• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Cagar Alam Dolok Sibual Buali Chapter III V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peta lokasi, kamera untuk dokumentasi kegiatan, pita ukur, patok kayu dan tali plastik untuk membuat petak contoh, penggaris untuk mengukur tinggi kantung Nepenthes, Global Position System (GPS) untuk mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat, parang, buku panduan identifikasi Nepenthes, termometer, dan alat tulis untuk mencatat data.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa Nepenthes sebagai objek penelitian, karton tebal, label nama, benang, kapas, dan tally sheet.

Prosedur Penelitian

(2)

1. Metode Pengumpulan Data

a. Identifikasi Nepenthes

Penentuan Daerah Sampel

Penentuan daerah sampel berdasarkan pertimbangan keberadaan Nepenthes (searching sample).Pada inventarisasi Nepenthes digunakan metode cluster. Plot yang dibuat dalam kegiatan ini diharapkan dapat mewakili daerah penelitian.Plot dibuat di lokasi penelitian dengan ukuran plot 20x20 m sebanyak 8 petak contoh.Jenis Nepenthes yang ada dicatat pada tally sheet dengan parameter meliputi nomor plot,jenis Nepenthes, jumlah rumpun, cara hidup Nepenthes (epifit/teresterial), koordinat dan elevasi lokasi, serta kondisi habitat. Desain penentuan pengambilan daerah sampel dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Desain pembuatan petak contoh 20 m

(3)

Pemberian Kode

Untuk mempermudah proses identifikasiNepenthes, di lapangan perlu dibuat kode yang berbeda untuk masing-masing jenis yang ditemukan. Nepenthes yang ditemukan diberi kode berurutan misalnya mulai dari A1, A2, A3, A4, dan

seterusnya. Kode ditulis pada label nama dan didokumentasikan sebelum dokumentasi setiap bagian Nepenthes.

Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan kamera digital. Dokumentasi yang diambil adalah jenis Nepenthes yang ditemukan beserta habitatnya dan dokumentasi dari seluruh tahapan kegiatan penelitian seperti plot pengamatan, pengukuran bagian morfologi Nepenthes (panjang kantung, panjang taji, panjang dan lebar tutup kantung, tinggi tumbuhan Nepenthes, panjang sulur, lebar dan panjang daun), pengukuran suhu udara di lokasi penelitian, dan lainnya. Data yang diperoleh dicatat pada tally sheet dengan parameter nomor plot, untuk bagian daun yaitu warna, bentuk,dan tata daun, bagian batang yaitu bentuk batang, bagian kantung yaitu warna, bentuk, corak kantung, tinggi kantung, jumlah taji, memiliki sayap atau tidak, serta warna peristome. Dokumentasi jenis Nepenthes yang ditemukan tersebut kemudian dicetak untuk membantu kegiatan identifikasi.

b. Suhu dan Kelembaban

(4)

Pengukuran suhu dilakukan menggunakan dua termometer yaitu termometer basah dan termometer kering.Untuk temometer basah, di ujung termometer diberi kapas basah dan diikat menggunakan benang. Kedua termometer digantung di tiang setinggi 1,5 meter (setinggi dada orang dewasa), kemudian dicatat data suhu di masing-masing termometer pada 0 menit, 10 menit, 20 menit, dan 30 menit.

Pengukuran kelembaban udara dilakukan menggunakan Psikrometer bola basah–bola kering. Sesuai dengan Lakitan (1994), alat ini terdiri dari 2 termometer yaitu termometer basah dan termometer kering. Setelah data suhu dari kedua termometer diketahui, maka kelembaban relatif dapat diestimasi menggunakan Tabel RH(Relatif Humidity).

Ketinggian tempat sangat berkaitan dengan suhu lingkungan.Di dataran tinggi, suhu pasti lebih rendah dibandingkan di dataran rendah.Nepenthes dataran rendah biasanya hidup pada suhu 20°C-35°C, sedangkan Nepenthes dataran tinggi tumbuh di suhu 10°C-30°C. Bahkan ada beberapa spesies dataran tinggi yang memerlukan suhu 4°C agar dapat tumbuh dengan baik (Untung, dkk., 2006).

Umumnya Nepenthes di Kalimantan Barat tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi yaitu antara 70% - 90% (Listiawati dan Chairani, 2008). Kelembaban sangat penting bagi Nepenthes, tanpa kelembaban yang memadai, minimamal 70%, maka kantungnya tidak akan muncul (Untung, dkk., 2006).

