• Tidak ada hasil yang ditemukan

LKP : Penulisan Naskah Dokumenter Sampah Visual PT. Index Production House.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LKP : Penulisan Naskah Dokumenter Sampah Visual PT. Index Production House."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEMBUATAN NASKAH FILM DOKUMENTER BERJUDUL SAMPAH

VISUAL PT. INDEX PRODUCTION HOUSE

Oleh

Nama

: Jody Rahwoyo

NIM

: 11.51016.0024

Program Studi

: DIV (Diploma Empat)

Jurusan

: Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

(2)
(3)

BAB III LANDASAN TEORI ... 10

3.4.1 Langkah-langkah Penulisan Naskah ... 20

BAB IV METODOLOGI DAN IMPLEMENTASI KARYA ... 24

4.1. Prosedur Pelaksanaan Kerja Praktek ... 24

(4)

16

Gambar 4.1. logo Reresik Sampah Visual.

(Sumber : http://id-id.facebook.com/SampahVisual/photos/)

Gambar 4.2. screenshot judul Sampah Visual Dokumenter. (Sumber : Sampah Visual Dokumenter)

(5)

17

Gambar 4.4. screenshot opening Film. (Sumber: Olahan Pribadi)

Gambar 4.5. screenshot opening Film. (Sumber: Olahan Pribadi)

(6)

18

Gambar 4.7. screeshot judul Film Dokumenter Sampah Visual. (Sumber: Olahan Pribadi)

Gambar 4.8. screenshot peraturan daerah kota Surabaya. (Sumber: Olahan Pribadi)

(7)

19

Gambar 4.10. screenshot pasal 23 isi dari BAB III. (Sumber: Olahan Pribadi)

Gambar 4.11. screenshot pasal 24 isi dari BAB III. (Sumber: Olahan Pribadi)

(8)

20

Gambar 4.13 screenshot pewarnaan opening Film (Sumber: Olahan Pribadi)

Gambar 4.14 screenshot pewarnaan opening Film. (Sumber: Olahan Pribadi)

(9)

21

Gambar 4.16 screenshot reklame yang tidak sesuai pada tempatnya (Sumber: Olahan Pribadi)

Gambar 4.17 screenshot bendera partai dalam Film. (Sumber: Olahan Pribadi)

(10)

22

Gambar 4.19 screenshot reklame yang melekat di tower. (Sumber: Olahan Pribadi)

.

Gambar 4.20 screenshot reklame yang ditencapkan di trotoar. (Sumber: Olahan Pribadi)

.

(11)

23

Gambar 4.22 screenshot para calon legislatif.

Gambar 4.23 screenshot reklame para calon legislatif. (Sumber: Olahan Pribadi)

(12)

24

Gambar 4.25 screenshot credit title Jody Rahwoyo. (Sumber: Olahan Pribadi)

Gambar 4.26 screenshot credit title Wahyu Dwi Putera. (Sumber: Olahan Pribadi)

(13)

25

Gambar 4.28 screenshot masyarakat yang sedang berkampanye. (Sumber: Olahan Pribadi)

Gambar 4.29 screenshot credit title Syaffrudin Faisal. (Sumber: Olahan Pribadi)

(14)

51

(15)

52

(16)

53

(17)

54

(18)

55

(19)

56

(20)

57

(21)

58

(22)

59

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Inovasi pada teknologi dan industri multimedia di dunia saat ini sedang berkembang pesat. Industri multimedia seperti halnya desain brand, pembuatan game, dan pembuatan Film berjalan beriringan dan para desainer saling beradu dalam berkreasi, dalam hal ini pembuatan Film documenter menjadi sangat penting, karena dapat menarik pelanggan untuk menikmati Film tersebut. Film Dokumenter tidak seperti halnya Film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi “Dokumenter” sendiri selalu berubah sejalan dengan perkembangan Film Dokumenter dari masa ke masa. Sejak era Film bisu, Film Dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan Film Dokumenter. Sejak awalnya Film Dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format Film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital).

(24)

2

diberikan perusahaan INDEX, di samping target untuk Film kalangan umum, juga Film Dokumenter “sampah visual“ tersebut bisa memberikan gambaran kususnya keresahan para masyarakat terhadap para calon legeslatif atau calon presiden yang menggunakan kepetingan umum menjadi kepentingan pribadi semata. Berbicara masalah sampah, sampah merupakan momok di kota - kota besar. kesadaran masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan yang paling parah adalah membuang sampah di sungai yang menyebabkan pencemaran air dan banjir. Kita beranjak pada sampah bandel yang sulit hancur dalam bentuk ukuran jumbo sperti iklan yang terpampang di tepi jalan banyak yang menggunakan bahan baku plastic polymer yang sulit terurai. Dan iklan yang terpampang ini banyak digunakan oleh para calon Lurah, Bupati, Walikota, hingga Gubernur dan Presiden eksekutif pemimpin daerah mulai Lurah hingga Presiden. Banyak orang narsis memperkenalkan wajahnya. Demikian pula wakil rakyat mulai kabupaten kota hingga pusat memanfaatkan tehnologi baru yang menyajikan gambar, warna , tulisan yang jelas dan awet dengan menggunakan plastic polymer tersebut. Oleh karena itu, penulis harus mempersiapkan dirinya dengan berbagai pengetahuan yang luas agar mampu menghadapi karya Film documenter bertema “sampah visual“ tersebut bias dimengerti dan mudah di

pahami oleh penonton dan penikmat Film maupun terhadap masyarakat luas serta penulis setara dengan dunia kerja professional dan memahami suatu deadline kerja.

