• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1.Contoh perhitungan analisis data Nepenthes yang diperoleh

A. Kerapatan/0,2 Ha (K), KerapatanRelatif (KR), Frekuensi (F), FrekuensiRelatip (FR), IndeksNilaiPenting (INP) padaN. reinwardtianadi lokasi 1200 m dpl plot 1

1. Kerapatan (K)

K =

= 72rumpun/0,2 Ha = 360

2. KerapatanRelatif (KR) KR =

= (360/2325) x 100% = 15,48%

3. Frekuensi (F)

F =

= 6/21 = 0,28

4. FrekuensiRelatif (FR) FR =

= (146/151) x 100%

= 13,95%

5. IndeksNilaiPenting INP =KR + FR

(2)

B. IndeksKeanekaragamandari Shannon-Wiener

H’ =

= - Σ (72/465)*(-1,86)+(169/465)*(-1,01)+(107/465)*(-1,47)+(63/465)*(-1,99)+(54/465)*(-2,15)

= -(1,51)

= 1,51(H’ padalokasihutan CADS)

C. IndeksKeseragaman

E =

= -1,51/6,14

= 0,24 (E padalokasiketinggian 1200 m dpl)

D. IndeksSimilaritas(Kesamaan)

IS = x 100 %

= 2 (54+63)/200+200 x 100% = 234/400x 100%

(3)

Lampiran 2. Tally sheet inventarisasi Nepenthes di setiap lokasi penelitian

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Lampiran 5. Bentuk bentang alam di beberapa lokasi penelitian Cagar Alam Dolok Sibual-buali

a. Kawasan terbuka (Sungai) b.Semak Belukar

c. Identifikasi Nepenthes spp. dilapangan d.Gambar jenis Nhepenthes spp.

(9)
(10)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. 2011. Pengaruh Pemberian Hormon BAP Terhadap Multiplikasi Tunas Tumbuhan Kantung Semar (Nepenthes alata Blanco) pada Media Tanam

Murashige dan Skoog dengan Teknik In Vitro. Skripsi Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Akhriadi, P., Hernawati., 2006. A Field Guide to The Nepenthes of Sumatera. Padang :PILI-NGO Movement, Nepenthes Team, BP Conservation Programme. Conservation International-Indonesia.

Azwar F., A. Kunarso, dan T. S. Rahman. 2007. Kantong Semar (Nepenthes sp.) di Hutan Sumatera, Tanaman Unik yang Semakin Langka. Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian. Balai Litbang Hutan Tanaman. Palembang. Azwar, F. 2002. Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Hutan Sumatra, Tanaman

Unik yang Semakin Langka. http://www.LIPI.go.id. Diakses tanggal 25 Mei

2008.

Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumatera Utara. 2011. “Cagar Alam Dolok Sibual-buali”. Diakses dari:www.bksda-sumut.com. Pada hari Rabu [30 Desember 2013] pukul [10.00 WIB].

Baiti, N.Y.K. 2012.Studi Anatomi dan Struktur Sekretori Tanaman Kantong Semar (Nepenthes spp.).Skripsi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Clarke, C. 2001. Nepenthes of Sumatra and Peninsular Malaysia. Natural Publication

Dariana.2009. Keanekaragaman Nepenthes dan Pohon Inang di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Tesis Universitas Sumatera Utara. Medan.

Fadillah, N. N. 2009. Keanekaragaman Nepenthes Pada Kawasan Kebun Bonsai Dan Daerah Sekitarnya di Cagar Alam Dolok Sibual- buali Sumatera Utara. Fakultas Kehutanan.USU.

Handoyo, F. dan M. Sitanggang. 2006. Petunjuk Praktis Perawatan Nepenthes. Agromedia. Depok.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta. PT Bumi Aksara.hlm.20-86.

(11)

JGNC. 2000. Nepenthes Pitcher Morfologi. http:// www.jurassic-gardens .com/ morphpither.Htm.© Jurastic Gardend.Nepenthes in Capasity.

Krebs, C. J. 1985. Eecology: The Experimental Anakyst of Distribution and

Abudance, Third Edition. Harper and Row Publisher Inc. New York.

Listiawati, A. dan Chairani. 2008. Entuyut (Nepenthes) Asal Kalimantan Barat. Untan Press. Pontianak.

Ludwig, J.A. dan Reynolds. 1988. Stastical Ecology : A Primer Methods and

Computing. John Wiley and Sons. New York.

Mansur, M. 2006. Nepenthes Kantong Semar yang Unik. Penebar Swadaya: Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999. 1999. Jenis-Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Jakarta.

Purwanto, A., W. 2007..Budidaya Ex-Situ Nepenthes Kantung Semar nan Eksotis. Yogyakarta: Kanisius. hml. 9-11.

Saputri, A. 2009.Keanekaragaman dan Pola Distribusi Nepenthes spp. di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Suin, N. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang.

Untung, O., U.K. Putri, S. Angkasa, L. Wijayanti, E.S. Firstantinovi, D. Cahyana, R.N. Apriyanti, Karjono, dan D.A. Susanto. 2006. Nepenthes. Trubus Swadaya. Depok.

Widhiastuti, R. dan A. Saputri.2010.Keanekaragaman Tumbuhan Langka, Kantung Semar (Nepenthes spp.) di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh Sumatera Utara.USU Press. Medan.

(12)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peta lokasi, kamera untuk dokumentasi kegiatan, pita ukur, patok kayu dan tali plastik untuk membuat petak contoh, penggaris untuk mengukur tinggi kantung Nepenthes, Global

Position System (GPS) untuk mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat,

parang, buku panduan identifikasi Nepenthes, termometer, dan alat tulis untuk mencatat data.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa Nepenthes sebagai objek penelitian, karton tebal, label nama, benang, kapas, dan tally sheet.

Prosedur Penelitian

(13)

1. Metode Pengumpulan Data

a. Identifikasi Nepenthes

Penentuan Daerah Sampel

Penentuan daerah sampel berdasarkan pertimbangan keberadaan

Nepenthes (searching sample).Pada inventarisasi Nepenthes digunakan metode

cluster. Plot yang dibuat dalam kegiatan ini diharapkan dapat mewakili daerah

penelitian.Plot dibuat di lokasi penelitian dengan ukuran plot 20x20 m sebanyak 8 petak contoh.Jenis Nepenthes yang ada dicatat pada tally sheet dengan parameter meliputi nomor plot,jenis Nepenthes, jumlah rumpun, cara hidup Nepenthes (epifit/teresterial), koordinat dan elevasi lokasi, serta kondisi habitat. Desain penentuan pengambilan daerah sampel dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Desain pembuatan petak contoh 20 m

(14)

Pemberian Kode

Untuk mempermudah proses identifikasiNepenthes, di lapangan perlu dibuat kode yang berbeda untuk masing-masing jenis yang ditemukan. Nepenthes yang ditemukan diberi kode berurutan misalnya mulai dari A1, A2, A3, A4, dan seterusnya. Kode ditulis pada label nama dan didokumentasikan sebelum dokumentasi setiap bagian Nepenthes.

Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan kamera digital. Dokumentasi yang diambil adalah jenis Nepenthes yang ditemukan beserta habitatnya dan dokumentasi dari seluruh tahapan kegiatan penelitian seperti plot pengamatan, pengukuran bagian morfologi Nepenthes (panjang kantung, panjang taji, panjang dan lebar tutup kantung, tinggi tumbuhan Nepenthes, panjang sulur, lebar dan panjang daun), pengukuran suhu udara di lokasi penelitian, dan lainnya. Data yang diperoleh dicatat pada tally sheet dengan parameter nomor plot, untuk bagian daun yaitu warna, bentuk,dan tata daun, bagian batang yaitu bentuk batang, bagian kantung yaitu warna, bentuk, corak kantung, tinggi kantung, jumlah taji, memiliki sayap atau tidak, serta warna peristome. Dokumentasi jenis Nepenthes yang ditemukan tersebut kemudian dicetak untuk membantu kegiatan identifikasi.

b. Suhu dan Kelembaban

(15)

Pengukuran suhu dilakukan menggunakan dua termometer yaitu termometer basah dan termometer kering.Untuk temometer basah, di ujung termometer diberi kapas basah dan diikat menggunakan benang. Kedua termometer digantung di tiang setinggi 1,5 meter (setinggi dada orang dewasa), kemudian dicatat data suhu di masing-masing termometer pada 0 menit, 10 menit, 20 menit, dan 30 menit.

