RESPON DUA VARIETAS JAGUNG PADA
BERBAGAI DEFOLIASI DAN PEMBERIAN NaCl
T E S I S
OLEH :
RAZALI
037001003/AGR
PROGRAM STUDI AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RESPON DUA VARIETAS JAGUNG PADA
BERBAGAI DEFOLIASI DAN PEMBERIAN NaCl
T E S I S
OLEH :
RAZALI
037001003/AGR
PROGRAM STUDI AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RESPON DUA VARIETAS JAGUNG PADA
BERBAGAI DEFOLIASI DAN PEMBERIAN NaCl
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian
dalam Program Studi Agronomi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH :
RAZALI
037001003/AGR
PROGRAM STUDI AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RESPON DUA VARIETAS JAGUNG PADA
BERBAGAI DEFOLIASI DAN PEMBERIAN NaCl
T E S I S
OLEH :
RAZALI
037001003/AGR
Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Ke t u a
Prof. Dr. Ir. T.M. Hanafiah Oeliem, DAA Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP A n g g o t a A n g g o t a
PROGRAM STUDI AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : RESPON DUA VARIETAS JAGUNG PADA BERBAGAI DEFOLIASI DAN PEMBERIAN NaCl
N a m a : R A Z A L I
No. Pokok : 037001003
Program Studi : Agronomi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Ke t u a
Prof. Dr. Ir. T.M. Hanafiah Oeliem, DAA Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP A n g g o t a A n g g o t a
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pasca Sarjana USU
Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., MSc
Telah di uji pada hari : Kamis
Tanggal : 17 Januari 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc
Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. T.M. Hanafiah Oeliem, DAA
2. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP
3. Prof. Dr. Sc. R. Kamrol Damanik, Dipl, Ing, Agr
RINGKASAN
RAZALI. Respon Dua Varietas Jagung Pada Berbagai Defoliasi dan Pemberian NaCl. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. B. SENGLI J. DAMANIK, MSc. sebagai Ketua Komisi, Prof. Dr. Ir. T.M. HANAFIAH OELIM, DAA dan Dr. Ir. HAMIDAH HANUM, MP masing-masing sebagai Anggota Komisi
Kendala pemanfaatan lahan salin sebagai lahan alternatif pengembangan areal tanaman jagung di masa mendatang adalah jeleknya sistem drainase tanah sehingga sejumlah hara terfiksasi dalam kompleks jerapan tanah. Selain itu kandungan garam yang tingi terutama Na+ dan Cl- mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman. Dari sejumlah hasil penelitian terdahulu defoliasi mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Selanjutnya diketahui pula bahwa setiap tanaman memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap tingkat salinitas tanah. Namun demikian belum diketahui manfaat defoliasi pada tanaman jagung yang ditumbuhkan pada lahan salin dan toleransinya terhadap tingkat salinitas tanah.
Pengujian respon dua varietas jagung pada berbagai defoliasi dan pemberian NaCl bertujuan untuk mengetahui toleransi dari varietas yang diuji selain itu juga untuk mengkaji perlakuan defoliasi kemungkinan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bagi tanaman jagung yang di tanam pada tanah salin dalam upaya memperkecil kekurangan air.
Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian UISU sejak bulan Agustus hingga Nopember 2006 yang dirancang dengan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design). Penelitian terdiri dari tiga perlakuan yaitu perlakuan pemberian garam NaCl (N0 = Tanpa Pemberian Garam NaCl; N1 = 3 kg NaCl per
plot; N2 = 6 kg NaCl per plot) sebagai petak utama, perlakuan varietas jagung (V1 =
Varietas Lokal; V2 = Varietas Bisi2) sebagai anak petak dan perlakuan defoliasi (D0
= Tanpa Defoliasi; D1 = Defoliasi Seluruh Daun di Atas Tongkol; D2 = Defoliasi
Seluruh Daun di Bawah Tongkol) sebagai anak anak petak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian garam pada varietas yang diuji nyata mempengaruhi pertumbuhan dan produksi namun terdapat toleransi yang berbeda antara varietas Lokal dan Bisi2 dimana varietas Bisi2 lebih
toleran dari varietas Lokal. Hasil ini dapat dilihat dari respon pertumbuhan dan produksi varietas Bisi2 selalu lebih baik dibanding Lokal.
Perlakuan defoliasi pada varietas jagung yang diuji memberikan hasil yang terbaik adalah defoliasi seluruh daun di bawah tongkol baik konsentrasi garam rendah maupun tinggi.
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
petunjuk, perlindungan dan rahmadNya penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan penelitian serta penulisan tesis ini.
Pada kesempatan kali ini dengan penuh ketulusan hati, penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan kepada Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc selaku
ketua komisi pembimbing. Bapak Prof. Dr. Ir. T.M. Hanafiah Oeliem, DAA dan Dr.
Ir. Hamidah Hanum, MP masing-masing selaku anggota, atas semua bimbingan,
petunjuk, koreksi dan saran yang diberikan sejak awal rencana penelitian,
pelaksanaan penelitian sampai akhir penulisan tesis ini.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia yaitu Bapak H.
Sahruddin Siregar, SH, MM. Bapak Ir. Darsiman, MP selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia beserta jajarannya
atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti Program Pasca
Sarjana di Universitas Sumatera Utara.
2. Semua Dosen di Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang
telah membekali penulis dalam berbagai disiplin ilmu.
3. Kawan-kawan yang mengikuti perkuliahan Pasca Sarjana pada jurusan
Agronomi dan khususnya kawan sejawat tahun 2003 yang secara pribadi telah
4. Sahabatku Rini, SP beserta suami yang telah banyak membantu saya dalam
penulisan tesis ini.
5. Kepada Ayah dan Ibu Almarhum H. Abdul Rauf Tanjung dan Almarhumah
Hj. Siti Salamah Rangkuti yang merupakan sumber inspirasi dan motivasi
saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
Akhirnya terimakasih dan penghargaan khusus penulis sampaikan kepada
seluruh anggota keluarga saya yang telah banyak memberikan dorongan
moril, materil dan do’a sehingga penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan pendidikan ini. Kiranya dengan hasil penelitian ini dapat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya pertanian di masa yang akan
datang.
RIWAYAT HIDUP
RAZALI, lahir di Medan pada tanggal 20 Maret 1962 dari pasangan Ayah H.
Abdul Rauf Tanjung (alm) dengan Ibu Hj. Siti Salamah Rangkuti (almh).
Menamatkan SD di Medan pada Tahun 1974 dan SMP di Medan Tahun
1977, kemudian melanjutkan ke SMA di kota yang sama dan menamatkan
pendidikan pada Tahun 1981. Pada Tahun 1981 penulis melanjutkan ke Perguruan
Tinggi di Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Medan dan
menyelesaikan studi pada Tahun 1988. Pada Tahun 2003 melanjutkan Program S2
di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Agronomi dan
selesai pada Januari 2008. Mulai Tahun 1992 bekerja sebagai staf pengajar di
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas rahmat dan karuniaNya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Penelitian ini terutama bertujuan untuk mendapatkan varietas jagung yang
toleran pada kondisi salin melalui tindakan defoliasi, dengan demikian lahan
marginal terutama yang mengandung garam dapat dimanfaatkan.
Hanya dengan ridho Allah SWT, bimbingan saran dan kritik dari seluruh
pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak, maka penulis telah dapat
menyelesaikan penelitian ini dan menyajikan dalam bentuk tesis. Untuk itu, penulis
bersyukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahNya sehingga tesis ini
dapat diselesaikan dengan baik.
Disadari bahwa kelemahan dan kekurangan masih dijumpai dalam
penyusunan tesis ini. Hal ini merupakan cerminan betapa masih sedikitnya
penguasaan penulis dalam bidang ilmu yang ditekuni. Karena itu penulis berharap
kelemahan dan kekurangan tersebut menjadi pendorong untuk terus meningkatkan
penguasaan ilmu di bidang tersebut dimasa mendatang.
