• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelian Impulsif Sebagai Prediktor Positif Terhadap Penyesalan Pasca Pembelian Pada Wanita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembelian Impulsif Sebagai Prediktor Positif Terhadap Penyesalan Pasca Pembelian Pada Wanita"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

WANITA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

VERAWATY

091301043

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

WANITA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

VERAWATY 091301043

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 21 Januari 2014

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog

NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Eka Danta Jaya Ginting, M.A., Psikolog

NIP. 197308192001121001 Penguji I/Pembimbing __________

2. Dr. Emmy Mariatin, M.A., PhD., Psikolog

NIP. - Penguji II __________

3. Ferry Novliadi, M.Si

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pembelian Impulsif sebagai Prediktor Positif terhadap Penyesalan Pasca Pembelian pada Wanita

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari

hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini

saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2014

VERAWATY

(4)

Pembelian Impulsif sebagai Prediktor Positif terhadap Penyesalan Pasca Pembelian pada Wanita

Verawaty dan Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembelian impulsif terhadap penyesalan pasca pembelian pada wanita. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pembelian impulsif yang disusun berdasarkan elemen-elemen pembelian impulsif (Rook dan Hoch, 1985; Dittmar, 2008; Herabadi, 2003) terdiri dari 19 aitem dengan reliabilitas (rxx’) = 0,914 dan skala penyesalan pasca pembelian yang diadaptasi dari Lee dan Cotte (2009) yang terdiri dari 16 aitem dengan reliabilitas (rxx’) = 0,882. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian sebanyak 138 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan analisa regresi sederhana menunjukkan adanya pengaruh positif pembelian impulsif terhadap penyesalan pasca pembelian pada wanita (R = 0,554, p < 0,05). Pembelian impulsif memberikan sumbangan efektif sebesar 30,7% terhadap peningkatan penyesalan pasca pembelian.

(5)

Impulsive Buying as Positive Predictor towards Post-Purchase Regret on Women

Verawaty and Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

This study was aimed to observed the effect of impulsive buying towards post purchase regret on women. Data were collected using impulsive buying scale which was based on the elements of impulsive buying (Rook dan Hoch, 1985; Dittmar, 2008; Herabadi, 2003) that contains 19 items with reliability (rxx’) = 0,914 and post-purchase regret scale which was adapted from the work of Lee and Cotte (2009) that contains 16 items with reliability (rxx’) = 0,882. The respondents involved in this study were 138 people which were obtained using purposive sampling technique. The result of this study using simple linear regression showed that there is a positive effect of impulsive buying towards post-purchase regret on women (R = 0,554, p < 0,05). Impulsive buying give 30,7% effective contribution towards increasing post-purchase regret.

(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan sripsi dengan judul “Pembelian

Impulsif sebagai Prediktor Positif terhadap Penyesalan Pasca Pembelian pada

Wanita”. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Selama proses penulisan skripsi ini saya mendapatkan banyak bantuan

maupun dukungan dari berbagai pihak. Disini saya ingin menyampaikan ucapan

terima kasih sebanyak-banyaknya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Eka Danta Jaya Ginting, M.A., psikolog, selaku dosen pembimbing

seminar dan skripsi saya yang selalu sabar dalam membimbing saya dan

terima kasih atas dukungan, waktu dan masukan-masukan yang telah

diberikan.

3. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi., psikolog selaku dosen pembimbing akademik.

4. Ibu Dr. Emmy Mariatin, M.A., PhD., psikolog selaku dosen penguji skripsi

saya. Terima kasih atas saran-saran dan pengetahuan baru yang diberikan.

5. Bapak Ferry Novliadi, M.Si selaku dosen penguji skripsi saya. Terima kasih

(7)

6. Seluruh staf pengajar di Fakultas Psikologi atas ilmu, pengalaman dan nasehat

yang telah diberikan dan seluruh staf pegawai atas bantuannya selama

masa-masa perkuliahan dan penyusunan skripsi.

7. Keluarga, terutama Mama yang telah memberikan dukungan dalam

penyusunan skripsi dan masa-masa kuliah saya.

8. Semua responden penulis, atas ketersediaan waktu yang diberikan kepada

penulis untuk membantu mengisi kuesioner. Terima kasih.

9. Terima kasih juga kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2009.

Khususnya kepada sahabat-sahabat saya Dwiyana, Jessica, Magdalena,

Cecilia, Raharja, Risma, Aisyah, dan Teresia, terima kasih untuk waktu yang

kita lewati dengan belajar dan berjuang bersama-sama, serta setiap dukungan,

bantuan dan kenangan yang tidak terlupakan selama masa-masa perkuliahan.

Akhir kata, saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala

kebaikan saudara-saudara semua. Saya sangat menerima segala saran maupun kritik

yang dapat membantu saya agar dapat menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Medan, Januari 2014

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Penyesalan Pasca Pembelian ... 9

(9)

2. Pengukuran Penyesalan Pasca Pembelian ... 10

3. Faktor yang Mempengaruhi Penyesalan Pasca Pembelian ... 13

B. Pembelian Impulsif ... 17

1. Pengertian Pembelian Impulsif ... 17

2. Pengukuran Pembelian Impulsif ... 19

C. Hubungan Pembelian Impulsif dengan Penyesalan Pasca Pembelian .. 20

D. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 23

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

1. Penyesalan Pasca Pembelian ... 24

2. Pembelian Impulsif ... 25

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 25

1. Teknik Pengambilan Sampel... 26

2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 26

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 27

D. Alat Ukur Penelitian ... 27

1. Skala Penyesalan Pasca Pembelian ... 27

2. Skala Pembelian Impulsif ... 29

E. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Daya Beda Aitem... 31

1. Uji Validitas ... 31

(10)

3. Uji Daya Beda Aitem ... 32

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 32

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 36

1. Persiapan Penelitian ... 36

2. Pelaksanaan Penelitian ... 37

3. Pengolahan Data... 38

H. Metode Analisa Data ... 38

1. Uji Normalitas ... 38

2. Uji Linearitas ... 39

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 40

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 40

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Barang yang Paling Sering Dibeli ... 41

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Sarana dalam Membeli Barang ... 41

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kondisi saat Membeli Barang ... 41

B. Hasil Penelitian ... 42

1. Hasil Uji Asumsi ... 42

2. Hasil Uji Hipotesa Penelitian ... 44

(11)

C. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

1. Saran Metodologis ... 53

2. Saran Praktis ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blueprint Skala Penyesalan Pasca Pembelian Sebelum Uji Coba ... 28

Tabel 2. Blueprint Skala Pembelian Impulsif Sebelum Uji Coba ... 30

Tabel 3. Blueprint Skala Penyesalan Pasca Pembelian Setelah Uji Coba ... 33

Tabel 4. Blueprint Skala Pembelian Impulsif Setelah Uji Coba ... 33

Tabel 5. Blueprint Skala Pembelian Impulsif Setelah Uji Coba dan Penomoran Baru ... 35

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan ... 40

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Barang yang Paling Sering Dibeli ... 41

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Sarana dalam Membeli Barang ... 41

Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kondisi saat Membeli Barang ... 42

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 43

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas ... 44

Tabel 12. Hasil Uji Regresi ... 45

Tabel 13. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Penyesalan Pasca Pembelian ... 47

(13)

Tabel 15. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Penyesalan Pasca Pembelian ... 48

Tabel 16. Mean Empirik dan Mean Hipotetik Pembelian Impulsif ... 48

Tabel 17. Kategorisasi Tingkat Pembelian Impulsif ... 49

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Reliabilitas Skala Penyesalan Pasca Pembelian ... 58

