• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN

BARAT KABUPATEN ASAHAN

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DISUSUN OLEH : CITRA GUSTIANDA

090902013

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Citra Gustianda

NIM : 090902013

Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

DOSEN PEMBIMBING

Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D NIP. 19630319 199303 1 001

KETUA DEPARTEMEN

Hairani Siregar, S.Sos, M.SP NIP. 19710927 1998101 20 001

DEKAN FISIP USU \

(3)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama : Citra Gustianda Nim : 090902013

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

Kemiskinan merupakan suatu akar permasalahan yang tidak bisa kita abaikan di Indonesia. Dengan melonjaknya angka kependudukan di Indonesia maka dengan ini kebutuhan akan hidup semakin lama semakin tajam. Krisis perekonomian yang terjadi di Indonesia pemerintah yang memiliki peranan bagi setiap hal yang timbul dan mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat, memandang bahwa awal dari masalah kemiskinan adalah melonjaknya angka kependudukan. Pemerintah dengan ini membuat suatu program yaitu program beras untuk keluarga miskin atau disingkat dengan raskin. Program ini bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan atas dasar pemenuhan hak untuk masyakat miskin akan kebutuhan pangannya.

(4)

Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwaEvaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan adalah pelaksanaan baik. Hasil perhitungan dikatakan pelaksanaan baik dilihat dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan yaitu dari input sebanyak 0,273 dari process sebanyak 0,64 dari output sebanyak 0,683 dan dari impact 0,37.

(5)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Citra Gustianda Nim : 090902013

ABSTRACT

The Evalution of implementation program of rice to poor families in the village of Kisaran Baru sub-district Kisaran Barat Regency Asahan

Poverty is a root cause that we can not ignore in Indonesia. With a soaring population figures in Indonesia, with the need to live more and more sharply. Economic crisis in Indonesia that the government has a role to any matters arising and destabilize society, the view that poverty is the beginning of a surge in population numbers. Government hereby makes the program a program of rice to poor families or shortened by Raskin. The program aims to reduce poverty and on the basis of the fulfillment of the right to food needs of poor communities.

This research study was held in the village of Kisaran Baru sub-district Kisaran Barat Regency Asahan as one of the locations of rice research program for poor families who are often referred to with Raskin. Research study using descriptive method with qualitative approach. To obtain necessary data, this research study using data collection technique and field study which consists of questionnaire, interview and observation.

(6)

sub-district Kisaran Barat Regency Asahan is implementation of good. The calculation result is implementation of good viewied from several measurements that have been made, input as of 0,273 from process as of 0,64 from output as of 0,683 and from impact 0,37.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmaanirarahim

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada-Mu ya Allah atas selesainya penulisan skripsi ini. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempurnaan Nikmat dan Rahmat-Nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan”. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengukikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan baik material maupun moril dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menghanturkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(8)

memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya.

4. Kepada Bapak lurah dan seluruh pegawai kantor di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan, terimakasih sudah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terimakasih untuk segala ilmu pengetahuan selama perkulihan dan dengan segala jasa-jasanya.

6. Teristimewa kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta Hasnita dan Iwan, yang tak pernah lelah memberikan doa, semangat dan motivasi dengan sepenuh hati kepada kami anak-anaknya sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan sarjana di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa juga buat adik-adik saya Widia Gustiasari dan Ibnu Rayhan yang telah menjadi penyemangat untuk saya dan beserta kepada seluruh keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan saya.

(9)

Kartini Zalukhu, dan Melvira Novira Sari dan seluruh anak kessos 2009. Maaf yang namanya tidak disebut. Terimakasih buat kalian semua.

9. Terimakasih juga buat adik-adik saya stambuk 2010, 2011, dan 2012 kessos. Senang berkenalan dengan kalian dan senang menjadi keluarga besar kalian di kessos.

10.Terimakasih buat sahabatku Sri Fusanti makasih dukungannya walau mulutnya jabirnya mintak ampun, makasih sudah menemani saya dari zaman SMA dan makasih buat sepupu kesayangan Rizka Dinda Amelia Hrp. Terimakasih juga buat teman kost kak Ayu Karmila, adek Ayu Pratiwi Hrp, Dian Yulis Wulandari dan bang Mustafa (pacar kak ayu).

11.Terakhir terimakasih buat lelakiku yang selalu memberi dukungan dan motivasinya ^__^.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahan rahmat dan karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial kedepannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Oktober 2013 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ………... DAFTAR BAGAN ……… DAFTAR LAMPIRAN ………

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 13

1.3. Pembatasan Masalah ... 13

1.4. Tujuan Penelitian ... 14

1.5. Manfaat Penelitian... 14

1.6. Sistematika Penulisan... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 16

2.1. Evaluasi ... 16

2.1.1. Pengertian Evaluasi ... 16

2.1.2. Fungsi Evaluasi ... 17

2.1.3. Proses Evaluasi ... 18

(11)

2.2.1. Evaluasi Program ... 20

2.3. Kebijakkan ... 21

2.3.1. Pengertian Kebijakkan ... 21

2.3.2. Tahap-tahap kebijakkan ... 22

2.3.3. Analisis Kebijakkan ... 24

2.4. Kemiskinan ... 28

2.4.1. Pengertian Kemiskinan ... 28

2.4.2. Aspek-aspek Kemiskinan ... 30

2.4.3. Gejala-gejala Kemiskinan ... 30

2.4.4. Ciri-ciri Kemiskinan ... 31

2.4.5. Keluarga Miskin ... 33

2.5. Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin ... 36

2.5.1. Pengelolaan dan Pengorganisasian ... 37

2.5.1.1 .Tim Koordinasi Raskin Pusat ... 38

2.5.1.2. Tim Koordinasi Raskin Provinsi ... 40

2.5.1.3. Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota ... 41

2.5.1.4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan ... 43

2.5.1.5. Tim Koordinasi Raskin Desa/Kelurahan ... 44

(12)

