PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA PREMENOPAUSE
DAN PASCAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN SCORE
INDEX FUNGSI SEKSUAL WANITA ( FSFI SCORE)
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING
TESIS MAGISTER
O L E H :
EKA HANDAYANI
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP. H. ADAM MALIK
M E D A N
2 0 1 3
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM
–
5
Pembimbing :
dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG). SpOG
dr. David Luther, M.Ked(OG). SpOG
Pembanding :
dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K
dr. M. Rhiza Tala, M.Ked (OG), SpOG.K
dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked (OG), SpOG.K
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat
Menyelesaikan Program Pendidikan Magister Kedokteran
DAFTAR ISI
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. METODOLOGI PENELITIAN ... 22
3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 22
3.3. POPULASI DAN SAMPEL ... 22
3.4. KRITERIA PENELITIAN. ... 23
3.4.1. KRITERIA INKLUSI ………... 23
3.5. PROSEDUR KERJA .………... 23
3.6. ANALISA DAN INTERPRETASI ………...... 23
3.7. BATASAN OPERASIONAL ... 24
3.8. ALUR PENELITIAN .. ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 27
BAB V KESIMPULANDAN SARAN ... 32
5.1. KESIMPULAN ... 32
5.2. SARAN ... 32
DAFTAR PUSTAKA .....…………... 33
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Mekanisme biosintesis steroid sex... 9
Gambar 2.2. Siklus Disfungsi Seksual Pada Wanita …………... 10
Gambar 2.3. Kerangka Konsep ….………...……. 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ethical Clearance
Lampiran 2 Lembar Persetujuan
Lampiran 3 Kuisioner FSFI
PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA PREMENOPAUSE DAN
PASCAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN SCORE INDEX FUNGSI SEKSUAL WANITA ( FSFI SCORE )
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING
Eka Handayani, Ardiansyah E, Luther D Siregar HS, Tala MR, Effendi IH
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan, Indonesia, Juli 2013
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Disfungsi seksual sangat sering terjadi pada wanita dibandingka pria. Dimana pada wanita , disfungsi seksual ini akan meningkat di masa transisi menopause sampai akhir dari menopause.
TUJUAN: Untuk menganalisa perbedaan fungsi seksual wanita pada masa premenopause dan pascamenopause dan mengetahui fungsi seksual pada wanita premenopause dan pascamenopause di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSU Jejaring Kota Medan
METODE: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study) yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP.H Adam Malik Medan dan Rumah sakit Jejaring pada wanita usia 40-65 tahun yang berkunjung ke poli klinik Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan Rumah sakit jejaring. Penentuan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data dianalisis dengan cara deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi frekuensi. Untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji chi square dengan p value <0,05 dipertimbangkan signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Pada penelitian ini dijumpai bahwa jumlah wanita dengan disfungsi seksual , lebih tinggi pada masa pascamenopause dibandingkan wanita premenopause dan secara statisitk berbeda signifikan. Kondisi BMI pada wanita premenopause dan pascamenopause dengan kejadian disfungsi seksual tidak memiliki hubungan yang signifikan.
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa Saya menyadari bahwa
tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan Saya kiranya Tesis ini dapat bermanfaat dalam
menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
“PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA PREMENOPAUSE DAN PASCAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN SCORE INDEX
FUNGSI SEKSUAL WANITA ( FSFI SCORE ) DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah Saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H (CTM&H), SpA(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar,
SpPD (KGEH), yang telah memberikan kesempatan kepada Saya untuk mengikuti Program Pendidikan Magister di Fakultas
2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); Sekretaris Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK-USU Medan, Dr. Dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG (K); Ketua Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K); Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG),
SpOG (K); Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K);
Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K);
Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang telah bersama-sama berkenan menerima Saya untuk mengikuti pendidikan magister di
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. Khususnya kepada Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); yang
telah memberi Saya kesempatan untuk dapat menempuh Program Pendidikan Mgister di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU. Saya ucapkan Terimakasih yang tidak terhingga, semoga
Allah SWT membalas kebaikan beliau.
4. Ketua Divisi Uroginekologi dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG),
Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG , yang telah mengizinkan Saya untuk melakukan penelitian tentang
“PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA PREMENOPAUSE DAN PASCAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN SCORE INDEX
FUNGSI SEKSUAL WANITA ( FSFI SCORE ) DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING”
5. dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG dan dr. David
Luther,M.Ked(OG) SpOG selaku pembimbing tesis Saya, bersama dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K); dr. M. Rhiza Z. Tala,
M.Ked(OG), SpOG(K); dan dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG),SpOG(K), selaku pembanding dan nara sumber yang
penuh dengan kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
6. Dr. Fadjrir SpOG, selaku Bapak Angkat Saya selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan
memberikan nasehat yang bermanfaat kepada Saya selama dalam pendidikan.
7. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik Saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Allah
8. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama m mengikuti
pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
9. Kepada dr. Surya Dharma sebagai pembimbing statistik yang telah
memberikan waktu dan tenaga dalam membantu dalam penyelesaian tesis magister ini.
10. Direktur RSUP dr. Pirngadi Medan, dr. Amran Lubis, SpJP; dan
khususnya Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi Medan, dr. Rushakim Lubis, SpOG, Wakil Ketua SMF Obgyn
RSPM, dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K). ; Ketua koordinator PPDS Obgin RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Sanusi Piliang, SpOG; Ketua Komite Penelitian di RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Fadjrir,
SpOG beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama menempuh pendidikan di Departemen
Obstetri dan Ginekologi.
11. Direktur Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan
Mantan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dr. Gunawan Rusuldi, SpOG; Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM
II/BB Medan dr. Yazim Yaqub, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya
12. Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul Ilah, SpOG dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta
staf yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugas menjalani pendidikan di Rumah Sakit tersebut.
13. Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Haji Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan
kepada Saya selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.
14. Direktur RSU Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan
Gnekologi RSU Sundari Medan dr. H. M. Haidir, MHA, SpOG dan Ibu Sundari, Am.Keb beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.
15. Direktur RSUD Kota Sabang beserta staf yang telah memberikan kesempatan untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama
Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.
16. Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK-USU Medan
beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut.
17. Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU Medan beserta staf,
atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di Departemen tersebut.
Tomy, SpOG; dr. Simon P. Saing, SpOG; dr. Sukhbir Singh, SpOG, dr. Ferry Simatupang, SpOG; dr. Dwi Faradina, Mked(OG), SpOG;
dr. Hj. Dessy Hasibuan, SpOG; dr. Rony P. Bangun, SpOG; dr. Alim Sahid, SpOG; dr. Ilham Sejahtera L., SpOG; dr. Nur Aflah,
SpOG; dr. Yusmardi, SpOG; dr. Gorga W. Udjung, SpOG; dr. Siti S. Sylvia, SpOG; dr. Anggia Melanie L., SpOG; dr.Maya Hasmita, SpOG; dr. David Luther, SKM, Mked(OG), SpOG; dr. Riza H.
Nasution, SpOG; dr. Lili Kuswani, SpOG;dr. M. Ikhwan, SpOG; dr. Edward Muldjadi, SpOG; dr. Ari Abdurrahman Lubis, SpOG; dr.
Zilliyadein R., SpOG; dr. Benny J., SpOG; dr. M. Rizki Yaznil, Mked(OG), SpOG; dr. Yuri Andriansyah, SpOG; dr. T. Jeffrey A., SpOG; dr. Made S. Kumara, SpOG; dr. Sri Jauharah L., SpOG; dr.
