ABSTRAK
PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PROBIOTIK TERHADAP RESPON IMUN NON SPESIFIK IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DENGAN UJI
TANTANG BAKTERI Aeromonas salmonicida
Oleh
DEVIRA AGUSTIN
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) dikenal sebagai komoditi berprospek cerah dalam budidaya karena memiliki harga jual yang tinggi. Kendala yang sering dihadapi dalam budidaya ikan mas adalah serangan bakteri patogen seperti Aeromonas salmonicida. Pencegahan serangan bakteri patogen dapat dilakukan dengan pemberian probiotik. Probiotik merupakan salah satu metode pencegahan penyakit yang dinilai aman bagi mahluk hidup dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan dosis probiotik terhadap respon imun non spesifik ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas salmonicida. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dosis probiotik 0, 2, 3, 4 ml/kg pakan dan 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut diberikan dalam campuran pakan pelet yang diberikan selama 22 hari masa pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis probiotik yang berbeda memberikan pengaruh terhadap peningkatan neutrofil dan monosit sebagai respon imun non spesifik ikan mas. Dalam penelitian ini dosis probiotik yang optimum yang dapat meningkatkan respon imun non spesifik ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas salmonicida adalah 4 ml/kg pakan.
ABSTRACT
EFFECT OF DIFFERENT DOSES OF PROBIOTIC
TOWARD NON SPECIFIC IMMUNE RESPONSES IN COMMON CARP (Cyprinus carpio L.) THAT INJECTED
BACTERIA Aeromonas salmonicida
BY
DEVIRA AGUSTIN
Common carp (Cyprinus carpio L.) is known as a prospected commodity in aquaculture because it has a high selling price. Obstacles that are often encountered in common carp culture are diseases caused by bacterial infections such as Aeromonas salmonicida. Prevention of pathogenic bacterial infections can be performed by administering probiotics. Probiotic is one of disease prevention methods which is considered to be safe for living organisms and the environment. This study aimed to determine the effect of different doses of probiotic toward non-spesific immune responses in common carp which infected by Aeromonas salmonicida. This study used a completely randomized design (CRD) with four doses of probiotic treatment i.e. 0, 2, 3, 4 ml/kg of feed and three replications. The treatment was administered in the feed mixture given during the 22-days rearing period. Results showed that different doses of probiotic provided on increasing percentage of neutrofil and monosit as a non-spesific immune respons in common carp. In this study the optimum dose of probiotic to increase non-spesific immune responses in common carp that infected by Aeromonas salmonicida was 4 ml/kg of feed.
ABSTRAK
PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PROBIOTIK TERHADAP RESPON IMUN NON SPESIFIK IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DENGAN UJI
TANTANG BAKTERI Aeromonas salmonicida
Oleh
DEVIRA AGUSTIN
Ikan mas (Cyprinus carpio L.) dikenal sebagai komoditi berprospek cerah dalam budidaya karena memiliki harga jual yang tinggi. Kendala yang sering dihadapi dalam budidaya ikan mas adalah serangan bakteri patogen seperti Aeromonas salmonicida. Pencegahan serangan bakteri patogen dapat dilakukan dengan pemberian probiotik. Probiotik merupakan salah satu metode pencegahan penyakit yang dinilai aman bagi mahluk hidup dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan dosis probiotik terhadap respon imun non spesifik ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas salmonicida. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dosis probiotik 0, 2, 3, 4 ml/kg pakan dan 3 kali ulangan. Perlakuan tersebut diberikan dalam campuran pakan pelet yang diberikan selama 22 hari masa pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis probiotik yang berbeda memberikan pengaruh terhadap peningkatan neutrofil dan monosit sebagai respon imun non spesifik ikan mas. Dalam penelitian ini dosis probiotik yang optimum yang dapat meningkatkan respon imun non spesifik ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas salmonicida adalah 4 ml/kg pakan.
PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PROBIOTIK TERHADAP RESPON IMUN NON SPESIFIK IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DENGAN UJI
TANTANG BAKTERI Aeromonas salmonicida
(Skripsi)
Oleh
DEVIRA AGUSTIN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PERBEDAAN DOSIS PROBIOTIK TERHADAP RESPON IMUN NON SPESIFIK IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DENGAN UJI
TANTANG BAKTERI Aeromonas salmonicida Oleh
DEVIRA AGUSTIN
Skripsi
Sebagai Salah Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir ... 7
2. Morfologi ikan mas ... 9
3. Leukosit (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan larutan turk pada perbesaran 40x. ... 28
4. Rataan jumlah leukosit ikan mas selama penelitian ... 29
5. Neutrofil (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan giemsa pada perbesaran 400x. ... 30
6. Rataan persentase jumlah neutrofil ikan mas selama penelitian ... 31
7. Monosit (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan giemsa pada perbesaran 400x ... 32
8. Rataan persentase jumlah monosit ikan mas selama penelitian ... 33
9. Limfosit (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan giemsa pada perbesaran 400x ... 33
10. Rataan persentase jumlah limfosit ikan mas selama penelitian ... 34
11. Relative Persent Survival (RPS) probiotik ... 35
DAFTAR ISI
1.1 Sterilisasi Peralatan... 20
1.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 20
1.3 Uji LD50 ... 21
2. Tahap Pelaksanaan ... 22
2.1 Pemberian Probiotik ... 22
3. Tahap Pengamatan ... 23
3.1 Pemeriksaan darah ... 23
3.2 Kualitas air ... 25
3.3 Perhitungan Relative Percent Survival (RPS) ikan mas ... 25
E. Analisis Data ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27
1. Uji LD50 ... 27
2. Pemeriksaan Darah ... 27
2.1Total Leukosit ... 27
2.2Diferensial Leukosit ... 29
2.2.1 Persentase Neutrofil ... 29
2.2.2 Persentase Monosit ... 31
2.2.3 Persentase Limfosit ... 33
3. Kualitas Air ... 35
4. Perhitungan Relative Persent Survival (RPS) ... 35
5. Gejala Klinis Ikan Mas ... 36
B. Pembahasan ... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
i
1.1 Sterilisasi Peralatan... 20
1.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji ... 20
1.3 Uji LD50 ... 21
2. Tahap Pelaksanaan ... 22
2.1 Pemberian Probiotik ... 22
ii
3. Tahap Pengamatan ... 23
3.1 Pemeriksaan darah ... 23
3.2 Kualitas air ... 25
3.3 Perhitungan Relative Percent Survival (RPS) ikan mas ... 25
E. Analisis Data ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27
1. Uji LD50 ... 27
2. Pemeriksaan Darah ... 27
2.1Total Leukosit ... 27
2.2Diferensial Leukosit ... 29
2.2.1 Persentase Neutrofil ... 29
2.2.2 Persentase Monosit ... 31
2.2.3 Persentase Limfosit ... 33
3. Kualitas Air ... 35
4. Perhitungan Relative Persent Survival (RPS) ... 35
5. Gejala Klinis Ikan Mas ... 36
B. Pembahasan ... 37
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44
B. Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir ... 7
2. Morfologi ikan mas ... 9
3. Leukosit (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan larutan turk pada perbesaran 40x. ... 28
4. Rataan jumlah leukosit ikan mas selama penelitian ... 29
5. Neutrofil (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan giemsa pada perbesaran 400x. ... 30
6. Rataan persentase jumlah neutrofil ikan mas selama penelitian ... 31
7. Monosit (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan giemsa pada perbesaran 400x ... 32
8. Rataan persentase jumlah monosit ikan mas selama penelitian ... 33
9. Limfosit (lingkaran hitam) pada pengamatan dengan pewarnaan giemsa pada perbesaran 400x ... 33
10. Rataan persentase jumlah limfosit ikan mas selama penelitian ... 34
11. Relative Persent Survival (RPS) probiotik ... 35
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Tahapan uji LD50 ... 51
2. Uji tantang ... 52
3. Tahap pemerikasaan darah ... 53
4. Perhitungan uji LD50 ... 56
5. Data pengamatan darah ... 57
6. Hasil analisis statistik dengan menggunakan program SPSS 19 ... 59
7. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ... 63
8. Skema penelitian... 67
9. Pencampuran pakan dengan probiotik ... 68
10. Pemeriksaan Total Leukosit ... 69
11. Pembuatan Apusan Darah ... 70
DAFTAR PUSTAKA
Adriani. 2006. Optimasi Bakteri Probiotik dalam Penghambatan Pertumbuhan Aeromonas spp. pada Kultur Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). (Skripsi). Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Afrianto, E dan Liviawaty, E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Alamanda, I.E., Handajani N.S., dan Budiharjo H. 2006. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Ali, A. 2000. Probiotics in Fish Farming Evaluation of a Candidate Bacterial
Mixture. Vattenbruksinstitutionen, SLU.
