• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktek Kerja Lapangan Divisi Redaksi di PT. Tempoe Inti Media Biro Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Praktek Kerja Lapangan Divisi Redaksi di PT. Tempoe Inti Media Biro Bandung"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DIVISI REDAKSI

DI PT. TEMPO INTI MEDIA BIRO BANDUNG

Diajukan sebagai bukti telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Oleh :

Nama : Reza Pramono

NIM : 41808854

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Tempo Inti Media 1

1.1.1 Visi dan Misi PT. Tempo Inti Media 9

1.2. Sejarah Divisi Redaksi PT. Tempo Inti Media 10

1.3. Struktur Perusahaan 11

1.4. Job Description di PT. Tempo inti Media 12

1.5. Sarana dan Prasarana 13

1.6. Lokasi dan Waktu Peraktek Kerja Lapangan 14

1.6.1 Lokasi Praktek Kerja Lapangan 14

1.6.2 Waktu Praktek Kerja Lapangan 15

BAB II PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN 2.1 Aktivitas Selama Praktek Kerja Lapangan 16

2.1.1 Kegiatan Rutin Selama Praktek Kerja Lapangan 19

2.1.2 Kegiatan Insidentil Selama Praktek Kerja Lapangan. 23

2.2 Analisis Kegiatan Praktek Kerja Lapangan 23

2.2.1 Pengertian Komunikasi 26

(5)

2.2.4 Pengertian Media Massa 30

2.2.5 Pengertian Surat Kabar 31

2.2.6 Pengertian Kategori Berita 33

2.2.7 Pengertian Nilai-nilai Berita 34

2.2.8 Pengertian Teknik Reportase 35

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 40

3.2 Saran 41

3.2.1 Saran Untuk Perusahaan 41

3.2.2 Saran Untuk Mahasiswa PKL 42

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 44

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sarana dan Prasarana 14

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Logo Koran Tempo 9

Gambar 1.2 Struktur Organisasi PT. Tempo inti Media 11

Gambar 2.1 Contoh penulisan berita hasil liputan 21

Gambar 1 Foto Ruangan Redaksi PT. Tempo Inti Media Biro Bandung 55

Gambar 2 Foto Penulis Saat Melakukan Liputan Pendaftaran Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Jawa Barat di Kantor KPU Jl. Garut Bandung 56

Gambar 3 Foto Penulis Saat Melakukan Konferensi Pers Cagub dan Cawagub Jabar di Kantor KPU 57

Gambar 4 Foto Penulis Saat Melakukan Liputan Demo FPI di Depan Gedung Sate Jl. Diponegoro Bandung 58

Gambar 5 Foto Penulis Saat melakukan Liputan Bencana Longsor di Ciwidey 59

Gambar 6 Foto Penulis Saat Melakukan Liputan Bencana Banjir di Soreang 60

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan 45

Lampiran 2 Surat Tugas dari PT. Tempo Inti Media 46

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan PKL dari Perusahaan 47

Lampiran 4 Absensi Kegiatan Selama PKL 48

Lampiran 5 Lembar Penilaian PKL dari Perusahaan 50

Lampiran 6 Lembar Berita Acara Bimbingan PKL 51

Lampiran 7 Tampilan Foto dan Berita “Balkot Festival, Hajatan Budaya Sunda dan Kuliner” 52

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan berkat-Nya serta dukungan berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Laporan ini berisikan kegiatan penulis selama melakukan PKL di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung.

Dalam proses penulisan laporan ini, penulis mengalami sedikit kesulitan namun dengan kerja keras, doa, bimbingan dari pembimbing serta semangat dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu dan maksimal.

Penulis mengucapkan terima kasih dan rasa bangga kepada orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan semangat kepada penulis dan juga memberi dukungan moril atau materi.

(10)

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah memberikan pengesahan laporan praktek kerja lapangan yang penulis buat.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen wali, yang telah banyak membantu baik saat penulis melakukan kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan yang cukup membantu kelancaran melaksanakan praktek kerja lapangan.

3. Yth. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi juga sebagai dosen yang telah banyak memberikan pengetahuan dan berbagai ilmu selama penulis melakukan perkuliahan. 4. Yth. Ibu Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., selaku dosen pembimbing

PKL yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepadacpenulis selama melakukan bimbingan.

5. Yth. Seluruh jajaran staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi

Unikom, yang telah mengajarkan penulis selama ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Yang memberikan pengetahuannya kepada penulis selama perkuliahan.

(11)

7. Yth. Ibu Eni Saeni, selaku Kepala Biro Jabar – Banten yang telah memberikan kesempatan penulis untuk bergabung melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung dan membimbing selama PKL.

8. Yth. Wartawan Koran Tempo Biro Bandung, Terima kasih banyak untuk Ilmu, bimbingan, motivasi, kebahagiaan, kekeluargaan. Ini pengalaman luar biasa untuk penulis.

9. Yth. Seluruh Jajaran Staf Karyawan PT Tempo Inti Media Biro

Bandung dan seluruh staf karyawan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis pada saat melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan.

10.Teman-teman Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik angkatan 09, kelas IK-6 serta kelas IK-Jurnal 2, Terima kasih banyak.

11.Semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih selalu memberikan motivasi, bantuan selama pembuatan laporan PKL ini.

(12)

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga kita semua selalu berada di dalam lindungan-Nya. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan praktek kerja lapangan ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi khalayak pada umumnya.

Bandung, Desember 2012

Penulis

(13)

43

DAFTAR PUSTAKA

M Romli, A.Syamsul. 2003. Jurnalistik Terapan : Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan. Bandung : Batic Press cetakan 1.

M Hikmat, Mahi. 2011. Etika dan Hukum Pers. Bandung : Batic Press.

