Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS POLA KONSUMSI KARYAWAN PT. BRIDGESTONE SUMATRA
RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR KABUPATEN SIMALUNGUN
SKRIPSI
Diajukan oleh:
RIA ELVIRA 0 5 0 5 0 1 0 4 3 Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Medan
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAC
The title of this research is “ Analysis of employee consumption at PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun ”. This
research use 50 responders. The aim of this research is to know, there are the relationship ( influence each other) or there are not influence between income, member of family and employee age level toward employee consumption.
This Research use linear analysis regretion. Data is processed by used Eviews 4.1. The result of hypothesis show that only income and member of family is significant while the age level of employee is not significant.
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun ”. Penelitian ini
menggunakan responden sebanyak 50 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, apakah ada hubungan (berpengaruh satu sama lain) atau tidak berpengaruh antara pendapatan, jumlah tanggungan dan umur karyawan terhadap pola konsumsi karyawan.
Penelitian ini menggunakan analisa regresi linear. Data yang ada diproses dengan menggunakan program Eviews 4.1. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa hanya pendapatan dan jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata (signifikan) sedangkan umur karyawan berpengaruh kecil dan tidak signifikan.
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, dan Salawat terhadap junjungan Nabi Muhammad SAW, karena karunia,
rahmat dan kasih sayang-Nya yang telah memberi pengetahuan dan kekuatan lahir
batin sehingga penulis dapat menjalani dan menyelesaikan studi di Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Atas karunia-Nya pula,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pola Konsumsi
Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten
Simalungun”.
Adapun skripsi ini diperbuat guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini juga tidak mungkin akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu saya ingin mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada semua
pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Abdul Somad dan Ibunda Suryaningsih
atas cinta, kasih sayang, doa, perhatian dan dukungan yang tak terbatas pada
penulis.
2. Adik-adikku tersayang Wiwin, Tika dan Nisa untuk segala canda, dukungan
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
3. Mas Dicky Pratama, ST atas bentuk luangan waktu bersama, kasih sayang,
perhatian, pengertian, semangat, doa serta kepercayaan tulusnya dalam
mendampingi penulis.
4. Merin, Cory dan Vika sahabat terbaik penulis untuk suka duka, perhatian,
kasih sayang dan arti persahabatan tulus yang kalian berikan setiap hari.
5. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, ME.C selaku Dekan Fakultas Ekonomi
USU.
6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, ME.C selaku ketua Departemen Ekonomi
Pembangunan.
7. Ibu Dr. Murni Daulay, Msi selaku dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan bantuan bimbingan saran, masukan, kritikan dan saran kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak H.B Tarmizi, SU selaku dosen Penguji I yang telah banyak memberikan
petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.
9. Bapak Syarief Fauzi selaku dosen Penguji II yang telah banyak memberikan
petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.
10. Seluruh staf pengajar dan karyawan pada Departemen Ekonomi Pembangunan
USU yang telah membantu dan memberikan masukan mengenai materi dalam
skripsi.
11. Bapak Edi Warsito (Abah) selaku Staff PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
mengizinkan dan memberikan bantuan kepada penulis dalam melaksanakan
Riset skripsi ini.
12. Keluarga Besar Penulis, Nenek, Tn. dan Ny. Samsunar, SE beserta anak
(Bang Genda, Bang Anggi dan Siti) dan lainnya atas cinta, kasih sayang, doa,
perhatian dan dukungan yang tak terbatas pada penulis.
13. Andri, Arifin, Irul, Egi, Ilham, Yuril, Hera, Suhaila untuk kehadiran
teman-teman terbaik disetiap harinya yang begitu berkesan bagi penulis.
14. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2005 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan warna dan kebersamaan
pada hari-hari kuliah yang kita lalui bersam-sama.
15. Kepada seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan
membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama mahasiswa Ekonomi
Pembangunan.
Wassalamualaikum wr. wb
Medan, Maret 2009
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT ABSTRAK
Kata Pengantar...i
Daftar Isi...iv
Daftar Tabel...vii
Daftar Gambar...viii
Daftar Lampiran...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Perumusan Masalah...5
1.3 Hipotesis...5
1.4 Tujuan Penelitian...5
1.5 Manfaat Penelitian...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecenderungan Mengkonsumsi...7
2.1.1 Konsumsi Rumah Tangga...8
2.1.2 Pilihan dalam Mengkonsumsi...9
2.1.3 Konsep Kebutuhan Dasar...10
2.1.4 Konsep dan Urutan Jenis Pengeluaran Konsumsi Masyarakat...13
2.2 Pengertian Pendapatan dan Fungsi Pendapatan...15
2.3 Hubungan Pendapatan Dengan Pengeluaran Konsumsi...18
2.4 Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Pola Konsumsi...24
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
2.6 Tabungan...25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian...26
3.2Jenis dan Sumber Data...26
3.3Populasi dan Sampel...27
3.4 Teknik Pengumpulan Data...29
3.5 Pengolahan Data...29
3.6 Model Analisis Data...29
3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)...31
3.7.1 Koefisien Determinasi (R-Square)...31
3.7.2 Uji t-Statistik...31
3.7.3 Uji f-Statistik...33
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik...34
3.8.1 Multikolinearitas...34
3.8.2 Heteroskedastisitas...34
3.8.3 Autokolerasi...35
3.9 Defenisi Operasional...37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan...38
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan...39
4.1.2Perluasan Perusahaan dan Perpanjangan HGU...40
4.1.3Peralihan Kepemilikan dan Perubahan Nama Perusahaan...41
4.1.4Struktur Organisasi...42
4.1.5 Ketenagakerjaan...48
4.2Karakteristik Responden...52
4.3Analisis Pola Konsumsi Karyawan...62
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
4.3.2Interpretasi Model...65
4.4Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)...66
4.5Uji Penyimpangan Klasik...72
BAB V PENUTUP
5.1Kesimpulan...77
5.2 Saran...79
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Daftar Alokasi Pengeluaran Masyarakat 14
4.1 Umur Responden 52
4.2 Pengeluaran Konsumsi, Tabungan dan Pendapatan
Responden Berdasarkan Tingkat Umur Responden 53
4.3 Lama Bekerja 55
4.4 Tingkat Pendidikan Responden 56
4.5 Jumlah Tanggungan Responden 57
4.6 Pengeluaran Konsumsi, Tabungan dan Pendapatan
Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan 58
4.7 Tingkat Pendapatan Responden 60
4.8 Pengeluaran Konsumsi dan Tabungan
Berdasarkan Pendapatan Responden 61
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Pola Konsumsi Menurut Pendekatan
Pendapatan Absolut 19
2.2 Pola Konsumsi Menurut Pendekatan
Pendapatan Relatif 21
2.3 Pola konsumsi Menurut Pendekatan
Life Cycle Hypothesis 23
3.1 Kurva Normal Untuk t-statistik 32
3.2 Kurva Normal Untuk F-satistik 34
3.3 Kurva Uji D-W Test 36
4.1 Kurva Normal Untuk t-satistik
Variabel Pendapatan (LX1) 67
4.2 Kurva Normal Untuk t-satistik
Variabel Jumlah Tanggungan (LX2) 69
4.3 Kurva Normal Untuk t-satistik
Variabel Umur karyawan (LX3) 70
4.4 Kurva Normal Untuk F-satistik 71
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Hasil Penelitian
Lampiran 2. Hasil Regres LogY = + 1 Log X1 + 2 Log X2+ 3 Log X3 +
Lampiran 3. Hasil Regres Log X1= + 1 Log Y+ 2 Log X2+ 3 Log X3+
Lampiran 4. Hasil Regres Log X2= + 1 Log Y+ 2 Log X1+ 3 Log X3+
Lampiran 5. Hasil Regres Log X3= + 1 Log Y+ 2 Log X1+ 3 Log X2+
Lampiran 6. Uji Heterokedastisitas
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
1.6 Latar Belakang
Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama dan cita-cita setiap negara.