Medan, Maret 2008
DAFTAR ISI
RINGKASAN ... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
PENDAHULUAN ... 1
Mekanisme Toleransi Salinitas ... 11
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 14
Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
Metode Analisa Data... 15
Pelaksanaan Penelitian... 17
Persiapan Media Tumbuh ... 17
Pemeliharaan Tanaman ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
Hasil ... 23
Luas Daun (cm2) ... 23
Indeks Luas Daun (ILD) ... 25
Bobot Kering Tanaman (g) ... 28
Nisbah Luas Daun (cm2.g-1) ... 34
Laju Asimilasi Bersih (g.cm-2.minggu-1)... 42
Laju Tumbuh Relatif (g.tan-1.minggu-1) ... 44
Panjang akar (cm) ... 46
Bobot Biji Pipilan (g)... 49
Pembahasan ... 51
Pengaruh Interaksi Defoliasi Daun dengan NaCl terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung... 51
Pengaruh Interaksi Varietas Dengan NaCl Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung... 55
Pengaruh Interaksi Varietas, NaCl dan Defoliasi Daun Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagun ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
Kesimpulan ... 61
Saran ... 62
DAFTAR TABEL
1. Kadar Rata-rata Garam-garam Terpenting dalam Air laut ... 9 2. Luas Daun ( cm2) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
--NaCl dan Defoliasi Daun untuk Setiap Umur Pengamatan...23 3. Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl dan Varietas Untuk Setiap Umur Pengamatan...24 4. Indeks Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl dan Defoliasi Daun untuk Setiap Umur Pengamatan...26 5. Indeks Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl dan Varietas untuk Setiap Umur Pengamatan ...27 6. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl dan Varietas untuk Setiap Umur Pengamatan ...29 7. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl dan Defoliasi Daun untuk Setiap Umur Pengamatan...30 8. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada berbagai Perlakuan NaCl,
---Varietas dan Defoliasi daun untuk umur pengamatan 3MST, -
--6MST, 9MST ...31 9. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl,
---Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur Pengamatan 12 MST...31 10. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung ada Berbagai Perlakuan NaCl --
---dan Varietas untuk Setiap Umur Pengamatan...34 11. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl ----
---dan Defoliasi untuk Setiap Umur Pengamatan ...36 12. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl, Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur Pengamatan 12 MST...37 13. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
14. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan--- NaCl,Varietas dan Defoliasi Daun untuk-Umur Pengamatan ---
3 MST, 6 MST dan 9 MST ...41 15. Laju Asimilasi Bersih Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl dan defoliasi untuk LAB1, LAB2 dan LAB3. ...42
16. Laju Tumbuh Relatif 1 (g.tan-1.minggu-1) Tanaman Jagung pada
---Berbagai Perlakuan NaCl, Varietas dan Defoliasi untuk
---LTR1, LTR2 dan LTR3...44
17. Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---Pemberian NaCl, Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur
---Pengamatan 3 MST, 6 MST dan 9 MST...46 18. Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
---NaCl, Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur Pengamatan 12 MST...47 19. Bobot biji pipilan (kg/Ha) Tanaman Jagung pada Berbagai
Perlakuan NaCl dan Defoliasi Daun ...49 20. Bobot biji pipilan (g/plot) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
-NaCl dan Varietas ...50 21. Bobot biji pipilan (g/plot) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan
DAFTAR GAMBAR
1. Perbedaan antara Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung dengan Berbagai Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl Umur 12 MST ...25 2. Perbedaan antara Indeks Luas Daun Tanaman Jagung dengan Berbagai
Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl Umur 12 MST ...28 3. Perbedaan antara Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Varietas-
---yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl pada Umur 9 MST ...30 4. Perbedaan antara Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai
---Varietas yang Mendapat Perlakuan pemberian NaCl terhadap
---Defoliasi Daun Umur 12 MST ...33 5. Perbedaan antara Nisbah Luas Daun (cm2.g-1) Tanaman Jagung ----
---pada Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl ---pada
---Umur 9 MST ...35 6. Perbedaan antara Nisbah Luas Daun (cm2.g-1) Tanaman Jagung
pada Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl pada --- -Umur 12 MST ...36
7. Perbedaan antara Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Varietas yang Mendapat Perlakuan NaCl terhadap Defoliasi Daun -
--pada Umur 12 MST ...39 8. Perbedaan antara Laju Tumbuh Relatif (g.tan-1.minggu-1) Tanaman ----
Jagung pada Berbagai Varietas yang Mendapat Perlakuan ---
Pemberian NaCl ...45 9. Perbedaan antara Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung pada
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Pengamatan Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung
---Umur 3 MST ... 66 2. Analisa Sidik Ragam Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung --
---Umur 3 MST ... 66 3. Data Pengamatan Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung
---Umur 6 MST ... 67 4. Analisa Sidik Ragam Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung ----
---Umur 6 MST ... 67 5. Data Pengamatan Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung
---Umur 9 MST ... 68 6. Analisa Sidik Ragam Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung
45. Data Pengamatan Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung
Umur 3 MST ... 88
46. Analisa Sidik Ragam Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung Umur 3 MST ... 88
47. Data Pengamatan Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung Umur 6 MST ... 89
48. Analisa Sidik Ragam Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung Umur 6 MST ... 89
49. Data Pengamatan Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung Umur 9 MST ... 90
50. Analisa Sidik Ragam Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung Umur 9 MST ... 90
51. Data Pengamatan Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung Umur 12 MST ... 91
52. Analisa Sidik Ragam Panjang Akar (cm) Tanaman Jagung Umur 12 MST ... 91
53. Data Pengamatan Bobot Biji Pipilan (g) Tanaman Jagung Umur 12 MST ... 92
54. Analisa Sidik Ragam Bobot Biji Pipilan (g) Tanaman Jagung Umur 12 MST ... 92
55. Matrix Korelasi ... 93
56. Bagan Percobaan ... 94
57. Deskripsi Varietas Jagung Bisi2 ...95
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jagung (Zea mays L.) sangat bermanfaat sebagai makanan bagi
manusia dan hewan. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok dunia, jagung
menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Sedangkan di Indonesia
jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, 1995).
Dewasa ini jagung tidak hanya untuk pangan tetapi sebagian besar
dimanfaatkan untuk pakan ternak, terutama unggas. Dengan berkembangnya
usaha perunggasan maka kebutuhan akan jagung untuk pakan meningkat cukup
tinggi mencapai 57% dari produksi nasional sehingga impor jagung harus
dilakukan, oleh karena itu produksi jagung di dalam negeri perlu terus
ditingkatkan, baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi (Balai
Penelitian Tanaman Serealia, 2002).
Peningkatan produksi secara ekstensifikasi berkompetisi dengan
penggunaan lahan pertanian untuk kebutuhan non pertanian. Karena itu,
perluasan lahan pertanian masa mendatang diarahkan pada lahan-lahan marginal
seperti lahan gambut, lahan rawa dan lahan pasang surut. Lahan pasang surut
adalah lahan yang genangannya dipengaruhi pasang surut air laut (Hidayat,
Masalah utama rendahnya produksi bahkan gagalnya pertumbuhan
tanaman pada lahan pasang surut ialah karena tingkat salinitas yang tinggi
(Marsi, dkk, 2003).
Ketersediaan lahan pasang surut di Indonesia kurang lebih 33 juta hektar
yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Dari luasan
tersebut sekitar 6 juta hektar diantaranya cukup potensial untuk pengembangan
pertanian (Hidayat, 2002).
Masalah pada lahan salin selain drainase yang jelek, terfiksasinya
sejumlah hara dan kemasaman tanah, juga kandungan garam yang tinggi
terutama Na+ dan Cl- yang dicurigai dapat membahayakan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Karena itu, perlu dilakukan modifikasi tanaman untuk
mengeliminir pengaruh buruk NaCl.
Tingkat salinitas tanah ditandai apabila tanah tersebut mempunyai daya
hantar listrik lebih besar dari 4 mmhos cm-1 pada suhu 25°C, persentase Na
yang dapat dipertukarkan (Na-dd) lebih kecil dari 15 me/100 dan pH lebih kecil
dari 8,5.
Pengaruh konsentrasi garam terhadap tekanan osmose mempunyai
hubungan erat dengan stress air pada tanaman (Levitt, 1980). Meningkatnya
tekanan osmotis larutan tanah dalam lingkungan perakaran tanaman
menyebabkan gangguan terhadap sistem penyerapan air dan hara tanaman.
