Lampiran 1. Gambar Lobak Merah (Raphanus sativus L.)
Lampiran 4. Gambar Rotary Evaporator
Lampiran 6. Gambar pembuatan sediaan krim
Lampiran 7. Gambar sediaan krim
Gambar 7.1 Sediaan krim setelah selesai dibuat
Lampiran 7. (Lanjutan) Gambar sediaan krim
Gambar 7.2 Sediaan krim setelah penyimpanan satu minggu
Gambar 7.3 Sediaan krim setelah penyimpanan selama 4 minggu A
B C D E F
(Lanjutan) Gambar sediaan krim
Gambar 7.4 Sediaan krim setelah penyimpanan selama 8 minggu
Gambar 7.5 Sediaan krim setelah penyimpanan selama 12 minggu
A B C D E F
A B C
D E
Lampiran 8. Gambar Skin Analyzer- Moisture Checker
Lampiran 10. Gambar hasil uji homogenitas sediaan
Lampiran 11. Gambar hasil uji tipe emulsi dengan metil biru
A
B
C D E F
A
B C
Lampiran 13. Surat pernyataan relawan
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi sukarelawan dan tidak menuntuk kepada :
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama menjadi sukarelawan pada uji sampel penelitian yang berjudul Penggunaan Sari Lobak Merah (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab dalam bentuk Sediaan Hand Cream.
Demikian surat pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan, Januari 2016
Yang membuat pernyataan
Lampiran 14. Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan
Keterangan : KR1 = Kelembaban Relawan 1 KR2 = Kelembaban Relawan 2
Sediaan ekstrak lobak merah 5%
Rata-rata = 32,0 + 30,7 + 32,0
Sediaan ekstrak lobak merah 7,5%
Rata-rata = 32,1 + 32,5 + 32,1 3
= 32,2
Sediaan ekstrak lobak merah 2,5%
Rata-rata = 31,0 + 32,0 + 31,8 3
= 31,8
Sediaan ekstrak lobak merah 10%
Rata-rata = 33,0 + 32,3 + 32,0 3
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan kelembaban
Pengukuran kelembaban setelah 1 minggu
Pengukuran kelembaban setelah 2 minggu Sediaan blanko
Rata-rata = 32,8 + 33,2 + 32,4 3
= 32,8
Sediaan ekstrak lobak merah 5%
Rata-rata = 33,5 + 32,5 + 33,0
Sediaan ekstrak lobak merah 7,5%
Rata-rata = 33,8 + 33,8 + 33,5 3
= 33,7
Sediaan ekstrak lobak merah 2,5%
Rata-rata = 32,7 + 33,8 + 33,5 3
= 33,3
Sediaan ekstrak lobak merah 10%
Rata-rata = 37,0 + 40,3 + 41,5
Sediaan ekstrak lobak merah 5%
Rata-rata = 37,0 + 35,4 + 39,2
Sediaan ekstrak lobak merah 7,5%
Rata-rata = 37,9 + 36,5 + 44,0 3
= 39,5
Sediaan ekstrak lobak merah 2,5%
Rata-rata = 33,5 + 34,0 + 33,7 3
= 33,7
Sediaan ekstrak lobak merah 10%
Rata-rata = 40,0 + 45,5 + 45,6 3
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan kelembaban
Pengukuran kelembaban setelah 3 minggu
Pengukuran kelembaban setelah 4 minggu Sediaan blanko
Rata-rata = 33,4 + 33,9 + 33,3 3
= 33,5
Sediaan ekstrak lobak merah 5%
Rata-rata = 37,3 + 37,5 + 42,1
Sediaan ekstrak lobak merah 7,5%
Rata-rata = 39,2 + 39,9 + 45,0 3
= 41,4
Sediaan ekstrak lobak merah 2,5%
Rata-rata = 35,1 + 35,8 + 35,7 3
= 35,5
Sediaan ekstrak lobak merah 10%
Rata-rata = 47,7 + 52,0 + 51,9
Sediaan ekstrak lobak merah 5%
Rata-rata = 41,3 + 39,3 + 43,2
Sediaan ekstrak lobak merah 7,5%
Rata-rata = 43,5 + 40,3 + 45,7 3
= 43,2
Sediaan ekstrak lobak merah 2,5%
Rata-rata = 36,4 + 36,2 + 36,7
Sediaan ekstrak lobak merah 10%
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan kelembaban
15.2 Perhitungan persentase peningkatan kelembaban
Keterangan : KR = Kelembaban
KR.n = Kelembaban minggu ke-n KR.0 = Kelembaban awal
%KR1 = Persentase kelembaban relawan 1
%KR2 = Persentase kelembaban relawan 2
%KR3 = Persentase kelembaban relawan 3 �� �� � � �� % =KR. n − KR.KR. x %
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan kelembaban
Persentase kelembaban pada minggu ke-1
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan kelembaban
Persentase kelembaban pada minggu ke-2
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase
Persentase kelembaban pada minggu ke-3
Lampiran 14. (Lanjutan) Perhitungan rata-rata kelembaban dan persentase peningkatan kelembaban
Persentase kelembaban pada minggu ke-4
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2013). Lobak (Raphanus sativus L.). html.Online.http://syekhfanismd. lecture.ub.ac.id/files/2013/02/LOBAK.pdf. Diakses tanggal 5 Maret 2016.
Anief, M. (1983). Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 96.
Balsam, M.S & Sargarin, E. (1972). Cosmetics : Science and Technology. Volume II. Edisi Kedua. New York: John Willey and Sons, Inc. Hal. 179-219.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 8, 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 22, 256.
Fauzi, A. R. dan Rina N. (2012). Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 69, 115-128.
Fei, H, Lin, M., Guo-Liang, Y., Na-Na, L., Qiu-Hong, P., Jun, W., Malcolm, J. R., dan Chang-Qing, D. (2010). Biosynthesis of Anthocyanins and Their Regulation in Colored Grapes. Molecules,15(10): 9058
Jaelani. (2009). Ensiklopedi Kosmetika Nabati. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hal. 16-19, 97, 192.
Jie, Z, Xiaohua, Z., Dan, W., Xing, Z., dan Shiyu, T. (2013). Methylation Formation to Improve Red Radish Anthocyanins Solubility in Cold Water. International Journal of Chemical Engineering and Applications,
4(4): 5-8.
Noormindhawati, L. (2013). Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Hal. 53, 103.
Prianto, J. (2014). Cantik, Perawatan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 36-37, 51-55, 127-142.
Price, S.A dan Wilson, L.M. (1986). Pathophysiology. New York: McGraw-Hill Book Company. Hal. 1004-1005.
Qadar, L. (2012). Penggunaan Sari Lobak (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab dalam Sediaan Hand cream. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Hal. 25.
Rawlins, E.A. (2003). Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. Edisi XVIII. London: Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan
sampel, pembuatan simplisia lobak merah, pembuatan ekstrak lobak merah,
formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan, uji iritasi terhadap
sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari
kulit (kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit).
3.1 Alat-alat yang Digunakan
Rotary evaporator, cawan penguap, neraca listrik, pH meter, blender, lumpang, stamfer, objek gelas, alat-alat gelas, pot plastik, batang pengaduk,
spatel, penangas air, kertas tisu, tisu lensa, kertas aluminium, skin analyzer-moisture checker.
