• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pemberian Insentif Dengan Peningkatan Produktivitas Kerja Pustakawan Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pemberian Insentif Dengan Peningkatan Produktivitas Kerja Pustakawan Di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN INSENTIF DENGAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH

SITI RAHMA BR SIREGAR 040709024

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI MEDAN

(2)

Abstrak

Siregar, Siti Rahma. Hubungan Pemberian Insentif dengan Peningkatan Produktivitas Kerja Pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Medan: Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian insentif dengan peningkatan produktivitas kerja pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pustakawan yang bekerja pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 47 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan studi kepustakaan. Pengukuran variabel dilakukan digunakan dengan menggunakan Skala Likert.

Untuk mengetahui hubungan pemberian insentif dengan peningkatan produktivitas kerja digunakan teknik analisis Korelasi Product Moment. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian insentif berhubungan positif dan signifikan dengan peningkatan produktivitas kerja pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Koefisien determinasi adalah sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa 31% produktivitas kerja pustakawan dipengaruhi oleh pemberian insentif sedangkan 69% dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pemberain Insentif Dengan Peningkatan Produktivitas Kerja Pustakwan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara”.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ayah (Parlaungan Siregar) dan Mama (Zahriah Harahap). Karena atas

dukungan kasih sayang, serta doa yang tak pernah putus, penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan baik dari segi isi, bahasa maupun cara penulisan, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penulis dapat

meningkatkan kemampuan menulis pada masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A,Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra

USU.

2. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si., Selaku Ketua Departemen Studi

Ilmu Perpusatakaan dan Informasi.

3. Bapak Drs. Belling Siregar M.Lib., selaku pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si., selaku pembimbing II yang

telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

5. Bapak Drs. A.Ridwan Siregar, SH., M.Lib., selaku Kepala

Perpustakaan USU, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian di Perpustakaan USU

6. Seluruh Pegawai Perpustakaan USU terima kasih atas kerjasamanya

yang baik sehingga penulis dapat dengan mudah melakukan

(4)

7. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Departemen Studi Ilmu

Perpustakaan dan Informasi (Bang Yudi) yang telah memberikan saran

dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Abang Ridwan dan Adek Faisal yang penulis sayangi terima kasih atas

semangat, perhatian, bantuan dan dukungan kepada penulis serta

mendoakan penulis selama ini.

9. Sahabat-sahabat penulis Ega, Hayatul, Anni dan Zia atas semua

bantuan, semangat , doa yang telah diberikan.

10.Teman-teman penulis, Beby, Tika, Dina, Mala, Jepri, Bang Surya,

Veni, Cici, Wita, Tirta, Zainal, Yanti, dan seluruh anak 04 terima kasih

atas dukungan, bantuan serta doanya.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Medan, Juli 2008

Penulis,

Siti Rahma Br Siregar

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

DAFTAR ISI ……….……… ii

DAFTAR TABEL………..………iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……… 1

1.2Rumusan Masalah……….……… 3

1.3Tujuan Penelitian……….………. 4

1.4Manfaat Penelitian……….…………... 4

1.5Hipotesis………... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi………..…... 5

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi……….. 5

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Tinggi…………..……… 6

2.1.2.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi………. 6

2.1.2.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi………. 7

2.2 Pustakawan ………..……….……….. 9

2.2.1 Pengertian Pustakawan………. 9

2.2 2 Jabatan Pustakawan……….. 10

2.2.3 Tugas Pustakawan……… 11

2.2.4 Pendidikan Pustakawan……… 12

2.3 Motivasi………... 14

2.3.1 Pengertian Motivasi………. 14

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Motivasi……….. 15

2.3.3 Jenis-jenis Motivasi……….. 16

2.3.4 Proses Motivasi……… 18

2.3.5 Teori Motivasi……….. 19

2.3.5.1 Teori Kepuasan (Content Theory)……… 20

2.3.5.2 Teori Proses (Process Theory)……….. 26

2.3.6 Teknik-teknik Memotivasi……… 28

(6)

2.4 Insentif ………... 30

2.4.1 Pengertian Insentif……….………....……. 30

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Insentif………... 31

2.4.3 Jenis-jenis Insentif……….……….……..…..……… 32

2.4.4 Dasar-dasar Pemberian Insentif…..…….……….…….. 34

2.5 Produktivitas Kerja………….……… 38

2.5.1 Pengertian Produktivitas Kerja……….………... 38

2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja………….…. 39

2.5.3 Hal-hal yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja… 41 2.5.4 Ciri-ciri Tenaga Kerja Produktif………. 42

2.5.5 Pengukuran Produktivitas……….………... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian………. 46

3.2 Metode Penelitian……… 46

3.3 Populasi dan Sampel………... 46

3.3.1 Populasi………... 46

3.3.2 Sampel………. 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data………. 47

3.5 Jenis dan Sumber Data……… 47

3.6 Defenisi Operasional Variabel……… 47

3.7 Kisi-kisi Kuesioner……….. 48

3.8 Analisis Data……… 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif……… ……….. 52

4.1.1 Insentif………. 52

4.1.1.1 Material Insentif……….. 52

4.1.1.2 Semi Material Insentif………. 56

4.1.1.3 Non Material Insentif……… 56

4.1.2 Produktivitas Kerja……….. 58

(7)

4.1.2.2 Waktu Kerja……….. 59

4.1.2.3 Loyalitas……… 60

4.1.2.4 Kualitas Kerja……… 60

4.1.2.5 Kepuasan Kerja………. 64

4.2 Perhitungan Korelasi……… 65

4.3 Pengujian Hipotesis……….. 66

4.4 Uji Koefisien Determinasi……….... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 68

5.1 Kesimpulan………... 68

5.2 Saran……….... 68

DAFTAR PUSTAKA………... 69

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kisi-kisi Kuesioner……….48

Tabel 2 : Pemberian Insentif Kepada Pustakawan ………52

Tabel 3 : Dasar Pemberian Insentif kepada Pustakawan………...52

Tabel 4 : Uang Makan Sebagai Bagian Dari Material Insentif ………53

Tabel 5 : Tunjangan Lembur Sebagai Bagian Dari Material Insentif …………..54

Tabel 6 : Imbalan Khusus Sebagai Bagian Dari Material Insentif ………… …..54

Tabel 7 : Uang Transport Sebagai Bagian Dari Material Insentif……… 55

Tabel 8 : Tunjangan Hari Besar Sebagai Bagian Dari Semi Material insentif…. 56 Tabel 9 : Perpindahan Sebagai Bagian Dari Non Material Insentif………...56

Tabel 10 : Penempatan Kerja Sebagai Bagian Dari Non Material Insentif…….. 57

Tabel 11 : Pendidikan dan Pelatihan Pustakawan………. 58

Tabel 12 : Disiplin Kerja………... 58

Tabel 13 : Waktu Kerja ………. ……….. 59

Tabel 14 : Loyalitas……….. 60

Tabel 15 : Ketelitian dan Kerapian………61

Tabel 16 : Kerjasama Pustakawan……….61

Tabel 17 : Ketelitian dan Kerapian………62

Tabel 18 : Promosi Jabatan dalam Meningkatkan Kualitas Kerja……… 62

Tabel 19 : Tunjangan Lembur dalam Meningkatkan Kualitas Kerja………63

Tabel 20 : Pemberian Uang Makan dalam Meningkatkan Kualitas Kerja……… 64

(9)

Abstrak

Siregar, Siti Rahma. Hubungan Pemberian Insentif dengan Peningkatan Produktivitas Kerja Pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Medan: Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian insentif dengan peningkatan produktivitas kerja pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pustakawan yang bekerja pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang berjumlah 47 orang. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan studi kepustakaan. Pengukuran variabel dilakukan digunakan dengan menggunakan Skala Likert.

