• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penyuluhan Yang Dilakukan Oleh Perawat Gigi Dan Guru Orkes Dalam Meningkatkan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid SD Negeri 060973 Di Kecamatan Medan Selayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Penyuluhan Yang Dilakukan Oleh Perawat Gigi Dan Guru Orkes Dalam Meningkatkan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Murid SD Negeri 060973 Di Kecamatan Medan Selayang"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU

PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN

MEDAN SELAYANG

T E S I S

Oleh :

YETTI LUSIANI 057013029/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU

PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN

MEDAN SELAYANG

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh : YETTI LUSIANI

057013029/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

Nama Mahasiswa : Yetti Lusiani Nomor Induk Mahasiswa : 057013029

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui

Komisi Pembimbing :

(Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M.) (Drs. Tukiman, M.K.M.) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

(4)

Telah diuji

Tanggal 12 April 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M. Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si

(5)

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS PENYULUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PERAWAT GIGI DAN GURU ORKES DALAM MENINGKATKAN PERILAKU

PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD NEGERI 060973 DI KECAMATAN

MEDAN SELAYANG

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2010

(6)

ABSTRAK

Penyuluhan kesehatan gigi pada murid sekolah dasar merupakan pelaksanaan upaya promotif yang bertujuan untuk mengubah perilaku murid meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga terwujud perubahan perilaku yang baik. Berdasarkan survei pendahuluan di SD Negeri 060973 Kecamatan Medan Selayang oral higiene indeks rata-rata murid 2,55, penyuluhan kesehatan gigi dilakukan oleh perawat gigi dan penyuluhan tidak terjangkau untuk semua kelas. Dalam kaitan itu direncanakan suatu penyuluhan kesehatan gigi dengan memberdayakan guru orkes.

Tujuan penelitian untuk membandingkan efektivitas penyuluhan kesehatan gigi yang dilakukan oleh guru orkes dengan perawat gigi. Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian eksperimen pre-test and post-test group design. Populasi terdiri atas murid Sekolah Dasar Negeri 060973 di Kecamatan Medan Selayang, dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive sampling, analisis data dilakukan dengan memakai uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah penyuluhan dan setelah satu minggu penyuluhan terjadi kenaikan rata-rata nilai yang signifikan untuk pengetahuan, sikap dan Oral Higiene Indeks oleh guru orkes, signifikan untuk sikap dan Oral Higiene Indeks oleh perawat gigi. Kenaikan rata-rata nilai tindakan signifikan untuk kedua kelompok. Penyuluhan yang dilakukan oleh guru orkes lebih efektif dibandingkan dengan penyuluhan oleh perawat gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene. Pengetahuan dan sikap kenaikannya tidak signifikan namun signifikan pada Oral Higiene Indeks. Setelah satu minggu penyuluhan oleh guru orkes efektivitasnya masih lebih baik dibandingkan perawat gigi pada peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan dan Oral Higiene Indeks, namun yang signifikan sikap dan Oral Higiene Indeks.

Dinas Kesehatan Kota Medan harus lebih mengintensifkan kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Pendidikan Kota Medan, melakukan kerjasama antara unit pelayanan kesehatan gigi puskesmas dengan kepala-kepala sekolah, melakukan pelatihan untuk guru orkes oleh dokter gigi puskesmas dengan menggunakan pedoman yang telah dibuat Dinas Kesehatan Kota Medan, dan perlu mengkombinasikan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.

(7)

ABSTRACT

Dental health education in primary school is a promotive effort which purposing to change students’ behaviors covering knowledge aspect, attitude and action in achieving a good health behavior. Based on previous survey done in state primary school 060973 District Medan Selayang showed that oral hygiene index students average was 2,55,dental health education carried out by dental nurse and education was not covered for all classes. In that case a dental health education model was planned for physical exercise teacher.

The purpose of this research was to compare the effectiveness of dental health education by dental nurse and physical exercise teacher. The type of this research was quasi experiment with pre and post test control group design. Population consisted of elementary school students in District Medan Selayang, with the number of sample of 78 students. The sample was taken with purposive sampling, data analysis was done by using t-test.

The results of research showed that after educating and a week after it there were increasing significant averages of knowledge, behaviour and oral hygiene index in physical exercise teacher group and significant for behavior and Oral Hygiene Index in dental nurse group. In both education groups there were increasing average significant action. Physical exercise teacher education was more effective than dental nurse’s education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index. There were no significant increments for knowledge and behavior except for Oral Hygiene Index. After a week, physical exercise teacher group education was more effective than dental nurse group education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index aspect, only action and Oral Hygiene Index were significant.

The District of Health of Medan City should be more intensive of cross-sectoral cooperation with the Medan City Education , the cooperation between units of dental health services with school principals, performed training for physical exercise teacher by dentist using guidelines that have been made by Medan City Departement of Health, and necessary to combined educational method appropriate to the needs of the target.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Efektivitas Penyuluhan yang Dilakukan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes dalam Meningkatkan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Murid SD Negeri 060973 di Kecamatan Medan Selayang”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K).

(9)

kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Drg. Lina Natamiharja, S.K.M., selaku ketua komisi pembimbing dan Drs. Tukiman, M.K.M., selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si dan Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M. selaku penguji tesis atas masukan dan saran-saran perbaikan mulai dari proposal hingga penulisan tesis ini

Selanjutnya terima kasih juga kepada Tiorlina Siahaan, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 060973 Kecamatan Medan Selayang Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Negeri 060973 Medan.

Terima kasih juga kepada para dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Yetti Lusiani lahir pada tanggal 18 Juni 1970 di kota Medan, anak bungsu dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Drg. H. Rustam Latif dan Ibunda Hj. Masna Isa. Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SD Harapan2 Medan selesai tahun 1983, Sekolah Menengah Pertama di SMP Harapan2 Medan selesai tahun 1986, SMA Negeri I Medan selesai tahun 1989, melanjutkan S-1 di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan selesai tahun 1995.

Mulai bekerja sebagai Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) pada Puskesmas Cengkeh Turi Kodya Binjai, Propinsi Sumatera Utara mulai 1 Januari 1996 sampai 31 Desember 1998. Bulan Maret sampai Mei tahun 1999 bertugas di Puskesmas Sikabu Padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat. Bulan Juni 1999 sampai tahun 2002 bertugas sebagai dokter gigi di Puskesmas Lubuk Alung Padang Pariaman, Sumatera Barat. Tahun 2003 sampai sekarang bertugas di Politeknik Kesehatan Jurusan Kesehatan Gigi Medan.

Pada tanggal 26 September tahun 1993, penulis menikah dengan Drg. H.Amir Salim, M.Kes. anak keenam dari enam bersaudara anak dari Bapak H. Drs. Ramli Karsono dengan Hj. Dra. Halida, dan penulis dikaruniai seorang putera bernama Rahmat Saleh dan seorang puteri bernama Annisa Athirah.

