• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Harian Kuntul Besar ( Egretta alba ) Di Kawasan Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Harian Kuntul Besar ( Egretta alba ) Di Kawasan Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU HARIAN KUNTUL BESAR (Egretta alba)

DI KAWASAN PANTAI PERCUT SEI TUAN

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ZULIDA SUSANTI

030805025

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERSETUJUAN

Judul : PERILAKU HARIAN KUNTUL BESAR ( Egretta alba ) DI KAWASAN PANTAI PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

Kategori : SKRIPSI

Nama : ZULIDA SUSANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 030805025

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, September 2007 Komisi Pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Arlen Hanel Jhon, M.Si NIP. 131 882 288

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua

(3)

PERNYATAAN

PERILAKU HARIAN KUNTUL BESAR (Egretta alba) DI

KAWASAN PANTAI PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI

SERDANG

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2007

(4)

PENGHARGAAN

Alhamdulilah wa syukurilah penulis panjatkan kehadiran Ilahi Robbi atas nikmat yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi yang berjudul "Perilaku Harian Kuntul Besar ( Egretta alba) di Kawasan Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara" dengan baik. Sholawat berangkaikan salam buat Nabi besar Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rosul yang sangat menyayangi umatnya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Arlen H.J., M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Hesti Wahyu Ningsih S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing II yang selama ini telah menjadi figur Bapak dan Ibu bagi penulis serta banyak memberikan arahan, perhatian serta dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Bapak Miswar Budi Mulya S.Si, M.Si selaku dosen penasehat akademik yang telah banyak memberikan nasehat kepada penulis.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Nursal M.Si, Ibu Hetty Sartina Siregar S.Si, M.Si. dan Ibu Mayang Sari Yeanny, S.Si, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Bapak DR. Dwi Suryanto M.Sc selaku ketua Departemen Biologi, Ibu Nunuk Priyani M.Sc selaku sekretaris departemen Biologi. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Biologi FMIPA USU. Ibu Roslina Ginting, Bapak Syafii, dan Bang Erwin selaku pegawai Departemen Biologi, serta Ibu Nurhasni Muluk dan Bapak Sukirmanto selaku analis dan laboran di laboratorium Departemen Biologi yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta (Mardaini, S. dan Darmila, BA.) serta adik-adiku tersayang ( Herfian Susanto, Rizka Afri Kiniko, dan Seftina Maulia Putri ) dan seluruh keluarga besarku atas doa dan dukungannya yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, Doa, semangat, dan dukungan penuh dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

BIOPALAS yang selama ini dijadikan sebagai naumgan dan pemersatu bagi penulis dan rekan-rekan lainnya, dan telah banyak memberikan hal-hal baru bagi penulis diluar kegiatan akademis yang bersifat positif & tidak ternilai harganya.

(5)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang “Perilaku Harian Kuntul Besar (Egretta alba) di

Kawasan Pantai Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang” yang dilaksanakan

pada bulan juni 2007 di Pantai Percut Sei Tuan, dengan menggunakan Metode Scan Sampling, di hamparan lumpur pantai.

(6)

DAILY BEHAVIOUR OF GREAT EGRET (Egretta alba) IN COASTAL

CARPET MUD OF PERCUT SEI TUAN REGANCY OF DELI SERDANG

ABSTRACT

The research about " Daily Behavior of Great egret (Egretta alba) in Coastal

Carpet Mud of Percut Sei Tuan, Sub-Province of Deli Serdang ”, have been done

in Juni 2007. This research used Scan Sampling Method.

The result from this research shows there were three daily behavior of Egretta

alba which consist of individual behavior by 8 sub behavior (behavior of

(7)

DAFTAR ISI

2.1 Bioekologi Kuntul Besar (Egretta alba) 4 2.1.1 Kl asifikasi Burung Kuntul Besar 4

III. DESKRIPSI AREA

3.1 Keadaan Umum 13

3.2 Vegetasi 13

3.3 Fauna 13

IV. BAHAN DAN METODE

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14

4.2 Metode Penelitian 14

4.3 Pelaksanaan Penelitian 15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

(8)

5.1.1 Perilaku Individu 17

5.1.2 Perilaku Sosial 18

5.1.3 Perilaku Makan 19

5.2 Perilaku Harian Kuntul Besar Berdasarkan Waktu

Pengamatan 22

5.2.1 Pagi Hari 24

5.2.2 Siang Hari 25

5.2.3 Sore Hari 26

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 30

6.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA ………. 32

LAMPIRAN A ……… LAMPIRAN B………. LAMPIRAN C ... LAMPIRAN D ………

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel J u d u l halaman

1 Perilaku Harian Kuntul Besar yang Didapatkan di Hamparan

Lumpur Pantai Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang 17 2

Total Aktifitas Kuntul Besar Hasil Pengamatan Menurut Waktu

38 3 Persentase Perilaku Harian Kuntul Besar Pada Tiga Waktu

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran J u d u l halaman

1. LAMPIRAN A. Peta Lokasi Pengamatan 34

2. LAMPIRAN B. Foto lokasi Pengamatan 35

3. LAMPIRAN C. Data Perilaku Harian Kuntul Besar

(Egretta alba) Berdasarkan Waktu 38

4. LAMPIRAN D. Persentase Perilaku Harian Kuntul Besar

(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang “Perilaku Harian Kuntul Besar (Egretta alba) di

Kawasan Pantai Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang” yang dilaksanakan

pada bulan juni 2007 di Pantai Percut Sei Tuan, dengan menggunakan Metode Scan Sampling, di hamparan lumpur pantai.

(12)

DAILY BEHAVIOUR OF GREAT EGRET (Egretta alba) IN COASTAL

CARPET MUD OF PERCUT SEI TUAN REGANCY OF DELI SERDANG

ABSTRACT

The research about " Daily Behavior of Great egret (Egretta alba) in Coastal

Carpet Mud of Percut Sei Tuan, Sub-Province of Deli Serdang ”, have been done

in Juni 2007. This research used Scan Sampling Method.

The result from this research shows there were three daily behavior of Egretta

alba which consist of individual behavior by 8 sub behavior (behavior of

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pantai Percut Sei Tuan merupakan suatu kawasan yang terdiri dari hutan mangrove, pantai berlumpur, daerah pertambakan dan pemukiman penduduk, dan secara administratif terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Kawasan ini memiliki sumber kehidupan bagi beberapa jenis burung air karena kawasan ini memiliki lahan basah yang sangat penting sebagai tempat berbiak, sumber nutrisi, dan kebutuhan lain bagi burung air yang tersebar di kawasan itu. Burung air yang terdapat di kawasan Pantai Percut diantaranya burung Kuntul, yaitu Kuntul Besar (Egretta alba).

Dikawasan Pantai Percut Sei Tuan burung air dari jenis kuntul besar boleh dikatakan mendominasi dibandingkan dengan burung air lainnya. Karena setiap daerah, baik daerah pantai berlumpur, mangrove, tambak dan pemukiman penduduk, pertanian sering ditemukan adanya burung kuntul khususnya kuntul besar

.

