• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penerapan metode kuadrat terkecil dan regresi komponen utama dalam multikolinearitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penerapan metode kuadrat terkecil dan regresi komponen utama dalam multikolinearitas"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN

REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM

MULTIKOLINEARITAS

OLEH :

GUGUN M. SIMATUPANG

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

GUGUN M. SIMATUPANG. Analisis Penerapan Metode Kuadrat Terkecil (MKT) dan Regresi Komponen Utarna Dalam Multikolinearitas. Dibimbing oleh BUD1 SUSETYO dan BAMBANG JUANDA.

Masalah pendugaan parameter dalam analisis regresi linier berganda sering menjadi topik yang menarik dalam beberapa penelitian. Timbul masalah antara lain

multikolinearitas diantara peubah-peubah bebas. Dengan MKT akan terlihat efeknya

yaitu tingginya koefisien deterrninasi tidak diikuti dengan konsistensi hipotesis, tanda koefisien regresi setelah dimodelkan dan perubahan kesignifikan bila masing-masing dan bersama-sama dimasukkan dalam model. Keadaan ini akan mempengaruhi dalam penafsiran model regresi bila memerlukan kajian lebih lanjut. Berdasarkan kenyataan ini, dilakukan suatu kajian dengan berbagai jumlah data untuk mengetahui dan memberikan garnbaran kepada pengguna seberapa besar peluang perubahan tanda peubah bebas juga kesignifikan koefisien regresi sebagai efek dari penerapan MKT bila terjadi multikolinearitas diantara peubah bebas dan solusi penerapan regresi komponen utama. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan data simulasi.

Ukuran contoh yang digunakan dalam simulasi adalah n=10,20,25,30 dan 40 dengan lima peubah bebas saling berkorelasi dan satu peubah tak bebas. Masing- masing dilakukan simulasi sebanyak lima puluh kali. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa secara rata-rata peluang berubahnya tanda peubah bebas dengan

(13)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

"Analisis Penerapan Metode Kuadrat Terkecil dan Regresi Komponen

Utama dalam Multikolinearitas

"

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan

dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2002

(14)

ANALISIS PENERAPAN METODE KUADRAT TERKECIL DAN

REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM

MULTIKOLINEARITAS

Gugun M. Simatupang

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar pada

Magister Sains Program Studi Statistika

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Tesis : Analisis Penerapan Metode Kuadrat Terkecil dan Regresi Komponen Utama dalam Multikolinearitas

Nama : Gugun Mar~osor Simatupang

NRP : 99158

Program Studi : Statistika

Ketua

Menyetuj ui :

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S. Anggota

ogram Pascasarjana

frida Manuwoto, M.Sc.

(16)

Dipersembahkan untuk

Isteri dan Anak tercirzta :
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan tanggal 11 November 1964 di Doloksanggul

-

Tapanuli

Utara, anak kelima dari sembilan bersaudara. Anak dari pasangan Aden Willem

Simatupang dan Ramianna Br. Sihite (Almarhumah).

Pada tahun 1977, penulis lulus SD Negeri 1 Doloksanggul, tahun 1980 lulus

SMP Negeri 1 Doloksanggul, tahun 1983 lulus SMA Negeri 1 Doloksanggul. Pada

tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (USU) Medan melalui jalur PMDK.

Penulis lulus S-1 tangga 27 juli 1989. Pada tahun 1998, penulis mengikuti program

pra-pascasarjana, bidang studi statistika di IPB dengan biaya URGE. Tahun 1999,

penulis diterima sebagai mahasiswa program pascasarjana (S-2) pada program studi

statistika di IPB dengan biaya BPPS-Dikti.

Riwayat pekerjaan, tahun 1988 sampai dengan tahun 1991 penulis sebagai

tenaga pengajar di Fakultas Teknik Universitas Darma Agung (UDA) Medan.

Pertengahan tahun 1991 penulis diangkat sebagai tenaga pengajar pada jurusan

Pendidikan Matematika FKIP Universitas ~ A b i .

Tanggal 19 Februari 1993 penulis menikah dengan Martha Luciana Br.

Lumban Tobing, putri dari bapak CL. Tobing, Ibu R.Br. Sitompul, sarnpai sekarang

telah dikaruniai dua orang putralputri yang bernarna Nicolas Exe Walter Simatupang

(18)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha pemurah dan

Agung, karena berkat kasih dan karuniaya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis yang berjudul :

"

Analisis penerapan metode kuadrat terkecil dan metode komponen utama dalam multikolinearitas

".

Tesis ini dimaksudkan sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Magister Sains pada program Studi Statistika, Pasca sarjana

IPB.

Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima

kasih atas bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan. Secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Budi Susetyo, M.S. selaku ketua komisi pembimbing dan bapak

Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S. selaku anggota komisi pembimbing, yang telah

memberikan birnbingan, arahan serta dorongan yang sangat berharga selama

penulis dibimbing.

2. Rektor IPB, Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Statistika dan

ketua pengelola beasiswa BPPS beserta seluruh staf yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu pada Program Pascasarjana IPB.

3. Rektor Universitas Jambi, Dekan FKIP-Unja dan Ketua Jurusan PMIPA FKIP-

Unja, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk dapat menimba ilmu

di IPB.

4. Bapak dan Ibu dosen program studi Statistika beserta seluruh staf yang telah

memberikan ilmu dan pelayanannya kepada penulis.

5. Istri dan anak atas doa, pengertian dan dorongan yang sangat tulus dengan setia

mendampingi penulis selama men~ikuti pendidikan.

6. Orang t u a e r t u a , AbangIKakak, Adik beserta seluruh keluarga atas segala doa,

bantuan yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan.

7. Rekan-rekan mahasiswa program studi statistika, khususnya angkatan '99 atas

segala saran dan bantuan yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di IPB,

(19)

Semoga Tuhan Yang Maha Kasih dan Pemurah memberikan berkat yang

berlipat ganda, atas segala bimbingan dan kebaikan yang diberikan. Semoga tesis ini

dapat bermamfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Maret 2002

(20)

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL

...

DAFTAR GAMBAR

...

DAFTAR LAMPIRAN

...

PENDAHULUAN

...

...

Latar belakang

Batasan Masalah

...

Tujuan Penelitian

...

TINJAUAN PUSTAKA

...

Analisis Regresi Linier Berganda

...

Metode Kuadrat Terkecil (MKT)

...

Multikolinearitas

...

Analisis Komponen Utama

...

Analisis Regresi Komponen Utama

...

METODE PENELITIAN

...

Surnber Data

...

Metode Analisis

...

HASIL DAN PEMBAHASAN

...

Hasil Pengolahan Data Simulasi

...

Hasil- 1

...

Hasil-2

...

Hasil-3

...

Contoh Kasus

...

Penyelesaian dengan Metode Kuadrat Terkecil (MKT)

...

Penyelesaian dengan Metode Regresi Komponen Utama

...

Pembandingan Hasil MKT dengan Komponen Utama

...

KESIMPULAN DAN SARAN

...

...

Kesimpulan

...

Saran

DAFTAR PUSTAKA

...

...

LAMPIRAN

vii

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Contoh penyajian tanda dan penghitungan peluang benarlsalah dari persamaan regresi linier berganda menggunakan MKT vs matriks

korelasi

. . .

.

. . .

. .

. .

.

. . .

.

.

.

.

. . .

.

.

19

2. Contoh penyajian hasil pengujian hipotesis dan penghitungan peluang benarlsalah terhadap koefisien regresi linier sederhana vs linier berganda

dengan MKT

...

20

3. Contoh penyajian tanda dan penghitungan peluang benarlsalah dari

persamaan regresi komponen utama vs matriks korelasi

...

22

4. Rata-rata penghitungan peluang perubahan tanda berdasarkan persamaan

regresi linier berganda dengan MKT vs matriks korelasi

...

26

5 Rata-rata penghitungan peluang perubahan hasil pengujian hipotesis

koefisien regresi pada persamaan regresi linier sederhana vs regresi

linier berganda dengan MKT

...

29

6 . Rata-rata penghitungan peluang perubahan tanda berdasarkan persamaan

regresi komponen utama vs matriks korelasi

...

3 1

7. Pendugaan parameter regresi kuadrat terkecil

...

33

8. Sidik ragarn regresi kuadrat terkecil

...

33

9. Nilai

R;

d m VIF(bi) dari penduga bi

...

3 4

10. Matriks korelasi antar peubah bebas dan peubah talc bebas

...

3 4

1 1. Nilai akar ciri untuk contoh kasus

...

3 7

12. Nilai vektor ciri untuk contoh kasus

...

37

13. Nilai skor komponen utama untuk contoh kasus

...

38

14. Pengujian koefisien regresi

secara

parsial (berdasarkan pendekatan analisis
(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram kotak garis peluang tidak berubahnya tanda setelah dilakukan

regresi linier berganda dengan MKT dibandingkan terhadap hasil

matriks korelasi

...