M. Jusuf Rahmatsyah, Mked(OG), SpOG; dr. Boy P. Siregar, SpOG; dr. Hedy Tan, dr. Glugno Joshimin F,dr. Firman A, SpOG;
dr. Aidil A., SpOG; dr. Rizka H., SpOG; dr. Hatsari, SpOG; dr. Andri P. Aswar, SpOG; dr. Alfian, SpOG; dr. Errol, SpOG; dr. T. Johan A.,
Mked(OG) , SpOG; dr. Tigor P. H., Mked(OG), SpOG; dr. Elvira M.S., Mked(OG), SpOG; dr. Hendry A.S., Mked(OG), SpOG; dr. Heika NS, Mked(OG), SpOG; dr. Riske E.P.; dr. Ali Akbar,
Mked(OG), SpOG; dr. Arjuna S, Mked(OG), SpOG; dr. Janwar S, Mked(OG), SpOG; dr. Irwansyah P, Mked(OG), SpOG;
dr.Robby Pakpahan; dr.Meity Elvina, Mked(OG) SpOG; dr.M. Yusuf, Mked(OG) SpOG; dr.Dany Aryani, Mked(OG) SpOG;
dr.Fatin Atifa, Mked(OG) SpOG Saya berterima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah diberikan selama
ini.
19. Kepada sahabat-sahabat saya sejawat angkatan: dr.Pantas S Siburian; dr. Morel Sembiring; dr.Sri Damayana Hrp; dr. Liza
Marosa; dr. M Rizki Pratama Yudha; dr Arif Siregar; dr. Ferdiansyah Putra Hrp; dr. Yudha Sudewo; dr. Henry Gunawan
terima kasih untuk kebersamaan dan kerjasamanya selama pendidikan hingga saat ini.
20. Kepada semua rekan rekan PPDS yang pernah bekerjasama
dengan saya dalam tim jaga maupun dalam kegiatan pendidikan. Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan indah
akan Saya ingat selamanya.
21. Kepada almh. Ibu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu
Zubaedah, Mimi, Kak Asih, Kak Yus, Fina, Anggi, Dewi dan seluruh Pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan terima kasih atas bantuan dan
dukungannya.
22. Dokter muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, serta para
Sundari yang dari padanya Saya banyak memperoleh pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian yang
diberikan kepada Saya sehingga dapat sampai pada akhir program pendidikan ini.
Tiada kata yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT dan sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga Saya sampaikan kepada kedua orangtua Saya yang sangat Saya
cintai, Ayahanda H. Ir. Erfin Djansiwar dan ibunda Hj. Hanida Fatmasari yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta
mendidik Saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat kepada Saya selama
mengikuti pendidikan ini. Kepada adik kandung Saya, Adinda: Yufi Arthasari Amd terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa
kepada Saya selama menjalani pendidikan
Kepada Suami tercinta Capt. Edy Surahman,S dan dua buah hati
kami Muhammad Ridho,S dan Muhammad Asyraf,S, yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi Saya dalam menyelesaikan pendidikan saya selama ini. Semoga ilmu yang saya peroleh dapat
memberikan manfaat kepada kita semua.
Akhirnnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat
tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Medan, 30 Juli 2013
PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA PREMENOPAUSE DAN
PASCAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN SCORE INDEX FUNGSI SEKSUAL WANITA ( FSFI SCORE )
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING
Eka Handayani, Ardiansyah E, Luther D Siregar HS, Tala MR, Effendi IH
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan, Indonesia, Juli 2013
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Disfungsi seksual sangat sering terjadi pada wanita dibandingka pria. Dimana pada wanita , disfungsi seksual ini akan meningkat di masa transisi menopause sampai akhir dari menopause.
TUJUAN: Untuk menganalisa perbedaan fungsi seksual wanita pada masa premenopause dan pascamenopause dan mengetahui fungsi seksual pada wanita premenopause dan pascamenopause di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSU Jejaring Kota Medan
METODE: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study) yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP.H Adam Malik Medan dan Rumah sakit Jejaring pada wanita usia 40-65 tahun yang berkunjung ke poli klinik Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan Rumah sakit jejaring. Penentuan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data dianalisis dengan cara deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi frekuensi. Untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji chi square dengan p value <0,05 dipertimbangkan signifikan secara statistik.
Kesimpulan: Pada penelitian ini dijumpai bahwa jumlah wanita dengan disfungsi seksual , lebih tinggi pada masa pascamenopause dibandingkan wanita premenopause dan secara statisitk berbeda signifikan. Kondisi BMI pada wanita premenopause dan pascamenopause dengan kejadian disfungsi seksual tidak memiliki hubungan yang signifikan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai
“sebuah gangguan dalam proses yang memiliki karakteristik siklus respon
seksual atau rasa sakit terkait dengan hubungan seksual. Disfungsi
seksual pada perempuan sangat umum terjadi di Amerika Serikat, yang mempengaruhi lebih dari 40% wanita berusia 18-59 tahun. Meskipun
disfungsi seksual tampaknya lebih umum terjadi di wanita dibandingkan pria, penelitian mengenai gangguan seksual pada perempuan masih sangat sedikit.1
Terdapat bukti bahwa disfungsi seksual meningkat pada saat masa transisi menopause yaitu sebanyak 88%, 33 % prevalensi disfungsi
seksual pada penelitian saat ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang memperkirakan bahwa 27-31% wanita menjelang menopause
mengalami peningkatan gangguan seksual.1,3,4 Wanita pada masa akhir transisi 2,4 kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi seksual dibandingkan wanita premenopause.1
Pada penelitian cross sectional wanita berusia 44-55 tahun, Dennerstein et al (2001) menemukan bahwa 31% melaporkan penurunan
dan masalah dengan pasangan juga diperburuk selama periode akhir perimenopause ke paska menopause.2
Secara fisiologis, saat ini tidak jelas mengapa fungsi seksual menurun selama masa transisi menopause. Secara khusus, hubungan antara
perubahan hormonal dan seksualitas selama periode ini masih sulit dipahami.5,6 Bersamaan dengan penurunan minat seksual, androgen yang bersirkulasi menurun selama tahun-tahun akhir reproduksi dengan kadar
androgen pada usia 45 tahun sekitar satu setengah dari wanita yang berusia 20-an.1,6 Dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS) menunjukkan
perubahan serupa dengan androgen tetapi tampaknya lebih jelas berkaitan dengan penurunan usia. Pada penelitian longitudinal, kadar estradiol (E2) rendah secara signifikan mengurangi keinginan seksual
wanita dan tidak mempengaruhi aktivitas seksualnya. Adanya hubungan negatif signifikan antara kadar E2 dan dispareunia juga telah ditemukan.6
Tingginya kadar DHEAS dikaitkan dengan kemungkinan disfungsi seksual lebih rendah. Artinya wanita dengan kadar paling rendah paling
mungkin mengalami disfungsi seksual. Selain itu, faktor-faktor lain terkait dengan disfungsi seksual termasuk tidak adanya pasangan seksual, kecemasan, dan anak-anak berusia kurang dari 18 tahun yang tinggal di
rumah. Dari penelitian Gracia et al (2007), tidak dapat mendeteksi adanya asosiasi signifikan antara kadar hormon reproduktif lain seperti testosteron
Temuan hormon ini konsisten dan didukung oleh sebuah penelitian besar baru-baru ini diterbitkan di Australia. Mereka meneliti bahwa wanita
yang berusia lebih dari 45 tahun dengan penurunan skor responsivitas seksual cenderung memiliki hampir lebih dari 4 kali kadar DHEAS di
bawah 10th persentil dibandingkan wanita dengan skor responsivitas normal.7
Dennerstein et al (2002) tidak menemukan adanya hubungan
langsung antara skor suasana hati dan kadar hormone pada awal atau akhir fase transisi menopause.4 Penelitian cosar et al (2007) juga tidak
menemukan adanya hubungan antara rendahnya skor kepuasan seksual dan rendahnya estradiol, kadar DHEAS (>0,05) pada transisi menopause.6