Lampiran 2. Reliabilitas Skala Pembelian Impulsif ... 60

Lampiran 3. Skala Pembelian Impulsif dan Penyesalan Pasca Pembelian ... 65

Lampiran 4. Data Mentah Skala Penyesalan Pasca Pembelian ... 73

Lampiran 5. Data Mentah Skala Pembelian Impulsif ... 80

Lampiran 6. Uji Asumsi ... 87

Lampiran 7. Uji Regresi ... 88

(15)

Pembelian Impulsif sebagai Prediktor Positif terhadap Penyesalan Pasca Pembelian pada Wanita

Verawaty dan Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pembelian impulsif terhadap penyesalan pasca pembelian pada wanita. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pembelian impulsif yang disusun berdasarkan elemen-elemen pembelian impulsif (Rook dan Hoch, 1985; Dittmar, 2008; Herabadi, 2003) terdiri dari 19 aitem dengan reliabilitas (rxx’) = 0,914 dan skala penyesalan pasca pembelian yang diadaptasi dari Lee dan Cotte (2009) yang terdiri dari 16 aitem dengan reliabilitas (rxx’) = 0,882. Jumlah responden yang dilibatkan dalam penelitian sebanyak 138 orang yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan analisa regresi sederhana menunjukkan adanya pengaruh positif pembelian impulsif terhadap penyesalan pasca pembelian pada wanita (R = 0,554, p < 0,05). Pembelian impulsif memberikan sumbangan efektif sebesar 30,7% terhadap peningkatan penyesalan pasca pembelian.

(16)

Impulsive Buying as Positive Predictor towards Post-Purchase Regret on Women

Verawaty and Eka Danta Jaya Ginting

ABSTRACT

This study was aimed to observed the effect of impulsive buying towards post purchase regret on women. Data were collected using impulsive buying scale which was based on the elements of impulsive buying (Rook dan Hoch, 1985; Dittmar, 2008; Herabadi, 2003) that contains 19 items with reliability (rxx’) = 0,914 and post-purchase regret scale which was adapted from the work of Lee and Cotte (2009) that contains 16 items with reliability (rxx’) = 0,882. The respondents involved in this study were 138 people which were obtained using purposive sampling technique. The result of this study using simple linear regression showed that there is a positive effect of impulsive buying towards post-purchase regret on women (R = 0,554, p < 0,05). Impulsive buying give 30,7% effective contribution towards increasing post-purchase regret.

(17)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kegiatan membeli merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari (Rook,

1987 dalam Billieux, Rochat, Rebetez, dan Ven der Linden, 2008). Kegiatan membeli

adalah suatu cara untuk mendapatkan barang dan atau jasa yang diperlukan (Solomon,

dkk, 2006). Saat ini, kegiatan membeli tidak hanya dilakukan untuk mendapatkan

produk atau jasa, tetapi telah menjadi aktivitas gaya hidup dan bersantai (Bayley dan

Nancarrow, 1998). Hal ini didukung oleh Campbell (dalam Jansson-Boyd, 2010)

yang menyatakan bahwa ada satu karakteristik sama yang dimiliki kegiatan membeli

saat ini, yaitu individu tidak lagi mengkonsumsi hanya karena alasan praktis.

Adanya perubahan di masyarakat juga ditunjukkan dengan berkurangnya

waktu luang di luar jam kerja yang menyebabkan konsumen menghabiskan lebih

sedikit waktu untuk melakukan perencanaan pembelian (William dkk, 1972 dalam

Brodén dan Söderberg, 2011).

Jika dilihat dari segi perencanaan, pembelian konsumen dikategorikan ke

dalam pembelian terencana (planned purchasing) dan pembelian tak terencana

(unplanned purchasing) (Stern (dalam Virvilaitė, Saladienė, dan Žvinklytė, 2011).

Pembelian terencana adalah perilaku pembelian di mana terdapat proses pencarian

informasi, sedangkan pembelian tak terencana adalah perilaku pembelian di mana

(18)

Dalam situasi tertentu kegiatan membeli terjadi secara tiba-tiba dan tidak

direncanakan, dilakukan langsung di tempat dan berkaitan dengan keinginan

mendesak dan perasaan senang dan bahagia (Rook, 1987 dalam Billieux, Rochat,

Rebetez, dan Ven der Linden, 2008). Sebuah riset memperkirakan bahwa rata-rata

orang Inggris bisa menyia-nyiakan uangnya sekitar 49.000 poundsterling atau sekitar

Rp 689.233.725 seumur hidupnya hanya karena melakukan pembelian yang tidak

dipikirkan lebih dulu (Kompas, 2010). Sebuah penelitian di Denmark juga

mengindikasikan bahwa 9 dari 10 pembeli tidak merencanakan sepertiga dari produk

yang mereka beli (Solomon dkk, 2006).

Setelah pembelian dilakukan, konsumen akan menilai pro dan kontra dari

transaksi yang telah dilakukan (Kassarjian dan Cohen, 1965 dalam Hasan dan

Nasreen, 2012). Konsumen ingin meyakinkan diri mereka bahwa keputusan membeli

yang diambil sudah tepat dan untuk memastikan bahwa produk yang dibeli dapat

menyelesaikan masalah dan memuaskan kebutuhan mereka (Bakshi, 2012). Tidak

jarang konsumen akan membandingkan produk yang telah mereka beli dengan

produk yang tidak mereka beli. Perbandingan antar produk ini dapat menimbulkan

kondisi psikologis yang dikenal sebagai disonansi kognitif atau penyesalan pasca

pembelian (Saleh, 2012).

Penyesalan adalah emosi kognitif yang ingin dihindari, dipendam, disangkal,

dan diatur oleh konsumen jika dialami (Zeelenberg dan Pieters, 2006 dalam Lee dan

Cotte, 2009). Penyesalan bisa terjadi ketika konsumen membandingkan hasil dari

(19)

jika konsumen membeli produk lain (Bell, 1982; Tsiros dan Mittal, 2000 dalam Lee

dan Cotte, 2009).

Poling yang melibatkan 3.000 wanita menunjukkan bahwa 84 persen

mengaku saat pergi ke pusat perbelanjaan hanya berniat untuk “window shopping”.

Namun, akhirnya mereka membeli sesuatu. Sebanyak 40 persen wanita mengakui,

mereka tidak suka dengan pakaian yang dibeli setibanya di rumah dan sebanyak 85

persen wanita sering menyesal dengan barang atau pakaian yang dibelinya (Lubis dan

Nugraheni, 2010).

Penyesalan dapat dilihat dari hasil dari pilihan yang dibuat konsumen dan

evaluasi proses pengambilan keputusan ketika membeli produk. Post-purchase

outcome regret adalah perbandingan penilaian individu terhadap hasil dari apa yang

telah dibeli dengan apa yang mungkin dapat dibeli. Sedangkan post-purchase process

regret muncul ketika individu membandingkan proses pengambilan keputusan yang

buruk dengan proses pengambilan keputusan yang lebih baik yang mungkin

dilakukan (Lee dan Cotte, 2009).

Penelitian menunjukkan bahwa penyesalan dapat dipengaruhi oleh faktor

internal maupun eksternal. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi penyesalan

di antaranya adalah rasa tanggung jawab terhadap pilihan yang dibuat, kesenjangan

antara ekspektasi dan kenyataan, pilihan antara nama merek dan harga, jenis

pembelian, waktu dalam pengambilan keputusan, pelayanan toko, keterlibatan,

(20)

penyesalan adalah self-esteem, perbandingan sosial, keraguan, usia, jenis kelamin,

dan impulsifitas (M’Barek dan Gharbi, 2011).

