ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI KOLOID
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Oleh
MARIA DWI NATALIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN PADA MATERI KOLOID
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Oleh
Maria Dwi Natalia
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan mengkomunikasikan
dan menyimpulkan pada materi sistem koloid melalui penerapan model
pembela-jaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 Tahun Ajaran 2012/2013 SMA Perintis
1 Bandar Lampung yang berjumlah 40 siswa. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pre-experimental dengan one –shot case study design.
Analisis data menggunakan analisis deskriptif.
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa keterampilan
meng-komunikasikan, pada kelompok tinggi terdapat 70% siswa berkriteria sangat baik,
dan 30% siswa berkriteria baik; Kelompok sedang terdapat 45,83% siswa
berkriteria sangat baik, 41,67% siswa berkriteria baik dan 12,50% siswa
ber-kriteria cukup. Kelompok rendah terdapat 16,67% siswa berber-kriteria sangat baik,
33,33% siswa berkriteria baik, dan 50% siswa berkriteria cukup. Untuk
ke-terampilan siswa dalam menyimpulkan, pada kelompok tinggi terdapat 80% siswa
Maria Dwi Natalia
terdapat 66,67% siswa berkriteria sangat baik, dan 33,33% siswa berkriteria baik;
Kelompok rendah terdapat 33,33% siswa berkriteria sangat baik, 66,67% siswa
berkriteria baik.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7
B. Inkuiri Terbimbing ... 9
C. Kemampuan Proses Sains ... 12
D. Kemampuan Kognitif ... 14
E. Kerangka Pemikiran... 15
F. Anggapan Dasar ... 17
G. Hipotesis Umum ... .. 17
vi
D. Instrumen Penelitian ... 19
E. Validitas Instrumen Penelitian ... 20
F. Prosedur Penelitian ... 21
G. Teknik Pengelompokkan Siswa ... 23
H. Analisis Data ... 25
1V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 28
B. Pembahasan ... 32
V.SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 44
12. Rubrik Penskoran Posttest ... 130
13. Kuesioner ... 133
14. Perhitungan Pengelompokkan Siswa ... 134
15. Perhitungan Data ... 137
16. Lembar Observasi Aktifitas Siswa ... 144
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami
tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah
peng-alaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk
meng-gunakan pengetahuan sains tersebut. Hakikat sains yakni sains sebagai proses dan
produk, sains sebagai produk berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori,
sedangkan proses berupa tahap-tahap kerja ilmiah (BSNP. 2006). Untuk dapat
mempelajari hakikat sains siswa harus memiliki kemampuan keterampilan proses
sains (KPS). KPS adalah kegiatan dalam mengajarkan sains yang berhubungan
dengan mengamati, mengklasifikasikan, menyimpulkan, prediksi dan
meng-komunikasikan yang merupakan bagian dari pengajaran sains.
Ilmu kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan ilmu kimia merupakan
wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, yang
menekankan pada pemberian pengalaman langsung, sehingga siswa perlu dibantu
mengembangkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Pengembangan keterampilan berdampak pada kegiatan
dalam mengembangkan keterampilan berfikirnya.
Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah diperoleh siswa hanya sebagai produk
saja, tanpa memperhatikan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukum, dan
teori tersebut, akibatnya tidak tumbuh keterampilan proses sains dalam diri siswa.
Hal ini menyebabkan pembelajaran kimia menjadi mata pelajaran yang kurang
diminati siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA Perintis 1
Bandar Lampung didapatkan informasi bahwa saat proses pembelajaran kimia
guru yang menjadi pusat pembelajaran (Teacher Center Learning), siswa tidak
dibimbing membangun konsep, dan belum pernah dilakukan evaluasi KPS. Guru
perlu melatihkan KPS untuk dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan
berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalahnya serta
menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu standar
kompetensi pada materi koloid adalah mengidentifikasi sifat-sifat koloid dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya: penghamburan cahaya
oleh sinar mobil pada malam hari, berkas sinar matahari melalui celah daun
pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut, koloid pada hairspray, dan lain-lain.
Berdasarkan contoh diatas siswa dilatih untuk mengamati fenomena yang terjadi.
