• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Indikator Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Indikator Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

WAHYU SUGENG IMAM SOEPARNO

097018008/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA

(2)

ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara

Oleh

WAHYU SUGENG IMAM SOEPARNO

097018008/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA Nama Mahasiswa : Wahyu Sugeng Imam Soeparno

Nomor Pokok : 097018008

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing,

(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si) (Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Telah diuji pada Tanggal : 12 April 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, SE., M.Si

Anggota : 1. Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec

2. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si

3. Drs. Rujiman, MA

(5)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan tesis yang berjudul:

“Analisis Indikator Makro Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara”.

Adalah benar hasil kerja penulis sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, April 2011 Yang membuat pernyataan,

(6)

ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh indikator makro ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Di mana Produk Domestik Regional Bruto sebagai variabel terikat. Sedangkan total konsumsi masyarakat, total tabungan masyarakat, realisasi pengeluaran pemerintah, realisasi pendapatan asli daerah dan angkatan kerja sebagai variabel bebas di dalam penelitian ini.

Data yang digunakan adalah data sekunder tahunan selama kurun waktu 2002-2009. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Sedangkan teknik analisisnya akan menggunakan regresi data panel dengan metode Generalized Least Square (GLS) dan Fixed Effek Model (FEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konsumsi masyarakat, tabungan masyarakat, pendapatan asli daerah dan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Di mana variabel pendapatan asli daerah merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

(7)

ANALYZE MACRO’S ECONOMIC INDICATORS TO THE ECONOMIC

GROWTH BY REGENCY/CITY OF SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This research aim to analyze macro’s economic indicators for the economic growth by regency/city of Sumatera Utara. Where Gross Regional Domestic Product as dependent variable. Consumption, saving, goverment expenditures, region receipt acquired and employes as independent variables.

This research used data time series of year 2002-2010. Econometric’s model is used in this research, where the method used is panel data with General Least Square (GLS) and Fixed Effect Model (FEM).

The results show that consumption, saving, region receipt acquired and

employes positively effect the Gross Regional Domestic Product by regency/city and

significan. Where, region receipt acquired is dominan variable effect the Gross

Regional Domestic Product. Goverment expenditures is positively effect to the Gross

Regional Domestic Product by regency/city and insignificant.

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Selanjutnya tak lupa penulis mengucapkan salawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa risalah-Nya kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyelesaikan tesis ini guna untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Tesis ini berisikan hasil penelitian penulis yang berjudul “Analisis Indikator Makro Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”.

Penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam tesis ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki dalam penyajiannya. Oleh karena itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca yang nantinya dapat berguna untuk penyempurnaan tesis ini.

Segala usaha yang penulis lakukan dalam menyelesaikan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga terutama kepada Ayahanda H. Sugeng Imam Soeparno dan Ibunda Hj. Srie Aminah yang sangat penulis sayangi dan hormati yang telah membesarkan, mendidik, mendukung dan mendengarkan keluh-kesah penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Serta kepada istriku tercinta Fauziah, S.Pd dan anakku tersayang M. Rasya Attallah yang selalu memberikan semangat dan membuat hidup penulis semakin penuh warna.

Pada kesempatan ini penulis juga menyertakan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara (USU).

(9)

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE., M.Ec., selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai

Anggota Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada

penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., M.S., selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Murni Daulay, SE., M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

bersedia membimbing dan meluangkan waktu bagi penulis untuk memberikan

bimbingan dan arahan agar tesis ini menjadi lebih sempurna.

6. Bapak Almarhum Drs. Iskandar Syarief, MA., selaku Anggota Pembimbing yang

telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis di dalam penulisan

tesis ini. Semoga amal ibadah Bapak diterima oleh Allah SWT.

7. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si., Bapak Drs. Rujiman, MA, Bapak Drs. Rahmat Sumanjaya Hasibuan, M.Si., selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan kritik di dalam penyempurnaan tesis ini. 8. Bapak dan Ibu Dosen-dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Magiser Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

10.Seluruh rekan-rekan sejawat dan seperjuangan MEP Angkatan “Sweet

Seventeen”, Bang Nanang, Bang Darwinto, Bang Juara, Bang Hotlan, Pak

Zuhri, Cheaky Boe, Kak Nina, Nanda, Ellysa, Fitrie dan Endang. Guy’s, makasih ya buat semua bantuannya saat ujian, canda tawa, semangat dan kebersamaan bersama kalian takkan terlupakan.

11.Buat keluarga besarku, Mbak Wulan, Mbak Windie, Mas Pras, Bang Putreks, Bagas, Alief, Alm. Rizky, Fatih dan Galih serta mertuaku Budi Erwin dan Maysarah, terima kasih penulis ucapkan atas dukungan selama ini baik berupa moril maupun materil.

(10)

Akhir kata penulis mengucapkan semoga Allah SWT membalas segala bantuan yang telah diberikan dan semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2011 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Sugeng Imam Soeparno

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/5 Juni 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Jl. Prof. HM Yamin SH No. 572, Medan - 20233 No. Handphone : 085265235588

Email : ntos.wahyu@gmail.com

Nama Orang Tua Laki-laki : H. Sugeng Imam Soeparno Nama Orang Tua Perempuan : Hj. Srie Aminah

Nama Istri : Fauziah, S.Pd Nama Anak : M. Rasya Attallah

Riwayat Pendidikan Formal

2009 – 2011 S2 Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

2006 – 2009 S1 Ekonomi Pembangunan Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2003 – 2006 D3 Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

2000 – 2003 SMU Negeri 10 Medan 1997 – 2000 SLTP Negeri 12 Medan

(12)
(13)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

... 14

2.1. Pertumbuhan Ekonomi ... ... 14 2.2. Hubungan Konsumsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...

... 23 2.3. Hubungan Tabungan Masyarakat terhadap Pertumbuhan Ekonomi ....

... 24 2.4. Hubungan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi..

... 24 2.5. Hubungan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi .

... 25 2.6. Hubungan Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi ...

... 25 2.7. Penelitian Terdahulu ...

... 26 2.8. Kerangka Konseptual ...

... 27 2.9. Hipotesis ...

... 29

BAB III METODE PENELITIAN ...

