• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PAYUDARA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PAYUDARA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI DMBA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PAYUDARA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA GALUR Sprague dawley YANG

DIINDUKSI DMBA

Oleh

SYAHRUL HABIBI NASUTION

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF EXTRACT LEAVES of SOURSOP (Annona muricata Linn) HISTOPATHOLOGY DESCRIPTION OF THE BREAST IN WHITE

RATS (Rattus norvegicus) FEMALE Sprague Dawley STRAIN INDUCED DMBA

By

SYAHRUL HABIBI NASUTION

Cancer is the leading cause of death in the world with 7.4 million or 13% of deaths in 2004 (WHO, 2009). Household Health Survey (Survey) in 2002 showed that cancer is the third leading cause of death in Indonesia after heart disease and stroke. Breast cancer ranks first hospitalized cancer patients at the hospital from 2004 until 2008.

(3)

This study is experimental by post only control group design with a sample of 25 rats. The results were obtained on soursop leaf extract showed significant differences in the results (p <0.05) for each group. This suggests that there is the effect of soursop leaf extract against rat breast histopathology picture. Soursop leaf extract on breast tissue DMBA-induced rats at a dose of 100 mg / kg lead to dysplasia. Increasing doses of soursop leaf extract led to a decrease in score of dysplasia in breast tissue DMBA-induced rats are of a dose of 100 mg / kg to 200 mg / kg and a dose of 200 mg / kg dose to 400 mg / kg.

(4)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PAYUDARA PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) BETINA GALUR Sprague dawley YANG

DIINDUKSI DMBA

Oleh

SYAHRUL HABIBI NASUTION

Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia dengan 7,4 juta atau 13% kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Kanker payudara menempati urutan pertama pasien kanker rawat inap di rumah sakit sejak tahun 2004 hingga tahun 2008.

(5)

acetogeninsyang memiliki sitotoksitas terhadap sel kanker (Zuhud, 2011).

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan post only control group design dengan sampel 25 tikus. Hasil penelitian diperoleh pada ekstrak daun sirsak menunjukkan hasil perbedaan bermakna (p<0,05) terhadap masing-masing kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak terhadap gambaran histopatologi payudara tikus. Pemberian ekstrak daun sirsak pada jaringan payudara tikus putih yang diinduksi DMBA pada dosis 100 mg/KgBB menyebabkan terjadinya displasia. Peningkatan dosis ekstrak daun sirsak menyebabkan penurunan nilai skor displasia pada jaringan payudara tikus putih yang diinduksi DMBA yaitu dari dosis 100 mg/KgBB ke dosis 200 mg/KgBB dan dari dosis 200 mg/KgBB ke dosis 400 mg/KgBB;

(6)
(7)
(8)

DAFTAR IS

B.Sirsak (Annona muricata L.) ... 1. Deskripsi Sirsak ... 2. Kandungan Kimia Sirsak ...

(9)

3. Manfaat Daun Sirsak ...

C.Dimetilbenz[α]antrasen (DMBA) ... 1. Dimetilbenz[α]antrasen (DMBA) ... 2. Mekanisme Aksi DMBA ... D.Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley ...

1. Klasifikasi Tikus Putih ... 2. Jenis Tikus Putih ... 3. Biologi Tikus Putih ... III. METODE PENELITIAN ...

A.Desain Penelitian ... B.Tempat dan Waktu ... C.Populasi dan Sampel ... D.Bahan dan Alat Penelitian ... E. Prosedur Penelitian ... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... A.Hasil Penelitian ... B.Pembahasan ... V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka teori ... 2. Kerangka konsep penelitian ... 3. Daun sirsak ... 4. Struktur Kimia DMBA ... 5. Mekanisme kerja DMBA ... 6. Histopatologi payudara tikus kelompok I ... 7. Histopatologi payudara tikus kelompok II ... 8. Histopatologi payudara tikus kelompok III... 9. Histopatologi payudara tikus kelompok IV ... 10.Histopatologi payudara tikus kelompok V ...

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia dengan 7,4 juta atau 13% kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2008, kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh jenis kanker pada perempuan di dunia. Angka insidensi kanker payudara sebanyak 22,9% serta angka mortalitas sebesar 13,7% per tahun (Ferlay et al., 2008). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2002 menunjukkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. Kanker payudara menempati urutan pertama pasien kanker rawat inap di rumah sakit sejak tahun 2004 hingga tahun 2008.

