• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keanekaragaman Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Sumatera Utara"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN

Nepenthes

spp.

DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI,

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

NOVHA NURUL FADILLAH 091201060 / MANAJEMEN HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ABSTRAK

NOVHA NURUL FADILLAH. Keanekaragaman Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Sumatera Utara. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan

YUNASFI.

Nepenthes satu diantara beberapa tumbuhan karnivora yang popular sebagai tanaman hias. Sumatera memiliki jenis Nepenthes terbanyak kedua setelah Kalimantan, yaitu 29 jenis. Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali pada bulan Mei hingga Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis dan mengetahui dominansi jenis

Nepenthes di CA Dolok Sibual-buali. Penelitian menggunakan metode cluster, dengan tiga lokasi berbeda yaitu 1200 m dpl, 1400m dpl, dan 1500 m dpl. Areal pengamatan seluas 0,6 Ha dengan jumlah plot sebanyak 15.

Dari hasil penelitian dapat diketahui terdapat 6 jenis Nepenthes di CA Dolok Sibual-buali, yaitu N. bongso, N. ovata, N. reinwardtiana, N. rhombicaulis, N. sumatrana, dan N. tobaica. Jumlah rumpun paling banyak adalah N. reinwardtiana dengan 152 rumpun/0,6 Ha (32,55%) dan jumlah rumpun paling sedikit adalah N. sumatrana dengan 22 rumpun/0,6 Ha (4,71%). Keanekaragaman jenis Nepenthes terbesar yaitu 1,59 yang terdapat pada ketinggian 1500 m dpl. Kata kunci : CA Dolok Sibual-buali, Eksplorasi, Keanekaragaman jenis,

(3)

ABSTRACT

NOVHA NURUL FADILLAH. Diversity of Nepenthes in Dolok Sibual-buali Nature Reserve, North Sumatra. Guided byPINDI PATANAandYUNASFI.

Nepenthes is one of the few carnivorous plants which popular as ornamental plant. Sumatran has the richest Nepenthes flora after Borneo, with 29 species. This research was done in Dolok Sibual-buali Nature Reserve at May until June 2013. The purpose of this research is to identify the types of Nepenthes and to knows the dominance type of Nepenthes in Dolok Sibual-buali Nature Reserve. Research location determined by using cluster method at three diferent location, there are 1200 m a.s.l., 1400 m a.s.l., and 1500 m a.s.l.. Area size of observation was 0,6 Ha with 15 plot.

The result of this research showed there are 6 species Nepenthes founded

in this area, the species are N. bongso, N. ovata, N. reinwardtiana, N. rhombicaulis, N. sumatrana, dan N. tobaica. The N. reinwardtiana is the

species with largest clump, that discover with 152 clumps/0,6 Ha (32,55%) and the lowest species is N. sumatrana with 22 clumps/0,6 Ha (4,71%). The highest index diversity of the Nepenthes spp. was discovered in location III (1500 m a.s.l.) with 1,59.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 November 1991 di Kabanjahe (Kabupaten Karo, Sumatera Utara), dari Ayah Joni Effendi dan Ibu Tuti Juliani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 067952 Medan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 28 Medan dan lulus pada tahun 2006. Penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas pada tahun 2009 di SMA Negeri 2 Medan, dan pada tahun yang sama melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian, Program Studi Kehutanan, Minat Manajemen Hutan melalui jalur UMB.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi Asisten praktikum Hasil Hutan Non Kayu dan praktikum Geodesi Kartografi pada tahun 2011, serta Asisten praktikum Inventarisasi Hutan, praktikum Klimatologi Hutan, dan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan pada tahun 2012. Penulis juga aktif sebagai anggota Badan Kenaziran Mushollah Kehutanan sebagai Bendahara tahun 20012-2013 serta anggota HIMAS tahun 2009-2013.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Sumatera Utara”. Skripsi ini secara garis besar berisi tentang keanekaragaman dan kekayaan Nepenthes spp. yang berada di Sumatera Utara khususnya di Cagar Alam Dolok Sibual-buali.

Penulis persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua karena setiap kasih sayang dan pengorbanan yang tulus dan tak kenal lelah membimbing penulis. Ucapan terima kasih yang sangat berkesan kepada komisi pembimbing penulis Bapak Pindi Patana S.Hut., M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Yunasfi M.Si. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada SRI (Sumatra Rainforest Institute) yang telah memberikan bantuan moril dan materil dalam bentuk bea siswa penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada abangda M. Nasir Siregar yang membantu penulis melakukan penelitian selama di lapangan, serta kepada ibu Fitri Noor Ch dan Ibu Andini Saputri, S.Si yang memberi masukan serta saran dalam pembuatan skripsi ini.

(6)
(7)

2.3. Indeks Keseragaman (Equitabilitas) ... 23

2.4. Indeks Kesamaan (Similarity) ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekayaan spesies Nepenthes ... 25

B. Sebaran Nepenthes Berdasarkan Karakteristik Tempat Tumbuh ... 29

B.1. Ketinggian Tempat ... 29

B.2. Suhu dan Kelembaban ... 34

C. Deskripsi Jenis Nepenthes ... 38

D. Analisis Kelimpahan Nepenthes ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 65

Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Kantong semar (Nepenthes spp.) ... 4

2. Bagian tubuh dari kantong Nepenthes ... 11

3. Bagian-bagian tubuh Nepenthes ... 11

4. Sketsa beberapa bentuk kantung Nepenthes spp. ... 14

5. Sketsa metode pengambilan sampel ... 20

6. Bentuk kantung tiap spesies Nepenthes di CA Dolok Sibual-buali ... 27

7. Sketsa satu rumpun tumbuhan Nepenthes di alam ... 29

8. Bentuk tiap kantung Nepenthes tobaica ... 29

9. Kondisi lokasi penelitian pada ketinggian 1200 m dpl ... 31

10. Keanekaragaman warna lumut di Kebun Bonsai ... 37

11. Bentuk dan bagian dari Nepenthes bongso Korth ... 41

12. Peristome Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba ... 44

13. Bentuk dan bagian dari Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba ... 45

14. Bentuk dan bagian dari Nepenthes reinwardtiana Miq. ... 48

15. Bentuk dan bagian dari Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata ... 51

16. Bentuk dan bagian dari Nepenthes sumatrana Miq. ... 54

17. Bentuk dan bagian dari Nepenthes tobaica Danser ... 56

(9)

DAFTAR TABEL

8. Ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual-buali dan TWA Sicikeh-cikeh ... 46

9. Ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis di CA Dolok Sibual-buali dan TWA Sicikeh-cikeh ... 49

10. Ukuran bagian tubuh N. tobaica di CA Dolok Sibual-buali dan TWA Sicikeh-cikeh ... 55

11. Jumlah rumpun dan jenis Nepenthes pada 3 lokasi penelitian di Cagar Alam Dolok Sibual-buali ... 57

12. Perbandingan jumlah rumpun Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual-buali ... 58

13. Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual-buali ... 60

14. Indeks Keanekaragaman dan Keseragaman Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual-buali ... 62

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Tally sheet analisis sampel Nepenthes ... 70

2. Distribusi Nepenthes di setiap lokasi penelitian ... 72

3. Tally sheet inventarisasi Nepenthes di setiap lokasi penelitian ... 73

4. Data suhu dan kelembaban di setiap loksai penelitian ... 75

4. Contoh perhitungan analisis data Nepenthes yang diperoleh ... 76

5. Dokumentasi kegiatan penelitian ... 78

(11)

ABSTRAK

NOVHA NURUL FADILLAH. Keanekaragaman Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Sumatera Utara. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan

YUNASFI.

Nepenthes satu diantara beberapa tumbuhan karnivora yang popular sebagai tanaman hias. Sumatera memiliki jenis Nepenthes terbanyak kedua setelah Kalimantan, yaitu 29 jenis. Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali pada bulan Mei hingga Juni 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis dan mengetahui dominansi jenis

Nepenthes di CA Dolok Sibual-buali. Penelitian menggunakan metode cluster, dengan tiga lokasi berbeda yaitu 1200 m dpl, 1400m dpl, dan 1500 m dpl. Areal pengamatan seluas 0,6 Ha dengan jumlah plot sebanyak 15.

Dari hasil penelitian dapat diketahui terdapat 6 jenis Nepenthes di CA Dolok Sibual-buali, yaitu N. bongso, N. ovata, N. reinwardtiana, N. rhombicaulis, N. sumatrana, dan N. tobaica. Jumlah rumpun paling banyak adalah N. reinwardtiana dengan 152 rumpun/0,6 Ha (32,55%) dan jumlah rumpun paling sedikit adalah N. sumatrana dengan 22 rumpun/0,6 Ha (4,71%). Keanekaragaman jenis Nepenthes terbesar yaitu 1,59 yang terdapat pada ketinggian 1500 m dpl. Kata kunci : CA Dolok Sibual-buali, Eksplorasi, Keanekaragaman jenis,

(12)

ABSTRACT

NOVHA NURUL FADILLAH. Diversity of Nepenthes in Dolok Sibual-buali Nature Reserve, North Sumatra. Guided byPINDI PATANAandYUNASFI.

