ABSTRAK
PEMBELAJARAN MENULIS PUISI
PADA SISWA KELAS VIII PGRI PEJAMBON NEGERI KATON PESAWARAN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh MUHAFIDIN
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII SMP PGRI Pejambon Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP PGRI Pejambon Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran antara guru bidang studi bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII A SMP PGRI Pejambon Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik observasi, wawacara dan dokumentasi mengenai foto, data dan vidio yang dapat memperkuat hasil penelitian. Teknik analisis data mengamati dengan sesakma aktivitas guru dan akivitas siswa dan mendeskripsikannya.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Ruang lingkup Penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran... 7
2.2 Tujuan Pembelajaran ... 8
2.3 Strategi Pembelajaran ... 14
2.3.1 Media dalam Pembelajaran ... 18
2.3.1.1 Pengertian Media ... 18
2.3.1.2 Fungsi Media Pembelajaran ... 19
2.4 Aktivitas Belajar Siswa dan Peranan Guru ... 21
2.4.1 Aktivitas Siswa ... 22
2.4.2 Peranan dan Tugas Guru ... 23
2.5 Evaluasi Pembelajaran ... 25
2.6 Pengertian Menulis ... 27
2.6.1 Tujuan Menulis ... 29
2.7 Pengertian Puisi ... 30
2.8 Hakikat Puisi ... 31
2.9 Pembelajaran Apresiasi Sastra ... 34
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 36
3.2 Sumber Data ... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 44
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 44
4.1.1.1 Hasil Aktivitas Guru ... 45
4.1.1.2 Hasil Aktivitas Siswa ... 68
4.2 Pembahasan ... 72
4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 72
4.2.1.1 Aktivitas Guru ... 73
4.2.1.2 Aktivitas Siswa ... 81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 84
5.2 Saran ... 85
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa
dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,
melainkan juga mengarahkan, dan memberikan fasilitas belajar (directing and
facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran
mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemahiran berbahasa siswa.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan
belajar sastra adalah menghargai manusia dan kemanusiaanya.
Di sekolah siswa diarahkan untuk dapat berkomunikasi seacara baik dan benar,
berlangsung dalam bentuk berpidato, berpantun, berdiskusi, seminar, seni drama,
bercerita, berpuisi, dan wawancara. Sedangkan keterampilan berbahasa secara
tertulis banyak macamnya salah satunya yaitu keterampilan menulis puisi yang
merupakan bentuk tulisan bersifat sastra.
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik adalah
menulis. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
keseluruhan proses kegiatan belajar mengajar bidang studi bahasa dan sastra
Indonesia. Dengan menulis, peserta didik diharapkan dapat menuangkan ide,
pikiran, dan perasaannya ke dalam bahasa tulis, baik yang berkaitan dengan
kebahasaan maupun kesastraan.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
menyampaikan isi hati dan pedapat secara teratur dan menarik kepada pembaca.
Menulis juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan
menguasai keterampilan ini, seorang penulis dapat menuangkan gagasan lewat
kegiatan menulis dan pembaca menampung gagasan itu dengan cara membaca.
Dengan demikian, kemampuan menulis merupakan suatu keterampilan yang harus
dimiliki oleh setiap orang.
Menulis puisi merupakan bagian dari pembelajaran menulis yang diajarkan di
sekolah, baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Yang menjadi
permasalahan di lapangan, pembelajaran menulis puisi seringkali menjadi hal
yang menakutkan bagi peserta didik. Dan bukan rahasia lagi bila masih banyak
3
’puisi’. Peserta didik menganggap bahwa puisi merupakan sesuatu yang sulit
dipelajari. Hal ini berdampak pula pada kegiatan menulis puisi yang dianggap
sebagai kegiatan yang sulit, membosankan, serta menyita banyak waktu. Pada saat
pembelajaran menulis puisi peserta didik merasa dihadapkan pada sebuah
pekerjaan berat yang sering menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu karena
merasa tidak berbakat. Peserta didik seringkali membutuhkan waktu lama ketika
ditugasi untuk menulis sebuah puisi. Ini terjadi karena kemampuan peserta didik
dalam menggali imajinasi masih sangat terbatas.
Kegiatan menulis yang dibelajarkan di SMP banyak sekali bentuknya. Salah
satunya adalah keterampilan menulis puisi yang dibelajarkan pada kelas VIII.
Dalam silabus hal tersebut tercantum dalam Kompetensi Dasar (KD) menulis
puisi berkenaan dengan keindahan alam dengan indikator : 1. Siswa mampu
menulis larik-larik puisi yang berisi keindahan alam, 2. Mampu menulis puisi
dengan pilihan kata yang tepat, gaya bahasa, dan rima yang menarik.
Untuk dapat menulis sebuah puisi diperlukan kreativitas siswa dalam mengolah
ide dan merangkaikan kata-kata sehingga menjadi sebuah puisi yang indah dan
menarik. Siswa diperlukan pengetahuan tentang materi menulis puisi serta
bimbingan dan pengalaman dalam menulis puisi.
Dalam kegiatan menulis, siswa sering kali mengalami kesulitan selama
pembelajaran. Diantaranya yaitu siswa belum mampu menulis puisi dengan baik
disebabkan kurangnya rasa percaya diri siswa ketika ingin mengungkapkan
keraguan siswa dalam memilih kata (diksi), rima, gaya bahasa, dan kesesuaian
antara tema atau topik.