(25)

3

sangat berguna untuk mengembangkan potensi mahasiswa dengan menerapkan keilmuan Komputer Multimedia yang telah diperoleh sebelumnya pada proses perkuliahan yang sudah diajarkan, juga menambah koneksi serta pertemanan dalam dunia kerja.

Kerja praktek merupakan salah satu matakuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa STIKOM Surabaya DIV Komputer Multimedia. Diharapkan ilmu yang telah di peroleh dapat di implementasikan nantinya. Oleh karena itu penulis memilih untuk kerja praktek di sebuah perusahaan production house INDEX. Penulis memilih PT. INDEX sebagai tempat kerja praktek karena penulis tertarik ingin mengembangkan industri kreatif khususnya industri Film di tanah air dengan tawaran mempelajari pekerjaan sebagai pembuat penulis naskah Film Dokumenter di perusahaan tersebut.

Kerja praktek ini mengambil topik tentang pembuatan Film Dokumenter dari sebuah kejadian nyata yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat yang bertemakan “sampah visual” yang bertujuan untuk semua kalangan umum,

khususnya terhadap para calon legeslatif atau calon presiden yang menggunakan kepentingan umum menjadi kepentingan pribadi semata.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah di dalam pembuatan Film ini antara lain:

(26)

4

2. Bagaimana meringkas naskah Film Dokumenter berjudul “sampah visual” dengan visualisasi yang menarik dan tidak membosankan untuk penonton atau penikmat Film.

1.3Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dibahas di dalam pembuatan Film Dokumenter ini antara lain:

1. Membuat Film Dokumenter.

2. Membuat naskah Film bertema “sampah visual”. 3. Membuat naskah dan meringkas se menarik mungkin.

1.4Tujuan

Tujuan dari pembuatan Film Dokumenter bertema “Sampah Visual” ini antara lain:

1. Membuat penulisan naskah Film Dokumenter. 2. Mendalami penulisan naskah dari Film.

3. Mengaplikasikan materi-materi yang telah diperoleh dari mata kuliah di bangku perkuliahan.

1.5Manfaat

Dari pembuatanFilm yang akan dilakukan, manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut:

(27)

5

2. Menambah pengalaman kerja di bidang Multimedia.

3. Membentuk sikap kerja professional, kritis serta memahami deadline kerja.

1.6Pelaksanaan

Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT INDEX yang beralamat Jl. Jemur Andayani VII/11 Surabaya, di bagian pembuatan penulisan naskah Film documenter. Waktu pelaksanaan kerja praktek terhitung dari tanggal 15 Januari 2014 sampai tanggal 15 februari 2014 dari hari Senin sampai Jum'at mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

1.7Kontribusi

Pembuatan Film Dokumenter ini ialah bagian dari salah satu media promosi kepada klien yang sesuai lingkup dan segmentasi perusahaan.

1.8Sistematika Penulisan

(28)

6

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini di uraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah, pelaksanaan, dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini di uraikan tentang sejarah singkat perusahaan, visi, misi, domisili perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dibahas berbagai teori dasar tentang pembuatan penulisan naskah dari unsur yang ada, serta pengaplikasiannya pada gambar yang mengacu pada prinsip-prinsip dari apa yang harus diterapkan pada sebuah karya.

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK

Dalam bab ini menjelaskan metode-metode kerja selama melakukan kerja praktek, proses pengerjaan naskah Film Dokumenter. Dimana nantinya metode-metode ini dapat digunakan dalam proses pembuatan karya atau proyek multimedia selama kerja praktek di PT. INDEX.

BAB V PENUTUP

(29)

7

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat

PT. INDEX Production House beralamat di Jl. Jemur Andayani VII No.11 Surabaya. Awal perjalanan INDEX Production House hanya memproduksi iklan lokal namun dalam perkembangannya rumah produksi ini kemudian melahirkan karya–karya yang dijiwai semangat idealisme menegakkan identitas nasionalisme ke–Indonesia-an, khususnya dibidang Audio Visual.

Dalam perjalanan INDEX Production House sempat mampir sejenak di SCTV Surabaya, yang selanjutnya INDEX Production House berlabuh di TPI sejak tahun 1991 sampai tahun 1995. Di TPI, INDEX Production House menemukan sebuah atmosfir yang sama untuk merealisir mimpi–mimpinya yang berkaitan dengan dunia pendidikan.Tahun 1995 sampai sekarang INDEX Production House memproduksi Audio Visual berbagai profil lembaga Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Timur, serta memproduksi Audio Visual Profile berbagai pabrik.

2.2 Profil Perusahaan

(30)

8

“Melahirkan karya-karya yang dijiwai semangat idealisme”

2.4 Misi

“Menjadi sebuah perusahaan no. 1 yang memproduksi berbagai profil

lembaga pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota/Kabupaten di Jawa Timur, serta memproduksi Audio Visual Profile berbagai pabrik”

2.5 Job Description

1. Pra Produksi adalah devisi yang memiliki tanggung jawab untuk meninjau lokasi, mengumpulkan data dan membuat naskah suatu proyek yang sedang dikerjakan.