Tingkat kesejahteraan suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk
mengetahui keberhasilan pembangunan di negara tersebut. Pola konsumsi suatu
masyarakat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut khususnya
dalam perekonomian. Konsumsi rumah tangga berbeda-beda antara yang satu dengan
lainnya dikarenakan pendapatan, jumlah tanggungan, jabatan dan kebutuhan yang
berbeda-beda pula. Konsumsi rumah tangga yang tinggi namun dapat diseimbangkan
dengan pendapatan yang tinggi merupakan suatu kondisi yang wajar, tapi apabila
konsumsi yang tinggi dengan pendapatan yang rendah bisa menyebabkan masalah
perekonomian yang dapat mengurangi tingkat kesejahteraan di suatu negara.
Setiap orang atau keluarga mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh
pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya.
Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya,
makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila
konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Secara umum dapat dikatakan bahwa persoalan yang dihadapi masyarakat
adalah bersumber dari jumlah kebutuhan yang tidak terbatas. Biasanya manusia tidak
pernah merasa puas dengan mendapatkan benda yang mereka peroleh dan prestasi
yang mereka capai. Apabila keinginan dan kebutuhan masa lalu sudah dipenuhi,
maka keinginan-keinginan yang baru akan muncul. Di negara-negara yang miskin hal
seperti itu memang lumrah. Konsumsi makanan yang masih rendah dan perumahan
yang kurang memadai telah mendorong masyarakat untuk berusaha mencapai taraf
hidup yang lebih tinggi. Di negara yang sangat kaya sekalipun, seperti di Jepang dan
Amerika Serikat, masyarakat masih mempunyai keinginan untuk mencapai
kemakmuran yang lebih tinggi dari yang telah mereka capai pada masa sekarang ini
(Sukirno.2008:6).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam total
pengeluaran agregat. Misalnya, porsi pengeluaran rumah tangga di Indonesia pada
tahun 1996 (sebelum krisis ekonomi) mencapai sekitar 60% dari pengeluaran agregat.
Bahkan pada awal tahun 1970 porsi pengeluaran rumah tangga mencapai angka
sekitar 70% dari pengeluaran agregat. Sedangkan pengeluaran pemerintah umumnya
berkisar antara 10%-20% dari pengeluaran agregat. Mengingat porsinya yang besar
tersebut, maka konsumsi rumah tangga mempunyai pengaruh yang besar pula
terhadap stabilitas perekonomian. Berbeda dengan konsumsi pemerintah yang bersifat
ekso-genus, konsumsi rumah tangga bersifat endogenus. Dalam arti, besarnya
konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang dianggap
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
menghasilkan pemahaman tentang hubungan tingkat konsumsi dengan faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya.(Rahardja dan Manurung.2002 : 225)
Tenaga kerja menerima gaji, pemilik alat-alat modal menerima bunga, pemilik
tanah dan harta tetap lain menerima sewa, dan pemilik keahlian keusahawanan
menerima keuntungan. Berbagai jenis pendapatan tersebut akan digunakan oleh
rumah tangga untuk membeli berbagai barang ataupun jasa yang diperlukan. Dalam
perekonomian yang masih rendah taraf perkembangannya, sebagian besar pendapatan
yang dibelanjakan tersebut digunakan untuk membeli makanan, pakaian, dan
kebutuhan sehari- hari lainnya. Pada tingkat perekonomian yang lebih maju
pengeluaran untuk makanan dan pakaian bukan lagi bagian yang terbesar dari
konsumsi rumah tangga. Pengeluaran-pengeluaran lain seperti pendidikan,
pengangkutan, perumahan, dan rekreasi menjadi sangat bertambah
penting.(www.journal.com)
Sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, maka
semakin banyak tumbuh perusahaan-perusahaan baik dalam skala besar maupun
kecil. Setiap perusahaan yang kecil maupun yang besar, semuanya memiliki masalah
dalam menjalankan kegiatan operasional untuk perkembangannya. Salah satu yang
menjadi masalah adalah karyawan. Dengan adanya karyawan, maka perusahaan dapat
menjalankan kegitan-kegiatannya. Sebagai imbalan perusahaan memberikan gaji atau
upah kepada karyawan. Gaji atau upah inilah yang nantinya akan digunakan oleh
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
ini juga merupakan suatu alat motivasi karyawan agar bekerja dengan produktivitas
yang tinggi.
Pada prinsipnya, dalam menggunakan karyawan perusahaan bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan. Dalam hal ini diperlukan suatu kebijaksanaan dari
pimpinan serta tanggung jawab pimpinan dalam pemberian gaji atau upah bagi
karyawan. Hal ini dikarenakan upah sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan
karyawan dimana gaji yang diterima akan dijadikan sebagai sumber pengeluaran
untuk konsumsi rumah tangga seperti pangan, sandang, biaya pendidikan dan
kebutuhan yang lainnya. Di negara berkembang, pengeluaran pangan masih
merupakan bagian terbesar dari pengeluaran konsumsi rumah tangga. Tingginya
pengeluaran pangan di negara berkembang berkaitan dengan proses perbaikan
pendapatan yang dirasakan masyarakat. Di samping itu, untuk meningkatkan
pemenuhan nutrisi penduduk di negara berkembang adalah dengan menambah
pengeluaran pangan.
Jika pendapatan yang diterima karyawan bisa dipergunakan dengan baik maka
kesulitan finansial bisa teratasi. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
seseorang. Adanya anggapan bahwa faktor pendapatan menjadi penentu besarnya
tingakat konsumsi, karena konsumsi seseorang berbanding lurus dengan
pendapatannya. Semakin besar pendapatan maka semakin besar pula pengeluaran
untuk konsumsi. Namun dengan demikian, tingkat pendapatan bukanlah satu-satunya
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “ Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun”.
1.7 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
yang dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah “ Apakah pendapatan ,jumlah
tanggungan dan umur karyawan mempengaruhi pola konsumsi karyawan PT.
Bridge stone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun?”
1.8 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas,
maka hipotesisnya adalah “ Pendapatan, jumlah tanggungan dan umur karyawan
berpengaruh positif terhadap pola konsumsi karyawan PT. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun”.
1.9 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah “Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pendapatan, jumlah tanggungan dan umur karyawan terhadap pola
konsumsi karyawan PT. Bridge stone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
1.10 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin
ilmu yang penulis tekuni.
