Analysis of funding mudharabah musharakah to net income (case study in PT. Bank Syariah Mandiri)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh :
ROSIDAH 21107125
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
M✁✝H☎✆ ☎✞☎HTERHADAP LABA BERSIH (Studi kasus pada PT Bank Syariah Mandiri)
✟✠✡ ✠lt☛n✡ ☞☛✌ ✍✌☛l n☞ ✟T Bank Syariah Mandiri Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan pembiayaan, pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah, melalui pemberian pembiayaan tersebut maka bank akan memperoleh laba bersih, tujun penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar laba bersih yang di hasilkan oleh bank dan seberapa besar pengaruh pembiayaam musyarakah dan pembiayaan mudharabah terhadap Laba bersih pada PT. Bank Syariah Mandiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuantitaif dan Kualitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2001-2010 per Tahun sebanyak 10 sampel. Untuk mengetahui besarnya hubungan pembiayaanmusyarakahdan pembiayaan mudharabah. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah terhadap laba bersih di gunakan pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan koefisien korelasi, perhitungan korelasi pearson, analisis jalur, koefisien determinasi, uji hipotesis,dengan menggunakan program aplikasi SPSS 15.0 for Windows.
Dari hasil perhitungan menunjukkan pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah terhadap laba bersih memiliki hubungan yang sangat kuat dengan arah positif, apabila pembiayaan musyarakah dan pembiayaan meningkat maka laba bersih akan tinggi pada PT Bank Syariah Mandiri,melalui perhitungan nilai koefisien korelasi dapat diketehui pembiayaan musyarakah dengan laba bersih sebessar 0,998 termasuk ke dalam kategori yang sangat kuat, sementara hubungan antara pembiayaanmudharabahdengan laba bersih sebesar 0,985 termasuk ke dalam kategori sangat kuat dengan arah positif, Sedangkan dari hasil pengujian koefisien jalur secara parsial yaitu pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada PT. Bank Syariah Mandiri.
ii
(A case study in PT. Bank Syariah mandiri)
The research was conducted at PT Bank Syariah Mandiri purpose of this study is to determine the relationship of financing, Musharaka financing and mudharabah, through the provision of financing the bank will earn a net profit, tujun this study was to find out how much net income generated by banks and how much influence pembiayaam musharaka and mudharabah against net profit at PT. Bank Syariah Mandiri.
The method used in this study is quantitative and qualitative methods. The sample used in this study is the financial year 2001-2010 as many as 10 samples per year. To determine the magnitude of the relationship and mudharabah Musharaka financing. To find out how much influence and mudharabah Musharaka financing to net income in using statistical test used is the correlation coefficient calculation, the calculation of Pearson correlation, path analysis, determination coefficient, hypothesis testing, using the program SPSS 15.0 for Windows applications.
From the results of calculations demonstrate Musharaka financing and mudharabah to net income has a very strong relationship with the positive direction, when the Musharaka financing and funding increases, the net profit will be higher in PT Bank Syariah Mandiri, through calculation of correlation coefficient values can diketehui Musharaka financing with net income sebessar 0.988 belong to the category of a very strong, while the relationship between mudharabah with a net profit of 0.985 included in a category is very strong with a positive direction, while the results of testing the partial path coefficients of Musharaka financing and mudharabah significant effect on net income PT. Bank Syariah Mandiri.
iii
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
✴uji syukur penulis ✵ ✶nj✶t✷ ✶n ke h✶dir✶t ✸llah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunai-Nya kepada penulis sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam senantiasa kita limpahkan kepada
junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kita
umatnya sampai akhir zaman. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan dalam menempuh program Strata 1 pada program studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana
judul yang diambil yaitu : ANALISIS PEMBIAYAAN MUSY✹ ✺✹K✹H DAN
PEMBIAYAAN MUDH✹✺✹ ✻✹H TERHADAP LABA BERSIH (Studi kasus
pada PT Bank Syariah Mandiri) .
Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun skripsi ini, penulis
menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat Inta Budi Setyanusa, SE., M.Ak
selaku dosen pembimbing telah banyak meluangkan waktu guna membimbing,
mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya
penyusunan skripsi ini. Akhirnya diiringi dengan doa, semangat ikhtiar penulis
i
v
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Studi Fakultas
Ekonomi.
4. Ony Widilestariningtyas, SE., M.Si., Selaku Dosen Wali yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan pengarahan kepada penulis.
5. PT. Bank Syariah Mandiri yang telah menyajikan informasi keuangannya secara
transparan sebagai bahan penelitian dalam skripsi ini.
6. Kedua orang tua serta keluarga yang tercinta yang telah memberikan doa,
dorongan, semangat serta kasih sayang yang tulus dan membimbing yang begitu
besar.
7. Kakak-kakakku yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada
penulis, khususnya Aa Depit, Aa Endra, Teh Emi, dan Teh Yanti. Semoga Allah
SWT membalas kebaikan kalian dengan pahala amien.
8. Adik-adik ku yang ros sayangi Eni dan Ayu yang telah memberikan doa dan
v
11. Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
12. Teman-teman kost Wisma Ceria makasih atas dukungannya.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara langsung
atau pun tidak langsung yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
✼✽ ✾ ✾✽ ✿✽ ❀❁ ❂✽✿✽ ❃❄❁ ❀❅✽ ❆✽ ❇❀✽ ❈❁ ✿✿✽ ❇ ❃❅✽ ❉✽ ❆✽❄✽✽ ❈❁❇ ❊
Bandung, Juli 2011
Penulis
Rosidah
1 1.1 Latar Belakang Penelitian
Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman
uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang dilakukan
dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak
zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta,
meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah. Dengan
demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern, yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana melakukan transfer dana telah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman Rasulullah. Keberadaan
bank syariah dalam sistem perbankan Indonesia berawal dari hasil loka karya yang
membahas tentang bunga bank dan perbankan di cisarua Bogor tanggal 19-22
Agustus 1990. Hasil loka karya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah
nasional (Munas) IV MUI dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di
Indonesia.
Sistem ekonomi yang berkembang dewasa ini adalah system kapitalis dan
dengan Islam. Sementara ekonomi Islam yang lebih mempertimbangkan factor nilai,
karate luhur manusia, keutuhan social dan pembalasan Allah di akhirat justru
perkembanganya lebih lambat. Dalam kacamata Islam kegiatan ekonomi tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi harus memiliki nilai ibadah.
