Sekolah Bertaraf Internasional
(GREEN ARCHITECTURE)
LAPORAN PERANCANGAN
TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh:
IVANA
060406 033
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEACE INTERNATIONAL SCHOOL
Sekolah Bertaraf Internasional
(GREEN ARCHITECTURE)
LAPORAN PERANCANGAN
TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh:
IVANA
06 0406 033
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PEACE INTERNATIONAL SCHOOL
Sekolah Bertaraf Internasional
(GREEN ARCHITECTURE)
Oleh:
IVANA
06 0406 033
Medan, 18 Juni 2010
Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Imam Faisal Pane, ST, MT R. Lisa Suryani, ST, MT NIP. 197408102002121002 NIP. 197706062003122003
Ketua Departemen Arsitektur
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR
( SHP2A )
Nama : Ivana
NIM : 06 0406 033
Judul Proyek Akhir : PEACE International School Tema Proyek Akhir : Green Architecture
Rekapitulasi Nilai :
Nilai A B+ B C+ C D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
No Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
Koordinator TGA ‐ 490
1 Lulus Langsung
2 Lulus Melengkapi
3 Perbaikan Tanpa
Sidang
4 Perbaikan Dengan
Sidang
5 Tidak Lulus
Medan ,18 Juni 2010
Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TGA – 490
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan Karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tersusun tepat pada
waktunya. Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Tugas Akhir dari penulis yang
berjudul “PEACE INTERNATIONAL SCHOOL (Sekolah Bertaraf Internasional)“. Pada
tahapan ini terdapat latar belakang, deskripsi proyek, elaborasi tema, analisa, dan konsep
dari perancangan bangunan “ PEACE International School” ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
Imam Faisal Pane, ST, MT dan R.Lisa Suryani, ST, MSc, selaku dosen pembimbing I dan II atas kesabaran dan perhatiannya dalam proses asistensi dan
masukan-masukan bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis,
Ir. Nelson Siahaan., Dipl. TP , M.Arch. selaku ketua siding dan dosen penguji yang telah banyak membimbing penulis dan memberikan masukan-masukan yang
membangun dalam penyelesaian rancangan bangunan ini.
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho , MT selaku dosen penguji dan ketua jurusan Departemen Arsitektur dan Amy Marisa, ST, MSc selaku dosen penguji yang banyak
memberikan kritikan-kritikan dan masukan-masukan yang berguna dalam
pengembangan rancangan bangunan ini kedepannya.
Keluarga penulis yang banyak memberikan semangat dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, serta Willy Wijaya yang telah sangat mendukung penulis dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
Teman – teman stambuk ’06, terutama teman-teman satu kelompok sidang atas dukungan, pendapat, waktu, dan dorongan kepada penulis selama proses
pengerjaan Tugas Akhir ini.
Penulis percaya laporan yang disusun tidak sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan
masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Medan, 18 Juni 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Perumusan Masalah 2
1.4 Metode Pendekatan 3
1.5 Batasan Proyek 3
1.6 Asumsi 3
1.7 Kerangka Berpikir 4
1.8 Sistematika Laporan 6
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Umum Kota Medan 6
2.1.1 Keadaan Geografis dan Demografis kota Medan 6
2.1.2 Perkembangan Sekolah Secara Umum 8
A. Sejarah Sekolah Di Indonesia 8
B. Perkembangan Sekolah di kota Medan 8
2.2 Tinjauan Struktur dan Fungsi Bangunan Sekolah 8
2.2.1 Klasifikasi Sekolah 8
A. Jalur Pendidikan 9
B. Pendidikan Anak Usia Dini 9
D. Pendidikan Keagamaan 10
E. Pendidikan Jarak Jauh 10
F. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus 11
2.2.2 Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional 14
A. Pengertian Sekolah 14
B. Pengertian Bertaraf Internasional 14
2.2.3 Aspek-aspek Sekolah Internasional 15
2.2.4 Struktur Organisasi Sekolah Secara Umum 21
2.2.5 Deskripsi Pengguna Bangunan Sekolah 23
2.2.6 Pertimbangan dan Peraturan dalam Perencanaan Sekolah 24
A. Sirkulasi 24
B. Keamanan Pengguna 24
C. Keamanan dari Segi Lain 24
D. Area Masuk 25
E. Pintu Keluar 26
F. Pintu Kelas 26
G. Koridor 26
H. Tangga 27
I. Ruang Kelas 27
J. Area Display 31
K. Area Bermain 32
L. Ruang Musik 34
M. Ruang Serbaguna 35
N. Lingkungan Belajar 36
O. Pencahayaan Ruang Kelas 36
P. Vista antara Ruang Dalam dan Ruang Luar 37
R. Perabot 38
S. Cave Space 38
T. Parkir 39
2.2.7 Peranan dan Unsur-Unsur dalam Pengadaan Bangunan 39
2.2.8 Kurikulum Sekolah Internasional 40
2.3 Studi Banding 44
BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1 Terminologi Judul 55
3.2 Lokasi Proyek 56
3.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi 56
3.2.2 Analisis Pemilihan Lokasi 58
A. Alternatif Lokasi 58
B. Analisis dan Penetapan Lokasi 63
3.2.3 Deskripsi Kondisi Eksisting 64
A. Wilayah dan Potensi 64
B. Data Umum Site 64
3.3 Studi Kelayakan Proyek 64
3.4 Stuktur Organisasi Sekolah 68
BAB IV Elaborasi Tema
4.1 Intepretasi Green Architecture 70
4.2 Latar Belakang Pemilihan Tema 71
4.3 Tujuan Pemilihan Tema 71
4.4 Kriteria Pemilihan Tema 72
4.5Penerapan Tema dalam Rancangan 74
4.6.1 Hazelwood School 83
4.6.2 SINO Italian Ecological and Energy Efficient Building (SIEEB) 85
4.6.3 Trafacon Office Building 87
BAB V ANALISIS
5.1 Analisis Kondisi Tapak 90
5.1.1 Lokasi 90
5.1.2 Tata Guna Lahan 91
5.1.3 Prasarana 92
5.2 Analisis Potensi Lingkungan 92
5.2.1 Kebisingan 92
5.2.2 Vegetasi Eksisting 93
5.2.3 Pedagang Kaki Lima 94
5.2.4 Sirkulasi Lalu Lintas 95
5.2.5 Pencapaian 95
5.2.6 Orientasi matahari 96
5.2.7 View 96
5.3 Analisis Fungsional 97
5.3.1 Kebutuhan Ruang 97
5.3.2 Pemakai dan Kegiatan 98
5.3.3 Program Ruang 101
BAB VI KONSEP PERANCANGAN
6.1 Konsep Perancangan Tapak 10
6.1.1 Konsep Pencapaian Site 103
6.1.2 Konsep Entrance 103
6.1.3 Konsep Sirkulasi Site 104
6.1.5 Zoning Tapak 105
6.2 Konsep Bangunan 106
6.2.1 Konsep Massa 106
6.2.2 Zoning Bangunan 106
6.2.3 Sirkulasi dalam Bangunan 108
6.3 Konsep Utilitas
6.3.1 Konsep Sistem Elektrikal 109
6.3.2 Konsep Sistem Penanggulangan Kebakaran 109
6.3.3 Konsep Sistem Sanitasi 110
6.4 Konsep Green Architecture 111
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram kerangka berpikir 4
Gambar 2.2 Bagan Pendidikan di Indonesia 14
Gambar 2.3 Bagan Contoh 1 bagan struktur organisasi sekolah 21
Gambar 2.4 Contoh 2 bagan struktur organisasi sekolah 22
Gambar 2.5 Sketsa zoning area masuk yang nyaman 25
Gambar 2.6 Panel kaca dan ukuran standar pintu kelas 26
Gambar 2.7 Bagian dinding koridor yang dimundurkan 27
Gambar 2.8 Potongan tangga 27
Gambar 2.9 Susunan kursi dan ukuran ruangan kelas 28
Gambar 2.10 Sketsa dua ruangan kelas yang dapat digabungkan 29
Gambar 2.11 Sketsa hubungan ruangan kelas dan koridor 29
Gambar 2.12 Sketsa zoning ruang kerja siswa (studio) 30
Gambar 2.13 Sketsa area kerja kelompok dan locker berupa laci yang
