• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peace International School Sekolah Bertaraf Internasional (Green Architecture)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peace International School Sekolah Bertaraf Internasional (Green Architecture)"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

 

Sekolah Bertaraf Internasional 

(GREEN ARCHITECTURE) 

 

 

LAPORAN PERANCANGAN 

TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR 

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010 

 

 

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar  Sarjana Teknik Arsitektur 

Oleh: 

IVANA 

060406 033

 

 

DEPARTEMEN ARSITEKTUR 

FAKULTAS TEKNIK 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

(2)

 

PEACE INTERNATIONAL SCHOOL 

Sekolah Bertaraf Internasional 

(GREEN ARCHITECTURE) 

LAPORAN PERANCANGAN 

TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR 

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009/2010 

 

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar  Sarjana Teknik Arsitektur 

 

Oleh: 

IVANA 

06 0406 033 

 

 

 

 

 

 

 

DEPARTEMEN ARSITEKTUR 

FAKULTAS TEKNIK 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

(3)

 

PEACE INTERNATIONAL SCHOOL 

Sekolah Bertaraf Internasional 

(GREEN ARCHITECTURE) 

Oleh: 

IVANA 

06 0406 033 

 

Medan, 18 Juni 2010 

 

 

Disetujui Oleh: 

 

Pembimbing I              Pembimbing II 

 

 

 

 

   Imam Faisal Pane, ST, MT            R. Lisa Suryani, ST, MT    NIP. 197408102002121002              NIP. 197706062003122003   

 

Ketua Departemen Arsitektur   

 

(4)

  SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR 

( SHP2A ) 

Nama  : Ivana 

NIM  : 06 0406 033 

Judul Proyek Akhir  : PEACE International School   Tema Proyek Akhir  : Green Architecture 

Rekapitulasi Nilai : 

Nilai  A  B+  B  C+  C  D  E 

 

Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan : 

No  Status 

Waktu  Pengumpulan 

Laporan 

Paraf  Pembimbing I 

Paraf  Pembimbing II 

Koordinator  TGA ‐ 490 

1  Lulus Langsung         

2  Lulus Melengkapi         

3  Perbaikan Tanpa 

Sidang         

4  Perbaikan Dengan 

Sidang         

5  Tidak Lulus         

Medan ,18 Juni 2010 

  Ketua Departemen Arsitektur  Koordinator TGA – 490   

 

 

(5)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat

dan Karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tersusun tepat pada

waktunya. Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Tugas Akhir dari penulis yang

berjudul “PEACE INTERNATIONAL SCHOOL (Sekolah Bertaraf Internasional)“. Pada

tahapan ini terdapat latar belakang, deskripsi proyek, elaborasi tema, analisa, dan konsep

dari perancangan bangunan “ PEACE International School” ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

 Imam Faisal Pane, ST, MT dan R.Lisa Suryani, ST, MSc, selaku dosen pembimbing I dan II atas kesabaran dan perhatiannya dalam proses asistensi dan

masukan-masukan bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis,

 Ir. Nelson Siahaan., Dipl. TP , M.Arch. selaku ketua siding dan dosen penguji yang telah banyak membimbing penulis dan memberikan masukan-masukan yang

membangun dalam penyelesaian rancangan bangunan ini.

 Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho , MT selaku dosen penguji dan ketua jurusan Departemen Arsitektur dan Amy Marisa, ST, MSc selaku dosen penguji yang banyak

memberikan kritikan-kritikan dan masukan-masukan yang berguna dalam

pengembangan rancangan bangunan ini kedepannya.

 Keluarga penulis yang banyak memberikan semangat dalam proses pengerjaan Tugas Akhir ini, serta Willy Wijaya yang telah sangat mendukung penulis dalam

penyelesaian Tugas Akhir ini.

 Teman – teman stambuk ’06, terutama teman-teman satu kelompok sidang atas dukungan, pendapat, waktu, dan dorongan kepada penulis selama proses

pengerjaan Tugas Akhir ini.

Penulis percaya laporan yang disusun tidak sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan

masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga laporan ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, 18 Juni 2010

(6)

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan 2

1.3 Perumusan Masalah 2

1.4 Metode Pendekatan 3

1.5 Batasan Proyek 3

1.6 Asumsi 3

1.7 Kerangka Berpikir 4

1.8 Sistematika Laporan 6

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Umum Kota Medan 6

2.1.1 Keadaan Geografis dan Demografis kota Medan 6

2.1.2 Perkembangan Sekolah Secara Umum 8

A. Sejarah Sekolah Di Indonesia 8

B. Perkembangan Sekolah di kota Medan 8

2.2 Tinjauan Struktur dan Fungsi Bangunan Sekolah 8

2.2.1 Klasifikasi Sekolah 8

A. Jalur Pendidikan 9

B. Pendidikan Anak Usia Dini 9

(7)

 

D. Pendidikan Keagamaan 10

E. Pendidikan Jarak Jauh 10

F. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus 11

2.2.2 Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional 14

A. Pengertian Sekolah 14

B. Pengertian Bertaraf Internasional 14

2.2.3 Aspek-aspek Sekolah Internasional 15

2.2.4 Struktur Organisasi Sekolah Secara Umum 21

2.2.5 Deskripsi Pengguna Bangunan Sekolah 23

2.2.6 Pertimbangan dan Peraturan dalam Perencanaan Sekolah 24

A. Sirkulasi 24

B. Keamanan Pengguna 24

C. Keamanan dari Segi Lain 24

D. Area Masuk 25

E. Pintu Keluar 26

F. Pintu Kelas 26

G. Koridor 26

H. Tangga 27

I. Ruang Kelas 27

J. Area Display 31

K. Area Bermain 32

L. Ruang Musik 34

M. Ruang Serbaguna 35

N. Lingkungan Belajar 36

O. Pencahayaan Ruang Kelas 36

P. Vista antara Ruang Dalam dan Ruang Luar 37

(8)

 

R. Perabot 38

S. Cave Space 38

T. Parkir 39

2.2.7 Peranan dan Unsur-Unsur dalam Pengadaan Bangunan 39

2.2.8 Kurikulum Sekolah Internasional 40

2.3 Studi Banding 44

BAB III TINJAUAN KHUSUS

3.1 Terminologi Judul 55

3.2 Lokasi Proyek 56

3.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi 56

3.2.2 Analisis Pemilihan Lokasi 58

A. Alternatif Lokasi 58

B. Analisis dan Penetapan Lokasi 63

3.2.3 Deskripsi Kondisi Eksisting 64

A. Wilayah dan Potensi 64

B. Data Umum Site 64

3.3 Studi Kelayakan Proyek 64

3.4 Stuktur Organisasi Sekolah 68

BAB IV Elaborasi Tema

4.1 Intepretasi Green Architecture 70

4.2 Latar Belakang Pemilihan Tema 71

4.3 Tujuan Pemilihan Tema 71

4.4 Kriteria Pemilihan Tema 72

4.5Penerapan Tema dalam Rancangan 74

(9)

 

4.6.1 Hazelwood School 83

4.6.2 SINO Italian Ecological and Energy Efficient Building (SIEEB) 85

4.6.3 Trafacon Office Building 87

BAB V ANALISIS

5.1 Analisis Kondisi Tapak 90

5.1.1 Lokasi 90

5.1.2 Tata Guna Lahan 91

5.1.3 Prasarana 92

5.2 Analisis Potensi Lingkungan 92

5.2.1 Kebisingan 92

5.2.2 Vegetasi Eksisting 93

5.2.3 Pedagang Kaki Lima 94

5.2.4 Sirkulasi Lalu Lintas 95

5.2.5 Pencapaian 95

5.2.6 Orientasi matahari 96

5.2.7 View 96

5.3 Analisis Fungsional 97

5.3.1 Kebutuhan Ruang 97

5.3.2 Pemakai dan Kegiatan 98

5.3.3 Program Ruang 101

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

6.1 Konsep Perancangan Tapak 10

6.1.1 Konsep Pencapaian Site 103

6.1.2 Konsep Entrance 103

6.1.3 Konsep Sirkulasi Site 104

(10)

 