Untuk mengetahui hubungan pemberian insentif dengan peningkatan produktivitas kerja digunakan teknik analisis Korelasi Product Moment. Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian insentif berhubungan positif dan signifikan dengan peningkatan produktivitas kerja pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Koefisien determinasi adalah sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan bahwa 31% produktivitas kerja pustakawan dipengaruhi oleh pemberian insentif sedangkan 69% dipengaruhi variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

(10)

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1Latar Belakang Masalah

Perpustakaan adalah suatu tempat/gedung dimana manusia dapat

menemukan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sjahrial-Pamuntjak (2000 : 2) yang menyatakan bahwa “Sebenarnya terkumpul

dalam perpustakaan adalah himpunan ilmu dan informasi yang diperoleh dan

dilahirkan umat manusia dari masa kemasa”.

Perpustakaan merupakan suatu gedung yang didalamnya tersimpan

berbagai macam koleksi yang dihimpun, kemudian disusun menurut aturan

tertentu agar dapat memudahkan pengguna dalam melakukan pencarian kembali

koleksi yang dibutuhkan.

Perpustakaan dapat dibagi dalam beberapa jenis, salah satunya adalah

perpustakaan perguruan tinggi. Dimana perpustakaan perguruan tinggi memiliki

fungsi sebagai tempat/wadah penyedia informasi yang ditujukan untuk

masyarakat universitas yang terkait. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sulistiyo-Basuki (1993 : 52) yang menyatakan bahwa “Secara umum tujuan perpustakaan

perguruan tinggi adalah memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan

tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa”.

Untuk melakukan semua kegiatan operasional perpustakaan diperlukan

keberadaan tenaga kerja. Tenaga kerja tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu tenaga

kerja fungsional (pustakawan) dan tenaga kerja administratif. Kedua jenis tenaga

kerja tersebut memiliki peran dalam upaya pencapaian tujuan perpustakaan.

Pustakawan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan

perpustakaan. Dalam usaha pencapaian keberhasilan dari suatu perpustakaan,

produktivitas kerja dari seorang pustakawan mempunyai peran yang sangat

penting karena bila produktivitas kerja pustakawan rendah maka keberhasilan

suatu perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna akan sulit

tercapai.

Menurut Dewan Produktivitas Nasional RI tahun 1983 dalam Yuli (2005 :

(11)

1. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih dari hari ini.

2. Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan.

3. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu.

Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja pustakawan ada beberapa

faktor-faktor pendukung yaitu : “Kemauan kerja yang tinggi, kemauan kerja yang

sesuai dengan isi kerja, lingkungan kerja yang nyaman, penghasilan yang dapat

memenuhi kebutuhan hidup minimum”. (Sinungan, 2000 : 3)

Dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum pustakawan, banyak

perpustakaan menganut sistem insentif sebagai bagian dari sistem imbalan yang

berlaku bagi setiap pustakawan. Insentif merupakan imbalan yang diberikan

kepada pustakawan ataupun karyawan yang telah melaksanakan pekerjaannya

dengan baik

Insentif pada umumnya digunakan untuk menggambarkan pembayaran

upah yang dikaitkan dengan sistem kompensasi tidak langsung berdasarkan

standar produktivitas pustakawan. Tujuan dari pemberian insentif adalah untuk

memotivasi pustakawan agar bekerja lebih baik dalam pencapaian tujuan

perpustakaan dengan menawarkan perangsang finansial dan non-finansial untuk

meningkatkan produktivitas mereka.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu

perpustakaan yang diselengggarakan sebagai tempat untuk memperoleh informasi

yang dibutuhkan oleh civitas akademika Universitas Sumatera Utara. Tujuan

utama dari perpustakaan yaitu mendukung fungsi pendidikan dan pengajaran,

penelitian dan pengabdian pada masyarakat USU dengan mengidentifikasi,

memilih, mengadakan, mengatalog, memproses, dan menjadikan bahan pustaka

tersedia dengan memperhatikan faktor relevansi, kemutakhiran, keseimbangan,

dan pemeliharaan koleksi serta mengupayakan perencanaan keuangan yang efektif

untuk pengembangan perpustakaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, peran seorang pustakawan dan seluruh

(12)

layanan secara maksimum kepada masyarakat pengguna dalam memenuhi

kebutuhan akan informasi pengguna.

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara memiliki 2 jenis tenaga kerja

yang terdiri dari tenaga kerja fungsional dan tenaga kerja admministratif yang

bertugas untuk melakukan kegiatan-kegitan yang ada diperpustakaan. Pustakawan

merupakan salah satu tenaga kerja yang ada dilingkungan Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara, dimana setiap pustakawan memiliki pangkat dan

jabatan yang berbeda-beda. Pustakawan yang produktif akan mendapatkan

pangkat dan jabatan yang lebih tinggi. Salah satu strategi yang diterapkan

perpustakan Universitas Sumatera Utara dalam meningkatkan produktivitas kerja

pustakawan yaitu dengan memberikan motivasi dalam bentuk insentif kepada

pustakawan yang berprestasi. Semakin tinggi pangkat dan jabatan pustakawan

maka semakin besar pula insentif yang akan mereka terima.

Penghargaan serta pemberian motivasi yang tepat akan menimbulkan

suasana kondusif dan berakibat kepada produktivitas yang lebih tinggi. Untuk

mengetahui sejauh mana hubungan pemberian insentif terhadap peningkatan

produktivitas kerja pusatakawan maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut,

dengan memilih judul “HUBUNGAN PEMBERIAN INSENTIF DENGAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA PUSTAKAWAN DI

PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka

penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan pemberian insentif dengan peningkatan

produktivitas kerja pustakawan di Perpustakaan Universitas Sumatera

Utara ?

2. Apakah sistem insentif yang diterapkan sesuai dengan tugas/pekerjaan

yang dilakukan pustakawan perpustakaan Universitas Sumatera Utara

(13)

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas penulis menentukan tujuan dari

penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan pemberian insentif dengan

peningkatan produktivitas kerja pustakawan di Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui kesesuaian antara insentif yang diberikan dengan

tugas/pekerjaan yang dilakukan pustakawan perpustakaan Universitas

Sumatera Utara.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Instansi yang diteliti, dalam hal ini adalah Perpustakaan Universitas

Sumatera Utara dapat mengetahui seberapa besar efektivitas pemberian

insentif terhadap produktivitas kerja pustakawan.

2. Penulis, sebagai salah satu upaya menambah wawasan penulis dalam

bidang perpustakaan.

3. Mahasiswa Ilmu Perpustakaan. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai

acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.5Hipotesis

Pengertian hipotasis sangatlah beraneka ragam. Menurut Azwar (2004 :

49), “Hipotesis adalah jawabahn sementara terhadap pertanyaan penelitian”.

Hipotesis penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara pemberian insentif dengan peningkatan produktivias kerja pustakawan di

(14)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi pada dasarnya merupakan suatu unit

pelaksana teknis yang merupakan bagian integral pada suatu perguruan tinggi.

Unit Perpustakaan bekerja sama dengan unit-unit kerja lainnya harus dapat

berperan aktif dalam membantu perguruan tinggi tempatnya bernaung untuk

melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan dan pengajaran,

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Perpustakaan Perguruan

Tinggi : buku pedoman (2004 : 3) bahwa :

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit pelaksana teknis (UPT) perguruan tinggi yang bersama dengan unit lain turut melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Sedangkan dalam buku Panduan Penyelenggara Koleksi Perpustakaan

Perguruan Tinggi (1992 : 1) dinyatakan bahwa “Perpustakaan perguruan tinggi

adalah perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan tinggi dan merupakan

unit yang membantu perguruan tinggi yang bersangkutan dalam mencapai

tujuannya”

Selain pendapat di atas Sulistyo-Basuki dalam bukunya Pengantar Ilmu

Perpustakaan (1993 : 3) menyatakan bahwa “Secara umum perpustakaan adalah

sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun itu sendiri yang digunakan untuk

menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut data

susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual”.

Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan

perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada dibawah naungan perguruan

tinggi yang turut membantu pelaksanaan pendidikan, pengajaran, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat guna pencapaian tujuan perguruan tinggi

(15)

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peranan yang sangat penting

dalam kehidupan perguruan tinggi, bahkan perpustakaan perguruan tinggi dapat

dianggap sebagai jantung perguruan tinggi. Sejalan dengan Tri Dharma Perguruan

Tinggi, perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tujuan dan fungsi yang

disesuaikan dengan tujuan dan fungsi perguruan tinggi tempatnya bernaung.

2.1.2.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk

mendukung, memperlancar dan memberikan pelayanan kepada pengguna dalam

memenuhi kebutuhan informasi yang mereka butuhkan. Menurut Sulistyo-Basuki

(1991 : 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:

a. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi, lazimnya staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga administrasi perguruan tinggi.

b. Menyediakan bahan pustaka rujukan (referens) pada semua tingkat akademik, artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa program pasca sarjana dan pengajar.

c. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai jasa perpustakaan.

d. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis pemakai.

e. Menyedikan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan perguruan tinggi juga lembaga industri lokal.

Sedangkan dalam buku Panduan Penyelenggaraan Koleksi Perpustakaan

Perguruan Tinggi (1992 : 1) dinyatakan bahwa:

Tujuan perpustakaan perguruan tinggi ialah untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. 1) Dharma pertama yaitu pendidikan dan pengajaran dilaksanakan dengan

cara mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2) Dharma kedua yaitu penelitian, dilakukan melalui kegiatan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti.

(16)

Selain tujuan tersebut di atas, perpustakaan perguruan tinggi sebagai unsur

penunjang Tri Dharma Perguruan Tinggi merumuskan tujuannya sebagai berikut:

a. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staf lainnnya bagi kelancaran program pengajaran di perpustakaan perguruan tinggi.

b. Mengadakan buku, jurnal, dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk penelitian sejauh dana tersedia.

c. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah, yang dihasilkan oleh civitas akademika.

d. Menyediakan saranan bibliografi untuk menunjang pemakaian perpustakaan.

e. Menyediakan tenaga yang cukup serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu mampu memberikan pelatihan penggunaan perpustakaan.

f. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan. (Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, 2004 : 47).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan

perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk mendukung, memperlancar dan

mempertinggi kualitas palaksanaan kegiatan perguruan tinggi dengan melakukan

kegiatan layanan informasi, pemanfaatan informasi serta penyebarluasan

informasi tersebut.

2.1.2.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi memiliki fungsi sebagai sarana pemenuhan

informasi bagi masyarakat perguruan tinggi, fungsi perpustakaan perguruan tinggi

dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :

a. Ditinjau dari segi proses pelayanan sesuai dengan tujuannya, pepustakaan perguruan tinggi mempunyai lima fungsi, yaitu :

1. Sebagai pusat pengumpulan informasi 2. Sebagai pusat pelestarian informasi 3. Sebagai pusat pengolahan informasi 4. Sebagai pusat pemanfaatan informasi 5. Sebagai pusat penyebarluasan informasi

b. Ditinjau dari segi program perguruan tinggi yang didukung sesuai dengan peranannya, perpustakaan perguruan tinggi mempunyai tiga macam fungsi, yaitu:

1. Sebagai pusat pelayanan informasi untuk program pendidikan dan pengajaran .

(17)

3. Sebagai pusat pelayanan informasi untuk program pengabdian kepada masyarakat.

c. Ditinjau dari segi pelaksanaannya, pada setiap perpustakaan perguruan tinggi tersebut di atas dapat dibedakan dua macam sifat fungsi, yaitu: 1. Fungsi yang bersifat akademis edukatif.

2. Fungsi yang berifat administratif teknis.

(Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi, 1979 : 3)

Sedangkan Sulistyo-Basuki (1993 : 3) mengemukakan bahwa fungsi

perpustakaan adalah :

a. Sebagai sarana simpan karya manusia. b. Sebagai sumber informai (fungsi informasi) c. Sebagai sarana rekreasi (fungsi rekreasi) d. Sebagai sarana pendidikan (fungsi pendidikan)

e. Sebagai sarana pengembangan kebudayaan (fungsi kultural)

Selain pendapat di atas, dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : buku

pedoman (2004 : 3) dinyatakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi berfungsi

sebagai :

1. Fungsi Edukasi

Perpustakaan merupakan sumber belajar para civitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian, bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran. 2. Fungsi Informasi.

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi

3. Fungsi Riset

Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung penelitian di perpustakaan perguruan tinggi mutlak dimiliki, karena tugas perguruan tinggi adalah menghasilkan karya-karya penelitian yang diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.

5. Fungsi Publikasi

(18)

6. Fungsi Deposit.

Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.

7. Fungsi Interprestasi

Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimiliki untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan

perguruan tinggi memiliki fungsi edukasi, informasi, riset, rekreasi, publikasi,

deposit, interpretasi serta sebagai sarana pengembangan kebudayaan yang

diperuntukkan bagi seluruh civitas akademika suatu perguruan tinggi

2.2 Pustakawan

2.2.1 Pengertian Pustakawan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ditandai dengan

perubahan dalam pencarian informasi yang berdampak bagi perpustakaan.

Perpustakaan bertugas menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan informasi

dituntut agar mampu memberdayakan pengetahuan dengan menggali potensi yang

dimiliki perpustakaan. Disamping itu perpustakaan sebagai salah satu penyedia

informasi harus berjalan seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi

dan kebutuhan pengguna.

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut perpustakaan harus dikelola

oleh pustakawan. Pustakawan bertanggung jawab untuk memberikan layanan

berupa informasi kepada masyarakat pengguna untuk memenuhi kebutuhan

informasi yang mereka butuhkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa

pengertian pustakawan menurut beberapa ahli.

Sulistyo-Basuki (1991 : 59) menyatakan bahwa “Pustakawan adalah

tenaga profesional yang dalam kehidupannya sehari-hari berkecimpung dalam

dunia buku”. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (2002 :

1211) “pustakawan adalah orang yang berkecimpung dibidang perpustakaan atau

ahli perpustakaan”.

Selain itu, dalam keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002

(19)

1. Pustakawan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah atau unit tertentu lainnya.

2. Pustakawan tingkat terampil adalah pustakawan yang memiliki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya Diploma II perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi atau Diploma bidang lain yang disetarakan.

3. Pustakawan tingkat ahli adalah pustakawan yang memilki dasar pendidikan untuk pengangkatan pertama kali serendah-rendahnya Sarjana Perpustakaan, Dokumentasi dan Informasi atau Sarjana bidang lain yang disetarakan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan adalah seseorang

yang bekerja pada suatu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang bertugas

memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan pengetahuan yang

diperoleh melalui pendidikan.