2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/i
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutunya.
3. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan
penelitian lain yang tertarik dan menaruh perhatian pada penelitian
sejenis.
4. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Kecenderungan Mengkonsumsi
Salah satu peralatan penting dalam teori ekonomi Keynes ialah kecenderungan
mengkonsumsi yang menyoroti hubungan antara konsumsi dan pendapatan. Bila
pendapatan meningkat, konsumsi juga meningkat, tetapi kenaikan ini tidak sebanyak
kenaikan pada pendapatan tersebut. Tingkah laku konsumsi ini selanjutnya
menjelaskan mengapa ketika pendapatan naik, tabungan juga naik. Di negara
terbelakang hubungan pendapatan ,konsumsi dan tabungan ini tidak ada. Rakyat
sangat miskin dan jika pendapatan mereka meningkat, mereka mempergunakannya
lebih banyak pada barang konsumsi karena mereka cenderung ingin memenuhi
keinginan mereka yang tak terpenuhi. Kecenderungan marginal mengkonsumsi
sangat tinggi di negara tersebut sedangkan kecenderungan menabung sangat rendah.
Ekonomi Keynes menunjukkan kepada kita bahwa bilamana kecenderungan marginal
mengkonsumsi tinggi, maka permintaan konsumsi, output dan pekerjaan meningkat
dengan laju yang lebih cepat daripada kenaikan pendapatan. Sedangkan dalam
praktik, seseorang tidak akan mengetahui secara tepat, berapa besar pendapatan
tenaga kerja seumur hidupnya, dan rencana-rencana konsumsi seumur hidup
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
mana pendapatan tenaga kerja seumur hidup yang diharapkan akan berhubungan
dengan pendapatan disposable tenaga kerja “yang sekarang”.(Jhingan, 1994:17)
2.1.1 Konsumsi Rumah Tangga
Herlambang dkk.,
tangga adalah total nilai pasar dari barang-barang dan jasa-jasa yang dibeli oleh
rumah tangga dan lembaga-lembaga nirlaba. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
terdiri atas dua komponen utama, yaitu (a) pengeluaran untuk membeli
barang-barang tahan lama seperti mobil, mesin cuci, tv, dan yang lainnya; (b) pengeluaran
untuk barang-barang yang tidak tahan lama, seperti makanan, pakaian, sabun, dan
jasa lainnya.
Dumairy,
dengan pendapatan. Secara makro agregat, pengeluaran konsumsi masyarakat
berbanding lurus dengan pendapatan nasional. Semakin besar pendapatan semakin
besar pula pengeluarannya untuk konsumsi. Perilaku konsumsi masyarakat tidak bisa
dilepaskan dari perilaku tabungannya. Bilamana pendapatan bertambah, baik
konsumsi maupun tabungan, akan sama-sama bertambah. Pola konsumsi masyarakat
yang kurang mapan biasanya didominasi oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok
atau primer. Sebaliknya, yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasikan ke
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
2.1.2 Pilihan dalam Mengkonsumsi
Pada hakikatnya kegiatan untuk membuat pilihan dapat dilihat dari dua segi.
Dari segi penggunaan sumber-sumber daya yang dimiliki dan dari segi
mengkonsumsi barang-barang yang dihasilkan. Setiap individu harus memikirkan
cara terbaik dalam menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Usaha ini
juga bertujuan untuk memaksimumkan pendapatan yang akan dinikmatinya dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Seterusnya dengan pendapatan
yang diterima, setiap individu akan menetukan jenis-jenis dan jumlah barang yang
akan dikonsumsi. Dengan pendapatan yang dimiliki, setiap individu tidak dapat
memiliki semua barang yang diinginkan. Oleh sebab itu sekali lagi mereka harus
menentukan pilihan. Persoalan yang harus mereka selesaikan adalah: dengan
menggunakan pendapatan mereka, barang-barang apakah yangperlu dibeli dan berapa
jumlahnya agar pembelian dan penggunaan barang-barang tersebut akan memberi
kepuasan yang maksimum bagi diri dan keluarganya (Sukirno, 2008:8).
Apabila dipergunakan tanpa kualifikasi apapun, istilah konsumsi itu, di dalam
ilmu ekonomi akan secara umum diartikan sebagai penggunaan barang-barang dan
jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Namun harap
diingat bahwa beberapa macam barang, seperti mesin-mesin maupun bahan mentah,
dipergunakan untuk menghasilkan barang lain. Hal ini dapat kita sebut sebagai
konsumsi produktif, sedangkan konsumsi yang langsung dapat memuaskan
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
memperdebatkan, bahwa makanan yang dimakan oleh para buruh demi pekerjaan
mereka adalah konsumsi produktif.
Oleh karena itu, bahwa bahan bakar yang dikonsumsi oleh mesin-mesin dengan
makanan yang dikonsumsi oleh para buruh atau para pekerja merupakan analogi yang
benar. Namun, demikian sebenarnya terdapat perbedaan yang amat penting diantara
keduanya, yaitu bahwa mesin-mesin itu secara spesifik sekali sengaja disesuaikan
dengan kepentingan-kepentingan tertentu untuk memberikan jasa-jasa ekonomisnya
serta tidak dapat disangkal lagi bahwa mesin itu sendiri sebenarnya tidak pernah
mengharapkan untuk dapat mengkonsumsi bahan bakar itu. Sementara itu para
pekerja, konsumsi makanannya itu ditentukan dengan memperhatikan selera maupun
kesejahteraan.(Rosyidi, 2006 :163)
2.1.3 Konsep Kebutuhan Dasar
Bantuan Luar Negeri memang berhasil meningkatkan ekonomi negara yang
sedang berkembang, tapi jurang kemiskinan antar penduduk tetap melebar dengan
kata lain stategi pembanguan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi belum
mampu mengadakan pemerataan pendapatan, mengurangi kemiskinan, dan juga
belum dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang luas guna mengatasi
pengangguran. Kegagalan strategi inilah yang menyebabkan dicarinya strategi baru
dan kemudian dipilih model kebutuhan dasar sebagai dasar upaya pengganti.
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu maupun
kebutuhan pelayanan sosial.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup serta mempertahankan
bakat dan kehidupan sosialnya. Sebagai konsekuensinya mereka harus memenuhi
kebutuhan hidupnya baik itu primer maupun sekunder agar hidup layak sesuai dengan
harkatnya sebagai anggota masyarakat (Sumardi dan Evers,1989:129).
Adapun kehidupan manusia itu bertingkat-tingkat adanya. Pada tingkat pertama
primary needs atau kebutuhan primer orang membutuhkan sandang (pakaian), pangan
(makanan dan minuman), dan papan (tempat tinggal). Apabila kebutuhan primer ini
sudah tercapai , maka muncullah di dalam pikiran manusia untuk memenuhi
secondary needs atau kebutuhan tingkat kedua yang merupakan kebutuhan akan
barang-barang perlu, yang antara lain berisi kebutuhan akan sepatu, sepeda,
pendidikan, dan sebagainya. Jika keadaan memungkinkan (bertambah kaya,
misalnya) muncul keinginan untuk memenuhi kebutuhan tingkat ketiga (tertiary
needs) yang berisi akan kebutuhan akan barang mewah, kebutuhan tingkat keempat
(quartiary needs) yang berisi akan kebutuhan barang-barang yang benar-benar
mubadzir (yang sebenarnya tidak diperlukan sama sekali) dan seterusnya.