Pengukuran kelembaban udara dilakukan menggunakan Psikrometer bola basah–bola kering. Sesuai dengan Lakitan (1994), alat ini terdiri dari 2 termometer yaitu termometer basah dan termometer kering. Setelah data suhu dari kedua termometer diketahui, maka kelembaban relatif dapat diestimasi menggunakan Tabel RH (Relatif Humidity).

Ketinggian tempat sangat berkaitan dengan suhu lingkungan.Di dataran tinggi, suhu pasti lebih rendah dibandingkan di dataran rendah.Nepenthes dataran rendah biasanya hidup pada suhu 20°C-35°C, sedangkan Nepenthes dataran tinggi tumbuh di suhu 10°C-30°C. Bahkan ada beberapa spesies dataran tinggi yang memerlukan suhu 4°C agar dapat tumbuh dengan baik (Untung, dkk., 2006).

Umumnya Nepenthes di Kalimantan Barat tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi yaitu antara 70% - 90% (Listiawati dan Chairani, 2008). Kelembaban sangat penting bagi Nepenthes, tanpa kelembaban yang memadai, minimamal 70%, maka kantungnya tidak akan muncul (Untung, dkk., 2006).

(16)

m dpl – 1000 m dpl, dan Nepenthes dataran tinggi hidup pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Mansur, 2006).

2. Analisis Data

a. Dominansi Jenis

Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya. INP merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) yang dapat diketahui dengan

Frekuensi Relatif (FR) = 100% jenis

Dominansi Relatif (DR) = 100%

jenis

- Untuk tingkat tiang dan pohon

INP = KR + FR + DR - Untuk tingkat semai dan pancang

(17)

b. Indeks Keanekaragaman Jenis (Diversitas)

Indeks keanekaragaman dari Shannon-Wiener digunakan untuk menyatakan hubungan keanekaragaman jenis dalam komunitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988) :

H’ = -

ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah individu seluruh jenis

Kriteria indeks keanekaragaman adalah : 1. Rendah, bila indeks keanekaragaman = H’<1 2. Sedang, bila indeks keanekaragaman = 1≤ H’≤ 3 3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman = H’>3

c. Indeks Keseragaman (Equitabilitas)

Setelah diketahui indeks keanekaragaman, maka dapat juga dilakukan perhitungan indeks keseragaman. Untuk menghitung indeks keseragaman dari seluruh jenis tumbuhan Nepenthes dapat menggunakan indeks Equitabilitas (E’) dengan persamaan berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988) :

Keterangan :

E = Indeks keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman Hmaks = ln S

S = Jumlah jenis

(18)

2. Tinggi, bila indeks keseragaman 0,5-1

d. Indeks Kesamaan (Similarity)

Indriyanto (2006), menyatakan indeks kesamaan diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara beberapa unit sampling, atau antara beberapa komunitas yang diteliti dan dibandingkan komposisi dan struktur komunitasnya. Untuk mengetahui indeks kesamaan dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

IS = indeks kesamaan

W = jumlah dari nilai penting yang lebih kecil atau sama dari dua spesies berpasangan, yang ditemukan pada dua komunitas

a = total nilai penting dari komunitas atau unit sampling A b = total nilai penting dari komunitas atau unit sampling B

Pengelompokan nilai indeks kesamaan oleh Suin (2002), sebagai berikut : Kesamaan < 25% : Sangat tidak mirip

Kesamaan 25-50% : Tidak mirip Kesamaan 50-70% : Mirip

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekayaan Jenis Nepenthes

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara ditemukan 5 jenis Nepenthes. Adapun jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali

No. Famili Genus Jenis

Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Sumatera Utara yaitu di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh pada tahun 2009 oleh Dariana ditemukan 7 jenis Nepenthes yang terdiri dari N. reinwardtiana, N.

tobaica, N. spectabilis, N. rhombicaulis, N. rigidifolia, dan 2 spesies hibrid alami

yaitu N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana x N. tobaica. Penelitian yang dilakukan oleh Nova pada tahun 2013 di Cagar Alam Dolok Sibual buali ditemukan 6 jenis Nepenthes yang terdiri dari N. reinwardtiana, N.

tobaica, N. sumatrana, N. rhombicaulis, N. ovata, N. bongso.Perbedaan jumlah

(20)

hutan CADS itu sendiri. Mengingat CADS termasuk ke dalam hutan lindung sehingga tidak banyak campur tangan manusia di dalamnya.

Nepenthes yang ada di Cagar Alam Dolok Sibual Buali adalah jenis

Nepenthes yang tumbuh di dataran tinggi.Untung, dkk.(2006). menambahkan jika

dibagi berdasarkan tempat asal dan dominasi jenis di dataran tinggi, maka Sumatera menduduki peringkat pertama.Sebagian besar kantung semar di Sumatera tumbuh di pegunungan.

Keunikan dari Nepenthes terletak pada bentuk, ukuran, dan corak warna kantungnya yang beragam.Selain menyuguhkan keindahan, kantungnya juga dapat beralih fungsi menjadi perangkap serangga dan binatang kecil lainnya.Bentuk kantungnya pun beragam, dari yang panjang langsing, gendut bak periuk, hingga ada yang seperti kendi.Namun biasanya bentuk kantung tidak jauh berbeda dengan bentuk piala (Handoyo dan Sitanggang, 2006).Bentuk kantung dari setiap jenis Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dapat dilihat pada Gambar 4.

a b c

(21)

Gambar 4. Bentuk kantung tiap jenis Nepenthes di CA Dolok Sibual Buali : a) N.tobaica, b) N. reinwardtiana, c) N. rhombicaulis, d)

N.bongso, dan f) N.ovata.

Gambar 4 menunjukkan bentuk kantung setiap Nepenthes berbeda-beda.Pada N. bongso kantung berbentuk silindris dan semakin mengecil di bagian bawah, kantung berbentuk telur.Tidak jauh berbeda dengan N. bongso, N. ovata juga memiliki kantung berbentuk telur.Kantung N. reinwardtiana berpinggang dan N. rhombicaulis memiliki kantung seperti tempayan berleher pendek, bagian bawah kantung membulat, mengecil di bagian tengah, dan silindris di bagian atas, adapun variasi beberapa bentuk kantung Nepenthes spp. adalah berbentuk pinggang, corong, tempayan, telur dan silinder.

Umumnya Nepenthes memiliki tiga bentuk kantung yang berbeda meski dalam satu individu, bentuk kantung tersebut terdiri dari (Mansur, 2006) :

1. Kantung roset, yaitu kantung yang keluar dari kantung ujung daun roset. 2. Kantung bawah, yaitu kantung yang keluar dari daun yang letaknya tidak jauh

dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah. Selain ujung sulurnya berada di depan bawah kantung, juga memiliki dua sayap yang fungsinya seperti tangga untuk membantu serangga naik hingga ke mulut kantung.

3. Kantung atas, yaitu kantung berbentuk corong, pinggang atau silinder dan

tidak memiliki sayap. Bentuk ini sangat beralasan karena kantung atas difungsikan untuk menangkap serangga terbang, bukan serangga tanah, ciri lainnya adalah ujung sulur berada di bawah kantung.

(22)

Gambar 5. Sketsa satu rumpun tumbuhan Nepenthesdi alam : a) katung roset, b) kantung bawah, dan c) kantung atas.