2.2.2 Jabatan Pustakawan

Jabatan merupakan suatu kedudukan yang menunjukkan suatu tugas,

tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai dalam rangka susunan suatu

organisasi. Jabatan Fungsional di perpustakaan terdiri dari pustakawan tingkat

terampil dan pustakawan tingkat ahli. Berdasarkan keputusan MENPAN Nomor

132/KEP/MPAN/12/2002 (2006 : 7-9) dinyatakan bahwa:

1) Jenjang jabatan Pustakawan Tingkat Terampil dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi adalah:

a. Pustakawan Pelaksana:

1. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b 2. Pengatur, golongan ruang II/c

3. Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d b. Pustakawan Pelaksana Lanjutan:

1. Penata Muda, golongan riang III/a

2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b c. Pustakawan Penyelia:

1. Penata, golongan ruang III/c

2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

2) Jenjang jabatan Pustakawan Tingkat Ahli dari yang terendah sampai yang tertinggi adalah:

a. Pustakawan Pertama;

1. Penata Muda, golongan ruang III/a

(20)

b. Pustakawan Muda:

1. Penata, golongan ruang III/c

2. Penata Tingkat I, golongan ruang III/d c. Pustakawan Madya:

1. Pembina. golongan ruang IV/a

2. Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b 3. Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c d. Pustakawan Utama:

1. Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d 2. Pembina Utama, golongan ruang IV/e.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jabatan pustakawan

merupakan jabatan fungsional yang terdiri dari dua tingkatan yaitu:

1) Pustakawan tingkat terampil terdiri dari:

a. Pustakawan Pelaksana (Gol / ruang II/b s.d II/d)

b. Pustakawan Pelaksana Lanjutan (Gol / ruang III/a s.d III/b)

c. Pustakawan Penyelia (Gol / ruang III/c s.d III/d)

2) Pustakawan untuk jenjang pustakawan tingkat ahli terdiri dari:

a. Pustakawan Pertama (Gol / ruang III/a s.d III/b)

b. Pustakawan Muda (Gol / ruang III/c s.d III/d

c. Pustakawan Madya (Gol / ruang IV/a s.d IV/c)

d. Pustakawan Utama (Gol / ruang IV/d s.d IV/e)

2.2.3 Tugas Pustakawan

Kegiatan yang dilakukan pustakawan merupakan salah satu unsur yang

dinilai dalam pemberian angka kredit sebagai salah satu kenaikan jabatan

pustakawan. Pekerjaan kepustakawanan yang terdapat dalam Buku Jabatan

Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya (2006 : 4) adalah :

Pekerjaan Kepustakawanan adalah kegiatan utama dalam unit

perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang meliputi kegiatan pengadaan,

pengolahan dan informasi, pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi baik

dalam bentuk karya cetak, karya rekam maupun multimedia, serta kegiatan

pengkajian atau kegiatan lain untuk pengembangan perpustakaan, dokumentasi

dan informasi termasuk pengembangan profesi.

Sedangkan dalam melaksanakan kegiatan kepustakawanan,

(21)

pustakawan dapat dirinci berdasarkan jabatan fungsional pustakawannya. Seperti

yang terdapat dalam Buku Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kerditnya

(2006 : 5) terdiri dari :

1. Tugas pokok Pustakawan Tingkat Terampil meliputi pengorganisasian dan pendayagunaan koleksibahan pustaka/sumber informasi, pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

2. Tugas pokok Pustakawan Tingkat Ahli meliputi pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi, pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi serta pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pustakawan selain

memiliki tugas pokok yang harus dilaksanakan juga memiliki kegiatan lain yang

dapat dinilai angka kreditnya untuk kenaikan jabatan dan pangkat.

2.2.4 Pendidikan Pustakawan

Salah satu unsur yang dapat mendukung dalam melaksanakan tugas

pustakawan adalah pendidikan. Menurut Keputusan Kepala Perpustakaan

Nasional RI Nomor 10 Tahun 2004, pendidikan pustakawan terdiri dari ;

1. Pendidikan dalan jabatan fungsional pustakawan meliputi : a. Pendidikan formal di Perguruan Tinggi meliputi :

(1). Diploma II, dan III (2) S1, S2 dan S3

b. Pendidikan dan pelatihan (diklat) dalam jabatan seperti : (1) Diklat fungsional pustakawan

(2) Diklat teknis kepustakawanan (3) Diklat non kepustakawanan 2. Pendidikan formal di perguruan tinggi

Persyaratan pendidikan di perguruan tinggi adalah :

a. Perguruan tinggi yang bersangkutan adalah perguruan tinggi negeri atau swasta yang sudah dialui/disahkan dan sudah terakreditasi oleh pemerintah (minimal akreditasi B)

b. Bidang yang diikuti diutamakan bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi. Pendidikan non perpustakaan, diutamakan bidang yang tugas dan fungsi perpustakaan di maan calon/pustakawan bertugas.

3. Pendidikan dan pelatihan dalam jabatan fungsional pustakawan meliputi :

a. Diklat fungsional pustakawan

(22)

(2) Penyelenggaraan diklat fungsional pustakawan diatur oleh Perpustakaan Nasional RI selaku instansi Pembina jabatan fungsional pustakawan.

b. Diklat teknis, adalah diklat yang diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS pada suatu unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

4. Pendidikan sekolah dan memperoleh gelar/ijazah.

Gelar atau ijazah yang diperhitungkan angka kreditnya adalah gelar/ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi yang diakui dan diakreditasi oleh Departemen Pendidikan Nasional RI dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk Pengangkatan Pertama b. 1 Kriteria

a. Diploma II/Diploma III, Sarjana Muda bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

b. Diploma II/Diploma III, Sarjana Muda bidang lain ditambah Diklat Calon Pustakawan Tingkat Terampil.

c. S1, S2, S3 bidang perpustakaan, dokuntasi dan informasi

d. S1, S2, S3 bidang lain ditambah Diklat Calon Pustakawan Tingkat Ahli termasuk program Serifikasi pendidikan bidang perpustakaan seperti :

(1) Program sertifikai Ilmu Perpustakaan yang pernah diselenggarakan oleh Universitas Indonesia.

(2) Diklat teknis perpustakaan pada 728 jan yang pernah diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan atau Perpustakaan Wilayah/Perpustakaan Daerah. Sedangkan Sulistyo-Basuki (1994 : 111) mengemukakan pendidikan

pustakawan yaitu :

Pendidikan pustakawan dikenal 2 (dua) program yaitu program nongelar dan program gelar. Program gelar mengenal tiga jenjang pendidikan ialah Stara satu atau S-1, Strata dua atau S-2, serta Strata tiga atau S-3. Sedangkan untuk program nongelar dilakukan melalui jalur program diploma. Program ini dikenal pula dengan nama Stara nol atau SO namun lebih dikenal dengan nama program diploma karenan tamatannya memperoleh diploma. Berdasarkan Peraturan Pemerintah maka program D2 dianggap setara dengan Sarjana Muda

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pustakwan

merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas pustakawan dalam

(23)

2.3 Motivasi

2.3.1 Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan suatu usaha yang dilakukan seorang pemimpin untuk

mendorong seorang pegawai agar mau bekerja keras dengan sebaik-baiknya

sehingga dapat mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Organisasi pada

dasarnya bukan saja mengharapkan tenaga kerja yang mampu, cakap dan terampil

tetapi yang terpenting mereka mau bekerja keras untuk mencapai hasil kerja yang

optimal. Dalam hal ini pimpinan dituntut untuk dapat memberikan motivasi

kepada pegawai untuk dapat bekerja sama demi tercapainya tujuan perpustakaan.

Kemampuan, kecakapan dan keterampilan pegawai tidak ada artinya bagi suatu

organisasi jika mereka tidak mau bekerja keras dengan mempergunakan

kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang mereka miliki. Untuk dapat

mengetahui lebih jelas mengenai apa motivasi tersebut dapat dilihat beberapa

pengertian pemberian motivasi menurut beberapa ahli.