Sistem ekonomi Islam mengabdikan kepada persaudaraan umat manusia yang disertai
keadilan ekomomi dan social serta distribusi pendapatan yang adil. Untuk
menciptakan keselarasan antara pertumbuhan dan pemerataan itu, diperlukan lembaga
yang mengendalikan dan mengatur dinamika ekonomi dalam hal ini perputaran uang
dan barang. Fungsi itu sesungguhnya banyak membawa manfaat, karena disitu
bertemu para pemilik, pengguna, dan penelola modal. Bank merupakan lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak
yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang
memerlukandana (deficit unit), serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar
pembayaran (IAI,2002).
Bank di Indonesia terbagi dalam dua kelompok yaitu (Karim,2001) Bank
berdasarka prinsip Konvensional,mayoritas bank yang berkembang di Indonesia
adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvesional. Bank berdasarkan prinsip
syariah, yaitu bank berdasarkan prinsip syariah yang belum lama berkembang di
Indonesia.Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang melaksanakan perantara
keuangan dari pihak-pihak yang kelebihan dana kepada pihak-pihak yang
prinsip-prinsip tersebut yang paling utama adalah tidak diperkenankannya perbankan untuk
meminta atau memberikan bunga kepada nasabahnya (Utami,2003). Bank syariah
memiliki produk atau jasa yang tidak akan ditemukan dalam operasi bank
konvesional. Prinsip-prinsip seperti musyarakah, mudharabah, murabahah,
ijarah,iatishna, dan sebagainya tidak memuat adanya prinsip bunga seperti yang
dikembangakan oleh bank konvesional.
Aturan ekonomi yang ada dalam Al-Qur an dan Al-Hadist, jelas bahwa Islam
benar-benar telah mengatur sistem ekomomi dengan teliti dan jelas melalui
nilai-nilainya yang universal, yaitu bahwa setiap transaksi ekomimi (muamalat) harus
didasarkan pada asas kejujuran, keadilan, toleransi dan suka sama suka, baik dalam
perdagangan, kerjasama (sharing) ataupun semua aspek ekonomi. Indikasi bisa
dilihat dari perolehannya sistem barter (materi dan manfaat), baik melalui jual beli,
sewa menyewa, pegadaian kerja sama lainnya. Islam juga memberikan kebebasan
yang seluas-luasnya dalam melakukan transaksi ekonomi (selama tidak melanggar
nilai-nilai universal Islam) bahkan menyuruh umatnya untuk terus dinamis dalam
menciptakan kemudahaan transaksi memlalui beberapa instrument agar selalu
uptudate dengan perubahan waktu dan tempat.
Perkembangan sistem ekonomi syariah dalam satu dekade terakhir ini di Indonesia
terlihat semakin pesat. Hal ini ditandai dengan berdirinya lembaga-lembaga keuangan
syariah seperti Bank syariah. Namun persaingan yang semakin ketat serta kondisi
perusahaan dapat berupa penyampain informasi perusahaan secara berkualitas. Bagi
para investor informasi yang di sampaikan oleh manajeman bank syariah dijadikan
sebagai alat analisis dan pengawasan terhadap kinerja manajemen. Sementara bagi
manajemen, keterbukaan informasi dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan
dalam mengelolah perusahaan secara professional serta mengikuti aturan yang
berlaku.(Dian Triyani)
Keberadaan bank syariah di Indonesia dimulai sejak tahun 1992 yang mana Bank
Muamalat berdiri sebagai Bank Syariah pertama yang kemudian bank-bank
konvesional diperkenankan membuka kantor layanan syariah yang mana sekarang ini
sudah banyak bank dan semakin berkembang dengan adanya permintaan masyarakat
aka nada jasa tabunga tanpa bunga. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri.
Kelahiran bank syariah mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis
bank syariah di PT. Bank Susila Bakti dan Manajemen PT. Bank Mandiri yang
memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri
(Persero).
Perbedaan prinsip antara bank konvesional dan bank syariah menjadikan penyajian
laporan keuangan juga bebeda. Laporan keuangan merupakan bagian dari ringkasan
proses pencatatan dari transaksi transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku
yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajeman untuk tujuan pertanggungjawaban
konvesional yang sekarang berkembang adalah sebuah disiplin dan praktik yang
dibentuk dan membentuk lingkungannya. Oleh karena itu, jika akuntansi dilahirkan
dalam lingkungan kapitalis, maka informasi yang disampaikannya akan mengandung
nilai-nilai kapitalis. Kemudian keputusan dan tindakan ekonomi yang di ambil
pengguna informasi tersebut juga mengandung nilai-nilai kapitalis. Kapitalime lebih
menerapakan pada prinsip laba dan keuntunga yang memihak kepada pemilik modal
saja tanpa memperhatikan aspek-aspek lain yang sebenarnya lebih memegang
peranan penting daripada pemilik modal sendiri.
Akuntansi Syariah ini untuk mengindari terjadinya praktek kecurangan yang bisa
digunakan manajemen perusahaan konvesional dalam penyususnan laporan
keuangan. Akuntansi syariah bukan selalu berbicara angka. Sebaiknya, dominan
akuntansi juga mengukur perilaku (behavior). ,konsekuensinya, akuntansi Islam
menjadi pelopor dalam menegakan ketertiban pembukuan, pembagian yang adil,
pelarangan penipuan mutu, timbangan, bahkan termasuk mengawasi agar tidak terjadi
benturan kepentingan antara perusahaan yang bisa merugikan kalangan lain. dalam
penyusunan akuntansi Islam kemungkinan ada persamaan dengan akuntansi
konvesional khusnya dalam teknik dan operasionalnya. Seperti dalam bentuk
pemakain buku besar, system pencatatan, proses penyusunan biasa sama, namaun
perbedaan akan kembali megemukakan ketika pembahasan subtantif dari isi
Salah satu permasalahan mendasar yang dihadapi oleh kalangan perbankan syariah
saat ini adalah standarisasi sistem akuntansi dan audit, yang bertujuan untuk
menciptakan transparansi keuangan sekaligus memperbaiki kualits pelayanan
keuangan kepada masyarakat. Diketahui bahwa diantara kunci kesuksesan suatau
bank syariah sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan public tehadap kekuatan
financial bank yang bersangkutan, dan kepercayaan public terhadap kesesuaian
operasional bank dengan sistem syariah Islam. Kepercayaan yang diberikan oleh para
depositor dan investor, dimana keduanya termasuk stakeholder utama system
perbankan di dunia (Syauqi,2005). Salah satu sumber utama untuk meraih
kepercayaan public, adalah tingkat kualitas informasi yang diberikan informasi yang
diberikan kepada public, dimana bank syariah harus mampu menyakinkan public
bahwa mereka memiliki kemampuan dan kapsitas di dalam mencapai tujuan-tujuan
financial maupun tujuan-tujuan yang sesuai dengan syariat Islam. Karena itu,
membangun sebuah sistem akuntansi dan audit yang bersifat standar telah menjadi
kebutuhan utama yang harus dipenuhi, menyangkut pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapan dalam sebuah system akuntansi (PSAK No. 59 par.1).