Mengenai pembelajaran menulis puisi peneliti akan mengacu pada teori belajar,
apa yang dibelajarkan ketika menulis puisi berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, strategi yang digunakan, metode yang dipilih, ketepatan media
yang digunakan, kegiatan belajar mengajar yang berdasarkan dengan Rencaana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan evaluasi yang dilakukan oleh pengajar.
Berdasarkan pengamatan penulis, masih terdapat masalah-masalah yang muncul
tentang pembelajaran menulis puisi. Masalah-masalah yang ditemui diantaranya
kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi dan pada proses pembelajaran
menulis puisi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
mengenai Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP PGRI Pejambon
Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. Yang difokuskan
pada prose pelaksanaan pembelajaran yakni penulis ingin mengetahui sejauh
mana proses pelaksanaan pembelajaran menulis puisi itu sendiri, mulai dari
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dilakukan oleh guru.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh siswa yaitu aktivitas menyimak,
5
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah yaitu
bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII SMP
PGRI Pejambon Negerikaton kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013?
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran
menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP PGRI Pejambon Negerikaton Kabupaten
Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran
tersebut yaitu pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis maupun praktis.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat secara Teotiris
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori yang berkaitan dengan
keterampilan menulis khususnya menulis puisi. Contohnya menulis puisi dapat
terasa lebih menarik dan merangsang minat siswa jika memanfaatkan media
pembelajaarn yang sesuai.
1.4.2 Manfaat secara Praktis
a. Penulis, sebagai salah satu bahan acuan untuk memberikan materi pelajaran
b. Guru mata pelajaran bahasa Indonesiaa di SMP PGRI Pejambon, memberi
informasi atau gambaran tentang pembelajaran menulis puisi.
c. Pembaca, menambah pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran
menulis puisi.
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut :
a. Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi.
b. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP PGRI
Pejambon tahun pelajaran 2012/2013.
c. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi
dengan memperhatikan aturan dan syarat-syarat penulisan puisi.
d. Lokasi penelitian dilakukan di SMP PGRI Pejambon yang berada di Desa
Pejambon Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Yang menjadi kunci dalam rangka
menentukan dan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan
guru itu sendiri. Beradasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak
dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi (Hamalik, 2005: 76).
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran ialah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Kemudian Dimyati dalam Mudjiono (2000: 297) menyatakan bahwa
pembelajaran ialah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Uno Hamzah (2006:2) menyatakan bahwa pembelajaran memiliki
hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Proses pembelajaran di sekolah juga merupakan proses pembudayaan yang formal
dalam penyampaian suatu informasi baik dari guru kepada siswa ataupun siswa
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,
motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan
lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi
indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
ialah proses komunikasi dua arah, yang dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, secara
terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif
serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Hasil dari pembelajaran yaitu adanya ketercapaian kompetensi dasar atau
kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pengalaman belajar. Hasil
belajar ini berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan tingkah laku,
pengetahuan maupun keterampilan siswa.
2.2 Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan pengupayaan ini
akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan
efisien. Setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi
pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan
memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan
9
Adapun tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari
taksonomi. Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) dalam (Uno: 2008)
memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan.
1. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran
berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini
terdiri atas 6 (enam) tingkatan secara hierarkis berurut dari yang paling
rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan disini diartikan kemampuan seseorang dalam menghafal atau
mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah
diterimanya.
b. Tingkat Pemahaman
Pemahaman di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya
sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
c. Tingkat Penerapan (Application)
Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan
pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
e. Tingkat Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan sesuatu ke dalam
unsur-unsur atau bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu menjelaskan hubungan
antarunsur atau antarbagian tersebut (Sanusi, 1996: 5)
f. Tingkat Sintesis (Synthesis)
Sintesis di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
g. Tingkat Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi di sini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan
atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang
dimilikinya.
Di samping kawasan kognitif sebagaimana disebutkan di atas, biasanya dalam
suatu perencanaan pengajaran ada mata pelajaran tertentu memiliki tuntutan
untuk kerja yang dinilai adalah kawasan afektif dan psikomotor. Kedua
kawasan tersebut dijelaskan berikut ini.
h. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)
Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
11
Tingkatan afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks
adalah sebagai berikut.
a. Kemauan Menerima
Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu
gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku,
mendengar musik, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras
berbeda.
b. Kemauan Menanggapi
Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk partisipasi
aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur,
menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di
laboratorium atau menolong orang lain
c. Berkeyakinan
Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu
pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu,
apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan
(komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
d. Penerapan Karya
Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem
nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih
tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan
memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau
menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan suatu permasalahan.
e. Ketekunan dan Ketelitian.