Hasibuan (2005 : 95) mengemukakan bahwa: “Motivasi adalah pemberian

daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mendapat kepuasan”.

Sedangkan menurut Dubin (dalam Danim, 2004 : 15) mengartikan:

“Motivasi adalah sebagai kekuatan kompleks yang membuat seseorang

berkecimbung memulai dan menjaga kondisi kerja dalam organisasi”.

Disamping itu, Nancy (2001 : 3) mengemukakan bahwa “Motivasi adalah

semua hal-hal verbal, fisik atau psikologis yang membuat seseorang melakukan

sesuatu sebagai respon”.

Selain pendapat di atas Siagian (dalam manullang, 2001 : 193)

menyatakan bahwa “Motivasi adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja

para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi

tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis”.

Selain itu juga, A. Hitt, cs dalam Siregar (2004 : 1) dinyatakan bahwa

“Motivation is the sum of the emerging forces, both internal and external to a

person, that account, at least in part, for certain productive behavior”. Pendapat di

(24)

berasal dari dalam maupun dari luar diri seseorang, yang paling tidak sebahagian,

turut menghasilkan tindakan-tindakan produk tertentu.

Menurut Siregar, dalam bahan kuliah motivasi (2004 : 1) menyatakan

bahwa dorongan dari dalam diri sendiri (internal factor) atau faktor individual

biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah dengan :

1. Minat tertentu, dimana seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan jika kegiatan itu sesuai dengan minatnya.

2. Sikap positif, dimana seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu kegiatan, dengan demikian dia rela untuk ikut dalam kegiatan tersebut dan berusaha untuk melakukannya dengan sebaik-baiknya 3. Kebutuhan, dimana seseorang melakukan suatu kegiatan, atau kegiatan

lain dan berusaha melakukannya asalkan kegiatan itu dapat memenuhi kebutuhannya.

Pendapat di atas hampir sama dengan Terry (1985 : 168) yang menyatakan

bahwa “Motivasi diri sendiri berasal dari keinginan yang keras untuk mencapai

suatu tujuan tertentu. Tidak perduli kesulitan-kesulitan apapun yang harus diatasi.

Pemikiran-pemikiran positif dan ketaatan kepada jalannya kegiatan, yang

dinyatakan, yang juga merupakan faktor-faktor motivasi”.

Berdasarkan definisi di atas dapat diketahui bahwa hal-hal yang membuat

orang melakukan suatu pekerjaan yaitu adanya dorongan dan semangat kerja yang

diberikan oleh pimpinan secara sadar kepada para pegawai untuk melakukan

aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan organisasi.

2.3.2 Tujuan dan Manfaat Motivasi

Pemberian motivasi dari seorang pimpinan kepada pegawai pasti

mempunyai tujuan yaitu terciptanya kerja sama yang baik antara pimpinan dengan

bawahannya, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Menurut Hasibuan (1995 :

57) tujuan motivasi adalah ;

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan 2. Meningkatkan moral dan kepuasan karja karyawan 3. Meningkatkan produtivitas kerja karyawan

4. Menciptakan loyalitas dan kestabilan karyawan

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan 6. Mengaktifkan pengadaan karyawan

(25)

10.Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 11.Meningkatkan efisiensi penggunaan dan perlengkapan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya

untuk melakukan suatu pekerjaan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat

memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

Manfaat pemberian motivasi adalah terciptanya gairah kerja ataupun

semangat kerja karyawan. Arep (2004 : 219) mengemukakan bahwa manfaat

motivasi adalah sebagai berikut;

a. Pekerjaan akan selesai dengan cepat. Artinya pekerjaaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan.

b. Orang akan merasa senang melakuklan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat seseorang senang mengerjakannya.

c. Orang akan merasa berharga. Hal ini terjadi karena pertanyaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi

d. Orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi utnuk berhasil sesuai target terhadap apa yang mereka kerjakan.

e. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan.

f. Semangat juangnya akan tinggi. Hal ini akan memberikan suasana kerja yang bagus disemua bagian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi bermanfaat

untuk menumbuhkan semangat kerja dan meningkatkan kinerja tenaga kerja,

sehingga tugas dan tanggung jawab yang diemban dapat dilaksanakan dengan

baik guna pencapaian tujuan organisasi.

2.3.3 Jenis-jenis Motivasi

Motivasi sebagai daya perangsang dan pendorong untuk meningkatkan

gairah dan semangat kerja pegawai dengan latar belakang kebutuhan-kebutuhan

dan hasil kerja pegawai yang saling berbeda. Hal ini menyebabkan motivasi yang

diberikan juga berbeda dalam melakukan pekerjaan disamping adanya perbedaan

(26)

Menurut Manullang (1996 : 50), jenis-jenis insentif atau motivasi dapat

digolongkan kedalam tiga golongan yaitu:

1. Material Insentif 2. Semi Material Insentif 3. Non Material Insentif

Penggolongan jenis-jenis insentif atau motivasi tersebut di atas dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Material Insentif

Yang tergolong ke dalam jenis material insentive adalah segala daya perangsang atau daya pendorong yang semuanya dapat diberikan dengan uang dengan kata lain bahwa pegawai mau bekerja akibat rangsangan uang yang diharapkan diterima dari pimpinannya. Uang yang diharapkan dapat diterima dari pimpinan itu berupa gaji bulanan, mingguan, harian atau dalam bentuk upah. Bahwa ada juga instansi atau organisasi memberikan bonus kepada pegawai yang memiliki produktivitas kerja yang baik. Jadi yang dimaksud dengan material dalam bentuk material insentif adalah segala sesuatu imbalan yang diterima dalam bentuk uang.

2. Semi Material Insentive

Yang tergolong dalam jenis insentif atau motivasi ini adalah segala daya perangsang atau pendorong yang diberikan dalam bentuk benda misalnya dalam bentuk pemberian hadiah pada hari-hari besar seperti hari raya dan tahun baru. Bahkan yang lebih besar yakni penyediaan fasilitas, seperti fasilitas perumahan, fasilitas transfortasi dan fasilitas pakaian seragam.

3. Non Material Insentive

Yang tergolong dalam jenis insentif atau motivasi ini adalah segala daya perangsang atau pendorong yang tidak dapat dinilai dengan uang. Misalnya penempatan kerja pada posisi yang tepat, mengandalkan pendidikan dan latihan kerja secara sistematik, promosi jabatan yang objektif, pembagian kerja sesuai dengan bidang masing-masing dan sebagainya. (Manullang, 1996 : 96)

Sedangkan menurut Hasibuan (2005 : 99) jenis motivasi dapat

digolongkan menjadi 2 bagian yaitu:

1. Motivasi Positif (Insentif positif), manajer memotivasi dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.

(27)

karena meraka takut di hukum, tetapi untuk jangka waktu panjang dapat berakibat kurang baik.

Dalam penggunaan kedua jenis motivasi di atas harus tepat dan seimbang,

supaya dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Motivasi positif efektif

untuk jangka panjang, sedangkan motivasi negatif untuk jangka pendek. Tetapi

manajer harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.

2.3.4 Proses Motivasi

Teori motivasi erat hubungannya dengan pemuasan kebutuhan manusia,

untuk itu penulis terlebih dahulu menguraikan apa yang dimaksud dengan proses

motivasi. Hasibuan (2005 : 101) menyatakan bahwa proses motivasi terdiri dari:

1. Tujuan, dalam proses memotivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan orginisasi, baru kemudian para bawahan dimotivasi kearah tujuan tersebut.

2. Mengetahui Kepentingan

Dalam proses motivasi penting mengetahui kebutuhan/keinginan karyawan dan tidak hanya melihatnya dari sudut kepentingan pimpinan dan perusahaan saja.

