• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA (Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA (Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN

MATERI POKOK EKOSISTEM

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

RAPENDA ESANTINO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP

AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA

(Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

RAPENDA ESANTINO

Berdasarkan hasilobservasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMP N 1 Natar, diketahui bahwa aktivitas dan penguasaan materi oleh siswa masih rendah. Hal tersebut terlihat dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran antara lain pembelajaran yang biasanya digunakan adalah metode diskusi, yaitu guru memberikan penjelasan, kemudian tanya jawab, dan ditutup dengan pemberian tugas atau latihan, sehingga keterlibatan siswa kurang optimal dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,perlu adanya kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT.

(3)

kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan N-gain yang dianalisis dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata serta uji Mann-Whitney U yang dianalisis dengan bantuan program SPSS 17. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peningkatan penguasaan materi oleh siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompokkontrol (eksperimen = 28,84%; kontrol = 0,8%). Rata-rata persentase peningkatan aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Pada kelas eksperimen = 80,39%, sedangkan kelas kontrol = 58,52% . Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipeNHT

berpengaruh terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.

(4)
(5)
(6)
(7)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ...1

B. Rumusan Masalah ... ...5

C. Tujuan Penelitian ... ...5

D. Manfaat Penelitian ... ...5

E. Ruang Lingkup Penelitian ...6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran ... ....10

B. Model Pembelajaran Kooperatif ... ....11

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ...12

D. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran ... …15

E. Penguasaan Materi Pembelajaran Biologi ... …18

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ...21

B. Populasi dan Sampel ... ...21

C. Desain Penelitian ... ...21

D. Prosedur penelitian ... ...22

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... ...28

F. Teknik Analisis Data ... ...29

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... ...36

(8)

xiv

B. Saran ... ...50

DAFTAR PUSTAKA ... ...52

LAMPIRAN 1. Silabus ... 55

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 58

3. Lembar Kerja Siswa ... 77

4. Soal Pretes dan Postes ... 107

(9)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan. Menurut UU No. 2 Tahun 1989 dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin

perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.Oleh karena itu pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan

mengembangkan kualitas sumber daya manusia (Tirtarahardja, 2008:130-131).

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan mengikuti prinsip–prinsip khas yang edukatif yaitu kegiatan yang berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun pemahaman (Musclich, 2008:48). Dalam KTSP, Pembelajaran yang dikembangkan berfokus pada tiga ciri utama yaitu:

pembelajaran yang berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar yang relevan dan konstektual serta mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa (Muslich, 2007:20).

(10)

Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012, penguasaan materi siswa pada materi pokok ekosistem masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70, Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 58 dengan persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai ≤ 70 adalah 60%. Hasil wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1 Natar menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan diskusi.

Guru masih menggunakan metode ceramah dan kadang-kadang dengan metode diskusi. Aktivitas siswa juga cenderung pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting saja. Menurut Sardiman (2007:95), aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi pendidikan sekarang mengutamakan aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran.

(11)

optimal sehingga secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Demikian salah satu upaya untuk memperbaiki hasil belajar siswaadalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran berkaitan erat dengan materi dan pokok bahasan yang disampaikan.Setiap model memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Berdasarkan permasalahan tersebut, upaya yang diduga tepat untuk memperbaiki kualitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran tipe

Numbered Head Togethet (NHT) yang merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2010:82).

Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT menurut Slavin dalam Isjoni (2010:15) adalah suatu model pembelajaran siswa dalam kelompok kecil terdiri 4-6 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen.Sintak pelaksanaan pembelajaran tipe NHT Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor, Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja

(12)

Dengan demikian, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka (Huda,2011: 65).

Penggunaan setiap model pembelajaran akan memberikan efek yang berbeda pada hasil belajar siswa dalam setiap pembelajaran. Pemilihan model

pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan.Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Model pembelajaran kooperatif NHT memberi

kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat kerjasama mereka (Lie dalam Erika, 2011:19). Dengan demikian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan baik maka akan meningkatkan hasil belajar siswa dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi siswa dalam materi pokok

(13)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap aktivitas belajar pada materi pokok ekosistem?

2. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap aktivitas belajar pada materi pokok ekosistem.

2. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

D.Manfaat penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi guru yaitu menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran biologi.

(14)

3. Bagi sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran biologi di sekolah dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT di sekolah.

