• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Hukum Internasional 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Review Hukum Internasional 1"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Review Hukum Internasional 1 A. Rival Norman Syah Introduction, History & Theory. 1244010004

(2)

pandangan terhadap sebuah hukum internasional universal yang harus ditaati oleh seluruh anggota PBB dalam Piagam PBB dan Friendly Relations Declaration pada tahun 1970.

(3)

yang lebih kuat maka ini tidak akan berarti apa-apa bagi negara yang ingin melakukan bentuk self-help ini. Terlebih lagi jika mengandalkan bantuan dari lembaga misalkan PBB pun tidak akan berhasil jika ternyata negara yang melanggar tersebut memiliki hak khusus yaitu hak veto. Tetapi setidaknya masih ada cara dalam hukum internasional untuk mengakomodasi negara kecil yang dilanggar yaitu dengan menggalang bantuan dukungan dari komunitas internasional.

Terdapat sebuah perdebatan diantara kaum realis yang meragukan apakah hukum internasional ini dapat disebut sebagai sebuah “hukum” dengan menyadari berbagai kelemahannya seperti tidak adanya lembaga supranasional yang dapat mengatur atau bahkan merumuskan hukum internasional, terbatasnya gerak untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di dunia ini karena hal politik dan kepentingan-kepentingan kelompok tertentu. Yang harus benar-benar dipahami mengenai konsep hukum internasional ini adalah yang pertama konsep hukum itu sendiri berkaitan dengan beragamnya definisi dan bentuk hukum yang beragam pula di seluruh dunia. Misalkan hukum Anglo-Saxon yang pernah diberlakukan di Inggris. Kemudian ada juga hukum Islam dimana applicable secara universal dengan artian tidak mengenal society, tidak mengenal boundaries, dan religion. Dan hukum adat yang dapat ditemukan di Asia maupun di Afrika. Yang kedua adalah fungsi hukum sebagai sebuah aturan yang mengikat subyeknya untuk menaati aturan tersebut. Sebuah sistem hukum yang horizontal akan menghasilkan hasil yang berbeda jika dibandingkan dengan sistem hukum yang terpusat. Karena menyadari keadaan komunitas internasional yang mempunyai karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan sistem hukum nasional. Sehingga menyelesaikan masalah dengan sebuah konsensus dibandingkan hanya sebuah perintah adalah opsi yang paling baik untuk diterapkan dalam masa yang sekarang ini. Hukum pun akan mempunyai bentuk yang berbeda di masa yang berbeda, itu adalah suatu hal yang mesti dipikirkan. Jikalau hukum internasional pada sekarang ini hanya dikategorikan sebagai sebuah aturan moral belaka bukanlah menjadi sebuah kelemahan karena pada suatu saat hukum internasional akan terus bergerak secara dinamis dan menemukan bentuknya di suatu saat menyesuaikan dengan kondisi di masanya. Ruang lingkup hukum internasional dari masa ke masa semakin mengalami perluasan dikarekan faktor perkembangan teknologi dan isu lingkungan hisup yang semakin meningkat urgensinya dari tahun ke tahun. Dalam perkembangannya ruang lingkup hukum internasional mencakupi di banyak bidang termasuk komunikasi, perdagangan internasional, ekonomi dan keuangan, lingkungan hidup dan pembangunan, atau bahkan pergerakan pengungsi pencari suaka.

(4)

yang secara langsung ikut menjadi aktor dalam hukum internasional. Kemudian terjadi kembali perang dunia yang kedua sehingga dihapuskannya LBB dan digantikannya oleh PBB dimana pada masa itu juga terjadi dekolonisasian yang besar sehingga memunculkan banyak negara-negara baru yang merdeka. Pada masa itu terjadi perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dimana terjadi perpecahan kelompok barat dan timur sehingga menambah skup hukum internasional menjadi semakin luas. Setelah kekalahan Uni Soviet pun dengan diagendakannya gagasan dunia baru maka hukum internasional pun terus bergerak dinamis untuk menemukan bentuknya sesuai dengan era pada masa itu.