Handoyo dan Sitanggang (2006), menyatakan bahwa kantung bawah biasanya agak membulat dibandingkan kantung atas yang cenderung lebih langsing.Sedangkan bentuk kantung antara (roset) merupakan peralihan dari bentuk kantung atas ke kantung bawah.

Deskripsi Jenis Nepenthes

Setiap jenis Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali memiliki perbedaan tiap jenis baik dari bentuk dan warna kantung, bentuk dan warna daun, cara tumbuh, serta ukuran tumbuhan. Tabel 4 menunjukkan perbedaan bagian tubuh yang dimiliki oleh tiap jenis Nepenthes yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali yaitu perbedaan bentuk batang, bentuk daun, tepi daun berbulu atau rata, permukaan sulur berbulu atau licin, bentuk kantung, bentuk tutup kantung, dan jumlah cabang taji.

Tabel 4. Perbedaan tiap jenis bagian Nepenthes di CA Dolok Sibual Buali

(23)

Tabel 4. Lanjutan

3. N. reinwardtiana Segitiga Lanset rata licin pinggang

bundar

Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai deskripsi morfologi tumbuhan Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali.

1. Nepenthes bongso Korth

Secara umum ukuran bagian N. bongso yang di temukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitaningtyas dan Wawangningrum pada tahun 2007 di Suaka Alam Sulasih Talang, Sumatera Barat. Setiap individu yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dan di SA Sulasih Talang memiliki ukuran yang berbeda, yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ukuran bagian tubuh N. bongso di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dan SA Sulasih Talang

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali SA Sulasih Talang*

1. Diameter batang 0,47 cm 0,5 cm

2. Panjang sulur 17,2 cm 30 cm

3. Tinggi kantung bawah 16 cm 20- 34 cm

4. Tinggi kantung atas 19,6 cm 35 cm

(24)

Deskripsi jenis untuk N. bongso yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

a. Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat, dengan tinggi batang mencapai 60 cm, jarak antar daun 2 - 6 cm, bentuk silindris berwarna hijau kecoklatan dengan permukaan batang licin. b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

daun alternate, bentuk lanset, warna daun hijau kemerahan dan hijau tua, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus.

c. Sulur : berwarna coklat di bagian dekat daun, hijau di bagian tengah dan merah di bagian dekat kantung, permukaan sulur berbulu halus.

d. Kantung bawah : warna coklat kemerahan, bagian dalam terdapat bintik merah,

(25)

e. Kantung atas : warna hijau kekuningan, bagian dalam terdapat bintik merah. Kantung berbentuk corong dengan mulut lebar dan mendongak ke atas. Peristome berwarna hijau dengan liris merah, melingkar bulat, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 1,5 cm. Peristome rapat dan sangat jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung dan peristome yang tepat di bawah tutup kantung menjarang dan semakin jelas dan panjang seperti duri keras. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna kuning, di bagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,5 cm berwarna hijau kekuningan, taji bercabang dua berwarna coklat atau hijau. keterangan dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Bentuk dan bagian dari Nepenthes bongso Korth : a) kantung atas, b) kantung bawah, c) bagian belakang peristome, d) bentuk daun, e) kantung bawah bagian depan, dan f) kantung bawah bagian samping.

c b

a

d

(26)

2. Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba

Kantung N. ovata yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sufrizal pada tahun 2009 di Wisata Alam Taman Eden Seratus, Sumatera Utara.Perbedaan ukuran bagian N. ovata di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ukuran bagian tubuh N. ovata di CA Dolok Sibual Buali dan WA Taman Eden Seratus.

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali WA Taman Eden Seratus*

1. Tinggi batang 85 cm 10-25 cm ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

a. Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat. Bentuk batang silindris berwarna hijau kecoklatan dengan permukaan batang licin.

b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

daun alternate, bentuk obovate, warna daun hijau kemerahan dan hijau tua, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus.

(27)

d. Kantung bawah : warna coklat kemerahan sampai merah kehitaman, bagian dalam terdapat bintik merah, bentuk elips di bagian bawah dan membesar silindris ke bagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 1,1 cm. Peristome berwarna merah tua/merah menyala, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas di kedua sisi dengan lebar mencapai 3,5 cm. Peristome sangat lebar dan melengkung ke bagian belakang dan di bagian depan terdapat tonjolan sepanjang 0,2 cm. Peristome rapat dan sangat jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung dan peristome yang tepat di bawah tutup kantung menjarang dan semakin jelas dan panjang seperti duri keras. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna kuning dengan berurat merah, di bagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,4 cm berwarna merah atau hitam, taji bercabang dua berwarna coklat.

(28)

tonjolan seperti kail sepanjang 0,8 cm berwarna hijau kekuningan, taji bercabang dua berwarna coklat atau hijau.

N. ovata tumbuh di ketinggian 1500 m dpl – 2000 m dpl.N.ovatamerupakan endemik Sumatera Utara.Nepenthes ini masuk ke dalam daftar Apendix II dalam CITES (Hernawati dan Akhriadi, 2006).

Untung, dkk. (2006), menyatakan bahwa N. ovata berkerabat dekat dengan

N. bongso, kantung atas N. ovata dan N. bongso secara morfologis sama. Gambar

7menunjukkan bentuk peristome N. ovata.Gambar 8 menunjukkan bentuk kantung dari N. ovata serta bagian tubuh lainnya.

Gambar 7. Peristome Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba : a) Peristome seperti duri di bawah tutup, dan b) Tonjolan di bagian depan.

a

b

(29)

Gambar 8. Bentuk dan bagian Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba : a) kantung bawah yang masih muda, b) tutup kantung, c) bentuk daun, d) kail di bawah tutup kantung, e) kantung bawah, dan f) kantung atas.

3. Nepenthes reinwardtiana Miq.

Secara umum ukuran bagian N. reinwardtiana (kecuali ukuran kantung bawah) yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara. Ukuran kantung bawah

N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual Buali adalah 11 cm dan di TWA

Sicikeh-cikeh adalah 8,5 - 10 cm, ukuran kantung bawah di kedua lokasi penelitian ini tidak berbeda jauh. Perbedaan ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual Buali dan TWA Sicikeh-cikeh

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali TWA Sicikeh-cikeh*

(30)

a. Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat, bentuk batang segitiga berwarna merah kecoklatan dengan permukaan batang licin.

b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

daun alternate, bentuk lanset, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah berwarna hijau muda, permukaan daun licin, dan agak tebal. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun rata.

c. Sulur : berwarna hijau di bagian dekat daun dan merah di bagian dekat kantung, permukaan sulur licin.

d. Kantung bawah : warna hijau muda, bentuk bagian dasar bulat menggembung (berpinggang), mengecil di tengah, dan melebar ke bagian mulut, bersayap dengan bulu jarang, panjang bulu 0,05 – 0,1 cm. Di bagian zona lilin memiliki dua spot mata di dalam dinding bagian belakang. Peristome berwarna hijau dengan liris merah, melingkar agak oval sampai bulat, rata di bagian depan meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,3 cm. Peristome rapat dan agak jelas. Bentuk tutup kantung bundar sampai elips dengan warna hijau, taji tanpa cabang sampai bercabang tiga.

(31)

Bentuk tutup kantung bundar sampai elips dengan warna hijau, taji tanpa cabang.

Listiawati dan Chairani (2008), menyatakan N. reinwardtiana sangat mudah dikenali karena ada 2 titik di dalam kantung, tidak jauh di bawah permukaan mulut (sekitar 2 cm). Titik terlihat seperti mata, kalau diperhatikan kedua titik biasanya basah, berfungsi sebagai penebar aroma dan sekaligus pesona untuk dikunjungi serangga-serangga yang akan dimangsanya.

Hernawati dan Akhriadi (2006), menyatakan di beberapa populasi, titik bisa berjumlah lebih dari satu, bisa juga tanpa mata.Tanda yang hampir mirip juga dijumpai pada kantung tua milik N. sanguinea, N. stenophylla, dan N.

tentaculata. Penyebaran N. reinwardtiana berada di Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Jambi, Lampung, dan Kalimantan di ketinggian 100 m dpl - 1200 m dpl.