... 31

(14)

3.5. Definisi Operasional ... ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

... 42

4.1. Gambaran Umum Variabel-variabel Penelitian ... ... 42

4.1.1. Produk Domestik Regional Bruto ... ... 42 4.1.2. Konsumsi Masyarakat ... ... 45 4.1.3. Tabungan Masyarakat ... ... 47 4.1.4. Pengeluaran Pemerintah ... ... 51 4.1.5. Pendapatan Asli Daerah ... ... 54 4.1.6. Angkatan Kerja ... ... 57 4.2. Analisis dan Pembahasan ... ... 59

4.2.1. Pengujian Chow ... ... 60 4.2.2. Pengujian Hausman ... ... 60 4.2.3. Hasil Estimasi ... ... 61 4.2.4. Interpretasi Model ... ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

(15)

5.1. Kesimpulan ... ... 70 5.2. Saran ... ... 72

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perbandingan Konsumsi Masyarakat dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009

(Milyar Rupiah) ... 3

1.2 Perbandingan Tabungan Masyarakat dengan PDRB Harga Konstan

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar

Rupiah)... 5

1.3 Perbandingan Pengeluaran Pemerintah dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009

(Milyar Rupiah) ... 7

1.4 Perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009

(Milyar Rupiah) ... 8 1.5 Perbandingan Angkatan Kerja dengan PDRB Harga Konstan

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Jiwa-Milyar

Rupiah) ... 10 4.1 Perkembangan PDRB AHK 2000 Kabupaten/Kota Sumatera

Utara Periode 2002-2009 (Milyar Rupiah) ... 43 4.2 Perkembangan Konsumsi Masyarakat Kabupaten/Kota Sumatera

Utara Periode 2002-2009 (Milyar Rupiah) ... 46 4.3 Perkembangan Tabungan Masyarakat Kabupaten/Kota Sumatera

Utara Periode 2002-2009 (Milyar Rupiah) ... 48 4.4 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota

Sumatera Utara Periode 2002-2009 (Milyar Rupiah) ... 52 4.5 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota

(17)

4.6 Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten/Kota Sumatera Utara

Periode 2002-2009 (Jiwa) ... 58

4.7 Hasil Uji Chow ... 60

4.8 Hasil Uji Hausman ... 61

(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Analisis Indikator Makro terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ... 29 4.1 Perkembangan Rata-rata PDRB Harga Konstan 2000

Kabupaten/Kota Sumatera Utara ... 44 4.2 Perkembangan Rata-rata Konsumsi Masyarakat Kabupaten/

Kota Sumatera Utara ... 47 4.3 Perkembangan Rata-rata Tabungan Masyarakat Kabupaten/

Kota Sumatera Utara ... 50 4.4 Perkembangan Rata-rata Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/

Kota Sumatera Utara ... 53 4.5 Perkembangan Rata-rata Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/

Kota Sumatera Utara ... 56 4.6 Perkembangan Rata-rata Angkatan Kerja Kabupaten/Kota

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan Tahun 2000 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode

2002-2009 ... 76

2. Data Total Konsumsi Masyarakat 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2002-2009 ... 77

3. Data Total Tabungan Masyarakat 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2002-2009 ... 78

4. Data Realisasi Pengeluaran Pemerintah 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2002-2009 ... 79

5. Data Realisasi Pendapatan Asli Daerah 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2002-2009 ... 80

6. Data Angkatan Kerja 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Periode 2002-2009 ... 81

7. Hasil Estimasi dengan Model PLS ... 82

8. Hasil Estimasi dengan Model FEM ... 83

9. Hasil Pengujian Chow ... 84

10. Hasil Estimasi dengan Model REM ... 85

11. Hasil Pengujian Hausman ... 86

(20)

ANALISIS INDIKATOR MAKRO EKONOMI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh indikator makro ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Di mana Produk Domestik Regional Bruto sebagai variabel terikat. Sedangkan total konsumsi masyarakat, total tabungan masyarakat, realisasi pengeluaran pemerintah, realisasi pendapatan asli daerah dan angkatan kerja sebagai variabel bebas di dalam penelitian ini.

Data yang digunakan adalah data sekunder tahunan selama kurun waktu 2002-2009. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model ekonometrik. Sedangkan teknik analisisnya akan menggunakan regresi data panel dengan metode Generalized Least Square (GLS) dan Fixed Effek Model (FEM).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel konsumsi masyarakat, tabungan masyarakat, pendapatan asli daerah dan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Di mana variabel pendapatan asli daerah merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

(21)

ANALYZE MACRO’S ECONOMIC INDICATORS TO THE ECONOMIC

GROWTH BY REGENCY/CITY OF SUMATERA UTARA

ABSTRACT

This research aim to analyze macro’s economic indicators for the economic growth by regency/city of Sumatera Utara. Where Gross Regional Domestic Product as dependent variable. Consumption, saving, goverment expenditures, region receipt acquired and employes as independent variables.

This research used data time series of year 2002-2010. Econometric’s model is used in this research, where the method used is panel data with General Least Square (GLS) and Fixed Effect Model (FEM).

The results show that consumption, saving, region receipt acquired and

employes positively effect the Gross Regional Domestic Product by regency/city and

significan. Where, region receipt acquired is dominan variable effect the Gross

Regional Domestic Product. Goverment expenditures is positively effect to the Gross

Regional Domestic Product by regency/city and insignificant.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik pemerintah, masyarakat dan pihak swasta untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi dilakukan sebagai langkah untuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasil outputnya sehingga menciptakan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan di suatu daerah tertentu. Walaupun indikator ini lebih menekankan kepada sisi output agregatnya, tetapi pertumbuhan ekonomi bisa mencerminkan perubahan keadaan dan struktur perekonomian yang terjadi pada suatu daerah pada periode waktu tertentu telah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum.

(23)

dan pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Konsekuensi logis dari hal tersebut adalah berdampak terhadap kemajuan perekonomian daerah yang pada akhirnya terciptanya peningkatan pembangunan daerah.

Berdasarkan konsep perekonomian terbuka, di mana pertumbuhan ekonomi merupakan agregat dari konsumsi sektor rumah tangga, investasi sektor swasta,

pengeluaran sektor pemerintah dan perdagangan luar negeri sektor ekspor-impor (Y = C + I + G + NX). Konsep yang dikembangkan oleh Keynes dan Harold Domar

inilah yang menjadi landasan penulis untuk mengembangkan dan meneliti pengaruh indikator-indikator ekonomi makro tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Di dalam penelitian tesis ini untuk bisa membedakan dengan penelitian-penelitian lainnya dan menghindari plagiatisme, maka penulis menggunakan variabel tabungan masyarakat untuk menggantikan variabel investasi masyarakat. Kemudian ditambah dengan variabel konsumsi masyarakat yang merupakan indikator paling dominan di dalam perhitungan agregat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

(24)

menyebutkan bahwa konsumsi dalam negeri menyumbangkan 60 – 70 % terhadap agregat output suatu negara.

Di bawah ini disajikan data perbandingan konsumsi masyarakat dengan PDRB atas harga konstan untuk 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara selama periode 2007-2009.