6.1.5 Zoning Tapak 105

6.2 Konsep Bangunan 106

6.2.1 Konsep Massa 106

6.2.2 Zoning Bangunan 106

6.2.3 Sirkulasi dalam Bangunan 108

6.3 Konsep Utilitas

6.3.1 Konsep Sistem Elektrikal 109

6.3.2 Konsep Sistem Penanggulangan Kebakaran 109

6.3.3 Konsep Sistem Sanitasi 110

6.4 Konsep Green Architecture 111

(11)

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram kerangka berpikir 4

Gambar 2.2 Bagan Pendidikan di Indonesia 14

Gambar 2.3 Bagan Contoh 1 bagan struktur organisasi sekolah 21

Gambar 2.4 Contoh 2 bagan struktur organisasi sekolah 22

Gambar 2.5 Sketsa zoning area masuk yang nyaman 25

Gambar 2.6 Panel kaca dan ukuran standar pintu kelas 26

Gambar 2.7 Bagian dinding koridor yang dimundurkan 27

Gambar 2.8 Potongan tangga 27

Gambar 2.9 Susunan kursi dan ukuran ruangan kelas 28

Gambar 2.10 Sketsa dua ruangan kelas yang dapat digabungkan 29

Gambar 2.11 Sketsa hubungan ruangan kelas dan koridor 29

Gambar 2.12 Sketsa zoning ruang kerja siswa (studio) 30

Gambar 2.13 Sketsa area kerja kelompok dan locker berupa laci yang

lebih privasi 31

Gambar 2.14 Sketsa area display 31

Gambar 2.15 Beberapa jenis permainan untuk usia SMP dan SMA 33

Gambar 2.16 Contoh susunan ruang di ruang music 34

Gambar 2.17 Contoh ruang musik yang berada di luar ruangan 34

Gambar 2.18 Contoh ruang serba guna 35

Gambar 2.19 Diagram syarat lingkungan belajar yang efektif 36

Gambar 2.20 Penggunaan venetian blinds pada ruangan 36

Gambar 2.21 Cara penggunaan venetian blinds 36

Gambar 2.22 Sketsa pencahayaan yang baik pada ruang kelas 37

Gambar 2.23 Sketsa jarak pandang siswa dari ruang kelas 37

Gambar 2.24 Sketsa jenis kegiatan dan kebutuhan teknologi 38

(12)

  Gambar 2.26 Sketsa Cave Space dengan perabot 39

Gambar 2.27 Segi-enam tema pokok dan mata pelajaran dalam PYP 42

Gambar 2.28 Segi-delapan yang menunjukkan hubungan 8 43

mata pelajaran dan 5 interksi lainnya pada MYP 44

Gambar 2.29 Segi-enam program diploma

Gambar 2.30 Murid-murid dan bangunan sekolah Jakarta International School (JIS) 44

Gambar 2.31 Persentase murid dari berbagai negara di Jakarta International School 45

Gambar 2.32 Beberapa kegiatan lain selain kegiatan di dalam ruangan kelas 46

Gambar 2.33 Pintu Gerbang JIS 46

Gambar 2.34 Gedung di American International School of Guangzhou 47

Gambar 2.35 Beberapa aktivitas yang terjadi di dalam bangunan 47

Gambar 2.36 Kegiatan lain siswa 47

Gambar 2.37 Sisi lain bangunan, keadaan dan peletakkan perabot di dalam bangunan 48  

Gambar 2.38 Murid dan guru yang berada di MIS 50

Gambar 2.39 Beberapa kegiatan murid di dalam kelas 50

Gambar 2.40 Kegiatan di luar ruangan kelas 51

Gambar 2.41 Kegiatan sosial antara orang tua murid dan guru 51

Gambar 2.42 Studio musik 52

Gambar 2.43 Pusat pembelajaran 52

Gambar 2.44 Laboratorium 52

Gambar 2.45 Lapangan sepak bola indoor 52

Gambar 2.46 Ruang ballet 53

Gambar 2.47 Ruang basket indoor 53

Gambar 2.48 Ruang bermain outdoor 53

Gambar 3.1 Hubungan sekolah dengan komunitas 56

Gambar 3.2 Peta lokasi A 58

(13)

 

Gambar 3.4 Peta lokasi B 60

Gambar 3.5 Peta lokasi B dan kondisi eksisting site 61

Gambar 3.6 Peta lokasi C 62

Gambar 3.7 Peta lokasi C dan keadaan eksisting 62

Gambar 4.1 Green Roof di gedung Chicago City Hall 76

Gambar 4.2 Green Roof di bangunan ACROS Fukouka, Jepang 76

Gambar 4.3 Lapisan Green Roof 76

Gambar 4.4 Skylight 77

Gambar 4.5 Bukaan yang besar pada dinding 77

Gambar 4.6 Stack Ventilation 77

Gambar 4.7 Stack Ventilation 77

Gambar 4.8 Stack Ventilation 77

Gambar 4.9 Stack Ventilation 78

Gambar 4.10 Passive Cooling 78

Gambar 4.11 Photovoltaic 78

Gambar 4.12 Bangunan yang menggunakan photovoltaic di bagian fasad 78

Gambar 4.13 Diagram 1 Kerja Photovoltaic 79

Gambar 4.15 Diagram 2 Kerja Photovoltaic 79

Gambar 4.16 Diagram sistem penyaringan air 80

Gambar 4.17 Material lantai 80

Gambar 4.18 Material perkerasan 80

Gambar 4.19 Cat ramah lingkungan 81

Gambar 4.20 Bambu 81

Gambar 4.21 Perabot dengan konsep green 82

Gambar 4.22 Toilet dengan konsep eco-friendly 82

Gambar 4.23 Ilustrasi 82

(14)

  Gambar 4.25 Suasana luar bangunan pada siang hari dan malam hari 84

Gambar 4.26 Suasana interior bangunan dengan dinding yang mempunyai sensor 85

Gambar 4.27 Beberapa perspektif bangunan SIEEB 85

Gambar 4.28 Bangunan yang berusaha berintegrasi dengan lingkungan luarnya 86

Gambar 4.29 Perspektif bangunan Trafacon Office Building 87

Gambar 4.30 Konsep teknik kertas lipat 87

Gambar 4.31 Site plan dan ground plan bangunan 88

Gambar 4.32 Interior kantor 88

Gambar 4.33 Sistem pengaturan air 89

Gambar 5.1 Peta lokasi site 90

Gambar 5.2 Tata Guna Lahan 91

Gambar 5.3 Tata guna lahan dengan bangunan di sekitar lokasi 91

Gambar 5.4 Diagram analisis kebisingan dan polusi 93

Gambar 5.5 Diagram analisis vegetasi eksisting 94

Gambar 5.6 Diagram analisis sirkulasi lalu lintas 95 

Gambar 5.7 Diagram analisis pencapaian 95 

Gambar 5.8 Diagram analisis orientasi matahari terhadap site 96 

Gambar 5.9 Diagram analisis view ke luar 96 

Gambar 5.10 Diagram analisis view ke dalam 99 

Gambar 5.19 Diagram kegiatan guru 99

Gambar 5.21 Diagram kebutuhan ruang murid SD, SMP, dan SMA secara umum 100

Gambar 5.22 Diagram kebutuhan ruang guru secara umum 100

Gambar 6.1 Konsep pencapaian 103

Gambar 6.2 Konsep entrance 103

Gambar 6.3 Konsep Sirkulasi 104

Gambar 6.4 Konsep Sirkulasi 104

(15)

 

Gambar 6.6 Zoning Tapak 105

Gambar 6.7 Konsep Massa 106

Gambar 6.8 Zoning Lantai 1 106

Gambar 6.9 Zoning Lantai 2 107 

Gambar 6.10 Zoning Lantai 3 107 

Gambar 6.11 Zoning Lantai 4 107 

Gambar 6.12 Sirkulasi Lantai 1 108

Gambar 6.13 Sirkulasi Lantai 2 dan 3 108 

Gambar 6.14 Sirkulasi Lantai 4 108 

Gambar 6.15 Diagram sistem elektrikal 109 

Gambar 6.16 Diagram sistem sanitas air bersih 110 

Gambar 6.17 Diagram sistem sanitas air kotor 110 

Gambar 6.18 Diagram sistem sanitas air buangan 110 

Gambar 7.1 Site Plan 112

Gambar 7.2 Ground Plan 113

Gambar 7.3 Denah Lantai 2 114

Gambar 7.4 Denah Lantai 3 115

Gambar 7.5 Denah Lantai 4 116

Gambar 7.6 Tampak Memanjang 117

Gambar 7.7 Tampak Samping 118

Gambar 7.8 Potongan 119

Gambar 7.9 Rencana Fondasi 120

Gambar 7.10 Rencana Pembalokan Lantai 2 121

Gambar 7.11 Rencana Pembalokan Lantai 3 122

Gambar 7.12 Rencana Pembalokan Lantai 4 123

Gambar 7.13 Rencana Sanitasi Lantai 1 124

(16)