Sumadiria, AS Haris. 2004. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sumadiria, AS Haris. 2006. Bahasa Jurnalistik, Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Masa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media : Bandung

Effendy, Onong Uchajana. 1984. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya : Bandung

Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Dokumen PT. Tempo Inti Media Biro Bandung http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah PT. Tempo inti Media

Berawal dari tahun 1969, sekumpulan pemuda cerdas, kreatif, dan berjiwa seni tinggi berangan-angan membuat majalah. Tersebutlah nama Goenawan Mohamad, Fikri Djufri, Christianto Wibisono, dan Usamah.Ide mereka sebenarnya tak terlalu istimewa, karena hampir siapa saja jurnalis Indonesia punya angan-angan membikin majalah. Namun, konsep yang sedang mereka bayangkan adalah menerbitkan majalah berita mingguan yang tiada duanya di Indonesia. Apalagi berita mingguan dengan gaya tulisan yang memikat dan enak dibaca.

Alhasil, terbitlah majalah berita mingguan pertama bernama Ekspres. Pada terbitan-terbitan pertama, kualitasnya dipandang bagus oleh berbagai kalangan. Sayangnya, akibat perbedaan prinsip antara pengelola redaksi dengan pihak pemilik modal utama, terjadilah perpecahan. Akibatnya, Goenawan cs keluar dari Ekspres di tahun 1970.

(15)

2

terbit, Djaja mulai belepotan. Pasalnya, majalah ini berbau kehumasan pemerintahân. Atas kondisi tersebut, kemudian karyawan Djaja menulis surat kepada Gubernur DKI saat itu --Ali Sadikin-- minta agar Djaja diswastakan dan dikelola oleh Yayasan Jaya Raya.

Pada waktu yang sama, terjadi kontak pula antara Goenawan cs dengan Yayasan Jaya Raya. Goenawan mengaku tak tahu persis kenapa Yayasan yang bergerak di bidang bantuan untuk olah raga, di samping menerbitkan buku sastra, itu berminat menerbitkan sebuah majalah. Yayasan Jaya Raya sendiri merupakan badan hukum di bawah Pemda DKI saat itu.

Kenapa bernama Tempo?

Sebagaimana disebutkan dalam company profilenya, menurut Goenawan Mohamad, mungkin kata ini mudah diucapkan, terutama oleh para pengecer. Cocok dengan sifat sebuah media berkala yang jarak terbitnya kerap, yakni mingguan, dan pernah jadi nama media massa. Mungkin juga karena dekat sekali dengan nama Time --dan ada sedikit berolok-olok para pengurusnya dengan cara menirukan nama majalah tersebut.

(16)

3

Majalah Tempo memiliki SIT tertanggal 31 Desember 1970, namun baru terbit perdana pada tanggal 6 Maret 1971. Tiga tahun setelah Tempo lahir, keluarlah Keputusan Menpen RI No. 061068 PEM 1/SK Dirjen PPG SIT 1974 tanggal 24 Juli 1974. Akibat perubahan peraturan pemerintah, SIT kemudian diubah dan diganti SIUPP dengan SK Menpen RI 025/SK/MENPEN/SIUPP/C.1/1985 tanggal 25 Desember 1985.

Semangat di kalangan pengelola redaksi kala itu sangat tinggi. Apalagi dengan rata-rata umur mereka yang masih 20-an. Saat itu mereka yakin bahwa majalahnya akan dibaca banyak orang. Meski sempat diragukan salah seorang petugas pemasaran senior, namun mereka tetap tancap gas. Segala daya upaya dikerahkan. Bagi mereka, setiap waktu merupakan hasil kerja yang terbaik. Tentu saja tak semudah yang dibayangkan.

Meski di bidang redaksi cukup banyak penulis yang berpengalaman— bahkan sebagian satrawan yang sudah punya nama—secara keseluruhan tenaga SDM masih sangat terbatas. Lebih payah lagi, organisasinya masih berantakan. Kami hanya menduga-duga, jelas Mas Goen—sapaan akrab Goenawan Mohamad—sembari bertutur, Bagaimana proses kerja dan susunan tim yang tepat untuk majalah berita.Sebab, tak ada di Indonesia ini tempat belajar bikin majalah. Di New York mungkin ada, tapi buat ke sana, Tempo saat itu belum punya ongkos. Dalam keadaan acak-acakan itu, Goenawan coba berbagi rasa, Dan hasilnya cukup lumayan.

(17)

peristiwa-4

peristiwa yang sedang terjadi, yang berarti selalu tepat, aktual, dan selalu baru. Tempo mencanangkan konsep peliputan berita yang sedapat mungkin dilakukan secara jujur dan tanpa apriori. Semua fakta diliput, baik yang disukai maupun tidak. Penjejalan ide/gagasan kepada pembaca berusaha dihindari sejauh mungkin oleh Tempo. Jika mengetengahkan persoalan yang menyangkut perbedaan pendapat antara 2 pihak, keduanya diberi kesempatan yang sama untuk menampilkan opini atau fakta masing-masing dengan variasi yang cukup. Tempo merupakan majalah independen yang tidak dipengaruhi pihak lain, baik itu sebagai pribadi maupun lembaga. Tempo juga merupakan forum yang memperjuangkan hak bicara bagi semua orang atau lembaga tanpa pengecualian.

Perjuangan awal Tempo bukannya tanpa pengorbanan. Waktu itu, setiap penulis yang mendapat tugas menulis laporan utama, begitu ia selesai bekerja, esoknya hampir pasti ia tidak masuk. Sakit. Untuk menulis berhalaman-halaman diperlukan segala kemampuan otak, syaraf, mata, dan punggung. Apalagi tulisan itu harus disajikan dalam prosa yang menarik, dengan fokus tetap terjaga, dan suspen yang memikat, kadang-kadang plus humor.

Namun demikian, setiap pengorbanan tidaklah sia-sia. Dengan jatuh bangunnya mengelola organisasi pers Tempo kala itu, semua jadi mengerti arti penting organisasi yang baik. Dengan organisasi, seluruh awak bisa berbagi kerja secara merata, dan frekuensi sakitpun bisa lebih diatur. Dengan organisasi pula, konflik segala sesuatu lebih bisa dihindarkan, kata lain dari di eliminir.