2. Produksi adalah devisi yang bertugas untuk melakukan pengambilan gambar dilokasi setelah devisi Pra Produksi melakukan peninjauan lokasi. 3. Paska Produksi adalah devisi yang memiliki tugas mengolah file seperti

(31)

9

2.6 Logo Perusahaan

Gambar 2.1 Logo Perusahaan (Sumber: PT. INDEX Production House)

(32)

10 BAB III

LANDASAN TEORI

3.1Multimedia

Menurut Marcel Danesi mendefinisikan Multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafis, animasi, audio dan gambar video.

Definisi lain dari multimedia, yaitu dengan menempatkannya dalam konteks, seperti yang dilakukan Hofstetter (2001), Multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafis, audio, gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. Kelebihan inilah yang menyebabkan tampilan multimedia lebih dinamis dan menyenangkan bagi pengguna.

(33)

11

3.1.1 Elemen–Elemen Multimedia

Seperti telah di katakana dalam bagian pengertian Multimedia, bahwa

Multimedia adalah penggabungan dari dua atau lebih unsure (elemen) media yang terdiri visual/video, suara/audio dan gerak/animasi serta navigasi, secara terintegrasi. Berikut ini adalah gambaran tentang elemen-elemen yang digunakan untuk membuat aplikasi Multimedia:

1. Teks

Merupakan elemen multimedia yang menjadi dasar utama dalam menyampaikan informasi, karena teks adalah jenis data yang paling sederhana dan membutuhkan tempat penyimpanan yang paling kecil. Biasanya dihasilkan oleh program pengolahan kata dan merupakan informasi yang utama pada sebagian besar multimedia. Teks memegang peranan dasar dalam menyusun dokumen, karena hampir seluruh aplikasi multimedia menggunakan teks sebagai alat presentasi informasi yang paling sesuai untuk mendeskripsikan suatu nama, definisi atau aturan.

2. Gambar

Adanya gambar dalam multimedia, penyampaian informasi akan menjadi semakin efektif dan bermanfaat, terutama informasi yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Gambar dapat dibagi menjadi tiga katagori:

a. Gambar dari dunia nyata: lukisan, scanning foto.

(34)

12

c. Gambar bangunan dunia nyata dan dunia maya. 3. Audio

Multimedia tidak akan lengkap jika tanpa suara. Suara terbagi menjadi tiga katagori:

a. Ucapan (speech): suara orang berbicara

b. Musik (music): suara yang dihasilkan oleh alat music

c. Efek suara (sound effect): suara yang dibuat untuk menciptakan kesan atau kejadian, seperti suara tembakan, halilintar, gelas pecah, dll.

4. Video

Merupakan gabungan elemen multimedia yang lengkap karena menggabungkan semua elemen multimedia yanga ada untuk menyajikan informasi video menggunakan sistem animasi yang diambil melalui suatu kamera video dan disimpan dalam bentuk file dan format tertentu.

5. Animasi

Animasi mengacu pada gambar-gambar yang bergerak. Animasi dapat dihasilkan dengan menayangkan bingkai-bingkai (frame-frame) gambar secara cepat untuk menghasilkan efek pergerakan. Animasi dapat dibagi ke dalam dua katagori:

(35)

13

b. Animasi video: animasi yang dihasilkan melalui rekaman darikamera video dan kejadian yang sesungguhnya.

3.2Film

Pada tingkat penanda, menurut Marcel danesi (2003), Film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi dan tindakan dalam kehidupan nyata. Pada tingkat pertanda, Film merupakan cermin kehidupan metamorphosis. Jelas bahwa topic dari film menjadi sangat pokok dalam semiotika media karena di dalam genre Film terdapat system signifikasi yang di tanggapi orang-orang masa kini dan melalui Film mereka mencari rekreasi, inspirasi, dan wawasan pada tingkat interpretant.

Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. Kamera Film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci Film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).

(36)

14

bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya.

Istilah Film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi Film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang Sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (Film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka Film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.

(37)

15

Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian Film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya Film kini diartikan sebagai suatu cabang (genre) seni yang menggunakan suara (audio) dan gambar (visual) sebagai medianya.Istilah Film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi Film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.

Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (Film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka Film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.

(38)

16

disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.

Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian Film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya Film kini diartikan sebagai suatu cabang (genre) seni yang menggunakan suara (audio) dan gambar (visual) sebagai medianya.

3.3Dokumenter

Menurut Eddy Iskandar Film Dokumenter adalah Film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah “Dokumenter” pertama digunakan dalam

resensi Film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York pada tanggal 8 Februari 1926 Di Perancis.

Istilah Dokumenter digunakan untuk semua Film non-fiksi, termasuk Film mengenai perjalanan dan Film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, Film-Film pertama semua adalah Film Dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, Film Dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya Film Dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.

(39)

17

menjadi bagian dari keseluruhan Film Dokumenter itu sendiri, karena materi-materi tersebut harus diatur, diolah kembali, dan diatur strukturnya. Terkadang bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan harus diambil oleh para pembuat Film Dokumenter untuk menentukan sudut pandang, ukuran shot (type of shot), pencahayaan dan lain-lain agar dapat mencapai hasil akhir yang diinginkan.JohnGrierson pertama-tama menemukan istilah Dokumenter dalam sebuah pembahasan Film karya Robert Flaherty, Moana(1925), yang mengacu pada kemampuan sebuah media untuk menghasilkan dokumen visual suatu kejadian tertentu.