2.5.2. Perencanaan dan Penganggaran ... 47

2.5.2.1. Perencanaan ... 47

2.5.2.2. Pagu raskin ... 47

2.5.2.3. Penetapan RTS-PM ... 48

2.5.2.4. Penetapan Titik Distribusi ... 50

2.5.2.5. Penetapan Titik Bagi ... 50

2.5.2.6. Penganggaran ... 50

2.5.3. Mekanisme Pelaksanaan ... 51

2.5.3.1. Penyedian Beras ... 51

2.5.3.2. Rencana Penyaluran ... 51

2.5.3.3. Pola Penyaluran Raskin ... 51

2.5.3.4 Pendistribusian ... 52

2.5.3.5. Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) raskin ... 53

2.5.4. Pengendalian dan Pelaporan ... 54

2.5.4.1. Pengendalian ... 54

2.5.4.2. Pelaporan ... 56

2.5.5. Sosialisasi ... 57

(13)

2.6. Kesejahteraan Sosial ... 58

2.6.1. Pengertian kesejahteraan Sosial ... 58

2.7. Kerangka Pemikiran ... 60

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operational ... 62

2.8.1. Defenisi Konsep ... 62

2.8.2. Defenisi Operasional ... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 65

3.1. Tipe Penelitian ... 65

3.2. Lokasi Penelitian... 65

3.3. Populasi dan Sampel ... 65

3.3.1. Populasi ... 65

3.3.2. Sampel... 66

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.5. Teknik Analisis Data... 68

BAB IV DESKRIPTIF LOKASI PENELITIAN ... 71

4.1. Sejarah ... 71

4.2. Kondisi Geografis... 77

4.3. Kondisi Demografis ... 78

(14)

4.5. Sumber Air dan Penerangan ... 82

4.6. Sarana dan Prasarana ... 82

4.7. Sistem Struktur Pemerintah Kelurahan Kisaran Baru ... 84

BAB V ANALISIS DATA ... 85

5.1. Kharakteristik Umum Responden ... 85

5.2. Evaluasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin ... 92

5.2.1. Masukan (input) ... 92

5.2.2. Proses (process) ... 101

5.2.2.1. Tepat Jumlah …... 101

5.2.2.2. Tepat Harga ..…... 106

5.2.2.3. Tepat Waktu …... 108

5.2.2.4. Tepat Administrasi …... 110

5.2.2.5. Tepat Kualitas …... 113

5.2.2.6. Tepat Distribusi …... 115

5.2.3. Keluaran (output)... 116

5.2.4. Pengaruh (impact) ... 119

5.3. Analisis Kuantitatif ... 122

5.3.1 Masukan (input) ... 122

(15)

5.3.3 keluaran (output) ... 124

5.3.2 Dampak (impact) ... 124

BAB VI PENUTUP ………... 127

6.1. Kesimpulan ... 127

6.2. Saran …………... 128

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 78

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...………... 79

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama …...……... 79

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...………... 80

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keluarga Miskin ………. 81

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………... 86

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...………... 86

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama …...……... 87

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ...………... 88

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ………... 89

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak ………... 90

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ………... 91

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ………... 91

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ………... 92

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah ... 93

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan kendaraan apa yg dimiliki …... 94

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan jenis lantai bangunan tempat tinggal ... 95

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan jenis dinding tempat tinggal ... 95

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan sumber penerangn rumah tangga ………... 96

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan sumber air minum ………... 97

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan pernah mengkonsumsi makanan sebagai berikut ………... 98

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan frekuensi mengkonsumsi daging/susu/ayam …... 99

(17)

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan informasi tentang jumlah beras ………... 101 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan berapa jumlah beras …... 102 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan berapa jumlah potongan yang

bapak/ibu keluarkan perbulan ketika menerima raskin ………... 103 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan jika jawaban bapak ibu “tidak” maka brapa kebutuhan beras untuk keluarga anda selama sebulan ………... 104 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan beras mencukupi kebutuhan selama

sebulan ………... 105 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah yang harus bapak/ibu

keluarkan untuk membeli raskin ………... 106 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan biaya tambahan untuk menebus raskin

... 107 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan tanggal berapakah menerima raskin

………... 108 Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan bulan terakhir menerima raskin

………... 108 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan menerima raskin secara rutin tiap

bulan ………... ... 109 Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan darimana bapak/ibu mendapatkan

kartu raskin ………... 110 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan pendistribusian dan penyaluran sudah

berjalan baik ………... 110 Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan layanan dalam pendistribusian raskin

………... 111 Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan tempat pengambilan raskin ………... 112 Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan pelayanan petugas raskin ………... ... 112 Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan kualitas beras ………... . 113 Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan kelayakan beras………... ... 114 Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan pengambilan bantuan

………... 115 Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan terbantu tidaknya dengan adanya

(18)

Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan meningkatnya pendapatan keluarga ………... 116 Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan cukup tidaknya pengahasilan keluarga

………...117 Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan pendapatan yang didapat sudah sesuai

harapan ………... 118 Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan adakah peran serta dalam program

tersebut ………... 119 Tabel 5.42 Distribusi Responden Berdasarkan kemudahan yang dalam mengurus

administrasi ………... 120 Tabel 5.43 Distribusi Responden Berdasarkan adakah kemudahan dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari ………... 120 Tabel 5.44 Distribusi Responden Berdasarkan kehidupan setelah berjalan program

(19)

DAFTAR BAGAN

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

(21)

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama : Citra Gustianda Nim : 090902013

ABSTRAK

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

Kemiskinan merupakan suatu akar permasalahan yang tidak bisa kita abaikan di Indonesia. Dengan melonjaknya angka kependudukan di Indonesia maka dengan ini kebutuhan akan hidup semakin lama semakin tajam. Krisis perekonomian yang terjadi di Indonesia pemerintah yang memiliki peranan bagi setiap hal yang timbul dan mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat, memandang bahwa awal dari masalah kemiskinan adalah melonjaknya angka kependudukan. Pemerintah dengan ini membuat suatu program yaitu program beras untuk keluarga miskin atau disingkat dengan raskin. Program ini bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan atas dasar pemenuhan hak untuk masyakat miskin akan kebutuhan pangannya.

(22)

Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwaEvaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan adalah pelaksanaan baik. Hasil perhitungan dikatakan pelaksanaan baik dilihat dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan yaitu dari input sebanyak 0,273 dari process sebanyak 0,64 dari output sebanyak 0,683 dan dari impact 0,37.