(5)

m dpl – 1000 m dpl, dan Nepenthes dataran tinggi hidup pada ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Mansur, 2006).

2. Analisis Data

a. Dominansi Jenis

Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya. INP merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) yang dapat diketahui dengan

Frekuensi Relatif (FR) = 100% jenis

Dominansi Relatif (DR) = 100% jenis

- Untuk tingkat tiang dan pohon

INP = KR + FR + DR - Untuk tingkat semai dan pancang

(6)

b. Indeks Keanekaragaman Jenis (Diversitas)

Indeks keanekaragaman dari Shannon-Wiener digunakan untuk menyatakan hubungan keanekaragaman jenis dalam komunitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988) :

H’ = -

ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah individu seluruh jenis

Kriteria indeks keanekaragaman adalah : 1. Rendah, bila indeks keanekaragaman = H’<1 2. Sedang, bila indeks keanekaragaman = 1≤ H’≤ 3 3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman = H’>3

c. Indeks Keseragaman (Equitabilitas)

Setelah diketahui indeks keanekaragaman, maka dapat juga dilakukan perhitungan indeks keseragaman. Untuk menghitung indeks keseragaman dari seluruh jenis tumbuhan Nepenthes dapat menggunakan indeks Equitabilitas (E’) dengan persamaan berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988) :

Keterangan :

E = Indeks keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman Hmaks = ln S

S = Jumlah jenis

(7)

2. Tinggi, bila indeks keseragaman 0,5-1

d. Indeks Kesamaan (Similarity)

Indriyanto (2006), menyatakan indeks kesamaan diperlukan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, antara beberapa unit sampling, atau antara beberapa komunitas yang diteliti dan dibandingkan komposisi dan struktur komunitasnya. Untuk mengetahui indeks kesamaan dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

IS = indeks kesamaan

W = jumlah dari nilai penting yang lebih kecil atau sama dari dua spesies berpasangan, yang ditemukan pada dua komunitas

a = total nilai penting dari komunitas atau unit sampling A b = total nilai penting dari komunitas atau unit sampling B

Pengelompokan nilai indeks kesamaan oleh Suin (2002), sebagai berikut : Kesamaan < 25% : Sangat tidak mirip

Kesamaan 25-50% : Tidak mirip Kesamaan 50-70% : Mirip

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekayaan Jenis Nepenthes

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara ditemukan 5 jenis Nepenthes. Adapun jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali

No. Famili Genus Jenis

1.

Nepenthaceae Nepenthes

Nepenthes tobaica

2. Nepenthes reinwardtiana

3. Nepenthes rhombicaulis

4. Nepenthes bongso

5. Nepenthes ovate

(9)

hutan CADS itu sendiri. Mengingat CADS termasuk ke dalam hutan lindung sehingga tidak banyak campur tangan manusia di dalamnya.

Nepenthes yang ada di Cagar Alam Dolok Sibual Buali adalah jenis Nepenthes yang tumbuh di dataran tinggi.Untung, dkk.(2006). menambahkan jika dibagi berdasarkan tempat asal dan dominasi jenis di dataran tinggi, maka Sumatera menduduki peringkat pertama.Sebagian besar kantung semar di Sumatera tumbuh di pegunungan.

Keunikan dari Nepenthes terletak pada bentuk, ukuran, dan corak warna kantungnya yang beragam.Selain menyuguhkan keindahan, kantungnya juga dapat beralih fungsi menjadi perangkap serangga dan binatang kecil lainnya.Bentuk kantungnya pun beragam, dari yang panjang langsing, gendut bak periuk, hingga ada yang seperti kendi.Namun biasanya bentuk kantung tidak jauh berbeda dengan bentuk piala (Handoyo dan Sitanggang, 2006).Bentuk kantung dari setiap jenis Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dapat dilihat pada Gambar 4.

a b c

(10)

Gambar 4. Bentuk kantung tiap jenis Nepenthes di CA Dolok Sibual Buali : a) N.tobaica, b) N. reinwardtiana, c) N. rhombicaulis, d) N.bongso, dan f) N.ovata.

