• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan Prosedural dengan Konflik sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Pegawai pada Akademi Pariwisata Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan Prosedural dengan Konflik sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Pegawai pada Akademi Pariwisata Medan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN KEADILAN PROSEDURAL DENGAN KONFLIK

SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA AKADEMI

PARIWISATA MEDAN

TESIS

OLEH

PARULIAN SINURAT 097017069/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN KEADILAN PROSEDURAL DENGAN KONFLIK

SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA AKADEMI

PARIWISATA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PARULIAN SINURAT 097017069/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN KEADILAN PROSEDURAL DENGAN KONFLIK SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA AKADEMI PARIWISATA MEDAN

Nama : Parulian Sinurat

Nomor Pokok : 097017069 Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,CPA)

Ketua Anggota

(Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA,CPA) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah Diuji pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS. MBA, CPA Anggota : Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak

Drs. Syamsul Bahri TRB, MM. Ak Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan Prosedural dengan Konflik sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Pegawai pada Akademi Pariwisata Medan”.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh

siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah

dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2012 yang membuat pernyataan,

(6)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN KEADILAN PROSEDURAL DENGAN KONFLIK

SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA AKADEMI

PARIWISATA MEDAN ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budaya organisasi,

komitmen organisasi dan keadilan prosedural dengan konflik sebagai variabel

moderating terhadap kinerja pegawai pada Akademi Pariwisata Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara primer yang diperoleh melalui

penyebaran kuesioner kepada pegawai. Populasi penelitian ini adalah sebanyak 65

Pegawai yang bekerja di Akademi Pariwisata Medan. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 65 pegawai yang terdiri dari pegawai yang sudah bekerja

selama lebih dari satu tahun sampai masa kerja dua puluh lima tahun. Dengan

menggunakan metode sensus.

Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya organisasi, komitmen organisasi

dan keadilan prosedural berpengaruh secara simultan terhadap kinerja pegawai.

Secara parsial keadilan prosedural berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dan

konflik tidak dapat memoderasi hubungan antara variabel independen terhadap

hubungan variabel dependen.

Kata Kunci : budaya organisasi, komitmen organisasi, keadilan prosedural, konflik,

(7)

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURAL, ORGANIZATIONAL COMMITMENT, AND PROCEDURAL FAIRNESS TO THE CONFLICT

AS A MODERATING VARIABLE ON THE PERFORMANCE OF AN EMPLOYEE AT THE ACADEMY

OF TOURISM MEDAN

ABSTRACT

This study aims to examine the influence of organizational culture, organizational commitment and procedural fairness to the conflict as a moderating variable on the performance of an employee at The Academy of Tourism Medan.

This study is a descriptive type of research. Data collection is done by collecting primary data obtained through questionnaires to employees. The study population was as many as 65 employees working in Medan Tourism Academy. The sample used as 65 employees consisting of employees who have worked for over one year to twenty-five-year tenure. By using The census method.

The results showed that the justice procedural significant effect on employee performance. and cultural organization, organizational commitment, and procedural justice jointly have a significant effect on employee performance.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah diberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan Prosedural dengan Konflik sebagai variabel moderating terhadap Kinerja Pegawai pada Akademi Pariwisata Medan”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala yang dilakukan dalam

penyusunan tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan

bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM & H.,M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan magister pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA. CPA, selaku Ketua Program Studi

(9)

juga selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan saran dan

masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah

banyak memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis di sela-sela

kesibukannya dari awal penulisan hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, Bapak Drs. Rasdianto, M.Si, Ak dan

Ibu Sri Mulyani, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran

dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Magister Ilmu Akuntansi atas segala ilmu dan

pengetahuan yang telah diberikan, dan seluruh staf administrasi Program Magister

Ilmu Akuntansi di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Istriku tercinta beserta anak-anakku tersayang, yang telah memberi dukungan dan

motivasi yang tak pernah henti.

8. Teman-teman di Program Magister Ilmu Akuntansi, yang penuh dengan rasa

kekeluargaan dan persahabatan dalam memberi sumbangan pikiran selama

perkuliahan.

Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkahNya

kepada kita semua, dan apa yang penulis lakukan ini dapat berguna bagi penulis dan

pembaca umumnya. Amin.

Medan, Desember 2011

(10)

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Parulian Sinurat, SE

Tempat/ tgl lahir : Medan, 01 Agustus 1970

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Katolik

Alamat : Jln. Sisingamangaraja Garu VIII Gg. Baru Medan Amplas

Telp/HP : 081370911899 / 082166082420

Pendidikan

1977 – 1983 : SD Negeri 060923 Medan

1983 – 1986 : SMP St. Antonius Medan

1986 – 1989 : SMEA Dwiwarna Medan

1994 – 1998 : Universitas Darmawangsa Medan

2010 – 2012 : Sekolah Pascasarjana USU Medan

B. Pengalaman Kerja

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Originalitas Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Kinerja Pegawai ... 9

2.1.1. Penilaian Kinerja ... 11

2.2. Budaya Organisasi ... 12

2.2.1. Fungsi Budaya Orrganisasi ... 14

2.3. Komitmen Organisasi ... 14

(12)

2.4.1. Teori Keadilan ... 20

2.5. Konflik ... ... 18

2.5.1. Faktor Penyebab Konflik ... 18

2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 23

3.1. Kerangka Konseptual ... 23

3.2. Hipotesis Penelitian ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.3. Populasi dan Sampel ... 26

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 28

4.6. Metode Analisis Data ... 30

4.7. Uji Kualitas Data ... 31

4.7.1. Uji Reliabilitas dan Validitas Data ... 32

4.8. Pengujian Asumsi Klasik ... 33

4.8.1. Uji Normalitas ... 33

4.8.2. Uji Multikolinieraitas ... 33

4.8.3. Uji Heterokedesititas ... 34

4.9. Pengujian Hipotesis ... 34

4.9.1. Uji F ... 34

4.9.3. Uji t ... 35

4.9.3. Koefisien Determinasi (R2) ... 35

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

(13)

5.1.1. Karakterstik Responden ... 37

5.2. Analisis Data ... 40

5.2.1. Pengujian Validitas dan Reabilitas Data ... 40

5.2.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 44

5.2.2.1. Uji Normalitas ... 44

5.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 46

5.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 47

5.3. Pengujian Hipotesis ... 49

5.3.1. Hasil Uji Statistik F ... 49

5.3.2. Hasil Uji Statistik t ... 50

5.3.3. Hasil Uji Adjusted R2 5.3.3. Hasil Uji Residual ... 51

5.4. Pembahasan ... 52

... 51

5.4.1. Pengaruh Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Pegawai ... 54

5.2.3. Pengaruh Konflik terhadap Hubungan antara Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Pegawai ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Keterbatasan Penelitian ... 57

6.3. Saran ... 58

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Daftar Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