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Asam stearat, setil alkohol, trietanolamin (TEA), gliserin, air suling,
nipagin, natrium metabisulfit, oleum rosae, ekstrak lobak merah, metil biru,
larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
3.4 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan pada uji iritasi dan penentuan kemampuan
sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 18 orang dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi
4. Bersedia menjadi sukarelawan (dengan surat lampiran terlampir) (Ditjen,
POM., 1985)
3.5 Prosedur Kerja
3.5.1 Pembuatan simplisia dan ekstrak lobak merah
Lobak merah dengan berat 5,8 kg dicuci bersih, dikupas kulitnya, dan
dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil diperoleh berat 5,4 kg,
dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40C, diperoleh berat lobak merah
kering sebanyak 0,3 kg, dihaluskan, dimaserasi dengan etanol 80%. Sebanyak 300
g serbuk simplisia lobak merah dimasukkan ke dalam bejana yang berwarna gelap
kemudian ditambah dengan etanol 80% sebanyak 2,2 L, ditutup, dibiarkan selama
5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, diserkai, diperas, dicuci ampas
dengan etanol 80% sebanyak 0,8 L. Pindahkan ke bejana tertutup, biarkan di
tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian disaring (Ditjen,
POM., 1979). Seluruh maserat digabung dan dipekatkan dengan bantuan alat
3.5.2 Formula standar hand cream (Young, 1972)
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Sorbitol sirup 5 g
Propilen glikol 3 g
Nipagin 0,1 g
Trietanolamin 1 g
Air suling ad 100 mL
Parfum 3 tetes
3.5.3 Formula dasar krim yang dimodifikasi
Formula standar Young mengandung sorbitol sirup dan propilen glikol
yang bersifat humektan. Hal ini berarti kedua zat tersebut memiliki kemampuan
untuk melembabkan kulit. Ekstrak lobak merah yang mengandung banyak vitamin
C akan mudah teroksidasi sehingga perlu ditambahkan zat antioksidasi. Formula
dasar krim yang akan dibuat pada penelitian ini dimodifikasi sebagai berikut:
R/ Asam stearat 12 g
Setil alkohol 0,5 g
Nipagin 0,1 g
Trietanolamin 1 g
Na. Metabisulfit 0,2 g
Ekstrak lobak merah X g
3.5.4 Pembuatan sediaan krim
Sediaan krim dibuat ke dalam enam sediaan, yaitu satu sediaan
pembanding, satu sediaan blanko (dasar krim) dan sediaan yang mengandung
ekstrak lobak merah. Konsentrasi ekstrak lobak merah yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: 2,5%, 5%, 7,5%, 10%. Selain itu, sediaan pembanding dibuat
dengan menggunakan gliserin sebanyak 2%. Adapun formula yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Formula sediaan krim
Komposisi Formula
A B C D E F
Dasar krim (g) 100 98 97,5 95 92,5 90
Ekstrak lobak merah (g) - - 2,5 5 7,5 10
Gliserin (g) - 2 - - - -
Keterangan : Formula A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Formula B : Konsentrasi gliserin 2%
Formula C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5% Formula D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5% Formula E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5% Formula F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
Cara Pembuatan:
Asam stearat dan setil alkohol dimasukkan ke dalam cawan penguap dan
dilebur di atas penangas air (massa I). Nipagin dan Na. Metabisulfit dilarutkan
dalam air panas, lalu ditambahkan trietanolamin dan diaduk sampai larut (massa
II). Lalu ditambahkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang panas sambil
digerus secara terus-menerus hingga terbentuk dasar krim. Ekstrak lobak merah
dimasukkan ke dalam lumpang, digerus, ditambahkan sedikit demi sedikit dasar
krim ke dalam lumpang sambil terus digerus. Terakhir ditambahkan 3 tetes oleum
memasukkan gliserin 2% ke dalam lumpang, digerus, dan ditambahkan dasar krim
sedikit demi sedikit. Kemudian ditambahkan 3 tetes oleum rosae sambil digerus
terus-menerus.
3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.6.1 Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan homogenitas sediaan dilakukan dengan menggunakan objek
gelas.
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen, POM., 1979).
3.6.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Cara:
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai
dibuat, penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar,
bagian yang diamati pecah atau tidaknya emulsi, perubahan warna dan bau dari
sediaan.
3.6.3 Penentuan pH sediaan
Penentuan pH sediaan ditentukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara:
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml.
Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003). Pengukuran pH sediaan dilakukan
sebanyak tiga kali untuk masing-masing sediaan kemudian dihitung nilai
rata-ratanya.
3.6.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Cara:
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Ditutup dengan kaca penutup
dan diamati. Bila warna biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi
m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emlsi a/m
(Ditjen, POM., 1985).
3.7. Uji Iritasi terhadap Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat aman
untuk digunakan dan tidak menimbulkan reaksi iritasi (kemerahan, gatal-gatal dan
bengkak). Percobaan uji iritasi ini dilakukan pada 18 orang sukarelawan yang
telah memenuhi persyaratan.
Cara:
Sediaan krim dioleskan di belakang telinga atau di punggung tangan,
kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat perubahan yang terjadi berupa
3.8. Penentuan Kemampuan Sediaan untuk Mengurangi Penguapan Air dari Kulit
Percobaan ini dilakukan pada 18 sukarelawan yang dibagi ke dalam enam
kelompok sediaan, setiap sediaan diuji pada 3 orang sukarelawan. Sediaan
dioleskan ke punggung tangan kiri sukarelawan setiap hari selama satu bulan.
Kelembaban punggung tangan sukarelawan akan diuji dengan menggunakan skin
analyzer – moisture checker dan dicatat hasil kelembabannya. Pengukuran kelembaban awal diukur sebelum sediaan digunakan sukarelawan. Pengukuran
kelembaban selanjutnya dilakukan pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 setelah
pemakaian.
Prosedur penggunaan skin analyzer-moisture cheker terhadap kadar air pada kulit: bersihkan kulit yang akan diukur kelembabannya dengan tisu halus.
Bersihkan sensor skin analyzer-moisture checker dengan tisu lensa yang tersedia, tekan tombol power pada alat hingga menunjukkan angka 00,0; letakkan alat di
atas permukaan kulit yang akan diukur kelembabannya, angka yang muncul pada
alat menunjukkan persentase kadar air di dalam kulit.
Tabel 3.2 Evaluasi hasil pengukuran kelembaban kulit dengan skin analyzer
Pengukuran Parameter
Moisture
(kadar air)
Dehidrasi Normal Hidrasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Simplisia dan Ekstrak Lobak Merah
Lobak merah sebanyak 5,8 kg dicuci bersih dan dikeringkan, dipotong
tipis dan dikeringkan diperoleh 300 g lobak merah kering. Pembuatan ekstrak
lobak merah menggunakan metode maserasi yaitu perendaman dengan etanol
80% selama tujuh hari.Lobak merah kering dimaserasi dan dihasilkan ekstrak
lobak merah sebanyak 84,95 g. Rendemen ektrak lobak merah dengan
simplisianya adalah 28,31%.
4.2 Hasil Pembuatan Dasar Krim
Dasar krim yang dibuat adalah 600 g yang digunakan untuk enam sediaan
dan setiap sediaan dibuat dengan berat 100 g. Dimana sediaan A sebagai blanko
(hanya dasar krim), sediaan B ditambah 2 g gliserin, sediaan C sampai sediaan F
ditambahkan ekstrak lobak merah.