Orang atau masyarakat akan sampai pada suatu tingkat kebutuhan tertentu
hanya sesudah tingkat kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Bagi masyarakat kaya , uang
tersedia dengan relatif amat mudah. Bagi masyarakat seperti itu, kebutuhan tersier
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Maka muncullah kebutuhan yang macam-macam, seperti kebutuhan untuk berbuat
maksiyat.(Rosyidi, 2006 :50)
Koentjoro Jakti (Sumardi dan Evers, 1989:2) mendefenisikan model kebutuhan
dasar sebagai suatu strategi memenuhi lima sasaran pokok, yaitu:
1. Dipenuhinya kebutuhan pangan, sandang dan perumahan, peralatan
sederhana dan berbagai kebutuhan yang dianggap perlu.
2. Dibukanya kesempatan luas untuk memperoleh jasa, pendidikan untuk anak,
program preventif dan kuratif, kesehatan, air minum, pemukiman, dan
lingkungan yang mempunyai infrastruktur dan komunikasi baik rural
maupun urban.
3. Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif
(termasuk menciptakan sendiri) yang memungkinkan adanya balas jasa yang
setimpal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
4. Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa
ataupun dari perdagangan internasional untuk memperolehnya dengan
kemampuan untuk menyisihkan tabungan bagi pembiayaan usaha
selanjutnya.
5. Menjamin adanya partisipasi massa dalam pengambilan keputusan
pelaksanaan proyek-proyek.
Untuk dapat menyediakan kebutuhan dasar dari satu rumah tangga, harus
diketahui konsep kebutuhan dasar menurut rumah tangga tersebut dan menyelaraskan
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
2.1.4 Konsep dan Urutan Jenis Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Asumsi dasar tentang pola konsumsi suatu rumah tangga atau individu adalah
bahwa setiap rumah tangga atau individu tersebut akan memaksimumkan
kepuasannya, kesejahteraannya, kemakmurannya, atau kegunaannya.
Pola konsumsi itu sendiri adalah jumlah persentase dari distribusi pendapatan
terhadap masing-masing pengeluaran pangan, sandang, jasa-jasa serta rekreasi dan
hiburan.
BPS menyatakan katagori pengeluaran konsumsi adalah pengeluaran makanan,
perumahan, pakaian, barang, dan jasa, dan pengeluaran non konsumsi seperti untuk
usaha dan lain-lain pembayaran. Secara terperinci pengeluaran konsumsi adalah
semua pengeluaran untuk makanan, minuman, pakaian pesta atau upacara,
barang-barang lama dan lain-lain. Yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga baik itu
didalam maupun diluar rumah, baik untuk keprluan pribadi maupun untuk keperluan
rumah tangga.(BPS, 2007 : 10)
Kebutuhan pokok sebagai kebutuhan esensial sedapat mungkin harus dipenuhi
oleh suatu rumah tangga supaya mereka bisa hidup secara wajar. Kebutuhan esensial
ini antara lain: (1) makanan, (2) pakaian, (3) perumahan, (4) kesehatan, (5)
pendidikan, (6) partisipasi, (7) transportasi, (8 )perawatan pribadi, dan (10) rekreasi.
Alokasi pengeluaran konsumsi masyarakat secara garis besar dapat digolongkan
dalam dua kelompok penggunaan, yaitu pengeluaran untuk makanan dan pengeluaran
bukan untuk makanan. Berikut ini akan disajikan daftar alokasi pengeluaran
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 2.1 Daftar Alokasi Pengeluaran Masyarakat
A. MAKANAN B. BUKAN MAKANAN
1. Padi-padian 2. Umbi-umbian 3. Ikan
4. Daging
5. Telur dan Susu 6. Sayur-sayuran 7. Kacang-kacangan 8. Buah-buahan 9. Minyak dan Lemak 10.Bahan minuman 11.Bumbu-bumbuan 12.Bahan pangan 13.Makanan jadi
14.Minuman beralkohol 15.Tembakau dan sirih
1. Perumahan dan Bahan bakar 2. Aneka barang dan jasa
a. Bahan perawatan badan (sabun, pasta gigi, parfum, dll) b. Bacaan (koran, majalah)
c. Komunikasi
d. Kendaraan bermotor e. Transportasi
f. Pembantu rumah tangga dan supir 3. Biaya Pendidikan
4. Kesehatan
5. Pakaian, alas kaki, tutup kepala 6. Barang-barang tahan lama 7. Pajak dan Premi Asuransi 8. Keperluan pesta dan upacara
Sumber: BPS, Pengeluaran Konsumsi Untuk Penduduk Indonesia Per Provinsi,2007
Pengeluaran konsumsi rumah tangga secara lebih khusus dapat dibagi atas enam
pos pengeluaran, yaitu:
1. Pengeluaran makanan
Yaitu pengeluaran untuk makanan dan minuman, termasuk minuman ringan
dan minuman beralkohol, serta tembakau dan sirih.
2. Pengeluaran sandang
Yaitu pengeluaran untuk pakaian, keperluan-keperluan untuk kaki (footwear)
dan tutup kepala.
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Yaitu pengeluaran untuk sewa rumah, peralatan rumah tangga, perbaikan
rumah, bahan bakar termasuk arang dan kayu api, penerangan, air serta pajak
bumi dan bangunan.
4. Pengeluaran kesehatan
Yaitu pengeluaran untuk penyediaan obat-obatan, ongkos dokter dan
perawatan.
5. Pengeluaran pendidikan
Yaitu pengeluaran untuk biaya sekolah seperti uang sekolah, serta pembelian
buku dan alat tulis.
6. Pengeluaraan lain-lain
Yaitu pengeluaran rupa-rupa perawatan pribadi, hiburan dan rekreasi.
Pengeluaran rupa-rupa alat perawatan pribadi seperti pasta gigi, sabun dan
alat-alat kecantikan. Pengeluaran untuk hiburan dan rekreasi seperti
pengeluaran untuk tiket bioskop, perjalanan wisata dan lain-lain alat hiburan.
2.2 Pengertian Pendapatan dan Fungsi Pendapatan
Dalam ilmu ekonomi, istilah pendapatan mengandung arti yaitu hasil dari
pekerjaan seseorang yang dikeluarkannya untuk mengkonsumsi suatu barang atau
jasa dan selebihnya di tabung.
Bentuk singkatnya adalah:
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Pendapatan merupakan sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Dengan kata lain
pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima oleh
pekerja atau buruh, dimana ia melekukan pekerjaan pada suatu perusahaan atau
instansi tempat ia bekerja. Setiap orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh
pendapatan yang maksimal agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya
(Mankiw, 2003:4). Dengan bekerja maka seseorang akan memperoleh pendapatan
yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
Badan Pusat Statistik membedakan pendapatan atas dua bagian, yaitu:
1. Pendapatan faktor yang didistribusikan
Pendapatan jenis ini dapat dibagi menurut sumbernya, yaitu:
• Penghasilan sebagai gaji dan upah
• Penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas
• Penghasilan dari pemilikan harta
2. Transpor yang bersifat redistributif
Yaitu transfer pendapatan yang tidak bersifat mengikat dan biasanya bukan
merupakan imbalan atas penyerahan barang dan jasa atau harta milik.