(18)

5

tahun-tahun pertama, beban terberat agaknya disandang oleh Goenawan Mohamad selaku pemimpin redaksi. Beban itu antara lain bagaimana mengelola pelbagai ego yang ada di sekitar pengelola Tempo. Bagaimana tidak? Setidaknya tiap minggu, pimpinan mesti dituntut punya tim yang efektif, bagus hasil kerjanya, konsisten kecepatannya, dan bersemangat para anggotanya. Kebutuhan akan itulah yang menyebabkan organisasi penting. Tim dibayangkan sebagai satu pasukan komando, yang dalam satuan terkecil harus bukan saja mengandalkan mutu individual, tapi juga perencanaan dan organisasi yang rapi, agar punya daya pukulyang ampuh setiap kali menjalankan tugas.

Sebenarnya Tempo tergolong mujur: begitu terbit langsung laku. Menurut Harjoko Trisnadi, hal itu bisa terjadi akibat ada promosisebelumnya, yakni ramai-ramai pemberitaan eksodusnya Goenawan cs dari majalah Ekspresi, hingga masyarakat tahu bahwa mereka mau bikin majalah sendiri. Selain kena bredel sekitar dua bulan pada 1982 dan sekitar empat tahun pada 1994, perjalanan Tempo makin menapak mantap. Memang pada tahun 1973 terjadi gugatan dari pihak majalah Time. Tapi akhirnya, pada tahun 1974, bisa diselesaikan dengan damai.

(19)

6

semacam janjidi atas kertas segelnya Harmoko, agar dengan demikian Tempo bermuka manis terhadap pemerintah.

Pembreidelan pertama

Rupanya, perjalanan sejarah berkata lain. Makin sempurna mekanisme internal keredaksian Tempo, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya. Dengan begitu, makin meningkat pula daya kritik Tempo terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut. Puncaknya, pada bulan Juni 1994, untuk kedua kalinya Tempo dibredel oleh Menpen yang sama, yakni Harmoko.

Pembreidelan kedua

Hasil investigasi majalah Tempo, rubrik investigasi di edisi awal terbit, menyimpulkan bahwa Tempo dibredel karena terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto ihwal pembelian kapal-kapal bekas dan rongsok dari Jerman Timur. Apa lacur. Sudah resiko perjuangan. Sebagian yang moderatakhirnya mau menerima tawaran Soeharto untuk diakomodasi di majalah Gatra, dengan sahamnya milik Bob Hasan. Padahal, ketika masih terbit Tempo dimiliki oleh PT Grafiti Pers.

(20)

7

Sejak tahun 1984, banyak awak Tempo yang menyebar di sejumlah media massa Indonesia. Ada yang di koran, sebagian lainnya di majalah. Namun, dari lokasi persembunyiandi jalan Proklamasi 72, dengan dikomandani oleh Toriq Hadad, mengorbitlah Tempo Interaktif (TI). Berita-berita yang diterbitkan TI mewakili kerinduan awak redaksi guna berolah pena. Karena pada saat itu, siapa menyangka kekuasaan Soeharto tinggal seumur jagung. Walhasil, selepas Soeharto dilengserkan mahasiswa, bulan Mei 1998, kerabat kerja Tempo berembuk ulang. Mereka saling ketemu dan rapat serius ihwal perlu tidaknya majalah Tempo terbit kembali. Persoalannya, sejauh itu awak Tempo sudah tersebar luas. Ada yang di DR, Gatra, Jakarta Post, Kontan, dan Gamma. Hasil rapat, Tempo terbit kembali.

Terbit kembali

Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah Tempo memasuki babak baru. Tempo terbit kembali. Tempo hadir kembali ke hadapan pembaca setianya. Sampai saat dibredel, majalah ini telah 1.151 kali terbit. Satu eksemplar Tempo dari tiap nomor, bila disambung vertikal akan setinggi 316,5 meter atau 2,3 kali tinggi Monumen Nasional (Monas). Saat itu, pembacanya lebih kurang sampai pada angka sejuta (satu majalah Tempo, menurut survei, dibaca oleh lima orang), punya 10 ribu agen dan pengecer, dari Meulaboh (Aceh) sampai Nabire (Irian Jaya).

(21)

8

persen seluruh belanjaan iklan media massa (terutama majalah) di Indonesia. Menyusul di belakangnya sejumlah majalah berita lainnya.

Penerbit majalah Tempo kini bukan hanya PT Grafiti Pers, melainkan gabungan saham antara Jaya Raya (30%), PT Grafiti Pers (20%), dan Yayasan Karyawan-Yayasan Alumni Tempo (50%). Selain menerbitkan majalah, PT Arsa Raya Perdana, nama PT yang baru, tetap mengcover terbitan Tempo Interaktif (TI). Bahkan struktur lengkap di luar majalah, yakni adanya badan Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT). PDAT tersebut membawahkan empat divisi, yakni Dokumentasi, Perpustakaan, TI, dan Litbang Produksi (menerbitkan buku Apa & Siapa).

Saat ini, Tempo Grup memproduksi tiga produk unggulan yaitu Majalah Tempo, Koran Tempo, dan Situs Berita Tempo.co. Mengenai Koran Tempo, ia terbit perdana pada 2 April 2001. Dilanjutkan setahun kemudian melakukan cetak digital realtime melalui International Newspaper Kiosk Presspoint. Seiring berjalannya waktu, koran ini telah mengalami banyak perkembangan dan perbaikan. Pada 18 Juni 2008 terbit Koran Tempo online edisihttp://epaper.korantempo.com. Koran ini juga berhasil menyabet penghargaan Media Cetak Berbahasa Terbaik versi Pusat Bahasa DepDikNas pada 28 Oktober 2008.

(22)

9

Gambar 1.1

Logo Koran Tempo

Sumber : PT. Tempo Inti Media, 2012

1.1.1 VisidanMisi

Visi

Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai kecerdasan dan perbedaan pendapat.

Misi

1. Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda. 2. Sebuah produk multimedia yang mandiri, bebas dari tekanan kekuasaan

modal dan politik.

3. Terus menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan

tampilan visual yang baik.

(23)

10

5. Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang beragam sesuai kemajuan jaman.

6. Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sektor.

7. Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya

khasanah artistik dan intelektual.

1.2 Sejarah Divisi Redaksi PT Tempo Inti Media

Bagian Redaksi dalam sebuah surat kabar perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan yang berkaitan dengan kegiatan jurnalistik, merupakan tulang punggung bagi perusahan surat kabar tersebut. Apabila diibaratkan sebagai organ tubuh manusia yang paling penting atau vital yaitu jantung. Perusahaan penerbitan surat kabar tidak akan pernah bisa menjalankan kegiatannya tanpa adanya redaksi bagaimana menjadi bagian yang menentukan kelangsungan hidup sebuah perusahaan surat kabar.