4.3 Mutu Fisik Sediaan
Pengujian mutu fisik sediaan krim pelembab ekstrak lobak merah meliputi
homogenitas sediaan, stabilitas sediaan, pH sediaan, dan tipe emulsi.
4.3.1 Homogenitas sediaan
Dari percobaan yang dilakukan pada setiap sediaan krim pelembab ekstrak
lobak merah tidak diperoleh butiran-butiran pada objek gelas, maka sediaan krim
pembanding yaitu sediaan gliserin 2% dan blanko, yaitu tidak ada butiran-butiran
pada objek gelas.
Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap homogenitas sediaan dengan menggunakan objek gelas
Sediaan Sediaan Homogen
Sediaan A +
Sediaan B +
Sediaan C +
Sediaan D +
Sediaan E +
Sediaan F +
Keterangan : Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%
Sediaan C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5% Sediaan D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5% Sediaan E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5% Sediaan F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10% + : Homogen (tidak terdapat butiran kasar) - : Tidak homogen (terdapat butiran kasar)
4.3.2 Stabilitas sediaan
Menurut Widodo (2013) evaluasi mutu krim dapat dilihat secara
organoleptik yaitu dilakukan dengan panca indera. Komponen yang dievaluasi
meliputi bau, warna, dan pecahnya emulsi.
Ketidakstabilan emulsi dapat dilihat dari keadaan creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan dimana lapisan satu mengandung lebih
banyak butiran-butiran dibanding lapisan lainnya. Cracking yaitu pecahnya emulsi
dan inversi yaitu peristiwa berubahnya tipe emulsi (Anief, 1983).
Tabel 4.2 Data pengamatan terhadap stabilitas sediaan pada saat selesai dibuat, penyimpanan selama 1, 4, 8 dan 12 minggu
Sediaan Selesai
Keterangan : Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%
Sediaan C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5% Sediaan D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5% Sediaan E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5% Sediaan F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10% x : Perubahan warna
y : Perubahan bau z : Pecahnya emulsi + : Terjadi perubahan - : Tidak terjadi perubahan
Hasil pengamatan stabilitas sediaan memperlihatkan bahwa seluruh
sediaan yang dibuat yaitu blanko, sediaan yang mengandung gliserin 2%, dan
sediaan yang mengandung ekstrak lobak merah tidak mengalami perubahan pada
saat pertama kali dibuat, penyimpanan setelah 1 minggu, penyimpanan setelah 4
minggu, penyimpanan setelah 8 minggu, dan penyimpanan setelah 12 minggu.
Pada seluruh sediaan yang telah dibuat masih dalam kondisi fisik yang sama baik
dari bau, warna, dan bentuk sediaan seperti pertama kali dibuat. Hal ini berarti
4.3.3 pH sediaan
DiukurpH sediaan dengan pH meter. Menurut Balsam dan Sagarin (1972),
pH dari krim tangan antara 5 dan 8. Hasil pengukuran pH sediaan saat sediaan
selesai dibuat adalah 6-7. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan masih memiliki pH
yang aman untuk digunakan pada kulit.
Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat
Sediaan I II III Rata-Rata
Hasil pengukuran pH setelah penyimpanan sediaan selama 12 minggu
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data pengukuran pH sediaan pada penyimpanan 12 minggu
Sediaan I II III Rata-Rata
Keterangan : Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%
Sediaan C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5% Sediaan D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5% Sediaan E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5% Sediaan F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
selama 12 minggu pH sediaan juga mengalami sedikit penurunan, akan tetapi pH
sediaan masih berada pada pH yang aman untuk digunakan pada kulit.
4.3.4 Tipe emulsi sediaan
Hasil pengamatan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan mengamati
kelarutan metil biru dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Menurut Ditjen POM (1985), penentuan tipe emulsi suatu sediaan dapat
dilakukan dengan menggunakan metil biru, jika metil biru terlarut bila diaduk
maka emulsi tersebut adalah tipe m/a.
Tabel 4.5 Data penentuan tipe emulsi sediaan Sediaan Sediaan Kelarutan Metil Biru
Sediaan A +
Keterangan : Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%
Sediaan C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5% Sediaan D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5% Sediaan E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5% Sediaan F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
+ : Larut
- : Tidak larut
Dari hasil uji tipe emulsi, diperoleh bahwa sediaan blanko, gliserin 2%,
dan ekstrak lobak merah dapat bercampur dengan metil biru. Hal ini menunjukkan
bahwa tipe emulsi dari sediaan yang diuji adalah tipe emulsi m/a.
4.4 Hasil uji iritasi
Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi pada kulit dilakukan untuk
dengan cara memakai kosmetika di bagian bawah lengan atau belakang telinga
dan dibiarkan selama 24 jam.
Dari uji iritasi yang telah dilakukan pada 18 orang sukarelawan, diketahui
bahwa tidak ada relawan yang mengalami reaksi iritasi berupa kemerahan,
gatal-gatal, ataupun bengkak yang timbul.
Tabel 4.6 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan
Sediaan Relawan Kemerahan Gatal-gatal Bengkak
Sediaan A 1 - - -
Keterangan : Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%
Sediaan C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5% Sediaan D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5% Sediaan E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5% Sediaan F : Konsentrasi ekstrak lobak merah 10%
+ : Timbul reaksi
- : Tidak timbul reaksi
4.5 Kemampuan Sediaan untuk Melembabkan Kulit
Kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit dilakukan selama satu
bulan dengan menggunakan alat skin analyzer-moisture checker. Alat ini akan menunjukkan kadar air pada kulit. Sebelum sediaan digunakan, kulit relawan
diukur terlebih dahulu kelembaban kulit pada punggung tangan. Hasil pengukuran
kelembaban terhadap 18 sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil pengukuran kelembaban pada sebelum pemakaian sediaan minggu 1, 2, 3 dan 4.
Sediaan Relawan Awal Setelah Pemakaian (minggu)
Hasil pengukuran kelembaban kulit sebelum dan sesudah pemakaian sediaan
menggunakan alat skin analiyzer-moisture checker dapat dilihat dari grafik berikut:
Gambar 4.1 Grafik peningkatan rata-rata kelembaban pada sukarelawan
Hasil pengukuran kelembaban kulit relawan menunjukkan bahwa setiap
sediaan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kelembaban dengan
persentase yang berbeda. Sediaan blanko menunjukkan hasil peningkatan
kelembaban yang terendah yaitu sebesar 4,3% di minggu ke empat. Sediaan
gliserin memiliki kemampuan peningkatan kelembaban yang lebih baik dari
blanko yaitu peningkatan rata-rata di minggu ke empat sebesar 15,5%. Sediaan
ekstrak lobak merah 10% memiliki kemampuan yang paling baik untuk
meningkatkan kelembaban kulit yaitu sebesar 58,2%. Semakin tinggi konsentrasi
ekstrak lobak merah semakin tinggi pula kemampuannya untuk meningkatkan
kelembaban kulit.
Persentase peningkatan kelembaban kulit selama pemakaian sediaan krim
konsentrasi lobak merah pada sediaan semakin tinggi persentase peningkatan
kelembaban kulit.