Gambar 4 menunjukkan bentuk kantung setiap Nepenthes berbeda-beda.Pada N. bongso kantung berbentuk silindris dan semakin mengecil di bagian bawah, kantung berbentuk telur.Tidak jauh berbeda dengan N. bongso, N. ovata juga memiliki kantung berbentuk telur.Kantung N. reinwardtiana berpinggang dan N. rhombicaulis memiliki kantung seperti tempayan berleher pendek, bagian bawah kantung membulat, mengecil di bagian tengah, dan silindris di bagian atas, adapun variasi beberapa bentuk kantung Nepenthes spp. adalah berbentuk pinggang, corong, tempayan, telur dan silinder.

Umumnya Nepenthes memiliki tiga bentuk kantung yang berbeda meski dalam satu individu, bentuk kantung tersebut terdiri dari (Mansur, 2006) :

1. Kantung roset, yaitu kantung yang keluar dari kantung ujung daun roset. 2. Kantung bawah, yaitu kantung yang keluar dari daun yang letaknya tidak jauh

dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah. Selain ujung sulurnya berada di depan bawah kantung, juga memiliki dua sayap yang fungsinya seperti tangga untuk membantu serangga naik hingga ke mulut kantung.

3. Kantung atas, yaitu kantung berbentuk corong, pinggang atau silinder dan tidak memiliki sayap. Bentuk ini sangat beralasan karena kantung atas difungsikan untuk menangkap serangga terbang, bukan serangga tanah, ciri lainnya adalah ujung sulur berada di bawah kantung.

(11)

Gambar 5. Sketsa satu rumpun tumbuhan Nepenthesdi alam : a) katung roset, b) kantung bawah, dan c) kantung atas.

Handoyo dan Sitanggang (2006), menyatakan bahwa kantung bawah biasanya agak membulat dibandingkan kantung atas yang cenderung lebih langsing.Sedangkan bentuk kantung antara (roset) merupakan peralihan dari bentuk kantung atas ke kantung bawah.

Deskripsi Jenis Nepenthes

Setiap jenis Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali memiliki perbedaan tiap jenis baik dari bentuk dan warna kantung, bentuk dan warna daun, cara tumbuh, serta ukuran tumbuhan. Tabel 4 menunjukkan perbedaan bagian tubuh yang dimiliki oleh tiap jenis Nepenthes yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali yaitu perbedaan bentuk batang, bentuk daun, tepi daun berbulu atau rata, permukaan sulur berbulu atau licin, bentuk kantung, bentuk tutup kantung, dan jumlah cabang taji.

Tabel 4. Perbedaan tiap jenis bagian Nepenthes di CA Dolok Sibual Buali

(12)

Tabel 4. Lanjutan

3. N. reinwardtiana Segitiga Lanset rata licin pinggang

bundar

Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai deskripsi morfologi tumbuhan Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali.

1. Nepenthes bongso Korth

Secara umum ukuran bagian N. bongso yang di temukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitaningtyas dan Wawangningrum pada tahun 2007 di Suaka Alam Sulasih Talang, Sumatera Barat. Setiap individu yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dan di SA Sulasih Talang memiliki ukuran yang berbeda, yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ukuran bagian tubuh N. bongso di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dan SA Sulasih Talang

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali SA Sulasih Talang*

1. Diameter batang 0,47 cm 0,5 cm

2. Panjang sulur 17,2 cm 30 cm

3. Tinggi kantung bawah 16 cm 20- 34 cm

4. Tinggi kantung atas 19,6 cm 35 cm

(13)

Deskripsi jenis untuk N. bongso yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

a.Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat, dengan tinggi batang mencapai 60 cm, jarak antar daun 2 - 6 cm, bentuk silindris berwarna hijau kecoklatan dengan permukaan batang licin. b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

daun alternate, bentuk lanset, warna daun hijau kemerahan dan hijau tua, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus.

c.Sulur : berwarna coklat di bagian dekat daun, hijau di bagian tengah dan merah di bagian dekat kantung, permukaan sulur berbulu halus.

(14)

e.Kantung atas : warna hijau kekuningan, bagian dalam terdapat bintik merah. Kantung berbentuk corong dengan mulut lebar dan mendongak ke atas. Peristome berwarna hijau dengan liris merah, melingkar bulat, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 1,5 cm. Peristome rapat dan sangat jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung dan peristome yang tepat di bawah tutup kantung menjarang dan semakin jelas dan panjang seperti duri keras. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna kuning, di bagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,5 cm berwarna hijau kekuningan, taji bercabang dua berwarna coklat atau hijau. keterangan dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Bentuk dan bagian dari Nepenthes bongso Korth : a) kantung atas, b) kantung bawah, c) bagian belakang peristome, d) bentuk daun, e) kantung bawah bagian depan, dan f) kantung bawah bagian samping.

c b

a

d

(15)

2. Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba

Kantung N. ovata yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sufrizal pada tahun 2009 di Wisata Alam Taman Eden Seratus, Sumatera Utara.Perbedaan ukuran bagian N. ovata di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ukuran bagian tubuh N. ovata di CA Dolok Sibual Buali dan WA Taman Eden Seratus.