lebih privasi 31
Gambar 2.14 Sketsa area display 31
Gambar 2.15 Beberapa jenis permainan untuk usia SMP dan SMA 33
Gambar 2.16 Contoh susunan ruang di ruang music 34
Gambar 2.17 Contoh ruang musik yang berada di luar ruangan 34
Gambar 2.18 Contoh ruang serba guna 35
Gambar 2.19 Diagram syarat lingkungan belajar yang efektif 36
Gambar 2.20 Penggunaan venetian blinds pada ruangan 36
Gambar 2.21 Cara penggunaan venetian blinds 36
Gambar 2.22 Sketsa pencahayaan yang baik pada ruang kelas 37
Gambar 2.23 Sketsa jarak pandang siswa dari ruang kelas 37
Gambar 2.24 Sketsa jenis kegiatan dan kebutuhan teknologi 38
Gambar 2.26 Sketsa Cave Space dengan perabot 39
Gambar 2.27 Segi-enam tema pokok dan mata pelajaran dalam PYP 42
Gambar 2.28 Segi-delapan yang menunjukkan hubungan 8 43
mata pelajaran dan 5 interksi lainnya pada MYP 44
Gambar 2.29 Segi-enam program diploma
Gambar 2.30 Murid-murid dan bangunan sekolah Jakarta International School (JIS) 44
Gambar 2.31 Persentase murid dari berbagai negara di Jakarta International School 45
Gambar 2.32 Beberapa kegiatan lain selain kegiatan di dalam ruangan kelas 46
Gambar 2.33 Pintu Gerbang JIS 46
Gambar 2.34 Gedung di American International School of Guangzhou 47
Gambar 2.35 Beberapa aktivitas yang terjadi di dalam bangunan 47
Gambar 2.36 Kegiatan lain siswa 47
Gambar 2.37 Sisi lain bangunan, keadaan dan peletakkan perabot di dalam bangunan 48
Gambar 2.38 Murid dan guru yang berada di MIS 50
Gambar 2.39 Beberapa kegiatan murid di dalam kelas 50
Gambar 2.40 Kegiatan di luar ruangan kelas 51
Gambar 2.41 Kegiatan sosial antara orang tua murid dan guru 51
Gambar 2.42 Studio musik 52
Gambar 2.43 Pusat pembelajaran 52
Gambar 2.44 Laboratorium 52
Gambar 2.45 Lapangan sepak bola indoor 52
Gambar 2.46 Ruang ballet 53
Gambar 2.47 Ruang basket indoor 53
Gambar 2.48 Ruang bermain outdoor 53
Gambar 3.1 Hubungan sekolah dengan komunitas 56
Gambar 3.2 Peta lokasi A 58
Gambar 3.4 Peta lokasi B 60
Gambar 3.5 Peta lokasi B dan kondisi eksisting site 61
Gambar 3.6 Peta lokasi C 62
Gambar 3.7 Peta lokasi C dan keadaan eksisting 62
Gambar 4.1 Green Roof di gedung Chicago City Hall 76
Gambar 4.2 Green Roof di bangunan ACROS Fukouka, Jepang 76
Gambar 4.3 Lapisan Green Roof 76
Gambar 4.4 Skylight 77
Gambar 4.5 Bukaan yang besar pada dinding 77
Gambar 4.6 Stack Ventilation 77
Gambar 4.7 Stack Ventilation 77
Gambar 4.8 Stack Ventilation 77
Gambar 4.9 Stack Ventilation 78
Gambar 4.10 Passive Cooling 78
Gambar 4.11 Photovoltaic 78
Gambar 4.12 Bangunan yang menggunakan photovoltaic di bagian fasad 78
Gambar 4.13 Diagram 1 Kerja Photovoltaic 79
Gambar 4.15 Diagram 2 Kerja Photovoltaic 79
Gambar 4.16 Diagram sistem penyaringan air 80
Gambar 4.17 Material lantai 80
Gambar 4.18 Material perkerasan 80
Gambar 4.19 Cat ramah lingkungan 81
Gambar 4.20 Bambu 81
Gambar 4.21 Perabot dengan konsep green 82
Gambar 4.22 Toilet dengan konsep eco-friendly 82
Gambar 4.23 Ilustrasi 82
Gambar 4.25 Suasana luar bangunan pada siang hari dan malam hari 84
Gambar 4.26 Suasana interior bangunan dengan dinding yang mempunyai sensor 85
Gambar 4.27 Beberapa perspektif bangunan SIEEB 85
Gambar 4.28 Bangunan yang berusaha berintegrasi dengan lingkungan luarnya 86
Gambar 4.29 Perspektif bangunan Trafacon Office Building 87
Gambar 4.30 Konsep teknik kertas lipat 87
Gambar 4.31 Site plan dan ground plan bangunan 88
Gambar 4.32 Interior kantor 88
Gambar 4.33 Sistem pengaturan air 89
Gambar 5.1 Peta lokasi site 90
Gambar 5.2 Tata Guna Lahan 91
Gambar 5.3 Tata guna lahan dengan bangunan di sekitar lokasi 91
Gambar 5.4 Diagram analisis kebisingan dan polusi 93
Gambar 5.5 Diagram analisis vegetasi eksisting 94
Gambar 5.6 Diagram analisis sirkulasi lalu lintas 95
Gambar 5.7 Diagram analisis pencapaian 95
Gambar 5.8 Diagram analisis orientasi matahari terhadap site 96
Gambar 5.9 Diagram analisis view ke luar 96
Gambar 5.10 Diagram analisis view ke dalam 99
Gambar 5.19 Diagram kegiatan guru 99
Gambar 5.21 Diagram kebutuhan ruang murid SD, SMP, dan SMA secara umum 100
Gambar 5.22 Diagram kebutuhan ruang guru secara umum 100
Gambar 6.1 Konsep pencapaian 103
Gambar 6.2 Konsep entrance 103
Gambar 6.3 Konsep Sirkulasi 104
Gambar 6.4 Konsep Sirkulasi 104
Gambar 6.6 Zoning Tapak 105
Gambar 6.7 Konsep Massa 106
Gambar 6.8 Zoning Lantai 1 106
Gambar 6.9 Zoning Lantai 2 107
Gambar 6.10 Zoning Lantai 3 107
Gambar 6.11 Zoning Lantai 4 107
Gambar 6.12 Sirkulasi Lantai 1 108
Gambar 6.13 Sirkulasi Lantai 2 dan 3 108
Gambar 6.14 Sirkulasi Lantai 4 108
Gambar 6.15 Diagram sistem elektrikal 109
Gambar 6.16 Diagram sistem sanitas air bersih 110
Gambar 6.17 Diagram sistem sanitas air kotor 110
Gambar 6.18 Diagram sistem sanitas air buangan 110
Gambar 7.1 Site Plan 112
Gambar 7.2 Ground Plan 113
Gambar 7.3 Denah Lantai 2 114
Gambar 7.4 Denah Lantai 3 115
Gambar 7.5 Denah Lantai 4 116
Gambar 7.6 Tampak Memanjang 117
Gambar 7.7 Tampak Samping 118
Gambar 7.8 Potongan 119
Gambar 7.9 Rencana Fondasi 120
Gambar 7.10 Rencana Pembalokan Lantai 2 121
Gambar 7.11 Rencana Pembalokan Lantai 3 122
Gambar 7.12 Rencana Pembalokan Lantai 4 123
Gambar 7.13 Rencana Sanitasi Lantai 1 124
Gambar 7.15 Rencana Sanitasi Lantai 3 126
Gambar 7.16 Rencana Sanitasi Lantai 4 127
Gambar 7.17 Rencana Elektrikal Lantai 1 128
Gambar 7.18 Rencana Elektrikal Lantai 2 129
Gambar 7.19 Rencana Elektrikal Lantai 3 130
Gambar 7.20 Rencana Elektrikal Lantai 4 131
Gambar 7.21 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 1 132
Gambar 7.22 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 2 133
Gambar 7.23 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 3 134
Gambar 7.24 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 4 135
Gambar 7.25 Detil 136
Gambar 7.26 Gambar Poster 137
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Letak Geografis Beberapa Daerah di Kota Medan (Medan dalam
Angka 2007) 6
Tabel 2.2 Tingkatan pendidikan di Indonesia (sumber Wikipedia) 13
Tabel 2.3 Rangkuman studi banding 54
Tabel 3.1 Analisis alternative lokasi 64
Tabel 3.2 Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Sekolah dan Status
(2004-2008) 65
Tabel 3.3 Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin (2007) 66
Tabel 3.4 Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin (2008) 66
Tabel 3.4 Banyaknya Sekolah Dasar Menurut Status dan Kecamatan
(2004-2008) 66
Tabel 3.5 Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Sekolah dan Status
(2004-2008) 66
Tabel 3.6 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan (2004-2008) 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,
manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya
produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan
meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi. Keunggulan SDM merupakan kunci daya saing karena SDM yang akan
menentukan siapa yang mampu menjaga kelangsungan hidup, perkembangan, dan
kemenangan dalam persaingan.