3. Komunikasi Efektif.

Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dan efektif dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif itu diperolehnya.

4. Integrasi Tujuan

Dalam proses motivasi perlu untuk menyatukan perusahaan dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan perusahaan adalah needs complex, yaitu untuk memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan individu karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi tujuan organisasi/perusahaan dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk ini penting adanya persesuaian motivasi.

5. Fasilitas

Manajer dalam memotivasi haus memberikan fasilitas kepada perusahaan dan individu karyawan yang akan memberikan bantuan kendaraan kepada salesmen.

6. Team Work

Manajer harus menciptakan team work yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work (kerja sama) ini penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa proses motivasi dimulai

(28)

berkomunikasi secara efektif, penyatuan tujuan organisasi dan karyawan

disediakannya fasilitas penunjang dan adannya team work yang solid.

Sedangkan menurut Gibson (1996 : 341) proses motivasi berawal dari

kebutuhan uang tidak terpuaskan dan mendorong perilaku menuju kearah

pemuasan, secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 : Proses Motivasi

Gambar 1

Skema di atas menunjukkan bahwa kebutuhan yang tidak terpuaskan dapat menyebabkan ketegangan (badaniah atau rohaniah) dalam diri seseorang, mengarahkan individu tersebut untuk mengingatkan diri kepada perilaku tertentu guna memuaskan kebutuhan sehingga dapat mengurangi ketegangan. Kegiatan ini diarahkan menuju suatu sasaran. Setelah mencapai sasaran yang memuaskan kebutuhan, proses motivasi selesai.

Pendapat di atas dapat menjelaskan bahwa motivasi timbul karena adanya

kebutuhan dalam diri seseorang sehingga mereka berusaha untuk melakukan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Setelah mencapai tujuan yang

diinginkan organisasi maka proses motivasi selesai.

2.3.5 Teori Motivasi

Motivasi merupakan suatu kondisi yang memberi dorongan dari dalam diri

seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan dan

sebagainya. Menurut Gibson (1996 : 340) “Seseorang yang termotivasi akan

bekerja keras, mempertahankan langkah kerja keras, memiliki perilaku yang

dikendalikan kearah sasaran-sasaran penting”. Oleh karena itu pimpinan harus

terlebih dahulu mengetahui teori motivasi. Hasibuan (2005 : 103) mengemukakan

bahwa:

Teori motivasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Kebutuhan yang tidak terpuaskan (menciptakan keinginan untuk memenuhi kebutuhan – makanan, keamanan, kawan, pencapaian)

2. Perilaku terarah pada sasatan (tindakan untuk memenuhi kebutuhan)

(29)

1. Teori kepuasan (Content Theory)

Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung dan menghentikan perilakunya. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan kebutuhan apa yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja seseorang. Teori Kepuasan (Content Theory) ini dikenal antara lain:

1. Teori Motivasi Klasik oleh F.W Taylor.

2. Maslow’s Need Hierarcy Theory (A Theory of Human Motivation) 3. Herzberg’s Two Factor Theory oleh Frederick Herzberg.

4. Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory oleh Mc. Clelland. 5. Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory oleh

Aldefer.

6. Teori Motivasi Human Relation

7. Teori Motivasi ClaudeS. George. 2. Teori Proses

Teori motivasi proses ini pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individu”, agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan manajer. Teori motivasi proses ini, dikenal atas:

1. Teori Harapan (expectancy Theory) 2. Teori Keadilan (Equity Theory)

3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Dari kedua jenis teori di atas menjelaskan bahwa teori kepuasan

didasarkan pada pendekatan faktor-faktor kebutuhan yang ada dalam diri

seseorang mengenai hal-hal apa saja yang dapat mendaorong semangat kerja.

Sedangkan teori proses didasarkan pada proses atau cara untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Penggolongan teori motivasi di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

2.3.5.1Teori Kepuasan (Content Theory)

Ada beberapa bagian dari Teori Kepuasan (Content Theory) sebagaimana

dinyatakan oleh Hasibuan (2005 : 103) bahwa teori kepuasan terdiri dari:

a. Teori Motivasi Klasik oleh F.W.Taylor

Teori motivasi klasik dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor. Tylor

dalam Hasibuan (2005 : 104) menyatakan bahwa:

(30)

Kebutuhan dan kepuasan biologis ini akan terpenuhi ,jika gaji atau upah (uang atau barang) yang diberikan cukup besar. Jadi jika gaji atau upah karyawan dinaikkan maka semangat bekerja mereka akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa manusia termotivasi

karena adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis,

dimana kepuasan biologis tersebut berpengaruhi oleh besar kecilnya gaji atau

upah yang diperoleh.

b. Maslow’s Need Hierarchy Theory

Maslow’s Need Hierarchy Theory dikemukakan oleh Abraham H Maslow.

Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan orang banyak yaitu

kebutuhan biologis dan psikologis berupa materiil dan nonmateriil. Menurut

Maslow dalam Hasibuan, (2005 : 104) menyatakan bahwa dasar dari teori

kebutuhan adalah:

a. Manusia adalah makluk sosial yang berkeinginan; ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba.

b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya; hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi.

c. Kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat (hierarchy) sebagai berikut:

1. Physiological Needs;

Physiological Needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang seseorang berperilaku dan bekerja giat.

2. Safety and Security Needs;

Kebutuhan ini mengarah ke dalam 2 bentuk:

1. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa di tempat pekerjaan pada saat mengerjakan pekerjaan di waktu jam-jam kerja.

2. Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu jam-jam kerja.

3. Affiliation or Acceptance Needs (Belongingness)

Affiliation or Acceptance Needs adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorang pun manusia ingin hidup menyendiri di tempat terpencil

4. Esteem or Status Needs;

(31)

masyarakat lingkungannya. Idealnya prestice timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam suatu perusahaan maka semakin tinggi pula prestasinya.

5. Self Actualization.

Self Actualization adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain.

[image:31.595.119.518.94.408.2]

Teori kebutuhan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2 : Maslow’s Need Hierarcy Theory.

Sumber : Hasibuan (2005 : 108)

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa manusia termotivasi

karena adanya kebutuhan, sehingga terdorong untuk berperilaku yang sesuai

dengan yang diinginkan organisasi. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan

fsikologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan akan harga

diri serta kebutuhan pengembangan diri ataupun potensi diri.

c. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory

Teori ini dikemukakan oleh Herzberg. Herzberg dalam Hasibuan (2005 :

108) menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi

oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:

1. Maintenance Factors

Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi hal-hal gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervise yang menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas dan macam-macam tunjangan lainnya.

2. Motivation Factors

1.Physiological needs

2. Security of Safety

3. Affiliation or acceptance

4. Esteem or status

5. Self -actualization

Pemuas Kebutuhan-kebutuhan

T

ingka

t-ti

ngka

t

ke

but

uha

(32)

Motivasi factor adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.

Daft, dalam bukunya yang berjudul Manajemen (2003 : 99) Teori Dua

[image:32.595.175.475.202.440.2]

faktor secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3 : Teori Dua-Faktor Herzberg

Skema di atas menunjukkan bahwa faktor pertama yang disebut hygiene factors, yaitu ada atau tidaknya ketidakpuasan kerja seperti situasi kerja, gaji, kebijakan perusahaan dan hubungan interpersonal. Ketika hygiene factors buruk, pekerjaan menjadi tidak memuaskan. Namun, hygiene factors yang baik hanya menghilangkan ketidakpuasan. Motivator merupakan kebutuhan tingkat tinggi dan termasuk pencapaian, penghargaan , tanggung jawab, dan peluang untuk tumbuh. Ketika motivator tidak ada, pekerja bersikap netral dalam melakukan pekerjaan, tapi ketika motivator ada pekerja menjadi sangat termotivasi dan puas. (Daft, 2003 : 99)

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan,

tenaga kerja di pengaruhi oleh besarnya gaji, kondisi kerja fisik, kepastian

pekerjaan sebagai alat pemeliharaan serta prestasi, tanggung jawab menjadi

motivator bagi pekerja.