 

Gambar 7.15 Rencana Sanitasi Lantai 3 126

Gambar 7.16 Rencana Sanitasi Lantai 4 127

Gambar 7.17 Rencana Elektrikal Lantai 1 128

Gambar 7.18 Rencana Elektrikal Lantai 2 129

Gambar 7.19 Rencana Elektrikal Lantai 3 130

Gambar 7.20 Rencana Elektrikal Lantai 4 131

Gambar 7.21 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 1 132

Gambar 7.22 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 2 133

Gambar 7.23 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 3 134

Gambar 7.24 Rencana Proteksi Kebakaran Lantai 4 135

Gambar 7.25 Detil 136

Gambar 7.26 Gambar Poster 137

(17)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Letak Geografis Beberapa Daerah di Kota Medan (Medan dalam

Angka 2007) 6

Tabel 2.2 Tingkatan pendidikan di Indonesia (sumber Wikipedia) 13

Tabel 2.3 Rangkuman studi banding 54

Tabel 3.1 Analisis alternative lokasi 64

Tabel 3.2 Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Sekolah dan Status

(2004-2008) 65

Tabel 3.3 Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin (2007) 66

Tabel 3.4 Penduduk Usia Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin (2008) 66

Tabel 3.4 Banyaknya Sekolah Dasar Menurut Status dan Kecamatan

(2004-2008) 66

Tabel 3.5 Banyaknya Sekolah Menurut Tingkat Sekolah dan Status

(2004-2008) 66

Tabel 3.6 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan (2004-2008) 67

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,

manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya

produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan

meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen akan meningkatkan efektivitas dan

efisiensi. Keunggulan SDM merupakan kunci daya saing karena SDM yang akan

menentukan siapa yang mampu menjaga kelangsungan hidup, perkembangan, dan

kemenangan dalam persaingan.

Penyelenggaraan SBI merupakan amanat undang-undang. Amanat tersebut tertuang

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 50 Ayat (3) undang-undang tersebut menyatakan, pemerintah dan/atau

pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan

pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang

bertaraf internasional di setiap kabupaten/kota. Selain undang-undang, Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan juga

menegaskan kembali perlunya sekolah bertaraf internasional. Pasal 61 Ayat (1)

peraturan pemerintah tersebut menyatakan, pemerintah bersama-sama pemerintah

daerah menyelenggarakan satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Dengan demikian

penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dijamin oleh undang-undang.

Di samping itu penyelenggaraan SBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan

esensialisme (fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan

harus menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin

melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, kreatif,

inovatif, bermakna, serta menumbuhkembangkan bakat, minat, dan kemamampuan

peserta didik. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan

relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan

berbagai sektor, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan

globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu

(19)

Meskipun secara formal belum dinamakan SBI, sebenarnya di Indonesia telah ada

sejumlah sekolah yang merintis ke arah sekolah bertaraf internasional, mulai dari

sekolah dasar hingga sekolah menengah atas baik umum maupun kejuruan.

Sekolah-sekolah tersebut selain siswanya berasal dari dalam negeri, ada juga yang memiliki

sejumlah siswa yang berasal dari negara-negara lain. Pada umumnya lulusan dari

sekolah-sekolah tersebut dengan mudah diterima jika melanjutkan pendidikan atau

bekerja di negara-negara maju.

Keinginan melakukan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional (SBI)

dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu:

(1) kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di era global,

(2) adanya dasar hukum yang kuat, dan

(3) landasan filosofi eksistensialisme dan esensialisme (fungsionalisme) (Depdiknas,

2006:1-2).

1.2 Maksud dan Tujuan Proyek

Maksud dan tujuan dilaksanakan proyek ini adalah:

 Meningkatkan kualitas dan potensi sumber daya manusia di kota Medan agar mampu bersaing di era globalisasi yang sedang dihadapi,

 Merencanakan sarana-sarana pendidikan bertaraf internasional bagi anak-anak (WNI maupun WNA) dengan kualitas internasional di Medan, dan

 Merencanakan bangunan yang ekologis dengan menggunakan unsur dan potensi alam semaksimal mungkin,

1.3 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dititikberatkan ada 2, yaitu:

 Perencanaan ruang-ruang belajar bagi siswa tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas, serta dengan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya, dan

 Penerapan tema perancangan terhadap bangunan dengan memperhatikan aktifitas pemakai dan fungsi bangunan.

Rumusan masalah untuk kasus proyek ini adalah:

 Bagaimana meningkatkan sarana fisik pendidikan yang bertaraf internasional yang nantinya dapat membantu proses belajar dan mengajar,

(20)

 Bagaimana memanfaatkan kondisi tapak untuk menciptakan lingkungan binaan yang secara fungsional dapat mengakomodasi aktifitas sekolah,

 Bagaimana merancang ruang luar dan dalam bangunan agar menjadi tempat yang ideal untuk aktifitas sekolah, dan

 Bagaimana menanamkan dan menerapkan budaya Indonesia pada anak-anak melalui bangunan.

1.4 Metode Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan untuk proyek ini berupa:

 Studi Pustaka yang berkaitan dengan judul dan tema untuk mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur

 Studi banding,

 Studi lapangan, dan

 Wawancara.

1.5 Batasan Proyek

Perencanaan dan perancangan terbatas pada:

 Hanya membahas tentang masalah-masalah yang dihadapi dalam merancang sebuah bangunan sekolah.

 Kajian terhadap tapak dengan keberadaan/eksisting, dan

 Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu Arsitektur Hijau.

1.6 Asumsi

 Diasumsikan bahwa kondisi lahan dalam keadaan layak bangun,

 Diasumsikan kepemilikan oleh pihak swasta dengan penekanan bangunan sebagai bangunan jasa yang bersifat mendidik, dan

(21)

1.7 Kerangka Berpikir 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1.1 Diagram kerangka berpikir LATAR BELAKANG

MAKSUD DAN TUJUAN

KELAYAKAN STUDI PROYEK

PENGUMPULAN DATA PROYEK:

 Survey lokasi

 Studi Literatur

 Survey dan studi banding proyek

DESAIN AKHIR PRA RANCANGAN

KONSEP

Studi Tema Proyek : 

 Studi Literatur   Studi banding tema 

ANALISA IDENTIFIKASI

MASALAH

Menganalisa dan membahas permasalahan dalam studi proyek

RUMUSAN MASALAH Batasan-batasan masalah dan penanganannya dalam

(22)

1.8 Sistematika Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, berisi kajian tentang latar belakang pembangunan bangunan sekolah, maksud dan tujuan, perumusan masalah perancangan, metode

pendekatan, batasan proyek, dan asumsi.

BAB II Tinjauan Umum, menggambarkan keadaan wilayah tempat proyek berada dalam skala kota. Juga meninjau fungsi bangunan secara umum dan juga struktur

bangunan secara menyeluruh.

BAB III Tinjauan Khusus, memberikan informasi tentang potensi daerah, lokasi; kriteria pemilihan site, alternatif dan penilaian terhadap site, dan juga studi kelayakan

proyek.

BAB IV Elaborasi Tema, membahas tinjauan teoritis, pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB V Analisis, membahas dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan dan analisis mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan, analisis

fasilitas dan kebutuhan ruang, organisasi ruang dan penzoningan, dan menghasilkan

program ruang.

BAB VI Konsep Perancangan, membahas konsep dasar fisik tapak, konsep dasar fisik ruang, konsep dasar fisik bangunan dan teknologi struktur dan konstruksi

bangunan yang akan dipakai.