Ali, H. M., Ghazalah A.A., Gehad E.A., Hammouda Y.A., and Abo-State H.A. 2010. Practical Aspects and Immune response of Probiotics Preparations Supplemented to Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) Diets. Animal Production Department, Fac. of Agric., Cairo University. Cairo Egypt.
Anderson, D.P. dan Sawicki A.K. 1992. Injection or Immersion Delivery of Selected Immunostimulant to Trout Demonstrate Enhancement of Non Spesific Defence Mechanism and Protective Immunity in Discus in Asian Aquaculture II. Sharif, M.J. Fish Health Section Asian Sociaty, p. 413-426.
Ariaty, L. 1991. Morfologi Darah Ikan Mas (Cyprinus carpio), Nila Merah (Oreochromis sp.), dan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) dari Sukabumi. (Skripsi). FPIK Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aryoseto, L. 2009. Hubungan antara Jumlah Leukosit dengan Morfologi Spermatozoa pada Pasien Infertilitas di Rumah Sakit Dokter Kariadi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Austin, B., Austin D. A. 2007. Bacterial Fish Patogens Diseases of Farmed and Wild Fish. Praxis Publising: Germany.
Ayuningtyas, A.K. 2008. Efektivitas Campuran Meniran Phylanthus niruri dan Bawang Putih (Allium sativum) untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bellanti, J. 1993. Prinsip-prinsip Imunologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Cholik, F., Ateng. G., Poernomo., dan Ahmad J. 2005. Akuakultur. Masyarakat Perikanan Nusantara. Taman Akuarium Air Tawar. Jakarta.
Cipriano, R.C. dan Bullock G.L. 2001. Furunculosis and Other Diseases caused by Aeromonas salmonicida. Fish Disease Leaflet 66. The Freshwater Institute. West Virginia.
Colwell, R.R., MacDonell, M.T. dan De Ley, J. 1986. Proposal to Recognize the Family Aeromonadaceae Fam. Nov. International Journal of Systematic Bacteriology. 36: 473-477.
Conway, P. L. dan Wang X. 2000. Specifically Targeted Probiotics can Reduce Antibiotics Usage in Animal Production. Asian-Aust J Anim Sci, supp. 13: 358-361.
DKP, 2011. Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri. Pusat Karantina Ikan. Jakarta.
Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor.
Ellis, A.E. 1997. Immunization Wg Bacterial Antigens. Furunculosis. Developments in Biological Standardization.
Erickson, K.L. dan Hubbard N.E. 2000. Probiotic immunomodulation in health and disease. J Nutr.130: 403-409.
Erika, Y. 2008. Gambaran Differensiasi Leukosit pada Ikan Mujair (Oreochromis mosssambica) di Daerah Ciampea Bogor. (Skripsi). IPB. Bogor.
Erlinger, T. P. 2004. WBC Count and the Risk of Cancer Mortality in a National Sample of U.S. Adults: Results from the Second National Health and Nutrition Examination Survey Mortality Study. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention 13: 1052
Febriani, S.D. 2010. Efektivitas Ekstrak Meniran Phyllanthus niruri untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin Pangasioniodon hypophthalmus. Skripsi. Unila: Lampung.
Fredrick, L. 1995. Reptile Clinician’s Handbook. Florida.
Giri. 2008. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih terhadap Ketahanan Tubuh Ikan Mas Cyprinus carpio yang diinfeksi Koi Herpes Virus (KHV). (Skripsi). FPIK IPB. Bogor.
Handayani, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika: Jakarta.
Harish, K, Varghese T. 2006. Probiotics in humans - evidence based review. Calicut Medical Journal.4 (4). e3.
Inglis, V., Roberts R.J., dan Bromage N.R. 1993. Bacterial Diseases of Fish. Blackwell Scientific Publications. London.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 125 hal.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Johnny, F., Zafran., Roza D., dan Ketut M, 2003. Hematologi Beberapa Spesies Ikan Laut Budidaya. [Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia] Volume 9 Nomor 4, 2003.
Kepmen. 2010. Penetapan Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa, dan Sebarannya. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor kep.03/men/2010. Jakarta.
Khairuman, S. D. dan Gunadi B. 2008. Budidaya Ikan Mas secara Intensif. Agro Media Pustaka: Jakarta.
KKP. 2011.Seluruh Provinsi Gapai Target Produksi Ikan Mas. Diakses dari:
http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=14 5:target-mas-capai&catid=57:berita. 30 November 2011. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 5 Februari 2012. www.kkp.go.id.
Kompiang, I.P. 2009. Pemanfaatan Mikroorganisme sebagai Probiotik untuk Meningkatkan Produksi Ternak Unggas di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor
Kurniastuty, T.T., dan Hartono P. 2004. Hama dan Penyakit Ikan. dalam: Pembenihan Ikan Kerapu. DKP, Dirjen Perikanan Budidaya, Balai Budidaya Laut Lampung, Lampung.
Mattjik, A.A. dan Sumertajaya, M. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Instintut Pertanian Bogor. Bogor.
Maulina, K. H., Junianto. 2006. Pengaruh Meniran dalam Pakan untuk Mencegah Infeksi Bakteri Aeromonas sp. pada Benih Ikan Mas (C. carpio). (Skripsi). FPIK Universitas Padjajaran. Bandung.