Noefeimam (2006) yang menagamati tentang sistem pandanaan dan sistem
pembiayaan di bank syariah. Hasil penelitian menunjukan bahwa sistem pendanaan
bank syariah adalah dengan menghimpun dana dari pihak ketiga. Dalam
penghimpunan dana masyarakat, Bank Syariah dapat menggunakan produk yang
dengan cara bank konvesional , yakni dengan skim wadiahdanmudharabah.Wadiah
adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga harta /barangnya
dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang semakna itu. Sedangkan
Mudharabah (sebagai ahli menyebutnya Qirad) adalah suatu bentuk perniagaan
dimana pemilik modal (shahibul maal) menyetorkan sejumlah modal kepada
pengusaha (mudharib) guna diusahakan dengan keuntungan yang akan dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan dari dua belah pihak, sedangkan kerugian
ditanggung oleh pemilik modal. Selanjutnya produk pembiyaan pada Bank Syariah
menggunkan beberapa konsep aqad muamalah, antara lain sebagaimana yang dibahs
berikut ini, Musyarakah (kerja sama Modal Usaha) Musyarakah adalah akad
kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk usaha tertentu dan masing-masing
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kespakatan.
Pembiayaan Musyarakah adalah penanaman dana dari pemilik modal dana/modal
untuk mencampurkandana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya,
sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik dana/modal berdasarkan bagian
dana/modal masing-masing. Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap
hingga akhir masa akad. Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagiandananya akan menurun dan pada akhir
masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilikpenuh usaha tersebut.
Musyarakahdinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan saldo penyisihan
kerugian.Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan kualitas pembiayaan
berdasarkanpenelaahan atas masing-masing saldo pembiayaan.
Pembiayaan Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul
maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,
dengan menggunakan bagi untung (profitsharing) atau metode bagi pendapatan (net
revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
Pembiayaanmudharabahdinyatakan sebesar saldo pembiayaan dikurangi dengan
saldo penyisihan kerugian. Bank menetapkan penyisihan kerugian sesuai dengan
kualitas pembiayaan berdasarkan penelaahan atas masing-masing saldo pembiayaan.
Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha
karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan
pihak pengelola dana, maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaanmudharabah
dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila sebagian pembiayaan mudharabahhilang
setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana maka
rugi tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.
Bank Syariah Mandiri Sebagaimana Bank pada umumnya untuk menjalankan
operasionalnya dalam usaha untuk memperoleh laba di bawah perlindungan dan
pembinaan Bank Indonesia yang beroperasi secara syariah, memiliki prinsip-prinsip
yang harus ditaati, yaitu larangan untuk menggunakan instrumen bunga.
Menyalurkan dana dalam bentuk kredit oleh bank-bank komersil, dalam
prakteknya banyak yang kurang berhati-hati ataupun menyimpang dari aturan-aturan
yang berlaku dalam dunia bisnis perbankan seperti tidak mengindahkan prinsip
kehati-hatian bank (prudential banking) dengan memberikan kredit tak terbatas pada
nasbah satu grup dengan perbankan tersebut, sehingga seringkali merugikan para
deposan dan investor serta berdampak pada perekonomian negara, yang diakibatkan
kecenderungan meningkatnya kredit bermasalah/ macet. Akibatnya pada pertengahan
1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis
ekonomi yang melanda Indonesia. Penggunaan bunga ini, meskipun awalnya mampu
mendorong bergeraknya sektor perbankan secara dinamis, namun telah menjadikan
perekonomian Indonesia mengalami efek pertumbuhan semu (buble growth effect),
yang menyebabkan beberapa Bank konvensional akhirnya kritis (collapse) dan tidak
layak beroperasi, sehingga pada 13 Maret 1999 dunia perbankan harus mengalami
kejadian yang menyedihkan dengan dikeluarkannya keputusan pemerintah yang
melakukan tindakan membekukan/meliquidasi 38 Bank (BBO), mengambil alih
manajemen 7 Bank (BTO), dan merekapitulasi 9 Bank. (Lukman Dendawijaya, 2001
Keberadaan bank syariah di tengah-tengah perbankan konvensional adalah untuk
menawarkan sistem perbankan alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan
layanan jasa perbankan tanpa harus khawatir atas persoalan bunga (riba). Bank
syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan
penerapan prinsip-prinsip Islam dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis yang terkait. Prinsip utama yang diikuti oleh bank syariah
adalah:
a. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk tradisi.
b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan
pendapatan dan keuntungan yang sah(revenue sharing atau profit sharing).
c. Memberikan zakat sebagai salah satu instrumen dalam perhitungan
pembagian keuntungan dan laporan keuangan. (Zainul Arifin, 2002 : 3)
Pemberlakuan UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992
tentang perbankan telah memberi kesempatan luas untuk pengembangan jaringan
perbankan Syariah. Selanjutnya pemberlakuan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia, menegaskan bahwa BI mempersiapkan perangkat peraturan dan fasilitas
penunjang yang mendukung operasional bank syariah. Kedua undang-undang
tersebut menjadi dasar hukum penerapan dual banking system di Indonesia. Dual
Banking system yang dimaksud adalah terselenggaranya dua system perbankan (non
syariah dan syariah) secara berdampingan, yang pelaksanaannya diatur dalam
Bank syariah dalam operasionalnya tetap mengadopsi pola pengoperasian dan
prosedur dari bank konvensional selama hal tersebut tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Syariah. Jika terdapat pola pengoperasian yang bertentangan, maka
bank syariah akan membentuk prosedur pengoperasian tersendiri guna menyesuaikan
aktivitas perbankan mereka. Untuk itu bank syariah membentuk Dewan Syariah yang
berfungsi untuk memberikan masukan (advise) kepada perbankan Syariah guna
memastikan bahwa bank tidak terlibat Dalam unsur-unsur yang tidak disetujui oleh
Islam.
Bank syariah dalam memenuhi kecukupan modalnya menghimpun modal dan
dana-dana pihak ketiga, sehingga masuk kedalam rekening modalnya. Zainul Arifin, (2002
: 54-55 dan 162-163) menggolongkan modal bank syariah sebagai berikut:
a. Modal Inti, yaitu modal milik sendiri yang diperoleh dari modal disetor oleh
pemegang saham, cadaangan yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi yang
disisihkan untuk menutup timbulnya resiko kerugian di kemudian hari, dan laba
ditahan yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang
saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri (melalui rapat umum pemegang
saham) diputuskan untuk ditanam kembali pada Bank. Modal inti ini terdiri atas:
1. Modal Disetor, yaitu modal yang disetor secara kolektif oleh pemilik (bisa dalam
bentuk kepemilikan saham).