Dalam upaya meminimalisasi kehilangan air pada tanaman dilakukan
pemangkasan untuk mengurangi laju transpirasi. Karena tanaman yang
bertranspirasi bebas, air dievaporasi dari dinding sel epidermis yang lembab di
bagian dalam daun dan hilang ke atmosfer melalui stomata (Fitter dan Hay,
1994).
Pemanfaatan lahan yang mempunyai salinitas tinggi dapat dilakukan
melalui penggunaan varietas tahan dan cara budidaya sehingga dapat
menunjang program ekstensifikasi pangan, untuk menekan penurunan hasil
tanaman akibat adanya salinitas maka perlu dipilih varietas jagung yang cocok
atau toleran untuk dibudidayakan pada daerah yang tanahnya bergaram.
Kultivar yang toleran terhadap salinitas adalah Arjuna dan Bayu (Marsi, dkk,
2003).
Perumusan Masalah
Peningkatan produksi melalui ekstensifikasi dihadapkan kepada kendala
semakin menyempitnya areal yang produktif untuk jagung karena itu perluasan
areal di masa mendatang perlu diarahkan ke lahan marginal seperti lahan salin
yang ditinjau dari aspek sumber daya alam cukup luas di Indonesia.
Persoalan lahan salin adalah tingginya kandungan Na+ dan Cl- dari
medium perakaran tanaman sehingga tekanan osmotik larutan tanah naik. Hal
tersebut mengakibatkan gangguan terhadap penyerapan air dan unsur hara yang
Untuk meminimalisir kekurangan air pada tanaman maka dilakukan
pemangkasan yang dapat mengurangi laju transpirasi pada tanaman sehingga
defisit air dapat dikurangi. Selain itu dapat menggunakan varietas yang toleran
terhadap salinitas.
Model pemangkasan yang digunakan oleh beberapa peneliti pada
tanaman jagung adalah dengan membuang seluruh daun baik di bawah dan di
atas tongkol dengan persentase yang berbeda-beda. Pada penelitian ini model
pemangkasan yang digunakan yaitu dengan membuang seluruh daun baik di
atas maupun di bawah tongkol pada varietas jagung lokal dan Bisi2.
Terdapat beberapa varietas yang toleran terhadap salinitas seperti Arjuna
dan Bayu namun untuk varietas lokal dan Bisi2 belum diketahui tingkat
toleransinya terhadap salinitas.
Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji respon dua varietas jagung terhadap berbagai tingkat
perlakuan NaCl.
2. Untuk menguji pengaruh NaCl dan beberapa tingkat defoliasi terhadap
pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung.
3. Untuk menguji pengaruh defoliasi terhadap respon dua varietas jagung.
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat respon yang berbeda-beda antara varietas yang diuji terhadap
tingkat NaCl.
2. Defoliasi dan NaCl akan mempengaruhi respon jagung.
3. Defoliasi akan mempengaruhi respon dua varietas jagung.
4. Defoliasi dan NaCl akan mempengaruhi respon beberapa varietas jagung.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini akan berguna sebagai masukan khususnya teknik
budidaya jagung dan upaya memanfaatkan lahan salin sebagai potensi daerah
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1-3 meter, ada varietas yang mencapai ketinggian hampir 6m.
Tinggi tanaman biasanya diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan (Wikipedia, 2007).
Sistem perakaran jagung terdiri dari akar primer, akar lateral, akar horizontal
dan akar udara. Akar lateral adalah akar yang tumbuh memanjang ke samping, akar
udara adalah akar yang tumbuh dari bulu-bulu di atas permukaan tanah, sedangkan
akar primer adalah akar yang pertama kali mincul pada saat biji berkecambah dan
tumbuh ke bawah (Najiyati dan Danarti, 1994).
Defoliasi
Pembuangan sejumlah daun atau defoliasi pada tanaman jagung dari banyak
penelitian pada umumnya menunjukkan penurunan hasil. Lebih banyak daun yang
dibuang dan lebih cepat dilakukan menyebabkan penurunan yang lebih besar
Menurut Kiesselbach (1945) bahwa daun bagian atas dari tanaman jagung
setelah pembentukan tassel adalah jauh lebih efisien dalam fotosintesa daripada
daun bagian bawah. Pembuangan daun bagian atas sepanjang pembentukan tassel
menyebabkan penurunan produksi (Kiesselbach, 1945 dalam Ismail, Saefuddin dan
Zulfica, 1975).
Jika tanaman mengalami pemangkasan batang maupun defoliasi, maka luas
organ fotosintesanya berkurang. Besarnya pengaruh pemangkasan batang maupun
defoliasi terhadap hasil panen tergantung pada luasnya daun yang hilang, waktu
pemangkasan maupun defoliasi dan posisi daun pada tajuk (Eik dan Hanway, 1966
dalam Mimbar dan Susylowati, 1995).
Daun bagi tanaman merupakan salah satu organ asimilatory penting bagi
tanaman. Keberadaan daun pada tanaman ditinjau dari lama tumbuh maupun jumlah
daun akan memberikan kontribusi terhadap jumlah asimilat yang dihasilkan. Oleh
karena itu berkurangnya jumlah daun akibat pengaruh defoliasi akan memberikan
pengaruh terhadap asimilat yang dihasilkan dan selanjutnya akan berpengaruh
terhadap perkembangan dan hasil suatu tanaman. Asimilat bagi tanaman merupakan
salah satu sumber energi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Suminarti,
2000).
Mimbar dan Susylowati (1995) melaporkan bahwa pemangkasan bunga
jantan dan defoliasi seluruh daun kecuali empat daun di atas tongkol dan satu daun
Di beberapa daerah sentra produksi jagung, pemangkasan bagian atas atau
pucuk tanaman yang dilaksanakan sekitar 24 hari setelah sebagian tongkol jagung
sudah berambut ternyata tidak mempengaruhi produksi jagung. Namun di lain pihak
hasil pemangkasan pucuk tanaman tersebut dapat digunakan sebagai makanan
ternak sehingga memberi nilai tambah bagi petani (Adisarwanto dan Widyastuti,
2000).
Egharevba, Horrocks dan Zuber (1976) melaporkan bahwa pemangkasan
jagung yang lebih awal akan memberikan hasil panen yang lebih sedikit.
Gadner, Pearce dan Mitchel (1985) mengatakan agar dapat memanfaatkan
radiasi matahari secara efisien, tanaman harus dapat menyerap sebagian besar
radiasi matahari secara efisien, tanaman harus dapat menyerap sebagian besar
radiasi oleh jaringan daun. Untuk meningkatkan penyerapan cahaya dan
menghindari kompetisi antar tajuk tanaman, serta meminimalkan persaingan dalam
memperebutkan unsur hara, tindak agronomi defoliasi disertai dengan pemupukan
yang memadai adalah suatu alternatif.
Potensi Tanah Salin
Tanaman jagung merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas baik
ditinjau dari aspek tanah maupun iklim. Dari segi tanah, tanaman jagung mampu
tumbuh pada kisaran pH 4-7,5. Sedangkan dari segi iklim, tanaman tropis ini masih
Dengan melihat syarat tumbuh ini tanaman jagung masih mampu tumbuh
pada tanah salin yang pada umumnya berada di tepi laut dimana intrusi air laut
menyebabkan kandungan garam tanah menjadi tinggi.
Rawa pasang surut adalah rawa yang genangannya dipengaruhi pasang surut
air laut (Santun, 2004). Pemanfaatan lahan ini dalam upaya pengembangan
pertanian berpeluang cukup besar.
Luas lahan rawa di Indonesia sebesar 33.4 juta hektar yang tersebar di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya, 20,1 juta hektar merupakan lahan
pasang surut (Hidayat, 2002).
Potensi lainnya dari tanah salin ini adalah kandungan air laut yang terdiri
dari bermacam-macam unsur baik yang berasal dari dasar laut sendiri maupun dari
daratan. Kadar rata-rata garam-garam terpenting alam air laut disajikan pada Tabel
1 dibawah ini.
Tabel 1. Kadar Rata-rata Garam-garam Terpenting dalam Air Laut (Taiz dan Zeiger, 1991).
Jenis Garam Kepekatan (g.l-1) Jenis ion ++ Kepekatan (mM)
NaCl 28.14 Na+ 457.0
MgCl 3.81 Cl- 536.0
MgSO4 1.75 Mg2+ 56.0
CaSO4 1.28 SO42- 28.0
K2SO4 0.82 K+ 9.7
CaCO3 0.12 Ca2+ 10
KBr 0.10 HCO3- 2.3
Masalah utama lahan salin selain kandungan garam yang tinggi terutama
Na+ dan Cl- juga sistem drainase tanah yang jelek (Adiwiganda, 1985).