25

2. Diagram kotak garis peluang tidak berubahnya kesignifikan koefisien

regresi linier sederhana dibandingkan linier berganda dengan MKT

. . .

.

27

3. Diagram kotak garis peluang tidak berubahnya tanda setelah dilakukan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hasil-1 : Peluang benarlsalah (tidak berubahlberubah) tanda peubah

bebas hasil matriks korelasi dan regresi linier berganda dengan MKT

...

49

2. Hasil-2 : Peluang benarlsalah (tidak berubahlberubah) kesignifikan koefisien regresi linier sederhana dan regresi linier berganda dengan

MKT

...

5 0

3. Hasil-3 : Peluang benarlsalah (tidak berubah/berubah) tanda peubah

bebas hasil matriks korelasi dan regresi komponen utama

...

5 1

4. Data contoh kasus (data asli)

...

52

5. Data contoh kasus (data pembakuan)

...

52
(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Secara umum jika ada satu peubah tak bebas tergantung pada satu atau

beberapa peubah bebas maka hubungan diantara peubah ini dapat dicirikan melalui

model yang disebut model regresi. Sudah barang tentu sebelum diperoleh model

persamaan regresi tersebut telah melalui suatu proses antara lain, spesifikasi atau

identifikasi model, penentuan atau pendugaan nilai parameter model termasuk

pemilihan model yang baik (seleksi model) dan pengujian terhadap model. Dengan

demikian peubah-peubah yang terdapat dalam persamaan regresi yang terbentuk

merupakan suatu hubungan yang dirancang sedemikian rupa untuk tujuan

memberikan jawaban bagi permasalahan yang ingin dimodelkan.

Model regresi mempunyai tiga tujuan penting, yaitu ; (1) Mendeskripsikan

model yang menjelaskan hubungan antara peubah tak bebas (respons) dengan peubah

bebas (prediktor) sehingga dapat dikaji lebih jauh tentang proses yang menghasilkan

nilai koefisien regresi ; (2) Untuk mengetahui kontribusi relatif dari setiap peubah

bebas dalam menjelaskan peubah tak bebas ; (3) Untuk memprediksi nilai peubah

tak bebas dari beberapa nilai peubah bebas. Ketiga tujuan tersebut biasanya

digunakan model regresi linier sederhana maupun berganda.

Masalah pendugaan parameter dalam analisis regresi berganda sering menjadi

topik yang menarik dalam beberapa penelitian, khususnya penelitian yang sangat

(25)

dalam regresi, salah satu diantaranya adalah masalah multikolinearitas.

Multikolinearitas pada regresi berganda terjadi karena korelasi yang tinggi diantara

peubah bebas. Kondisi ini penting sekali diperhatikan untuk penerapan metode

kuadrat terkecil (MKT) dalam pendugaan koefisien regresi (penduga parameter).

Pada prinsipnya multikolinearitas mempunyai arti bahwa terdapatnya suatu

hubungan linier di antara beberapa atau semua peubah bebas dari suatu model

regresi. Di dalam praktek, besar kemungkinannya menemukan peubah-peubah bebas

yang saling berkorelasi (Neter et al, 1990). Kenyataan bahwa sebagian atau semua

peubah bebas saling berkorelasi, dengan MKT tidaklah menghalangi memperoleh

fungsi regresi dugaan yang pas ataupun mempengaruhi inferensi tentang rataan

peubah tak bebas atau peramalan amatan-amatan baru, asalkan inferensi tersebut

dilakukan di dalam daerah amatan. Akan tetapi multikolinearitas yang tinggi akan

mengakibatkan koefisien-koefisien regresi dugaan cenderung memiliki keragaman

penarikan contoh yang besar, artinya koefisien regresi dugaannya cenderung

bervariasi sangat besar dari contoh satu ke contoh lainnya. Akibatnya tidak diperoleh

informasi yang tepat mengenai koefisien regresi yang sebenarnya (populasi). Bahkan

bisa jadi masing-masing koefisien regresi secara linier tidak nyata walaupun antara

peubah tak bebas dan peubah bebas terdapat hubungan linier yang nampak jelas.

Secara teori tanda hubungan linier sebenarnya diantara peubah bebas dengan

peubah tak bebas dapat dilihat pada matriks korelasi. Masalah tanda dari model

regresi bagi penelitian bidang tertentu misalnya penelitian ekonomi, industri, biologi

dan yang lainnya merupakan ha1 yang sangat diperhatikan, karena dalam kenyataan

(26)

meningkatkan nilai harapan dari model regresi yang dibangun, tetapi ternyata setelah

dimodelkan berubah tanda menjadi negatip atau sebaliknya.

Multikolinearitas diantara peubah-peubah bebas juga akan mempengaruhi

pengujian koefisien regresi dimana uji pengaruh marjinal peubah bebas secara

bersama-sama tidak setara dengan pengujian apakah ada hubungan regresi antara

peubah tak bebas dengan masing-masing peubah bebas, karena model tereduksi untuk

masing-masing uji tersebut mengandung pengaruh salah satu peubah bebas yang lain

(Neter et al, 1990). Dengan menggunakan MKT akan terlihat efek dari

multikolinearitas yaitu tingginya koefisien determinasi tidak diikuti dengan hasil uji

hipotesis yang nyata dari koefisien-koefisien regresi. Keadaan ini disebabkan karena

besarnya koefisien determinasi tidak didukung oleh kecilnya raganl koefisien regresi

tersebut (Martens & Naes, 1989), sehingga adanya multikolinearitas diantara peubah

bebas mengakibatkan galat baku dari koefisien regresi menjadi bertambah besar,

implikasinya statistik t yang didefinisikan sebagai rasio antara koefisien regresi dan

galat bakunya menjadi lebih kecil.

Dalaln model regresi, interpretasi dari masing-masing koefisien regresi adalah

perubahan rata-rata peubah respons (y) jika peubah penjelas xi tersebut berubah satu unit dan peubah penjelas lainnya tetap (ceteris paribus). Dengan demikian jika ada

multikolinearitas, yaitu ada korelasi antar peubah penjelas maka asumsi ceteris

paribus tidak berlaku sehingga sulit memisahkan pengaruh dari masing-masing

peubah penjelas, dan ini juga diindikasikan dari hasil analisis pada pengujian

hipotesis yang tidak signifikan dan terjadinya perubahan tanda dari peubah

(27)

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dikaji pengaruh

multikolinearitas tersebut dengan penerapan MKT dan metode analisis regresi

komponen utama dengan berbagai jumlah data observasi (n). Hasil kajian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pengguna sebagai bahan pertimbangan

dalam penafsiran model dari objek yang diamati sesuai dengan tujuan model regresi

yang ingin dicari pola hubungannya.

Batasan Masalah

Pada penelitian ini hanya dilakukan pengkajian efek dari penerapan MKT,

khususnya bagi penelitian yang sangat memerlukan kajian lebih lanjut dari model

regresi apabila terjadi multikolinearitas antar peubah bebas dengan berbagai jumlah

data dan solusi penerapan metode komponen utama.

Tujuan Penelitian

Penelitian pengkajian efek penerapan MKT apabila terjadi multikolinearitas

pada peubah bebas, mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mengkaji efek penerapan MKT apabila terjadi multikolinearitas dengan berbagai

jumlah data.

2. Membandingkan hasil regresi linier berganda dengan MKT dan regresi komponen

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

memodelkan hubungan diantara peubah-peubah, yaitu peubah tak bebas (respon) dan

peubah bebas (prediktor). Analisis ini digunakan dalam berbagai bidang ilmu.

Diantara model-model regresi, model regresi linier merupakan model yang paling

sederhana dan paling sering digunakan. Suatu model linier adalah sebuah fungsi linier

dalam parameter Po,P1, ...,P, (Myers & Milton, 1991). Model regresi yang

mempunyai lebih dari satu peubah bebas dan linier dalam koefisiennya disebut model

regresi linier berganda yang dinyatakan sebagai berikut :

Y i

=PO +PI',,

+ P 2 ' 1 2 + a * . + P n l ' i n l + E l (la)

dengan : yi adalah peubah tak bebas ; xij adalah peubah bebas ke-j pada ulangan ke-i

; Ei adalah sisaan atau galat ;

pj

adalah koefisien regresi ; i = 1,2,

...,

n dan n > m+l

; J = 1,2

,...,,

m.

Anaiisis regresi digunakan untuk mempelajari hubungan antara sepasang

peubah atau lebih, dan terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya

belum diketahui- dengan sempurna sehingga dalam penerapannya lebih bersifat

(29)

Metode Kuadrat Terkecil (MKT)

Model persamaan regresi (la) secara umum dapat ditulis dalam notasi matriks

sebagai berikut :

y = x p + g

- -

y = Vektor peubah tak bebas (nxl)

-

X = Matriks peubah bebas (nxk)

p

- = Vektor penduga parameter (kxl)

g = Vektor sisadgalat (nxl)

Dengan E(E

-

) = 0, var(5 ) = 021 dan unsur-unsur E tidak berkorelasi.