(23)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Citra Gustianda Nim : 090902013

ABSTRACT

The Evalution of implementation program of rice to poor families in the village of Kisaran Baru sub-district Kisaran Barat Regency Asahan

Poverty is a root cause that we can not ignore in Indonesia. With a soaring population figures in Indonesia, with the need to live more and more sharply. Economic crisis in Indonesia that the government has a role to any matters arising and destabilize society, the view that poverty is the beginning of a surge in population numbers. Government hereby makes the program a program of rice to poor families or shortened by Raskin. The program aims to reduce poverty and on the basis of the fulfillment of the right to food needs of poor communities.

This research study was held in the village of Kisaran Baru sub-district Kisaran Barat Regency Asahan as one of the locations of rice research program for poor families who are often referred to with Raskin. Research study using descriptive method with qualitative approach. To obtain necessary data, this research study using data collection technique and field study which consists of questionnaire, interview and observation.

(24)

sub-district Kisaran Barat Regency Asahan is implementation of good. The calculation result is implementation of good viewied from several measurements that have been made, input as of 0,273 from process as of 0,64 from output as of 0,683 and from impact 0,37.

(25)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pertanian di Indonesia yang selama ini telah berjalan ternyata tidak serta merta berjalan sebagaimana mestinya. Karena secara teoritis melalui industrialisasi sector pertanian akan menciut dimana tenaga kerja akan terserap oleh kota-kota besar namun demikian sector pertanian yang menciut tetap menghasilkan pangan yang cukup dengan kualitas yang tinggi (Wisnusaputra,2006). kondisi pertanian yang katanya berkelanjutan di Indonesia, sampai saat ini jusrtu boleh di bilang pertanian kita boleh di bilang berjalan di tempat tidak ada perubahan yang berarti tidak seperti pada saat BIMAS gencar di laksanakan. Lalu bagaimana fakta yang terbentuk pada tahun 2009 bahwa Negara Kita Indonesia berhasil melakukan swasemabada. Benar atau tidaknya kita sebagai masyarakat Indonesia dapat menilai sendiri (http://turindraatp.blogspot.com/2010/01/sejarah-bimas.html di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 21.41 WIB).

(26)

akhirnya tanggal 4 mei 1972 target produksi pertanian (dalam hal ini beras) di pandang perlu untuk dikurangi. Sehingga puncak dari program kejayaan BIMAS yang berkelanjutan sejak tahun 1965 menimbulkan efek yang luar biasa dimana pada tahun 1984 Bangsa Indonesia mengalami swasembada pangan (khususnya beras) dan mendapat pengakuan dari dunia internasional melalui FAO. Hingga tahun 1993 selama 25 tahun kenaikan produksi beras di Indonesia mencapai 240% hingga menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengekspor beras dari sebelumnya bangsa pengimpor beras terbesar.

Peningkatan Kesejahteraan Rakyat menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang meliputi 5 (lima) sasaran pokok yaitu: pengurangan kemiskinan dan pengangguran, pengurangan kesenjangan antar wilayah, peningkatan kualitas manusia, perbaikan mutu lingkungan hidup, dan pengelolaan sumberdaya alam, serta peningkatan infrastruktur. Dalam implementasinya, prioritas utama pembangunan nasional diberikan kepada pemeliharaan kesejahteraan rakyat, penataan kelembagaan dan pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial. Sasaran yang hendak dicapai melalui prioritas ini antara lain adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat miskin, sehingga angka kemiskinan dapat diturunkan menjadi 10,5 % – 11,5 % pada tahun 2012 (Pedoman Umum Penyaluran RASKIN 2012).

(27)

ribu orang (dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,48 juta orang pada Maret 2012). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78 persen pada Maret 2012. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72 persen pada Maret 2011 menjadi 15,12 persen pada Maret 2012 (http://www.bps.go.id/?news=940 di akses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 14.04 WIB).

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2012, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 73,50 persen, tidak jauh berbeda dengan Maret 2011 yang sebesar 73,52 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, daging ayam ras, tempe, tahu, mie instan, bawang merah, dan cabe merah. Sedangkan, komoditi yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, bawang merah, tahu, dengan tambahan kopi dan cabe rawit. Komoditi bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan adalah biaya perumahan, pendidikan, angkutan, listrik, dan bensin, sedangkan di perdesaan sendiri adalah biaya perumahan, listrik, kayu bakar, bensin, dan pendidikan.

Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan internasional, yaitu Universal Declaration of Human Right (1948), Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996,

(28)

internasional telah mentargetkan pada tahun 2015 setiap negara termasuk Indonesia telah sepakat menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya.

Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memerangi kemiskinan dan kelaparan antara lain angka kemiskinan baru berhasil diturunkan dari 16,66% pada tahun 2004 menjadi 12,5% pada tahun 2011, jumlah orang miskin sebesar 31,02 juta jiwa pada tahun 2010 masih cukup tinggi, tingkat pengangguran dipandang masih cukup tinggi, meskipun telah berhasil diturunkan dari 11,24% pada tahun 2005 menjadi 6,56% pada bulan Agustus 2011, jumlah daerah tertinggal yang tersebar di berbagai wilayah masih cukup tinggi. Untuk menghadapi permasalahan tersebut maka Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 mengusung tema Percepatan dan Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan Kesejahteraan Rakyat.

Indonesia, 95% dari jumlah penduduknya mengkonsumsi beras sebagai pangan utama, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun (BPS, 2011), bahkan sebelumnya mencapai 139,15 Kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh diatas rata-rata konsumsi dunia yang hanya sebesar 60 Kg/kapita/tahun. Juga diatas rata-rata konsumsi beras negara tetangga seperti Malaysia sebesar 80 Kg/kapita/tahun, Thailand 70 Kg/kapita/tahun, dan Jepang 58 Kg/kapita/tahun. Dengan demikian Indonesia menjadi negara konsumen beras terbesar di dunia. Beras menjadi komoditas nasional yang sangat strategis. Instabilitas perberasan nasional akan mengakibatkan gejolak dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, politik maupun ekonomi.

(29)

manusia di Negara negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka HDI Indonesia adalah 0,692. Angka indeks tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$ 3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara (www.ekonomirakyat.org diakses pada tanggal 20 mei 2013 puku 19.45 WIB).