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali WA Taman Eden Seratus*

1. Tinggi batang 85 cm 10-25 cm ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

a. Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat. Bentuk batang silindris berwarna hijau kecoklatan dengan permukaan batang licin.

b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

daun alternate, bentuk obovate, warna daun hijau kemerahan dan hijau tua, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus.

(16)

d. Kantung bawah : warna coklat kemerahan sampai merah kehitaman, bagian dalam terdapat bintik merah, bentuk elips di bagian bawah dan membesar silindris ke bagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 1,1 cm. Peristome berwarna merah tua/merah menyala, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas di kedua sisi dengan lebar mencapai 3,5 cm. Peristome sangat lebar dan melengkung ke bagian belakang dan di bagian depan terdapat tonjolan sepanjang 0,2 cm. Peristome rapat dan sangat jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung dan peristome yang tepat di bawah tutup kantung menjarang dan semakin jelas dan panjang seperti duri keras. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna kuning dengan berurat merah, di bagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,4 cm berwarna merah atau hitam, taji bercabang dua berwarna coklat.

(17)

tonjolan seperti kail sepanjang 0,8 cm berwarna hijau kekuningan, taji bercabang dua berwarna coklat atau hijau.

N. ovata tumbuh di ketinggian 1500 m dpl – 2000 m dpl.N.ovatamerupakan endemik Sumatera Utara.Nepenthes ini masuk ke dalam daftar Apendix II dalam CITES (Hernawati dan Akhriadi, 2006).

Untung, dkk. (2006), menyatakan bahwa N. ovata berkerabat dekat dengan N. bongso, kantung atas N. ovata dan N. bongso secara morfologis sama. Gambar 7menunjukkan bentuk peristome N. ovata.Gambar 8 menunjukkan bentuk kantung dari N. ovata serta bagian tubuh lainnya.

Gambar 7. Peristome Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba : a) Peristome seperti duri di bawah tutup, dan b) Tonjolan di bagian depan.

a

b

(18)

Gambar 8. Bentuk dan bagian Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba : a) kantung bawah yang masih muda, b) tutup kantung, c) bentuk daun, d) kail di bawah tutup kantung, e) kantung bawah, dan f) kantung atas.

3. Nepenthes reinwardtiana Miq.

Secara umum ukuran bagian N. reinwardtiana (kecuali ukuran kantung bawah) yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara. Ukuran kantung bawah N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual Buali adalah 11 cm dan di TWA Sicikeh-cikeh adalah 8,5 - 10 cm, ukuran kantung bawah di kedua lokasi penelitian ini tidak berbeda jauh. Perbedaan ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual Buali dan TWA Sicikeh-cikeh

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali TWA Sicikeh-cikeh*

1. Tinggi batang 162 cm 2 -7 m

2. Diameter batang 0,38 cm 0,5 – 0,7 cm

3. Jarak antar daun 1-8 cm 1,67 – 12 cm

4. Panjang sulur 6-10 cm 13,6 cm

5. Tinggi kantung bawah 11 cm 8,5 – 10 cm

6. Tinggi kantung atas 15,2 cm 12 - 18cm

*sumber : Dariana (2009)

Deskripsi jenis untuk N. reinwardtiana yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

d

(19)

a. Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat, bentuk batang segitiga berwarna merah kecoklatan dengan permukaan batang licin.

b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan daun alternate, bentuk lanset, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah berwarna hijau muda, permukaan daun licin, dan agak tebal. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun rata.

c. Sulur : berwarna hijau di bagian dekat daun dan merah di bagian dekat kantung, permukaan sulur licin.

d. Kantung bawah : warna hijau muda, bentuk bagian dasar bulat menggembung (berpinggang), mengecil di tengah, dan melebar ke bagian mulut, bersayap dengan bulu jarang, panjang bulu 0,05 – 0,1 cm. Di bagian zona lilin memiliki dua spot mata di dalam dinding bagian belakang. Peristome berwarna hijau dengan liris merah, melingkar agak oval sampai bulat, rata di bagian depan meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,3 cm. Peristome rapat dan agak jelas. Bentuk tutup kantung bundar sampai elips dengan warna hijau, taji tanpa cabang sampai bercabang tiga.