Ini adalah tingkatan afeksi yang tertinggi. Pada taraf ini individu yang
sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai
dengan sistem nilai yang dipegangnya. Seperti bersikap objektif terhadap
segala hal.
i. Kawasan Psikomotor
Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) yang bersifat manual motorik. Sebagaimana kedua domain yang
lain, domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan. Urutan tingkatan dari
yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah:
a. Persepsi
Persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan
kegiatan. Seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang
sumbang, atau menghubungkan suara musik dengan tarian tertentu.
b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan
Kesiapan berkenaan dengan kegiatan melakukan sesuatu kegiatan
(set). Termasuk di dalamnya mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), atau emotional set (kesiapan emosi) untuk melakukan suatu tindakan.
c. Mekanisme
Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah
13
menunjukkan kepada suatu kemahiran. Seperti menulis halus, menari,
atau menata laboratorium.
d. Respons Terbimbing
Respons terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti,
mengulagi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang
lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and error).
e. Kemahiran
Kemahiran adalah penampilan gerakan motorik dengan keterampilan
penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil
yang baik, namun menggunakan sedikit tenaga. Seperti keterampilan
menyetir kendaraan bermotor.
f. Adaptasi
Adaptasi berkenaan dengan keterampilan yang sudah berkembang
pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi
(membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan
kondisi tertentu. Hal ini terlihat seperti pada orang yang bermain terus,
pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan
permainan lawan.
g. Originasi
Originasi menunjukkan kepada pola gerakan baru untuk disesuaikan
dengan situasi atau masalah tertentu. Biasanya hal ini dapat dilakukan
menciptakan mode pakaian, komposisi musik, atau menciptakan
tarian.
Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Setiap
saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun
tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar mengajar itu akan
diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau dengan
istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang
optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta
terorganisasi secara baik (Sadirman, 2008: 19).
2.3 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang
terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegitan
pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan
penilaian (asesmen) agar dengan tujuan pembelajaran pada hakikatnya terkait
dengan perencanaan atau kebijakan yang dirancang di dalam mengelola
pembelajaran utuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Wiranata Putra dalam Mulyasa (2011: 6) menyatakan bahwa strategi
pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara
guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran
15
pembelajaran. Suliani (2011:13) menyatakan bahwa Strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode untuk melaksanakan
pembelajaran. Untuk mencapai hasil pembelajaran sesuai yang diinginkan oleh
guru tentunya guru menggunakan metode sesuai materi pembelajaran.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatannya agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Keberhasilan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran sangat
bergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu
strategi pembelajaran dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran. Jenis-jenis metode di dalam Suliani (2011:13) memiliki empat
belas jenis metode yang meliputi; a) metode ceramah, b) metode demonstrasi, c)
metode diskusi, d) metode simulasi, e) metode tugas dan resitasi, d) metode tanya
jawab, f) metode kerja kelompok, g) metode problem solving, h) sistem regu, i)
metode karyawisata, j) ekspositori, k) metode inkuiri, dan l) metode kontenkstual.
Dari empat belas jenis metode tersebut merupakan metode yang berguna untuk
menunjang ketercapaian suatu pembelajaran bergantung dengan kesesuaian
materi yang akan diterapakan.
Pada pembelajaran menulis puisi yang diteliti pada skripsi ini, metode yang
digunakan pada saat pelaksanaan dan yang dicantumkan pada RPP meliputi;
metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi dan metode penugasan atau
dapat disebut pula metode tugas dan resitasi. Berikut penjelasan lebih rinci
a) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
senantiasa bagus bila penggunanya betul-betul disiapkan dengan baik,
didukung dengan alat dan media serta memperhatikan batas-batas
kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Walaupun
metode ceramah merupakan metode yang tepat dan baik digunakan dalam
pembelajaran di sekolah namun pasti ada saja kekurangan serta kelebihan
yang dimiliki oleh metode ceramah tersebut sebagai sebuah karakteristik dari
metode ceramah itu sendiri. Kelebihan yang ada pada metode ceramah ialah
ceramah merupakan metode yang murah danmudah dilakukan, ceramah
menyajikan materi pelajaran yang luas, ceramah dapat memberikan
pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, dan organisasi kelas dengan menggukan
ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.
Sedangkan, yang merupakan kekurang dari penggunaan metode ceramah ialah
materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah terbatas pada apa
yang dikuasai guru, ceramah apabila tidak menggunaan peragaan akan
terjadinya verbalisme, dan ceramah sangat sulit mengetahui apakah seluruh
siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.
b) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah meungkinkan yang memungkinkan terjadinya
17
komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara
guru.
c) Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan
suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, meambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta membuat suatu keputusan. Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menetukan kepetusan tertentu secara
bersma-sama.
Metode diskusi ini pula memiliki kelebihan serta kelemahan, kelebihan dari
metode diskusi ini ialah metode disikusi dapat merangsang siswa untuk lebih
kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide, dapat melatih
untuk mengimplementasikan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
masalah, dan dapat melatih siswa mengemukakan pendapat atau gagasan
secara verbal. Adapun kekuranga dari penggunaan metode diskusi ini ialah
sering terjadi pembicaraan yang dikuasai dua atau tiga orang siswa yang
memilki keterampilan berbicara, kadang-kadang pembahasan dala diskusi
meluas, memerlukan waktu yang cukup panjang, dan sering terjadi perbedaan
pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.
d) Metode Tugas dan Resitasi
Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah tetapi lebih luas
individu atau kelompok. tugas dan resitasi bisa dilaksanakan dirumah,
disekolah atau ditempat lainnya
2.3.1 Media dalam Pembelajaran
Media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu kenyataan
yang tidak dapat dipungkiri. Guru perlu mengetahui, apakah suatu bahan ajar
atau materi pelajaran membutuhkan atau tidak membutuhkan media untuk
mempermudah dan memperlancar penyerapan dalam pembelajaran. Di
samping itu, proses pembelajaran dinilai membutuhkan media tersebut agar
penyampain materi lebih menarik.