Pada pembelajaran koloid dapat dikembangkan KPS, hal ini telah diteliti oleh
Suprini (2012) yang berjudul “Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI
pada pembelajaran sifat-sifat koloid menggunakan metode discovery-inquiry”.
Hasil penelitiannya yaitu penggunaan metode discovery-inquiry pada
3
Salah satu cara untuk melatih keterampilan proses sains diperlukan model
pem-belajaran yang berfilosofi konstruktivisme salah satunya yakni model
pembelajar-an inkuiri terbimbing. Hal ini didukung hasil penelitipembelajar-an Riypembelajar-anto (2012) yaitu
tentang efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi laju reaksi
dalam meningkatkan kemampuan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep;
mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan
penguasa-an konsep siswa pada materi laju reaksi.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan langkah-langkah yaitu
mengaju-kan masalah oleh guru, merumusmengaju-kan hipotesis, megumpulmengaju-kan data, analisis data,
dan membuat kesimpulan. Melalui kegiatan praktikum dan diskusi kelompok,
serta LKS konstruktif, siswa dilatih untuk dapat memahami konsep koloid dengan
menggunakan kemampuan sains yang telah dimiliki oleh siswa itu sendiri
sehingga pengetahuan itu akan lebih mudah untuk diingatnya.
Pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membentuk dan mengembangkan ”
Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar
dan ide-ide yang lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer
pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja
atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka, situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang, dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu,
memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roestiyah, 1998).
KPS meliputi keterampilan intelektual atau kemampuan berpikir siswa.
atau berpikir siswa adalah kemampuan kognitif (Winarni, 2006). Kemampuan
kognitif dikelompokan menjadi tiga yaitu kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan
rendah. Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
ter-hadap prestasi belajar siswa. Siswa berkemampuan kognitif tinggi, cenderung
memiliki prestasi belajar yang tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang
dan rendah (Nasution, 2000).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian
dengan judul “ Analisis Keterampilan Mengkomunikasikan dan
Menyimpulkan pada Materi Koloid Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterampilan mengkomunikasikan pada materi sistem koloid
dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi,
sedang, rendah ?
2. Bagaimana keterampilan menyimpulkan pada materi sistem koloid
dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi,
sedang, rendah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini
5
menyimpulkan pada materi sistem koloid model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk siswa kelompok tinggi, sedang, rendah?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Siswa
Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan dalam proses
pem-belajaran diharapkan dapat menumbuhkan motivasi, minat belajar, dan
kemampuan berpikir serta dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa
pada materi koloid.
2. Guru
Sebagai bahan petimbangan dalam pemilihan dan penerapan model
pem-belajaran yang sesuai dengan materi pempem-belajaran kimia, terutama pada materi
koloid.
3. Sekolah
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis adalah penyelidikan dan penguraian terhadap suatu masalah (Tim
Penyusun kamus, 2006).
2. Indikator keterampilan proses sains yang diteliti adalah keterampilan
3. Keterampilan mengkomunikasikan meliputi menjelaskan hasil percobaan,
menyusun dan memyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
4. Keterampilan menyimpulkan yaitu membuat suatu kesimpulan tentang suatu
fenomena setelah mengumpulkan data dan informasi berdasarkan fakta.
5. Model inkuiri terbimbing yang digunakan pada penelitian ini adalah model
inkuiri terbimbing menurut Gulo (Trianto, 2010) yang terdiri dari
tahap-tahap, yaitu : (1) mengajukan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3)
mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan.
6.Kelompok tinggi, sedang, dan rendah merupakan kelompok kognitif siswa
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekan-kan bahwa pengetahuan kita merupamenekan-kan hasil konstruksi (bentumenekan-kan) kita sendiri.
Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan
Sekarwi-nahyu (2001) yaitu:
"konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan. Adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain”.
Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001),
agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga- laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pe-ngalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pe-ngalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi
pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi
Menurut Trianto (2007):
“Setiap orang membangun pengetahuannya sendiri, sehingga transfer penge-tahuan akan sangat mustahil terjadi. Pengepenge-tahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud men-transfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya”
Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang
mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal
ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang
mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak
bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses
kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997).