Kebiasaan perilaku sosial berpasangan dan nilai-nilai komunitas juga merupakan faktor signifikan yang mempengaruhi adanya dan tingkat
disfungsi seksual perempuan. Klimakterik merupakan periode perubahan bio-psiko-sosial bervariasi, panjang, dan kompleks yang dapat mengubah
kualitas hidup, termasuk kepuasaan seksual.2,8 Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal, yaitu fase proses penuaan dari stadium reproduktif menjadi non-reproduktif dan
terjadi pada wanita berumur 40-65 tahun.9,10 Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Keluhan tersebut
Female Sexual Function Index (FSFI) dirancang untuk menjadi penilaian uji klinis instrumen yang berisikan sifat multidimensi fungsi
seksual wanita. FSFI sudah di validasi berdasarkan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition ) dan
dikembangkan melalui berbagai tahap, termasuk seleksi panel komponen awal, pengujian awal dengan sukarelawan sehat diikuti oleh validasi linguistik dan konseptual dengan panel konsultan ahli.13 Berdasarkan
faktor metode analitik, lima faktor atau domain fungsi seksual diidentifikasi, yaitu keinginan dan gairah subjektif, lubrikasi, orgasme,
kepuasan, dan nyeri/ ketidaknyamanan. Keuntungan dari skala baru ini adalah adanya pengukuran kedua respon perifer (misalnya lubrikasi) dan sentral (subjektif gairah dan keinginan, sebagai bagian yang terpisah)
terhadap stimulasi seksual. FSFI merupakan kuesioner yang terdiri dari 19 pertanyaan yang memisahkan domain fungsi seksual perempuan.14
Pada tahun 2009, dilakukan penelitian oleh Sari mengenai pengaruh menopause terhadap disfungsi seksual wanita di kelurahan Pajang,
Surakarta dengan menggunakan kuesioner FSFI. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa menopause dapat meningkatkan kejadian disfungsi seksual. Persentase kejadian disfungsi seksual sebelum
menopause sebanyak 14,74% dan setelah menopause 30,53%. Sedangkan sebanyak 85,26% responden tidak mengalami disfungsi
terdapatnya pengaruh signifikan menopause terhadap terjadinya disfungsi seksual wanita (p= 0,001 [p<0,05]).16
Dari berbagai hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa disfungsi seksual meningkat pada saat masa klimakterium. Disfungsi
seksual ini dapat diukur dengan menggunakan FSFI.
Karena, alasan inilah peneliti ingin melihat bagaimana indeks fungsi seksual wanita pada masa premenopause dan pascamenopause yaitu
pada usia 40 - 65 tahun.
1.2. Masalah Penelitian
Dimasa premenopause sampai pascamenopause merupakan periode perubahan bio-psiko-sosial bervariasi, panjang, dan kompleks yang dapat mengubah kualitas hidup, termasuk kepuasaan seksual. Secara fisiologis,
saat ini tidak jelas mengapa fungsi seksual menurun selama masa transisi menopause. Karena itu, disfungsi seksual banyak ditemukan pada wanita
saat masa ini. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin menganalisa bagaimanakah fungsi seksual wanita pada masa premenopause dan pascamenopause.
1.3. Hipotesa Penelitian
Ada perbedaan yang bermakna terhadap skor indeks fungsi seksual
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
- Menganalisa perbedaan fungsi seksual wanita pada masa
premenopause dan pascamenopause.
Tujuan Khusus
- Mengetahui fungsi seksual pada wanita premenopause. - Mengetahui fungsi seksual pada wanita pascamenopause.
- Mengetahui ada perbedaan fungsi seksual pada wanita masa
premenopause dan pascamenopause
1.5. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang fungsi seksual wanita masa premenopause dan pascamenopause.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PREMENOPAUSE
Prameopause adalah masa sekitar usia 40 thn dengan dimulainya dengan siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, yang kadang kadang disertai dengan rasa nyeri. Pada beberapa wanita
telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari hasil analisa hormonal dapat ditemukan kadar FSH dan estrogen yang
tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan ( hiperstimulasi ), sehingga kadang kadang dijumpai kadar estrogen yang tinggi. Keluhan yang muncul dapat
disebabka karena hormon yang normal maupun tinggi. Sedangkan keluhan yang muncul pada masa pascamenopause disebabkan karena
kadar hormon yang rendah. 9 , 15
2.2. PASCAMENOPAUSE
Pascamenopause adalah masa setelah menopause sampai senium
yang dimulai setelah 12 bulan tidak dapat haid ( amenorea ). Pada saat ini kadar FSH dan LH sangat tinggi (> 35 mIU/ml ) dan kadar estradiol sangat
rendah (<30 pg/ml). Rendahnya kadar estradiol mengakibatkan endomerium menjadi atropi sehingga haid tidak terjadi lagi.15
beberapa ribu buah. Tambahan pula folikel yang tersisa ini rupanya juga lebih resisten terhadap rangsangan gonadotropin. Dengan demikian,
siklus ovarium yang lambat laun terhenti. Pada wanita di atas 40 tahun siklus haid untuk 25% tidak disertai ovulasi, jadi bersifat ovulatoar.9
Sebelum haid terhenti, sebenarnya pada seorang wanita telah terjadi berbagai perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel, dan menurunnya sintesis steroid seks.
Penurunan fungsi ovarium itu menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan ini akan
mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. 9,10 Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi
umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin itu, ternyata yang paling
mencolok peningkatannya adalah FSH. Oleh karena itu, peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk
mendiagnosis sindrom klimakterik.9
Secara endokrinologis, masa premenopause ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran
klinis dari defisiensi estrogen dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik dan gangguan siklus haid.9
2.3. Perubahan Hormonal Pada Masa Premenopause Sampai
Pascamenopause
Transisi menopause dikarakteristik oleh kadar estrogen yang berfluktuasi, siklus menstruasi yang tidak regular, dan kadang-kadang
terdapat gabungan manifestasi klinis kelebihan dan defisiensi estrogen. Karena itu, selama satu minggu wanita bisa mengeluh mastalgia dan perdarahan yang parah dan minggu berikutnya, mengalami gejala klinis
vasomotor, gangguan tidur dan kelelahan sebagai akibat dari insufisiensi estrogen. Perubahan hormonal ini memiliki dampak pada hasrat seksual
wanita dan kapasitas untuk mencapai orgasme. Selama masa perimenopause, wanita biasanya mengeluhkan kekeringan vagina berhubungan dengan aktifitas seksual. Tanda ini merupakan tanda dari
kegagalan untuk orgasme dan lubrikasi, tetapi bukan karena insufisiensi estrogen.17
Kita ketahui bahwa pada saat premenopause terjadinya penurunan jumlah folikel ovarium, sehingga menyebabkan penurunan produksi
estrogen. Terjadi peningkatan Serum Gonadotropin yang menyebabkan FSH dan LH meningkat juga. Peningkatan FSH ini akan terjad beberapa tahun sebelum terjadinya menopause. Peningkatan FSH akan
menurunkan Inhibin B sehingga dapat menurunkan jumlah folikel di ovarium. Estrogen tidak akan hilang sampai akhir dari masa
ini, yaitu dari premenopause sampai menopause maka, pengukuran untuk FSH dan estradiol tidak memiliki nilai yang reliabel dalam pada penentuan
status menopause.17
Berlawanan dengan penurunan estrogen selama masa
menopause, kadar testosteron tidak berubah tiba-tiba selama masa transisi menopause, tetapi menurun secara progresif seiring dengan usia dari tahun pertengahan reproduksi.15 Setelah menopause hormon yang
mengalami perubahan terdiri dari empat, yaitu androgen, estrogen, progesteron dan gonadotropin. Sekitar 50% androstenedion yang beredar
mengalami penurunan. Androgen adrenal akan berkurang sebanyak 60-80% sesuai dengan umur. Penurunan testosteron lebih minimal.10 Terjadi konversi dari androstenedion sebanyak 14%, tetapi mayoritas diproduksi