Kuntul termasuk kelompok burung air dari famili Ardeidae yang terdiri dari 6 spesies yaitu

Egretta alba, E. garzetta, E. intermediate, E. sacra, E. eulophotes dan Bubulcus ibis.

Seperti burung air lainnya, burung kuntul dalam hidupnya sangat bergantung pada daerah perairan, baik untuk mencari makan, berlindung, beristirahat, berbiak dan melakukan aktivitas sosial lainnya (MacKinnon, 1993).

,,

Pola tingkah laku harian hewan dalam hal ini Egretta alba merupakan suatu aktivitas (perilaku) yang biasa dilakukan dalam keseharianya, yaitu pada saat keluar dari sarang, aktivitas di habitatnya (mencari makan, istirahat, interaksi dengan spesies lain pada habitat yang sama), atau aktivitas lainya, sampai pada waktu kembali ke sarang lagi.

(14)

Di Indonesia jenis kuntul mempunyai status langka dan dilindungi berdasarkan Dierebeschermings ordonantie 1931 (Undang-undang perlindungan binatang liar, 1931). Pada saat ini populasi kuntul di habitat aslinya mengalami penurunan. Penyebab utama penurunan populasi ini karena terjadinya kerusakan habitat berbiak, tempat mencari makan dan meningkatnya jumlah perburuan (Sibuea, 1995).

Meningkatnya aktivitas penduduk dikawasan ini dan semakin mengecilnya luasan habitat maka diperlukan suatu usaha perlindungan berupa rumusan kegiatan konservasi kawasan hutan mangrove bagi keberadaan populasi burung air dengan menyediakan data dan informasi seperti salah satunya tentang perilaku harian serta kebiasaan hidup burung kuntul di kawasan ini. Sehubungan dengan uraian-uraian di atas maka dilakukanlah penelitian tentang ”Perilaku Harian Kuntul Besar (Egretta

alba) Di Kawasan Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Permasalahan

Diketahui bahwa kelangsungan hidup suatu spesies dalam hal ini burung kuntul sangat tergantung pada kemampuannya bertahan hidup dan mempertahankan perilaku hariannya dalam menghadapi kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Untuk melihat kemampuan kuntul menghadapi kondisi lingkungan yang cenderung mengalami penurunan tersebut perlu dilakukan studi perilaku harian. Namun demikian sejauh ini belum ada diketahui bagaimanakah mengenai kebiasaan atau pola tingkah laku harian kuntul besar ( Egretta alba) yang terdapat di kawasan Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.3Tujuan Penelitian

(15)

1.5 Manfaat Penelitian

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioekologi Kuntul

2.1.1 Klasifikasi Burung Kuntul

Burung kuntul termasuk ordo Ciconiiformes dan famili Ardeidae (Mackinnon, 1993). Menurut Linnaeus (1766) dalam Sulistiani (1991) bahwa klasifikasi kuntul besar (Egretta alba) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Vertebrata Class : Aves Subclass : Neornithes Ordo : Ciconiiformes Famili : Ardeidae Genus : Egretta

Spesies : Egretta alba L.

2.1.2 Ciri-ciri Umum Kuntul Besar (Egretta alba)

(17)

Gambar 1. Egretta alba ( Kuntul Besar )

2.1.3 Habitat

Habitat adalah kawasan yang terdiri atas berbagai komponen fisik maupun biotik yang merupakan kesatuan dan digunakan sebagai tempat hidup dan berkembang biak bagi makhluk hidup (Alikodra, 1990). Habitat dapat dikatakan juga sebagai tempat hidup organisme (Soemarwoto, 1991, hlm : 21).

Habitat merupakan tempat dengan setiap unit kehidupan yang berada di dalamnya dan mampu melakukan aktivitas hidup dan mengalami interaksi dengan lingkungannya. Ini disebabkan karena hewan mempunyai kemampuan hidup, tumbuh dan berkembang pada kondisi lingkungan yang sesuai. Komponen habitat yang terpenting bagi kehidupan satwa harus terdiri atas sumber makanan, tempat perlindungan dan air (Alikodra, 1990 ).

(18)

Salah satu jenis lingkungan yang memiliki lingkungan yang produktif adalah bakau dan sekitarnya. Kawasan ini merupakan daerah peralihan antara lingkungan teresterial dan lautan. Umumnya ditumbuhi oleh jenis vegetasi yang khas berupa tumbuhan yang relatif toleran terhadap perubahan salinitas, karena adanya pengaruh dari pasang surut air laut (Davies et al, 1996 ).

Sebagian besar jenis kuntul menghuni daerah tropis dan subtropis. Biasanya mereka menjadikan daerah perairan atau lahan basah dan sekitarnya sebagai habitat. Seluruh aktivitas hidupnya bergantung pada keberadaan daerah tersebut. Hal ini berkaitan dengan fungsi daerah tersebut sebagai penunjang aktivitas hidup yang menyediakan tenggeran dan makanan yang melimpah bagi makhluk hidup di sekitarnya (Davies et al, 1996 ).

Diluar faktor-faktor tersebut diatas, beberapa hal lainnya juga dapat menjadi pembatas bagi mereka. Diantaranya keberadaan makanan mereka sendiri akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam, misalnya ketinggian pasang surut dan suhu yang akan sangat mempengaruhi penyebaran vertikal dari pakan mereka. Dengan demikian, setiap jenis burung pantai harus memiliki perilaku makan yang efisien sehingga dapat mencari dan memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dalam waktu yang terbatas (Rusila, 2003 ).

Menurut Ismanto (1990), beberapa spesies dari famili Ardeidae menjadikan daerah perairan tawar atau disekitar perairan seperti rawa, tambak, hutan bakau dan muara sungai sebagai habitatnya. Di British Columbia, beberapa jenis burung perairan memanfaatkan daerah hutan bakau sebagai habitat dan lokasi mencari pakan.

2.1.4 Penyebaran

E. alba diketahui memiliki daerah penyebaran luas meliputi Asia Selatan, Asia

(19)

Rukmi (2002) menyatakan bahwa koloni-koloni tempat berbiak diketahui di propinsi Riau, pesisir Sumatera Selatan, dan pulau Rambut di Jawa Barat. Tercatat sejumlah burung di beberapa tempat yang sesuai di Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur, tetapi tidak dipastikan berbiak. Mencari makan di tempat yang sangat luas.

2.2 Perilaku

Tingkah laku hewan merupakan suatu kondisi penyesuaian hewan terhadap lingkungannya dan pada banyak kasus merupakan hasil seleksi alam seperti terbentuknya struktur fisik. Setiap hewan akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungan tertentu. Satwa liar yang didomestikasi akan mengalami perubahan tingkah laku yaitu berkurangnya sifat liar, sifat mengeram, sifat terbang dan agresif, musim kawin yang lebih panjang dan kehilangan sifat berpasangan (Craig, 1981 ).