Tabel 1.1. Perbandingan Konsumsi Masyarakat dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)

Konsumsi PDRB AHK 2000

No Kabupaten/Kota

2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 Nias 1144,95 1724,25 1594,07 1738,56 1855,08 468,23 2 Mandailing Natal 1164,08 1959,10 1990,60 1685,69 1795,31 1909,23 3 Tapanuli Selatan 1801,28 1230,10 1187,44 2854,60 1631,79 1697,91 4 Tapanuli Tengah 915,02 1516,96 1530,16 1000,47 1058,12 1122,91 5 Tapanuli Utara 812,72 1385,29 1381,65 1377,74 1456,88 1529,40 6 Toba Samosir 635,27 1089,33 992,59 1501,68 1585,79 1669,36 7 Labuhan Batu 3680,11 5934,26 2270,78 7879,42 8339,47 3101,70 8 Asahan 2187,32 3475,27 3889,24 4670,90 4896,03 5134,42 9 Simalungun 2655,32 4265,17 4256,49 4823,35 5047,12 5285,27 10 Dairi 797,06 1348,29 1381,63 1789,80 1872,02 1952,59 11 Karo 1491,15 2345,83 2402,47 2869,74 3019,39 3175,60 12 Deli Serdang 4193,81 11231,07 11142,18 12264,03 12977,94 13698,06 13 Langkat 3727,70 5688,36 4997,61 6178,02 6491,75 6817,32 14 Sibolga 351,75 660,51 598,18 623,78 660,27 697,92 15 Tanjung Balai 559,14 1058,92 942,91 1229,07 1278,15 1331,00 16 Pematang Siantar 1071,38 1871,88 1824,71 1729,27 1828,21 1926,30 17 Tebing Tinggi 572,45 941,05 837,13 978,41 1037,46 1099,24 18 Medan 12201,91 17449,10 19153,41 29352,92 31334,34 33430,69 19 Binjai 949,32 1666,71 1628,27 1705,07 1796,24 1902,99 Sumber: Data diolah

(25)

tahun, kecuali Kabupaten Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu yang konsumsi masyarakatnya mengalami penurunan. Di mana dari tahun ke tahun konsumsi masyarakat Kabupaten/Kota yang terbesar terdapat di Kota Medan dan yang terendah pada Kota Sibolga. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan konsumsi masyarakat yang sangat signifikan pada 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara, kecuali Kabupaten Tapanuli Selatan yang mengalami penurunan tingkat konsumsi masyarakatnya. Kemudian, PDRB atas harga konstan tahun 2000 untuk 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara rata-rata mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, kecuali Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu.

Di mana penurunan tingkat konsumsi masyarakat pada Kabupaten Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu memiliki implikasi terhadap penurunan PDRB atas harga konstan Kabupaten tersebut. Namun, terdapat sebuah fenomena unik di mana Kabupaten Labuhan Batu yang tetap mengalami pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakatnya tetapi mengalami penurunan untuk jumlah PDRB atas harga konstan.

Samuelson dan Nordhous (1996) menyebutkan bahwa perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang menerapkan mekanisme pasar. Artinya bahwa jalannya perekonomian sepenuhnya menjadi wewenang pasar karena hanya mekanisme pasar yang mampu mengalokasikan sumber daya secara efisien. Sehingga diperlukan suatu modal pembangunan yang berasal dari masyarakat untuk menggerakkan roda perekonomian dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

(26)

Tabel 1.2. Perbandingan Tabungan Masyarakat dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)

Tabungan PDRB AHK 2000

No Kabupaten/Kota

2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 Nias 994,09 1112,51 1271,65 1738,56 1855,08 468,23 2 Mandailing Natal 934,12 995,84 1055,99 1685,69 1795,31 1909,23 3 Tapanuli Selatan 146,97 171,22 319,13 2854,60 1631,79 1697,91 4 Tapanuli Tengah 86,77 45,73 10,74 1000,47 1058,12 1122,91 5 Tapanuli Utara 510,42 482,29 567,75 1377,74 1456,88 1529,40 6 Toba Samosir 608,59 712,85 711,15 1501,68 1585,79 1669,36 7 Labuhan Batu 822,73 1706,15 1970,28 7879,42 8339,47 3101,70 8 Asahan 1480,58 1251,73 2333,85 4670,90 4896,03 5134,42 9 Simalungun 281,35 234,57 143,58 4823,35 5047,12 5285,27 10 Dairi 398,13 408,85 427,29 1789,80 1872,02 1952,59 11 Karo 722,39 938,22 1014,66 2869,74 3019,39 3175,60 12 Deli Serdang 2132,75 2212,73 2527,66 12264,03 12977,94 13698,06 13 Langkat 721,69 566,42 567,21 6178,02 6491,75 6817,32 14 Sibolga 668,35 762,73 848,07 623,78 660,27 697,92 15 Tanjung Balai 1067,88 1301,00 1401,43 1229,07 1278,15 1331,00 16 Pematang Siantar 2650,60 3147,64 3521,86 1729,27 1828,21 1926,30 17 Tebing Tinggi 1597,78 1537,44 1512,86 978,41 1037,46 1099,24 18 Medan 51218,25 63071,81 70292,53 29352,92 31334,34 33430,69 19 Binjai 1156,78 1437,59 1788,17 1705,07 1796,24 1902,99 Sumber: Data diolah

(27)

Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu. Di mana tabungan berdasarkan teori Harrord-Dommar memiliki karakteristik yang sama dengan investasi, namun berdasarkan data yang tersaji tidak mencerminkan implikasi dari teori tersebut. Hal ini merupakan suatu fenomena yang unik antara jumlah tabungan masyarakat dengan jumlah PDRB atas harga konstan tahun 2000 pada 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara.

Dari Tabel 1.3 di bawah dapat terlihat bahwa peranan pemerintah melalui realisasi pengeluaran pemerintah memiliki sumbangsing yang tidak sedikit terhadap pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh PDRB atas harga konstan 2000. Di mana terdapat trend yang positif terhadap realisasi pengeluaraan pemerintah di 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara, kecuali Kabupaten Tapanuli Selatan, Labuhan Batu dan Asahan yang mengalami trend penurunan.

Di mana dari tahun ke tahun realisasi pengeluaran pemerintah Kabupaten/Kota yang terbesar terdapat di Kota Medan dan yang terendah pada Kota Sibolga. Kemudian, PDRB atas harga konstan tahun 2000 untuk 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara rata-rata mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, kecuali Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu. Di mana pemerintah melalui kebijakan fiskalnya mampu untuk mengendalikan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya.

(28)

Sumatera Utara. Di bawah ini disajikan data perbandingan pengeluaran pemerintah dengan PDRB atas harga konstan untuk 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara selama periode 2007-2009.