Salah satu karakteristik yang dapat mempengaruhi terjadinya penyesalan

pasca pembelian adalah impulsifitas. Konsumen yang impulsif cenderung merasakan

penyesalan terhadap pilihan yang mereka buat dibanding konsumen yang

non-impulsif. Ini disebabkan mereka kurang berusaha dalam mencari informasi saat

terjadi proses pengambilan keputusan karena mereka cenderung emosional sehingga

mereka akan merasa menyesal jika mendapat pengalaman buruk saat menggunakan

produk (M’Barek dan Gharbi, 2011).

Menurut Rook (dalam Herabadi, 2003) pembelian impulsif terjadi ketika

konsumen merasakan dorongan tiba-tiba yang kuat untuk membeli barang. Pembelian

impulsif melibatkan: (a) perasaan gembira dan senang – ini adalah emosi yang paling

utama dalam pembelian impulsif; (b) dorongan tiba-tiba dan spontan untuk membeli

produk yang menarik mata dengan segera; (c) tekanan motivasional yang intens dan

tidak tertahankan di mana tekanan ini cukup kuat untuk mengabaikan segala

konsekuensi yang ada; dan (d) tidak menghiraukan kemungkinan terjadinya

konsekuensi yang buruk yang dapat mengakibatkan penyesalan (Herabadi, 2003).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Bellender (dalam Virvilaitė,

Saladienė, dan Žvinklytė, 2011) membuktikan bahwa 27 hingga 62 persen dari

pembelian yang dilakukan bersifat impulsif. Selain itu, berdasarkan riset yang

dilakukan oleh Markplus Insight pada tahun 2012, 30 persen konsumen wanita di

(21)

Pada umumnya, perilaku membeli wanita dianggap lebih emosional

dibandingkan pria, yang mengakibatkan wanita lebih responsif terhadap pembelian

impulsif (Coley dan Burgess, 2003 dalam Saleh, 2012). Hal ini didukung oleh Giraud

(dalam Tinne, 2011) bahwa jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap

kecenderungan pembelian impulsif di mana wanita cenderung lebih impulsif

dibandingkan pria. Ini dikarenakan wanita menghabiskan lebih banyak waktu untuk

melihat produk-produk lain di toko sehingga tidak jarang jumlah barang yang dibeli

jenisnya lebih banyak daripada yang direncanakan sebelumnya (Admin, 2003).

Promo diskon dan potongan harga yang ditawarkan pihak mal dan toko juga menjadi

hal yang sangat sulit untuk ditolak oleh kaum wanita (Journal of Consumer

Psychology, 2012 dalam Marketeers, 2012). Selain itu, penelitian juga membuktikan

bahwa impulsifitas yang paling tinggi terdapat pada wanita yang tidak menyelesaikan

pendidikan tinggi, berusia di bawah 30 tahun, dan berstatus mahasiswa (Virvilaitė,

Saladienė, dan Žvinklytė, 2011).

Pembelian impulsif seringkali dikaitkan dengan pengembalian produk, rasa

frustrasi, ketidakpuasan, rasa bersalah, dan penyesalan pasca pembelian (Virvilaitė,

Saladienė, dan Žvinklytė, 2011). MacInnis dan Patrick (dalam Suh, Na, Kim, 2010)

menyatakan bahwa perasaan seperti senang, bersalah, malu, bangga, dan menyesal

bisa muncul setelah melakukan pembelian impulsif.

Coley dan Burgess (dalam Saleh, 2012) menyatakan bahwa berkaitan dengan

penelitian pengaruh jenis kelamin sebagai moderator dalam hubungan antara

(22)

bahwa wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk mengalami penyesalan pasca

pembelian setelah melakukan pembelian impulsif. Hasil penelitian yang dilakukan

M’Barek dan Garbhi (2011) juga menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih merasa

menyesal dibandingkan pria dan wanita yang berusia lebih muda juga lebih merasa

menyesal dibanding wanita yang berusia lebih tua dikarenakan wanita yang lebih tua

telah memperoleh cukup keahlian dalam hidup untuk menghindari membuat

kesalahan dalam pilihan yang mereka ambil dan kurang impulsif dan jarang

merasakan penyesalan.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “apakah pembelian impulsif memiliki pengaruh positif terhadap penyesalan

pasca pembelian?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pembelian impulsif dan tingkat penyesalan pasca

pembelian pada wanita

2. Untuk mengetahui apakah pembelian impulsif berpengaruh secara positif

(23)

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik dari segi teoritis maupun dari

segi praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa data empiris

di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya di bidang perilaku

konsumen mengenai pembelian impulsif dengan penyesalan pasca pembelian.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi

peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai pembelian

impulsif dan penyesalan pasca pembelian.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh

pembelian impulsif terhadap penyesalan pasca pembelian pada konsumen wanita

dan mengetahui tingkat penyesalan pasca pembelian yang dialami konsumen.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

(24)

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan teori yang mendasari masalah yang menjadi

variabel dalam penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah teori

mengenai penyesalan pasca pembelian dan pembelian impulsif. Bab ini

juga menguraikan hubungan antar variabel dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian,

yaitu identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan

teknik pengambilan sampel, metode dan alat pengumpulan data,

validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan

metode analisa data.

BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran umum subjek

penelitian, serta bagaimana analisa data dilakukan dengan menggunakan

analisis statistik serta interpretasi data yang didapatkan dari penelitian

dan pembahasan dengan teori yang ada.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan peneliti mengenai

hasil penelitian dilengkapi dengan saran-saran bagi pihak lain

(25)

A. Penyesalan Pasca Pembelian

Meskipun proses pembelian telah selesai, konsumen masih sering

mengevaluasi keputusan yang telah mereka buat (Bakshi, 2012). Konsumen tidak

selalu merasa percaya diri dengan keputusan yang mereka ambil. Mereka bisa merasa

bimbang apakah mereka membuat keputusan yang tepat dan bahkan menyesali

keputusan tersebut (Hoyer dan MacInnis, 2010).

1. Pengertian Penyesalan Pasca Pembelian

Penyesalan adalah emosi kognitif yang ingin dihindari, dipendam, disangkal,

dan diatur oleh konsumen jika dialami (Zeelenberg dan Pieter, 2006 dalam Lee dan

Cotte, 2009). Menurut Sugden (1985), penyesalan adalah sebuah sensasi menyakitkan

yang muncul sebagai hasil dari membandingkan “apa yang ada” dengan “apa yang

harusnya ada”. Penyesalan bisa terjadi ketika konsumen membandingkan hasil dari

produk yang telah dibeli tidak sebaik dengan hasil dari produk yang mungkin bisa

didapat jika konsumen membeli produk lain (Bell, 1982; Tsiros dan Mittal, 2000

dalam Lee dan Cotte, 2009).

Hoyer dan MacInnis (2010) menyatakan bahwa penyesalan pasca pembelian

terjadi ketika konsumen menilai adanya perbandingan yang tidak setara antara

(26)

Konsumen juga dapat merasakan penyesalan pasca pembelian meskipun tidak

memiliki informasi mengenai produk lain dan terutama intensitas penyesalan dapat

meningkat apabila konsumen tidak dapat mengubah keputusannya atau mengalami

hasil yang negatif.

Penyesalan pasca pembelian merupakan suatu sensasi menyakitkan yang

timbul setelah membeli suatu produk karena mendapat perbandingan yang tidak

setara antara apa yang diharapkan dengan apa yang didapatkan setelah membeli dan

menggunakan produk tersebut (Lee dan Cotte, 2009). Penyesalan pasca pembelian

dapat terjadi dalam situasi di mana pilihan yang diambil memiliki hasil lebih buruk

dibandingkan dengan pilihan yang tidak diambil (Zeelenberg, Van Dijk, Manstead,

dan Van der Pligt, 2000).