Drainase yang jelek akan menghalangi pembasuhan garam-garam lapisan
tanah yang lebih bawah. Penggenangan yang berulang-ulang oleh air laut
mengakibatkan penumpukan garam-garam pada zona perakaran dan secara berkala
akan membuat tanah menjadi semi rawa dimana dapat tertimbun sejumlah senyawa
atau unsur beracun seperti gas-gas NO dan CO yang dapat menjadi toksik bagi
tanaman (Manurung, 1987).
Buruknya drainase dapat diatasi dengan perbaikan sistem irigasi
(Adiwiganda, 1985). Namun air bergaram merupakan faktor yang paling
bertanggung jawab terhadap peningkatan salinitas tanah.
Upaya pendekatan lain untuk memanfaatkan lahan salin adalah dengan
mencari tanaman yang toleran terhadap garam (Ichman et al., 1984).
Pengaruh Salinitas
Secara umum terdapat 3 kendala utama dalam pertumbuhan tanaman sebagai
akibat cekaman salinitas (Sopandie, 2003), yaitu : 1) defisit air/dehidrasi air yang
disebabkan oleh rendahnya potensial air dari media tumbuh, 2) ketidakseimbangan
hara yang disebabkan oleh pengaruh dari ion salin (Na+ dan Cl- ) dengan hara
esensial lain terutama kation Ca, NO3 dan fosfat baik dalam proses penyerapan
maupun dalam translokasi, dan 3) toksisitas spesifik karena tingginya akumulasi
Pada umumnya pengaruh salinitas adalah terjadinya abnormalitas
metabolisme karena menurunnya potensial air di daun sehingga kandungan air
menurun ; Livingston dan de Jong (1988) melaporkan bahwa daun gandum yang
diberi larutan garam pada potensial air -4, 67 MPa, temperatur 5ºC kandungan
airnya menurun sampai 12 jam setelah aplikasi, selanjutnya stabil saat mencapai
tingkat yang sangat rendah.
Meningkatnya salinitas telah dilaporkan pula menurunkan aktivitas sejumlah
enzim dalam jaringan tanaman, seperti enzim glutamin sintetase (GS), glutamat
sintetase (NADH-GOGAT), glutamat dehidrogenase (NADH –GDH), nitrat
reduktase (NR) dan NADP-isositrat dehidrogenase (Khattack, dkk, 1991).
Kandungan ion-ion spesifik seperti Na, Cl, Ca, Fe, Mg, Cu dan Zn baik di
jaringan daun maupun di jaringan batang telah dijumpai meningkat dengan
meningkatnya NaCl (Yang, Newton dan Miller, 1980), tetapi kandungan P dan K di
dalam jaringan tanaman terutama daun menurun, sedangkan kandungan N
cenderung meningkat (Sulaiman, 1991).
Mekanisme Toleransi Salinitas
Mekanisme toleransi tanaman terhadap salinitas meliputi mekanisme
morfologi dan fisiologi. Mekanisme morfologi dilakukan dengan cara pengurangan
jumlah daun untuk memperkecil kehilangan air dari tanaman dan melakukan
pengubahan struktur khusus, yaitu penebalan dinding sel untuk mempertahankan
Bentuk adaptasi morfologi dan anatomi yang dapat diturunkan dan unik
dapat ditemukan pada halofita yang mengalami evolusi melalui seleksi alami pada
rawa pantai dan rawa asin. Salinitas menyebabkan perubahan struktur yang
memperbaiki keseimbangan air tanaman sehingga potensial air dalam tanaman
dapat mempertahankan turgor dan seluruh proses biokimia untuk pertumbuhan dan
aktivitas yang normal. Perubahan struktur mencakup ukuran daun yang lebih kecil,
stomata yang lebih kecil persatuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan
kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun, serta lignifikasi akar yang lebih
awal (Harjadi dan Sudirman, 1988).
Ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor.
Sedangkan lignifikasi akar diperlukan untuk penyesuaian osmose yang sangat
penting untuk memelihara turgor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan
aktivitas normal.
Respon perubahan struktural dapat beragam pada berbagai jenis tanaman
dan tipe salinitas. Salinitas klorida umumnya menambah sukulensi pada banyak
spesies tanaman. Sukulensi terjadi dengan meningkatnya konsentrasi SO4. Dengan
adaptasi struktural ini konduksi air akan berkurang dan mungkin akan menurunkan
kehilangan air pada transpirasi. Namun pertumbuhan akar yang terekspos pada
lingkungan salin biasanya kurang terpengaruh dibandingkan dengan pertumbuhan
tajuk atau buah. Hal ini diduga terjadi akibat perbaikan keseimbangan dengan
Mekanisme fisiologi meliputi pengaturan potensial osmotik larutan sel
(osmoregulator). Sistem kompartmentasi dan ekskresi, serta integritas membran sel
(osmoregulator), sistem kompartmensi dan ekskresi, serta integritas akar (Sopandie,
2003).
Pemanfaatan lahan yang mempunyai salinitas tinggi dapat dilakukan melalui
penggunaan varietas tahan dan cara budidaya jagung sehingga dapat menunjang
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Islam Sumatera Utara, Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan
Medan Johor, Kota Medan pada ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan benih jagung varietas lokal dan Bisi2, garam
dapur NaCl, pupuk dan pestisida.
Alat yang digunakan, timbangan, meteran, gelas ukur, gelas erlenmeyer
dan oven.
Metode Penelitian
Percobaan ini menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design)
yang terdiri dari tiga faktor yaitu :
Faktor pertama sebagai petak utama adalah dosis garam NaCl (N) terdiri
dari 3 taraf, yaitu :
N0 = Tanpa pemberian NaCl
N1 = 3 kg NaCl/ plot
Faktor kedua sebagai anak petak adalah varietas (V) terdiri dari 2 taraf,
yaitu :
V1 = Varietas lokal
V2 = Bisi2
Faktor ketiga sebagai anak-anak petak adalah Defoliasi (D) terdiri
dari 3 taraf yaitu :
D0 = Tanpa defoliasi
D1 = Defoliasi seluruh daun diatas tongkol
D2 = Defoliasi seluruh daun dibawah tongkol
Dengan demikian diperoleh 18 kombinasi perlakuan dan setiap
kombinasi diulang sebanyak 3 kali. Setiap petak terdiri dari 30 tanaman yang
digunakan sebagai sampel destruktif 12 tanaman dan non destruktif 18
tanaman.
Metode Analisa Data
Percobaan dilakukan menggunakan rancangan petak terbagi (RPT)
dengan model matematis adalah sebagai berikut :
Yijkl = μ + pi + αj + Σij + βk + ( )jk + Σijk + il + (αi)jl + (βi)kl + ( i)jkl + Σijkl
Dimana :
Yijkl = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan garam NaCl taraf
μ = Rata-rata umum nilai pengamatan.
pi = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i
αj = Pengaruh perlakuan garam NaCl taraf ke-j.
Σij = Pengaruh galat pada taraf ke-i dan garam NaCl taraf ke-j.
βk = Pengaruh perlakuan varietas taraf ke-k.
(αβ)jk = Pengaruh interaksi perlakuan garam NaCl taraf ke-j dan varietas
taraf ke-k.
Σijk = Pengaruh galat pada taraf ke-i, perlakuan garam NaCl taraf ke-j
dan varietas taraf ke-k.
il = Pengaruh perlakuan dosis defoliasi taraf ke-l.
(αi)jl = Pengaruh interaksi perlakuan dosis garam NaCl taraf ke-j dan
defoliasi ke-l.
(βi)kl = Pengaruh interaksi perlakuan varietas taraf ke-k dan defoliasi
ke-l.
(αβi)jkl = Pengaruh interaksi perlakuan garam NaCl taraf ke-j, varietas taraf
ke-k dan defoliasi taraf ke-i
Σijkl = Pengaruh galat pada taraf ke-i, garam NaCl taraf ke-j, varietas
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tumbuh
Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan tanaman lainnya, lalu lahan
dicangkul dengan kedalaman 15-25 cm sebanyak dua kali kemudian dihaluskan
dengan menggunakan garu agar cukup gembur. Petak-petak percobaan dibuat
sejumlah 54 petak dengan ukuran petak 150 x 375 cm dan tiga ulangan, setiap
ulangan terdiri dari 18 petak percobaan.