(12)

menanggulangi masalah kesehatan baik sebagai pengobatan maupun pencegahan suatu penyakit. Hal ini dikarenakan obat-obat tradisional mempunyai efek samping yang lebih rendah dari pada obat-obat modern (Zuhud, 2011).

Sirsak (Annona muricata) adalah tumbuhan yang berbatang utama berukuran kecil dan rendah. Daun sirsak memiliki panjang 6-18 cm, lebar 3-7 cm, bertekstur kasar, berbentuk bulat telur, ujungnya lancip pendek, daun bagian atas mengkilap hijau dan gundul pucat kusam di bagian bawah daun, berbentuk lateral saraf. Daun sirsak memiliki bau tajam menyengat dengan tangkai daun pendek sekitar 3-10 mm. Hingga saat ini belum banyak masyarakat yang mengetahui bahwa daun sirsak memiliki khasiat yang luar biasa terhadap kesehatan. Daun sirsak telah digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai penyakit di seluruh belahan dunia.

(13)

laboratorium menemukan bahwa daun dan batang Annona muricata Linn. memiliki sitotoksitas terhadap sel kanker (Zuhud, 2011).

Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kanker payudara pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley yang diinduksi oleh DMBA.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn)

terhadap kanker payudara pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley yang diinduksi DMBA?

(14)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kanker payudara pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley DMBA;

2. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kanker payudara pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley DMBA;

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

(15)

2. Manfaat bagi masyarakat

Memberikan informasi mengenai pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan daun sirsak (Annona muricata Linn) sebagai alternatif pengobatan di masyarakat terhadap kanker payudara.

3. Manfaat bagi peneliti lain

Memberi gambaran untuk melakukan penelitian yang lebih baik dan mendalam mengenai pengaruh penggunaan ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap organ lain serta bagian buah lain yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

4. Manfaat bagi lembaga terkait

(16)

E. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Teori

Kanker payudara berasal dari perubahan pertumbuhan dan perkembangan sel pada jaringan payudara yang melampaui batas normal. Proses karsinogenesis diawali dari kerusakan gen nonletal yang mungkin didapat dari lingkungan seperti zat kimia, radiasi, dan virus, atau diwariskan. Terdapat empat kelas gen regulatorik normal yang merupakan sasaran utama pada kerusakan gen tersebut, yaitu protoonkogen yang mendorong pertumbuhan, gen penekan tumor yang menghambat pertumbuhan, gen yang mengatur kematian sel terprogram atau apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak. Seperti kanker lainnya, penyebab kanker payudara masih belum diketahui. Namun, tiga faktor tampaknya penting, yaitu perubahan genetik, perubahan hormon, dan faktor lingkungan (Robbins et al., 2007).

(17)

dalam membunuh sel kanker. Bahkan, annonaceous acetogenins sering disebut sebagai inhibitor I atau penghambat pertumbuhan sel kanker paling kuat (Zuhud, 2011).

Keterangan :

Gambar 1. Kerangka teori

: Menghambat

: Mengakibatkan DMBA

prokarsinogenik

Aktivasi oleh enzim sitokrom p-450

Acetogenins Ekstrak daun sirsak

(Annona muricata Linn) Ultimate carsinogen

Berikatan dengan DNA

(18)

2. Kerangka Konsep

(19)

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kanker payudara pada tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur sprague dawley yang diinduksi DMBA;

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Payudara

1. Anatomi Payudara

Perkembangan dan struktur dari glandula mamaria berkaitan dengan kulit. Fungsi utamanya adalah menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini langsung dan diperantarai oleh hormon-hormon yang sama dengan yang mengatur fungsi sistem reproduksi. Oleh karena itu, glandula mamaria dianggap sebagai pelengkap sistem reproduksi. Glandula mamaria mencapai potensi penuh pada perempuan saat menarke. Pada bayi, anak-anak, dan laki-laki glandula ini hanya berbentuk rudimenter (Sylvia et al., 2006).

(21)

Jaringan kelenjar membentuk 15 hingga 25 lobus yang tersususn radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus berbeda sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus laktiferosa yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan kemudian bermuara ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit (Sylvia et al., 2006).