2. Agio Saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham,
3. Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham
atau uang oleh pihak lain, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga apabila
saham dijual kembali.
4. Cadangan Umum, yaitu caadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang
ditahan.
5. Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk ttujuan
tertentu atas persetujuan RUPS
6. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang RUPS diputuskan untuk
tidak dibagikan.
7. Laba Tahun Lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak yang belum ditetapkan
penggunaannya oleh RUPS. Penggunaannya sebagai modal inti hanya 50% dari
saldo yang ada. Apabila terdaapat keruugian maka 100% menjadi pengurang
modal inti.
8. Laba Tahun Berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun
berjalan. Laba yang diperhitungkan hanya 50% sebagai modal inti.
9. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya
dikonsolidasikan.
10. Bila dalam pembukuan Bank terdapat Goodwill, maka jumlah modal inti harus
dikurangkan dengan nilai Goodwill tersebut. Bank syariah dapat mengikuti
sepenuhnya pengkatagorian unsur-unsur tersebut di atas sebagai modal inti, karena
b. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account), dana-dana yang dihimpun ke dalam
rekening bagi hasil atas dasar prinsip akad bagi hasil (mudharabah). Akan tetapi
karena rekening ini hanya dapat menanggung resiko atas aktiva yang biayai dari
rekening bagi hasil itu sendiri, dan juga pemillik rekening bagi hasil dapat
menolak menanggung resiko atas aktiva yang dibaiayainya apabila terbukti
kerugian yang timbul disebabkan karena salah urus, kelalaian dan kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen bank, maka sumber dana ini terkadang tidak
dapat sepenuhnnya berperan dalam fungsi permodalan Bank.
c. Modal Pelengkap (jika ada). Modal pelengkap terdiri atas cadangancadangan yang
dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan
dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa:
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapatkan persetujuan dari Direktorat
Jenderal Pajak.
2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk
dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk
menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya
kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.
3. Modal pinjaman, yang mempunyai ciri-ciri:
Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal
Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI
Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul
kerugian Bank
Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila Bank dalam keadaan rugi.
4. Pinjaman Subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan Bank
Mendapat persetujuan dari BI
Tidak dijamin oleh Bank yang bersangkutan
Minimal berjangka waktu 5 tahun
Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI
Hak tagih dalam hal terjadi liquidasi berlaku paling akhir (kedudukannya
sama dengan modal)
Bank syariah dalam menghimpun dana selalu berusaha berhati-hati agar tidak
tercampur dengan hal-hal yang dianggap terlarang (haram), maka
penggunaan modal pelengkap, khususnya modal pinjaman dan subordinasi
karena menggunakan bunga, pada bank syariah sedapat mungkin dihindari.
Berbagi hasil dalam bank syariah menggunakan istilah nisbah bagi hasil, yaitu
proporsi bagi hasil antara nasabah dan bank syariah. Misalnya jika customer service
bank syariah menawarkan nisbah bagi hasil tabungan ssebesar 65:35. Itu artinya
dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana masyarakat di sector rill.
Sementara akan mendapatkan porsi bagi hasil sebesar 35%.
Sebagaimana diketahui bahwa dengan besarnya tingkat pembiayaan yang
disalurkan secara efektif dan efesien akan menambah tingkat pendapatan yang
diperoleh. Dengan meningkatnya tingkat pendapatan pada akhirnya akan
meningkatkan laba bersih (net income), kemudian dengan laba bersih yang besar
bank akan mampu menghadapi persaingan sekaligus melakukan ekpansi pasar dan
kontinuitas usaha bank akan lebih terjamin serta dengan meratanya tingkat
pendapatan yang diperoleh setiap produk dengan perbandingan tidak terlalu jauh akan
membuat posisi bank lebih stabil dan mengoptimalkan peraihan laba, walaupun ada
satu produk yang sekiranya bermasalah dan menimbulkan resiko, tetapi resiko itu
tentunya tidak secara signifikan mempengaruhi usaha bank dalam menghasilkan laba
karena masih terantisipasi oleh pendapatan dari produk-produk atau akad lainnya.
Table 1.1
Perbandingan Pembiayaan ❋●❍ ■❏❑ ❏▲ ❏▼dan❋●◆▼ ❏❑ ❏❖ ❏▼ Fenomena
Dalam Ribuan Rupiah
Tahun Pembiayaan
Musyarakah
Pembiayaan
Mudharabah Laba Bersih
2004 Rp.756.171 Rp. 348.573 Rp.103.446.859
2005 Rp.1.186.901 Rp.484.892 Rp.83.819.281
2006 Rp.1.481.277 Rp.1.107.124 Rp.65.480.398
2007 Rp.4.187.588 Rp.2.314.652 Rp.115.455.198
2008 Rp.5.283.260 Rp.2.926.071 Rp.196.415.940
2009 Rp. 3.000.046 Rp. 3.275.448 Rp.290.942.628
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahu 2004 sampai dengan tahun
2009 Laba Bersih pada PT.Bank Syariah Mandiri dalam perkembangannya
cenderung mengalami fluktuasi begitupun dengan pembiayaan musyarakah dan
pembiayaanmudharabah.
Pada tahun 2005 Laba bersih pada PT.Bank Syariah Mandiri mengalami
penurunan menjadi Rp. 83.819.281.000 dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
akan tetapi pada tahu 2005 pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah
mengalami kenaikan , padahal jika dikaitkan dengan kondisi yang seharusnya saat
pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah naik Laba bersih akan
meningkat namun hal itu justru sebaliknya. Penurunan Laba bersih tersebut mungkin
disebabkan oleh factor lain seperti peningkatan pendapatan bunga bersih yang lebih
rendah sehingga Laba bersih menjadi menurun.
Pada tahun 2007 Laba bersih mengalami kenaikan dibandingkan dengan
tahunn 2006 yang laba bersih mengalami penurunan padahal pembiayaan
musyarakah dan pembiayaan mudharabah mengalami peningkatan dikarenakan ada
faktor lain yang seperti adanya peningkatan beban operasional yang mempengaruhi
penurunan Laba bersih pada PT.Bank Syariah Mandiri.
Pada tahu 2008 Laba bersih mengalami peningkatan begitupun dengan
pembiayaan musyarakah dan pembiayaan mudharabah yang meningkat juga.