4. Bagi peneliti yaitu memberikan pengalaman mengajar sebagai calon guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di sekolah.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang memiliki 4 struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban..

2. Aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu (1) bekerja sama dengan kelompok, (2) mengajukan pendapat, (3) kemampuan mempresentasikan hasil diskusi kelompok, (4) kemampuan mengajukan pertanyaan, dan (5) kemampuan menjawab pertanyaan.

3. Penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-gain pada materi pokok ekosistem.

(15)

5. Materi pelajaran yang diteliti yaitu materi pokok ekosistem dengan kompetensi dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem yang terdapat pada KD 7.1 IPA SMP kelas VII.

F. Kerangka Pikir

Biologi merupakan ilmu yang dikembangkan melalui kemampuan

pemahaman, menganalisa, dan memecahkan masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Suatu proses pembelajaran tidak semua sistem belajar akan berjalan seperti apa yang diinginkan. Keanekaragaman sifat dan perilaku siswa adalah salah satu faktor penyebab ketidaktuntasan di dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dipakai dalam proses belajar juga mempunyai dampak yang sangat besar terhadap aktivitas belajar dan penguasaan materi yang diterima oleh siswa.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada siswa dengan harapan terjadinya respon yang positif pada diri siswa. Guru harus mampu memberi stimulus dalam proses pembelajaran agar siswa memberi respon positif. Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan juga akan berpengaruh pada penguasaan materi yang diterima siswa akan optimal.

(16)

kritis, serta ada kemauan membantu teman. Model ini juga menekankan pada aktivitas interaksi diantara siswa untuk saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang optimal.

Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah varibel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi oleh siswa. Hubungan antara variabel tersebut di gambarkan dalam diagram berikut ini:

Keterangan :

X =Model pembelajaran tipe NHT, Y1=Aktivitas belajar siswa, serta Y2=Penguasaan materi oleh siswa.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Hipotesis :

Pengaruh penerapan model pembelajaran tipe NHT terhadap aktivitas belajar oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

2. Hipotesis statistik :

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran

Kooperatif tipe NHT terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

X

(17)

H1 : Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat, dan

kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu (Sanjaya, 2009:26).

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan sumber belajar.

Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penugasan yang baik terhadap materi pembelajaran.

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik. masing-masing perilaku dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotorik adalah berbeda-beda, maka selanjutnya memerlukan desain perencanaan pembelajaran yang berbeda juga (Sanjaya, 2009:28).

(19)

Slavin (1995):58 menyebutkan bahwa:

Cooperative learning refers to a variety of teaching methods in which students works in a small groups to help one another learn academic content. In

cooperative classroom, student are expected to help each other, to discuss and argue with each other, to asses other’s current knowledge in fill in graps in each other understanding.

Pendapat di atas menyebutkan bahwa belajar bekerjasama berkenaan dengan berbagai macam metode pembelajaran yang perwujudan realnya siswa bekerja dalam group-group kecil dan saling membantu belajar materi akademis.

Selanjutnya Djahiri menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan

kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka

pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah (dalam Isjoni, 2007:19).

Lie (2000:38) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang

terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang (Dalam Isjoni, 2007:16).

(20)

pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok kecil dimana dalam kelompok tersebut siswa saling bekerja sama dan saling membantu dalam belajar sehingga tercipta proses pembelajaran yang dapat memanfaatkan semua potensi akademik dan komunikasi dan kerjasama, saling menghormati dan menghargai antar anggota kelompok.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Huda (2011: 87-88) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

NHTtermasuk kedalam kelompok pembelajaran kooperatif informal(informal cooperative learning group). Kelompok pembelajaran kooperatif informal merupakan jenis pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja sama hanya untuk sekali pertemuan saja. Kelompok pembelajaran kooperatif informal dibentuk untuk memfokuskan perhatian siswa pada materi yang dipelajari, menciptakan setting dan mood yang kondusif untuk belajar, memastikan siswa memproses materi yang sudah diajarkan, dan menjadi kegiatan penutup

(closure) diakhir pelajaran.

Lie (2004:59) mengungkapkan teknik belajar mengajar NHT dikembangkan oleh Kagan . Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja-sama mereka.Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

(21)

1. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” Atau berbentuk arahan, misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah kota provinsi yang terletak di

Pulau Sumatera.”

c. Fase 3: Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

(22)

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas (Trianto, 2010: 82-83).