Ciri atau prinsip dalam belajar menurut Suparno (1997) sebagai berikut:
1. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
2. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengem-bangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.
4. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
5. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Menurut Sagala (2010) konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan
tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
9
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Landasan berfikir konstruktivisme adalah
lebih menekankan pada strategi memperoleh dan mengingat pengetahuan.
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri terbimbing selaras dengan pendekatan
konstruktivis-me. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban
terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah
suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan
observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).
Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri
terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
mem-peroleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa
diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk
mene-mukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari
guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk
hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan yang dituntut dalam
mengembangkan hipotesis. Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah
selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan
telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data.
Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan
mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan
oleh Gulo dalam Trianto (2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing
tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengajukan pertanya-masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. 2. Membuat hipotesis Guru memberikan
11
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
siswa dalam menentukan
3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
4. Menganalisis data Guru memberi kesem-patan pada tiap
kelom-5. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat
kesimpulan
Siswa membuat kesim-pulan
Menurut Roestiyah (1998), inquiry memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inquiry antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
C. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) dibutuhkan untuk menggunakan dan memahami
sains ( Hartono, 2007). Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni
IPA sebagai proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS.
Dalam pembelajaran IPA aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil
akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar.
Dengan kata lain bila seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan
mudah dipahami, bahkan mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah
semua keterampilan yang terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS
penting dimiliki guru untuk digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan
pengetahuan/ informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan
atau informasi yang telah dimiliki siswa.
Menurut Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah keterampilan –
keteram-pilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri
fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai
yang dituntut.
Menurut Indrawati dalam Nuh (2010) mengemukakan bahwa KPS merupakan
keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor)
yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori,
untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk
13
Jadi KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam
me-mahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat
penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau
me-ngembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Hartono (2007) menyusun indikator keterampilan proses sains dasar ditunjukkan
pada tabel 2:
Tabel 2. Indikator keterampilan proses sains dasar
Keterampilan Dasar Indikator
Observasi Mampu menggunakan semua indera ( penglihatan,
pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba ) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan memahami sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil pengamatan
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan
ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan
menentukan dasar penggolongan terhadap suatu objek
Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk
menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat, dan lain-lain. Dan mampu mendemonstrasikan perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran lain
Komunikasi Mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam
grafik atau diagram, menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram,
menjelaskan hasil percobaan, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas Menarik Kesimpulan Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda
atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi
Menurut Mahmuddin (2010) keterampilan proses dasar diuraikan oleh sebagai
berikut
1. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indera untuk mencari tahu informasi tentang obyek seperti karakteristik obyek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
3. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran. 4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara
lain untuk berbagi temuan.
5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. 6. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang diharapkan.
Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika
ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan
sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial
maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat penting
dimiliki dan dilatihkan bagi siswa.
Keterampilan proses sebagaimana disebutkan di atas merupakan KPS yang
diapli-kasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam memperoleh
pengetahuan merupakan salah satu penekanan dalam pembelajaran sains. Oleh
karena itu, penilaian terhadap keterampilan proses siswa harus dilakukan terhadap
semua keterampilan proses sains baik secara parsial maupun secara utuh. Pada
penelitian ini indikator KPS yang dikembangkan adalah: Komunikasi yaitu
mampu membaca dan mengkompilasi informasi dalam grafik atau diagram,
menggambar data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram. Menyimpulkan
yaitu mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda atau fenomena
setelah mengumpulkan, menginterpretasi data dan informasi.
D. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah gambaran tingkat
15
sudah dipelajari dan dapat digunakan sebagai bekal atau modal untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih luas dan kompleks lagi, maka dapat disebut sebagai
kemampuan kognitif (Winarni, 2006).
Lebih lanjut Nasution dalam Winarni (2006) mengemukakan bahwa secara alami
dalam satu kelas kemampuan kognitif siswa bervariasi, jika dikelompokkan
menjadi 3 kelompok, maka ada kelompok siswa berkemampuan tinggi,
menengah, dan rendah.
