“Hukum Adat dan Modernisasi Hukum” (Terbitan FH UII, 1998; hal. 169) bahwa hukum adat adalah hukum asli sekelompok penduduk di Indonesia yang terikat karena hubungan geneologis (kesukuan) atau territorial (desa) (lihat Pasal 131 dan 163 Indische Staatsregeling - S. 1855-2). Dalam hukum nasional saat ini, masyarakat hukum adat diakui oleh konstitusi Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi:
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”
Pengakuan terhadap masyarakat hukum adat ini antara lain juga kita temui dalam penjelasan Pasal 67 ayat (1) UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Secara khusus terkait dengan hukum agraria di Indonesia Pasal 5 UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”) menentukan bahwa:
“Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.”
Penguasaan masyarakat hukum adat terhadap tanah adat disebut dengan hak ulayat dan masyarakat hukum adat berhak untuk mengatur wilayah ulayat tersebut. Dalam Surat Direktur Jenderal Kehutanan dan Perkebunan Pengelolaan Hutan Produksi Nomor 922/VI-PHT/2000 Tahun 2000 Tanggal 8 Mei 2000 tentang Pedoman Penyelesaian Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, hak ulayat masyarakat hukum adat dianggap masih ada apabila ada sekelompok orang yang masih terikat dengan tatanan hukum adat sebagai persekutuan hukum, memiliki tanah ulayat yang menjadi lingkungan hidupnya, dan terdapat hukum adat mengenai pengaturan tanah ulayat yang masih ditaati. Kemudian keberadaan adanya tanah ulayat dan masyarakat hukum adatnya diatur dengan Peraturan Daerah.
sengketa dapat diselesaikan melalui hukum adat. Tapi, ketika masih timbul sengketa terhadap suatu putusan adat, sengketa dapat dibawa ke pengadilan negeri untuk diselesaikan secara hukum (dalam hal ini adalah hukum nasional/negara).