Nepenthes is one of the few carnivorous plants which popular as ornamental plant. Sumatran has the richest Nepenthes flora after Borneo, with 29 species. This research was done in Dolok Sibual-buali Nature Reserve at May until June 2013. The purpose of this research is to identify the types of Nepenthes and to knows the dominance type of Nepenthes in Dolok Sibual-buali Nature Reserve. Research location determined by using cluster method at three diferent location, there are 1200 m a.s.l., 1400 m a.s.l., and 1500 m a.s.l.. Area size of observation was 0,6 Ha with 15 plot.

The result of this research showed there are 6 species Nepenthes founded

in this area, the species are N. bongso, N. ovata, N. reinwardtiana, N. rhombicaulis, N. sumatrana, dan N. tobaica. The N. reinwardtiana is the

species with largest clump, that discover with 152 clumps/0,6 Ha (32,55%) and the lowest species is N. sumatrana with 22 clumps/0,6 Ha (4,71%). The highest index diversity of the Nepenthes spp. was discovered in location III (1500 m a.s.l.) with 1,59.

(13)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan luas yang berisi komponen biotik dan abiotik yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Hutan terdiri dari tumbuhan berkayu maupun non kayu yang memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan manusia. Tumbuhan bermanfaat sebagai sumber bahan pangan, papan, sandang, obat, kerajinan, tanaman hias, kegiatan sosial dan sebagainya. Semakin lama jumlah penduduk di dunia semakin bertambah diikuti dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Pemanfaatan yang berlebihan akan mengakibatkan adanya degradasi sumber daya hutan dan lingkungan. Salah satu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah sebagai tanaman hias. Nepenthes sudah banyak dikembangkan sebagai tanaman hias sejak lama karena tumbuhan ini unik dan menarik.

Nepenthes atau kantong semar (pitcher plant) merupakan tumbuhan karnivora yang di setiap ujung daunnya memiliki kantung yang unik. Kantung yang unik ini dapat menjebak serangga atau hewan kecil lainnya, karena di dalam kantungnya terdapat nectar glands (kelenjar madu) yang dapat memikat serangga khususnya yang menyukai rasa manis. Dinding permukaan kantung licin sehingga ketika mendekati kantung serangga akhirnya terpeleset dan terperangkap di dalam kantung (Handoyo dan Sitanggang, 2006).

(14)

Nepenthes sp. merupakan tumbuhan unik dari hutan yang belakangan menjadi trend sebagai tumbuhan khas komersil di Indonesia. Di Sumatera, trend

ini semakin marak, karena bentuknya yang unik, sehingga tumbuhan ini mulai diperjualbelikan oleh masyarakat. Namun, kebanyakan yang diperjualbelikan sebagai tanaman hias khususnya di Sumatera masih merupakan Nepenthes yang diambil langsung dari alam, bukan dari hasil penangkaran atau budidaya (Azwar, dkk., 2007).

Nepenthes termasuk tumbuhan langka berdasarkan kategori IUCN (International Union for Conservation of Nature) dan WCMC (World Conservation Monitoring Centre). Di Indonesia tumbuhan ini dilindungi menurut PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan dan Pelestarian Tumbuhan dan Satwa Liar, dan termasuk dalam daftar CITES Appendix I (N. rajah dan N. khasiana) dan Appendix II (selain N. rajah dan N. khasiana).

Salah satu kawasan yang menjadi habitat Nepenthes adalah Cagar Alam Dolok Sibual-buali yang terletak di 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sipirok, Kecamatan Padang Sidempuan Timur, dan Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan wilayah pengelolaan hutan termasuk dalam wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II yang berkedudukan di Rantau Prapat, BKSDA Sumatera Utara II. Cagar Alam Dolok Sibual-buali terletak pada ketinggian 750 s/d 1.819 m dpl dengan luas 5000 Ha (BBKSDASUMUT, 2011).

(15)

sebelumnya. Penelitian ini bermaksud untuk memberikan informasi mengenai kondisi Nepenthes di wilayah Sumatera Utara, mengingat potensi ekonominya yang tinggi sebagai tanaman hias dan tanaman obat-obatan, namun upaya konservasinya kurang mendapat perhatian.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi keanekaragaman Nepenthes spp. yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Sumatera Utara.

2. Menghitung dominansi jenis Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Sumatera Utara.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :memberikan informasi kelimpahan dan keanekaragaman Nepenthes spp. di Cagar Alam Dolok Sibual-buali sehingga dapat menjadi sumber informasi bagi setiap

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Nepenthes

Nepenthes atau kantong semar (pitcher plant) merupakan tumbuhan karnivora yang di setiap ujung daunnya memiliki kantung yang unik. Kantung yang unik ini dapat menjebak serangga atau hewan kecil lainnya, karena di dalam kantungnya terdapat nectar glands (kelenjar madu) yang dapat memikat serangga khususnya yang menyukai rasa manis. Dinding permukaan kantung licin sehingga ketika mendekati kantung serangga akhirnya terpeleset dan terperangkap di dalam kantung (Handoyo dan Sitanggang, 2006).

(17)

Berdasarkan taksonomi Nepenthes spp. memiliki klasifikasi sebagai berikut (Mansur, 2006) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Dilleniidae Ordo : Nepenthales Famili : Nepenthaceae Genus : Nepenthes Spesies : Nepenthes sp.

Mansur (2006), menyatakan bahwa Nepenthes tergolong kedalam tumbuhan liana (merambat). Tumbuhan Nepenthes termasuk dalam tumbuhan berumah dua. Bunga biasanya baru muncul pada saat tumbuhan telah tumbuh menjalar/merambat dan telah membentuk kantung atas. Pada tumbuhan muda, jenis kelamin tumbuhan tidak dapat dibedakan berdasarkan morfologi tumbuhan. Bunga Nepenthes bentuknya sangat sederhana, dengan empat kelopak tanpa mahkota dan terangkai dalam satu tandan. Ukuran masing-masing bunga biasanya tidak lebih dari 1 cm diameternya.

Bibir lubang kantung Nepenthes dilengkapi dengan alat penipu. Organ itu berwarna merah serta mampu menebarkan aroma manis. Warna bibir kantung

(18)

bagian tepi kantung, semut tersebut akan terpeleset kembali ke bawah, karena bagian tersebut memiliki permukaan yang sangat licin (Slamet, 1998).

Cairan yang berada dalam kantung tengah, akan mencerna tubuh mangsanya. Cairan asam itu adalah ramuan enzim pemecah protein yang dikeluarkan oleh deretan kelenjar pada dinding kantung di daerah pencernaan yang bernama enzim proteolase atau Nepenthesin. Enzim ini berfungsi untuk menguraikan protein serangga atau binatang lain yang terperangkap di dalam cairan kantung menjadi zat-zat yang lebih sederhana seperti nitrogen, fosfor, kalium dan garam-garam mineral. Zat-zat sederhana inilah yang kemudian diserap oleh tumbuhan untuk kebutuhan hidupnya (Mansur, 2006).

Nama Daerah Nepenthes

Nepenthes dikenal dengan berbagai nama dari daerah yang berbeda. Selain kantong semar, nama-nama yang biasa dipakai untuk menyebut tumbuhan tersebut antara lain adalah periuk monyet (Riau), terompet gunung, lonceng gunung, ketakung (Bangka), entuyut (suku Dayak), kobe-kobe (Papua), kacung beruk, pitcher plant dalam bahasa Inggris, pelipur lara, kendi setan, miranda herba, dan lain sebagainya (Untung, dkk., 2006).

Manfaat Nepenthes

(19)

mancanegara. Bahkan di negara-negara seperti Australia, Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka budidaya tumbuhan ini sudah berkembang menjadi skala industri. Ironisnya, tumbuhan pemakan serangga ini kebanyakan jenisnya berasal dari Indonesia (Azwar, dkk., 2007).

Selain berpotensi sebagai tanaman hias, Nepenthes juga dapat digunakan sebagai obat tradisional. Air dalam kantung Nepenthes dapat digunakan untuk memperlancar persalinan, menghentikan ompol pada anak, mengobati sakit mata, batuk, maag, dan penyakit kulit. Namun air yang diambil harus berasal dari kantung yang masih asli dan belum terbuka katupnya. Kantungnya juga biasa digunakan untuk memasak lemang oleh orang Sumatera. Sementara itu, masyarakat tradisional di pedalaman nusantara menggunakan batangnya sebagai tali atau tempat nasi pada upacara adat (Handoyo dan Sitanggang, 2006).