Badan Pusat Statistik juga merinci pendapatan dalam katagori sebagai berikut, yaitu:
1. Pendapatan berupa uang, yaitu pendapatan dari
• Gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
• Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
penjualan dari kerajinan rumah, hasil investasi yakni pendapatan dari
hak milik tanah, keuntungan sosial yakni dari kerja sosial.
2. Pendapatan berupa barang yaitu:
• Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras, pengobatan,
transportasi, perumahan dan rekreasi.
• Barang yang diproduksi dan dikonsumsi di rumah seperti pemakaian
barang yang diproduksi di rumah sewa yang seharusnya dikeluarkan
terhadap rumah sendiri yang ditempati.
• Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan yaitu penerimaan yang
berupa pengambilan tabungan, penjualan barang-barang yang dipakai,
penagihan piutang, pinjaman uang, kiriman uang, hadiah atau
pemberian, warisan, menang judi, dan lain-lain.
Faktor-faktor penting yang menjadi sumber dari perbedaan upah diantara
pekerja-pekerja di dalam suatu jenis kerja tertentu dan diantara berbagai golongan
pekerjaan adalah:
• Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis
pekerjaan.
• Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan.
• Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan.
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
• Ketidak smpurnaan dalam mobilitas tenaga kerja.(Sukirno.2004:369)
2.3 Hubungan Pendapatan Dengan Pengeluaran Konsumsi
Perubahan-perubahan dalam pendapatan berupa uang, dimana harga-harga tetap
konstan, biasanya menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan yang sesuai dengan
jumlah barang-barang yang dibeli, khususnya untuk barang normal. Suatu
pertambahan dalam konsumsi dan suatu pengurangan dalam pendapatan berupa uang
akan menyebabkan berkurangnya konsumsi.
Seperti yang juga telah dijelaskan diatas, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
fungsi konsumsi (Tarmizi dan Hakim, 1997:41), konsumsi merupakan bagian dari
pendapatan yang digunakan untuk membeli barang-barang konsumsi, semakin besar
pendapatan maka relatif jumlah konsumsi cenderung akan semakin besar, atau
C = f (Yd)
Dimana:
C = Nilai konsumsi agregratif
Yd = Pendapatan Dispossible
Berdasarkan fungsi konsumsi tersebut, didapat beberapa kemungkinan
hubungan antara besarnya konsumsi dengan besarnya pendapatan. Demikian pula
berapa besar bagian dari pendapatan tertentu dapat digunakan untuk konsumsi, hal ini
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Berikut ini akan dijelaskan beberapa teori konsumsi, dan perkembangannya,
yang kelak mampu menjelaskan bagaimana pola (tingkah laku) kegiatan konsumsi
yang terjadi dalam rumah tangga atau perekonomian umumnya.
a. Absolute Income Hypothesis
Jhon Maynard Keynes dalam bukunya “ The General of Employment, Interst
and Money ” Tahun 1936, mengemukakan teori Absolute Income Hypothesis yang
menyatakan bahwa besar kecilnya konsumsi pada waktu yang ditentukan oleh nilai
absolut dari pendapatan masyarakat yang siap untuk dibelanjakan (dispossible
income) pada waktu yang bersangkutan. Dalam hal ini polanya adalah nilai konsumsi
[image:31.612.155.452.408.567.2]menurun dengan adanya pengurangan pendapatan.
Gambar 2.1 Pola Konsumsi Menurut Pendekatan Pendapatan Absolut.
C C = f (Yd)
C = a + bYd
A
0 Yd
Jika terjadi perubahan pendapatan, maka perubahan pendapatan tersebut
sebagian akan dipergunakan untuk perubahan konsumsi atau dengan kata lain berapa
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
konsumsi. Hal ini disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC),
dirumuskan sebagai berikut:
dC
MPC = 0 < b < 1 dY
Dimana:
MPC = Marginal Propensity to Consume
dC = Perubahan Konsumsi dY = Perubahan Penapatan
Dengan menganggap hubungan antara konsumsi dan pendapatan adalah linear,
maka fungsi konsumsi tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
C = a + bYd
Dimana a dinyatakan sebagai tingkat konsumsi subsitance yang harus dipenuhi
walaupun pendapatan sama dengan nol, dan b sebagai MPC.
b. Relatif Income Hypothesis
Perkembangan teori konsumsi berikutnya memasukkan beberapa faktor penentu
lainnya, antara lain James Duessenbery yang mempunyai dua anggapan asumsi utama
yaitu:
• Tingkat konsumsi adalah bersifat interindependent terhadap tingkat
pendapatan tinggi atau kebiasaan yang sebelumnya. Disamping itu unsur
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
demikian tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi konsumsi adalah
nilai pendapatan relatif terhadap tingkat pendapatan tertinggi yang pernah
dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu teori konsumsi Duessenbery ini
kemudian terkenal dengan nama Relatif Income Hypothesis.
• Tingkat konsumsi bersifat irreversibel, artinya apa yang terjadi pada waktu
pendapatan naik tidak akan selalu merupakan kebalikannya apabila terjadi
pendapatan turun.
Pola konsumsi yang dikemukakan oleh Duessenbery terlihat pada grafik
[image:33.612.146.489.292.574.2]berikut:
Gambar 2.2 Pola Konsumsi Menurut Pendekatan Pendapatan Relatif
C C1
B F C2
G1 G
C2 C1
A E
0 Yd
Ydo Ydg Yd1
Pada grafik di atas terlihat bahwa pada mulanya sebesar OA pada garis C1
(ekuilibrium pada titik E) dan selanjutnya pada saat pendapatan naik maka konsumsi
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
berikutnya apabila pendapatan turun maka konsumsi akan tetap pada garis C2 ,
katakanlah sebanyak O G1.
c. Permanent Income Hypothesis
Sedangkan Milton Friedman mengembangkan teori konsumsi yang disebut
dengan Permanent Income Hypothesis yang membedakan antara pendapatan
permanen (YP) dengan pendapatan transitori (Yt) dengan formulasi:
Ym = YP + Yt
Ym = Disposible Income
Pendapatan permanen (YP) adalah pendapatan yang diharapkan akan diterima
oleh suatu rumah tangga selama beberapa tahun mendatang, sedangkan pendapatan
transitori (Yt) adalah pendapatan yang merupakan tambahan atau pengurangan yang
tidak terduga terhadap pendapatan permanen.
d. Life Cycle Hypothesis
Perkembangan teori ini muncul tahun 1963, dikemukakan oleh A. Ando dan
Franco Modigliani. Di dalam teori ini sumber daya yang dimilki oleh konsumen
dalam hidup (life time resources) dipandang sebagai faktor yang sangat penting. Oleh
karena itu, menurut kedua ahli ini, faktor penentu konsumsi agregratif adalah
• Sumber daya yang dimiliki oleh konsumen
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
• Umur si konsumen.