Tabel 1.3. Perbandingan Pengeluaran Pemerintah dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)

Pengeluaran Pemerintah PDRB AHK 2000

No Kabupaten/Kota

2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 Nias 493,70 606,90 630,25 1738,56 1855,08 468,23 2 Mandailing Natal 493,90 553,40 574,66 1685,69 1795,31 1909,23 3 Tapanuli Selatan 665,00 870,00 529,96 2854,60 1631,79 1697,91 4 Tapanuli Tengah 373,00 436,60 467,12 1000,47 1058,12 1122,91 5 Tapanuli Utara 434,50 498,90 547,35 1377,74 1456,88 1529,40 6 Toba Samosir 339,20 436,60 490,24 1501,68 1585,79 1669,36 7 Labuhan Batu 782,60 950,40 572,87 7879,42 8339,47 3101,70 8 Asahan 710,90 654,10 648,83 4670,90 4896,03 5134,42 9 Simalungun 739,30 911,30 937,19 4823,35 5047,12 5285,27 10 Dairi 370,40 478,00 439,82 1789,80 1872,02 1952,59 11 Karo 544,10 577,30 655,11 2869,74 3019,39 3175,60 12 Deli Serdang 994,20 1179,00 1318,99 12264,03 12977,94 13698,06 13 Langkat 786,40 840,10 938,84 6178,02 6491,75 6817,32 14 Sibolga 250,60 332,80 324,94 623,78 660,27 697,92 15 Tanjung Balai 251,40 379,00 380,37 1229,07 1278,15 1331,00 16 Pematang Siantar 381,70 463,70 487,20 1729,27 1828,21 1926,30 17 Tebing Tinggi 282,50 358,80 362,54 978,41 1037,46 1099,24 18 Medan 1751,80 1872,90 2138,44 29352,92 31334,34 33430,69 19 Binjai 355,80 395,00 407,49 1705,07 1796,24 1902,99 Sumber: Data diolah

Todaro (2000) menyebutkan bahwa sektor publik (pemerintah) harus diakui

dan dipercaya untuk memikul peranan yang lebih besar dan yang lebih menentukan di dalam upaya pengelolaan perekonomian nasional/daerah. Pemerintah Daerah

(29)

kebijakan pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik potensi daerah itu sendiri, tentunya tuntutan pengenalan potensi daerah dapat dijadikan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi pembangunan daerahnya.

Di bawah ini disajikan data perbandingan pendapatan asli daerah dengan PDRB atas harga konstan untuk 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara selama periode 2007-2009.

Tabel 1.4. Perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)

Pendapatan Asli Daerah PDRB AHK 2000

No Kabupaten/Kota

2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 Nias 21,84 18,32 20,18 1738,56 1855,08 468,23 2 Mandailing Natal 11,31 13,21 10,68 1685,69 1795,31 1909,23 3 Tapanuli Selatan 21,75 13,70 31,00 2854,60 1631,79 1697,91 4 Tapanuli Tengah 10,54 10,39 15,00 1000,47 1058,12 1122,91 5 Tapanuli Utara 9,72 6,79 7,81 1377,74 1456,88 1529,40 6 Toba Samosir 7,27 8,84 14,01 1501,68 1585,79 1669,36 7 Labuhan Batu 36,77 46,57 38,40 7879,42 8339,47 3101,70 8 Asahan 31,03 18,92 20,00 4670,90 4896,03 5134,42 9 Simalungun 31,56 34,54 39,11 4823,35 5047,12 5285,27 10 Dairi 8,79 7,21 9,13 1789,80 1872,02 1952,59 11 Karo 18,19 18,49 24,29 2869,74 3019,39 3175,60 12 Deli Serdang 76,70 86,80 102,74 12264,03 12977,94 13698,06 13 Langkat 32,12 23,29 31,61 6178,02 6491,75 6817,32 14 Sibolga 8,52 10,17 11,52 623,78 660,27 697,92 15 Tanjung Balai 11,70 11,80 15,42 1229,07 1278,15 1331,00 16 Pematang Siantar 18,79 23,59 23,59 1729,27 1828,21 1926,30

Pendapatan Asli Daerah PDRB AHK 2000

No

Kabupaten/Kota

2007 2008 2009 2007 2008 2009

17 Tebing Tinggi 15,26 14,00 15,12 978,41 1037,46 1099,24 18 Medan 324,26 344,50 365,98 29352,92 31334,34 33430,69 19 Binjai 10,31 13,61 16,16 1705,07 1796,24 1902,99 Sumber: Data diolah

 

(30)

Dari Tabel 1.4 di atas dapat terlihat bahwa kemampuan pemerintah daerah 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara terhadap realisasi pendapatan asli daerahnya masih cukup rendah dan mengalami fluktuuasi dari tahun ke tahun. Di mana dari tahun ke tahun realisasi pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota yang terbesar terdapat di Kota Medan dan yang terendah pada Kota Sibolga kecuali tahun 2007 pada Kabupaten Toba Samosir. Kemudian, PDRB atas harga konstan tahun 2000 untuk 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara rata-rata mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, kecuali Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu.

Berdasarkan data yang tersaji tidak semua Pemerintah Daerah mampu mengkonversikan peningkatan pendapatan asli daerahnya yang tinggi untuk dapat meningkatkan jumlah PDRB atas harga konstan tahun 2000 sehingga pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan perkiraan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang unik antara realisasi pendapatan asli daerah dengan jumlah PDRB atas harga konstan tahun 2000 pada 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara.

Nopirin (1999) di dalam sistem pasar persaingan sempurna seperti yang digambarkan Adam Smith dengan kekuatan invisible hand, maka alokasi sumber daya akan dijamin efisien tanpa campur tangan pemerintah. Namun dalam hal-hal tertentu menunjukkan bahwa mekanisme pasar memiliki kelemahan yaitu gagal mencapai alokasi yang efisien di mana hal ini disebabkan antara lain eksternalitas, monopoli dan barang publik.

(31)

Tabel 1.5. Perbandingan Angkatan Kerja dengan PDRB Harga Konstan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Jiwa-Milyar Rupiah)

Angkatan Kerja PDRB AHK 2000

No Kabupaten/Kota

2007 2008 2009 2007 2008 2009

1 Nias 184217 180167 201823 1738,56 1855,08 468,23 2 Mandailing Natal 166241 171698 189530 1685,69 1795,31 1909,23 3 Tapanuli Selatan 270466 285647 314681 2854,60 1631,79 1697,91 4 Tapanuli Tengah 112068 119687 133253 1000,47 1058,12 1122,91 5 Tapanuli Utara 120657 126189 133960 1377,74 1456,88 1529,40 6 Toba Samosir 70266 78298 88852 1501,68 1585,79 1669,36 7 Labuhan Batu 361071 379681 419578 7879,42 8339,47 3101,70 8 Asahan 255343 260018 265193 4670,90 4896,03 5134,42 9 Simalungun 331376 356149 372193 4823,35 5047,12 5285,27 10 Dairi 135385 143325 154376 1789,80 1872,02 1952,59 11 Karo 165489 179001 198939 2869,74 3019,39 3175,60 12 Deli Serdang 750232 791805 820978 12264,03 12977,94 13698,06 13 Langkat 405270 420198 437188 6178,02 6491,75 6817,32 14 Sibolga 31584 33135 35167 623,78 660,27 697,92 15 Tanjung Balai 53481 56490 61182 1229,07 1278,15 1331,00 16 Pematang Siantar 88251 92662 103737 1729,27 1828,21 1926,30 17 Tebing Tinggi 45230 48159 52865 978,41 1037,46 1099,24 18 Medan 729892 794347 824250 29352,92 31334,34 33430,69 19 Binjai 96707 101212 109046 1705,07 1796,24 1902,99 Sumber: Data diolah