Menurut Stanley dan Andrykovitch (1984), tingkah laku pada tingkat adabtasi ditentukan oleh kemampuan belajar hewan untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang baru, tingkah laku maupun kemampuan belajar hewan ditentukan oleh sepasang atau lebih gen sehingga terdapat variasi tingkah laku individu dalam satu spesies meskipun secara umum relatif sama dan tingkah laku tersebut dapat diwariskan pada turunannya yaitu berupa tingkah laku dasar.

Tingkah laku dasar hewan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir (innate behavior), antara lain gerakan menjauh atau mendekat dari stimulus, perubahan pola tingkah laku dengan adanya kondisi lingkungan yang berubah dan tingkah laku akibat mekanisme fisiologis seperti tingkah laku jantan dan betina saat estrus.

(20)

Tiga aspek utama yang menjadi perilaku keseharianya adalah perilaku individu, perilaku sosial dan perilaku makan sebagai berikut :

2.2.1 Perilaku Individu

Sebagian besar perilaku ditujukan untuk kesejahteraan burung itu sendiri, meliputi perilaku pemeliharaan, berhubungan dengan perawatan dan kenyamanan tubuh, serta perilaku yang berhubungan dengan pemeliharaan habitat, tempat istirahat dan makan.

Perilaku pemeliharaan berhubungan dengan perawatan bulu, kulit dan bagian-bagian lain terutama yang digunakan untuk terbang atau untuk insulator. Menurut Simmons (1964) dalam Petingill (1969) perilaku perawatan ini meliputi preening (menelisik bulu ), head-scratching (menggaruk), sunning (berjemur).

Menelisik bulu merupakan perawatan bulu yang terpenting, dilakukan dengan paruh, digerakkan atau digigit-gigit hingga keujung dan gerakan ini khas untuk masing-masing jenis. Kaki burung dapat menggaruk bagian kepala, biasanya untuk membersihkan bagian kepala yang tidak dapat tersentuh oleh paruh.

Burung berjemur menunjukkan reaksi terhadap sinar matahari dengan mengembangkan bulu-bulu kepala, leher, punggung dan bagian belakang tubuhnya serta mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya. Terkadang diikuti dengan membuka mulut.

(21)

2.2.2 Perilaku Sosial

Perilaku sosial (Social behaviour), yang didefinisikan secara luas, adalah setiap jenis interaksi antara dua hewan atau lebih, umumnya dari spesies yang sama. Meskipun sebagian besar spesies yang bereproduksi secara seksual harus bersosialisasi pada siklus hidup mereka dengan tujuan untuk bereproduksi, beberapa spesies menghabiskan sebagian besar hidupnya dalam hubungan yang dekat dengan spesies sejenisnya. Interaksi sosial telah lama menjadi suatu fokus penelitian bagi scientis yang mempelajari perilaku. Kerumitan perilaku meningkat secara dramatis ketika interaksi antar individu dipertimbangkan. Penyerangan, percumbuan, kerjasama, dan bahkan kebohongan merupakan bagian dari keseluruhan perilaku sosial. Perilaku sosial memiliki keuntungan dan biaya bagi anggota spesies yang berinteraksi secara ekstensif (Campbell, 2002, hlm: 315-317).

Semua spesies burung merupakan subyek predasi, menunjukkan adaptasi perilaku yang berguna untuk pertahanan diri. Perilaku ini ditujukan untuk perlindungan diri sendiri maupun kerabatnya, seperti: anggota yang lebih muda dari kelompoknya.

Burung bereaksi terhadap stimuli bahaya tertentu melalui pendengaran dan pengelihatan. Ketika mendengar peringatan tanda bahaya terkadang burung diam membeku di tempatnya dengan harapan musuh tidak mengetahui keberadaanya. Nada-nada yang dikeluarkan oleh burung juga mencakup alarm atau panggilan peringatan khusus mengenai adanya bahaya. Untuk menghindari musuh burung melakukan gerakan mengancam seperti misalnya merentangkan sayap lebar-lebar dan menegakkan kepala sehingga terlihat lebih besar dari ukuran sebenarnya. Burung-burung yang menjaga sarang atau memiliki anak yang masih kecil selain menakut-nakuti juga langsung menyerang pengganggunya.

(22)

Masih menurut Campbell (2002), interaksi sosial bisa berhubungan dengan hal yang sifatnya kompetitif, seperti: Perilaku Agonistik (agonistik behaviour), merupakan suatu perlawan yang melibatkan perilaku yang mengancam maupun menentukan pesaing mana yang mendapatkan beberapa sumberdaya seperti makan atau pasangan kawin. Kadang-kadang pertandingan tersebut melibatkan pengujian kekuatan. Secara lebih umum, kontestan yang terlibat menunjukkan perilaku mengancam, yang membuat mereka kelihatan besar atau seram, seringkali dengan membuat postur atau suara yang dibesar-besarkan. Akhirnya satu individu berhenti mengancam dan mengakhirinya dengan menunduk atau bersikap tenang, yang pada dasarnya adalah menyerah.

Hirarki Dominans (dominance hierarchy) sederhana untuk memahami perilaku ini adalah dengan sebuah contoh ayam. Jika beberapa ayam betina yang tidak saling mengenal satu sama lain digabungkan bersama-sama, mereka akan merespons dengan berkelahi dan saling mematuk. Akhirnya kelompok itu membentuk suatu ”urutan patukan (pecking order) yang jelas” suatu hirarki dominansi (dominance

hierarchy) yang kurang lebih linear. Didalam suatu kelompok, ayam betina alfa

(peringkat paling atas) mengawasi perilaku lainya secara menyeluruh, seringkali semata-mata hanya untuk mengancam, bukan dengan sungguh-sungguh mematuk. Ayam betina beta (Ayam betina peringkat kedua) dengan cara yang sama menaklukkan yang lainya, kecuali ayam betina alfa, dan demikian seterusnya sampai ke hewan peringkat paling bawah yaitu omega.

Teritorialitas, atau teritori adalah suatu daerah yang dipertahankan oleh seekor

(23)

2.2.3 Perilaku Makan

Perilaku makan adalah penampakan tingkah laku dalam kaitanya dengan aktivitas makan. Aktivitas makan itu sendiri merupakan bagian dari aktivitas harian. Pada burung umumnya aktivitas tersebut dilakukan pada pagi hari hingga sore hari, kecuali pada beberapa jenis burung malam ’nocturnal’ (Hailman, 1985, Hlm : 217-231 ).

Selanjutnya menurut Hailman (1985) bahwa perilaku makan pada makhluk hidup mencakup semua proses konsumsi bahan makanan yang bermanfaat dalam bentuk padat atau cair. Perilaku makan binatang bervariasi baik lamanya makan maupun frekuensi tingkah laku pada saat makan.

Suratmo dalam Elfidasari (1979), menyatakan bahwa Perilaku makan dari tiap-tiap spesies hewan memiliki cara-cara yang spesifik. Faktor yang mempengaruhi berbedanya cara makan antara lain morfologi hewan yang mencari makan, rangsangan dari makanan itu sendiri dan faktor dari dalam tubuh hewan yang akan memberikan urutan gerak tubuh pada hewan tersebut.