2.3.1.1 Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin mediusyang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟.pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal (Azhar, 2007:3).
Media pembelajaran merupakan media yang mengandung pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan insruksional atau mengandung maksud-maksud
pengajaran. Media pembelajaran bertujuan untuk menyampaikan materi
kepada siswa dengan maksud siswa dapat lebih mengerti atas materi yang
diberikan melalui media.
Pemakaian media pmbelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
19
2.3.1.2 Fungsi Media Pembelajaran
Sebagai suatu alat bantu dalam proses pembelajaran, media mempunyai
beberapa fungsi. Menurut Nana Sudjana dalam Syaiful Bahri dan Aswan Zain
(2010: 134) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori,
sebagai berikut:
1. Pengunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk
mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari
keselurujan situasi mengajar.
3. Media pengajaran dalam pengjaran, pengunaannya integral dengan tujuan
dan isi pelajaran.
4. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan,
dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya
lebih menarik perhatian siswa.
5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam
menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.
6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi
mutu belajar mengajar.
Levie & Lentz, menyatakan bahwa media pembelajaran memiliki empat fungsi,
yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkatan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Fungsi kognitif media visual terlihat
fari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingatkan
informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar untuk memahami dan
mengingatkan informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
Fungsi kompensatoris membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata
lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah
dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks
atau disajikan secara verbal (Azhar, 2007: 17).
Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006: 124-126 ) macam-macam media
pembelajaran yaitu:
a. Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam: media auditif, media visual,
media audiovisual.
b. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam : media dengan daya liput luas
dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat,
media untuk pengajaran individual.
c. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam: media sederhana dan
21
Iskandar Agung (2010: 62-63) menjelaskan sejumlah langkah atau tindakan yang
dapat dilaksanakan oleh guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran
yaitu:
a. Mengkaji bentuk-bentuk media pembelajaran
b. Mengkaji segenap hal terkait dengan penggunaan media pembelajaran.
c. Merancang dan membahas penggunaan media pembelajaran.
d. Mencari bantuan ahli.
e. Menyusun rencana kerja.
2.4 Aktivitas Belajar Siswa dan Peranan Guru
Manusia pada hakikatnya memiliki aktivitas karena adanya tunjangan potensi
pada diri. Tanpa adanya aktvitas maka seseorang akan merasa bosan dengan
kehidupannya. Aktivitas yang padat terkadang tak memandang siapapun, baik
orang yang pengangguran, orang yang bekerja, ataupun siswa. Siswa memiiki
aktivitas yang padat di sekolah. Tanpa adanya aktivitas maka tidak ada kegiatan
belajar di sekolah.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Sardiman (2011: 96) tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas. Karena aktivitas merupakan prinsip atau asas yang
sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Berikut akan dijelaskan
aktivitas dalam pembelajaran yang dilakukan oleh siswa/anak didik dan tugas
2.4.1 Aktivitas Siswa
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai
objek dari kegiatan-kegiatan pengajaran. Karena itu, inti prose pengajaran
adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan. Jika tidak ada
siswa atau peserta didik maka pengajaran tidak dapat berlangsung. Dalam
pengajarannya siswa melakukan berbagai aktivitas yang dilakukannya. Banyak
jenis aktivitas yang dapat dilakukan oles siswa selama proses pembelajaran.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang
lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman
(2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang
antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.
1. Visual Activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain;
2. Oral Activities, seperti; menyatakan, merumuskan, bbertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi;
3. Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan; uraian, percakapan diskusi, musik, pidato;
4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin;
23
6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain; melakukan percobaan, melakukan konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak;
7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya; menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil
keputusan;
8. Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
2.4.2 Peranan dan Tugas Guru
Sardiman (2008: 144-146) secara singkat menjelaskan peranan guru dalam
kegiatan belajar-mengajar, yaitu (1) Informator, (2) Organisator, (3) Motivator,
(4) Pengaruh/direktor, (5) Inisiator, (6) Transmitter, (7) Fasilitator, (8)
Mediator, dan (9) Evaluator. Berikut adalah penjelasan mengenai peranan guru
dalam kegiatan belajar mengajar.
1) Informator
Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan
sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dalam pada itu berlaku
teori komunikasi
a. teoristimulus-respon;
2) Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop,
jadwal pelajaran, daln lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga
dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
3) Motivator
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru
harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar
mengajar.
4) Pengaruh/direktor
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam
hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Guru harus juga“handayani”.
5) Inisiator
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah
barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh
anak didiknya.
6) Transmitter
Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar
25
7) Fasilitator
Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau
kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan
suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan
siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif.
8) Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan
belajar siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara
memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.
9) Evaluator
Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator guru mempunyai otoritas
untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah
laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil
atau tidak.
2.5 Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi dilalukan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, utuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi
tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar
tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses, ditambah oleh evaluasi
yang bermutu dan diskriminatif akan mengena pada semua aspek belajar.