oleh sel stroma hilar dan terluteinisasi di dalam ovarium yang berespon terhadap meningkatnya gonadotropin.10,18
Peningkatannya relatif terjadi pada testosteron dibandingkan androgen lain. Peningkatan relatif testosteron dibandingkan androgen lain
Gambar 2.1 Mekanisme biosintesis steroid sex .19
Estron merupakan estrogen saat menopause, paling banyak diproduksi oleh adrenal- meskipun konversi perifer dari androstenedion meningkat
dua kali. Sebagian estron dan testosteron secara perifer mengalami konversi menjadi estradiol. Hentinya ovulasi menyebabkan penurunan
progesteron karena tidak adanya produksi dari korpus luteum lagi.10
2.4 Disfungsi Seksual pada Wanita Masa Premenopause dan
Pascamenopause
Disfungsi seksual secara luas didefinisikan oleh DSM-IV sebagai
“sebuah gangguan dalam proses yang memiliki karakteristik siklus respon
disfungsi seksual tampaknya lebih umum terjadi di wanita dibandingkan pria, penelitian mengenai gangguan seksual pada perempuan masih
sangat sedikit.1
Philips NA membuat suatu bagan siklus disfungsi seksual pada wanita
sebagai berikut :20
Gambar 2.2 : Siklus Disfungsi Seksual Pada Wanita. 20
Tahun 1999 Consensus Classification System sexual desire disorder membuat Klasifikasi disfungsi seksual pada wanita , yaitu : 13, 20
- Gangguan hasrat seksual
- Gangguan orgasme - Gangguan gairah seksual
- Gangguan gairah seksual yang hipoaktif - Gangguan aversi seksual
- Gangguan nyeri seksual - Dyspareunia
- Vaginismus
- Gangguan nyeri seksual nonkoitus
Penurunan dari estrogen, progesterone dan testosterone sangat berpengaruh terhadap fungsi seksual wanita. Dengan berkurangnya
estrogen dapat menyebabkan hilangnya lubrikasi dari vagina, dan vagina akan menipis dan memendek. Dimana hal ini akan menyebabkan
dispareunia. Pada wanita yang teratur dalam melakukan hubungan seksual, gejala ini akan berkurang. Bila keadaan diatas tersebut tidak di terapi, maka akan menyebabkan rasa gatal dan panas pada vulva dan
vagina,infeksi pada saluran kemih ( yang disebabkan karena peningkatan Ph vagina yang menyebabkan berkembangnya bakteri koliform), dan
inkontinensia uri ( stress inkontinensia maupun urge kontinensia).
Keringnya vagina, rasa sakit dan dispareunia terjadi pada 65% wanita
pascamenopause. 17, 20
Terdapat bukti bahwa disfungsi seksual meningkat pada saat masa transisi menopause yaitu sebanyak 88%, 33 % prevalensi disfungsi
seksual pada penelitian saat ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang memperkirakan bahwa 27-31% wanita menjelang menopause
transisi 2,4 kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi seksual dibandingkan wanita premenopause.1
Pada penelitian cross sectional wanita berusia 44-55 tahun, Dennerstein et al (2001) menemukan bahwa 31% melaporkan penurunan
minat seksual, khususnya responsivitas seksual dari periode premenopause ke akhir perimenopause. Selain itu, aspek lain fungsi seksual seperti frekuensi hubungan seksual, libido, dispareunia vagina,
dan masalah dengan pasangan juga diperburuk selama periode akhir perimenopause ke paska menopause.2
Domain disfungsi seksual yang memburuk selama masa transisi ke akhir transisi adalah keinginan, gairah, dan nyeri. Penemuan ini konsisten dengan laporan sebelumnya dari penelitian longitudinal Australia yang
mengamati puncak masalah seksual selama masa akhir transisi, khususnya yang mempengaruhi libido, frekuensi seksual, perasaan positif
terhadap pasangan, dan dispareunia.21
Secara fisiologis, saat ini tidak jelas mengapa fungsi seksual menurun
selama masa transisi menopause.4,5 Hubungan antara kadar hormon reproduktif dan disfungsi seksual selama transisi menopause masih belum jelas. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat penurunan kadar
estrogen atau androgen, dimana penemuan ini tidak meyakinkan. Pada penelitian saat ini, kadar DHEAS rata-rata lebih tinggi tampaknya menjadi
et al (2007) menunjukkan bahwa wanita dengan disfungsi seksual
memiliki lebih dari dua kali kadar DHEAS dalam kuartil terendah. Dari
penelitian tersebut, tidak ditemukan kadar testosterone total rata-rata dan bebas, atau variabilitas dalam ukuran hormon reproduktif, dikaitkan
dengan disfungsi seksual.1,3
Bersamaan dengan penurunan minat seksual, androgen yang bersirkulasi menurun selama tahun-tahun akhir reproduksi dengan kadar
androgen pada usia 45 tahun sekitar satu setengah dari wanita yang berusia 20-an.1,6 DHEAS menunjukkan adanya perubahan yang serupa
dengan androgen tetapi tampaknya lebih jelas berkaitan dengan penurunan usia. Pada penelitian longitudinal, kadar E2 rendah secara signifikan dapat mengurangi keinginan seksual wanita dan tidak
mempengaruhi aktivitas seksualnya. Selain itu, juga ditemukan adanya hubungan negatif signifikan antara kadar E2 dan dispareunia.6
Temuan hormon ini didukung oleh sebuah penelitian besar baru-baru ini diterbitkan di Australia. Mereka meneliti bahwa wanita yang berusia
lebih dari 45 tahun dengan penurunan skor responsivitas sreksual cenderung memiliki hampir lebih dari 4 kali kadar DHEAS di bawah 10th persentil dibandingkan wanita dengan skor responsivitas normal.7
Dennerstein et al (2002) tidak menemukan adanya hubungan langsung antara skor suasana hati dan kadar hormon pada awal atau
dan rendahnya estradiol, kadar DHEAS (>0,05) pada transisi menopause.6
Lobo menunjukkan bahwa hasrat seksual meningkat pada wanita paska menopause yang diberi estrogen.19 Dennerstein et al (2004)
melaporkan bahwa sebagian transisi sosial seperti kehilangan atau mendapatkan pasangan pada usia pertengahan, gangguan kesehatan berkaitan dengan usia memiliki efek samping atau positif terhadap fungsi
seksual wanita.22
Berdasarkan hasil penelitian Cosar et al (2007) didapatkan bahwa
kadar testosterone bebas juga berkorelasi dengan kepuasan seksual pada wanita perimenopause. Mereka menemukan adanya penurunan kadar testosteron bebas minimal tetapi signifikan dalam periode 1 tahun. Skor
kepuasan seksual juga menurun minimal. Terdapat juga bukti dari double blind placebo controlled clinical trial menunjukkan bahwa androgen dapat
mempengaruhi fungsi seksual. Ditemukan bahwa testosterone memiliki efek positif lebih dari estrogen sendiri dalam fungsi seksual dan suasana
hati.6 Gerber et al (2005) menunjukkan bahwa adanya penurunan kadar testosterone bebas yang tidak signifikan selama 5 tahun.23 Gallichio et al (2007) juga menemukan bahwa kadar testosteron total dan bebas
terdapat lebih tinggi secara signifikan terkait dengan adanya hasrat untuk meningkatkan hubungan seksual pada wanita usia pertengahan.8
tampaknya memiliki peranan dalam respon seksual.1,8,13,24. Dari penelitian Nobre (2006) disebutkan bahwa terdapat perbedaan respons emosional
terhadap pikiran automatik yang terjadi pada saat aktivitas seksual antara fungsi dan disfungsi seksual pada laki-laki dan wanita. Pria dengan
disfungsi seksual memiliki lebih banyak emosi sedih, dan ketakutan, dan kurangnya kepuasan dibandingkan pria tanpa gangguan seksual. Wanita dengan disfungsi seksual memiliki lebih sedikit kepuasan dan
kesenangan, dan lebih banyak kesedihan, rasa bersalah, dan amarah. Adanya penelitian yang menyataka’n bahwa emosi yang berkaitan dengan
afek depresi (kesedihan, kekecewaan, kurangnya kesenangan) sebagai lawan emosi negatif (sebagian besar terkait dengan kecemasan) adalah berkorelasi kuat disfungsi seksual.25
2.5. Efek Body Mass Index ( BMI ) Tehadap Fungsi Seksual Wanita
Efek metabolik dari obesitas pada sirkulasi hormone endogen merupakan reduksi progresif dari SHBG (Sex Hormone Binding Globulin )
yang akan meningkatkan Body Mass Index ( BMI ) pada wanita masa premenopause dan pascamenopause. Dimana secara langsung berhubungan dengan hormone estrogen pada wanita pascamenopause.