(12)
(13)

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ………... 35

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………...…..…..… 36

3.3. Populasi dan Sampel ……….… 36

3.4. Metode Pengumpulan Data ………... 38

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ………..….. 40

3.6. Metode Pengukuran ... 42

3.7. Metode Analisis Data ... 42

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 43

4.1. Deskripsi Lokasi penelitian ... 43

4.2. Karakteristik Sampel ... 43

4.3. Gambaran Hasil Pengamatan Selama Penyuluhan ... 44

4.4. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut ... 45

4.5. Nilai Pengetahuan, Sikap dan OHI Murid Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kelompok Perawat Gigi ... 59

4.6. Nilai Pengetahuan, Sikap dan OHI Murid Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kelompok Guru Orkes ... 60

4.7. Nilai Tindakan Dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Kelompok Perawat Gigi dan Guru Orkes ... 62

4.8. Perbandingan Efektivitas Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes .…………..…. 63

4.9. Perbandingan Efektivitas Sebelum dan Sesudah Satu Minggu Dilakukan Penyuluhan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes ... 64

BAB 5 PEMBAHASAN ... 66

5.1. Pengetahuan, Sikap, Tindakan dan OHI Murid ... 66

5.2. Efektivitas Penyuluhan yang Dilakukan oleh Perawat Gigi dan Guru Orkes ... 68

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ………... 74

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Kriteria Pemeriksaan Debris ………... 31

2.2 Kriteria Pemeriksaan Kalkulus ………... 32

2.3 Kriteria Oral Higiene Indeks ... 32

3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

3.2 Aspek Pengukuran ... 42

4.1 Gambaran Karakteristik Sampel ... 44

4.2 Hasil Pengamatan dan Wawancara Proses Penyuluhan Kelompok Perawat Gigi dan Guru Orkes ………..…. 46

4.3 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ………...…..…. 47

4.4 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sesudah Penyuluhan dan Sesudah Satu Minggu Penyuluhan …..… 48

4.5 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Guru Orkes Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ………... 49

4.6 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Guru Orkes Sesudah Penyuluhan dan Sesudah Satu Minggu Penyuluhan ..…… 50

4.7 Distribusi Sikap Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan ………... 52

4.8 Distribusi Sikap Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sesudah Penyuluhan dan Sesudah Satu Minggu Penyuluhan …... 53

(15)

ABSTRAK

Penyuluhan kesehatan gigi pada murid sekolah dasar merupakan pelaksanaan upaya promotif yang bertujuan untuk mengubah perilaku murid meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga terwujud perubahan perilaku yang baik. Berdasarkan survei pendahuluan di SD Negeri 060973 Kecamatan Medan Selayang oral higiene indeks rata-rata murid 2,55, penyuluhan kesehatan gigi dilakukan oleh perawat gigi dan penyuluhan tidak terjangkau untuk semua kelas. Dalam kaitan itu direncanakan suatu penyuluhan kesehatan gigi dengan memberdayakan guru orkes.

Tujuan penelitian untuk membandingkan efektivitas penyuluhan kesehatan gigi yang dilakukan oleh guru orkes dengan perawat gigi. Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian eksperimen pre-test and post-test group design. Populasi terdiri atas murid Sekolah Dasar Negeri 060973 di Kecamatan Medan Selayang, dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang. Pengambilan sampel dilaksanakan secara purposive sampling, analisis data dilakukan dengan memakai uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesudah penyuluhan dan setelah satu minggu penyuluhan terjadi kenaikan rata-rata nilai yang signifikan untuk pengetahuan, sikap dan Oral Higiene Indeks oleh guru orkes, signifikan untuk sikap dan Oral Higiene Indeks oleh perawat gigi. Kenaikan rata-rata nilai tindakan signifikan untuk kedua kelompok. Penyuluhan yang dilakukan oleh guru orkes lebih efektif dibandingkan dengan penyuluhan oleh perawat gigi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene. Pengetahuan dan sikap kenaikannya tidak signifikan namun signifikan pada Oral Higiene Indeks. Setelah satu minggu penyuluhan oleh guru orkes efektivitasnya masih lebih baik dibandingkan perawat gigi pada peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan dan Oral Higiene Indeks, namun yang signifikan sikap dan Oral Higiene Indeks.

Dinas Kesehatan Kota Medan harus lebih mengintensifkan kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Pendidikan Kota Medan, melakukan kerjasama antara unit pelayanan kesehatan gigi puskesmas dengan kepala-kepala sekolah, melakukan pelatihan untuk guru orkes oleh dokter gigi puskesmas dengan menggunakan pedoman yang telah dibuat Dinas Kesehatan Kota Medan, dan perlu mengkombinasikan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.

(16)

ABSTRACT

Dental health education in primary school is a promotive effort which purposing to change students’ behaviors covering knowledge aspect, attitude and action in achieving a good health behavior. Based on previous survey done in state primary school 060973 District Medan Selayang showed that oral hygiene index students average was 2,55,dental health education carried out by dental nurse and education was not covered for all classes. In that case a dental health education model was planned for physical exercise teacher.

The purpose of this research was to compare the effectiveness of dental health education by dental nurse and physical exercise teacher. The type of this research was quasi experiment with pre and post test control group design. Population consisted of elementary school students in District Medan Selayang, with the number of sample of 78 students. The sample was taken with purposive sampling, data analysis was done by using t-test.

The results of research showed that after educating and a week after it there were increasing significant averages of knowledge, behaviour and oral hygiene index in physical exercise teacher group and significant for behavior and Oral Hygiene Index in dental nurse group. In both education groups there were increasing average significant action. Physical exercise teacher education was more effective than dental nurse’s education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index. There were no significant increments for knowledge and behavior except for Oral Hygiene Index. After a week, physical exercise teacher group education was more effective than dental nurse group education in improving knowledge, behavior, action and Oral Hygiene Index aspect, only action and Oral Hygiene Index were significant.

The District of Health of Medan City should be more intensive of cross-sectoral cooperation with the Medan City Education , the cooperation between units of dental health services with school principals, performed training for physical exercise teacher by dentist using guidelines that have been made by Medan City Departement of Health, and necessary to combined educational method appropriate to the needs of the target.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003 menunjukkan bahwa dari 10 (sepuluh) kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat, penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama. Penyakit gigi yang banyak dikeluhkan masyarakat adalah karies gigi (dental caries) dan penyakit periodontal (kelainan jaringan penyangga gigi).

Berdasarkan SKRT (2004), prevalensi karies sebesar 90,05%, sedangkan prevalensi penyakit periodontal 96,58%. Data Departemen Kesehatan dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, sekitar 72% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi berlubang) dan 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat dan pada umumnya diderita anak-anak.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), tiap anak Indonesia rata-rata memiliki 2,2 gigi berlubang, hal ini dipicu perilaku kegemaran anak-anak mengkonsumsi permen. Makanan manis, lunak, melekat serta makanan yang berupa zat tepung dapat merusak gigi.

(18)

Selayang II dan Puskesmas Padang Bulan Kota Medan tahun 2008 pada siswa sekolah dasar, diperoleh prevalensi karies gigi sebesar 80,21%.