McCarthy, D.H. dan Robert, R. J. 1980. Furunculosis of Fish: The Present State of Our Knowledge. Academic Press. London.
Mulder, R.W.A.W., Havenaar R., dan Huis J.H.J. 1997. Intervention strategies : the use of probiotics and competitive exclution microfloras against contamination with patogens in pigs and poultry. dalam Probiotics 2, Application and practical aspects. New York.
Nitimulyo, K.H., Lelono I.Y.B., dan Surono A. 1993. Deskripsi Hama dan Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri Buku 2. Pusat Karantina Pertanian. Jakarta.
Nursalim, A.W. 2006. Hama dan Penyakit Ikan Karantina. ikasia_saka: Malang
Pratama, N.S. 2010. Efektivitas Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai Anti Bakteri pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) yang diinfeksi Aeromonas salmonicida. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Putra, W.A. 2010. Aeromonas salmonicida. Fish Disease. Yogyakarta.
Rahardjo, A. 2010. Mengantisipasi Serangan Bakteri Aeromonas pada Ikan Patin dan Manusia. Andhi Fish Farm. Yogyakarta.
Revina. 2008. Neutrofil Muda sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dan Kronis Studi Kasus di Rumah Sakit Hewan IPB. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ringkasan SNI. 1999. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar. Ringkasan SNI Perikanan Budidaya. Hal. 2.
Roberts, R.J. 1989. Fish Pathology 2nd ed. Baillierre Tindall. London.
Rochdianto, A. 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan , Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan.
Septiama. 2008. Metode Standar Pemeriksaan HPIK Golongan Bakteri Aeromonas salmonicida. Pusat Karantina Ikan departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Setyawan, A. 2006. Uji Lapang Vaksin Polivalen Vibrio pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Karamba Jaring Apung. (Skripsi). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sherwood, L. 1996. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC. Jakarta.
Stabler, J.G., McCormick T.W., Powell K.C., dan Kogut M.H. 1994. Avian Heterophils and Monocytes: phagocytic and bactericidal activities against Salmonella enteritidis. Vet Microb.38: 293-305.
Sugianti. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional dalam Pengendalian Penyakit Ikan. Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS-702). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Suseno. 2000. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta
Thye, C.T. 2005. Probiotik dalam Ternakan Udang. Hatchery Management Cource. Malaysian Technical Cooperation Programme. Pusat Pengeluaran & Penyelidikan Benih Udang Kebangsaan Malaysia. 15 p.
Tizard, 1987. Pengantar Imunologi Veteriner. Universitas Airlangga. Surabaya.
Verschuere, L., Rombaut, G. Sorgeloos, P. dan Verstraete, W., 2000. Probiotic bacteria as biological control agents in aquacuture. Microbiology and Molecular Biology revie. 274: 1 –14.
Xuxia, Z., Yanbo W., Jiangtao Y. dan Weifen L. 2010. Inhibition ability of probiotic, Lactococcus lactis, against A. hydrophila and study of its immunostimulatory effect in tilapia (Oreochromis niloticus). The Key Laboratory of Molecular Animal Nutrition. Zhejiang University. China.
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pengaruh Perbedaan Dosis Probiotik terhadap Respon Imun Non Spesifik Ikan Mas (Cyprinus
carpio L.) dengan Uji Tantang Bakteri
Aeromonas salmonicida
Nama : Devira Agustin
NPM : 0714111003
Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI, Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Wardiyanto, S.Pi., M.P Esti Harpeni, S.T., MAppSc. NIP. 196907052001121001 NIP. 197911182002122001
Ketua Program Studi Budidaya Perairan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Wardiyanto, S.Pi., M.P ………..
Sekertaris : Esti Harpeni, S.T., M.AppSc ………..
Penguji
Bukan Pembimbing : Limin Santoso, S.Pi., M.Si ………..
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S NIP. 19610826 198702 001
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data
KKP menunjukkan bahwa produksi ikan mas pada tahun 2010 mencapai 282.695
ton, dengan persentasi kenaikan produksi sebesar 13,41% dari tahun 2009. Ikan
mas terus dikembangkan dengan tujuan sebagai penyangga perekonomian suatu
daerah (KKP, 2011).
Ikan mas memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, fekunditas dan sintasan yang
tinggi, dapat diproduksi secara massal dan memiliki peluang pengembangan skala
industri. Ikan mas dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena
memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan mas mendapat
perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya (Martin,
2008). Secara morfologi, ikan mas memiliki bentuk tubuh agak memanjang , pipih
dan tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Secara umum,
hampir semua permukaan tubuh ikan mas ditutupi sisik (Khairuman et al., 2008).
Budidaya ikan mas masih sering mengalami beberapa kendala salah satunya
adalah serangan penyakit. Terdapat dua jenis penyakit pada ikan yaitu yang
yang timbul akibat adanya gangguan faktor yang bukan patogen, sedangkan
penyakit infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen berupa
parasit, jamur, bakteri, dan virus (Kurniastuty et al., 2004). Salah satu bakteri patogen yang menyerang ikan mas adalah bakteri yang juga biasa menyerang
ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Maulina et al., (2006) menjelaskan gejala yang menunjukkan ikan mas terserang bakteri Aeromonas sp. adalah :
a. Selaput lendir (mucus) berkurang sehingga tubuh ikan tidak licin, menjadi
kasar dan ikan mudah dipegang.
b. Sisik di beberapa bagian tubuh menjadi mudah rontok, sedangkan kulitnya
tampak melepuh.
c. Sirip punggung, dada, dan ekor rusak dan pecah-pecah.
d. Insang rusak, berwarna putih sampai kebiru-biruan.
e. Keadaan ikan lemah, tidak lincah dan hilang keseimbangan.
Ikan yang terkena penyakit akibat bakteri sangat mudah menular, sehingga ikan
yang terserang bakteri cukup parah harus segera dimusnahkan (Rahardjo, 2010).
Aeromonas sp. dapat menyerang semua jenis ikan tawar dan penyakitnya disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut Hemorhage Septicemia (Austin dan Austin, 1993; Sugianti, 2005). Bakteri ini sangat mudah menyerang ikan apabila ketahanan tubuh menurun akibat stress yang biasanya
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penurunan kualitas air, kekurangan
pakan atau penanganan yang kurang cermat (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Salah
umum A. salmonicida merupakan bakteri penyebab utama penyakit infeksi pada ikan-ikan salmonid dengan penyakit yang dikenal dengan furunculosis, namun sejumlah laporan menunjukkan bahwa terdapat juga gejala infeksi bakteri A. salmonicida pada ikan- ikan Cyprinid misalnya ikan mas hias dan ikan mas konsumsi (Irianto, 2005).
Wabah furunculosis terjadi di Skotlandia pada tahun 1989 sebanyak 15 kali pada ikan-ikan air tawar dan 127 kali pada ikan-ikan air laut (Nursalim, 2006).