Grierson sangat percaya bahwa “Sinema bukanlah seni atau hiburan,

melainkan suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100 penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu Dokumenter pun termasuk

didalamnya sebagai suatu metode publikasi sinematik, yang dalam istilahnya disebut ”creative treatment of actuality” (perlakuan kreatif atas keaktualitasan).

(40)

18

masyarakat, set lokasi yang terlihat nyata, potongan-potongan kejadian langsung dan materi yang berasal dari arsip yang ditemukan.

Semua elemen khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam perkembangan dan perluasan Dokumenter sebagai sebuah bentuk sinematik.Inipenting ditekankan, karena dalam berbagai hal, bentuk Dokumenter sering diabaikan dan kurang dianggap di kalangan Film seni karena seakan-akan Dokumenter cenderung menjadi bersifat jurnalistik dalam dunia pertelevisian. Bukti-bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun, dengan pesatnya perkembangan Dokumenter dalam bentuk pemberitaan, terdapat perubahan. kembali ke arah pendekatan yang lebih sinematik oleh para pembuat Film Dokumenter akhir-akhir ini.

Dan kini perdebatannya berpindah pada segi estetik Dokumenter karena ide kebenaran dan keaslian suatu Dokumenter mulai dipertanyakan, diputarbalikkan dan diubah sehubungan dengan pendekatan segi estetik Dokumenter dan Film-Film non-fiksi lainnya. Satu titik awal yang berguna adalah daftar kategori Richard Barsam yang ia sebut sebagai “Film non-fiksi” Daftar ini secara efektif menunjukkan

(41)

19

3.4Penulisan Naskah

Penulisan naskah yang dapat diklasifikasikan berdasarkan kelengkapan informasi dan penelusuran yang terdapat didalamnya yaitu:

1. Kerangka naskah (rundown script) 2. Semi naskah (semi script)

3. Naskah penuh (full script)

Rundown script adalah naskah yang berisi hanya garis besar (outline) dari informasi yang akan disampaikan kepada pemirsa. Sebuah rundown script pada umumnya memerlukan improvisasi dari presenter atau ahli (expert) yang akan muncul didalam program. Semi script adalah naskah yang sudah lebih rinci dari pada rundown script. Sedangkan full script adalah adalah naskah yang berisi informasi lengkap dan rinci tentang program yamg akan diproduksi. Dalam sebuah full script terdapat informasi yang rinci tentang pelaku, adegan. Setting dan properti.

Sebuah naskah mempunyai peran sentral dalam produksi sebuah program video dan televisi. Fungsi naskah dalam produksi program video dan televisi adalah sebagai berikut:

1. Konsep dasar (basic concept) 2. Arah (direction)

3. Acuan (reference)

(42)

20

program. Sebuah naskah pada umumnya berisi gambaran atau deskripsi tentang pesan atau informasi yang disampaikan seperti alur cerita, karakter tokoh utama, dramatisasi, peran/figuran, setting, dan property atau segala hal yang berkaitan dengan pembuatan sebuah program video dan televisi. Sebuah naskah pada umumnya diganakan sebagai dokumen yang dapat mengarahkan sutradara dan kerabat kerja (crew) dalam bekerja menyelesaikan produksi program video. Naskah sebuah program video berisi beberapa informasi tentang adegan yang melibatkan aktor, setting dan property. Sutradara dan kerabat kerja perlu mematuhi isi dan alur cerita yang terdapat dalam sebuah naskah.

Sebuah naskah dapat digunakan sebagai referensi oleh sutradara dan kerabat kerja untuk mewujudkan sebuah ide atau gagasan menjadi sebuah progam video yang komunikatif. Semua upaya kreatif dalam produksi dari sutradara dan kerabat kerja harus mengacu kepada sebuah naskah.

3.4.1 Langkah-Langkah Penulisan Naskah

(43)

21

1. Menentukan ide.

Ide dalam membuat Film Dokumenter tidaklah harus pergi jauh-jauh dan memusingkan karena ide ini bisa timbul dimana saja seperti di sekeliling kita, di pinggir jalan, dan kadang ide yang kita anggap biasa ini yang menjadi sebuah ide yang menarik dan bagus diproduksi. Jadi mulailah kita untuk bepfikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi.

2. Menuliskan Film statement.

Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan Angel. Jadi pada langkah kedua ini kita harus menyelesaikan skenario Film dan memperbanyak referensi sehingga Film yang kita buat telah kita kuasai seluk-beluknya.

3. Membuat treatment atau outline.

Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang Film yang kita buat. script juga suatu gambar kerja keseluruhan kita dalam memproduksi Film, jadi kerja kita akan lebih terarah.

Ada beberapa fungsi script :

(44)

22

b. Script penting untuk kerja kameramen karena dengan membaca script

kameramen akan menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerjanya kameramen.

c. Script juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca

script dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi Film.

d. Script juga menjadi guide bagi editor karena dengan script kita bisa

memperlihatkan struktur flim kita yang kita buat. Kelima, dengan script kita akan tahu siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber.