Di samping karies gigi penyakit gigi yang banyak dikeluhkan adalah penyakit periodontal. Berdasarkan SKRT (2003) penduduk usia 10 tahun ke atas, 46% mengalami penyakit gusi, prevalensi semakin tinggi pada umur yang lebih tinggi. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas hidup anak jika dikaitkan dengan gangguan produktivitas sehari-hari dan dapat menyebabkan siswa merasa terganggu bersekolah karena sakit gigi.

Karies dan penyakit periodontal terjadi akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut yang terjaga memperkecil terjadinya kerusakan gigi. Tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada umumnya disebabkan karena berbagai faktor, antara lain : faktor pengetahuan, sikap dan perilaku atau tindakan dalam memelihara kesehatan gigi yang masih rendah. SKRT (2004) menunjukkan perilaku masyarakat mengenai kebiasaan menggosok gigi, sebanyak 91% penduduk usia 10 tahun ke atas telah melakukannya setiap hari, namun hanya 7% yang menggosok gigi di waktu yang benar, yaitu sesudah sarapan pagi dan sebelum tidur malam. Kurangnya pengetahuan murid dan kebiasaan yang salah dalam memelihara gigi juga memperparah jumlah angka penyakit gigi pada anak sekolah.

(19)

berkesinambungan. UKGS ditekankan pada upaya promotif dan preventif. Upaya promotif berupa pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi sedangkan preventif berupa pencegahan penyakit gigi (sikat gigi bersama menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor). Untuk jangkauan yang luas usaha ini dapat didelegasikan pada tenaga non dental yaitu : guru, dokter kecil, tenaga kesehatan lainnya (Depkes RI, 1999).

Tenaga kesehatan gigi di puskesmas (dokter gigi dan perawat gigi) berperan dalam peningkatan kesehatan gigi. Pelaksanaan kegiatan pencegahan yang dilakukan pada anak sekolah dasar meliputi pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi di sekolah, mengajar anak-anak cara menyikat gigi yang baik, melaksanakan sikat gigi masal, melakukan penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I, melakukan pencabutan gigi susu yang sudah waktunya tanggal dan melakukan perawatan gigi (Depkes RI, 1999).

(20)

Kerjasama dengan kepala sekolah sangat diperlukan karena penyuluhan dilaksanakan pada jam-jam sekolah dan seharusnya sudah dijadwalkan pada awal tahun pelajaran. Peran serta guru kelas, guru olah raga kesehatan (orkes) dan kepala sekolah besar artinya dalam keberhasilan usaha kegiatan penyuluhan tersebut. Secara khusus guru yang diberikan pelatihan UKGS sebagai kader kesehatan dapat melakukan deteksi awal terjadinya karies dan adanya kalkulus pada gigi, dengan demikian dapat menurunkan tingkat penyakit gigi dan mulut pada anak sekolah yang datang ke puskesmas. Penyuluhan dan pencegahan penyakit gigi dan mulut merupakan upaya salah satu program UKGS, yang mana sasaran dan tujuan program tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut yang baik, sehingga sewaktu murid lulus dari sekolah tidak mengalami gangguan serius pada giginya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2001) dan Depkes RI menetapkan status kesehatan gigi dan mulut yang optimal untuk semua anak usia 12 tahun yaitu rata-rata indeks DMF-T per-anak tidak lebih dari 3 dan Oral Higiene Indeks (OHI) tidak lebih dari 1,2. Oleh karenanya program promotif dan preventif lebih ditekankan dalam penanggulangan masalah kesehatan gigi.

(21)
(22)

Menurut Astoeti (2006), guru adalah orang yang membantu orang lain belajar dengan melatih, menerangkan, memberi ceramah, mengatur disiplin, menciptakan pengalaman, dan mengevaluasi kemampuan siswa. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik.

Model penyuluhan yang ingin dilakukan penulis adalah :

1. Merancang dan menentukan materi penyuluhan untuk murid sekolah dasar.

2. Pemberian penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode ceramah, demonstrasi dan praktik.

3. Alat bantu penyuluhan digunakan poster, model gigi beserta sikat gigi. 4. Petugas yang memberikan penyuluhan adalah guru orkes yang akan dilatih. 5. Waktu penyuluhan terjadwal dan berkesinambungan.

6. Sebelum dan sesudah penyuluhan dilakukan pemeriksaan oral higiene indeks. 7. Dilakukan evaluasi terhadap murid untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan

tindakan dalam hal memelihara kesehatan gigi dan mulut sehingga dicapai perilaku yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut murid, dalam rangka itulah penelitian ini dilaksanakan.

1.2 Permasalahan

(23)

murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut pada murid SD Negeri 060973 di Kecamatan Medan Selayang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan murid sekolah dasar terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sesudah diberikan penyuluhan oleh perawat gigi dan guru orkes.

2. Untuk membandingkan efektivitas penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan yang dilakukan guru orkes.

1.4 Hipotesis

1. Ada peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar sesudah diberikan penyuluhan oleh perawat gigi dan guru orkes.

(24)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Keterpakaian model penyuluhan dengan pemberdayaan guru orkes bagi pelaksanaan penyuluhan kesehatan gigi di sekolah dasar khususnya dalam rangka pelaksanaan program UKGS.

2. Untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut murid sekolah dasar. 3. Memberi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dalam aplikasi

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

(26)

politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.

2.2. Penyuluhan

(27)

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan non-formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Zulkarimein, 1989).

Penyuluhan merupakan salah satu upaya promotif dalam pelaksanaan program UKGS di sekolah-sekolah. Upaya promotif yang dilaksanakan di UKGS, lebih diarahkan pada pendekatan pendidikan kesehatan gigi. Upaya ini biasanya dilakukan oleh guru sekolah ataupun guru orkes yang sudah dilatih. Mereka dapat menjalankan upaya promotif/penyuluhan ini dengan jalan memasukkan pelajaran tentang kesehatan gigi dan mulut. Tujuan umum UKGS adalah tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut murid yang optimal, sedangkan tujuan penyuluhan dalam program UKGS agar murid mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya secara benar baik dalam pengetahuan, sikap maupun tindakan. (Herijulianti dkk, 2002).

(28)

1. Murid kelas 1 - 2 yang berumur 6 – 7 tahun, pola berpikirnya masih dipengaruhi fantasi menjadi kenyataan, materi penyuluhan yang diberikan adalah bentuk gigi dan waktu menyikat gigi.

2. Murid kelas 3 - 4 yakni berumur 8 – 10 tahun mempunyai masa berpikir naif dan nyata atau masa mengumpulkan ilmu pengetahuan, materi penyuluhan yang diberikan : anatomi gigi, proses karies, proses terjadinya plak dan cara menyikat gigi.

3. Murid kelas 5 – 6 yakni berumur 11 – 12 tahun memiliki masa berpikir kritis dan nyata, materi penyuluhan yang diberikan adalah penggunaan fluor, penyakit gigi, perawatan gigi berlubang dan penyakit gusi.