Evaluasi merupakan bagian mutlak dan pengajaran, dan sebagai unsur integral di
dalam organisasi belajar yang wajar. Evaluasi sebagai alat suatu alat untuk
memberi laporan tentang siswa itu sendiri, serta orang tuanya. ( Slameto 2010:
51).
Munthe (2009), menyatakan bahwa melakukan evaluasi pembelajaran memiliki
banyak fungsi. Di samping fungsi selektif dan penempatan, evaluasi berfungsi
lain. Pertama, diagnostis dan remidial, yaitu hasil penilaian digunakan untuk
mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa, kesulitan-kesulitan siswa, dan
sebab musabab kelemahan dan kelebihan siswa, sehingga lebih mudah dicari
jalan pemecahannya.
Sebelum dilakukan remidial, seharusnya dilakukan assessment diagnostik. Kedua, evaluasi berfungsi sebagai pengukur peningkatan keberhasilan, yaitu
untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program yang telah dilaksanakan,
dan sekaligus mencari dasar bagi perbaikan kurikulum dan program pendidikan.
Ketiga, evaluasi berfungsi sebagai pendorong/motivator belajar siswa. Keempat,
evaluasi berfungsi untuk menentukan tingkat penguasaan kecakapan,
pengetahuan, dan sikap siswa, dan meranking siswa berkaitan dengan
keseluruhan kelas. Kelima, evaluasi dapat digunakan untuk menilai kualitas
pengajaran dan menilai efektivitas mata pelajaran.
Pengembangan alat evaluasi menurut Iskandar Agung (2010: 65) yaitu:
1. Mengidentifikasikan jenis atau bentuk tes sebagai alat evaluasi hasil
belajar siswa atau peserta didik serta kaidah-kaidah penulisan soal.
2. Menentukan waktu evaluasi berupa tes atau ulangan harian, mingguan,
bulanan, cawu dan semester.
27
ganda, menjodohkan dan benar salah).
4. Menetapkan jenis atau bentuk tes yang telah dipilih.
5. Mengidentifikasiakn permasalahan, hambatan, dan kebutuhan berkenaan
dengan penggunaan jenis atau bentuk tes.
6. Menentukan alternatif pemecahan permasalahan, hambatan dam
kebutuhan yang dihadapai.
7. Menyusun rencana kerja evaluasi.
2.6 Pengertian Menulis
Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis. Menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang memiliki peranan sangat penting dalam
kehidupan manusia. Dengan keterampilan ini, seorang penulis dapat
berkomunikasi secara tidak langsung kepada pembaca untuk menyampaikan
pesan, gagasan, keinginan, dan perasaan yang disusun dalam bentuk lisan.
Wiyanto (2004: 1) menyatakan bahwa menulis adalh kegiatan mengugkapkan
gaggasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis
dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Tulisan itu dibuat untuk dibaca orang lain
agar gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. Dengan
kata lain, penulis menuangkan gagasan lewat kegiatan menulis dan pembaca
menampung gagasan itu dengan cara membaca.
Menulis ialah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau
lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan
demikian dalam komunikasi paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat.
Penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media
berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima. (Suparno, 2009: 1.3).
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1994: 21). Dalam kegiatan menulis,
seseorang dituntut untuk menguasai struktur bahasa dan kosakata. Dengan
mengusai hal tersebut seseorang dapat menyusun tulisannya secara sistematis
sehingga tulisan mudah dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta
mengungkapkannya secara tersurat. Untuk dapat mengungkapkan gagasan
secara tersurat, seorang penulis harus dapat menggambarkan bahasa dengan
kata-kata padat makna yang dapat digunakan unuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada pembaca karena menulis bukan hanya melukiskan
lambang-lambang grafis semata. Dengan demikian, pesan yang disampaikan penulis
melalui tulisannya akan mudah dipahami oleh pembaca (Akhadiah dkk, 1988:
2).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa menulis
29
tulis sebagai alat atau medianya. Dalam kegiatan menulis ini terdapat tujuan
yaitu menyampaikan suatu pesan atau informasi antara si pemberi informasi
(penulis) kepada penerima informasi (pembaca). Pesan tersebut disampaikan
melalui sebuah simbol atau lambang bahasa sebagai alat atau medianya. Melalui
kegiatan menulis tersebut diharapkan pembaca mampu memahami maksud
tulisannya dengan cara membaca deretan simbol atau lambang bahasa yang
dituliskan.
2.6.1 Tujuan menulis
Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan megkomunikasikan
makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang
dapat dilihat/dibaca.
Beberapa tujuan menulis adalah
Untuk memeberikan suatu informasi
Untuk meyakinkan atau mendesak
Untuk menghibur atau menyenangkan
Untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat.
Hugo Hartig dalam Tarigan (1986: 24-25) merumuskan tujuan menulis:
a. Tujuan penugasan ,sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang
menulis melakukan nya karena tugas yang diberikan kepadanya
b. Tujuan altruistik,penulis bertujuan untuk menyenangkan
memahami,menghargai perasaan dan penalaranya,ingin membuat hidup para
pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu
c. Tujuan persuasif bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan
d. Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan
kepada para pembaca
e. Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan
dirinya kepada pembaca
f. Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan
mencapai norma artistik,nilai-nilai kesenian
g. Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
2.7 Pengertian Puisi
Kata puisi dari bahasa Yunani “poiseis” yang berati penciptaan. Akan tetapi,
pengertian ini semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni
sastra”, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan
menggunakan irama, sajak, dan kadang kata-kata kiasan (Tarigan, 1984: 4).