Tabel 4.8 Persentase peningkatan kelembaban kulit pada minggu 1, 2, 3 dan 4 Sediaan Relawan Awal Setelah pemakaian (minggu) (%)
I II III IV
Dari Gambar 4.2 diketahui bahwa setiap minggu masing-masing sediaan
memiliki kemampuan untuk melembabkan kulit. Pada penelitian sebelumnya,
telah diteliti sediaan krim pelembab yang menggunakan ekstrak lobak putih
(Qadar, 2012), dan dihasilkan bahwa sediaan yang memiliki kemampuan yang
sama dengan gliserin 2% untuk melembabkan kulit adalah sediaan lobak putih
10%. Sedangkan pada lobak merah, sediaan yang menunjukkan kemampuan yang
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan lobak merah untuk melembabkan kulit
lebih baik dibanding dengan kemampuan lobak putih untuk melembabkan kulit.
Hal ini berkaitan dengan kandungan kimia yang berbeda antara lobak putih dan
lobak merah. Menurut Jie, dkk (2013), bahwa lobak merah mengandung 17
antosianin yang telah teridentifikasi dengan mass spectroscopy sebagai turunan pelargonidin-3-sophorise-5-glukosida. Antosianin dapat berperan untuk
melindungi kulit dari paparan sinar matahari dan dapat berperan sebagai
antioksidan.
Gambar 4.2 Grafik persentase peningkatan kelembaban kulit pada minggu 1, 2, 3 dan 4
Keterangan : Sediaan A : Blanko (Dasar krim tanpa sampel) Sediaan B : Konsentrasi gliserin 2%
Sediaan C : Konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5% Sediaan D : Konsentrasi ekstrak lobak merah 5% Sediaan E : Konsentrasi ekstrak lobak merah 7,5% Sediaan F : Konsentrasi ekstark lobak merah 10%
Sediaan yang mengandung ekstrak lobak merah 10% memiliki
kemampuan melembabkan yang paling baik dibandingkan dengan sediaan krim
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ekstrak lobak merah dapat diformulasikan menjadi krim m/a. Dari uji
mutu fisik sediaan krim memiliki tipe emulsi m/a, bersifat homogen, tetap
stabil setelah penyimpanan selama 12 minggu, dan memiliki pH yang
sesuai dengan pH kulit serta tidak mengiritasi kulit.
2. Krim pelembab dengan ekstrak lobak merah mampu untuk meningkatkan
kelembaban kulit. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak lobak merah
semakin tinggi pula kemampuannya untuk melembabkan kulit. Sediaan
krim ekstrak lobak merah 2,5% memiliki kemampuan melembabkan yang
setara dengan krim gliserin 2%.
5.2. Saran
1. Sebaiknya peneliti selanjutnya menggunakan ekstrak lobak merah untuk
sediaan kosmetik yang lain seperti pewarna pipi, dan lipstick.
2. Sebaiknya peneliti selanjutnya memformulasikan krim lobak merah untuk
mengetahui apakah lobak merah memiliki kegunaan lain selain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Lobak Merah 2.1.1 Lobak merah
Lobak merupakan herba semusim, tinggi lebih kurang 1 meter, batang
lunak membentuk umbi. Daun tunggal, lonjong, tepi daun bergigi, ujung dan
pangkal rimpang berwarna hijau dan berbulu. Perbungaan bentuk tandan, di ujung
batang, benang sari kuning kehijauan, kelopak hijau, mahkota lonjong berwarna
putih, biji lonjong (Yuniarti, 2008).
Di Indonesia pengembangan budidaya lobak terkonsentrasi di beberapa
daerah di dataran tinggi, di antaranya adalah Lembang, Pangalengan, Pacet dan
Cipanas (Bogor). Hampir di sebagian besar propinsi di Indonesia, kecuali
Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta, NTT, Sulawesi Tenggara dan Irian Jaya.
Daerah pusat produsen lobak yang paling luas adalah Jawa Barat, kemudian
Bengkulu, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat (Anonim, 2013).
Varietas Raphanus sativus L. yang sudah umum dikenal dibedakan atas tiga varietas, yaitu lobak putih (Raphanus sativus L. var. hortensis Backer), lobak merah (Raphanus sativus L. var. radicula Pres. A. DC.) dan lobak hitarn (Raphanus sativus L. var. niger Mirat) (Anonim, 2013). Hal yang membedakan kandungan lobak merah dengan lobak putih adalah kandungan antosianin yang
terdapat pada lobak merah dan tidak dimiliki oleh lobak putih (Jie, et al., 2013).
2.1.2 Taksonomi lobak merah
Lobak merah (Raphanus sativus L.) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Raphanus
Spesies : Raphanus sativus L. Nama lokal : Lobak merah
2.1.3 Kandungan lobak merah
Kandungan lobak merah memiliki beberapa kandungan vitamin yang baik
untuk kulit sebagai berikut:
a. Vitamin C, zat ini sering digunakan dalam krim maupun serum pada produk
kosmetik dengan fungsi mengatasi garis-garis penuaan dan pigmentasi yang
tidak diharapkan (Prianto, 2014).
b. Vitamin A, zat ini sering digunakan dalam kosmetik dan telah terbukti mampu
menghilangkan garis-garis penuaan pada kulit dan kelebihan pigmen kulit
(Prianto, 2014). Keunggulan vitamin A dalam kosmetik antara lain mudah
diserap oleh kulit dan mampu meningkatkan kandungan air kulit (Tranggono
dan Latifah, 2007).
c. Vitamin E, zat ini dapat berfungsi untuk memelihara stabilitas jaringan ikat di
dalam sel sehingga kekenyalan dan kelenturan kulit dapat terjaga. Selain itu,
dalam kulit dan melindungi lipoprotein yang ada dalam sel ( Tranggono dan
Latifah, 2007).
Menurut USDA National Nutrient data base, kandungan gizi yang terdapat pada lobak merah (Raphanus sativus L.) adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kandungan zat gizi lobak merah
Zat Gizi Kandungan Persentase (%)
Energi 16 kkal 1
Karbohidrat 3,40 g 3
Protein 0,68 g 1
Asam folat 25 µg 6
Pyridoksin 0,071 mg 5,5
Riboflavin 0,039 mg 3
Vitamin A 7 IU < 1
Vitamin C 14,8 mg 25
Vitamin E 0 mg 9
Vitamin K 1,3 µg 1
Sodium 39 mg 2,5
Potasium 233 mg 5
Kalsium 25 mg 2,5
Besi 0,34 mg 4
Magnesium 0,069 mg 2,5
Tembaga 0,05 mg 5
2.2 Ekstraksi
untuk simplisia yang mengandung zat-zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk
keperluan tertentu. Simplisia yang digunakan umumnya sudah dikeringkan, tetapi
kadang simplisia segar juga dipergunakan. Simplisia dihaluskan lebih dahulu agar
proses difusi zat-zat berkhasiatnya lebih cepat (Syamsuni, 2006).
Tujuan ekstraksi dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat dalam
simplisia masih berada dalam kadar yang tinggi sehingga memudahkan untuk
mengatur dosis zat berkhasiat karena dalam sediaan ekstrak dapat
distandarisasikan kadar zat berkhasiatnya sedangkan kadar zat berkhasiat dalam
simplisia sukar diperoleh kadar yang sama (Anief, 1983).
2.3 Kulit
2.3.1 Struktur kulit
Kulit tubuh terbentuk atas dua lapisan yaitu lapisan kulit luar (epidermis)
dan lapisan kulit dalam (dermis). Di bawah dermis terdapat satu lapisan yang
tersusun atas jaringan lemak atau jaringan adiposa (Saputra dan Evi, 2009).