Sedangkan pada tahun 2009 Laba bersih pada PT.Bank Syariah Mandiri mengalami
mengalami penurunan sebesar Rp.3000.046.000. Penurunan pembiayaanmusyarakah
ini disebabkan adanya kredit macet atau adanya kemacetan dalam pengembalian
pembiayaan musyarakah. Dan besarnya pembiayaan bank sangat berpengaruh dalam
menentukan besar kecilnya pendapatan bank dan pada akhirnya mempengaruhi
besarnya perolehan Laba bersih Bank.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul
penelitian Analisis Pembiayaan P◗❘ ❙❚❯ ❚❱ ❚❲ dan Pembiayaan P◗❳❲ ❚❯ ❚❨ ❚❲ Terhadap Laba Bersih pada PT. Bank Syariah Mandiri .
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan
beberapa pokok masalah sebagai berikut:
1. Pada tahun 2005 Laba bersih pada PT. Bank Syariah Mandiri mengalami
penurunan menjadi Rp.83.819.281.000 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, akan tetapi pada ntahu 2005 pembiayaan musyarakah dan
pembiayaanmudharabah mengalami kenaikan, padahal jika dikaitkan dengan
kondisi yang seharusnya saat pembiayaan musyarakah dan pembiayaan
mudharabah naik Laba bersih meningkat namun hal itu justru sebaliknya,hal
itu disebabkan oleh factor lain seperti peningkatan pendapatan bunga bersih
2. Tahun 2007 Laba bersih mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
2006 laba bersih mengalami penurunan padahal pembiayaan musyarakahdan
pembiayaan mudaharabah meningkat. Penurunan Laba bersih tersebut
kenungkinan disebabkan oleh factor lain seperti adanya peningkatan beban
operasional yang mempengaruhi penurunan Laba bersih.
3. Pada tahun 2009 Laba bersih mengalami peningkatan sebesar
Rp.290.942.628.000 akan tetapi pembiayaan musyarakah mengalami
penurunan. Penurunan pembiayaan musyarakah ini disebabkan adanya kredit
macet atau adanya kemacetan dalam pengembalian pembiayaan musyarakah
yang akan berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Penulis dapat menentukan
Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan Pembiayaan Musyarakahdan laba bersih pada PT.
Bank Syariah Mandiri.
2. Bagaimana Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan laba bersih
pada PT. Bank Syariah Mandiri.
3. Bagaimana Pengaruh Pembiayaan Musyarakah dan Pembiayaan
Mudharabahterhadap laba bersih pada PT. Bank Syariah Mandiri.
4. Bagaimana pengaruh pembiayaan Musyarakah terhadap pembiayaan
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari pelaksanaan penelitian di perusahaan adalah untuk memperoleh
data dan informasi mengenai seberapa besar pengaruh Pembiayaan musyarakahdan
dan MudharabahTerhadap laba bersih pada PT. Bank Syariah Mandiri. Sehingga
dapat menjelaskan fenomena yang terjadi dari variabel-variabel yang terkait.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1 Untuk mengetahui hubungan pembiayaan Musyarakah pada Bank syariah
Mandiri.
2 Untuk mengetahui Analisis Pengaruh pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank
syariah Mandiri.
3 Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan
Mudharabahterhadap laba bersih pada PT. Bank syariah Mandiri.
4 Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan Musyarakah dan pembiayaan
Mudharabah pada PT. Bank Syariah Mandiri.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan penulis mengenai analisis
bersih pada PT. Bank Syariah Mandiri, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama perkuliahan pada kegiatan ini.
2. Bagi PT. Bank Syariah Mandiri
Bagi Bank Syariah Mandiri Bandung, yaitu hasil penelitian dapat menjadi
bahan masukan untuk menambah informasi mengenai analisis bagi hasil
pembiayaanMusyarakahdan pembiayaanMudharabahterhadap Laba Bersih,
serta bermanfaat dalam melaksankan kewajibannya. Dan Bagi manajeman
perusahaan dapat memberikan informasi tentang besarnya laba bersih yang
diperoleh dalam periode sekarang.
1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada PT Bank
Syariah Mandiri yang terdaftar di BEI. Beralamat di Jl. MH, Thamrin No.5 Jakarta
telepon (021) 2300509, melalui data yang diperoleh dari situs
Tabel 1.2
❩ ❩ ❡❢❣ ❫❤✐ ❥❤❦ ❛u❤❧ ❤st
❡❢❣ ❢❣ ❬❤❦k❝♠❤♥❥❤♦
Perbankan syariah dalam istilah international dikenal sebagaiIslamic Banking atau juga disebut dengan Interest-free Banking. Istilah dengan menggunakan Islamic
tidak dapat dilepaskan dari asal-usul sistem perbankan syariah itu sendiri. Bank
syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonom
dan praktisi perbankan Muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai
pihak yang menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan
sejalan dengan moral dan prinsip-prinsip syariah Islam. Utamanya adalah berkaitan
dengan pelarangan praktik riba, kegiatan maisir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan).
Menurut❜❜❵♣❢❣ qr ❤♦un❣ ss t definisi bank syariah adalah :
Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.
Selain itu, pada❛❤✉❤✈❣ ❤♠❤r❣✇dinyatakan bahwa :
pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank untuk pihak lain (ijarah wa iqtina).
Menurut③④⑤⑥④⑦m⑧⑨r⑩④❶s pengertian bank syariah yaitu :
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Islam dan bank yang tata cara operasinya mengacu pada ketentuan Al-Qur an dan
Hadits.
(2001:15)
Bank Islam dikembangkan atas dasar yang tidak mengizinkan pemisahan
antara masalah-masalah duniawi dan agama. Dasar tersebut mengharuskan kepatuhan
kepada syariah sebagai dasar aspek kehidupan dengan tujuan mendapatkan ridha dari
Allah untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu apa yang
dijalankan dalam praktek perbankan pun merupakan salah satu aspek muamalah
harus sesuai dengan syariah Islam yaituAl-Qur andanHadistatauSunah Rasul. Prinsip yang diterapkan oleh bank Islam atau bank syariah tersebut salah
satunya menjauhkan riba dalam praktek perbankan. Hukum Islam telah melarang riba
seperti yang tercantum dalam Al-Qur ansuratAli-Imranayat 130 : Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah
❹❺❻ ❺❻❺ ❻❼❽w❾❿➀❽n➁ ❾➂❾➃➄➅ ❾➆➇ ❾➈➉ ❾❿❼❽w❾❿➄➅ ❾➆➇ ❾➈➊❾➃ ➇on❾➋
Bank syariah memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, tetapi
unsure yang sangat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional.
1. Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan
Komisaris pada setiap bank. Peran utama para ulama Dewan Pengawas Syariah
adalah mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syariah. Tugas lain Dewan Pengawas Syariah adalah meneliti
dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan
demikian, Dewan Pengawas Syariah bertindak sebagai penyaring pertama sebelum
suatu produk diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.
Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 tahun
1992 dan SK. DIR. BI No. 32/34/KEP/DIR/ 12 Mei 1999 tentang bank berdasarkan
prinsip syariah, kepengurusan bank syariah terdiri dari dewan komisaris dan direksi.