Demikian juga dengan bagian redaksi PT. Tempo Inti Media sejarah berdirinya bagian redaksi ini tak lepas dari pertama kalinya berdirinya perusahaan penerbitan surat kabar ini pada tahun 1970.

(24)

11

1.3 Struktur Perusahaan

Dalam setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi perusahaan yang meliputi bagian-bagian pemegang peran penting dalam suatu perusahaan. Hal ini pun terdapat juga pada PT. Tempo Inti Media Biro Bandung yang memiliki struktur organisasi perusahaannya.

Untuk lebih lengkap berikut bagan struktur organisasi PT. Tempo Inti Media dapat dilihat pada gambar 1.2

Gambar 1.2

Struktur Organisasi PT. Tempo inti Media

(25)

12

1.4 Job Description di PT. Tempo inti Media

1. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertugas memberikan pengawasan dan nasihat kepada dewan direksi. Pengawasan oleh Dewan Komisaris meliputi baik pengawasan atas kebijakan Direksi dalam melakukan pengurusan Perseroan Terbatas, serta jalannya pengurusan tersebut secara umum, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan. Pengawasan dan nasihat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris harus bertujuan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.

2. Direktur Utama

Direktur Utama sebagai pemimpin tertinggi perusahaan. Memegang kebijakan perusahaan.

3. Unit Audit Internal

Unit Audit Internal bertugas melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa pengendalian internal, manajemen risiko, dan proses tata kelola perusahaan telah berjalan & sesuai dengan aturan yang berlaku dan melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi dan kegiatan lainnya.

4. Departemen Produksi

(26)

13

5. Departemen Pemasaran

Tugas dan fungsi bagian pemasaran, antara lain :

1. Mengenal dan mencari informasi mengenai pasar.

2. Menentukan pasaran yang potensial untuk membuat ramalan

mengenai daya tampungnya.

3. Melaksanakan penerimaan pesanan dari konsumen. 4. Melakukan promosi.

5. Melaksanakan dan menjalankan kebijaksanaan-kebijaksanaan harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan

6. Departemen Keuangan

Membantu direksi dalam menyelenggarakan sebagian tugas perusahaan di bidang keuangan dan kekayaan perusahaan.

7. Departemen SDM & Umum

Departemen sumber daya manusia bertanggung jawab terhadap aktivitas perusahaan yang bervariasi dengan melaksanakan fungsi-fungsinya.

1.5 Sarana dan Prasarana

(27)

14

Tabel 1.1

Sarana dan Prasarana PT. Tempo Inti Media Biro Bandung

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Komputer 7

2 Printer 1

3 Internet 1

4 Server (Komputer data) 1

5 Ruang Redaksi 1

6 Ruang Rapat Redaksi 1

7 Ruang Kepala Biro 1

8 Telepon 3

9 Faksimili 1

10 Televisi 1

11 Toilet 2

12 Mushola 1

13 Dapur 1

Sumber : PT. Tempo Inti Media Biro Bandung, 2012

1.6. Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

1.6.1. Lokasi Praktek Kerja Lapangan

(28)

15

1.6.2 Waktu Praktek Kerja Lapangan

(29)

16

BAB II

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Aktivitas Selama Praktek Kerja Lapangan

Aktivitas yang penulis lakukan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung terbagi dalam dua bagian yaitu kegiatan rutin dan kegiatan insidentil. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan penulis yang rutin dan sesuai jobdesk yang telah di tetapkan di awal selama melaksanakan PKL di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung, sedangkan kegiatan insidentil adalah kegiatan yang sifatnya kadang-kadang dan pada waktu yang tidak terduga yang dilakukan penulis selama PKL di Tempo Inti Media Biro Bandung.

Untuk lebih rinci kegiatan penulis lakukan selama PKL dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1

Jadwal Kegiatan selama PKL

No Hari/tanggal Kegiatan Keterangan

1 Kamis, 1-11-2012

 Perkenalan

 Penjelasan peraturan mengenai

PKL di Koran Tempo

(30)

17

2 Jumat, 2-11-2012

 Liputan demo Forum Aksi Guru di

Gasibu

 Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

3 Sabtu, 3-11-2012  LiputanAngklungdi RRI  Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

4 Senin, 5-11-2012

 Liputan Kuliner “Mie Riweuh” di

Kafe Pardoel

 Menulis berita di rumah

 Insidentil

 Rutin

5 Selasa, 6-11-2012

 Liputan kuliner Mochilok di Jl.

Sekeloa

 Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

6 Rabu, 7-11-2012

 Liputan bedah buku

 Menulis berita di rumah

 Insidentil

 Rutin

7 Kamis, 8-11-2012  Liputan demo FPI di gasibu  Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

8 Jumat, 9-11-2012

 Liputan pameran goremageddon di

fourspeed parlor di jl. Anggrek 42  Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

9 Sabtu, 10-11-2012

 Liputan pendaftaran cagub dan

cawagub di KPU  Menulis berita di kantor

(31)

18

10 Senin, 12-11-2012  Liputan kuliner di Sugarush cafe  Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

11 Selasa, 13-11-2012

 Liputan Seminar Lembaga

Akreditasi Mandiri dan UU tentang Perguruan Tinggi di Universitas Maranatha

 Menulis berita di kantor

 Insidentil  Rutin

12 Kamis, 15-11-2012  LipuanBalkot Festival  Menulis berita di rumah

 Insidentil

 Rutin

13 Jumat, 16-11-2012  LiputanBalkot Festival  Menulis berita di rumah

 Insidentil

 Rutin

14

Minggu, 18-11-2012

 Liputan kuliner bandrek durian di

kopo

 Menulis berita di rumah

 Insidentil  Rutin

15 Senin, 19-11-2012

 Liputan angklung days 2012 di

halaman gedung sate  Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

16 Selasa, 20-11-2012

 Liputan banjir soreang

 Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

(32)

