• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYEBUTKAN CONTOH DAN MENGEMUKAKAN KESIMPULAN SERTA HIPOTESIS PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYEBUTKAN CONTOH DAN MENGEMUKAKAN KESIMPULAN SERTA HIPOTESIS PADA MATERI HIDROLISIS GARAM"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYEBUTKAN

CONTOH DAN MENGEMUKAKAN KESIMPULAN SERTA HIPOTESIS PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Skripsi

Oleh

IRMA YUNITASARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYEBUTKAN

CONTOH DAN MENGEMUKAKAN KESIMPULAN SERTA HIPOTESIS PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Oleh

Irma Yunitasari

Penelitian ini bertujuan menentukan efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan menyebutkan contoh dan mengemukakan kesimpulan serta hipotesis pada materi pokok hidrolisis garam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011-2012. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4 sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non-equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing diukur berdasarkan peningkatan n-Gain yang signifikan. Penelitian ini juga menggunakan analisis data secara statistik dengan uji t’ (uji perbedaan dua rata-rata).

(3)

Irma Yunitasari

-0,04; dan rata-rata n-Gain keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah 0,29 dan -0,26.

Berdasarkan uji perbedaan dua rata-rata, diketahui bahwa siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki keterampilan menyebutkan contoh dan mengemukakan kesimpulan serta hipotesis yang lebih tinggi dibanding-kan siswa di kelas yang diterapdibanding-kan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjuk-kan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing efektif meningkatmenunjuk-kan keterampilan siswa dalam menyebutkan contoh dan mengemukakan kesimpulan serta hipotesis.

(4)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYEBUTKAN

CONTOH DAN MENGEMUKAKAN KESIMPULAN SERTA HIPOTESIS PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Oleh

IRMA YUNITASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENYEBUTKAN CONTOH DAN MENGEMUKAKAN KESIMPULAN SERTA

HIPOTESIS PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

Nama Mahasiswa : Irma Yunitasari Nomor Pokok Mahasiswa : 0813023007 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Dr. Noor Fadiawati, M.Si.

NIP 196507171990032001 NIP 196608241991112001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ______________

Sekretaris : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(7)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Irma Yunitasari

NPM : 0813023007

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, 10 November 2012

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Wonodadi, Gadingrejo pada tanggal 4 Juni 1990, sebagai anak keenam dari enam bersaudara, dari Bapak Sukriyadi dan Ibu Siti Nurhidah.

Penulis mengawali pendidikan di TK Pertiwi Gadingrejo pada tahun 1995 selama 1 tahun. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Gadingrejo, Pringsewu pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 1Gadingrejo, Pringsewu diselesaikan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Gadingrejo, Pringsewu diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP Unila melalui jalur PKAB (Penelusuran

(9)

i

PERSEMBAHAN

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

semogga Allah SWT limpahkan kepada Rasululllah Muhammad SAW beserta keluarganya

dan seluruh hamba Allah yang gigih memperjuangkan risalah-Nya.

Dengan rasa syukur dan kerendahan hati, kupersembahkan tulisan ini untuk:

Bapak dan Ibu ku Tercinta . . .

Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang begitu tulus dan hangat menghiasi hari-hariku.

Terimakasih atas semua pengorbanan mu. Semangat, nasihat, dan ilmu kalian telah

memberikanku kekuatan hingga dapat kubangun cinta dan citaku..

Semoga Allah SWT memberikanku kesempatan dan kemampuan untuk berbakti kepada

Bapak dan Ibu dengan sebaik-baiknya. Amin.

Teteh-teteh dan Akang ku, beserta keluargaku tercinta . . .

Semangat dan pengorbanan kalian adalah motivasi terbesar bagiku. Terimakasih...

Sahabat-sahabatku tercinta . . .