Penyebaran Nepenthes

Nepenthes dapat dijumpai mulai dari puncak gunung sampai pinggir pantai, dengan ketinggian tempat mulai dari 0 – 3.000 m dpl. Dilihat dari segi geografis, Nepenthes tumbuh di daerah tropis yang basah dan tersebar mulai dari Madagaskar, Kepulauan Seychelles, Srilanka, India, Cina, Asia Tenggara, Papua, Australia, dan Kaledonia Baru (Adrian, 2011).

Sumatera merupakan wilayah terbesar kedua dari penyebaran Nepenthes

sp. setelah Kalimantan. Saat ini hanya beberapa jenis alami saja dari Nepenthes

sp. yang ada di Sumatera yang telah teridentifikasi seperti: N. adnata, N. albomarginata, N. ampullaria, N. angasanensis, N. aristolochioides,

N. bongso, N. gracilis, N. diata, N. dubia, N. custachia, N. inermis,

(20)

N. spathulata, N. sumatrana, N. tobaica dan masih ada beberapa jenis lagi yang merupakan silangan alami. Habitat alami dari jenis Nepenthes sp. di Sumatera setiap tahunnya semakin terancam, baik oleh pembalakan liar, kebakaran hutan maupun konversi lahan hutan (Azwar, dkk., 2007).

Habitat Nepenthes

Nepenthes tidak hanya tumbuh di daerah lembab dan teduh, tetapi juga pada tempat yang miskin unsur hara seperti rawa-rawa dan pasir pantai. Beberapa jenis juga ditemukan tumbuh di tanah gambut, tanah pasir, tanah kapur, celah bebatuan, serasah daun, tanah gunung, atau di pohon-pohon besar (epifit). Kantung pada Nepenthes mampu memberikan cadangan nutrisi sehingga

tumbuhan ini dapat bertahan hidup pada tanah yang miskin hara (Handoyo dan Sitanggang, 2006).

Mansur (2006), lebih lanjut menegaskan, pada umumnya Nepenthes hidup di habitat yang kekurangan unsur nitrogen dan fosfor. Kondisi seperti ini, menjadikan tumbuhan Nepenthes sebagai indikator bahwa tempat tersebut merupakan tanah marginal. Tanah yang miskin unsur hara memacu tumbuhan

Nepenthes untuk mengembangkan kantungnya sebagai alat untuk memenuhi kekurangan suplai nutrisi dari tanah. Sulur Nepenthes dapat mencapai permukaan tanah atau menggantung pada cabang-cabang ranting pohon sehingga berfungsi sebagai pipa penyalur nutrisi dan air.

(21)

tumbuh di suhu 10°C-30°C. Bahkan ada beberapa spesies dataran tinggi yang memerlukan suhu 4°C agar dapat tumbuh dengan baik (Untung, dkk., 2006).

Umumnya Nepenthes di Kalimantan Barat tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi yaitu antara 70% - 90% (Listiawati dan Chairani, 2008). Kelembaban sangat penting bagi Nepenthes,

tanpa kelembaban yang memadai, minimamal 70%, maka kantungnya tidak akan muncul (Untung, dkk., 2006).

Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, Nepenthes dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Nepenthes dataran rendah, menengah, dan dataran tinggi. Nepenthes dataran rendah yaitu Nepenthes yang hidup pada ketinggian di bawah 500 m dpl. Nepenthes dataran menengah berada di ketinggian antara 500 m dpl – 1000 m dpl, dan Nepenthes dataran tinggi hidup pada ketinggian lebih dari 100 m dpl (Mansur, 2006).

Beberapa jenis Nepenthes juga ditemukan di ketinggian tempat 200 m dpl pada daerah pegunungan kapur yang tanahnya sulit menangkap air, dan memiliki kelembaban yang tinggi. Vegetasi yang mendominasi adalah semak perdu dan paku-pakuan serta jarang terlihat pohon yang tinggi. Pada habitat ini ditemukan spesies N. nothiana, N. boschiana, N. campunalata, N. faizaliana, dan N. mapuluensis. Beberapa jenis Nepenthes seperti N. rafflesiana, N. gracilis, dan N. ampularia dapat juga ditemukan pada daerah berpayau, yaitu tanahnya masam bergambut dan selalu basah dengan kelembaban yang sangat tinggi. Jenis

(22)

Selain itu, Nepenthes juga ditemukan pada daerah dataran tinggi dengan cuaca yang kerap kali berkabut dan terasa dingin. Tanahnya bersifat masam dengan lumut yang mendominasi dan tumbuhan bersifat epifit. Nepenthes

biasanya tumbuh bertebaran di lokasi hutan yang terkena sinar matahari. Salah satu contohnya adalah N. gymnamphora yang ditemukan di Gunung Slamet. Beberapa jenis juga tumbuh di tanah (N. rajah dan N. villosa) dan tumbuh memanjat (N. muluensis). N. lamii merupakan jenis langka dan endemik yang tumbuh di Papua pada ketinggian tempat 3.250 m dpl (Adrian, 2011).

Karakter dan sifat Nepenthes berbeda pada tiap habitat. Beberapa jenis

Nepenthes yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain. Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30ºC pada siang hari, Nepenthes beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan penguapan air dari daun. Nepenthes yang hidup di daerah savana, umumnya tumbuhan hidup menjalar di permukaan tanah (terestrial), tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m (Sukmadijaya, 2010).

Morfologi Nepenthes

(23)

Menurut Gaume, dkk. (2002) dalam Baiti (2012), bahwa kantung pada

Nephentes terdiri atas tutup kantung, peristome (bibir kantung), zona lilin (wax zone) dan zona pencernaan (digestive zone), sulur dan sayap kantung yang dapat dilihat pada Gambar 2. Tutup kantung akan menghasilkan bau harum atau manis, sedangkan peristome memiliki pola garis yang unik sehingga dapat digunakan untuk menarik mangsa. Zona lilin berfungsi untuk menangkap serta mencegah mangsa keluar dari kantung.

Gambar 2. Bagian tubuh dari kantung Nepenthes (Baiti, 2012)

Gambar 3. Bagian-bagian tubuh Nepenthes ; a) daun, b) batang, dan c) akar (Baiti, 2012)

Tutup

Wax zone Peristome

Sulur

Digestive

Sayap kantung

c a

(24)

Bagian-bagian dari tumbuhan Nepenthes adalah : a) Akar

Menurut Clarke (2001), Nepenthes spp. memiliki akar tunggang, sebagaimana tumbuhan dikotil lainnya. Perakaran tumbuh dari pangkal batang, memanjang, dengan akar-akar sekunder di sekitarnya. Akar yang sehat berwarna hitam dan tampak berisi (gemuk), tetapi perakaran Nepenthes spp. rata-rata kurus dan sedikit, bahkan hanya terbenam sampai kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Hal itu wajar karena tumbuhan Nepenthes spp. umumnya tumbuh di lahan yang miskin unsur hara sehingga diduga fungsi utama akar bukan untuk menyerap unsur hara.

b) Batang

Batang Nepenthes spp. termasuk batang memanjat (Scandens), yaitu batangnya tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati atau tumbuhan lain. Pada saat memanjat batang menggunakan alat khusus untuk berpegangan, berupa sulur daun. Bentuk batang Nepenthes spp. bervariasi ada yang segitiga, segiempat, membulat, bersudut, dan lain-lain tergantung jenisnya. Diameter batang pun sangat kecil yaitu antara 3-30 mm dengan warna bervariasi yaitu hijau, merah, ungu tua (Clarke, 2001).

Menurut Adrian (2011), bentuk batang Nepenthes berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Ada batang yang berbentuk segitiga seperti pada

N. gracilis dan N. reinwardtiana, berbentuk segi empat seperti pada N. spathulata,

(25)

c) Daun

Warna daun Nepenthes umumnya hijau atau hijau kekuningan, namun terkadang daun berwarna merah tua hingga keunguan. Daun muncul di ruas-ruas batang dan di ujung daun akan muncul sulur panjang yang tipis. Sulur tersebut menjadi penopang ketika tumbuhan Nepenthes merambat ke pohon lain, dan dari ujung sulur tersebut yang kemudian akan muncul kantung (Adrian, 2011).

d) Kantung

Nepenthes memiliki kantung yang berbeda-beda tiap jenisnya, dan terkadang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan antar jenis. Kantung pada

Nepenthes memiliki warna dan corak yang berbeda-beda, diantaranya: kuning, hijau, merah, cokelat, hitam, merah kecokelatan, hijau semburat merah, dan lain sebagainya. Namun perbedaan warna dan corak ini tidak dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan jenis Nepenthes (Adrian, 2011).

Beberapa jenis Nepenthes memiliki dua tipe kantung dalam satu tumbuhan, yaitu elongate dan typical. Tipe elongate memiliki kelenjar lilin pada kantung bagian dalam yang berfungsi utama untuk menangkap mangsa, sedangkan tipe typical memiliki peristome yang berfungsi utama untuk menangkap mangsa (Bauer, dkk., 2011).

