, berbutir halus-sedang, ukuran 0,04-1,72mm, subrounded-subangular, terdiri dari fragmen batuan batupasir kuarsaan/chert dan fragmen batuan yang mengalami pelapukan serta mengalami oksidasi.

Mineral opak (8%) : berwarna hitam, bentuk tidak beraturan, terdapat sebagai mineral bijih oksida dan sebagian berupa mineral karbon yang mengambang dalam matriks.

Porositas (±9%) : hadir sebagai rongga kosong didalam batuan berupa intra/interpartikel dan channel.

Nama batuan : Argillaceous sandy clayey siltstone (Tucker,1991)

(49)

LAMPIRAN FOTOMIKROGRAF

(a) (b) Foto 1 : Fotomikrograf sayatan tipis contoh AP II

(a) nikol silang (b) nikol sejajar

(a) (b) Foto 2 : Fotomikrograf sayatan tipis contoh BT II

(a)nikol silang (b) nikol sejajar

(a) (b) Foto 3 : Fotomikrograf sayatan tipis contoh BW II

(a)nikol silang (b) nikol sejajar

(50)

Lampiran 2. Lokasi pengambilan sampel tanah ultisol pada profil tanah Kampus Baru USU Kwala Bekala Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

Lampiran 3. Pelabelan sampel tanah ultisol dalam kubiena boks

(51)

Lampiran 4. Pengemasan sampel tanah ultisol dalam kubiena boks di Kotak kayu

Lampiran 5. Peta lokasi penelitian

(52)

Gambar

Gambar 1. Struktur Prismatik Pada Mikromorfologi
Gambar 2. Irisan tipis suatu contoh tanah diatas mikroskop
Tabel 2. Analisis tekstur tanah menggunakan metode pipet.
Tabel 3.  Sifat fisika tanah Ultisol di arboretum USU kwala bekala, kecamatan pancur batu, kabupaten deli serdang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Cascading Style Sheets (CSS) adalah suatu bahasa stylesheet yang digunakan untuk mengatur tampilan suatu dokumen yang ditulis dalam bahasa markup.Penggunaan yang

- Solat sunat dua rakaat yang dilakukan yang dilakukan sebaik sahaja seseorang itu masuk ke dalam masjid yang bertujuan menghormati masjid. 1 isi x 2m

Peserta didik yang mampu mengerjakan soal-soal uraian terstruktur memiliki ketuntasan belajar ≥ batas KKM, yaitu 60% (2) kesulitan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal uraian

Tingkat pengetahuan tentang ca cervix adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kuisioner tentang deteksi dini kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan pap smear

Hasil ini bisa disebabkan karena penggunaan waktu kerja yang dilakukan perawat satu dengan yang lain tidak sama tergantung pengalaman dan pendidikan, selain itu

( 6 ) anak gadis dididik untuk tidak mengungkapkan para -. sann-perasaan negatif, (7) para gadis dilatih untuk pe- ka terhadap isyarat atau gejala nonverbal, (8) para

gala),  khususnya  Wayang  Orang  sriwedari.  Tulisan  ini  meru- pakan  rangkuman  hasil  wawancara  dengan  seniman  Wayang  Orang  sriwedari,  yang  terdiri 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebiasaan makan, status gizi dan kesehatan pekerja anak di Pasar Badung Kota