Area Kepuasan

Motivator

Pencapaian penghargaan Tanggung Jawab Kerja itu sendiri pertumbuhan pribadi

Motivator mempengaruhi tingkat kepuasan

Area Ketidakpuasan

Hygiene Factors

Situasi kerja aji dan keamanan kebijakan perusahaan penyelia Hubungan interpersonal

Hygiene factors mempengaruhi

(33)

d. Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory

Teori ini dikemukakan oleh David Mc. Clelland. Teori ini berpendapat

bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial. Mc. Clelland dalam

Hasibuan (2005 : 111) mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat

memotivasi gairah bekerja yaitu:

1. Kebutuhan akan Prestasi

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Karena kebutuhan akan prestasi ini akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.

2. Kebutuhan akan Afiliasi

Kebutuhan akan afiliasi ini menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang karena afiliasi ini akan merangsang gairah kerja seseorang.

3. Kebutuhan akan Kekuatan

Kebutuhan akan kekuasaan ini merupakan daya penggerak yang termotivasi semangat kerja seorang karyawan. Karena kebutuhan akan kekuasaan ini yang merangsang dan memotivasi gairah kerja seseorang serta menggerakkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik dalam organisasi.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kebutuhan akan prestasi,

kebutuhan akan afliasi, dan kebutuhan akan kedudukan merupakan daya

penggerak yang memotivasi karyawan untuk menggerakkan semua potensi yang

dimilikinya.

e. Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory

Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang ahli dari Yale

University. Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan yang

dikemukakan oleh Maslow. Alderfer dalam Hasibuan (2005 : 113)

mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama, yaitu:

1. Kebutuhan akan Keberadaan (Existence Needs), berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk di dalamnya Physiological Needs, dan Safety Needs, dari Maslow.

2. Kebutuhan akan Afiliasi (Relatedness Needs), menekankan akan pentingnya hubungan antar individu dan juga bermasyarakat. Kebutuhan ini berkaitan juga dengan Love Needs, dan Esteem Needs. 3. Kebutuhan akan Kemajuan (Growth Needs), adalah keinginan intrinsik

(34)

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa teori ERG menyatakan bahwa

individu bergerak secara bertahap dimana lebih dari satu kebutuhan dapat bekerja

pada saat yang bersamaan. Jika untuk mencapai pemuasan kebutuhan yang lebih

tinggi sulit dicapai, maka keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih

rendah menjadi meningkat.

f. Teori Motivasi Human Relation

Teori ini menguraikan hubungan seseorang dengan lingkungannya.

Seseorang akan berprestasi baik jika ia diterima dan diakui dalam pekerjaan serta

lingkungannya.

Menurut Hasibuan (2005 : 115) bahwa “Peranan aktif pimpinan organisasi

dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak pribadi dengan bawahannya yang

dapat membangkitkan gairah kerja.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori motivasi human relation

menitikberatkan pada cara pimpinan dalam memotivasi bawahan secara adil dan

bijaksana.

g. Teori Motivasi Claude S. George

Hasibuan (2005 : 115) menyatakan bahwa seseorang mempunyai

kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia

bekerja, yaitu:

1. Upah yang layak

2. Kesempatan untuk maju 3. Pengakuan sebagai individu 4. Keamanan kerja

5. Tempat kerja yang baik 6. Penerimaan oleh kelompok 7. Perlakuan yang wajar 8. Pengakuan atas prestasi.

Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa teori motivasi Claude S. George

erat hubungannya dengan tempat dan suasana lingkungan kerja serta

upah/imbalan yang di terima karyawan promosi jabatan, kesempatan untuk

pengenbangan diri, serta pengakuan atas pretasi kerja. Teori ini tidak hanya

(35)

2.3.5.2 Teori Proses (Process Theories)

Teori proses berkenaan dengan bagaimana perilaku dimulai dan

dilaksanakan. Menurut Hasibuan (2005 : 116) teori proses terdiri dari 3 jenis teori

yaitu: Teori Harapan (Expectancy Theory), Teori Keadilan (Equity Theory), Teori

Pengukuhan (Reinforcement Theory).

Penggolongan jenis-jenis teori proses tersebut di atas dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom. Teori ini membahas

tentang kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam

mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal-balik antara apa yang

ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Menurut Adams yang dikutip

oleh Daft (2003 : 101) menyatakan bahwa “Orang dimotivasi untuk mencari

ekuitas sosial dalam penghargaan yang mereka harapkan dari berkinerja”.

Selain pendapat di atas Vroom dalam Hasibuan (2005 : 117) menyatakan

bahwa teori harapan didasarkan atas:

1. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena prilaku. Harapan mempunyai nilai yang berkisar antara “nol” sampai positif “satu”. Harapan nol menunjukkan bahwa tidak ada kemungkinan sesuatu hasil akan muncul sesudah perilaku atau tindakan tertentu dilakukan. Harapan positif satu menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan muncul mengikuti suatu tindakan atau perilaku yang telah dilakukan.

2. Nilai (Valence), adalah akibat perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu (daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu bersangkutan.

3. Pertautan (Instrumentality), adalah persepsi diri individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Pertauatan dapat mempunyai nilai yang berkisar “nol” dan “minus satu.

Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa teori harapan memfokuskan

analisis pada tiga hubungan yaitu hubungan upaya dengan kinerja, hubungan

kinerja dengan imbalan, hubungan imbalan dengan tujuan pribadi. Penilaian kerja

yang baik akan berakibat pada imbalan yang lebih besar, seperti bonus, kenaikan

(36)

b. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori keadilan merupakan hal yang normal dan manusiawi apabila dalam

kehidupan seseorang mengharapkan perlakuan yang adil. Ego manusia

menginginkan keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap

setiap perilaku yang relatif sama. Hasibuan (2005 : 121) menyatakan bahwa :

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi atasan harus bertindak alai terhadap semua bawahannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara objektif. Pemberian kompensasi atau hukuman harus berdasarkan atas penilaian yang adil.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa seorang manajer penting untuk

memahami konsekuensi apa yang mungkin timbul apabila karyawan merasa

mendapat perlakuan yang tidak adil. Dalam kaitan ini, harus ditekankan bahwa

adil atau tidaknya perlakuan terhadap seseorang dikaitkan bukan dengan

pemuasan kebutuhan primernya, akan tetapi dengan semua jenis kebutuhan

lainnya.

c. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan

pemberian kompensasi. Teori pengukuhan merupakan satu teknik untuk

membentuk perilaku para bawahan karena ia adalah penguatan sistematik, yang

melaluinya perilaku para bawahan akan semakin dekat pada bentuk perilaku yang

diinginkan.

Menurut Siagian (2003 : 112) ada empat metode yang dapat digunakan

oleh para manajer untuk membentuk perilaku para bawahannya yaitu:

1. Penguatan yang bersifat positif adalah teknik yang berakibat pada sesuatu yang nikmat sebagai respons atau stimulus tertentu, sehingga timbul perilaku dalam bentuk keinginan untuk mengulangi perilaku yang sama.

2. Penguatan yang bersifat negatif adalah teknik yang berakibat pada sesuatu tidak enak sebagai respons atas stimulus tertentu, sehingga timbul keinginan untuk tidak mengulangi perbuatan serupa.