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Tinjauan Umum Kota Medan

2.1.1 Keadaan Geografis dan Demografis kota Medan

Lokasi proyek berada di Indonesia, yaitu kota Medan , Sumatera Utara , Indonesia.

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan

Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah

Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua

sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

 Letak

Kota Medan terletak antara: 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara,

98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kota Medan, dan

2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

(24)

 Batas

Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli

Serdang.

 Geologi

Kota Medan merupakan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara

dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan

Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah

Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua

sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

 Iklim

Tropis, suhu minimum 23°C – 24,1°C , suhu maksimum 30,6°C – 33,1 °

Kelembaban udara rata – rata : 78 – 82 %

 Kecepatan angin rata – rata : 0,42 m/sec dan laju penguapan tiap bulannya : 100.6 mm

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang 1.359.447 jiwa

berusia produktif (15-59 tahun), dan jumlah ini diperkirakan meningkat mencapai

1.395.432 jiwa pada tahun 2009. Dengan demikian, Kota Medan secara relatif

memiliki tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis

perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan tahun 2000-2004 cenderung mengalami

peningkatan, di mana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah

0,09%, meningkat menjadi 0,63% tahun 2004, 1,50% tahun 2005, dan 1,53% pada

tahun 2006. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk mengalami peningkatan dari

7.267 jiwa per km2 pada tahun 2001; 7.408 jiwa per km2 (2002); 7.520 (2003);

(25)

2.1.2 Perkembangan Sekolah Secara Umum

A. Sejarah Sekolah Di Indonesia1

 Sekolah sebelum masa penjajahan

Sebelum masa penjajahan pendidikan yang ada di Indonesia berupa

(atau sebelumnya), sekolah/pendidikan dilangsungkan di

 Sekolah pada masa penjajahan

B. Perkembangan Sekolah di kota Medan

Aktifitas pendidikan di Kota Medan tergolong tinggi, sebagaimana kita lihat dari

jumlah sekolah di semua jenjang tingkat pendidikan, mulai dari tingkat terendah

hingga perguruan tinggi dan juga kursus-kursus. Sarana sekolah tersebar di

seluruh wilayah pemerintahan Kota Medan termasuk pada daerah tertinggal.

Perhatian Pemko Medan terhadap pembangunan pendidikan sangat besar. Hal

ini dapat kita lihat dengan program programnya mulai dari pengadaan sekolah

baru sampai dengan pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu (siswa

terancam putus sekolah) yang bertujuan agar semua penduduk Kota Medan

yang berusia sekolah mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.

2.2 Tinjauan Struktur dan Fungsi Bangunan Sekolah

2.2.1 Klasifikasi Sekolah

Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

      

1 

(26)

A. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan terdiri atas:

 Pendidikan formal, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

 Pendidikan non formal, yang meliputi:

o pendidikan kecakapan hidup,

o pendidikan anak usia dini,

o pendidikan kepemudaan,

o pendidikan pemberdayaan perempuan,

o pendidikan keaksaraan,

o pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,

o pendidikan kesetaraan, serta

o pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas:

o lembaga kursus,

o lembaga pelatihan,

o kelompok belajar,

o pusat kegiatan belajar masyarakat, dan

o majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

 Pendidikan informal

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan

berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui

sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus

ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

B. Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan

dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur

pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:

 Taman Kanak-kanak (TK),

 Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:

(27)

 Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk

pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

C. Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan

oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan

kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam

pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu

departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.

Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan

nonformal.

D. Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok

masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,

nonformal, dan informal.

Pendidikan keagamaan berbentuk:

 pendidikan diniyah,

 pesantren,

 pasraman,

 pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

E. Pendidikan Jarak Jauh

Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan

jenis pendidikan.

Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada

kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap

(28)

Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan

cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem

penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional

pendidikan.

F. Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa.

Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di

daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau

mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi

ekonomi.

**Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Klasifikasi sekolah menurut status sekolah terbagi dari:2

 Sekolah Negeri (

 Sekolah Swasta (

yang samp

rancangan peraturan pemerintah.

(29)

o o o  o o o o o o o  KELAS USIA Taman kanak-kanak

Kelompok Bermain 4

Kelompok A 5

Kelompok B 6

Sekolah Dasar

Kelas 1 7

Kelas 2 8

Kelas 3 9

Kelas 4 10

Kelas 5 11

Kelas 6 12

Sekolah menengah pertama

Kelas 7 13

Kelas 8 14

Kelas 9 15

Sekolah menengah atas/kejuruan

Kelas 10 16

Kelas 11 17

Kelas 12 18

Akademi/Institut/Politeknik/Sekolah Tinggi/Universitas

(30)

Tabel 2.2 Tingkatan pendidikan di Indonesia (sumber Wikipedia)

Mengacu pada pemenuhan standar nasional pendidikan, Depdiknas

mengelompokkan sekolah sebagai berikut:

1.

Sekolah potensial: sekolah yang relatif masih banyak

kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sesuai dengan Standar

Nasional Pendidikan (SNP).

2. Sekolah standar nasional (SSN): sekolah yang sudah hampir memenuhi

delapan SNP yaitu: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,

standar sarana dan prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan,

standar manajemen, standar pembiayaan, standar penilaian.

3. Sekolah berbasis keunggulan lokal: sekolah kategori ini selain memenuhi

kriteria SSN juga sekolah yang memiliki keunggulan dalam mata pelajaran

agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, iptek, estetika,

olahraga, dan kesehatan.

4. Sekolah bertaraf internasional (SBI): sekolah yang menyiapkan peserta

didik berdasarkan standar nasional pendidikan dan standar internasional.

Sehingga lulusan sekolah ini memiliki kemampuran daya saing

internasional.

Magister Berbagai usia (selama kurang lebih 2 tahun)

(31)

2.2.2 Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional

A. Pengertian Sekolah

Sekolah

: adalah tempat anak didik mendapat pelajaran yang diberikan oleh guru.

(Ensiklopedia Indonesia)

: adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat

memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatnya.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Halaman 892)

B. Pengertian Bertaraf Internasional

Bertaraf

: bertingkat; bermutu

Lihat Tabel tingkatan

pendidikan di Indonesia

Pendidikan di Indonesia

Jenjang 

Pendidikan 

[image:31.595.80.569.75.477.2]

Jalur Pendidikan

Jenis Pendidikan 

Tingkatan 

Pendidikan 

               
(32)

(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Halaman 1010)

Internasional

: menyangkut bangsa-bangsa atau negeri-negeri seluruh dunia; antarbangsa.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Halaman 384)

Menurut Depdiknas (2006:3) SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan

peserta didiknya berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan

tarafnya internasional, sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya saing

internasional.

2.2.3 Aspek-aspek standar Sekolah Internasional

Standar internasional yang dituntut dalam SBI adalah Standar Kompetensi

Lulusan,

Pembiayaan, dan Penilaian standar internasional. Dalam SBI, proses belajar

mengajar disampaikan dalam

Pada rintisan SBI dibagi dalam empat model: sekolah baru (newly developed SBI),

model pengembangan sekolah yang ada (existing developed SBI), model terpadu

dan model kemitraan. Dari keempat model penyelenggaraan itu SBI dikembangkan

dengan 8 prinsip utama, yaitu:

1.Pengembangan SBI mengacu pada SNP + X

SBI = SNP + X.

Di mana SNP meliputi 8 standar SNP, yaitu, kompetensi lulusan, isi, proses,

sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen,

pembiayaan, penilaian sedangkan X adalah nilai plus, yaitu, penguatan,

pengayaan, pengembangan, perluasan, pendalaman melalui adaptasi atau adopsi

terhadap standar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri yang telah

memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional.

2. SBI dikembangkan berdasarkan atas kebutuhan dan prakarsa sekolah (demand

driven and bottom up).

(33)

mutakhir dan canggih dengan perkembangan ilmu pengetahuan global.

4. SBI menerapkan manajeman berbasis sekolah (MBS) dengan tata kelola yang

baik.

5. SBI menerapkan proses belajar mengajar yang pro-perubahan dan inovatif.

6. SBI menerapkan prinsip - prinsip kepemimpinan yang memiliki visi ke depan

(visioner).

7. SBI harus memiliki SDM yang professional, baik tenaga pendidik maupun

tenaga kependidikan.