Waluyo dalam ( Tiwi Sundari, 2010: 11) menyatakan bahwa puisi merupakan
bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya.
Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan
manusia, alam, dan Tuhan melalaui media bahasa yang estetik yang secra
31
Djojosuroto dalam (Tiwi Sundari, 2010: 11) menyatakan bahwa puisi
merupakan gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan, dan gambaran
semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponenya dan merupakan
suatu kesatuan yang indah.
Dari beberapa pebdapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Zulfahnur yang
mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair
mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang
estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan.
2.8 Hakikat Puisi
Penulisan puisi dikatakan baik jika di dalamnya terkandunf tujuan hakikat puisi
(Wahono dalam Tiwi Sundari, 2010: 13) yaitu:
1. Fungsi Estetik
Estetik artinya indah, jadi puisi harus mengandung unsur keindahan. Tanpa
adanya unsur keindahan puisi tidak bisa disebut karya seni. Keindahan tersebut
meliputi pengunaan unsur-unsur rima, irama,diksi, dan gaya bahasa. Gaya
bahasa meliputi semua penggunaan bahasa khususnya untuk mendapatkan efek
tertentu, yaitu efek estetikanya atau efek kepuitisannya. Rima salah satu unsur
penting, penggunaan rima yang teratur dalam puisi akan menimbulkan
kemerduan bunyi. Rima pada puisi terdapat di akhir baris.
Pengimajian atau pencitraan yaitu gambaran yang jelas melalui kata-kata agar
dapat menimbulkan suasana khusus yaitu lebih hidup. Pencitraan dalam puisi
dimaksudkan agar puisi yang diciptakan mampu menggambarkan susana batin
dihasilkan mampu mencapai kepuitisan. Ide-ide yang masih abstrak diharapkan
mampu ditangkap seolah-olah dapt dilihat, didengar, dicium, atau difikirkan.
Pilihan kata-kata dapat diartikan kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan. Kata-kata dalam
puisi merupakan kata-kata terpilih dan tepat untuk menyampaikan ide serta
bunyi yang dibentuk. Kaat tersebut harus sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Bentuk puisi memang amat padat dibandingkan dengan karya sastra lainnya.
Yang dimaksud padat yaitu puisi hanya mengungkapkan masalahnya saja.
Mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata yang tersusun merupakan kata-kata
yang terpilih yang mampu mengungkapkan gagasan yang sebenarnya panjang.
Dengan kata lain puisi mengandung sedikit kata tetapi mengandung banyak hal.
2. Ekspresi Tidak Langsung
Sebuah puisi berisi gagasan pengarang secara tidak langsung. Pengarang
banyak mengunakan kata-kata kiasan untuk menyampaikan ucapan secara
tidak langsung. Puisi merupakan ungkapan hati penagarng yang dituangkan
megenai apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan ke dalam bahasa yang padat
dan singkat. Ungkapan perasaan tersebut bisa berdasarkan pengalaman,
peristiwa yang pernah dialami, tanggapan terhadap suatu objek, keindahan
alam, dan sebagainya.
3. Jenis-Jenis Puisi
Husnan dalam (Tiwi Sundari, 2010: 10) menyatakan bahwa puisi dibedakan
atas dua golongan, yaitu puisi lama dan puisi baru. Berikut ini adalah
33
a. Puisi lama : (a) bersifat statis dan terikat; (bentuk dan sajak tetap, terikat
tidak berubah), (b) isinya bersifat didaktis dan religius, (c) kalimat -kalimatnya
penuh dengan kata-kata piihan kata-kata lama atau kata-kata sukar, bahasa
klise yang lebih diutamakan daripada isinya, dan (d) merupakan
kepandaian/hasil bersama, mengutamakan kegotong-royongnan, bukan
perseorangan ( karena itu“anonym”).
b. Puisi baru : (a) bersifat dinamis (bebas baik bentuk maupun isi), (b) isinya
bersifat individualistis ekspresionistis (cetusan jiwa yang bebas, lepas), (c)
kalimat-kalimatnya singkat, padat, isi lebih penting daripada bahasa, dan (d)
nama pengarang disebutkan.
Ciri-ciri puisi baru yaitu:
a. Tidak terikat oleh jumla suku kata ( jumlah suku kaat pada tiap baris tidak
tentu).
b. Tidak terikat olrh sajak ( ada yang bersajak sama, sajak silang, sajak
peluk, sajak kembar, dan sebgainya, bahkan ada yang bersajak patah).
c. Isinya berupa pengucapan pribadi.
Pada pembahasan ini, peneliti hanya mengacu pada sajak bebas. Sajak bebas
ialah suatu bentuk sajak yang tidak dapat di beri nama dengan nama-nama
yang sudah tertentu dalam bentuk-bentuk puisi lama, karena tidak terikat oleh:
a. Bentuk (jumlah baris)
b. Jumlah suku kata dalam tiap baris
c. Sajak.
Dalam sajak bebas yang terpenting adalah isi, sebagai ekspresi bebas dari
ingin bebas dalam mencurahkan perasaan, pikiran, kehendak, dan cita-citanya (
individualisme ) tidak mau dikekang oleh norma-norma lama, dan tidak ngin
dibatasi oleh ketentuan yang mengikat.