(30)

Melihat masih tingginya angka kemiskinan, penanggulangan kemiskinan adalah sebuah kebijakan strategis yang mau tidak mau diambil oleh pemerintah selaku agen pembangunan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perbaikan sosial pada segenap lapisan masyarakat. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan penduduk itubersegi banyak. Analisis masalahnya tidak hanya layak ditujukan pada perspektif masyarakat yang menerima program perbaikan sosial ekonomi. Tidak kurang pentingnya adalah perlunya memberi perhatian khusus pada dinamika aparat pelaksana program itu sendiri (Sarman, 2000:1).

Program Beras untuk Keluarga Miskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Pada 2008, Raskin menargetkan penyediaan 2,77 juta ton beras bagi 19,1 juta rumah tangga miskin dengan total biaya subsidi Rp 7,8 triliun. Setiap rumah tangga menerima 145 kg beras selama 10 bulan dengan harga tebus Rp1.600 per kilogram di titik distribusi. Penyaluran raskin hingga titik distribusi menjadi tanggung jawab Bulog, sementara penyaluran dari titik distribusi kepada rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (Kemenkokesra, Pedoman Umum Raskin 2008, 2007).

(31)

diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, selain itu juga untuk meningkatkan/membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka meningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui enjualan beras kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.

Sasaran Program Beras Untuk Keluarga Miskin Tahun 2012, adalah: berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta RTS dalammencukupi kebutuhan pangan beras, melaluipendistribusian beras bersubsidi sebanyak 180kg/RTS/tahun atau setara dengan 15 kg/RTS/bulandengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di TD. Ternyata dalam pelaksanaan program Beras Untuk Rakyat Miskin ini justru terjadi banyak persoalan. Diantaranya adalah masalah dalam hal tidak tepat sasaran, tidak tepat jumlah, tidak tepat kualitas, dan tidak tepat harga. Selain itu dari sisi administratif juga ditemukan masalah bahwa munculnya keterlambatan penyetoran uang hasil pembelian beras kepada bulog. Jika dilihat sepintas seolah-olah masalah tersebut adalah masalah distribusi. Namun jika dilhat secara mendalam masalah telah muncul sejak sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan tidak optimal telah menimbulkan cara pandang yang salah tentang program Raskin. Pada tahap yang lain, yaitu pendataan, ada bukti yang cukup kuat bahwa cara dan hasil indentifikasi penerima manfaat kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Demikian juga halnya dengan masalah distribusi, khususnya dari titik distribusi terakhir kepada penerima manfaat, terjadi banyak masalah. Akibatnya muncul berbagai penyimpangan di satu sisi dan protes dari masyarakat luas di sisi lain.

(32)

pengimplementasiannya justru program Raskin banyak terjadi persoalan dan penyimpangan. Kendati demikian, bila dicermati program Beras Untuk Keluarga Miskin merupakan program yang paling efektif dibanding program-program lain dalam penanggulangan kemiskinan. Sementara dalam program raskin, sumber masalah utama terletak pada sosialisasi, pendataan dan distribusi serta tidak adanya institusi lokal khusus yang menangani raskin tersebut. Hal tersebut membuat program tersebut tidak berjalan dengan layak.

Realisasi Beras Untuk Keluarga Miskin selama 2005 - 2009 berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan Rp.1.600/kg sejak tahun 2008, Program Beras Untuk Rakyat Miskin bukan hanya telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga stabilitas harga. Program Beras Untuk Rakyat Miskin telah mengurangi permintaan beras ke pasar sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih lebih rendah dari harga pasar yang saat itu rata-rata sekitar Rp.5.000 – 5.500/kg. Dampak Raskin terhadap stabilisasi harga terlihat pada saat Program Beras Untuk Rakyat Miskin hanya diberikan kurang dari 12 bulan (seperti pada tahun 2006 = 11 bulan dan tahun 2007 = 10 bulan). Harga beras akhir tahun 2006 dan awal 2007 serta akhir tahun 2007 dan awal 2008 meningkat tajam. Pada saat itulah, pemerintah melakukan Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus dari Cadangan Beras Pemerintah (OPK -CBP) (www.bulog.co.id diakses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 19.58 WIB).

(33)

Administrasi, dan Tepat Kualitas. Pedoman Umum ( Pedum ) Penyaluran Raskin merupakan panduan pelaksanaan Raskin untuk mencapai 6 Tepat, yang mencakup Pengelolaan dan Pengorganisasian, Perencanaan dan Penganggaran, Mekanisme Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaporan serta Sosialisasi. Pedum ini juga mengakomodasi inisiatif dan kebijakan operasional lokal yang bertujuan memperlancar pelaksanaan distribusi Raskin di daerah yang disesuaikan dengan kondisi dan keterbatasan masing-masing daerah. Pelaksanaan selanjutnya diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) di tingkat Kabupaten/Kota.

(34)

kemiskinan, karena penduduk miskin memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (www.indonesia.go.id di akses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 19.35 WIB).

Salah satu yang sering terjadi dalam suatu kebijakkan adalah karena tidak dipahaminya atau adanya kesalahan persepsi daripada aktor. Aktor tingkat pemda terbagi atas level atau layer (lapisan pemerintahan). Contohnya seperti kurang layaknya beras yang diberikan kepada keluarga miskin tersebut. Berasnya bisa dikatakan tidak layak untuk dimakan karena beras juga mengandung kutu dan bau. Ada lagi permasalahan yang sering terjadi yaitu, bantuan tersebut kurang sasarannya. Seharusnya kelurga miskin tersebut ia tidak dapat dikarenakan banyak hal ada berasnya sudah di jual oleh kepala kelurahan atau pejabat yang berwenang dan ada juga yang ia nya tidak terdata.

Keterlambatan-keterlambatan datangnya bantuan tersebut bisa juga memicu permasalahan yang ada. Keterlaterlambatan datang di karenakan banyak pihak yang ingin mendapatkan upah-upah oleh bantuan tersebut yang bisa dikatakan sebagai uang capek. Banyak lagi permasalahan yang terjadi yang membuat penulis tertarik untuk menelitinya. Masyarakat juga tahu apa yang selama ini menjadi hak nya dan kewajibannya.