Penyelenggaraan SBI merupakan amanat undang-undang. Amanat tersebut tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pasal 50 Ayat (3) undang-undang tersebut menyatakan, pemerintah dan/atau
pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan
pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang
bertaraf internasional di setiap kabupaten/kota. Selain undang-undang, Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan juga
menegaskan kembali perlunya sekolah bertaraf internasional. Pasal 61 Ayat (1)
peraturan pemerintah tersebut menyatakan, pemerintah bersama-sama pemerintah
daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk
dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Dengan demikian
penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dijamin oleh undang-undang.
Di samping itu penyelenggaraan SBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan
esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan
harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin
melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif,
inovatif, bermakna, serta menumbuhkembangkan bakat, minat, dan kemamampuan
peserta didik. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan
relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan
berbagai sektor, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan
globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu
Meskipun secara formal belum dinamakan SBI, sebenarnya di Indonesia telah ada
sejumlah sekolah yang merintis ke arah sekolah bertaraf internasional, mulai dari
sekolah dasar hingga sekolah menengah atas baik umum maupun kejuruan.
Sekolah-sekolah tersebut selain siswanya berasal dari dalam negeri, ada juga yang memiliki
sejumlah siswa yang berasal dari negara-negara lain. Pada umumnya lulusan dari
sekolah-sekolah tersebut dengan mudah diterima jika melanjutkan pendidikan atau
bekerja di negara-negara maju.
Keinginan melakukan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI)
dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu:
(1) kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di era global,
(2) adanya dasar hukum yang kuat, dan
(3) landasan filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme) (Depdiknas,
2006:1-2).
1.2 Maksud dan Tujuan Proyek
Maksud dan tujuan dilaksanakan proyek ini adalah:
Meningkatkan kualitas dan potensi sumber daya manusia di kota Medan agar mampu bersaing di era globalisasi yang sedang dihadapi,
Merencanakan sarana-sarana pendidikan bertaraf internasional bagi anak-anak (WNI maupun WNA) dengan kualitas internasional di Medan, dan
Merencanakan bangunan yang ekologis dengan menggunakan unsur dan potensi alam semaksimal mungkin,
1.3 Perumusan Masalah
Permasalahan yang dititikberatkan ada 2, yaitu:
Perencanaan ruang-ruang belajar bagi siswa tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas, serta dengan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya, dan
Penerapan tema perancangan terhadap bangunan dengan memperhatikan aktifitas pemakai dan fungsi bangunan.
Rumusan masalah untuk kasus proyek ini adalah:
Bagaimana meningkatkan sarana fisik pendidikan yang bertaraf internasional yang nantinya dapat membantu proses belajar dan mengajar,
Bagaimana memanfaatkan kondisi tapak untuk menciptakan lingkungan binaan yang secara fungsional dapat mengakomodasi aktifitas sekolah,
Bagaimana merancang ruang luar dan dalam bangunan agar menjadi tempat yang ideal untuk aktifitas sekolah, dan
Bagaimana menanamkan dan menerapkan budaya Indonesia pada anak-anak melalui bangunan.
1.4 Metode Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan untuk proyek ini berupa:
Studi Pustaka yang berkaitan dengan judul dan tema untuk mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur
Studi banding,
Studi lapangan, dan
Wawancara.
1.5 Batasan Proyek
Perencanaan dan perancangan terbatas pada:
Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah bangunan sekolah.
Kajian terhadap tapak dengan keberadaan/eksisting, dan
Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu Arsitektur Hijau.
1.6 Asumsi
Diasumsikan bahwa kondisi lahan dalam keadaan layak bangun,
Diasumsikan kepemilikan oleh pihak swasta dengan penekanan bangunan sebagai bangunan jasa yang bersifat mendidik, dan
1.7 Kerangka Berpikir
Gambar 1.1 Diagram kerangka berpikir LATAR BELAKANG
MAKSUD DAN TUJUAN
KELAYAKAN STUDI PROYEK
PENGUMPULAN DATA PROYEK:
Survey lokasi
Studi Literatur
Survey dan studi banding proyek
DESAIN AKHIR PRA RANCANGAN
KONSEP
Studi Tema Proyek :
Studi Literatur Studi banding tema
ANALISA IDENTIFIKASI
MASALAH
Menganalisa dan membahas permasalahan dalam studi proyek
RUMUSAN MASALAH Batasan-batasan masalah dan penanganannya dalam
1.8 Sistematika Laporan
Adapun sistematika pembahasan pada laporan adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan bangunan sekolah, maksud dan tujuan, perumusan masalah perancangan, metode
pendekatan, batasan proyek, dan asumsi.
BAB II Tinjauan Umum, menggambarkan keadaan wilayah tempat proyek berada dalam skala kota. Juga meninjau fungsi bangunan secara umum dan juga struktur
bangunan secara menyeluruh.
BAB III Tinjauan Khusus, memberikan informasi tentang potensi daerah, lokasi; kriteria pemilihan site, alternatif dan penilaian terhadap site, dan juga studi kelayakan
proyek.
BAB IV Elaborasi Tema, membahas tinjauan teoritis, pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.
BAB V Analisis, membahas dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan dan analisis mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan, analisis
fasilitas dan kebutuhan ruang, organisasi ruang dan penzoningan, dan menghasilkan
program ruang.