Mekanisme reduksi pada SHBG ini berhubungan pada peningkatan nilai insulin dalam hubungannya terhadap peningkatan BMI. Telah diketahui
Pada wanita pascamenopause, estrogen perifer meningkat akibat konversi dari estron yang ada di jaringan adipose yang akan
menyebabkan peningkatan umpanbalik negative terhadap sekresi gonadotropin. Peningkatan insulin menyebabkan meningkatnya nilai
androgen.
Sebagai konsekuensinya , setelah menopause, konsentrasi estrogen langsung berhubungan dengan jaringan adiposa. Karena itu,
peningkatan konsentrasi estradiol bebas akan lebih besar dibanding konsentrasi estradiol total sesuai dengan kategori BMI. Dimana hal ini
akan menyebabkan efek ganda yaitu meningkatkan produksi estrogen dan menurunkan SHBG pada sirkulasi. 26
Pada penelitian Esposito yang meneliti hubungan antara Obesitas
dengan fungsi seksual pada wanita yang menggunakan FSFI score, dijumpai bahwa adanya hubungan yang terbalik antara BMI dengan FSFI
score. Dimana BMI yang tinggi dijumpai FSFI score yang rendah. Yang artinya pada wanita obesitas nilainya menunjukkan disfungsi seksual .
Bila dihubungkan dengan ke enam domain yang ada di FSFI score tersebut ( keinginan, gairah, lubrikasi, orgasme,kepuasan, nyeri ), dengan BMI, maka dijumpai BMI yang tinggi akan memiliki keinginan, gairah,
lubrikasi dan orgasme yang rendah.
Dimana BMI tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap keinginan
2.6. Female Sexual Function Index (FSFI)
FSFI dirancang untuk menjadi penilaian uji klinis instrumen yang berisikan sifat multidimensi fungsi seksual perempuan. FSFI sudah di
validasi berdasarkan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition ) dan dikembangkan melalui berbagai tahap,
termasuk seleksi panel komponen awal, pengujian awal dengan sukarelawan sehat diikuti oleh validasi linguistik dan konseptual dengan panel konsultan ahli. Bila nilai FSFI ≤26,55 dinyatakan terganggu fungsi
seksual. 11, 12, 13
Berdasarkan faktor metode analitik, lima faktor atau domain fungsi
seksual diidentifikasi, yaitu a. Hasrat, b. gairah subjektif, c. Lubrikasi, d. Orgasme, e. Kepuasan, dan f. Nyeri/ ketidaknyamanan. Keuntungan dari skala baru ini adalah adanya pengukuran kedua respon perifer (misalnya
lubrikasi) dan sentral (subjektif gairah dan keinginan, sebagai bagian yang terpisah) terhadap stimulasi seksual.14
FSFI merupakan kuesioner yang terdiri dari 19 pertanyaan yang memisahkan domain fungsi seksual perempuan, yaitu hasrat/ gairah, lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan nyeri.. Komponen-komponen penting
dari FSFI ini yaitu pertanyaan 1 mengenai frekuensi hasrat, pertanyaan 2 mengenai tingkat hasrat, pertanyaan 3 frekuensi gairah, pertanyaan 4
tingkat gairah, pertanyaan 5 kepercayaan diri (gairah), pertanyaan 6 kepuasaan gairah, pertanyaan 7 frekuensi lubrikasi, pertanyaan 8
pertanyaan 11 frekuensi orgasme, pertanyaan 12 kesulitan untuk mencapai orgasme, pertanyaan 13 kepuasan mencapai orgasme,
pertanyaan 14 kepuasan dengan kedekatan bersama pasangan, pertanyaan 15 kepuasan dengan hubungan seksual, pertanyaan 16
kepuasan dengan seluruh kehidupan seksual, pertanyaan 17 frekuensi nyeri selama penetrasi vagina, pertanyaan 18 frekuensi nyeri sesudah penetrasi vagina, dan pertanyaan 19 kadar nyeri selama atau setelah
penetrasi vagina.15
Pada tahun 2009, dilakukan penelitian oleh Sari mengenai pengaruh
menopause terhadap disfungsi seksual wanita di kelurahan Pajang, Surakarta dengan menggunakan kuesioner FSFI. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa menopause dapat meningkatkan kejadian
disfungsi seksual. Persentase kejadian disfungsi seksual sebelum menopause sebanyak 14,74% dan setelah menopause 30,53%.
Sedangkan sebanyak 85,26% responden tidak mengalami disfungsi seksual sebelum menopause dan sebanyak 69,47% juga tidak mengalami
disfungsi seksual setelah menopause. Selain itu, juga ditemukan bahwa terdapatnya pengaruh signifikan pada usia menopause terhadap terjadinya disfungsi seksual wanita (p< 0,001 ).16
Untuk subjek dengan disfungsi seksual, skor FSFI tampaknya cukup independen untuk pengaruh penyesuaian marital. Domain individu
Tabel 2.1. Domain Scoring 13
2.7. Kerangka konsep
Variabel Bebas Variabel terikat
Gambar 2.3 Kerangka konsep Wanita pada masa
- Premenopause - Pascamenopause
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan studi potong lintang (cross sectional study)
3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUP.H Adam Malik Medan dan Rumah sakit Jejaring. Waktu penelitian dimulai pada Juli 2013 sampai selesai.
3.3. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Populasi
Populasi adalah yaitu seluruh wanita berumur 40-60 tahun yang berkunjung ke poli klinik Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik
Medan dan Rumah sakit jejaring. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah wanita usia 40-65 tahun yang berkunjung ke poli klinik Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan dan Rumah sakit jejaring. Penentuan sampel dilakukan secara consecutive
3.4. BESAR SAMPEL
Besar sampel penelitian dihitung secara statistik berdasarkan rumus: n1=n2= 2 ( Zα + Zβ).S
Zα = Nilai baku normal dari tabel Z, α=0,05 Zα=1,96
Zβ = Nilai baku normal dari tabel Z, β=0,20 Zβ=0,84
n = Besarnya sampel
(x1-x2) = Selisih minimal yang dianggap bermakna= 10
S = Standar deviasi= 12 (standar deviasi 12 merupakan standar
deviasi gabungan skor disfungsi seksual premenopause dan pascamenopause.
n1=n2 = 2 ( 1,96 +0,84).12 10
= 22 orang
Jadi besar sampel yang dibutuhkan untuk penelitian adalah sedikitnya 22 orang untuk masing-masing kelompok premenopause dan
pascamenopause.