8. Penyelenggaraan SBI harus didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap,

relevan, mutakhir, dan canggih seperti laptop di laboratorium, LCD, TV, dan media

pendidikan penunjang lainnya.

Rintisan

indikator kinerja kunci (IKK) rintisan SMA bertaraf internasional antara

kreditasi A secara nasional, menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP) dengan sistem kredit semester (SKS), sistem akademik berbasis teknologi

informasi dan komunikasi (TIK), dan muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi

dari mata pelajaran yang sama pada sekolah unggul negara OECD.

Indikator lainnya adalah menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari

standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di dalam standar nasional. Berikutnya,

proses pembelajaran suatu mata pelajaran menjadi teladan sekolah atau

madrasah lainnya terutama dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti, dan

kepribadian unggul.

Selain itu, pendidik memenuhi standar pendidikan. Untuk SMA minimal 30 persen

guru berpendidikan S2 atau S3 dari perguruan tinggi (PT) yang program studinya

berakreditasi A, sedangkan tenaga kependidikan seperti kepala sekolah minimal

berpendidikan S2 dari PT yang program studinya berakreditasi A.

Dari sisi sarana prasarana harus dilengkapi perpustakaan yang tersambung ke

(34)

dan klinik. Sementara, dari sisi pengelolaan agar meraih sertifikat ISO 9001:2000

tentang tata kelola dan ISO 14.000 tentang lingkungan.

Sekolah juga diharapkan menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf

internasional di luar negeri. Sekolah harus bebas narkoba dan kekerasan.

Mengingat SBI merupakan upaya sadar, intens, terarah, dan terencana untuk

mewujudkan citra manusia ideal yang memiliki kemampuan dan kesanggupan

hidup secara lokal, regional, nasional, dan global, maka perlu dirumuskan standard

SBI yang meliputi input, proses, dan output. Input adalah segala hal yang

diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus memiliki tingkat kesiapan yang

memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal untuk menyelenggarakan proses

pendidikan yang bertaraf internasional meliputi siswa baru (intake) yang diseleksi

secara ketat dan masukan instrumental yaitu kurikulum, pendidik, kepala sekolah,

tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana, dan lingkungan sekolah. Intake

(siswa baru) diseleksi secara ketat melalui saringan rapor SMP, hasil ujian nasional

(UN), scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes wawancara. Siswa

baru SBI memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan oleh kecerdasan

intelektual, emosional, dan spiritual, dan potensi untuk bekembang.

Kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas, dan diperdalam) agar memenuhi

standard isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari berbagai

sekolah dari dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi

internasional. Di samping itu guru harus memiliki kompetensi professional

(penguasaan matapelajaran), pedagogik, kepribadian, dan sosial bertaraf

internasional, serta kemampuan berkomu-nikasi secara internasional yang

ditunjukkan oleh penguasaan salah satu bahasa asing, misalnya bahasa Inggris.

Selain itu guru memiliki kemampuan menggunakan ICT mutakhir dan canggih.

Kepala sekolah harus memiliki kemampuan profesional dalam manajemen,

kepemimpinan, organisasi, adminsitrasi, dan kewirausahaan yang diperlu-kan

untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan komunikasi dalam bahasa

asing, khususnya Bahasa Inggris.

Tenaga pendukung, baik jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya memadai

untuk mendukung penyelenggaraan SBI. Tenaga pendukung yang dimaksud

meliputi, laboran, teknisi komputer, kepala TU, tenaga administrasi (keuangan,

(35)

Sarana dan prasarana harus lengkap dan mutakhir untuk mendukung

penyelenggaraan SBI, terutama yang terkait dlangsung dengan penyelenggaraan

proses pembelajaran, baik buku teks, referensi, modul, media pembelajaran,

peralatan dan sebagainya. Organisasi, manajemen, dan administrasi SBI memadai

untuk penyelenggaraan SBI, yang ditunjukkan oleh: (1) organisasi, kejelasan

pembagian tugas dan fungsi dan koordinasi yang baik antar tugas dan fungsi, (2)

manajemen tangguh, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

koordinasi dan evaluasi, dan (3) administrasi rapi, yang ditunjukkan oleh

pengaturan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan secara efektif dan

efisien. Lingkungan sekolah, baik fisik maupun nir-fisik (kultur), sangat kondusif

bagi penyelenggaraan SBI. Lingkungan nir-fisik sekolah mampu menggalang

konfir-misme perilaku warganya untuk menjadikan sekolahnya sebagai pusat

gravitasi keunggulan pendidikan yang bertaraf internasional.

Proses penyelenggaraan SBI mampu mengakrabkan, menghayatkan dan

menerap-kan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir

dan canggih), norma-norma untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut, standar-standar,

dan etika global yang menuntut kemampuan bekerjasama lintas budaya dan

bangsa. Selain itu proses pembelajaran dalam SBI harus pro-perubahan yaitu

mampu menumbuhkem-bangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi

untuk menemukan kemungkinan baru (a joy of discovery) yang tidak tertambat

pada tradisi dan kebiasaan proses pembelajaran di sekolah yang lebih

mementingkan memorisasi dan recall dibandingkan daya kreasi, nalar, dan

eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru.

Proses pembelajaran SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera

agar mampu mengaktualisasikan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional

maupun spiritualnya sekaligus. Penting digarisbawahi bahwa proses pembelajaran

yang bermatra individu-sosial-kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap

dan perilaku peserta didik sebagai mahkluk individu tidak terlepas dari kaitannya

dengan kehidupan masyarakat lokal, regional, dan nasional. Bahasa pengantar

yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah Bahasa Indonesia dan bahasa

asing (khususnya Bahasa Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang

bervariasi serta berteknologi mutakhir dan canggih, misalnya laptop, LCD, dan

(36)

Oleh karena itu tafsir ulang terhadap praksis-praksis penyelenggaraan proses

pembelajaran yang berlangsung selama ini sangat diperlukan. Proses

pembelajaran di sekolah saat ini lebih mementingkan jawaban baku yang dianggap

benar oleh guru, tidak ada keterbukaan dan demokrasi, tidak ada toleransi pada

kekeliruan akibat kreativitas berpikir karena yang benar adalah apa yang

dipersepsikan benar oleh guru. Itulah yang disebut memorisasi dan recall. SBI

harus mengembangkan proses pembelajaran yang: (1) mendorong keingintahuan

(a sense of curiosity and wonder), (2) keterbukaan pada

kemungkinan-kemungkinan baru, (3) prioritas pada fasilitas kemerdekaan dan kreativitas dalam

mencari jawaban atau pengetahuan baru (meskipun jawaban itu salah atau

pengetahuan baru dimaksud belum dapat digunakan), dan (4) pendekatan yang

diwarnai oleh eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru

(Depdiknas, 2006:8).

Output SBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus internasional

sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan penguasaan

kemampuan-kemampuan kunci yang harus dimiliki dalam era global. SNP

merupakan standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang

berakar Indonesia, namun tidak berarti bahwa output satuan pendidikan tidak boleh

melampaui SNP. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif

bagi pengaktualan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun

spiritualnya. Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan

manusia-manusia Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu

pengetahuan dan teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental

kuat, integritas etik dan moralnya tinggi, dan peka terhadap tuntutan keadilan

sosial. Penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era

global merupakan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk bersaing dan

berkolaborasi secara global dengan bangsa-bangsa lain, yang setidaknya meliputi

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang canggih serta

kemampuan berkomunikasi secara global.