Semoga persahabatn ini tidak akan lekang oleh jarak dan waktu. “Ukhuwah sampai Jannah”

(10)

MOTTO

“Jadilah orang yang bermanfaat untuk orang lain”

“Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan apa

yang diinginkan”

(11)

ii SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan ridho-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Menyebutkan Contoh dan Mengemukakan Kesimpulan Serta Hipotesis pada Materi Hidrolisis Garam. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umatnya yang

senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan sebagai Pembimbing II atas kesediaan dan kesabarannya memberikan bim-bingan, saran, dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi ini.

(12)

iii saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi Pendidikan Kimia Unila atas bantuan dan curahan ilmunya.

7. Bapak Dra. Hermin Budiarsi, M.Pd. sebagai Kepala SMAN 1 Gadingrejo yang telah memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Itin Setyaningsih, S.Pd., sebagai guru mitra atas bantuan dan kerjasamanya. 9. Teristimewa untuk Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta.

10. Teman-teman seperjuangan P. Kimia ‘08 terkhusus kepada Dena, Nna, Susi, Indah, Ti2n, Lastry, Vera, Anggun, Dita, Agita, Ulivin, Yuri, Eti, Pi2t, Lia, Anggi, Febri, Esti, Ika, Ena, Dela, Khususiyah, Qiqi, Devina, Sinta, Elsa, Reli, Ria, Dicky, Obed, Andrian, Je, Mahfudz, Usep, Tohir, Toro, Alan, dan Ari. Semoga persahabatan ini selalu terjalin.

11. Saudara-saudariku tercinta di FPPI 2010/2011 dan BIROHMAH 2011/2012, terima kasih atas motivasi dan perhatian kalian semua.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya diharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,

(13)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. ... Latar Belakang ... 1

B. ... Rum usan Masalah ... 6

C. ... Tujua n Penelitian ... 6

D. ... Manf aat Penelitian ... 7

E. ... Ruan g Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme .. ... 9

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 10

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 16

D. Kerangka Berpikir ... 22

E. Anggapan Dasar ... 24

(14)

vi

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 25

C. Data Penelitian ... 26

D. Desain Penelitian ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 27

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus kelas eksperimen ... 52

2. RPP Kelas Eksperimen ... 60

3. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 79

4. Soal Pretest ... 108

5. Soal Posttest ... 109

6. Kisi-Kisi dan Rubrik Soal Pretest ... 111

(15)

vii

... 127

9. Data nilai pretest, posttest, dan n-Gain keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis ... 128

10. Perhitungan Data Hasil penelitian ... 129

11. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 154

12. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 159

13. Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 165

(16)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 32

(17)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tahap Pembelajaran Inkuiri terbimbing……….…… 15

2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis ...……… 19

3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis ... 20

4. Desain penelitian ….……….... 26

5. Data rerata nilai pretes, postes, dan n-Gain pada keterampilan berpikir kritis …... 38

6. Data skor pretest, posttest, dan n-Gain keterampilan menyebutkan contoh siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol ...……...……...……... 127

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mem-punyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berda-sarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan kompo-sisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran (BNSP, 2006).

(19)

2

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai keberhasilan tujuan pembe-lajaran kimia tersebut adalah dengan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keteram-pilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui sete-lah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasar-an. Hal ini merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai ke-mungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.

Pada observasi yang telah dilakukan sebelumnya, pada pembelajaran kimia di SMAN 1 Gadingrejo, siswa belum pernah dilatihkan untuk berpikir kritis. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dengan menggunakan media power point, yang langsung memberikan hukum-hukum, konsep, dan teori tanpa mem-berikan bagaimana konsep, hukum dan teori tersebut ditemukan. Selain itu, guru juga mengajar dengan cara memberikan tugas, PR, meringkas, dan jarang sekali melakukan praktikum.

(20)

3

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa harus menguasai standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikannya dan standar kompetensi ini dijabarkan dalam bentuk kompetensi dasar. Salah satu standar kompetensi yang harus dicapai siswa kelas XI semester genap adalah memahami sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya dengan kompetensi dasar menentukan jenis garam yang mengala-mi hidrolisis dalam air dan mengukur serta menghitung pH larutan garam tersebut.