Ada dua pemikiran yang mendasari perkembangan hukum internasional dari dulu sejak sekarang, yaitu: naturalis dan positivis. Hugo Grotius (1583-1645) adalah seorang naturalis ternama asal Belanda yang sering disebut sebagai Bapak Hukum Internasional Moderen. Pemikiran naturalis mempercayai jika pada dasarnya semua prinsip hukum (baik nasional maupun internasional) diperoleh bukan dari kesadaran pilihan ataupun keputusan yang dibuat oleh manusia. Tetapi prinsip-prinsip keadilan yang mempunyai validitas yang abadi dan universal yang hanya didapatkan dengan alasan yang murni. Hukum tidak dapat diciptakan, hanya ditemukan. Prinsip dasar-dasar tersebut dinamakan hukum alam. Pada dasarnya hukum alam ini dinilai sebagai sebuah hasil ciptaan Tuhan tetapi menurut Grotius hukum alam pun masih akan tetap ada jikalau Tuhan itu tidak ada. Karena ini adalah sebuah konsekuensi otomatis menyadari bahwa fakta manusia itu hidup bersama dan demi terpeliharanya umat manusia maka hukum alam ini ada. Sebagai contoh dalam masalah pembunuhan, diluar hukum apapun yang mengaturnya, setiap orang yang berakal akan sadar jika pembunuhan ini bertolak belakang dengan tujuan terpeliharanya umat manusia. Di abad ke-16 dan ke-17 teori secara universal memang diterima, dan berfungsi dengan baik dalam mendorong terciptanya keadilan pada masa jatuhnya sistem feudal dan mengurangi pergesekan yang terjadi antara protestan dan katolik di Eropa. Kemudian setelah Grotius meninggal dunia, pemikiran kaum naturalis ikut merosot. Orang-orang mulai beranggapan jika hukum adalah sesuatu yang positif di tahun 1700-an . Jika hukum adalah ciptaan manusia dan secara konsekuen orang-orang menyadari perbedaan antara hukum dan keadilan. Hukum akan dapat bervariasi bentuknya dari waktu ke waktu tergantung oleh perumus hukumnya (legislator). Aliran pemikiran ini disebut dengan positivism dimana jika diterapkan terhadap hukum internasional yang menilai perilaku negara yang aktual sebagai dasar hukum internasional. Pemikir positivis yang terkenal adalah orang Belanda juga yaitu Cornelis van Bynkershoek (1673-1743). Pemikiran positivis ini sebenarnya sudah ada sejak abad ke-18 tetapi baru diterima dan diterapkan di awal abad ke-19. Sebuah usaha untuk mengkombinasikan antara pemikiran naturalis dan positivis pernah dilakukan oleh Emerich von Vattel (1714-1767). Setelah Vattel berusaha mengkombinasikan dua hal tersebut, ada satu konsep yang disebutkan olehnya yaitu mengenai kedaulatan. Kedaulatan menjadi perdebatan mengenai posisinya dalam hukum internasional. Negara yang memiliki kedaulatan berarti menmpunyai supreme power baik ke dalam (internal sovereignty) dan ke luar (external sovereignty). Kedaulatan berarti independens yang bermakna tidak ada kebergantungan terhadap negara lain. Sehingga menyebabkan kehorizontalan karakteristik hukum internasional. Bagaimanapun juga perdebatan mengenai hukum internasional akan terus berlanjut dari masa ke masa.

Referensi:

Referensi

Dokumen terkait

Wewenang Dewan Keamanan dalam mencapai tujuan utama, khususnya dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional dilakukan dengan dua cara, yaitu

Oleh karenanya, setiap draft resolusi yang di usulkan oleh negara anggota Dewan Keamanan PBB terkait konflik Israel-Palestina, terutama di jalur Gaza, hanya berakhir menjadi

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Dewan Keamanan PBB berperan dalam penegakan perdamaian bagi negara-negara, terutama yang terlibat perang serta dalam hal penggunaan

Dewan Keamanan (DK) PBB terdiri atas 15 negara anggota yang terdiri atas lima negara anggota tetap, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina, dan Rusia serta 10 negara anggota

4 Mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang komposisi, tugas dan wewenang serta peran Dewan Keamanan dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional secara umum..

Oleh karenanya, setiap draft resolusi yang di usulkan oleh negara anggota Dewan Keamanan PBB terkait konflik Israel-Palestina, terutama di jalur Gaza, hanya berakhir menjadi

Mengenai Subyek yang berperkara di Mahkamah yakni hanya negara berdasarkan pasal 34 Statuta, hal ini relevan dengan Suriah sendiri merupakan negara anggota PBB dan

Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Security Council resolution) adalah resolusi PBB yang ditetapkan lewat pemungutan suara oleh lima