Adapun sumber daya yang dimilki konsumen diwakili oleh jumlah kekayaannya
(wealth) ditambah dengan nilai sekarang dari penerimaan upah yang akan diterima
selama hidupnya.
Dalam teori ini dianggap bahwa konsumen dalam menentukan konsumsinya
memperhitungkan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga tingkat kepuasan
maksimum dapat diperolehnya. Dengan demikian tingkat konsumsi agregatif bukan
hanya ditentukan oleh jumlah pendapatan yang diterima pada suatu waktu, tetapi oleh
[image:35.612.144.472.343.571.2]kekayaan yang dimilkinya juga.
Gambar 2.3 Pola konsumsi Menurut Pendekatan Life Cycle Hypothesis
C,Y
Ct
C0 Yt
Y0
0 N (Usia)/Tahun
Grafik diatas mnegungkapkan hubungan antara tingkat konsumsi seseorang
dengan tingkat pendapatan sepanjang waktu. Pada usia tertentu, seseorang mulai
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
dimana pendapatan cenderung meningkat, pada saat yang sama tingkat konsumsi
lebih tinggi C0. Kemudian pada masa pensiun pendapatan mulai menurun, tetapi tidak
demikian dengan konsumsi pada saat yang sama (Tarmizi dan Hakim,1995:11).
2.4 Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Pola Konsumsi
Jumlah anggota keluarga biasanya selalu berhubungan dengan pola konsumsi
suatu rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari, dimana bila
jumlah anggota keluarga bertambah otomatis pengeluaran untuk konsumsi juga akan
bertambah. Konsumsi yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga dengan anggota
keluarga yang sedikit tidak akan sama dengan konsumsi keluarga dengan anggota
keluarga yang banyak.
2.5 Hubungan Tingkat Umur Dengan Pola Konsumsi
Pada kenyataan yang terjadi dalam kehidupan, tingkat umur tertentu
berpengaruh pada pola konsumsi seseorang. Semakin bertambahnya umur maka
kebutuhan untuk kehidupan yang lebih layak juga akan bertambah. Ditambah lagi
semakin bertambahnya umur biasanya akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan
yang tidak terduga sama sekali, seperti biaya kesehatan yaitu obat-obatan dan dokter
serta pengaturan pola makan yang sehat juga membutuhkan pengeluaran yang cukup
banyak. Bertambahnya umur membuat seseorang ingin merasakan hasil dari yang
sudah ia capai sampai hari tua, biaya yang dikeluarkan pada saat keadaan seperti ini
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009 2.6 Tabungan
Besarnya tabungan seseorang tergantung pada besar pendapatannya, semakin
besar pendapatannya maka semakin besar pula tabungannya. Orang kaya menabung
lebih banyak dari orang miskin, bukan hanya secara absolut tetapi juga sebagai
persentase dari pendapatannya. Orang yang terlalu miskin tidak mungkin menabung,
mereka bahkan membelanjakan lebih banyak dari apa yang mereka peroleh.
Kekurangan akan ditutup dari hutang atau mengambil tabungan yang ada
sebelumnya. Dari semua ini kita bisa melihat bahwa pendapatan merupakan faktor
penentu utama dari tabungan.
Keinginan manusia untuk menabung biasanya timbul karena keinginan untuk
menjamin konsumsi di masa yang akan datang, dimana manusia tidak tahu apa yang
akan terjadi dimasa akan datang karena itu manusia menabung untuk menghadapi
ketidakpastian dimasa akan datang.
Teori daur hidup tentang tabungan (Dornbush, Fischer, Mulyadi, 1997 :242)
Setiap orang bermaksud untuk memiliki pola konsumsi yang lancar selam hidupnya.
Pola konsumsi mereka mungkin tidak lancar, pada tahap tertentu mereka harus
sekolah atau berhenti bekerja dan pada tahap berikutnya mereka ingin beristirahat.
Teori daur hidup tentang tabungan menduga bahwa orang akan menabung banyak
ketika penghasilan mereka naik dan kemudian akan menggunakan tabungan tersebut
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam
pengumpulan data atau empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji
hipotesa penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan menyusun skripsi ini,
penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir
Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.
3.4 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari karyawan PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun melalui wawancara
langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuisioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan yang menjadi data pendukung data
primer. Diperoleh dari pihak berwenang di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
Dolok Merangir Kabupaten Simalungun Sumatera Utara pada kurun waktu sampai
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
3.5 Populasi dan Sampel
Proses yang pertama untuk melakukan pemilihan sampel adalah penentuan
populasi. Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, di mana elemen
adalah unit terkecil yang merupakan sumber data yang diperlukan.
Jumlah karyawan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah:
- Tenaga Kerja Asing : 6 Orang
- Staff : 96 Orang
- Karyawan Bulanan : 1.353 Orang
- Karyawan Harian : 4.002 Orang +
Jumlah : 5.457 Orang
Penulis membatasi populasi dengan alasan menggunakan jumlah karyawan
terbesar pada suatu divisi atau dengan kata lain populasi penelitian ini didominasi
oleh karyawan yang jumlahnya paling besar di suatu struktur organisasi yang ada
pada perusahaan tersebut. Dan populasinya adalah sebagai berikut :
1. Populasi A (Sub. Divisi Engineering) : 175 orang
2. Populasi B (Sub. Divisi Transport) : 148 orang
3. Populasi C (Sub. Divisi HRD) : 54 orang +
Total populasi : 377 orang
Gay dan Diehl (Kuncoro, 2003:111) Secara umum jumlah sampel minimal yang
dapat diterima untuk suatu studi tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Beberapa
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
• Untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada
tidaknya hubungan .
• Untuk studi kausal-komparatif, minimal 30 subjek per grup umumnya
dianjurkan.
• Untuk uji eksperimen, minimal 15 subjek per grup umumnya dianjurkan.
Penulis menetapkan sampel dengan metode stratified random sampling yaitu
mengambil sampel yang telah dibagi-bagi dari beberapa populasi dengan 30 sampel.
Adapun rumus dari sampel :
Populasi
Sampel = X Total Sampel Total populasi
Maka sampel dalam penelitian ini adalah
175
1. Sampel A = X 50 = 23,20 = 23 Orang
377
148
2. Sampel B = X 50 = 19,62 = 20 Orang
377
54
3. Sampel C = X 50 = 7,16 = 7 Orang 377 +
50 orang
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kuisioner
Penulis membuat daftar pertanyaan yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan. Kuisioner ini ditujukan pada populasi yang telah ditentukan. Jawaban atas
pertanyaan ini digunakan sebagai pelengkap dan pendukung kebenaran data yang ada.
2. Wawancara
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan lengkap, penulis mengajukan
wawancara dengan pihak-pihak yang kompeten memberikan data dan informasi yang
diperlukan.
3. Observasi
Cara ini dilakukan dengan mengamati langsung objek yang diteliti dan membuat
catatan-catatan hasil pengamatan.
3.5 Pengolahan Data
Penulis menggunakan program Eviews 4.1 untuk mengolah data dalam
penulisan skripsi ini.