BAB VI Konsep Perancangan, membahas konsep dasar fisik tapak, konsep dasar fisik ruang, konsep dasar fisik bangunan dan teknologi struktur dan konstruksi
bangunan yang akan dipakai.
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Tinjauan Umum Kota Medan
2.1.1 Keadaan Geografis dan Demografis kota Medan
Lokasi proyek berada di Indonesia, yaitu kota Medan , Sumatera Utara , Indonesia.
Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan
Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah
Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua
sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Letak
Kota Medan terletak antara: 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara,
98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kota Medan, dan
2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.
Batas
Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli
Serdang.
Geologi
Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan
Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten
Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah
Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua
sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
Iklim
Tropis, suhu minimum 23°C – 24,1°C , suhu maksimum 30,6°C – 33,1 °
Kelembaban udara rata – rata : 78 – 82 %
Kecepatan angin rata – rata : 0,42 m/sec dan laju penguapan tiap bulannya : 100.6 mm
Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang 1.359.447 jiwa
berusia produktif (15-59 tahun), dan jumlah ini diperkirakan meningkat mencapai
1.395.432 jiwa pada tahun 2009. Dengan demikian, Kota Medan secara relatif
memiliki tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis
perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan tahun 2000-2004 cenderung mengalami
peningkatan, di mana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah
0,09%, meningkat menjadi 0,63% tahun 2004, 1,50% tahun 2005, dan 1,53% pada
tahun 2006. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk mengalami peningkatan dari
7.267 jiwa per km2 pada tahun 2001; 7.408 jiwa per km2 (2002); 7.520 (2003);
2.1.2 Perkembangan Sekolah Secara Umum
A. Sejarah Sekolah Di Indonesia1
Sekolah sebelum masa penjajahan
Sebelum masa penjajahan pendidikan yang ada di Indonesia berupa
(atau sebelumnya), sekolah/pendidikan dilangsungkan di
Sekolah pada masa penjajahan
B. Perkembangan Sekolah di kota Medan
Aktifitas pendidikan di Kota Medan tergolong tinggi, sebagaimana kita lihat dari
jumlah sekolah di semua jenjang tingkat pendidikan, mulai dari tingkat terendah
hingga perguruan tinggi dan juga kursus-kursus. Sarana sekolah tersebar di
seluruh wilayah pemerintahan Kota Medan termasuk pada daerah tertinggal.
Perhatian Pemko Medan terhadap pembangunan pendidikan sangat besar. Hal
ini dapat kita lihat dengan program programnya mulai dari pengadaan sekolah
baru sampai dengan pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu (siswa
terancam putus sekolah) yang bertujuan agar semua penduduk Kota Medan
yang berusia sekolah mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
2.2 Tinjauan Struktur dan Fungsi Bangunan Sekolah
2.2.1 Klasifikasi Sekolah
Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
1
A. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan terdiri atas:
Pendidikan formal, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan non formal, yang meliputi:
o pendidikan kecakapan hidup,
o pendidikan anak usia dini,
o pendidikan kepemudaan,
o pendidikan pemberdayaan perempuan,
o pendidikan keaksaraan,
o pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
o pendidikan kesetaraan, serta
o pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas:
o lembaga kursus,
o lembaga pelatihan,
o kelompok belajar,
o pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
o majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui
sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus
ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
B. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:
Taman Kanak-kanak (TK),
Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:
Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
C. Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan
oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan
kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan
nonformal.
D. Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal.
Pendidikan keagamaan berbentuk:
pendidikan diniyah,
pesantren,
pasraman,
pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.
E. Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan.
Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada
kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan
cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem
penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
F. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.
Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di
daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau
mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi
ekonomi.
**Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Klasifikasi sekolah menurut status sekolah terbagi dari:2
Sekolah Negeri (
Sekolah Swasta (
yang samp
rancangan peraturan pemerintah.
o o o o o o o o o o KELAS USIA Taman kanak-kanak
Kelompok Bermain 4
Kelompok A 5
Kelompok B 6
Sekolah Dasar
Kelas 1 7
Kelas 2 8
Kelas 3 9
Kelas 4 10
Kelas 5 11
Kelas 6 12
Sekolah menengah pertama
Kelas 7 13
Kelas 8 14
Kelas 9 15
Sekolah menengah atas/kejuruan
Kelas 10 16
Kelas 11 17
Kelas 12 18
Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah Tinggi/Universitas
Tabel 2.2 Tingkatan pendidikan di Indonesia (sumber Wikipedia)
Mengacu pada pemenuhan standar nasional pendidikan, Depdiknas
mengelompokkan sekolah sebagai berikut:
1.
Sekolah potensial: sekolah yang relatif masih banyakkekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
2. Sekolah standar nasional (SSN): sekolah yang sudah hampir memenuhi
delapan SNP yaitu: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,
standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar manajemen, standar pembiayaan, standar penilaian.
3. Sekolah berbasis keunggulan lokal: sekolah kategori ini selain memenuhi
kriteria SSN juga sekolah yang memiliki keunggulan dalam mata pelajaran
agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, iptek, estetika,
olahraga, dan kesehatan.
4. Sekolah bertaraf internasional (SBI): sekolah yang menyiapkan peserta
didik berdasarkan standar nasional pendidikan dan standar internasional.
Sehingga lulusan sekolah ini memiliki kemampuran daya saing
internasional.
Magister Berbagai usia (selama kurang lebih 2 tahun)
2.2.2 Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional
A. Pengertian Sekolah
Sekolah
: adalah tempat anak didik mendapat pelajaran yang diberikan oleh guru.
(Ensiklopedia Indonesia)
: adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatnya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Halaman 892)
B. Pengertian Bertaraf Internasional
Bertaraf
: bertingkat; bermutu
Lihat Tabel tingkatan
pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia
Jenjang
Pendidikan
[image:31.595.80.569.75.477.2]Jalur Pendidikan
Jenis Pendidikan
Tingkatan
Pendidikan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Halaman 1010)
Internasional
: menyangkut bangsa-bangsa atau negeri-negeri seluruh dunia; antarbangsa.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Halaman 384)
Menurut Depdiknas (2006:3) SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan
peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan
tarafnya internasional, sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional.
2.2.3 Aspek-aspek standar Sekolah Internasional
Standar internasional yang dituntut dalam SBI adalah Standar Kompetensi
Lulusan,
Pembiayaan, dan Penilaian standar internasional. Dalam SBI, proses belajar
mengajar disampaikan dalam
Pada rintisan SBI dibagi dalam empat model: sekolah baru (newly developed SBI),
model pengembangan sekolah yang ada (existing developed SBI), model terpadu
dan model kemitraan. Dari keempat model penyelenggaraan itu SBI dikembangkan
dengan 8 prinsip utama, yaitu:
1.Pengembangan SBI mengacu pada SNP + X
SBI = SNP + X.
Di mana SNP meliputi 8 standar SNP, yaitu, kompetensi lulusan, isi, proses,
sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen,
pembiayaan, penilaian sedangkan X adalah nilai plus, yaitu, penguatan,
pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi
terhadap standar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri yang telah
memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional.
2. SBI dikembangkan berdasarkan atas kebutuhan dan prakarsa sekolah (demand
driven and bottom up).
mutakhir dan canggih dengan perkembangan ilmu pengetahuan global.
4. SBI menerapkan manajeman berbasis sekolah (MBS) dengan tata kelola yang
baik.
5. SBI menerapkan proses belajar mengajar yang pro-perubahan dan inovatif.
6. SBI menerapkan prinsip - prinsip kepemimpinan yang memiliki visi ke depan
(visioner).
7. SBI harus memiliki SDM yang professional, baik tenaga pendidik maupun
tenaga kependidikan.