(26)

Menurut Purwanto (2007), variasi beberapa bentuk kantung Nepenthes

spp. adalah bentuk tempayan, bentuk telur, bentuk silinder, bentuk corong, dan bentuk pinggang yang ditunjukkan pada Gambar 4 berikut ini:

Gambar 4. Berbagai variasi bentuk kantung Nepenthes ; a) bentuk tempayan,

b) bentuk telur, c) bentuk silinder, d) bentuk corong, dan e) bentuk pinggang.

Menurut Mansur (2006), umumnya Nepenthes memiliki tiga bentuk kantung yang berbeda meski dalam satu individu, ketiga kantung tersebut dikenal dengan nama :

1. Kantung roset, yaitu kantung yang keluar dari kantung ujung roset.

2. Kantung bawah, yaitu kantung yang keluar dari daun yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah. Selain ujung sulurnya berada di depan bawah kantung, juga memiliki dua sayap yang fungsinya seperti tangga untuk membantu serangga naik hingga ke mulut kantung.

3. Kantung atas, yaitu kantung berbentuk corong, pinggang atau silinder dan tidak memiliki sayap. Bentuk ini sangat beralasan karena kantung atas difungsikan untuk menangkap serangga terbang, bukan serangga tanah, ciri lainnya adalah ujung sulur berada di bawah kantung.

(27)

Tumbuhan ini lebih mengandalkan kantungnya dibandingkan akar untuk mensuplai nutrisi yang dibutuhkannya. Secara alami, kantung dibuat untuk mensuplai kekurangan nutrisi yang diserap akar dari tanah. Pemberian pupuk merupakan cara lain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Nepenthes. Dosis pupuk yang diberikan sangat rendah. Pemberian dosis pupuk terlalu tinggi akan menyebabkan Nepenthes mati (Mansur, 2006).

e) Bunga

Bunga Nepenthes muncul sekali atau dua kali setahun, atau bahkan terus menerus. Satu tumbuhan menghasilkan bunga jantan atau betina yang muncul di dekat puncak batang utama. Bakal bunga jantan saat belum mekar berbentuk bulat tanpa ada belimbingan. Sedangkan bunga betina memiliki belimbingan (lekukan seperti buah belimbing) di bakal bunganya (Adrian, 2011).

Gambaran Umum Cagar Alam Dolok Sibual-buali

A. Letak dan Luas

Ekosistem Cagar Alam (CA) Dolok Sibual-buali secara administrasi pemerintahan terletak di 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Sipirok, Kecamatan Padang Sidempuan Timur, dan Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Sedangkan berdasarkan wilayah pengelolaan hutan termasuk dalam wilayah kerja Seksi Konservasi Wilayah II yang berkedudukan di Rantau Prapat, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara II (BBKSDASUMUT, 2011).

(28)

Berdasarkan letak pada ketinggian di atas permukaan laut (dpl) maka Cagar Alam Dolok Sibual-buali terletak pada ketinggian 750 s/d 1.819 m dpl.

Setelah beralih fungsi menjadi Cagar Alam, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.215/Kpts/Um/14/1982 tanggal 8 April 1982, maka Cagar Alam Dolok Sibual-buali Register 3 memiliki luas 5.000 hektar (BBKSDASUMUT, 2011).

B. Penataan Batas

Menurut BBKSDASUMUT (2011), Kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali sebagian besar berbatasan dengan hutan rakyat dan kebun.

• Bagian Utara berbatasan dengan wilayah Desa Bulumario dan Desa Huraba. • Bagian Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Sialaman, Sibio-bio, Aek

Sabaon Julu, Sukarame, Sugitonga, dan Sugijulu.

• Bagian Timur berbatasan dengan wilayah Desa Sumuran, Hutaraja, Mandurana, Aek Horsik, Paringgonan, Hasahatan, Pinang Sori dan Gunungtua Baringin.

• Bagian Barat berbatasan dengan wilayah Desa Sugijae, Pasar Marancar, Simaretung/Haunatas, Bonan Dolok, Tanjung Rompa, Janjimanaon dan Aek Nabara.

C. Topografi, Geologi dan Iklim

(29)

Iklim di Cagar Alam Dolok Sibual-buali ditandai dengan hujan yang paling sering turun pada bagian utara dan barat kawasan, sehingga pada beberapa lokasi banyak terdapat longsor. Sebagian besar kawasan sudah tertutup embun mulai jam 17.00 WIB, sedangkan di beberapa bagian puncak mulai turun embun jam 16.00 WIB. Angin bertiup dari arah barat menuju utara dan timur. Suhu maksimum 29°C dan minimum 18°C (BBKSDASUMUT, 2011).

D. Flora

Berdasarkan hasil survey identifikasi tanaman obat-obatan tahun 2002 oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara II, terdapat lebih dari 107 jenis tanaman obat-obatan yang terdapat di dalam Cagar Alam Dolok Sibual-buali dan daerah sekitarnya.

Didominasi oleh famili Euphorbiaceae, Myrtaceae, Anarcadiaceae dan Moraceae, Dipterocarpaceae, Raflesia sp., Pinus Merkusii, Kecing tanduk (Castanopsis aeaecuminatissima), Hapas-hapas (Exbucklandia populnea), Sengon (Albizia procera), Beringin (Ficus sp.). Keadaan vegetasi dilapangan masih relatif baik, didalam hutan masih banyak ditemui pohon-pohon berdiameter 1 m (BBKSDASUMUT, 2011).

E. Fauna

(30)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain peta lokasi, kamera untuk dokumentasi kegiatan, pita ukur, patok kayu dan tali plastik untuk membuat petak contoh, penggaris untuk mengukur tinggi kantung Nepenthes, Global Position System (GPS) untuk mengetahui titik koordinat dan ketinggian tempat, parang, buku panduan identifikasi Nepenthes, termometer, gala berukuran 1,5 meter, dan alat tulis untuk mencatat data.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa Nepenthes sebagai objek penelitian, karton tebal, label nama, benang, kapas, dan tally sheet.

Prosedur Penelitian

(31)

1. Metode pengumpulan data

1.1. Identifikasi Nepenthes

1.1.1. Inventarisasi Nepenthes

Penentuan daerah sampel berdasarkan pertimbangan keberadaan

Nepenthes (searching sample). Pada penelitian ini inventarisasi Nepenthes

dilakukan pada tiga lokasi berbeda di CA Dolok Sibual-buali dengan ketinggian yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan karena semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhunya dan semakin tinggi pula kelembabannya, yang dapat mempengaruhi komposisi vegetasi suatu tempat.

Lokasi pertama adalah daerah dengan kondisi tanah yang mengandung sulfur yang berada di ketinggian 1200 m dpl. Lokasi kedua adalah hutan alam dengan kondisi tanah yang baik dengan pertumbuhan dan perkembangan pohon yang normal yang ada di CA Dolok Sibual-buali. Lokasi kedua memiliki ketinggian 1400 m dpl. Lokasi ketiga adalah derah yang memiliki kondisi vegetasi yang hampir sama dengan lokasi pertama karena tanah di daerah ini juga mengandung sulfur sehinggga pohon-pohon dan tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut mengalami penghambatan pertumbuhan atau pengkerdilan. Daerah ini disebut masyarakat sebagai Kebun Bonsai. Kebun Bonsai ini berada pada ketinggian 1500 m dpl dan memiliki luas sekitar ± 2 Ha dari luas Cagar Alam Dolok Sibual-buali yaitu 5000 Ha.

Pada inventarisasi Nepenthes digunakan metode cluster. Plot yang dibuat dalam kegiatan ini diharapkan dapat mewakili daerah penelitian. Plot dibuat disetiap lokasi penelitian dengan ukuran plot 20x20 m sebanyak 5 plot. Jenis

(32)

plot, jenis Nepenthes, jumlah rumpun, cara hidup Nepenthes (epifit/teresterial), koordinat dan elevasi lokasi, serta kondisi habitat. Desain penentuan pengambilan daerah sampel dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Desain pembuatan petak contoh

1.1.2. Pemberian kode

Untuk mempermudah proses identifikasi Nepenthes, di lapangan perlu dibuat kode yang berbeda untuk masing-masing jenis yang ditemukan. Nepenthes

yang ditemukan diberi kode berurutan misalnya mulai dari A1, A2, A3, A4, dan seterusnya. Kode ditulis pada label nama dan didokumentasikan sebelum dokumentasi setiap bagian Nepenthes.

20 m

20 m

(33)

1.1.3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan kamera digital. Dokumentasi yang diambil adalah jenis Nepenthes yang ditemukan beserta habitatnya dan dokumentasi dari seluruh tahapan kegiatan penelitian seperti plot pengamatan, pengukuran bagian morfologi Nepenthes (panjang kantung, panjang taji, panjang dan lebar tutup kantung, tinggi tumbuhan Nepenthes, panjang sulur, lebar dan panjang daun), pengukuran suhu udara di lokasi penelitian, dan lainnya. Data yang diperoleh dicatat pada tally sheet dengan parameter nomor plot, untuk bagian daun yaitu warna, bentuk, dan tata daun, bagian batang yaitu bentuk batang, bagian kantung yaitu warna, bentuk, corak kantung, tinggi kantung, jumlah taji, memiliki sayap atau tidak, serta warna peristome. Dokumentasi jenis Nepenthes yang ditemukan tersebut kemudian dicetak untuk membantu kegiatan identifikasi.