Lapisan kulit luar (epidermis) tersusun atas jaringan epitel berlapis dan
dibagi menjadi dua lapisan, yaitu
a. Lapisan tanduk atau lapisan horny
Lapisan ini terdapat di bagian paling luar dan sel-sel di bagian ini
berbentuk pipih dan tertekan serta telah kehilangan sifat bentuk selnya. Sel-sel di
bagian luar lapisan ini merupakan sel-sel yang sudah mati dan jika sudah aus atau
terkikis, sel tersebut diganti oleh sel yang baru dari lapisan sel-sel hidup.
b. Lapisan germinalis
Sel-sel di bagian ini berbentuk bulat dan memiliki nukleus. Sel pada
mengganti sel yang hilang karena terkikis lapisan tanduk di depan kulit luar. Kulit
luar tidak dilengkapi dengan pembuluh darah. Kulit ini menerima zat makanan
melalui cairan limfa yang mengalir di antara sel-sel di lapisan bagian bawah.
Ketebalan kulit luar berbeda-beda mengikuti tempatnya di bagian tubuh. Kulit
yang paling tebal adalah kulit di bagian telapak kaki. Pigmen yang dikenal dengan
melanin yang terdapat pada kulit menentukan warna kulit manusia (Saputra dan
Evi, 2009).
Lapisan kulit dalam merupakan kulit yang sebenarnya dan tersusun atas
jaringan ikat, terutama jaringan fibrosa dan elastis. Lapisan kulit dermis terdapat
struktur sebagai berikut
a. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat adalah kelenjar kecil yang sangat penting. Kelenjar ini
sebagian besar terdapat di telapak tangan, telapak kaki, dahi, dan ketiak. Kelenjar
keringat tersusun atas saluran berbentuk melingkar dan mengandung banyak
pembuluh darah. Dari kelenjar ini, saluran tersebut naik ke atas kemudian
menembus kulit yang disebut liang keringat atau liang roma. Keringat berasal
dari darah dan mengandung air serta natrium klorida. Keringat merupakan limbah
dari tubuh yang membantu menyejukkan tubuh dan membantu pengaturan suhu
tubuh serta keseimbangan air dan elektrolit tubuh.
b. Kelenjar sebaseus atau kelenjar minyak
2.3.2 Fungsi kulit
Kulit itu hidup, responsif dan dapat berubah sesuai dengan stimulasi dari
tubuh dari lingkungan luar. Kulit memiliki fungsi perlindungan dan fungsi sebagai
indera peraba.
Kulit memiliki beberapa fungsi, di antaranya:
a. Pemeliharaan, kulit melindungi struktur-struktur dalam yang lembut. Kulit
yang tidak terluka merupakan benteng yang menahan serangan bakteri.
b. Organ indra, ujung saraf di dalam kulit menerima rangsang sensorik dan
menghantarkan rangsang suhu, sentuhan dan sakit ke otak.
c. Ekskresi, keringat merupakan salah satu limbah dalam tubuh; air yang
mengandung natrium karbonat dikeluarkan dari tubuh melalui kulit tubuh.
Keringat juga berperan dalam pengaturan suhu tubuh.
d. Minyak yang dihasilkan oleh tubuh membasahi dan melembutkan kulit serta
mencegah rambut menjadi kering dan rapuh.
e. Ergosterol yang terdapat pada didalam kulit ketika terpapar terhadap sinar UV
matahari diubah menjadi vitamin D. Oleh sebab itu, kulit merupakan sumber
vitamin D bagi tubuh
f. Penyerapan, sedikit bahan berminyak jika digosokkan dapat menyerap ke
dalam kulit.
g. Kuku dan rambut berasal dari kulit (Saputra dan Evi, 2009).
2.3.3 Klasifikasi Kulit
Pada umumnya, keadaan kulit dibagi menjadi tiga jenis yaitu kulit kering,
kulit normal, dan kulit berminyak.
a. Kulit kering merupakan kulit dengan kadar air yang kurang. Ciri-ciri yang
terlihat pada kulit kering yaitu kusam, bersisik, mulai tampak kerutan-kerutan
b. Kulit normal adalah kulit dengan kadar air yang tinggi. Ciri-ciri yang terlihat
pada kulit normal yaitu kulit tampak segar dan cerah, cukup tegang dan
bertekstur halus, pori-pori kelihatan tetapi tidak terlalu besar, kadang terlihat
berminyak di daerah dahi, dagu dan hidung.
c. Kulit berminyak adalah kulit dengan kadar air dan minyak yang tinggi. Ciri-ciri
kulit berminyak yaitu tekstur kulit kasar dan berminyak, pori-pori besar, mudah
kotor dan berjerawat (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.3.4 Kelembaban kulit
Peran kelembaban kulit adalah untuk menjaga kadar air yang berada dalam
kulit dalam rangka mempertahankan elastisitasnya. Kulit lapisan epidermis dan
lapisan dermis memiliki kadar air berkisar 80%. Tetapi pada bagian teratas lapisan
epidermis terdapat lapisan keratin yang hanya memiliki kadar air antara 10-30%.
Kandungan air sangat menentukan elastisitas bagian atas kulit sehingga kulit akan
tampak lembut, halus, dan bercahaya. Tekstur kulit yang lembab terlihat lebih
tebal sehingga kulit terlihat lebih rata dan kerutan-kerutan pada kulit terangkat ke
permukaan (Prianto, 2014).
Kulit yang kering umumnya memiliki kadar minyak yang rendah.
Kurangnya minyak pada kulit mengakibatkan kandungan air yang berada pada
permukaan kulit lebih cepat menguap, yang selanjutnya mengakibatkan
kekeringan pada kulit. Akibatnya kulit terlihat lebih kasar, bergaris, dan bagian
atasnya terlihat berkerak (Prianto, 2014).
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kelembaban kulit.
menyebabkan kekeringan pada kulit. Faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya
kadar air dari kulit, yaitu:
a. Lingkungan yang kering, lingkungan yang kering adalah lingkungan yang
memiliki kadar kelembaban udara sekitar rendah. Lingkungan sekitar yang
lembab sangatlah berpengaruh pada kestabilan kadar air dalam kulit.
b. Angin, angin dapat menarik air dari dalam kulit. Dalam kehidupan sehari-hari,
ruangan yang memiliki pendingin udara (AC) memiliki kelembaban udara
yang rendah sehingga mempercepat penguapan air dari kulit.
c. Paparan terhadap bahan kimia atau unsur lainnya, bahan kimia yang terkena
kulit dapat mengurangi kadar minyak pada kulit akibatnya penguapan air dari
kulit akan semakin cepat (Prianto, 2014).
2.4 Krim
Menurut FI ed. III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa
emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60%, dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Adapun menurut FI ed. IV, krim adalah bentuk sediaan setengah
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam
bahan dasar yang sesuai.
Sebagai sediaan luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut:
a. Stabil selama pemakaian. Oleh karena itu, krim harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada di dalam
kamar.
b. Lunak. Semua bahan dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
c. Mudah dipakai. Umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai
dan dihilangkan dari kulit.
d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim
padat atau cair pada penggunaan (Widodo, 2013).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal
asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air
atau disperse air dalam minyak tergantung tipe emulsi sediaan serta lebih
ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua
tipe, yakni:
a. Tipe a/m, yaitu air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa dingin
dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih, berwarna putih, dan bebas
dari butiran. Cold cream mengandung minyak mineral dalam jumlah yang
besar.
b. Tipe m/a, minyak terdispersi dalam air. Contohnya vanishing cream. Vanishing
cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk membersihkan,
melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab
(moisturizing) akan meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Secara fisik krim memiliki konsentrasi yang lebih kental daripada losion.
