• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Stroke Dengan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke Di Ruang Rawat RA.4 RSUP HAM Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Stroke Dengan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke Di Ruang Rawat RA.4 RSUP HAM Medan Tahun 2012"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENYAKIT STROKE DENGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT RA.4 RSUP H.ADAM MALIK

MEDAN TAHUN 2012

SKRIPSI Oleh

NIM.111121018 Adista Amelia

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

(2)
(3)

Judul :

Nama : Adista Amelia Nim : 111121018

Jurusan : S1 Keperawatan (S.kep) Tahun : 2013

Abstrak

Meningkatnya angka kejadian dan kematian akibat stroke menjadikan keluarga harus ikut andil dalam perawatan pasien. Anggota keluarga pasien mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan pasien. Keluarga membutuhkan informasi bahwa rehabilitasi pasien stroke membutuhkan waktu beberapa bulan atau bahkan lebih, yang harus memiliki kesabaran dan ketekunan pasien dan keluarga dengan kemajuan yang lambat pada proses penyembuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah korelasi, dan jumlah sampel sebanyak 42 responden dengan analisa data menggunakan korelasi Spearman’s. Dari analisa penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (83,3%) memiliki pengetahuan yang baik dan lebih dari setengah responden (54,8%) memiliki dukungan yang baik. Hasil analisa didapat ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 (p = 0,019; α = 0,05) dengan nilai korelasi Spearman’s sebesar 0,361 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit stroke dan cara merawat pasien stroke dan meningkatkan dukungan dalam merawat pasien stroke karena rasa cinta dan kehangatan keluarga adalah bagian dari terapi pasien. Untuk itu, peran perawat dalam pemberian edukasi pada keluarga perlu terus ditingkatkan.

Kata Kunci: pengetahuan stroke, dukungan keluarga, perawatan stroke

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “hubungan pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2012” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program S1 Keperawatan Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Ariani, S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan proposal skripsi ini 3. Bagian Penelitian Dan Pengembangan RSUP H.Adam Malik Medan 4. Kepala Ruangan RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan

5. Seluruh staf dan Dosen Program S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Orang tua saya, papa H.Sulaiman Ahmad dan mama Hj.Kamisah dan adik-adikku yang tercinta yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam membuat proposal skripsi ini. 7. Buat sahabat-sahabat terbaikku Junita Nurmala Sari, AM.Kep dan

(5)

8. Rekan-rekan mahasiswa Program S1 keperawatan Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Akhirnya Penulis mengharapkan semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis.

Medan, Februari 2013 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR SKEMA... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.3.1 Tujuan Umum... 5

1.3.2 Tujuan Khusus... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.4.1 Bagi Instansi Pendidikan... 6

1.4.2 Bagi Peneliti………... 6

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya... 6

(7)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan... 7

2.1.1 Defenisi ... 7

2.1.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan…….… 7

2.1 Keluarga………... 11

2.2.1 Konsep keluarga... 11

2.2.2 Fungsi Keluarga... 12

2.2.3 Tugas Kesehatan Keluarga………..……….. 15

2.3 Stroke... 16

2.3.1 Pengertian………... 16

2.3.2 Etiologi……….…………... 17

2.3.3 Patofisiologi………...………….. 18

2.3.4 Faktor –faktor resiko serta pencegahan……..…………. 19

2.3.5 Klasifikasi ………..…………. 20

2.3.6 Manifestasi klinis……….……... 21

2.3.7 Komplikasi……….. 24

2.4 Dukungan Keluarga……….……… 24

2.5 Merawat Pasien Stroke……… 27

2.5.1 Prinsip Merawat Pasien Stroke………. 35

(8)

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka Penelitian... 40

3.2 Defenisi Operasional... 41

3.3 Hipotesa... 42

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian... 43

4.2 Populasi dan Sampel dan Tekhnik Sampling... 43

4.2.1 Populasi……….. 43

4.2.2 Sampel……… 43

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 45

4.4 Pertimbangan Etik... 45

4.5 Instrumen Penelitian... 46

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas... 47

4.6.1 Uji Validitas……….. 47

4.6.2 Uji Reliabitas………. 47

4.7 Prosedur Pengumpulan Data... 48

4.8 Analisa Data... 49

(9)

5.1.1 Karakteristik Responden………. 52 5.1.2 Pengetahuan Keluarga Tentang Stroke………. 53 5.1.3 Dukungan Keluarga Merawat Pasien stroke………. 54 5.1.4 Hubungan Pengetahuan dengan Dukungan Keluarga

Dalam Merawat Pasien Stroke………..…….. 54 5.2 Pembahasan……… 56 5.2.1 Pengetahuan Keluarga……….. 56 5.2.2 Dukungan Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke…… 57 5.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Dukungan Keluarga

Dalam Merawat Pasien Stroke……… 58

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan……… 62 6.2 Saran……….. 62

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Defenisi Operasional………. 45

Tabel 2. Nilai Koefisien Korelasi……… 49

Tabel 3. Karakteristik Responden………... 55

Tabel 4. Pengetahuan Keluarga Tentang Stroke………. 56

Tabel 5. Dukungan Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke……… 57

Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Dengan Dukungan Keluarga Dalam merawat Pasien Stroke……….. 57

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2: Kuisioner

lampiran 3 : Surat Penelitian

lampiran 4: Surat balasan bahwa telah melakukan penelitian awal d RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan

lampiran 5 : Hasil Analisa Data lampiran 6: Hasil Olahan Data SPSS Lampiran 7: Lembar Konsultasi skripsi Lampiran 8: Jadwal Penelitian

Lampiran 9: Transasi Dana

(13)

Judul :

Nama : Adista Amelia Nim : 111121018

Jurusan : S1 Keperawatan (S.kep) Tahun : 2013

Abstrak

Meningkatnya angka kejadian dan kematian akibat stroke menjadikan keluarga harus ikut andil dalam perawatan pasien. Anggota keluarga pasien mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan pasien. Keluarga membutuhkan informasi bahwa rehabilitasi pasien stroke membutuhkan waktu beberapa bulan atau bahkan lebih, yang harus memiliki kesabaran dan ketekunan pasien dan keluarga dengan kemajuan yang lambat pada proses penyembuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan. Desain penelitian ini adalah korelasi, dan jumlah sampel sebanyak 42 responden dengan analisa data menggunakan korelasi Spearman’s. Dari analisa penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (83,3%) memiliki pengetahuan yang baik dan lebih dari setengah responden (54,8%) memiliki dukungan yang baik. Hasil analisa didapat ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 (p = 0,019; α = 0,05) dengan nilai korelasi Spearman’s sebesar 0,361 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit stroke dan cara merawat pasien stroke dan meningkatkan dukungan dalam merawat pasien stroke karena rasa cinta dan kehangatan keluarga adalah bagian dari terapi pasien. Untuk itu, peran perawat dalam pemberian edukasi pada keluarga perlu terus ditingkatkan.