1.2. Suhu dan kelembaban

Pengambilan data suhu dan kelembaban dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik lingkungan di setiap lokasi penelitian. Data suhu dan kelembaban diambil di salah satu petak contoh yang dianggap dapat mewakili kondisi lingkungan lokasi penelitian tersebut.

(34)

2. Analisis data

2.1. Dominansi jenis

Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya. INP merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) yang dapat diketahui dengan persamaan (Indriyanto, 2006) :

Kerapatan (K) = ∑ individu suatu jenis Luas seluruh petak contoh Kerapatan Relatif (KR) = K suatu jenis x 100% K total seluruh jenis

Frekuensi (F) = ∑ petak contoh ditemukan suatu jenis ∑ petak contoh

Frekuensi Relatif (FR) = F suatu jenis x 100% F total seluruh jenis

INP = KR+FR

2.2. Indeks keanekaragaman (Diversitas)

Indeks keanekaragaman dari Shannon-Wiener digunakan untuk menyatakan hubungan keanekaragaman jenis dalam komunitas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988) :

H’ = -∑ Pi ln Pi Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Pi = ni/N

(35)

N = Jumlah individu seluruh jenis

Identifikasi indeks keanekaragaman sebagai berikut: 1. Rendah, bila indeks keanekaragaman = H’<1

2. Sedang, bila indeks keanekaragaman = 1≤ H’≤ 3 3. Tinggi, bila indeks keanekaragaman = H’>3

2.3. Indeks keseragaman (Equitabilitas)

Setelah diketahui indeks keanekaragaman, maka dapat juga dilakukan perhitungan indeks keseragaman. Untuk menghitung indeks keseragaman dari seluruh jenis tumbuhan Nepenthes dapat menggunakan indeks Equitabilitas (E’) dengan persamaan berikut (Ludwig dan Reynolds, 1988) :

E = H’

H maks

Keterangan

E = Indeks keseragaman H’ = Indeks keanekaragaman Hmaks = ln S

S = Jumlah jenis

Identifikasi indeks keseragaman sebagai berikut: 1. Rendah, bila indeks keseragaman <0,5

2. Tinggi, bila indeks keseragaman 0,5-1

2.4. Indeks kesamaan (Similarity)

(36)

mengetahui indeks kesamaan dapat digunakan persamaan sebagai berikut (Indriyanto, 2006) :

IS = 2C x 100% A+B

Keterangan :

IS = indeks kesamaan

C = jumlah jenis yang sama dan terdapat pada kedua komunitas B = jumlah jenis di dalam komunitas B

A = jumlah jenis di dalam komunitas A

Pengelompokan nilai indeks kesamaan oleh Suin (2002), sebagai berikut : Kesamaan < 25% : Sangat tidak mirip

Kesamaan 25-50% : Tidak mirip Kesamaan 50-70% : Mirip

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kekayaan Jenis Nepenthes

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara ditemukan 6 jenis Nepenthes. Adapun jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-jenis Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali

No. Famili Genus Jenis

1.

Nepenthaceae Nepenthes

Nepenthes bongso Korth.

2. Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba

3. Nepenthes reinwardtiana Miq.

4. Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata

5. Nepenthes sumatrana Miq.

6. Nepenthes tobaica Danser.

Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Sumatera Utara yaitu di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh pada tahun 2009 ditemukan 7 jenis Nepenthes yang terdiri dari N. reinwardtiana, N. tobaica,

N. spectabilis, N. rhombicaulis, N. rigidifolia, dan 2 spesies hibrid alami yaitu

N. reinwardtiana x N. spectabilis dan N. reinwardtiana x N. tobaica. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2011 di Wisata Alam Taman Eden ditemukan 9 jenis

Nepenthes yang terdiri dari N. reinwardtiana, N. tobaica, N. spectabilis,

N. rhombicaulis, N. ovata, N. ampularia, dan 3 jenis diantaranya merupakan spesies hibrid alami yaitu N. reinwardtiana x N. spectabilis,

N. reinwardtiana x N. tobaica, dan N. rhombicaulis x N. ovata.

(38)

genus. Famili tersebut merupakan satu dari tiga famili tumbuhan berbunga yang ketiga-tiganya dikenal sebagai tumbuhan pemangsa.

Semua tumbuhan penangkap serangga termasuk kedalam ordo Sarraceniales. Ordo Sarraceniales mempunyai tiga famili yaitu Sarraceniaceae,

Draseraceae dan Nepenthaceae. Famili terakhir hanya terdiri dari satu genus yaitu Nepenthes dan memiliki karakter biologi sangat unik yakni mampu

mengabsorbsi unsur N dari tubuh serangga yang terjebak di kantungnya (Bhattacharya dan Jahri, 1998 dalam Mulyanto, dkk., 2000).

Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, Nepenthes dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Nepenthes dataran rendah, menengah, dan dataran tinggi.

Nepenthes dataran rendah yaitu Nepenthes yang hidup pada ketinggian di bawah 500 m dpl. Nepenthes dataran menengah berada di ketinggian antara 500 m dpl – 1000 m dpl, dan Nepenthes dataran tinggi hidup pada ketinggian lebih dari 100 m dpl (Mansur, 2006).

Sedangkan menurut Hernawati dan Akhriadi (2006), penyebaran

Nepenthes di Sumatera berada di hutan dataran rendah (< 1000 m dpl) dan hutan pegunungan (>1000 m dpl). Nepenthes di hutan dataran rendah benar-benar berbeda dengan hutan pegunungan. 19 jenis dari 31 jenis Nepenthes di Sumatera adalah jenis di hutan pegunungan, dan 4 jenis dari 31 jenis Nepenthes adalah jenis di hutan dataran rendah. 8 jenis terdapat di daerah dengan ketinggian disekitar 1000 m dpl (daerah diantara hutan dataran rendah dan hutan pegunungan).

Nepenthes yang ada di Cagar Alam Dolok Sibual-buali adalah jenis

(39)

Sumatera meduduki peringkat pertama. Sebagian besar kantung semar di Sumatera tumbuh di pegunungan.

Keunikan dari Nepenthes terletak pada bentuk, ukuran, dan corak warna kantungnya yang beragam. Selain menyuguhkan keindahan, kantungnya juga dapat beralih fungsi menjadi perangkap serangga dan binatang kecil lainnya. Bentuk kantungnya pun beragam, dari yang panjang langsing, gendut bak periuk, hingga ada yang seperti kendi. Namun biasanya bentuk kantung tidak jauh berbeda dengan bentuk piala (Handoyo dan Sitanggang, 2006). Bentuk kantung dari setiap jenis Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Bentuk kantung tiap jenis Nepenthes di CA Dolok Sibual-buali : a) N. bongso; b) N. ovata; c) N. reinwardtiana; d) N. rhombicaulis; e) N. sumatrana; f) N. tobaica.

f e

d

c

(40)

Gambar 6 menujukkan bentuk kantung setiap Nepenthes berbeda-beda. Pada N. bongso kantung berbentuk silindris dan semakin mengecil di bagian bawah, kantung berbentuk telur.Tidak jauh berbeda dengan N. bongso, N. ovata

juga memiliki kantung berbentuk telur. Kantung N. reinwardtiana berpinggang dan N. rhombicaulis memiliki kantung seperti tempayan berleher pendek, dimana bagian bawah kantung membulat, mengecil dibagian tengah, dan silindris di bagian atas. Untuk N. sumatrana memiliki kantung berbentuk corong dengan mulut yang lebar dan N. tobaica memiliki kantung yang hampir mirip dengan

N. reinwardtiana yaitu berbentuk pinggang. Sesuai dengan Purwanto (2007), adapun variasi beberapa bentuk kantung Nepenthes spp. adalah berbentuk pinggang, corong, tempayan, telur dan silinder.

Umumnya Nepenthes memiliki tiga bentuk kantung yang berbeda meski dalam satu individu, bentuk kantung tersebut terdiri dari (Mansur, 2006) :

1. Kantung roset, yaitu kantung yang keluar dari kantung ujung daun roset. 2. Kantung bawah, yaitu kantung yang keluar dari daun yang letaknya tidak jauh

dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah. Selain ujung sulurnya berada di depan bawah kantung, juga memiliki dua sayap yang fungsinya seperti tangga untuk membantu serangga naik hingga ke mulut kantung.