Karena E(g ) = 0 maka E( y - ) =

X

p

-

,

sehingga kuadrat galatnya adalah :

Dengan meminimumkan jumlah kuadrat galat diperoleh

/?

sebagai berikut :

dimana adalah penduga yang memenuhi sifat linier, tidak berbias dan memiliki

ragam minimum (Myers & Milton, 1991).

Pada analisis regresi, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah pengujian

hipotesis terhadap koefisien regresi. Tujuan dari hipotesis inj adalah untuk

mengetahui kontribusi relatif dari peubah bebas. Pada MKT, pengujian hipotesis

tersebut biasanya menggunakan uji t. Adapun bentuk hipotesis statistiknya jika yang

(30)

Secara eksplisit, uji terhadap hipotesis di atas didasarkan pada statistik uji :

Kaidah keputusan dalam pengujian ini bila taraf nyata ditetapkan sebesar a adalah

Jika

I

thir

I

'(1-a/2;n-2) ' terima Ho. Dan jika tidak maka terima HI.

Multikolinearitas

Masalah multikolinearitas muncul ketika terdapat korelasi diantara peubah

bebasnya, sehingga ha1 ini akan mempengaruhi ragam dari penduga kuadrat terkecil

dan pendugaan model yang dibuat (Wetherill, 1986).

Multikolinearitas bukanlah suatu kesalahan pemodelan, tetapi suatu kondisi

data yang tidak sempurna, sehingga sangatlah penting untuk menyadari kehadiran

multikolinearitas (Chatterjee & Price, 1977).

Hal senada menurut Belsley et al, (1980) bahwa multikolinearitas adalah

masalah data bukan masalah statistik. Akan tetapi dalam interpretasi dari model

regresi yang terbentuk atau yang ingin dicari menimbulkan konsekuensi.

Konsekuensi dari multikolinearitas dalam analisis regresi tersebut adalah ragam dan

peragam dari penduga kuadrat terkecil menjadi lebih besar, selang kepercayaan bagi

penduga parameter menjadi lebih lebar dan galat baku dari koefisien regresi menjadi

bertambah besar sehingga statistik t yang didefenisikan sebagai rasio antara penduga

dan galat baku koefisien penduga menjadi lebih kecil. Untuk menjelaskan ha1 ini,

(31)

Y

=Po

+ P I X , + P 2 ~ 2 + E ( 1 4

Dengan mengasumsikan peubah galat (sisaan) memiliki sifat-sifat : E[&]=O,

2 - 2

Var[&

1-0

, COV[E~, cj]= E[Q, E~]=O, untuk i#j, maka persamaan regresi diatas dapat

diduga dengan MKT yang menghasilkan koefisien regresi bl dan b2 sebagai penduga

tak bias bagi parameter

PI

dan p2. Selanjutnya dengan mendefenisikan peubah xl dan

xz dalam bentuk simpangan terhadap nilai rataannya, maka berdasarkan MKT

diperoleh :

dimana 1-12 adalah koefisien korelasi antara peubah bebas xl dan x2 (Dillon &

Goldstein, 1984).

Dengan demikian dari persamaan (2c), (3c) dan (4c) tampak secara jelas apabila 1-12

mendekati 1, maka penyebutnya akan menjadi kecil dan apabila sarna dengan 1

persamaan menjadi tidak dapat ditentukan, karena penyebutnya akan sama dengan

no1 dan dalam kasus pembagian dengan no1 memberikan hasil yang tidak terdefenisi,

sehingga Var[bl], Var[b2] dan Cov[bl,b2] menjadi tidak terdefenisi apabila terjadi

(32)

peubah-peubah x bersifat ortogonal, dimana 1-12 = 0, maka Cov[bl,b2] = 0 dan Var[bl]

= 02/&12, Var[b2] = 02/C~22.

Dan juga penafsiran koefisien regresi sebagai tolak ukur perubahan nilai

harapan peubah tak bebas bila peubah bebas padanannya naik satu satuan sedangkan

semua peubah bebas lainnya konstan tidak lagi sepenuhnya berlaku. Meskipun secara

konseptual bisa divariasikan salah satu peubah bebas pada saat yang sama

mempertahankan peubah-peubah lain tetap (konstan). Namun di dalam praktek tidak

mungkin melakukannya untuk peubah-peubah bebas yang berkorelasi tinggi.

Misalnya, model regresi untuk maramalkan hasil panen dari banyaknya curah hujan

d m jumlah jam sinar matahari, hubungan antara kedua peubah bebas tersebut tidak

mungkin diubah-ubah sementara yang lain dibuat konstan. Jadi bila peubah-peubah

bebas saling berkorelasi, koefisien salah satu peubah bergantung pada peubah lain

mana yang dimasukkan ke dalam model dan mana yang tetap di luar model. Dengan

demikian koefisien regresi tidak mencerminkan pengaruh inheren suatu peubah bebas

terhadap peubah tak bebas, melainkan pengaruh marjinal atau parsial, bila diketahui

peubah bebas lain telah ada di dalam model. Kondisi demikian juga mempengaruhi

tanda peubah-peubah bebas terhadap peubah tak bebasnya yang digambarkan oleh

tanda dari koefisien regresi bisa berubah-ubah apabila masing-masing peubah dan

secara bersamaan dimasukkan kedalam model (Neter et al, 1990).

Indikasi adanya masalah kekolinearan ganda yang serius ditunjukkan oleh

(33)

1. Terjadi perubahan besar koefisien regresi dugaan bila suatu peubah bebas

ditambahkan atau dibuang, atau bila suatu amatan diubah atau dibuang.

2. Uji-uji individu terhadap koefisien regresi bagi peubah-peubah bebas penting

memberikan hasil yang tidak nyata.

3. Tanda koefisien regresi dugaan yang diperoleh bertentangan dengan yang

diharapkan berdasarkan pertimbangan teoritis atau pengalaman-pengalaman

sebelumnya.

4. Koefisien regresi sederhana yang besar antara pasangan-pasangan peubah bebas

di dalam matriks korelasi rxx.

5. Selang kepercayaan yang lebar bagi koefisien regresi peubah bebas yang penting.

Metoda informal di atas memiliki sejumlah keterbatasan, yaitu tidak

memberikan ukuran kuantitatif tentang dampak kekolinearan ganda, tidak mampu

mengidentifikasi sifat kekolinearan ganda dan adakalanya perilaku yang teramati

terjadi tanpa adanya kekolinearan ganda.

Melihat keterbatasan di atas, suatu metode formal untuk mendeteksi adanya

kekolinearan ganda yang banyak digunakan adalah melalui faktor inflasi ragam

(Variance Inflation Factor [VIF]). VIF yaitu pengukuran multikolinearitas untuk

peubah bebas ke-i. VIF dihitung dari matriks korelasi peubah bebas yang telah

dibakukan satuannya. VIF adalah salah satu faktor yang mengukur seberapa besar

kenaikan ragam dari koefisien regresi dibandingkan terhadap peubah bebas yang

ortogonal jika dihubungkan secara linier (Fox & Monette, 1992). Nilai VIF akan

semakin besar jika terdapat korelasi yang semakin besar diantara peubah-peubah

(34)

kolinearitas (Neter et al, 1990). Hubungan antara VIFi dan kolinearitas adalah melalui rumus :

R:

= koefisien determinasi ganda bila xi diregresikan terhadap p-2 peubah x lainnya

di dalam model. Multikolinearitas dikatakan serius bila VIF lebih besar dari 10 (Rawling et al, 1988).

Analisis Komponen Utama

Misalkan suatu peubah acak

x =

(xl,xz,

...,

x,) yang terdiri dari p peubah yang

mengikuti sebaran peubah ganda tertentu dengan vektor nilai tengah p dan matriks

ragam peragam S atau matriks korelasi R. Kedua matriks tersebut berguna dalam

perhitungan nilai akar ciri (Aj) dan vektor ciri (aj).

Dari p buah peubah asal tadi dapat diturunkan p buah komponen utarna untuk

menerangkan keragaman total sistem, dan seringkali keragaman total itu dapat

diterangkan secara memuaskan oleh sejumlah kecil komponen utama, misal k buah

komponen dimana k<p. Jadi analisis komponen utama (AKU) pada prinsipnya

bertujuan mereduksi dimensi peubah asal yang telah ditransformasi ke peubah baru

dan menginterpretasikannya. Komponen utama ke-j dari contoh pengamatan

berdimensi p peubah adalah merupakan kombinasi linear dari peubah asal yang

dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :

(35)

Matriks peragam S digunakan bila semua peubah yang diamati diukur dalam

satuan pengukuran yang sama, tetapi bila peubah yang diamati mempunyai satuan

pengukuran yang berbeda perlu dibakukan dalam peubah baku sebagai berikut :

Sehingga komponen utama ke-j dari contoh pengamatan berdimensi p peubah baku

adalah merupakan kombinasi linear dari peubah baku sebagai berikut :

W, = a,,iz, +a2,z2

+...+

a,.z, ( 3 4

Untuk peubah yang memiliki satuan pengukuran yang tidak sama maka

komponen utama diturunkan dari matriks korelasi R (Gasperz, 1992).