Furunculosis yaitu suatu penyakit dengan ciri-ciri luka yang khas seperti nekrosis pada otot, pembengkakan di bawah lapisan kulit dengan luka terbuka berisi nanah,
dan jaringan yang rusak di puncak luka tersebut seperti cekungan (Nitimulyo et al., 1993). Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2010 menetapkan bahwa A. salmonicida merupakan jenis hama dan penyakit ikan karantina penyebab furunculosis yang telah mewabah di dalam negeri yaitu di Jawa Tengah, Aceh Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Jambi (Kepmen, 2010).
Para petani maupun pengusaha ikan banyak menggunakan berbagai bahan kimia
maupun antibiotik untuk mengatasi permasalahan akibat serangan agen patogenik
pada ikan dalam pengendalian penyakit tersebut. Namun di lain pihak pemakaian
bahan kimia secara terus menerus dengan dosis yang kurang tepat, akan
menimbulkan masalah baru berupa meningkatnya resistensi mikroorganisme
terhadap bahan tersebut. Selain itu, masalah lainnya adalah bahaya yang
ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya, ikan yang bersangkutan, dan
menciptakan budidaya perikanan yang berkelanjutan (sustainable), maka sistem
budidaya yang aman bagi manusia dan lingkungan harus diterapkan. Salah satu
metodenya yaitu dengan melakukan pencegahan terhadap wabah tersebut.
Pencegahan penyakit yang dinilai aman untuk manusia adalah dengan probiotik
(Zhou et al., 2002; Setyawan, 2006).
Probiotik diketahui dapat menstimulasi imunitas yaitu dengan meningkatkan
aktifitas makrofag, meningkatkan produksi antibodi sistematis, dan meningkatkan
antibodi lokal pada permukaan mucus seperti pada dinding usus (Conway, 2000).
Probiotik berperan sebagai pengurai zat-zat organik yang bersifat toksik sehingga
dapat memperbaiki kualitas air, mudah di produksi dan disimpan serta memiliki
toleransi lebih baik (Thye, 2005). Adriani (2006) menjelaskan bahwa probiotik
yang mengandung Bacillus coagulans, Bacillus firmus, dan Bacillus laterosporus diketahui berpotensi dalam mencegah serangan bakteri patogen untuk
Aeromonas spp.
Sistem imun terbagi menjadi dua berdasarkan sifat responnya dalam menghadapi
agen patogen penyerang yaitu sistem pertahanan alamiah (innate immunity) yang
bersifat non spesifik dan pertahanan adaptif (adaptive immunity) yang bersifat
spesifik. Ikan juga memiliki sistem kekebalan innate atau non spesifik selain
memiliki sistem kekebalan spesifik atau adaptif (Ellis, 1988). Sistem kekebalan
non spesifik ini dapat dirangsang dengan pemberian suatu bahan yang biasa
menghadapi serangan berbagai mikroorganisme patogen (antigen) (Irianto, 2005).
Sedangkan sistem pertahanan spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal
antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya (Afrianto et al., 1992). Pertahanan non spesifik merupakan lapis pertahanan pertama yang
meliputi pertahanan mekanik dan kimiawi serta respon seluler yang melibatkan
sel-sel yang mampu memfagosit (makrofag dan kelompok granulosit)
(Roberts, 1989). Sirkulasi sel darah putih (monosit/makrofag dan granulosit)
dapat membentuk suatu kesatuan jaringan pertahanan yang mampu mengeliminasi
berbagai patogen penyerang melalui fagositosis tanpa suatu aktivasi awal (Ellis,
1997). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh probiotik terhadap
respon imun pada ikan mas yang diinfeksi A. salmonicida. Penelitian lebih lanjut
perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas probiotik dan respon imun pada ikan
mas agar penggunaan probiotik ini dapat digunakan secara tepat.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui pengaruh perbedaan dosis probiotik terhadap respon imun non
spesifik ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang diinfeksi bakteri A. salmonicida.
2. mencari dosis terbaik probiotik yang dapat meningkatkan respon imun non
C. Kerangka Pemikiran
Penggunaan antibiotik dan bahan kimia dalam penanganan penyakit pada ikan air
tawar yang terserang furunculosis disebabkan oleh bakteri A. salmonicida yang dilakukan secara terus menerus, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan
resistensi terhadap bakteri. Antibiotik dianggap tidak efektif, dan dapat
menimbulkan efek karsinogenik (penyebab kanker) pada manusia (Ayuningtyas,
2008). Dampak negatif tersebut dapat dihindari melalui strategi pengendalian
yang lebih baik, yaitu dengan melakukan pencegahan sebelum wabah bakteri A. salmonicida menyerang. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan alami, seperti vaksinasi dan probiotik (Verschuere et al,. 2002). Penelitian ini menggunakan probiotik untuk mengetahui respon imun non spesifik
pada ikan mas yang diinfeksi A. salmonicida karena probiotik memiliki beberapa
keuntungan yaitu tidak memiliki risiko menjadi virulen, mudah diproduksi dan
disimpan serta memiliki toleransi lebih baik dibandingkan dengan antibiotik
(Thye, 2005).
Roberts (1989) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis sistem imun yaitu sistem
imun alamiah (innate immunity) yang bersifat non spesifik dan imun adaptif
(adaptive immunity) yang bersifat spesifik. Sistem imun non spesifik diartikan
sebagai lapis pertahanan pertama yang terdiri dari pertahanan mekanik dan
kimiawi serta respon seluler yang mampu memfagosit (makrofag dan kelompok
mampu mengeliminasi berbagai patogen penyerang melalui fagositosis tanpa
suatu aktivasi awal (Ellis, 1997). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
respon imun non spesifik ikan mas yang telah diberi probiotik terhadap infeksi
bakteri Aeromonas salmonicida.
Gambar 1. Kerangka pikir
D. Hipotesis
1. H0 : αi = 0 Tidak ada pengaruh pemberian probiotik terhadap peningkatan
respon imun non spesifik ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang diinfeksi
bakteri Aeromonas salmonicida.
Usaha peningkatan produksi ikan mas
penyakit bakteri
Aeromonas salomonicida
Pemberian probiotik Pemberian antibiotik
Respon imun nonspesifik
Ikan mampu mengeliminasi berbagai patogen
Produksi ikan meningkat
Efek karsinogenik
H1 : αi ≠ 0 Ada pengaruh pemberian probiotik terhadap peningkatan respon
imun non spesifik ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang diinfeksi bakteri
Aeromonas salmonicida.
2. H0 : σi = σj = 0; untuk i≠j Tidak ada pengaruh antar berbagai dosis probiotik
terhadap peningkatan respon imun non spesifik ikan mas (Cyprinus
carpio L.) yang diinfeksi bakteri Aeromonas salmonicida pada selang kepercayaan 95%.
H1 : σi ≠ σj ≠ 0; untuk i≠j Setidaknya ada sepasang dosis probiotik yang
memberikan pengaruh terhadap peningkatan respon imun non spesifik
ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang diinfeksi bakteri Aeromonas salmonicida pada selang kepercayaan 95%.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang pengaruh probiotik terhadap peningkatkan respon imun non spesifik ikan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Ikan Mas
Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) dalam Khairuman dan Gunadi (2008)
adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Sub ordo : Cyprinoidei
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L.