8. Penyelenggaraan SBI harus didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap,
relevan, mutakhir, dan canggih seperti laptop di laboratorium, LCD, TV, dan media
pendidikan penunjang lainnya.
Rintisan
indikator kinerja kunci (IKK) rintisan SMA bertaraf internasional antarakreditasi A secara nasional, menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) dengan sistem kredit semester (SKS), sistem akademik berbasis teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), dan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi
dari mata pelajaran yang sama pada sekolah unggul negara OECD.
Indikator lainnya adalah menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari
standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di dalam standar nasional. Berikutnya,
proses pembelajaran suatu mata pelajaran menjadi teladan sekolah atau
madrasah lainnya terutama dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti, dan
kepribadian unggul.
Selain itu, pendidik memenuhi standar pendidikan. Untuk SMA minimal 30 persen
guru berpendidikan S2 atau S3 dari perguruan tinggi (PT) yang program studinya
berakreditasi A, sedangkan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah minimal
berpendidikan S2 dari PT yang program studinya berakreditasi A.
Dari sisi sarana prasarana harus dilengkapi perpustakaan yang tersambung ke
dan klinik. Sementara, dari sisi pengelolaan agar meraih sertifikat ISO 9001:2000
tentang tata kelola dan ISO 14.000 tentang lingkungan.
Sekolah juga diharapkan menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf
internasional di luar negeri. Sekolah harus bebas narkoba dan kekerasan.
Mengingat SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk
mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan
hidup secara lokal, regional, nasional, dan global, maka perlu dirumuskan standard
SBI yang meliputi input, proses, dan output. Input adalah segala hal yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang
memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses
pendidikan yang bertaraf internasional meliputi siswa baru (intake) yang diseleksi
secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah,
tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan sekolah. Intake
(siswa baru) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SMP, hasil ujian nasional
(UN), scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa
baru SBI memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan
intelektual, emosional, dan spiritual, dan potensi untuk bekembang.
Kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas, dan diperdalam) agar memenuhi
standard isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari berbagai
sekolah dari dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi
internasional. Di samping itu guru harus memiliki kompetensi professional
(penguasaan matapelajaran), pedagogik, kepribadian, dan sosial bertaraf
internasional, serta kemampuan berkomu-nikasi secara internasional yang
ditunjukkan oleh penguasaan salah satu bahasa asing, misalnya bahasa Inggris.
Selain itu guru memiliki kemampuan menggunakan ICT mutakhir dan canggih.
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan profesional dalam manajemen,
kepemimpinan, organisasi, adminsitrasi, dan kewirausahaan yang diperlu-kan
untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan komunikasi dalam bahasa
asing, khususnya Bahasa Inggris.
Tenaga pendukung, baik jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya memadai
untuk mendukung penyelenggaraan SBI. Tenaga pendukung yang dimaksud
meliputi, laboran, teknisi komputer, kepala TU, tenaga administrasi (keuangan,
Sarana dan prasarana harus lengkap dan mutakhir untuk mendukung
penyelenggaraan SBI, terutama yang terkait dlangsung dengan penyelenggaraan
proses pembelajaran, baik buku teks, referensi, modul, media pembelajaran,
peralatan dan sebagainya. Organisasi, manajemen, dan administrasi SBI memadai
untuk penyelenggaraan SBI, yang ditunjukkan oleh: (1) organisasi, kejelasan
pembagian tugas dan fungsi dan koordinasi yang baik antar tugas dan fungsi, (2)
manajemen tangguh, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
koordinasi dan evaluasi, dan (3) administrasi rapi, yang ditunjukkan oleh
pengaturan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan secara efektif dan
efisien. Lingkungan sekolah, baik fisik maupun nir-fisik (kultur), sangat kondusif
bagi penyelenggaraan SBI. Lingkungan nir-fisik sekolah mampu menggalang
konfir-misme perilaku warganya untuk menjadikan sekolahnya sebagai pusat
gravitasi keunggulan pendidikan yang bertaraf internasional.
Proses penyelenggaraan SBI mampu mengakrabkan, menghayatkan dan
menerap-kan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir
dan canggih), norma-norma untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut, standar-standar,
dan etika global yang menuntut kemampuan bekerjasama lintas budaya dan
bangsa. Selain itu proses pembelajaran dalam SBI harus pro-perubahan yaitu
mampu menumbuhkem-bangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi
untuk menemukan kemungkinan baru (a joy of discovery) yang tidak tertambat
pada tradisi dan kebiasaan proses pembelajaran di sekolah yang lebih
mementingkan memorisasi dan recall dibandingkan daya kreasi, nalar, dan
eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru.
Proses pembelajaran SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera
agar mampu mengaktualisasikan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional
maupun spiritualnya sekaligus. Penting digarisbawahi bahwa proses pembelajaran
yang bermatra individu-sosial-kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap
dan perilaku peserta didik sebagai mahkluk individu tidak terlepas dari kaitannya
dengan kehidupan masyarakat lokal, regional, dan nasional. Bahasa pengantar
yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah Bahasa Indonesia dan bahasa
asing (khususnya Bahasa Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang
bervariasi serta berteknologi mutakhir dan canggih, misalnya laptop, LCD, dan
Oleh karena itu tafsir ulang terhadap praksis-praksis penyelenggaraan proses
pembelajaran yang berlangsung selama ini sangat diperlukan. Proses
pembelajaran di sekolah saat ini lebih mementingkan jawaban baku yang dianggap
benar oleh guru, tidak ada keterbukaan dan demokrasi, tidak ada toleransi pada
kekeliruan akibat kreativitas berpikir karena yang benar adalah apa yang
dipersepsikan benar oleh guru. Itulah yang disebut memorisasi dan recall. SBI
harus mengembangkan proses pembelajaran yang: (1) mendorong keingintahuan
(a sense of curiosity and wonder), (2) keterbukaan pada
kemungkinan-kemungkinan baru, (3) prioritas pada fasilitas kemerdekaan dan kreativitas dalam
mencari jawaban atau pengetahuan baru (meskipun jawaban itu salah atau
pengetahuan baru dimaksud belum dapat digunakan), dan (4) pendekatan yang
diwarnai oleh eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru
(Depdiknas, 2006:8).
Output SBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional
sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan
kemampuan-kemampuan kunci yang harus dimiliki dalam era global. SNP
merupakan standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang
berakar Indonesia, namun tidak berarti bahwa output satuan pendidikan tidak boleh
melampaui SNP. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif
bagi pengaktualan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun
spiritualnya. Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan
manusia-manusia Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental
kuat, integritas etik dan moralnya tinggi, dan peka terhadap tuntutan keadilan
sosial. Penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era
global merupakan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bersaing dan
berkolaborasi secara global dengan bangsa-bangsa lain, yang setidaknya meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang canggih serta
kemampuan berkomunikasi secara global.