(41)

Sketsa satu individu Nepenthes yang terdiri dari kantung roset/antara, kantung bawah, dan kantung atas dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Sketsa Satu Rumpun Tumbuhan Nepenthes di Alam ; a) katung roset, b) kantung bawah, dan c) kantung atas

Handoyo dan Sitanggang (2006), menyatakan bahwa kantung bawah biasanya agak membulat dibandingkan kantung atas yang cenderung lebih langsing. Sedangkan bentuk kantung antara (roset) merupakan peralihan dari bentuk kantung atas ke kantung bawah. Gambar 9 menunjukkan kantung roset, kantung bawah, dan kantung atas dari N. tobaica.

Gambar 8. Bentuk tiap kantung Nepenthes tobaica ; a) kantung roset, b) kantung bawah, c) kantung atas.

Gambar 8a yaitu kantung antara (roset) pada N.tobaica dapat dilihat bahwa sayap tidak memiliki rambut seperti kantung bawah (Gambar 8b), dan

a b c

a b

(42)

kantung bagian atas pada kantung roset tidak terlalu langsing seperti kantung atas (Gambar 8c). Pada kantung atas, sayap berubah bentuk menjadi rusuk kantung dengan warna hijau yang jelas.

B. Sebaran Nepenthes Berdasarkan Karakteristik Tempat Tumbuh

B.1. Ketinggian tempat

Lokasi penelitian berada di dataran tinggi yang berada di ketinggian 1200 m dpl sampai 1500 m dpl. Tidak semua lokasi penelitian ditemukan jenis

Nepenthes yang sama. Jenis Nepenthes yang tumbuh sesuai dengan kondisi tanah dan vegetasi yang ada. Setiap lokasi penelitian mewakili perbedaan ketinggian dan vegetasi. Sesuai dengan pernyataan Dariana (2009), naiknya ketinggian dari suatu habitat maka faktor fisik yang didapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut meliputi kenaikan kelembaban udara dan kenaikan intensitas cahaya. Intensitas cahaya berlebih memaksa tumbuhan melakukan adaptasi fisik, fisiologi, dan perilaku untuk mengatasi hal tersebut. Penyebaran Nepenthes di Cagar Alam Dolok Sibual-buali dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penyebaran Nepenthes di setiap lokasi penelitian

No . Jenis

(43)

mengandung sulfur dan vegetasi yang di dominasi oleh perdu dan alang-alang (Imperata cylindrica). Dalam Widhiastuti dan Saputri (2010), Nepenthes dapat hidup di tempat-tempat terbuka atau sedikit terlindung di habitat yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi.

Lokasi I berada di Desa Padang Bujur, Kecamatan Sipirok. Masyarakat sekitar menamakan daerah ini sebagai kawasan hutan Belerang Bustak yang berarti daerah berlumpur yang mengandung belerang. Di lokasi ini belerang masih produktif sehingga suhu udara cukup tinggi yang ditandai dengan ditemukannya asap di beberapa titik lokasi seperti yang dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Kondisi lokasi penelitian pada ketinggian 1200 m dpl

Pada ketinggian 1300 m dpl tidak ditemukan jenis Nepenthes. Pada ketinggian ini tidak dilakukan pengambilan sampel. Kondisi lokasi pada ketinggian 1300 m dpl adalah vegetasi dengan kerapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan lokasi I dan lokasi III.

(44)

ditemukan N. ovata dengan jumlah yang lebih sedikit. Lokasi ini memiliki kerapatan vegetasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi I dan lokasi II sehingga intensitas cahaya yang diperoleh lebih sedikit. Saputri (2009), menyatakan bahwa keadaan vegetasi pohon yang rapat sangat mempengaruhi iklim mikro salah satu diantaranya adalah intensitas cahaya rendah, sehingga hanya beberapa jenis Nepenthes spp. yang dapat toleran dengan keadaan ini. Keadaan ini juga menyebabkan jumlah jenis pada lokasi tersebut sedikit.

Pada lokasi III yang terdapat di ketinggian 1500 m dpl ditemukan jenis

Nepenthes yang paling banyak yaitu 6 jenis, jenis-jenis tersebut adalah N. bongso, N. ovata, N. reinwardtiana, N. rhombicaulis, N. sumatrana, dan N. tobaica. Lokasi ini mengandung sulfur sehingga pohon-pohon dan tumbuhan yang tumbuh di daerah tersebut mengalami penghambatan pertumbuhan atau pengkerdilan. Daerah ini disebut masyarakat sebagai Kebun Bonsai yang terletak di Desa Padang Bujur, Kecamatan Sipirok. Dikatakan Kebun Bonsai karena di lokasi ini banyak ditemukan jenis anggrek dan Nepenthes yang berbunga sepanjang tahun. Pada umumnya Nepenthes hidup di habitat yang kekurangan unsur nitrogen dan fosfor. Kondisi seperti ini, menjadikan tumbuhan Nepenthes sebagai indikator bahwa tempat tersebut merupakan tanah marginal. Tanah yang miskin unsur hara memacu tumbuhan Nepenthes untuk mengembangkan kantungnya sebagai alat untuk memenuhi kekurangan suplai nutrisi dari tanah (Mansur, 2006).

(45)

Penyebaran Nepenthes di setiap plot di tiga lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penyebaran Nepenthes di setiap plot lokasi penelitian

Lokasi penelitian No. Plot Jenis Jumlah

(rumpun)

Tabel 3 menunjukkan lokasi penelitian di ketinggian 1200 m dpl,

(46)

Sedangan pada plot 3 berupa perdu yang tanahnya diselimuti lumut. Pada plot 3,

Nepenthes hidup secara epifit maupun teresterial. Nepenthes yang hidup secara teresterial merupakan pertumbuhan kantung bawah. Plot 2 merupakan daerah yang ditutupi oleh alang-alang (Imperata cylindrica) dan bebatuan sehingga tidak ditemukan Nepenthes baik yang teresterial maupun epifit, begitu juga untuk plot 4 yang terdapat di aliran sungai. Plot 5 memiliki kondisi daerah yang sama dengan plot 2 yaitu kondisi plot ditutupi oleh alang-alang (Imperata cyindrica) dan bebatuan sehingga tidak ditemukan Nepenthes. Lokasi penelitian di ketinggian 1400 m dpl, Nepenthes ditemukan di 4 plot. Plot yang tidak ditemukan Nepenthes

adalah plot 5. Lokasi penelitian di ketinggian 1400 m dpl memiliki kondisi yang sama disetiap plotnya yaitu akar pohon yang diselimuti serasah daun yang cukup tebal. Dariana (2009), menyatakan bahwa lapisan lumut atau serasah daun sebagai penyimpan air dan menjaga kelembaban tumbuhan Nepenthes. Lumut dan serasah mampu menyediakan air dan unsur dasar yang biasa diberikan tanah, selain sebagai pijakan bagi akar juga sebagai media untuk tumbuh. Dariana melanjutkan bahwa N. rhombicaulis hidup di tanah, pertumbuhan kantung pada Nepenthes ini akan sering tumbuh dan keluar apabila berada pada substrat atau tempat tumbuh berupa tanah keras dan berbatu-batuan. Namun kadang dapat ditemukan pada tanah yang berserasah.

Tabel 3 juga menjelaskan bahwa pada lokasi penelitian di ketinggian 1500 m dpl ditemukan Nepenthes di semua plot. Di lokasi ini, plot ditutupi oleh lumut dan perdu. Nepenthes yang ditemukan di plot ini beragam, baik dari jenis

(47)

B.2. Suhu dan kelembaban

Perbedaan suhu dan kelembaban dipengaruhi oleh kondisi lingkungan lokasi penelitian terutama kerapatan vegetasi dan ketinggian tempat. Setiap lokasi penelitian memiliki suhu dan kelembaban yang berbeda yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Suhu dan kelembaban di setiap lokasi penelitian Ketinggian

(48)

memiliki kelembaban udara tertentu, sehingga frekuensi penyebaran sangat teratur. Penyebaran yang berbeda ini dipengaruhi oleh cahaya, angin, dan penyediaan air kadang kala dipengaruhi oleh bahan-bahan organik tanah.

Lokasi II memiliki suhu udara 18°C dan kelembaban udara 86,5%. Lokasi ini memiliki suhu udara paling rendah dibandingkan dengan lokasi penelitian di 1200 m dpl dan 1500 m dpl yang memiliki suhu udara 23,5 °C dan 22,75°C. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suatu tempat maka akan semakin rendah suhu udaranya. Lakitan (1994), menyatakan bahwa variasi suhu di Indonesia lebih dipengaruhi oleh ketinggian tempat (altitude). Suhu maksimum di Indonesia menurun sebesar 0,6°C untuk setiap kenaikan elevasi setingggi 100 meter, sedangkan suhu minimum menurun 0,5°C per kenaikan elevasi 100 meter.