4.1. Definisi Operasional Variabel ... 30

5.1. Usia ... 37

5.2. Jenis Kelamin ... 38

5.3. Masa Kerja ... 39

5.4. Tingkat Pendidikan ... 39

5.5. Uji Validitas Data ... 41

5.6. Uji Reabilitas Data ... 44

5.7. One-Sample Kolmogorov ... 45

5.8. Hasil Kolerasi ... 47

5.9. Hasil Uji Glejser ... 49

5.10. Hasil Uji Hipotesis F ... 49

5.11. Hasil Uji Hipotesis t ... 50

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual ... 23

5.1. Normal PP Plot ... 46

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Olah SPSS ... 61

(17)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN KEADILAN PROSEDURAL DENGAN KONFLIK

SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA AKADEMI

PARIWISATA MEDAN ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh budaya organisasi,

komitmen organisasi dan keadilan prosedural dengan konflik sebagai variabel

moderating terhadap kinerja pegawai pada Akademi Pariwisata Medan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data

dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara primer yang diperoleh melalui

penyebaran kuesioner kepada pegawai. Populasi penelitian ini adalah sebanyak 65

Pegawai yang bekerja di Akademi Pariwisata Medan. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 65 pegawai yang terdiri dari pegawai yang sudah bekerja

selama lebih dari satu tahun sampai masa kerja dua puluh lima tahun. Dengan

menggunakan metode sensus.

Hasil penelitian menunjukan bahwa budaya organisasi, komitmen organisasi

dan keadilan prosedural berpengaruh secara simultan terhadap kinerja pegawai.

Secara parsial keadilan prosedural berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dan

konflik tidak dapat memoderasi hubungan antara variabel independen terhadap

hubungan variabel dependen.

Kata Kunci : budaya organisasi, komitmen organisasi, keadilan prosedural, konflik,

(18)

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURAL, ORGANIZATIONAL COMMITMENT, AND PROCEDURAL FAIRNESS TO THE CONFLICT

AS A MODERATING VARIABLE ON THE PERFORMANCE OF AN EMPLOYEE AT THE ACADEMY

OF TOURISM MEDAN

ABSTRACT

This study aims to examine the influence of organizational culture, organizational commitment and procedural fairness to the conflict as a moderating variable on the performance of an employee at The Academy of Tourism Medan.

This study is a descriptive type of research. Data collection is done by collecting primary data obtained through questionnaires to employees. The study population was as many as 65 employees working in Medan Tourism Academy. The sample used as 65 employees consisting of employees who have worked for over one year to twenty-five-year tenure. By using The census method.

The results showed that the justice procedural significant effect on employee performance. and cultural organization, organizational commitment, and procedural justice jointly have a significant effect on employee performance.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Akademi Pariwisata Medan merupakan salah satu perguruan tinggi negeri

yang didirikan pemerintah dalam rangka mengunggulkan pariwisata yang ada di

Sumatera Utara dengan merancang mahasiswa yang unggul dan berprestasi. Dalam

era reformasi sekarang ini pemerintah dituntut untuk bekerja lebih berkompoten

dengan memaksimalkan kinerja pegawai dilingkungan pemerintahan.

Kinerja yang diharapkan akan berimbas kepada mahasiswa yang memiliki

ilmu dan pengetahuan yang cukup kompoten sehingga nantinya akan berdampak pada

pekerjaan yang ditekuninya dibidang pariwisata. Pentingnya kinerja pegawai adalah

pegawai yang memiliki skill dan teknologi khusus agar tercapianya tujuan dari perkembangan Akademi Pariwisata Medan.

Dalam kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan

individual Performance dengan kinerja organisasi Organization Performance. Suatu organisasi pemerintah maupun swasta besar maupun kecil dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan harus melalui kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh orang

atau sekelompok orang yang aktif berperan sebagai pelaku, dengan kata lain

tercapainya tujuan organisasi hanya dimungkinkan karena adanya upaya yang

(20)

Kinerja organisasi akan sangat ditentukan oleh unsur pegawainya karena itu

dalam mengukur kinerja suatu organisasi sebaiknya diukur dalam tampilan kerja dari

pegawai. terdapat beberapa pengertian dari kinerja yang diungkapkan oleh beberapa

pakar berikut ini.

Kinerja pegawai adalah sesuatu yang dicapai oleh pegawai, prestasi kerja

yang diperhatikan oleh pegawai, kemampuan kerja berkaitan dengan penggunaan

peralatan kantor. (Dharma,1991). Pegawai yang terdapat pada Akademi Pariwisata

Medan berjumlah 108 orang yang terdiri dari pegawai yang sudah menjadi pegawai

Negeri dan pegawai honorer. Pendidikan yang diterima untuk menjadi pegawai di

Akademi Pariwisata Medan mulai dari SLTA sampai yang sudah menempuh jenjang

S3 (strata 3). Pegawai Akademi Pariwasata Medan hampir rata-rata bekerja sebagai

tenaga pengajar sampai menjadi dosen.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Mangkunegara (2005) menyatakan

bahwa Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Kusriyanto dalam Pasolog (2007) Kinerja pegawai adalah hasil kerja

perseorangan dalam suatu organisasi. Adapun pengertian kinerja menurut Robbins

dalam Pasolong (2007) : “Kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang

dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat

(21)

dalam suatu organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut kualitas, kuantitas,

dan ketepatan waktu. Kinerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan

keahlian dalam bekerja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh semangat kerjanya.

Kinerja merupakan sistem yang memuat pengelolaan kinerja satuan kerja

hingga ke individu dalam suatu organisasi atau institusi. Proses pengelolaan ini dapat

diintegrasikan dalam sistem Business Intelligent untuk tujuan menggambarkan

penyelarasan beban tugas antar bagian dan menilai kinerja setiap bagian dalam

mencapai target yang ditetapkan untuk setiap tahun berjalan.

Kinerja pegawai adalah sesuatu yang dicapai oleh pegawai, prestasi kerja

yang diperhatikan oleh pegawai, kemampuan kerja berkaitan dengan penggunaan

peralatan kantor. (Dharma, 1991).

Menurut Sule dan Saefullah (2005) budaya organisasi merupakan nilai-nilai

dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan

lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Organisasi

bertujuan untuk mempengaruhi nilai dan norma dalam suatu budaya. Budaya

organisasi sangat penting untuk dilakukan penelitian agar didalam organisasi dapat

dijalankan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dalam organisasi tersebut.

Keadilan prosedural merupakan prediksi yang penting atas sikap dan

perilaku atas kinerja pegawai. Keadilan prosedural yang bernilai tinggi atau rendah

akan terjadi saat pihak bawahan merasakan bahwa prosedur dalam perusahaan dan

proses yang terjadi dalam perusahaan adalah adil atau tidak adil. Dengan adanya

(22)

pegawai di Akademi Pariwisata. Menurut Lind dan Tyler (1998), Keadilan prosedural

berhubungan dengan apakah pihak pegawai mempercayai bahwa prosedur dalam

perusahaan dan hasil akhirnya adalah adil. Terkadang sulit untuk memberikan

keadilan antara pegawai yang bekerja di Akademi Pariwisata Medan. Sehingga hal ini

memicu untuk peneliti untuk melakukan penelitian.