Jadi, penyesalan pasca pembelian dapat disimpulkan sebagai suatu sensasi

menyakitkan yang muncul karena konsumen mendapatkan perbandingan yang tidak

setara antara apa yang diharapkan dan apa yang didapatkan setelah membeli dan

menggunakan sebuah produk.

2. Pengukuran Penyesalan Pasca Pembelian

Pengukuran penyesalan pasca pembelian didasarkan pada komponen

(27)

a. Penyesalan akibat evaluasi pada hasil produk yang dibeli (outcome regret)

Outcome regret merupakan perbandingan dari penilaian konsumen terhadap

hasil dari apa yang telah dibeli dan apa yang bisa dibeli. Outcome regret

terbagi atas dua, yaitu:

1) Regret due to foregone alternatives (Penyesalan karena alternatif produk

yang tidak terpilih)

Penyesalan karena alternatif produk yang tidak terpilih terjadi ketika

konsumen merasa menyesal telah membeli suatu produk dan bukan

produk lainnya. Konsumen mengevaluasi hasil dengan cara

membandingkan apa yang telah mereka dapatkan dengan apa yang

seharusnya bisa mereka dapatkan (Sugden, 1985). Mereka menyesal

ketika hasil yang seharusnya bisa didapatkan lebih baik daripada hasil

yang telah didapatkan (Zeelenberg dan Pieters, 2006 dalam Lee dan Cotte,

2009). Bell (1982) berasumsi bahwa hasil dari alternatif yang ditolak

harus diketahui oleh konsumen untuk memunculkan penyesalan. Namun,

Ritov dan Baron (1995) konsumen dapat merasa menyesal meskipun tidak

memiliki pengetahuan tentang alternatif lainnya dengan hanya

membayangkannya.

2) Regret due to change in significance (Penyesalan karena perubahan yang

signifikan)

Penyesalan karena perubahan yang signifikan terjadi ketika konsumen

(28)

Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi atau performa produk

tersebut dari waktu pembelian terhadap titik tertentu pada waktu setelah

pembelian. Ketika seseorang membeli suatu barang, terdapat harapan

tertentu dalam penggunaannya. Namun, jika terjadi suatu hal yang

menyebabkan berkurangnya fungsi produk tersebut, maka konsumen

dapat merasa menyesal (Lee dan Cotte, 2009)

b. Penyesalan akibat evaluasi pada proses pembelian barang (process regret)

Process regret terjadi ketika individu membandingkan proses pengambilan

keputusan yang telah dilakukan dengan proses pengambilan keputusan

alternatif yang lebih baik. Process regret terbagi atas dua, yaitu:

1) Regret due to under consideration (Penyesalan karena kurangnya

pertimbangan)

Individu menilai kualitas dari keputusan yang mereka lakukan dengan

memeriksa bagaimana keputusan itu dibuat dan dilaksanakan serta jumlah

informasi yang telah mereka kumpulkan (Janis dan Mann, 1977). Individu

dapat merasa menyesal apabila mereka merasa gagal dalam melaksanakan

keputusan sesuai dengan yang mereka inginkan. Individu juga dapat

merasa menyesal apabila mereka yakin bahwa mereka kekurangan

informasi baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk membuat

(29)

2) Regret due to over consideration (Penyesalan karena pertimbangan

berlebihan)

Penyesalan karena pertimbangan berlebihan terjadi karena individu

merasa telah menghabiskan waktu dan usaha yang berlebihan dalam

proses membeli. Selain itu, individu juga dapat menyesali beban

emosional, cognitive overload, dan stress yang dialami selama proses

pengambilan keputusan (Lee dan Cotte, 2009).

3. Faktor yang Mempengaruhi Penyesalan Pasca Pembelian

Delacroix (dalam M’Barek dan Gharbi, 2011) mengklasifikasikan

faktor-faktor yang mempengaruhi penyesalan pasca pembelian pada konsumen ke dalam

dua kategori, yaitu:

a. Faktor situasi

1) Rasa tanggung jawab terhadap pilihan yang dibuat

Ketika konsumen merasa bertanggung jawab atas keputusan yang diambil

dan merasa bahwa mereka tidak cukup berusaha dalam mencari informasi,

maka mereka cenderung menyesali keputusan yang diambil (Van Djik dkk,

1999).

2) Pilihan antara merek dan harga

Simonson (1992) menemukan bahwa terdapat hubungan dua arah antara

penyesalan dengan pilihan antara merek dan harga. Konsumen cenderung

(30)

perasaan menyesal. Ini dikarenakan mereka merasa lebih bertanggung

jawab ketika membeli produk yang murah dari merek yang tidak terkenal

dan mendapati produk tersebut tidak tahan lama. Namun, konsumen juga

seringkali mengeluh jika mereka membeli produk yang terbaik dari merek

terkenal, dan menyadari bahwa produk tersebut tidak lebih baik. Selain itu,

konsumen yang memilih produk yang kurang terkenal dan lebih murah

bisa saja tidak merasa menyesal disebabkan mereka memiliki harapan

yang realistis akan performa produk tersebut.

3) Waktu dalam pengambilan keputusan

Simonson (1992) menyebutkan bahwa jika konsumen memilih untuk tidak

membeli sebuah produk pada satu kesempatan, mereka cenderung merasa

menyesal jika kesempatan yang mereka lewatkan memberikan penawaran

yang lebih menarik. Konsumen juga cenderung merasa menyesal jika

mereka mendapati bahwa produk yang telah dibeli ternyata ditawarkan

dengan harga yang lebih murah pada kesempatan lain (M’Barek dan

Gharbi, 2011).

4) Sifat pembelian

Konsumen yang melakukan pembelian impulsif cenderung merasa

menyesal dibandingkan dengan konsumen yang melakukan pembelian

terencana. Dalam pembelian impulsif, sisi emosional konsumen lebih

berperan sehingga mereka tidak mempedulikan konsekuensi dari

(31)

5) Keterlibatan

Konsumen cenderung merasa menyesal jika mereka kurang terlibat dalam

proses pembelian dan juga terhadap produk yang mahal dibandingkan

produk yang murah (M’Barek dan Gharbi, 2011).

6) Adanya alternatif pilihan

Jumlah pilihan produk yang sangat banyak di pasaran dapat

menguntungkan karena konsumen dapat memilih produk mana yang

sesuai. Namun, Schwartz (dalam M’Barek dan Gharbi, 2011) menyatakan

bahwa pilihan yang banyak juga memiliki dampak negatif karena

konsumen bisa merasa menyesal apabila tidak memilih produk yang

terbaik.

b. Faktor disposisi

1) Self-esteem

Konsumen dengan self-esteem yang rendah cenderung mengevaluasi

keputusan yang dibuat secara negatif dan merasa menyesal dibandingkan

konsumen yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi (Roese dan Olson,

1993; Brown dan Smart, 1991 dalam M’Barek dan Gharbi, 2011).

2) Perbandingan sosial

Konsumen yang seringkali membandingkan diri mereka dengan orang lain,

cenderung menyesali pilihan yang mereka ambil. Selain itu, konsumen yang

sensitif terhadap kritik dan pandangan orang lain, juga cenderung menyesali

(32)

3) Keraguan

Konsumen yang ragu-ragu cenderung menyesali pilihan yang mereka ambil

karena mereka cenderung lambat dan kurang yakin ketika membuat keputusan

sehingga seringkali mereka membandingkan produk yang telah mereka beli

pasca pembelian (M’Barek dan Gharbi, 2011).

4) Jenis kelamin

Wanita cenderung merasa lebih menyesal dibandingkan pria dikarenakan

wanita lebih sensitif dan emosional dan mereka cenderung melakukan

perbandingan yang memicu munculnya perasaan menyesal (M’Barek dan

Gharbi, 2011).