(20)

Bentuk tutup kantung bundar sampai elips dengan warna hijau, taji tanpa cabang.

Listiawati dan Chairani (2008), menyatakan N. reinwardtiana sangat mudah dikenali karena ada 2 titik di dalam kantung, tidak jauh di bawah permukaan mulut (sekitar 2 cm). Titik terlihat seperti mata, kalau diperhatikan kedua titik biasanya basah, berfungsi sebagai penebar aroma dan sekaligus pesona untuk dikunjungi serangga-serangga yang akan dimangsanya.

Hernawati dan Akhriadi (2006), menyatakan di beberapa populasi, titik bisa berjumlah lebih dari satu, bisa juga tanpa mata.Tanda yang hampir mirip juga dijumpai pada kantung tua milik N. sanguinea, N. stenophylla, dan N. tentaculata. Penyebaran N. reinwardtiana berada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, dan Kalimantan di ketinggian 100 m dpl - 1200 m dpl.

Widhiastuti dan Saputri (2010), menyatakan warna kantung N. reinwardtiana biasanya dominan hijau berbintik merah dan terkadang

berwarna merah.Bentuk kantung, bentuk tutup kantung, bentuk daun, serta ‘

eye-spot’ dari N. reinwardtiana dapat dilihat pada Gambar 9.

b c

(21)

Gambar 9. Bentuk dan bagian dari N. reinwardtiana Miq : a) kantung bawah, b) kantung atas, c) susunan daun, d) Eye spot, e) tutup kantung berwarna hijau, f) tutup kantung berwarna hijau kemerahan,g) N. reinwardtiana tampak depan, dan h) N. reinwardtiana tampak samping.

4. Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata

Secara umum ukuran bagian N. rhombicaulis (kecuali ukurankantung atas) yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara. Ukuran kantung atas N. rhombicaulis di CA Dolok Sibual Buali adalah 11,2 cm dan di TWA Sicikeh-cikeh adalah 9 cm. Ukuran kantung bawah dan kantung atasN. rhombicaulis yang ditemukan di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh memiliki ukuran yang sama

f e

d

(22)

yaitu 9 cm. Perbedaan ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis di CA Dolok Sibual Buali dan TWA Sicikeh-cikeh.

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali TWA Sicikeh-cikeh*

1 Tinggi batang 25 cm 2 m TWA Sicikeh-cikeh.Hal ini disebabkan N. rhombicaulis yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali tumbuh secara teresterial, batang tumbuh roset. Deskripsi jenis untuk N. rhombicaulis yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

a. Batang : pada anakan dan dewasa batang tumbuh roset, namun tumbuhan dewasa menggantung di pohon atau tanah, bentuk segitiga berwarna hijau dengan permukaan batang licin.

b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan daun alternate, bentuk obovate, warna daun hijau tua sampai hijau kekuningan, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus. Untuk kantung bawah, daun biasanya di bawah tanah (tidak terlihat) atau berukuran kecil sekitar 2-5 cm.

(23)

d. Kantung bawah : warna merah keputihan dengan bercak merah di bagian luar maupun bagian dalam kantung, bentuk bagian dasar bulat menggembung, mengecil di tengah, dan silindris kebagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 0,3 cm. Peristome berwarna merah, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,5 cm. Peristome rapat dan jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna putih kusam dengan bercak merah beraturan (seperti batik), taji tanpa cabang.

e. Kantung atas : warna merah dan kehijauan dengan bercak merah di bagian luar maupun bagian dalam kantung, bentuk bagian dasar bulat menggembung, mengecil di tengah, dan silindris memanjang ke bagian atas. Bagian atas lebih panjang dibandingkan dengan bagian bawah yang membulat. Bersayap dengan bulu jarang, panjang bulu 0,5 cm. Peristome berwarna merah, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,35 cm. Peristome rapat dan jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat di bagian ujung dan berlekuk di bagian pangkal, warna merah dengan bercak beraturan merah (seperti batik), taji tanpa cabang.