 

Dari Tabel 1.5 di atas dapat terlihat bahwa peranan sektor swasta melalui jumlah angkatan kerja yang merupakan salah satu faktor input yang sangat penting dalam suatu proses produksi yang pada akhirnya akan memberikan sumbangsih yang tidak sedikit terhadap PDRB suatu daerah. Di mana terdapat trend yang positif terhadap ketersediaan angkatan kerja di 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara. Di mana

(32)

pada Kota Sibolga. Kemudian, PDRB atas harga konstan tahun 2000 untuk 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara rata-rata mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, kecuali Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu. Berdasarkan data yang tersaji tidak selamanya ketersediaan angkatan kerja mampu meningkatkan agregat output suatu wilayah. Hal ini merupakan suatu fenomena yang unik antara realisasi pengeluaran pemerintah dengan jumlah PDRB atas harga konstan tahun 2000 pada 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara.

Banyak pihak yang cukup intens memperhatikan fenomena-fenomena unik yang terjadi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada saat dunia mengalami krisis global yang menyebabkan berbagai negara tidak mengalami pertumbuhan ekonomi dan tidak sedikit yang mengalami resesi ekonomi. Hal ini sangat ditopang oleh tingkat konsumsi dalam negeri yang sangat tinggi di tambah dengan kegiatan ekspor dan impor yang tidak terlalu besar. Secara nasional, Provinsi Sumatera Utara merupakan kekuatan ekonomi terbesar dibandingkan provinsi-provinsi lainnya di luar provinsi-provinsi di pulau Jawa. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu analisis yang mendalam mengenai kondisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara regional di seluruh kabupaten/kota yang ada pada Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam tesis yang berjudul “Analisis Indikator Makro terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara”.

(33)

Adapun rumusan permasalahan yang dihasilkan berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh konsumsi masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi?

2. Bagaimana pengaruh tabungan masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi?

3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi?

4. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi?

5. Bagaimana pengaruh angkatan kerja Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

indikator makro ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tahun 2002-2009 dengan menggunakan data panel.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh konsumsi masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi.

(34)

3. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi.

4. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi.

5. Untuk menganalisis pengaruh angkatan kerja Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menambah wawasan dan pemantapan teori dan ilmu yang penulis peroleh selama kuliah di Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber referensi bagi pembaca maupun peneliti lainnya yang berminat dengan pembahasan yang sama dimasa mendatang.

3. Sebagai bahan masukan untuk para pengambil kebijakan makro dan publik baik di daerah maupun pusat.

 

 

 

 

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan ekonomi sudah banyak dirumuskan dengan sudut pandang yang berbeda oleh para ekonom. Boediono (1999) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan di sini adalah pada proses karena mengandung unsur perubahan dan indikator pertumbuhan ekonomi dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama.

Menurut Suryana (2000), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya. Samuelson (1995) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari Gross

Domestic Product potensial/output dari suatu negara. Ada 4 faktor yang

menyebabkan pertumbuhan ekonomi: 1. Sumber daya manusia.

(36)

keterampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui angkatan kerja terampil yang terdidik.

2. Sumber daya alam.

Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak, gas, hutan, air dan bahan-bahan mineral lainnya.

3. Pembentukan modal.

Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhklan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.

4. Perubahan teknologi dan inovasi.

Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat kewiraswastaan. Perokonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, mengadapi berbagai hambatan usaha, hingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju

2.1.1. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi

(37)

Alfred Marshall) dan modern yang dianut oleh Rostow, Harrod-Domar, Kutznet dan teori ketergantungan.

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Adam Smith dalam bukunya “An Inquiry Into the Nature and Causes of

the Wealth of Nations”, mengemukakan faktor-faktor yang menimbulkan

pembangunan ekonomi. Menurut pandangan Adam Smith, kebijaksanaan

Laissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan

ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat.

Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan ekonomi, karena spesialisasi akan mendorong produktivitas tenaga kerja dan mendorong tingkat perkembangan teknologi. Mengenai corak dan proses pertumbuhan ekonomi, Adam Smith mengemukakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif.

(38)

Menurut David Ricardo, pertumbuhan ekonomi merupakan proses tarik-menarik antara Law of Deminishing Return dengan kemajuan teknologi. Sedangkan menurut Thomas Robert Malthus, dalam pembangunan ekonomi diperlukan pembangunan berimbang antar sektor pertanian dan industri serta perlunya menaikkan permintaan efektif. Dalam analisis selanjutnya, John Stuart Mill mengemukakan bahwa dalam pembangunan ekonomi diperlukan tabungan, tingkat laba, kemajuan teknologi, distribusi yang adil, perluasan perdagangan luar negeri, dan perubahan kelembagaan.

2. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik. Ekonom yang menjadi perintis pengembangan teori ini adalah Robert Solow dan Trevor Swan yang memunculkan teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.

(39)

Cobb dan Paul Douglas yang dikenal dengan fungsi produksi Cobb-Douglas yang bisa dituliskan dengan cara berikut:

Qt = Tta Kt Ltb ... ……. (2.1) Di mana:

Qt : Tingkat produksi pada tahun t Tt : Tingkat teknologi pada tahun t

Kt : Jumlah stok barang modal pada tahun t Lt : Jumlah tenaga kerja pada tahun t

a : Pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal b : Pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga

kerja

Nilai Tt, a dan b bisa diestimasi secara empiris. Tetapi pada umumnya nilai a dan b ditentukan saja besarannya dengan menganggap bahwa a + b = 1, yang berarti bahwa a dan b nilainya adalah sama dengan produksi batas dari masing-masing faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output.

(40)

entrepreneur, yaitu orang yang memiliki inisiatif untuk perkembangan produk nasional.

Tokoh Neo-Klasik lainnya adalah Alfred Marshall, menyatakan bahwa dengan tidak mengurangi pentingnya penemuan-penemuan, baik investasi maupun penggunaan teknik baru merupakan proses yang gradual dan terus-menerus, serta merupakan suatu mata rantai atau rentetan dari penemuan-penemuan lain.