Materi pembelajaran kimia yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompeten-si dasar di atas adalah materi hidrolikompeten-sis garam. Pada materi hidrolikompeten-sis garam, kompeten-siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena hidrolisis garam dalam kehidupan sehari –hari dan diajak untuk melakukan praktikum. Contohnya pada materi sifat-sifat

larutan garam, melalui praktikum, siswa bisa mendapatkan pengalaman langsung dalam mempelajari materi tersebut yakni mengetahui secara langsung sifat-sifat larutan garam. Dengan demikian pembelajaran materi hidrolisis garam dapat me-nunjukkan keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, diperlukan adanya model pembelajaran maupun media pendukung yang menarik untuk membantu menjelaskan konsep hidrolisis garam agar siswa lebih dapat menguasai konsep tersebut. Selain itu, siswa juga tidak boleh lagi dianggap sebagai objek pembela-jaran semata, tetapi harus diberikan peran aktif serta dijadikan mitra dalam proses pembelajaran sehingga siswa bertindak sebagai agen pembelajar yang aktif

sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif.

(21)

4

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Materi hidro-lisis garam juga sesuai diterapkan untuk pembelajaran kimia dengan model inkuiri terbimbing. Hal ini dilihat dari waktu pembelajaran materi yang cukup singkat, sesuai dengan model inkuiri terbimbing yang tidak membutuhkan banyak waktu.

Model inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang berupaya mena-namkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembe-lajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang bela-jar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Model inkuiri terbimbing yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa model inkuiri terbimbing membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa model inkuiri tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.

(22)

5

kecakapan individu, dan memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri (Roes-tiyah, 1998).

Menurut Gulo (Trianto, 2010), pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk diselesaikan oleh siswa. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa me-ngumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dan menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Salah satu penelitian yang menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah Siti (2010) melakukan penelitian pada siswa kelas XI salah satu SMA Negeri di Bandung dengan judul pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa melalui praktikum berbasis inkuiri dalam materi hidrolisis garam. Hasil penelitian menun-jukkan bahwa praktikum hidrolisis garam berbasis inkuiri terbimbing dapat me-ngembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

(23)

6

penelitian ini dengan judul “Efektifitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

dalam Meningkatkan Keterampilan Menyebutkan Contoh dan Mengemukakan Kesimpulan serta Hipotesis pada Materi Hidrolisis Garam”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan kete-rampilan menyebutkan contoh dan mengemukakan kesimpulan serta hipo-tesis pada materi pokok hidrolisis garam ?

2. Bagaimana karakteristik pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mening-katkan keterampilan menyebutkan contoh dan mengemukakan kesimpulan serta hipotesis pada materi pokok hidrolisis garam ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam meningkat-kan keterampilan menyebutmeningkat-kan contoh dan mengemukameningkat-kan kesimpulan serta hipotesis pada materi pokok hidrolisis garam.

(24)

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu : 1. Siswa

Dengan diterapkannya model inkuiri terbimbing dalam kegiatan belajar mengajar maka siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah khususnya materi hidrolisis garam.

2. Guru

Guru dapat memperoleh wawasan dalam pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing.

3. Sekolah

Penerapan model inkuiri terbimbing dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penelitian yang berbeda-beda terhadap istilah yang digunakan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengan N-gain yang signifikan.

(25)

8

membimbing siswa untuk menemukan konsep (metode ceramah), guru mela-kukan tanya jawab dengan siswa, lalu guru memberi latihan. Praktikum dilakukan pada submateri-submateri tertentu dan praktikum hanya untuk membuktikan konsep.

3. Pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan pada penelitian ini adalah pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Trianto (2010), yaitu.pembelajaran penemuan dengan langkah-langkah yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan, mengajukan dugaan atau jawaban sementara, pengumpulan data, analisis data, pengujian hipotesis, dan penyimpulan.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengeta-huan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Trianto, 2009).

