UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN BASILAM
TUGAS AKHIR
DIAJUKAN OLEH
SISKA DWI PUTRI SIPAHUTAR 062101118
D-III KEUANGAN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Gambar ... v
Daftar Tabel ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II PTPN II KEBUN BASILAM A. Sejarah Ringkas ... 8
B. Jenis Usaha / Kegiatan ... 13
C. Struktur Organisasi ... 14
D. Job Description ... 16
E. Kinerja Usaha Terkini ... 21
BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA PTPN II KEBUN BASILAM A. Sistem Pengawasan Intern Kas Pada Penerimaan Kas ... 27
B. Sistem Pengawasan Intern Kas Pada Pengeluaran Kas ... 32
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 39
B. Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Flow Proses Pengolahan Pabrik Sheet ... 13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Komposisi Tenaga Kerja Kebun Basilam ... 12
Tabel 2.2 Data Produksi Karet Perusahaan Selama
6 thn terakhir ... 21
Tabel 2.3 Harga Pokok Rp/Kg Sampai Dengan
Bulan September 2008 ... 21
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah perusahaan perlu melakukan pengawasan pada setiap kegiatan
yang terjadi didalam perusahaannya. Tujuannya adalah agar setiap kegiatan
tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan ataupun yang telah
direncanakan sebelumnya. Terlebih lagi jika perusahaan tersebut adalah
perusahaan yang sedang berkembang ataupun perusahaan yang besar, maka wajib
bagi mereka untuk membentuk suatu tim maupun suatu unit didalam perusahaan
yang bertugas dalam mengawasi ataupun mengendalikan setiap kegiatan-kegiatan
yang terjadi di perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin
berkembangnya suatu perusahaan maka akan semakin dirasakan perlunya
pendelegasian wewenang dalam mengendalikan kegiatan perusahaan. Dalam
artian, pada sebuah perusahaan yang besar sulit bagi pemimpin perusahaannya
untuk terjun langsung mengawasi setiap kegiatan yang ada di perusahaannya,
dikarenakan semakin kompleksnya kegiatan-kegiatan atau bagian-bagian didalam
perusahaan tersebut.
Menurut Mulyadi (2001), Sistem Pengawasan Intern adalah suatu
kegiatan dalam perusahaan yang terkoordinasi yang bertujuan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong serta meningkatkan efisiensi usaha, dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen suatu perusahaan yang telah ditetapkan. Menurut defenisi
yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan, maupun
dengan komputer. Dengan demikian tujuan pengendalian intern menurut defenisi
tersebut yaitu: menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan
data akuntansi, mendorong efisiensi usaha dan, mendorong dipatuhinya kebijakan
manajemen.
Biasanya kegitan ini dilakukan oleh orang-orang yang berada didalam
perusahaan tersebut dan yang bertanggungjawab untuk mengembangkan dan
mengoperasikan pengawasan intern akuntansi yang baik dalam perusahaan adalah
terletak di tangan manajemen puncak karena di pundak merekalah tanggung
jawab atas pengelolaan dana dipercayakan oleh pemilik perusahaan. Dimana
hasilnya nanti akan dituangkan dalam bentuk laporan yang berfungsi untuk
mengendalikan, mengarahkan, serta menilai apakah kebijakan yang telah
ditentukan perusahaan dijalankan dengan baik, apakah kondisi keuangannya
sehat, dan lain sebagainya. Adapun maksud dari pengawasan intern adalah untuk
membantu setiap anggota organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab mereka
secara efektif. Pengawasan intern mempunyai tanggung jawab atas penyediaan
informasi mengenai cukup dan efektifnya suatu pengawasan intern dan mutu
pekerjaan organisasi perusahaan.
Ada beberapa unsur pokok sistem pengawasan intern menurut
Mulyadi (2001), antara lain yaitu: (1) struktur organisasi yang memisahkan
tanggung jawab funsional secara tegas. Dimana pembagian tanggung jawab
fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip harus dipisahkan
fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi dan suatu fungsi
tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh
karena itu perlu adanya sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk
otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. (3) praktik yang sehat dalam
melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. (4) karyawan yang mutunya
sesuai dengan tanggung jawabnya. Karena bagaimana pun baiknya struktur
organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan semuanya sangat bergantung
kepada manusia yang melaksanakannya, dalam hal ini yaitu karyawan. Dengan
demikian karyawan memiliki peranan yang cukup penting dalam perkembangan
suatu perusahaan.
Pengawasan intern sangat erat hubungannya dengan kegiatan-kegiatan
perusahaan. Terlebih lagi jika dihubungkan dengan kas. Kas merupakan bagian
yang memiliki peranan yang penting didalam sebuah perusahaan karena
keterlibatannya hampir di semua aktivitas perusahaan, selain itu dikarenakan kas
adalah harta perusahaan yang paling likuid/lancar, paling mudah diselewengkan,
mudah dipindahtangankan dan tidak mudah untuk dibuktikan pemiliknya. Oleh
karena itu diperlukan pengawasan yang ketat terhadap kas.
Dalam suatu perusahaan diketahui ada dua kegiatan yang
berhubungan langsung dengan kas yaitu penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Kedua kegiatan ini sangat rentan terjadi tindak penyelewengan, disebabkan kas
memiliki sifat yang sangat mudah likuid. Sehingga sering menarik banyak pihak
untuk melakukan tindakan penyelewengan.
Apabila pengawasan intern baik maka kekurangan serta
Sehingga perusahaan harus memahami pentingnya pengawasan intern kas, yang
tentunya diterapkan dan dijalankan perusahaan dengan baik dan benar. Selain
karena luas dan ukuran suatu usaha yang semakin kompleks sehingga manajemen
harus mempercayai berbagai macam laporan-laporan untuk mengendalikan
operasi secara efektif, alasan lainnya yang membuat pengawasan intern ini
menjadi sangat penting adalah bahwa pengawasan intern yang baik mampu
melindungi terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan kesalahan
atau ketidakberesan yang akan terjadi.
PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Basilam yang merupakan salah
satu kebun PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang pengolahan produksi karet. Dimana pastinya banyak
berhubungan dengan kas dalam proses kegiatan perusahaanya. Sehingga perlu
adanya suatu sistem pengawasan intern kas di perusahaan ini.
Dengan demikian jelaslah bahwa pengawasan intern tidak hanya menilai
kebenaran angka-angka, dan melindungi kekayaan perusahaan dalam hal
pembukuan saja, melainkan juga memperhatikan seberapa jauh pelaksanaan
kebijakan pemimpin yang telah digariskan oleh perusahaan dilakukan dengan
baik, serta peranannya dalam upaya untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang
diakibatkan kesalahan beberapa pihak khususnya oleh individu-individu. Suatu
pengawasan intern juga harus diawasi dan dievaluasi agar manfaat pengawasan
intern tersebut dapat selalu dipertanggungjawabkan.
Melihat betapa pentingnya pengawasan intern kas didalam suatu
perusahaan, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui seperti apa sistem
pengawasan intern kas yang dilaksanakankan oleh PT. Perkebunan Nusantara II
INTERN KAS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN
BASILAM.
B. Perumusan Masalah
Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu alat untuk
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas perusahaan agar sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Dan kas merupakan salah satu bagian yang memiliki
peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan yang juga adalah alat
pendukung agar perusahaan dapat menjalankan usahanya. Setelah memahami
bahwa kas merupakan salah satu aktiva lancar yang paling berharga bagi
perusahaan, dan jikalau pengelolaan kas tidak baik maka hal tersebut akan
mengganggu kelancaran aktivitas operasional perusahaan, maka penulis membuat
suatu perumusan masalah dalam skripsi minor ini yaitu:
“Bagaimanakah Sistem Pengawasan Intern Kas Pada PTP NUSANTARA II
KEBUN BASILAM”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dapat disimpulkan oleh penulis adalah:
Untuk mengetahui bagaimana sistem pengawasan intern kas yang dilakukan oleh
D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Bagi Penulis
Bagi penulis tugas akhir ini merupakan suatu pembelajaran yang sangat
berharga terutama dalam rangka memperbaiki cara berpikir penulis dalam
menganalisis dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pengawasan intern kas.
2. Bagi Perusahaan yang Diteliti
Bagi perusahaan tugas akhir dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan bagi pimpinan perusahaan untuk melakukan perbaikan dari
kelemahan-kelemahan sistem pengawasan intern kas yang diterapkan
perusahaan saat ini, sehingga dapat lebih meminimalkan kemungkinan
terjadinya penyalahgunaan kas perusahaan di masa yang akan datang.