4. Mencatat shooting.

Dalam langkah keempat ini ada dua yang harus kita catat yaitu shooting list dan shooting schedule. Shooting list yaitu catatan yang berisi perkiraan apa saj a gambar yang dibutuhkan untuk flim yang kita buat. jadi saat merekam kita tidak akan membuang pita kaset dengan gambar yang tidak bermanfaat untuk Film kita. Sedangkan shooting schedule adalah mencatat atau merencanakan terlebih dahulu jadwal shooting yang akan kita lakukan dalam pembuatan Film.

5. Editing script.

(45)

23

terjadinya di meja editor. Dalam melakukan pengeditan kita harus menyiapkan tiga hal adalah menbuat transkip wawancara, membuat logging gambar, dan membuat editing script. Dalam membuat transkipsi wawancara kita harus menuliskan secara mendetail dan terperinci data wawancara kita dengan subjek dengan jelas.

(46)

24

BAB IV

METODOLOGI DAN IMPLEMENTASI KARYA

4.1Prosedur Pelaksanaan Kerja Praktek

Prosedur dalam pelaksanaan kerja praktek sesuai dengan yang ditetapkan oleh STIKOM Surabaya. Yaitu dengan beberapa tahapan-tahapan penting yang harus dilalui:

1. Survey lapangan atau observasi, kegiatan ini ditujukan untuk mengamati proses pembuatan produksi multimedia.

2. Pustaka dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang sesuai dengan permasalahan dan dapat menjadi refrensi untuk pelaksanaan rencana penggambaran sistem.

3. Analisa Permasalahan ditujukan untuk menetapkan kebutuhan klien atau kebutuhan instansi dan menentukan bagaimana solusi terbaik yang akan diterapkan dalam istansi.

Pembuatan Produk Multimedia, pada pembuatan produk sendiri terdapat beberapa tahapan, antar lain :

1. Pendahuluan, identifikasi permasalahan yang ada, evaluasi, alternative, solusi dan prioritas pengembangan.

(47)

25

3. Tahap analisa kebutuhan pengguna, mendefiniskan kebutuhan fungsional dan non-fungsional untuk menunjang informasi yang akurat.

4. Tahap spesifikasi media, dilakukan untuk melakukan spesifikasi fungsional, konfigurasi hardware dan software yang support dengan computer klien. 5. Revisi produk, melakukan perbaikan dan pemantauan untuk menghasilkan

produk yang sesuai target.

6. Pembuatan laporan, semua dokumentasi dalam pembuatan produk multimedia tersebut, sebagai hasil dari proyek disusun dalam sebuah laporan.

4.2Acuan Kerja Praktek

Pra-Kerja Praktek :

1. Sebelum melaksanakan kerja praktek, wajib mengisi form acuan kerja yang terdiri dari dua halaman yang merupakan “kontrak kerja” antara mahasiswa dengan perusahaan dimana anda melaksanakan kerja praktek dan dosen pembimbing kerja praktek.

2. Pengisian form acuan kerja harus lengkap beserta tanda tangan pihak terkait. 3. Form acuan kerja yang terisi lengkap, diperbanyak oleh mahasiswa

sebanyak dua kali dengan ukuran A4. 4. Copy 1: Diserahkan kepada perusahaan. 5. Copy 2: Diserahkan kepada PPKP

(48)

26

Kerja Praktek

1. Melaksanakan kerja praktek sesuai jangka waktu yang ditetapkan. 2. Melakukan bimbingan ke dosen pembimbing.

Pasca Kerja Praktek

1. Mengambil form nilai kerja praktek untuk perusahaan.

2. Mahasiswa melakukan demo ke pihak perusahaan terlebih dahulu, kemudian ke dosen pembimbing.

3. Setelah demo ke perusahaan, mahasiswa meyerahkan form nilai dari perusahaan secara lengkap ke bagian PPKP untuk ditukar dengan form nilai kerja praktek untuk dosen pembimbing.

4. Melakukan demo ke dosen pembimbing dan setelah melakukan demo ke dosen pembimbing mahasiswa menyerahkan form nilai dari dosen pembimbing ke bagian PPKP.

5. Mahasiswa membuat buku laporan kerja praktek dengan bimbingan dosen pembimbing kerja praktek.

6. Merevisi laporan jika ada yang perlu dibenahi

(49)

27

4.3Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi dan membuat alur perancangan yang akan dilaksanakan, agar dalam proses pencarian data tidak terjadi penyimpangan dalam mengemukakan tujuan yang ingin dicapai. Dalam tahap ini, rancangan perencanaan yang dilakukan dalam pembuatan proyek multimedia ini dapat dilihat dalam diagram metodologi perancangan. Teknik pengumpulan data dalam pembuatan Film dokumenter ini dilakukan dengan 2 cara yaitu teknik wawancara dan studi pustaka:

1. Wawancara

Metode ini digunakan penulis untuk mengetahui lingkungan kerja dan mengetahui informasi-informasi apa saja yang dibutuhkan oleh project leader dari pembuatan Film Dokumenter Sampah Visual tersebut. Berikut adalah beberapa hasil wawancara:

a. Membuat sebuah Film Dokumenter dengan tema Sampah.

b. Mengangkat realita dari sekelompok masyarakat dan calon legislatif. c. Proses penulisan naskah yang mengangkat tema sampah menggunakan

penulisan yang banyak di pahami oleh penikmat film dan mengemas secara maksimal untuk hasil yang maksimal

d. Membuat Film Dokumenter sesuai deadline dan target untuk menghasilkan kualitas yang baik.