Hal ini tidak luput dari konflik yang terkadang sering dirasakan antar

pegawai. Biasanya konflik ini terjadi dikarenakan adanya kesenjangan yang dirasakan

antar pegawai. Kesenjangan ini terpicu dari budaya organisasi yang terkadang

dirasakan berbeda antar pegawai, bisa juga muncul dari akibat komitmen yang

dilanggar antar pegawai dalam organisasi dan konflik ini juga bisa terjadi karena

adanya rasa ketidakadilan antar pegawai. Apabila konflik ini terus dibiarkan terjadi

oleh karyawan/pegawai pada umumnya, dampak yang dirasakan akan menurunkan

kinerja pegawai. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa

individu dalam suat

menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain

sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik

merupakan situasi yang wajar dalam seti

yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok

lainnya.

Dalam penelitian ini konflik dijadikan sebagai variabel moderating

untuk dapat melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel

(23)

moderator. Variabel moderating merupakan variabel yang mempunyai dampak

kontijensi yang kuat pada hubungan variabel independen dan variabel

dependen.

Studi sebelumnya memberikan bukti yang mengindikasikan bahwa

preferensi akan suatu prosedur atau preferensi prosedural dan seleksi prosedural akan

dipengaruhi secara signifikan oleh persepsi akan sebuah keadilan prosedural yang ada

(Lind dan Tyler, 1998). Lind dan Tyler (1998) menyimpulkan hal yang sama bahwa

keadilan dari suatu prosedur menjadi penentu utama dalam pilihan prosedur.

Beberapa peneliti menjelaskan bahwa sutau prosedur dalam pengambilan

keputusan, wajib melibatkan pihak bawahan agar ikut berpartisipasi terhadap setiap

permasalahan yang terjadi, akan tetapi rahasia perusahaan tidak menjadi konsumsi

masyarakat diluar hak sebagai pegawai.

Berdasarkan fenomena diatas penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh bukti empiris mengenai “Pengaruh Budaya Organisasi,

Komitmen Organisasi, dan Keadilan Prosedural terhadap Kinerja Pegawai

dengan Konflik sebagai Variabel Moderating pada Akademi Pariwisata

Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka perumusan

(24)

1. Apakah Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Keadilan Prosedural

berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai baik secara parsial maupun simultan pada

Akademi Pariwisata Medan ?

2. Apakah Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Keadilan Prosedural

dengan konflik dapat memoderasi hubungan terhadap Kinerja Pegawai pada

Akademi Pariwisata Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

tentang pengaruh “Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan

Prosedural dengan Konflik sebagai Variabel Moderating terhadap Kinerja Pegawai

pada Akademi Pariwisata Medan”.

.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi Akademi Pariwisata

Medan dapat menjadi bahan pertimbangan mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan upaya peningkatan kinerja pegawai.

2. Bagi Peneliti, dapat meningkatkan kompetensi keilmuan dan manambah

wawasan mengenai pengaruh budaya organisasi, komitmen organisasi dan

keadilan prosedural dengan konflik sebagai variabel moderating

(25)

3. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan masukan dalam melakukan peneltian selanjutnya.

1.5. Originalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Subroto, Titien Indrawati (2008) yang berjudul “Analisis Kinerja Pegawai Kantor

Pertanahan Kota Semarang”. Adapun variabel dependen yang digunakan adalah

kinerja pegawai dan variabel independennya adalah kemampuan kerja, motivasi kerja

dan fasilitas kerja. Hasil yang didapat dalam penelitian Subroto yaitu ada hubungan

positif dan signifikan antara kemampuan kerja, motivasi kerja dan fasilitas kerja

terhadap kinerja pegawai dan secara simultan mempengaruhi kinerja pegawai.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah penulis

menambahkan variabel independennya yang terdiri dari budaya organisasi, komitmen

organisasi dan keadilan prosedural. Serta menambahkan variabel moderating yaitu

konflik. Variabel konflik ditambahkan dalam penelitian peneliti adalah untuk melihat

apakah selama ini ada terjadinya konflik (permasalahan) yang dihadapi antar pegawai

Akademi Pariwisata Medan, di dalam kegiatan organisasi maupun dalam prosedur

yang disusun. Sehingga peneliti dapat mengukur kinerja pegawai dimasing-masing

departemen. Berdasarkan inspirasi ini lah, peneliti lalu mencari sumber teori

mengenai konflik melalui penelitian yang dilakukan oleh Wibisono, (2003) yang

(26)

relationship conflict dengan kreativitas dan kepuasan anggota tim”. Hasil yang

didapat dalam penelitian Wibisono yaitu manajemen konflik tidak memberikan efek

moderasi positif pada hubungan antara relationship conflict dengan kepuasan anggota

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kinerja Pegawai

Kinerja Pegawai menurut Kusriyanto yang dikutip oleh Harbani Pasolong

dalam bukunya “Teori Administrasi Publik” adalah “Kinerja pegawai adalah hasil

kerja perseorangan dalam suatu organisasi”. (Pasolong, 2007).

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja individu dari seorang pegawai,

mengacu dari sejumlah studi empiris, beberapa ahli berpendapat sebagai berikut:

1) Teori kinerja menurut Gie dan Ibrahim Sebagaimana dikemukakan oleh Gie dan

Ibrahim (1999) menyatakan bahwa kinerja sangat ditentukan antara lain oleh

dimensi-dimensi : a. Motivasi kerja, b. Kemampuan kerja, c. Perlengkapan dan

fasilitas, d.Lingkungan eksternal, e. Leadership, f. Misi strategi, g. Fasilitas

kerja h. Kinerja individu dan organisasi, i. Praktik manajemen, j. Struktur, k.

Iklim kerja.

Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup

penting dalam penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dalam diri

pegawai akan menentukan kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan

kerja pegawai, dimana mampu tidaknya pegawai dalam melaksanakan tugas akan

berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan yang

(28)

2) Teori kinerja menurut Schermerhorn (1996), untuk mengetahui kinerja

organisasi dan individu dapat dilihat dari 5 (lima) faktor yang mempengaruhi,

yaitu : a. Pengetahuan, b. Ketrampilan, c. Kemampuan, d. Sikap, e. Perilaku

Schermerhorn mengungkapkan kemampuan dan ketrampilan sebagai faktor

individual masing-masing pegawai. Semakin kompeten kemampuan dan ketrampilan

yang dimiliki masing-masing pegawai, akan mempengaruhi pencapaian hasil kinerja.

3) Teori kinerja menurut Stephen Robbins

Menurut pendapat Robbins (1996), tingkat kinerja pegawai akan sangat

tergantung pada dua faktor yaitu kemampuan pegawai dan motivasi kerja.

Kemampuan pegawai seperti: tingkat pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.

Tingkat kemampuan akan dapat mempengaruhi hasil kinerja pegawai dimana

semakin tinggi tingkat kemampuan pegawai akan menghasilkan kinerja yang semakin

tinggi pula. Faktor lain adalah motivasi kerja yaitu dorongan dari dalam pegawai

untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi pegawai

akan terdorong untuk melakukan suatu pekerjaan sebaik mungkin yang akan

mempengaruhi hasil kinerja. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki semakin tinggi

pula kinerja yang dapat dihasilkan.