3. Bagi Pihak Ketiga
Bagi pihak ketiga, tugas akhir ini dapat menjadi suatu referensi untuk
memahami bagaimana sistem pengawasan intern kas pada suatu
BAB II
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN BASILAM
A. Sejarah Ringkas
Perusahaan Perseroan PT Perkebunan II bergerak dibidang usaha
Pertanian dan Perkebunan didirikan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing,
SH No. 12 tanggal 5 April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Notaris No. 54
tanggal 21 Desember 1976 dan pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat
Keputusan No. Y.A. 5/43/8 tanggal 28 Januari 1977 dan telah diumumkan dalam
Lembaran Negara No. 52 tahun 1978 yang telah didaftarkan kepada Pengadilan
Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Pebruari 1977 No. 10/1977/PT. Perseroan
Terbatas ini bernama Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT Perkebunan II
disingkat “PT Perkebunan II" merupakan perubahan bentuk dan gabungan dari PN
Perkebunan II dengan PN Perkebunan Sawit Seberang.
Pendirian perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan
ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1969, Peraturan
Pemerintah No. 2 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan
Pemerintah No. 28 tahun 1975. Pada tahun 1984 menurut Keputusan Rapat
Umum Luar Biasa Pemegang Saham, Akte Pendirian tersebut diatas telah dirubah
dan diterangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 94 tanggal 13 Agustus
1984 yang kemudian diperbaiki dengan Akte Nomor 26 tanggal 8 Maret 1985
dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-5013-HT.0104 tahun 1985
tanggal 14 Agustus 1985. Sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa
Pemegang Saham tanggal 20 Desember 1990 Akte tersebut mengalami perubahan
persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-4939-HT.01.04TH-91 tanggal 20
September 1991.
Pada tanggal 11 Maret 1996 kembali diadakan reorganisasi
berdasarkan nilai kerja dimana PT Perkebunan II dan PT Perkebunan IX yang
didirikan dengan Akte Notaris GHS. Loemban Tobing, SH Nomor 6 tanggal 1
April 1974 dan sesuai dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH Nomor 100
tanggal 18 September 1983 dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama
PT Perkebunan Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harun Kamil,
SH Nomor 35 tertanggal 11 Maret 1996. Akte pendirian ini kemudian disyahkan
oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.
C2.8330.HT.01.01.TH.96 dan diumumkan dalam Berita Negera RI Nomor 81.
Pendirian Perusahaan yang merupakan hasil peleburan PTP-II dan PTP-IX
berdasarkan Peraturan Pemerintah Ri Nomor 7 tahun 1996. Kemudian pada
tanggal 8 Oktober 2002 terjadi perubahan modal dasar perseroan sesuai Akte
Notaris Sri Rahayu H. Prastyo, SH.1:34 PM 7/21/2008.
Adapun visi dan misi dari perusahaan ini yaitu :
VISI
Mewujudkan PT Perkebunan Nusantara II (Persero) menajadi Perusahaan
M I S I
1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan sektor perkebunan bagi
pendapatan nasional yang diperoleh dari produksi dan pemasaran dari
berbagai jenis komoditi untuk konsumsi dalam negeri maupun luar negeri.
2. Menyedikan lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
pada umumnya dan meningkatkan taraf hidup petani plasma/PIR dan
Petani Tebu Rakyat serta karyawan perkebunan pada khususnya.
3. Memelihara kekayaan alam khususnya dan menjaga kelestarian alam serta
meningkatkan kesuburan tanah, sumber dan tatanan air.
PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao,gula dan
tembakau dengan areal konsesi seluas 103.860 hektar. Budidaya kelapa sawit
diusahakan pada areal seluas 61.577 ha, karet 11.265 ha dan kakao seluas 7.370
ha. Selain penanaman komoditi pada areal sendiri + inti, PTPN II juga mengelola
areal Plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit.
Disamping itu PTPN II juga mengelola tanaman musiman yaitu tanaman tebu dan
tembakau. Tanaman tebu lahan kering ditanam pada areal seluas 16.046 ha, tediri
dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha, sedangkan
tanaman tembakau ditanam pada areal seluas 2.443 ha.
Kebun Basilam adalah salah satu Kebun PTP Nusantara – II Tanjung
Morawa. Terletak di Kecamatan Sei Wampu Kabupaten Langkat, lebih kurang 80
km dari Kodya Medan, dengan data sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Bukit Karya dan Tahun XX.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun Patok XVIII dan Kebun Gergas.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan PJR Bukit Dingding dan Sungai
Besilam.
Keadaan tanah ( Topografi Tanah ) sebagian besar berbukit (+/- 70%),
bergelombang ( +/- 20% ) dan datar ( +/- 10% ), tinggi +/- 45 meter dari
permukaan lain. Jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan tekstur liat berpasir.
Kebun basilam ini adalah bekas perusahaan perkebunan swasta asing
yang didirikan pada tahun 1920 – 1957. Dinamakan GEO WEHRYX & CO,
terdiri dari 2 perkebunan yaitu :
1. Kebun Basilam yang mempunyai areal mulai dari Afdeling II ( Dua ),
Afdeling I ( Satu ) hingga Bukit Dingding.
2. Kebun Bukit Lembasah yang mempunyai areal mulai dari Afdeling III
(Tiga), Afdeling IV ( Empat ) sampai dengan Batu VIII.
Luas areal Kebun Basilam adalah 2.338 Ha yang terdiri dari :
1. Luas Tanaman Karet = 2.239,80 Ha
2. Luas Tanaman K. Sawit = 50,00 Ha
3. Luas Pondok ( Perumahan Karyawan ) = 19,46 Ha
4. Luas Jalan = 19,11 Ha
5. Luas Jurang = 9,48 Ha
6. Luas Pinjam Pakai Pos Polisi = 0,15 Ha
Jumlah = 2.338,00 Ha
Pada tahun 1957 – 1960 perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah
Indonesia kedalam perusahaan Perkebunan Negara, baru dinamakan Kebun
perkebunan berubah dari PPN Sumut – II Kebun Basilam Bukit Lembasah
menjadi PPN Antan – II, dan pada tahun 1968 dirubah menjadi PNP II Kebun
Basilam Bukit Lembasah. Pada tahun 1976 diubah lagi menjadi PT. Perkebunan II
Kebun Basilam, dan pada tahun 1996 hingga sekarang menjadi penggabungan
antara PTP – II dengan PTP IX menjadi PTP Nusantara – II Tanjung Morawa
Kebun Basilam ( disingkat BM dan pada tahun 2007 sampai sekarang disingkat
BAS ).
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari perusahaan, berikut
disajikan komposisi Tenaga Kerja Kebun Basilam per 01 November 2008 :
Tabel 2.1 Komposisi Tenaga Kerja Kebun Basilam per 01 November 2008
No Uraian
Tahun 2008 Jumlah
Karyawan Keterangan
B. Jenis Usaha / Kegiatan
Jenis usaha atau kegiatan dari perusahaan ini yaitu pengolahan
produksi karet. Kebun Basilam memiliki pabrik pengolahan karet ( Sheet ) yang
berada di tengah – tengah areal dengan kapasitas 8.000 kg KK/ hari. Berikut
Gambar 2.1 Flow Proses Pengolahan Pabrik Sheet
Tempat penerimaan latex
Latex/cup lumps TPH lapangan
Bak penampungan latex
Latex Bubur
Cup Lumps Pabrik Crumb
Rubber
Talang latex
Bak Koagulan
Talang Slab
Sheeter
Lori Sheet
Sortasi Kamar Asap
C. Struktur Organisasi
Pada umumnya setip perusahaan memiliki struktur organisasi. Bagi
perusahaan besar maupun kecil struktur organisasi memiliki peranan yang sangat
penting, dimana struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan dari
hubungan – hubungan diantara fungsi – fungsi, bagian – bagian atau posisi
maupun orang – orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan
tanggung jawab yang berbeda dari dalam suatu organisasi. Secara garis besar
struktur organisasi menunjukkan susunan jabatan, siapa atasan yang memberi
perintah dan siapa yang bertanggungjawab kepada atasan dalam melaksanakan
perintah tersebut.
Struktur organisasi yang baik akan membantu proses pencapaian
tujuan organisasi karena keseluruhan tugas yang ada akan dibagi menurut unit
atau bagian. Dengan demikian unit atau bagian yang ada dalam perusahaan akan
mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, wewenang, dan tanggung jawab
serta hubungan satu dengan yang lain. Struktur organisasi dalam suatu perusahaan
tergantung dari macam / jenis perusahaan, kegiatannya, dan pertimbangan –
pertimbangan lain. Dalam manajemen dikenal bentuk organisasi baris, organisasi
garis dan staf, organisasi fungsional, dan organisasi matriks. Sedangkan sistem
organisasi yang dipakai oleh PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Basilam adalah
sistem organisasi garis, dimana setiap karyawan akan menerima tugas dari
seorang atasan dan bertanggung jawab kepada atasannya sesuai dengan tugas
yang diberikan. Berikut adalah Bagan Organisasi PT. Perkebunan Nusantara – II
Gambar 2.2 STRUKTUR ORGANISASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II
KEBUN BASILAM
Sumber : PTPN II Kebun Basilam
D. Job Description
Manager :
1. Melaksanakan tugas dan kebijaksanaan (Policy) yang telah digariskan oleh
perusahaan.