2. Patofisiologi Payudara

Kanker payudara memperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hiperplasia sel dengan perkembangan sel-sel yang atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dipalpasi (berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, sekitar 25% kanker payudara sudah mengalami metastasis (Sylvia et al., 2006).

(22)

menyeluruh untuk semua perempuan berdasarkan masa hidupnya hingga 85 tahun. Namun, hal ini tidak memberikan kelonggaran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko individual untuk perempuan tertentu (Sylvia et al., 2006).

Penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun terdapat beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan genetik. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara adalah tempat tinggal di negara berkembang bagian barat, keadaan sosioekonomi yang rendah, ras, riwayat penyakit payudara proliferatif, awitan dini menarke, terlambatnya kelahiran anak pertama, menopause yang terlambat, keadaan nulipara, terapi hormon eksogen, terpajan radiasi, dan faktor-faktor makanan, yaitu obesitas dan asupan alkohol yang tinggi (Sylvia et al., 2006).

B. Sirsak ( Annona muricata Linn )

1. Deskripsi Sirsak ( Annona muricata Linn )

(23)

vitamin C, vitamin B1 dan vitamin B2 yang cukup banyak. Bijinya dapat digunakan sebagai insektisida alami (Zuhud, 2011).

Sistematika tanaman Sirsak (Annona muricata Linn): Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Polycarpiceae

Suku : Annonaceae Marga : Annona

Jenis : Annona muricata Linn. (Sunarjono, 2005).

Sirsak (Annona Muricata L) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Buah sirsak rasanya manis agak asam sehingga sering dipakai sebagai bahan jus buah. Daging buahnya kaya akan serat. Setiap 100 g buah yang dapat dimakan mengandung 3.3 g serat sehingga dapat memenuhi 13% kebutuhan serat per hari. Selain itu, daging buahnya mengandung banyak karbohidrat terutama fruktosa, vitamin C (20 mg/100 g), B1 dan B2 (Zuhud, 2011).

(24)

sirsak (Sunda), nangka buris (Madura), srikaya jawa (Bali), deureuyan belanda (Aceh), durio ulondro (Nias), durian betawi (Minangkabau), serta jambu landa (di Lampung). Penyebutan "belanda" dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak (dari bahasa Belanda: zuurzak, berarti "kantung asam") didatangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara, yaitu pada abad ke-19, meskipun bukan berasal dari Eropa (Sunarjono, 2005).

Sirsak juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai buah yang syarat dengan gizi dan merupakan bahan obat tradisional yang memiliki multi khasiat. Dalam industri makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai buah dan sari buah, sirup dan dodol sirsak (Zuhud, 2011).

2. Kandungan Kimia Sirsak

Dalam daun sirsak (Annona muricata Linn) terdapat senyawa Acetogenins. Acetogenins adalah senyawa sitotoksik dimana senyawa ini ialah senyawa polyketides dengan struktur 30–32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktivitas sitotoksik. Acetogenin merupakan kumpulan senyawa aktif yang berada hampir pada setiap bagian tanaman sirsak (Zuhud, 2011).

(25)

dengan mengganggu komplek I mitokondria. (Motoyuki, 2000). Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya, acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP (Zuhud, 2011).

3. Manfaat Daun Sirsak

Ada bebrapa manfaat daun sirsak yang sering digunakan untuk obat tradisional 1. Sebagai Antikanker

(26)

bahwa cis-annonacin, salah satu senyawa acetogenins dalam daun sirsak bersifat selektif mematikan sel-sel kanker usus besar dan memiliki kekuatan 10.000 kali lebih besar dibandingkan dengan adriamycin (obat kemotrapi).

2. Sebagai Antiinflamasi

Inflamasi atau peradangan merupakan respon perlindungan yang dilakukan oleh sel darah putih dan senyawa kimia lain di dalam tubuh terhadap serangan virus dan bakteri akibat cedera atau kerusakan jaringan. Sejak berabad-abad yang lalu, daun sirsak telah dimanfaatkan oleh suku asli Peru untuk mengobati inflamasi dengan cara diminum seperti teh. Hasil penelitian di Brazil pada tahun 2010 menyebutkan bahwa ekstrak etanol daun sirsak memiliki aktivitas anti-inflamasi pada hewan percobaan (Zuhud, 2011).

3. Sebagai Antibakteri

(27)

Gambar 3. Daun Sirsak

C.