Perlakuan pemberian Garam NaCl dilakukan seminggu sebelum tanam,
garam diberikan dengan cara menaburkan merata di seluruh permukaan petak
percobaan, kemudian ditutup dengan mulsa organik berupa daun lalang dan
daun kelapa sawit.
Dosis yang diberikan perpetak sesuai dengan perlakuan yaitu :
N0 = tanpa pemberian NaCl
N1 = 3 kg NaCl/ plot
N2 = 6 kg NaCl/ plot
Pengukuran DHL (Daya Hantar Listrik)
Pengukuran DHL dilakukan dua kali yaitu satu minggu dan empat
minggu setelah penaburan garam, dengan cara mengambil tanah pada setiap
petak percobaan dengan membor tanah dengan bor mini secara komposit. Tanah
Penanaman
Benih yang digunakan terlebih dahulu diseleksi dan diberi perlakuan
fungisida Ridomil 35 SD. Sebelum ditanam pada setiap lubang diberi fungisida
Dithane M-45. Benih ditanam dengan cara menugal sedalam 2-5 cm, dengan
benih sebanyak dua benih per lubang dengan jarak tanam 75 x 25 cm.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan terdiri atas pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan
dosis masing-masing 112.5 gr urea/plot, 56 gr SP-36/plot dan 56 gr KCl/plot,
pupuk SP-36 dan KCl diberikan pada saat tanam, sedangkan urea diaplikasikan
tiga kali yaitu pada saat tanam sebesar 1/3 dosis, pada umur 21 hari setelah
tanam 1/3 bagian dan 1/3 bagian lagi umur 42 hari setelah tanam. Pemupukan
dilakukan dengan cara terlebih dahulu membuat lubang sedalam 5 cm dengan
jarak dari kedua sisi tanaman 7 cm.
Perlakuan Defoliasi dilakukan pada umur 11 mst, sesuai dengan
perlakuan yang telah ditentukan, yaitu :
D0 = Tanpa defoliasi.
D1 = Defoliasi seluruh daun diatas tongkol
Pemeliharaan Tanaman
Selama minggu pertama pada masa awal pertumbuhan dilakukan
penyiraman tanaman dua kali sehari yaitu pagi dan sore sebanyak 2 gembor
ukuran 5 liter tergantung keadaan cuaca setempat.
Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu, dimana
hanya satu tanaman yang sehat yang dibiarkan hidup pada setiap lubang
tanam.
Untuk pengendalian hama dan penyakit digunakan insektisida Dursban
20 EC dan Hopcin 50 EC, dimana penyemprotan dilakukan bila diperlukan
(tergantung pada perkembangan keadaan tanaman di lapangan).
Pembumbunan dilakukan pada umur 42 hari setelah tanam, dengan
menarik tanah diantara barisan tanaman sampai setinggi 10 cm.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada saat tongkol telah masak dengan ciri
morfologi matang panen yaitu apabila klobot berwarna coklat muda dan kering
Peubah yang Diamati Luas Daun (cm2)
Total luas daun dihitung dengan menggunakan rumus: Yc = k x (p x l)i,
dimana Yc = total luas daun, k = konstanta, p = panjang dan l = lebar daun
ke-i. Pengukuran total luas daun dilakukan pada 12 tanaman sampel pada umur
3,6,9,12 mst.
Indeks Luas Daun (ILD)
Dihitung berdasarkan perbandingan luas daun total, terhadap luas area
tanah yang ditutupi oleh tajuk (canopy) dengan rumus :
ILD = LD/GA Dimana :
LD = Luas Daun Total.
GA = Luas Penutupan Tajuk
Perhitungan ILD dilakukan terhadap 12 tanaman sampel pada saat
tanaman jagung berumur 3,6,9 dan 12 mst.
Bobot Kering Tanaman Sampel (g)
Tanaman sampel dibersihkan, lalu dikeringovenkan pada suhu 60°C
sampai bobotnya tetap, selanjutnya bahan tanaman ditimbang, dilakukan pada
Nisbah Luas Daun (cm2. g-1)
Leaf Area Ratio (LAR) atau Nisbah Luas Daun (NLD) merupakan ratio
luas daun dengan total biomas tanaman nilai NLD ditentukan dengan rumus:
NLD = LA/W Dimana :
LA = Luas daun
W = Total biomas tanaman
Perhitungan nilai NLD dilakukan terhadap 12 tanaman sampel pada saat
tanaman jagung berumur 3,6,9 dan 12 mst.
Laju Tumbuh Relatif (LTR)
Relative Growth Rate (RGR) atau Laju Tumbuh Relatif (LTR)
ditentukan dengan rumus :
Laju Assimilasi Bersih (g.cm-2. minggu-1)
Net Assimilation Rate (NAR) atau Laju Asimilasi Bersih (LAB)
dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas
daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus :
LAB =
Tanaman sampel dicabut lalu dibersihkan kemudian diukur panjangnya,
mulai dari leher akar sampai ujung akar terpanjang dengan menggunakan
meteran dilakukan pada 12 tanaman sampel pada umur 3, 6, 9, 12 MST.
Bobot Biji Pipilan (g)
Bobot biji pipilan diperoleh dari penimbangan biji pipilan
masing-masing petak perlakuan, biji dipipil dari tongkol dan dikeringkan hingga kadar
air 14% dengan menggunakan alat pengukur kadar air yaitu Moisture Content,
HASIL DAN PEMBAHASAN
H a s i l
Luas Daun (cm2)
Hasil data pengamatan luas daun (cm2) umur 3-12 MST tanaman jagung dan
sidik ragamnya dapat dilihat Lampiran 1 sampai 8. Dari hasil sidik ragam diperoleh
bahwa perlakuan interaksi yang memberi pengaruh nyata terhadap luas daun pada
pemberian NaCl dengan defoliasi umur 3 MST dan pemberiaan garam dengan
varietas umur 12 MST. Sedangkan interaksi lainnya tidak memberikapengaruh yang
nyata untuk setiap umur pengamatan.
Luas daun (cm2) yang memberikan pengaruh nyata akibat perlakuan interaksi
disajikan uji beda rataannya pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 2. Luas Daun ( cm2) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Defoliasi Daun untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman Perlakuan
3 MST 6 MST 9 MST 12 MST
---cm2---
Tanpa NaCl 579.81 a 3243.96 2583.74 1500.87
3 kg per plot 418.36 b 2780.33 2570.01 1431.68
6 kg per plot 331.18 b 2483.49 2605.46 1411.57
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 2, dapat dilihat dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan terjadinya penurunan luas daun pada umur 3 MST, 6 MST dan 12
Pada umur 3 MST tanpa pemberian garam nyata lebih luas dibanding dengan
konsentrasi garam 3 kg per plot dan 6 kg per plot, namun antara konsentrasi garam 3
kg per plot dan 6 kg per plot memberi pengaruh yang sama terhadap luas daun.
Untuk umur tanaman 6 MST, 9 MST dan 12 MST pemberian garam tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada luas daun.
Tabel 3. Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Varietas Untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman
3 MST 6 MST 9 MST 12 MST
Perlakuan
Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2
---cm2---
Tanpa NaCl 604.20 555.42 3452.18 3035.73 2446.95 2720.53 1234.70 d 1767.04 a
3 kg per plot 441.21 395.51 2954.59 2606.07 2330.06 2809.96 1393.60 bc 1469.76 b
6 kg per plot 339.85 322.52 2450.78 2516.20 2501.81 2709.10 1344.88 cd 1478.26 b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan luas daun pada varietas lokal dan Bisi2 pada umur 3 MST, 6
MST, sedangkan pada umur 9 MST terjadi peningkatan pada varietas Lokal demikian
juga pada umur 12 MST terjadi peningkatan luas daun pada varietas Lokal dan Bisi2 .
Pada umur 3 MST, 6 MST dan 9 MST pemberian garam pada varietas Lokal
dan Bisi2 tidak memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan umur 12 MST memberi
pengaruh yang nyata terhadap luas daun dimana pada taraf 3 kg NaCl perlakuan
berbeda dengan taraf 6 kg NaCl perlakuan varietas Bisi2 nyata lebih luas
dibandingkan lokal.