3.6 Model Analisis Data
Model analisis data yang digunakan adalah model ekonometrika dengan metode
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate di Kabupaten Simalungun adalah
pendapatan, jumlah tanggungan anggota keluarga dan umur karyawan.
C = f (Y)
Dengan spesifikasi model
C = a + b Y
Dimana a dinyatakan sebagai tingkat konsumsi subsitance yang harus dipenuhi
walaupun pendapatan sama dengan nol, dan b sebagai MPC.
0 < MPC < 1
Fungsi tersebut dinyatakan sebagai berikut:
Y = f ( X1, X2, X3 )...(1)
Dengan spesifikasi model sebagai berikut:
LogY = + 1 Log X1 + 2 Log X2 + 3 Log X3 + ...(2)
Dimana:
LogY = Konsumsi karyawan (Rupiah)
= Konstanta / intersep
LogX1 = Pendapatan karyawan (Rupiah)
LogX2 = Jumlah Tanggungan (orang)
LogX3 = Umur karyawan(Tahun)
1, 2, 3 = Koefisien Regresi
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Bentuk hipetesisnya adalah sebagai berikut:
LogX1 LogY
δδ > 0 , Artinya jika X1 (Pendapatan karyawan) mengalami kenaikan
maka Y (Konsumsi karyawan) juga akan mengalami kenaikan, cateris
paribus.
LogX2 LogY
δδ > 0 , Artinya jika X2 (Jumlah Tanggungan karyawan) mengalami kenaikan
maka Y (Konsumsi karyawan) juga akan mengalami kenaikan, cateris
paribus.
LogX3 LogY
δδ > 0 , Artinya jika X3 (Umur karyawan) mengalami kenaikan maka Y
(Konsumsi karyawan) juga akan mengalami kenaikan, cateris paribus.
3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.7.1 Koefisien Determinasi (R-Square)
Koefisien Determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan
terhadap variabel dependen dimana nilai R2 berkisar 0 sampai 1(0 ≤ R2≤ 1).
3.7.2 Uji t-Statistik
Uji t-Statistik ini dilakukan untuk menguji apakah masing-masing koefisien
regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel. Dengan menganggap
variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini, digunakan hipotesis sebagai
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
HO : bi = 0 ( tidak berpengaruh )
Ha : bi≠ 0 ( berpengaruh )
Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai hipotesis, biasanya b
dianggap = 0, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila hitung >
t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu HO ditolak. Hal ini berarti bahwa
variabel indepanden yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel
dependen. Dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu HO
diterima. Hal ini berarti bahwa variabel indepanden yang diuji tidak berpengaruh
nyata (tidak signifikan) terhadap variabel dependen.
Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
bi
t-hitung =
Sbi Dimana:
bi = Koefisien Variabel ke-i
bi = Simbangan baku dari variabel independen ke-i
Ha diterima Ha ditolak
HO diterima
[image:44.612.135.450.305.622.2]Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
3.7.3 Uji f-Statistik
Uji t-Statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara
keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam hal ini,
digunakan hipotesis sebagai berikut:
HO : bi = bi ( tidak berpengaruh )
Ha : bi≠ 0 ( berpengaruh )
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai f-hitung dengan f-tabel.
Bila f-hitung > f-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu HO ditolak. Hal ini
berarti bahwa variabel indepanden yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap
variabel dependen. Dan bila f-hitung < f-tabel maka pada tingkat kepercayaan
tertentu HO diterima. Hal ini berarti bahwa variabel indepanden yang diuji tidak
berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel dependen.
Nilai f-hitung diperoleh dengan rumus:
R2/(k – 1) f-hitung =
(1 - R2) / (n – k)
Dimana:
R2 = Koefisien Determinasi
k = Jumlah Variabel Independen + Intersep
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Ha diterima
HO diterima
Gambar 3.2 Kurva Normal Untuk F-satistik
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.8.1 Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah alat yang digunakan untuk mengetahui suatu kondisi,
apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk
mengetahui ada tidaknya Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R2, t-statistik,
f-satistik, serta standart error.
Adanya multikolineritas ditandai dengan:
1. Standar error tidak terhingga
2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada = 5%, = 10%, =
1%.
3. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.
4. R2 sangat tinggi.
3.8.2 Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas ialah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
sehingga E ( i)2 ≠ 2. Pengujian untuk mendeteksi heterokedastisitas dilakukan
dengan cara uji formal yaitu uji white.
Pengujian di mulai dengan membentuk model estimasi :
LogY = + 1 Log X1 + 2 Log X2 + 3 Log X3 +
Apabila nilai probabilitasnya lebih rendah dari 0,05 maka terdapat
heterokedastisitas pada hasil estimasi. Sebaliknya jika nilai probabilitasnya lebih
besar dari 0,05, maka hasil estimasi tidak terkena heterokedastisitas.
3.8.3 Autokolerasi
Autokolerasi terjadi apabila error term ( ) dari periode waktu yang berbeda
berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial
apabila variabel (ei.ej) ≠ 0 untuk 1 ≠ j dalam hal ini dapat dikatakan memiliki
masalah autokorelasi.
Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu:
1. Dengan memplot grafik.
2. Dengan Durbin Watson (D-W test)
∑ {et(et-1)}2 D-hitung =
∑ e2 t
Dengan hipotesis sebagai berikut :
HO: = 0 ( tidak ada autokorelasi )
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu
diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai
nilai . Hipotesis yang digunakan adalah:
Inconclusive Inconclusive
Autokolerasi (+) Autokolerasi (-)
HO diterima
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
Gambar 3.3 Kurva Uji Dw
Keterangan:
HO : tidak ada korelasi
Dw < dl : tolak HO (ada korelasi positif)
Dw > 4-dl : tolak HO (ada korelasi negatif)
Du < dw < 4-du : terima HO (tidak ada korelasi positif)
Dl ≤ dw ≤ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive)
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
3.9 Defenisi Operasional
1. Konsumsi karyawan adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh
karyawan PT. Bridge stone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir
Kabupaten Simalungun untuk belanja makanan harian, membeli pakaian,
biaya pendidikan anak, membeli kebutuhan lain-lain.(Rupiah)
2. Pendapatan karyawan adalah jumlah penghasilan karyawan PT.
Bridge stone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten
Simalungun yang menjadi responden melalui pendekatan pengeluaran dan
tabungan.(Rupiah)
4. Jumlah Tanggungan karyawan adalah seluruh anggota keluarga yang
dibiayai oleh karyawan PT. Bridge stone Sumatra Rubber Estate Dolok
Merangir Kabupaten Simalungun termasuk diri sendiri, istri dan
anak.(orang)
3. Umur adalah usia karyawan PT. Bridge stone Sumatra Rubber Estate
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Perusahaan perkebunan karet didirikan karena semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan karet sehingga dibutuhkan sumber bahan mentahnya. Oleh
karena itu banyak diusahakan orang menanam sumber penghasil karet yang baik.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten
Simalungun ini berdiri untuk memenuhi atau menanggulangi kekurangan bahan baku
karet. Berdirinya PT. Bridge stone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten
Simalungun memiliki sejarah yang cukup panjang.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten
Simalungun sebelumnya bernama PT. Goodyear Sumatra Plantation. Namun pada
tanggal 9 Agustus 2005, berubah nama menjadi PT. Bridgestone Sumatra Rubber
Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun dengan bidang produksi yang sama
yaitu karet setengah jadi berupa lateks dan crumb rubber untuk selanjutnya diekspor
ke Singapura.