Dimetilbenz[a]antrasen (DMBA)

1. Dimetilbenz[a]antrasen (DMBA)

DMBA termasuk senyawa karsinogen golongan polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH), merupakan polutan lingkungan dan produk pirolisis dari minyak dan material biologi, dihasilkan oleh asap rokok, asap kendaraan, dan pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar batubara dan minyak bumi. Struktur kimia DMBA memiliki 4 cincin aromatik yang berikatan, khas struktur PAH dengan tiga atau lebih cincin aromatik dan 2 substituen metal (Motoyama, 2008).

(28)

2. Mekanisme Aksi Dimetilbenz[a]antrasen (DMBA)

DMBA dikenal sebagai senyawa karsinogenik spesifik untuk eksperimental kanker payudara dan kanker kulit pada hewan percobaan. Aktivitas karsinogenik dari DMBA terjadi karena kemampuannya (metabolit DMBA, ultimate carsinogen) berikatan dengan DNA dan menyebabkan mutasi somatik (Motoyama, 2008).

DMBA merupakan karsinogen sekunder (prokarsinogenik), sehingga harus mengalami aktivasi metabolisme (biotransformasi) untuk menghasilkan karsinogenesis. Proses metabolisme DMBA menjadi senyawa yang lebih toksik berdasarkan Miyata (1999) yaitu DMBA dioksidasi oleh sitokrom p-450 CYP1B1 menjadi DMBA 3,4-epoksida, kemudian diikuti hidrolisis epoksida oleh enzim mEH (mikrosomal epoksid hidrolase) menjadi metabolit proximate carcinogen DMBA-3,4-diol. Metabolit ini kemudian dioksidasi oleh CYP1A1 atau CYP1B1 menjadi metabolit ultimate carcinogen yaitu DMBA-3,4-diol-1,2-epoksida yang memiliki kemampuan membentuk DNA adducts. Cincin lain yang mengalami hidroksilasi dan hidroksilasi metil dari DMBA menghasilkan metabolit tidak aktif yang tidak dapat berikatan dengan DNA (Motoyama, 2008).

(29)

ekosiklik purin DNA secara kovalen menjadi bentuk adduct stabil, sedangkan kation radikal akan mengikat N7 atau C8 purin menjadi bentuk adduct tak stabil yaitu depurinisasi menjadi tempat yang kehilangan apurinik pada DNA (Motoyama, 2008).

(30)

D. Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Sprague Dawley

1. Klasifikasi Tikus Putih Klasifikasi tikus putih adalah: Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Rodentai Subordo : Odontoceti Familia : Muridae Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus.

2. Jenis Tikus Putih

(31)

3. Biologi Tikus Putih

Di Indonesia, hewan percobaan ini sering disebut tikus besar. Dibandingkan dengan tikus liar, tikus putih lebih cepat menjadi dewasa dan lebih mudah berkembang biak. Berat badan tikus putih lebih ringan dibandingkan berat badan tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu berat tikus putihmencapai 35__40 gram dan berat dewasa rata-rata 200__250 gram. Tabel 2 menyajikan data biologi tikus putih.

Tabel 1. Data biologi tikus putih (Rattus norvegicus) (Isroi, 2010;Animal Care Program, 2011)

Kematangan seksual 65 - 110 hari

Siklus estrus 4 - 5 hari

Gestasi 20 - 22 hari

Penyapihan 21 hari

Fisiologi

Suhu tubuh 35,90– 37,50 C Denyut jantung 250 - 600 kali/menit

Laju nafas 66 - 144 kali/menit

Tekanan darah diastole 60 - 90 mmHg Tekanan darah sistol 75 - 120 mmHg

Feses Padat, berwarna coklat tua, bentuk memanjang dengan ujung membulat

Urine Jernih dan berwarna kuning

Konsumsi makan dan air

Konsumsi makan 15 – 30 gr/hari atau 5 – 6 gr/100 grBB

Konsumsi air 24 – 60 ml/hari atau 10 -12 ml/100 grBB

(32)

nutrisi, sistem reproduksi, peredaran darah, pernafasan serta ekskresinyamirip manusia.Tikus juga dapat menderita suatu penyakit, dan sering dipakai dalam studi nutrisi, tingkah laku, kerja obat, dan toksikologi (Animal Care Program, 2011).