Perbedaan antara luas daun (cm2) dengan perlakuan pemberian NaCl yang
mendapat perlakuan varietas diperoleh pada gambar 1.
0
Gambar 1. Perbedaan antara Luas Daun (cm2) Tanaman Jagung dengan Berbagai Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl Umur 12 MST
Dari pola perbedaan luas daun (Gambar 1) terlihat bahwa varietas Bisi2
menghasilkan luas daun terluas baik pada konsentrasi garam NaCl rendah maupun
tinggi.
Indeks Luas Daun (ILD)
Hasil data pengamatan indeks luas daun umur 3-12 MST tanaman jagung
dan sidik ragamnya dapat dilihat Lampiran 9 sampai 16. Dari hasil sidik ragam
diperoleh bahwa perlakuan interaksi yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap
dan pemberian garam NaCl dengan varietas umur 12 MST, sedangkan interaksi
lainnya tidak memberikan pengaruh yang nyata.
Luas Daun (cm2) yang memberikan pengaruh yang nyata akibat perlakuan
interaksi disajikan pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Indeks Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Defoliasi Daun untuk Setiap Umur Pengamatan.
Umur Tanaman Perlakuan
3 MST 6 MST 9 MST 12 MST
Tanpa NaCl 0.07 a 0.54 1.80 0.82
3 kg per plot 0.05 ab 0.49 1.90 0.86
6 kg per plot 0.04 b 0.40 1.87 0.79
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan indeks luas daun pada umur 3 MST, 6 MST dan 12 MST,
sedangkan pada umur 9 MT mengalami peningkatan.
Pada umur 3 MST tanpa pemberian garam nyata indeks luas daun lebih besar
dibanding pemberian 6 kg per plot namun memberikan pengaruh yang sama dengan
pemberian garam 3 kg per plot. Demikian juga antara pemberian garam 3 kg per plot
dengan 6 kg per plot memberikan pengaruh yang sama terhadap indeks luas daun.
Untuk umur tanaman 6 MST, 9 MST dan 12 MST pemberian garam tidak
Tabel 5. Indeks Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Varietas untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman
3 MST 6 MST 9 MST 12 MST
Perlakuan
Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2
Tanpa NaCl 0.07 0.07 0.56 0.53 1.68 1.92 0.72 b 0.92 a
3 kg per plot 0.05 0.05 0.52 0.46 1.66 2.14 0.82 ab 0.89 a
6 kg per plot 0.04 0.04 0.36 0.45 1.74 2.00 0.80 b 0.78 b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan indeks luas daun pada varietas Lokal dan Bisi2 pada umur 3
MST, 6 MST dan varietas Bisi2 umur 12 MST sedangkan pada 9 MST terjadi
peningkatan indeks luas daun pada varietas Lokal dan Bisi2, demikian juga umur 12
MST pada varietas Lokal.
Pada umur 3 MST, 6 MST dan 9 MST pemberian garam pada varietas Lokal
dan Bisi2 tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap indeks luas daun, sedangkan
umur 12 MST memberi pengaruh yang nyata dimana pada taraf 3 kg NaCl perlakuan
varietas Lokal dan Bisi2 menghasilkan pengaruh yang sama terhadap indeks luas daun
demikian juga pada taraf 6 kg per plot.
Perbedaan antara indeks luas daun dengan perlakuan pemberian NaCl yang
0,0
Gambar 2. Perbedaan antara Indeks Luas Daun Tanaman Jagung dengan Berbagai Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl Umur 12 MST
Dari pola perbedaan indeks luas daun (Gambar 2) terlihat bahwa varietas
Lokal menghasilkan indeks luas daun terluas pada konsentrasi garam NaCl tertinggi
sedangkan pada konsentrasi garam terendah Bisi2.
Bobot Kering Tanaman (g)
Hasil data pengamatan bobot kering tanaman (g) umur 3-12 MST tanaman
jagung dan sidik ragamnya terdapat pada Lampiran 17 sampai 24. Dari hasil sidik
ragam diperoleh bahwa perlakuan interaksi memberi pengaruh yang nyata terhadap
bobot kering ada pemberian NaCl dan varietas pada umur 9 MST, pemberian NaCl
dan defoliasi umur 6 MST dan interaksi ketiga perlakuan NaCl, varietas dan defoliasi
umur 12 MST, sedangkan interaksi lainnya tidak memberikan pengaruh yang nyata
Bobot kering tanaman (g) yang memberikan pengaruh nyata akibat perlakuan
interaksi disajikan pada Tabel 5, 6 dan 8.
Tabel 6. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Varietas untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman
3 MST 6 MST 9 MST 12 MST
Perlakuan
Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2
--- g ---
Tanpa NaCl 37.34 32.61 355.18 323.65 583.79 cd 667.54 c 898.19 975.91
3 kg per plot 33.31 33.56 311.65 326.82 693.10 b 661.98 c 989.31 1065.98
6 kg per plot 30.94 34.00 281.40 359.03 495.64 d 769.07 a 805.11 1059.30
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan bobot kering pada varietas Lokal setiap umur pengamatan,
sedangkan varietas Bisi2 mengalami peningkatan bobot kering.
Pada umur 3 MST, 6 MST dan 12 MST pemberian garam pada varietas lokal
dan Bisi2 tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap bobot kering sedangkan umur
9 MST memberi pengaruh yang nyata dimana pada taraf 3 kg NaCl perlakuan
varietas lokal nyata bobot kering lebih berat dibanding Bisi2, berbeda dengan taraf 6
kg NaCl varietas Bisi2 nyata lebih berat.
Perbedaan antara bobot kering (g) dengan perlakuan pemberian NaCl yang
0
Gambar 3. Perbedaan antara Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl pada Umur 9 MST.
Dari pola perbedaan antara bobot kering (Gambar 3) terlihat bahwa ada
konsentrasi garam yang rendah bobot kering tertinggi pada varietas Lokal sedangkan
konsentrasi tinggi pada varietas Bisi2.
Tabel 7. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Defoliasi Daun untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 7, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan bobot kering pada umur 3 MST dan 6 MST sedangkan pada
umur 9 MST dan 12 MST mengalami peningkatan.
Pada umur 3 MST, 9 MST dan 12 MST pemberian garam tidak memberi
yang nyata dimana tanpa pemberian garam nyata bobot kering lebih berat dibanding
pemberian 3 kg per plot dan 6 kg per plot, namun antara pemberian 3 kg per plot dan
6 kg perplot memberi pengaruh yang sama terhadap bobot kering.
Tabel 8. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl, Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur Pengamatan 3MST, 6MST, 9MST
Umur Tanaman
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan bobot kering tanaman pada varietas Lokal setiap umur
pengamatan demikian juga varietas Bisi2 kecuali umur 3 MST.
Untuk umur pengamatan 3 MST, 6 MST dan 9 MST pemberian garam tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap varietas Lokal dan Bisi2.
Tabel 9. Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl, Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur Pengamatan 12 MST
Defoliasi Daun
Tanpa Defoliasi Defoliasi Seluruh Daun di atas Tongkol
Defoliasi Seluruh
Tabel 9, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan bobot kering pada varietas Lokal dan Bisi2 baik yang tanpa
defoliasi maupun yang didefoliasi.
Pada taraf 3 kg NaCl untuk Lokal perlakuan defoliasi seluruh daun di atas
tongkol nyata bobot kering lebih besar dibanding tanaman yang tidak dipangkas
namun defoliasi seluruh daun di bawah tongkol menghasilkan pengaruh yang sama
dengan tanpa defoliasi terhadap bobot kering.
Pada taraf 3 kg NaCl untuk Bisi2 perlakuan defoliasi seluruh daun di atas
tongkol maupun defoliasi seluruh daun di bawah tongkol nyata bobot kering lebih
besar dibanding tanaman yang tidak dipangkas, namun antara defoliasi seluruh daun
di atas tongkol dan defoliasi seluruh daun di bawah tongkol menghasilkan pengaruh
yang sama terhadap bobot kering.