Standar kompetensi lulusan Sekolah Bertaraf Internasional adalah keberhasilan

lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun di luar

negeri dengan tetap berkepribadian bangsa Indonesia, menguasai dan terampil

menggunakan ICT(Information Communication Technology), mampu debat dengan

(37)

a. Olahraga, kesenian, kesehatan, budaya, dll,

b. Mampu menyelesaikan, tugas–tugas dan mengumpulkan portofolio dengan

baik,

c. Mampu meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah,

d. Mampu melaksanakan eksprimen dalam pengembangan pe ngetahuan dan

keterampilan,

e. Mampu menemukan / mem buktikan pengalaman bela jarnya dengan berbagai

karya,

f. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa

Indonesia yang baik dan benar,

g. Memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang: matematika,

fisika, biologi, kimia, astronomi, dan atau lainnya ditunjukkan dengan sertifikat

internasional),

h. NUAN rata-rata tinggi (> 7,5), memiliki kemampuan penguasaan teknologi

dasar,

i. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara individual,

kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan global) dengan bukti ada

piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan,

j. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah,

penelitian, dll dalam bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik

dan benar,

k. Memiliki dokumen dan pelaksanaan, pengelolaan kegiatan belajar secara baik

(ada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan

evaluasi) dari lulusan,

l. Menguasai budaya bangsa lain, memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang

pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan,

m. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah,

baik lingkungan sosial, fisik maupun budaya,

n. Memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya

maupun orang lain, bangsa, dll, dan

o. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan

lulusan.

Sekolah Berstandar Internasional akan dicapai melalui sebuah proses peningkatan

kualitas sekolah yang berkesinambungan. Salah satu tujuan pokoknya adalah

(38)

peningkatan kualitas ini menyangkut semua komponen sekolah yang meliputi

kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hal tersebut, maka harus diadakan suatu kegiatan.

Kegiatan ini dilaksanakan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan Mutu Tenaga Kependidikan Sekolah Bertaraf Internasional

(SBI),

b. Menyamakan persepsi di antara tenaga kependidikan tentang program

pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI),

c. Menyusun rencana dan strategi program pengembangan Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) berdasarkan kompetensi lulusan, dan

d. Meningkatkan Mutu Pendidik Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

[image:38.595.118.521.340.578.2]

2.2.4 Struktur Organisasi Sekolah Secara Umum

(39)

Bagian pengelola atau pengurus Binus International School

 Kepala Sekolah

 Wakil Kepala Sekolah:

o Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum

o Wakil Kepala Sekolah bagian Pengembangan siswa

o Wakil Kepala Sekolah bagian Operasional

 Asisten administratif Kepala Sekolah

 Asisten administratif bagian Kurikulum

 Kurikulum bagian PYP (Primary Years Programme)

 Kurikulum bagian MYP (Middle Years Programme)

 Kurikulum bagian Diploma Programme (DP)

OPERASIONAL SEKOLAH

 Kepala operasional akademik

 Kepala manajemen bangunan

 Kepala operasional IT

 Marketing manager

 Kepala perpustakaan dan pusat pembelajaran

 Kepala bagian konsultasi siswa

[image:39.595.80.535.66.295.2]

 Manager keuangan

(40)

KEPALA KURIKULUM

 TK dan SD

o Bahasa Inggris

o Bahasa Indonesia dan Mandarin

o Matematika

o Olahraga

o IPA dan Teknologi

o IPS

o Seni dan drama

o Musik

o Agama

 SMP dan SMA

o Bahasa Inggris

o Kewarganegaraan

o Bahasa Indonesia dan Mandarin

o Matematika

o IPA

o Teknologi

o Olahraga

o Creative, Action, Service (CAS)

o Extended Essay

o Theory of Knowledge

2.2.5 Deskripsi Pengguna Bangunan Sekolah

Adapun pengguna sekolah ini digolongkan menjadi 4 golongan:

 Pelajar, dimana ini adalah murid-murid dari tingkat taman kanak-kanak (TK) sampai tingkat menengah atas,

 Pengajar, adalah guru-guru kelas maupun laboratorium,

 Pelatih, guru bimbingan fasilitas olahraga yang tersedia,

 Pengurus dan pengelola sekolah, termasuk di dalamnya bagian administrasi, bagian kurikulum, kepala dan wakil kepala sekolah, dan lainnya,

 Tamu, seperti orang tua murid ataupun kunjungan dari pihak lain,

(41)

2.2.6 Pertimbangan dan Peraturan dalam Perencanaan Sekolah

A. Sirkulasi

 Pola sirkulasi biasanya berkelanjutan dan membimbing si pengguna jalan,

 Keamanan adalah hal yang harus diperhatikan, terutama untuk yang usia muda,

 Untuk pergerakan yang aman dan efisien, bedakan dan pisahkan menurut jenis sirkulasi,

 Kurangi pertemuan antara pejalan kaki dan pengguna kendaraan,

 Untuk sirkulasi dan parkir kendaraan bedakan dalam 3 zona yaitu zona pekerja, tamu, dan murid,

 Pertimbangan area sirkulasi untuk bus sekolah,

 Sirkulasi kendaraan untuk keperluan servis bangunan sebaiknya tidak jauh dan dekat dari pintu masuk sehingga mengurangi tempat untuk berputar.

B. Keamanan Pengguna

Keamanan adalah aspek yang paling penting. Trotoar atau tempat berjalan

sebaiknya menggunakan material untuk semua cuaca, tidak licin, jelas, dan

dirancang denga tujuan mengurangi konflik pertemuan antara pejalan kaki dan

pengguna kendaraan. Untuk perbedaan ketinggian yang rendah, ramp

sangatlah dianjurkan.

C. Keamanan dari Segi Lain

Sekolah, ditinjau dari penggunanya adalah merupakan bangunan yang harus

mempunyai sistem keamanan dari pada bangunan dengan fungsi lainnya.

Perlengkapan dan pencegahan untuk keperluan keamanan harus diprioritaskan

dan ini mempengaruhi seluruh rancangan dalam denah, konstruksi, dan

pemilihan material. Aspek kesehatan dan kemanan menjadi aspek yang

menyerap tingkat kesulitan dan biaya dalam merancang bangunan sekolah.

Berikut ini adalah pertimbangan keamanan yang harus diperhatikan:

 Keamanan struktur

o Kekuatan material dan faktor keamanan dari segi ketahanan api

o Tahan gempa

o Tahan angin yang kencang

(42)

o Perhatian keamanan dan perlindungan pada bagian pintu darurat, koridor, dan tangga

o Pendeteksi api dan sistem alarm

o Sistem sprinkler

o Material dan bahan finishing yang tidak mudah terbakar dan tidak beracun

 Kesehatan

o Sistem ventilasi yang standar

o Pencahayaan dan elektrikal yang standar

o Sistem pemipaan

 Keadaan darurat khusus

Sistem pencahayaan pada saat keadaan darurat

 Perlindungan pada saat darurat

o Permukaan yang tidak licin (terutama pada tangga, ramp, ruang loker, dan bagian kolam renang)

o Panel kaca pada pintu, putaran pintu, dan railing pada tangga

 Pendekatan untuk orang cacat

Membutuhkan akomodasi pada entrance dalam sirkulasi, toilet, dan

akomodasi publik lainnya.

Rancangan koridor sebaiknya memperhatikan lokasi tangga dan pintu darurat,

sehingga pengguna tidak berdesakan ketika koridor dalam keadaan ramai.

D. Area Masuk

Area masuk harus bersifat

mengundang dan ramah, tidak

terkesan dilarang. Seperti

yang kita ketahui, keterlibatan

diri dalam sebuah komunitas

adalah salah satu kunci

sukses. Komunitas siswa

diharapkan melibatkan diri

mereka dalam sekolah, karena

itu sebuah sekolah sebaiknya

dibuat seperti milik mereka.

(43)

Area masuk yang bersifat mengundang juga harus diimbangi dengan tingkat

keamanan yang cukup pada area masuk dan dipisahkan dari area publik.

E. Pintu keluar

Pintu keluar dan pintu darurat pada sekolah harus ditandai dengan jelas

sehingga pada saat digunakan, pengguna tidak merasa ragu-ragu dan bingung.

Umumnya pintu keluar sekolah yang tersedia sebanyak dua atau lebih. Pintu

keluar terdekat harus dapat dilihat dari setiap sudut di koridor.

F. Pintu Kelas

Pintu kelas sebaiknya diletakkan di bagian depan kelas dan dimundurkan dari

koridor dan mempunyai sebuah jendela kaca kecil dengan bahan kaca

(tempered glass3) agar pengguna pintu yang berasal dari dalam maupun luar

kelas dapat melihat jika ada yang mendekati pintu sehingga tidak terjadi

tabrakan. Perbedaan level sebaiknya dihindarkan agar pada saat pemindahan

peralatan maupun perabot tidak terganggu. Jika pintu kelas berfungsi sebagai

pembatas antara dua ruang kelas, sebaiknya material pintu bersifat akustik dan

mudah untuk digunakan.