2
2
3.4 KRITERIA PENELITIAN
3.4 .1. KRITERIA INKLUSI
a. Wanita berumur 40-65 tahun b. Masih memiliki pasangan
c. Wanita tanpa kelainan organ genitalia
d. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani surat persetujuan penelitian.
3.5. PROSEDUR KERJA
a. Subjek yang memenuhi kriteria penerimaan diberi penjelasan
tentang penelitian yang akan dilakukan dan akan menandatangani lembar persetujuan serta melengkapi kuesioner.
b. Data diri yang harus diisi berupa usia, status menopause
(premenopause atau pascamenopause), BMI ( Body Mass Index ).
3.6. ANALISIS DAN INTERPRETASI
Data penelitian dikumpulkan dalam suatu formulir penelitian yang
telah disiapkan kemudian dilakukan entry data secara komputerisasi. Data dianalisis dengan cara deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi frekuensi. Untuk melihat hubungan antar variabel digunakan uji chi square
3.7. BATASAN OPERASIONAL
1. Premenopause adalah : Wanita yang berumur 40- 50 tahun, masih
mendapat menstruasi dan masih memiliki organ genitalia.
2. Pascamenopause adalah : Wanita yang berumur 51 – 65 tahun,
sudah dua tahun tidak mendapat menstruasi dan masih memiliki organ genitalia.
3. Disfungsi seksual adalah sebuah gangguan dalam proses yang
memiliki karakteristik siklus respon seksual atau rasa sakit terkait dengan hubungan seksual.
Dilakukan pengukuran fungsi seksual dengan skor fungsi seksual wanita ( FSFI score ), yang terdiri dari 6 domain yang sudah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia
Dikatakan disfungsi seksual bila skor FSFI ≤ 26.
Dikatakan tidak disfungsi seksual bila skor FSFI > 26.
4. BMI adalah Body Mass Index atau index Massa Tubuh yang
dihitungdari berat badan (kilogram) dibandingkan dengan tinggi
badan kuadrat ( meter ) pada saat pasien dating, dan digolongkan ke dalam kriteria WHO ( 2004 ) :
- Underweight : BMI < 18 kg/m2
- Normoweight : BMI 18-25 kg/m2
- Overweight : BMI 25-30 kg/m2
3.8 ALUR PENELITIAN
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Wanita premenopause dan pascamenopause
Kriteria Inklusi
Pengukuran indeks fungsi seksual
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 44 orang yang terdiri dari 22 wanita usia premenopause dan 22 wanita usia pascamenopause. Gambaran karakteristik responden ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Tabel karakteristik
Karakteristik responden pada penelitian ini berdasarkan usia pada rentang
umur 40 – 65 tahun dengan kelompok responden premenopause pada rentang umur 40 – 50 tahun dan kelompok responden paska menopause pada rentang umur 51 -65 tahun.
Berdasarkan status BMI responden, kelompok premenopause umumnya normoweight dan overweight masing-masing 45,5%, sedangkan pada
Tabel 4.2 ; Tabel rerata Indeks Fungsi Seksual wanita masa
dengan t-test independent didapati perbedaan rerata nilai indeks fungsi seksual yang signifikan dengan p-value <0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
kondisi pascamenopause memberikan pengaruh penuruan skor indeks fungsi seksual secara signifikan pada wanita.
Tabel 4.3 ; Tabel silang disfungsi seksual wanita masa
mengalami disfungsi seksual sedangkan pada wanita kelompok
Status Menopause Mean SD p-VALUE
Premenopause 32,05 3,05 <0,001
pascamenopause, umumnya mengalami disfungsi seksual. Secara statistik dengan uji Chi-square menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan disfungsi seksual wanita masa premenopause dan pascamenopause (p<0,05).
Pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa ada gangguan fungsi seksual pada wanita di masa premenopause dan pascamenopause. Dimana pada masa itu kadar estradiol (E2) rendah secara signifikan
sehingga dapat mengurangi keinginan seksual wanita dan tidak mempengaruhi aktivitas seksualnya.6
Temuan hormon ini didukung oleh sebuah penelitian besar baru-baru ini diterbitkan di Australia. Mereka meneliti bahwa wanita yang berusia lebih dari 45 tahun dengan penurunan skor responsivitas sreksual cenderung
memiliki hampir lebih dari 4 kali kadar DHEAS di bawah 10th persentil dibandingkan wanita dengan skor responsivitas normal.7
Terdapat bukti bahwa disfungsi seksual meningkat pada saat masa transisi menopause yaitu sebanyak 88%, 33 % prevalensi disfungsi
seksual pada penelitian saat ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang memperkirakan bahwa 27-31% wanita menjelang menopause mengalami peningkatan gangguan seksual.1,2,3 Wanita pada masa akhir
transisi 2,4 kali lebih mungkin untuk mengalami disfungsi seksual dibandingkan wanita premenopause.1
minat seksual, khususnya responsivitas seksual dari periode premenopause ke akhir perimenopause. Selain itu, aspek lain fungsi
seksual seperti frekuensi hubungan seksual, libido, dispareunia vagina, dan masalah dengan pasangan juga diperburuk selama periode akhir
perimenopause ke paska menopause.2
Tabel 4.4; Tabel silang disfungsi seksual wanita premenopause
dengan BMI
Pada Penelitian ini dijumpai bahwa pada wanita premenopause sebagian besar adalah normoweight dan overweight dan tidak mengalami disfungsi seksual. Secara statistik dengan uji Fisher Exact didapatkan bahwa tidak
pada masa premenopause (p>0,05). Pada wanita pascamenopause sebagian besar memiliki BMI yang normoweight dan overweight dan
mengalami disfungsi seksual. Secara statistik dengan uji Continuty correction didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna kondisi
BMI dengan fungsi seksual wanita pada masa pascamenopause (p>0,05). Pada penelitian Esposito yang meneliti hubungan antara Obesitas dengan fungsi seksual pada wanita yang menggunakan FSFI score,
dijumpai bahwa adanya hubungan yang terbalik antara BMI dengan FSFI score. Dimana BMI yang tinggi dijumpai FSFI score yang rendah. Yang
artinya pada wanita obesitas nilainya menunjukkan disfungsi seksual . Bila dihubungkan dengan ke enam domain yang ada di FSFI score tersebut ( keinginan, gairah, lubrikasi, orgasme,kepuasan, nyeri ), dengan
BMI, maka dijumpai BMI yang tinggi akan memiliki keinginan, gairah, lubrikasi dan orgasme yang rendah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pada penelitian ini dijumpai bahwa jumlah wanita dengan disfungsi
seksual yang lebih tinggi pada masa pascamenopause dibandingkan wanita premenopause dan secara statisitk berbeda signifikan.
2. Kondisi BMI pada wanita premenopause dan pascamenopause dengan
kejadian disfungsi seksual tidak memiliki hubungan yang signifikan.
5.2 Saran
Perlu dilakukan upaya promotif dan edukatif kepada para wanita
premenopause dan pascamenopause tentang fungsi seksual di usia wanita periode ini. Dimana hal ini untuk pengetahuan dalam menilai gangguan fungsi seksual pada wanita di usia ini. Dan juga untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Gracia, C.R., Freeman, E.W., Sammel, M.D., Lin, H.,Mogul, M. 2007 Hormones and Sexuality during Transition to Menopause.
Obstet Gynecol 109:831–40.
2. Dennerstein, L., Dudly, E., Burger, H. 2001. Are Changes in Sexual Functioning during Midlife due to Aging or Menopause? Fertil Steril
76:456–60.
3. Gracia, C.R., Sammel, M.D., Freeman, E.W., Liu, L., Hollander, L.,
Nelson, D.B. 2004. Predictors of Decreased Libido in Women during The Late Reproductive Years. Menopause 11:144–50.