Menurut Rusila (2003) jenis-jenis burung yang mencari makan di bawah permukaan air akan memburu mangsa mereka dengan menggunakan ujung paruhnya yang sensitif, oleh karena itu mereka memiliki ukuran mata yang lebih kecil karena tidak terlalu membutuhkannya untuk melihat mangsa. Mereka biasanya mencari mangsa dalam kelompok yang cukup besar yang memungkinkan memperoleh manfaat karena mangsa yang terganggu akan lebih mudah ditemukan. Beberapa jenis burung memiliki ukuran kaki yang lebih panjang yang memungkinkan mereka berjalan diperairan dangkal atau lumpur halus. Sementara itu yang memiliki kaki yang lebih pendek hanya dapat mencari makan pada substrat lumpur yang lebih keras.

(24)

Menurut Jumilawaty (2004), kuntul senang mencari makan berkelompok baik dengan kelompok sesama kuntul maupun dengan burung cangak dan bluwok tanpa terlihat adanya persaingan.

Kuntul besar diketahui lebih menyukai lokasi mencari makan yang memiliki ketinggian air tertentu, biasanya di daerah tersebut merupakan pinggiran sungai, tambak, daerah bakau atau rawa dan daerah pantai. Jenis makanan utamanya adalah ikan serta hewan lain seperti crustacea, amfibi, dan mamalia kecil (Hancock, 1982

dalam Rukmi, 2002).

(25)

BAB 3

DESKRIPSI AREA

3.1 Keadaan Umum

Pantai Percut terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, yang secara geografis terletak pada 30 43’ 36,2” LU dan 980 47’ 29,5” BT, dengan jarak kira-kira 15 km dari Kota Medan. Pantai Percut Sei Tuan memiliki luas ± 3.000 ha yang terdiri dari hutan mangrove, daerah pertambakan, dan pemukiman penduduk, serta daerah berlumpur.

3.2 Vegetasi

Hutan mangrove Pantai Percut Sei Tuan tergolong hutan mangrove sekunder yang memiliki ketinggian pohon rata-rata 5 m. Diantaranya adalah dari jenis Acanthus

ilicifolius, Acrostichum aureum, Avicennia alba, Bruguiera parviflora, Caesalpinia

ciliata, Excoecaria agallocha, Kandelia candel, Nypa fruticans, Phragmites karka,

Rhizophora apiculata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia caseolaris, dan

Suaeda maritime (Anonymus, 2005, dalam Nurchalis, 2006).

3.3 Fauna

Di Pantai Percut Sei Tuan, terutama di kawasan hutan mangrove terdapat populasi burung air yang sangat besar, diantaranya adalah dari jenis Butorides striatus, Egretta

alba, Egretta intermedia, Egretta garzetta, Mycteria cinerea, Leptoptilos javanicus,

Elanus caeruleus, Heliastur Indus, Charadrius sp, Numenius phaeopus, Numenius

arquata,Tringa tetanus, Sterna albifrons, Centropus sinensis, Halcyon chloris, Ardea

cinerea, Ardea purpurea, Sterna hirundo Disamping itu juga terdapat beraneka ragam

(26)

BAB 4

BAHAN DAN METODE

4.1Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan Pantai Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, yaitu di daerah hamparan lumpur pantai, dimana pada daerah ini merupakan tempat berkumpulnya kuntul dalam mencari makan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007.

Pada penelitian ini, waktu pengamatan dilakukan pada pagi hari (06.00-10.00 WIB), siang hari (10.00-14.00 WIB) dan sore hari (14.00-18.00 WIB). Waktu tersebut disesuaikan dengan kondisi pasang air laut, karena pada saat pasang naik (besar) daerah ini terendam air yang cukup dalam, sehingga burung kuntul bergerak meninggalkan daerah ini.

4.2 Metode Penelitian

(27)

4.3 Pelaksanaan Penelitian

Pengamatan perilaku kuntul besar dilakukan selama 6 hari dengan waktu pengamatan pagi, siang, dan sore hari pada interval waktu 5 menit dan kelipatanya dilanjutkan oleh individu terdekat hingga didapat data yang akurat. Perilaku-perilaku yang akan diamati menurut Kushlan (1979) adalah sebagai berikut:

1) Perilaku Individu

a. Perilaku perawatan diri  Menelisik bulu (Preening)

 Menggaruk kepala (head scratcing) b. Berjemur (sunning)

 Mengembangkan bulu-bulu kepala,  Mengembangkan bulu-bulu leher,  Mengembangkan bulu-bulu punggung

 Mengembangkan bulu-bulu bagian belakang tubuhnya  Mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya. c. Perilaku kenyamanan tubuh

 Menggoyang tubuh

 Berdiri dengan satu kaki  Kepala tergolek dileher

 Tidur (kepala seperti bersandar di punggung dan paruh disembunyikan di balik scapular)

(28)

3) Perilaku Makan

a. Berdiri atau mengikuti mangsa (Stand or stalk feeding) Berdiri dan menunggu (Stand and wait)

Menggetarkan paruh (bill vibraiting) Mengumpan ((baiting)

Menangkap mangsa yang terbang (standing flycatcing) Mengumpulkan mangsa (gleaning)

Jalan pelan (walk slow)

b. Mengganggu dan memburu mangsa (disturb and chase feeding) Jalan cepat (walk quickly)

Lari (running) Lompat (jump)

Lompat berulang-ulang (leapfrog feeding) Pengibasan sayap (wing flicking)

Membuka sayap (openwing feedimg) Dibawah naungan (canopi feeding) Mengais (foot raking)

Memutar kaki (foot stirring) Menggali (foot probing) Mengayuh (foot paddling)

c. Menangkap mangsa di dalam air (aerial deep water feeding) Terbang berputar (hovering)

Berputar-putar sambi mengaduk (hovering stirring) Menyerok (dipping)

Menarik mangsa (foot dragging)

Terbang menarik mangsa (aerial flycatching) Mencelup (plunging)

(29)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perilaku Harian Kuntul Besar

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Perilaku Harian Kuntul Besar (Egretta alba) di hamparan lumpur Kawasan Pantai Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang didapatkan perilaku harian yang paling dominan adalah perilaku individu dengan 8 macam sub perilaku, sedangkan perilaku sosial dan perilaku makan masing-masing dengan 3 sub perilaku, seperti terlihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Perilaku Harian Kuntul Besar (Egretta alba) yang Didapatkan di Hamparan Lumpur Pantai Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

No. Perilaku Harian Jumlah (kali)

1. Perilaku Individu :

1) Berdiri atau mengikuti mangsa

2) Menangkap mangsa di dalam air dari udara 3) Mengganggu dan memburu mangsa

367 168 126

5.1.1 Perilaku Individu :

(30)

222 kali yang meliputi menelisik bulu dan menggaruk kepala, “Kenyamanan Tubuh”, yaitu sebanyak 219 kali, yang meliputi mengangkat sayap, mengepak-ngepak sayap, merentangkan sayap, menggoyangkan tubuh, menggerakan kepala, dan “Istirahat” sebanyak 142 kali yang meliputi, berdiri dengan satu kaki, kepala tergolek dileher, berdiri tegak. Kemudian diikuti oleh perilaku individu yang cukup sering dilakukan adalah berjemur sebanyak 68 kali yang meliputi mengembangkan bulu-bulu punggung, mengembangkan bulu-bulu bagian belakang tubuhnya, mengembangkan bulu leher, mengembangkan sayap dan mengangkat bagian ekornya. sedangkan perilaku individu lainnya boleh dikatakan jarang hingga sangat jarang, seperti minum (41 kali), peregangan (28 kali) yang meliputi menganga, dan menggerak-gerakan mandibula, mandi (5 kali) dan buang air besar (4 kali).