G. Koridor

Sebuah koridor yang baik adalah koridor dimana siswa dapat bergerak bebas di

dalamnya. Dinding koridor harus bersih dari segala halangan. Untuk lemari

loker, hydrant box, pintu kelas, dan lainnya sebaiknya dimundurkan sehingga

semua itu tidak mengganggu aktivitas siswa. Jika koridor lebih panjang dari 60

meter maka pola lantai atau perspektif harus dibedakan.       

3 Tempered glass adalah salah satu kaca yang aman untuk digunakan, kaca ini lebih kuat empat sampai lima  kali dari kaca normal dan hancur berkeping‐keping ketika kaca ini pecah. Kaca ini dihasilkan melalui proses  panas dan dingin, yang membuatnya lebih kuat dibandingkan dengan kaca normal. 

(44)

H.Tangga

Syarat untuk sebuah tangga di sekolah sebaiknya mempermudah dan

mempercepat pergerakan, dan aman. Untuk menghindari agar siswa tidak

saling berdesakan ketika mereka pindah ke kelas lainnya, sebaiknya ukuran

tangga adalah 1,4 meter- 1,5 meter. Konstruksi tangga sebaiknya tahan api dan

mengarah ke pintu darurat. Akan lebih baik lagi jika tangga mempunyai sistem

pengontrol asap. Pada kedua sisi tangga harus terdapat pegangan tangan dan

pada bagian ujung anak tangga dianjurkan untuk memakai bahan yang tidak

licin seperti gambar berikut.

I. Ruang Kelas

Standar kapasitas ruangan kelas berbeda-beda tergantung dari tingkat dan

fungsi kelas tersebut. Untuk kelas tingkat dasar dan menengah, umumnya

kapasitas yang diizinkan sekitar 27 murid sedangkan untuk sekolah taman

kanak-kanak adalah maksimal 20 murid.

Gambar 2.7 Bagian dinding koridor yang dimundurkan

(45)

Gambar pertama menunjukkan ukuran kelas yang standar dengan bagian pintu

sedikit menjorok ke dalam dan dengan susunan kursi yang standar.

Gambar kedua, dengan ukuran dan bentuk sedemikian rupa merupakan kelas

tersebut sangat fleksibel karena dapat dijadikan ruang diskusi maupun ruang

belajar bersama bagi murid-murid.

Untuk gambar ketiga adalah ruangan kelas yang menampung siswa dalam

jumlah yang banyak (dapat menampung sekitar 64 siswa) dan setiap barisan

kursi ditinggikan sedikit agar pandangan dari belakang tidak terganggu.

Kelas berbentuk persegi terbukti lebih efisien dibandingkan dengan kelas

berbentuk persegi panjang.

Luas ruangan kelas yang direkomendasi bagi kelas tingkat dasar menurut buku

Time Saver Standards for Building Types adalah sekitar 85-115 m2, untuk tingkat menengah, luas ruangan kelas berkisar antara 75-90 m2. Penggabungan kelas untuk belajar bersama bias saja terjadi, maka dengan pertimbangan hal

tersebut, sebaiknya ada beberapa ruangan kelas yang dinding pemisahnya

berupa pintu lipat dengan nilai akustik yang cukup tinggi sehingga kedua kelas

tidak saling mengganggu ketika dipisahkan.

(46)

Persyaratan umum untuk rancangan ruangan kelas

 Ruang sisa secukupnya diperlukan di bagian depan ruangan kelas untuk peralatan audiovisual, seperti layar proyeksi, papan, dan lainnya,

 Ketinggian langit-langit maksimum adalah 2,85 meter,

 Pencahayaan alami sangat dibutuhkan, jika memungkinkan arah cahaya datang dari bagian kiri pundak siswa, dan

 Material dinding dan langit-langit harus memiliki nilai akustik yang tinggi.

Lokasi ruangan kelas tentunya harus berada pada lokasi yang tingkat

kebisingannya paling rendah, terbebas dari gangguan kebisingan dari luar.

Ruangan kelas adalah simbol dari

filosofi pendidikan. Ada sebuah filosofi

yang berasumsi dan menganggap

murid akan belajar hal yang sama,

pada waktu yang sama, dari orang

yang sama, dengan cara yang sama,

[image:46.595.214.419.82.313.2]

untuk beberapa jam dalam satu hari.

Gambar 2.10 Sketsa dua ruangan kelas yang dapat digabungkan

[image:46.595.331.519.555.721.2]
(47)

FASILITAS RUANGAN KELAS

Sistem pengajaran yang modern tentunya menuntut fasilitas sebuah ruangan

kelas untuk terus bertambah dan canggih. Pelajaran dapat diberikan melalui

berbagai media, seperti misalnya dari buku, peralatan audio-visual, perekam,

televisi, dan lainnya sehingga rancangan sebuah ruangan kelas haruslah

terdapat area untuk peralatan seperti yang disebutkan di atas.

Beberapa sekolah mempunyai ruangan kelas yang berbeda untuk pelajaran

terterntu, misalnya pelajaran bahasa Inggris, matematika, IPA, IPS, seni, dan

musik. Ruangan kelas ini masing-masing membutuhkan fasilitas yang berbeda,

maka beberapa sekolah menerapkan sistem ‘pindah kelas’ jika pelajaran

berganti. Ada pula sekolah yang menyediakan beberapa ruangan kecil untuk

menyimpan masing-masing peralatan yang dibutuhkan, agar murid-murid tidak

perlu berpindah kelas.

Untuk kelas dengan fungsi seperti studio disarankan berbentuk L dengan

[image:47.595.204.428.412.670.2]

pembagian zoning seperti gambar berikut.

(48)

Untuk kelas tingkat menengah, sebuah ruang kelas membutuhkan ruang

penyimpanan, yang berfungsi untuk menyimpan hasil karya murid, peralatan

mengajar, buku referensi, peralatan menulis, poster, peta, globe dan lainnya

yang merupakan milik bersama.

Untuk kelas tingkat kanak-kanak, SD 1 sampai dengan SD 3, ruangan kelas

sebaiknya berada di dekat toilet ataupun toilet merupakan bagian dari ruangan

kelas. Ini untuk mempermudah guru untuk membantu murid yang masih kecil.

Sedangkan untuk kelas tingkat atas, hanya perlu 1 toilet pusat di setiap lantai.

Fasilitas lainnya yang dapat ditambahkan adalah tempat minum bagi

murid-murid dan ini biasanya diletakkan di bagian koridor.

J. Area Display

Area display yang berada di depan pintu

masuk dapat memperkuat pernyataan misi

belajar di sekolah. Secara tipikal, sebuah

area display tidaklah cukup untuk

memajang karya siswa, dan setiap ada

kesempatan, maka area display perlu

ditata dan diganti dengan tugas atau karya

siswa yang lain.

Gambar 2.14 Sketsa area display Gambar 2.13 Sketsa area kerja kelompok dan

(49)

K. Area Bermain

PERTIMBANGAN LOKASI

Kriteria untuk area bermain, seperti hubungan dengan perumahan yang

berdekatan, keseimbangan tanah, tanaman eksisting, topografi eksisting, dan

lainnya adalah hal yang penting dan sebaiknya dipertimbangkan. Hal lain yang

perlu diberi perhatian adalah ruang terbuka dengan fungsi lapangan bermain

agar mempunyai tanaman eksisting di sekitarnya untuk membayangi,

menyediakan oksigen, dan penahan angin (windbreak). Untuk lahan yang kecil,

lapangan bermain dapat diletakkan di lantai atap. Hal seperti ini dapat

membantu mengurangi penggunaan lahan yang besar.