3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

a. Teori Pertumbuhan Rostow

Menurut Rostow, pembangunan ekonomi adalah suatu transformasi masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, melalui tahapan:

1. Masyarakat tradisional, yaitu suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas yang didasarkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan dan sikap yang masih primitif, dan berfikir irasional.

2. Prasyarat lepas landas, adalah suatu masa transisi di mana suatu masyarakat mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth).

(41)

4. Tahap kematangan, adalah suatu masa di mana suatu masyarakat secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.

5. Masyarakat berkonsumsi tinggi, adalah suatu masyarakat di mana perhatiannya lebih menekankan pada masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi.

b. Teori Pertumbuhan Kuznet

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan yang ada. Masing-masing dari ketiga komponen pokok, yaitu:

1. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) di suatu negara yang bersangkutan.

(42)

(jadi, disamping perkembangan atau kemajuan teknologi, masih dibutuhkan faktor-faktor lain).

3. Guna mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam teknologi baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi. Inovasi di bidang teknologi tanpa dibarengi inovasi sosial berarti potensi ada, akan tetapi tanpa input komplementernya maka hal itu tidak bisa membuahkan hasil apapun.

c. Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

Harrod-Domar adalah ahli ekonomi yang mengembangkan analisis Keynes yang menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu menurutnya setiap usaha ekonomi harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Menurut Harrod-Domar, ada hubungan ekonomi yang langsung antar besarnya stok modal dan jumlah produksi nasional.

Adapun model pertumbuhan ekonomi yang bisa ditunjukkan berdasarkan teori Harrrod Domar adalah sebagai berikut:

1. Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karenanya nilai mempunyai persamaan yang sederhana:

S = s . Y ……… (2.2) 2. Investasi didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan

dengan ∆K, maka:

(43)

Tetapi karena stok modal (∆K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka:

K/Y = k atau ∆K/∆Y = k atau K = k . Y ... ……. (2.4) 3. Akhirnya karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (I),

maka:

S = I ... ……. (2.5) Akhirnya kita akan mendapatkan :

∆Y/Y = s/k ... ……. (2.6)

d. Teori Ketergantungan

Teori ketergantungan ini pertama kali dikembangkan di Amerika Latin pada tahun 1960-an. Menurut para pengikut teori ini, keterbelakangan

(underdevelopment) negara-negara Amerika Latin terjadi pada saat

masyarakat prakapitalis tersebut tergabung ke dalam sistem ekonomi dunia kapitalis. Dengan demikian masyarakat tersebut kehilangan otonominya dan menjadi daerah pinggiran dari daerah-daerah metropolitan yang kapitalis. Dalam teori ketergantungan ini ada dua aliran yaitu aliran Marxis-Neo Marxis dan aliran Non-Marxis.

(44)

karena itu, menurut teori ini, pembangunan ekonomi untuk daerah pinggiran adalah dengan cara melakukan revolusi.

Sedangkan aliran kedua melihat masalah ketergantungan dari perspektif nasional atau regional. Di mana aliran ini dengan tegas membedakan keadaan di dalam negeri dan luar negeri. Menurut aliran ini, struktur dan kondisi internal dilihat sebagai faktor yang berasal dari sistem itu sendiri walaupun tetap dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sehingga yang perlu ditekankan untuk melakukan pertumbuhan ekonomi adalah melakukan pembaharuan yang diperlukan secara internal untuk menentukan sikap terhadap faktor eksternal.

2.2. Hubungan Konsumsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi merupakan indikator utama perhitungan terhadap agregat output

yang dihasilkan suatu negara. Di mana konsumsi merupakan penyumbang terbesar di dalam perhitungan pendapatan nasional bagi suatu negara atau daerah. Konsumsi

(45)

2.3. Hubungan Tabungan Masyarakat terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Tabungan berdasarkan persamaan suntikan dan bocoran adalah sama dengan investasi. Di mana investasi merupakan salah satu elemen penting di dalam perhitungan pendapatan suatu negara atau daerah yang memiliki hubungan yang bersifat positif. Dengan kata lain, tabungan masyarakat yang berupa simpanan dana pihak ketiga jika digunakan untuk berbagai kegiatan ekonomi akan sama fungsinya dengan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Di mana peningkatan tabungan masyarakat akan disalurkan perbankan dan dipergunakan oleh pihak lain terutama pengusaha maupun masyarakat itu sendiri sebagai bentuk investasi baik jangka pendek maupun panjang yang pada akhirnya akan menambah output wilayah tersebut sehingga akan meningkatkan pendapatan wilayah itu dan menciptakan pertumbuhan ekonomi.

2.4. Hubungan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(46)

peningkatan jangkauan dan mutu pelayanan. Secara agregat, peningkatan pengeluaran pemerintah akan ikut menambah pendapatan nasional sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

2.5. Hubungan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan asli daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan milik pemda dan pendapatan daerah lainnya. Pendapatan asli daerah

yang terbesar dikumpulkan melalui penerimaan berbagai pajak dan retribusi daerah. Di mana pajak dan retribusi akan mengurangi kemampuan daya beli masyarakat yang

mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional yang berdampak terhadap rendahnya pertumbuhan ekonomi. Namun, jika pemerintah daerah mampu mengelola pendapatan asli daerah tersebut untuk dapat sepenuhnya digunakan sebagai penggerak roda perekonomian maka akan dapat meningkatkan pendapatan nasional yang pada akhirnya akan berdampak peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

2.6. Hubungan Angkatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi

(47)

terhadap pertumbuhan ekonomi. Di mana peningkatan angkatan kerja akan menambah input produksi sehingga produktivitas agregat akan ikut bertambah yang pada akhirnya akan berdampak terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.