Gambar 2. Morfologi ikan mas
Mata Sirip punggung Sirip ekor
Mulut
Sirip dada
Sirip perut
Ikan mas memiliki tubuh yang agak panjang dan pipih tegak (compressed)
(Khairuman et al., 2008). Mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (Martin, 2008). Terdapat dua pasang sungut pada bagian anterior
mulut (Rochdianto, 2005). Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi
oleh sisik yang berukuran relatif besar dan digolongkan dalam sisik tipe sikloid
(Amri, 2008). Ikan mas juga memiliki sirip punggung (dorsal) yang berukuran
relatif panjang yang berseberangan dengan sirip perut (ventral). Gurat sisi (linea
literalis) terletak di pertengahan tubuh, melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Suseno, 2000). Ikan mas memiliki sirip punggung
berjari-jari keras bertulang dan terletak di muka atau bertepatan dengan sirip perut
(Ariaty, 1991).
Habitat dan Distribusi
Ikan mas hidup di perairan tawar di dataran rendah sampai tinggi. Suhu optimum
untuk ikan mas berkisar antara 26oC hingga 28oC dan pH air antara 6 sampai 8
(Suseno, 2000). Ikan mas memerlukan tingkat kadar oksigen yang tinggi untuk
kelangsungan hidupnya yaitu antara 4 hingga 5 ppm, walaupun ikan ini masih
tahan hidup pada kadar oksigen 1 hingga 2 ppm (Cholik et al., 2005). Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam
dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas
dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 sampai 600 meter di atas
permukaan air laut (dpl) (Amri, 2008). Umumnya hidup di air tawar, walaupun
(Rochdianto, 2005). Penyebaran ikan mas meliputi berbagai negara diantaranya
adalah Cina, Belanda dan Afrika. Di Indonesia, ikan mas terdapat di sungai dan
danau-danau di pulau Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa (Cholik et al., 2005).
B. Aeromonas salmonicida
Secara taksonomi Aeromonas salmonicida termasuk dalam famili Aeromonadaceae (Colwell et al., 1986). Genus Aeromonas berasal dari bahasa Latin dan Yunani yang berarti satuan penghasil gas. Sedangkan spesies
salmonicida berarti pembunuh salmon. Aeromonas salmonicida berbeda dari anggota genus yang lain karena tidak menghasilkan gas (kecuali sub-spesies
masousida) (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Emmerich dan Weibel pada tahun (1894) dalam Putra (2010) pertama kali menemukan Aeromonas salmonicida (sinonim Bacillus salmonicida, Bacterium trutta) pada ikan Trout di Jerman. Aeromonas salmonicida terdiri dari 4 sub spesies, yaitu A. salmonicida, A. achromogenes, A. masoucida, dan A. smithia (Holt et al., 1994; Cipriano dan Bullock, 2001). Strain dari A. salmonicida subspesies salmonicida dapat menimbulkan gejala furunculosis dan dapat menyebabkan septisemia bahkan kematian (McCarthy and Roberts 1980; Cipriano
dan Bullock, 2001). Sedangkan sub spesies yang lain tidak menimbulkan gejala
yang sama, tetapi sering menyebabkan gejala karakteristik yaitu kerusakan pada
infeksi pada ikan-ikan salmonid dengan penyakit yang dikenal dengan
furunkulosis, tapi sejumlah laporan juga menunjukkan adanya insiden infeksi
pada ikan-ikan Cyprinid seperti ikan mas hias dan ikan mas konsumsi (Irianto,
2005).
A. salmonicida merupakan bakteri gram negatif (Austin et al., 2007). Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warnametil ungu pada
metode pewarnaan Gram (Ellis, 1997). A. salmonicida berbentuk batang pendek dengan panjang 1,3-2,0 µm dan lebar 0,8-1,3 µm, non motil atau tidak bergerak,
tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, pertumbuhan optimum pada suhu
22⁰C, memproduksi brown pigmen yang diffusible (untuk strain typical) (DKP, 2011). Koloni bakteri ini berwarna putih, kecil, bulat, dan cembung. Strain typical
dapat menghasilkan pigmen coklat yang akan lebih kelihatan apabila medium
ditambah dengan tyrosine atau phenylalanine (Robert, 1989). Pada media dengan
kandungan asam amino tinggi pigmen coklat akan jelas kelihatan pada umur
kultur 48 jam (McCarthy et al., 1980). Secara biokimia bakteri ini mempunyai sifat-sifat oksidase positif dan memfermentasi glukosa (Septiama et al., 2008). A.
salmonicida adalah bakteri obligat patogen pada ikan yang dapat diisolasi dari ikan yang sakit atau ikan sehat yang carrier. Bakteri ini dapat hidup beberapa minggu di luar hospes, tergantung salinitas, pH, dan temperatur air (Roberts,
1989).
Bakteri ini dapat bertahan hidup dalam air atau sedimen selama beberapa hari atau
beberapa minggu tetapi tidak dapat berbiak dan bersifat obligat (Nitimulyo et al.,
1993). A. salmonicida dapat bertahan dalam air pada periode waktu yang lama. Lamanya waktu tergantung pada kandungan mineral, pH dan temperatur air.
Peningkatan suhu akan meningkatkan virulensinya (Inglis et al., 1993).
Ikan yang terserang bakteri Aeromonas biasanya akan memperlihatkan gejala berupa warna tubuhnya berubah menjadi agak gelap, kulitnya menjadi kasat dan
timbul perdarahan yang selanjutnya akan menjadi borok (hemoragi), kemampuan
berenangnya menurun dan sering ke permukaan air dikarenakan insang rusak
sehingga sulit bernapas, sering terjadi perdarahan pada organ bagian dalam seperti
hati, ginjal maupun limpa, sering pula terlihat perutnya agak kembung (dropsi),
seluruh siripnya rusak dan insang menjadi berwarna keputih-putihan, mata rusak
dan agak menonjol (exopthalmia) (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Gejala klinis atau tanda-tanda utama serangan Aeromonas salmonicida pada ikan
adalah pembentukan ulkus-ulkus yang menyerupai bisul, pendarahan di sirip, sirip
putus/patah, perdarahan pada insang, lendir berdarah pada rectum, dan
pembentukan cairan berdarah (McCarthy dan Robert, 1980). Usus bagian
belakang lengket dan bersatu serta pembengkakan limpa, dan nekrosis pada ginjal.
Banyak jenis ikan air tawar yang dapat terserang penyakit ini (Septiama et al., 2008). Penyakit furunculosis pada ikan yang disebabkan oleh bakteri ini memiliki
ciri-ciri luka yang khas yaitu nekrosis pada otot, pembengkakan di bawah kulit,
dengan luka terbuka berisi nanah, dan jaringan yang rusak di puncak luka tersebut
akan terlihat pembengkakkan pada daerah sub-akut yang biasanya membentuk
cavitasi yaitu ruang berongga. Perubahan lain yang terlihat adanya nekrosis pada ginjal, hati dan otot (Robert, 1989).