Keadaan ini menunjukkan bahwa perilaku perawatan diri, kenyamanan tubuh dan istirahat, serta berjemur merupakan perilaku individu yang sangat penting dilakukan oleh kuntul besar dibandingkan dengan perilaku individu lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Petinggil (1969) bahwa kuntul besar dalam kehidupannya sehari-hari lebih banyak melakukan perilaku individu, seperti perawatan diri, kenyamanan tubuh dan istirahat, serta berjemur. Perilaku perawatan diri berhubungan dengan perawatan bulu, kulit dan bagian-bagian lain terutama yang digunakan untuk terbang atau untuk insulator. Menurut Pasquier (1977) burung akan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk perawatan diri, terutama menyangkut kebersihan dan keteraturan bulu, yaitu menyatukan kembali serat-serat bulu yang terpisah dan mengatur helai bulu kembali pada tempatnya.

Perilaku individu yang sering dilakukan menyangkut perawatan diri terlebih ketika burung seharian mencari makan didaerah berlumpur, karena bulu-bulunya menjadi kotor terkena lumpur tempat dia mencari makan. Sehingga penting sekali bagi burung untuk merapikan bulu-bulu yang sudah terkena lumpur.

5.1.2 Perilaku Sosial :

(31)

sebanyak 9 kali dan perilaku ″Teritori″ sebanyak 5 kali. Keadaan ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian ini dilakukan perilaku sosial termasuk jarang dilakukan oleh kuntul besar. Perilaku penyerangan yang terjadi adalah perilaku penyerangan antara sesama kuntul besar ataupun dengan jenis burung lainnya, sedangkan Perilaku

Agonistik yang terjadi adalah interaksi antara dua jenis kuntul besar yang sama

maupun dengan jenis lainnnya, yaitu terdapatnya kuntul mengganggu kuntul lainnya yang sedang mencari makan, mandi, berjemur dengan cara mengejar dan mengusir sambil mengepakkan sayapnya, sedangkan terhadap jenis burung lainnya, seperti burung bluwok (Micteria cinerea) dan bangau tongtong (Leptoptilus javanicus) yang sering terlihat hidup berdampingan jarang sekali terjadi perilaku Penyerangan,

Agonistik dan Teritori ini. Adanya interaksi ini kemungkinan berhubungan dengan

perebutan makanan atau unjuk kekuatan dalam kelompok populasinya. Menurut Hailman (1985) beberapa jenis burung akan berperilaku Penyerangan, Agonistik dan

Teritori apabila terjadi perebutan kebutuhan yang sama, baik dalam hal

memperebutkan sumberdaya makanan, maupun areal untuk mencari makan dan habitat. Selanjutnya dijelaskan bahwa perilaku Agonistik juga sering terjadi antar spesies yang sama dalam satu populasi, terutama berhubungan dengan perebutan pasangan kawin.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kuntul besar selalu berdampingan dengan spesies burung pantai lain, dan yang paling sering ditemui adalah antara kuntul besar dengan bangau bluwok (Micteria cinerea), baik pada saat mencari makan maupun waktu bertengger di pohon mangrove, keadaan ini menunjukkan bahwa antara kuntul besar dengan bluwok tidak terjadi kompetisi yang berarti atau dapat hidup berdampingan, sehingga jarang sekali bahkan tidak pernah terlihat terjadinya perilaku Penyerangan, Argonistik (dalam hal memperebutkan makanan), maupun Teritori (memperebutkan habitat). Hal inilah yang menyebabkan minimalnya jumlah perilaku sosial pada burung kuntul besar yang didapatkan pada waktu pengamatan.

5.1.3 Perilaku Makan :

(32)

pelan, jalan pelan sambil mengumpan (Gambar 2). Dari cakupan perilaku berdiri atau mengikuti mangsa tersebut aktivitas yang dominan didapatkan adalah berjalan pelan lalu mematuk makanan yang terlihat olehnya, mangsa yang diperoleh dijepit pada paruhnya, dan untuk mangsa yang berukuran cukup besar, seperti ikan diatur letaknya agar mudah untuk ditelan, sedangkan makanan yang kecil, seperti udang dan moluska lainnya, setelah dipatuk langsung ditelan. Perilaku tersebut merupakan perilaku yang spesifik pada kuntul besar

a. Berdiri dan menunggu b. Berjalan pelan c. Mengumpan

Gambar 2. Perilaku Makan Kuntul Besar (Berdiri dan menunggu, berjalan pelan,

berjalan pelan dan mengumpan)

Kushlan (1976) menjelaskan bahwa burung air, diantaranya kuntul besar pada saat berdiri atau berjalan pelan tubuhnya berada pada posisi tegak, saat mangsa terlihat maka tubuh akan ditahan pada posisi horizontal dan leher ditekuk serta kepala memandang ke bawah (perairan), bahkan sering juga kepala dimiringkan pada saat mengintai mangsa.

Menurut Hailman (1985), perilaku makan khas pada burung dari famili Ardeidea diantaranya dari jenis kuntul besar adalah berjalan pelan, mematuk. Perilaku tersebut dilakukan dengan bergerak pelan mengikuti mangsa dengan langkah semakin pelan saat mangsa terlihat dan sebelum mematuk burung akan berhenti melangkah.

(33)

jarak pendek, membuka sayap. Perilaku ini terjadi apabila mangsa yang telah terlihat dan akan dipatuk bergerak menjauh sehingga kuntul besar berusaha untuk mengejarnya.

Dari hasil penelitian yang didapatkan mengenai perilaku makan secara garis besar hanya didapatkan 3 macam perilaku makan, seperti berdiri atau mengikuti mangsa, mengganggu dan memburu mangsa, serta menangkap mangsa diudara atau didalam air. Namun demikian jika diperhatikan sub-sub dari ketiga perilaku makan pada burung kuntul besar ini dapat menggambarkan bahwa pada daerah hamparan lumpur Pantai Percut Sei Tuan ini ketersediaan bahan makanan masih tergolong berlimpah. Menurut Sibuea (1996) jika ketersediaan makanan berlimpah pada suatu tempat, maka fariasi perilaku makan cenderung berkurang, tetapi bila ketersediaan makanan sedikit, maka fariasi perilaku makan cendrung semakin banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa kombinasi cara mencari makan yang dilakukan berbagai jenis burung untuk memperoleh makanan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan, ini merupakan hal pokok yang mempengaruhi cara mencari makan, serta makanan pokok masing-masing jenis burung, dimana hasil tersebut merupakan interaksi dari ukuran tubuh, tingkah laku mencari makan, ukuran mangsa, tipe dan kelimpahan mangsa

a. Mengibaskan sayap b. Terbang jarak pendek

Gambar 3. Perilaku Makan Kuntul Besar (Mengibaskan sayap, dan terbang jarak

pendek)

(34)

Penilaian cara makan memerlukan perilaku yang berbeda bagi pemangsa yang aktif, pertimbangan ekologis juga sangat penting selain kebiasaan makan yang merupakan gian dasar dari suatu relung yang ditempati oleh seekor hewan.