Widhiastuti dan Saputri (2010), menyatakan warna kantung

N. reinwardtiana biasanya dominan hijau berbintik merah dan terkadang

berwarna merah.Bentuk kantung, bentuk tutup kantung, bentuk daun, serta ‘

eye-spot’ dari N. reinwardtiana dapat dilihat pada Gambar 9.

b c

(32)

Gambar 9. Bentuk dan bagian dari N. reinwardtiana Miq : a) kantung bawah, b) kantung atas, c) susunan daun, d) Eye spot, e) tutup kantung berwarna hijau, f) tutup kantung berwarna hijau kemerahan,g) N.

reinwardtiana tampak depan, dan h) N. reinwardtiana tampak

samping.

4. Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata

Secara umum ukuran bagian N. rhombicaulis (kecuali ukurankantung atas) yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara. Ukuran kantung atas N.

rhombicaulis di CA Dolok Sibual Buali adalah 11,2 cm dan di TWA

Sicikeh-cikeh adalah 9 cm. Ukuran kantung bawah dan kantung atasN. rhombicaulis yang ditemukan di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh memiliki ukuran yang sama

f e

d

(33)

yaitu 9 cm. Perbedaan ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis di CA Dolok Sibual Buali dan TWA Sicikeh-cikeh.

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali TWA Sicikeh-cikeh*

1 Tinggi batang 25 cm 2 m TWA Sicikeh-cikeh.Hal ini disebabkan N. rhombicaulis yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali tumbuh secara teresterial, batang tumbuh roset. Deskripsi jenis untuk N. rhombicaulis yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

a. Batang : pada anakan dan dewasa batang tumbuh roset, namun tumbuhan dewasa menggantung di pohon atau tanah, bentuk segitiga berwarna hijau dengan permukaan batang licin.

b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

daun alternate, bentuk obovate, warna daun hijau tua sampai hijau kekuningan, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus. Untuk kantung bawah, daun biasanya di bawah tanah (tidak terlihat) atau berukuran kecil sekitar 2-5 cm.

(34)

d. Kantung bawah : warna merah keputihan dengan bercak merah di bagian luar maupun bagian dalam kantung, bentuk bagian dasar bulat menggembung, mengecil di tengah, dan silindris kebagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 0,3 cm. Peristome berwarna merah, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,5 cm. Peristome rapat dan jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna putih kusam dengan bercak merah beraturan (seperti batik), taji tanpa cabang.

e. Kantung atas : warna merah dan kehijauan dengan bercak merah di bagian

luar maupun bagian dalam kantung, bentuk bagian dasar bulat menggembung, mengecil di tengah, dan silindris memanjang ke bagian atas. Bagian atas lebih panjang dibandingkan dengan bagian bawah yang membulat. Bersayap dengan bulu jarang, panjang bulu 0,5 cm. Peristome berwarna merah, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,35 cm. Peristome rapat dan jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna merah dengan bercak beraturan merah (seperti batik), taji tanpa cabang.

N. rhombicaulis merupakan jenis endemik dari Sumatera Utara yang hidup

(35)

Gambar 10. Bentuk dan bagian dari Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata : a) N. rhombicaulis tampak samping, b) N. rhombicaulis tampak

depan, c) tutup kantung, d) susunan daun, e) kantung atas, dan f) kantung bawah.

a

e

c d

b

(36)

5. Nepenthes tobaica Danser.

Ukuran bagian N. tobaica yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di TWA Sicikeh-cikeh, Sumatera individu memiliki ukuran yang berbeda, yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.. Ukuran bagian tubuh N. tobaica di CA Dolok Sibual Buali dan TWA Sicikeh-cikeh

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali TWA Sicikeh-cikeh*

1 Tinggi batang 150 cm 4 - 7 m memanjat, bentuk batang silindris berwarna hijau dengan permukaan batang licin. a. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

(37)

b. Sulur : berwarna hijau di bagian dekat daun dan merah di bagian dekat kantung, permukaan sulur licin.

c. Kantung bawah : warna hijau muda, bagian dalam kantung terdapat bercak merah. Bentuk pinggang, oval di bagian bawah, mengecil di bagian tengah, dan silindris ke bagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 0,5 cm. Peristome tipis berwarna hijau, melingkar agak oval sampai bulat, rata di bagian depan meninggi di bagian belakang. Peristome rapat dan tidak jelas. Bentuk tutup kantung agak bundar berwarna hijau, taji tanpa cabang sampai bercabang tiga.

d. Kantung atas : warna hijau muda, bentuk hampir sama dengan kantung bawah

tetapi tidak bersayap, ditandai dengan liris jelas di kantung bagian depan berwarna hijau, terlihat jelas antara bentuk bagian dasar dan bagian tengah kantung. Bagian dalam kantung terdapat bercak merah. Peristome tipis berwarna hijau, melingkar agak oval sampai bulat, rata di bagian depan meninggi di bagian belakang. Peristome rapat dan tidak jelas. Bentuk tutup kantung agak bundar berwarna hijau, taji tanpa cabang sampai bercabang tiga.

Kantung bawah biasanya berukuran kecil (tidak lebih dari 3 cm) dan hidup teresterial. Bentuk dan ukuran kantung dari N. tobaica dilihat pada Gambar 11.

(38)

Gambar 11. Bentuk dan bagian dari Nepenthes tobaica Danser : a) kantung atas, b) kantung antara, c) kantung bawah, d) kantung bawah berukuran kecil, e) tutup kantung, dan f) bentuk daun.

Analisis Kelimpahan Nepenthes

Selain jenis Nepenthes, data yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah rumpun dari setiap jenis Nepenthes.Jumlah rumpun setiap jenis Nepenthes di setiap loksi penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah rumpun dan jenis Nepenthes pada lokasi penelitian di Cagar

Nepenthes yang paling banyak ditemukan pada lokasi III.Jumlah seluruh rumpun

Nepenthes di lokasi III sebanyak 187 rumpun dan jumlah jenis Nepenthes

sebanyak 4 jenis.Sedangkan jumlah rumpun dan jumlah jenis Nepenthes paling f

(39)

sedikit ditemukan pada lokasi VI. Di lokasi ini ditemukan hanya 7 rumpun

Nepenthes dengan jumlah jenis hanya 1 jenis saja.

Pada lokasi I dan II jumlah rumpun yang paling banyak terdapat pada jenis

N. rhombicaulis dengan jumlah 9 rumpun dan 48 rumpun, untuk lokasi III dan IV

jumlah rumpun paling banyak terdapat pada jenis N.reinwardtiana yaitu sebanyak 89 rumpun dan 42 rumpun. Pada lokasi V, jumah rumpun terbanyak terdapat pada jenis N. bongso yaitu sebanyak 22 rumpun. Pada lokasi VI dan VII jumlah rumpun yang paling banyak terdapat pada jenis N. reiwardtiana dengan jumlah 7 rumpun dan 12 rumpun, sedangkan untuk lokasi VIII jumlah rumpun paling banyak terdapat pada jenis N.rhombicaulis yaitu sebanyak 15 rumpun.