C. Sistem Pertahanan Tubuh Ikan
Ikan mengalami kontak langsung dengan lingkungannya, yang mengandung
berbagai mikroba patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa, dan parasit
yang dapat menyebabkan infeksi (Ellis, 1997). Ikan memiliki berbagai respon
pertahanan tubuh yang tersusun dalam suatu sistem pertahanan yang komplek dan
disebut sebagai sistem imun untuk mempertahankan diri terhadap serangan
berbagai patogen (Almendras, 2001; Setyawan, 2006). Berdasarkan sifat
responnya dalam menghadapi agen patogen penyerang, sistem imun terbagi
menjadi sistem pertahanan alamiah (innate immunity) yang bersifat non spesifik
dan pertahanan adaptif (adaptive immunity) yang bersifat spesifik (Almendras,
2001; Setyawan, 2006).
Ellis (1997) menjelaskan bahwa pertahanan non spesifik merupakan lapis
pertahanan pertama yang meliputi pertahanan mekanik dan kimiawi serta respon
seluler yang melibatkan sel-sel yang mampu memfagosit (makrofag dan
kelompok granulosit). Sirkulasi sel darah putih (monosit/makrofag dan granulosit)
dapat membentuk suatu kesatuan jaringan pertahanan yang mampu mengeliminasi
berbagai patogen penyerang melalui fagositosis tanpa suatu aktivasi awal
peningkatan sistem pertahanan non-spesifik diantaranya fagositosis terjadi
akibat adanya lipopolisakarida (LPS) atau peptidoglikan (PG) atau keduanya
yang dilepaskan secara terus menerus oleh bakteri. Sejumlah kecil LPS dan PG
dilepaskan secara terus menerus dan berinteraksi dengan permukaan sel inang,
sehingga mengaktifkan sel makrofag (Bellanti, 1993). Makrofag merupakan
bagian utama dari respon immun bawaan (innate) (Stabler et al., 1994).
Almendras (2001) dalam Setyawan (2006) menjelaskan bahwa yang termasuk imunitas non-spesifik antara lain:
1. Pertahanan fisik, meliputi kulit termasuk sisik bagi ikan bersisik dan lendir.
Lendir dan cairan pencernaan dapat menghasilkan bahan kimia yang bersifat
bakterisidal. Lendir yang dihasilkan oleh sel goblet, mengandung
imunoglobulin (IgM), precipitin, eglutinin alamiah, lysin, lysozime,
C-reactive protein, dan komplemen.
2. Pertahanan terlarut, merupakan cairan tubuh ikan yang mengandung jenis
bahan atau molekul yang dapat berfungsi untuk melisiskan seperti enzim
lysin, lisozim, dan protease; dan yang berfungsi menutupi atau menghambat
pertumbuhan patogen yang masuk ke dalam tubuh seperti transferin,
laktoferin, ceruloplasmin, metallothionin, ceropins, dan marganins.
3. Pertahanan seluler meliputi;
1) Inflamasi, yaitu suatu respon lokal terhadap kerusakan jaringan akibat
adanya infeksi patogen yang ditandai dengan adanya infiltrasi granulosit
dan makrofag, pengeluaran atau pembuangan sel-sel mati, sel asing dan
2) Natural cytotoxic cells, yaitu beberapa populasi sel yang mempunyai toksisitas terhadap sel asing, namun sifatnya tidak terinduksi dan tidak
spesifik.
D. Probiotik
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi oleh inang akan
memberikan pengaruh yang menguntungkan baginya dengan memperbaiki
lingkungan mikrobiota yang ada dalam sistem pencernaan (Fuller 1989).
Probiotik juga dapat diartikan sebagai mikroba hidup atau sporanya yang dapat
hidup atau berkembang dalam usus; dan dapat menguntungkan inangnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dari hasil metabolitnya (Kompiang,
2009). Cara kerja probiotik adalah dengan membantu menurunkan derajat
keasaman dan menghambat pertumbuhan organisme pengganggu dalam sistem
pencernaan (Fuller, 1989). Sementara Klaim (2006) dalam Kompiang (2009) mengungkapkan bahwa probiotik juga ikut berperan dalam meningkatkan
kekebalan tubuh melalui stimulasi sel-sel tertentu di usus.
Mekanisme kerja mikroba probiotik adalah pertama, dapat menghasilkan asam,
sehingga pH menjadi rendah; kedua, beberapa mikroba probiotik dapat
menghasilkan bahan antimikroba (bakteriosin) yang dapat menghambat
pertumbuhan mikrob; ketiga, mikroba probiotik dapat berkembang biak di
dalam saluran pencernaan dan berkompetisi dengan mikroba patogen; keempat,
reseptor yang sama (Lopez, 2000; Harish dan Varghese, 2006). Beberapa
mikroba telah direkomendasikan oleh beberapa peneliti sebagai sumber probiotik
diantaranya Bacillus subtilis, Bacillus lecheniformis, Bacillus toyoi, Saccharomyces cerevisiae, Lactobacillus, dan Streptococcus (Mulder et al. 1997). Lactobacillus diketahui dapat meningkatkan ketahanan inang terhadap infeksi bakteri patogen (Fuller, 1992; Conway dan Wang, 2000).
Probiotik dalam akuakultur diterapkan dalam pakan dan campuran pada media
airnya. Probiotik dicampurkan dengan bahan pakan atau dengan mencampurkan
probiotik ke dalam media air yaitu kolam/tambak (Lopez, 2000; Harish dan
Varghese, 2006). Mekanisme probiotik saat ini masih dalam tahap pengembangan
oleh para peneliti-peneliti. Namun menurut Irianto (2003) ada beberapa
kemungkinan mengenai mekanisme aksi dari probiotik ini yaitu;
1. menekan populasi mikroba melalui kompetisi dengan memproduksi
senyawa-senyawa antimikroba atau melalui kompetisi nutrisi dan tempat
pelekatan di dinding intestinum.
2. merubah metabolisme mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan
aktifitas enzim pengurai seperti (selulose, protease, dan amilase).
3. menstimulasi imunitas melalui peningkatan aktivitas makrofag dan kadar
antibody organisme akuatik.
Sejumlah produk probiotik telah dikembangkan bahkan sudah dijual komersial.
Pada ikan, probiotik ditujukan untuk meningkatkan imunitas ikan terhadap
penyakit infeksi sehingga survivalitas meningkat dan produktivitas tinggi
akan menekan penggunaan antibiotik yang saat ini beberapa diantaranya menjadi
kepedulian masyarakat akan keamanan pangan dan lingkungan.