Disamping itu bank harus memiliki Dewan Pengawas Syariah yang berkedudukan di
kantor pusat bank. Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bersifat independen
yang dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia N0.72 tahun 1992 tanggal 30
Oktober 1992 pasal 5 tentang Badan Pengawas Syariah pada bank berdasarkan
a. Ayat 1
Bank berdasarkan prinsip bagi hasil wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah
yang mempunyai tugas melakukan pengawasan atas produk perbankan dalam
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat
agar berjalan sesuai dengan prinsip syariah.
b. Ayat 2
Pembentukan Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh bank yang
bersangkutan berdasarkan hasil konsultasi dengan lembaga yang menjadi
wadah para ulama Indonesia.
c. Ayat 3
Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pengawas Syariah berkonsultasi
dengan lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat 2. Peran utama para
ulama Dewan Pengawas Syariah adalah :
- Mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai
dengan ketentuan-ketentuan syariah.
- Membuat pernyataan secara berkala (setiap tahun) bahwa bank yang
diawasinya telah berjalan dengan ketentuan syariah.
- Meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang
diawasinya.
2. Dewan Syariah Nasional
Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil
merupakan lembaga otonom di bawah Majelis Ulama Indonesia. Kegiatan sehari-hari
Dewan Syariah Nasional dijalankan oleh Badan Pelaksana Harian dengan seorang
ketua dan sekretaris serta beberapa anggota.
Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah Islam, meneliti dan memberi
fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah,
memberikan rekomendasi bagi para ulama yang akan ditugaskan sebagai Dewan
Syariah Nasional pada suatu lembaga keuangan syariah, serta member teguran kepada
lembaga keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis
panduan yang telah ditetapkan.
➏➐➑ ➐ ➏ ➒r➓n➔ ➓pOperasional Bank Syariah
Kehendak untuk mensukseskan lembaga keuangan syariah harus dimulai dari
pemahaman kita secara dalam tentang kemudharatansistem bunga, falsafah lembaga keuangan syariah, kemudian tentang prinsip dasar operasional lembaga keuangan
syariah, dan dampaknya secara luas terhadap kehidupan masyarakat dalam
relevansinya dengan pembangunan.
Bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya
kebersamaan dalam menanggung risiko usaha dan berbagi usaha antara pemilik dana
(shahibul maal) yang menyimpan uangnya di lembaga, lembaga selaku pengelola
dana (mudharib), dan masyarakat yang membutuhkan dana yang bias berstatus
Pada penyaluran dana kepada masyarakat, sebagian besar pembiayaan bank
syariah disalurkan dalam bentuk barang atau jasa yang dibelikan bank syariah untuk
nasabahnya. Dengan demikian, pembiayaan hanya diberikan apabila barang atau
jasanya telah ada terlebih dahulu. Dengan metode adanya barang terlebih dahulu,
kemudian ada uang maka masyarakat dipacu untuk memproduksi atau mengadakan
barang atau jasa, selanjutnya barang yang dibeli atau diadakan menjadi jaminan
(collateral) hutang.
Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut
ditentukan oleh hubungan akad yang terdiri dari 5 konsep dasar akad. Bersumber dari
kelima konsep dasar inilah ditentukan produk-produk lembaga keuangan syariah
untuk dioperasionalkan.
MenurutM. Syafi i Antonio, prinsip operasional bank syariah meliputi : 1. Prinsip titipan atau simpanan (Depositonya/Al-Wadiah)
2. Bagi Hasil (Profit Sharing) 3. Jual Beli (Sale and purchase)
4. Sewa (Operating Lease and Financing Lease) 5. Jasa (fee-based services).
(2001:83)
2.1.2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip
agama Islam. Sesuai dengan prinsip Islam yang melarang sistem bunga atau riba yang
memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah
No Bank Konvesional Bank Syariah
1. Memakai metode bunga Berdasarkan margin keuntungan
2. Profit oriented Profitdanfalah oriented 3. Hungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitur-kreditur
Kemitraan
4. Creator of money supply User of real funds 5. Tidak membedakan investasi yang
halal dan haram
Investasi hanya pada bidang usaha
yang halal
6. Tidak memiliki Dewan Pengawas
Syariah
Operasional harus sesuai dengan
arahan Dewan Pengawas Syariah
Sumber : Edy Wibowo, S.H., M. H.dan Untung Hendy Widodo, S.H. mengapa memilih bank syariah (2005:49)
Perbedaan pembiayaan antara bank konvesional dengan bank syariah dilihat
dari apa yang menjadi pinjaman adalah sebagai berikut :
a. Bank Konvesional : utang pokok ditambah bunga
b. Bank Syariah : harga baru barang yang telah disepakati bersama antara bank
dengan kreditor.
Perbedaan bank syariah dan bank konvesional dalam praktik perbankan dapat
terlihat lebih jelas ketika diterapkannya kebijakan uang ketat, yaitu sebagai berikut :
a. Bank Konvesional akan menaikan tingkat suku bunga simpanan yang diikuti
dengan suku bunga pinjamannya. Kenaikan ini dapat mengganggu
pertumbuhan ekonomi yang sekaligus menggaganggu pertumbuhan
b. Pada Bank Syariah, pengurangan uang beredar akan menekan laju inflasi dan
menurunkan biaya produksi pada investasi debitur sehingga debitur akan
memperoleh tambahan keuntungan yang akan dibagihasilkan kepada bank.
Tambahan keuntungan pada bank ini akan dibagihasilkan kkepada nasabah
penyompan dana untuk mempercepat kegiatan ekonomi dan perluasan
kesempatan kerja akan tetep terpelihara.
2.1.3 Pengertian pembiayaan Musyarakah
Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106, yang dikutip olehSri Nurhayati Wasilah dalam bukunya Akuntansi Syariah di Indonesia mendefinisikanMusyarakahadalah:
akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontibusi dana .
(2008:134)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Musyarakah merupakan akad kerja sama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka
dengan tujuan mencari keuntungan, dalam musyarakah para mitra sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama
mengelola usaha tersebut. Modal yang harus digunakan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan kepentingan
MenurutKasmirpengertianmusyarakahsebagai berikut:
Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
(2003:183)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkani bahwa musyawarah merupakan
ikatan kerja sama usaha antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan, dan apabila terjadi kerugian akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan dan kontribusi dana yang disetorkan.
2.1.3.1 Ketentuan umum dalam akad➝ ➞➟ ➠➡➢ ➡➤ ➡➥
Menurut Habib Nazir, ketentuan umum dalam akad musyarakah sebagai berikut:
Pertama, semua modal yang terkumpul harus disatukan dan dikelola bersama-sama dalam proyek yang sudah ditentukan. Kedua, biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek diketahui bersama. Ketiga, proyek atau usaha yang dijalankan harus disebutkan dalam akad.