(35)

yang kemudian di diteruskan ke Bulog dan penyalurannya akan dilakukan untuk dua bulan (alokasi Januari dan Februari, red).

Fahmi meminta kepada masyarakat untuk bersabar dan penyaluran raskin akan segera dilaksanakan bila surat permintaan itu sudah ditanda tangani bupati. “Alokasi disesuaikan dengan jumlah RTS yang ada dan itu sudah ada ketentuannya,” kata Fahmi. Terpisah Kepala Bulog Sub Divre III Kisaran melalui Bagian Pelayanan Publik Sutrisman ketika dikonfirmasi mengatakan, Bulog pada prinsifnya siap untuk menyalurkan raskin, karena stok cukup tinggal lagi hingga hari ini pihaknya belum menerima permintaan dari pemerintah termasuk Asahan

(http://www.metrosiantar.com/2013/penyaluran-raskin-terganjal-tanda-tangan-bupati/ di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 22.04 WIB).

Salah satu pemerintah daerah di Indonesia, lebih tepatnya salah satu pemerintah daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan. Menurut data demografis Kabupaten Asahan berdasarkan dari sumber BPS Kabupaten Asahan (2010) pada tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batu Bara, jumlah penduduknya diperkirakan 700.606 jiwa yang tersebar pada 25 kecamatan dengan 177 desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan 3.719,45 Km² (371.945 Ha) dengan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 188,36 jiwa per Km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan sebesar 70,58 persen dan sisanya 29,42 persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2009 sebesar 1,71 persen.

(36)

persentase penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar 4,09 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 64,64 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang penduduk usia non produktif. Total penduduk keluarga miskin di Kabupaten Asahan diperkirakan sebanyak 36.737 keluarga di tahun 2008 (Berita Sore, 2009) atau diperkirakan 14,92 persen di tahun 2008 dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan (Kabar Indonesia, 2008). Pengeluaran rata-rata per kapita/ bulan penduduk Asahan tahun 2009, pada golongan pengeluaran kurang dari Rp. 200.000 sebanyak 5,11 persen, golongan pengeluaran Rp. 200.000 sampai Rp. 299.999 sebanyak 26,66 persen. Kemudian pada golongan pengeluaran Rp. 300.000 sampai Rp. 399.999 sebanyak 25,39 persen, golongan pengeluaran Rp. 400.000 sampai Rp. 499.999 sebanyak 15,99 persen dan sebesar 26,85 persen golongan pengeluaran rumah tangga diatas Rp. 500.000. Pola konsumsi rumah tangga berupa pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 274.630 dan pengeluaran untuk bukan makanan sebesar Rp. 187.974 per kapita/ bulan (BPS, Kab. Asahan,2009).

(37)

Kelurahan Kisaran Baru menurut sumber resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan (BPS. Kab. Asahan, 2013) merupakan salah satu kelurahan dari 13 kelurahan di Kecamatan Kisaran Barat dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sekitar 5393 jiwa atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 2074 Rumah Tangga yang tersebar di 7 Lingkungan dengan luas wilayah ± 69 Ha. Program Raskin juga dilaksanakan di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat sebanyak 146 Kepala Keluarga yang tersebar di 7 Lingkungan, dengan melihat kondisi yang ada maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan“.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

“Bagaimana pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di kelurahan kisaran baru kecamatan kisaran barat kabupaten asahan?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan perhatian pada fenomena penelitian, maka perlu kiranya ditetapkan pembatasan masalah sebagai berikut:

(38)

b. Proses implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining di desa Banua Rakyat diteliti secara rinci mulai dari sosialisasi, perencanaan sampai dengan implementasi program. Proses evaluasi pelaksanaan yang di lakukan pihak kelurahan di teliti secara rinci mulai dari input, process, output, impact.

c. Kajian pelaksanaan program dilakukan untuk setiap program, meliputi penyedian beras, rencana penyaluran, pola penyaluran, pendistribusian, pembayaran PHB.

d. Analisis data lebih difokuskan pada kualitas pelaksanaan, baik untuk setiap tahapan dan bidang maupun secara umum atau menyeluruh sehingga dapat teridentifikasi kualitasnya dalam bentuk klasifikasi sangat baik, baik, biasa saja, buruk, dan sangat buruk.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.

1.5. Manfaat Peneltian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:

a. Pengembangan konsep dan teori-teori pemberdayaan program Beras Untuk Keluarga Miskin.

(39)

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dapat disajikan dalam 6 (enam) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan ob jek yang diteliti, kerangka, defenisi konsep dan kerangka operasional. BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan di teliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi

2.1.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220). Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara obyektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari suatu aktifitas atau program yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penilaian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktifitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktifitas yang sama di masa depan (Yusuf dalam Siagian dan Agus, 2010 : 116).

Selanjutnya H. Weis (dalam Jones, 2001) mengemukakan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektifitas suatu program melalui indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (Siagian dan Agus, 2010 : 117).

(41)

yang akan dilakukan. Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

2.1.2. Fungsi Evaluasi

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara lain :

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya Kinerja Kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebi-jakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang lain (Dunn, 1999 : 609).

(42)

Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup evaluasi, yaitu di antaranya:

1. Measurement, pengukuran diartikan sebagai proses kegiatan untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu untuk mendapatkan informasi atau data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai siswa pada periode tertentu dengan menggunakan berbagai tekhnik dan alat ukur yang relevan. 2. Tes, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi, prestasi sebagai hasil pembelajaran.

3. Assessment, suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan. (Dunn dalam Suharto, 2008 : 8).

2.1.3. Proses Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi terdiri dari dua tahap : 1. Pra Kegiatan

Pertama-tama evaluasi dilakukan baik oleh individu maupun team, penting untuk mengetahui atau menyelidiki perubahan-perubahan, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan arah prioritas sebelum saat itu dan dimasa mendatang untuk mengetahui apakah program yang sedang dievaluasi tersebut masih relevan dan diperlukan.