Hal ini dikarenakan konsentrasi minyak pada krim umumnya lebih besar daripada
air. Sedangkan losion adalah sediaan krim yang mengandung lebih banyak air
daripada konsentrasi minyak dalam sediaan. Pemakaian krim dan losion
2.5 Basis Krim
Bahan dasar berfungsi sebagai campuran dasar bahan aktif yang
memudahkan penyerapan dan penyebaran bahan aktif kepada target jaringan yang
diinginkan. Syarat utama bahan dasar adalah tidak boleh mengubah fungsi dan
struktur dasar bahan aktif yang terdapat dalam sebuah produk kosmetik (Prianto,
2014).
Ada beberapa bahan dasar yang sering digunakan dalam pembuatan krim,
di antaranya sebagai berikut:
a. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan bersifat asam.
Contohnya, asam stearat, adeps lanae, parafin cair, parafin padat, minyak
lemak, vaselin, setil alkohol, dan sebagainya.
b. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air dan bersifat basa. Contohnya,
Natrium tetraborat, trietanolamin (TEA), NaOH, KOH, gliserin,
polietilenglikol (PEG).
c. Pengemulsi, bahan pengemulsi yang digunakan dalam krim disesuaikan
dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau dikehendaki. Misalnya,
lemak bulu domba, setaseum, stearil alkohol.
d. Pengawet, yaitu bahan yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas sediaan.
Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin)
0,12-0,18% dan propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
e. Pendapar, yaitu bahan yang digunakan untuk mempertahankan pH sediaan.
f. Antioksidan, yaitu bahan yang digunakan untuk mencegah ketengikan akibat
2.6 Pelembab
Kulit merupakan organ tubuh yang paling cepat kekurangan cairan, hal ini
disebabkan oleh penguapan akibat paparan sinar matahari dan serangan polusi
serta radikal bebas. Kulit tubuh yang tidak dirawat dapat menjadi kering dan
bersisik, maka salah satu usaha untuk memperbaikinya adalah dengan
menggunakan pelembab kulit (Fauzi dan Rina, 2012).
Pelembab kulit termasuk ke dalam kosmetik yang bertujuan untuk memelihara
kulit (Prianto, 2014). Pelembab bekerja dengan cara menjaga kandungan air di
lapisan kulit paling luar. Karakter utama sebuah pelembab ditentukan oleh kadar
minyaknya. Krim kental baik untuk kulit kering, sedangkan yang encer dan lotion
cocok untuk kulit berminyak karena kandungan airnya lebih banyak (Jaelani,
2009).
Secara umum pelembab tubuh (moisturizer) dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu body lotion, body cream, dan body butter. Pelembab dalam bentuk krim lebih pekat dibanding lotion dan mengandung lebih banyak minyak
pelembab. Pelembab dalam bentuk sediaan krim ini paling baik untuk kulit yang
kering, seperti lengan dan kaki yang tidak memiliki banyak kelenjar minyak
dibanding dada dan punggung. Krim tubuh yang menggunakan bahan alami
menjadi alternatif terbaik untuk perawatan kulit (Fauzi dan Rina, 2012).
Menurut Prianto (2014), kegunaan pelembab adalah sebagai berikut:
a. Mencegah kerusakan tekstur kulit yang disebabkan oleh kulit yang kering.
b. Melindungi bagian atas kulit dengan minyak yang merupakan lapisan
c. Memberikan warna kulit yang cerah, kulit wajah terlihat lebih elastis dan segar.
Kerutan kulit muka tidak terlihat jelas dikarenakan permukaan kulit terangkat
ke atas oleh adanya efek pelembab.
Ada dua bahan utama yang sering digunakan dalam pelembab yaitu
oklusif dan humektan. Oklusif adalah suatu unsur yang berperan dalam
memproduksi lapisan minyak di atas permukaan kulit. Peran oklusif adalah untuk
mencegah peguapan air dari dalam kulit. Oklusif adalah bahan minyak yang
didapat dari hewan, mineral dan tumbuh-tumbuhan (Prianto, 2014).
Humektan adalah suatu bahan utama dalam pelembab yang dapat
menyerap air. Golongan bahan ini dapat menyerap air ke bagian dalam lapisan
keratin sehingga menambah konsentrasi air dalam kulit. Penggunaan humektan
diperuntukkan daerah yang memiliki kelembaban udara yang tinggi karena fungsi
dasarnya adalah menarik air dari luar ke dalam kulit (Prianto, 2014). Zat-zat yang
bersifat humektan adalah gliserin, propilen glikol, sorbitol, gelatin, asam
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kosmetik adalah sediaan yang diaplikasikan secara topikal dengan tujuan
untuk memperbaiki penampilan. Prinsip dasar manfaat kosmetik adalah untuk
menghilangkan kotoran kulit, mempercantik pewarnaan kulit sesuai yang
diinginkan, mempertahankan komposisi cairan kulit, melindungi dari paparan
sinar ultraviolet, dan memperlambat timbulnya kerutan. Setiap komponen yang
ada di dalam kosmetik akan mengadakan ikatan kimiawi terhadap sesama bahan
kandungannya. Penggunaan suatu jenis produk kosmetik, kalau tidak hati-hati,
kekuatan ikatan kimia akan berpengaruh pada kondisi kulit. Bahkan boleh jadi
memiliki manisfestasi negatif terutama bagi seseorang yang sangat sensitif
terhadap kandungan bahan di dalam kosmetik tersebut (Jaelani, 2009).
Oleh karena itu, ketika akan menggunakan kosmetik perlu diteliti terlebih
dahulu kandungan bahan aktifnya. Mengingat tidak jarang perlengkapan kosmetik
seperti bedak, pewarna alis, pewarna bibir, dan sediaan kosmetik lainnya terbuat
dari bahan kimia yang memiliki sifat karsinogenik (Jaelani, 2009).
Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1175/Menkes/Permenkes/2010, kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh manusia yang menutupi otot dan
organ bagian dalam. Fungsi terpenting dari kulit adalah untuk melindungi tubuh
dari trauma dan melindungi dari infeksi bakteri, virus, dan jamur. Selain itu kulit
dapat berfungsi sebagai penerima rangsang sentuhan, tekanan, tusukan, serta nyeri
(Price dan Wilson, 1986).
Ada berbagai macam bentuk sediaan kosmetik untuk kulit yang beredar
dipasaran diantaranya adalah kosmetik dalam bentuk sediaan krim. Menurut
Farmakope Indonesia Ed. III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa
emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60%, dan dimasudkan untuk
pemakaian luar. Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang
digunakan sebagai pelembab untuk melindungi kulit supaya tetap halus dan
lembut, tidak kering, bersisik dan mudah pecah. Bahan yang biasa digunakan
dalam sediaan krim mencakup zat emolien, humektan, zat sawar, zat pengental
dan pembentuk lapisan tipis, zat penutup kulit yang berpori lebar, zat pengemulsi,
zat pengawet, parfum dan pewarna (Ditjen POM., 1985). Penggunaan pelembab
untuk kulit memiliki sejumlah manfaat penting seperti menjaga kelembaban,
keremajaan, elastisitas kulit, menghaluskan kulit serta membuat kulit tampak
berseri (Noormindhawati, 2013). Menurut Wasitaatmadja (1997), krim tangan
atau badan (hand and body cream) juga dipakai untuk melembutkan dan menghaluskan kulit.