2. Sebagai perpanjangantangan direksi
3. Membuat anggaran biaya kebun tahunan.
4. Mempertanggungjawabkan pencapaian produksi dalam bentuk produksi
lapangan dan produksi pabrik sesuai dengan target yang telah di
anggarkan.
5. Mengendalikan kegiatan harian opersional kebun dan membuat laporan
manajemen tiap bulan.
6. Mengkoordinir pelaksanaan tugas para bawahan yakni Askep, para Asisten
( Tanaman, KTU, Bapam, Teknik, dan lain – lain ).
7. Melakukan evaluasi kinerja bulanan, triwulan, semester, dan tahunan.
8. Melaksanakan tugas – tugas khusus yang diberikan oleh Direksi.
Kepala Dinas Tanaman :
1. Membantu manager kebun dalam hal pencapaian produksi serta dalam
pelaksanaan tugas – tugas operasional di unit kebun baik dalam bidang
perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan pengawasan yang menyangkut
bidang tanaman sesuai sistem dan prosedur baku.
2. Menyediakan data dan informasi yang akurat untuk kepentingan manager
dalam mengambil keputusan.
3. Melakukan / melaksanakan tugas – tugas khusus yang disampaikan oleh
4. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja.
5. Koordinator dari setiap asisten afdeling, baik dalam hal pemasukan hasil
panen dari seluruh afdeling bagi kepentingan pengolahan pabrik maupun
dalam mencapai target atau sasaran.
6. Menyusun, mengevaluasi dan melakukan perbaikan terhadap
penyimpangan kerja operasional di lapangan.
7. Mengendalikan biaya agar kegiatan operasional berjalan efektif dan
efisien.
8. Mengkoordinir pelaksanaan penyusunan Rencana Anggaran Biaya unit
kebun ( RKAP Kebun ).
Asisten :
1. Membuat Rencana Kerja Anggaran Perusahaan ( RKAP ) Afdeling sesuai
dengan norma – norma yang telah ditentukan.
2. Memasok hasil panen sesuai kapasitas pabrik dan sesuai target harian
dengan tetap memperhatikan standar mutu.
3. Mengendalikan biaya operasonal agar pekerjaan berjalan efektif dan
efisien.
4. Asisten membantu manager dalam hal : menyusun rencana anggaran biaya
kerja per tahun, semester, triwulan, dan bulanan sesuai dengan satuan luas
yang diawasi, dalam hal ini yaitu wilayah afdeling masing – masing.
5. Memberikan informasi / saran penting kepada kepala dinas tanaman atas
jalannya operasional perusahaan.
6. Melaksanakan tugas – tugas khusus yang diberikan oleh kepala dinas
Asisten Teknik / Pengolahan / Pabrik :
1. Membantu manager dalam pengolahan bidang tekhnik, transport, dan sipil.
2. Bertanggungjawab kepada manager dalam hal kinerja pabrik dan
pengolahannya.
3. Memonitor / mengevaluasi biaya pengolahan dan biaya umum sehingga
diperoleh harga pokok serendah mungkin.
4. Mengevaluasi / memonitor pemakaian spare part pabrik serta bahan –
bahan proses pengolahan seefisien dan seefektif mungkin.
5. Melaksanakan pengendalian pemakaian sumber dana dan sistem kerja di
pabrik serta mengambil langkah – langkah penyelesaian jika terjadi
gejolak / penyimpangan – penyimpangan yang terjadi di pabrik.
6. Mengkoordinir personil proses pengolahan dan teknik untuk mencapai
target produksi dan mutu serta mengusahakan dan menjaga mutu produksi
sesuai standart.
7. Membuat permintaan peralatan / bahan – bahan laboratorium dan bahan –
bahan pembantu proses pengolahan melalui DPBB serta mengawasi
pemakaiannya selama proses pengolahan berlangsung.
KTU :
1. Membantu manager dalam melaksanakan tugasnya di bidang administrasi
dan keuangan.
2. Menyampaikan saran – saran tentang kondisi keuangan dan administrasi
yang berkaitan dengan operasional perusahaan kepada manager.
4. Pengendalian sumber dana dan penggunaan dana. Menyimpan uang kas
dan surat – surat berharga milik perusahaan
5. Melakukan inspeksi secara berkala ke kantor unit afdeling dalam lingkup
kebun serta menganalisa dan memberikan tindakan perbaikan terhadap
hasil kerja bidang administrasi.
6. Pengawasan dan pengendalian terhadap persediaan barang / bahan.
7. Melaksanakan standart biaya dan fisik.
8. Melaksanakan tugas – tugas khusus yang diberikan oleh manager.
Asisten Umum
Membantu manager dalam hal :
1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia ( SDM ) atau Personalia.
2. Hubungan Masyarakat ( HUMAS ) atau Bidang Umum.
3. Hal – hal yang terkait dengan instansi – instansi yang terkait, baik yang ke
dalam maupun yang ke luar perusahaan.
BAPAM ( Bintara Pengaman ) :
1. Tenaga honorer dari kesatuan TNI yang bertugas membantu manager
dalam bidang keamanan kebun dari gangguan – gangguan yang berasal
dari pihak luar maupun dari dalam perusahaan / kebun.
2. Membina hubungan dengan aparatur terkait seperti POLRI / TNI.
3. Menggunakan biaya keamanan sesuai persetujuan manager.
4. Menyusun Rencana Kerja Tahunan bidang Keamanan
5. Melakukan inspeksi / patroli secara sistematis dan melakukan pengawasan
Serta penjagaan keamanan atas tamu – tamu luar yang berkunjung ke
areal lokasi perumahan / dengan upaya seleksi, pengamatan yang
dianggap perlu
6. Menganalisa dan memperbaiki serta meningkatkan hasil kerja di bidang
keamanan. Dan melakukan pengusutan awal atas suatu kasus yang telah
dilimpahkan oleh manager.
7. Membuat laporan pertanggungjawaban atas hasil kerja keamanan.
8. Bekerja sama dengan regu hansip dalam melaksanakan tugas – tugas
keamanan kebun.
E. Kinerja Usaha Terkini
Sampai dengan saat ini PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Basilam
telah memproduksi karet jenis RSS 1 yang merupakan jenis bahan baku siap
ekspor dengan kualitas unggulan. Berikut adalah data produksi 6 tahun terakhir.
Tabel 2.2 Data produksi karet perusahaan selama 6 tahun terakhir
THN
LUAS
HA
Produksi Efektif (L+C) Potensi Kg/Ha
KET (%)
REAL RKAP REAL RKAP
2003 1.848,28 1.534.994 2.034.630 830 1.011 82,09
2004 1.789,13 1.815.503 2.034.850 1.015 1.137 89,27
2005 1.976,30 1.423.214 2.034.414 720 1.029 69,97
2006 1.605,59 1.051.209 1.892.126 655 1.179 55,55
2007 1.605,44 828.290 1.414.900 516 900 57,33
Berikut adalah harga pokok Rp / Kg sampai dengan September 2008
yaitu :
Tabel 2.3 Harga Pokok Rp/Kg sampai dengan bulan september 2008
Uraian Realisasi RKAP +/- Rp/Kg +/- %
Excl. Penyusutan
21.684,67 17.093,87 4.590,80 26,86
Incl. Penyusutan
23.475,77 18.420,64 5.055,13 27,44
Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa kondisi hasil produksi dari
karet pada perusahaan ini naik turun. Terlebih lagi pada tahun 2006 yang turun
secara drastis dari 69% menjadi 55%. Namun, hal ini tidak berlangsung terus
karna pada tahun – tahun berikutnya ada suatu peningkatan hasil produksi yang
signifikan yang diikuti pula oleh peningkatan harga pokoknya.
Selain itu PTPN II Kebun Basilam ini juga pernah mendapatkan
penghargaan dari Depertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, berupa
Penghargaan Kecelakaan Nihil untuk selama 4. 154. 904 jam kerja orang, tanpa
kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan kehilangan waktu kerja. Terhitung
sejak tanggal 1 Januari 2007 sampai dengan 10 Desember 2007 yang diketahui
oleh Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, Erman Suparno. Dan berdasarkan
keputusan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : Kep / 25 / II / 2008
BAB III
SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN BASILAM
Seperti yang telah kita bahas di BAB I sebelumnya bahwa setiap
perusahaan memerlukan suatu pengawasan dalam setiap kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut. Hal ini bertujuan agar kegiatan dalam perusahan itu
dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Pengawasan intern dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu
Pengawasan Administrasi dan Pengawasan Akuntansi.
Pengawasan administrasi terdiri dari prosedur – prosedur dan catatan
– catatan yang membantu pimpinan dalam mencapai tujuan perusahaan. Misalnya,
pimpinan dapat mengevaluasi kinerja karyawan dari hasil kerja yang rusak dari
para karyawan, sehingga dapat dilakukan pengawasan atas mutu barang yang
diproduksi. Pengawasan akuntansi terdiri dari metode dan prosedur yang terutama
berhubungan dengan keandalan catatan laporan keuangan dan tindakan untuk
melindungi aktiva perusahaan. Contohnya, prosedur yang dirancang untuk
menjamin bahwa seluruh transaksi dicatat sesuai dengan prinsip – prinsip
akuntansi.