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design. Sebanyak 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley berumur 10-16 minggu yang dipilih secara acak dan dibagi menjadi 5 kelompok dengan pengulangan sebanyak 5 kali.

B. Tempat dan Waktu

(34)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague dawley berumur 10-16 minggu yang diperoleh dari laboratorium Balai Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor. Sampel penelitian sebanyak 25 ekor yang dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok. Menurut Dahlan (2009), pada uji eksperimental ini, variabel yang diuji adalah numerik tidak berpasangan sehingga perhitungan sampel dihitung dengan rumus:

[ ]

Dengan nilai Z = 1,96; Z = 0,84; simpangan baku = S dan perbedaan rerata

gambaran mikroskopis hepar diharapkan sebagai (X1__X2) dengan memasukkan data

masing-masing peningkatan pada indikator tersebut kedalam rumus maka akan diperoleh jumlah sampel yang digunakan sebagai berikut:

S= 0,2028

[ ]

(35)

[ ]

[ ]

Maka jumlah minimal sampel perkelompok dibulatkan adalah 5 ekor tikus per kelompok.

Jadi sampel yang akan digunakan adalah berdasarkan perhitungan, yaitu sejumlah 5 ekor tikus pada masing-masing kelompok percobaan dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok, sehingga untuk satu tanaman herba menggunakan 25 ekor tikus putih.

Kriteria inklusi:

1. Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak, dan bergerak aktif);

2. Memiliki berat badan sekitar 100__150 gram; 3. Berjenis kelamin betina;

4. Berusia sekitar 10__16 minggu (dewasa).

Kriteria eksklusi:

(36)

2. Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi dilaboratorium; 3. Mati selama masa pemberian perlakuan.

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu DMBA dengan dosis 20 mg/kgBB, kemudian ekstrak daun sirsak ( Annona muricata Linn) dengan dosis100 mg/KgBB, 200 mg/KgBB dan 400 mg/KgBB.

2. Bahan Kimia

Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histopatologi dengan metode paraffin meliputi: larutan formalin 10% untuk fiksasi, alkohol 70%, alkohol 96%, alkohol absolut, etanol, xylol, pewarna Hematoksilin dan Eosin, dan entelan (FK Unila, 2011).

3. Alat Penelitian a. Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g, untuk menimbang berat tikus;

2) Spuit oral 1 cc, 3 cc dan 5 cc;

3) Minor set, membedah tikus untuk mengidentifikasi payudara; 4) Kapas dan alkohol.

(37)

E. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Pemberian Ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn). a. Cara pembuatan ekstrak:

Daun sirsak yang telah dipetik, dicuci terlebih dahulu dengan bilasan air dan dikeringkan selama 10 hari pada suhu ruangan namun tidak terkena cahaya matahari langsung hingga daun mengering. Daun sirsak yang telah kering kemudian diblender sampai halus. Kemudian daun sirsak yang telah diblender halus ditimbang sebanyak 20 gram. Daun yang telah ditimbang, kemudian dimaserasi atau direndam dalam larutan alkohol 95% sebanyak 450 mL selama 24 jam. Hasil ekstraksi/maserasi kemudian disaring menggunakan kertas saring Whattman hingga tidak tersisa residu atau padatan. Setelah itu hasil filtrasi diuapkan pelarutnya hingga didapatkan fraksi yang kental menggunakan rotary evaporator (Wijaya, 2012).

b. Cara perhitungan dosis daun sirsak:

(38)

a. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok 2

100 mg/kg BB X 0,02 kg (berat badan tikus) = 2 mg b. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok 3

200 mg/kg BB X 0,02 kg (berat badan tikus) = 4 mg c. Dosis untuk tiap tikus pada kelompok 4

400 mg/kg BB X 0,02 kg (berat badan tikus) = 8 mg

Volume ekstrak daun sirsak (Annona muricata) diberikan secara oral sebanyak 1 ml yang merupakan volume yang boleh diberikan berdasarkan pada volume normal lambung tikus yaitu 3-5 ml. Jika volume ekstrak melebihi volume lambung, dapat berakibat dilatasi lambung secara akut yang dapat menyebabkan robeknya saluran cerna (Ngatidjan, 2006).