Ada berbagai jenis sayur dan buah yang dapat digunakan untuk perawatan
kulit diantaranya wortel, mentimun, lobak, labu kuning, kacang polong, serta
sayuran berwarna hijau gelap (Noormindhawati, 2013). Lobak merupakan sayuran
dapat meremajakan kulit. Satu umbi lobak berukuran besar mengandung beberapa
mineral penting seperti kalsium, fosfor, zat besi, sodium, magnesium, dan juga
potasium, sedangkan beberapa vitamin yang terkandung di dalamnya antara lain
vitamin A dan Vitamin C (Jaelani, 2009). Menurut USDA National Nutrient Data
Base, lobak mengandung 25% vitamin C, 9% Vitamin E, 1% vitamin K, zat besi
4%, magnesium 2,5%, kalsium 2,5%, sodium 2,5%, dan potasium 5%. Jenis lobak
ada bermacam-macam, diantaranya adalah lobak merah, lobak hitam, dan lobak
putih. Perbedaan kandungan yang signifikan antara lobak merah dan lobak putih
adalah keberadaan antosianin dalam lobak merah yang tidak dimiliki oleh lobak
putih. Antosianin dapat berperan meningkatkan efektivitas dari vitamin C.
Dari penelitian sebelumnya, telah diformulasikan lobak putih sebagai
pelembab. Sediaan krim pelembab lobak putih 10% memiliki kemampuan
melembabkan yang sama dengan sediaan gliserin 2,5%. Penulis tertarik untuk
memformulasikan krim untuk melembabkan kulit dengan menggunakan ekstrak
lobak merah (Raphanus sativus L.) dan mengetahui kemampuan ekstrak lobak merah untuk melembabkan kulit.
1.2Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
1.3Hipotesa
1. Ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim dengan tipe emulsi m/a.
2. Ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dalam bentuk sediaan krim mampu mengurangi penguapan air dari kulit atau melembabkan kulit.
1.4Tujuan Penelitian
1. Untuk memformulasikan ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) dalam sediaan krim dengan tipe m/a.
2. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak lobak merah (Raphanus sativus L.) untuk mengurangi penguapan air dari kulit atau kemampuan untuk
menjaga kelembaban kulit.
1.5Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI EKSTRAK LOBAK
MERAH (Raphanus sativus L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT
ABSTRAK
Latar Belakang: Lobak merupakan sayuran yang dapat digunakan untuk merawat kulit karena mengandung berbagai zat yang dapat meremajakan kulit. Lobak mengandung 25% vitamin C, 9% vitamin E, 1% vitamin K, zat besi 4%, magnesium 2,5%, kalsium 2,5%, sodium 2,5%, dan potasium 5%. Jenis lobak ada bermacam-macam, diantaranya adalah lobak merah, lobak hitam, dan lobak putih. Perbedaan kandungan yang signifikan antara lobak merah dan lobak putih adalah keberadaan antosianin dalam lobak merah yang tidak dimiliki oleh lobak putih. Antosianin dapat berperan meningkatkan efektivitas dari vitamin C.
Tujuan: Untuk memformulasikan ekstrak lobak merah sebagai pelembab dalam bentuk sediaan hand cream.
Metode: Ekstrak lobak merah dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 80% selama tujuh hari. Sediaan dibuat dalam bentuk krim tipe m/a dengan konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Kemampuan untuk melembabkan kulit sediaan ini dibandingkan dengan sediaan krim yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Uji mutu fisik yang dilakukan pada masing-masing sediaan adalah homogenitas, pH, stabilitas dan tipe emulsi, dilakukan juga uji iritasi sediaan dan kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit pada 18 orang relawan dengan menggunakan moisture-checker.
Hasil: Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak lobak merah dapat diformulasikan ke dalam sediaan hand cream m/a, membentuk sediaan yang homogen, memiliki pH yang sesuai dengan kulit yaitu 6,16-7,05, serta tetap stabil selama penyimpanan 12 minggu. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Ekstrak lobak merah mampu untuk melembabkan kulit. Semakin tinggi konsentrasi lobak merah semakin baik pula kemampuannya untuk melembabkan kulit. Dari hasil uji kelembaban, diperoleh bahwa krim yang mengandung ekstrak lobak merah 2,5% memiliki kemampuan melembabkan yang hampir sama dengan krim yang mengandung gliserin 2%.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ektrak lobak merah dapat diformulasikan dalam krim tipe m/a dan memiliki kemampuan untuk melembabkan kulit dengan konsentrasi 2,5%.
FORMULATION OF CREAM FROM EXTRACT RED RADISH
(Raphanus sativus L.) AS MOISTURIZING SKIN
ABSTRACT
Background:Radish is a vegetable which can be used to treat skin as it contains many substances that can rejuvenate skin. Radish contains 25% vitamin C, 9% vitamin E, 1% vitamin K, 4% iron, 2.5% magnesium, 2.5% calcium, 2.5% sodium, and 5% potassium. There are many varieties of radish such as red radish, black radish and white radish. The significant content differences between red radish and white radish is the presence of anthocyanins in red radish that is not present in white radish. Anthocyanins may contribute to increase the effectiveness of vitamin C.
Objectives: To formulated red radish extract as a moisturizing in hand cream dossage forms.
Methods: Red radish extract obtained by maceration method with ethanol 80% for seven days. Red radish extract was formulated as o/w hand cream in concentration 2.5%, 5%, 7.5% and 10%. The ability to moisturizing skin of red radish extract were compared to cream preparations containing 2% glycerin and blank preparations. Physical quality test to each preparation were homogeneity, pH, stability and emulsion type, irritation test preparations and ability of preparations to moisturize the skin in 18 volunteers by using moisture-checker.
Results: The test results showed that the extract of red radish could be formulated into hand cream type o/w, preparations was homogeneous, pH of preparations was in accordance with pH of skin about 6.16 to 7.05, and remained stable after 12 weeks storage. Not irritating to the skin. Red radish extract was able to moisturize skin. Increasing concentration of red radish affect the increase ability to moisturize the skin. From the results of skin moisture test, found that a cream containing red radish extract 2.5% had a moisturizing capabilities similar to a cream containing glycerin 2%.
Conclusion: From the results of this study show that red radish extract can be formulated in a o/w cream and it has ability to moisturize the skin in concentration 2.5%.
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI EKSTRAK
LOBAK MERAH (Raphanus sativus L.) SEBAGAI
PELEMBAB KULIT
SKRIPSI
OLEH:
ROHMA DEARNI SARAGIH
NIM 121501019
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI EKSTRAK
LOBAK MERAH (Raphanus sativus L.) SEBAGAI
PELEMBAB KULIT
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ROHMA DEARNI SARAGIH
NIM 121501019
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI EKSTRAK LOBAK
MERAH (Raphanus sativus L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT
OLEH:
ROHMA DEARNI SARAGIH NIM 121501019
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 02 Juni 2016
Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 195111021977102001
Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Pembimbing II NIP 196106191991031001
Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001 NIP 195306251986012001
Medan, 23 Juni 2016 Fakultas Farmasi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, nikmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penyusunan skripsi ini, shalawat beriring salam untuk Rasulullah Muhammad
SAW sebagai suri teladan dalam kehidupan. Skripsi ini disusun untuk melengkapi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Formulasi Sediaan Krim dari Ekstrak
Lobak Merah (Raphanus Sativus L.) sebagai Pelembab Kulit.”