5.2. Perilaku Harian Kuntul Besar berdasarkan Waktu Pengamatan :

Hasil pengamatan perilaku harian kuntul besar berdasarkan waktu pengamatan selama waktu penelitian didapatkan aktivitas perilaku yang paling tinggi adalah pada waktu siang hari (jam 10.00-14.00 WIB), kemudian diikuti pada waktu pagi hari (jam 06.00-10.00 WIB), sedangkan pada waktu sore hari terlihat aktifitasnya sangat sedikit, seperti terlihat pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4. Grafik Perilaku Harian Kuntul Besar Berdasarkan Waktu Pengamatan di

Hamparan Lumpur Pantai Percut Sei Tuan.

Berdasarkan gambar 4 diatas didapatkan bahwa aktivitas burung kuntul besar yang paling tinggi adalah berdiri dan mengikuti mangsa. Dimana perilaku ini merupakan sub dari perilaku makan. Tertinggi terdapat pada pukul 08.00 WIB sampai pada pukul 11.00 WIB, sedangkan pada pukul 12.00 WIB sampai pada pukul 18.00 WIB aktivitas ini menjadi menurun. Hal ini disebabkan karena pada pukul 08.00-10.00 WIB keadaan air laut surut dan masih terlihat normal dimana hamparan lumpur masih terlihat sangat luas. Sehingga aktivitas dari burung ini untuk mencari makan

0 k eny am anan tubuh

peregangan

(35)

lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas yang lain. Berbeda halnya pada pukul 12.00-18.00 WIB, keadaan air laut mulai pasang naik sehingga hamparan lumpur menjadi tertutup oleh air pasang dan aktivitas dari burung ini untuk mencari makan menjadi berkurang dan lebih kepada aktivitas individu.

Dari hasil penelitian juga didapatkan tingginya aktivitas kuntul besar pada waktu siang hari (jam 10.00-14.00 WIB) disebabkan karena pada waktu ini merupakan puncak dari pasang surut, sehingga luasan hamparan lumpur Pantai Percut (batting) yang tidak ditutupi air sangat luas, hal ini sangat memudahkan kuntul besar untuk mencari makan dan melakukan aktivitas harian lainnya di daerah ini. Kemudian aktivitas yang cukup tinggi juga didapatkan pada waktu pagi hari (jam 06-00-10.00 WIB, hal ini disebabkan karena pada waktu ini (06.00 WIB) pasang surut baru mulai dan terjadinya timpas (terlihatnya hamparan lumpur dari tutupan air) hingga terjadinya batting (puncak pasang surut sekitar jam 11.00 WIB).

Dari hasil pengamatan di lapangan pada waktu pagi hari ini terlihat secara bertahap jenis-jenis burung air, diantaranya kuntul besar mulai berdatangan sejalan dengan waktu surutnya air. Semakin luas batting terbentuk semakin banyak jenis burung yang terdapat di daerah ini dan melakukan berbagai aktivitas (perilaku harian), khususnya dari jenis kuntul. Sedangkan pada waktu sore hari (jam 14.00-18.00 WIB) didapatkan aktivitas kuntul sangat sedikit, hal ini disebabkan karena pada waktu ini telah terjadi pasang naik, sehingga hamparan lumpur (batting) kembali ditutupi oleh air, pada waktu ini sebagian besar kuntul terbang meninggalkan daerah ini dan banyak terlihat bertengger di pohon-pohon mangrove, dan di tunggul-tunggul kayu yang tidak terkena pasang naik, namun demikian beberapa individu masih terlihat beraktivitas dipinggiran hamparan lumpur, tepatnya dipinggiran hutan mangrove yang tidak begitu dalam ditutupi air.

(36)

5.2.1 Pagi Hari (06.00 – 10.00 WIB)

Perilaku harian kuntul besar yang paling sering dilakukan pada waktu pagi hari (06.00-10.00 WIB) adalah berdiri atau mengikuti mangsa sebanyak 202 kali (39,29 %), kemudian diikuti dengan kenyamanan tubuh sebanyak 72 kali (14,01 %), perawatan diri sebanyak 68 kali (13,22 %), menangkap mangsa diudara sebanyak 48 kali (9,34 %), istirahat sebanyak 31 kali (6,03 %), menggangu dan memburu mangsa sebanyak 30 kali (5,83 %), sedangkan aktivitas yang termasuk jarang dilakukan adalah perilaku berjemur sebanyak 24 kali (4,67 %), minum sebanyak 13 kali (2,53 %), Penyerangan sebanyak 11 kali (2,14 %), peregangan sebanyak 5 kali (0,97 %), mandi sebanyak 3 kali (0,58 %), argonistik sebanyak 3 kali (0,58 %), buang air besar sebanyak 2 kali (0,39 %) dan mempertahankan teritorial sebanyak 2 kali (0,39 %). Seperti terlihat pada gambar 3 dibawah ini.

(37)

Gambar 5. Persentase perilaku harian Kuntul Besar pada jam 06.00-10.00 WIB di

Hamparan Lumpur Pantai Percut Sei Tuan

5.2.2 Siang Hari (10.00-14.00 WIB)

Aktivitas yang paling banyak dilakukan pada siang hari, yaitu : Berdiri dan mengikuti mangsa sebanyak 108 kali (20,33 %), Perawatan diri sebanyak 85 kali (16,00 %), kenyamanan tubuh sebanyak 80 kali (15,06 %), menangkap mangsa diudara 77 kali (14,50 %), mengganggu dan memburu mangsa sebanyak 70 kali (13,18 %), istirahat sebanyak 35 kali (6,59 %). Sedangkan aktivitas perilaku harian yang paling sedikit dilakukan pada siang hari adalah aktivitas minum sebanyak 20 kali (3,77 %), berjemur sebanyak 19 kali (3,57 %), penyerangan sebanyak 12 kali (3,20 %), peregangan sebanyak 12 kali (2,25 %), mempertahankan teritorial sebanyak 2 kali (0,38 %), mandi sebanyak 1 kali (0,19 %) dan buang air besar 1 kali (0,19 %).