Untuk mengukur keeratan hubungan (korelasi) antara peubah asal dengan

komponen utarna dapat dilihat melalui besarnya koefisien korelasi antara peubah asal

dengan komponen utama itu, bila komponen utama diturunkan dari matriks korelasi

R maka koefisien korelasi antara peubah baku ke-i dan komponen utama ke-j

dihitung dengan :

Analisis komponen utama dapat dijadikan tahap antara dalam penelitian yang

bersifat lebih besar. Untuk tujuan analisis lanjutan, misalnya analisis regresi

(36)

Analisis Regresi Komponen Utama

Pengaruh multikolinearitas pada pemodelan regresi dengan MKT

menyebabkan pendugaan koefisien regresi yang kurang baik. Masalah

multikolinearitas dapat diatasi dengan beberapa metode, antara lain Metode Regresi

Komponen Utarna (Kristiningrum, 1997), Metode Regresi Ridge (Pakpahan, 2000)

dan Metode Kuadrat Terkecil Parsial (Herwindiati, 1997). Untuk mengetahui metode

terbaik dalam mengatasi multikolinearitas, Henvindiati telah melakukan penelitian

terhadap Metode Kuadrat Terkecil Parsial (MKTP), Metode Regresi Komponen

Utama dan Metode Regresi Ridge. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa MKTP

lebih baik dibandingkan Regresi Komponen Utama dan Regresi Ridge.

Analisis regresi komponen utama merupakan suatu analisis kombinasi antara

analisis regresi dan analisis komponen utama. Analisis regresi komponen utama

ditetapkan bila dalam pembentukan model pendugaan peubah bebas yang digunakan

banyak dan terdapat hubungan yang erat antar peubah bebasnya. Adanya korelasi

antar peubah bebas menyebabkan salah satu asumsi dasar regresi dalam MKT

menjadi gaga1 terpenuhi dan salah satu cara membebaskan korelasi antar peubah

bebasnya adalah dengan regresi komponen utama.

Pendugaan dengan regresi komponen utama akan menghasilkan nilai dugaan

yang memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi, dengan jumlah kuadrat galat yang

lebih kecil bila dibandingkan dengan pendugaan MKT (Gasperz, 1992).

Dari p komponen utama yang diturunkan dari matriks korelasi R dihitung skor

komponen utarna untuk tiap-tiap komponen utarna yang menghasilkan W, skor

(37)

Wp= ai'g, (le)

z = vektor skor baku peubah yang diamati dari unit pengamatan ke-i.

- I

Setelah diperoleh skor komponen utama maka regresikan peubah tak bebas y

dengan skor komponen utama W untuk menghasilkan penduga koefisien regresi

untuk p komponen utama,?; - penduga ragam s 2 k ) ; dan jumlah kuadrat regresi

S S ~

).

Model regresi komponen utama untuk seluruh skor komponen utama :

Selanjutnya uji H , : = 0 untuk setiap j dengan menggunakan uji t atau uji

F, dan eliminasi dari model regresi komponen utarna (Rawlings et al, 1998) bila

mempunyai akar ciri yang cukup kecil yang menyebabkan masalah kolinearitas dan

yang koefisien penduga regresinya

b,

) tidak berbeda nyata dari nol.

Dari p komponen utama setelah dieliminasi s komponen utama tersisa g

komponen utama, untuk selanjutnya transformasi komponen utarna ke dalam peubah

aslinya, sehingga persamaan regresinya menjadi :

Ragam koefisien regresi komponen utama dihitung dengan rumus :

dimana Ag adalah akar ciri ke-j dan se2 adalah galat dibagi jumlah kuadrat terkoreksi,

(38)

Pengujian signifikansi terhadap koefisien regresi secara parsial untuk

mengetahui pengaruh dari setiap peubah bebas terhadap peubah tak bebas dengan uji

(39)

METODE PENELITIAN

Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data simulasi, yang

dibangkitkan dengan bantuan program paket statistik Minitab 1 1.12. Banyaknya data

yang diteliti adalah dengan ukuran contoh n = 10,20,25, 30, dan 40, terdiri dari lima

peubah bebas (xl,x2,x3,x4 dan x5) dan sebuah peubah tak bebas (y), yang menyebar

normal (0,l).

Tahap-tahap pembangkitan data untuk setiap ukuran contoh (n) adalah

sebagai berikut :

1. Untuk setiap ukuran contoh bangkitkan peubah tak bebas (y) dan peubah bebas

( ~ 1 , ~ 2 , ~ 3 , ~ 4 dan ~ 5 ) .

2. Periksa korelasi : jika koefisien korelasi antar peubah bebas berkisar 0,4 s/d 1,O

dan antara peubah tak bebas dengan masing-masing peubah bebas lebih besar

sama dengan 0,6, maka datanya dicatat. Selainnya kembali ke tahap 1.

3. Tahap 1 dan tahap 2 dilakukan dengan ulangan 50 kali sehingga diperoleh 50 himpunan data untuk setiap ukuran contoh.

Untuk melihat implikasi dari hasil pengolahan data simulasi di atas, dalam

penelitian ini dikaji sebuah contoh kasus, yaitu suatu data amatan (Lampiran 4)

berkaitan dengan proses industrialisasi yang terjadi pada 15 daerah kabupaten di

suatu propinsi (Gasperz, 1992). Peubah-peubah tersebut dispesifikasikan terdiri dari

(40)

mengetahui sejauh mana pengaruh proses industrialisasi yang berlangsung terhadap

pendapatan per kapita (y).

Data peubah-peubah bebas (x) dan peubah tak bebas (y) yang digunakan

untuk contoh kasus ini dispesifikasikan sebagai berikut :

y = Pendapatan per kapita (PDRB per kapita), diukur dalam satuan puluh ribu

rupiah.

xl = Kontribusi industri manufaktur dalam produk domestik regional bruto

(PDRB), diukur dalam satuan persen (%).

x2 = Banyaknya tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur, diukur dalam satuan

persen (%). (persentase dari total tenaga ke rja di daerah itu).

x3 = Produktivitas tenaga kerja industri manufaktur, diukur dalam satuan juta rupiah

per tenaga kerja (nilai tambah industri manufaktur per tenaga kerja).

xq = Investasi dalam industri manufaktur per tenaga kerja, diukur dalam satuan juta

rupiah per tenaga kerja (jumlah investasi dalam industri manufaktur dibagi

dengan banyaknya tenaga kerja industri manufaktur

Selanjutnya pada kenyataan bahwa pengaruh keempat peubah bebas tersebut

adalah positip artinya keempat peubah bebas yang dispesifikasikan akan menambah

pendapatan per kapita peubah tak bebas (y) yang ingin dicari model hubungannya.

Metode Analisis

Tahap-tahap yang dilakukan dalam menganalisis data hasil bangkitan dan data

(41)

1. Menentukan matriks korelasi antar peubah bebas dan peubah tak bebas untuk

seluruh data, dengan bantuan program paket statistik Minitab 1 1.12.

2. Menentukan tanda korelasi dari masing-masing peubah bebas terhadap peubah talc

bebas pada langkah (1) untuk seluruh data dengan mencatat tanda

"+"

jika positip

atau "-" jika negatip, dimana tanda ini merupakan hubungan sebenarnya antara

peubah-peubah bebas dengan peubah tak bebas.

3. Regresikan masing-masing peubah bebas terhadap peubah tak bebas (regresi linier

sederhana) untuk seluruh data dan menentukan kesignifikan dari koefisien regresi

peubah tersebut dengan mencatat "1" jika signifikan (nyata) atau "0" jika tidak

signifikan, dengan bantuan program paket statistik Minitab 1 1.12.

4. Regresikan peubah bebas secara bersama terhadap peubah tak bebas (regresi linier

berganda) untuk seluruh data, selanjutnya menentukan kesignifikan dari masing-

masing koefisien regresi peubah bebasnya secara parsial dengan mencatat " 1 "

jika signifikan (nyata) atau "0" jika tidak signifikan dan tanda dari masing-masing

peubah bebasnya dengan mencatat tanda

"+"

jika positip atau

"-"

jika negatip.

5. Penyaj ian tanda dan penghitungan peluang benarlsalah dari persarnaan regresi

linier berganda menggunakan MKT vs matriks korelasi untuk seluruh data yang

selanjutnya disebut Hasil- 1, dengan kriteria sebagai berikut :

a. Misalkan : A = tanda peubah bebas terhadap peubah tak bebas pada matriks

korelasi.