Kata Kunci: pengetahuan stroke, dukungan keluarga, perawatan stroke

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sindroma akibat Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau yang dikenal dengan istilah stroke, merupakan penyebab utama kecacatan pada kelompok usia diatas 45 tahun. Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, sosial, serta membutuhkan pananganan yang komprehensif, termasuk upaya pemulihan dalam jangka lama bahkan sepanjang hidup pasien (Mulyatsih, 2010).

Defenisi stroke menurut WHO dalam Alrasyid (2011), adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang bisa menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.

Di Amerika Serikat, kejadian baru stroke diperkirakan sekitar 400.000 orang pertahun. Data statistik menunjukkan hampir empat juta orang di Amerika Serikat menderita stroke. Stroke merupakan penyebab kematian ketiga, dan penyebab kecacatan utama pada orang dewasa di Amerika Serikat (National Stroke Association, 2000 dalam Alrasyid, 2011).

(15)

persen per 100 ribu penduduk, di Singapura 55 persen per 100 ribu penduduk dan Thailand 11 persen per 100 ribu penduduk. Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau 250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat. Pada 2020 mendatang diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke.

Di rumah sakit Haji Adam Malik Medan, stroke termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak di bagian neurologi. Angka kejadian stroke cenderung meningkat, pada tahun1994 dirawat 170 penderita, tahun 1998 dirawat 197 penderita, tahun 1999 dirawat 216 penderita dan tahun 2000 dirawat 243 penderita. Angka kematian (case fatality rate) juga mengalami peningkatan dari 14,2% pada tahun 1998 menjadi 15,8% pada tahun 1999 dan 16,05% pada tahun 2000 (Siregar,2005).

Meningkatnya angka kejadian dan kematian akibat stroke menjadikan keluarga harus ikut andil dalam perawatan pasien. Anggota keluarga pasien mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan pasien. Keluarga membutuhkan informasi bahwa rehabilitasi pasien stroke membutuhkan waktu beberapa bulan atau bahkan lebih, yang harus memiliki kesabaran dan ketekunan pasien dan keluarga dengan kemajuan yang lambat pada proses penyembuhan (Yastroki, 2011).

(16)

terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Untuk itu diperlukan hubungan saling membantu dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan pasien penderita stroke.Anggota keluarga yang menderita stroke memiliki masalah-masalah fisik, emosi dan komunikasi untuk tinggal bersama, hal ini dapat menimbulkan perubahan keseimbangan kehidupan yang normal dalam keluarga. Seluruh anggota keluarga akan terlibat dalam perawatan pasien stroke dan ini akan mempengaruhi kehidupan keluarga (Shimberg, 1998).

Teguh (2008) mengatakan bahwa,stroke merupakan penyebab nomor satu kecacatan pada pasien. Keluarga merupakan sistem pendukung (support system) yang sangat diperlukan oleh penderita stroke selama dalam masa pengobatan, dukungan keluarga dapat membantu dan mengatasi hambatan dalam ketrampilan atau perilaku yang baru serta mencegah kekambuhan.

(17)

Keluarga perlu mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit stroke serta kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pasca stroke, kesembuhan pasien juga akan sulit tercapai optimal jika keluarga tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi penyakit pasien setelah terjadi stroke dan perawatan apa yang sebaiknya diberikan untuk keluarganya yang mengalami stroke (Yastroki, 2011).

Dalam Parwati (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga dengan tindakan keperawatan terhadap pasien pasca stroke. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan kepada anggota keluarga yang mempunyai penderita pasca stroke dapat mencari tahu tentang tindakan perawatan yang baik terhadap penderita pasca stroke. Selain ini anggota keluarga diharapkan selalu memberikan perhatian secara penuh terhadap anggota keluarga yang menderita pasca stroke.

Proses penyembuhan dan rehabilitasi pada pasien stroke dapat terjadi dalam waktu yang lama, yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan pasien dan keluarga. Anggota keluaga pasien penting memainkan peran dalam penyembuhan pasien.Menurut Rubber (1992) dalam Bastable (2002), peran keluarga dianggap sebagai salah satu variable penting yang mempengaruhi hasil perawatan.

(18)

penyakit terbanyak setiap bulannya d RSUP H.Adam Malik. Beliau mengatakan, penderita stroke yang masuk ke ruang rawat RA.4 sebahagiannya adalah pasien stroke dengan kejadian serangan ulang, dan sebahagian dibawa oleh keluarga dalam keadaan mengalami luka dekubitus.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yakni adakah hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke ?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan

1.3.2 Tujuan Khusus

(19)

c. Untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di peroleh dengan adanya penelitian ini adalah: 1.4.1 Bagi Instansi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat di pergunakan sebagai bahan bacaan/referensi bagi mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan USU dan instansi terkait. Hasil penelitian ini di harapkan juga dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan.

1.4.2 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam penerapan ilmu yang didapat selama masa pendidikan .

1.4.3 Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi bahan bacaan, bahan pertimbangan, bahan acuan penelitian lebih lanjut dan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut, terkait dengan masalah perawatan keluarga pada pasien stroke. 1.4.4 Bagi keluarga pasien

(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melaui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoadmodjo,2007).

Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman (Budiningsih,2005).

2.1.2 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Hendra (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya yaitu:

a. Umur

(21)

b. Intelejensia

Intelegensia diaertikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Perbedaan intelejensia dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuannya.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal baik dan buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah:

1) Keluarga

Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan, karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dalam lingkungan kehidupan seseorang.

2) Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga mempengaruhi belajar seseorang.Pengaruh ini terjadi karena keberadaannya yang berhubungan dengan media masa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan mesyarakat.