Dengan metode cluster diperoleh rumpun Nepenthesyang cukup banyak pada setiap petak contoh.Hal ini disebabkan pemilihan petak contoh dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya rumpun pada jenis Nepenthes tersebut di lokasi penelitian. Pemilihan lokasi secara acak ini memudahkan penelitian untuk menganalisis keberadaan Nepenthes sehingga secara keseluruhan dari ketinggian CADS dari 1200 m dpl – 1600 m dpl dapat diketahui seluruh jumlah jenis

Nepenthes yang ada di CADS. hal ini berbeda dengan Fadila (2009) yang hanya

(40)

Jumlah Nepenthes yang ditemukan berbeda tiap jenisnya.Persentase

5. Nepenthes reinwardtiana 169 36,34

Jumlah 465 100

Pada Tabel 11 dapat diketahui jenis yang paling tinggi persentase jumlahnya adalah N. reinwardtiana yaitu 36,34% diikuti oleh N. tobaica sebesar 23,01%. Selanjutnya N. rhombicaulis memiliki persentase jumlah sebesar 15,48%, N. bongso sebesar 13,54%, dan jenis dengan persentase jumlah paling kecil adalah N. ovate 11,61%. Hal ini berbeda dengan Nova (2009) yang memperoleh jenis yang paling tinggi persentase jumlahnya adalah N.

reinwardtiana yaitu 32,55% diikuti oleh N. tobaica sebesar 22,06%. Selanjutnya

N. rhombicaulis memiliki persentase jumlah sebesar 18,20%, N. ovata sebesar

16,70%, N. bongso sebesar 5,78%, dan jenis dengan persentase jumlah paling kecil adalah N. sumatrana4,71 %. Pada penelitian nova (2009) diperoleh N.

sumatrana lebih kecil sedangkan pada penelitian ini diperoleh N. ovata yang lebih

kecil presentasenya, hal ini disebabkan pada penelitian ini tidak diperoleh lagi jenis dari N. sumatrana pada hutan CADS.

N. reinwardtiana dan N. tobaica merupakan Nepenthes yang paling tinggi

(41)

sebanyak 89 rumpun dan 42 rumpun. Sedangkan untuk N. tobaica banyak ditemukan pada lokasi II dan lokasi IV secara berurut sebanyak 15 rumpun dan 64 rumpun. Hal ini disebabkan pada lokasi tersebut memiliki kondisi lingkungan yang sesuai dengan karakteristik tempat tumbuh N. reinwardtiana dan N. tobaica yaitu daerah terbuka dengan kelembaban yang tinggi.

Diketahuinya jumlah rumpun dan penyebaran tiap jenis Nepenthes dapat kita cari nilai dari Kerapatan/0,2 Ha (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual Buali yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kerapatan/0,2 Ha (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok

Pada Tabel 12 dapat diketahui N. reinwardtiana mempunyai kerapatan relatif paling tinggi sebesar 36,34%. Kerapatan relatif yang paling kecil adalah N.

ovata yaitu sebesar 11,61%. Untuk frekuensi relatif (FR) diketahui N.

reinwardtiana mempunyai nilai tertinggi yaitu 30,23% sedangkan nilai FR

terkecil pada N. bongso dan N. rhombicaulis.

(42)

Pada Tabel 12 INP tertinggi di adalah N. reinwardtiana sebesar 66,57% dan paling terkecil adalah N. bongso 27,50%. Dalam hal ini N. reinwardtiana berkembang baik karena berada di daerah terbuka sehingga mendapatkan cahaya matahari yang banyak. Menurut Clarke (2001), beberapa jenis dari Nepenthes mampu bertahan hidup pada penyinaran matahari penuh atau menyukai cahaya matahari langsung seperti N. reinwardtiana. Jenis yang menyukai cahaya matahari langsung pada daerah yang terbuka.

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa indeks keanekaragamannya sebesar 1,51, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman Nepenthes pada Cagar Alam Dolok Sibual Buali sedang. Hasil yang diperoleh berbeda dengan Nova (2009) yaitu indeks keanekaragaman di lokasi I sebesar 0.68, dan pada lokasi II sebesar 0.20, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman pada lokasi I dan II rendah, dan pada lokasi III didapat indeks keanekaragaman yaitu sebesar 1.59, hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi III keanekaragaman sedang. Hal ini disebabkan perhitungan indeks keanekaragaman pada penelitian ini di hutan CADS dilakukan secara keseluruhan pada setiap jenis dari seluruh petak contoh. Sehingga memperoleh indeks keanekaragaman pada seluruh ketinggian hutan CADS.

Indeks keanekaragaman jenis menurut Shanon Whiener dalam Ludwig dan Reynolds (1988), bahwa Indeks Keanekaragaman Shanon Whiener digunakan luas dalam ekologi komunitas, karakteristiknya adalah apabila H’ = 0 maka hanya

terdapat satu jenis yang hidup dalam satu komunitas. H’ maksimum jika

(43)

Fachrul (2007), menyatakan bahwa Indeks Keanekargaman (H’)

merupakan paremeter vegetasi yang sangat berguna untuk membandingkan berbagai komunitas tumbuhan, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan atau abiotik terhadap komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi atau stabilitas pada suatu komunitas.

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa indeks keanekaragamannya sebesar 0,24, hal ini menunjukkan bahwa keseragaman Nepenthes pada Cagar Alam Dolok Sibual Buali rendah. Nilai indeks keseragaman didapat dengan membandingkan nilai H’ dengan total jumlah jenis (ln S) yang terdapat pada suatu

lokasi. Berkurangnya atau turunnya nilai Indeks keseragaman pada setiap lokasi disebabkan oleh kondisi lingkungan dan penyediaan nutrisi tanah yang berbeda. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Saputri (2009), ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi yang berbeda menyebabkan nilai keanekaragaman dan nilai indeks keseragaman bervariasi.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ditemukan 5 jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali

yaituN.tobaica, N.rhombicaulis, N. reinwardtiana, N.bongso,dan N. ovate. 2. Jenis yang paling dominan adalah N. reinwardtiana dengan persentase jumlah

rumpun sebesar36.32% sedangkan jenis Nepanthes yang paling kecil tingkat dominannya adalah Nepenthes bongso yaitu sebesar 11,61%.

3. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pada seluruh hutan CADS berbeda, jika dibandingkan dengan penelitian Nova (2009) pada beberapa ketinggian. Sehingga dapat diketahui indeks keanekaragaman shannon winner dari keseluruhan hutan CADS, yaitu 1,51 pada tingkat sedang.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keanekaragaman

Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dengan lokasi pengambilan

(45)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

A. Letak dan Luas

Ekosistem Cagar Alam (CA) Dolok Sibual Buali secara administrasi pemerintahan terletak di 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sipirok, Kecamatan Padang Sidempuan Timur, dan Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wilayah pengelolaan hutan termasuk dalam wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II yang berkedudukan di Rantau Prapat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara II (BBKSDA SUMUT, 2011).

Cagar Alam Dolok Sibual Buali secara geografis terletak pada koordinat 01°0’ - 01°37’ Lintang Utara dan 99°11’15” - 99°17’55” Bujur Timur. Cagar

Alam Dolok Sibual Buali terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Barumun.Berdasarkan letak pada ketinggian di atas permukaan laut (dpl) maka Cagar Alam Dolok Sibual Buali terletak pada ketinggian 750 s/d 1.819 m dpl.Setelah beralih fungsi menjadi Cagar Alam, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.215/Kpts/Um/14/1982 tanggal 8 April 1982, maka Cagar

Alam Dolok Sibual Buali Register 3 memiliki luas 5.000 hektar (BBKSDA SUMUT, 2011).

B. Penataan Batas

Menurut BBKSDA SUMUT (2011), Kawasan Cagar Alam Dolok Sibual Buali sebagian besar berbatasan dengan hutan rakyat dan kebun.

(46)

 Bagian Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Sialaman, Sibio-bio, Aek

Sabaon Julu, Sukarame, Sugitonga, dan Sugijulu.

 Bagian Timur berbatasan dengan wilayah Desa Sumuran, Hutaraja,

Mandurana, Aek Horsik, Paringgonan, Hasahatan, Pinang Sori, dan Gunungtua Baringin.

 Bagian Barat berbatasan dengan wilayah Desa Sugijae, Pasar Marancar,

Simaretung/Haunatas, Bonan Dolok, Tanjung Rompa, Janjimanaon, dan Aek Nabara.

C. Topografi, Geologi dan Iklim

Cagar Alam Dolok Sibual Buali sebagian besar memiliki topografi bergelombang dan berbukit.Terdapat 4 buah gunung utama/tertinggi dan 6 buah anak gunung. Kemiringan lahan sebagian besar adalah curam (21-55%) (BBKSDA SUMUT, 2011).