B = tanda peubah bebas hasil regresi linier berganda dengan MKT

Jika : (+,+) dan (-,-) berarti : benar atau tanda peubah bebas tidak berubah.

(42)

b. Contoh penyajian tanda untuk himpunan data n = 10

c. Contoh penghitungan peluang benarlsalah (dari langkah b)

dan seterusnya sampai dengan :

Data 1

Sehingga peluang benar [P(B)] atau peluang tidak berubah tanda peubah bebas

untuk data pertarna adalah 315 dan untuk data ke-50 adalah 215 pada himpunan

data n = 10.

d. Ulangi langkah (a),(b) dan (c) untuk masing-masing himpunan data n = 20, 25, 30,

40. A B

+

Benar (2) Salah (1) 3

+

-

Data 50

-

Salah (1)

(43)

6. Penyaj ian hasil penguj ian hipotesis dan penghitungan peluang benarlsalah

terhadap koefisien regresi linier sederhana vs linier berganda dengan MKT untuk

seluruh data yang selanjutnya disebut Hail-2, dengan kriteria sebagai berikut :

Misalkan : C = hasil uji hipotesis terhadap koefisien regresi linier sederhana

dengan MIST

D = h a i l uji hipotesis terhadap koefisien regresi linier berganda

dengan MKT

Jika : (1,l) dan (0,O) berarti : benar atau h a i l uji hipotesis tidak berubah

(1,O) dan (0,l) berarti : salah atau hasil uji hipotesis berubah.

b. Contoh penyajian hasil pengujian hipotesis untuk himpunan data n = 10

c. Contoh penghitungan peluang benarlsalah (dari langkah b)

dan seterusnya sampai dengan :

Data 1 C

D

1

Benar (0)

Salah (1)

1 1

0

0

Salah (0)

Benar (4)

(44)

Sehingga peluang benar [P(B)] atau peluang tidak berubah kesignifikan

koefisien regresi untuk data pertama adalah 415 dan untuk data ke-50 adalah

315 pada himpunan data n = 10.

d. Ulangi langkah (a),(b) dan (c) untuk masing-masing himpunan data n = 20, 25,

30,40

7. Menentukan akar ciri, vektor ciri dan skor komponen utama untuk seluruh data,

dengan bantuan program paket statistik Minitab 1 1.12.

8. Pilih komponen utama pada langkah (7) dan selanjutnya regresikan peubah

tak bebas (y) terhadap skor komponen utama terpilih tersebut kemudian

kembalikan ke peubah asal untuk mendapatkan tanda dari masing-masing

peubah bebasnya untuk seluruh data.

9. Penyajian tanda dan penghitungan peluang benarlsalah pada persamaan regresi

komponen utama vs matriks korelasi untuk seluruh data yang selanjutnya disebut

Hasil-3, dengan kriteria sebagai berikut :

Misalkan : A = tanda peubah bebas terhadap peubah tak bebas pada matriks korelasi.

Data 50

E = tanda peubah bebas hasil regresi komponen utama

(45)

Jika : (+,+) dan (-,-) berarti : benar atau tanda peubah bebas tidak berubah.

(+,-) dan (-,+) berarti : salah atau tanda peubah bebas berubah.

b. Contoh penyajian tanda untuk himpunan data n = 10

c. Contoh penghitungan peluang benarlsalah (dari langkah b)

dan seterusnya sampai dengan :

Data 1 A

E

+

Benar (3)

Salah (0) 3

+

-

Data 50

-

Salah (0) Benar (2) 2 A E

+

Benar (2)

Salah (1)

(46)

Sehingga peluang benar [P(B)] atau peluang tidak berubah tanda peubah bebas

untuk data pertama adalah 1,O dan untuk data ke-50 adalah 315 pada himpunan

data n = 10.

d. Ulangi langkah (a),(b) dan (c) untuk masing-masing himpunan data n = 20, 25,

30,40.

10. Analisis terhadap peluang benarlsalah dari data hasil simulasi berdasarkan hasil

regresi linier berganda dengan MKT dan membandingkan terhadap hasil

metode regresi komponen utama.

1 1. Analisis terhadap data contoh kasus untuk melihat implikasi dari hasil penelitian

ini dengan regresi linier berganda menggunakan MKT dan membandingkannya

(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Simulasi dilakukan dengan membangkitkan 5 himpunan contoh data masing-

masing berukuran n = 10, 20, 25, 30, 40 dan diulang sebanyak 50 kali, sehingga

terdapat dua ratus lima puluh himpunan data yang digunakan dalarn penelitian ini.

Hasil-1 (Lampiran l), Hasil-2 (Lampiran 2) dan Hasil-3 (Lampiran 3) menyajikan

hasil pengolahan data simulasi dalam bentuk tabel peluang benar [P(B)] dan peluang

salah [P(S)] untuk masing-masing himpunan data tersebut.

Pada bagian ini akan dibahas mengenai Hasil-1, Hasil-2 dan Hasil-3 yang

merupakan hasil dari pengolahan data simulasi untuk melihat perubahan tanda dan

perubahan kesignifikan koefisien regresi dengan berbagai jurnlah data berdasarkan

analisis regresi dengan

MKT

dan metode komponen utama.

Selanjutnya akan dibahas sebuah contoh kasus dimana terdapat korelasi yang

tinggi diantara peubah-peubah bebasnya untuk menunjukkan implikasi dari hasil

penelitian ini.

Hasil Pengolahan Data Simulasi

Hasil-1

Hasil-1 merupakan hasil penghitungan peluang tidak berubahnya tanda

[P(B))dan berubahnya tanda [P(S)] peubah bebas hasil dari matriks korelasi apabila

diregresikan berdasarkan regresi linier berganda dengan MKT untuk masing-masing

(48)

sebaran peluang tidak berubahnya tanda peubah tersebut perhatikan Gambar I

berikut :

Gambar 1. Diagram kotak garis peluang tidak berubahnya tanda setelah dilakukan regresi linier berganda dengan MKT

dibandingkan terhadap hasil matriks korelasi.

Dari Gambar 1 terlihat bahwa untuk n = 10, 20 dan 30 sebaran peluang tidak

berubahnya tanda peubah bebas [P(B)] menjulur ke kiri berada diantara

0,6-0,8 dibawah median walaupun pada n = 25 sebagian kecil berada di atas median.

Selanjutnya untuk n = 30 dan n = 40 sebaran peluangnya berada pada median dan

menjulur ke kanan di atas median. Keadaan ini mengindikasikan bahwa peluang tidak

berubahnya tanda peubah bebas semakin besar terlihat setelah n = 30, namun secara

umum karena median peluang untuk n = 10,20,25, 30,40 adalah sama, berimplikasi

bahwa untuk melihat perubahan tanda pada peubah bebas yang memiliki

multikolinearitas bila dianalisis dengan regresi linier berganda tidak perlu dengan

banyaknya n yang berbeda-beda. Idealnya sesuai dengan hasil penelitian ini cukup

(49)

Keterkaitan hubungan yang sebenarnya antara peubah-peubah bebas dengan

peubah talc bebas dapat dilihat pada matriks korelasi. Hubungan tersebut dinotasikan

dengan tanda

"+"

jika positip atau "-" jika negatip, dimana secara kenyataan

(teoritis) bisa ditafsirkan "meningkatkan" atau "menurunkan" atau yang lain

bergantung kepada sifat objek yang diarnati. Rata-rata peluang perubahan tanda

peubah bebas dengan berbagai jurnlah data (Lampiran 1) dapat dilihat pada tabel 1

sebagai berikut.

Tabel 1. Rata-rata penghitungan peluang perubahan tanda berdasarkan persamaan regresi linier berganda dengan MKT vs matriks korelasi

Hasil pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa peubah-peubah bebas yang Data

n = 10

n = 2 0

n = 2 5

n = 30

n = 4 0

Rataan

memiliki multikolinearitas secara rata-rata akan mengalami perubahan tanda sebesar

22,8 % dari tanda yang sebenarnya pada matriks korelasi bila dianalisis dengan Peluang Benar 0,708 0,760 0,776 0,808 0,808 0,772

regresi linier berganda menggunakan MKT (Hasil-1, Lampiran 1). Keadaan ini cukup

berarti pengaruhnya khusus pada penelitian yang sangat memperhatikan pola Peluang Salah 0,292 0,240 0,224 0,192 0,192 0,228

keterkaitan dari peubah-peubah yang ingin dicari modelnya.

Selanjutnya dalam Tabel 1 terlihat bahwa banyaknya data akan

(50)

data, maka secara rata-rata semakin kecil peluang perubahan tanda dari koefisien

peubah-peubah bebasnya. Narnun untuk data yang lebih besar lagi keadaan ini tidak

berlaku, ha1 ini dapat dilihat bahwa pada n = 30 dan n = 40 peluang perubahan tanda

tersebut memiliki peluang yang sarna, yaitu 0,192.