3) Pengaruh Teman Dekat/Teman

(22)

d. Sosial Budaya

Social budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

e. Pendidikan

Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya.

f. Informasi

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

h. Pekerjaan

(23)

i. Kesehatan

Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial seseorang berfungsi secara optimal dan seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu jika seseorang sakit. Proses belajar akan terganggu jika seseorang berada dalam keadaan yang tidak optimal baik fisik, mental maupun sosial.

j. Perhatian

Jika perhatian seseorang rendah/kurang terhadap suatu materi, maka pemahaman terhadap materi tersebut akan berkurang/menurun.

i. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan.Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus disertai rasaa senang.Berbeda dengan perhatian yang sifatnya sementara.

k. Bakat

Bakat merupakan bagian dari kemampuan untuk belajar, kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau berlatih. l. Diskusi/percakapan

(24)

2.2 Keluarga

2.2.1 Konsep Keluarga

Banyak ahli mendefenisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan social di masyarakat, akan tetapi dari berbagai macam defenisi tersebut ada satu kesatuan yang dapat diambil kesimpulan. Berikut ini akan dikemukankan defenisi keluarga menurut beberapa ahli dalam Setyowati (2008). a. Menurut Duvall dan Logan (1986), keluarga adalah sekumpulan orang dengan

ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsiyang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.

b. Menurut Bailon dan Maglaya (1978),keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, hubungan perkawinan atau adopsi.Mereka saling berinteraksi satu sama lainnya, mempunyai perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

c. Menurut Reisner (1980), keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek.

(25)

e. Menurut BKKBN (1992), keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anak-anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah:

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi.

b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap akan memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sma lainnya dan masing-masing mempunyai peran social suami, istri, anak, kakak, adik.

d. Mempunyai tujuan: (a) menciptakan dan mempertahankan budaya, (b) meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2.2.2 Fungsi keluarga

Friedman (1986)dalam Setyowati (2008)mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :

a. Fungsi afektif

(26)

dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.Komponen yang harus dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif antara lain:

1. Memelihara saling asuh

Yaitu saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima dan slaing mendukung antar anggota.

2. Keseimbangan saling menghargai

Pendekatan yang cukup baik untuk menjadi orang tua diistilahkan dengan keseimbangan saling menghargai. Adanya sikap saling menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif dimana tiap anggota diakui serta dihargai keberadaan dan haknya sebagai orang tua maupun anak.

3. Pertalian dan identifikasi

Kekuatan yang besar di balik persepsi dan kepuasan dari kebutuhan-kebetuhan individu dalam keluarga adalah pertalian (Bonding) atau kasih sayang (attachmen) digunakan secara bergantian. Kasih sayang adalah ikatan emosional yang relatif unik dan abadi antara dua orang tertentu. Ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.

4. Keterpisahan dan kepaduan

(27)

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai pada saat lahir dan akan diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dimana individu secara kontinu mengubah prilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makanan, pakaian dan perumahan, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan.

e. Fungsi perawatan keluarga/pemeliharaan kesehatan

(28)

2.2.3 Tugas kesehatan keluarga

Friedman (1986) dalam Setyowati (2008) mengatakan bahwa tugas kesehatan keluarga diantaranya adalah:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga, apabila terjadi perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang etrjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas membuat keputusan merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

(29)

gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, ketentraman, dan dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga. e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota kaluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.

2.3 Stroke 2.3.1 Pengertian

(30)

Stroke merupakan gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembuluh darah serebral, misalnya thrombosis, embolus, ruptur dinding pembuluh darah atau penyakit vaskular dasar, misalnya arteriosklerosis, arteritis, trauma, aneurisma dan kelainan perkembangan (Lombardo (2006) dalam Price,A&Wilson,M (1995)).

Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/gejala hilangnya fungsi (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Ginsberg, 2007).

Stroke ialah bencana atau gangguan peredaran darah di otak. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi otak teganggu, dan bila berat dapat menyebabkan kematian sebagian sel-sel otak yang disebut dengan infark (Lumbantobing,1994).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian. (Mansjoer, 2000).

2.3.2 Etiologi

(31)

yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

2.3.3 Patofisiologi

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah keotak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan dan spasme vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Arteriosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada otak.Thrombus dapat berasal dari plak arteriosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi trumbulensi.

(32)

Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupturearteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit serebro vascular, karena perdarahan yang meluas menyebabkan TIK meningkat dan menyebabkan herniasi otak. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.

2.3.4 Faktor-faktorResiko Dan Pencegahan Stroke

Pencegahan stroke adalah kemungkinan pendekatan yang paling baik.Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengubah faktor ini dan kondisi manusia yang mempredisposisikan orang tertentu pada stroke atau meningkatkan resiko mereka untuk mengalami stroke.

(33)

2.3.5 Klasifikasi Stroke

Penyakit stroke memiliki klasifikasi yaitu strokehemoragik dan stroke nonhemoragik.Stroke hemoragik merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu.Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Perdarahan otaknya dibagi dua yaitu; (a) perdarahan intraserebral, pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, spons, dan serebelum. (b) perdarahansubarachnoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabang yang terdapat diluar parenkhim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subarachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia dan lain-lain).Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.

(34)

hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema sekunder, biasanya kesadaran umumnya baik.

2.3.6 Manifestasi klinis

Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologic, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral (skunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak dapat membaik sepenuhnya.

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motorik. Gangguan control motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada 1 sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh adalah tanda lainnya. Diawal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan hilang atau menurunnya reflek tendon.

(35)

dipelajari sebelumnya) seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.

Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi.Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.

Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual, homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin bersifat sementara atau permanen. Sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis. Kepala pasien berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan cenderung mengabaikan bahwa tempat dan ruang pada sisi tersebut ini disebut amorfosintesis. Pada keadaan ini pasien tidak mampu melihat makanan pada setengah nampan dan hanya setengah ruangan yang terlihat (gangguan lapang pandang). Gangguan hubungan visual-spasial sering terlihat pada pasien dengan hemiplagia kiri. Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokan pakaian ke bagian tubuh. Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan proprisepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.

(36)

lapang pandang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini. Masal psikologik lain juga umum terjadi dan dimanisfestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.

Disfungsi kandung kemih merupakan hal yang paling sering terjadi pada pasien stroke, pasien tidak mampu untuk mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung kemih dan kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.

(37)

2.3.7 Komplikasi

Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirim kejaringan. Pemberian oksigen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat ini dapat membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.

Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium dapat berasal katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal. Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

2.4 Dukungan Keluarga

(38)

bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.

Dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi indivdu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen&Syme dalam Setiadi)

Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman dalam Setiadi)

Dalam semua tahap, dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai dukungan sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun yang bersifat internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung atau dukungan dari anak (Friedman)

Jenis dukungan keluarga ada empat, yaitu:

(39)

2. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor atau disseminator (penyebar informasi). Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbang aksi sugesti yang khusus bagi individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

3. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarganya,diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian.

4. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi (friedman). Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu akan selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan ini meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan serta didengarkan.

Pasien stoke sangat membutuhkan keempat jenis dukungan yang berasal dari keluarga, sehingga diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan.

(40)

dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress.

2.5 Merawat Pasien Stroke

Setelah kondisi pasien stabil dan fase akut terlampaui, pasien masuk ke fase pemulihan.Di Negara maju biasanya pada fase pemulihan ini pasien dipindah rawat dari rumah sakit akut kepusat rehabilitasi (Rehabilitation Center) atau rumah sakit komunitas (Step Down Care Hospital). Tetapi di Indonesia hamper semua pasien pasca stroke pulang ke rumah atau ke tempat tinggal keluarga.

Pasien stroke membutuhkan penanganan yang komprehensif, termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam jangka lama.Bahkan sepanjang sisa hidup pasien.Keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan ini, sehingga sejak awal perawatan keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan pesien.

(41)

(YASTROKI), saat ini Yastroki telah memiliki banyak cabang di rumah sakit yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Mulyatsih E (2010) mengurutkan berbagai masalah yang mungkin dialami pasien pasca stroke dan cara keluarga mengatasinya, berikut urutan dan cara mengatasinya:

1. Kelumpuhan/kelemahan

Sekitar 90% pasien stroke mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.Kelemahan atau kelumpuhan sering kali masih dialami pasien sewaktu keluar dari rumah sakit, dan biasanya kelemahan tangan lebih berat dari pada kaki.

Apabila sewaktu pulang kerumah pasien belum mapu bergerak sendiri, aturlah posisi pasien senyaman mungkin, tidur terlentang atau miring kesalah satu sisi, dengan memberikan perhatian khusus pada bagian lengan atau kaki yang lemah.Posisi tangan dan kaki yang lemah sebaiknya diganjal dengan bantal, baik pada saat berbaring ataupun duduk (mencegah terjadi edema dan memperlancar arus balik jantung). Sering melakukan latihan gerak sendi untuk mencegah kekakuan pada tangan dan kaki yang lemah minimal 2 kali sehari dan membantu pasien berlatih berjalan.

2. Mengaktifkan tangan yang lemah

(42)

Dengan mengaktifkan tangan yang lemah akan memberikan stimulasi kepada sel-sel otak untuk berlatih kembali aktifitas yang dipelajari sebelum sakit.

3. Gangguan sensibilitas (pasien mengalami rasa kebas atau baal).

Selain mengalami kelemahan separo badan, sering kali pasien pasca stroke mengalami gangguan sensibilitas atau hilang rasa separo badan.Untuk mengatasi masalah ini, keluarga sebaiknya menghampiri dan berbicara dengan pasien dari sisi tubuh yang lemah.Saat berkomunikasi pengasuh dapat menyentuh dan menggosok dengan lembut tangan yang mengalami kelemahan.

Kelurga dianjurkan memberikan motivasi kepada pasien agar menggunakan tangan yang lemah sebanyak mungkin, terutama saat melakukan aktifitas sehari-hari, dan keluarga atau pengasuh sebaiknya menjauhkan dan menghindarkan pasien dari benda-benda yang berbahaya.

4. Gangguan keseimbangan.

Pasien kerap kali mengalami gangguan keseimbangan pada saat duduk, berdiri atau berjalan. Berikut ini beberapa cara melatih keseimbangan pasien.Keluarga perlu membantu merubah posisi pasien karena tidak semua pasien stroke sadar.

a. Melatih keseimbangan duduk b. Melatih keseimbangan berdiri 5. Gangguan berbicara dan berkomunikasi.

(43)

kata-kata, tetapi pasien memahami apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Sebaliknya, pasien sensorik tidak memahami pembicaraan orang lain, tetapi dapat mengelurkan kata-kata.Akibatnya pasien stroke dengan afasia sensorik terlihat tidak nyambung kalau di ajak berbicara. Sedangkan bila kerusakan otak luas dan menyerang pusat ekspresi dan pusat pengertian bicara di otak kiri, pasien akan mengalami afasia global. Pasien tidak mampu memahami pembicaran orang lain dan tidak mampu mengungkapkan kata-kata secara verbal. hal yang harus dipahami oleh keluarga adalah, bahwa pasien afasia tetap membutuhkan kesempatan untuk mendengar pembicaraan orang lain secara normal. Keluarga juga perlu memahi pembicaraan pasien, mendengarkan secara cermat apa yg dikatakan pasien, dan dpt mengira-ngira apa yg diinginkan pasien.

6. Gangguan menelan.

Gangguan menelan merupakan salah satu masalah kesehatan akibat serangan stroke.Biasanya pasien menunjukkan gejala tersedak pada saat makan atau minum, keluar nasi dari hidung, pasien terlihat tidak mampu mengontrol keluarnya air liur dari mulut atau mengiler, memerlukan waktu yang lama untuk makan, dan tersisa makanan di mulut setelah makan.Jika pasien stroke mengalami gangguan menelan, tempatkan pasien pada pada posisi 90° pada waktu makan dikursi atau tempat tidur, pada saat menelan, anjurkan pasien untuk menekuk leher dan kepala untuk mempermudah menutup jalan napas ketika pasien menelan atau kepala menengok ke arah sisi yang lemah tatkala menelan. Gunakan sendok yang kecil dan tempatkan makanan pada posisi yang sehat.

(44)

Selang NGT adalah selang yang dimasukkan kedalam lambung pasien melalui hidung pasien, selang ini harus diganti secara periodic tergantung bahan selang, ada yang setiap 7 hari, 30 hari atau bahkan 3 bulan. Kebutuhan kalori pada pasien berbeda-beda tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan, tingkat aktivtas, suhu tubuh dan kondisi kesehatan secara umum atau penyakit yang menyertai. Pasien dan keluarga harus memahami bahwa bagi pasien yang mengalami gangguan menelan, cairan lebih berbahya dari pada makanan lunak. Peralihan cara memberikan makanan dari selang NGT ke oral harus atas rekomendasi tim stroke. Pasien akan dilatih makan per oral mulai dari makanan dengan konsistensi lunak atau semi padat, selanjutya bertahap kebentuk yang lebih cair. Gunakan sendok jika pasien baru dilepaskan selang NGT dari mulut, hal ini untuk mencegah pasien tersedak dikarenakan koordinasi otot lidah dan mulutbelum baik atau karena gangguan fungsi pusat menelan di otak.