2.2.1 Langkah-langkah Penyuluhan

Untuk melaksanakan program penyuluhan harus membuat perencanaan penyuluhan terlebih dahulu. Suatu perencanaan yang baik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Dapat dilaksanakan terus menerus. 2. Berorientasi ke masa depan.

3. Dapat menyelesaikan suatu masalah. 4. Mempunyai tujuan.

(29)

1. Analisis Situasi.

Analisis situasi merupakan suatu kegiatan dalam mengumpulkan data tentang keadaan wilayah, masalah-masalah sehingga diperoleh informasi yang akurat tentang masalah yang dihadapi.

2. Penentuan Prioritas Masalah

Mengurutkan masalah dari masalah yang dianggap paling penting sampai dengan urutan yang kurang penting. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain dengan cara pembobotan.

3. Penentuan Tujuan

Tujuan penyuluhan adalah mengubah perilaku anak dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat.

4. Penentuan Sasaran

Sasaran untuk penyuluhan dapat dibedakan menjadi : a. Masyarakat umum

b. Masyarakat sekolah, sebagai masyarakat yang mudah dicapai

c. Kelompok masyarakat tertentu, misalnya kader kesehatan yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.

5. Penentuan Pesan

(30)

6. Penentuan Metode

Pemilihan metode biasanya mengacu pada penentuan tujuan yang ingin dicapai, apakah pengubahan pada tingkat kognitif, afektif atau psikomotor (contoh : untuk mengubah kognitif/pengetahuan dapat memilih dengan menggunakan metode ceramah ataupun diskusi).

7. Penentuan Media

Dalam menyampaikan penyuluhan digunakan media dan alat bantu peraga. Pemilihan media dan metode yang tepat serta didukung oleh kemampuan dari tenaga penyuluh merupakan suatu hal untuk mempermudah proses belajar mengajar.

8. Penentuan Rencana Penilaian

Penilaian yang dilakukan meliputi : penentuan tujuan penilaian, penentuan tolak ukur yang akan digunakan untuk penilaian.

9. Penyusunan Jadwal Kegiatan

Rencana kegiatan dibuat dalam satu kurun waktu dan terjadwal yang disesuaikan dengan sasaran, tujuan, materi, media, alat peraga, petugas penyuluh, waktu dan rencana penilaian.

2.2.2 Metode Penyuluhan

(31)

digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2007). Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :

1. Metode One Way Methode

Menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah : metode ceramah, siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran.

2. Metode Two Way Methode

Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.Yang termasuk dalam metode ini adalah : wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya jawab.

Berdasarkan jumlah sasaran, metode yang dapat digunakan antara lain :

1. Kelompok Besar (lebih dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok besar ini antara lain adalah ceramah, demonstrasi dan seminar.

2. Kelompok Kecil (kurang dari 15 orang), metode yang baik untuk kelompok ini antara lain : diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), memainkan peran (roleplay).

Salah satu program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah kegiatan promotif dengan memberikan penyuluhan. Adapun metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah, demonstrasi dan praktik.

1. Ceramah

(32)

sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. Ciri-ciri metode ceramah : ada sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan sebelumnya, ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan yang akan disampaikan, tidak adanya kesempatan bertanya bagi sasaran, bila ada jumlahnya sangat dibatasi dan menggunakan alat peraga untuk mempermudah pengertian. Keuntungan metode ceramah : murah dan mudah menggunakannya, waktu yang diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, dapat diterima oleh sasaran yang tidak dapat membaca dan menulis, penyuluh dapat menjelaskan dengan menekankan bagian yang penting. Kerugian metode ceramah : tidak dapat memberikan kesempatan kepada sasaran untuk berpartisipasi secara pro aktif (sasaran bersifat pasif), cepat membosankan jika ceramah yang disampaikan kurang menarik sasaran, pesan yang disampaikan mudah untuk dilupakan oleh sasaran, sering menimbulkan pengertian lain apabila sasaran kurang memperhatikan. 2. Demonstrasi

(33)

terbatas, membantu sasaran untuk memahami dengan jelas jalannya suatu proses prosedur yang dilakukan. Kerugian demonstrasi : tidak dapat dilihat oleh sasaran apabila alat yang digunakan terlalu kecil atau penempatannya kurang pada tempatnya, uraian atau penjelasan yang disampaikan kurang jelas, waktu yang disediakan terbatas sehingga sasaran tidak dapat diikutsertakan (Taufik, 2007).

3. Praktik

Praktik adalah cara untuk melihat tindakan yang dilakukan seseorang apakah sudah sesuai dengan yang diinstruksikan. Untuk mengetahui ketrampilan murid dalam menyikat gigi yang baik dan benar dilakukan praktik menyikat gigi secara bersama-sama.

2.2.3 Alat Bantu Penyuluhan

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan penyuluh guna memperlancar kegiatan penyuluhan. Alat bantu lebih sering disebut alat peraga yang merupakan alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi sebagai alat untuk memperagakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan oleh penyuluh guna membantu proses belajar mengajar, agar materi lebih mudah diterima dan dipahami oleh sasaran. Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu, yaitu sebagai berikut :

(34)

bentuk, yaitu alat yang diproyeksikan (slide, film, dan film strip) dan alat-alat yang tidak diproyeksikan.

2. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu proses penyampaian dalam pendidikan, misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

3. Alat bantu lihat/dengar (audio-visual aids) seperti televisi dan video cassete. Alat bantu ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Elgar dale (cit, Notoatmodjo, 2005), membagi alat bantu alat peraga tersebut atas sebelas macam dan menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut. Secara berurutan dari intensitas yang paling kecil sampai yang paling besar alat tersebut adalah sebagai berikut : 1). Kata-kata; 2). Tulisan; 3). Rekaman; 4). Film; 5). Televisi; 6). Pameran; 7). Fieldtrip; 8). Demonstrasi; 9). Sandiwara; 10). Benda Tiruan; 11). Benda Asli. Alat bantu dalam melakukan penyuluhan sangat membantu agar pesan-pesan dapat disampaikan lebih jelas dan tepat.

Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menurut pembuatan dan penggunaannya :

(35)

2. Alat peraga sederhana seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan dan sebagainya. Selain itu juga poster, spanduk, leaflet,

flanelgraph, boneka wayang dan sebagainya.

2.2.4 Media Penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh penyuluh, baik melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang sehingga sasaran mendapat pengetahuan yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. Menurut bentuknya media penyuluhan dibedakan atas :

1. Media visual : media yang sifatnya dapat dilihat (slide, transparansi,). 2. Media audio : media yang sifatnya dapat didengar (radio).

3. Media audiovisual : media yang dapat didengar dan dilihat (televisi, film). 4. Media tempat memperagakan (papan tulis, papan tempel, OHP, papan planel). 5. Media pengalaman nyata atau media tiruan (simulasi, benda nyata).