Menurut Von Glaserfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-tukan pengetahuannya.

(27)

10

ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada siswa, pemindahan itu harus diinterpre-tasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2007).

Menurut Paul Suparno (1997), prinsip-prinsip konstruktivisme antara lain: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan da-lam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum mene-kankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.

Teori konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh langsung oleh siswa berdasarkan pengalaman dan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam proses pembelajarannya lebih ditekankan pada model belajar kolaboratif. Dengan kata lain siswa belajar dalam kelompok tidak seperti pada pembelajaran konvensional, bahwa siswa belajar secara individu. Hal ini didasarkan pada pemi-kiran bahwa seorang siswa tidak hanya belajar dari dirinya sendiri, melainkan juga belajar dari yang lain. Dengan demikian, model pembelajaran yang perlu dikem-bangkan adalah model pembelajaran yang terpusat pada masalah dan model bela-jar kolaboratif. Salah satu model belabela-jar kolaboratif adalah inkuiri (Ermawati, 2009).

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(28)

11

mengetahui apa yang sudah diketahui; merencanakan penyelidikan, mengkaji ulang apa yang sudah diketahui dari hasil eksperimen; menggunakan alat untuk mengum-pulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data; mengajukan jawaban, penjelasan, dan mengkomunikasikan hasil. Inkuiri memerlukan identifi-kasi dari asumsi, penggunaan berpikir kritis dan logis, serta mempertimbangkan penjelasan alternatif (Sanjaya, 2009)

Ada tiga tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk keterlibatannya dan intensitas keterlibatan siswa, yaitu:

1. Inkuiri tingkat pertama (inkuiri terbimbing)

Inkuiri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri di mana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemu-kan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Inkuiri tipe ini, tergolong kategori inkuiri terbimbing (guided inquiry) menurut kriteria Bonnstetter, (2000); Marten-Hansen, (2002), dan Oliver-Hoyo, et al (2004). Sedangkan Orlich, et al (1998) menyebutnya sebagai pembelajaran penemuan (discovery learning) karena siswa dibimbing secara hati-hati untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapkan kepadanya.

(29)

12

Orlich, et al (1998) menyatakan ada beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga membuat inferensi atau generalisasi

b. Sasarannya adalah mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai

c. Guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas

d. Tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas

e. Kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran f. Biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa g. Guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil

genera-lisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa dalam kelas.

2. Inkuiri bebas

Inkuiri tingkat kedua dan ketiga menurut Callahan et al, (1992) dan Bonnstetter, (2000) dapat dikategorikan sebagai inkuiri bebas (unguided Inquiry) menurut definisi Orlich, et al (1998). Dalam inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk dapat mengidentifikasi masalah dan merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang cara untuk menguji gagasan tersebut. Untuk itu siswa diberi motivasi untuk melatih keterampilan berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis argumen dan data, membangun dan mensintesis ide-ide baru, memanfaatkan ide-ide awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data. Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih

menyerupai kegiatan penelitian seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli.

(30)

13

a. Siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan observasi khusus untuk membuat inferensi

b. Sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai

c. Guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi inisiasi

d. Dari materi yang tersedia siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa bimbingan guru

e. Ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas dapat berfungsi sebagai laboratorium

f. Kebermaknaan didapatkan oleh siswa melalui observasi dan inferensi serta melalui interaksi dengan siswa lain

g. Guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa

h. Guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi yang dibuat sehingga dapat bermanfaat bagi semua siswa dalam kelas. Dari kedua jenis inkuiri tersebut, model pembelajaran inkuiri terbimbing merupa-kan model pembelajaran yang paling selaras dengan pembelajaran konstruktivisme. Inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah (Ibrahim, 2000).

Gulo dalam Trianto (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

2. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

(31)

14

3. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.

4. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya. 5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah mengajukan pertanyaan atau permasalahan. Siswa diberikan masalah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Setelah siswa mengembang-kan hipotesis, langkah selanjutnya siswa mengumpulmengembang-kan data-data dengan melaku-kan percobaan dan telaah literatur. Selanjutnya, siswa menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

(32)

15

Tabel 1. Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1. Mengajukan perta-masalah dan siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing. 2. Membuat hipotesis Guru memberikan

ke-sempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam

3. Mengumpulkan data Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau

4. Menganalisis data Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil

Menurut Roestiyah (1998), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3. M

endorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

(33)

16

7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:

1. G

uru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu siswa menemukan konsep.

2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Guru harus lebih banyak mengaitkan meteri pembelajaran dengan kehidupan sehari- hari yang sering dijumpai siswa sehingga siswa lebih mudah mnemukan konsep pembelaja-ran itu sendiri. Guru juga dituntut untuk tidak monoton dalam proses pembela-jaran sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada diri siswa.

C. Keterampilan Berpikir Kritis

(34)

17

bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu penga-laman yang kreatif Presseisen dalam Costa (1985).

Berpikir membuat seseorang dapat mengolah informasi yang diterima dan mengembangkannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir juga merupakan kemampuan jiwa taraf tinggi yang dapat dicapai dan dimiliki oleh manusia. Adanya kemampuan berpikir pada manusia merupakan pembeda yang khas antara manusia dengan binatang. Melalui berpi-kir, manusia dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dan selalu berkembang dalam peradaban dan kebudayaan.

Kemampuan berpikir menitikberatkan pada penalaran sebagai fokus utama dalam aspek kognitif. Costa dalam Liliasari (2007) membagi keterampilan berpikir menjadi dua, yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kom-pleks atau tingkat tinggi. Berpikir komkom-pleks atau tingkat tinggi dapat dikategori-kan menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, pembuatan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Diantara proses berpikir tingkat tinggi, salah satu yang digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA adalah berpikir kritis.

(35)

18

membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria. Berpikir kritis berbeda dengan berpikir biasa. Berpikir biasa tidak mempunyai standar dan sederhana, sedangkan berpikir kritis lebih komplek dan berdasarkan standar objektif, kegunaan atau kemantapan.

Presseisen dalam Costa (1985) mengatakan bahwa,

”Berpikir kritis diartikan sebagai keterampilan berpikir yang menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan”

Menurut kamus Webster’s dalam Amri (2010) menyatakan, “Kritis” (critical) adalah “Menerapkan atau mempraktikan penilaian yang teliti dan obyektif”

sehingga “berpikir kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan

(36)

19

Seorang siswa tidak akan dapat mengembangkan berpikir kritis dengan baik, tanpa ditantang untuk berlatih menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi yang dipelajarinya. Berpikir kritis dalam ilmu kimia tidak dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi mengintegrasikan dan mengaplikasikan konsep − konsep yang telah dimiliki. Terdapat enam

komponen/unsur dari berpikir kritis menurut Ennis (1989) yang disingkat menjadi FRISCO, seperti yang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau permasalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan

4 Situation Ketika proses berpikir terjadi, hal tersebut dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial).

5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan

6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.

(37)

20

keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary cla-rification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (inter-ference), membuat penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi

dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas indikator tersebut adalah: 1. Memfokuskan pertanyaan.

2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan. 4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber.

5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10.Mengidentifikasi asumsi.

11.Memutuskan suatu tindakan. 12.Berinteraksi dengan orang lain

Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 c. Menjaga kondisi berpikir

Menganalisis

kalimat bukan bukan pertanyaan d. Mengidentifikasi dan menangani

ketidaktepatan

e. Melihat struktur dari suatu argumen

f. Membuat ringkasan

Bertanya dan menjawab pertanyaan

a. Menyebutkan contoh b. Memberikan penjelasan

sederhana ( Mengapa? Apa ide utamamu? Apa yang anda maksud..? Apa

(38)

21

f. Mempertimbangkan resiko untuk reputasi

g. Kemampuan untuk memberikan alasan

h. Kebiasaan berhati-hati.

Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi

a. Melibatkan sedikit dugaan b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan.

c. Melaporkan hasil observasi d. Merekam hasil observasi e. Menggunakan bukti-bukti yang

benar

f. Menggunakan akses yang baik g. Menggunakan teknologi

a. Mengemukakan hal yang umum b. Mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis

Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan sesuai latar belakang fakta-fakta

b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat

c. Menerapkan konsep yang dapat diterima

(39)

22

suatu definisi contoh, bukan contoh) b. Strategi membuat definisi c. Membuat isi definisi. Mengidentifikasi

asumsi-asumsi

a. Penjelasan bukan pernyataan b. Mengkonstruksi argumen b. Memilih kriteria untuk

mempertimbangkan solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif d. Menentukan tindakan sementara e. Mengulang kembali

f. Mengamati penerapannya

Berinteraksi denganorang lain

a. Menggunakan argumen b. Menggunakan strategi logika c. Menggunakan strategi retorika d. Menunjukkan posisi, orasi, atau

tulisan

Pada penelitian ini, indikator yang dikembangkan adalah :

1. Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sub indikator menyebutkan contoh.

2. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dengan sub indikator mengemukakan kesimpulan dan hipotesis.

D. Kerangka Berpikir

Materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang

(40)

23

materi hidrolisis garam akan lebih mendalam dan siswa dapat menerapkan pengetahuannya.

Langkah awal pembelajaran inkuiri terbimbing ialah mengajukan pertanyaan/ permasalahan, siswa diberikan masalah yang berkaitan erat dengan fenomena sehari− hari, kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masa

-lah tersebut dengan bimbingan guru. Sete-lah masa-lah diungkapkan, siswa mengembangkan dalam bentuk hipotesis sesuai dengan pengetahuan mereka sendiri yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data dari hasil pengumpulan data. Terakhir siswa menarik kesim-pulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

(41)

24

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa kelas XI IPA SMAN 1 Gadingrejo semester genap tahun pelajaran 2011-2012 yang menjadi populasi penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan

menyebutkan contoh dan mengemukakan hipotesis serta kesimpulan pada materi hidrolisis garam siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011-2012 diabaikan.

F. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

Pembelajaran model inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan

(42)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar dalam empat kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dengan pertim-bangan kemampuan kognitif siswa yang sama, maka dipilihlah XI IPA3 dan XI IPA4 sebagai sampel penelitian. Selanjutnya diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, dan IPA 4 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelaja inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional.

(43)

26

C.Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif dan data sekunder yang bersifat kualitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah

pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Data kualitatif berupa karakteristik kinerja guru dan aktivitas belajar siswa. Sumber data kuantitatif dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen 2. Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol

D. Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah quasi eksperimen. Disain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design yaitu desain kuasi eksperimen dengan melihat perbedaan pretest maupun posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol (Purwanto, 2007), yang ditunjukkan oleh Tabel. 3

Tabel 3.Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 - O2

(44)

27

X1: Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretest O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi posttest

Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut posttest.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan

standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. LKS kimia berbasis inkuiri terbimbing dan LKS kimia yang digunakan di sekolah tempat penelitian dengan materi hidrolisis garam, yang berjumlah tiga LKS yaitu LKS 1 berisi sub materi sifat larutan garam, LKS 2 berisi sub materi konsep hidrolisis, dan LKS 3 berisi sub materi pH larutan garam terhidrolisis.

(45)

28

penelitian ini adalah materi sebelumnya yaitu larutan penyangga yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Sedangkan soal posttest adalah materi hidrolisis garam yang terdiri dari 4 butir soal uraian. Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama.

Untuk mengetahui instrumen yang digunakan valid atau tidak, maka dilakukan pengukuran validitas instrumen. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjuk-kan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatamenunjuk-kan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Soal uraian pretest dan posttest menggunakan uji validitas isi dengan cara judg-ment (penilaian). Oleh karena dalam melakukan judgjudg-ment diperlukan ketelitian

dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si. dan Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. sebagai Pembimbing penelitian untuk memvalidasinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 1 Gadingrejo untuk melaksanakan penelitian.