2. Kegiatan Evaluasi

(43)

a. Semua tugas dan tanggung jawab pemberi tugas dan pemberi tugas harus jelas.

b. Pengertian dan konotasi yang tersirat dalam evaluasi yaitu mencari kesalahan harus dihindari.

c. Kegiatan evaluasi dimaksudkan disini adalah membandingkan rencana dengan pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-pengukuran kwantitatif /kualitatif totalitas program secara teknis.

d. Team yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran/nasehat kepada manajemen, sedangkan pendayagunaan saran/nasehat tersebut serta pembuat keputusan atas dasar nasehat/saran-saran tersebut berada ditangan manajemen program.

e. Dalam proses pengambilan keputusan yang telah didasarkan atas data-data/penemuan teknis perlu dikonsultasikan sebaik mungkin karena menyangkut kelanjutan program.

f. Hendaknya hubungan dan proses selalu didasari oleh suasana konstruktif dan obyektif serta menghindari analisa-analisa subyektif (Firman, 1990 : 59).

2.1.4. Tahapan Evaluasi

untuk kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat dibedakan atas 4 kelompok (Azwar,1996: 12) yakni:

(44)

2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan aspek pelaksanaan program.

3. Penilaian terhadap keluaran (output) yaitu penilaian yang dapat dicapai dari pelaksanaan suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak (impact) yaitu penilaian yang mencakup pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program.

2.2. Program

(45)

2.2.1. Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan suatu langkah, yaitu awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu :

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan (Siagian dan Agus, 2010 : 118).

2.3. Kebijakan

2.3.1. Pengertian Kebijakkan

(46)

tujuan, kontrak penjaminan dan pernyataan tertulis baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, partai politik, dan lain-lain. Dengan demikian siapapun dapat terkait dalam suatu kebijakkan

Tuntutan-tuntutan kebijakan adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. Keputusan kebijakan dipengertiankan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan substansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. Sedangkan pernyataan-pernyataan kebijakan adalah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi kebijakan publik. Hasil-hasil kebijakan lebih merujuk pada manifestasi nyata dari kebijakan, yaitu hal-hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan. Adapun dampak-dampak kebijakan lebih merujuk pada akibat-akibatnya bagi masyarakat, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

2.3.2. Tahap-tahap Kebijakan

Dalam pembuatan kebijakan terdapat tahap-tahap yang harus dilewati agar suatu kebijakan dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik. Kebijakan yang dimunculkan sebagai sebuah keputusan terlebih dahulu melewati beberapa tahap penting. Tahap-tahap penting tersebut sangat diperlukan sebagai upaya melahirkan kebijakan yang baik dan dapat diterima sebagai sebuah keputusan. Tahap-tahap dalam kebijakan tersebut yaitu:

1. Formulasi kebijakan

(47)

berbagai masalah yang ada tersebut ditentukan masalah mana yang merupakan masalah yang benar-benar layak dijadikan fokus pembahasan. 2. Adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif yang ditawarkan, pada akhirnya akan diadopsi satu alternatif pemecahan yang disepakati untuk digunakan sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Tahap ini sering disebut juga dengan tahap legitimasi kebijakan (policy legitimation) yaitu kebijakan yang telah mendapatkan legitimasi. Masalah yang telah dijadikan sebagai fokus pembahasan memperoleh solusi pemecahan berupa kebijakan yang nantinya akan diimplementasikan.

3. Implementasi kebijakan

Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut kemudian dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali menemukan berbagai kendala. Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara terencana dapat saja berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta merta berhasil dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam implementasi kebijakan, maka kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus dapat diatasi sedini mungkin.

4. Evaluasi kebijakan

(48)

hasil yang diinginkan. Pada tahap ini, penilaian tidak hanya menilai implementasi dari kebijakan. Namun lebih jauh, penilaian ini akan menentukan perubahan terhadap kebijakan. Suatu kebijakan dapat tetap seperti semula, diubah atau dihilangkan sama sekali.

2.3.3. Analisis Kebijakkan

Analisis kebijakan merupakan penelitian sosial terapan yang secara sistematis disusun dalam rangka mengetahui substansi dari kebijakan agar dapat diketahui secara jelas informasi mengenai masalah-masalah yang dijawab oleh kebijakan dan masalah-masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari penerapan kebijakan. Ruang lingkup dan metode analisis kebijakan umumnya bersifat deskriptif dan faktual mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat suatu kebijakan. Penelitian kebijakan sedapat mungkin melihat berbagai aspek dari kebijakan agar dapat menghasilkan informasi yang lengkap. Informasi mengenai masalah-masalah yang dijawab oleh kebijakan serta masalah-masalah yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan menjadi fokus dari analisis kebijakan.

(49)

Rekomendasi yang dihasilkan dari proses penelitian kebijakan dapat berupa dukungan penuh terhadap kebijakan, kritik dan saran mengenai bagian mana dari kebijakan yang perlu diperbaiki, atau dapat juga berupa rekomendasi agar kebijakan tidak lagi diterapkan. Karakteristik dari penelitian kebijakan secara terperinci dijelaskan oleh Allen D. Putt dan J. Fred Springer. Mereka menyatakan bahwa penelitian kebijakan dicirikan sebagai penelitian yang terfokus pada manusia, plural, multi-perspektif, sistematis, berhubungan dengan keputusan, dan kreatif.

Penelitian mengenai kebijakan berkaitan erat dengan manusia dan permasalahannya. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian kebijakan yaitu mengenai informasi yang diformulasikan dalam bentuk rekomendasi dalam rangka pemecahan masalah yang terkait dengan kebijakan. Karakteristik plural dari penelitian kebijakan berasal dari hubungan penelitian dengan manusia. Penelitian kebijakan tidak dapat dipisahkan dari konflik nilai dan kepentingan terdapat dari interaksi manusia.

Karakteristik yang plural meniscayakan adanya pendekatan penelitian yang juga plural, dalam arti multi-perspektif. Informasi yang diformulasikan dalam bentuk rekomendasi sebagai hasil yang ingin dicapai oleh penelitian kebijakan mengharuskan adanya pendekatan yang menyeluruh sehingga informasi yang dihasilkan juga dapat berupa rekomendasi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagai sebuah penelitian, penelitian kebijakan harus secara sistematis disusun berdasarkan prosedur penelitian sebagai upaya untuk memperoleh informasi terkait dengan kebijakan.