6. Media cetakan (buku bacaan, leaflet, folder, poster, brosur).

2.3. UKGS

(36)

dipakai sistem Incremental yaitu suatu metode di mana pada setiap siswa SD sejak kelas I diperiksa, diikuti perkembangannya dan diberikan perawatan yang diperlukan. Pada Pelita II dan III berkembang menjadi UKGS Integrasi, yaitu peningkatan pada siswa SD yang dititik beratkan pada upaya penyuluhan dan pencegahan dan membina integrasi antara tenaga kesehatan gigi dan tenaga kesehatan non gigi yang lebih efektif dan UKGS Selektif yaitu pelayanan paripurna pada setiap kelainan gigi dan mulut yang ada pada siswa kelas VI di mana diharapkan setelah tamat siswa memiliki kebiasaan pelihara diri yang baik memiliki kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

Pada kurun waktu Pelita IV, dilakukan penataan program UKGS dimana kegiatan UKGS dilaksanakan dengan sistem Pentahapan yaitu Tahap I, II dan III yang disesuaikan dengan kemampuan fasilitas dan tenaga kesehatan gigi yang ada pada Puskesmas. Pengertian pentahapan UKGS ini tetap dipertahankan hingga saat ini. Pada Pelita V berdasarkan evaluasi (Litbangkes, 1986), pelayanan komprehensif pada UKGS Tahap III yang semula dilakukan di kelas VI dimulai lebih awal yaitu pada kelas V.

2.3.1 Tujuan UKGS

Tujuan UKGS adalah :

(37)

2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene).

3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara kebersihan mulutnya di rumah (habit formation).

4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha preventif gagal melalui sistem selektif (selective approach). 5. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengan suatu sistem

pembayaran yang bersifat pra-upaya.

2.3.2 Strategi Pentahapan UKGS

Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan UKGS diterapkan berdasarkan strategi pentahapan dan keadaan tenaga serta fasilitas kesehatan gigi di Puskesmas yang disesuaikan dengan paket-paket UKS yang meliputi :

1. UKGS Tahap I / Paket Minimal UKS

Pada tahap ini, usaha kesehatan gigi dan mulut belum terjangkau oleh fasilitas tenaga kesehatan sehingga dilakukan oleh tim pelaksana UKS di SD/MI dan guru sekolah. Kegiatan berupa :

a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut oleh guru dengan materi sesuai kurikulum olah raga dan kesehatan.

(38)

c. Rujukan kesehatan gigi dan mulut bagi anak didik yang memerlukan.

2. UKGS Tahap II / Paket Standar UKS

Pada tahap ini, sudah ada tenaga kesehatan walaupun masih terbatas. Kegiatan berupa :

a. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut oleh guru.

b. Upaya pencegahan berupa sikat gigi massal dengan pasta gigi mengandung fluor satu kali sebulan untuk kelas I, II dan III, pembersihan karang gigi dan kumur-kumur dengan larutan fluor.

c. Upaya penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I.

d. Upaya perawatan medik dasar bagi anak didik yang memerlukan misalnya pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru. f. Rujukan bagi yang memerlukan.

3. UKGS Tahap III / Paket Optimal UKS

Pada tahap ini sudah ada tenaga kesehatan gigi yang lengkap. Kegiatannya berupa :

a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi.

(39)

c. Upaya pencegahan berupa sikat gigi massal kelas I-VI dengan menggunakan pasta gigi mengandung fluor minimal 1 kali sebulan, pembersihan karang gigi dan aplikasi fluor.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

e. Upaya perawatan medik dasar berupa pengobatan atas permintaan pada murid kelas I-VI (care on demand).

f. Upaya perawatan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I, III, V dan VI (treatment need).

g. Rujukan bagi yang memerlukan.

2.3.3 Peranan Tenaga Pelaksana dalam Pelaksanaan UKGS

Dalam pelaksanaan UKGS ada beberapa tenaga yang dilibatkan seperti pelaksana di puskesmas yaitu dokter gigi dan perawat gigi, sementara pelaksana di sekolah yaitu guru (guru orkes). Dokter gigi dan perawat gigi berperan dalam peningkatan kesehatan gigi, untuk mengubah perilaku masyarakat dari perilaku yang tidak sehat ke arah perilaku sehat. Dalam menjalankan perannya, tenaga kesehatan harus mampu menyadarkan masyarakat termasuk anak-anak tentang permasalahan yang terjadi dan memberi penjelasan mengenai sebab-sebab timbulnya masalah dan cara mengatasinya. Oleh karena itu, tenaga kesehatan diharapkan dapat melaksanakan kegiatan pencegahan yang meliputi (Depkes RI, 2000) :

(40)

2. Mengajarkan anak-anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik. 3. Melaksanakan sikat gigi massal.

4. Melakukan penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I. 5. Melakukan pencabutan gigi susu yang sudah waktunya tanggal. 6. Melakukan perawatan/penambalan gigi.

7. Melakukan scaling (pembersihan karang gigi).

Sekolah merupakan lembaga formal yang di dalamnya terdapat kurikulum, guru, murid, metode belajar, media dan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan kegiatan belajar. Kepala sekolah, guru dilibatkan dalam pendidikan kesehatan gigi dan melakukan pemecahan masalah khususnya kesehatan gigi dan mulut melalui pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan yang dilakukan guru adalah (Astoeti, 2006) :

1. Memimpin sikat gigi masal dengan pasta gigi berfluor. 2. Melaksanakan kumur-kumur dengan larutan fluor.

3. Memberikan pendidikan kesehatan gigi yang berkesinambungan dalam mata pelajaran olah raga dan kesehatan.

4. Menjaring murid kelas I SD 5. Merujuk murid ke Puskesmas.

2.4. Perilaku

(41)

langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Menurut Bloom (1974) membagi perilaku dalam 3 (tiga) domain (ranah) yakni : kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Notoatmodjo (2007), dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dibagi dalam 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007):

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

(42)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktuk organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dsb). Sikap belum merupakan suatu tindakan, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Alport, 1935 cit Azwar 2005). Sikap relatif konstan dan agak sukar berubah sehingga jika ada perubahan dalam sikap berarti adanya tekanan yang kuat.

(43)

pendidikan maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar, 2005).

3. Praktik atau tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata dibutuhkan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Tindakan adalah niat yang sudah direalisasikan dalam bentuk tingkah laku yang tampak dan memerlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Dari pandangan biologis tindakan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respons terpimpin (guided response), yaitu tingkah laku yang dilakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan yang telah dicontohkan.

c. Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.

(44)

2.5. Penyakit Gigi dan Mulut

Penyakit gigi dan mulut yang sering dijumpai pada anak usia sekolah dasar adalah karies. Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.

Karies gigi adalah suatu penyakit multi faktorial di mana ada tiga faktor utama yang memegang peranan terjadinya karies ditambah faktor waktu yang saling berinteraksi (Panjaitan,1997; Harris & Christen,1995), yaitu :

1. Tuan rumah (Host)

(45)

memegang peranan utama dalam pembentukan metabolisme asam bakteri mulut, dan metabolisme ini menentukan pH saliva, makin rendah pH saliva maka karies cenderung semakin tinggi (Panjaitan, 1997). Demikian pula jika aliran saliva berkurang maka karies mungkin akan tidak terkendali.