5) Usia

Konsumen muda lebih sering merasa menyesal dibanding konsumen yang

lebih tua. Ini dikarenakan konsumen yang lebih tua dianggap sudah cukup

bijaksana untuk menghindari membuat kesalahan dalam pilihan yang mereka

ambil dan kurang impulsif serta jarang merasakan penyesalan (M’Barek dan

Gharbi, 2011).

6) Impulsifitas

Impulsifitas memiliki hubungan positif dengan penyesalan pasca pembelian.

Konsumen yang impulsif cenderung merasa menyesal karena mereka kurang

memberikan usaha dalam proses pengambilan keputusan sehingga mereka

lebih merasa bertanggung jawab terhadap kegagalan yang dialami akibat

(33)

Dari sejumlah faktor situasi dan faktor disposisi yang telah dijelaskan di atas,

yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah impulsifitas. Yang membedakan

penelitian ini dari penelitian yang telah dilakukan M’Barek dan Gharbi adalah dari

jenis penelitian, karakteristik sampel, dan metode analisa data. Penelitian M’Barek

dan Gharbi merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode wawancara,

skenario, asosiasi bebas, melengkapi kalimat, dan teknik bercerita. Jumlah sampel

yang diteliti hanya berjumlah 15 orang sehingga yang menjadi salah satu kelemahan

penelitian M’Barek dan Gharbi adalah tidak bisa digeneralisasikan ke populasi yang

lebih luas.

B. Pembelian Impulsif

Usaha yang diberikan setiap individu saat membuat keputusan dalam kegiatan

membeli berbeda antara pembelian yang satu dengan yang lainnya. Kadang,

pengambilan keputusan dilakukan secara otomatis, informasi yang sedikit, dan

keterlibatan yang rendah. Jenis pembelian yang tidak direncanakan ini dinamakan

pembelian impulsif (Solomon dkk, 2006).

1. Pengertian Pembelian Impulsif

Impuls adalah keinginan tiba-tiba untuk berperilaku. Hal ini terjadi ketika

individu melakukan sesuatu berdasarkan emosi daripada berdasarkan analisa yang

(34)

Hoyer dan MacInnis (2010) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai

pembelian yang terjadi ketika konsumen secara tiba-tiba memutuskan untuk membeli

sesuatu yang tidak direncanakan untuk dibeli sebelumnya.

Solomon, dkk (2006) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai suatu proses

yang terjadi ketika konsumen mengalami dorongan tiba-tiba untuk membeli suatu

benda yang tidak dapat ditolak.

Rook (dalam Earl dan Kemp, 1999) menyebutkan yang membedakan antara

pembelian impulsif dan rasional adalah kehadiran faktor emosional yang meningkat,

suatu desakan untuk mengkonsumsi dan kecenderungan psikologis untuk melakukan

pembelian segera.

Pembelian impulsif dapat dikatakan sebagai perilaku yang tidak ada artinya

karena biasanya dilakukan adanya kontrol atau atensi, sehingga bisa dianggap terjadi

secara otomatis (Langer, 1989 dalam Herabadi, 2003). Pembelian impulsif biasanya

melibatkan respon emosional yang tinggi dan terjadi tanpa adanya rencana (Herabadi,

2003).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif adalah

pengambilan keputusan untuk membeli sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya

di mana individu merasakan dorongan yang kuat untuk membeli sebuah produk tanpa

(35)

2. Pengukuran Pembelian Impulsif

Rook dan Hoch (1985) mengidentifikasi 5 elemen yang dapat dijadikan

sebagai dasar untuk mengukur pembelian impulsif, yaitu:

a. Perilaku impulsif melibatkan keinginan untuk berperilaku yang tiba-tiba dan

spontan

Dittmar (2008) menyebut perilaku ini sebagai perilaku yang terjadi seketika,

dilakukan tanpa perencanaan dan tanpa intensi sebelumnya. Hoyer dan

MacInnis (2010) menyebutnya sebagai perasaan yang intens untuk membeli

produk segera.

b. Konsumen impulsif merasakan dorongan untuk membeli yang tiba-tiba dapat

menyebabkan konsumen berada dalam keadaan psikologis yang

disekuilibrium

Pembelian impulsif dapat membuat konsumen kehilangan kontrol dan terus

menerus memikirkan produk yang ingin dibelinya yang bisa mengancam

kondisi sosioekonomi mereka.

c. Ketika konsumen membeli secara impulsif, maka dapat terjadi konflik

psikologis

Pembelian impulsif memunculkan perasaan bimbang pada diri konsumen

apakah harus membeli produk yang mereka sukai atau mendahulukan

kebutuhan dan mengabaikan keinginan mereka. Konsumen yang impulsif

(36)

yang menarik perhatian dan mampu memuaskan mereka dalam jangka waktu

pendek.

d. Konsumen akan mengurangi evaluasi kognitif mereka terhadap atribut produk

ketika dia membeli secara impulsif

Konsumen tidak mempertimbangkan dengan hati-hati alternatif yang ada dan

juga memiliki informasi yang kurang mengenai produk.

e. Konsumen tidak menghiraukan konsekuensi dari perilaku impulsif tersebut

Dittmar (2008) menyebut elemen ini sebagai keinginan untuk membeli suatu

produk yang sangat kuat sehingga mengabaikan kesulitan dan konsekuensi

finansial. Hoyer dan MacInnis (2010) menyebutkan sebagai kondisi di mana

konsumen tidak menghiraukan konsekuensi negatif dari perilaku membeli.

Dittmar (2008) dan Hoyer dan MacInnis (2010) menambahkan satu elemen

penting lain yaitu keterlibatan emosional dan psikologis individu yang tinggi pada

pembelian impulsif. Hal ini biasanya berupa perasaan euphoria dan senang.

C. Hubungan Pembelian Impulsif dengan Penyesalan Pasca Pembelian

Penyesalan pasca pembelian adalah sensasi menyakitkan yang timbul setelah

membeli suatu produk karena mendapat perbandingan yang tidak setara antara apa

yang diharapkan dengan apa yang didapatkan setelah membeli dan menggunakan

produk tersebut (Sugden, 1985; Bell, 1982; Tsiros dan Mittal, 2000 dalam Lee dan

(37)

Penyesalan dapat dipengaruhi oleh faktor disposisi maupun situasi.

Faktor-faktor situasi yang mempengaruhi penyesalan di antaranya adalah rasa tanggung

jawab terhadap pilihan yang dibuat, kesenjangan antara ekspektasi dan kenyataan,

pilihan antara merek dan harga, jenis pembelian, waktu dalam pengambilan

keputusan, pelayanan toko, keterlibatan, adanya alternatif pilihan produk lainnya.

Sedangkan faktor-faktor disposisi yang mempengaruhi penyesalan adalah self-esteem,

perbandingan sosial, keraguan, usia, jenis kelamin, dan impulsifitas (M’Barek dan

Gharbi, 2011).

Impulsifitas merupakan salah satu karakteristik yang dapat menimbulkan

perasaan penyesalan pasca pembelian. Ini disebabkan impulsifitas seringkali disertai

dengan usaha yang kurang maksimal dalam proses pengambilan keputusan sehingga

memunculkan rasa tanggung jawab yang lebih besar karena individu gagal dalam

mengambil keputusan yang lebih baik (M’Barek dan Gharbi, 2011).

Pembelian impulsif adalah pembelian yang terjadi ketika konsumen

mengalami dorongan yang tiba-tiba dan tidak terkontrol untuk membeli suatu benda

yang tidak direncanakan sebelumnya dan melibatkan keterlibatan emosional yang

tinggi (Herabadi, 2003; Solomon dkk, 2006; Hoyer dan MacInnis, 2010).