2. Prosedur Pemberian Dosis DMBA

(39)

3. Prosedur Penelitian

Tikus betina yang akan dijadikan sampel, dibagi ke dalam 5 kelompok, dimana setiap kelompok berisi 5 ekor tikus. Setiap kelompok kemudian diberi perlakuan sebagai berikut:

a. Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol negatif dengan perlakuan pelarut minyak zaitun. Minyak zaitun diberikan sepuluh kali, seminggu dua kali selama lima minggu.

b. Kelompok 2 merupakan kelompok kontrol positif dengan perlakuan DMBA, yang dibuat model kanker payudara dengan pemberian DMBA dalam minyak zaitun dengan dosis 75 mg/kg BB secara intraperitoneal sebanyak dua kali dengan jarak 1 minggu, dimulai pada umur 9 minggu. Empat belas hari sebelumnya tikus hanya mendapat pakan kontrol, yaitu pelet AD2.

c. Kelompok 3 merupakan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dengan dosis pemberian 100 mg/kg berat badan selama 4 minggu setelah pemberian DMBA.

d. Kelompok 4 merupakan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun sirsak (Annona muricata) dengan dosis pemberian 200 mg/kg berat badan selama 4 minggu setelah pemberian DMBA.

(40)

Setelah pemberian DMBA yang terakhir, semua tikus diberi pakan kontrol saja hingga akhir pengamatan. Tikus kemudian dipalpasi payudaranya untuk mengamati terjadinya insidensi tumor payudara.

Satu hari setelah pemberian DMBA yang terakhir, tikus diberi ekstrak daun sirsak (Annona muricata) sesuai dosis yang dilarutkan dengan aquabidest setiap pagi selama 4 minggu. Sementara kelompok kontrol positif maupun negatif diberi aquabidest.

(41)

4. Cara Pembuatan Sediaan Histopatologi

Sediaan yang dibuat di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung adalah sebagai berikut :

a. Fixation

Spesimen berupa potongan kelenjar payudara yang telah dipotong secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin 10% selama 24 jam, kemudian potongan dicuci dengan air mengalir sebanyak 3-5 kali.

b. Trimming

Potongan kelenjar yang telah terfiksasi dikecilkan hingga ukuran ± 3 mm. c. Dehidrasi

Dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam jaringan. Potongan kelenjar payudara berturut-turut direndam dalam alkohol 70% selama 0,5 jam, alkohol 96% selama 0,5 jam (2 kali), alkohol absolut selama 1 jam (3 kali). d. Clearing

Clearing bertujuan untuk membersihkan sisa alkohol yang terdapat dalam jaringan. Clearing dilakukan dengan memasukan jaringan kedalam larutan xylol I dan II, masing-masing selama 1 jam.

e. Impregnasi

Impregnasi dilakukan menggunakan paraffin selama 1 jam dalam oven suhu 650 C. f. Embedding

(42)

memasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan dimasukkan dalam oven dengan suhu diatas 580C. Kemudian, Paraffin cair dituangkan ke dalam base mole. Jaringan yang telah diimpreg dipindahkan satu persatu dari tissue cassette ke dasar base mole dengan mengatur jarak yang satu dengan yang lainnya. Biarkan membeku kemudian lepaskan tissue cassette dari base mole. Blok parafin telah siap dipotong dengan mikrotom.

g. Cutting

Sebelum dipotong, blok didinginkan terlebih dahulu di lemari es. Dilakukan pemotongan kasar, lalu dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron. Pemotongan dilakukan menggunakan rotary microtome dengan disposable knife. Kemudian dipilih lembaran potongan yang paling baik, diapungkan pada air, dan dihilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yan lain ditarik menggunakan kuas runcing. Lembaran jaringan dipindahkan ke dalam water bath pada suhu 600 C selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. Dengan gerakan menyendok, lembaran jaringan tersebut diambil dengan slide bersih dan ditempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah. Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator (suhu 370C) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna.

h. Staining (pewarnaan)

(43)

5. Cara Penilaian Perubahan Gambaran Mikroskopik Payudara Penilaian epitel payudara dinilai berdasarkan skor displasia yaitu: Skor 0 Tidak terdapat sel-sel di dalam duktus mammae

Skor 1 Sel yang mengalami displasia dengan persentase <10% Skor 2 Sel yang mengalami displasia dengan persentase 10-33% Skor 3 Sel yang mengalami displasia dengan persentase 34-66% Skor 4 Sel yang mengalami displasia dengan persentase >66%