4) Teori Kinerja menurut Peter Ducker

Menurut pendapat Peter Ducker (dalam Handoko, 1997) bahwa kinerja

adalah tes pertama kemampuan manajemen untuk melakukan suatu perbandingan dari

hasil kegiatan senyatanya yang dinyatakan dalam presentase yang berkisar antara 0%

(29)

a. Pendidikan dan program pelatihan, b. Gizi, nutrisi, dan kesehatan, c. Motivasi,

d. Kesempatan kerja, e. Kebijakan ekstern, f. Pengembangan secara terpadu.

2.1.1. Penilaian Kinerja Pegawai

Penilaian kinerja dapat diartikan sebagai poses dimana organisasi menilai

kineja individu pegawai. Penilaian ini dapat meliputi produktivitas, sikap, disiplin,

dan lain sebagainya. Untuk menemukan di level mana seorang pegawai

melaksanakan pekerjaannya (Davis, 1996). Bagi organisasi yang cukup maju hasil

penilaian kinerja dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk promosi,

demosi, diklat, kompensasi, pemutusan hubungan kerja dan sebagainya. Dengan

digunakannya penilaian kinerja ini sebagai bahan pertimbangan hal-hal tesebut akan

memotivasi pegawai untuk selalu meningkatkan kinerjanya, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi pula kinerja organisasi. Melihat betapa pentingnya hasil penilaian

kinerja ini baik terhadap organisasi maupun pegawai, maka pelaksanaannya perlu

diupayakan seobyektif mungkin, dengan menghindari faktor suka dan tidak suka dari

penilai. Menurut Henry Simamora (1999), maksud ditetapkan tujuan kinerja adalah

untuk menyusun sasaran yang berguna tidak hanya evaluasi kinerja pada akhir

periode, tetapi juga untuk mengelola proses kerja selama periode tesebut. Terdapat 3

(tiga) alasan yang berkaitan mengapa penentuan sasaran mempengaruhi kinerja :

1. Mengarahkan karyawan untuk memfokuskan kegiatan-kegiatan kearah tertentu

(sasaran) dari pada lainnya.

2. Karyawan akan dapat mengarahkan kemampuannya secara proporsional terhadap

(30)

3. Sasaran yang sukar akan membuahkan suatu kekuatan. Dapat disimpulkan bahwa

penilaian kinerja sebuah organisasi itu sangat penting baik yang proses maupun

hasil, baik para karyawan maupun organisasi, khususnya organisasi

publik/pemerintah guna mengetahui apakah kinerja yang dilakukan karyawan itu

sudah memenuhi harapan atau sebaliknya.

Dengan penilaian tersebut dapat diketahui pengukuran kinerja, menurut

Gibson et.al (1995) dapat dilakukan berdasarkan waktu:

1) Waktu jangka pendek; a. Produksi, b. Mutu (kualitas) c. Efisiensi dan fleksibilitas

2) Waktu jangka menengah; a. Persaingan, b. Pengembangan

3) Waktu jangka panjang adalah merupakan kelangsungan hidup suatu organisasi.

Menurut Robbins (1996:20) hakekat penilaian terhadap individu merupakan hasil

kerja yang diharapkan berupa sesuatu yang optimal. Penilaian pekerjaan yang

mencukup: kerja sama, kepemimpinan, kualitas pekerjaan, kemampuan teknik,

inisiatif, semangat, kehandalan/tanggung jawab, kuantitas pekerjaan.

2.2. Budaya Organisasi

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya

yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik

dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat

satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu

pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan

(31)

dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula

dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara

keseluruhan. Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi

menurut beberapa ahli :

a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001), budaya

organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh

organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.

b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001), budaya

organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan

pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian

organisasi.

c. Menurut Robbins (1996), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang

dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

d. Menurut Schein (1992), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh

organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang

mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota

organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru

sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah

yang dihadapi.

e. Menurut Cushway dan Lodge (2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai

organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para

(32)

organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh

anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku

dari para anggota organisasi.

2.2.1. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (1996), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.

b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggoa organisasi.

c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas dari pada

kepentingan diri individual seseorang.

d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu

dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.

e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan

membentuk sikap serta perilaku karyawan.

2.3. Komitmen Organisasi

Mowday, Porter, dan Steers (1982) mendefinisikan komitmen organisasi

sebagai: the relative strength of an individual's identification with and involvement in

aparticular organization. Definisi menunjukkan bahwa komitmen organisasi memiiki arti lebih dari sekedar loyalitas yang pasif, tetapi melibatkan hubungan aktif dan

keinginan karyawan untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya.

Komitmen organisasi yang dikemukakan oleh Mowday dkk ini bercirikan adanya: (1)

(33)

untuk bekerja keras; serta (3) keinginan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi.

Komitmen ini tergolong komitmen sikap atau afektif karena berkaitan dengan

sejauhmana individu merasa nilai dan tujuan pribadinya sesuai dengan nilai dan

tujuan organisasi. Semakin besar kongruensi antara nilai dan tujuan individu dengan

nilai dan tujuan organisasi maka semakin tinggi pula komitmen karyawan pada

organisasi.

Komitmen organisasi (organizational commitment) merupakan salah satu

tingkah laku dalam organisasi yang banyak dibicarakan dan diteliti, baik sebagai

variabel terikat, variabel bebas, maupun variabel mediator. Hal ini antara lain

dikarenakan organisasi membutuhkan karyawan yang memiliki komitmen organisasi

yang tinggi agar organisasi dapat terus bertahan serta meningkatkan jasa dan produk

yang dihasilkannya. Menurut Greenberg dan Baron (1993), karyawan yang memiliki

komitmen organisasi yang tinggi adalah karyawan yang lebih stabil dan lebih

produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi.

Bagi individu dengan komitmen organisasi tinggi, pencapaian tujuan

organisasi merupakan hal penting. Sebaliknya, bagi individu atau karyawan dengan

komitmen organisasi rendah akan mempunyai perhatian yang rendah pada pencapaian

tujuan organisasi, dan condong berusaha memenuhi kepentingan pribadi.

Komitmen organisasi yang kuat didalam diri individu akan menyebabkan individu

berusaha keras mencapai tujuan organisasi sesuai dengan tujuan dan kepentingan

(34)

2.4. Keadilan Prosedural

Keadilan prosedural berhubungan pada keadilan prosedural yang digunakan

untuk menentukan hasil-hasil yang terdistribusi yaitu seperti beban kerja, penghasilan

dan yang lain (Leventhal, 1980). Keadilan prosedural berhubungan dengan persepsi

bawahan akan suatu bentuk keadilan dari semua proses yang diterapkan oleh pihak

atasan dalam perusahaan tersebut dan untuk mengevaluasi kinerja mereka.

Mengkomunikasikan umpan balik kinerja dan menentukan apakah penghargaan yang

mereka terima seperti promosi atau kenaikan jabatan dan peningkatan gaji (McFarlin

& Sweeny, 1992).

Keadilan prosedural yang bernilai tinggi atau rendah akan terjadi saat pihak

bawahan merasakan bahwa prosedur dalam perusahaan dan proses yang terjadi dalam

perusahaan adalah adil atau tidak adil.