Standar kompetensi lulusan Sekolah Bertaraf Internasional adalah keberhasilan
lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun di luar
negeri dengan tetap berkepribadian bangsa Indonesia, menguasai dan terampil
menggunakan ICT(Information Communication Technology), mampu debat dengan
a. Olahraga, kesenian, kesehatan, budaya, dll,
b. Mampu menyelesaikan, tugas–tugas dan mengumpulkan portofolio dengan
baik,
c. Mampu meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah,
d. Mampu melaksanakan eksprimen dalam pengembangan pe ngetahuan dan
keterampilan,
e. Mampu menemukan / mem buktikan pengalaman bela jarnya dengan berbagai
karya,
f. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar,
g. Memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang: matematika,
fisika, biologi, kimia, astronomi, dan atau lainnya ditunjukkan dengan sertifikat
internasional),
h. NUAN rata-rata tinggi (> 7,5), memiliki kemampuan penguasaan teknologi
dasar,
i. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara individual,
kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada
piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan,
j. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah,
penelitian, dll dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar,
k. Memiliki dokumen dan pelaksanaan, pengelolaan kegiatan belajar secara baik
(ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan
evaluasi) dari lulusan,
l. Menguasai budaya bangsa lain, memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang
pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan,
m. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah,
baik lingkungan sosial, fisik maupun budaya,
n. Memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya
maupun orang lain, bangsa, dll, dan
o. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan
lulusan.
Sekolah Berstandar Internasional akan dicapai melalui sebuah proses peningkatan
kualitas sekolah yang berkesinambungan. Salah satu tujuan pokoknya adalah
peningkatan kualitas ini menyangkut semua komponen sekolah yang meliputi
kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan hal tersebut, maka harus diadakan suatu kegiatan.
Kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan Mutu Tenaga Kependidikan Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI),
b. Menyamakan persepsi di antara tenaga kependidikan tentang program
pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI),
c. Menyusun rencana dan strategi program pengembangan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) berdasarkan kompetensi lulusan, dan
d. Meningkatkan Mutu Pendidik Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
[image:38.595.118.521.340.578.2]2.2.4 Struktur Organisasi Sekolah Secara Umum
Bagian pengelola atau pengurus Binus International School
Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah:
o Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum
o Wakil Kepala Sekolah bagian Pengembangan siswa
o Wakil Kepala Sekolah bagian Operasional
Asisten administratif Kepala Sekolah
Asisten administratif bagian Kurikulum
Kurikulum bagian PYP (Primary Years Programme)
Kurikulum bagian MYP (Middle Years Programme)
Kurikulum bagian Diploma Programme (DP)
OPERASIONAL SEKOLAH
Kepala operasional akademik
Kepala manajemen bangunan
Kepala operasional IT
Marketing manager
Kepala perpustakaan dan pusat pembelajaran
Kepala bagian konsultasi siswa
[image:39.595.80.535.66.295.2] Manager keuangan
KEPALA KURIKULUM
TK dan SD
o Bahasa Inggris
o Bahasa Indonesia dan Mandarin
o Matematika
o Olahraga
o IPA dan Teknologi
o IPS
o Seni dan drama
o Musik
o Agama
SMP dan SMA
o Bahasa Inggris
o Kewarganegaraan
o Bahasa Indonesia dan Mandarin
o Matematika
o IPA
o Teknologi
o Olahraga
o Creative, Action, Service (CAS)
o Extended Essay
o Theory of Knowledge
2.2.5 Deskripsi Pengguna Bangunan Sekolah
Adapun pengguna sekolah ini digolongkan menjadi 4 golongan:
Pelajar, dimana ini adalah murid-murid dari tingkat taman kanak-kanak (TK) sampai tingkat menengah atas,
Pengajar, adalah guru-guru kelas maupun laboratorium,
Pelatih, guru bimbingan fasilitas olahraga yang tersedia,
Pengurus dan pengelola sekolah, termasuk di dalamnya bagian administrasi, bagian kurikulum, kepala dan wakil kepala sekolah, dan lainnya,
Tamu, seperti orang tua murid ataupun kunjungan dari pihak lain,
2.2.6 Pertimbangan dan Peraturan dalam Perencanaan Sekolah
A. Sirkulasi
Pola sirkulasi biasanya berkelanjutan dan membimbing si pengguna jalan,
Keamanan adalah hal yang harus diperhatikan, terutama untuk yang usia muda,
Untuk pergerakan yang aman dan efisien, bedakan dan pisahkan menurut jenis sirkulasi,
Kurangi pertemuan antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan,
Untuk sirkulasi dan parkir kendaraan bedakan dalam 3 zona yaitu zona pekerja, tamu, dan murid,
Pertimbangan area sirkulasi untuk bus sekolah,
Sirkulasi kendaraan untuk keperluan servis bangunan sebaiknya tidak jauh dan dekat dari pintu masuk sehingga mengurangi tempat untuk berputar.
B. Keamanan Pengguna
Keamanan adalah aspek yang paling penting. Trotoar atau tempat berjalan
sebaiknya menggunakan material untuk semua cuaca, tidak licin, jelas, dan
dirancang denga tujuan mengurangi konflik pertemuan antara pejalan kaki dan
pengguna kendaraan. Untuk perbedaan ketinggian yang rendah, ramp
sangatlah dianjurkan.
C. Keamanan dari Segi Lain
Sekolah, ditinjau dari penggunanya adalah merupakan bangunan yang harus
mempunyai sistem keamanan dari pada bangunan dengan fungsi lainnya.
Perlengkapan dan pencegahan untuk keperluan keamanan harus diprioritaskan
dan ini mempengaruhi seluruh rancangan dalam denah, konstruksi, dan
pemilihan material. Aspek kesehatan dan kemanan menjadi aspek yang
menyerap tingkat kesulitan dan biaya dalam merancang bangunan sekolah.
Berikut ini adalah pertimbangan keamanan yang harus diperhatikan:
Keamanan struktur
o Kekuatan material dan faktor keamanan dari segi ketahanan api
o Tahan gempa
o Tahan angin yang kencang
o Perhatian keamanan dan perlindungan pada bagian pintu darurat, koridor, dan tangga
o Pendeteksi api dan sistem alarm
o Sistem sprinkler
o Material dan bahan finishing yang tidak mudah terbakar dan tidak beracun
Kesehatan
o Sistem ventilasi yang standar
o Pencahayaan dan elektrikal yang standar
o Sistem pemipaan
Keadaan darurat khusus
Sistem pencahayaan pada saat keadaan darurat
Perlindungan pada saat darurat
o Permukaan yang tidak licin (terutama pada tangga, ramp, ruang loker, dan bagian kolam renang)
o Panel kaca pada pintu, putaran pintu, dan railing pada tangga
Pendekatan untuk orang cacat
Membutuhkan akomodasi pada entrance dalam sirkulasi, toilet, dan
akomodasi publik lainnya.
Rancangan koridor sebaiknya memperhatikan lokasi tangga dan pintu darurat,
sehingga pengguna tidak berdesakan ketika koridor dalam keadaan ramai.
D. Area Masuk
Area masuk harus bersifat
mengundang dan ramah, tidak
terkesan dilarang. Seperti
yang kita ketahui, keterlibatan
diri dalam sebuah komunitas
adalah salah satu kunci
sukses. Komunitas siswa
diharapkan melibatkan diri
mereka dalam sekolah, karena
itu sebuah sekolah sebaiknya
dibuat seperti milik mereka.
Area masuk yang bersifat mengundang juga harus diimbangi dengan tingkat
keamanan yang cukup pada area masuk dan dipisahkan dari area publik.
E. Pintu keluar
Pintu keluar dan pintu darurat pada sekolah harus ditandai dengan jelas
sehingga pada saat digunakan, pengguna tidak merasa ragu-ragu dan bingung.
Umumnya pintu keluar sekolah yang tersedia sebanyak dua atau lebih. Pintu
keluar terdekat harus dapat dilihat dari setiap sudut di koridor.