Perusahaan di Dolok Merangir, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara dibeli
oleh Perusahaan Goodyear pada tahun 1961 dari Vrenide Indice Coltounderneeming
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
tahun 1917 didirikan Factory dan kemudian tahun 1927 didirikan Planing Research
dan Chemical Research.
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
2. Bidang Usaha : Perkebunan Karet dan Karet Remah
3. Pimpinan Perusahaan : Guillermo Lazaro Igot
4. Status Perusahaan : Penanaman Modal Asing (PMA)
5. Alamat Kantor Pusat : Dolok Merangir, Serbelawan 2115, Sumatera
Utara
6. Telp./ Fax : (0622-64098 / 0622-64094)
7. Pemilikan Saham Perseroan : - Bridgestone Corp. Japan 95%
- PT. Agro Nusa 5%
8. Luas Areal HGU : 18.000,03 Hektar
9. Lokasi dan Luas Per kebun
- Divisi I Naga Raja : 3.352,26 Hektar
- Divisi II Dolok Merangir : 4.590,81 Hektar
- Divisi III Dolok Ulu : 3.157,01 Hektar
- Divisi IV Dolok Ulu : 2.770,20 Hektar
- Divisi V Aek Tarum : 4.129,75 Hektar
10. Produksi Lapangan Pertahun : 26.788 metric/ton
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
- Latek
12. Produksi Pabrik Pertahun : 76.288 metric/ton
13. Jenis Produksi Lapangan : - TA62 (SIR10) - TA01 (SIR3WF)
- TA77 (SIR20VK) - P-II
15. Jumlah Pabrik : 5 Unit (DM, DX, FM, NB1, dan NB2)
16. Penghargaan yang Diterima :
- Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (2007)
- Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan kerja (2006)
- Perusahaan Terbaik Program Jamsostek (2005)
- Penerapan Sistem Manajemen Mutu (2005)
17. Motto Perusahaan : Passion for Excellence
4.3.2 Perluasan Perusahaan dan Perpanjangan HGU
1. Pada tahun 1967 Kebun Naga Raja dan Dolok Ulu yang sebelumnya milik
PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) diusahai oleh Goodyear.
2. Pada tanggal 1 Oktober 1977, Perkebunan PT. Haboko Tea Coy, yang
sebelunnya diusahai oleh PT. Lonsum diurus/diusahai oleh Goodyear, pada
tanggal 1 Januari 1982 PT. Haboko Tea Coy resmi berubah nama menjadi
NV. Goodyear Sumatra Plantations, LTD.
3. Kebun Naga Raja diusahai berdasarkan SK Ditjen Agraria No. SK.2/HGU/80
tanggal 2 Januari 1980 dan sertifikat HGU No. 1 tanggal 15 Oktober 1082 dan
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 114/HGU/BPN/97 tanggal
16 September 1997 seluas 2.846,73 Hektar.
4. Kebun Dolok Merangir dan Dolok Ulu diusahai berdasarkan SK. Menteri
Dalam Negeri No. 3/HGU/DA/80 dan telah memperoleh perpanjangan selama
25 tahun sesuai SK. Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 117/HGU/BPN/97 tanggal 16 September 1997 seluas 11.226,38
Hektar. Namun setelah diukur secara kadasteral dengan mengeluarkan seluas
202,827 Hektar areal untuk Kawasan Industri Simalungun (KIS) dengan
perluasan wilayah Ibukota Kecamatan Tapian Dolok, Kantor Imigrasi
P.Siantar serta peruntukan jalan, maka luas areal HGU PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate di Kaupaten Simalungun menjadi seluas 11.023,553
Hektar.
5. Kebun Aek Tarum diusahai berdasarkan HGU No. 1/Perk. A. Tarum Haboko
dan telah memperoleh perpanjangan selama 25 tahun sesuai SK. Menteri
Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 149/HGU/BPN/97
tanggal 9 Desember 1997 seluas 4.238,88 Hektar.
4.3.3 Peralihan Kepemilikan dan Perubahan Nama Perusahaan
Kepemilikan saham PT. Goodyear Sumatra Plantation sebanyak 1.900.000
saham telah beralih kepada Bridgestone Corporation (Jepang) dengan nama
perusahaan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate yang merupakan badan hukum
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan tersebut tercantum
dalam Keputusan Sirkuler pada akte Notaris No. 80, Persetujuan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia R.I. No. C-02853 HT. 01.04.TH.2005 tanggal 2 Februari 2005
dean Persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal R.I. No. 236/B.2/A6/2005
tanggal 4 Oktober 2005.
Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan telah diumumkan
melalui Harian Media Indonesia dan Suara Pembaharuan tanggal 1 September 2005.
4.1.4. Struktur Organisasi
Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas atau pekerjaan diantara para
anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisiensi. Pelaksanaan
proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu organisasi dapat mencapai
tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi.
Stuktur organisasi diartikan sebagai susunan dan hubungan antar komponen,
bagian-bagian atau posisi dalam suatu perusahaan. Dimana struktur organisasi ini
merupakan suatu kerangka organisasi yang ditetapkan untuk proses manajerial,
sistem dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi dalam praktek penyelenggaraan
organisasi dan manajer.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir kabupaten Simalungun
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
1. Managing Director
• Bertanggung jawab secara menyeluruh atas jalannya usaha
perusahaan.
• Menentukan mutu dan konsep perbaikan secara terus-menerus dan
pengembangan mutu kerja.
• Menentukan kebijakan mutu dan mengarahkan secara umum tentang
mutu.
• Penguasa tertinggi dan penanggung jawab umum atas sistem mutu
perusahaan.
• Memenuhi penilaian manajemen terhadap mutu produksi.
• Mengawasi dan menilai pelayanan terhadap pembeli.
• Mengesahkan tanggung jawab dan wewenang kepala bagian dan
penilaian personil.
2. Finance Director
• Bertanggung jawab secara menyeluruh atas masalah keuangan.
• Bertanggung jawab atas kegiatan pembelian bahan baku dan bahan
tambahan serta bahan-bahan lainnya.
• Bertanggung jawab atas penyimpanan barang-barang (gudang
Ria Elvira : Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun, 2009.
USU Repository © 2009
• Merencanakan, mengawasi dan melaksanakan program Internal
Quality Audit (pemeriksaan intern dan mutu).
• Berpartisipasi dalam penilaian mutu oleh manajemen.
3. Production Director
• Bertanggung jawab atas maneajemen pengolahan teknik dan
laboratorium pengendalian mutu.
• Bertanggung jawab atas mutu produksi pabrik dan pengepakan baik
crumb rubber (karet remas) maupun concentrate latex (getah cair yang
dikonsentrasi).
• Mengkoordinasi rencana perbaikan dan pelaksanaan pekerjaan.
• Ikut campur dalam peme