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku
Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama
masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt.,
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan
bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis
juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya,
M.Si., Apt., Ibu Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty,
M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam
penyusunan skripsi ini, dan kepada Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku
dosen penasehat akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama
masa pendidikan. Penulis juga berterima kasih kepada seluruh dosen di Fakultas
Farmasi yang telah memberi ilmu dengan keikhlasan hati serta seluruh pegawai
Rasa terima kasih serta penghargaan yang sangat tulus penulis sampaikan
kepada orangtua tercinta Ayahanda Alm. Jasman Saragih dan Ibunda Fitri Rayani
Naibaho, S.Pd., serta Bapak Yahnen Sinaga, yang telah memberikan kasih sayang
dan dukungan yang sangat berharga, saudara-saudaraku tercinta Eko Setiawan
Saragih dan Bagus Satria Trinata Saragih yang senantiasa ada untuk memberi
semangat dan dukungan. Rasa terima kasih yang tulus juga Saya sampaikan
kepada Tulang Zul Hasbi Naibaho dan keluarga yang selalu memberi dukungan,
serta Keluarga Besar Bestudi Etos Medan, KAMMI Nusantara, UKMI Ath-Thibb,
HMF Fakultas Farmasi USU. Terima kasih kepada teman-teman tersayang Lani,
Jannah, Tatik, Vida, Ayu, Amel, Ezy, Eka, Dwi, DINDA Kesayangan, Dubes
Igent, keponakan Uci dan teman-teman angkatan 2012 serta adik-adik tersayang
Fakultas Farmasi USU atas do’a dan dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
farmasi.
Medan, Juni 2016 Penulis,
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rohma Dearni Saragih
NIM : 121501019
Program Studi : S1 Reguler Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Krim dari Ekstrak Lobak Merah (Raphanus sativus L.) sebagai Pelembab Kulit
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis
telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini
ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima
sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utaradan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, Juni 2016 Yang membuat pernyataan
FORMULASI SEDIAAN KRIM DARI EKSTRAK LOBAK
MERAH (Raphanus sativus L.) SEBAGAI PELEMBAB KULIT
ABSTRAK
Latar Belakang: Lobak merupakan sayuran yang dapat digunakan untuk merawat kulit karena mengandung berbagai zat yang dapat meremajakan kulit. Lobak mengandung 25% vitamin C, 9% vitamin E, 1% vitamin K, zat besi 4%, magnesium 2,5%, kalsium 2,5%, sodium 2,5%, dan potasium 5%. Jenis lobak ada bermacam-macam, diantaranya adalah lobak merah, lobak hitam, dan lobak putih. Perbedaan kandungan yang signifikan antara lobak merah dan lobak putih adalah keberadaan antosianin dalam lobak merah yang tidak dimiliki oleh lobak putih. Antosianin dapat berperan meningkatkan efektivitas dari vitamin C.
Tujuan: Untuk memformulasikan ekstrak lobak merah sebagai pelembab dalam bentuk sediaan hand cream.
Metode: Ekstrak lobak merah dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 80% selama tujuh hari. Sediaan dibuat dalam bentuk krim tipe m/a dengan konsentrasi ekstrak lobak merah 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Kemampuan untuk melembabkan kulit sediaan ini dibandingkan dengan sediaan krim yang mengandung gliserin 2% dan blanko. Uji mutu fisik yang dilakukan pada masing-masing sediaan adalah homogenitas, pH, stabilitas dan tipe emulsi, dilakukan juga uji iritasi sediaan dan kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit pada 18 orang relawan dengan menggunakan moisture-checker.
Hasil: Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak lobak merah dapat diformulasikan ke dalam sediaan hand cream m/a, membentuk sediaan yang homogen, memiliki pH yang sesuai dengan kulit yaitu 6,16-7,05, serta tetap stabil selama penyimpanan 12 minggu. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Ekstrak lobak merah mampu untuk melembabkan kulit. Semakin tinggi konsentrasi lobak merah semakin baik pula kemampuannya untuk melembabkan kulit. Dari hasil uji kelembaban, diperoleh bahwa krim yang mengandung ekstrak lobak merah 2,5% memiliki kemampuan melembabkan yang hampir sama dengan krim yang mengandung gliserin 2%.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ektrak lobak merah dapat diformulasikan dalam krim tipe m/a dan memiliki kemampuan untuk melembabkan kulit dengan konsentrasi 2,5%.
FORMULATION OF CREAM FROM EXTRACT RED RADISH
(Raphanus sativus L.) AS MOISTURIZING SKIN
ABSTRACT
Background:Radish is a vegetable which can be used to treat skin as it contains many substances that can rejuvenate skin. Radish contains 25% vitamin C, 9% vitamin E, 1% vitamin K, 4% iron, 2.5% magnesium, 2.5% calcium, 2.5% sodium, and 5% potassium. There are many varieties of radish such as red radish, black radish and white radish. The significant content differences between red radish and white radish is the presence of anthocyanins in red radish that is not present in white radish. Anthocyanins may contribute to increase the effectiveness of vitamin C.
Objectives: To formulated red radish extract as a moisturizing in hand cream dossage forms.
Methods: Red radish extract obtained by maceration method with ethanol 80% for seven days. Red radish extract was formulated as o/w hand cream in concentration 2.5%, 5%, 7.5% and 10%. The ability to moisturizing skin of red radish extract were compared to cream preparations containing 2% glycerin and blank preparations. Physical quality test to each preparation were homogeneity, pH, stability and emulsion type, irritation test preparations and ability of preparations to moisturize the skin in 18 volunteers by using moisture-checker.
Results: The test results showed that the extract of red radish could be formulated into hand cream type o/w, preparations was homogeneous, pH of preparations was in accordance with pH of skin about 6.16 to 7.05, and remained stable after 12 weeks storage. Not irritating to the skin. Red radish extract was able to moisturize skin. Increasing concentration of red radish affect the increase ability to moisturize the skin. From the results of skin moisture test, found that a cream containing red radish extract 2.5% had a moisturizing capabilities similar to a cream containing glycerin 2%.
Conclusion: From the results of this study show that red radish extract can be formulated in a o/w cream and it has ability to moisturize the skin in concentration 2.5%.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR……… iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak Merah ... 5
2.1.1 Lobak merah ... 5
2.2 Ekstraksi ... 7
2.3 Kulit ... 8
2.3.1 Struktur kulit ... 8
2.3.2 Fungsi kulit ... 9
2.3.3 Klasifikasi kulit ... 10
2.3.4 Kelembaban kulit ... 11
2.4 Krim ... 12
2.5 Basis Krim ... 14
2.6 Pelembab ... 15
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
3.1 Alat-alat yang Digunakan ... 17
3.2 Bahan-bahan yang Digunakan ... 17
3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 17
3.4 Sukarelawan……….. ... 18
3.5 Prosedur Kerja ... 18
3.5.1 Pembuatan simplisia dan ekstrak lobak merah ... 18
3.5.2 Formula standar hand cream ... 19
3.5.3 Formula dasar krim yang dimodifikasi... 19
3.5.4 Pembuatan sediaan krim ... 20
3.6 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 21
3.6.1 Pemeriksaan homogenitas ... 21
3.6.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 21
3.6.3 Penentuan pH sediaan ... 21