Berdasarkan persentase perilaku harian yang didapatkan memperlihatkan bahwa, jumlah aktivitas kuntul besar pada siang hari didominansi oleh perilaku berdiri dan mengikuti mangsa yang merupakan sub perilaku makan. Kemudian diikuti dengan perilaku perawatan diri dan kenyamanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa

(38)

ketersediaan sumberdaya makanan di waktu pagi hari hingga menjelang siang hari masih melimpah karena lumpur semakin luas terlihat, sehingga burung pada waktu siang hari masih tetap melakukan kegiatan makan, sedangkan menjelang sore hari lebih didominasi oleh perilaku individu yaitu perawatan diri dan kenyamanan tubuh karena pada saat ini air sudah mulai menutupi daerah lumpur dimana burung ini mulai memberhentikan aktivitas makan dan lebih kepada melakukan aktifitas perawatan diri dan kenyamanan tubuh.

Gambar 6. Persentase perilaku Kuntul Besar pada jam 10.00-14.00 WIB (siang hari)

di Hamparan Lumpur Pantai Percut Sei Tuan.

5.2.3 Sore Hari (14.00-18.00 WIB)

Pada waktu pengamatan di sore hari aktivitas yang dominan dilakukan oleh kuntul besar adalah istirahat sebanyak 76 kali (19,19 %), perawatan diri sebanyak 69 kali (17,42 %), kenyamanan tubuh sebanyak 67 kali (16,92 %), berdiri atau mengikuti mangsa sebanyak 57 kali (14,39 %), menangkap mangsa diudara sebanyak 43 kali (10,86 %), mengggangu dan memburu mangsa sebanyak 26 kali (6,56 %), berjemur sebanyak 25 kali (6,31 %), Sedangkan aktivitas yang paling sedikit dilakukan adalah peregangan sebanyak 11 kali (2,78 %), penyerangan sebanyak 9 kali (2,27 %), minum

(39)

sebanyak 8 kali (2,02 %), argonistik sebanyak 2 kali (0,50 %), mandi sebanyak 1 kali (0,25 %), buang air besar sebanyak 1 kali (0,25 %) dan perilaku mempertahankan teritorialnya sebanyak 1 kali (0,25 %).

Sedikitnya macam dan jumlah aktivitas kuntul besar pada sore hari di daerah hamparan lumpur ini disebabkan karena sebagian besar hamparan lumpur telah digenangi atau ditutupi air, sehingga kuntul besar lebih banyak melakukan istirahat yang merupakan sub perilaku dari perilaku individu. Keadaan ini sesuai dengan yang dinyatakan Hailman (1985), bahwa kebanyakan burung air setelah dapat memenuhi kebutuhan makannya di waktu pagi hari, maka pada siang hingga sore harinya sebagian besar menghabiskan waktunya untuk melakukan perawatan diri dan beristirahat.

Gambar 7. Persentase perilaku Kuntul Besar pada jam 14.00-18.00 (sore hari) WIB

di Hamparan Lumpur Kawasan Pantai Percut Sei Tuan

Dari hasil penelitian yang telah didapatkan tentang perilaku individu kuntul besar secara keseluruhan, aktivitas yang paling banyak, baik macam maupun jumlah perilaku harian adalah pada waktu pagi hari, terutama yang berkaitan dengan perilaku makan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas makan kuntul besar mencapai titik tertinggi pada waktu pagi hari, tepatnya antara jam 09.00-10.00 WIB, keadaan ini sejalan dengan terjadinya pasang surut. Sedangkan pada siang hingga sore hari perilaku harian lebih didominan oleh perilaku individu.

(40)

a. Berdiri dengan satu kaki b. Berdiri tegak

Gambar 8. Perilaku Istirahat Kuntul Besar (Egretta alba) ( Berdiri dengan satu kaki

dan berdiri tegak)

Menurut Grzimeks (1975), burung-burung biasannya menghabiskan waktu untuk mencari makan pada pagi hingga sore hari, kecuali pada beberapa jenis burung Nokturnal dimana aktivitas mencari makan biasa dilakukan pada malam hari. Selanjutnya Mc.Farland (1983) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi antara pagi, siang dan malam akan berpengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku dan kemampuan hewan, khususnya yang berkaitan dengan aktivitas makan yang umumnya dilakukan pada pagi hingga sore harinya.

(41)

Sementara aktivitas yang sangat sedikit dilakukan baik pada pagi hari maupun siang dan sore hari adalah aktivitas mempertahankan daerah teritorinya yang merupakan sub perilaku dari perilaku sosial, keadaan ini menunjukkan bahwa aspek mempertahankan teritori di areal ini bagi kuntul besar bukanlah hal yang sangat penting. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dimakan oleh kuntul besar tidak sama jenis atau ukurannya dengan yang dimakan oleh burung lainnya yang terdapat didaerah ini, sehingga tidak terjadi adanya persaingan (kompetisi) antar spesies, baik dalam mempertahankan wilayah sebagai sumberdaya makanan, maupun untuk aktivitas lainnya.

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan tentang Perilaku Harian Kuntul Besar di hamparan lumpur Pantai Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

- Perilaku harian yang paling banyak ditemukan adalah perilaku individu, yaitu terdiri dari 8 sub perilaku (perilaku perawatan diri, berjemur, kenyamanan tubuh, peregangan, istirahat, mandi, minum, buang air besar), sedangkan perilaku sosial dengan 3 sub perilaku (perilaku penyerangan, agonistik dan teritorial), dan perilaku makan dengan 3 sub perilaku (perilaku berdiri atau mengikuti mangsa, mengganggu dan memburu mangsa dan menangkap mangsa diudara atau didalam air).

- Berdasarkan waktu pengamatan, waktu pengamatan pagi hari (06.00-10.00 WIB) dan siang hari (10.00-14.00 WIB) perilaku kuntul lebih dominan yaitu perilaku individu dengan perawatan diri dan perilaku makan yaitu berjalan dan mengikuti mangsa, dan pada sore hari (14.00-18.00 WIB) didominasi oleh perilaku individu yaitu istirahat dan perawatan diri.

(43)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang perilaku harian Kuntul Besar di hamparan lumpur, maka disarankan :

- Untuk para peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian tentang pengaruh pasang naik, pasang surut dan pasang mati terhadap perilaku harian Kuntul Besar, serta jenis-jenis makanan yang dimakannya.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor.

Campbel, 2002. Biologi. Jilid III. Jakarta : Penerbit Erlangga

Craig, JV. 1981. Domestic Animal Behavior : Causes and Implication For Animal

Care and Management Prentige Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.

Hlm. 221

Davies, N. B. & Lundberg. 1996. Manfaat Lahan Basah dalam Mendukung dan

Memelihara Pembangunan. Direktorat Jenderal PHPA Indonesia. Asian

Wetland Bureau. Hlm.34

Grzimek, B. 1972. Animal Life Encyclopedia. Vol 7. Van Nostrand Reinhold Company. Newyork. Hlm. 102

Hailman, J.F. 1985. Behavior Ornithology in Laboratory and Field (O.C.Petinggil

and W.J. Breckenridege Editor). 5 Edition. New York. Academic Pr.