(49)

Gambar 10. Keanekaragaman warna lumut di Kebun Bonsai ; a) warna putih dan coklat, b) warna hijau, c) warna hijau keputihan, d) warna kuning. Kondisi suhu udara di ketiga lokasi penelitian sesuai dengan kondisi tumbuh Nepenthes dataran tinggi di alam dimana suhu udara pada lokasi penelitian dengan ketinggian 1200 m dpl adalah 23,5 °C, suhu udara pada lokasi 1400 m dpl adalah 18°C, dan suhu udara pada lokasi 1500 m dpl adalah 22,75°C. Sesuai dengan Untung, dkk. (2006), ketinggian tempat sangat berkaitan dengan suhu lingkungan. Di dataran tinggi, suhu pasti lebih rendah dibandingkan di dataran rendah. Nepenthes dataran rendah biasanya hidup pada suhu 20°C-35°C. Sedangkan Nepenthes dataran tinggi tumbuh di suhu 10°C-30°C. Bahkan ada beberapa jenis dataran tinggi yang memerlukan suhu 4°C agar dapat tumbuh dengan baik.

Selain suhu udara, kelembaban udara juga menentukan pertumbuhan kantung semar. Kelembaban yang ada di ketiga lokasi penelitian sudah sesuai dengan kelembaban yang dibutuhkan katung semar untuk tumbuh dan membentuk

a

d c

(50)

kantungnya dengan baik. Pada lokasi 1200 m dpl kelembaban udara sebesar 75%, pada lokasi 1400 m dpl sebesar 86,5%, dan untuk lokasi 1500 m dpl memiliki nilai kelembaban udara sebesar 82,25%. Sesuai dengan Untung, dkk. (2006), kelembaban udara sangat penting untuk kantung semar. Tanpa kelembaban yang memadai yaitu minimal 70%, kantungnya tidak akan muncul.

C. Deskripsi Jenis Nepenthes

Setiap jenis Nepenthes yang ditemukan di Cagar Alam Dolok Sibual-buali memiliki perbedaan tiap jenis baik dari bentuk dan warna kantung, bentuk dan warna daun, cara tumbuh, serta ukuran tumbuhan. Tabel 5 menunjukkan perbedaan bagian tubuh yang dimiliki oleh tiap jenis Nepenthes yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali yaitu perbedaan bentuk batang, bentuk daun, tepi daun berbulu atau rata, permukaan sulur berbulu atau licin, bentuk kantung bentuk tutup kantung, dan jumlah cabang taji.

Tabel 5. Perbedaan tiap jenis bagian Nepenthes di CA Dolok Sibual-buali

No. Jenis Bentuk

3 N. reinwardtiana segitiga lanset rata licin pinggang

bundar sampai elips

1-3

4 N. rhombicaulis segitiga obovate bulu bulu

tempayan berleher

pendek

bulat

telur 1

5 N. sumatrana silindris lanset

oval rata licin corong

agak

bundar 1-3

6 N. tobaica silindris lanset rata licin pinggang bulat

(51)

Selain kemampuannya dalam menjebak serangga, keunikan lain dari tanaman ini adalah bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai deskripsi morfologi tumbuhan Nepenthes yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali.

1. Nepenthes bongso Korth

Secara umum ukuran bagian N. bongso yang di temukan di CA Dolok Sibual-buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitaningtyas dan Wawangningrum pada tahun 2007 di Suaka Alam Sulasih Talang, Sumatera Barat. Setiap individu yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali dan di SA Sulasih Talang memiliki ukuran yang berbeda, yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Ukuran bagian tubuh N. bongso di CA Dolok Sibual-buali dan SA Sulasih Talang

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual-buali SA Sulasih Talang*

1 Diameter batang 0,47 cm 0,5 cm

2 Panjang sulur 17,2 cm 30 cm

3 Tinggi kantung bawah 16 cm 20- 34 cm

4 Tinggi kantung atas 19,6 cm 35 cm

*sumber : Puspitaningtyas dan Wawangningrum (2007)

Deskripsi jenis untuk N. bongso yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali sebagai berikut :

a) Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat, dengan tinggi batang mencapai 60 cm, jarak antar daun 2-6 cm, bentuk silindris berwarna hijau kecoklatan dengan permukaan batang licin. b) Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan

(52)

permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus.

c) Sulur : berwarna coklat dibagian dekat daun, hijau dibagian tengah dan merah dibagian dekat kantung, permukaan sulur berbulu halus.

d) Kantung bawah : warna coklat kemerahan, bagian dalam terdapat bintik merah, bentuk elips di bagian bawah dan silindris kebagian atas, bersayap dengan bulu rapat sepanjang kantung, panjang bulu 0,5 – 1,5 cm. Peristome berwarna merah tua/merah menyala, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dikedua sisi dengan lebar mencapai 5 - 8 cm. Peristome rapat dan sangat jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung dan peristome yang tepat dibawah tutup kantung menjarang dan semakin jelas dan panjang seperti duri keras. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat dibagian ujung dan berlekuk dibagian pangkal, warna kuning dengan berurat merah, dibagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,4 cm berwarna merah atau hitam, taji bercabang dua berwarna coklat.

(53)

dibagian pangkal, warna kuning, dibagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,5 cm berwarna hijau kekuningan, taji bercabang dua berwarna coklat atau hijau.

Gambar 11 menunjukkan perbedaan bentuk kantung atas dengan bentuk kantung bawah, serta bentuk daun dan peristome dari N. bongso.

Gambar 11. Bentuk dan bagian dari Nepenthes bongso Korth ; a) kantung atas, b) kantung bawah, c) bagian belakang peristome, d) bentuk daun, e) kantung bawah bagian depan, f) kantung bawah bagian samping

c

b a

d

(54)

Jenis ini ditemukan di Jambi, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Umumnya hidup sebagai epifit di hutan pegunungan yang berlumut. Kata “bongso” diambil dari nama kawah Bongso Gunung Merapi yaitu tempat pertama kali jenis ini dikoleksi oleh Korthals (Mansur, 2006).

Lonceng gunung ini relatif tahan sengatan matahari di atas pegunungan, asalkan dengan kelembaban tinggi. Jenis ini hidup diketinggian

1000 – 2700 m dpl (Untung, dkk., 2006).

2. Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba

Kantung N. ovata yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sufrizal pada tahun 2011 di Wisata Alam Taman Eden Seratus, Sumatera Utara. Perbedaan ukuran bagian N. ovata di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Ukuran bagian tubuh N. ovata di CA Dolok Sibual-buali dan WA Taman Eden Seratus

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual-buali WA Taman Eden Seratus*

1 Tinggi batang 85 cm 10-25 cm

(55)

a) Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat. Bentuk batang silindris berwarna hijau kecoklatan dengan permukaan batang licin.

b) Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan daun alternate, bentuk lanset, warna daun hijau kemerahan dan hijau tua, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus.

c) Sulur : berwarna coklat dibagian dekat daun, hijau dibagian tengah dan merah dibagian dekat kantung, permukaan sulur berbulu halus.

d) Kantung bawah : warna coklat kemerahan sampai merah kehitaman, bagian dalam terdapat bintik merah, bentuk elips di bagian bawah dan membesar silindris kebagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 1,1 cm. Peristome berwarna merah tua/merah menyala, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dikedua sisi dengan lebar mencapai 3,5 cm. Peristome sangat lebar dan melengkung ke bagian belakang dan di bagian depan terdapat tonjolan sepanjang 0,2 cm. Peristome rapat dan sangat jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung dan peristome yang tepat dibawah tutup kantung menjarang dan semakin jelas dan panjang seperti duri keras. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat dibagian ujung dan berlekuk dibagian pangkal, warna kuning dengan berurat merah, dibagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,4 cm berwarna merah atau hitam, taji bercabang dua berwarna coklat.

(56)

Peristome berwarna hijau dengan liris merah, melingkar bulat, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 1,8 cm. Peristome melengkung ke bagian belakang dan di bagian depan terdapat tonjolan sepanjang 0,5 cm. Peristome rapat dan sangat jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung dan peristome yang tepat dibawah tutup kantung menjarang dan semakin jelas dan panjang seperti duri keras. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat dibagian ujung dan berlekuk dibagian pangkal, warna kuning, dibagian bawah tutup kantung terdapat tonjolan seperti kail sepanjang 0,8 cm berwarna hijau kekuningan, taji bercabang dua berwarna coklat atau hijau.

N. ovata tumbuh di ketinggian 1500 m dpl – 2000 m dpl. N. ovata

merupakan endemik Sumatera Utara. Nepenthes ini masuk kedalam daftar Apendix II dalam CITES (Hernawati dan Akhriadi, 2006).

Untung, dkk. (2006), menyatakan bahwa N. ovata berkerabat dekat dengan

N. bongso, kantung atas N. ovata dan N. bongso secara morfologis sama. Gambar 12 menunjukkan bentuk peristome N. ovata. Gambar 13 menunjukkan bentuk kantung dari N. ovata serta bagian tubuh lainnya.