Menurut Rollin dan Fess ( 1992 ), didalam sistem pengawasan intern
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan yaitu :
1. Pegawai yang Mampu dan Perputaran Tugas
Semua sistem akuntansi menghendaki agar para pegawai mengerjakan
tugas – tugas yang telah ditentukan. Tentu saja, suatu sistem hanya dapat
dikatakan baik, apabila para pegawai yang mengerjakan tugas tersebut juga
diawasi ketika menjalankan tugasnya. Bila memungkinkan, para pegawai
administrasi harus digilir dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Dengan
mengetahui bahwa pegawai lain suatu saat akan mengerjakan pekerjaan yang
sekarang dilakukan oleh seseorang, maka orang tersebut cenderung
menghindari penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan. Perputaran
tugas juga membantu menemukan ketidakwajaran yang mungkin terjadi.
2. Penetapan Wewenang
Agar para pegawai dapat bekerja secara efisien, wewenang dan
tanggung jawab harus ditentukan dengan jelas. Tanggungjawab yang
tumpang tindih dan ketidakjelasan tanggung jawab harus ditiadakan.
Misalnya, apabila mesin pencatat kas harus digunakan oleh dua atau lebih
tenaga kasir penjualan, maka setiap petugas tersebut harus diberi laci dan
kunci tersendiri, hingga bukti penanganan kas setiap hari untuk masing –
masing kasir tersebut dapat diperoleh. Demikian pula apabila beberapa
pegawai diberi tugas untuk pembukuan ke perkiraan langganan, maka setiap
pegawai harus diberi tugas untuk pembukuan ke perkiraan langganan tertentu,
sehingga setiap kesalahan dapat diikuti sampai pada orang yang
bertanggungjawab terhadap kesalahan tersebut.
3. Pemisahan Tanggung Jawab untuk Kegiatan yang Berhubungan
Untuk menjaga terhadap kemungkinan ketidakefisienan, kesalahan,
dan kecurangan, tanggung jawab untuk kegiatan yang berhubungan harus
dibagikan kepada dua atau lebih orang. Misalnya pemesanan pembelian
barang, pemeriksaan atas penerimaan barang dan pembayaran kepada penjual
tidak boleh dikerjakan oleh satu orang saja. Hal ini disebabkan karena akan
teliti atas jumlah dan mutu barang yang diterima, digunakannya barang –
barang untuk keperluan pribadi pegawai, kecerobohan dalam pemeriksaan
keabsahan dan ketepatan faktur, dan lainnya. Apabila kegiatan – kegiatan
tersebut diberikan kepada tiga orang yang berbeda maka kemungkinan
penyalahgunaan wewenang semacam itu dapat diusahakan terjadi sekecil
mungkin.
4. Pemisahan Antara Tugas Operasi dan Akuntansi
Tanggung jawab untuk melaksanakan pencatatan akuntansi harus
dipisahkan dengan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan operasi dan
penyimpanan aktiva. Dengan cara ini, catatan akuntansi akan dapat bertindak
sebagai alat pemeriksaan yang bebas terhadap kegiatan perusahaan. Misalnya,
kasir yang menerima pembayaran dari debitur tidak boleh menangani
pencatatan jurnal dan buku besar. Pemisahan kedua fungsi ini akan
mengurangi kemungkinan kesalahan dan penggelapan.
5. Bukti dan Tindakan Pengamanan
Hal ini dimanfaatkan untuk melindungi aktiva perusahaan dan
memastikan kecermatan data akuntansi. Salah satu contohnya adalah mesin
pencatatan kas yang banyak digunakan untuk mencatat penjualan tunai.
Kesempatan bagi pembeli untuk memeriksa kuitansi dari kasir akan
menambah efektivitas peralatan tersebut sebagai bagian dari pengendalian
intern. Penggunaan asuransi juga merupakan salah satu alat pembantu untuk
pengendalian intern. Asuransi ini berlaku untuk kerugian – kerugian akibat
kecurangan dari sebagian pegawai yang dipercayai menangani aktiva
6. Pemeriksaan yang Bebas
Untuk menentukan apakah prinsip – prinsip pengendalian intern
diterapkan secara efektif, sistem tersebut secara berkala harus diperiksa dan
dinilai oleh auditor intern yang bebas terhadap pegawai yang
bertanggungjawab atas kegiatan operasi perusahaan. Auditor ini yang akan
melaporkan kelemahan dan mengusulkan perubahan untuk memperbaikinya.
Salah satu bentuk pengawasan yang diperlukan oleh sebuah
perusahaan adalah pengawasan dalam bidang kas. Karna seperti yang telah kita
ketahui sebelumnya, bahwa kas adalah harta perusahaan yang paling mudah untuk
dilikuidkan/dicairkan dan digunakan untuk kepentingan sendiri oleh pegawai.
Sehingga pada bidang inilah sering terjadi tindak penyelewengan yang dilakukan
oleh pihak – pihak didalam perusahaan tersebut. Karena itu, merupakan suatu
keharusan bahwa uang kas harus dilindungi secara efektif.
Hal ini pula yang telah dipahami dengan baik oleh PT. Perkebunan
Nusantara II, khususnya dalam hal ini pada kantor PTPN II di Kebun Basilam.
Dimana dalam hal pengawasan intern kas, mereka telah memiliki pedoman yang
telah sejak lama dibuat dan masih terus dipergunakan sampai dengan saat ini.
Dalam perusahaan ini ada dua kegiatan yang berhubungan langsung dengan kas
A. Sistem Pengawasan Intern pada Penerimaan Kas
Sumber penerimaan dalam perusahaan ini pada umumnya berasal
dari Kantor Pusat / Kantor Direksi yang berlokasi di Tanjung Morawa. Dana –
dana tersebut sebagian besar digunakan untuk pembayaran gaji dan pembelian –
pembelian lokal. Kebun – kebun yang letaknya dekat dengan bank pada
umumnya dapat menggunakan fasilitas – fasilitas bank yang tersedia dalam
daerahnya masing – masing. Sedangkan bagi kebun yang belum menggunakan
fasilitas bank harus menyetor sebagian besar dananya dalam rekening giro di bank
sehingga dengan demikian pengeluaran – pengeluaran dapat dilakukan dengan
check.
Semua uang tunai yang diterima, kecuali untuk pengeluaran –
pengeluaran tunai untuk gaji maupun untuk penggantian kembali dana kas kecil
dari bank, harus menggunakan Bukti Masuk ( BM ). Bukti Masuk ini merupakan
gabungan “Bukti Masuk” atau “Bukti Penerimaan” dan “Kwitansi” yang
digunakan sekarang ini. Formulir ini harus dicetak dan diberi nomor urut tercetak
dan dikeluarkan menurut nomor urut. Selain itu bukti masuk yang belum dipakai
merupakan formulir – formulir berharga dan harus disimpan di tempat yang
berkunci untuk mencegah penyalahgunaan. Auditor intern harus mengadakan
pemeriksaan bukti – bukti masuk yang tidak dipakai yang dibawah
pertanggungjawaban kasir. Pemeriksaan ini biasanya bersifat tiba – tiba tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya.
Bagi kebun – kebun yang letaknya jauh dari bank harus terus
memelihara dana kerja dalam bentuk uang tunai yang disimpan dilemari besi,
untuk kepentingan – kepentingan praktis. Administratur dan kasir yang ditunjuk
tidak boleh diberitahukan kepada orang lain, demi keamanan dana yang tersimpan
didalam. Bila kebun mempunyai suatu rekening giro di bank, maka suatu daftar
rekonsiliasi bulanan rekening ini harus dipersiapkan oleh kepala pembukuan
kebun yang akan menerima rekening koran itu langsung dari bank.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui beberapa hal antara lain :
1. Sumber penerimaan kas pada perusahaan ini berasal dari kantor direksi dan
dengan kondisi tertentu dapat berasal dari bank.
2. Setiap dana yang masuk akan dicatat dalam Bukti Masuk atau kwitansi yang
diberi nomor dan hanya dapat dikeluarkan menurut nomor urut.
3. Auditor harus melakukan pemeriksaan yang bersifat tiba – tiba terhadap bukti
masuk tersebut.
Setiap dana yang diterima oleh kebun – kebun yang berasal dari
kantor direksi, semuanya berasal dari permintaan yang di lakukan oleh kebun –
kebun tersebut. Adapun prosedur permintaan dan penerimaan dana kerja tersebut
dilakukan oleh beberapa orang dengan tugas yang berbeda - beda, yaitu :
Kepala Bagian Tata Usaha / Akuntan
1. Seminggu sebelum akhir bulan, dibuatlah permintaan uang ( PU – lampiran
PB – 3 ) dalam tiga rangkap.