2. Agen (Agent)

Dalam hal ini agen adalah mikroorganisme (bakteri) mulut yang kariogenik. Beberapa penelitian menyatakan bahwa mikroorganisme Streptococcus mutans

adalah yang paling kariogenik dibandingkan bakteri lainnya di dalam mulut.

Streptococcus mutans merupakan bakteri yang kariogenik karena mampu dengan segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Bakteri tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi.

3. Lingkungan (Environment)

(46)

dengan proses demineralisasi dan remineralisasi email (Kidd, 1991; cit. Sumawinata, 1992).

4. Waktu (Time) yang cukup lama untuk terjadinya lesi karies, frekuensi mengkonsumsi karbohidrat dan lamanya perlekatan karbohidrat pada email.

Agar karies dapat terjadi, kondisi dari setiap faktor harus saling mendukung yaitu adanya tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.

Rangkaian faktor-faktor yang berhubungan dengan status karies gigi dapat digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling bekerja simultan.

Agen

Host Karies Lingkungan

Waktu

(47)

2.6. Oral Higiene Indeks (OHI)

Oral Higiene Indeks untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri atas dua komponen : Debris Indeks dan Kalkulus Indeks yang masing-masing mempunyai rentangan skor 0-3. Tidak semua gigi yang diukur hanya beberapa gigi indeks saja sehingga dinamakan Oral Higiene Indeks Disederhanakan (Simplified Oral Hygiene Index), yaitu gigi :

6 1 6 6 1 6

Keterangan: Gigi molar RA : bukal posterior RB : lingual posterior

Gigi insisivus RA : labial kanan RB : labial kiri Tabel 2.1 Kriteria Pemeriksaan Debris

No Kriteria Nilai

1 Tidak ada debris atau pewarnaan ekstrinsik (stein) 0 2 a. Ada debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 1

permukaan gigi

b. Tidak ada debris lunak, tetapi ada pewarnaan ektrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya

3 Ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas lebih 2 dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi

4 Ada debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan atau 3 seluruh permukaan gigi

Jumlah penilaian debris Debris Indeks =

(48)

Tabel 2.2 Kriteria Pemeriksaan Kalkulus

No Kriteria Nilai

1 Tidak dijumpai kalkulus 0

2 Ada kalkulus supragingival menutupi kurang dari 1/3 1 permukaan gigi

3 a. Adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 2 tetapi belum melewati 2/3 permukaan gigi

b. Sekitar bagian servikal gigi ada flek-flek atau sedikit kalkulus subgingival

4 a. Ada kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 3 permukaan gigi atau seluruh permukaan gigi

b. Ada kalukulus subgingival yang menutupi dan melingkari seluruh servikal gigi

Jumlah penilaian kalkulus Kalkulus Indeks =

Jumlah gigi yang diperiksa

Oral higiene indeks dapat diketahui dengan menjumlahkan skor debris dan skor kalkulus (OHI = DI + CI). Skor semakin kecil menandakan kebersihan gigi dan mulut lebih baik (Tabel 2.3).

Tabel 2.3 Kriteria Oral Higiene

Tingkat debris Skor debris Tingkat oral Skor OHI Higiene

Baik 0,0 – 0,6 Baik 0,0 – 1,2

Sedang 0,7 – 1,8 Sedang 1,3 – 3,0

Jelek 1,9 – 3,0 Jelek 3,1 – 6,0

2.7. Landasan Teori

(49)

yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan siswa di sekolah, kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu bagian dari kesehatan umum yang mempunyai peran penting dalam fungsi kesehatan (Depkes RI, 1996).

Usaha pencegahan penyakit gigi dan mulut terutama ditujukan kepada murid-murid sekolah, antara lain melalui program UKGS. Penyuluhan merupakan salah satu program UKGS. Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Herawani, 2001).

Pemberian penyuluhan yang terencana bagi anak sekolah dengan membuat langkah-langkah perencanaan penyuluhan yang meliputi analisis situasi, penentuan perioritas masalah, penentuan tujuan, penentuan sasaran, penentuan pesan, penentuan metode, penentuan media, penentuan rencana penilaian dan penyusunan jadwal kegiatan. Model penyuluhan dirancang sesuai dengan sasaran anak didik untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tindakannya (Herijulianti, 2002).

(50)

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap sesuatu objek. Tindakan merupakan niat yang telah terealisasi dalam bentuk tingkah laku (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bersifat menetap daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan aktivitas dari manusia itu sendiri. Perilaku diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Seseorang yang mempunyai peningkatan pengetahuan akan bersikap mendukung dan akan tercermin dalam bentuk tindakan atau tingkah laku yang lebih baik (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitian ini akan dibandingkan hasil penyuluhan UKGS yang biasa dilakukan oleh perawat gigi dengan penyuluhan UKGS dengan memberdayakan guru orkes terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan serta oral higiene indeks.

2.8. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Penyuluhan oleh :

- perawat gigi - guru orkes

- Pengetahuan - Sikap - Tindakan

(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk eksperimen kuasi dengan desain penelitian eksperimen pre-test and post-test group design, yang terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan I penyuluhan UKGS yang biasa dilakukan oleh perawat gigi puskesmas dan kelompok perlakuan II yaitu penyuluhan UKGS yang dilakukan oleh guru orkes (Arikunto,2006). Pengukuran tingkat pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene responden dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kelompok perlakuan I O11 X 1 O12 O13

Kelompok perlakuan II O21 X2 O22 O23

Kelompok perlakuan I adalah penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi puskesmas. Kelompok perlakuan II adalah penyuluhan yang dilakukan oleh guru orkes.

(52)

Sesudah 1 minggu diberikan perlakuan subjek penelitian juga mendapatkan test untuk melihat perubahan pada tingkat pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene responden. Disebabkan perlakuan dibagi atas 2 kelompok perlakuan yang berbeda, maka juga dilakukan perbandingan antar kedua jenis perlakuan tersebut.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada murid SD di wilayah kerja puskesmas Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang. Alasan penelitian dilakukan di lokasi ini : 1. Belum pernah dilakukan penelitian sejenis.

2. Peneliti telah mengenal kepala puskesmas, dokter gigi dan perawat gigi di puskesmas Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang dan lokasi serta petugas/guru sekolah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010. Penelitian dimulai dengan pengajuan judul, konsultasi pembimbing, mempersiapkan proposal penelitian, kolokium, pengumpulan data, pengolahan data dan melaksanakan seminar hasil.

(53)

Populasi dalam penelitian ini adalah murid SD di Kecamatan Medan Selayang di mana terdapat 8 SD Negeri, 17 SD Swasta, 1 SDIT, 1 MIN dan 1 MIS dengan jumlah murid sebanyak 7230 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel sekolah diambil 1 SD Negeri secara purposive sampling yaitu SD Negeri 060973. Alasan penelitian di lokasi ini :

1. Petugas/guru sekolah dapat diajak bekerjasama (kooperatif) dalam melakukan penelitian ini.

2. Pada survei pendahuluan, di SD Negeri 060973 didapat karies hampir pada setiap murid dan oral higiene indeks (OHI rata-rata 2,55) yang kurang baik pada murid sekolah dasar dan kurang maksimalnya program penyuluhan UKGS di sekolah dasar.