Pada taraf 6 kg NaCl untuk Lokal perlakuan defoliasi seluruh daun di atas
tongkol menghasilkan bobot kering yang sama besar dengan tanaman yang tidak
dipangkas, namun defoliasi seluruh daun di atas tongkol nyata menghasilkan bobot
kering lebih ringan dibanding defoliasi seluruh daun di bawah tongkol.
Pada taraf 6 kg untuk Bisi2 perlakuan defoliasi seluruh daun di atas tongkol
menghasilkan bobot kering nyata lebih ringan dibanding tanaman yang tidak
dipangkas, namun antara defoliasi seluruh daun di atas tongkol dan defoliasi seluruh
daun di bawah tongkol menghasilkan pengaruh yang sama terhadap bobot kering.
Perbedaan interaksi ketiga perlakuan terhadap bobot kering (g) tanaman
(a) Tanpa Defoliasi
Gambar 4. Perbedaan antara Bobot Kering (g) Tanaman Jagung pada Berbagai Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl terhadap Defoliasi Daun Umur 12 MST
Dari pola perbedaan antara bobot kering (Gambar 4) terlihat pada Grafik (a)
tanpa defoliasi konsentrasi garam yang tinggi menghasilkan bobot kering terberat
pada varietas Bisi2 sedangkan pada konsentrasi yang rendah varietas Lokal
menghasilkan bobot kering terberat. Grafik (b) memperlihatkan defoliasi seluruh
menghasilkan bobot kering terberat pada varietas Bisi2 dan pada Grafik (c) defoliasi
seluruh daun dibawah tongkol dengan konsentrasi garam rendah maupun tinggi
varietas Bisi2 menghasilkan bobot kering terberat.
Nisbah Luas Daun (cm2.g-1)
Hasil data pengamatan nisbah luas daun (cm2.g-1) umur 3-12 MST tanaman
jagung dan sidik ragamnya terdapat pada Lampiran 25 sampai 32. Dari hasil sidik
ragam diperoleh bahwa perlakuan interaksi memberi pengaruh yang nyata terhadap
nisbah luas daun pada pemberian garam NaCl dengan varietas umur 9 MST dan 12
MST, pemberian garam NaCl dan defoliasi umur 3, 6 dan 9 MST, perlakuan varietas
dan defoliasi umur 6 MST serta interaksi ketiga perlakuan pemberian garam NaCl,
varietas dan defoliasi pada umur 12 MST.
Nisbah Luas Daun (cm2.g-1) yang memberikan pengaruh yang nyata akibat
perlakuan interaksi disajikan pada Tabel 9, 10 dan 11.
Tabel 10. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Varietas untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman
3 MST 6 MST 9 MST 12 MST
Perlakuan
Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Lokal Bisi2 Tanpa NaCl 4.33 3.50 58.89 68.21 125.64 d 151.62 a 223.46 c 250.64 a
3 kg per plot 3.82 3.69 51.90 63.57 105.91 e 132.49 c 174.34 d 235.69 b
6 kg per plot 3.62 3.59 51.79 68.62 84.87 f 150.83ab 161.36 f 167.64 e
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan nisbah luas daun pada varietas Lokal untuk setiap umur
pengamatan, sedangkan pada varietas Bisi2 mengalami peningkatan kecuali umur 12
MST.
Pada umur 3 MST dan 6 MST pemberian garam pada varietas Lokal dan Bisi2
tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap nisbah luas daun sedangkan umur 9
MST dan 12 MST memberi pengaruh yang nyata.
Untuk umur 9 MST pada taraf 3 kg NaCl varietas Bisi2 nyata nisbah luas daun
lebih luas dibanding Lokal, demikian juga pada umur 12 MST. Hasil yang sama juga
terjadi pada taraf 6 kg NaCl.
Perbedaan antara nisbah luas daun (cm2.g-1) dengan perlakuan pemberian
NaCl yang mendapat perlakuan varietas dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6
0
Gambar 5. Perbedaan antara Nisbah Luas Daun (cm2.g-1) Tanaman Jagung pada Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl pada Umur 9 MST
Dari pola perbedaan antara Nisbah Luas Daun (Gambar 5) terlihat bahwa
Nisbah Luas Daun varietas Bisi2 lebih luas baik pada konsentrasi rendah maupun
0
Gambar 6. Perbedaan antara Nisbah Luas Daun (cm2.g-1) Tanaman Jagung pada Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl pada Umur 12 MST
Dari pola perbedaan antara Nisbah Luas Daun (Gambar 6) terlihat bahwa
Nisbah Luas Daun varietas Bisi2 lebih luas baik pada konsentrasi rendah maupun
tinggi dibanding lokal.
Tabel 11. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan Defoliasi untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 11, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan penurunan nisbah luas daun untuk setiap umur pengamatan.
Pada umur 3 MST dan 6 MST tanpa diberi garam dengan diberi garam
Untuk umur 9 MST tanpa pemberian garam nisbah luas daun nyata lebih luas
dibanding pemberian 3 kg NaCl dan 6 kg NaCl sedangkan antara pemberian 3 kg
NaCl dan 6 kg NaCl memberi pengaruh yang sama terhadap nisbah luas daun.
Pada umur 12 MST pemberian garam tidak memberi pengaruh yang nyata
terhadap nisbah luas daun.
Tabel 12. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl, Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur Pengamatan 12 MST
Defoliasi Daun
Tanpa Defoliasi Defoliasi Seluruh Daun di atas Tongkol
Defoliasi Seluruh
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 12, dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
pada Lokal menyebabkan terjadinya peningkatan nisbah luas daun pada defoliasi
seluruh daun di atas tongkol, demikian juga pada defoliasi seluruh daun di bawah
tongkol. Hal yang sama juga dapat dilihat pada Bisi2 dengan bertambahnya
konsentrasi garam menyebabkan peningkatan nisbah luas daun pada defoliasi seluruh
daun di atas tongkol dan defoliasi seluruh daun di bawah tongkol
Pada taraf 3 kg NaCl perlakuan defoliasi seluruh daun di atas tongkol nyata
tanpa defoliasi dan defoliasi seluruh daun di bawah tongkol memiliki pengaruh yang
sama terhadap nisbah luas daun.
Pada taraf 6 kg NaCl perlakuan defoliasi seluruh daun di atas tongkol nyata
luas daun lebih besar dibanding tanaman tidak dipangkas namun antara tanpa
defoliasi dan defoliasi seluruh daun di bawah tongkol memiliki pengaruh yang sama
terhadap nisbah luas daun.
Pada taraf 3 kg NaCl perlakuan defoliasi seluruh daun di atas tongkol nyata
memiliki pengaruh yang sama dengan tanaman yang tidak dipangkas terhadap nisbah
luas daun namun tanpa defoliasi nyata nisbah luas daun lebih besar dibanding
defoliasi seluruh daun di bawah tongkol.
Pada taraf 6 kg NaCl perlakuan defoloasi defoliasi seluruh daun di atas
tongkol dan defoliasi seluruh daun di bawah tongkol memiliki nisbah luas daun yang
sama dengan tanaman yang tidak dipangkas.
Dari Tabel 11dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan terjadinya penurunan nisbah luas daun pada defoliasi seluruh daun di
atas tongkol sedangkan defoliasi seluruh daun di bawah tongkol mengalami
peningkatan.
Pada taraf 3 kg NaCl untuk Lokal perlakuan defoliasi seluruh daun di atas
tongkol nyata nisbah luas daun lebih kecil dibanding tanaman yang tidak dipangkas
namun tanpa defoliasi dan defoliasi seluruh daun di bawah tongkol menghasilkan
pengaruh yang sama terhadap nisbah luas daun. Demikian juga pada taraf 3 kg NaCl
Pada taraf 6 kg NaCl untuk Lokal perlakuan defoliasi tanpa defoliasi dan
defoliasi seluruh daun di atas tongkol menghasilkan nisbah luas daun lebih luas
dibanding defoliasi seluruh daun di bawah tongkol.
Pada taraf 6 kg NaCl untuk Bisi2 perlakuan defoliasi seluruh daun di atas
tongkol nyata nisbah luas daun lebih luas dibanding tanaman tidak dipangkas namun
defoliasi seluruh daun di bawah tongkol menghasilkan pengaruh yang sama terhadap
nisbah luas daun dengan tanpa defoliasi.
Perbedaan ketiga interaksi kombinasi perlakuan terhadap nisbah luas daun
(cm2.g-1) umur 9 MST tanaman jagung disajikan pada Gambar 7.