Teknik ini merupakan pengembangan dari teknik kepala bernomor. memudahkan pemberian tugas, memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok, dan dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Langkah-langkah model pembelajaran NHT :

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

3. Jika perlu (untuk tugas-tugas yang sulit), guru juga bisa melibatkan kerja sama antar kelompok. Siswa diminta keluar dari kelompoknya dan

bergabung bersama siswa-siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dengan demikian, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja mereka.

Catatan model pembelajaran kooperatif tipe NHT :

(23)

nomornya sepanjang semester. Agar ada pemerataan tanggung jawab,

penugasan berdasarkan nomor bisa diubah-ubah dan diselang-seling. Misalnya, jika pada pertemuan hari ini siswa-siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data,maka pada pertemuan-pertemuan selanjutnya mereka bisa diminta untuk bertugas melaporkan hasil kerja sama. Begitu pula dengan siswa-siswa nomor 2, 3, dan 4.

Variasi model pembelajaran NHT :

Teknik kepala bernomor ini juga bisa digunakan untuk mengubah komposisi kelompok dengan lebih efisien. Pada saat-saat tertentu, siswa bisa diminta keluar dari kelompok yang biasanya dan bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dari kelompok lain. Cara ini bisa digunakan untuk mengurangi kebosanan/kejenuhan jika guru mengelompokkan siswa secara permanen (Huda,2011: 65).

4. Aktivitas Belajar Siswa

(24)

Sardiman (2008:100) mengungkapkan bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proes belajar mengajar merupakam rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi belajar. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di

masyarakat.

Hal ini didukung oleh pernyataan Piaget (dalam Rohani, 2004:7) berikut ini. “Seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat.Tanpa berbuat anak tak berpikir.Agar ia berpikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri”.

Rohani (2004:7) berpendapat bahwa berpikir akan timbul setelah individu berpikir pada taraf perbuatan. hal ini sesuai dengan prinsip learning by doing-learning by experience.Seorang guru hanya dapat menyajikan dan

menyediakan bahan pembelajaran, peserta didiklah yang mengolah dan mencernanya sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakangnya.

Menurut Hamalik (2009:1175) penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, oleh karena:

(25)

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral.

3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. Memupuk disiplin kelas dan suasanan belajar menjadi demokratis. 6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara

orang tua dengan guru.

7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalistis.

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat, Diedrich (dalam Sardiman 2008:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c. Listeningactivities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram,

charta, poster.

f. Motor activities, yang masuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh, misalnya: mencari informasi, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

(26)

5. Penguasaan Materi Siswa

Pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran diharapkan bagi siswa mampu menguasai materi pelajaran. Penguasaan materi merupakan

kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2008:115). Selanjutnya Awaluddin (2008:1) menyatakan bahwa materi pembelajaran merupakan

informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Sudijono (2008:50) menyatakan bahwa ranah kognitif terdiri dari 6 jenis sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat

(27)

3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.

4. Analisis (analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor yang lain.

5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. Penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

(28)

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru

mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 2007:195-196).

Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui melalui pedoman

penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka dikategorikan baik, bila 55 ≤ nilai siswa <

(29)

III.METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 1 Natar, Lampung Selatan Tahun Ajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMPN 1 Natar semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 12 kelas.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling

(Margono, 2005:127). Pada tahap pertama, dari seluruh populasi yang ada dilakukan random dan diambil dua kelas secara acak sebagai sampel penelitian, kelas yang terpilih yaitu VIID dengan jumlah siswa 34 siswadan VIIC dengan jumlah 33 siswa. Kemudian dari dua kelas yang terpilih dilakukan random kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga terpilih kelas VIID sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

(30)

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2

II O1 C O2

eksperimen dan kelas kontrol mendapat tes awal (pretes) dan tes akhir (postes).

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

I = Kelompok eksperimen (kelas VIID), II = Kelompok kontrol (kelas VIIc), X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model NHT, C = Perlakuan di kelas kontrol (diskusi kelompok), O1= Pretes, O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari kedua tahap tersebut adalah:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada penelitian sebagai berikut :

1. Membuat surat izin penelitian untuk sekolah tempat akan diadakannya penelitian.

2. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. 3. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

(31)

4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelas kontrol.