(50)

Informasi yang berkaitan dengan kebijakan berupa masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan. Analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia, yaitu: definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi dan evaluasi. Masing-masing dari informasi kebijakan berkaitan dengan prosedur kebijakan.

Analisis kebijakan dapat dilaksanakan dengan beberapa bentuk. Menurut Dunn terdapat tiga bentuk analisis kebijakan, yaitu:

1. analisis kebijakan prospektif

analisis kebijakan prospektif adalah analisis kebijakan yang mengarahkan kajiannya pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan sebelum suatu kebijakan diterapkan. Model ini dapat disebut sebagai model prediktif.

2. analisis kebijakan retrospektif

analisis kebijakan retrospektif adalah analisis kebijakan yang dilakukan terhadap akibat-akibat kebijakan setelah suatu kebijakan diimplementasikan. Model ini biasanya disebut sebagai model evaluatif. 3. analisis kebijakan integratif

(51)

dengan memadukan antara analisis kebijakan prospektif dan analisis kebijakan retrospektif.

Pada umumnya, analisis kebijakan memfokuskan kajiannya pada tiga hal. Ketiga fokus tersebut merupakan pijakan yang dipedomani dalam melakukan analisis kebijakan. Tiga fokus tersebut, yaitu:

1. Definisi masalah sosial 2. Implementasi kebijakan 3. Akibat-akibat kebijakan

Dengan memfokuskan kajian pada ketiga hal diatas, proses analisis kebijakan akan berusaha mendefinisikan secara jelas permasalahan yang akan menjadi fokus kajian untuk ditanggulangi oleh kebijakan. Setelah masalah yang menjadi fokus kajian analisis kebijakan ditentukan, analisis kebijakan bertugas menentukan kebijakan yang sesuai dengan masalah sehingga masalah dapat dipecahkan dengan baik.

Kebijakan yang telah ditetapkan dan diimplementasikan tentu menghasilkan konsekuensi dalam bentuk akibat-akibat. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa akibat positif dan atau akibat negatif. Untuk itulah, analisis kebijakan mengupayakan upaya prediktif dengan meramalkan akibat yang dapat ditimbulkan sebelum kebijakan diimplementasikan dan atau sesudah kebijakan diimplementasikan.

(52)

runtut dan sistematis dalam rangka mendukung kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah (http://fuadinotkamal.wordpress.com/2012/03/24/kebijakan-dan-analisis-kebijakan/ diakses pada tanggal 29 mei 2013 pukul 23.11 WIB).

2.4. Kemiskinan

2.4.1. Pengertian Kemiskinan

Untuk memahami masalah kemiskinan kita perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lenih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian, 2012 : 2:3).

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makan, yang disebut dengan garis kemiskinan (Poverty Line) atau batas kemiskinan (Poverty Threshold). Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi serta aneka barang dan jasa lainnya. (BPS dan Depsos 2002).

(53)

1. Berdasarkan Kebutuhan Dasar Suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan rendahnya kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga dan masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Berdasarkan Pendapatan. Suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu (garis kemiskinan). Kemiskinan ini terutama disebabkan oleh rendahnya penguasaan asset seperti lahan, modal, dan kesempatan usaha.

3. Berdasarkan Kemampuan Dasar. Suatu keterbatasan kemampuan dasar seseorang dan keluarga untuk menjalankan fungsi minimal dalam suatu masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan menghambat seseorang dan keluarga dalam menikmati hidup yang lebih sehat, maju dan berumur panjang. Juga memperkecil kesempatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan masyarakat dan mengurangi kebebasan dalam menentukan pilihan terbaik bagi kehidupan pribadi.

(54)

2.4.2. Aspek-Aspek Kemiskinan

Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu :

1. Kemiskinan bersifat multi dimensi. Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beranekaragam.

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemajuan atau kemuduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemuduran pada aspek lainnya.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang teukur. Kondisi kehidupan manusia memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup secara wajar.

4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah (Siagian, 2012: 12-15)

2.4.3. Gejala-Gejala kemiskinan

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelurusan gejala-gejala kemiskinan seperti :

(55)

faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu.

2. Angka ketergantungan penduduk. Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif. 3. Kekurangan gizi. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung

dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak.

4. Pendidikan yang rendah. Di era modern ini, pendidikan di anggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat (Siagian, 2012: 16-19).

2.4.4. Ciri-Ciri Kemiskinan

Suatu studi menunjukkan ada 5 (lima) ciri-ciri kemiskinana, yaitu :

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya.

(56)

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan berpengaruh terhadap wawasan mereka.

4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang makin deras. Artinya, laju investasi diperkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi (Siagian, 2012: 20-23).

Identik dengan ciri-ciri kemiskinan sebagaimana telah dikemukan, Emil Salim mengemukakan 5 karakteristik kemiskinan, yaitu

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor-faktoe sendiri. 2. Penduduk miskin pada umumnya juga tidak mempunyai kemungkinan

untuk memperoleh asset produksi jika dengan kekuatan sendiri.

3. Penduduk miskin pada umumnya memliki tingkat pendidikan yang rendah.

4. Banyak diantara penduduk miskin tidak mempunyai fasilitas sehingga hidupnya tidak layak.

(57)

2.4.5. Keluarga Miskin

Menurut Ajit Ghose dan Kcit Griffin bahwa kemiskinan berarti kelaparan, kekurangan gizi, ditambah pakaian dan perubahan yang memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer. Pada dasarnya orang-orang atau penduduk perkotaan yang mengalami kemiskinan menurut Emil Salim (1980) aktor kemiskinan atau mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki beberapa ciri :

1. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi modal, atau keterampilan sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas. 2. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai mengenyam tingkat sekolah

dasar. Waktu mereka tersisa habis untuk mencari nafkah, termasuk anak-anak dari mereka yang miskin tidak dapat menyelesaikan sekolah, karena harus mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adiknya di rumah, sehingga secara umum turun-temurun mereka terjerat dalam keterbelakangan di bawah garis kemiskinan ini.

3. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan (skill) atau pendidikan, sehingga kota di banyak negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi-urbanisasi tersebut.