(2004;415)
2.1.3.2 Jenis-jenis musyarakah
MenurutHabib Nazir,musyarakah atau syirkah dibagi dalam dua bentuk, yaitu: syirkah al milk atau syirkah al amlak (kemitraan dalam kepemilikan) dan
syirkah al uqud (kemitraan berdasarkan suatu akad).
Penjelasan diatas adalah:
1. Syirkahal amlakterjadi apabila dua orang atau lebih memiliki harta bersama tanpa suatu akad syirkah atau suatu kepemilikan bersama atas suatu kekayaan (common
ownership of property) untuk dibagikan bukan berdasarkan kesepakatan akad
untuk berbagi keuntungan dan kerugian.
Syirkah al amlak ini pada esensinya bukan suatu kemitraan(partnership). Akan
tetapi apabila masing-masing memutuskan untuk tetap memilikinya atau tidak
dibagi-bagikan (tidak dijual), maka mereka bermitra dengan bersifatikhtiyaryatau syirkah ikhtiyary (sukarela atau serikat bebas pilih). Sedangkan apabila mereka
terpaksa harus memiliki harta bersama tersebut, maka mereka bermitra secara
ijbaryatausyirkahjabariyah (serikat secara paksa).
2. Syirkah al uqud adalah suatu kemitraan yang sesungguhnya (contectual partnership) masing-masing membuat suatu akad perjanjian investasi bersama dan berbagi keuntungan dan kerugian. Keuntungan dan kerugian tersebut ditanggung
secara proporsional berdasarkan modal masing-masing yang diinvestasikan.
Dua fungsi utama dari bank syariah adalah mengumpulkan dana dan
menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian
pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun
untuk konsumsi.
Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
(2001:160)
Sedangkan menurutKasmirpengertian pembiayaan adalah :
Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
(2003:102)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah
pendanaan atau penyediaan uang dimana didasari oleh kesepakatan atau persetujuan
antara bank dan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
memerlukan dana dengan jangka waktu yang telah disepakati.
2.1.3.3 Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan merupakan salah satu bentuk aktiva produktif bank. Pengertian
aktiva produktif menurutMahmoedinadalah :
Semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Aktiva produktif bank syariah selain pembiayaan terdiri atas giro pada bank lain, penempatan pada bank lain, surat berharga, penyertaan, dan transaksi rekening administratif.
(2004:18)
Pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syariah
dan dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan kepada
nasabah.
(2005:304)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bank syariah
adalah semua pendanaan yang dilakukan oleh bank syariah kepada nasabahnya
untuk mendukung investasi dan memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.
2.1.3.4 Aplikasi dalam Perbankan a. Pembiayaan Proyek
Al-Musyarakah biasanya di aplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah di sepakati untuk bank.
b. Modal Venture
Pada lembaga keuangan khususnya yang dibolehkan melakukan investasi
dalam kepemilikan perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan
setelah itu bank melakukan investassi atau menjual bagian sahamnya, baik
secara singkat maupun bertahap.
1) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
2) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada
nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami
negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas
usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati- hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap berapa pun keuntungan yang akan dihasilkan nasabah, bahkan
Gambar 2.1 Skema➹➘➴ ➷➬ ➮➬ ➱➬ ✃
Skema itu menunjukkan bahwa prinsip musyarakah adalah dana yang
disertakan dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang bersyarikat.
Implikasinya hasil dana yang dikelola harus dibagi sesuai kesepaktan bersama, begitu
juga jika terjadi kerugian harus ditanggung secara bersama atau sesuai dengan
proporsi modal yang disetorkan.
2.1.4 Pengertian pembiayaan➹➘❐ ✃➬➮➬ ❒➬ ✃
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Akad
Musyarakah Mitra 2 Mitra 1
ProyekUsaha
Laba/rugi mitra 1
Keuntungan/ kerugian
Laba/rugi mitra 2
MenurutAdiwarman A Karimpembiayaanmudharabahadalah :
Al-mudharabahadalah bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaku usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan uang.
(2006:204)
Berbeda pendapat denganY Sri Susilo, pengertianmudharabahyaitu : Akad antara pihak pemilik modal (Shahibul Maal) dengan pengelola
(Mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pendapatan atau keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal akad.
(2000:114)
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
mudharabah didanai sepenuhnya oleh penyandang dana (shahibul maal) dan
pengelola usaha (mudharib) yang menjalankan usaha tanpa penanaman dana
sesuai dengan kesepakatan dan keuntungan dibagi berdasar nisbah yang telah
disepakati di awal akad.
2.1.4.1 Jenis-Jenis Pembiayaan❰ÏÐ ÑÒÓ ÒÔ Ò Ñ
×Ø ÙÚÛ ÜÝÞ Ýß ÝÜÙÚ àÜáÝâ ÝÜ
Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal
dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
ãØ ÙÚÛ ÜÝÞ Ýß ÝÜÙÚâÝääÝÛ Ý Ü
Transaksi mudharabah muqayyadah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal danmudharib, dimanamudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu
dan tempat usaha.
(2001:97)
Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak dimana shahibul maal tidak
menetapkan syarat-syarat tertentu kepada si mudharib. Bentuk mudharabah ini disebut mudharabah muthlaqah, atau disebut dengan Unsertricted Investment Account (URIA). Namun demikian, apabila dipandang perlu shahibul maal boleh
menetapkan batasan-batasan atau syarat-syarat tertentu untuk menyelamatkan
modalnya dari risiko kerugian. Syarat-syarat atau batasan ini harus dipenuhi oleh
si mudharib. Apabila mudharib melanggar batasan-batasan ini, ia harus bertanggung jawab atas kerugian yang timbul. Jenis mudharabah seperti ini disebut mudharabah muqayyadah (mudharabah terbatas) atau disebut Restricted
2.1.4.2 Aplikasi dalam Perbankan
a. Al-Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana,al-mudharabahditerapkan pada :
a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus
seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya.
b. Deposito special (special investmen), dimana dana yang dititipkan nasabah khususnya untuk bisnis tertentu, misalkanmurabahahsaja atau ijarah saja.
Adapun pada sisis pembiayaan,mudharabahditerapkan untuk :
a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.
b. Investasi khusus, disebutkan juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah
di tetapkan oleh shahibul maal.
a. Manfaat al-Mudharabah
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat.
2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara
tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak
3. Pengembalian pokok pembiayaaan disesuaikan dengancash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak membaratkan nasabah.