(46)

29

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Yaitu menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan instrumen tes.

b. Tahap penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas di kelas, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok hidrolisis garam sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

(1) Kelas eksperimen

Sebelum dilakukan kegiatan pembelajaran, guru mengelompokkan siswa dalam 4 kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan kognitif siswa yang telah teramati berdasarkan nilai UAS semester ganjil.

a) Tahap 1: Mengajukan pertanyaan

Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan sebagai langkah permasalahan bagi siswa.

(47)

30

Guru membimbing siswa untuk mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis.

c) Tahap 3: Mengumpulkan data

1) Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama dengan teman sekelompoknya

2) Memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat tabel hasil pengamatan.

d) Tahap 4: Menganalisis data

1) Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan bersama dengan teman sekelompoknya. Meminta siswa pada setiap kelompok untuk mempersentasikan hasil dikusi dan pengamatannya.

2) Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok.

3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan pendapat dan melengkapi jawaban.

e) Tahap 5 : Membuat kesimpulan

1) Guru membimbing siswa dalam menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi siswa dan guru.

2) Guru memberikan penguatan dari kesimpulan siswa tentang materi yang telah dipelajari.

(2) Kelas kontrol

a) Kegiatan awal

(48)

31

1) Guru memberikan uraian materi dan penjelasan kepada siswa. 2) Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang

penting.

3) Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal. 4) Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. 5) Guru bersama siswa membahas latihan tersebut. c) Kegiatan akhir

1) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang baru saja mereka dapatkan.

2) Guru memberikan tugas kepada siswa.

3) Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Analisis data

5) Penulisan pembahasan dan simpulan

(49)

32

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

G. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai pretest dan

posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa = ...(1) Mempersiapkan instrumen dan

perangkat pembelajaran Menentukan Populasi

dan Sampel

Posttest Pembelajaran

konvensional Pembelajaran inkuiri

terbimbing

Analisis Data

Pembahasan dan simpulan Validasi instrumen Observasi Pendahuluan

(50)

33

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung n-Gain yang selanjutnya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians. 1. Perhitungan n-Gain

Untuk mengetahui efektivitas inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan menyebutkan contoh dan mengemukakan kesimpulan serta hipotesis, maka dilakukan analisis nilai gain ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretest dan posttest dari kedua kelas. Rumus N-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :

...(2)

2. Uji normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :

...(3)

Keterangan : = uji Chi- kuadrat

fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika hitung  tabel

(51)

34

Karena pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji kesamaan dua rata-rata uji satu pihak, yakni uji pihak kanan, maka untuk uji statistik ini diperlukan pengujian homogenitas kedua varians kelas sampel.

Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:

H0 :σ12= σ22 Data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.

H1 : σ12≠ σ22 Data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

Sedangkan untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :

dengan

...(4)

Keterangan:

S = simpangan baku x = N-gain siswa

= rata-rata N-gain

n = jumlah siswa

Dengan kriteria uji adalah terima jika < pada taraf nyata 5%

(sudjana, 2002).

4. Uji perbedaan dua rata-rata

(52)

35

1) Hipotesis pertama (keterampilan menyebutkan contoh)

H0 µ1y ≤ µ2y : Rata-rata N-gain keterampilan menyebutkan contoh siswa di

kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing kurang dari atau sama dengan siswa di kelas dengan pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1y > μ 2y

:

Rata-rata N-gain keterampilan menyebutkan contoh yang

diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis kedua (mengemukakan kesimpulan dan hipotesis)

H0 μ1x ≤μ 2x : Rata-rata N-gain keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis yang dapat diterima siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing kurang dari atau sama dengan keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis yang dapat diterima siswa dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1x > μ 2x

:

Rata-rata N-gain keterampilan mengemukakan kesimpulan dan

hipotesis yang dapat diterima siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional.