Displasia dinilai pada 5 lapang pandang lalu dijumlahkan dan dihitung pada setiap sampel dengan rumus:

Skor= X1+X2+X3+X4+X5

5 Keterangan:

X= lapangan pandang

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

1. Pemberian ekstrak daun sirsak pada jaringan payudara tikus putih yang diinduksi DMBA pada dosis 100 mg/KgBB menyebabkan terjadinya displasia; 2. Peningkatan dosis ekstrak daun sirsak menyebabkan penurunan nilai skor

(45)

B.SARAN

1. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai zat aktif dari tanaman sirsak yang bermanfaat dalam mengurangi kerusakan sel atau organ, khususnya payudara;

2. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak daun sirsak terhadap kerusakan akibat DMBA pada organ lain selain payudara seperti ginjal, hepar dan lain-lain;

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Kumar, Cotran, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC. hlm. 796.

Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2006. Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Hlm. 1301__03.

Zuhud E A. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia Pustaka: Jakarta

Sunarjono H. 2005. Sirsak dan Srikaya: Budidaya untuk Menghasilkan Buah Prima. Penebar Swadaya: Depok

Dahlan S. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Aggarwal BB, Takada Y, Oommen OV. 2004. From Chemoprevention to Chemotherapy Common Target and Goal. Journal Expert Opinion Investigational Drugs.13(10) :1327−38.

Androutsopoulos VP,Tsatsakis AM,Spandidos DA. 2009.Cytochrome P450

CYP1A1 wider roles in cancer progression and prevention. BMC Cancer Journal. 9:187.

Baskaran N, Manoharan S, Balakrishnan S, Pugalendhi P. 2010. Chemopreventive potential of ferulic acid in 7,12-dimethylbenz[a]anthracene-induced mammary carcinogenesis in Sprague–Dawley rats. Eropean Journal of Pharmacology. 637:22−9.

Depkes. 2002. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001. Jakarta: Depkes RI.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2004. Pathologic basic of disease seventh edition. Philadelphia: Elsevier saunders.

Meiyanto E, Susilowati S, Tasminatun S, Murwanti R, Sugiyanto. 2007. Efek kemopreventif ekstrak etanolik Gynura procumbens (Lour) Merr pada karsinogenesis kanker payudara tikus. Majalah Farmasi Indonesia. 18(3): 154 – 161.

Motoyama J, Yamashita N, Morino T, Tanaka M, Kobayashi T, Honda H. 2008. Hyperthermic treatment of DMBA-induced rat mammary cancer using magnetic nanoparticles. [online journal] [diunduh 1 April 2013].

Guyton C, Hall E. 2006. Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi ke–11. Jakarta: EGC. hlm. 849–58.

(47)

gynura procumbens dan curcuma zedoaria pada tikus galur sprague dawley. J. Penelit. Med. Eksakta. 8(3): 168–77

Junqueira L, Carneiro J, Kelley O. 2007. Histologi dasar, edisi ke–10. Jakarta: EGC. hlm. 318–31.

Kawasaki T, Igarashi K, Koeda T, Sugimoto K, Nakagawa K, Hayashi S, Yamaji R, Inui H, Fukusato T, Yamanouchi T. 2009. Rats fed fructosed enriched diets have charactheristies of nonalcoholic hepatic steatosis. The journal of nutrition. 11(139): 2067–71.

Kesenja R. 2005. Pemanfaatan tepung buah pare (Momordica charantia L.) untuk penurunan kadar glukosa darah pada tikus diabetes mellitus. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kew MC. 2010. Prevention of Hepatocellular carcinoma. Concise review. 9(2): 120–32.

Kojima N. 2004. Systematic synthesis of antitumor annonaceous acetogenins. Jpn J Clin Oncol. 34(2): 90–8.

Li K, Li Q, Li J, Gao D, Lin Z, Zheng F. 2008. Alkaloid from angelicae daharaicae inhibits hela cell growth by inducing apoptosis and increasing cascape–3 activity. Labmedicine. 39(9): 540–6.

Lima GR, Camila AM, Cynthia LF, Petronio FA, Jose MB, Leonia MB. 2011. Data survey of anti–inflamtory plant in South Africa. Int J Mol Sci. 12(1): 2692–9.