Gambar 12. Peristome Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba

Peristome seperti duri di bawah tutup k

(57)

Gambar 13. Bentuk dan bagian Nepenthes ovata Nerz dan Wistuba; a) kantung bawah yang masih muda, b) tutup kantung, c) bentuk daun, d) kail dibawah tutup kantung, e) kantung bawah, f) kantung atas.

3. Nepenthes reinwardtiana Miq.

Secara umum ukuran bagian N. reinwardtiana (kecuali ukuran kantung bawah) yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara. Ukuran kantung bawah

N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual-buali adalah 11 cm dan di TWA Sicikeh-cikeh adalah 8,5-10 cm, ukuran kantung bawah dikedua lokasi penelitian ini tidak berbeda jauh. Perbedaan ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

a b

d c

(58)

Tabel 8. Ukuran bagian tubuh N. reinwardtiana di CA Dolok Sibual-buali dan TWA Sicikeh-cikeh

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual-buali TWA Sicikeh-cikeh*

1 Tinggi batang 162 cm 2 -7 m

Deskripsi jenis untuk N. reinwardtiana yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali sebagai berikut :

a. Batang : pada anakan batang tumbuh roset dan pada dewasa batang tumbuh memanjat, bentuk batang segitiga berwarna merah kecoklatan dengan permukaan batang licin.

b. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan daun alternate, bentuk lanset, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah berwarna hijau muda, permukaan daun licin, dan agak tebal. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun rata.

c. Sulur : berwarna hijau dibagian dekat daun dan merah dibagian dekat kantung, permukaan sulur licin.

(59)

e. Kantung atas : warna hijau muda, bentuk hampir sama dengan kantung bawah tetapi tidak bersayap, ditandai dengan liris merah di bagian kantung, terlihat jelas antara bagian dasar dan bagian tengah kantung. Peristome berwarna hijau dengan liris merah, melingkar agak oval sampai bulat, rata dibagian depan meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,3 - 0,7 cm. Peristome rapat dan agak jelas. Bentuk tutup kantung bundar sampai elips dengan warna hijau, taji tanpa cabang.

N. reinwardtiana tumbuh di berbagai habitat seperti tanah kapur, tanah granit, tanah berpasir kwarsa, tanah gambut, dan di tempat-tempat terbuka maupun agak terlindung. Umumnya tumbuh baik di dataran rendah. Meskipun demikian, jenis ini mampu hidup sebagai epifit di hutan lumut dataran tinggi (Mansur, 2006).

Listiawati dan Chairani (2008), menyatakan N. reinwardtiana sangat mudah dikenali karena ada 2 titik di dalam kantung, tidak jauh di bawah permukaan mulut (sekitar 2 cm). Titik terlihat seperti mata, kalau diperhatikan kedua titik biasanya basah, berfungsi sebagai penebar aroma dan sekaligus pesona untuk dikunjungi serangga-serangga yang akan dimangsanya.

Hernawati dan Akhriadi (2006), menyatakan di beberapa populasi, titik bisa berjumlah lebih dari satu, bisa juga tanpa mata. Tanda yang hampir mirip juga dijumpai pada kantung tua milik N. sanguinea, N. stenophylla, dan N. tentaculata. Penyebaran N. reinwardtiana berada di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, dan Kalimantan di ketinggian 100 m dpl-1200 m dpl.

Widhiastuti dan Saputri (2010), menyatakan warna kantung

(60)

berwarna merah. Bentuk kantung, bentuk tutup kantung, bentuk daun, serta ‘ eye-spot’ dari N. reinwardtiana dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Bentuk dan bagian dari N. reinwardtiana Miq : a) kantung bawah, b) kantung atas, c) susunan daun, d) Eye spot, e) tutup kantung

berwarna hijau, f) tutup kantung berwarna hijau kemerahan, g) N. reinwardtiana tampak depan, h) N. reinwardtiana tampak

samping.

b

g

f e

c d

a

(61)

4. Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata

Secara umum ukuran bagian N. rhombicaulis (kecuali ukuran kantung atas) yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dariana pada tahun 2009 di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh, Sumatera Utara. Ukuran kantung atas N. rhombicaulis di CA Dolok Sibual-buali adalah 11,2 cm dan di TWA Sicikeh-cikeh adalah 9 cm. Ukuran kantung bawah dan kantung atas

N. rhombicaulis yang ditemukan di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh memiliki ukuran yang sama yaitu 9 cm. Perbedaan ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis

di dua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Ukuran bagian tubuh N. rhombicaulis di CA Dolok Sibual-buali dan TWA Sicikeh-cikeh

No. Bagian Nepenthes CA Dolok Sibual-buali TWA Sicikeh-cikeh*

1 Tinggi batang 25 cm 2 m

Tabel 9 menunjukkan tinggi batang dan panjang sulur N. rhombicaulis

yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali lebih pendek dibandingkan TWA Sicikeh-cikeh. Hal ini disebabkan karena N. rhombicaulis yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali tumbuh secara teresterial, batang tumbuh roset. Deskripsi jenis untuk N. rhombicaulis yang ditemukan di CA Dolok Sibual-buali sebagai berikut :

(62)

b) Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang lingkaran, susunan daun alternate, bentuk obovate, warna daun hijau tua sampai hijau kekuningan, permukaan daun licin. Ibu tulang daun jelas dengan warna hijau kemerahan, tepi daun berbulu halus. Untuk kantung bawah, daun biasanya dibawah tanah (tidak terlihat) atau berukuran kecil sekitar 2-5 cm.

c) Sulur : berwarna hijau dibagian dekat daun dan merah dibagian dekat kantung, permukaan sulur berbulu halus.

d) Kantung bawah : warna merah keputihan dengan bercak merah dibagian luar maupun bagian dalam kantung, bentuk bagian dasar bulat menggembung, mengecil di tengah, dan silindris kebagian atas, bersayap dengan bulu rapat, panjang bulu 0,1 – 0,3 cm. Peristome berwarna merah, melingkar oval, semakin meninggi di bagian belakang, semakin melebar ke atas dengan lebar mencapai 0,5 cm. Peristome rapat dan jelas seperti duri melengkung ke bagian dalam kantung. Bentuk tutup kantung bulat telur, membulat dibagian ujung dan berlekuk dibagian pangkal, warna merah dengan bercak beraturan merah (seperti batik), taji tanpa cabang.

(63)

membulat dibagian ujung dan berlekuk dibagian pangkal, warna merah dengan bercak beraturan merah (seperti batik), taji tanpa cabang.

N. rhombicaulis merupakan jenis endemik dari Sumatera Utara yang hidup

di ketinggian 1500 m dpl – 2000 m dpl (Hernawati dan Akhriadi, 2006). Bentuk kantung, bentuk tutup daun, serta kondisi N. rhombicaulis di alam dapat

dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Bentuk dan bagian dari Nepenthes rhombicaulis Sh. Kurata: a) N. rhombicaulis tampak samping, b) N. rhombicaulis tampak

depan, c) tutup kantung, d) susunan daun, e) kantung atas, f) kantung bawah

a

f e

c d

Gambar

Gambar 1. Kantong semar (Nepenthes spp.) (Pitcherplant, 2009)
Gambar 3. Bagian-bagian tubuh  Nepenthes ; a) daun, b) batang, dan c) akar (Baiti, 2012)
Gambar 4.  Berbagai variasi  bentuk kantung Nepenthes ; a) bentuk tempayan,    b) bentuk telur, c) bentuk silinder, d) bentuk corong, dan                  e) bentuk pinggang
Gambar 5. Desain pembuatan petak contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis yang dilakukan, kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali terjaga dengan baik karena kondisi biofisik yaitu tutupan lahan hutan yang berada pada ketinggian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan populasi orangutan berdasarkan jumlah sarang di desa Bulumario, kawasan Cagar Alam Dolok Sibual Buali, Kecamatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman spesies tumbuhan Nepenthes yang berada di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-Buali, Sumatera Utara dan

This study aims to determine the diversity of plant species in the area of Nepenthes Nature Reserve Dolok Sibual-Buali, North Sumatra and Knowing dominance Nepenthes

pemangsa yang sering juga disebut dengan ‘Insectivorous plant’ atau tumbuhan. pemangsa

Saputri.2010.Keanekaragaman Tumbuhan Langka, Kantung Semar ( Nepenthes spp.) di Taman Wisata Alam Sicikeh-cikeh Sumatera Utara.USU Press.. Protein Pencerna di Kantung

FERRY AULIA HAWARI : Estimasi Kepadatan Orangutan Sumatera ( Pongo abelii Lesson, 1827) Berdasarkan Jumlah Sarang Di Cagar Alam Dolok Sibual Buali (Studi Kasus Desa

a. Daun : daun tunggal, tidak berpetiole, memeluk batang 2 ⁄ lingkaran, susunan daun alternate, 3 bentuk lanset, warna daun bagian atas hijau tua dan bagian bawah