4. Dennerstein, L., Randolph, J., Taffe, J., Dudley, E., Burger, H. 2002. Abstract: Hormones, Mood, Sexuality, and The Menopausal Transition. Fertil Steril 77:S42–8.
5. Santoro, N., Torrens, J., Crawford, S., Allsworth, J.E., Finkelstein, J.S., Gold, E.B., et al. 2005. Correlates of Circulating Androgens in
Mid-life Women: The Study of Women’s Health across The Nation.
J Clin Endocrinol Metab 90:4836–45.
6. Cosar, E., Erenus, M. 2007. Original Research Hormones and
Sexual Functioning in Menopausal Transition. Marmara Medical Journal 20(2);150-153.
7. Davis, S.R., Davison, S.L., Donath, S., Bell, R.J. 2005. Circulating Androgen Levels and Self-Reported Sexual Function in Women.
8. Gallicchio, L., Schilling, C., Tomic, D., Miller, S.R , Zacur, H., Flaws, J.A.. 2007. Abstract: Correlates of Sexual Functioning among
Mid-life Women. Climacteric 10:132–42
9. Sarwono P, Ilmu Kandungan, 2008, Bina Pustaka, Edisi 2,
Endokrinologi Reproduksi Pada Wanita 3: 102 - 43
10. Pitkin, A., Peattie, A.B., Magowan, B.A. 2003. Obstetric and Gynaecology An Illustrated Colour Text. United States Churcill
Livingstone. p148
11. Yuniarty Amra, Josephine L.T., Eddy Hartono ,2012. Hubungan
Kadar Testosteron Total Dengan Fungsi Seksual Wanita pada Akseptor Pil KB Kombinasi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Bagian Obstetri dan Ginekologi.
12. Wiegel M, Meston C, Rosen R, 2005, The Female Sexual Function Index (FSFI): Cross-Validation and Development of Clinical Cutoff
Scores; Journal of Sex & Marital Therapy, 31:1–20
13. Kamerrer D, Rebecca G, MD Rogers,2008. Female Sexual
Functionand Dysfunction, Obstet Gynecol Clin N Am 35 ; p 169– 183
14. Rosen, R., Brown, C., Heiman, J., Leiblum, S., et al. 2000. The
Female Sexual Function Index (FSFI): A Multidimensional Self-report Instrument for The Assessment of Female Sexual Function. J
15. Baziad A, 2008, Menopause; Endokrinologi Ginekologi, edisi 3 , Media Aesculapius FKUI, ch.10: p.141-115
16. Sari, A.R. 2009. Abstrak: Pengaruh Menopause terhadap Terjadinya Disfungsi Seksual Wanita di Kelurahan Pajang,
Surakarta. UNS-F. Kedokteran Jur. Kedokteran G0006006020 17. Kaiser E Fran, 2003, Sexual function and the older woman : Clinic
In Geriatric Medicine 19; p.472- 463
18. Davis, S.R., Jane, F. 2011. Sex and Perimenopause. Australian Family Physician 40 (5) p274-8
19. The Luu Van, Labrie Fernand, 2010, The intracrine sex steroid biosynthesis pathways : Oncology, Molecular Endocrinology and
Human Genomics Research Center (CREMOGH) chapter 10;
p.192-177
20. Suskhan, 2011, Disfungsi Seksual Pada Wanita; Buku Ajar
Uroginekologi Indonesia; Obstetri dan Ginekologi FK-UI; ch 25; p.222- 211
21. Guthrie, J.R., Dennerstein, L., Taffe, J.R., Lehert, P., Burger, H.G. 2004. Abstract: The Menopausal Transition: A 9-year Prospective Population-based Study. The Melbourne Women’s Midlife Health
22. Lobo, R. 2003. Abstract: Comparative Effects of Oral Esterified Estrogens With and Without Methyltestesterone on Endocrine
Profiles and Dimensions of Sexual Function in Postmenopausal Women with Hypoactive Sexual Desire. Fertil Steril 79:1341-1352.
23. Gerber, J.R., Johnson, J.V., Bunn, J.Y., et al. 2005. A Longitudinal Study of The Effects of Free Testosterone and Other Psycho Social Variables on Sexual Function During The Natural Traverse of
Menopause. Fertil Steril 83:643-648
24. Dennerstein, L., Lehert, P. 2004. Modelling Mid-aged Women’s
Sexual Functioning: A Prospective, Population-based Study. J Sex Marital Ther 30:173-183.
25. Nobre, P.J., Pinto-Gouveia, J. 2006. Emotions during Sexual
Activity: Differences between Sexually Functional and Dysfunctional Men and Women. Arch Sex Behav 35:491–95.
26. Lukanova A ,Lundin E, Jacquotte Z A et al; 2004; Body mass index, circulating levels of sex-steroid hormones,IGF-I and IGF-binding
protein-3: a cross-sectional study in healthy women; European Journal of Endocrinology,150; p.161–171
27. Esposito K, Ciotola M, Giugliono F, et al. Association of body
weight with sexual function in women. Int J Impot Res 2007;19:353–7
29. Sahid A, 2009, Peranan Konseling Pra Tubektomi Pomeroy Terhadap Fungsi Seksual Pasien Pasca Tubektomi Pomeroy di
RSUP.H.Adam Malik Dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Bag. Obsteri dan
LAMPIRAN 1
LEMBAR INFORMASI UNTUK CALON SUBYEK PENELITIAN
Ibu yang saya hormati
Terima kasih atas kesedian ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul:
PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA PREMENOPAUSE DAN PASKAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN
SCORE INDEX FUNGSI SEKSUAL WANITA ( FSFI SCORE ) DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING
Nama saya dr. Eka Handayani, saat ini saya sedang menempuh
pendidikan dokter spesialis di bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah di usia ibu pada masa premenopause ataupun paskamenopause saat ini, dijumpai adanya
gangguan fungsi seksual atau tidak.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisi lembaran penelitian yang berisi data-data pribadi ibu serta status menopause dan index massa
tubuh ibu.
Ibu-ibu premenopause maupun paskamenopause akan mengisi
lembaran penelitian dan kemudian data-data yang didapatkan akan diolah dengan analisis statistik secara komputerisasi. Dari hasil penelitian akan
indeks fungsi seksual wanita ( FSFI score). Tidak ada tindakan yang akan membahayakan jiwa ibu dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Obstetri dan Ginekologi di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS Jejaring, sejak bulan Juli 2013, di
bawah bimbingan langsung dua supervisor peneliti saya, yaitu:
dr. Edy Ardiansyah, M. Ked(OG), SpOG dan dr. David Luther, M.Ked(OG), SpOG.
Semua data yang ibu berikan saat mengisi lembaran penelitian dan proses wawancara akan saya jamin kerahasiaannya. Adapun
keikutsertaan ibu bersifat sukarela. Ibu boleh menolak dan ibu juga berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.
Demikian penjelasan saya mengenai penelitian ini. Sekali lagi saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kesediaan ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Bila ibu mempunyai sesuatu yang ingin
ditanyakan, ibu dapat menghubungi saya, dr. Eka handayani, pada nomor telepon yang tertera dibawah ini saat jam kerja.
Hormat Saya,
dr. Eka Handayani
dr. Eka Handayani
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK SETELAHPENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Umur :
Alamat :
Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur, tujuan dan
manfaat dari penelitian yang berjudul :
PERBEDAAN FUNGSI SEKSUAL WANITA PREMENOPAUSE DAN PASKAMENOPAUSE DENGAN MENGGUNAKAN
SCORE INDEX FUNGSI SEKSUAL WANITA ( FSFI SCORE ) DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DAN RS JEJARING
dan saya memahaminya, maka saya dengan sadar menyatakan bersedia
untuk ikut dalam penelitian ini. Apabila selama penelitian berlangsung saya mengundurkan diri maka kepada saya tidak akan dituntut apapun.