2.7. Penelitian Terdahulu

1. Imron Rosyadi (2000), melakukan kajian terhadap hubungan antara Pengeluaran Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi selama periode 1979-1998. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi yang diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan menerapkan model kausalitas koreksi kesalahan (ECM). Analisis dilakukan terhadap data sekunder berupa PDRB Kota Jambi berdasarkan harga konstan (tanpa migas) dan Pengeluaran Pembangunan Kota Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian terdapat pola hubungan satu arah antara pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pembangunan. Dalam jangka pendek pengeluaran pembangunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka panjang pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(48)

swasta memegang peranan yang sangat dominan di Provinsi Bali, terlihat dari signifikansinya melebihi investasi pemerintah. Hal ini menunjukkan dalam suatu perekonomian diharapkan peranan pemerintah semakin berkurang, hanya sebagai fasilitator dan peranan masyarakat swasta semakin meningkat. 3. Sri Palupi (2002), menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah daerah

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (studi kasus di Kabupaten Purwerejo). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pengeluaran pemerintah secara umum ternyata disebabkan oleh pertumbuhan pada pengeluaran rutin pemerintah yang menunjukkan hasil yang positif dan meyakinkan. Hipotesis yang diajukan pada awal penelitian telah terbukti nyata secara statistik, yaitu variabel investasi swasta, pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

4. Jamzani Sodik (2007), menganalisis pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan

ekonomi regional (studi kasus data panel di Indonesia). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi regional periode 1993-2003 dipengaruhi oleh investasi pemerintah, konsumsi pemerintah, angkatan kerja dan tingkat keterbukaan ekonomi regional. Sedangkan investasi swasta tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

2.8. Kerangka Konseptual

(49)

terhadap produk domestik bruto suatu wilayah. Adapun produk domestik bruto diperoleh melalui penjumlahan agregat seluruh sektor-sektor yang mempengaruhinya sesuai dengan persamaan ekonomi terbuka yang dikembangkan oleh Keynes dan Harold Domar (Y = C + I + G + NX). Di masa otonomi daerah peranan pemerintah daerah di dalam peningkatan pendapatan wilayahnya ditunjukkan oleh kemampuan menyerap berbagai pendapatan asli daerah tersebut.

Konsumsi merupakan elemen utama di dalam perhitungan pendapatan nasional, di mana peningkatan agregat konsumsi masyarakat akan ikut menambah pendapatan nasional yang akan berdampak langsung terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi negara atau wilayah tersebut. Simpanan masyarakat yang berupa tabungan, deposito maupun giro jika digunakan untuk berbagai kegiatan ekonomi akan sama fungsinya sebagai investasi yang menyebabkan bertambahnya

output wilayah tersebut sehingga akan meningkatkan pendapatan wilayah itu dan

menciptakan pertumbuhan ekonomi.

(50)

meningkatnya angkatan kerja diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas produksi yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dari gambar kerangka konseptual di bawah dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara akan menjadi variabel terikat di mana konsumsi masyarakat, simpanan masyarakat, pengeluaran pemerintah, pendapatan

asli daerah dan inflasi yang merupakan variabel bebas diperoleh per Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Analisis Indikator Makro terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

2.9. Hipotesis

1. Konsumsi masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ceteris paribus.

2. Simpanan masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ceteris paribus.

3. Pengeluaran pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ceteris paribus.

Konsumsi Masyarakat Simpanan Masyarakat

Pertumbuhan Ekonomi Pengeluaran Pemerintah

(51)

4. Pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ceteris paribus.

5. Angkatan kerja Kabupaten/Kota di Sumatera Utara berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ceteris paribus.

 

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memfokuskan mengenai pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Di mana variabel bebasnya adalah konsumsi masyarakat, tabungan masyarakat, pengeluaran pemerintah, pendapatan asli daerah dan angkatan kerja. Sedangkan PDRB atas harga konstan tahun 2000 sebagai variabel terikatnya. Penulis melakukan penelitian terhadap 19 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, untuk menggambarkan pengaruh indikator makro terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara. Pemilihan 19 Kabupaten/Kota tersebut berdasarkan pertimbangan ketersediaan data, tahun penelitian dan juga adanya wilayah pemekaran.

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan adalah data sekunder dengan jenis data panel tahunan selama kurun waktu 2002-2009 dengan 19 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara yang bersumber dari BPS, Bank Indonesia dan data pendukung lainnya yang diperoleh dari jurnal, buku dan penelitian sebelumnya.

3.3. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer Eviews 6 dalam mengolah dan menganalisis data penelitian di dalam tesis ini.

(53)

Model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh indikator makro terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara adalah dengan menggunakan model ekonometrika. Sedangkan teknik analisisnya akan menggunakan regresi data panel.

Adapun model persamaannya difungsikan sebagai berikut:

Y = f (Konsumsi, Tabungan, Pemerintah, PAD, Angkatan Kerja) ………(3.1)

3.4.1. Analisis Data Panel

Untuk melihat besarnya pengaruh indikator makro terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara selama kurun waktu 2002-2009, maka analisis yang digunakan adalah analisis Data Panel. Dalam penelitian dengan data panel ini, model analisisnya yaitu:

Yit = ȕ0 + ȕ1Kit + ȕ2Sit + ȕ3Git + ȕ4PADit + ȕ5Lit + İit ………

(3.2)

Di mana:

Y = PDRB harga konstan tahun 2000 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara K = Jumlah konsumsi masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara S = Jumlah simpanan masyarakat Kabupaten/Kota di Sumatera Utara G = Jumlah pengeluaran pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

PAD = Jumlah pendapatan asli daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

L = Jumlah angkatan kerja Kabupaten/Kota di Sumatera Utara i = Kabupaten/Kota (1, 2, …, 19)

(54)

ȕ1-5 = Koefisien Regresi İ = Term Error

Pada penelitian ini digunakan teknik pengolahan data dengan menggunakan panel data regression model (model regresi panel data). Karena data-data yang akan diolah merupakan penggabungan cross sections observations dan time series observations yang diperoleh dan diteliti sejalan dengan perjalanan waktu. Metode panel data ini mempunyai ruang dan dimensi waktu, sehingga estimasi variabel dan hasil perhitungan akan memberikan analisa empiris yang lebih luas.

Batalgi (Manurung, 2005) menyusun keutungan data panel dibandingkan dengan data runtun waktu dan data seksi silang, yaitu:

1. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah dan lain-lain pada waktu tertentu, maka data tersebut adalah heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.

2. Kombinasi data runtun waktu dan data seksi silang akan memberikan informasi yang lebih lengkap, lebih beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan dengan studi berulang dari data seksi silang.

(55)

5. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih kompleks, misalnya fenomena skala ekonomi dan perubahan teknologi.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atau perusahaan karena unit data lebih banyak.

3.4.2. Metode Panel Least Square (PLS)

Model ini sama seperti model regresi sederhana biasa. Di mana data cross

section dan time series digabungkan dalam bentuk data panel dan kemudian data

tersebut diregresikan dengan menggunakan metode OLS. Walaupun penggabungan ini akan menghasilkan data pengamatan yang lebih banyak sehingga hasil regresi cenderung akan lebih baik dibandingkan regresi yang hanya menggunakan data cross section atau time series saja. Akan tetapi, dengan menggabungkan data, maka kita tidak dapat melihat perbedaan baik antar individu maupun antar waktu. Hal ini tentunya kurang sesuai dengan tujuan digunakannya data panel. Di samping itu, berdasarkan persamaan di bawah terlihat bahwa intercept maupun slope tidak berubah baik antar individu maupun antar waktu. Secara sistematis model PLS dinyatakan sebagai berikut:

Yit = ȕ0 + ȕ1X1it + ȕ2X2 it + ... + İit ... (3.3) Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua buah teknik yang biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel, yaitu model efek tetap (the fixed effect model) dan model efek random (the random effect model).