Keterangan:

(53)

36

µ2 : Rata-rata N-gain (x,y) pada materi hidrolisis garam siswa pada kelas dengan pembelajaran konvensional

x: keterampilan menyebutkan contoh

y : keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan uji perbedaan dua rata-rata yang bergantung pada homogenitas kedua varians data. Dikarenakan kedua varians kelas sampel tidak homogen (σ12≠ σ22), maka uji perbedaan dua rata-rata yang dilakukan

menggunakan rumus sebagai berikut :

...(5)

Keterangan:

= Rata-rata N-gain keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis

/menyebutkan contoh yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing = Rata-rata N-gain keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis

/menyebutkan contoh yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku N-gain siswa yang diterapkan pembelajaran inkuiri

terbimbing

= Simpangan baku N-gain siswa yang menggunakan pembelajaran

(54)

37

Dengan kriteria uji: tolak jika

Dan terima jika sebaliknya, dengan:

(55)

48

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan menyebutkan contoh dan keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis siswa pada materi hidrolisis garam.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam dapat meningkat-kan keterampilan menyebutmeningkat-kan contoh dan keterampilan mengemukameningkat-kan kesimpulan dan hipotesis siswa, terutama pada tahap mengajukan pertanyaan/ permasalahan, siswa dilatih menyebutkan contoh larutan garam. Selain itu, pada tahap merumuskan hipotesis, siswa dilatihkan untuk mengemukakan hipotesis dan tahap membuat kesimpulan, siswa dilatihkan untuk terampil mengemukakan kesimpulan.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

(56)

meningkat-49

kan keterampilan siswa dalam menyebutkan contoh dan mengemukakan kesimpulan serta hipotesis.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Burrowes. 2003. Pendekatan Pembelajaran. http.Edukasi.kompasiana.com.

/2009/12/20 pendekatan/pembelajaran/ konvensional.html. Tanggal akses: 27-01-2012.

Djamarah, S.B. 1996. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Ennis. R. H. 1996. Critical Thingking. Prentice Hall, Inc. New Jersey.

Ermawati. 2009. Model Pembelajaran Sejarah. http://blog.bukukita.com/users/ ermawati/?postId=6387. Tanggal akses: 27-10-2012.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Liliasari. 1996. Beberapa Pola Berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan oleh

Siswa SMA. Sebuah Studi tentang Berpikir Konsep. Sekolah Pasca Sarjana IKIP. Bandung.

Pannen, P., Dina Mustafa, dan Mestika Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

(58)

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.

Sukandi, U. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme.

Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Wicaksono. 2008. Efektivitas pembelajaran. http://Edukasi.kompas.com/2010/12/25/ efektivitas/pembelajaran.html. Tanggal akses: 27-01-2012.

Gambar

Tabel 1. Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tabel 2. Unsur-Unsur Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 3. Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis
Tabel 3.Desain penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

224/MP/1961, dan berjanji pula bahwa saya akan menghindarkan diri dari perbuatan tercela baik sebagai pegawai/Pelajar maupun sebagai anggota masyarakat (misalnya

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas

dimana kadar bioetanol tertinggi sebesar 7.43% pada penambahan ragi roti 6 gram. dan lama waktu fermentasi

Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan. Nasional tetap melaksanakan tugas dan

Kromosfer adalah lapisan terbawah dari atmosfer Matahari dan mengeluarkan cahaya merah lemah. Cahayanya berbentuk gelang merah dari gas-gas hidrogen. Apabila terjadi

Characteristics of Instructional Activity In Mathematic Learning On One Day School at SMP Islam Plus Assalamah Ungaran ... Characteristics of Interaction In Mathematic Learning

19 Syafaruddin &amp; Nurmawati, Pengelolaan Pendidikan: Mengembangkan Keterampilan Manajemen Pendidikan Menuju Sekolah Efektif , (Medan: Perdana

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains dan penguasaan konsep siswa pada materi sistem pencernaan manusia melalui pembelajaran berbasis