2. Serahkan permintaan uang tersebut kepada administratur untuk disahkan.
3. Terima permintaan uang tersebut kepada administratur dan file.
4. Terima dari kasir. Bukti masuk ( BM ) lembar ke 1 dan ke 2 sebagai tanda
terima dana kerja bersama – sama dengan bukti pengeluaran kas kantor
direksi.
5. Bandingkan bukti kas masuk dan bukti pengeluaran kas kantor direksi,dan
bukti pengeluaran kas kantor direksi kepada administratur untuk
penandatanganan bukti masuk.
Administratur
1. Menerima permintaan uang dari kepala bagian tata usaha / akuntan.
2. Periksa dan sahkan permintaan uang, lembar 1 dan 2 dikirim ke kantor
direksi dan lembar ke 3 kepada bagian tata usaha / akuntan untuk di file-kan
3. Pada tanggal yang telah direncanakan, terima dari Kantor Direksi jumlah
dana kerja yang diminta dengan lampiran Bukti Pengeluaran Kas yang
bersangkutan.
4. Jika pengiriman uang tersebut dilakukan dalam bentuk cek, maka cek tersebut
harus dicairkan di bank. Jika pengiriman melalui perintah pemindah bukuan,
tarik dana dari bank berdasarkan perintah pemindah bukuan yang diterima.
Untuk kebun yang mempunyai rekening dibank, pengiriman uang itu dapat
disetor langsung kerekeningnya dan pengambilan dilakukan dengan menarik
cek.
5. Serahkan dana kerja tersebut kepada kasir untuk disimpan, dan keluarkan
Bukti Masuk ( BM ) sebagai tanda terima uang tersebut.
6. Terima Bukti Masuk lembar ke 1 dan ke 2, Bukti Pengeluaran Kas Kantor
Direksi, dan tanda tangani Bukti Masuk lembar ke 1 dan ke 2. Semua hal
tersebut lalu diserahkan kepada bagian pembukuan untuk dibukukan.
Kantor Direksi
1. Terima permintaan uang lembar ke 1 dan ke 2 dari administratur.
2. Rencanakan tanggal pengiriman dana kerja itu dan kirimkan kepada kantor
Kasir
1. Terima dan hitung dana kerja yang diterima dari administratur. Periksa
apakah jumlah yang diterima sesuai dengan yang tercantum didalam Bukti
pengeluaran kas kantor direksi yang terlampir.
2. Buatkan bukti masuk dalam tiga ( 3 ) rangkap dan catatlah jumlah uang yang
diterima didalam buku kasir
3. Teruskan bukti masuk lembar ke 1 dan 2 bersama – sama dengan bukti
pengeluaran kas kantor direksi kepada kepala bagian tata usaha / akuntan.
4. Tahan bukti masuk lembar ke 3 dibuku bukti masuk.
Pada perusahaan ini yang bertanggungjawab atas penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran kas adalah kasir. Untuk menghindari
penyimpangan maka semua uang yang diterima harus dibuktikan dengan
pembuatan bukti masuk. Jika memberi tanda pengakuan penerimaan kas, dalam
bentuk cek atau giro, maka nomor cek atau giro harus dicantumkan dalam bukti
masuk untuk memudahkan pengecekan bilamana perlu. Selain itu semua
penerimaan kas, dalam bentuk apa saja, harus sedapat mungkin didepositkan ke
bank pada hari kerja berikutnya. Penerimaan kas dari PTP yang letaknya jauh dari
bank, dapat ditahan untuk dijadikan dana kerja ( revolving fund ). Menguangkan
cek pihak ketiga dengan menggunakan uang tunai di kas milik PTP hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Direktur Utama.
Pada hari setelah proses penerimaan dana, maka kasir diwajibkan
membuat laporan kas harian untuk mengikhtisarkan penerimaan dan pengeluaran
kas hari sebelumnya, berdasarkan bukti – bukti masuk dan bukti – bukti
pengeluaran kas yang dikeluarkan pada hari yang bersangkutan. Formulir Bukti
disimpan dalam tempat terkunci agar tidak dapat jatuh ketangan orang yang tidak
berwenang yang dapat menggunakan bukti masuk itu untuk penyelewengan.
Auditor Intern dalam pemeriksaaan mendadak dari pertanggungjawaban kasir
harus pula memeriksa bukti masuk yang telah dipakai maupun yang belum
dipakai.
B. Sistem Pengawasan Intern Pada Pengeluaran Kas
Pada perusahaan ini pengeluaran kas berupa :
1. Pembayaran Gaji
Terdiri dari Gaji staf, pegawai non – staf bulanan, karyawan harian
dengan upah yang lebih tinggi dari upah minimal,karyawan harian dengan
upah minimal, dan karyawan yang dibayar atas dasar tarif per potong. Setiap
bagian tersebut akan membuat daftar hadirnya masing – masing. Daftar hadir
tiap pekerja dilaporkan dalam bentuk absensi harian kepada bagian umum.
Bagian umum harus mencantumkan apakah absensi demikian diberi gaji atau
tidak. Cuti tahunan atau cuti sakit harus berdasarkan formulir permohonan
cuti yang akan dipakai sebagai dasar untuk menentukan pembayaran gaji dan
untuk perhitungan cuti tahunan dan cuti sakit. Sedangkan tunjangan tertentu
akan dibayarkan terpisah dari gaji pokok dan tunjangan pokok. Tunjangan
tertentu ini akan dimasukkan ke dalam daftar tunjangan lain – lain.
Pinjaman – pinjaman yang akan dipotong dari pembayaran gaji / upah
bulanan, diberikan pada tanggal 15 tiap bulan kepada semua personalia
kecuali staf. Perubahan – perubahan penggajian ( pengangkatan, pegawai
baru, kenaikan pangkat, PHK, dsb ) untuk semua personalia, kecuali staf
harus disetujui terlebih dahulu oleh administratur. Untuk staf harus disetujui
mencatat kahadiran karyawan dalam buku mandor. Dan dikirim ke kantor
bagian lalu dicatat dalam buku asisten. Begitu juga dengan jam – jam lembur
dicatat setiap hari didalam buku asisten berdasarkan daftar lembur.
Premi dibayar berdasarkan pekerjaan lapangan yang tertentu, seperti
pemungutan hasil, memuat, memangkas, menyiang, dsb. Suatu catatan
diadakan untuk premi pemungutan hasil dalam buku premi.
2. Pengeluaran Kas Kecil
Pembayaran dalam jumlah kecil dilakukan melalui kas kecil yang
disimpan diberbagai bagian. Misalnya untuk “urusan rumah tangga”, suatu
seksi dalam bagian umum, di bungalow dan di kantor – kantor cabang. Setiap
pengeluaran kas kecil harus didasarkan pada bukti pengeluaran kas kecil yang
telah disetujui oleh kepala unit dimana kas kecil itu berada.
3. Pengeluaran Cek atau Giro
Cek atau giro ini dipakai untuk melakukan pembayaran kepada pihak
ketiga. Blanko cek atau giro disimpan oleh kasir sebagai petugas yang
bertanggungjawab atas blanko – blanko itu. Cek atau giro dipersiapkan oleh
kasir setelah disetujui oleh manager pembiayaan dan telah melalui seksi
pembukuan. Cek harus dibuat atas nama yang dibayar dan tidak “ Tunai “
atau “ Kepada Pembawa “. Cek writer juga harus tetap digunakan untuk
menghindari pemalsuan / tiruan. Sebagai tindakan pengawasan tambahan,
suatu cek harus ditandatangani oleh sekurang – kurangnya dua pejabat yang
berwenang menandatangani cek, dan semua lampiran harus dibubuhi pula
tanda cap “ TELAH DIBAYAR” disertai tanggal pembayaran bersamaan
Prosedur pengeluaran kas adalah sebagai berikut :
Kepala Bagian Tata Usaha / Akuntan
1. Menerima lampiran dokumen yang akan dibayar dari kreditur atau dari
bagian yang bersangkutan dan diberi cap tanggal penerimaan.
2. Pada tanggal pembayaran yang telah direncanakan, paraf dokumen –
dokumen yang akan dibayar dan teruskan dokumen ini ke seksi pembukuan
untuk dibuatkan Bukti Pengeluaran Kas.
3. Terima Bukti Pengeluaran Kas dan lampiran – lampirannya dari Seksi
Pembukuan.
4. Periksa kebenaran daripada dokumen – dokumen pembayaran itu dan tanda
tangani Bukti Pengeluaran Kas sebagai tanda pembayaran.
5. Kirimkan Bukti Pengeluaran Kas dengan lampiran - lampirannya kepada
Administratur.
Administratur
1. Terima Bukti Pengeluaran kas dan lampiran – lampirannya.
2. Periksa dan sahkan Bukti Pengeluaran Kas.
3. Teruskan Bukti Pengeluaran Kas dengan lampiran – lampirannya kepada
kasir.
Seksi Pembukuan
1. Terima dokumen – dokumen yang akan dibayar dari Kepala Bagian Tata
Usaha / Akuntan.