(24)

Gambar 10. Bentuk dan bagian dari Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata : a) N. rhombicaulis tampak samping, b) N. rhombicaulis tampak

depan, c) tutup kantung, d) susunan daun, e) kantung atas, dan f) kantung bawah.

a

e

c d

b

(25)

5. Nepenthes tobaica Danser.

Ukuran bagian N. tobaica yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di TWA Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara, terkecuali untuk jarak antar daun dan panjang sulur. Jarak antar daun di kedua tempat penelitian memiliki ukuran yang tidak jauh berbeda yaitu di CA Dolok Sibual Buali 2 – 15 cm dan di TWA Sicikeh-cikeh 1,67 - 12 cm. Panjang sulur N. tobaica di CA Dolok Sibual Buali lebih panjang dengan ukuran 15 cm sedangkan di TWA Sicikeh-cikeh memiliki panjang sulur 4,5 – 6 cm. Setiap individu memiliki ukuran yang berbeda, yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.. Ukuran bagian tubuh N. tobaica di CA Dolok Sibual Buali dan TWA Sicikeh-cikeh

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual Buali TWA Sicikeh-cikeh*

1 Tinggi batang 150 cm 4 - 7 m

2 Diameter batang 0,31 cm 0,2 - 0,5 cm

3 Jarak antar daun 2 – 15 cm 1,67 - 12 cm

4 Panjang sulur 15 cm 4,5 – 6 cm

5 Tinggi kantung bawah 2,2 – 7,3 cm 10 cm

6 Tinggi kantung atas 8 cm 12 – 25 cm

*sumber : Dariana (2009)

Deskripsi jenis untuk N. tobaica yang ditemukan di CA Dolok Sibual Buali sebagai berikut :

Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat, bentuk batang silindris berwarna hijau dengan permukaan batang licin. a. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

(26)

b. Sulur : berwarna hijau di bagian dekat daun dan merah di bagian dekat kantung, permukaan sulur licin.

c. Kantung bawah : warna hijau muda, bagian dalam kantung terdapat bercak merah. Bentuk pinggang, oval di bagian bawah, mengecil di bagian tengah, dan silindris ke bagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 0,5 cm. Peristome tipis berwarna hijau, melingkar agak oval sampai bulat, rata di bagian depan meninggi di bagian belakang. Peristome rapat dan tidak jelas. Bentuk tutup kantung agak bundar berwarna hijau, taji tanpa cabang sampai bercabang tiga.

d. Kantung atas : warna hijau muda, bentuk hampir sama dengan kantung bawah tetapi tidak bersayap, ditandai dengan liris jelas di kantung bagian depan berwarna hijau, terlihat jelas antara bentuk bagian dasar dan bagian tengah kantung. Bagian dalam kantung terdapat bercak merah. Peristome tipis berwarna hijau, melingkar agak oval sampai bulat, rata di bagian depan meninggi di bagian belakang. Peristome rapat dan tidak jelas. Bentuk tutup kantung agak bundar berwarna hijau, taji tanpa cabang sampai bercabang tiga.

Kantung bawah biasanya berukuran kecil (tidak lebih dari 3 cm) dan hidup teresterial. Bentuk dan ukuran kantung dari N. tobaica dilihat pada Gambar 11.

(27)

Gambar 11. Bentuk dan bagian dari Nepenthes tobaica Danser : a) kantung atas, b) kantung antara, c) kantung bawah, d) kantung bawah berukuran kecil, e) tutup kantung, dan f) bentuk daun.

Analisis Kelimpahan Nepenthes

Selain jenis Nepenthes, data yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah rumpun dari setiap jenis Nepenthes.Jumlah rumpun setiap jenis Nepenthes di setiap loksi penelitian dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah rumpun dan jenis Nepenthes pada lokasi penelitian di Cagar Nepenthes yang paling banyak ditemukan pada lokasi III.Jumlah seluruh rumpun Nepenthes di lokasi III sebanyak 187 rumpun dan jumlah jenis Nepenthes sebanyak 4 jenis.Sedangkan jumlah rumpun dan jumlah jenis Nepenthes paling

f e

(28)

sedikit ditemukan pada lokasi VI. Di lokasi ini ditemukan hanya 7 rumpun Nepenthes dengan jumlah jenis hanya 1 jenis saja.