Menurut Lind dan Tyler (1998), Keadilan prosedural berhubungan dengan

apakah pihak pegawai mempercayai bahwa prosedur dalam perusahaan dan hasil

akhirnya adalah adil. Lind dan Tyler (1998) menjelaskan bahwa Keadilan prosedural

dimulai dengan hipotesis yang menyatakan adanya kelompok reaksi psikologis atas

suatu kepatuhan atau pelanggaran terhadap norma yang menjelaskan pola perlakuan

tertentu atau dalam pola lokasi tertentu.

Reaksi semacam ini sudah dikenal lama akan mendayagunakan pengaruhnya

yang kuat terhadap kognisi individu dan perilakunya. Norma yang membentuk suatu

dasar dari respon keadilan dapat dibagi menjadi dua kategori; salah satu kategori

(35)

berhubungan dengan proses sosial (keadilan prosedural), yaitu perilaku yang tepat

dan perlakuan terhadap individu.

Dalam hasil studinya mengenai keadilan prosedural, Thibaut dan Walker

(1975) membantah bahwa prosedur yang berbeda akan dipandang secara berbeda

pula oleh individu yang berbeda dibawah kondisi lingkungan yang berbeda pula.

Sehingga mereka menjelaskan bahwa prosedur yang berbeda dibutuhkan untuk

menempatkan berbagai jenis permasalahan yang berbeda yang berpotensi muncul.

Karena studi ini berdasarkan pada sistem keadilan hukum untuk meredakan

suatu permasalahan atau pertikaian hukum, mereka menganggap dan

mempertimbangkan lingkungan individu menjadi nilai penting. Menurut mereka,

untuk mengatasi suatu pertikaian atau permasalahan akan kepentingan pribadi dan

distribusi hasil akhir, maka prosedur bernilai tinggi dalam pengendalian proses atas

sebuah konflik sebaiknya digunakan.

Karena prosedur ini meskipun mengalami bias dalam pengumpulan

informasi, namun menjamin dan memastikan pertimbangan disertakannya lingkungan

individu yang diperlukan untuk memaksimalkan suatu keadilan’ (Thibaut dan

Walker, 1975). Karenanya, keberadaan pengendalian konflik (yang berlawanan

dengan pihak ketiga) memiliki proses untuk membantu mencapai sebuah keputusan

(pengendalian proses) dianggap berguna dalam menilai suatu keadilan. Dengan kata

lain, keadilan prosedural dipengaruhi oleh keberadaan konflik yang dibiarkan terjadi

untuk memberikan solusi atau pemecahan terhadap suatu konflik legal atau konflik

(36)

Selain pengendalian terhadap proses seperti diidentifikasi oleh Thibaut dan

Walker (1975), untuk menilai suatu keadilan prosedural, maka Leventhal (1980)

mengidentifikasi empat kriteria lebih lanjut yang dapat mempengaruhi persepsi akan

sebuah keadilan. Kriteria tersebut adalah: (i) Keadilan atau kesesuaian, yang artinya

adalah prosedur yang ada harus diterapkan secara keadilan antar individu dan terjadi

sepanjang waktu; (ii) penekanan terhadap bias, yang artinya adalah pengambil

keputusan tidak boleh memiliki kepentingan pribadi; (iii) akurasi informasi yang

menjadi dasar suatu keputusan; dan (iv) kesepakatan terhadap standar etika personal

dan moralitas. Empat kriteria tambahan ini, menjadi dasar sebuah keadilan

prosedural, menjelaskan bahwa partisipasi dalam proses tunggal tidak akan

mencukupi untuk meyakinkan persepsi pihak bawahan akan keadilan sebuah prosedur

dalam perusahaan. Misalkan, pihak bawahan yang diijinkan untuk berpartisipasi

dalam permasalahan perusahaan akan diterapkan secara tidak keadilan atau

perusahaan kekurangan alat untuk mengumpulkan informasi yang akurat atau tidak

memiliki spesifikasi utuk mengkoreksi keputusan yang salah.

Studi dari Leventhal (1980) diakui untuk menjabarkan riset mengenai

keadilan prosedural dengan latar belakang hukum menuju latar belakang

organisasional. Hal ini akan membuka riset tentang keadilan prosedural terhadap

pengaruh dari beragam faktor yang terjadi dengan latar belakang organisasional.

Misalnya, riset lanjutan yang dipengaruhi oleh faktor tingkat keadilan dalam aplikasi

atau penerapan sebuah prosedur (Greenberg, 1986). Leung dan Lind (1986)

(37)

pegawai tersebut akan keadilan prosedural dalam perusahaan. Karena riset dengan

latar belakang legal memiliki efek terhadap pemberian pendapat (dalam bentuk

partisipasi), sehingga Lind dan Tyler (1988) menyimpulkan bahwa hal ini bukanlah

studi lanjutan dari Leventhal dengan latar belakang organisasional, karena sebagian

besar variasi atau keragaman individu tentang persepsi dan penilaian mereka tentang

sebuah bentuk keadilan disebabkan adanya dua faktor: yaitu pendapat mereka dan

hasil akhir tentang prosedur yang memberikan kontribusi untuk menilai suatu

keadilan.

2.4.1. Teori Keadilan

Teori keadilan pertama kali dipopulerkan oleh J Stacy Adam tahun 1963.

teori ini menganggap bahwa individu membandingkan masukan dan keluaran

pekerjaan mereka dengan masukan atau keluaran orang lain untuk menghapuskan

setiap ketidakadilan.(Ikhsan A dan Iskhak M, 2005).

Peran Keadilan selama anggaran telah difokuskan pada penelitian akuntansi

perilaku, seperti penelitian Lindquist (1995) yang menemukan bahwa suatu

organisasi cenderung ingin mempertahankan keadilan dalam proses anggaran

Keadilan telah dinyatakan sebagai cara untuk memecahkan konflik, menyeleksi

pegawai, menyelesaikan perselisihan tenaga kerja, negoisasi gaji (Greenberg, 1986).

Pendekatan yang dilakukan dengan cara yang berbeda terhadap keadilan

akan sangat berguna untuk menjelaskan bermacam perilaku dalam konteks organisasi

pada saat ini. Berdasarkan teori keadilan, bila karyawan mempersepsikan suatu

(38)

pilihan yaitu: mengubah masukan, mengubah keluaran, mendistorsikan persepsi

mengenai diri, mendistorsi persepsi mengenai orang lain, memilih acuan yang

berlainan dan meninggalkan (Robbin PS, 2003).

Teori tentang keadilan mengindikasikan bahwa ada dua bentuk keadilan: (i)

keadilaan distributif, yang memfokuskan pada respon yang berorientasi pada keadilan

terhadap hasil akhir dan (ii) keadilan prosedural, yang memfokuskan pada respon

yang berorientasi pada keadilan aturan dan prosedur dalam perusahaan.