Ali et al (2010) mencatat bahwa pemberian probiotik 2g/kg dapat meningkatkan
pertumbuhan dan jumlah leukosit sebagai imunitas benih ikan nila. Xuxia et al (2010) juga mengindikasikan bahwa probiotik Lactococcus lactis RQ516 memberikan manfaat untuk tilapia dalam meningkatkan berat akhir dan
meningkatkan respon imun. Hasil penelitian Ali (2000) menyimpulkan bahwa
pemberian probiotik bacterial mixture (Add-B) pada ikan rainbow menghasilkan
tingkat kelulushidupan lebih tinggi dibanding dengan kontrol yang diinjeksi
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di
Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah tabung reaksi, cawan petri,
tabung eppendorf, kaca preparat dan kaca penutupnya, haemocytometer, pipet hisap, mikroskop, kaca obyek, sentrifuge, batang spreader, corong, erlenmeyer, lampu bunsen, autoclave, jarum suntik (spuit) ukuran 0,5” 23G, hot plate stirrer, akuarium ukuran 50 x 40 x 40 cm, perlengkapan aerasi, scoopnet, thermometer, pH meter, DO meter, tabung pengambilan sampel air, mikropipet, colony counter,
pompa air, pipa paralon, dan blower (Lampiran 7).
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah isolat bakteri A. salmonicida yang sudah tersedia di laboratorium Program Studi Budidaya Perairan Universitas
Lampung, ikan mas (Cyprinus carpio L.) ukuran 7 cm sampai 8 cm, probiotik
Bacillus sp. dari produk komersil, pakan pelet, minyak cengkeh, larutan EDTA 10%, etanol, methanol, larutan asam asetat 10%, giemsa, aquades dan larutan turk
C. Metode Penelitian
Penelitian dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdiri dari 4
perlakuan, yaitu dosis probiotik 0 ml/kg pakan, 2 ml/kg pakan, 3 ml/kg pakan, dan
dosis probiotik 4 ml/kg pakan. Tiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan
dengan asumsi ukuran dan kondisi ikan serta konsentrasi bakteri A. salmonicida pada tiap unit percobaan pada masing-masing metode uji homogen.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan 1.1 Sterilisasi Peralatan
Sterilisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk membebaskan peralatan dari
mikroorganisme kontaminan. Peralatan yang akan digunakan dimasukkan ke
dalam autoclave, yang sebelumnya alat-alat tersebut dibungkus dengan plastik tahan panas yang bertujuan untuk mencegah alat-alat tersebut terkena air.
Sterilisasi dimulai pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 15 sampai 20 menit
(Febriani, 2010).
1.2 Persiapan Wadah dan Ikan Uji
Wadah yang akan digunakan berupa akuarium berukuran 50 x 40 x 40 cm3
digunakan, akuarium terlebih dahulu dibersihkan kemudian diisi air yang telah
diendapkan selama 24 jam sampai ketinggian 25 cm dan diberi peralatan aerasi.
Ikan uji yang digunakan adalah ikan mas berukuran panjang 8 cm sampai 10 cm
dan berat kurang lebih 100 gram. Sebelum pemberian probiotik, terlebih dahulu
dilakukan adaptasi untuk ikan uji selama satu minggu. Pemberian probiotik
dilakukan dengan cara mencampurkannya dengan pelet. Probiotik diberikan
selama penelitian.
1.3 Uji LD50
Uji LD50 dilakukan untuk mengetahui tingkat patogenitas bakteri A. salmonicida terhadap ikan mas. Hasil yang didapatkan akan digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan uji tantang. Pada uji LD50 ikan mas diinjeksi dengan bakteri A. salmonicida pada konsentrasi yang berbeda yaitu 104, 105, 106, 107, dan 108 cfu/ml/ekor ikan. Terdapat 10 ikan dalam setiap perlakuan. Konsentrasi tiap
perlakuan yang akan digunakan dengan teknik pengenceran berseri (lampiran 1).
Penyuntikan dilakukan secara intramuskular sebanyak 0,1 ml/ikan. Pengamatan
dilakukan selama 7 hari dengan menghitung tingkat kelulusan hidup ikan. LD50
dapat dihitung dengan:
Selang proporsi =
Log negatif LD50 = log negatif konsentrasi di atas 50% + selang proporsi
2. Tahap Pelaksanaan 2.1 Pemberian Probiotik
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
dan 3 ulangan. Dosis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
A: Dosis probiotik 0 ml/kg pakan (kontrol)
B: Dosis probiotik 2 ml/kg pakan
C: Dosis probiotik 3 ml/kg pakan
D: Dosis probiotik 4 ml/kg pakan
Setelah probiotik dicampurkan dalam pakan lalu dikering-anginkan selama 2 jam
(Lampiran 9).
Pakan bercampur probiotik diberikan pada ikan mas setiap hari selama 22 hari
pemeliharaan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari. Pakan
yang diberikan sesuai perlakuan pada masing-masing akuarium dengan jumlah
FR 4 % (Ringkasan SNI,1999).
2.2 Uji Tantang
Uji tantang dilakukan pada hari ke 15 pemberian pakan dengan probiotik dengan
menggunakan metode suntik dengan cara intramuskular. Sebelum dilakukan
penyuntikan bakteri A. salmonicida terhadap ikan mas, terlebih dahulu dilakukan
pembiusan dengan menggunakan minyak cengkeh dengan dosis 0,05 ppt
(Lampiran 2). Bakteri yang digunakan adalah Aeromonas salmonicida dengan konsentrasi kepadatan berdasarkan dosis LD-50 sebanyak 0,1 ml/ekor pada setiap
3. Tahap Pengamatan 3.1 Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah ikan dilakukan dengan menghitung total leukosit dan
persentase diferensial leukosit yaitu neutrofil, monosit dan limfosit. Pengambilan
darah dilakukan melalui vena caudalis yang berada di pangkal ekor ikan menggunakan spuit 1 cc. Sebelumnya, jarum suntik dan tabung eppendorf dibilas
dengan larutan EDTA 10% untuk mencegah pembekuan darah. Kemudian darah
disimpan dalam tabung eppendorf tersebut (Lampiran 3). Pengambilan sampel darah ikan dilakukan pada hari ke-0 (sebelum pemberian probiotik), hari ke-14,
dan hari ke-22.
1) Perhitungan total leukosit menurut Blaxhall dan Daisley (1973) dalam Zainun
(2007) adalah:
1. Bilik hitung haemocytometer dan kaca penutupnya dibersihkan dengan etanol, kemudian kaca penutup dipasang pada haemocytometer.
2. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5 dilanjutkan dengan
menghisap larutan turk sampai skala 11 (pengenceran 1:20), kemudian
digoyangkan selama 3 menit agar bercampur homogen.
3. Empat tetesan pertama dibuang, tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam
haemocytometer dengan meletakkan ujung pipet pada bilik hitung tepat batas kaca penutup dan dibiarkan selama 3 menit agar leukosit mengendap
dalam bilik hitung.
4. Bilik hitung tersebut diletakkan di bawah mikroskop menggunakan
pembesaran lemah.
5. Penghitungan dilakukan pada 4 kotak besar haemocytometer (Lampiran 10).
2) Perhitungan diferensial leukosit (neutrofil, monosit, dan limfosit) sebagai
berikut:
Pembuatan sediaan apus darah
1. Kaca obyek dibersihkan dengan etanol. Kemudian diletakkan setetes
darah ikan uji kira-kira 1 cm dari ujung sebelah kiri kaca obyek.