Pada lokasi I dan II jumlah rumpun yang paling banyak terdapat pada jenis N. rhombicaulis dengan jumlah 9 rumpun dan 48 rumpun, untuk lokasi III dan IV jumlah rumpun paling banyak terdapat pada jenis N.reinwardtiana yaitu sebanyak 89 rumpun dan 42 rumpun. Pada lokasi V, jumah rumpun terbanyak terdapat pada jenis N. bongso yaitu sebanyak 22 rumpun. Pada lokasi VI dan VII jumlah rumpun yang paling banyak terdapat pada jenis N. reiwardtiana dengan jumlah 7 rumpun dan 12 rumpun, sedangkan untuk lokasi VIII jumlah rumpun paling banyak terdapat pada jenis N.rhombicaulis yaitu sebanyak 15 rumpun.

(29)

Jumlah Nepenthes yang ditemukan berbeda tiap jenisnya.Persentase jumlah Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual Buali dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan jumlah rumpun Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual Buali

No. Jenis Jumlah Persentase

1. Nepenthes ovata 54 11.61

2. Nepenthes bongso 63 13.54

3. Nepenthes tobaica 107 23.01

4. Nepenthes rhombicaulis 72 15.48

5. Nepenthes reinwardtiana 169 36,34

Jumlah 465 100

Pada Tabel 11 dapat diketahui jenis yang paling tinggi persentase jumlahnya adalah N. reinwardtiana yaitu 36,34% diikuti oleh N. tobaica sebesar 23,01%. Selanjutnya N. rhombicaulis memiliki persentase jumlah sebesar 15,48%, N. bongso sebesar 13,54%, dan jenis dengan persentase jumlah paling kecil adalah N. ovate 11,61%. Hal ini berbeda dengan Nova (2009) yang memperoleh jenis yang paling tinggi persentase jumlahnya adalah N. reinwardtiana yaitu 32,55% diikuti oleh N. tobaica sebesar 22,06%. Selanjutnya N. rhombicaulis memiliki persentase jumlah sebesar 18,20%, N. ovata sebesar 16,70%, N. bongso sebesar 5,78%, dan jenis dengan persentase jumlah paling kecil adalah N. sumatrana4,71 %. Pada penelitian nova (2009) diperoleh N. sumatrana lebih kecil sedangkan pada penelitian ini diperoleh N. ovata yang lebih kecil presentasenya, hal ini disebabkan pada penelitian ini tidak diperoleh lagi jenis dari N. sumatrana pada hutan CADS.

(30)

sebanyak 89 rumpun dan 42 rumpun. Sedangkan untuk N. tobaica banyak ditemukan pada lokasi II dan lokasi IVsecara berurut sebanyak 15 rumpun dan 64 rumpun. Hal ini disebabkan pada lokasi tersebut memiliki kondisi lingkungan yang sesuai dengan karakteristik tempat tumbuh N. reinwardtiana dan N. tobaica yaitu daerah terbuka dengan kelembaban yang tinggi.

Diketahuinya jumlah rumpun dan penyebaran tiap jenis Nepenthes dapat kita cari nilai dari Kerapatan/0,2 Ha (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual Buali yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kerapatan/0,2 Ha (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Keseragaman (E) Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok

Pada Tabel 12 dapat diketahui N. reinwardtiana mempunyai kerapatan relatif paling tinggi sebesar 36,34%. Kerapatan relatif yang paling kecil adalah N. ovata yaitu sebesar 11,61%. Untuk frekuensi relatif (FR) diketahui N. reinwardtiana mempunyai nilai tertinggi yaitu 30,23% sedangkan nilai FR terkecil pada N. bongso dan N. rhombicaulis.

(31)

Pada Tabel 12 INP tertinggi di adalah N. reinwardtiana sebesar 66,57% dan paling terkecil adalah N. bongso 27,50%. Dalam hal ini N. reinwardtiana berkembang baik karena berada di daerah terbuka sehingga mendapatkan cahaya matahari yang banyak. Menurut Clarke (2001), beberapa jenis dari Nepenthes mampu bertahan hidup pada penyinaran matahari penuh atau menyukai cahaya matahari langsung seperti N. reinwardtiana. Jenis yang menyukai cahaya matahari langsung pada daerah yang terbuka.