Hasil-2

Hasil-2 merupakan hasil penghitungan peluang tidak berubahnya [P(B)] dan

berubahnya [P(S)] kesignifikan koefisien regresi linier sederhana untuk masing-

masing peubah bebas dan apabila diregresikan dengan regresi linier berganda

dengan MKT untuk masing-masing himpunan data. Untuk melihat lokasi pemusatan,

rentangan penyebaran dan pola sebaran peluang tidak berubahnya kesignifikan hasil

pengujian koefisien regresi tersebut perhatikan Gambar 2 berikut :

Gambar 2. Diagram kotak garis peluang tidak berubahnya kesignifikan koefisien regresi berdasarkan regresi

(51)

Dari Gambar 2 terlihat bahwa untuk n = 10 sebaran peluang kesignifikan

koefisien regresi tidak berubah [P(B)] menjulur ke kanan berada diantara 0,6-0,s

diatas median dan untuk n = 20 simetris tetapi mempunyai median yang sama. Hal

ini mengindikasikan salah kesigifikan koefisien regresi mengalami perubahan tetapi

kecil. Selanjutnya untuk n = 25 sebaran peluangnya simetrik dan mengalami

perubahan cukup berarti dibanding n = 10 dan n = 20 dan seterusnya untuk n = 30

dan n = 40 sebaran peluangnya menjulur ke kiri dan berada pada median. Keadaan ini

mengindikasikan bahwa peluang salah kesignifikan koefisien regresi mengalami

perubahan tetapi kecil , namun secara umum median peluang untuk n = 10, 20

adalah sama dan untuk n = 25, 30, 40 juga sama, yang berimplikasi bahwa untuk

melihat perubahan salah kesignifikan koefisien regresi pada peubah bebas yang

memiliki multikolinearitas bila dianalisis dengan regresi linier sederhana dan regresi

linier berganda dengan MKT perlu diperhatikan banyaknya n

.

Idealnya sesuai hasil

penelitian ini jurnlah data dengan n = 30 menjadi bahan pertimbangan.

Secara statistika kesignifikan koefisien regresi umumnya disimbolkan "I" jika

nyata (signifikan) dan "0" jika tidak nyata. Sesuai hasil pengolahan data simulasi, rata-rata peluang perubahan kesignifikan hasil pengujian hipotesis koefisien regresi

menggunakan MKT dengan berbagai jumlah data (Lampiran 2) dapat dilihat pada

(52)

Tabel 2. Rata-rata penghitungan peluang perubahan hasil pengujian hipotesis koefisien regresi berdasarkan regresi linier sederhana vs regresi linier berganda dengan MKT

Hasil pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa peubah-peubah bebas yang

memiliki multikolinearitas secara rata-rata akan mengalami salah kesignifikan

koefisien regresi sebesar 29,6 % bila dianalisis dengan regresi linier sederhana

dibandingkan terhadap analisis regresi linier berganda dengan MKT (Hasil-2,

Lampiran 2). Keadaan ini cukup berarti pengaruhnya khusus pada penelitian yang

menggunakan model persamaan regresi sebagai model yang menggambarkan

keterkaitan atau pola hubungan dari objek yang diamati.

Selanjutnya dalam Tabel 2 juga terlihat bahwa banyaknya data akan

mempengaruhi perubahan salah kesignifikan koefisien regresi, dimana semakin

banyak juinlah data, maka secara rata-rata semakin kecil peluang perubahan salah Data

n = 10

n = 2 0

n = 2 5

n = 3 0

n = 4 0

Rataan

kesignifikan koefisien regresi dari peubah-peubah bebasnya. Namun untuk ukuran

data yang lebih besar lagi keadaan ini tidak berlaku, dapat dilihat bahwa pada n = 30

dan n = 40 peluang perubahan salah kesignifikan koefisien regresi meningkat tetapi

[image:52.580.83.486.98.619.2]
(53)

tidak stabil jika dilakukan penerapan MKT pada peubah-peubah bebas yang

memilliki multikolinearitas.

Hasil-3 merupakan hasil penghitungan peluang tidak berubahnya tanda [P(B)]

dan berubahnya tanda [P(S)] peubah bebas hasil dari matriks korelasi apabila

diregresikan berdasarkan metode regresi komponen utarna untuk masing-masing

himpunan data. Untuk melihat lokasi pemusatan, rentangan penyebaran dan pola

[image:53.580.78.478.56.810.2]

sebaran peluang tidak berubahnya tanda koefisien regresi tersebut perhatikan

Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Diagram kotak garis peluang tidak berubahnya tanda setelah dilakukan regresi komponen utama dibandingkan dengan hasil matriks korelasi.

Dari Gambar 3 terlihat bahwa untuk n = 10, 20, 25, 30 dan 40 sebaran

(54)

kanan berada pada dan diatas median, yaitu antara 0,8-1,O. Ini berarti bahwa peluang

berubahnya tanda peubah bebas secara rata-rata adalah kecil. Keadaan ini

mengindikasikan bahwa banyaknya jurnlah data mempengaruhi perubahan tanda

peubah bebasnya pada kisaran peluang tertentu yang relatif kecil. Dengan demikian

untuk melihat perubahan tanda peubah bebas bila dianalisis dengan regresi komponen

utama bisa dengan jumlah data berapapun.

Selanjutnya untuk melihat lebih jauh peluang perubahan tanda peubah bebas

dengan berbagai jumlah data berdasarkan hasil regresi metode komponen utama vs

hasil matriks korelasi secara rata-rata ditabelkan sebagai berikut.

Tabel 3. Rata-rata penghitungan peluang perubahan tanda berdasarkan

persamaan regresi komponen utama vs h a i l matriks korelasi

Hasil pada Tabel 3 memperlihatkan bahwa peubah-peubah bebas yang

memiliki multikolinearitas secara rata-rata akan mengalami perubahan tanda sebesar

11,76 % dari tanda yang sebenarnya pada matriks korelasi bila dianalisis dengan

regresi komponen utama (Hasil-3, Lampiran 3)

.

Keadaan ini relatif cukup berarti Data

n = 10

n = 2 0

n = 2 5

n = 3 0

n = 4 0

(55)

pengaruhnya khusus pada penelitian yang sangat memperhatikan tanda dari peubah

yang dimodelkan.

Selanjutnya dalam Tabel 3 terlihat bahwa banyaknya data akan

mempengaruhi perubahan tanda, dimana semakin banyak jurnlah data, maka secara

rata-rata semakin kecil peluang perubahan tanda dari peubah-peubah bebasnya. Dan

juga untuk data yang lebih besar lagi peluang tersebut sangat kecil, ha1 ini dapat

dilihat bahwa pada n = 40 peluang perubahan tanda koefisien regresi tersebut hanya

sebesar 0,076.

Contoh kasus

Contoh kasus ini adalah suatu data amatan (Lampiran 4) berkaitan dengan

proses industrialisasi yang terjadi pada 15 daerah kabupaten di suatu propinsi

(Gasperz, 1992). Peubah-peubah tersebut dispesifikasikan terdiri dari empat peubah

bebas X I , x2, x3, dan x4 untuk tujuan mengetahui sejauh mana pengaruh proses

industrialisasi yang berlangsung terhadap pendapatan per kapita (y).

Penyelesaian dengan Metode kuadrat terkecil (MKT)

Analisis regresi dengan MKT terhadap data pada lampiran 4 menghasilkan

nilai penduga parameter (Tabel 4) dengan daftar sidik ragam (Tabel 5). Semua

(56)

3 3

Tabel 4. Penduga parameter Regresi Kuadrat Terkecil

Tabel 5. Tabel Sidik Ragam Regresi Kuadrat Terkecil

P 0,000 0,052 0,774 0,573 0,734

Berdasarkan Tabel 4 dapat dibentuk model regresinya sebagai berikut :

y = 41,7

+

2,35 XI

-

0,248

xz

+

2,05 x3

+

1,57 x4

Dari hasil di atas terlihat bahwa nilai ragam yang kecil tidak didukung oleh nilai

simpangan baku koefisien regresi bi yang kecil. Kalau dikaji lebih lanjut terlihat

bahwa tak satupun bi yang nyata secara statistik walaupun

R~

tinggi. Hal ini

merupakan salah satu indikasi adanya multikolinearitas diantara peubah bebas. Fakta

ini dapat juga dilihat dari nilai R~~ dan VIF(bi) pada Tabel 6 berikut. T-hitung 6,57 2,20 -0,29 0,58 0,35 Simpangan Baku 6,345 1,066 0,843 3,526 4,492 Peubah Konstan

x I

X2 x3

x4

Prob>F

0,000

S = 2,027 R~ = 0,949

[image:56.580.75.485.82.790.2] [image:56.580.78.491.92.444.2]
(57)
[image:57.580.155.463.80.221.2]

Tabel 6. Nilai R~~ dan VIF(bi) dari penduga bi

-

Tabel 6 memperlihatkan bahwa nilai VIF dari semua koefisien penduga

regresi lebih besar dari 10, dimana VIF yang melebihi sepuluh kadang-kadang bisa

digunakan sebagai petunjuk adanya kolinearitas (Neter, et al. 1990).