E.Kerangka Pemikiran
Pembelajaran inkuri terbimbing adalah pembelajaran dimana siswa diberikan
kesempatan untuk menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara
mandiri, sedangkan topik pertanyaan dan bahan penunjang ditentukan oleh guru.
Pada pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 tahap, tahap pertama yaitu
tahap mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Pada tahap ini guru
memberikan permasalahan agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan
tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang
diberikan oleh guru.
Tahap kedua yaitu tahap merumuskan hipotesis, pada tahap ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merumuskan hipotesis secara bebas dari
Tahap selanjutnya yaitu tahap mengumpulkan data, pada tahap ini guru
mem-bimbing siswa untuk mengumpulkan data yang dapat diperoleh dari melakukan
percobaan atau telaah literatur. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu
me-ngumpulkan data semaksimal mungkin untuk mendukung jawaban hipotesis
yang dituliskan.
Tahap keempat yaitu tahap menganalisis data, pada tahap ini guru membimbing
siswa menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah
literatur, siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada tahap ini bertujuan untuk
me-ngembangkan kemampuan siswa berpikir rasional bahwa kebenaran jawaban
bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tahap kelima yatu tahap membuat kesimpulan, pada tahap ini guru membimbing
siswa membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang
telah diperoleh. Tahap ini diharapkan mampu membantu siswa dalam upaya
mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan,
sampai pada akhirnya kemampuan mereka berkembang secara utuh.
Dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa diajak mencari tahu
jawab-an terhadap pertjawab-anyajawab-an ilmiah yjawab-ang diajukjawab-an. Sehingga guru dapat melatihkjawab-an
keterampilan mengkomunikasikan kepada siswa sebagai salah satu komponen
da-lam Keterampilan Proses Sains (KPS). KPS dimaksudkan untuk melatih dan
17
juga mengembangkan sikap-sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk
menemu-kan dan mengembangmenemu-kan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
Dengan berpikir apabila pembelajaran inkuiri terbimbing diterapkan pada
pembe-lajaran kimia di kelas diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan
menyimpulkan dan mengkomunikasikan akan lebih baik bila dibandingkan
dengan keterampilan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Perintis 1
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subyek penelitian
mempunyai kemampuan kognitif yang heterogen.
G. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah semakin tinggi kemampuan kognitif
siswa, maka akan semakin tinggi pula keterampilan siswa dalam
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA5 SMA Perintis 1 Bandar
Lampung tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 40. Penentuan subyek
penelitian dilakukan dengan pertimbangan mendapatkan karakteristik siswa yang
heterogen.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimen dengan desain
penelitian one shot case study. Pada desain ini hanya diberi suatu perlakuan
ke-mudian dilakukan observasi. Menurut Creswell (1997), desain one shot case study
digambarkan sebagai berikut ini:
Keterangan: X = Perlakuan yang diberikan; O = Posttest
19
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Data pretest materi hasil kali kelarutan yang digunakan untuk penentuan
pengelompokkan siswa berdasarkan kelompok kognitifnya
2. Data kinerja guru
3. Data aktivitas siswa
4. Data postest materi koloid
5. Data keterlaksanaan pembelajaran koloid dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi koloid.
2. Lembar Kerja Siswa yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari lima LKS,
yaitu : LKS 1 mengenai sistem koloid melalui percobaan; LKS 2 jenis-jenis
koloid berdasarkan fasa terdispersi dan medium pendispersinya melalui
percobaan; LKS 3 sifat-sifat koloid melalui media video; LKS 4 pembuatan
koloid serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan; LKS 5
pembuatan koloid. LKS digunakan untuk memandu siswa dalam melaksanakan
kegiatan model pembelajaran inkuiri terbimbing serta mengetahui keterampilan
menyimpulkan dan keterampilan mengkomunikasikan.
3. Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini terdapat dua jenis, yaitu
a. Pretest terdiri dari soal essay berjumlah 5 soal materi hasil kali kelarutan.
b. Postest terdiri dari soal essay berjumlah 4 soal materi koloid. Hasil tes
diguna-kan untuk mengetahui keterampilan menyimpulkan dan
mengkomunikasikan pada pembelajaran sistem koloid melalui penerapan
model pembelajaran inkuiri terbimbing.