MacInnis dan Patrick (dalam Suh, Na, Kim, 2010) menyatakan bahwa

perasaan seperti senang, bersalah, malu, bangga, dan menyesal bisa muncul setelah

melakukan pembelian impulsif. Pembelian impulsif seringkali dikaitkan dengan

penyesalan pasca pembelian, pengembalian produk, rasa frustrasi, ketidakpuasan, dan

(38)

namun mereka mengalami perasaan negatif dan rasa frustasi setelah pembelian

dilakukan sehingga konsumen yang melakukan pembelian impulsif lebih mungkin

untuk mengembalikan produk yang telah dibeli dan mengalami penyesalan pasca

pembelian (Virvilaitė, Saladienė, dan Žvinklytė, 2011; Suh, Na, Kim, 2010; Dittmar,

2008; Herabadi, 2003).

Perilaku membeli wanita dianggap lebih emosional dibandingkan pria yang

mengindikasikan bahwa wanita lebih responsif terhadap pembelian impulsif (Coley

dan Burgess, 2003 dalam Saleh, 2012; Giraud, 2001 dalam Tinne 2011). Wanita

adalah individu yang lebih sensitif dibandingkan pria sehingga mereka lebih mungkin

menunjukkan respon emosional. Selain itu, wanita cenderung melakukan

perbandingan sehingga meningkatkan munculnya penyesalan pasca pembelian

(M’Barek dan Gharbi, 2011; Coley dan Burgess, 2003 dalam Saleh, 2012).

D. Hipotesa Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini adalah: “Ada pengaruh positif antara pembelian impulsif terhadap

penyesalan pasca pembelian pada wanita”. Di mana semakin impulsif individu dalam

perilaku membeli, maka semakin menyesal individu. Sebaliknya, semakin tidak

(39)

cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan

hasil penelitian (Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengetahui kekuatan

atau bentuk arah hubungan antara dua variabel atau lebih (Siregar, 2013).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini akan diuraikan

pada bab ini, yaitu identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel

penelitian, populasi dan sampel penelitian, alat ukur penelitian, validitas, reliabilitas,

dan uji daya beda aitem, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk dapat menguji hipotesa, terlebih dahulu dilakukan identifikasi

variabel-variabel yang ada pada penelitian ini. Dalam penelitian ini variabel-variabel-variabel-variabel yang

terlibat adalah:

Variabel prediktor : pembelian impulsif

(40)

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Penyesalan Pasca Pembelian

Penyesalan pasca pembelian adalah seberapa menyesal individu akibat

mendapatkan perbandingan yang tidak setara antara apa yang diharapkan dan apa

yang didapatkan setelah membeli dan menggunakan sebuah produk.

Penyesalan pasca pembelian akan diukur dengan menggunakan skala

penyesalan pasca pembelian yang disusun berdasarkan komponen-komponen pasca

pembelian yang dikemukakan oleh Lee dan Cotte (2009), yaitu:

a. Disebabkan oleh alternatif lain yang tidak terpilih (Regret due to foregone

alternatives)

b. Disebabkan oleh adanya perubahan dalam signifikansi produk (Regret due to

change in significance)

c. Disebabkan oleh pertimbangan yang kurang (Regret due to under

consideration)

d. Disebabkan oleh pertimbangan yang berlebihan (Regret due to over

consideration)

Skor total dalam skala penyesalan pasca pembelian menunjukkan penyesalan

pasca pembelian yang dirasakan oleh individu setelah membeli dan menggunakan

produk. Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala ini menunjukkan

individu semakin menyesal dan sebaliknya, semakin rendah total skor pada skala ini,

(41)

2. Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif adalah seberapa impulsif individu untuk membeli suatu

produk tanpa perencanaan sebelumnya yang disertai dengan keterlibatan emosional

yang tinggi dan tanpa mempedulikan konsekuensi negatif.

Pembelian impulsif diukur dengan skala pembelian impulsif yang disusun

berdasarkan elemen-elemen pembelian impulsif (Rook dan Hoch, 1985; Dittmar,

2008; Herabadi, 2003) yang terdiri dari: munculnya perilaku yang tiba-tiba dan

spontan tanpa perencanaan sebelumnya, menyebabkan konsumen berada dalam

keadaan psikologis yang disekuilibrium, muncul konflik psikologis atau perasaan

bimbang antara keinginan dan kebutuhan, kurangnya evaluasi kognitif terhadap

atribut produk, tidak menghiraukan konsekuensi dari perilaku impulsif tersebut,

keterlibatan emosional dan psikologis yang tinggi.

Semakin tinggi total skor yang diperoleh subjek pada skala ini menunjukkan

semakin impulsif individu dalam membeli dan sebaliknya, semakin rendah total skor

pada skala ini, maka semakin rendah pula impulsifitas individu.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.

Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang setidaknya memiliki

sifat atau karakteristik yang sama (Hadi, 2000; Myers dan Hansen, 2007). Populasi

yang digunakan pada penelitian ini adalah konsumen wanita yang berada pada masa

(42)

maka peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi sebagai sampel penelitian.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk atau individu yang

jumlah kurang dari populasi (Hadi, 2000). Sampel harus mempunyai paling sedikit

satu sifat yang sama.

1. Teknik Pengambilan Sampel

Metode maupun teknik pengambilan sampel adalah cara yang digunakan

untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu,

dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi

agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, di mana pemilihan subjek penelitian didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat

tertentu yang dianggap memiliki kaitan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang

sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2000).

2. Karakteristik Sampel Penelitian

Karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Berjenis kelamin wanita

b. Usia individu berada pada masa dewasa awal

Herabadi (2003) menemukan bahwa peningkatan pembelian impulsif terjadi

pada individu yang berada pada usia 18-39 tahun. Semakin tua individu, maka

kecenderungan mereka untuk terlibat dalam pembelian impulsif akan

(43)

impulsif mereka (Kacen dan Lee dalam Herabadi, 2003; M’Barek dan Gharbi,

2011).

c. Melakukan pembelian atas inisiatif sendiri

d. Telah menggunakan produk yang dibeli

e. Berdomisili di kota Medan

3. Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 200 orang dan diharapkan dapat

mewakili karakteristik dan sifat-sifat populasinya.

D. Alat Ukur Penelitian

Dalam penelitian ini, alat ukur yang digunakan adalah berupa skala. Skala

adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis

mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik individu (Siregar,

2013). Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala pembelian impulsif dan

skala penyesalan pasca pembelian.

1. Skala Penyesalan Pasca Pembelian

Skala penyesalan pasca pembelian disusun berdasarkan komponen-komponen

pasca pembelian yang dikemukakan oleh Lee dan Cotte (2009), yaitu:

a. Disebabkan oleh alternatif lain yang tidak terpilih (Regret due to foregone

alternatives)

b. Disebabkan oleh adanya perubahan dalam signifikansi produk (Regret due to

(44)

c. Disebabkan oleh pertimbangan yang kurang (Regret due to under

consideration)

d. Disebabkan oleh pertimbangan yang berlebihan (Regret due to over

consideration)

Skala ini menggunakan model Likert. Setiap elemen di atas akan diuraikan ke

dalam pernyataaan favourable (mendukung). Subjek penelitian diberikan lima pilihan

jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan

Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk setiap pernyataan favourable, pilihan SS

mendapatkan skor 5, pilihan S mendapatkan skor 4, pilihan N mendapatkan skor 3,

pilihan TS mendapatkan skor 2, dan pilihan STS mendapatkan skor 1.