19

 Menulis berita di kantor  Rutin

18 Kamis, 22-11-2012

 Liputan diskusi rasionalisasi tarif

listrik menuju subsidi tepat sasaran  Menulis berita di kantor

 Insidentil  Rutin

19 Sabtu, 24-11-2012

 Liputan Assessment AC forum

partner in 6 regions di hotel santika premiere bandung

 Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

20 Senin, 26-11-2012

 Liputan deklarasi persaudaraan

pecinta banbu indonesia di saung angklung udjo

 Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

21 Kamis, 29-11-2012

 Liputan demo forum aksi guru

indonesia di DPRD kota Bandung  Menulis berita di kantor

 Insidentil

 Rutin

22 Jumat, 30-11-2012 Evaluasikegiatan PKL di Kantor Rutin

Sumber : Dokumen Agenda Harian Penulis, 2012

2.1.1 Kegiatan Rutin Selama Praktek Kerja Lapangan

(33)

20

harian yang telah di agendakan oleh redaktur, serta penyelesaian atau penulisan berita di ruang redaksi PT. Tempo Inti Media Biro Bandung. Berikut ini penjelasan mengenai beberapa kegiatan rutin selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) :

1. Evaluasi

Evaluasi berita merupakan kegiatan rutin yang dilakukan penulis selama Praktek Kerja Lapangan (PKL). Evaluasi yang dimaksud yaitu penulis melakukan tatap muka dengan Kepala Biro Jabar – Banten yang juga sebagai redaktur. Evaluasi ini berguna untuk membahas hasil penulisan berita yang dilakukan oleh penulis setelah melakukan liputan.

Penulis diarahkan bagaimana „gaya‟ penulisan berita yang dibutuhkan oleh Koran Tempo, seperti bahasa, angle berita atau sudut pandang melihat suatu berita yang akan penulis liput, dan agenda-agenda yang telah redaktur siapkan untuk selanjutnya penulis ditugaskan untuk meliput.

(34)

21

2. Penulisan Berita

Penyelesaian berita dilakukan setelah penulis selesai menjalankan liputan. Penulisan berita dilakukan di ruangan redaksi bersama wartawan lainnya. Proses penyelesaian berita yakni pengetikan berita dan editing berita untuk selanjutnya dikirim via email kepada redaktur. Berikut contoh penulisan berita hasil liputan :

Gambar 2.1

Contoh penulisan berita hasil liputan

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2012

Lezatnya Warna-Warni Rainbow Cake

(35)

22

Tidak hanya rasanya yang lezat dan tekstur yang lembut, keunikan rainbow cake terdapat pada warna yang meriah. Warna-warni tersebut menjadi ciri, daya tarik yang membuat penasaran dan ingin mencicipinya.

Cake asal Amerika ini mulai digandrungi pecinta kuliner di Indonesia, seperti di The Sugarush Cafe yang berada di Jalan Braga selalu dipenuhi oleh pengunjung. Kafe yang buka sampai dengan pukul 23.00 WIB menyajikan berbagai jenis cake, aneka makanan dan berbagai jenis minuman ala Sugarush Cafe.

Darwin, manager The Sugarush Cafe mengakui dalam penjualan rainbow cake kurang lebih 30 loyang setiap harinya. Dengan harga Rp 23.000/potong dan Rp

230.000/loyang. “Kita menawarkan makan di kafe engga terlalu mahal tapi tetap

enak,” ujar Darwin.

Yang membedakan rainbow cake di sini dengan tempat lain yaitu dari warna yang digunakan, Sugarush Cafe tidak menggunakan warna ungu dan rasa yang tidak terlalu manis tetapi ada sedikit rasa asam dan creamy.

Bunga Handri, salah satu pengunjung berpendapat Sugarush Cafe sangat cocok untuk kumpul bareng teman-teman. “Tempatnya anak muda banget, rainbow cake-nya enak di lidah,” menurut Bunga.

(36)

23

3. Liputan Harian yang Telah Diagendakan

Liputan yang telah diagendakan merupakan liputan hasil penugasan liputan dari redaktur kepada penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan. Liputan tersebut mengenai kuliner, politik, sosial budaya dan berita undangan seperti seminar atau event tertentu.

2.1.2 Kegiatan Insidentil Selama Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan insidentil penulis selama PKL di PT. Tempo Inti Media adalah penulis melakukan liputan yang tidak terduga dan penugasan liputan secara mendadak yang ditugaskan dari redaktur melalui pesan singkat atau email. Kegiatan insidentil biasanya lebih kepada inisiatif sendiri untuk mencari berita seperti peliputan demonstrasi atau kejadian yang sifatnya tidak terduga.

2.2 Analisis Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi penulis. Bagaimana tidak, kesempatan itu telah memberikan banyak pengalaman bagi penulis, khususnya mengenai praktek menulis berita dan mengambil gambar, teknik dalam mewawancarai, dan umumnya mengenai teori-teori jurnalistik yang sedang penulis pelajari dalam perkuliahan.

(37)

24

mencari sumber berita yang akan dijadikan berita di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung.

Setiap harinya penulis mencari berita sesuai instruksi kepala biro yang juga pembimbing di tempat penulis melakukan PKL untuk melakukan liputan. Setelah liputan selesai, penulis kemudian kembali ke kantor untuk menulis berita hasil dari liputan yang telah dilakukan.

Setelah itu, kepala biro atau redaktur mengoreksi hasil liputan berita yang sudah ditulis, sehingga penulis mengetahui kesalahan-kesalahan dalam penulisan berita dan penulis juga bisa lebih mengetahui teknik dari penulisan berita.

Sama seperti yang dijelaskan dalam pengertian wartawan dan fotografi penulis banyak melakukan kegiatan kewartawanan, mulai dari reporter hingga fotografer. Penulis menyadari, bahwa kegiatan jurnalistik ini sangat berat dengan tanggung jawab dalam setiap tindakan yang akan dilakukan ketika melakukan peliputan, tidak hanya menjadi reporter saja yang harus menghasilkan berita yang mengandung unsur 5W+1H, tetapi fotografer pun memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan foto yag bernilai berita.