Medan, ..., 201 Yang memberi persetujuan
LAMPIRAN 3
KUESIONER FSFI
Pertanyaan 1: selama 4 minggu terakhir,
seberapa seringkah anda mempunyai
hasrat atau minat untuk melakukan
hubungan seksual?
5= selalu
4= sering ( lebih dari 2x dalam sebulan )
3= kadang kadang ( 2x dalam 1 bulan )
2= jarang ( kurang dari 2x sebulan)
1= tidak pernah sama sekali
Pertanyaan 2: selama 4 minggu terakhir,
1= Sangat rendah atau tidak ada
Pertanyaan 3: selama 4 minggu terakhir,
seberapa seringkah anda merasakan
rangsangan seksual selama berhubungan
seksual?
0= tidak melakukan hubungan seksual
5= Hampir selalu atau selalu
4= sering ( lebih dari 2x dalam sebulan )
3= kadang kadang ( 2x dalam 1 bulan )
2= jarang ( kurang dari 2x sebulan)
1= Hampir tidak pernah atau tidak pernah
sama sekali
Pertanyaan 4: selama 4 minggu terakhir,
bagaimana rata-rata tingkat rangsangan
seksual yang anda rasakan selama
1= Sangat rendah atau tidak ada sama
Pertanyaan 5: selama 4 minggu terakhir,
seberapa yakinkah and terhadap
rangsangan seksual yang akan terjadi
selama anda berhubungan seksual?
1= keyakinan sangat rendah atau tidak ada
keyakinan
Pertanyaan 6: selama 4 minggu terakhir,
seberapa seringkah anda merasa puas
terhadap rangsangan seksual saat
berhubungan seksual?
0= tidak melakukan hubungan seksual
5= selalu
4= sering ( lebih dari 2x dalam sebulan )
3= kadang kadang ( 2x dalam 1 bulan )
2= jarang ( kurang dari 2x sebulan)
1= Hampir tidak pernah atau tidak pernah
sama sekali
Pertanyaan 7: selama 4 minggu terakhir,
seberapa seringkah anda merasa vagina
anda basah saat melakukan hubungan
seksual?
0= tidak melakukan hubungan seksual
5= selalu
4= sering ( lebih dari 2x dalam sebulan )
3= kadang kadang ( 2x dalam 1 bulan )
2= jarang ( kurang dari 2x sebulan)
1= Hampir tidak pernah atau tidak pernah
sama sekali
Pertanyaan 8: selama 4 minggu terakhir,
Pertanyaan 9: selama 4 minggu terakhir,
seberapa seringkah anda berusaha untuk
mempertahankan vagina yang basah
2= jarang ( kurang dari 2x dalam 1 bulan)
1= Hampir tidak pernah atau tidak pernah
sama sekali
Pertanyaan 10: selama 4 minggu terakhir,
seberapa sulitkah untuk mempertahankan
keadaan vagina yang basah sampai
selesainya hubungan seksual?
Pertanyaan 11: selama 4 minggu terakhir,
ketika anda berhubungan seksual,
seberapa seringkah anda mencapai
orgasme (klimaks)?
0= tidak ada aktivitas seksual
5= hamper selalu atau selalu
4= Sering (lebih dari 2x sebulan)
3= kadang-kadang (2x sebulan)
2= kadang-kadang (kurang dari 2x sebulan)
1= hampir tidak pernah
Pertanyaan 12: selama 4 minggu terakhir,
Pertanyaan 13: selama 4 minggu terakhir,
3= sama saja antara puas dan tidak puas
2= tidak puas
1= sangat tidak puas
Pertanyaan 14: selama 4 minggu terakhir,
seberapa puaskah anda terhadap
kedekatan emosional dengan pasangan
anda selama aktivitas seksual ?
0= tidak ada aktivitas seksual
5= sangat puas
4= cukup puas
3= sama saja antara puas dan tidak puas
2= tidak puas
1= sangat tidak puas
Pertanyaan 15: selama 4 minggu terakhir,
Bagaimana kepuasan anda terhadap
hubungan seksual dengan pasangan anda?
5= sangat puas
4= lumayan puas
3= sama saja antara puas dan tidak puas
2= tidak puas
1= sangat tidak puas
Pertanyaan 16: selama 4 minggu terakhir,
Bagaimana rasa puas anda terhadap
kehidupan seksual anda secara
keseluruhan?
5= sangat puas
4= cukup puas
3= sama saja antara puas dan tidak puas
2= tidak puas
Pertanyaan 17: selama 4 minggu terakhir,
Seberapa sering anda mengalami
ketidaknyaman atau merasa nyeri saat
penetrasi dalam berhubungan seksual?
0= tidak melakukan hubungan seksual
1= Hampir selalu atau selalu
2= sering ( lebih dari 2x dalam sebulan )
3= kadang kadang ( 2x dalam 1 bulan )
2= Jarang ( kurang dari 2x dalam 1 bulan)
5= Hampir tidak pernah atau tidak pernah
sama sekali
Pertanyaan 18: selama 4 minggu terakhir,
seberapa seringkah anda merasakan
ketidaknyamanan atau nyeri saat
berhubungan seksual ?
0= tidak melakukan hubungan seksual
1= Hampir selalu atau selalu
2= sering ( lebih dari 2x dalam sebulan )
3= kadang kadang ( 2x dalam 1 bulan )
2= Jarang ( kurang dari 2x dalam 1 bulan)
5= Hampir tidak pernah atau tidak pernah
sama sekali
Pertanyaan 19: selama 4 minggu terakhir,
bagaimana rata rata tingkat
ketidaknyamanan atau nyeri selama
berhubungan seksual ?
0= tidak melakukan hubungan seksual
1= Hampir selalu atau selalu
2= sering ( lebih dari 2x dalam sebulan )
3= kadang kadang ( 2x dalam 1 bulan )
2= Jarang ( kurang dari 2x dalam 1 bulan)
5= Hampir tidak pernah atau tidak pernah
TABEL INDUK
NO MR NAMA UMUR BB TB BMI STATUS MENOPAUSE GANGGUAN FUNGSI SEKSUAL Total Skor
(TAHUN) (KG) (CM) (FSFI)
1 558061 Nuryanti 42 58 152 normoweight Pre Menopause tidak 31
2 2729 Menten Sembiring 57 54 154 normoweight Paska Menopause tidak 30
3 561020 Delima hsb 43 65 153 overweight Pre Menopause tidak 32
4 560660 Rosnia 47 55 150 normoweight Pre Menopause ya 25
5 525851 Lince S 58 58 148 overweight Paska Menopause tidak 31
6 561501 Warnisah 50 54 152 normoweight Pre Menopause tidak 32
7 561653 Ponirah 59 52 148 normoweight Paska Menopause ya 23
8 554294 Rosmaini 54 74 158 overweight Paska Menopause ya 25
9 560011 Radiah 44 66 150 overweight Pre Menopause tidak 33
10 562552 Mardiah 62 50 150 normoweight Paska Menopause ya 24
11 557351 Kartisah 58 58 150 normoweight Paska Menopause ya 25
12 57208 Sutriana 43 68 153 overweight Pre Menopause tidak 32
13 556922 Siti Indah 47 55 151 normoweight Pre Menopause tidak 31
14 557330 Marina sitorus 53 62 156 normoweight Paska Menopause ya 26
15 560955 Latifah 57 68 152 overweight Paska Menopause ya 22
16 558273 Emmy Suryani 46 54 158 normoweight Pre Menopause tidak 34
17 562863 Darnisa 46 65 158 overweight Pre Menopause tidak 36
18 562078 Rusti Situngkir 59 60 154 normoweight Paska Menopause ya 23
19 546673 Swiljen 41 41 152 underweight Pre Menopause ya 26