Dalam tinjauan pustaka literatur tentang keadilan, Lind dan Tyler (1998)

menyimpulkan bahwa keadilan prosedural menjadi penyebab utama keadilan

distributif. Dengan adanya studi berlatar belakang legal, mereka menemukan bahwa

gambaran yang tampaknya muncul adalah individu yang merasa cemas dengan proses

interaksi hukum dan tidak terlalu mencemaskan dengan adanya hasil akhir dari

interaksi yang diduga oleh seorang individu.

Mereka menyimpulkan bahwa beberapa dari contoh persuasif yang paling

alamiah dari sebuah nilai proses adalah situasi dimana seorang individu menerima

hasil akhir yang mereka inginkan, tetapi bagaimanapun juga kurang memuaskan.

Ketidakpuasan semacam ini susah untuk dipahami dan jika ini diasumsikan bahwa

seseorang individu merasa cemas tentang hasil akhir yang akan mereka terima, tetapi

lebih mudah dijelaskan jika hal ini diasumsikan bahwa seseorang merasa cemas akan

proses dalam perusahaan. Penjelasan diatas menyatakan bahwa keadilan prosedural

(39)

Dengan mempertimbangkan nilai dari keadilan prosedural, maka ada

kecenderungan bahwa perusahaan yang terikat dengan nilai dari pemeliharaan suatu

keadilan, akan bertindak untuk memastikan bahwa keadiaan prosedural yang ada

bernilai tinggi. Selain itu, juga banyak terdapat bukti riset tentang keadilan prosedural

yang mengindikasikan bahwa penerapan atau implementasi dari prosedur yang

dianggap tidak adil cenderung merugikan kepentingan perusahaan. Bukti ini

menjelaskan bahwa implementasi akan prosedur yang adil mengarah pada

terpenuhinya atau dipatuhinya aturan dan keputusan yang berhubungan dengan

prosedur. Sebaliknya, kurang dipatuhinya suatu prosedur dianggap tidak adil.

Berdasarkan tinjauan pustaka mengenai riset keadilan prosedural maka Lind

dan Tyler (1998) menyimpulkan bahwa riset tentang keadilan prosedural mengacu

pada bahaya praktis penggunaan prosedur palsu. Riset tentang kepatuhan dan

keadilan prosedural memberikan hasil yang memuaskan bahwa suatu prosedur yang

dianggap palsu dan tidak hanya akan menyebabkan ketidakpatuhan, tetapi juga

kepatuhan dengan tingkatan rendah.

Dengan mempertimbangkan nilai dari keadilan prosedural, mereka

menjelaskan bahwa Prosedur yang adil adalah aspek kritis dalam kualitas kehidupan

kerja dan memiliki tingkat kepentingan yang tinggi terhadap hubungan antara

perusahaan dan pegawai., perusahaan yang mengabaikan kecemasan akan keadilan

prosedural berhadapan dengan resiko yang membahayakan yaitu munculnya perilaku

(40)

dipatuhinya sebuah keputusan yang telah dicapai, dengan aturan dan prosedur dan

menyebabkan penurunan kinerja (Lind dan Tyler, 1998).

2.5. Konflik

Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua

atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun

terpisahkan oleh perbedaan tujuan. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak

simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan memberikan respon terhadap konflik

tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan

menyerang secara negatif (Robbins, 1996).

2.4.1. Faktor penyebab konflik

1. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan

Seti

pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian

dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor

penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak

selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di

lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada

yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

2. Perbedaan latar belakan

(41)

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan

pendiria

menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belaka

yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang

atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang

dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai

contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaata

kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para

menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk

membuat kebun atau

kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan.

Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga

harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu

kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di

masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang

antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan

pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh

(42)

yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha

mereka.

4. Perubahan-perubahan

masyarakat

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan

itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu

terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami

proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab

nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat

berubah menjadi nilai-nilai masyarakat

nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang

disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi

hubungan struktural yang disusun dalam

kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu

yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti

jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi

seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di

masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan

karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

2.5.Tinjauan Penelitian Terdahulu

(43)

“Analisis Kinerja Pegawai Kantor Pertanahan Kota Semarang”. Variabel

dependen kinerja pegawai. Sedangkan variabel independennya kemampuan kerja,

motivasi kerja dan fasilitas kerja Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan

positif dan signifikan antara kemampuan, motivasi dan fasilitas kerja dengan kinerja

pegawai dan secara bersama-sama mempengaruhi kinerja pegawai.

2. Said (2008)

“Analisis Kinerja Pegawai pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan

Semarang”. Variabel dependen adalah kinerja pegawai. Sedangkan variabel

independennya adalah produktivitas pegawai dan kemampuan pegawai. Kesimpulan

dari penelitian ini adalah Ada pengaruh yang signifikan antara produktivitas pegawai

dan kemampuan pegawai secara simultan terhadap kinerja pegawai di Balai

Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Semarang.

3. Mudjiati (2008)

“Studi Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi terhadap Kinerja Karyawan

Fakultas Ekonomi”. Variabel dependen adalah kinerja karyawan. Sedangkan variabel

independennya adalah penggunaan sistem informasi. Kesimpulannya adalah adanya

sistem informasi di Fakultas Ekonomi jelas sangat mempengaruhi kinerja karyawan.

4. M. Rangga Yuzar (2005)

“Implementasi Sistem Informasi Sumber Daya Manusia dan Budaya

Organisasi Dampaknya terhadap Kinerja Karyawan CV. Bi-ensi Fesyenindo

Bandung”. Variabel dependen adalah Kinerja Karyawan, sedangkan variabel

(44)

simultan SDM dan Budaya Organisasi berpengaruh secara simultan terhadap Kinerja

Karyawan. Dan secara parsial SDM berpengaruh terhadap Kinerja karyawan di CV.

Bi-ensi Fesyenindo Bandu.

5. Kunto Wibisono (2003)

“Manajemen Konflik sebagai Variabel pemoderasi Hubungan antara

Relationship Conflict dengan Kreatifitas dan Kepuasan Anggota Tim”. Variabel

dependen adalah Kepuasan Anggota Tim. Variabel independen adalah Relation

Conflict dengan Kreatifitas dan Variabel Moderatingnya Manajemen Konflik”.

Kesimpulannya manajemen konflik tidak memberikan efek moderasi positif pada

hubungan antara relationship conflict dengan kepuasan anggota terhadap tim.

6. Fitri Nugraheni dan Ratna Yulia Wijayanti (2009)

“Pengaruh keadilan distributif dan keadilan prosedural terhadap kinerja : studi

kasus pada akademisi universitas muria kudus”. Variabel dependen adalah Keadilan

distributif dan keadilan prosedural variabel dependennya adalah Kinerja dosen.

Kesimpulannya keadilan distributif dan keadilan prosedural berpengaruh secara

bersama-sama terhadap kinerja dosen; (2) variabel keadilan distributif lebih

(45)

Tabel 2.1. Daftar Tinjauan Peneliti Terdahulu

No Nama Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian Variabel yang Digunakan

Hasil Penelitian

1

2

Titien Indarwati Subroto

(2008)

Moh. Dachirin Said

(2008) Pegawai pada Balai Pendidikan dan motivasi kerja dan fasilitas kerja dengan kinerja pegawai dan secara bersama-sama mempengaruhi kinerja pegawai.