F. Pintu Kelas
Pintu kelas sebaiknya diletakkan di bagian depan kelas dan dimundurkan dari
koridor dan mempunyai sebuah jendela kaca kecil dengan bahan kaca
(tempered glass3) agar pengguna pintu yang berasal dari dalam maupun luar
kelas dapat melihat jika ada yang mendekati pintu sehingga tidak terjadi
tabrakan. Perbedaan level sebaiknya dihindarkan agar pada saat pemindahan
peralatan maupun perabot tidak terganggu. Jika pintu kelas berfungsi sebagai
pembatas antara dua ruang kelas, sebaiknya material pintu bersifat akustik dan
mudah untuk digunakan.
G. Koridor
Sebuah koridor yang baik adalah koridor dimana siswa dapat bergerak bebas di
dalamnya. Dinding koridor harus bersih dari segala halangan. Untuk lemari
loker, hydrant box, pintu kelas, dan lainnya sebaiknya dimundurkan sehingga
semua itu tidak mengganggu aktivitas siswa. Jika koridor lebih panjang dari 60
meter maka pola lantai atau perspektif harus dibedakan.
3 Tempered glass adalah salah satu kaca yang aman untuk digunakan, kaca ini lebih kuat empat sampai lima kali dari kaca normal dan hancur berkeping‐keping ketika kaca ini pecah. Kaca ini dihasilkan melalui proses panas dan dingin, yang membuatnya lebih kuat dibandingkan dengan kaca normal.
H.Tangga
Syarat untuk sebuah tangga di sekolah sebaiknya mempermudah dan
mempercepat pergerakan, dan aman. Untuk menghindari agar siswa tidak
saling berdesakan ketika mereka pindah ke kelas lainnya, sebaiknya ukuran
tangga adalah 1,4 meter- 1,5 meter. Konstruksi tangga sebaiknya tahan api dan
mengarah ke pintu darurat. Akan lebih baik lagi jika tangga mempunyai sistem
pengontrol asap. Pada kedua sisi tangga harus terdapat pegangan tangan dan
pada bagian ujung anak tangga dianjurkan untuk memakai bahan yang tidak
licin seperti gambar berikut.
I. Ruang Kelas
Standar kapasitas ruangan kelas berbeda-beda tergantung dari tingkat dan
fungsi kelas tersebut. Untuk kelas tingkat dasar dan menengah, umumnya
kapasitas yang diizinkan sekitar 27 murid sedangkan untuk sekolah taman
kanak-kanak adalah maksimal 20 murid.
Gambar 2.7 Bagian dinding koridor yang dimundurkan
Gambar pertama menunjukkan ukuran kelas yang standar dengan bagian pintu
sedikit menjorok ke dalam dan dengan susunan kursi yang standar.
Gambar kedua, dengan ukuran dan bentuk sedemikian rupa merupakan kelas
tersebut sangat fleksibel karena dapat dijadikan ruang diskusi maupun ruang
belajar bersama bagi murid-murid.
Untuk gambar ketiga adalah ruangan kelas yang menampung siswa dalam
jumlah yang banyak (dapat menampung sekitar 64 siswa) dan setiap barisan
kursi ditinggikan sedikit agar pandangan dari belakang tidak terganggu.
Kelas berbentuk persegi terbukti lebih efisien dibandingkan dengan kelas
berbentuk persegi panjang.
Luas ruangan kelas yang direkomendasi bagi kelas tingkat dasar menurut buku
Time Saver Standards for Building Types adalah sekitar 85-115 m2, untuk tingkat menengah, luas ruangan kelas berkisar antara 75-90 m2. Penggabungan kelas untuk belajar bersama bias saja terjadi, maka dengan pertimbangan hal
tersebut, sebaiknya ada beberapa ruangan kelas yang dinding pemisahnya
berupa pintu lipat dengan nilai akustik yang cukup tinggi sehingga kedua kelas
tidak saling mengganggu ketika dipisahkan.
Persyaratan umum untuk rancangan ruangan kelas
Ruang sisa secukupnya diperlukan di bagian depan ruangan kelas untuk peralatan audiovisual, seperti layar proyeksi, papan, dan lainnya,
Ketinggian langit-langit maksimum adalah 2,85 meter,
Pencahayaan alami sangat dibutuhkan, jika memungkinkan arah cahaya datang dari bagian kiri pundak siswa, dan
Material dinding dan langit-langit harus memiliki nilai akustik yang tinggi.
Lokasi ruangan kelas tentunya harus berada pada lokasi yang tingkat
kebisingannya paling rendah, terbebas dari gangguan kebisingan dari luar.
Ruangan kelas adalah simbol dari
filosofi pendidikan. Ada sebuah filosofi
yang berasumsi dan menganggap
murid akan belajar hal yang sama,
pada waktu yang sama, dari orang
yang sama, dengan cara yang sama,
[image:46.595.214.419.82.313.2]untuk beberapa jam dalam satu hari.
Gambar 2.10 Sketsa dua ruangan kelas yang dapat digabungkan
[image:46.595.331.519.555.721.2]FASILITAS RUANGAN KELAS
Sistem pengajaran yang modern tentunya menuntut fasilitas sebuah ruangan
kelas untuk terus bertambah dan canggih. Pelajaran dapat diberikan melalui
berbagai media, seperti misalnya dari buku, peralatan audio-visual, perekam,
televisi, dan lainnya sehingga rancangan sebuah ruangan kelas haruslah
terdapat area untuk peralatan seperti yang disebutkan di atas.
Beberapa sekolah mempunyai ruangan kelas yang berbeda untuk pelajaran
terterntu, misalnya pelajaran bahasa Inggris, matematika, IPA, IPS, seni, dan
musik. Ruangan kelas ini masing-masing membutuhkan fasilitas yang berbeda,
maka beberapa sekolah menerapkan sistem ‘pindah kelas’ jika pelajaran
berganti. Ada pula sekolah yang menyediakan beberapa ruangan kecil untuk
menyimpan masing-masing peralatan yang dibutuhkan, agar murid-murid tidak
perlu berpindah kelas.
Untuk kelas dengan fungsi seperti studio disarankan berbentuk L dengan
[image:47.595.204.428.412.670.2]pembagian zoning seperti gambar berikut.
Untuk kelas tingkat menengah, sebuah ruang kelas membutuhkan ruang
penyimpanan, yang berfungsi untuk menyimpan hasil karya murid, peralatan
mengajar, buku referensi, peralatan menulis, poster, peta, globe dan lainnya
yang merupakan milik bersama.
Untuk kelas tingkat kanak-kanak, SD 1 sampai dengan SD 3, ruangan kelas
sebaiknya berada di dekat toilet ataupun toilet merupakan bagian dari ruangan
kelas. Ini untuk mempermudah guru untuk membantu murid yang masih kecil.
Sedangkan untuk kelas tingkat atas, hanya perlu 1 toilet pusat di setiap lantai.
Fasilitas lainnya yang dapat ditambahkan adalah tempat minum bagi
murid-murid dan ini biasanya diletakkan di bagian koridor.
J. Area Display
Area display yang berada di depan pintu
masuk dapat memperkuat pernyataan misi
belajar di sekolah. Secara tipikal, sebuah
area display tidaklah cukup untuk
memajang karya siswa, dan setiap ada
kesempatan, maka area display perlu
ditata dan diganti dengan tugas atau karya
siswa yang lain.
Gambar 2.14 Sketsa area display Gambar 2.13 Sketsa area kerja kelompok dan
K. Area Bermain
PERTIMBANGAN LOKASI
Kriteria untuk area bermain, seperti hubungan dengan perumahan yang
berdekatan, keseimbangan tanah, tanaman eksisting, topografi eksisting, dan
lainnya adalah hal yang penting dan sebaiknya dipertimbangkan. Hal lain yang
perlu diberi perhatian adalah ruang terbuka dengan fungsi lapangan bermain
agar mempunyai tanaman eksisting di sekitarnya untuk membayangi,
menyediakan oksigen, dan penahan angin (windbreak). Untuk lahan yang kecil,
lapangan bermain dapat diletakkan di lantai atap. Hal seperti ini dapat
membantu mengurangi penggunaan lahan yang besar.