Iklim di Cagar Alam Dolok Sibual Buali ditandai dengan hujan yang paling sering turun pada bagian utara dan barat kawasan, sehingga pada beberapa lokasi banyak terdapat longsor. Sebagian besar kawasan sudah tertutup embun mulai jam 17.00 WIB, sedangkan di beberapa bagian puncak mulai turun embun jam 16.00 WIB. Angin bertiup dari arah barat menuju utara dan timur.Suhu maksimum 29°C dan minimum 18°C (BBKSDA SUMUT, 2011).

D. Flora

(47)

Myrtaceae, Anarcadiaceae dan Moraceae, Dipterocarpaceae, Raflesia sp., Pinus

Merkusii, Kecing tanduk (Castanopsis aeaecuminatissima), Hapas-hapas

(Exbucklandia populnea), Sengon (Albizia procera), Beringin (Ficus sp.). Keadaan vegetasi di lapangan masih relatif baik, di dalam hutan masih banyak ditemui pohon-pohon berdiameter 1 m (BBKSDA SUMUT, 2011).

E. Fauna

Berbagai jenis satwa terdapat di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, beberapa jenis diantaranya dilindungi seperti Mawas (Pongo abelli), Siamang (Hylobates sindactylus), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis), Harimau Sumatera (Panthera tiggris sumatrae), Kuau (Argosianus argus), Rusa (Cervus sp), dan lain-lain (BBKSDA SUMUT, 2011).

Deskripsi Nepenthes

Berdasarkan taksonomi Nepenthes spp. memiliki klasifikasi sebagai berikut (Mansur, 2006) :

Kingdom : Plantae

(48)

Gambar 1. Bagian tubuh dari kantung Nepenthes: a) Tutup Kantung, b) Peristome, c) Wax Zone, d) Sulur, e) Digestive Zone, f) Sayap Kantiung (Baiti, 2012). Tumbuhan dewasa Nepenthes spp. tumbuh memanjat pada tumbuhan lain. Anakan dan tumbuhan yang belum dewasa daunnya tersusun dalam bentuk roset akar yang dilengkapi dengan tendril pada setiap ujungnya.Sebahagian besar daun dalam roset membentuk kantung yang membulat dan lonjong dengan dua sayap yang terletak didepan tabung. Setelah dua sampai tiga tahun pertumbuhannya relativ lambat, tumbuhan mulai masuk pada tahap memanjat.Internodus batang memiliki jarak yang lebih panjang dari pada internodus pada roset (Clarke, 2001).

Saat ini tercatat 82 jenis Nepenthes spp. yang sudah dipublikasikan. Tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora karena memangsa serangga. Kemampuannya itu disebabkan oleh adanya organ berbentuk kantong yang menjulur dari ujung daunnya.Organ itu disebut pitcher atau

kantong.Kemampuannya yang unik dan asalnya yang dari negara tropis itu menjadikan Nepenthes spp. sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di Jepang, Eropa, Amerika dan Australia. Namun, di Indonesia justru tak banyak yang mengenal dan memanfaatkannya. Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna

b a

c

d

(49)

kantongnya. Secara keseluruhan, tumbuhan ini memiliki lima bentuk kantong, yaitu bentuk tempayan, bulat telur atau oval, silinder, corong, dan pinggang (Witarto, 2006).

a. Akar

Menurut Clarke (2001) akar Nepenthes spp. merupakan akar tunggang, sebagaimana tanaman dikotil lainnya.Perakaran tumbuh dari pangkal batang, memanjang, dengan akar-akar sekunder di sekitarnya. Akar yang sehat berwarna hitam dan tampak berisi (gemuk), tetapi perakaran Nepenthes spp. rata-rata kurus dan sedikit, bahkan hanya terbenam sampai kedalaman 10 cm dari permukaan tanah.Hal itu wajar karena Tumbuhan Nepenthes spp. umumnya tumbuh di lahan yang miskin unsur hara sehingga diduga fungsi utama akar bukan untuk menyerap unsur hara.

b. Batang

Batang Nepenthes spp. termasuk batang memanjat (Scandens), Penunjang dapat berupa benda mati atau tumbuhan lain. Pada saat memanjat batang menggunakan alat khusus untuk berpegangan, berupa sulur daun.Bentuk batang

Nepenthes spp. bervariasi ada yang segitiga, segiempat, membulat, bersudut, dan

lain-lain, tergantung jenis nya.Diameter batang pun sangat kecil yaitu antara 3-30 mm dengan warna bervariasi yaitu hijau, merah, ungu tua (Clarke, 2001).

c. Daun dan kantung

Menurut Purwanto (2007), variasi beberapa bentuk kantung Nepenthes spp.

adalah bentuk tempayan, bentuk telur, bentuk silinder, bentuk corong, dan

(50)

Gambar 2. Berbagai variasi bentuk kantung Nepenthes : a) bentuk tempayan, b) bentuk telur, c) bentuk silinder, d) bentuk corong, dan e) bentuk pinggang.

Sulur daun (Tendril) adalah bagian yang menghubungkan kantung dengan helaiaan daun. Panjangnya berbeda antara kedua jenis kantung.Kantung atas biasanya memiliki sulur daun yang lebih panjang dibandingkan dengan kantung roset (JGNC, 2000).

Bentuk daun Nepenthes spp. rata-rata lanset (Ovatus) dan lonjong (Oblongus). Permukaan daun licin dan tidak berbulu.Tepi daun bervariasi, ada yang rata, bergelombang dan bergerigi. Dari ujung daun muncul kantung dengan bermacam-macam bentuk tergantung jenisnya. Menurut Mansur (2006), kantung

Nepenthes spp. dibedakan menjadi tiga yaitu kantung roset, kantung bawah dan

kantung atas. Kantung roset keluar dari ujung daun roset.Kantung atas keluar dari ujung daun bagian atas, berbentuk corong, pinggang atau silinder, dan tidak memiliki sayap. Bentuk tersebut memungkinkan serangga yang sedang terbang pun dapat terperangkap oleh kantung. Kantung bawah muncul dari ujung daun bagian bawah dan biasanya menyentuh tanah. Kantung bawah memiliki sayap yang berfungsi sebagai tempat berpijak bagi serangga hingga mencapai mulut kantung. Kantung merupakan alat pencernaan tanaman. Di dalam kantung, serangga akan terbenam dalam cairan kantung. Cairan tersebut mengandung ion

-a b

e

(51)

ion positif sehingga bersifat asam, juga mengandung enzim proteolase, dan enzim kitinase (Purwanto, 2007).

Penyebaran Nepenthes

Nepenthes dapat dijumpai mulai dari puncak gunung sampai pinggir

pantai, dengan ketinggian tempat mulai dari 0 – 3.000 m dpl. Dilihat dari segi geografis, Nepenthes tumbuh di daerah tropis yang basah dan tersebar mulai dari Madagaskar, Kepulauan Seychelles, Srilanka, India, Cina, Asia Tenggara, Papua, Australia, dan Kaledonia Baru (Adrian, 2011).

Sumatera merupakan wilayah terbesar kedua dari penyebaran Nepenthes

spp. setelah Kalimantan. Saat ini hanya beberapa jenis alami saja dari Nepenthes

spp. yang ada di Sumatera yang telah teridentifikasi seperti N. adnat,N.

albomarginata, N. ampullaria, N. angasanensis, N. aristolochioides, N. bongso,

N. gracilis, N. diata, N. dubia, N. custachia, N. inermis, N. jacavelineae, N.

mirabilis, N. pactinata, N. raflesiana, N. reinwardtiana, N. spathulata, N.

sumatrana, N. tobaica dan masih ada beberapa jenis lagi yang merupakan

silangan alami. Habitat alami dari jenis Nepenthes sp. di Sumatera setiap tahunnya semakin terancam, baik oleh pembalakan liar, kebakaran hutan maupun konversi lahan hutan (Azwar, dkk., 2007).