7. Gangguan penglihatan.

Bila pasien mengalami gangguan lapang pandang, maka orientasikan atau beri tahu pasien tempat dan barang yang ada disekitar pasien. Dan dekatkan setiap barang yang dibutuhkan pasien pada saat makan.

8. Gangguan buang air kecil.

(45)

ganti sehari 2 sampai 3 kali. Keluarga juga perlu memperhatikan agar kulit disekitar kemaluan tetap kering (tidak basah) agar tidak mudah lecet.

9. Gangguan buang air besar.

Masalah buang air besar pada pasien stroke bervariasi, seperti konstipasi (sulit buang air besar), diare dan BAB tidak terasa. Masalah yang paling sering terjadi adalah konstipasi, antara lain tirah baring yang lama, kurang aktifitas fisik, asupan kurang serat, kurang minum, dan efek dari penggunaan obat. Keluarga dapat membantu pasien agar tidak mengalami konstipasi dengan cara memotifasi pasien untuk bergerak aktif, mengkonsunsi makanan tinggi serat, minum air putih minimal 2 liter, dan membiasakan diri duduk d kloset setiap pagi, Pemakaian diapers dewasa sangat membantu, dalam proses defekasi, segera mengganti dan membersihkan jika penderita selesai defekasi.

10.Kesulitan mengenakan pakaian

Berpakaian secara mandiri merupakan salah satu kegiatan yang harus dipelajari kembali oleh pasien pasca stroke. Keluarga dapat membantu dan mengajarkan pasien dalam mengenakan pakaian. Sebaiknya baju yang dikenakan pasien adalah kemeja, karena dapat memudahkan pasien sewaktu mengenakannya. Begitu pula dengan celana, jika keseimbangan pasien belum baik sewaktu memakai celana dalam posisi duduk, pasien dapat mengenakannya dalam posisi tidur.

11.Gangguan memori

(46)

pernah dikenal oleh pasien.Selain itu keluarga juga dapat mengorientasikan kembali pemahaman pasien terhadap tempat, waktu dan orang.

12.Perubahan kepribadian dan emosi

Sebagian pasien pasca stroke dapat mengalami perubahan kepribadian dan emosi.Hal ini terutama terjadi pada pasien stroke dengan afasia. Pasien afasia tidak mampu mengungkapkan apa yang mereka inginkan, sehingga seringkali pasien menjadi frustasi, marah, kehilangan harga diri dan emosi pasien menjadi labil. Keadaan ini pada akhirnya menyebabkan pasien menjadi depresi.

Untuk mengatasi hal tersebut, keluarga dapat memberikan support mental dan selalu me-reorientasikan pasien pada realita. Keluarga secara bersama-sama sebaiknya mengenal dan membuat pasien merasa jenuh atau frustasi, dan bagaimana cara mengantisipasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan yang menyenangkan secara bersama-sama diluar rumah atau keluarga mengikutsertakan pasien pada acara keluarga atau acara keagamaan.

13.Gangguan seksual

Banyak pasien pasca stroke dan pasangannya mengalami penurunan fungsi seksual, baik penurunan libido, kurangnya gairah seksual, menurunnya kemampuan untuk ereksi atau orgasme, berkurangnya lubrikasi vaginal, sehingga terjadi penurunan frekuensi hubungan seksual antar pasangan. Faktor utama penyebab penurunan fungsi seksual ini adalah adalah faktor fisik, psikis, dan sosial.

(47)

melakukan hubungan seksual. Hal ini disebabkan karena dampak dari stroke, misalnya kelumpuhan atau kekakuan yang mempersulit pasien dalam mengatur posisi. Tetapi masalah ini dapat diatasi dengan bantuan dan konsultasi dari tim stroke.

2.5.1. Prinsip Merawat Pasien Stroke Di Rumah

Mulyatsih E (2010) mengatakan prinsip merawat pasien stroke dirumah haruslah mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga, diantaranya yaitu:

1. Menjaga kesehatan punggung keluarga

Merawat pasien stroke merupakan suatu proses perawatan jangka panjang yang memerlukan waktu. Pada waktu mengangkat pasien, keluarga harus mempertahankan posisi punggung tetap lurus untuk mencegah keluarga yang merawat sakit punggung di kemudian hari. Yang harus diperhatikan pada waktu mengangkat pasien antar lain; pertahankan punggung, renggangkan kedua kaki, dekatkan badan kepasien, pegang punggung pasien dan pastikan pasien mengetahui apa yang akan anda kerjakan dan bila perlu berikan instruksi.

2. Mencegah terjadinya luka dikulit pasien akibat tekanan

(48)

merubah posisi pasien, cobalah mengangkat dan jangan menggeser. Upaya lain adalah dengan cara mengoleskan lotion pada area tertekan dengan cara memijat dengan lembut. Bila pasien masih sering mengompol keluarga harus memperhatikan kebersihan daerah kemaluan dan mempertahankan agar tetap kering.

3. Mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi

Untuk mencegah kekakuan otot dan sendi, keluarga dapat melakukan latihan gerak sendi lengan dan tungkai secara pasif dan aktif bila memungkinkan minimal 2 kali sehari. Latihan gerak sendi lengan meliputi gerakan sendi bahu, gerakan menekuk dan meluruskan siku dan gerakan memutar pergelangan tangan.Latihan gerak sendi tungkai meliputi gerkan menekuk dan meluruskan pangkal paha, gerakan menekuk dan meluruskan lutut, gerakan menjauh dan mendekati badan, dan gerakan memutar pergelangan kaki.

4. Mencegah terjadinya nyeri bahu (shoulder pain)

(49)

5. Memulai latihan dengan mengaktifkan batang tubuh atau torso

Selain berlatih menggerakkan anggota gerak atas bawah, pasien juga harus berlatih menggerakkan batang tubuh, atau dengan kata lain menggerakkan sisi yang lemah dn sisi yang sehat secara bersamaan, seperti; menekuk kedua lutut dan mengangkat bokong seperti akan melakukan BAK di pispot atau bridging, menekuk kedua lengan disusul menekuk leher, serta memindahkan berat badan dari kiri ke kanan atau sebaliknya, baik pada saat duduk, berdiri dan berjalan.