Disamping VIF, cara lain untuk melihat multikolinearitas antar peubah-

peubah bebas dan tanda peubah bebas dengan peubah tak bebas adalah dari matriks

korelasi pearson, yaitu seperti tercantum dalam Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Matriks korelasi antar peubah bebas dan peubah tak bebas R2i 0,946 0,787 0,850 0,905 Peubah X I x2 X3 x4 Correlations (Pearson)

Y x 1 x 2 x 3

X I 0,973

x 2 0,887 0,909

X3 0,922 0,933 0,952

x 4 0,95 1 0,969 0,864 0,911

Hasil diatas (Tabel 7) memperlihatkan bahwa terdapat multikolinearitas yang

tinggi antar peubah bebas dan tanda hubungan peubah-peubah bebas dengan peubah

tak bebas semuanya adalah positip. Hasil ini didukung oleh kenyataan bahwa secara

statistik peubah-peubah ukuran industrialisasi yang dispesifikasikan saling

berkorelasi ; Sebagai misal dengan meningkatnya proses industrialisasi akan

(58)

berakibat naiknya kontribusi industri manufaktur dalam PDRB (x, meningkat), juga

akan meningkatkan keterlibatan tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur (xz

meningkat), produktifitas tenaga kerja industri yang diukur dari naiknya nilai tarnbah

industri per tenaga kerja (x3 meningkat), serta investasi per tenaga kerja industri

bertarnbah (x4 meningkat). Kesemuanya diharapkan akan meningkatkan pendapatan

per kapita (PDRB per kapita), jadi besaran y juga meningkat.

Selanjutnya bila dilakukan regresi sederhana terhadap masing-masing peubah

bebas maka semua penduga parameter adalah nyata (signifikan). Dengan demikian

bila diterapkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada bagian hasil pengolahan data

simulasi di atas dengan contoh kasus ini akan diperoleh :

Pertama, penyajian dan penghitungan peluang tidak berubahnya tanda peubah-peubah

bebas bila diregresikan secara linier berganda dengan metoda kuadrat terkecil dari

tanda pada matriks korelasi, yaitu :

X I x2 x3 x4

Matriks Korelasi

+

+

+

+

Regresi Berganda

+

-

+

+

Jadi peluang tidak berubahnya tanda peubah bebas adalah P(B) = 314 atau 75 %,

berarti terjadi salah tanda atau perubahan tanda peubah bebas setelah diregresikan

secara linier berganda dengan MKT sebesar P(S) = 114 atau 25 %, dalam kasus ini

(59)

bertanda positip. Artinya, banyaknya tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur

(x2) tidak mungkin menurunkan pendapatan per kapita (PDRB per kapita), y.

Kedua, hasil pengujian terhadap koefisien regresi linier sederhana memperlihatkan

bahwa koefisien regresi dari masing-masing peubah bebas X I , x2, x3 dan x4

semuanya sangat nyata, tetapi setelah diregresikan secara bersama (regresi linier

berganda) dengan MKT bahwa tak satupun koefisien penduga parameter dari

peubah bebas tersebut yang nyata (signifikan), yaitu :

X l x2 x3 x4

Regresi sederhana 1 1 1 1

Regresi Berganda 0 0 0 0

Berarti multikolinearitas dari peubah-peubah bebas tersebut mengakibatkan peluang

salah kesignifikan koefisien regresi dengan MKT adalah 1 ,O.

Berdasarkan kedua hasil ini memberikan petunjuk bahwa model persarnaan

regresi linier berganda di atas tidak dapat diduga secara langsung dengan

menggunakan MKT.

Usaha mengatasi multikolinearitas kadang-kadang ditempuh dengan

membangun analisis regresi bertatar (stepwise regression), dimana berdasarkan

prosedur bertatar akan dikeluarkan peubah-peubah yang menyebabkan

multikolinearitas dengan demikian akan menghasilkan persarnaan regresi yang terdiri

(60)

mempertimbangkan kriteria statistik tidak mempertimbangkan kriteria teoritik.

Dengan demikian jelas untuk contoh kasus ini tidak tepat.

Ada cara lain untuk mengatasi multikolinearitas yang sangat banyak

digunakan oleh peneliti-peneliti saat ini, yaitu metode analisis regresi komponen

utama yang akan dijabarkan pada bagian berikut ini.

Penyelesaian dengan Metode Regresi Komponen Utama.

Analisis regresi komponen utama menggunakan data pada lampiran 5, data ini

sebagai hasil pembakuan dari data lampiran 4. Akar ciri

hi

beserta proporsi

kumulatifnya dari persamaan 12'2

-

A,

11

= 0, disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Nilai Akar Ciri untuk Contoh Kasus

Tabel 9. Nilai vektor ciri untuk kasus contoh Akar ciri

Proporsi

Kumulatif

Peubah W I w2

w3

w4

zl -0,505616 0,339848 0,165480 -0,160826

~2 -0,494054 -0,639271 0,139768 0,086489 ~3 -0,503541 -0,3 17894 -0,903545 -0,386065

-0,496699 0,6 12 192 -0,3697 14 0,9042 1 7

[image:60.580.74.496.16.790.2]
(61)

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa akar ciri pertarna menjelaskan sekitar 94,2

% dari keragaman total yang terjadi, dan akar ciri yang berikutnya hanya menjelaskan

masing-masing sekitar 4,l % dan 1 %. Ini berarti dari empat buah komponen utarna

yang diturunkan dari matriks korelasi antar peubah bebas, hanya sebuah komponen

utama yang memegang peranan penting dalam menerangkan keragaman total

data ukuran industrialisasi.

Dengan demikian komponen utama pertama (Tabel 9) yang merupakan

kombinasi linier dari empat peubah asal yang dibakukan (2) dapat dinyatakan

dalarn persamaan berikut :

WI =

-

0,506 zl

-

0,494 z~

-

0,504 23

-

0,497 4, dan

s;,

= A , = 3,7694

Selanjutnya berdasarkan akar ciri

hi

pada Tabel 8, diperoleh skor komponen

utama ditabelkan sebagai berikut.

(62)

Berdasarkan analisis regresi peubah talc bebas terhadap Skor komponen utama

pertama SK(WI) yang ditentukan oleh komponen terpilih (W1), maka diperoleh

persamaan regresi komponen utama berikut :

i,

= 76,3

-

3,76SK(W, )

R' = 92,4%; s2 = 4,68(s2 = KTG = ~ e a n ~ ~ u a r e ~e sidual)

Selanjutnya SK(W 1) merupakan fungsi dari W 1, sehingga bila disubstitusikan

dengan WI diperoleh :

y = 76,3

-

3,76 (- 0,506 zl

-

0,494 zz

-

0,504 z3

-

0,497

a)

atau y = 76,3

+

1,517 zl

+

1,847 z2

+

1,883 z3

+

1,857 z4.

Dari persamaan regresi baku diatas tampak bahwa keempat peubah bebas

ukuran industrialisasi memiliki peranan yang relatif sama besarnya terhadap

pendapatan per kapita (y).

Dengan demikian bila dilakukan pengujian tanda regresi komponen utama vs

matriks korelasi, diperoleh :

X I x2 x3 x4

Matriks Korelasi

+

+

+

+

Regresi Komponen Utama

+

+

+

+

Peluang tidak berubahnya tanda peubah bebas adalah P(B) = 1,O atau 100 %, artinya

tidak terjadi perubahan tanda peubah bebas setelah diregresikan berdasarkan metode

regresi komponen utarna.

Untuk menguji signifikansi koefisien regresi baku secara parsial dari

(63)

s2 = Kuadrat tengah Galat (KTG) dan Jumlah Kuadrat Total (JKT), yaitu :

s2 = KTG = 4,68 dan JKT = (y

-

J ' ) ~ = 805,05, maka :

Ragam koefisien regresi komponen utama adalah :

Karena dalam analisis regresi komponen utama hanya dilibatkan satu buah

komponen utama, jadi m = 1. Dengan demikian diperoleh :

dimana i= 1,2,3,4 dan ail adalah koefisien pembobot komponen utama pertama

(vektor ciri pertarna), hl adalah akar ciri pertama, sehingga dapat ditentukan ragam

(Variance) dari koefisien regresi yi

,

i=1,2,3,4 sebagai berikut :

Var (y2) = s .2

[

(-

0,494)'

3.7694

]

= (0,0058) (0,0647) = 0,000375

var

(y3) = sa2

[

(-

0,504)'

3,7694

]

= (0,0058) (0,0674) = 0,00039 1

var (y4) = s * ~

[

(-

0,497)'
(64)

Catatan : Persamaan regresi komponen utama dari komponen utarna terpilih (WI )

adalah : y = 76,3

+

1,5 17 zl

+

1,847 2 2

+

1,883 z3

+

1,857 Q. dimana :

Y O = W O , Y I = ~ I I W I , y2=a21W1, y3=a31W1 dan y4=a41W1

2

ag

WI adalah komponen terpilih, maka : vark,) =

sQE-,

i = 1,2,3,4 dan j = 1.