2. Periksa paraf dari Kepala Bagian Tata Usaha / Akuntan pada dokumen –
dokumen lampiran.
3. Periksa apakah faktur kreditur / pihak ketiga cocok dengan Order Pembelian
kebenaran daripada jumlah yang tertera di dalam faktur kreditur / pihak
ketiga.
4. Buatkan Bukti Pengeluaran Kas dalam dua rangkap dan teruskan Bukti
Pengeluaran Kas bersama – sama dengan lampirannya kepada Kepala Bagian
Tata Usaha / Akuntan.
5. Terima Bukti Pengeluaran Kas yang telah dibayar dan lampiran –
lampirannya dari kasir.
6. Periksa nomor urut dari pada Bukti Pengeluaran Kas yang telah dibayar
selama satu hari itu.
7. Bukukan Bukti Pengeluaran Kas yang telah dibayar selama hari itu kedalam
Kartu Rekening Buku Besar yang mempunyai salinan tembus Lembaran
Kontrol.
8. File-kan bukti pengeluaran kas lembar ke 1 dan lampirannya menurut nomor
urut Bukti Pengeluaran Kas. Kirimkan Bukti Pengeluaran Kas lembar ke 2
kepada Petugas File untuk file kantor.
9. Pada akhir bulan bukukan jumlah ayat – ayat jurnal debit yang tercantum
pada Lembaran Kontrol kedalam Kartu Rekening Buku Besar Kas atau bank
sebelah kredit. Dan buatkan ikhtisar serta Rencana Penerimaan Dan
Pengeluaran Kas.
Kasir
1. Berdasarkan Bukti Pengeluaran Kas yang telah disahkan oleh administratur,
bayarlah jumlah uang tersebut.
2. Mintakan kepada penerima pembayaran untuk menandatangani Bukti
3. Cap “ TELAH DIBAYAR ” pada Bukti Pengeluaran Kas dan lampirannya
dan cantumkan tanggal pembayaran dan paraf.
4. Bukukan Bukti Pengeluaran Kas kedalam Buku Kasir dan teruskan Bukti
Pengeluaran Kas lembar ke 1 dan 2 bersama – sama dengan lampirannya
kepada Seksi Pembukuan.
Kebun – kebun akan mengambil pengeluarannya dari dana – dana
kerja umum. Pengeluaran – pengeluaran harus didasarkan atas bukti – bukti
pengeluaran kas yang telah disetujui terlebih dahulu. Sebelum bukti pengeluaran
kas diberikan kepada administratur untuk disahkan, harus terlebih dahulu melalui
pemeriksaan – pemeriksaan yang dilakukan oleh kepala pembukuan kebun untuk
menentukan kebenaran dan sahnya pembayaran daripada dokumen – dokumen
yang diajukan. Bukti pengeluaran kas merupakan gabungan dua formulir yang
dipakai sekarang yaitu “ Bukti Keluar “ atau “ Bukti Pengeluaran “ dan
“Kwitansi“.
Pada perusahaan ini pegawai pada bagian pembukuan dan kasir yang
mengurusi penerimaan kas adalah orang yang berbeda dengan pegawai yang
mengurusi bagian pengeluaran kas. Hal ini ditujukan untuk menghindari
kemungkinan penyelewengan dana jikalau dikerjakan oleh satu orang.
C. Sistem Pencatatan Kas
Sistem pencatatan kas pada perusahaan ini kebanyakan berhubungan
dengan berbagai buku – buku atau lampiran – lampiran. Kebanyakan PTPN
menggunakan buku – buku dan formulir – formulir yang dibuat sedemikian rupa
sehingga memungkinkan pembukuan dengan menggunakan sistem tulis tembus.
maka dengan mudah transaksi – transaksi itu dihimpun dan dibukukan. Oleh
karena itu hanya perubahan – perubahan kecil disarankan untuk memperbaiki
buku – buku dan formulir tadi.
Buku – buku atau lampiran – lampiran yang biasanya dipakai dalam proses
pencatatan transaksi adalah sebagai berikut :
1. Bukti Jurnal
Formulir ini hampir sama dengan formulir yang dipakai sekarang oleh
kebanyakan PTP. Formulir ini pada umumnya akan digunakan untuk semua
transaksi yang tidak mengakibatkan perubahan kas. Ayat – ayat dalam Bukti
Jurnal akan dibukukan langsung kedalam Kartu Rekening Buku Besar.
2. Lembaran Kontrol
Formulir ini berfungsi sebagai lembaran pengecekan pembukuan dan juga
sebagai sarana pembukuan atau buku harian untuk membukukan jumlah debit
dan kredit bulanan dari uang tunai di kas dan di bank kedalam Kartu
Rekening Buku Besar.
3. Kartu Rekening Buku Besar
Kartu Rekening Buku Besar adalah sarana pembukuan yang terakhir. Saldo
dari setiap kartu rekening buku besar merupakan titik pangkal penyusunan
laporan keuangan. Dari saldo – saldo rekening Kartu Rekening Buku Besar
pada setiap akhir bulan, harus dibuat suatu neraca percobaan, untuk mencek
kebenaran perhitungan debit dan kredit. Kartu Rekening Buku Besar ini harus
dipakai terus menerus ( mengganti kartu baru pada setiap bulan tidak terlalu
4. Buku Tambahan
Buku tambahan harus diadakan untuk setiap rekening buku besar seperti
misalnya rekening piutang niaga, rekening hutang niaga dan rekening piutang
dan hutang lain – lain. Bentuk buku tambahan dapat dibuat sama seperti
Kartu Rekening Buku Besar.
5. Nota Debit dan Nota Kredit
Semua transaksi dengan Kantor Direksi harus menggunakan Nota Debit dan
Nota Kredit, yang dibukukan langsung kedalam kartu – kartu Rekening Buku
Besar.
6. Buku Penjualan Ekspor dan Lokal
Dalam lampiran – lampiran ada dua formulir yaitu untuk penjualan ekspor
dan untuk penjualan lokal. Buku penjualan biasanya dipegang oleh bagian
pembiayaan yang pada akhir bulan akan dibukukan kedalam kartu rekening
BAB III
SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II KEBUN BASILAM
Seperti yang telah kita bahas di BAB I sebelumnya bahwa setiap
perusahaan memerlukan suatu pengawasan dalam setiap kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan tersebut. Hal ini bertujuan agar kegiatan dalam perusahan itu
dapat berjalan dengan efektif dan efisien sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Pengawasan intern dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu
Pengawasan Administrasi dan Pengawasan Akuntansi.
Pengawasan administrasi terdiri dari prosedur – prosedur dan catatan
– catatan yang membantu pimpinan dalam mencapai tujuan perusahaan. Misalnya,
pimpinan dapat mengevaluasi kinerja karyawan dari hasil kerja yang rusak dari
para karyawan, sehingga dapat dilakukan pengawasan atas mutu barang yang
diproduksi. Pengawasan akuntansi terdiri dari metode dan prosedur yang terutama
berhubungan dengan keandalan catatan laporan keuangan dan tindakan untuk
melindungi aktiva perusahaan. Contohnya, prosedur yang dirancang untuk
menjamin bahwa seluruh transaksi dicatat sesuai dengan prinsip – prinsip
akuntansi.
Menurut Rollin dan Fess ( 1992 ), didalam sistem pengawasan intern
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan yaitu :
1. Pegawai yang Mampu dan Perputaran Tugas
Semua sistem akuntansi menghendaki agar para pegawai mengerjakan
tugas – tugas yang telah ditentukan. Tentu saja, suatu sistem hanya dapat
dikatakan baik, apabila para pegawai yang mengerjakan tugas tersebut juga
diawasi ketika menjalankan tugasnya. Bila memungkinkan, para pegawai
administrasi harus digilir dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Dengan
mengetahui bahwa pegawai lain suatu saat akan mengerjakan pekerjaan yang
sekarang dilakukan oleh seseorang, maka orang tersebut cenderung
menghindari penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan. Perputaran
tugas juga membantu menemukan ketidakwajaran yang mungkin terjadi.
2. Penetapan Wewenang
Agar para pegawai dapat bekerja secara efisien, wewenang dan
tanggung jawab harus ditentukan dengan jelas. Tanggungjawab yang
tumpang tindih dan ketidakjelasan tanggung jawab harus ditiadakan.
Misalnya, apabila mesin pencatat kas harus digunakan oleh dua atau lebih
tenaga kasir penjualan, maka setiap petugas tersebut harus diberi laci dan
kunci tersendiri, hingga bukti penanganan kas setiap hari untuk masing –
masing kasir tersebut dapat diperoleh. Demikian pula apabila beberapa
pegawai diberi tugas untuk pembukuan ke perkiraan langganan, maka setiap
pegawai harus diberi tugas untuk pembukuan ke perkiraan langganan tertentu,
sehingga setiap kesalahan dapat diikuti sampai pada orang yang
bertanggungjawab terhadap kesalahan tersebut.