Lokasi penelitian berada di dataran tinggi yang berada di ketinggian 1200 m dpl sampai 1500 m dpl. Tidak semua lokasi penelitian ditemukan jenis

Nepenthes yang sama. Jenis Nepenthes yang tumbuh sesuai dengan kondisi tanah

(52)

Tabel 1. Penyebaran Nepenthes pada setiap lokasi penelitian.

Pada ketinggian 1300 m dpl tidak ditemukan jenis Nepenthes.Pada ketinggian ini tidak dilakukan pengambilan sampel. Kondisi lokasi pada ketinggian 1300 m dpl adalah vegetasi dengan kerapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi I dan lokasi III (Fadila, 2009).

Habitat Nepenthes

Nepenthes spp. hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di

habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.Nepenthes spp. bisa hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Ketinggian tempat tumbuhnya, Nepenthes spp. dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :Nepenthesspp. dataran rendah, menengah, dan dataran tinggi. Karakter dan sifat Nepenthes spp. berbeda pada tiap habitat. Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30º C pada siang hari,

Nepenthes spp. beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan penguapan air

dari daun.Sementara Nepenthes spp. di daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m (Azwar, 2002).

(53)

alami saja dari Nepenthes spp. yang ada di Sumatera yang telah teridentifikasi seperti N. adnat, N. albomarginata, N. ampullaria, N. angasanensis, N.

aristolochioides, N. bongso, N. gracilis, N. diata, N. dubia, N. custachia, N.

inermis, N. jacavelineae, N. mirabilis, N. pactinata, N. raflesiana, N.

reinwardtiana, N. spathulata, N. sumatrana, N. tobaica dan masih ada beberapa

jenis lagi yang merupakan silangan alami. Habitat alami dari jenis Nepenthes sp. di Sumatera setiap tahunnya semakin terancam, baik oleh pembalakan liar, kebakaran hutan maupun konversi lahan hutan.

Menurut Fadila (2013) di Cagar Alam Dolok Sibual buali ditemukan 6 jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali yaitu N. bongso, N. ovate, N.

reinwardtiana, N. rhombicaulis, N. sumatrana,dan N. tobaica dengan jenis yang

paling dominan adalah Nepenthesreinwardtiana. Serta penelitian lainnya yang sebelumnya dilakukan di Sumatera Utara yaitu di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh oleh Dariana pada tahun 2009 telah ditemukan 7 jenis Nepenthes yang terdiri dari N. reinwardtiana, N. tobaica, N. spectabilis, N. rhombicaulis, N.

rigidifolia, dan 2 spesies hibrid alami yaitu N. reinwardtiana x N. spectabilis dan

N. reinwardtiana x N. tobaica. Penelitian yang dilakukan oleh Sufrizal pada tahun

2011 di Wisata Alam Taman Eden ditemukan 9 jenis Nepenthes yang terdiri dari

N. reinwardtiana, N. tobaica, N. spectabilis, N. rhombicaulis, N. ovata, N.

ampularia, dan 3 jenis diantaranya merupakan spesies hibrid alami yaitu N.

reinwardtiana x N. spectabilis,N. reinwardtiana x N. tobaica, dan N. rhombicaulis

(54)

Tabel 2. Nilai jenis Nepenthes spp. dalam persen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

No. Jenis Jumlah Persentase

1. Nepenthes bongso Korth. 27 5.78

2. Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba 78 16.70 3. Nepenthes reinwardtiana Miq. 152 32.55 4. Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata 85 18.20

5. Nepenthes sumatrana Miq. 22 4.71

6. Nepenthes tobaica Danser. 103 22.06

Jumlah 467 100

(55)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman hias saat ini sangat digemari masyarakat hampir di seluruh daerah di tanah air.Diantara beberapa tanaman hias tersebut adalah kantong semar (Nepenthes).Tumbuhan ini memiliki daya tarik tersendiri karena keunikan kantongnya dan bernilai ekonomi tinggi. Nepenthes hidup tersebar dari hutan pantai dan di dataran tinggi, namun seiring terjadinya pembalakan hutan, tumbuhan ini menjadi langka dan berharga mahal yang dapat mencapai jutaan rupiah. Namun, sekarang populasi Nepenthes di alam semakin berkurang (Akhriadi dan Hernawati, 2006).

Nepenthes merupakan tumbuhan karnivora yang di setiap ujung daunnya

memiliki kantung yang unik. Kantung yang unik ini dapat menjebak serangga atau hewan kecil lainnya, karena di dalam kantungnya terdapat nectar glands (kelenjar madu) yang dapat memikat serangga khususnya yang menyukai rasa manis. Dinding permukaan kantung licin sehingga ketika mendekati kantung serangga terpeleset dan terperangkap di dalam kantung (Handoyo dan Sitanggang, 2006).

Nepenthes spp. pertama kali ditemukan oleh J.P Breyne pada tahun 1689

(56)

sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga(Hernawati, 2001).

Nepenthes termasuk tumbuhan langka berdasarkan kategori International

Union for Conservation of Nature (IUCN) danWorld Conservation Monitoring

Centre (WCMC). Di Indonesia tumbuhan ini dilindungi menurut PP No. 7 tahun

1999 tentang Pengawetan dan Pelestarian Tumbuhan dan Satwa Liar, dan termasuk dalam daftar CITES Appendix I (N. rajah dan N. khasiana) dan Appendix II (selain N. rajah dan N. khasiana).

Nepenthes spp. tergolong dalam ‘Carnivorous plant’ atau tumbuhan pemangsa yang sering juga disebut dengan ‘Insectivorous plant’ atau tumbuhan pemangsa serangga. Nepenthes spp. memiliki kantung unik yang berfungsi sebagai sumber hara seperti nitrat dan fosfat.Umumnya Nepenthes spp. hidup di tempat-tempat terbuka atau agak terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi. Tipe-tipe habitat Nepenthes spp. yang telah ditemukan yaitu hutan hujan tropis dataran rendah dengan ketinggian 0

– 1000 m dpl, hutan pegunungan dengan ketinggian diatas 1000 m dpl dan suhu

udara yang dingin sering diselimuti kabut, hutan gambut, hutan kerangas, gunung pasir, padang savana dan pinggiran danau (Mansur, 2006).

(57)

Diantara beberapa kawasan yang menjadi habitat Nepenthes adalah Cagar Alam Dolok Sibual Buali yang terletak di 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sipirok, Kecamatan Padang Sidempuan Timur, dan Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan wilayah pengelolaan hutan termasuk dalam wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II yang berkedudukan di Rantau Prapat, BKSDA Sumatera Utara II.Cagar Alam Dolok Sibual Buali terletak pada ketinggian 750 sampai dengan 1.819 m dpl dengan luas 5000 Ha (BBKSDA SUMUT, 2011).

Studi serta kajian keanekaragaman Nepenthes di Sumatera masih kurang bila dibandingkan dengan jenis vegetasi hutan lainnya.Terutama untuk Cagar Alam Dolok Sibual Buali, penelitian mengenai keanekaragaman Nepenthes sudah pernah dilakukan sebelumnya tapi mungkin info atau data masih kurang. Penelitian ini bermaksud untuk memberikan informasi mengenai kondisi

Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, mengingat potensi ekonominya

yang tinggi sebagai tanaman hias dan tanaman obat-obatan, namun upaya konservasinya kurang mendapat perhatian.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan Nepenthes yang berada di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara.

2. Mengetahui dominansi tumbuhan Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara.

(58)
(59)

ABSTRACT

MUHAIMIN ZIKRI PRATAMA. Diversity Type Bags Semar (Nepenthes spp.) in the Nature Reserve Dolok Sibual Buali, North Sumatra. Under academic supervision by PINDI PATANA and YUNASFI.