4. Lembar observasi yang digunakan ada dua jenis yaitu aktivitas siswa dan
kinerja guru. Lembar observasi berupa check list yang digunakan untuk
memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran.
5. Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa mengenai
keterlaksanaan proses pembelajaran koloid melalui penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu
alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
E. Validitas Instrumen Penelitian
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu,
perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian
instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas
isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan
dengan menganalisis kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran,
indikator, kisi-kisi soal dengan butir-butir pertanyaan posttest. Bila antara
unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka instrumen dianggap valid dan dapat
digunakan untuk mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang
bersangkutan. Dalam mekanisme kerjanya, cara judgment memerlukan ketelitian
21
Dalam hal ini peneliti meminta bantuan dosen pembimbing penelitian untuk
mengujinya, yaitu Dra. Ila Rosilawati, M.Si dan Drs. Tasviri Efkar, M.S.
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Perintis 1 Bandar Lampung untuk
melaksanakan penelitian dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah
ditandatangani oleh Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung.
b. Mengadakan observasi sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
infor-masi mengenai data siswa, karakteristik siswa, jadwal, cara mengajar guru
kimia di kelas, dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat
digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan model pembelajaran yang cocok untuk digunakan pada materi
pokok koloid berdasarkan keterampilan proses sains yang ingin
dikembangkan.
d. Menentukan kelas yang digunakan sebagai subyek penelitian berdasarkan
karakteriktik siswa dan pertimbangan dari guru mata pelajaran kimia.
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
a. Tahap persiapan
1) Membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk
mengumpul-kan data mengenai kemampuan mengkomunikasimengumpul-kan dan menyimpulmengumpul-kan
2) Melakukan validasi instrumen sebelum digunakan dalam penelitian.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
1)Melaksanakan proses pembelajaran materi koloid pada subyek penelitian
melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2)Memberikan posttest kepada subyek penelitian.
3)Memberikan data keterlaksanaan (kuesioner) kepada subyek penelitian
setelah pembelajaran materi koloid.
c. Tahap analisis data
1)Menganalisis data berupa jawaban tes tertulis siswa dan jawaban angket
untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan menyimpulkan dan
mengkomunikasikan.
2)Melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
23
Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ini:
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
G. Teknik Pengelompokkan Siswa
Berdasarkan kemampuan kognitif, siswa dikelompokan menjadi tiga yaitu
kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokan ini dilakukan dengan
tahapan membuat daftar distribusi frekuensi, menghitung rata-rata nilai pretest
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dan standar deviasi. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan kognitif
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Rentang (R).
2. Menentukan banyak kelas interval (K), menggunakan rumus:
dimana, n = banyak data
3. Menentukan Panjang Kelas Interval (P)
P =
4. Menentukan rata-rata nilai siswa(Mean) menggunakan rumus:
∑ ∑
Keterangan: Mx = Mean
∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah
∑ = Jumlah frekuensi siswa
5. Menentukan standar deviasi menggunakan rumus:
√∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
SDx = Standar Deviasi
∑ = Jumlah frekuensi siswa
∑FiXi = Jumlah frekuensi siswa dikali nilai tengah
∑ = Jumlah frekuensi siswa dikali kuadrat nilai tengah
6. Menghitung Mean + SD dan Mean – SD
7. Mengelompokkan kemampuan kognitif siswa ke dalam kategori tinggi,
sedang dan rendah menurut Sudijono (2008).
Tabel 3. Kriteria pengelompokkan siswa.
Kriteria pengelompokkan Kelompok
Nilai ≥ mean + SD Tinggi Mean –SD ≤ nilai < mean + SD Sedang Nilai < mean – SD Rendah
25
Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 12, didapatkan jumlah siswa tiap
kelompok kognitif sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah siswa tiap kelompok kognitif
Kriteria pengelompokkan Kriteria Kelompok Jumlah siswa
Nilai ≥ mean + SD Nilai ≥ 69,57 Tinggi 10 Mean –SD ≤ nilai < mean + SD 52,47 ≤ nilai < 69,57 Sedang 24 Nilai < mean – SD Nilai < 52,47 Rendah 6
H. Analisis Data
1. Pengolahan skor tes tertulis
a. Memberi skor setiap jawaban siswa pada tes tertulis berbentuk uraian
berdasarkan pedoman jawaban yang telah dibuat.
b. Mengelompokkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan
keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
c. Menjumlahkan skor yang didapat setiap siswa sesuai dengan keterampilan
mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
d. Mengubah skor menjadi nilai, dengan menggunakan persamaan:
∑ ∑
e. Menghitung rata-rata nilai pada setiap kelompok tinggi, sedang, dan rendah
untuk keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan, dengan
menggunakan persamaan:
∑
f. Menentukan kriteria tingkat kemampuan siswa pada keterampilan
Tabel 5. Kriteria tingkat kemampuan siswa
g. Menentukan jumlah siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah untuk
setiap kriteria tingkat kemampuan berdasarkan tabel 5.
h. Menentukan persentase siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah
untuk setiap kriteria tingkat kemampuan.
∑ ∑
2. Pengolahan skor jawaban siswa yang diperoleh dari angket
Analisis data angket dilakukan dengan cara berikut:
a. Memberikan skor untuk setiap nomor sesuai kriteria berikut ini:
1) Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1 2) Pilihan jawaban “Tidak” diberi skor 0
b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap
pertanyaan.
c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap
pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana dalam Surya
(2010) :
∑
Keterangan:
%Xin = Persentase jawaban angket-i
27
Smaks = Skor maksimum yang diharapkan
d. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan
tafsiran Koentjaraningrat (1990) pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan antara persentase dan tafsiran
Presentase Tafsiran
0% Tidak ada
1%-25% Sebagian kecil
26%-49% Hampir separuhnya
50% Separuhnya
51%-75% Sebagian besar
76%-99% Hampir seluruhnya
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid dapat disimpulkan bahwa:
1.Keterampilan mengkomunikasikan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 70%
siswa berkriteria sangat baik, dan 30% siswa berkriteria baik. (b) Pada
kelompok sedang terdapat 45,83% siswa berkriteria sangat baik; 41,67% siswa
berkriteria baik; dan 12,50% siswa berkriteria cukup. (c) Pada kelompok
rendah terdapat 16,67% siswa berkriteria sangat baik; 33,33% siswa berkriteria
baik; dan 50% siswa berkriteria cukup.
2.Keterampilan menyimpulkan, untuk kelompok tinggi terdapat (a) 80% siswa
berkriteria sangat baik, dan 20% siswa berkriteria baik. (b) Pada kelompok
sedang terdapat 66,67% siswa berkriteria sangat baik; dan 33,33% siswa
ber-kriteria baik. (c) Pada kelompok rendah terdapat 33,33% siswa berber-kriteria
sangat baik; dan 66,67% siswa berkriteria baik.
B. Saran
Berdasarkan kendala yang dialami selama penelitian, maka dapat disarankan bahwa:
43
melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada subjek penelitian, sehingga pada
saat awal pelaksanaan penelitian subjek tidak bingung mengikuti alur
pembela-jaran.
2. Agar penerapan inkuiri terbimbing berjalan maksimal, hendaknya guru
mempersiapkan lebih awal hal-hal yang menunjang proses pembelajaran yang
akan dilakukan siswa dan lebih memperhatikan pengelolaan waktu dalam
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah . BSNP. Jakarta.
Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program
Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The Inte rnational Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.
Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.
Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta
Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara.
Pannen, P. D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta
Purba, M. 2004. Kimia untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta
Riyanto, E. 2012.Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Dalam Meningkatkan Keterampilan
Mengkomunikasikan dan Penguasaan Konsep. (skripsi). FKIP Unila. Bandar Lampung.
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Allymand Bacon. London.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Suprini. 2012. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI Pada Sub Pokok Bahasan Sifat-Sifat Koloid Menggunakan Metode Discoverry-Inquiri. Skripsi. Diakses tanggal21 Juni 2013 dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_0808741_chapter1.pdf
Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.
Surya, B. 2010. Pengembangan Media Animasi Kimia dan LKS Praktikum Berbasis Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IPA. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.
... 2010. Model-Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.