2. Studi Pustaka

(50)

28

lainnya sebagai bahan tinjauan literatur yang berkaitan dengan penelitian Film Dokumenter ini seperti yang dijelaskan pada landasan teori diatas.

4.4Observasi

Dalam kerja praktek di PT. INDEX Production House, penulis telah melakukan proyek diantaranya Obsevasi di dalam menyelesaikan Film Dokumenter Sampah Visual dari PT. INDEX Production House, penulis awali dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai perusahaan maupun informasi mengenai tema, gambar dan keterangan/ tulisan serta foto. Oleh karena itu observasi ini dilakukan dengan metode kualitatif atau teknik wawancara dengan project leader PT. INDEX Production House.

1. Studi eksisting

(51)

29

Gambar 4.1. Logo Reresik Sampah Visual.

(Sumber : http://id-id.facebook.com/SampahVisual/photos/)

Reresik sampah visual adalah sebuah kelompok yang dibentuk oleh Sumbo Tinarbuko untuk memberantas reklame yang tidak sesuai pada tempatnya, dan Sumbo Tinarbuka membuat sebuah dokumenter dari upaya yang dikerjakan yang berjudul Sampah Visual pada gambar 4.1.

Gambar 4.2. screenshot judul Sampah Visual Dokumenter. (Sumber: Sampah Visual Dokumenter)

(52)

30

luar ruang dan berbasis masyarakat, Reresik Sampah Visual bergerak untuk membersihkan iklan yang tidak pada tempatnya pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. screenshot Sumbo .T dalam Sampah Visual Dokumenter (Sumber : Sampah Visual Dokumenter)

Sampah Visual Documentary merupakan Film Dokumenter yang dibuat oleh aktivis RERESIK SAMPAH VISUAL dimana bapak Sumbo Tinarbuko yang menjadi ketuanya. Film Dokumenter ini menceritakan tentang ketidak peduliannya pemerintah terhadap ruang publik yang berkaitan dengan iklan luar ruang dan berbasis masyarakat RERESIK SAMPAH VISUAL bergerak untuk membersihkan iklan yang tidak pada tempatnya.

4.5Perancangan Karya

(53)

31

1. Opening Film

Setelah melakukan observasi dan melakukan pencarian data, kemudian mengvisualisasikan dalam bentuk gambar dan membuat opening dalam Film Dokumenter Sampah Visual. Opening dibuat sebagai informasi pengantar yang bertujuan memberitahu masyarakat bahwa salah satu penyebab adanya sampah berasal dari Sampah Visual.

2. Film

Setelah melakukan observasi dan melakukan pencarian data, kemudian mengambil gambar dan membuat opening dalam Film Dokumenter Sampah Visual. Opening dibuat sebagai informasi pengantar yang bertujuan memberitahu masyarakat bahwa produksi sampah di kota Surabaya mencapai 11.000 ton per-hari pada gambar 4.4.

Gambar 4.4. screenshot opening film (Sumber: olahan sendiri)

(54)

32

yang membuang sampah di kali. Dan hal ini kurang diketahui oleh masyarakat surabaya pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Sreenshot opening film (Sumber: Olahan Sendiri)

Untuk scene judul mengambil tempat yang terkesan dramatis, lebih baiknya seperti gedung yang dalam proses dibangunan. scene ini diambil di jalan Bung Tomo, Surabaya pada gambar 4.6.

Gambar 4.6. screenshot judul Film Dokumenter Sampah Visual. (Sumber: Olahan Dony Dwi Leksana)

(55)

33

Dokumenter ini memberikan informasi bahwa yang dilakukan oleh sekelompak masyarakat dan calon legislatif ini adalah salah, maka visual yang akan ditampilkan dalam Film Dokumenter akan memperlihatkan beberapa peraturan daerah kota Surabaya nomor 8 tahun 2006 tentang penyelenggaraan reklame dan pajak reklame dan pajak reklame pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. screenshot peraturan daerah kota Surabaya. (Sumber: Olahan sendiri)

(56)

34

Gambar 4.8. screenshot BAB III tentang penyelenggaraan reklame (Sumber : Olahan Pribadi)

Dan pada pasal 23 menjelaskan bahwa penempatan reklame harus sesuai dengan peraturan yang sudah ditulis pada gambar 4.9. tetapi masih ada yang melanggar peraturan ini dan menyebabkan ketidak-nyamanan dalam kota

Gambar 4.9. screenshot peraturan reklame (Sumber : Olahan Pribadi)

(57)

35

Gambar 4.10. screenshot pasal 24 isi dari BAB III. (Sumber: Olahan Dony Dwi Leksana)

Serta pada pasal 25 menjelaskan pemasangan reklame jenis baliho harus memenuhi peraturan yang sudah ditulis. Dan reklame yang dipromosikan hanya suatu kegiatan atau event yg bersifat insidentil pada gambar 4.11.

Gambar 4.11. screenshot pasal 25 isi dari BAB III. (Sumber: Olahan Dony Dwi Leksana ) 3. Penulisan naskah

(58)

36

memakan biaya yang besar saat memproduksinya.. Langkah yang harus kita tempuh dalam membuat film dokumenter sebagai berikut:

a. Menentukan ide.