2.5.2. Mencegah Serangan Ulang Stroke

(50)

Bagi pasien stroke yang memiliki penyakit lain seperti; penyakit jantung, tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis atau penyakit lain, keluarga harus mengingatkan pasien untuk control secara teratur ke dokter.

Setelah pasien stroke pulang ke rumah, pasien mempunyai resiko mengalami komplikasi atau serangan ulang yang dapat membahayakan jiwa pasien.Sebelum pasien dibawa ke rumah sakit, keluarga dapat melakukan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya perburukan.

a. Jika pasien kejang

Jangan tinggalkan pasien sendirian selama pasien kejang, jauhakan barang-barang yang dapat membahayakan fisik pasien, kemudian tidurkan pasien terlentang tanpa bantal, miringkan kepala ke satu sisi. Jangan mencoba memasukkan sesuatupun kemulut pasien selama kejang karena dapat menyebabkan gigi patah.Bila kejang berlanjut hubungi dokter dan segera bawa pasien ke rumah sakit. Catat waktu dan lamanya kejang, dan catat apakah pasien mengompol dan mengalami penurunan kesadaran setelah kejang.Bagi pasien stroke yang mengalami kejang berulang, diskusikan dengan dokter obat anti kejang yang harus dikonsumsi oleh pasien. Pada pasien yang mendapat anti kejang (mis.penytoin) dalam waktu lama, diskusikan apakah perlu dan kapan waktu untuk pemeriksaan kadarpenytoin dalam darah.

b. Pasien tiba-tiba tidak sadar

(51)

berikan makan atau minum peroral, dan segera membawa pasien ke rumah sakit terdekat.

(52)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 KerangkaPenelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke di ruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan.

(53)

Skema.1 Kerangka konsep penelitian hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga

dalam merawat pasien stroke.

3.2 Defenisi Operasional

No

Variable Defenisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur

Skala 1. Pengetahuan

keluarga tentang penyakit stroke

Segala sesuatu informasi yang diketahui oleh orang terdekat (suami, istri, anak atau orang yang masih memiliki hubungan keluarga) yang merawat pasien stroke.

- Pengertian - Penyebab - Patofisiologi - Faktor –faktor

resiko serta pencegahan - Klasifikasi - Manifestasi klinis - Komplikasi Menggunak an kuesioner dengan 12 pertanyaan dengan 3 pilihan a,b dan c. Jawaban benar=1 Salah=0 0-6= kurang 7-12= baik Rasio Pengetahuan tentang stroke:

- Pengertian - Penyebab - Patofisiologi

- Faktor –faktor resiko serta pencegahan

- Klasifikasi - Manifestasi klinis - Komplikasi

Dukungan keluarga dalam: - Merawat pasien stroke - Prinsip Merawat Pasien

Stroke Di Rumah

(54)

2. Dukungan keluarga merawat pasien stroke Segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh keluarga dalam:

- Cara merawat pasien stroke - Prinsip merawat

pasien stroke

- Mencegah Serangan Ulang Stroke Menggunak an kuesioner dengan 28 pernyataan dengan pilihan jawaban selalu=3 Sering=2 Jarang=1 Tidak pernah=0 50–69= Kurang 70-84= Baik Interval

3.3 Hipotesa Penelitian Hipotesa dalam penelitian ini :

Ho = tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan kesiapan keluarga merawat pasien stroke

Ha = ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan kesiapan keluarga merawat pasien stroke

(55)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelatif karena peneliti ingin mencari hubungan antara pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga merawat pasien stroke di RSUP H.Adam Malik Medan.

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Notoadmodjo, 2010). Ruang rawat RA.4 merupakan ruang rawat yang memiliki banyak variasi pasien syaraf. Pada penelitian ini populasinya adalah keluarga pasien yang anggota keluarganya menderita stroke di ruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan. Diketahui terdapat 71 pasien penderita stroke dihitung sejak bulan Maret sampai bulan Mei 2012, baik stroke hemoragik maupun stroke nonhemoragik (Buku Laporan Ruang Rawat RA.4)

4.2.2 Sampel

(56)

dibuat oleh peneliti sesuai dengan defenisi keluarga dan kondisi pasien di RSUP H.Adam Malik Medan.

Sampel yang diambil adalah yang memenuhi kriteria yaitu keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita stroke, anggota keluarga yang dimaksud disini baik suami/istri/anak atau orang terdekat (yang masih memiliki hubungan keluarga) yang terlibat dengan pasien stroke selama dirawat di rumah sakit.

Menentukan sampel dengan menggunakan ketetapan absolute dan menggunakan rumus :

n = N

1 + N (d)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti 0,1 (10%) Diketahui :

N = 71 d = 0,1

� = � 1 +�(�)2

�= 71

1 + 71(0,1)2

� = 71 1,71

(57)

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah :42 responden. 4.3 Lokasi dan waktu penelitan

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat R.A4 RSUP H.Adam Malik Medan, dan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara mulai dari bulan 23 Nopember 2012 sampai 7 Januari 2013.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari dosen pembimbing Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Bagian Penelitian dan Pengembangan RSUP H.Adam Malik Medan. Selanjutnya peneliti memperkenalkan diri serta responden akan diberikan informasi tentang sifat, manfaat, tujuan dan proses penelitian. Jika responden bersedia, maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar bukti persetujuan (informed consent).Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan, maka responden dapat memberikan persetujuan secara verbal (lisan). Selama proses penelitian, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai responden. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti tidak melakukan tindakan yang merugikan dan menghindari/ meminimalisir tindakan berbahaya terhadap pasien (nonmaleficence).

(58)

informasi yang diberikan oleh responden dijamin peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian ini.

4.5 Instrumen Penelitian

Data responden yang diperoleh dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang berisi data demografi umur, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan , hubungan dengan pasien, dan kode responden. Kuisioner pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke tentang pengertian, penyebab, patofisiologi, faktor-faktor resiko serta pencegahan, klasifikasi, manifestasi klinis, dan komplikasi yang terdiri atas 12 pertanyaan, dengan pilihan jawaban “a,b, dan c” diukur dengan menggunakan skala Gutmant dan setiap jawaban pertanyaan yang benar akan diberi skor 1 dan untuk setiap pertanyaan yang salah akan diberi skor 0, dengan hasil ukur pengetahuan keluarga “Kurang”= 0-6 dan “Baik”=7-12. Variable ini menggunakan skala interval.