(54)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer tentang penyuluhan : petugas penyuluhan, pelatihan petugas, tujuan penyuluhan, metode penyuluhan, materi penyuluhan, media (alat bantu) yang digunakan, waktu dan evaluasi serta kuesioner mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan murid dalam memelihara gigi dan mulut. Data status oral higiene indeks adalah debris indeks, kalkulus indeks. Data sekunder yaitu jumlah murid, lokasi puskesmas, gambaran pelaksanaan UKGS.

3.4.2 Cara pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer tentang penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh dilakukan wawancara dan pengamatan yang dibantu dengan lembar observasi. Evaluasi dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada murid untuk melihat pengetahuan, sikap dan tindakan murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Untuk mengukur oral higiene dilakukan pemeriksaan langsung di rongga mulut dengan menggunakan kaca mulut, sonde dibantu dengan disclosing solution sehingga didapat hasil debris indeks. Khusus untuk daftar pertanyaan penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Untuk melihat validitas, nilai yang dilihat adalah nilai yang ada dalam kolom

(55)

(Situmorang, 2008). Menurut Ghozali (2005) dan Kuncoro suatu variabel dikatakan reliabel jika memberi nilai cronbach alpha >0,60.

Uji validitas dan realibilitas dilakukan terhadap 30 orang responden. Hasil analisis menunjukkan semua butir pertanyaan dapat digunakan karena r-hitung lebih besar dari r-tabel yaitu 0.361 untuk 30 responden sehingga dapat memenuhi syarat validitas dan nilai Alpha lebih besar dari 0,60 memenuhi syarat reliabilitas.

Tabel 3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Corrected

Item-Total Correlation

r tabel Cronbach's Alpha if Item Deleted

Validitas

P1 0.638 0,361 0.934 Valid

P2 0.733 0,361 0.932 Valid

P3 0.503 0,361 0.936 Valid

P4 0.638 0,361 0.934 Valid

P5 0.406 0,361 0.936 Valid

P6 0.733 0,361 0.932 Valid

P7 0.625 0,361 0.934 Valid

P8 0.483 0,361 0.936 Valid

P9 0.503 0,361 0.936 Valid

P10 0.638 0,361 0.934 Valid

S1 0.625 0,361 0.934 Valid

S2 0.619 0,361 0.934 Valid

S3 0.503 0,361 0.936 Valid

S4 0.638 0,361 0.934 Valid

S5 0.638 0,361 0.934 Valid

S6 0.733 0,361 0.932 Valid

S7 0.733 0,361 0.932 Valid

S8 0.625 0,361 0.934 Valid

S9 0.587 0,361 0.934 Valid

S10 0.574 0,361 0.935 Valid

T1 0.574 0,361 0.935 Valid

T2 0.638 0,361 0.934 Valid

T3 0.625 0,361 0.934 Valid

T4 0.587 0,361 0.934 Valid

T5 0.574 0,361 0.935 Valid

(56)

Data sekunder yaitu jumlah murid diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Medan, lokasi puskesmas diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, gambaran pelaksanaan UKGS diperoleh dari dokter gigi di puskesmas mengenai jumlah cakupan SD yang melaksanakan kegiatan UKGS, kegiatan penyuluhan dan frekuensi penyuluhan UKGS.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri atas :

1. Variabel penyuluhan yang dilakukan oleh perawat gigi dan guru orkes.

2. Variabel pengetahuan, sikap, tindakan murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut serta oral higiene indeks.

3.5.2 Defenisi Operasional 1. Penyuluhan kesehatan gigi :

a. Tenaga penyuluh adalah orang yang bertugas memberikan penyuluhan yaitu perawat gigi puskesmas dan guru orkes.

b. Tujuan penyuluhan : memberikan pengetahuan, mengubah sikap dan tindakan menjadi lebih baik tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

c. Materi penyuluhan :

1) Penyebab gigi berlubang : plak dan makanan yang manis dan lengket 2) Gejala dan proses perjalanan gigi berlubang

(57)

4) Cara menyikat gigi: waktu dan permukaan gigi yang disikat

d. Media penyuluhan : poster Unilever untuk kelas 5-6, model gigi dan sikat gigi.

e. Waktu penyuluhan : waktu yang digunakan untuk menyampaikan materi penyuluhan.

f. Metode penyuluhan : ceramah, demonstrasi dan praktik sikat gigi bersama. g. Evaluasi :

1) menggunakan disclosing solution untuk melihat debris yang melekat pada gigi

2) bercermin untuk melihat pewarnaan yang masih ada dipermukaan gigi setelah menyikat gigi

3) petugas mengecek kembali untuk melihat hasil setelah menyikat gigi. 2. Pengetahuan adalah hal-hal mengenai kesehatan gigi dan mulut yang diketahui

oleh murid.

Sikap adalah respons tertutup murid mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

Tindakan adalah perbuatan atau tingkah laku murid dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut.

(58)

3.6 Metode Pengukuran

Tabel 3.2. Aspek pengukuran

No Nama Variabel Skor Hasil Skala

maksimum pengukuran ukur

1. Pengetahuan 10 Rata-rata Rasio

2. Sikap 10 Rata-rata Rasio

3. Tindakan 6 Rata-rata Rasio

4. Debris Indeks 3,0 Rata-rata Rasio

5. Kalkulus Inseks 3,0 Rata-rata Rasio

6. Oral Higiene Indeks 6,0 Rata-rata Rasio

3.7 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh dianalisa melalui proses pengolahan data dengan menggunakan perhitungan uji statistik memakai bantuan program komputer yaitu : a. Analisis data univariat untuk melihat gambaran penyuluhan terhadap distribusi

frekuensi pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene indeks murid.

b. Analisis data bivariat, yaitu untuk melihat efektivitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, tindakan dan oral higiene indeks pada sebelum, sesudah penyuluhan dan satu minggu sesudah penyuluhan, digunakan

(59)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Selayang terdapat 28 Sekolah Dasar yang terdiri atas 8 SD Negeri, 17 SD Swasta, 1 SDIT, 1 MIN dan 1 MIS. Jumlah murid keseluruhan mencapai 7230 orang. Penelitian ini dilakukan pada salah satu sekolah negeri yaitu SD Negeri 060973 yang terletak di Kecamatan Medan Selayang. Sekolah ini didirikan pada tahun 1972 dengan jumlah guru PNS sebanyak 17 orang dan guru honor 5 orang. Guru bidang studi orkes sebanyak 2 orang. Sekolah ini memiliki 13 kelas dengan jumlah murid 562 orang. Sebagian besar orang tua murid bekerja sebagai buruh kasar. SD Negeri 060973 terletak di Jl. SD Inpres Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang dan berada di lingkungan kampung Melayu. Sekolah ini berdekatan dengan Puskesmas Asam Kumbang dengan jarak ± 200m. Kegiatan puskesmas yang didapat sekolah adalah pembentukan dokter kecil, penyuluhan kesehatan gigi, program imunisasi, program pemberian obat cacing dan pemberian vitamin A.