5. Membuat lembar kerja siswa yang akan dikerjakan dalam kelompok dan membuat instrumen evaluasi kognitif berupa soal pretes dan postes.

6. Membentuk kelompok-kelompok siswa dalam kelas eksperimen dan kontrol, setiap kelompok terdiri atas lima anggota.

7. Membuat intrumen lembar observasi aktivitas belajar siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model kooperatif tipe NHT untuk kelas eksperimen dan metode diskusi kelompok untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan.

Langkah-langkah pembelajaran

A.Kelas Eksperimen (Pembelajaran model tipe NHT) Pendahuluan I

a. Kegiatan Awal

-Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk pilihan jamak mengenai materi ekosistem.

-Siswa mendengarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran. -Siswa diberi apersepsi :

Pertemuan I: ”pernahkah kalian memperhatikan suatu lingkungan,

(32)

menyebutkan mana sajakah yang termasuk benda mati(abiotik) dan mana yang termasuk makhluk hidup(biotik)?”

Pertemuan II: ”pernahkah kalian melihat kupu-kupu yang menghisap nektar, atau benalu yang melekat pada tumbuhan inang? Tahukah kalian interaksi apa yang terjadi di sana? Saling menguntungkan, merugikan, atau tidak berpengaruh satu sama lain?”

-Siswa memperoleh motivasi:

Pertemuan I: ”Dengan mempelajari materi serta memahami konsep

tersebut siswa dapat membedakan antara makhluk hidup(biotik) dengan benda-benda mati(abiotik)”.

Pertemuan II: ”Dengan mempelajari materi serta memahami konsep tersebut siswa akan menghargai dan menjaga setiap komponen dalam suatu ekosistem untuk memelihara keseimbangan di dalamnya”.

b. Kegiatan inti

 Siswa diberi penjelasan tentang langkah-langkah dari model

pembelajaran NHT.

 Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok

terdiri dari 5 orang yang heterogen baik dari akademik maupun jenis kelamin.

 Masing-masing siswa diberi kartu bernomor sehingga setiap

siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

(33)

Pertemuan I: Diberikan LKS mengenai Komponen-komponen penyusun dalam ekosistem.

Pertemuan II: Diberikan LKS mengenai hubungan saling ketergantungan yang terjadi dalam ekosisem. Pada tahap ini terjadi kerja sama antar anggota kelompok, pemahaman tiap anggota kelompok dalam memahami materi pembelajaran akan menjadi tanggung jawab kelompok.

 Siswa dibimbing dalam mengerjakan tugas dalam kelompok.

 Setelah siswa selesai berdiskusi dan mengerjakan tugas, guru

memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari masing-masing kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangannya lalu menyampaikan jawabannya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan bimbingan guru. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban-jawaban yang diajukan.

 Menjelang akhir waktu, siswa diberikan penjelasan dan

penegasan lebih lanjut serta diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

 Siswa diminta untuk mengumpulkan LKS hasil diskusi.

c. Kegiatan Penutup

-Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan dibimbing oleh guru.

(34)

B.Kelas Kontrol (Pembelajaran metode diskusi) a. Kegiatan Awal

-Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan I berupa soal pilihan jamak mengenai materi ekosistem

-Siswa mendengarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran. -Siswa diberi Apersepsi :

Pertemuan I: ”pernahkah kalian memperhatikan suatu lingkungan,

dalam sebuah kebun misalnya, tentu kalian dapat menemukan makhluk hidup dan benda-benda mati di sana, bisakah kalian menyebutkan mana sajakah yang termasuk benda mati dan mana yang termasuk makhluk hidup?”

Pertemuan II: ” pernahkah kalian melihat kupu-kupu yang

menghisap nektar, atau benalu yang melekat pada tumbuhan inang? Tahukah kalian interaksi apa yang terjadi di sana? Saling

menguntungkan, merugikan, atau tidak berpengaruh satu sama lain? -Siswa diberi motivasi

Pertemuan I: ”Dengan mempelajari materi serta memahami konsep

tersebut siswa dapat membedakan antara makhluk hidup(biotik) dengan benda-benda mati(abiotik)”.

(35)

b.Kegiatan Inti

-Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok berjumlah 4-6 orang dan pembagian kelompok dilakukan pada pertemuan pertama).