Ide dalam membuat film dokumenter tidaklah harus pergi jauh-jauh dan memusingkan karena ide ini bisa timbul dimana saja seperti di sekeliling kita, di pinggir jalan, dan kadang ide yang kita anggap biasa ini yang menjadi sebuah ide yang menarik dan bagus diproduksi. Jadi mulailah kita untuk bepfikir supaya peka terhadap kejadian yang terjadi.

b. Menuliskan film statement.

Film statement yaitu penulisan ide yang sudah ke kertas, sebagai panduan kita dilapangan saat pengambilan Angel. Jadi pada langkah kedua ini kita harus menyelesaikan skenario film dan memperbanyak referensi sehingga film yang kita buat telah kita kuasai seluk-beluknya.

c. Membuat treatment atau outline.

Outline disebut juga script dalam bahasa teknisnya. Script adalah cerita rekaan tentang film yang kita buat. script juga suatu gambar kerja keseluruhan kita dalam memproduksi film, jadi kerja kita akan lebih terarah.

Ada beberapa fungsi script :

(59)

37

Jadi, dengan script kamu dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh crew produksi. Oleh karena itu script harus jelas dan imajinatif.

2. script penting untuk kerja kameramen karena dengan membaca script kameramen akan menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerjanya kameramen.

3. script juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca script dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi film.

4. Script menjadi guide bagi editor karena dengan script kita bisa memperlihatkan struktur flim kita yang kita buat. Kelima, dengan script kita akan tahu siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber.

d. Mencatat shooting.

(60)

38

e. Editing script.

Langkah kelima ini sangat penting dalam pembuatan film. Biasa orang menyebutnya dengan pasca produksi dan ada juga yang bilang film ini terjadinya di meja editor. Dalam melakukan pengeditan kita harus menyiapkan tiga hal adalah menbuat transkip wawancara, membuat logging gambar, dan membuat editing script. Dalam membuat transkipsi wawancara kita harus menuliskan secara mendetail dan terperinci data wawancara kita dengan subjek dengan jelas.

Membuat logging gambar ini maksudnya, membuat daftar gambar dari kaset hasil shooting dengan detail, mencatat team code-nya serta di kaset berapa gambar itu ada. Terakhir ini merupakan tugas filmmaker yang membutuhkan kesabaran karena membuat editing scrip ini kita harus mempreview kembali hasil rekaman kita tadi ditelevisi supaya dapat melihat hasil gambar yang kita ambil tadi dengan jelas. Dengan begitu kita akan mebuat sebuah gabungan dari Outline atau cerita rekaan menjadi sebuah kenyataan yang dapat menjadi petunjuk bagi editor.

4. Konsep

(61)

39

mereka melanggarnya dan hal itu membuat suasana kota menjadi tidak nyaman dan tidak harmonis.

Implementasi karya dari penulisan naskah Film Dokumenter Sampah Visual ini mempunyai tahap-tahap pembuatan ilustrasi artwork seperti berikut ini:

a. Tampilan pertama dari Film Dokumenter ini diawali dengan opening kota Surabaya, kmemudian dilanjutkan dengan ilustrasi seorang pemuda yang membuang sampah di sungai. Berlanjut dengan tampilan judul, menggunakan background bangunan yang sedang dibangun. b. Kemudian masuk dalam isi Film yang menceritakan keadaan kota

Surabaya, kebanyakan reklame yang ada penempatannya tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Para sekelompok masyarakat ini memasang reklame mereka demi memasarkan salah satu dari produk mereka bahkan ada yang memasang untuk mengunggulkan nama caleg-caleg pada gambar 4.12.

(62)

40

c. Tindakan yang dilakukan oleh mereka ini sangat merugikan, karena fasilitas milik publik diambil oleh sekelompok masyarakat dan para calon legislatif . Terlebih reklame yang ditempatkan ditempat yang tidak sesuai pada letaknya akan menggangu padangan mata karena seringnya dilihat dan dapat menggagu keselamatan. Seperti pada gambar 4.13.

Gambar 4.13 screenshot bendera partai dalam Film. (Sumber: Olahan sendiri)

(63)

41

Gambar 4.14 screenshot reklame jenis melekat dalam Tiang. (Sumber: Olahan Sendiri)

Selanjutnya memperlihatkan reklame calon legislatif yang ditempelkan di BTS. Tindakan seperti ini sangat menyalahi aturan yang sudah ditulis, tetapi para calon legislatif ini tetap melanggarnya seperti pada gambar 4.15.

Gambar 4.15 screenshot reklame yang melekat di tower. (Sumber: Olahan Sendiri)

(64)

42

Gambar 4.16 screenshot reklame yang ditencapkan di trotoar. (Sumber: Olahan Sendiri)

Selanjutnya memperlihatkan para calon legislatif yang ingin dikenal ramah oleh masyarakat. Salah satu cara agar dikenal masyarakat adalah berbaur dengan mereka bukan tiba-tiba memasang reklame yang bergambarkan wajah mereka, hal ini akan membuat masyarakat bertanya-tanya siapakah orang yang ada pada gambar direklame itu pada gambar 4.17.