3. Hukuman adalah bentuk lebih berat dari penguatan negatif.

(37)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuhan selalu

berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh

suatu stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman selalu

berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan itu

diikuti rangsangan yang bersyarat.

2.3.6 Teknik-teknik Memotivasi

Salah satu keahlian yang perlu diimiliki seorang pemimpin baik secara

konseptual maupun dalam memberdayakan sumber daya dan sarana prasarana

untuk menimbulkan motivasi dari setiap bawahan untuk bekerja secara efektif dan

efesien adalah menguasai teknik-teknik motivasi. Menurut Hasibuan (2005 : 100)

teknik-teknik memotivasi adalah:

1. Metode Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi (materiil dan nonmaterial) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawn untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain sebagainya.

2. Motivasi Tidak Langsung (Inderect Motivation), adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas, sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi langsung

maupun motivasi tidak langsung memiliki tujuan yang sama yaitu untuk

mengarahkan kemauan kerja bawahan, dimana motivasi langsung ini besar

pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga

produktivitas kerja meningkat.

Agar seluruh tenaga kerja perpustakaan dapat melaksanakan

tugas/kewajiban dengan penuh tanggung jawab diperlukan teknik-teknik motivasi.

Menurut Siagian (1988 : 45-48) ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk

mendorong bawahan, agar memiliki gairah kerja lebih baik yaitu:

a. Bawahan jangan direndahkan

b. Jangan mengkritik seseorang bawahan di muka orang lain c. Berilah perhatian pada karyawan

d. Hindarilah anak emas/pilih kasih e. Bantulah pegawai anda

(38)

g. Tegaslah mengambil keputusan.

Pimpinan dan pegawai harus merasa dekat di dalam melaksanankan

tugasnya, sebab pimpinan adalah pejuang bagi bawahannya sehingga mereka

bergairah dalam meningkatkan hasil kerjanya. Selain itu, menurut Strauss dan

Sayles (dalam Wahjosumidjo, 1987 : 198) ada lima macam teknik memberikan

motivasi yaitu:

1. Teknik kekerasan, dapat dilakukan dengan pemaksaan untuk bekerja dengan ancaman, dimana cara ini tidak memberikan rangsangan untuk bekerja lebih baik, akan tetapi dapat mengakibatkan pegawai akan melawan.

2. Bersikap baik, teknik bersikap baik sangat diperlukan pegawai karena akan memberikan kondisi kerja yang baik.

3. Melalui perundingan, dilakukan terhadap hasil kerja dengan imbalan yang akan diberikan pimpinan terhadap pegawai, misalnya dalam bentuk kenaikan pangkat/jabatan, penambahan gaji, dan lain-lain. 4. Berkompetisi, teknik kompetisi dapat mengakibatkan persaingan yang

berlebihan sehingga dapat merusak organisasi.

5. Internalisasi, merupakan suatu teknik motivasi yang memperhatikan perluasan pekerjaan, penggiliran pekerjaan, mempererat persahabatan dan rasa kebersamaan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik memotivasi terdiri

dari teknik kekerasan, bersikap baik, melalui perundingan, berkompetisi, dan

internalisasi. Dalam memberikan motivasi hendaknya menggunakan teknik yang

bersikap baik, karena teknik-teknik tersebut dapat diterima pegawai sehingga

tercapai hasil kerja yang baik.

2.3.7 Kendala-kendala dalam Memotivasi

Pemberian motivasi pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk

meningkatkan produktivitas kerja. Pimpinan selaku penganggung jawab suatu

organisasi mempunyai peranan yang besar dalam menggerakkan pegawai agar

mau bekerja samam untuk mencapai tujuan perpustakaan. Pimpinan dalam

memberikan motivasi pastilah mendapatkan kendala-kendala. Menurut Hasibuan

(2005 : 102) menyatakan bahwa kendala-kendala motivasi terdiri dari:

(39)

b. Kemampuan perusahaan terbatas dalam menyediakan fasilitas dan insentif

c. Manajer sulit mengetahui motivasi kerja setiap individu karyawan d. Manajer sulit memberikan insentif yang adil dan layak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan

motivasi yang efektif hendaknya seorang pimpinan dapat mencari jalan keluar

yang tepat dari kendala-kendala motivasi tersebut.

2.4 Insentif

2.4.1 Pengertian Insentif

Metode insentif yang adil dan layak merupakan daya penggerak yang

merangsang terciptanya pemeliharaan karyawan. Karena dengan pemberian

insentif karyawan merasa bahwa mereka mendapat perhatian dan pengakuan

terhadap produktivitas yang dicapai, sehingga semangat kerja dan sikap loyal

karyawan akan lebih baik.

Pemberian insentif dimaksudkan untuk meningkatkan prestasi kerja dan

mempertahankan karyawan yang mempunyai produktivitas kerja yang tinggi

untuk tetap berada di dalam perusahaan.

Insentif merupakan rangsangan yang diberikan kepada karyawan dengan

tujuan untuk mendorong karyawan agar bertindak dan berbuat sesuatu untuk

tujuan perusahaan. Hal ini berarti insentif merupakan suatu bentuk motivasi bagi

karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk

mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

Menurut Sarwoto (1996 : 144) “Insentif adalah sarana motivasi, dapat

berupa perangsang atau pendorong yang diberikan dengan sengaja kepada para

pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk

berprestasi bagi perusahaan”.

Sedangkan menurut Terry (1964 : 94) bahwa “Incentive is an important

actuating tool. Human being tend to strive more itensely when the reward for

accomplishing satisfies their personal demand”. Pendapat di atas dapat diartikan

bahwa insentif adalah suatu alat penggerak yang penting. Manusia cenderung

untuk berusaha lebih giat apabila balas jasa yang diterima memberikan kepuasan

(40)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa insentif

merupakan salah satu bentuk rangsangan atau motivasi yang sengaja diberikan

kepada karyawan untuk mendorong semangat kerja karyawan agar mereka dapat

meningkatkan produktivitas kerja dalam mencapai tujuan organisasi.

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Insentif.

Pada prinsipnya pemberian insentif harus memenuhi kejelasan tujuan dan

sasaran, prinsip keadilan dan prinsip kompensasi itu sendiri yang bersifat

penghargaan dan keterbukaan, dan prinsip kejelasan

Gambar

Gambar 1 : Proses Motivasi
Gambar 2 : Maslow’s Need Hierarcy Theory.
Gambar 3 : Teori Dua-Faktor Herzberg
Gambar 4 :   Model hubungan insentif dengan produktivitas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah pustakawan pada Perpustakaan USU merasa jenuh dengan pekerjaan mereka saat ini, data menunjukkan bahwa 5 responden (14,29%) menjawab mereka jenuh

Penelitian ini merupakan skripsi pada Program Strata-1 Ilmu Perpustakaan Dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang mengangkat masalah “

Judul Kertas Karya :Penerapan kode etik pustakawan dalam melakkan pelayanan terhadap pengguna pada perpustakaan9. universitas muhammadiyah sumatera

Dalam Melakukan Pelayanan Terhadap Pengguna Pada Perpustakaan Universitas. Muhammadiyah

Pertanyaan yang ditujukan kepada pustakawan mencakup bagaimana proses pengelolaan layanan pengguna tunanetra di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Sumatera

beroperasi pada Januari 2012, (8) Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Ilmu Budaya mulai.. Universitas

PERAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Hubungan Dengan pengguna.. Pengguna atau user adalah orang yang menggunakan fasilitas

Sitohang, Morina Ursula (2016) Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi (Bpad) Provinsi Sumatera Utara.. Pengantar Ilmu