-Guru membagikan LKS pada siswa :

Pertemuan I : Diberikan LKS mengenai komponen-komponen penyusun dalam ekosistem

Pertemuan II : Diberikan LKS mengenai hubungan saling ketergantungan yang terjadi dalam ekosisem. -Siswa mengkaji literatur untuk mengerjakan tugas dengan

berdiskusi

-Salah satu siswa dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain memperhatikan dan mendengarkan.

- Guru memberikan evaluasi dari tugas yang telah diberikan. -Siswa diminta untuk mengumpulkan LKS hasil diskusi. d.Kegiatan Penutup

-Siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari yang dibimbing oleh guru.

(36)

E.Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan penguasaan materi pada materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai rata-rata pretes dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan nilai postes, kemudian dianalisa secara statistik.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini digunakan data pendukung berupa aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar

observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: bekerja sama dalam kelompok, mengajukan pendapat, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan.

b.Pretes dan Postes

(37)

pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah 20 butir soal dalam bentuk pilihan jamak. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S = R x 100

N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = Jumlah skor dari item yang dijawab benar

N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112). Adapun persentase peningkatan pada tiap indikator penguasaan materi dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut.

%peningkatan = ̅ N-gain

Keterangan: ̅N-gain= nilai rata-rata N-gain indikator penguasaan materi yang dicari

Selanjutnya, untuk mengetahui rata-rata peningkatan penguasaan materi siswa untuk tiap butir soal pretes dan postes digunakan rumus sebagai berikut.

P = x 100

Keterangan: P = poin yang dicari; f = jumlah skor penguasaan materi yang diperoleh oleh siswa; N = jumlah poin maksimum untuk tiap indikator penguasaan materi

Setelah presentase dan poin peningkatan penguasaan materi diperoleh, presentase dan poin tersebut kemudian diinterpretasikan sebagai kriteria sesuai dengan Tabel 2 berikut.

f

(38)

Tabel 2. Kriteria peningkatan penguasaan materi oleh siswa Sumber: Arikunto (2008: 245)

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan untuk mengetahui kemampuan penguasaan materi oleh siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan LKS dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT,

sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS dengan metode diskusi.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Meltzer, dalam Coletta dan Phillips (2005: 1) yaitu:

(39)

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

฀ Hipotesis

H0= Sampel berdistribusi normal H1= Sampel tidak berdistribusi normal

฀ Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).

2. Uji Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Pengujian

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13).

(40)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13).

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto,2004:10).

4. Uji hipotesis dengan ujiMann-Whitney U Ho: μ1= μ2

H1 : μ1 ≠ μ2 1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

(41)

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166). 5. Pengolahan Data Indikator Kognitif

 Menentukan data untuk skor indikator kognitif dengan

menggunakan rumus :

Keterangan : P = Point yang dicari; f = jumlah poin kognitif yang diperoleh; N = jumlah total point kognitif tiap indikator.

(Sudijono, 2004: 40).

 Setelah data diolah dan diperoleh pointnya, maka skor untuk

indikator kognitif disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria skor indikator Penguasaan Materi

Point Kriteria 80.1-100 Sangat tinggi 60.1-80 Tinggi 40.1-60 Sedang 20.1-40 Rendah 0.1-20 sangat rendah Sumber: Fithria, (2012:37).

6. Pengolahan Data Aktivitas siswa

Data aktivitas siswa diperoleh melalui observasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

(42)

100

n: Jumlah skor maksimum (dalam Widiyaningrum, 2010:44). Tabel 2. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

No Nama

Aspek Aktivitas Belajar Siswa

A B C D E

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: A.Bekerja sama dalam kelompok

1) Tidak bekerja sama dalam kelompok

2) Bekerja sama dalam kelompok tetapi hanya satu atau dua teman

3) Bekerja sama dalam kelompok dengan semua anggota kelompok

B.Mengajukan Pendapat

1) Tidak mengajukan pendapat

2) Mengajukan pendapat tetapi tidak relevan dengan materi 3) Mengajukan pendapat yang relevan dengan materi

(43)

C.Mempresentasikan hasil diskusi kelompok :

1) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

3) Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan sistematis dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar.