Li N, Shi Z, Tang Y, Chen J, Li X. 2008. Recent progress on the total synthesis of acetogenins from Annonaceae. Beilstein Journal of Organic Chemistry. 4(48): 4–12.

Mangan Y. 2009. Solusi sehat mencegah dan mengatasi kanker. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Moore KL, Agur AMR. 2012. Anatomi klinik dasar. Jakarta: Hipokrates. hlm.117–9.

Muliyah E. 2013. Struktur sekretori beberapa tanaman obat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Muriel P. 2008. NF-kB in liver diseases: a target for drug therapy. J. Appl. Toxicology. 29(3): 91–100.

(48)

Osorio E, Arango GJ, Jim’enez N, Alzate F, Ruiz G, Guti’errez D, Paco M, Gim’enez A,

Robledo S. 2007. Antiprotozoal and Cytotoxic Activities in Vitro of Colombian Annonaceae. Journal of Ethnopharmacology. 111(3): 630–5.

Prasetya G, Laksono H. 2013. Ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) menggunakan pelarut etanol. Jurnal Teknologi Kimia Industri. 1(2): 111–5.

Price SA, Standbridge MP. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi ke–6. Jakarta: EGC. hlm. 472–85.

Aprilia, L. 2010. Efek Protektif Ekstrak Etanol Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] Terhadap Gambaran Histopatologi Hati Mencit (Mus musculus L.) Jantan Galur BALB/C yang Diinduksi oleh Etanol. (Skripsi). Universitas Lampung.

Putra AP. 2009. Efektivitas pemberian kedelai pada tikus putih (Rattus Norvegicus) bunting dan menyusui terhadap pertumbuhan dan kinerja reproduksi anak tikus betina. [Skripsi]. Bogor: FKH IPB.

Putz R, Pabst R. 2007. Atlas anatomi manusia sobotta jilid 2, edisi ke–22. Jakarta: EGC. hlm. 142.

Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. 2007. Buku ajar patologi, edisi ke–7. Jakarta: EGC. hlm. 664–84.

Schattenberg JM, Schuchmann M and Galle PR. 2011. Cell death and hepatocarcinogenesis: dysregulation of apoptosis signaling pathways. Journal of Gastroenterology and Hepatology. 2(1): 213–9.

Sharma V, Paliwal R, Janmeda P, Sharma S. 2012. Chemopreventive efficacy of moringa oleifera pods against 7,12-dimethylbenz[a]anthracene induced hepatic carcinogenesis in mice. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 13(6): 2563–9.

Sharma V, Paliwal R. 2012. Chemo protective role of Moringa oleifera and its isolated saponin against DMBA induced tissue damage in male mice. Int J Drug Dev & Res. 4(4): 215–28.

Sloane E. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. hlm. 291.

Smith AD. 2006. Oxford dictionary of biochemistry and molecular biology, 2th ed. London: Oxford University Pr. pp.167–9.

Snell RS. 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran, edisi ke–6. Jakarta: EGC. hlm. 240-5.

(49)

Vianandra R. 2011. Pengaruh suplementasi ekstrak daun Annona muricata terhadap kejadian displasia epitel kelenjar payudara tikus Sprague dawley yang diinduksi 7, 12

Dimethylbenz[α]anthracene. [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Gambar

Gambar 1. Kerangka teori
Ekstrak daun sirsak Kelompok I Kontrol Gambaran Negatif mikroskopis
Gambar 3. Daun Sirsak
Gambar 5. Mekanisme Kerja DMBA
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mendeskripsikan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang berorientasi pada kurikulum 2013 untuk materi

Disamping itu, penguatan yang terjadi terhadap beberapa harga komoditas tambang memberikan andil bagi laju gerak indeks ke posisi level yang lebih baik dari sebelumnya.. Faktor

(4) Perguruan tinggi penyelenggara dalam melaksanakan sertifikasi harus sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam

[r]

Karakteristik distress spiritual berdasarkan aspek hubungan dengan diri sendiri paling banyak berada pada karakteristik kurangnya makna hidup (51,7%), berdasarkan aspek

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantu media Ular Tangga yang nantinya akan membuat siswa ikut aktif berpartisipasi dalam proses

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh input (tebu, jam tenaga kerja, dan jam mesin) terhadap jumlah gula pasir yang dihasilkan, besarnya tingkat elastisitas input