3. Pemisahan Tanggung Jawab untuk Kegiatan yang Berhubungan
Untuk menjaga terhadap kemungkinan ketidakefisienan, kesalahan,
dan kecurangan, tanggung jawab untuk kegiatan yang berhubungan harus
dibagikan kepada dua atau lebih orang. Misalnya pemesanan pembelian
barang, pemeriksaan atas penerimaan barang dan pembayaran kepada penjual
tidak boleh dikerjakan oleh satu orang saja. Hal ini disebabkan karena akan
teliti atas jumlah dan mutu barang yang diterima, digunakannya barang –
barang untuk keperluan pribadi pegawai, kecerobohan dalam pemeriksaan
keabsahan dan ketepatan faktur, dan lainnya. Apabila kegiatan – kegiatan
tersebut diberikan kepada tiga orang yang berbeda maka kemungkinan
penyalahgunaan wewenang semacam itu dapat diusahakan terjadi sekecil
mungkin.
4. Pemisahan Antara Tugas Operasi dan Akuntansi
Tanggung jawab untuk melaksanakan pencatatan akuntansi harus
dipisahkan dengan tanggung jawab untuk melakukan kegiatan operasi dan
penyimpanan aktiva. Dengan cara ini, catatan akuntansi akan dapat bertindak
sebagai alat pemeriksaan yang bebas terhadap kegiatan perusahaan. Misalnya,
kasir yang menerima pembayaran dari debitur tidak boleh menangani
pencatatan jurnal dan buku besar. Pemisahan kedua fungsi ini akan
mengurangi kemungkinan kesalahan dan penggelapan.
5. Bukti dan Tindakan Pengamanan
Hal ini dimanfaatkan untuk melindungi aktiva perusahaan dan
memastikan kecermatan data akuntansi. Salah satu contohnya adalah mesin
pencatatan kas yang banyak digunakan untuk mencatat penjualan tunai.
Kesempatan bagi pembeli untuk memeriksa kuitansi dari kasir akan
menambah efektivitas peralatan tersebut sebagai bagian dari pengendalian
intern. Penggunaan asuransi juga merupakan salah satu alat pembantu untuk
pengendalian intern. Asuransi ini berlaku untuk kerugian – kerugian akibat
kecurangan dari sebagian pegawai yang dipercayai menangani aktiva
6. Pemeriksaan yang Bebas
Untuk menentukan apakah prinsip – prinsip pengendalian intern
diterapkan secara efektif, sistem tersebut secara berkala harus diperiksa dan
dinilai oleh auditor intern yang bebas terhadap pegawai yang
bertanggungjawab atas kegiatan operasi perusahaan. Auditor ini yang akan
melaporkan kelemahan dan mengusulkan perubahan untuk memperbaikinya.
Salah satu bentuk pengawasan yang diperlukan oleh sebuah
perusahaan adalah pengawasan dalam bidang kas. Karna seperti yang telah kita
ketahui sebelumnya, bahwa kas adalah harta perusahaan yang paling mudah untuk
dilikuidkan/dicairkan dan digunakan untuk kepentingan sendiri oleh pegawai.
Sehingga pada bidang inilah sering terjadi tindak penyelewengan yang dilakukan
oleh pihak – pihak didalam perusahaan tersebut. Karena itu, merupakan suatu
keharusan bahwa uang kas harus dilindungi secara efektif.
Hal ini pula yang telah dipahami dengan baik oleh PT. Perkebunan
Nusantara II, khususnya dalam hal ini pada kantor PTPN II di Kebun Basilam.
Dimana dalam hal pengawasan intern kas, mereka telah memiliki pedoman yang
telah sejak lama dibuat dan masih terus dipergunakan sampai dengan saat ini.
Dalam perusahaan ini ada dua kegiatan yang berhubungan langsung dengan kas
A. Sistem Pengawasan Intern pada Penerimaan Kas
Sumber penerimaan dalam perusahaan ini pada umumnya berasal
dari Kantor Pusat / Kantor Direksi yang berlokasi di Tanjung Morawa. Dana –
dana tersebut sebagian besar digunakan untuk pembayaran gaji dan pembelian –
pembelian lokal. Kebun – kebun yang letaknya dekat dengan bank pada
umumnya dapat menggunakan fasilitas – fasilitas bank yang tersedia dalam
daerahnya masing – masing. Sedangkan bagi kebun yang belum menggunakan
fasilitas bank harus menyetor sebagian besar dananya dalam rekening giro di bank
sehingga dengan demikian pengeluaran – pengeluaran dapat dilakukan dengan
check.
Semua uang tunai yang diterima, kecuali untuk pengeluaran –
pengeluaran tunai untuk gaji maupun untuk penggantian kembali dana kas kecil
dari bank, harus menggunakan Bukti Masuk ( BM ). Bukti Masuk ini merupakan
gabungan “Bukti Masuk” atau “Bukti Penerimaan” dan “Kwitansi” yang
digunakan sekarang ini. Formulir ini harus dicetak dan diberi nomor urut tercetak
dan dikeluarkan menurut nomor urut. Selain itu bukti masuk yang belum dipakai
merupakan formulir – formulir berharga dan harus disimpan di tempat yang
berkunci untuk mencegah penyalahgunaan. Auditor intern harus mengadakan
pemeriksaan bukti – bukti masuk yang tidak dipakai yang dibawah
pertanggungjawaban kasir. Pemeriksaan ini biasanya bersifat tiba – tiba tanpa ada
pemberitahuan sebelumnya.
Bagi kebun – kebun yang letaknya jauh dari bank harus terus
memelihara dana kerja dalam bentuk uang tunai yang disimpan dilemari besi,
untuk kepentingan – kepentingan praktis. Administratur dan kasir yang ditunjuk
tidak boleh diberitahukan kepada orang lain, demi keamanan dana yang tersimpan
didalam. Bila kebun mempunyai suatu rekening giro di bank, maka suatu daftar
rekonsiliasi bulanan rekening ini harus dipersiapkan oleh kepala pembukuan
kebun yang akan menerima rekening koran itu langsung dari bank.
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui beberapa hal antara lain :
1. Sumber penerimaan kas pada perusahaan ini berasal dari kantor direksi dan
dengan kondisi tertentu dapat berasal dari bank.
2. Setiap dana yang masuk akan dicatat dalam Bukti Masuk atau kwitansi yang
diberi nomor dan hanya dapat dikeluarkan menurut nomor urut.
3. Auditor harus melakukan pemeriksaan yang bersifat tiba – tiba terhadap bukti
masuk tersebut.
Setiap dana yang diterima oleh kebun – kebun yang berasal dari
kantor direksi, semuanya berasal dari permintaan yang di lakukan oleh kebun –
kebun tersebut. Adapun prosedur permintaan dan penerimaan dana kerja tersebut
dilakukan oleh beberapa orang dengan tugas yang berbeda - beda, yaitu :
Kepala Bagian Tata Usaha / Akuntan
1. Seminggu sebelum akhir bulan, dibuatlah permintaan uang ( PU – lampiran
PB – 3 ) dalam tiga rangkap.
2. Serahkan permintaan uang tersebut kepada administratur untuk disahkan.
3. Terima permintaan uang tersebut kepada administratur dan file.
4. Terima dari kasir. Bukti masuk ( BM ) lembar ke 1 dan ke 2 sebagai tanda
terima dana kerja bersama – sama dengan bukti pengeluaran kas kantor
direksi.
5. Bandingkan bukti kas masuk dan bukti pengeluaran kas kantor direksi,dan
bukti pengeluaran kas kantor direksi kepada administratur untuk
penandatanganan bukti masuk.
Administratur
1. Menerima permintaan uang dari kepala bagian tata usaha / akuntan.
2. Periksa dan sahkan permintaan uang, lembar 1 dan 2 dikirim ke kantor
direksi dan lembar ke 3 kepada bagian tata usaha / akuntan untuk di file-kan
3. Pada tanggal yang telah direncanakan, terima dari Kantor Direksi jumlah
dana kerja yang diminta dengan lampiran Bukti Pengeluaran Kas yang
bersangkutan.
4. Jika pengiriman uang tersebut dilakukan dalam bentuk cek, maka cek tersebut
harus dicairkan di bank. Jika pengiriman melalui perintah pemindah bukuan,
tarik dana dari bank berdasarkan perintah pemindah bukuan yang diterima.
Untuk kebun yang mempunyai rekening dibank, pengiriman uang itu dapat
disetor langsung kerekeningnya dan pengambilan dilakukan dengan menarik
cek.
5. Serahkan dana kerja tersebut kepada kasir untuk disimpan, dan keluarkan
Bukti Masuk ( BM ) sebagai tanda terima uang tersebut.
6. Terima Bukti Masuk lembar ke 1 dan ke 2, Bukti Pengeluaran Kas Kantor
Direksi, dan tanda tangani Bukti Masuk lembar ke 1 dan ke 2. Semua hal
tersebut lalu diserahkan kepada bagian pembukuan untuk dibukukan.