2 j=1 .I

Galat baku dari koefisien regresi baku adalah :

Uji signifikansi koefisien regresi baku adalah :

Catatan : yi

,

i=1,2,3,4 adalah koefisien penduga parameter regresi baku
(65)

Dengan demikian hasil pengujian koefisien regresi secara parsial dapat dilihat

dalarn tabel 1 1 berikut :

Tabel 1 1. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial

(Berdasarkan Pendekatan Analisis Regresi Komponen Utama)

Dari Tabel 11 terlihat bahwa semua koefisien regresi peubah ukuran

ndustrialisasi yang dihasilkan berdasarkan analisis regresi komponen utarna bersifat

sangat nyata secara statistik pada taraf a = 0,00000.

Selanjutnya pengujian regresi linier sederhana memperlihatkan bahwa

koefisien regresi dari masing-masing peubah bebas XI, xl, x3 dan x4 semuanya

t-hitung t(~i) 76,6162 95,2062 95,1010 95,2308 Galat Baku

~ ( Y I ) 0,0198 0,O 194 0,0198 0,0195 Peubah (z,)

z I

Z2

Z3

a

sangat nyata, dan setelah diregresikan dengan regresi komponen utama bahwa

diperoleh koefisien regresi dari peubah bebas yang semuanya adalah nyata

(signifikan) pada taraf a = 0,00000, yaitu :

Taraf Signifikansi (a) 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 Koefisien Regresi

( ~ i ) 1,517

1,847

1,883

1,857

X I x2 x3 x4

Regresi sederhana 1 1 1 1

Regresi komponen utarna 1 1 1 1

Berarti peluang salah kesignifikan koefisien regresi dengan analisis regresi

[image:65.580.80.495.80.810.2]
(66)

y = 76,3

+

1,517 zl+ 1,847 22

+

1,883 z3

+

1,857 24, atau

Pembandingan hasil MKT dengan Komponen Utama

Hasil analisis memperlihatkan bahwa metode regresi komponen utama jauh

lebih baik dari regresi linier berganda dengan MKT, baik dari hasil analisis data

simulasi maupun data contoh kasus.

Bila dibandingkan hasil yang diperoleh dalarn Tabel 1 dan Tabel 3 bahwa

secara rata-rata peluang berubahnya tanda peubah bebas yang memiliki

multikolinearitas lebih kecil bila digunakan metode regresi komponen utama, yaitu

sebesar 0,118 dibandingkan regresi linier berganda dengan MKT, yaitu sebesar 0,228.

Demikian juga bila dibandingkan terhadap berbagai jumlah data terlihat bahwa secara

rata-rata semuanya jauh lebih kecil dari hasil regresi berganda dengan MKT dan juga

terlihat bahwa semakin banyak jumlah data maka peluang kesalahan tanda maupun

salah kesignifikan koefisien regresi akan semakin kecil.

Dari Gambar 1 dan hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa peluang

perubahan tanda koefisien regresi dengan penerapan MKT ada indikasi ketidak

stabilan koefisien walaupun secara rata-rata mengalami penurunan. Hal ini

(67)

relatif besar (lebar), yaitu berada diantara 0,6 s/d 1,O. Keadaan ini juga ditunjukkan

oleh peluang salah kesignifikan koefisien regresi yang tidak konsisten, dimana

walaupun secara rata-rata mengalami p e n m a n untuk n = 10, 20, 25 dan 30, akan

tetapi terlihat meningkat pada n = 40.

Berbeda dengan yang diperoleh pada Hasil-1 di atas, dari Gambar 3 dan hasil

pada Tabel 3 menunjukkan bahwa peluang perubahan tanda koefisien regresi dengan

penerapan metode regresi komponen utama ada indikasi kestabilan koefisien regresi

dan secara rata-rata mengalami p e n m a n yang konsisten. Hal ini diperlihatkan oleh

interval penyebaran peluang tidak berubahnya tanda tersebut yang relatif kecil

(sempit), yaitu berada diantara 0,s s/d 1 ,O.

Selanjutnya bila dibandingkan dengan analisis data contoh kasus bahwa dari

segi model persamaan dugaan maupun hasil uji kesignifikan koefisien regresi, metode

analisis regresi komponen utama menghasilkan persamaan regresi sangat memuaskan

secara statistik maupun teoritik, dimana semua tanda koefisien regresi sesuai dengan

teori industri serta nyata secara statistik, yaitu memiliki peluang kesalahan tanda

sebesar no1 persen dan peluang salah kesignifikan koefisien regresi sebesar no1

persen. Sementara hasil regresi linier berganda dengan MKT memiliki peluang

kesalahan tanda peubah bebas sebesar 0,25 dan peluang kesalahan kesignifikan

(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan terhadap data simulasi dan

data contoh kasus dapat diarnbil beberapa kesimpulan yaitu :

1. Peluang berubahnya tanda peubah bebas hasil regresi linier berganda dengan

MKT secara rata-rata lebih besar dibandingkan dengan hasil metode regresi

komponen utama bila diantara peubah bebasnya terjadi multikolinearitas.

2. Peluang berubahnya tanda peubah bebas bila ditinjau dari berbagai jurnlah data

secara rata-rata pada regresi komponen utama jauh lebih kecil dibanding pada

regresi linier berganda dengan MKT dan semakin besar jumlah data maka peluang

berubahnya tanda memperlihatkan penurunan atau semakin kecil bila diantara

peubah bebasnya terjadi multikolinearitas.

3. Peluang salah kesignifikan koefisien regresi bila masing-masing peubah

diregresikan dibandingkan terhadap regresi linier berganda dengan MKT secara

rata-rata adalah sebesar 0,296 bila diantara peubah bebasnya terjadi

multikolinearitas dan semakin besar jumlah data maka peluang salah kesignifikan

koefisien regresi akan semakin kecil.

Saran

Karena keterbatasan penelitian, analisis hanya dilakukan pada data dengan

(69)

mendapatkan hasil yang lebih akurat dan terperinci perlu dilakukan kajian lebih lanjut

untuk berbagai jumlah data yang lebih besar. Sesuai dengan cakupan hasil penelitian

ini, untuk mendapatkan hasil model persamaan regresi yang bisa diandalkan dan

memuaskan secara statistik maupun teoritik apabila diantara peubah bebas yang

dimodelkan terjadi multikolinearitas disarankan menggunakan metode regresi

komponen utama jika model yang diinginkan adalah menentukan pola keterkaitan

hubungan antar peubah bebas dalam pencapaian tujuan pemodelan dari objek yang

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Aunuddin, 1989. Analisis Data. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Belsley D.A., E. Kuh. & R. E.Welsch., 1980. Regression Diagnostics : Idcntifiing Influential Data and Sources of Collinearity. John Wiley & Sons, Inc. New York.

Chatterjee, S. & B. Price. 1977. Regression Analysis by Example. John Wiley &

Sons, Inc. New York.

Dillon, W.R. & M. Goldstein. 1984. Multivariate Analysis Methods and Aplications.

New York : Jolm Wiley & Sons, Inc.

Fox, J., & G. Monette. 1992. Ge

Gambar

Tabel 2. Rata-rata penghitungan peluang perubahan hasil pengujian hipotesis
Gambar 3 berikut :
Tabel 4. Penduga parameter Regresi Kuadrat Terkecil
Tabel 6. Nilai R~~ dan VIF(bi) dari penduga bi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dalam penelitian ini diperoleh bahwa kelompok dengan prediksi risiko tinggi PKV dalam 10 tahun berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki

Isilah SDA sendiri secara yuridis dapat ditemukan di Ketetapan MPR RI Nomor IV/ MPR RI/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004, khususnya Bab IV Arah

Menimbang : bahwa peranan pupuk sangat penting di dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian untuk mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional dan untuk

Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk

setiap arsitektur bisnis yang mendukung perusahaan. Perusahaan tidak mendokumentasikan setiap

• Adding a datafile to the primary database generates redo that adds the datafile name only to the standby control file; the datafile must still be explicitly added to the

Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri, Motivasi Memasuki Dunia Kerja, dan Kemampuan Soft Skills Terhadap Tingkat Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII Kompetensi

Kualitas kenyamanan visual berdasarkan kualitas warna ( colour rendering ) dan tingkat penyilauan telah optimal sehingga warna obyek terlihat mendekati aslinya dan