(59)

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji validitas isi, yaitu dengan instrument dibuat mengacu pada isi yang sesuai dengan variable yang diteliti. Uji validitas ini dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya. Kuisioner ini telah diuji validitasnya, untuk kuisioner pengetahuan diuji validitasnya oleh salah seorang dosen pada departemen Keperawatan Dasar dan Keperawatan Medikal Bedah dengan strata pendidikan S2 dan untuk kuisioner dukungan oleh salah seorang dosen pada departemen Keperawatan Keluarga dengan strata pendidikan S2, keduanya merupakan dosen pada Fakultas Keperawatan Universitas Keperawatan Sumatra Utara.

4.6.2 Reliabilitas

(60)

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada responden. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian pada pendidikan

(Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara).

2. Mengirim surat izin penelitian dari Fakultas ke tempat penelitian di RSUP H.Adam Malik medan.

3. Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak RSUP H.Adam Malik Medan, peneliti melakukan penelitian d Ruang Rawat RA.4.

4. Peneliti menjelaskan sifat, manfaat, tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian serta meminta kesediaan salah satu anggota keluarga pasien stroke untuk menjadi responden dalam mengikuti penelitian ini.

5. Setelah mendapat persetujuan responden, kuisioner dibagikan kepada responden dimulai.

6. Peneliti memberikan instrumen penelitian berupa kuesioner kepada responden yang terdiri dari kuesioner pengetahuan keluarga tentang stroke dan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke.

(61)

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data dengan memeriksa kembali semua kuisioner satu persatu yakni memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Kemudian memberikan kode terhadap setiap pernyataan yang telah diajukan guna memudahkan peneliti untuk melakukan tabulasi dan analisa data.

Data tentang pengetahuan keluarga terhadap penyakit stroke dan data tentang dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s

Pada penelitian ini, peneliti sudah melakukan normalitas data untuk kedua variabel, namun data untuk kuisioner pengetahuan tidak memenuhi syarat berdistribusi normal sedangkan untuk kuisioner dukungan berdistribusi normal, kemudian peneliti melakukan normalitas data dengan melakukan transform data, namun data pengetahuan tetap tidak memenuhi syarat, yaitu data kuisioner pengetahuan tidak berdistribusi normal. selanjutnya peneliti menggunakan uji alternatif yaitu dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s.

Pada kuisioner pengetahuan diambil nilai hasil ukur dengan jawaban benar 0-6 bermakna pengetahuan kurang dan 7-12 bermakna pengetahuan baik sedangkan untuk kuisioner dukungan diambil nilai rata-rata (mean) yakni 69, dengan rentang 50–69 bermakna dukungan kurang dan rentang 70-84 bermakna dukungan baik.

(62)
[image:62.595.203.449.253.427.2]

antara 0 sampai 1 dan besaran koefisien ini menunjukkan kekuatan hubungan. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Nilai Koefisien Korelasi Interval koefisien Tingkat hubungan 0,000 – 0,199

0.200 – 0,399 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000

(63)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

(64)
[image:64.595.107.509.266.760.2]

5.1.1 Karakteristik responden

Table 5.1

Distribusi frekuensi Data Demografi karakteristik responden dalam pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke dengan dukungan keluarga

dalam merawat pasien stroke diruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2012.

Karakteristik Frekuensi (42) Persentase (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 11 26,2

Perempuan 31 73,8

Umur

18 – 40 tahun 22 52,4

40 – 60 tahun 18 42,8

>60 tahun 2 4,8

Suku

Batak 18 42,9

Jawa 9 21,4

Aceh 7 16,7

Minang 4 9,5

Lainnya 4 9,5

Pendidikan

SD 2 4,8

SMP 7 16,7

SMA 18 42,9

PT 15 35,7

Pekerjaan

PNS 5 11,9

Wiraswasta 16 38,1

Karyawan swasta 3 7,1

Tdk.bekerja 18 42,9

Hub.keluarga

Suami/istri 13 30,9

Anak 25 59,5

Ponakan 2 4,8

Cucu 2 4,8

Tempat tinggal bersama klg inti

Ya 31 73,8

Tidak 11 26,2

Jenis Stroke

Stroke hemoragik 16 38,1

(65)

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 31 responden (73,8%) dengan rentang umur terbanyak pada usia dewasa muda sebanyak 22 responden (52,4%). Sebagian besar responden bersuku Batak yakni sebanyak 18 responden (42,9%). Memiliki tingkat pendidikan terbanyak SMA sebanyak 18 responden (42,9%), sebagian besar responden tidak bekerja yakni 18 responden (42,9%) dan sebagian besar hubungan keluarga dengan pasien adalah anak yakni 25 responden (59,5%). Rata-rata pasien stroke tinggal bersama keluarga inti yakni sebesar 31 pasien (73,8%) dan pasien terbanyak menderita stroke iskemik yakni 26 responden (61,9%).

5.1.2 Pengetahuan Keluarga Tentang Stroke

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke diruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2012.

Pengetahuan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Baik 35 83,3

Kurang 7 16,7

Jumlah 42 100

(66)

5.1.3 Dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke Table 5.3

Distribusi frekuensi dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke diruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2012.

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Baik 23 54,8

Kurang 19 45,2

Jumlah 42 100

Dari hasil diatas menunjukan sebagian besar keluarga memberikan dukungan yang baik dalam merawat anggota keluarga yang terkena stroke yakni sebanyak 23 responden (54,8%).

[image:66.595.110.511.526.639.2]

5.1.4 Hubungan pengetahuan dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke.

Table 5.4

Hubungan pengetahuan dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke diruang rawat RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2012.

DUKUNGAN

TOTAL

P VALUE BAIK KURANG

PENGETAHUAN n % n % n %

0,019

BAIK 20 58,8 15 42,9 35 83,3

KURANG 3 42,8 4 57,1 7 16,7

TOTAL 23 100 19 100 42 100

(67)
[image:67.595.114.515.277.400.2]

dukungan yang baik, dan 4 responden (57,1%) memiliki pengetahuan dan dukungan yang kurang.