4.2. Karakteristik Sampel

(60)

64,1%, umur 11 tahun 23,1%, dan umur 12 tahun 10,2%. Jenis kelamin perempuan 59,0% lebih banyak dari laki-laki yaitu 41,0%. Pada kelompok guru orkes umur 9 tahun sebanyak 2,6%, umur 10 tahun 38,5%, umur 11 tahun 41,0%, dan umur 12 tahun 17,9%. Laki-laki 66,6% lebih banyak dari perempuan yaitu 33,3% (Tabel 4.1). Tabel 4.1. Gambaran Karakteristik Sampel (N=39)

Kelompok

Karakteristik Perawat Gigi Guru Orkes n % n %

Umur (tahun)

9 1 2,6 1 2,6

10 25 64,1 15 38,5

11 9 23,1 16 41,0

12 4 10,2 7 17,9

Jenis Kelamin

Laki-laki 16 41,0 26 66,7

Perempuan 23 59,0 13 33,3

4.3. Gambaran Hasil Pengamatan Selama Proses penyuluhan

(61)

untuk melihat debris yang melekat di permukaan gigi, bercermin untuk melihat pewarnaan yang tinggal di gigi dan memeriksa kembali hasil sikat gigi murid, sedangkan kelompok guru orkes melakukannya (Tabel 4.2).

4.4. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Murid dalam Memelihara Kesehatan Gigi dan Mulut pada Kelompok Perawat Gigi

a. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan murid pada kelompok perawat gigi setelah dilakukan penyuluhan ada kenaikan 5 jenis pengetahuan dibandingkan sebelum penyuluhan yaitu mengenai permukaan gigi yang harus disikat dari 92,3% menjadi 94,9%, menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dari 89,7% menjadi 94,9%, fluor dapat mencegah gigi berlubang 61,5% menjadi 66,7%, jenis makanan yang tidak mudah merusak gigi sebanyak 46,2% menjadi 53,8% dan proses terjadinya lubang gigi sebanyak 46,2% menjadi 61,5% (Tabel 4.3).

(62)

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan dan Wawancara Proses Penyuluhan Kelompok Perawat Gigi dan Guru Orkes

Kelompok

Hasil Pengamatan dan Wawancara

P.Gigi G.Orkes Tujuan penyuluhan yang ingin dicapai :

Murid dapat mengetahui penyebab gigi berlubang ya ya Materi penyuluhan yang diberikan :

Penyebab gigi berlubang ya ya Gejala dan proses perjalanan gigi berlubang ya ya Pencegahan gigi berlubang ya ya Waktu dan cara menyikat gigi ya ya Metode penyuluhan yang digunakan :

Ceramah ya ya Demonstrasi ya ya Praktik ya ya Tanya jawab ya ya Media penyuluhan yang dipakai :

Poster ya ya Model gigi ya ya Sikat gigi ya ya Waktu penyuluhan :

Ceramah dan tanya jawab 25 menit 25 menit

Demonstrasi 5 menit 5 menit

Praktik sikat gigi 5 menit 10 menit

Evaluasi yang dilakukan :

(63)

Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sebelum dan Sesudah Penyuluhan (N = 39)

Sebelum Sesudah Penyuluhan Penyuluhan

Pengetahuan

B* % S** % B* % S** %

Plak dapat dibersihkan 38 97,4 1 2,6 37 94,9 2 5,1 dengan menyikat gigi

Waktu yang tepat untuk 38 97,4 1 2,6 36 92,3 3 7,7 menyikat gigi

Gigi berlubang disebabkan 36 92,3 3 7,7 32 82,1 7 17,9 makan makanan yang

mengandung gula

Permukaan gigi yang 36 92,3 3 7,7 37 94,9 2 5,1 harus disikat

Kebiasaan yang baik 35 89,7 4 10,3 37 94,9 2 5,1 menyikat gigi dengan pasta

gigi yang mengandung fluor

Jajanan yang tidak 35 89,7 4 10,3 33 84,6 6 15,4 merusak gigi

Fluor dapat mencegah gigi 24 61,5 15 38,5 26 66,7 13 33,3 berlubang

Yang tidak termasuk 19 48,7 20 51,3 19 48,7 20 51,3 gejala gigi berlubang

Jenis makanan yang tidak 18 46,2 21 53,8 21 53,8 18 46,2 mudah merusak gigi

Proses terjadinya lubang 18 46,2 21 53,8 24 61,5 15 38,5 gigi

(64)

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Perawat Gigi Sesudah Penyuluhan dan Sesudah Satu Minggu Penyuluhan (N = 39) makan makanan yang

mengandung gula

Permukaan gigi yang harus 37 94,9 2 5,1 37 94,9 2 5,1 disikat

Kebiasaan yang baik 37 94,9 2 5,1 38 97,4 1 2,6 menyikat gigi dengan pasta

gigi yang mengandung fluor

Jajanan yang tidak merusak 33 84,6 6 15,4 32 82,1 7 17,9

(65)

merusak gigi dari 66,7% menjadi 82,1%, fluor dapat mencegah gigi berlubang dari 56,4% menjadi 61,5% dan jenis makanan yang tidak mudah merusak gigi dari 38,5% menjadi 74,4% (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Murid pada Kelompok Guru Orkes Sebelum dan Sesudah Penyuluhan (N = 39)

Sebelum Sesudah Penyuluhan Penyuluhan

Pengetahuan

B* % S** % B* % S** %

Gigi berlubang disebabkan 38 97,4 1 2,6 36 92,3 3 7,7 makan makanan yang

mengandung gula menyikat gigi dengan pasta

gigi yang mengandung fluor

Permukaan gigi yang harus 34 87,2 5 12,8 36 92,3 3 7,7

Gambar

Tabel 2.1  Kriteria Pemeriksaan Debris
Tabel 2.3
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel  3.2. Aspek pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak dengan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Anaknya di SD Kecamatan Medan Tuntungan. Ibu yang memiliki tindakan

Simpulan penelitian ini adalah perilaku suku Dayak Indramayu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut responden memperlihatkan hasil yang kurang baik, hal

Sasaran 1.   Tersedianya  regulasi  dan  anggaran  untuk  pelayanan  kesehatan gigi  dan mulut  2.   Seluruh  kab/kota  mempunyai  upaya  pelayanan 

Tersedianya regulasi dan anggaran untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut Seluruh kab/kota mempunyai upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut Meningkatkan kebijakan

Peran dan fungsi perawat gigi mengacu kepada kegiatan pokok yang dilakukan oleh perawat gigi di Puskesmas ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik

Mengetahui tingkat kepuasan pasien peserta JKN terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi Puskesmas I Denpasar Timur, dari aspek proses pelayanan

Berdasarkan hasil penelitian tentang motivasi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Periodontitis) pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Maron Kabupaten

Berdasarkan beberapa output penelitian diatas selaras dan sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat disimpulkan bahwa determinan perilaku pemeliharaan kesehatan