2. Sisi kiri kaca obyek dipegang dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri.
Kaca pemulas dipegang dengan tangan kanan dan diletakkan di depan
tetesan darah membentuk sudut kira-kira 30o dari kaca obyek membuka
ke kanan.
3. Kaca pemulas disentuhkan pada tetesan darah kemudian digeser ke arah
kanan sehingga darah tersebut akan menyebar sepanjang sisi kaca
pemulas.
4. Sudut antara kedua kaca obyek harus dijaga agar tetap 30o kemudian
kaca pemulas tersebut didorong dengan mantap dan cepat sepanjang kaca
obyek, selanjutnya dikeringanginkan. Setelah kering siap diwarnai
(Lampiran 11).
Cara pewarnaan giemsa
1. Sediaan apus darah diletakkan di baki dengan sediaan apus di sebelah
atas.
2. Sediaan tersebut digenangi dengan methanol secukupnya selama 5-10
menit, kemudian kelebihan methanol yang terdapat pada sediaan
dibuang, selanjutnya digenangi dengan giemsa selama 25 menit.
Cara pemeriksaan
1. Minyak imersi diteteskan pada bagian sediaan yang eritrositnya tidak
saling menumpuk, diamati dengan pembesaran kuat (obyektif 100x).
2. Macam-macam bentuk leukosit dihitung sepanjang sediaan apus darah.
Perhitungan dihentikan bila jumlahnya telah mencapai 100 sel leukosit.
Hasilnya dihitung dalam persen (%).
3.2 Kualitas air
Parameter kualitas air yang diamati adalah suhu, pH, DO yang diukur setiap hari
pada pagi dan sore hari. Pengukuran suhu, pH, dan DO menggunakan alat ukur
kualitas air. Kualitas air dijaga dengan melakukan penyiponan setiap pagi dan
dilakukan pergantian air setiap hari sebanyak 10% sampai 20% dari volume air
(Pratama, 2010).
3.3 Perhitungan Relative Percent Survival (RPS) Ikan Mas
Pengamatan jumlah kematian ikan dari masing-masing perlakuan dilakukan
setiap hari dimulai dari uji tantang hingga akhir perlakuan. Kemudian dihitung
kelangsungan hidup relatif dengan rumus sebagai berikut:
[ ]
Keterangan : RPS = Relative Percent Survival
V = Mortalitas ikan yang diberi perlakuan
K = Mortalitas ikan kontrol
E. Analisis Data
Data hasil pengamatan total leukosit dan diferensial leukosit yang didapatkan dari
hasil penelitian ini (Lampiran 5) dianalisis dengan analisis sidik ragam ANOVA
menggunakan SPSS 19 (Lampiran 6). Apabila data yang dihasilkan berbeda nyata
kemudian dilanjutkan dengan uji duncan pada taraf 5% (Mattjik dan Sumertajaya,
2002). Dengan asumsi bahwa ukuran dan kondisi ikan serta konsentrasi bakteri A.
”Senyuman kepada saudaramu adalah sedekah”
(Muhammad SAW)
”
Setiap banyak pasti memilih, setiap memilih pasti ada yang
terbuang, namun tak selamanya yang terpilih itu bahagia dan
tak selamannya yang terbuang itu sakit”
(B.J. Habibie)
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa Syukur Kepada Allah SWT, kupersembahkan karya sederhana
ini kepada :
Mama, Papa, Ayuk serta Adik-adikku tercinta yang tak pernah
henti-hentinya memberikan semangat, bimbingan, serta doa yang senantiasa
mengiringi setiap langkahku untuk kebahagian dan kesuksesanku.
Teman-teman seperjuangan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gisting pada 20 Agustus 1989, anak
kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Martoyo
dan Ibu Uliah.
Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK
Aisyah tahun 1994-1995. Pendidikan dasar di SD
Muhammadiyah Gisting tahun 1995-2001. Pendidikan tingkat pertama di SLTP
Negeri 1 Gisting tahun 2001-2004. Pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1
Talangpadang 2004-2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di Universitas
Lampung Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Perairan melalui jalur
PKAB.
Selama mengikuti perkuliahaan, penulis pernah menjadi asisten dosen Manajemen
Kualitas Air (MKA) tahun ajaran 2009/2010 dan Manajemen Kesehatan Ikan
(MKI) tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga pernah melakukan praktek umum di
Dunia Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur dengan komoditas
ikan blackghost (Afteronotus albifrons) pada tahun 2010.
Penulis pernah mengikuti organisasi tingkat universitas sebagai staf
kesekretariatan DPM Universitas Lampung 2007/2008 dan staf ahli departemen
luar negeri BEM Universitas Lampung 2008/2009. Selain itu penulis juga
Lampung (HIDRILA) sebagai sekretaris bidang penelitian dan pengembangan
pada tahun 2008-2009.
Pada tahun 2012, penulis menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi
yang berjudul ”Pengaruh Perbedaan Dosis Probiotik terhadap Respon Imun
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Perbedaan
Dosis Probiotik terhadap Respon Imun Non Spesifik Ikan Mas (Cyprinus carpio
L.) dengan Uji Tantang Bakteri Aeromonas salmonicida”. Tak lupa pula shalawat
serta salam selalu tercurahkan bagi junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Selama pelaksanaan penelitian hingga penyelesaian skripsi ini banyak pihak-pihak
yang sangat membantu baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Mama, Papa, Ayuk, dan Adik-adikku tercinta, yang telah memberikan
semangat, dukungan, kasih sayang dan doa selama penulisan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perairan
Universitas Lampung.
4. Wardiyanto S.Pi. M.P., sebagai Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini dan sebagai
Kepala Laboratorium yang telah mengizinkan penggunaan alat-alat dan
5. Esti Harpeni S.T., MAppSc., sebagai Pembimbing Pembantu yang telah
memberikan gagasan, saran, dukungan moril dalam penulisan skripsi ini.
6. Indra Gumay Yudha S.Pi., M.Si. dan Agus Setyawan S.Pi, M.P. selaku
pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan
nasehat selama kuliah maupun dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Mas Bambang, yang telah banyak membantu dalam pengadaan surat-surat
yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian dan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabatku, Yeni Elisdiana, Humeira P. Sofia, Septiarini, Septa
Indarti, Revy Maharani, Dewi Sartika, Tutut Yuniarsih dan Niken Puspita
Dewi yang telah memberikan semangat serta dukungan saat perkuliahan
hingga penulisan skripsi ini. Kak Agung, Kang Hasyim dan Kak Zuki serta
anak-anak sekret yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
penelitian.
9. Teman-teman angkatan 2007, kakak dan adik tingkat yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT membalas
segala kebaikan pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.
Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Bandar Lampung, Januari 2012 Penulis
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Probiotik memiliki pengaruh terhadap peningkatan respon imun non spesifik
ikan mas (Cyprinus carpio L.) yang diinfeksi bakteri A. salmonicida yang ditandai dengan peningkatan jumlah leukosit (neutrofil dan monosit).
2. Dosis probiotik yang terbaik terhadap peningkatan respon imun non spesifik
ikan mas dalam penelitian ini adalah 4 ml/kg pakan.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengamatan secara histopatologi agar