(38)

25

lapangan yang penulis telah jalani selama satu bulan itu telah memberikan jawaban terhadap teori-teori yang penulis dapatkan selama kuliah. Secara keseluruhan, berita-berita yang ditulis dalam Koran Tempo sejalan dengan teori-teori itu.

Pelayanan yang baik diberikan Koran Tempo terhadap Mahasiswa selama melakukan PKL di surat kabar tersebut. Semua staf di Koran Tempo menjalin komunikasi yang cukup baik dengan penulis, dan juga tidak sungkan bersosialisasi dengan mahasiswa PKL, selalu memberikan masukan dan mengajarkan mahasiswa selama melakukan PKL. Penulis sangat diterima baik dalam lingkungan kerja di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung.

Praktek Kerja Lapangan adalah suatu kegiatan dimana mahasiswa menjalani masa praktek kerja yang sesungguhnya didalam dunia kerja nyata. Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah untuk memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa supaya menjadi Sumber Daya Manusia yang benar-benar siap ketika memasuki persaingan dunia kerja nyata, serta menjadi sebuah sarana pengaplikasian ilmu-ilmu yang telah didapat di kampus sehingga dapat diperoleh keterampilan, pengetahuan serta pembentukan tingkah laku yang baik bagi setiap mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan.

Berikut analisis penulis dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan mengenai hal yang menyangkut dengan ilmu jurnalistik :

(39)

26

Where, Why, Who, How) yang diperoleh di bangku perkuliahan.

2. Dalam melaksanakan peliputan harus memiliki pola pikir yang skeptis atau peka terhadap fenomena dan isu yang ada di masyarakat.

3. Wartawan harus berdisiplin dalam waktu dan perilaku juga mempertahankan kode etik jurnalistik dalam peliputan di lapangan.

4. Wartawan dapat melihat suatu fenomena dari berbagai

angle atau sudut pandang dalam memperoleh informasi yang luas.

2.2.1 Pengertian Komunikasi

Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam prosesnya si penyampai pesan disebut komunikator dan penerima pesan disebut komunikan.

Makna lain komunikasi yang dalam bahasa Inggris commication dan bahasa Belanda communicate, berasal dari bahasa latin communication bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama dalam makna (Effendy, 1994 : 9).

(40)

27

Untuk membantu lancarnya proses komunikasi maka ada beberapa komponen yang terdapat dalam proses komunikasi, yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan.

2.2.2 Pengertian Jurnalistik

Kata dasar jurnalistik adalah “jurnal” (journal), artinya laporan atau

catatan, atau “jour” dalam bahasa Perancis yang berarti “hari” atau “catatan

harian”. Dalam bahasa Belanda, journalistiek artinya penyiaran catatan harian.

Jadi, jurnalistik adalah catatan atau laporan tentang kegiatan harian.

Menurut Roland E. Wolseley, jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran. (Sumadiria, 2008 : 3)

Masih dalam buku Haris Sumadiria disebutkan bahwa Adinegoro pernah menegaskan, jurnalistik adalah semacam kepandaian mengarang yang pokoknya member pekabaran pada masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersiar seluas-luasnya. (Amar dalam Sumadiria, 2008 : 3).

(41)

28

1. Jurnalistik adalah sebagai teknik mengelola berita mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarluaskannya kepada masyrakat ( Effendy, 2003 : 95).

2. Jurnalistik adalah kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari (Sumadaria, 2005:2).

3. Jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran (Roland E. Wolseley, 1969:3).

4. Jurnalistik merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita ataupun ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya. (A.W. Widjaya, 1986, 27).

5. Jurnalistik adalah sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan

menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya (Assegaff, 1983:9).

2.2.3 Pengertian Fungsi Jurnalisik

(42)

29

Karena itu, fungsinya bukan lagi menyiarkan informasi, tetapi juga mendidik, menghibur dan mempengaruhi agar khalayak melakukan kegiatan tertentu.

Menurut Onong Uchjana Effendy fungsi-fungsi surat kabar terdiri dari : 1. Fungsi menyiarkan informasi

Fungsi yang pertama dan utama surat kabar yaitu menyiarkan informasi. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar dikarenakan membutuhkan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain, dan lain sebagainya. 2. Fungsi mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (mass education). Surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca menjadi bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, dapat juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung dan bergambar juga dapat mengandung pendidikan.

3. Fungsi menghibur

(43)

30

4. Fungsi mempengaruhi

Adalah fungsi yang keempat ini, yakni fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implisit terdapat pada berita, sedangkan secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel (Effendy, 1993:122-123).

2.2.4 Pengertian Media Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal, berkala dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal kepada komunikan yang beragam (heterogen) dan isi pesan dari media massa bersifat umum dan terbuka.

Ia merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change, yang berperan sebagai institusi pencerahan masyarakat. Menurut Effendy, media massa secara potensial mempengaruhi norma-norma dan batas-batas situasi perorangan (Effendy 2003: 317) . Artinya, pesan komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada dan mengarahkan orang-orang untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.

Media massa bisa menciptakan keyakinan baru mengenai topik, dengan topik mana khalayak kurang berpengalaman sebelumnya. Media massa juga bisa mengubah norma-norma yang sudah ada sehingga dapat mengubah orang-orang dari bentuk tingkah laku yang satu menjadi tingkah laku yang lain.

(44)

31

elektronik berupa televisi, dan radio. Saat ini media massa terus berkembang, bahkan di era globalisasi ini muncul media online sebagai wadah yang dapat menyatukan fungsi antara media massa cetak dan elektronik.

2.2.5 Pengertian Surat Kabar

Surat kabar merupakan media massa cetak yang terbit secara berkala dan ditulis menggunakan kaidah bahasa jurnalistik. Berita-berita yang disampaikan melalui surat kabar bersifat aktual dan faktual. Keberadaan surat kabar yang lebih dahulu muncul menjadikan media ini paling tua keberadaannya dibandingkan dengan media massa lainnya. Surat kabar memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan media massa, karena surat kabar merupakan salah satubagian dari media massa yakni menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.