Ada pengaruh yang signifikan antara

M. Rangga Yuzar (2005)

Kunto Wibisono (2003)

“Studi Pengaruh Pengguna Sistem Informasi terhadap Kinerja Karyawan Fakultas Ekonomi”.

“Implementasi kinerja Karyawan Variable SDM dan Budaya organisasi

Variabel independen

(46)

5

Fitri dan Ratna

(2009)

Anggota Tim”

(47)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan judul penelitian dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

maka kerangka dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Independen Moderating Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Berdasarkan penjelasan literatur peneliti membentuk kerangka konseptual

yang menggambarkan hubungan secara parsial dan simultan antara variabel

independen, variabel moderating dan variabel dependen. Variabel independen dalam

Komitmen Organisasi (X2)

Kinerja Pegawai (Y) Budaya Organisasi

(X1)

Keadilan Prosedural (X3)

(48)

penelitian ini yaitu Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan

Prosedural. Variabel moderating dalam penelitian ini adalah Konflik, dan variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai. Sehingga diduga variabel

independen akan berpengaruh secara simultan dan parsial dengan variabel moderating

terhadap variabel dependen.

Budaya organisasi mewakili sebuah

organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna kebersamaan.

Dari kebersamaan ini kita dapat menggambarkan cerminan dari seorang individu

pegawai. Sikap dan perilaku yang serring dijumpai oleh para pegawai dalam budaya

organisasi akan memotivasi kinerja pegawai untuk melaksanakan budaya organisasi

dengan baik.

Komitmen organisasi merupakan dorongan dari dalam diri individu baik itu

anggota maupun manajer untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan

organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi

dibandingkan kepentingannya sendiri. Dengan melihat komitmen antara pegawai

dalam organisasi, maka manajerial dapat menilai kinerja para pegawainya.

Keadilan prosedural yang bernilai tinggi atau rendah akan terjadi saat pihak

bawahan merasakan bahwa prosedur dalam organisasi dan proses yang terjadi dalam

organisasi adalah adil atau tidak adil. Keadilan prosedural dijadikan sebagai variabel

moderating oleh penulis agar dapat melihat apakah keadilan prosedural mempunyai

dampak kontijensi yang kuat atau lemah pada hubungan variabel independen dan

(49)

Konflik merupakan sebuah akibat perubahan yang terjadi dalam masyarakat

dalam kehidupan para karyawan. Dengan perubahan yang terjadimaka konflik tidak bisa

dihindari oleh para karyawan. konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada

tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi

(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat

hubungannya dengan stres.

Kinerja pegawai merupakan hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.

Dengan melihat kinerja pegawai maka manajer dapat membedakan mana pegawai

yang benar-benar serius dalam organisasi dan mana pegawai yang tidak serius dalam

organisasi.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari kerangka konseptual dan uraian teoritis tersebut,

maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1. Apakah Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Keadilan Prosedural

berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai baik secara parsial maupun simultan pada

Akademi Pariwisata Medan ?

H2. Apakah Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, dan Keadilan Prosedural

dengan konflik dapat memoderasi hubungan terhadap Kinerja Pegawai pada

(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, menurut Erlina (2008)

merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai

masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitasa yang

kompleks dan rinci. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui bagaimana menganalisis

“Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi dan Keadilan

Prosedural dengan Konflik sebagai variabel moderating terhadap Kinerja

Pegawai pada Akademi Pariwisata Medan”.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Akademi Pariwisata Medan alamatnya di Jalan

Rumah Sakit Haji No. 12 Medan.

4.3. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2007) menyatakan bahwa “Populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai negeri

(51)

penelitian yang dilakukan pada pegawai negeri yang bekerja di Akademi Pariwisata

Medan. Dengan menggunakan metode sensus. Metode sensus merupakan

pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya. Menurut Erlina

dan Mulyani (2008) menyebutkan “jika peneliti seluruh elemen populasi menjadi data

peneliti maka disebut jenis penelitian sensus dan metode sensus digunakan untuk

elemen populasi relatif sedikit dan bersifat heterogen”.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa adopsi kuesioner

(questionnaires) dari penelitian terdahulu. Penyebaran kuesioner dilakukan secara

personal di mana peneliti mendatangi langsung dengan responden dan memberikan

penjelasan seperlunya tentang kuesioner dan dapat langsung dikumpulkan setelah

dijawab oleh responden.

Kuesioner terdiri dari 29 pertanyaan dengan jawaban yang menggunakan

skala Interval 5 point, yaitu responden dimintai untuk memberikan jawaban seberapa

jauh responden setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan yang diajukan dalam

kuesioner. Untuk variabel budaya organisasi, komitmen organisasi, keadilan

prosedural, konflik dan kinerja pegawai. Jawaban dan pemberian skor adalah sebagai

berikut :

a. Jawaban sangat setuju (SS) = 5

b. Jawaban setuju (S) = 4

(52)

d. Jawaban tidak setuju (TS) = 2

e. Jawaban sangat tidak setuju (STS) = 1

Variabel Kinerja Pegawai yang merupakan variabel dependen jawaban dan

pemberian skor adalah sebagai berikut :

a. Jawaban sangat sering (SS) = 5

b. Jawaban sering (S) = 4

c. Jawaban kurang sering (KS) = 3

d. Jawaban tidak sering (TS) = 2

e. Jawaban sangat tidak sering (STS) = 1

4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Untuk memudahkan pelaksanan penelitian, maka diperlukan definisi dan

pengukuran variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam penyusunan kuesioner

penelitian yaitu:

1. Budaya Organisasi (X1

Budaya organisasi mewakili sebuah

)

organisasi atau dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna kebersamaan.

Dari kebersamaan ini kita dapat menggambarkan cerminan dari seorang individu

pegawai. Sikap dan perilaku yang sering dijumpai oleh para pegawai dalam budaya

organisasi akan memotivasi kinerja pegawai untuk melaksanakan budaya organisasi

(53)

2. Komitmen Organisasi (X2

Komitmen organisasi (organizational commitment) merupakan salah satu

tingkah laku dalam organisasi yang banyak dibicarakan dan diteliti, baik sebagai

variabel terikat, variabel bebas, maupun variabel mediator. Hal ini antara lain

dikarenakan organisasi membutuhkan karyawan yang memiliki komitmen organisasi

yang tinggi agar organisasi dapat terus bertahan serta meningkatkan jasa dan produk

yang dihasilkannya.

)

3. Keadilan Prosedural (X3

Keadilan prosedural merupakan Teori tentang keadilan prosedural berkaitan

dengan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk mendistribusikan

hasil-hasil dan sumber daya-sumber daya organisasi kepada para anggotanya.

)

4 Konflik (Z)

Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu

sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan

tujuan. Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The

Conflict Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat

meningkatkan kinerja kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan

organisasi berusaha untuk meminimalisasikan konflik.