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa indeks keanekaragamannya sebesar 1,51, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman Nepenthes pada Cagar Alam Dolok Sibual Buali sedang. Hasil yang diperoleh berbeda dengan Nova (2009) yaitu indeks keanekaragaman di lokasi I sebesar 0.68, dan pada lokasi II sebesar 0.20, hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman pada lokasi I dan II rendah, dan pada lokasi III didapat indeks keanekaragaman yaitu sebesar 1.59, hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi III keanekaragaman sedang. Hal ini disebabkan perhitungan indeks keanekaragaman pada penelitian ini di hutan CADS dilakukan secara keseluruhan pada setiap jenis dari seluruh petak contoh. Sehingga memperoleh indeks keanekaragaman pada seluruh ketinggian hutan CADS.

Indeks keanekaragaman jenis menurut Shanon Whiener dalam Ludwig dan Reynolds (1988), bahwa Indeks Keanekaragaman Shanon Whiener digunakan luas dalam ekologi komunitas, karakteristiknya adalah apabila H’ = 0 maka hanya

terdapat satu jenis yang hidup dalam satu komunitas. H’ maksimum jika

(32)

Fachrul (2007), menyatakan bahwa Indeks Keanekargaman (H’)

merupakan paremeter vegetasi yang sangat berguna untuk membandingkan berbagai komunitas tumbuhan, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan faktor-faktor lingkungan atau abiotik terhadap komunitas atau untuk mengetahui keadaan suksesi atau stabilitas pada suatu komunitas.

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa indeks keanekaragamannya sebesar 0,24, hal ini menunjukkan bahwa keseragaman Nepenthes pada Cagar Alam Dolok Sibual Buali rendah. Nilai indeks keseragaman didapat dengan membandingkan nilai H’ dengan total jumlah jenis (ln S) yang terdapat pada suatu

lokasi. Berkurangnya atau turunnya nilai Indeks keseragaman pada setiap lokasi disebabkan oleh kondisi lingkungan dan penyediaan nutrisi tanah yang berbeda. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) dalam Saputri (2009), ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi yang berbeda menyebabkan nilai keanekaragaman dan nilai indeks keseragaman bervariasi.

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ditemukan 5 jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali yaituN.tobaica, N.rhombicaulis, N. reinwardtiana, N.bongso,dan N. ovate. 2. Jenis yang paling dominan adalah N. reinwardtiana dengan persentase jumlah

rumpun sebesar36.32% sedangkan jenis Nepanthes yang paling kecil tingkat dominannya adalah Nepenthes bongso yaitu sebesar 11,61%.

3. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pada seluruh hutan CADS berbeda, jika dibandingkan dengan penelitian Nova (2009) pada beberapa ketinggian. Sehingga dapat diketahui indeks keanekaragaman shannon winner dari keseluruhan hutan CADS, yaitu 1,51 pada tingkat sedang.

Saran

Gambar

Gambar 3. Desain pembuatan petak contoh
Tabel 3. Jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual Buali
Gambar 5. Sketsa satu rumpun tumbuhan  Nepenthesdi alam : a) katung roset,     b) kantung bawah, dan c) kantung atas
Tabel 4.  Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanah di sini didefinisikan sebagai permukaan tanah yang dalam penggunaannya sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 meliputi tubuh bumi, air, dan ruang angkasa yang ada

Kajian ini mengambil ide dari sebuah film cerita a Chinese Tall Story yang dibintangi oleh Charlene Choi dan Nicolas Tse dan Produser Albert Lee dari

Sedangkan peningkatan kualitas permukiman dapat dilakukan pada prasarana dan sarana yang masih belum sesuai standar dan kriteria yang berlaku, seperti perbaikan

Data persentase terhadap tiap-tiap komponen persepsi anak terhadap dukungan sosial dari orang tua sebagai berikut: Dukungan Emosional yang terdiri dari 10 (sepuluh)

Bagi Mahasiswa yang sudah tercantum namanya, Silakan untuk mengikuti Bimbingan Bersama Sesuai Jadwal yang tertera2. Semua mahasiswa WAJIB HADIR di Bimbingan Bersama Sesuai Jadwal

Keberhasilan persilangan interspesifik padi budi daya dengan padi liar (kerabat jauh) sudah banyak dilaporkan melalui persilangan yang dilanjutkan dengan penye-

“ Pada kegiatan awal pembelajaran saat masuk kelas guru memberikan salam dan mengajak berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing dengan dipimpin oleh ketua

Sasaran dalam penelitian ini adalah modul berbasis alam pada pokok bahasan kalor untuk siswa SMP/MTs kelas VII yang diuji cobakan pada siswa SMPN 1 Takeran