DENAH AREA BERMAIN

Untuk menciptakan denah dan peletakkan fasilitas rekreasi dan bermain yang

baik, pertimbangkan hal-hal seperti di bawah ini:

 Orientasi matahari dan angin,

 Sirkulasi untuk pengguna dan pengawas,

 Buffer,

 Akses menuju shower, ruang kelas, dan area parkir,

 Fleksibel agar dapat digunakan untuk keperluan panggung atau perluasan bangunan pada suatu saat,

 Menciptakan suasana dan pengalaman belajar bagi anak-anak,

 Aman dan mudah diawasi

 Cocok untuk segala usia belajar dan jenis kelamin,

 Perbedaan ketinggian untuk keperluan drainase, dan

(50)

Tingkat SMP sampai dengan tingkat SMA

Olahraga: Baseball, tennis, sepak bola, bola basket, bola voli, atletik, fitness,

dan lainnya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sepak bola 

Fitness

Archery 

Basketball court 

Gambar 2.15 Beberapa jenis permainan untuk usia SMP dan SMA

(51)

L. Ruang Musik

Beberapa waktu yang lalu, seni dan musik dianggap sebagai “Soft Science”,

pendidikan yang kurang penting akan tetapi pendidikan yang baik.

Program musik biasanya dibagi dalam empat bagian yaitu aktivitas

instrumental, aktivitas paduan suara, teori musik, dan aktivitas korelasi seperti

drama dan opera.

Sirkulasi di dalam ruang musik harus diperhatikan. Ruang penyimpanan alat

musik harus tersedia dan terencana dengan baik sehingga sirkulasi siswa

menjadi mudah ketika mengambil dan mengembalikan alat musik,

membawanya ke pentas, lapangan, dan lainnya.

Ukuran, bentuk, material adalah faktor lain yang penting untuk

dipertimbangkan dalam merencanakan dan merancang fasilitas ruang musik.

Ruang musik haruslah bersifat akustik, bergema, dan menyerap suara. Hal ini

dapat diterapkan melalui pemilihan material dinding, langit-langit dan lantai.

(52)

M. Ruang Serbaguna

Ruang serbaguna berfungsi sebagai tempat dimana murid-murid dapat saling

berkumpul dan melakukan kegiatan bebas di dalamnya. Fungsi ruang

serbaguna dapat disesuaikan sesuai dengan waktu, pengguna, dan kegiatan

yang akan terjadi di dalamnya.

Ruang serbaguna dapat difungsikan sebagai kantin pada saat jam makan siang,

setelah itu ruang tersebut dapat difungsikan sebagai ruang pertemuan setelah

sekolah dengan kegiatan bermain, diskusi, ataupun lainnya. Selain itu, dapat

juga menampung acara-acara sekolah lainnya.

Ruang serbaguna haruslah fleksibel dan cukup luas sesuai dengan jumlah

murid di dalamnya. Rancangan ruang serbaguna juga harus mempunyai dasar

fungsi bangunan yang akan diterapkan di dalamnya, misalnya jika ruang

serbaguna difungsikan sebagai ruang pertunjukkan maka ruang serbaguna

haruslah mempunyai area panggung dan backstage, jika ruang serbaguna

[image:52.595.194.466.396.734.2]

difungsikan sebagai kantin sementara maka dapur kecil haruslah tersedia.

(53)

N. Lingkungan Belajar

O. Pencahayaan Ruang Kelas

Untuk sistem pengajaran mendatang, banyak sekolah akan menggunakan

proyektor, slide, televise, dan alat elektronik lainnya sebagai media mengajar.

Hal ini perlu menjadi pertimbangan untuk pengaturan cahaya di dalam ruangan

kelas. Tirai jendela sebaiknya disediakan untuk digunakan apabila pengguna

kelas merasa silau di dalam kelas. Sebuah jenis penutup jendela yang disebut

venetian blinds adalah jenis jendela yang dianjurkan dalam pemakaian di dalam

kelas karena jenis penutup jendela ini mudah digunakan dan gampang untuk

dibersihkan dibandingkan jenis penutup kaca lainnya. THERMAL

Gambar 2.19 Diagram syarat lingkungan belajar yang efektif

VISUAL HARMONY

THERMAL COMFORT 

FRESH AIR SOUND CONTROL

LIGHTING 

TOTAL  ENVIRONMENT 

Gambar 2.20 Penggunaan venetian blinds pada ruangan

(54)

P. Vista antara Ruang Dalam dan Ruang Luar

Q. Teknologi

Siswa menggunakan teknologi untuk berkomunikasi, menemukan sesuatu

yang baru bagi mereka, bermain game, kolaborasi, menciptakan, menulis, dan

membaca.

Membiarkan siswa di dalam kelas

untuk melihat ke area luar

dengan jarak tertentu adalah

sebuah gagasan yang baik bagi

penglihatan dan kesehatan

siswa.

Gambar 2.23 Sketsa jarak pandang siswa dari ruang kelas

(55)

Berikut adalah gambar yang menunjukkan teknologi yang seharusnya

dihadirkan pada sebuah bangunan sekololah untuk mendukung kegiatan siswa

di dalamnya.

R. Perabot

S. Cave Space

Maksud dari Cave Space adalah sebuah dinding yang sedikit menjorok ke

dalam di antara jalur seperti jalur koridor. Area ini nyaman digunakan untuk

kegiatan membaca, berkomunikasi, ataupun berdiskusi karena area ini

mempunyai suasana lebih privasi dan tenang. Umumnya sekolah hanya

Gambar 2.24 Sketsa jenis kegiatan dan kebutuhan teknologi

Gambar 2.25 Sketsa area duduk dan diskusi dengan susunan perabot

Untuk dapat produktif pada saat

bekerja, tentunya pekerja memerlukan

tempat duduk yang nyaman dan

lembutm siswa juga memerlukan

tempat duduk seperti itu untuk

menambah kenyamanan mereka

sehingga akan belajar dan bekerja

lebih produktif.

Untuk itu, perabot di setiap ruangan

kelas sebaiknya memenuhi standar

(56)

menyediakan perpustakaan sebagai tempat membaca, dan di ruang tersebut

siswa harus diam dan tidak diperbolehkan mengganggu siswa yang lain ketika

berdiskusi. Secara psikologis, hal ini tentunya membuat siswa merasa

perpustakaan adalah ruang yang membosankan dan tidak bebas dan ini

membuat mereka untuk tidak ingin mengunjungi dan membaca di dalam

perpustakaan.

Dengan adanya Cave Space ini maka siswa dapat membawa buku ataupun

berdiskusi di area ini dengan bebas tanpa harus dengan suara yang sangat kecil

seperti di perpustakaan.

T. Parkir

Parkir dibedakan dalam 3 zona yaitu zona pekerja, tamu, dan murid. Parkir

sementara diizinkan dua kali lebih besar dari area bermain yang menggunakan

perkerasan. Akses dari area parkir ke bangunan sebaiknya tidak terjadi banyak

konflik.

2.2.7 Peranan dan Unsur-Unsur dalam Pengadaan Bangunan

Penyelenggaraan bangunan berarti adanya kegiatan pembangunan yang melalui

proses perencanaan perancangan, juga teknis pelaksanaan konstruksi, serta

kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, hingga pada akhirnya

gedung dapat berguna dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dari

fungsinya.

(57)

Gambar

Gambar 2.2 Bagan Pendidikan di Indonesia
Gambar 2.3 Contoh 1 bagan struktur organisasi sekolah
Gambar 2.4 Contoh 2 bagan struktur organisasi sekolah
Gambar 2.11 Sketsa hubungan ruangan kelas dan koridor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kota Medan masih membutuhkan fasilitas sekolah bertaraf internasional untuk dapat memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin berkembang

Kepemimpinan Kepala Sekolah Pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi situs di SMP Negeri 1 Ungaran. Magister Manajemen Pendidikan. Universitas

Lulusan pendidikan nasional di masa yang akan datang harus memiliki standar sikap, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dan

RSBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional sehingga lulusannya mempunyai

Penjaminan mutu SBI (Depdiknas,2007) tercermin pada indikator sebagai berikut: (1) berakreditasi minimal A dari BAN-S dan OECD; (2) menerapkan KTSP yang memenuhi standar

RSBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya berdasarkan standar pendidikan (SNP) Indonesia dan tarafnya internasional sehingga lulusannya mempunyai

Pada pelaksanaan kebijakan program RSBI di SD Negeri 006 Bagan Barat sumber daya yang ada kurang memadai untuk melakukan proses pembelajaran bertaraf internasional, seperti

Latar Belakang Akreditasi Internasional merupakan pengakuan bahwa suatu Perguruan Tinggi atau Program Studi memiliki sistem penjaminan mutu akademik yang diakui secara internasional..