5. Kinerja Pegawai (Y)

Kinerja pegawai adalah sesuatu yang dicapai oleh pegawai, prestasi kerja

yang diperhatikan oleh pegawai, kemampuan kerja berkaitan dengan penggunaan

(54)

yang dikutip oleh Harbani Pasolong dalam bukunya “Teori Administrasi Publik”

adalah “Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi

Pasolong, (2007). Berikut ini definisi operasional dan pengukuran variabel dapat

dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1

Definisi Operasional Variabel

Jenis Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran

Budaya Organisasi (X1

Budaya organisasi menyatakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu. )

Inovasi dan

pengambilan resiko, Perhatian ke rincian, Orientasi hasil, dukungan yang kuat terhadap nilai dan

sasaran yang ingin

dicapai oleh organisasi )

Belief, kesiapan untuk

bekerja keras, keinginan yang kuat.

Interval yang digunakan untuk menetapkan distribusi imbalan

Akibat perubahan yang terjadi dalam

Keadilan atau

(55)

4.6. Motode Analisa Data

Dalam analisis data penelitian menggunakan teknik analisis data adalah

regresi linier berganda dan melakukan uji residual. Sebelum meregresi linear

berganda, dilakukan dulu uji kualitas instrumen pertanyaan, dan uji asumsi klasik,

yang diolah menggunakan software. Berdasarkan hipotesis yang ditulis, maka model

analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = α + B1X1 + B2X2 + B3

Penelitian dilakukan dengan mengukur variabel yang ada dalam instrumen

(56)

apakah instrumen yang digunakan datanya valid dan realibel sebab kebenaran data

yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian.

4.7.1. Uji Realibilitas dan Validitas Data

Uji instrumen penelitian yaitu untuk menguji instrumen yang dievaluasi

melalui uji realibilitas dan validitas yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan

akurasi data yang dikumpulkan. Validitas digunakan untuk mengetahui kesamaan

antara data yang dikumpulkan dengan data yang sesungguhnya terjadi pada proyek

yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data yang valid. Instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dengan mampu mengungkap

data yang diteliti secara tepat. Pendekatan yang digunakan untuk mengukur validitas

dalam penelitian ini adalah dengan melakukan korelasi bivariate. Langkah ini

dilakukan dengan melihat hipotesisnya adalah :

H0

H

: Tidak ada korelasi skor item dengan total skor (tidak valid)

1

Kriteria penerimaan/penolakan hipotesis adalah sebagai berikut : : Ada korelasi skor item dengan total skor (valid)

Tolak H0 jika nilai probabilitas r < taraf signifikan sebesar 0.05 (Sig. 2-tailed < α0.05).

Terima H0 jika nilai probabilitas r > taraf signifikan sebesar 0.05 (Sig. 2-tailed >

α0.05

Pengujian reliabilitas setiap variabel dilakukan dengan teknik Cronbach alpha.

(57)

pertanyaan yang berskala multipoint. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel

jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 Ghozali, (2005)

.

4.8. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dari penelitian ini, terlebih dahulu

dilakukan pengujian asumsi klasik, hal ini untuk memastikan bahwa alat uji regresi

berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, maka

alat uji statistik regresi linier berganda dapat digunakan. Model regresi linier

berganda dapat disebut sebagai model yang baik apabila model tersebut memenuhi

asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik lain yaitu

heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinieritas.

4.8.1. Uji Normalitas

Setelah data diuji dengan reliabilitas dan validitas, maka data tersebut diuji

normalitasnya, yaitu untuk menentukan alat statistik yang digunakan, jika data yang

diperoleh terdistribusi normal dan variansinya sama, maka pengujian hipotesis

dilakukan dengan alat statistik parametrik, jika data yang diperoleh tidak terdistribusi

normal dan atau variansinya tidak sama, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan

alat statistik non parametrik. Pengujian normalitas data dilakukan dengan melihat

grafik penyebaran data dan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Jika tingkat

(58)

4.8.2. Uji Multikolinieritas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel-variabel

independen. Model regresi yang baik, tidak ditemukannya masalah multikolinieritas

antara variabel-variabel independen dengan cara melihat angka Collinerity Statistics

yang ditunjukkan oleh nilai variance inflation factor (VIF). Jika angka VIF > 0,5,

maka variabel independen memiliki masalah multikolinieritas (Santoso, 2002),

sebaliknya jika nilai toleransi menunjukkan lebih besar dari 0,1 akan terjadi masalah

multikolinieritas diantara variabel independen.

4.8.3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika varians residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka

disebut homoskedastisitas, jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara

mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola sebaran pada grafik

scatter plot. Menurut Ghozali (2005), jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka telah terjadi heteroskedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan memilih

(59)

4.9. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang dilakukan meliputi uji F (uji signifikansi simultan),

uji t (uji signifikansi parsial), dan koefisien determinasi (R2

4.9.1. Uji F (Uji Signifikan Simultan)

).

Uji F Simultan (Bersama-sama) tujuannya adalah untuk menilai

variabel-variabel independen yang secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

variabel dependen. Hipotesis

Ho : β = 0, maka Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Keadilan Prosedural

tidak berpengaruh secara simultan dan tidak signnifikan terhadap

Kinerja Pegawai.

diuji dengan menggunakan uji F (analisis regresi

berganda). Kriterianya sbb:

Ha : β ≠ 0, maka Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Keadilan Prosedural

berpengaruh secara simultan dan signnifikan terhadap Kinerja Pegawai.

P Value (sig) < 0,05 artinya H0

P Value (sig) > 0,05 artinya H

ditolak

0 diterima

4.9.2. Uji t (Uji Signifikan Parsial)

Uji t parsial (sendiri) untuk menilai variabel-variabel independen yang

secara sendiri (parsial) berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis

Ho : β = 0, maka Budaya Organisasi, Komitmen Organisasi, Keadilan Prosedural

tidak berpengaruh secara parsial terhadap Kinerja Pegawai.

diuji

Gambar

Tabel 2.1. Daftar Tinjauan Peneliti Terdahulu
Gambar 3.1.  Kerangka Konseptual
Tabel 4.1
Tabel 5.1. Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah berhasil menemukan model yang sesuai dengan masalah tersebut selanjutnya mencari dan menentukan algoritma untuk penyelesaiannya, dan algoritma yang digunakan adalah

Penulisan Ilmiah ini juga menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 sebagai interface dan membahas cara-cara pembuatan suatu aplikasi pengolah data dengan menggunakan

Berdasarkan hal tersebut diatas, aplikasi ini diharapkan dapat menciptakan pengolahan data yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan hotel. Selain itu pemanfaatan

Figure 4(b) shows that fractured morphology of ice husk-rice husk ash filled PET plastic drinking bottle waste hybrid composite with the addition of glycerol as

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode yanbu‟a dapat meningkatkan hasil belajar al- Qur‟an dan al -Hadits materi membaca surat al-Kafirun pada

Prinsip kerja dari sensor ini adalah sebagai berikut saat rangkaian sumber cahaya diberikan VCC 5 Volt dan menghasilkan cahaya, cahaya masuk pada photodioda tidak terhalangi maka

O 1 : Pretest (tes awal) dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal kosakata bahasa Jerman yang dimiliki siswa sebelum diberikan perlakukan dengan

[r]