Dari pola perbedaan antara Nisbah Luas daun (Gambar 7) terlihat bahwa pada
Grafik (a) untuk tanpa defoliasi dengan meningkatnya konsentrasi garam terjadi
penurunan terhadap Nisbah Luas Daun, dan pada defoliasi seluruh daun diatas
tongkol dengan meningkatnya konsentrasi garam sampai 3 kg/plot terjadi penurunan
terhadap Nisbah Luas Daun, kemudian Nisbah Luas Daun mengalami peningkatan
sejalan dengan peningkatan konsentrasi garam, sedangkan defoliasi seluruh daun
dibawah tongkol Nisbah Luas Daun mengalami penurunan dengan meningkatnya
konsentrasi garam.
Pada Grafik (b) untuk tanpa defoliasi Nisbah Luas Daun mengalami
peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi garam sampai 3 kg/plot, kemudian
mengalami penurunan dengan peningkatan konsentrasi garam, pada defoliasi seluruh
daun diatas tongkol Nisbah Luas Daun mengalami penurunan dengan meningkatnya
konsentrasi garam, sedangkan defoliasi seluruh daun diatas tongkol peningkatan
konsentrasi garam sampai 3 kg/plot terjadi penurunan terhadap Nisbah Luas Daun
kemudian meningkat sejalan dengan meningkatnya konsentrasi garam.
Pada Grafik (c) untuk tanpa defoliasi peningkatan konsentrasi garam
menyebabkan peningkatan terhadap Nisbah Luas Daun demikian juga untuk defoliasi
seluruh daun dibawah tongkol, sedangkan defoliasi seluruh daun diatas tongkol
Tabel 13. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan Varietas dan Defoliasi Daun untuk Setiap Umur Pengamatan
Umur Tanaman Perlakuan
3 MST 6 MST 9 MST 12 MST
Lokal 3.93 54.19 b 105.47 186.39
Bisi2 3.59 66.80 a 144.98 2224.65
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan varietas tidak memberi pengaruh
yang nyata pada umur 3 MST, 9 MST dan 12 MST sedangkan 6 MST memberi
pengaruh yang nyata dimana varietas Bisi2 nyata lebih luas dibanding Lokal.
Tabel 14. Nisbah Luas Daun Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl,Varietas dan Defoliasi Daun untuk Umur Pengamatan 3 MST, 6 MST dan 9 MST
Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan terjadinya penurunan nisbah luas daun pada defoliasi seluruh daun di
atas tongkol sedangkan pada defoliasi seluruh daun di bawah tongkol mengalami
Laju Asimilasi Bersih (g.cm-2.minggu-1)
Hasil data pengamatan Laju asimilasi bersih (g. cm2.minggu-1) 1, 2 dan 3
tanaman jagung dan sidik ragamnya terdapat pada Lampiran 33 sampai 38. Dari
hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan interaksi memberi pengaruh yang nyata
terhadap laju asimilasi bersih pada pemberian garam NaCl dengan defoliasi untuk
LAB1, LAB2 dan LAB3, sedangkan interaksi lainnya tidak mmberikan pengaruh yang
nyata.
Laju asimilasi bersih (g. cm2.minggu-1) yang memberikan pengaruh yang
nyata akibat perlakuan interaksi disajikan pada Tabel 14.
Tabel 15. Laju Asimilasi Bersih Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl dan defoliasi untuk LAB1, LAB2 dan LAB3.
Umur Tanaman Perlakuan
LAB1 (3-6 MST) LAB2 (6-9 MST) LAB3 (9-12 MST)
Tanpa NaCl 145.61a 53.67a 20.82a
3 kg per plot 112.78b 50.60b 21.83a
6 kg per plot 107.78b 43.40c 23.71a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan terjadinya penurunan laju asimilasi bersih satu (LAB1) dan laju
asimilasi bersih dua (LAB2) sedangkan laju asimilasi bersih tiga (LAB3) mengalami
peningkatan.
Pada LAB1 tanpa pemberian garam nyata lebih berat dibanding dengan
kg per plot dan 6 kg per plot mempunyai pengaruh yang sama terhadap laju asimilasi
bersih.
Pada LAB2 tanpa pemberian garam nyata laju asimilasi bersih lebih berat dibanding
konsentrasi garam 3 kg per plot dan 6 kg per plot demikian juga antara konsentrasi
garam 3 kg per plot dan 6 kg per plot.
Pada LAB3 tanpa diberi garam dengan diberi garam mempunyai pengaruh
yang sama terhadap laju asimilasi bersih.
Genotipe yang toleran memiliki laju respirasi yang lebih kecil dari pada
genotipe yang peka, sehingga energi yang digunakan untuk mengatasi cekaman
salinitas bagi genotipe yang toleran menjadi berkurang. Genotipe yang toleran
berhasil mengatasi cekaman salinitas dengan cara meningkatkan kadar zat-zat yang
bersifat yang bersifat melindungi tanaman (delestrosa/ gula total) dan menekan kadar
zat-zat yang bersifat meracuni seperti leusin, isoleusin, NH3, tirosin, metionin dan
fenil alanin (Bintoro, 1989 dalam Sopandie, 2003).
Penggunaan varietas unggul Bisi2 relatif selalu lebih unggul dalam segala hal
yaitu penampilan daunnya, kejaguran tanaman dan kesesuaian tanaman terhadap
semua kondisi tanah maupun iklim dapat lebih adaptif, sedangkan varietas Lokal
hanya adaptif pada satu daerah tertentu saja yang artinya tidak semua varietas Lokal
Laju Tumbuh Relatif (g.tan-1.minggu-1)
Hasil data pengamatan Laju tumbuh relatif (g.tan-1.minggu-1) 1, 2 dan 3
tanaman jagung dan sidik ragamnya terdapat pada Lampiran 39 sampai 44. Dari
hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan interaksi memberi pengaruh yang nyata
terhadap laju tumbuh relatif pada interaksi ketiga perlakuan NaCl, varietas dan
defoliasi hanya pada LTR3, sedangkan interaksi lainnya tidak nyata pengaruhnya.
Laju tumbuh relatif (g.tan-1.minggu-1) yang memberikan pengaruh yang nyata
akibat perlakuan interaksi disajikan pada Tabel 15.
Tabel 16. Laju Tumbuh Relatif 1 (g.tan-1.minggu-1) Tanaman Jagung pada Berbagai Perlakuan NaCl, Varietas dan Defoliasi untuk LTR1, LTR2 dan LTR3
Umur Tanaman
Keterangan: Angka yang diikuti huruf kecil yang tidak sama pada kolom atau baris yang sama, menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % berdasarkan Uji Jarak Duncan
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya konsentrasi garam
menyebabkan terjadinya peningkatan laju tumbuh relatif satu (LTR1) dan laju tumbuh
relatif dua (LTR2), kemudian mengalami penurunan pada tumbuh relatif tiga (LTR3),
sedangkan pada varietas Bisi2 dengan bertambahnya konsentrasi garam menyebabkan
peningkatan laju tumbuh relatif satu (LTR1) kemudian mengalami penurunan pada
Pada laju tumbuh relatif satu (LTR1) dan laju tumbuh relatif dua (LTR2)
pemberian garam pada varietas Lokal dan Bisi2 tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap laju tumbuh relatif sedangkan pada laju tumbuh relatif tiga (LTR3)
memberi pengaruh yang nyata dimana pada taraf 3 kg NaCl perlakuan varietas Lokal
dan Bisi2 memberi pengaruh yang sama terhadap laju tumbuh relatif, demikian juga
pada taraf 6 kg NaCl.
Perbedaan antara Laju Tumbuh Relatif 1 (g.tan-1.minggu-1) dengan perlakuan
pemberian NaCl yang mendapat perlakuan varietas diperoleh pada Gambar 8.
0,00
Gambar 8. Perbedaan antara Laju Tumbuh Relatif (g.tan-1.minggu-1) Tanaman Jagung pada Berbagai Varietas yang Mendapat Perlakuan Pemberian NaCl.
Dari pola perbedaan Laju Tumbuh Relatif (Gambar 8) terlihat bahwa laju
tumbuh relatif varietas Bisi2 lebih cepat baik pada konsentrasi rendah maupun tinggi