2.9 Pembelajaran Apresiasi Sastra
Sardiman (2011: 21) menyatakan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan
jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang berarti menyang. Belajar sastra adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu mengenai sastra. Belajar sastra bukan hanya pandai
memahami tentang hakikat sastra, melainkan mampu mengapresiasi karya sastra
tersebut.
Suprapto (1993: 13) menyatakan bahwa apresiasi sastra berarti suatu kegiatan
memahami, mengahayati, dan menikmati karya sastra dengan sungguh-sungguh
sehingga timbul pengertian, penghargaan, dan kepekaan pikiran kritis terhadap
karya sastra tersebut. Sehingga siswa perlu memperoleh pemahaman bagaimana
mengapresiasi karya sastra. Pembelajaran apresiasi sastra pada dasarnya
bertujuan agar siswa memiliki penilaian terhadap suatu karya sastra khususnya
dongeng. Dengan mempelajari karya sastra khususnya dongeng siswa
diharapkan memiliki penghargaan lebih terhadap karya tersebut.
Proses pengapresiasian karya sastra khususnya pada unsur intrinsik karya sastra,
mampu memberikan pemahaman tentang bagaimana cara pengarang
menyampaikan maksud, sikap, dan penilaian terhadap cerita. Karena itu, guru
35
dalam pembeelajarn menulis puisi sebagai proses pengapresiasian tersebut demi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskritif
kualitatif. Penelitian deskritif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal hal lain yang sudah disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Metode ini digunakan
sesuai dengan tujuan yaitu untuk mendeskrifsikan pembelajaran menulis puisi
siswa SMP kelas VIII.
3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi siswa kelas
VIII SMP PGRI Pejambon Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran tahun Pelajaran
2012/2013. Pembelajaran yang dimaksudkan pada penelitian difokuskan pada
pelaksanaan pembelajaran (aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa
37
3.3 Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik dalam penelitian ini yaitu Melakukan pengamatan terhadap tampilan
[image:44.612.121.511.211.706.2]guru menganjar dan siswa belajar.
Table 3.1 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru
No Indikator Sub Indikator Deskriptor
1. Kegiatan
Prapembelajaran
Mempersiapkan siswa untuk belajar
Kesiapan siswa, antara lain mencakup kehadiran, kerapian, ketertiban, dan perlengkapan pelajaran
Melakukan
kegiatan apersepsi
Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan pertanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, dan mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan
pembelajaran
2 Kegiatan inti pembelajaran a. Penguasaan
Materi pelajaran Menunjukan penguasaan materi
pembelajaran
Memperlihatkan tingkat kebenaran dan keakuratan subtansi (materi, isi) pembelajaran yang dibahas
Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relavan.
teknologi komunikasi. Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa
Materi disajikan sesuai dengan alur piki siswa dan tahapan yang dapat
dimengerti.
Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
Realitas kehidupan antara lain mencakup mata pencaharian pendidik, keadaan geografi, adat istiadat, dan sebagainya
b. Pendekatan/ strategi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa
Pembelajaran sesuai dengan jenis kompetensi (tujuan). Misalnya, kegiatan untuk penguasaan keterampilan adalah berlatih, dan kegiatan unuk penguasaan sikap/nilai adalah penghayatan.
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
Metode da meteri dipaparkan secara sistematis, sesuai dengan konteks,
memerhatikan prasyarat, dan kemampuan berpikir siswa
Mengauasai kelas Guru dapat mengendalikan pembelajaran, perhatian siswa terfokus pada
pelajaran, dan disiplin kelas terpelihara
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
Kontekstual merujuk pada tuntutan situasi dan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Guru
39
memiliki manfaat (nilai fungsional) dalam kehidupan sehari-hari Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect)
Kebiasaan positif antara lain dapat berbentuk kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan berpikir kritis Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang direncanakan
Guru menilai dan mengakhiri tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
c. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran
Menggunakan media secara efektif dan efesien
Terampilan memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar lainnya secara efektif dan efesien (mencapai target dan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan). Terampil
mengoperasikanmedia pembelajaran, misalnya mengoperasikan dengan benar dan lancer media OHP, tape recorder, chart, peta, atau LCD.
Menghasilkan pesan yang menarik
Media yang digunakan berhasil memusatkan perhatian siswa sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas
Melibatkan siswa dalam
pemanfaatan media
Siswa dilibatkan dalam kegiatan pembuatan dan/atau pemanfaatan sumber
memodifikasi,
mendemonstrasikan. Dan menggunakan media
d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran
Melakukan kegiatan yang memancung keaktifan siswa, baik secara mental,
emosianal, maupun fisik dengan guru, teman, atau sumber belajar. Misalnya, membuka kesempatan siswa untuk berdiskusi kelompok, meminta siswa lain untuk menanggapi pendapat teman, atau mengondisikan siswa memanipulasi sumber (objek) belajar secara langsung
Menunjukan sikap terbuka terhadap respons siswa
Menghargai pendapat siswa, mengakui kebenaran
pendapat siswa, dan
mengakui keterbatasan diri.
Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar
Siswa tampak senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran.
e. Penilaian proses dan hasil selama poses Memantau kemajuan belajar siswa selama poses Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan). Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan komptensi yang akan dicapai pada akhir pembelajaran, termasuk asesmen autentik.
f. Penggunaan bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,
Bahasa lisan yang mudah dipahami dan tidak
41
baik, dan benar a/ salah tafsir. Struktur kalimat, frasa, kosakata, dan ejaan dalam bahasa tulis yang terdapat di papan tulis, media, dan LKS bak dan benar.
Menyampaikan pesan gaya yang sesuai
Ekspresi wajah, intonasi suara, serta gerakan tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan dan menarik
3 Kegiatan Penutup Melakukan reflesi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
Mengajakan siswa untu mengungat kembali hal-hal penting yang terjadi dalam kegiatan yang sudah berlangsung, misalnya dengan mengajukan pertanyaan tentang proses, materi, dan kejadian lainnya. Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, misalnya dengan mengajukan pertanyaan menutun agar siswa dapat merumuskan rangkuman yang benar.
Melaksanakan tindak lanjut memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan .
Table 3.2 Lembar Observasi Siswa
No. Indikator Deskripsi Penilaian
1. Aktivitas Lisan Siswa menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.
2. Aktivitas
Mendengarkan
Siswa mendengarkan; uraian, percakapan
diskusi, pidato dan music.
3. Aktivitas Menulis Siswa mwnulis cerita, karangan, laporan,
angkert dan menyalin.
3 Aktivitas Mental Siswa menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisa, melihat hubungan dan
mengambil keputusan.
4 Aktivitas Emosi Siswa menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat,bergairah, berani, tenang dan
gugup.
3.4 Teknik Analisis Data
Tekhnik yang yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah sebagai
berikut.
1. Mengamati dengan seksama seluruh aktivitas mengajar guru dan aktiviras
belajar siswa di kelas,
2. Menganalisis proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
siswa dengan menggunakan instrumen proses pelaksanaan pembelajaran oleh
43
3. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dianalisis pada instrumen
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP PGRI Pejambon Pesawaran Tahun Pelajaran
2012/2013, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VIII
yakni pada pelaksanaan pembelajaran menulis puisi meliputi :
1. Aktivitas Guru dalam Mengajar
Aktivitas guru dalam mengajar dapat di lihat dari proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia selama pembelajaran berlangsung. Guru
sudah melakukan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan
intrumen proses pembelajaran oleh guru yang terdapat pada indikator pelaksanaan
pembelajaran yang terdiri atas kegiatal awal pembelajara, kegiatan inti pembelajaran, dan
kegiatan penutup. Semua sudah guru laksanakan dengan baik. Namun, ada beberapa
kegiatan yang tidak dilakukan guru secara maksimal. Misalnya, pada saat kegiatan
kegiatan awal pembelajara guru sudah melakukan pembukaan dengan baik, akan tetapi
guru di sini tidak melakukan kegiatan apresepsi. Setelah melakukan pembukan guru
langsung ke materi puisi tanpa melakukan apresepsi. Pada kegiatan inti guru sudah
melakukannya tetapi, pada penggunaan media guru kurang memanfaatkan media lain
sehingga tidak semua siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan oleh guru
maka dari itu, hanya beberapa siswa yang mengerti dengan penjelasan guru. Pada
kegiatan penutup guru sudah melakukannya dengan baik seperti melakukan refleksi atau
85
memberikan arahan, kegiatan atau tugas yang bisa dilakukan di rumah untuk melatih
siswa dalam menulis puisi.
2. Aktivitas Siswa dalam Belajar
Proses pelaksanaan pembelajaran oleh siswa yakni aktivitas siswa. Siswa dituntut untuk
melakukan : aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental,
dan aktivitas emosi. Berdasarkan hasil penelitian siswa sudah melakukan perannya
sebagai peserta didik. Namun, dalam kegiatan menyimak dan mendengarkan siswa
kurang begitu memperhatian apa yang telah guru jelaskan di depan kelas melainkan ada
beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri seprti bersenda gurau dengan
teman sebangkunya sehingga siswa tersebut kurang mengerti apa yang sudah dijelaskan
oleh guru saat guru bertanya kepada siswa tersebut. Untuk aktivitas yang lain seperti
aktivitas menulis,aktivitas mental dan aktivitas emosi siswa sudah melakukan dengan
baik.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti mengemukakan saran kepada guru
bahasa Indonesia sebagai berikut.
1. Sebaiknya guru menggunakan media dalam pembelajaran agar tercapainya
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah tertera dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan menmarik minat siswa dalam belajar.
2. Sebaiknya guru menutup pembelajaran dengan membuat kesimpulan tentang materi
yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar.
3. Dan sebaiknya guru memberikan tugas kepada siswa agar siswa dapat belajar tentang
Daftar Pustaka
Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan kreativitas Pembelajaran bagi Guru. Bestari Buana Murni. Jakarta Timur.
Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia . Jakarta: Erlangga.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika: Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa. 2012. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung
Munthe, Bermawy. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Sardiman, A.M., 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Rineka Cipta. 2010.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekan Kuantataif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suliani. Ni Nyoman Wetty.2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung:
Suliani. Ni Nyoman Wetty.2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Suparno, dkk,. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan Indonesia.
Soejipto. Kosasi, Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Univeritas Lampung.
Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.