Kantor Direksi
1. Terima permintaan uang lembar ke 1 dan ke 2 dari administratur.
2. Rencanakan tanggal pengiriman dana kerja itu dan kirimkan kepada kantor
Kasir
1. Terima dan hitung dana kerja yang diterima dari administratur. Periksa
apakah jumlah yang diterima sesuai dengan yang tercantum didalam Bukti
pengeluaran kas kantor direksi yang terlampir.
2. Buatkan bukti masuk dalam tiga ( 3 ) rangkap dan catatlah jumlah uang yang
diterima didalam buku kasir
3. Teruskan bukti masuk lembar ke 1 dan 2 bersama – sama dengan bukti
pengeluaran kas kantor direksi kepada kepala bagian tata usaha / akuntan.
4. Tahan bukti masuk lembar ke 3 dibuku bukti masuk.
Pada perusahaan ini yang bertanggungjawab atas penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran kas adalah kasir. Untuk menghindari
penyimpangan maka semua uang yang diterima harus dibuktikan dengan
pembuatan bukti masuk. Jika memberi tanda pengakuan penerimaan kas, dalam
bentuk cek atau giro, maka nomor cek atau giro harus dicantumkan dalam bukti
masuk untuk memudahkan pengecekan bilamana perlu. Selain itu semua
penerimaan kas, dalam bentuk apa saja, harus sedapat mungkin didepositkan ke
bank pada hari kerja berikutnya. Penerimaan kas dari PTP yang letaknya jauh dari
bank, dapat ditahan untuk dijadikan dana kerja ( revolving fund ). Menguangkan
cek pihak ketiga dengan menggunakan uang tunai di kas milik PTP hanya dapat
dilakukan dengan persetujuan Direktur Utama.
Pada hari setelah proses penerimaan dana, maka kasir diwajibkan
membuat laporan kas harian untuk mengikhtisarkan penerimaan dan pengeluaran
kas hari sebelumnya, berdasarkan bukti – bukti masuk dan bukti – bukti
pengeluaran kas yang dikeluarkan pada hari yang bersangkutan. Formulir Bukti
disimpan dalam tempat terkunci agar tidak dapat jatuh ketangan orang yang tidak
berwenang yang dapat menggunakan bukti masuk itu untuk penyelewengan.
Auditor Intern dalam pemeriksaaan mendadak dari pertanggungjawaban kasir
harus pula memeriksa bukti masuk yang telah dipakai maupun yang belum
dipakai.
B. Sistem Pengawasan Intern Pada Pengeluaran Kas
Pada perusahaan ini pengeluaran kas berupa :
1. Pembayaran Gaji
Terdiri dari Gaji staf, pegawai non – staf bulanan, karyawan harian
dengan upah yang lebih tinggi dari upah minimal,karyawan harian dengan
upah minimal, dan karyawan yang dibayar atas dasar tarif per potong. Setiap
bagian tersebut akan membuat daftar hadirnya masing – masing. Daftar hadir
tiap pekerja dilaporkan dalam bentuk absensi harian kepada bagian umum.
Bagian umum harus mencantumkan apakah absensi demikian diberi gaji atau
tidak. Cuti tahunan atau cuti sakit harus berdasarkan formulir permohonan
cuti yang akan dipakai sebagai dasar untuk menentukan pembayaran gaji dan
untuk perhitungan cuti tahunan dan cuti sakit. Sedangkan tunjangan tertentu
akan dibayarkan terpisah dari gaji pokok dan tunjangan pokok. Tunjangan
tertentu ini akan dimasukkan ke dalam daftar tunjangan lain – lain.
Pinjaman – pinjaman yang akan dipotong dari pembayaran gaji / upah
bulanan, diberikan pada tanggal 15 tiap bulan kepada semua personalia
kecuali staf. Perubahan – perubahan penggajian ( pengangkatan, pegawai
baru, kenaikan pangkat, PHK, dsb ) untuk semua personalia, kecuali staf
harus disetujui terlebih dahulu oleh administratur. Untuk staf harus disetujui
mencatat kahadiran karyawan dalam buku mandor. Dan dikirim ke kantor
bagian lalu dicatat dalam buku asisten. Begitu juga dengan jam – jam lembur
dicatat setiap hari didalam buku asisten berdasarkan daftar lembur.
Premi dibayar berdasarkan pekerjaan lapangan yang tertentu, seperti
pemungutan hasil, memuat, memangkas, menyiang, dsb. Suatu catatan
diadakan untuk premi pemungutan hasil dalam buku premi.
2. Pengeluaran Kas Kecil
Pembayaran dalam jumlah kecil dilakukan melalui kas kecil yang
disimpan diberbagai bagian. Misalnya untuk “urusan rumah tangga”, suatu
seksi dalam bagian umum, di bungalow dan di kantor – kantor cabang. Setiap
pengeluaran kas kecil harus didasarkan pada bukti pengeluaran kas kecil yang
telah disetujui oleh kepala unit dimana kas kecil itu berada.
3. Pengeluaran Cek atau Giro
Cek atau giro ini dipakai untuk melakukan pembayaran kepada pihak
ketiga. Blanko cek atau giro disimpan oleh kasir sebagai petugas yang
bertanggungjawab atas blanko – blanko itu. Cek atau giro dipersiapkan oleh
kasir setelah disetujui oleh manager pembiayaan dan telah melalui seksi
pembukuan. Cek harus dibuat atas nama yang dibayar dan tidak “ Tunai “
atau “ Kepada Pembawa “. Cek writer juga harus tetap digunakan untuk
menghindari pemalsuan / tiruan. Sebagai tindakan pengawasan tambahan,
suatu cek harus ditandatangani oleh sekurang – kurangnya dua pejabat yang
berwenang menandatangani cek, dan semua lampiran harus dibubuhi pula
tanda cap “ TELAH DIBAYAR” disertai tanggal pembayaran bersamaan
Prosedur pengeluaran kas adalah sebagai berikut :
Kepala Bagian Tata Usaha / Akuntan
1. Menerima lampiran dokumen yang akan dibayar dari kreditur atau dari
bagian yang bersangkutan dan diberi cap tanggal penerimaan.
2. Pada tanggal pembayaran yang telah direncanakan, paraf dokumen –
dokumen yang akan dibayar dan teruskan dokumen ini ke seksi pembukuan
untuk dibuatkan Bukti Pengeluaran Kas.
3. Terima Bukti Pengeluaran Kas dan lampiran – lampirannya dari Seksi
Pembukuan.
4. Periksa kebenaran daripada dokumen – dokumen pembayaran itu dan tanda
tangani Bukti Pengeluaran Kas sebagai tanda pembayaran.
5. Kirimkan Bukti Pengeluaran Kas dengan lampiran - lampirannya kepada
Administratur.
Administratur
1. Terima Bukti Pengeluaran kas dan lampiran – lampirannya.
2. Periksa dan sahkan Bukti Pengeluaran Kas.
3. Teruskan Bukti Pengeluaran Kas dengan lampiran – lampirannya kepada
kasir.
Seksi Pembukuan
1. Terima dokumen – dokumen yang akan dibayar dari Kepala Bagian Tata
Usaha / Akuntan.
2. Periksa paraf dari Kepala Bagian Tata Usaha / Akuntan pada dokumen –
dokumen lampiran.
3. Periksa apakah faktur kreditur / pihak ketiga cocok dengan Order Pembelian
kebenaran daripada jumlah yang tertera di dalam faktur kreditur / pihak
ketiga.
4. Buatkan Bukti Pengeluaran Kas dalam dua rangkap dan teruskan Bukti
Pengeluaran Kas bersama – sama dengan lampirannya kepada Kepala Bagian
Tata Usaha / Akuntan.
5. Terima Bukti Pengeluaran Kas yang telah dibayar dan lampiran –
lampirannya dari kasir.
6. Periksa nomor urut dari pada Bukti Pengeluaran Kas yang telah dibayar
selama satu hari itu.
7. Bukukan Bukti Pengeluaran Kas yang telah dibayar selama hari itu kedalam
Kartu Rekening Buku Besar yang mempunyai salinan tembus Lembaran
Kontrol.
8. File-kan bukti pengeluaran kas lembar ke 1 dan lampirannya menurut nomor
urut Bukti Pengeluaran Kas. Kirimkan Bukti Pengeluaran Kas lembar ke 2
kepada Petugas File untuk file kantor.
9. Pada akhir bulan bukukan jumlah ayat – ayat jurnal debit yang tercantum
pada Lembaran Kontrol kedalam Kartu Rekening Buku Besar Kas atau bank
sebelah kredit. Dan buatkan ikhtisar serta Rencana Penerimaan Dan
Pengeluaran Kas.
Kasir
1. Berdasarkan Bukti Pengeluaran Kas yang telah disahkan oleh administratur,
bayarlah jumlah uang tersebut.
2. Mintakan kepada penerima pembayaran untuk menandatangani Bukti