Tabel 5.5

Analisa Data Korelasi Spearman’s Hubungan pengetahuan dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke diruang rawat RA.4 RSUP

H.Adam Malik Medan Tahun 2012. Korelasi Spearman’s Skor

Pengetahuan Skor Dukungan Spearmans rho Skor Pengetahuan

Correlation coefficient 1.000 .361

Sig.(2-tailed) .019

n 42 42

Skor Dukungan

Correlation coefficient .361 1.000 Sig.(2-tailed) .019

n 42 42

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah total keseluruhan responden adalah 42 responden, setelah dilakukan uji Korelasi Spearman’s dapat diperoleh nilai signifikasi p (value) = 0,019 pada tingkat kemaknaan (alfa) α = 0,05 , diketahui bahwa nilai p (value) < α, artinya hasil signifikan Ha diterima dan Ho ditolak, yang menunjukkan bahwa korelasi antara pengetahuan dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke bermakna. Nilai korelasi spearman sebesar 0,361 menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah.

5.2Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan keluarga

(68)

35 (83,3%) responden. Ini menunjukkan hampir seluruh keluarga pasien memiliki pengetahuan baik tentang penyakit stroke.

Rata-rata umur responden berada pada usia dewasa muda, pada usia ini biasanya mudah mendapatkan dan menerima informasi, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir (Huckloc (1998) dalam Wawan (2010)).

Rata-rata pendidikan pasien berada pada tingkat SMA yakni sebanyak 18 responden (42,9%). Wawan (2010) juga mengatakan pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain, menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya, makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi.

(69)

5.2.2 Dukungan Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke

Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 42 responden tentang dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke memberikan dukungan yang baik yakni sebanyak 37 (88,1%) responden. Menurut peneliti dukungan yang baik pada keluarga dipengaruhi oleh informasi yang diberikan oleh peneliti tentang dukungan keluarga dan cara merawat pasien stroke. Perhatian dan dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada pasien sangat mempengaruhi respon pasien terhadap keadaan yang dideritanya. Keluarga ikut berperan aktif terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam upaya pemulihan pasien stroke, mengingat stroke termasuk upaya pemulihan dalam jangka lama bahkan sepanjang hidup pasien (Mulyatsih, E&Ahmad, A, 2010).

Friedman (1986) dalam Setyowati (2008), keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

(70)

mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008).

Untuk lebih meningkatkan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke, peneliti mengharapkan kepada petugas di RA.4 RSUP H.Adam Malik Medan agar meningkatkan perhatian terhadap keluarga pasien dalam memberikan penyuluhan kesehatan, khususnya dalam merawat pasien stroke, mengingat setelah keluar dari rumah sakit pasien tetap memerlukan perawatan di rumah dan keluarga merupakan lingkungan yang paling terdekat dalam kehidupan pasien untuk membantu pasien dalam melakukan aktivitas keseharian.

5.2.3 Hubungan pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke.

Berdasarkan uji Korelasi Spearman’s dapat diperoleh nilai signifikasi p (value) = 0,019 pada tingkat kemaknaan (alfa) α = 0,05 ,

(71)

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa, terdapat hubungan antara pengetahuan dengan dukungan keluarga dengan jumlah responden adalah 42 orang, 20 (58,8%) responden diantaranya memiliki pengetahuan baik dengan dukungan yang baik, 15 (42,9%) responden memiliki pengetahuan baik dengan dukungan kurang, 3 (42,8%) responden memiliki pengetahuan yang kurang namun memiliki dukungan yang baik, dan 4 (57,1%) responden memiliki pengetahuan dan dukungan yang kurang.

Dari data tersebut didapat bahwa sebanyak 15 (42,9%) responden memiliki pengetahuan yang baik, namun dukungannya kurang. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua responden yang memiliki pengetahuan yang baik namun dukungannya juga baik, dan dapat dilihat pula bahwa ada responden yang memiliki pengetahuan yang kurang 3 (42,8%), namun memiliki dukungan yang baik. Jika dilihat secara keseluruhan, rata-rata responden memiliki pengetahuan dan dukungan yang baik dalam merawat pasien .

(72)

pengetahuannya, karena pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Semakin banyak pengetahuan yang didapat, maka semakin besar pula dukungan yang diberikan dalam proses perawatan (Wawan,A&M,Dewi, 2010)

Friedman (1986) dalam Setyowati (2008) mengatakan bahwa tugas kesehatan keluarga diantaranya adalah mengenal masalah kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Untuk itu diperlukan hubungan saling membantu dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan pasien penderita stroke. Anggota keluarga yang menderita stroke memiliki masalah-masalah fisik, emosi dan komunikasi untuk tinggal bersama, hal ini dapat menimbulkan perubahan keseimbangan kehidupan yang normal dalam keluarga. Seluruh anggota keluarga akan terlibat dalam perawatan pasien stroke dan ini akan mempengaruhi kehidupan keluarga (Shimberg, 1998).

(73)

sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen&Syme dalam Setiadi).

Tanpa pengetahuan dalam merawat pasien stroke pada keluarga dan mengorientasikan mereka pada perawatan untuk pend

Gambar

Tabel 4.1 Nilai Koefisien Korelasi
Table 5.1 Distribusi frekuensi Data Demografi karakteristik responden dalam
Table 5.4
Tabel 5.5

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Sumatera Utara Resiliensi Pasien yang Mengalami Penyakit Kronis di RSUP H. Adam

terhadap status fungsi menelan pada pasien stroke dengan disfagia di RSUP Haji. Adam

Adam Malik Medan untuk melengkapi pencatatan data penderita seperti suku dan lokasi perdarahan.. Kata kunci: Karakteristik Penderita, Stroke Haemoragik, RSUP H

Untuk mengetahui bentuk dukungan keluarga dalam upaya rehabilitasi pada. pasien stroke di

FORMULIR DAYA TERIMA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT KARDIOVASKULAR TERHADAP MAKANAN YANG DISAJIKAN RSUP H?. ADAM

Karakteristik Penderita Stroke Hemoragik Yang Dirawat Inap Di RSUP Adam Malik Medan Tahun 2007-2008.. Medan;Program S1

Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat pengetahuan perawat tentang pengurangan bahaya fisiologis imobilisasi pada pasien stroke di Ruang RA4 RSUP H. Adam

Adam Malik Medan ….……… Distribusi frekuensi kualitas pelayanan keperawatan pada pasien di ruang rawat inap terpadu (Rindu)RSUP H.Adam Malik Medan Distribusi