Skala penyesalan pasca pembelian yang digunakan dalam penelitian ini

mengikuti model aitem aslinya dalam penelitian Lee dan Cotte (2009) yang berjudul

Post Purchase Consumer Regret: Conceptualization and Development of The PPCR

Scale yang berjumlah 16 aitem dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Tabel 1. Blueprint skala penyesalan pasca pembelian sebelum uji coba No. Komponen penyesalan pasca pembelian Favourable Jumlah

1. Disebabkan oleh alternatif lain yang tidak

terpilih (Regret due to foregone alternatives)

1, 5, 9, 13 4

2. Disebabkan oleh adanya perubahan dalam

signifikansi produk (Regret due to change in

significance)

(45)

3. Disebabkan oleh pertimbangan yang kurang

(Regret due to under consideration)

2, 6, 10, 14 4

4. Disebabkan oleh pertimbangan yang berlebihan

(Regret due to over consideration)

4, 8, 12, 16 4

Jumlah 16 16

2. Skala Pembelian Impulsif

Skala pembelian impulsif disusun berdasarkan elemen-elemen pembelian

impulsif (Rook dan Hoch, 1985; Dittmar, 2008; Herabadi, 2003) yang terdiri dari:

a. Keinginan untuk berperilaku yang tiba-tiba dan spontan yang dilakukan tanpa

perencanaan sebelumnya

b. Dorongan untuk membeli yang tiba-tiba yang menyebabkan konsumen berada

dalam keadaan psikologis yang disekuilibrium

c. Terjadi konflik psikologis atau perasaan bimbang antara keinginan dan

kebutuhan

d. Berkurangnya evaluasi kognitif terhadap atribut produk ketika konsumen

membeli secara impulsif

e. Tidak menghiraukan konsekuensi dari perilaku impulsif tersebut

f. Keterlibatan emosional dan psikologis individu yang tinggi, biasanya berupa

(46)

Skala ini menggunakan model Likert. Setiap elemen di atas akan diuraikan ke

dalam pernyataaan favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung).

Subjek penelitian diberikan lima pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai

(S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk pernyataan

favourable, pilihan SS mendapatkan skor 5, pilihan S mendapatkan skor 4, pilihan N

mendapatkan skor 3, pilihan TS mendapatkan skor 2, dan pilihan STS mendapatkan

skor 1. Untuk pernyataan unfavourable, pilihan SS mendapatkan skor 1, pilihan S

mendapatkan skor 2, pilihan N mendapatkan skor 3, pilihan TS mendapatkan skor 4,

dan pilihan STS mendapatkan skor 5.

Tabel 2. Blueprint skala pembelian impulsif sebelum uji coba

No. Elemen pembelian impulsif Favourable Unfavourable Jumlah

1. Keinginan untuk berperilaku

yang tiba-tiba dan spontan yang

dilakukan tanpa perencanaan

sebelumnya

7, 13 1, 19 4

2. Dorongan untuk membeli yang

tiba-tiba yang menyebabkan

konsumen berada dalam keadaan

psikologis yang disekuilibrium

8, 14 2, 24 4

3. Terjadi konflik psikologis atau

perasaan bimbang antara

(47)

keinginan dan kebutuhan

4. Berkurangnya evaluasi kognitif

terhadap atribut produk ketika

6. Keterlibatan emosional dan

psikologis individu yang tinggi,

biasanya berupa perasaan

euphoria dan senang

12, 18, 22 6, 27, 30 6

Jumlah 15 15 30

E. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Daya Beda Aitem 1. Uji Validitas

Validitas adalah apakah alat ukur benar-benar mengukur variabel yang ingin

diteliti (Myers & Hansen, 2007). Pengujian validitas dalam penelitian ini

menggunakan validitas isi (content validity). Jika suatu alat ukur memiliki validitas

isi yang tinggi, maka alat tersebut benar-benar mengukur variabel yang diteliti.

(48)

(Myers & Hansen, 2007). Dalam hal ini, peneliti meminta pendapat dari dosen

pembimbing.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berarti konsistensi dan tingkat kepercayaan (Myers & Hansen,

2007). Pada umumnya, reliabilitas dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai

minimal rxx’ = 0,900 (Azwar, 2010). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan pendekatan konsistensi internal yaitu Alpha Cronbach (Azwar, 2009)

3. Uji Daya Beda Aitem

Daya beda aitem akan diuji dengan menggunakan Pearson Product Moment.

Jika korelasi aitem total mencapai nilai minimal 0,3 maka daya beda aitem tersebut

dianggap memuaskan (Azwar, 2010).

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba terhadap kedua alat ukur penelitian dilaksanakan pada 23 Oktober

2013 sampai dengan 26 Oktober 2013. Uji coba dilakukan di Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan sampel yang sesuai dengan

karakteristik populasi penelitian. Uji coba alat ukur melibatkan 100 orang. Dari hasil

uji coba diperoleh 19 aitem untuk skala pembelian impulsif dan 16 aitem untuk skala

penyesalan pasca pembelian. Reliabilitas skala kecenderungan pembelian impulsif

adalah 0,914 dan reliabilitas skala penyesalan pasca pembelian adalah 0,882.

(49)

Tabel 3. Blueprint skala penyesalan pasca pembelian setelah uji coba No. Komponen penyesalan pasca pembelian Favourable Jumlah

1. Disebabkan oleh alternatif lain yang tidak

terpilih (Regret due to foregone alternatives)

1, 5, 9, 13 4

2. Disebabkan oleh adanya perubahan dalam

signifikansi produk (Regret due to change in

significance)

3, 7, 11, 15 4

3. Disebabkan oleh pertimbangan yang kurang

(Regret due to under consideration)

2, 6, 10, 14 4

4. Disebabkan oleh pertimbangan yang berlebihan

(Regret due to over consideration)

4, 8, 12, 16 4

Jumlah 16 16

Tabel 4. Blueprint skala pembelian impulsif setelah uji coba

No. Elemen pembelian impulsif Favourable Unfavourable Jumlah

1. Keinginan untuk berperilaku

yang tiba-tiba dan spontan yang

dilakukan tanpa perencanaan

sebelumnya

7, 13 1 3

2. Dorongan untuk membeli yang

tiba-tiba yang menyebabkan

(50)

konsumen berada dalam keadaan

psikologis yang disekuilibrium

3. Terjadi konflik psikologis atau

perasaan bimbang antara

keinginan dan kebutuhan

9, 20, 28 23 4

4. Berkurangnya evaluasi kognitif

terhadap atribut produk ketika

konsumen membeli secara

impulsif

10 25 2

5. Tidak menghiraukan

konsekuensi dari perilaku

impulsif tersebut

11, 29 26 3

6. Keterlibatan emosional dan

psikologis individu yang tinggi,

biasanya berupa perasaan

euphoria dan senang

12, 18, 22 30 4

(51)