Sejarah telah mencatat keberadaan surat kabar di beberapa wilayah, baik Cina, Eropa, maupun Indonesia. Sejak munculnya Acta Diurna dan Acta Senata di Kerajaan Romawi Kuno pada tahun 59 SM dianggap sebagai cikal bakal penyebaran informasi melalui tulisan. Mengenai surat kabar itu sendiri, banyak persepsi tentang terbitnya surat kabar pertama di beberapa wilayah di dunia. Pada tahun 911 terbit surat kabar bernama King Pau di Cina yang isinya adalah informasi mengenai keputusan, hasil rapat-rapat atau permusyawaratan.

(45)

32

kabar yang sesungguhnya terbit pada tahun 1620 di Frankfurt, Berlin, Humberg, Vienna, Amsterdam dan Antwerp.

Di Indonesia sendiri, surat kabar mengalami beberapa fase perkembangan yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, serta zaman orde lama, orde baru, orde reformasi dan masa kini.

Untuk mengenali dan mengidentifikasinya, kita harus mengetahui karakteristik surat kabar. Ini berguna agar dapat membedakan mana produk jurnalistik yang disebut surat kabar, dan mana yang bukan. Adapun karakteristik surat kabar diantaranya:

a) Publisitas, penyebaran surat kabar diperuntukkan untuk khalayak, dan isi surat kabar biasanya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum. Effendy mengungkapkan, dengan ciri publisitas ini, maka penerbitan yang meskipun bentuk fisiknya sama dengan surat kabar tidak bisa disebut surat kabar apabila diperuntukkan sekelompok orang atau segolongan orang. (Effendy, 2003 : 91)

b) Periodisitas, yaitu surat kabar memiliki waktu terbit teratur, bisa setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali.

c) Universalitas, berarti isinya beraneka ragam. Sebuah penerbitan berkala

yang isinya hanya mengkhususkan kepada satu bidang tidak bisa disebut surat kabar, karena tidak memiliki ciri universal.

(46)

33

sebagai ciri surat kabar adalah kecepatan laporan tanpa mengenyampingkan kebenaran berita. Surat kabar adalah satu-satunya media cetak yang memuat berita yang baru saja terjadi bila dibandingkan dengan media cetak lain, walaupun sama-sama memberitakan kebenaran. e) Objektivitas, merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh

oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Setiap berita yang disajikan harus dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca, tidak boleh mengganggu perasaan dan pendapat mereka. (Rachmadi dalam Sumadiria 2008 : 38).

Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Menurut ruang lingkupnya, maka surat kabar dibagi menjadi tiga, yaitu surat kabar lokal, regional, dan nasional. Tempo sendiri masuk dalam kategori surat kabar nasional.

2.2.6 Pengertian Kategori Berita

Secara umum, berita dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yakni berita ringan (soft news) dan berita berat (hard news). Selain dua hal itu, berita dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, menurut sifatnya, dan menurut materi isinya.

(47)

34

Berita berdasarkan lokasi peristiwanya terbagi menjadi dua kategori, yakni peristiwa ditempat tertutup (indoor news), dan peristiwa di tempat terbuka (outdoor news). Di tempat tertutup misalnya peristiwa sidang kabinet, seminar, dan sebagainya. Sedangkan peristiwa yang terjadi di tempat terbuka misalnya kerusuhan, bencana alam, atau perang. Berdasarkan sifatnya, berita dibagi menjadi berita yang diduga dan berita yang tidak diduga. Berita yang diduga adalah berita dengan peristiwa yang direncakan atau sudah diketahui sebelumnya, seperti seminar, loka karya, pemilihan umum, dan lain-lain. Sedangkan berita yang tidak diduga adalah berita yang sifat peristiwanya tiba-tiba dan tidak diketahui sebelumnya, misalnya peristiwa tabrakan, bencana alam, dan lain-lain.

Berita menurut isinya dikelompokkan ke dalam berita politik, berita ekonomi, berita sosial, berita keagamaan, berita olah raga, berita kriminal, berita pendidikan, dan lain-lain.

2.2.7 Pengertian Nilai-nilai Berita

Tidak semua peristiwa dapat dijadikan sebuah berita. Lord Northcliffe

merumuskan, if a dog bites a man, that‟s not news, but a man bites a dog that‟s

news (jika anjing menggigit orang, itu bukan berita, tapi jika orang menggigit anjing, itu baru berita).

Dari rumusan Northcliffe di atas, dapat ditarik satu kesimpulan, peristiwa yang dapat dijadikan berita, adalah peristiwa yang memiliki nilai ketertarikan. Dalam buku Jurnalistik Indonesia; menulis berita dan feature, Haris Sumadiria merinci beberapa unsur yang menjadi nilai berita, antara lain :

(48)

35

2. Kebaruan (Newness) 3. Akibat (Impact) 4. Aktual (Timeliness) 5. Kedekatan (Proximity) 6. Informasi (Information) 7. Konflik (Conflik)

8. Orang penting (Public Figure) 9. Kejutan (Surprising)

10. Ketertarikan manusiawi (Human Interest)

2.2.8 Pengertian Teknik Reportase

Dalam dunia jurnalistik, reportase adalah salah satu hal yang harus dilakukan seorang reporter untuk mengumpulkan data dan fakta suatu peristiwa untuk penulisan berita.

Setiap peristiwa mengandung 5W+1H

a. What (apa) : Apa peristiwa yang terjadi?

b. Who (siapa) : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?

c. When (kapan) : Kapan peristiwa itu terjadi?

d. Where (dimana) : Dimana peristiwa itu terjadi?

(49)

36

f. How (Bagaimana) : Bagaimana peristiwa itu terjadi?

5W+1H ini merupakan pertanyaan dasar yang harus terjawab dalam sebuah reportase. Data dan fakta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan mengembangkan 5W+1H tersebut.

Dalam melakukan reportase, ada etika yang harus ditaati oleh reporter, antara lain:

1. Cocer both side. Meliput semua pihak yang terkait, tanpa

membedakan.

2. Fairness. tidak memanipulasi fakta.

3. Balance. Keseimbangan dalam pencarian data dan pemberitaan.

4. Mematuhi Kode Etik Jurnalistik.

5. Tidak mempublikasikan identitas atau pernyaat nara sumber jika nara sumber meminta off the record.

Teknik Reportase dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Wawancara

(50)

37

akan melengkapi bahan penulisan berita. Narasumber dapat dipilah menjadi narasumber primer dan narasumber sekunder. Narasumber primer merupakan narasumber yang memegang peran penting dalam sebuah peristiwa. Narasumber Sekunder berfungsi untuk melengkapi dan mendukung penulisan berita.

Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan oleh reporter:

a. Identitas dan atribut narasumber

b. Pendapat narasumber terhadap peristiwa

c. Kesan narasumber terhadap peristiwa

Beberapa persiapan yang dilakukan reporter agar wawancara berjalan lancar dan efektif, antara lain:

a. Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber. Jika pengetahuan reporter tentang tema sedikit, maka akan timbul banyak kesulitan saat melakukan wawancara.

(51)

38

c. Membawa alat perekam. Selain berfungsi untuk memudahkan reporter menulis hasil wawancara, alat perekam juga dapat berfungsi sebagai bukti jika sewaktu-waktu narasumber mengelak dan protes terhadap berita yang ditulis.

d. Menghargai narasumber dan membuat janji. Membuat janji dengan narasumber itu penting. Karena ada beberapa narasumber yang enggan melakukan wawancara langsung tanpa membuat janji. Ingat, menjaga hubungan baik dengan narasumber itu sangat penting untuk kemudian hari. Banyak narasumber yang kecewa dan enggan bertemu repoter tertentu.

2. Observasi

(52)

39

3. Riset Dokumentasi

(53)

40

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Akhir dari laporan setelah menempuh kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung, penulis memberikan kesimpulan sebagai hasil dari apa yang dirasakan selama menjalankan PKL di PT. Tempo Inti Media Biro Bandung.

1. PT. Tempo Inti Media Biro Bandung yang bergerak di bidang surat kabar, dalam sistem kerjanya menjalankan kedispilinan dan memiliki sifat kekeluargaan dari setiap karyawannya.

2. Untuk menjadi seorang wartawan yang baik, selain pandai dalam

teknik mencari nara sumber dan mewawancarai nara sumber, penulis juga harus mengacu pada 5W+1H dalam setiap penulisan beritanya dan juga fotografer harus memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan foto yang memiliki nilai berita.

3. Selama menjalankan PKL, penulis dituntut untuk menjadi

(54)

41

4. Pelayanan yang diberikan oleh PT. Tempo Inti Media Biro Bandung kepada mahasiswa PKL dinilai/dirasakan baik, dimana penulis banyak diberikan ilmu bagaimana cara menulis berita yang baik, pengenalan lingkungan PKL serta keakraban dan kekeluargaan yang mereka jalin dengan terbuka merupakan salah satu penghubung kedekatan diantara mahasiswa PKL dengan karyawan PT. Tempo Inti Media Biro Bandung.

3.2 Saran

3.2.1 Saran Untuk Perusahaan

1. PT. Tempo Inti Media Biro Bandung diharapkan ada peningkatan dalam pemberian pelatihan, materi, dan pelajaran untuk mahasiswa PKL, mengingat proses seleksi berita yang dimuat oleh Koran Tempo sangat ketat.

2. Sebaiknya PT. Tempo Inti Media Biro Bandung memberikan pembimbing lapangan atau tandem, hal ini dilakukan agar mahasiswa PKL tidak merasa kebingungan dalam proses liputan di lapangan.

(55)

42

3.2.2 Saran Untuk Mahasiswa PKL

Praktek Kerja Lapangan adalah ajang pelatihan dan penerapan teori yang didapat dalam bentuk aplikasi kerja. Bagi mahasiswa, dibutuhkan persiapan yang matang sebelum menghadapi praktek kerja lapangan.

1. Sebaiknya mahasiswa yang akan melakukan PKL, dimana pun tempat untuk PKL harus dijalani dengan sebaik mungkin, guna mendapat berbagai pelajaran dan pengalaman yang tidak didapat di bangku perkuliahan.

2. Sebaiknya mahasiswa dalam melakukan PKL harus dapat membaur

dengan orang-orang, baik dilapangan atau pun di dalam perusahaan tempat menjalankan PKL.

3. Sebaiknya mahasiswa PKL jangan malu bertanya jika ada yang kurang dimengerti.

4. Sebaiknya mahasiswa PKL banyak membaca, jika mahasiswa tidak

(56)

62

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata :

Nama Lengkap : Reza Pramono

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 5 Juni 1990

Agama : Islam

Status Pendidikan :Mahasiswa

Jurusan / Semester : Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik / IX Universitas : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Alamat Rumah : Jl.Cikampek 7 No.34 Antapani Bandung Nomor Telepon : 085720156974

(57)

63

Pendidikan Formal :

 1996 – 2002 : SD Negeri Griba 13/1 Bandung

 2002 – 2005 : SMP Negeri 37 Bandung

 2005 – 2008 : SMA Kartika Siliwangi III-3

Gambar

Gambar 1.2
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Gambar 2.1 Contoh penulisan berita hasil liputan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendapatkan dua berita tersebut, penulis dan reporter pembimbing kembali ke kantor untuk menyetorkan berita yang didapat ke kepala bagian berita harian

Manglé Panglipur (Majalah Sunda) merupakan salah satu perusahaan media cetak (majalah) yang masih bertahan pada saat ini, yang berpengalaman dalam memberikan berita atau

Peliputan bagi web ini pun dilakukan langsung oleh Mahasiswa yang sedang melaksanakan Kerja Praktek di kantor METRO TV biro Bandung dengan memilih berita yang dapat

pada kahlayak atau pembaca, Redaksi HU Galamedia Bandung pun harus dapat menyajikan berita dengan memperhatikan kaidah jurnalistik agar berita yang ditulis menarik atau

Kereta Api (PERSERO) Kantor Pusat Bandung penulis selain membuat kliping dari media Massa Cetak, Penulis juga ikut melakukan kegiataan dengan membuat Dokumentasi

Dalam teknik observasi, dalam mendapatkan berita, penulis terjun langsung ke lapangan. Penulis langsung bersentuhan dengan objek berita. Hal itu akan membuat berita

[r]

Berikut hasil kerja penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Divisi Pemberitaan (News) Bandung TV ada dua klasifikasi yang pertama berupa naskah berita