(65)

43

4.6 Credit title

Penulis menggunakan Credit title penutup dibuat berdasarkan nama mahasiswa yang melakukan kerja di PT. INDEX Production House. Kemudian kami dijadikan satu team oleh owner PT. INDEX Production House untuk mengerjakan Film Dokumenter yang bertema sampah, kemudian team ditugaskan untuk membuat credit title opening sendiri dan team memilih nama Kayangan STUDIO. Berikut credit title opening dan credit title penutup nama mahasiswa yang melakukan kerja praktek di PT. INDEX Production House pada gambar 4.18.

Gambar 4.18 screenshot credit title opening Kayangan STUDIO. (Sumber: Olahan Dony Dwi Leksana)

Berikut credit title penutup dengan nama mahasiswa yang melakukan kerja praktek di PT. INDEX Production House:

(66)

44

yang tidak sesuai pada tempatnya, dan dilanjutkan dengan membaca peraturan daerah kota Surabaya nomor 8 tahun 2006 tentang penyelenggaraan reklame dan pajak reklame. PT. INDEX Production House memberi referensi tambahan dalam hal pembuatan narasi, sekenario, naskah dan cerita. Credit title pada gambar 4.19.

Gambar 4.19 screenshot credit title Jody Rahwoyo. (Sumber: Olahan DonyDwi Leksana)

(67)

45

Gambar 4.20 screenshot credit title Wahyu Dwi Putera. (Sumber: Olahan Dony Dwi Leksana)

Kejadian ini lebih diutamakan karena, kegiatan seperti ini tidak bisa diseting oleh team dan kesan yang didapat dari pengambilan gambar ini lebih natural. Footage ini menjelaskan ketika musim pemilu tiba, dimana para calon legislatif memulai penempatan reklame sesuai pada gambar 4.21

Gambar 4.21 screenshot masyarakat yang sedang berkampanye. (Sumber: Olahan Sendiri)

(68)

46

maksimal. Pengambilan gambar lebih mengutamakan kejadian masyarakat yang sedang berkampanye pada gambar 4.22.

Gambar 4.22 screenshot masyarakat yang sedang berkampanye. (Sumber : Olahan Sendiri)

Syaffrudin Faisal bertugas dalam pasca produksi, untuk mengemas sound agar lebih harmonis dan tidak saling mengganggu agar terdengar jelas. Sound dalam Film Dokumenter Sampah Visual ini dibuat agar audiens lebih nyaman dan terbawa dalam Film, dan terlebih agar audiens tidak bosan dalam menonton Film Dokumenter Sampah Visual ini. Credit title pada gambar 4.23.

(69)

47

PT. INDEX Production House memberi referensi tambahan dalam hal sound. Dony Dwi Leksana bertugas dalam pasca produksi, yang mengabung-gabungkan footage yang telah diambil oleh team produksi. Credit title pada gambar 4.24.

Gambar 4.24. screenshot credit title Dony Dwi Leksana. (Sumber: Olahan Dony Dwi Leksana)

Dony Dwi Leksana bertugas dalam pasca produksi, yang mengabung– gabungkan footage yang telah diambil oleh team produksi. Proses penggabungan footage ini dilakukan sesuai narasi yang telah ditulis oleh team pra-produksi, pewarnaan dalam Film Dokumenter Sampah Visual dibuat

(70)

50

DAFTAR PUSTAKA

Danesi, Marcel. 2003. Pengantar Memahami Semiotika Media. Penerbit Jalasutra Yogyakarta

Iskandar, Eddy D. 1987. Mengenal perfilman Nasional. Bandung: CV. Rosda Prakosa, Gatot. 1997. Film pinggiran Antalogi Film Pendek, Film Eksperimental

& Film dokumenter. Jakarta: FFTU-IKJ & YLP.

Gambar

Gambar 4.3.  screenshot Sumbo .T dalam Sampah Visual Dokumenter. (Sumber : Sampah Visual Dokumenter)
Gambar 4.5. screenshot opening Film.
Gambar 4.8. screenshot peraturan daerah kota Surabaya.
Gambar 4.15 screenshot pewarnaan opening Film (Sumber: Olahan Pribadi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dianjurkan untuk merencana alat ukur Parshall aliran nonmoduler karena diperlukan banyak waktu untuk menangani dua tinggi energi/head, dan pengukuran menjadi tidak teliti... ALAT

Hasil keseluruhan kepuasan pada pasien BPJS terdapat responden yang menyatakan tidak puas, sedangkan pada pasien non BPJS menyatakan puas dan sangat puas.. 16 pasien sesuai

Prosedur (PSP) secara lengkap yang meliputi kegiatan kemanan data, backup dan restorasi serta penghapusan berkala data yang tidak berguna, telah mengacu pada standar

Misal batu ginjal atau pembesaran prostat, refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter, kehamilan, kencing Manis,

Skripsi berjudul Penerapan Laporan Biaya Kualitas Terhadap Kualitas Produk (Studi Kasus Pada UD. Dua Dewi Keripik Nangka Q-Ecco di Puger), telah diuji dan disahkan

diharapkan para siswa tidak asing dengan fisika dan siapa tahu hal itu juga Pintar Yogya telah berusaha memasukkan sains yang semakin dirasakan relevan bagi d. Latihan akhir

Nilai impor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 36,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 52,24 persen dibanding impor April 2015 yang tercatat US$ 24,08

3.4.2 Informasi Peta yang Menampilkan Produk, Karakteristik Produk dan Assessor Matriks cross-product (S [t] pada persamaan (4)), eigenvectors pertama yang dinormalisasi