Hoeve, Van. W. 1996. Ensiklopedi Indonesia seri Fauna Burung. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Hlm. 91

Ismanto. 1990. Populasi dan Habitat Burung Merandai di Rawa Gombor Jawa

Tengah (Laporan Penelitian). Fakultas Biologi. Yogyakarta : Universitas

Gadjah Mada

Jumilawaty, E. 2004. Identifikasi Jenis Burung di Hutan Mangrove Percut Sei Tuan. Laporan Penelitian Dana Rutin USU. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Kushlan, J.A. 1978. Feeding Ecology of Wading Birds. Wading Birds Research Report No. 7. Edited by : Alexander Sprunt IV , Jhon C. Ogden, and Suzanne Winckler. New York: National Audubon Soc. P. Hlm. 361-364 MacKinnon, J., K.Philipps, B. Van Balen. 1993. Panduan Lapangan:

Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press. Hlm 63.

Mardiastuti, 1992a. Coloniality in Birds. Media Konservasi II (3).

Mardiastuti. 1992b. Habitat and Nest-site Characteriristic of Waterbirds in Pulau

Rambut Nature Reserve, Jakarta Bay, Jakarta. A Dissertation Doctor of

(45)

Mc.Farland, D. 1983. Animsl behavior, Psychology, Ethology, and Evolution. Second Edition. England. Longman Scientific and Technical.

Mitchel dan Campbell, Reece. 2004. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 3. Penerbit Erlangga. Jakarta. Hlm. 206-208.

Nirarita, ch. E., P. Wibowo, S. Susanti, D. Padmawinata, Kusmarini, M. Syarif, Y. Hendriani, Kusnianingsih, L. br. Sinulingga. 1996. Ekosistem Lahan

Basah Indonesia. Bogor : Wetland Internasional.

Nurkhalis. 2006. Perilaku Harian Bluwok (Mycteria cinerea) Di Kawasan Panatai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi S1. Fakultas MIPA USU, Medan. Hlm. 12

Peterson. 1980. A Field Guide to the Birds. Boston. Houghton Mifflin. http//www.Princetonimaging.Com/test/Condor.

Pettingill, O. S. Jr. 196 9. Ornithology in Laboratory and Field. Burgess Publishing Company. Minneapolis.

Rukmi, D. S. 2002. Perilaku dan Kompetisi Interspesifik kuntul Besar dan Cangak Merah di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta. Bogor : Program Pasca Sarjana. IPB. Hlm 67.

Rusila, Y. N. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Bogor : Wetland Internasional Indonesia.

Sibuea, T. Roesila noor, Y., Marcel j. Silvius dan adi S. 1995. Burung bangau,

Burung Pelatuk Besi, dan Paruh Sendok Indonesia. Panduan Untuk Jaringan

Kerja. PHPA. Bogor. Wetland Internasional Indonesia Programme.

Soemarwoto. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan.

Stanley, M. and G. Andrykovich. 1984. Living : In Introduction To Biology. Addison Wesley Publishing Company, Inc.Canada : All Rights Reserved.

Sujtanika, P.J., T. R. Soehartono, M. J. Crosby & A. Mardiastuti. 1995.

Melestarikan Keanekaragaman Hayati: Pendekatan Daerah Burung Endemik. Bird Life dan Deparemen Kehutanan. Hlm 86.

Sulistiani, E. 1991. Beberapa Aspek Biologi Perkembangbiakan Kuntul Kecil di

Cagar Alam Pulau Rambut. [skripsi]. Bogor : Pasca Sarjana, Fakultas

Kehutanan IPB.

Suratmo, F. G. 1979. Prinsip Dasar Tingkah Laku Satwa Liar. Bogor : Penerbit Institut Pertanian Bogor.

Verheugt, W. J. M. 1987. Conservation status and action programme. Colonial

(46)
(47)

Lampiran B Foto-foto Lokasi dan Objek Penelitian

Gambar 9. Lokasi tempat melakukan pengamatan

(48)

Gambar 11. Hamparan Lumpur tempat Kuntul besar melakukan aktifitas

harian

Gambar 12. Kuntul Besar bersama spesies lain di Hamparan Lumpur Pantai

pada saat pasang surut

(49)
(50)

Lampiran C Data Perilaku Harian Egretta alba Berdasarkan Waktu

Tabel 2. Total Aktifitas Kuntul Besar Hasil Pengamatan Menurut Waktu

(51)

Lampiran D Persentase Perilaku Harian Egretta alba Pada Tiga Waktu Pengamatan

Tabel 3. Persentase Perilaku Harian Egretta alba Pada Tiga Waktu Pengamatan

No Nama Aktifitas Harian Persentase (%)

Pagi Hari Siang Hari Sore Hari

1 Perilaku Individu

a. Perilaku perawatan diri 13.22 16.00 17.42

b. Berjemur 4.67 3.57 6.31

c. Perilaku kenyamanan tubuh 14.01 15.06 16.92

d. Perilaku peregangan 0.97 2.25 2.78

e. Perilaku istirahat 6.03 6.59 19.19

f. Mandi 0.59 0.19 0.25

g. Minum 2.53 3.77 2.02

h. Buang air besar 0.39 0.19 0.25

2 Perilaku Sosial

a. Penyerangan 2.14 3.20 2.27

b. Argonistik 0.58 0.75 0.50

c. Teritori 0.39 0.38 0.25

3 Perilaku Makan

a. Berdiri dan mengikuti mangsa 39.29 20.33 14.39

b. Mengganggu dan mengikuti mangsa 5.83 13.18 6.56

Gambar

Gambar 1. Egretta alba ( Kuntul Besar )
Tabel 1. Perilaku Harian Kuntul Besar (Egretta alba) yang Didapatkan di Hamparan Lumpur Pantai Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang
Gambar 2. Perilaku Makan Kuntul Besar (Berdiri dan menunggu, berjalan pelan, berjalan pelan dan mengumpan)
Gambar 3.  Perilaku Makan Kuntul Besar (Mengibaskan sayap, dan terbang jarak pendek)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dilakukan kajian “Analisis Strategi Pengelolaan Sedimentasi Di Muara Sungai Percut Terhadap Potensi Ekonomi Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” ,

TIPE-TIPE KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN. KABUAPATEN

domba di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang digunakan analisis regresi linier berganda dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah.. sistem

Muhammad Prawira : Kajian Saluran Irigasi Tersier di Desa Percut Daerah Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dibimbing oleh SUMONO dan

YOHANES GINTING: Analisis Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove Berdasarkan NDVI dan Kriteria Baku di Kawasan Hutan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.. Di bawah

Persentase Perilaku Harian Anakan Kuntul Kerbau ( Bubulcus ibis ) Pada Tiga Waktu Yang didapatkan dikawasan Hutan Mangrove Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei

Oleh karena itu dilakukan kajian “Analisis Strategi Pengelolaan Sedimentasi Di Muara Sungai Percut Terhadap Potensi Ekonomi Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”,

Oleh karena itu dilakukan kajian “Analisis Strategi Pengelolaan Sedimentasi Di Muara Sungai Percut Terhadap Potensi Ekonomi Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”,