DENAH AREA BERMAIN
Untuk menciptakan denah dan peletakkan fasilitas rekreasi dan bermain yang
baik, pertimbangkan hal-hal seperti di bawah ini:
Orientasi matahari dan angin,
Sirkulasi untuk pengguna dan pengawas,
Buffer,
Akses menuju shower, ruang kelas, dan area parkir,
Fleksibel agar dapat digunakan untuk keperluan panggung atau perluasan bangunan pada suatu saat,
Menciptakan suasana dan pengalaman belajar bagi anak-anak,
Aman dan mudah diawasi
Cocok untuk segala usia belajar dan jenis kelamin,
Perbedaan ketinggian untuk keperluan drainase, dan
Tingkat SMP sampai dengan tingkat SMA
Olahraga: Baseball, tennis, sepak bola, bola basket, bola voli, atletik, fitness,
dan lainnya
Sepak bola
Fitness
Archery
Basketball court
Gambar 2.15 Beberapa jenis permainan untuk usia SMP dan SMA
L. Ruang Musik
Beberapa waktu yang lalu, seni dan musik dianggap sebagai “Soft Science”,
pendidikan yang kurang penting akan tetapi pendidikan yang baik.
Program musik biasanya dibagi dalam empat bagian yaitu aktivitas
instrumental, aktivitas paduan suara, teori musik, dan aktivitas korelasi seperti
drama dan opera.
Sirkulasi di dalam ruang musik harus diperhatikan. Ruang penyimpanan alat
musik harus tersedia dan terencana dengan baik sehingga sirkulasi siswa
menjadi mudah ketika mengambil dan mengembalikan alat musik,
membawanya ke pentas, lapangan, dan lainnya.
Ukuran, bentuk, material adalah faktor lain yang penting untuk
dipertimbangkan dalam merencanakan dan merancang fasilitas ruang musik.
Ruang musik haruslah bersifat akustik, bergema, dan menyerap suara. Hal ini
dapat diterapkan melalui pemilihan material dinding, langit-langit dan lantai.
M. Ruang Serbaguna
Ruang serbaguna berfungsi sebagai tempat dimana murid-murid dapat saling
berkumpul dan melakukan kegiatan bebas di dalamnya. Fungsi ruang
serbaguna dapat disesuaikan sesuai dengan waktu, pengguna, dan kegiatan
yang akan terjadi di dalamnya.
Ruang serbaguna dapat difungsikan sebagai kantin pada saat jam makan siang,
setelah itu ruang tersebut dapat difungsikan sebagai ruang pertemuan setelah
sekolah dengan kegiatan bermain, diskusi, ataupun lainnya. Selain itu, dapat
juga menampung acara-acara sekolah lainnya.
Ruang serbaguna haruslah fleksibel dan cukup luas sesuai dengan jumlah
murid di dalamnya. Rancangan ruang serbaguna juga harus mempunyai dasar
fungsi bangunan yang akan diterapkan di dalamnya, misalnya jika ruang
serbaguna difungsikan sebagai ruang pertunjukkan maka ruang serbaguna
haruslah mempunyai area panggung dan backstage, jika ruang serbaguna
[image:52.595.194.466.396.734.2]difungsikan sebagai kantin sementara maka dapur kecil haruslah tersedia.
N. Lingkungan Belajar
O. Pencahayaan Ruang Kelas
Untuk sistem pengajaran mendatang, banyak sekolah akan menggunakan
proyektor, slide, televise, dan alat elektronik lainnya sebagai media mengajar.
Hal ini perlu menjadi pertimbangan untuk pengaturan cahaya di dalam ruangan
kelas. Tirai jendela sebaiknya disediakan untuk digunakan apabila pengguna
kelas merasa silau di dalam kelas. Sebuah jenis penutup jendela yang disebut
venetian blinds adalah jenis jendela yang dianjurkan dalam pemakaian di dalam
kelas karena jenis penutup jendela ini mudah digunakan dan gampang untuk
dibersihkan dibandingkan jenis penutup kaca lainnya. THERMAL
Gambar 2.19 Diagram syarat lingkungan belajar yang efektif
VISUAL HARMONY
THERMAL COMFORT
FRESH AIR SOUND CONTROL
LIGHTING
TOTAL ENVIRONMENT
Gambar 2.20 Penggunaan venetian blinds pada ruangan
P. Vista antara Ruang Dalam dan Ruang Luar
Q. Teknologi
Siswa menggunakan teknologi untuk berkomunikasi, menemukan sesuatu
yang baru bagi mereka, bermain game, kolaborasi, menciptakan, menulis, dan
membaca.
Membiarkan siswa di dalam kelas
untuk melihat ke area luar
dengan jarak tertentu adalah
sebuah gagasan yang baik bagi
penglihatan dan kesehatan
siswa.
Gambar 2.23 Sketsa jarak pandang siswa dari ruang kelas
Berikut adalah gambar yang menunjukkan teknologi yang seharusnya
dihadirkan pada sebuah bangunan sekololah untuk mendukung kegiatan siswa
di dalamnya.
R. Perabot
S. Cave Space
Maksud dari Cave Space adalah sebuah dinding yang sedikit menjorok ke
dalam di antara jalur seperti jalur koridor. Area ini nyaman digunakan untuk
kegiatan membaca, berkomunikasi, ataupun berdiskusi karena area ini
mempunyai suasana lebih privasi dan tenang. Umumnya sekolah hanya
Gambar 2.24 Sketsa jenis kegiatan dan kebutuhan teknologi
Gambar 2.25 Sketsa area duduk dan diskusi dengan susunan perabot
Untuk dapat produktif pada saat
bekerja, tentunya pekerja memerlukan
tempat duduk yang nyaman dan
lembutm siswa juga memerlukan
tempat duduk seperti itu untuk
menambah kenyamanan mereka
sehingga akan belajar dan bekerja
lebih produktif.
Untuk itu, perabot di setiap ruangan
kelas sebaiknya memenuhi standar
menyediakan perpustakaan sebagai tempat membaca, dan di ruang tersebut
siswa harus diam dan tidak diperbolehkan mengganggu siswa yang lain ketika
berdiskusi. Secara psikologis, hal ini tentunya membuat siswa merasa
perpustakaan adalah ruang yang membosankan dan tidak bebas dan ini
membuat mereka untuk tidak ingin mengunjungi dan membaca di dalam
perpustakaan.
Dengan adanya Cave Space ini maka siswa dapat membawa buku ataupun
berdiskusi di area ini dengan bebas tanpa harus dengan suara yang sangat kecil
seperti di perpustakaan.
T. Parkir
Parkir dibedakan dalam 3 zona yaitu zona pekerja, tamu, dan murid. Parkir
sementara diizinkan dua kali lebih besar dari area bermain yang menggunakan
perkerasan. Akses dari area parkir ke bangunan sebaiknya tidak terjadi banyak
konflik.
2.2.7 Peranan dan Unsur-Unsur dalam Pengadaan Bangunan
Penyelenggaraan bangunan berarti adanya kegiatan pembangunan yang melalui
proses perencanaan perancangan, juga teknis pelaksanaan konstruksi, serta
kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, hingga pada akhirnya
gedung dapat berguna dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dari
fungsinya.