(58)

Kriteria Rumah Tangga Miskin menurut Badan Pusat Statistika yaitu : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter per orang. 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu

murahan.

3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa di plester.

4. Tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga bukan listrik.

6. Sumber air minum diambil dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan.

7. Tidak pernah mengkonsumsi daging/ susu/ ayam per minggu atau hanya dalam satu kali seminggu.

8. Tidak pernah membeli pakaian baru untuk setiap RT dalam setahun atau tidak pernah membeli/hanya satu stel dalam setahun.

9. Makanan dalam sehari untuk setiap RT hanya sekali makan/ dua kali makan dalam sehari.

10.Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmas/ poliklinik untuk berobat.

11.Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga; Petani dengan luas tanah 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan berpendapatan dibawah Rp 600.000/bulan.

(59)

13.Kepemilikan aset/ tabungan tidak punya tabungan/ barang yang mudah dijual minimal Rp 500.000 seperti sepeda motor, emas, ternak, kapal, atau barang modal lainnya.

Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin menurut LP3S adalah :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri. 2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.

6. Makan dua atau sekali tetapi jarang makan telor dan daging (makanan bergizi).

7. Tidak bisa berobat ketika sakit.

8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau dipimpin kepala keluarga perempuan.

(60)

ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok dasar seperti sandang, pangan dan papan.

2.5. Program Beras Untuk Keluarga Miskin

Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 15 Kg beras setiap bulan dengan harga Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi. Selain itu tujuan Raskin juga memberikan bantuan pangan/ beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasi masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.

Tujuan program Raskin berdasarkan Pedum adalah menguangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagiam kebutuhan pangan dalam bentuk beras.

Program Raskin memiliki ciri spesifik yaitu :

1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung kepada penerima manfaat (bersubsidi).

2. Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar, tetapi berdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat Raskin.

(61)

keluarga miskin didesa/kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi penerima manfaat dari program ini adalah :

a. Keluarga Prasejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi indikator KPS yang ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih ditentukan pada alasan ekonomi indikator keluarga prasejahtera alasan ekonomi yaitu :

1) Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari.

2) Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan berpergian.

3) Bagian lantai yang terluas dari tanah.

b. Keluarga Sejahtera 1 (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi indikator KS I yang dietapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya adalah :

1) Paling kurang seminggu sekali keluarga makan daging/ikan/telur.

2) Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

3) Luas tanah rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni/jiwa.

2.5.1. Pengelolaan dan Pengorganisasian

(62)

dan pertanggungjawabannya maka dibentuk Tim Koordinasi Raskin di Pusat sampai Kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan/pemerintahan yang setingkat. Penanggung jawab Program Raskin adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Penanggung jawab pelaksanaan Program Raskin di Provinsi adalah Gubernur, di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota, di Kecamatan adalah Camat dan di Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah atau Kepala pemerintah yang setingkat.

2.5.1.1. Tim Koordinasi Raskin Pusat

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin Nasional dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Pusat.

a. Tugas:

Melakukan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi dan pengendalian dalam perumusan kebijakan, perencanaan, penganggaran, sosialisasi, monitoring dan evaluasi

b. Fungsi:

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Pusat mempunyai fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penganggaran Program Raskin. 2) Penetapan Pagu Raskin.

3) Penyusunan Pedoman Umum Penyaluran Raskin. 4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin.

(63)

6) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

c. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Pusat :

(64)

2.5.1.2. Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Provinsi .

a. Kedudukan.

Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah pelaksana Program Raskin di Provinsi, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan distribusi, monitoring dan evaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penganggaran Program Raskin di Provinsi.

2) Penetapan Pagu Raskin Kabupaten/Kota.

3) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Penyaluran Raskin.

4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin.

(65)

6) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

7) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat.

d. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Tim Koordinasi Raskin Provinsi terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Tim Koordinasi Raskin Provinsi beranggotakan unsur-unsur instansi terkait di Provinsi antara lain Sekretariat Provinsi, Bappeda, Badan/Dinas/Lembaga yang berwewenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, BPS Provinsi, Badan/Dinas/Kantor yang berwewenang dalam ketahanan pangan, Kantor Perwakilan BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum BULOG, serta lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

2.5.1.3. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota .

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksana Program Raskin di Kabupaten/Kota, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

b. Tugas

(66)

monitoring dan evaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

c. Fungs

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:

1) Perencanaan dan penganggaran Program Raskin di Kabupaten/ Kota.

2) Penetapan Pagu Kecamatan.

3) Pelaksanaan verifikasi data RTS-PM.

4) Penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyaluran Raskin di Kabupaten/Kota.

5) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin di Kabupaten/ Kota.

6) Perencanaan penyaluran Raskin.

7) Penyelesaian administrasi dan HPB Raskin.

8) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan, Desa/Kelurahan.

9) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/ Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

10)Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

d. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data Puskesmas Kota Yogyakarta yang diambil dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dalam data tingkat laporan kejadian anemia tahun 2013, Puskesmas

Sebelum program Sistem Pengambilan Keputusan Penerimaan Beasiswa di MTs.S 04 Kebawetan dinyatakan sempurna atau berjalan dengan baik maka tahap selanjutnya adalah

Pada tanaman utama, produksi tertinggi galur padi pasang surut di ketiga lokasi penelitian adalah pada galur G53 yaitu 9.43 ton/ha (Kabupaten Pelalawan), 6.27 ton/ha

Berdasarkan nilai yang sama dari pengujian secara bersama sebelumnya, maka penentuan hipotesis secara sendiri-sendiri menyebutkan jika βi ≠ 0 maka Ha diterima, artinya Pajak

Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antara bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk

Keluarga dalam hal ini sebagai orang terdekat harus memiliki pengetahuan terutama terkait penyakit Rematik yang memang lebih sering dialami oleh lansia.Selain itu kesadaran

Berbagai penelitian menunjukkan risiko stroke berulang meningkat seiring dengan pertambahan umur pasien seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Sun, dkk (2013) di

88 (2) Tujuan pengelolaan cadangan pangan adalah terpenuhinya kebutuhan beras masyarakat dalam masa kerawanan pangan, keadaan darurat pasca bencana dan harga