4. bank akan lebh selektif dan hati-hati(prudent)mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
5. Prinsip bagi hasil dalamal-mudharabah/almusyarakahini berbeda dengan prinsip bunga tetapi dimana bank akan menagih penerimaan pembiayaan (nasabah) satu
jumlah bunga tetap pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi
dan terjadi krisis ekonomi.
Gambar 2.2 Skemeè éêëì íì îìë
Akad
Mudharabah Pengelola Dana Pemilik Dana
ProyekUsaha
Modal dan Porsi
Laba serta Rugi Keuntungan/ kerugian
Porsi Laba
Skema itu menunjukkan bahwa prinsip mudharabah adalah dana yang disertakan dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang bersyarikat.
Implikasinya hasil dana yang dikelola harus dibagi sesuai kesepaktan bersama, dan
apabila terjadi kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana.
2.1.5 Pengertian Bagi HasilñPòó ôõö÷ øù òõúû ü 2.1.5.1 Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminology asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit sharingdalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharingdiartikan sebagai distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari
suatu perusahaan. Pengertian profit sharing menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI:
Profit Sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih
dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut.
(2001)
Sedangkan pengertianprofit sharingmenurutSofyan Rizalyaitu :
Profit sharing adalah bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (investor) dan pengelola dana (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.
2.1.5.2 Prosedur PemberianNÿ ✁✂ ✄dan Bagi Hasil
Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan bagi hasil di
bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikanaspek-aspek : data usaha, kemampuan angsuran, hasil usaha yang
dijalankan, nisbah pembiayaan dan distribusi pembagian hasil. Nisbah merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang melakukan
akad kerjasama usaha, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana
(mudharib) yang tertuang dalam akad atau perjanjian dan telah ditandatangani pada
awal sebelum dilaksanakan kerjasama usaha.
Konsep bagi hasil berbeda sama sekali dengan konsep bunga yang diterapkan
pada bank konvensional. Dalam bank syariah, konsep bagi hasil menurut sebagai
berikut :
1. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank yang
bertindak sebagai pengelola dana.
2. Pengelola atau bank syariah mengelola dana tersebut di atas dalamsystem pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam proyek atau usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.
3. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerjasama,
System bagi hasil merupakan system dimana dilakukan perjanjian atau ikatan
bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan
adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak
atau lebih.
Nisbah (Bagi Hasil ) dapat ditentukan melalui dua cara yaitu:
1. Pembagian keuntungan proposional sesuai modal
Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi di antara para mitra secara proposional
sesuai dengan modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah jumlah
pekerjaan yang dilaksanakan oleh para mitra sama atau pun tidak sama. Apabila
salah satu pihak menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut akan
mendapatkan proporsi laba yang lebih besar. Jika para mitra mengatakan
Keuntungan akan dibagikan di antara kita , berarti keuntungan akan di
alokasikan meneurut porsi modal masing-masing mitra
2. Pembagian keuntungan tidak proposional dengan modal
Dengan cara ini , dalam penentuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya
modal yang disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau
waktu kerja yang lebih panjang.
Menurut Sri Nurhayati Wasilah dalam bukunya Akuntansi Syariah di
Indonesia
lainnya,dibolehkan bagianya untuk mensyaratkan bagi dirinya sendiri suatu bagian tambahan dari keuntungan sebagai ganti dari sumbangan kerja yang lebih banyak. Nisbah bias ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda 70:30 (misalnya) atau proposional dengan modal masing-masing mitra. Begitu para mitra sepakat atas nisbah tertentu berarti dasar inilah yang digunakan untuk pembagian keuntungan.
(2008:141)
2.1.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
MenurutM. Syafi i Antoniofaktor yang mempengaruhi bagi hasil adalah Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua pihak. Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh nilai hasil investasi. Besar
kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pengaruh tersebut ada
yang berdampak langsung dan ada yang berdampak tidak langsung.
(2001:139)
Faktor Langsung
1. Di antara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi
perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia dan
nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).
2. Investment merupakan persentasi aktual dana yang diinvestasikan dari total
dana. Jika bank menentukan investment rate 80%, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
3. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat
dihitung menggunakan salah satu metode :
b. Rata-rata total saldo harian
4. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.
5. Nisbah(Profit ratio)
6. Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan
disetujui pada awal perjanjian.
7. Nisbahantara satu bank dengan bank yang lainnya dapat berbeda.
8. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam data bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan dan 12 bulan.
9. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account yang lainnya
sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.
Faktor Tidak Langsung
1. Penentuan butir-butir pendapatan dan biayamudharabah
2. Bank dan nasabah melakukansharedalam pendapatan dan biaya. Pendapatan yang dibagikan hasilnya merupakan pendapatan yang diterima dikurangi
biaya-biaya.
3. Jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebutrevenue sharing.
4. Kebijakan akuntansi (prinsip metode akuntansi)
5. Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang
2.1.5.4 Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non syariah dan
syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan
oleh lembaga keuangan kepada nasabah.
Perbedaan sistem bunga dan sistem bagi hasil pada lembaga keuangan
konvensional dan lembaga keuangan syariah terdapat paa table di bawah ini :
Tabel 2.2
Perbedaan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil No Metode Bagi Hasil Metode Bunga 1. Penentuan besar rasio bagi
hasil dibuat pada waktu akad
2.1.6 Laba
Laba (income) merupakan suatu pos dasar dan sangat penting dalam laporan
keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagi konteks. Laba pada
umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, penentuan kebijakan,
pembayaran deviden, pedoman investasi dan pengambilan keputusan dan unsure
kinerja perusahaan. Maka tidak jarang ada perusahaan yang menetapkan perolehan
laba sebagai tujuan atau target utama usahanya.
2.1.6.1 Pengertian Laba
MenurutKomarudin Sastra Dipoerapengertian laba bersih yaitu :
Laba bersih adalah jumlah yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel yang dikurangkan dari penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income) di atas pengeluaran (expenditure) bank yang dapat dinyatakan dengan rumus : Y-Ex.
(2004:270)
menurutMuhammadpengertian laba bersih adalah sebagai berikut :
Laba bersih adalah mencerminkan perubahan bersih terhadap posisi ekuitas setelah dikurangi hak atau klaim termasuk bunga utang jangka panjang dan pajak penghasilan yang hanya akan menjadi laba pemegang saham bila nilai penanaman mengalami kenaikan atau terdapat pengumuman deviden.
MenurutSoemarsonopengertian laba yaitu :
Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban-beban sehubungan dengan kegiatan usaha oleh karena laba adalah hasil pengurangan beban terhadap pendapatan, maka kunci kelayakan penetapan laba atau rugi adalah menentukan jumlah pendapatan yang dihasilkan dan jumlah beban yang terjadi dalam periode bersangkutan.
Kesimpulannya dari penjelasan di atas laba adalah selisih dari semua