D.Mengajukan Pertanyaan

1) Tidak mengajukan pertanyaan

2) Mengajukan penrtanyaan tetapi tidak relevan dengan materi 3) Mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi E. Menjawab Pertanyaan

1) Tidak menjawab pertanyaan

2) Menjawab pertanyaan tetapi tidak relevan dengan materi 3) Menjawab pertanyaan yang relevan dengan materi. 2. Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai

klasifikasi pada tabel 2.

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Kategori Indeks Aktivitas Siswa (%) Interprestasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa

2. Ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhdap peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:

Sebelum melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran NHT

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bumi Aksara : Jakarta. Arsyad, A. 2006. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar. http://andhysastera.blogspot.com/ (online) (10

Desember 2010).

Belina,W.W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa Dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya

Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian eksperimen pada siswa kelas VIII di salah satu SMP Swasta di kota Bandung). Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika UPI Bandung. http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/ (online) (13 januari 2011).

Cahyadi, C. 2010. Joyfull Learning.

http://cecepassaadatain.wordpress.com/2010/12/15/joyfull-learning/. (29 oktober 2012; 23:12 WIB).

Carolina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin

Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis.

(Skripsi). Bandar Lampung. Universitas Lampung

Colleta, V.P dan J.A. Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Department of Physics, Loyola Marymount University. California.

Daryanto, H. 2007. Evaluasi Pendidikan. PT Rineka Cipta : Jakarta.

Erika. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Terhadap Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan Kelas VII SMP Negeri 1 Bandar

(46)

Fithria, D.M. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ciri-ciri

Makhluk Hidup. (Skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Hake, R. 1999. Analyzing chango/gain scores. Indiana University. USA. http://hake.files.wordpress.com/ (online) (4 Maret 2011).

Hamalik, O. 2004. PendidikanGuru Berdasarkan Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara.Jakarta.

Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/modelpembelajarannhtnumbered -head-together/. (12 Januari 2013, 20:13 WIB).

Huda, M. 2012. Cooperatif Learning. CV Alfabeta: Bandung. Isjoni. 2010. Cooperative learning. CV Alfabeta: Bandung.

Lie,A. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Grasindo : Jakarta.

Lie, A. 2008. Cooperative Learning. PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta. Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta.

Muslich, M. 2008. KTSP. Bumi Aksara. Jakarta.

Pratisto. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Gramedia : Jakarta.

Purwanto, M.N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC : Surabaya. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. PT Rineka Cipta. Jakarta Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group.

Jakarta

(47)

Sardiman, A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press : Yogyakarta.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito : Bandung.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning ( Theory, Research and Practice) Second Edition. Allyn and Bacon. Boston.

Thoha, M.C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta. Trianto. 2010. ModelPembelajaran Terpadu. PT Bumi Aksara : Jakarta.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovafif-Progresif. Kencana Prenada Media Group : Jakarta.

Tirtarahardja, A dan La, S. 2008. Pengantar Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta. Widiyaningrum, N. 2010. Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Unila

Zulaila, A. 2006. Penerapan Pembelajaran Tipe Kepala Bernomor Terhadap

Gambar

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)
Tabel 2. Kriteria peningkatan penguasaan materi oleh siswa
Tabel 1. Kriteria skor indikator Penguasaan Materi
Tabel 2.  Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara penggunaan metode mengajar, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dan pengalaman mengajar guru dengan tingkat motivasi beiajar geografi siswa SMA Negeri di

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

To assist these management activities, PWD had prepared several guidelines and procedures mainly known as SPK (System of Quality Measurement) and Skala (Online

Saya akan berperan lebih banyak selama belajar matematika dalam kelompok pada hari-hari yang akan datang dan saya yakin hal itu bisa saya lakukan. Berdoalah sebelum

Pada tahap ini guru melakukan penilaian terhadap siswa. Penilaian yang dilakukan disini adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar. Untuk aktivitas, penilaian yang

Pengembangan teknologi perlakuan karantina perlu dilakukan untuk mengeliminasi OPTK yang terbawa umbi sekaligus menghilangkan daya tumbuh (devitalisasi) umbi bawang

The next stage obtained an average score of the three variables, and then be weighted by using pair wise comparison. Comparisons done with questionnaire filled out by lecturers

atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan tersebut maupun dengan Karyawan, anggota Direksi, atau anggota Dewan Komisaris Perusahaan Terkendali, atau Transaksi antara