Nepenthes is a carnivorous plant that is at each end of the leaf has a unique bag. This unique bag can trap insects or other small animals, as in the pocket there is nectar glands (glands honey) that can lure insects especially liked the sweet taste. This research was conducted in the Nature Reserve Dolok Sibual Buali in August until October 2014. This study aims to determine the diversity of plant species in the area of Nepenthes Nature Reserve Dolok Sibual-Buali, North Sumatra and Knowing dominance Nepenthes plants are found in the Nature Reserve Dolok Sibual -Buali, North Sumatra. This survey using the cluster method is to determine the area of the sample is based on consideration of the existence of Nepenthes (searching the sample). From the research results can be seen, there are 5 types of Nepenthes in Cagar Alam Dolok Sibual Buali, namely that N. Bongso N. ovata, N. reinwardtiana, rhombicaulis N., and N. tobaica. Total clumps most is N. reinwardtiana with 169 clumps and clumps least number is N. sumatrana with 54 clumps.

(60)

ABSTRAK

MUHAIMIN ZIKRI PRATAMA Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthe spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Sumatera Utara. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan YUNASFI.

Nepenthes merupakan tumbuhan karnivora yang di setiap ujung daunnya memiliki kantung yang unik. Kantung yang unik ini dapat menjebak serangga atau hewan kecil lainnya, karena di dalam kantungnya terdapat nectar glands (kelenjar madu) yang dapat memikat serangga khususnya yang menyukai rasa manis. Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali pada bulan Agustus hingga Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan Nepenthes yang berada di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara dan Mengetahui dominansi tumbuhan Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara. Penelitian menggunakan metode cluster yaitu dengan menentukan daerah sampel berdasarkan pertimbangan keberadaan Nepenthes (searching sample). Dari hasil penelitian dapat diketahui terdapat 5 jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, yaitu yaitu N. bongso, N. ovata, N. reinwardtiana, N. rhombicaulis, dan N. tobaica. Jumlah rumpun paling banyak adalah N. reinwardtiana dengan 169 rumpun dan jumlah rumpun paling sedikit adalah N. sumatrana dengan 54 rumpun. Kata kunci : Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Keanekaragaman jenis, Nepenthes.

(61)

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

( Nepenthes spp. ) DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI

SKRIPSI

MUHAIMIN ZIKRI PRATAMA

101201004

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(62)

ABSTRACT

MUHAIMIN ZIKRI PRATAMA. Diversity Type Bags Semar (Nepenthes spp.) in the Nature Reserve Dolok Sibual Buali, North Sumatra. Under academic supervision by PINDI PATANA and YUNASFI.

Nepenthes is a carnivorous plant that is at each end of the leaf has a unique bag. This unique bag can trap insects or other small animals, as in the pocket there is nectar glands (glands honey) that can lure insects especially liked the sweet taste. This research was conducted in the Nature Reserve Dolok Sibual Buali in August until October 2014. This study aims to determine the diversity of plant species in the area of Nepenthes Nature Reserve Dolok Sibual-Buali, North Sumatra and Knowing dominance Nepenthes plants are found in the Nature Reserve Dolok Sibual -Buali, North Sumatra. This survey using the cluster method is to determine the area of the sample is based on consideration of the existence of Nepenthes (searching the sample). From the research results can be seen, there are 5 types of Nepenthes in Cagar Alam Dolok Sibual Buali, namely that N. Bongso N. ovata, N. reinwardtiana, rhombicaulis N., and N. tobaica. Total clumps most is N. reinwardtiana with 169 clumps and clumps least number is N. sumatrana with 54 clumps.

(63)

ABSTRAK

MUHAIMIN ZIKRI PRATAMA Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthe spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Sumatera Utara. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan YUNASFI.

Nepenthes merupakan tumbuhan karnivora yang di setiap ujung daunnya memiliki kantung yang unik. Kantung yang unik ini dapat menjebak serangga atau hewan kecil lainnya, karena di dalam kantungnya terdapat nectar glands (kelenjar madu) yang dapat memikat serangga khususnya yang menyukai rasa manis. Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali pada bulan Agustus hingga Oktober 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan Nepenthes yang berada di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara dan Mengetahui dominansi tumbuhan Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara. Penelitian menggunakan metode cluster yaitu dengan menentukan daerah sampel berdasarkan pertimbangan keberadaan Nepenthes (searching sample). Dari hasil penelitian dapat diketahui terdapat 5 jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, yaitu yaitu N. bongso, N. ovata, N. reinwardtiana, N. rhombicaulis, dan N. tobaica. Jumlah rumpun paling banyak adalah N. reinwardtiana dengan 169 rumpun dan jumlah rumpun paling sedikit adalah N. sumatrana dengan 54 rumpun. Kata kunci : Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Keanekaragaman jenis, Nepenthes.

(64)

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Juni 1992 di Padang, Sumatera Barat, dari Ayah Zafriadi (Alm) dan Ibu Marlinda Santi. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD 09 Sungai Limau pada tahun 2004, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sungai Limau yang lulus pada tahun 2007. Penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas pada tahun 2010 di SMA Negeri 1 Sungai Limau, dan pada tahun yang sama melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan, Minat Manajemen Hutan melalui jalur PMP.

(65)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali”. Skripsi ini secara garis besar berisi tentang keanekaragaman dan kekayaan Nepenthes spp. yang berada di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Sumatera Utara.

Penulis persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua penulis atas setiap kasih sayang dan pengorbanan yang tulus dan tak kenal lelah membimbing penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pindi Patana S.Hut., M.Sc dan Dr. Ir. Yunasfi M.Si. selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih kepada Bapak Risjon, Windy Sahraeni BTBR, Ardiansyah Putra dan Ferry Aulia Hawari yang membantu penulis melakukan penelitian selama di lapangan Serta kepada Safmaizal Effendi paman penulis yang telah memberikan bantuan moril dan materil selama saya kuliah. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kehutanan.

DAFTAR ISI

(66)
(67)

KESIMPULAN DAN SARAN

(68)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Penyebaran Nepenthes pada setiap lokasi penelitian ... 12 2. Nilai jenis Nepenthes spp. dalam persen ... 14 3. Jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali ... 22 4. Perbedaan tiap jenis bagian Nepenthes di CA Dolok Sibual

Buali ... 25 5. Ukuran bagian tubuh N. bongso di CA Dolok Sibual Buali dan SA

Sulasih Talang ... 26 6. Ukuran bagian tubuh N. ovata di CA Dolok Sibual Buali dan WA Taman

Eden Seratus ... 29 7. Ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual Buali dan

TWA Sicikeh-cikeh ... 32 8. Ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis di CA Dolok Sibual Buali dan

TWA Sicikeh-cikeh ... 36 9. Ukuran bagian tubuh N. tobaica di CA Dolok Sibual Buali dan TWA

Sicikeh-cikeh ... 39 10. Jumlah rumpun dan jenis Nepenthes pada lokasi penelitian di Cagar

Alam Dolok Sibual Buali ... 41 11. Perbandingan jumlah rumpun Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok

Sibual Buali ... 43 12. Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif

(FR) Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Keanekaragaman serta

Gambar

Gambar 3. Desain pembuatan petak contoh
Tabel 3. Jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali
Gambar 5. Sketsa satu rumpun tumbuhan  Nepenthesdi alam : a) katung roset,     b) kantung bawah, dan c) kantung atas
Tabel 4.  Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Program ini relatif aman karena yang bertanggungjawab dalam pengolahan kode hanyalah server sehingga pengunjung tidak dapat merubahnya, sedangkan kekurangannya skor IQ dapat

[r]

PENGARWH KUALIFIKASI TENAGA IWIRJA DAN FAH7'0F. INDUSTWI TERHADAP KESEMPATAN KERJA

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hak anak adalah sesuatu yang harus harus didapatkan atau diterima oleh anak dan apabila tidak diperoleh,

Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa hubungan paling erat adalah pola aktivitas dengan hasil uji regresi logistik yang menunjukkan nilai OR yang paling tinggi (Exp B)

Tanah di sini didefinisikan sebagai permukaan tanah yang dalam penggunaannya sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 meliputi tubuh bumi, air, dan ruang angkasa yang ada