Tabel 5. Blueprint skala pembelian impulsif setelah uji coba dan penomoran baru

No. Elemen pembelian impulsif Favourable Unfavourable Jumlah

1. Keinginan untuk berperilaku

yang tiba-tiba dan spontan yang

dilakukan tanpa perencanaan

sebelumnya

6, 11 1 3

2. Dorongan untuk membeli yang

tiba-tiba yang menyebabkan

konsumen berada dalam keadaan

psikologis yang disekuilibrium

7, 12 5 3

3. Terjadi konflik psikologis atau

perasaan bimbang antara

keinginan dan kebutuhan

8, 14, 18 9 4

4. Berkurangnya evaluasi kognitif

(52)

psikologis individu yang tinggi,

biasanya berupa perasaan

euphoria dan senang

Jumlah 13 6 19

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Pembuatan alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pembelian

impulsif dan skala penyesalan pasca pembelian. Skala pembelian impulsif

terdiri dari 30 aitem yang disusun berdasarkan elemen-elemen pembelian

impulsif (Rook dan Hoch, 1985; Dittmar, 2008; Herabadi, 2003). Sedangkan

skala penyesalan pasca pembelian disusun berdasarkan komponen penyesalan

pasca pembelian yang dikemukakan oleh Lee dan Cotte (2009) yang

diadaptasi dan diterjemahkan oleh peneliti. Kedua skala ini memiliki 5

alternatif jawaban dari sangat sesuai, sesuai, netral, tidak sesuai, dan sangat

(53)

b. Uji coba alat ukur

Uji coba terhadap kedua alat ukur penelitian dilaksanakan pada 23 Oktober

2013 sampai dengan 26 Oktober 2013. Uji coba dilakukan di Fakultas

Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan sampel yang

sesuai dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba alat ukur melibatkan

100 orang. Skala yang telah dicetak dalam bentuk buku dibagikan kepada

sampel penelitian, kemudian setelah individu selesai mengisi, maka skala

dikumpulkan kembali dan individu yang telah berpartisipasi diberikan hadiah

berupa pulpen. Skala kemudian diskoring dan data yang diperoleh diolah

untuk melihat daya diskriminasi aitem dan reliabilitas alat ukur.

c. Revisi alat ukur

Setelah dilakukan uji statistik terhadap aitem-aitem yang diperoleh pada uji

coba penelitan, maka dilakukan beberapa revisi terhadap alat ukur. Dari

analisa daya diskriminasi aitem, aitem yang memiliki daya diskriminasi

rendah (< 0,3) dikeluarkan dari skala. Aitem yang memiliki daya diskriminasi

baik kemudian disusun menjadi skala yang digunakan untuk mengambil data

penelitian. Dari hasil analisa daya diskriminasi aitem diperoleh 19 aitem

untuk skala pembelian impulsif dan 16 aitem untuk skala penyesalan pasca

pembelian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diujicobakan dan direvisi, maka dilaksanakan pengambilan

(54)

teknik purposive sampling. Peneliti memberikan skala langsung kepada subjek

penelitian yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Pelaksanaan penelitian

dilakukan pada 21 November 2013 sampai dengan 28 November 2013. Penelitian

dilakukan dengan membagikan skala kepada 200 orang individu tetapi jumlah skala

yang terkumpul hanya 180 buah. Peneliti mengambil 138 subjek sebagai sampel

untuk dianalisa sebagai data penelitian, sedangkan 42 subjek lainnya tidak diambil

dikarenakan tidak memenuhi karakteristik penelitian.

3. Pengolahan Data

Setelah diperoleh data dari skala pembelian impulsif dan skala penyesalan

pasca pembelian pada masing-masing sampel, maka dilakukanlah pengolahan data.

H. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan untuk melihat hubungan positif antara

kecenderungan pembelian impulsif dan penyesalan pasca pembelian adalah dengan

menggunakan analisa regresi linear sederhana dengan taraf signifikansi 5% dan uji

satu arah.

Sebelum melakukan analisa data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang

meliputi:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua

variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

(55)

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pembelian impulsif

berkorelasi secara linear terhadap data variabel penyesalan pasca pembelian

menggunakan test for linearity. Kedua variabel berhubungan secara linear jika nilai p

(56)

dengan data yang diperoleh. Pembahasan diawali dengan memberikan gambaran

umum subjek penelitian, hasil utama dan hasil tambahan yang turut memperkaya

hasiil penelitian yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 198 orang yang berjenis kelamin

wanita. Berdasarkan data yang diperoleh, berikut akan dipaparkan data subjek

penelitian berdasarkan pekerjaan, dan jenis barang yang paling sering dibeli.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan subjek penelitian, maka diperoleh gambaran

penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 6.

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (N) Persentase (%)

Guru Les 26 18,8

Ibu Rumah Tangga 19 13,8

Karyawan Swasta 80 58,0

Wiraswasta 13 9,4

(57)

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Barang yang Paling Sering Dibeli

Berdasarkan jenis barang yang paling sering dibeli subjek penelitian, maka

diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 7.

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Barang yang Paling Sering Dibeli

Jenis Barang Jumlah (N) Persentase (%)

Aksesoris 16 11,6

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Sarana dalam Membeli Barang

Berdasarkan sarana yang digunakan subjek penelitian dalam membeli barang,

maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 8.

Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Sarana dalam Membeli Barang

Jenis Barang Jumlah (N) Persentase (%)

Offline 107 77,54

Online 31 22,46

Total 138 100%

4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kondisi saat Membeli Barang

Berdasarkan kondisi subjek penelitian saat membeli barang, maka diperoleh

(58)

Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Kondisi saat Membeli Barang

Jenis Barang Jumlah (N) Persentase (%)

Sendiri 60 43,48

Bersama teman 45 32,61

Bersama keluarga 33 23,91

Total 138 100%

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi

Uji asumsi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum peneliti melakukan

analisa data. Uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang diperoleh

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika p > 0,05 (Field, 2009).

(59)

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized

Residual

N 138

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .99634368

Most Extreme Differences Absolute .080

Positive .080

Negative -.038

Kolmogorov-Smirnov Z .939

Asymp. Sig. (2-tailed) .341

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari hasil analisa pada tabel 10, didapatkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar

0,341 > 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data penelitian telah

terdistribusi secara normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel pembelian

impulsif berkorelasi secara linear terhadap data variabel penyesalan pasca pembelian.

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity yang dapat dilihat

(60)

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas

Deviation from Linearity 1559.123 50 31.182 1.065 .393

Within Groups 2518.400 86 29.284

Total 5884.819 137

Dari hasil analisa pada tabel 11, didapatkan nilai signifikansi pada kolom

linearity sebesar 0,000 < 0,05 dan pada kolom deviation from linearity sebesar 0,393 >

0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pembelian impulsif memiliki hubungan

linear dengan variabel penyesalan pasca pembelian.

2. Hasil Uji Hipotesa Penelitian

Setelah dilakukan uji asumsi, maka data dianalisa untuk menguji hipotesa

penelitian. Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh positif antara

pembelian impulsif terhadap penyesalan pasca pembelian.” Metode yang digunakan

untuk menguji hipotesa dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

Gambar

Tabel 1. Blueprint skala penyesalan pasca pembelian sebelum uji coba
Tabel 2. Blueprint skala pembelian impulsif sebelum uji coba
Tabel 4. Blueprint skala pembelian impulsif setelah uji coba
Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara keterlibatan fashion , emosi positif, kecenderungan konsumsi hedonik terhadap pembelian impulsif..

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh fashion involvement , emosi positif dan hedonic consumption tendency terhadap pembelian impulsif produk fashion di

PENGARUH FASHION INVOLVEMENT, EMOSI POSITIF DAN HEDONIC CONSUMPTION TENDENCY TERHADAP PEMBELIAN. IMPULSIF DI

Pada penelitian yang dilakukan oleh Iskandar dan Zulkarnain (2013) mengenai penyesalan pasca pembelian ditinjau dari big five personality, didapatkan hasil bahwa kelima tipe

penyesalan pasca pembelian dengan intensi membeli kembali melalui media. internet

Judul Skripsi : Pengaruh Respon Emosional Positif Konsumen Pada Perilaku Pembelian Impulsif Yang Dimoderasi Karakteristik Situasional (Studi Pada Konsumen Super

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif gaya hidup hedonis terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Jurusan PPB Angkatan

H1 : Penggunaan E-Wallet berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian impulsif Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Pembelian Impulsif Literasi keuangan menjadi kebutuhan