3.4.3. Metode Efek Tetap (The Fixed Effect Model)

(56)

tetap (FEM) kita dapat mengatasi hal tersebut, karena metode ini memungkinkan adanya perubahan α pada setiap i dan t.

Secara sistematis model FEM dinyatakan sebagai berikut:

Yit = ȕ0 + ȕ1Xi + Ȗ2W2t + Ȗ3W3t+ . + ȖNWNt + į2Zi2 + į3Zi3 + . + įTZiT + İit . (3.4)

Di mana:

Y it = Variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke-t X it = Variabel bebas untuk individu ke-i dan waktu ke-t

Wit dan Zit merupakan variabel dummy yang dapat didefinisikan sebagai berikut: Wit = 1 ; untuk individu i ; i = 1, 2, ..., N

Wit = 0 ; lainnya.

Zit = 1 ; untuk periode t ; t = 1, 2, ..., T Zit = 0 ; lainnya.

Dari model di atas terlihat bahwa sesungguhnya FEM adalah sama dengan regresi yang menggunakan Dummy Variable sebagai variabel bebas, sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square (OLS). Dengan estimasi tersebut, maka akan diperoleh estimator yang tidak bias dan konsisten. Bila kita memperhatikan model 4 di atas, maka kita akan mempunyai parameter untuk N individu dan T waktu sebanyak:

1. (N-1) buah parameter 2. (T-1) buah parameter 3. Sebuah parameter α dan

(57)

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pada metode efek tetap, perbedaan karakteristik individu dan waktu diakomodasikan pada intercept sehingga interceptnya berubah antar individu dan antar waktu. Sementara metode efek random (REM) perbedaan karakteristik individu dan waktu diakomodasikan pada error dari model. Mengingat ada dua komponen yang mempunyai kontribusi pada pembentukan

error, yaitu individu dan waktu, maka random error pada REM juga perlu diurai

menjadi error untuk komponen individu, error komponen waktu dan error gabungan Secara sistematis model REM dinyatakan sebagai berikut:

Y it = ȕ0 + ȕ1X it + İit ; İit = ui + vt + wit

………(3.5) Di mana:

ui = Komponen error cross section vt = Komponen errortime series wit = Komponen error gabungan

Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error tersebut adalah: ui ~ N (0,σu2);

vi ~ N (0,σv2); wit ~ N (0,σw2);

Melihat persamaan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa REM menganggap efek rata-rata dari data cross section dan time series direpresentasikan dalam

intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time series

(58)

Kita telah mengetahui bahwa it = ui + vt = wit. Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan:

Var( it) = σu2 + σv2 + σw2

………(3.6)

Hal ini tentunya berbeda dengan model OLS yang diterapkan pada data panel, di mana model OLS mempunyai varian error sebesar:

Var( it) = σw2

………(3.7)

Dengan demikian, REM bisa diestimasi dengan OLS bila σu2 = σv2 = 0. Kalau tidak demikian, REM perlu diestimasi dengan metode lain. Adapun metode estimasi yang digunakan adalah Generalized Least Square (GLS).

3.4.5. Pemilihan Model Data Panel

Pertimbangan bahwa REM mempunyai parameter lebih sedikit yang mengakibatkan derajat bebasnya lebih besar dibandingkan FEM yang mempunyai parameter lebih sedikit sehingga derajat bebasnya lebih kecil. Akan tetapi FEM juga mempunyai beberapa kelebihan, seperti: FEM dapat membedakan efek individual dan efek waktu dan FEM juga tidak perlu mengasumsikan bahwa komponen error tidak berkorelasi dengan variabel bebas yang mungkin sulit dipenuhi.

(59)

untuk digunakan dalam data panel. Adapun kesimpulan dari pembuktian tersebut adalah:

1. Jika pada data panel jumlah data time series lebih besar dibandingkan jumlah data

cross section, maka disarankan untuk menggunakan model Metode Efek Tetap

(FEM).

2. Jika pada data panel jumlah data time series lebih sedikit dibandingkan jumlah data cross section, maka disarankan untuk menggunakan model Metode Efek Random (REM).

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Judge. Menurut Judge (Manurung, 2005) ada empat pertimbangan pokok untuk memilih FEM dan REM, yaitu:

1. Jika jumlah runtun waktu [t] besar dan jumlah seksi silang [i] kecil maka nilai taksiran parameter berbeda kecil, sehingga pilihan didasarkan pada kemudahan perhitungan, yaitu FEM.

2. Bila jumlah seksi silang [i] besar dan jumlah runtun waktu [t] kecil penaksiran dengan FEM dan REM menghasilkan perbedaan yang signifikan. Pada REM diketahui bahwa β0i = β0 + εi, di mana εi adalah komponen acak seksi silang, pada FEM diperlakukan β0 adalah tetap atau tidak acak. Bila diyakini bahwa individu atau seksi silang tidak acak maka FEM lebih tepat, sebaliknya jika seksi silang acak maka REM lebih tepat.

(60)

4. Jika jumlah seksi silang [i] besar dan jumlah runtun waktu [t] kecil serta asumsi REM dipenuhi maka penaksir REM lebih efisien dari penaksir FEM.

3.4.6. Uji Chow (Chow Test)

Untuk mengetahui model Pooled Least Square (PLS) atau Metode Efek Tetap (FEM) yang akan dipilih untuk estimasi data dapat dilakukan dengan uji F-test atau uji Chow Test. PLS adalah restricted model di mana ia menerapkan intercept yang sama untuk seluruh individu. Seperti yang telah ketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan saja setiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Untuk itu dipergunakan Chow Test. Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut:

RSSOLS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode ordinaryleast square/common intercept)

RSSFEM = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan metode efek tetap (FEM)

(61)

T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel bebas

Nilai tersebut dibandingkan dengan tabel F, jika nilai hasil penghitungan lebih besar dibandingkan F tabel, maka kita dapat menolak hipotesis, yang berarti α tidak konstan pada setiap i dan t, atau dengan kata lain metode efek tetap (FEM) lebih baik.

3.4.7. Uji Hausman

Pada dasarnya uji Hausman ini digunakan untuk melihat konsistensi pendugaan dengan OLS. Mengingat REM diduga dengan menggunakan metode tersebut, maka dalam permodelan data panel, uji tersebut dapat digunakan untuk melihat kelayakan penggunaan model panel. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah metode efek tetap (FEM) atau metode efek random (REM) yang dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 = 0 (menggunakan metode efek random/REM) H1 ≠ 0 (menggunakan metode efek tetap/FEM)

Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan pertimbangan statistik Chi

Square. Jika Chi Square statistik > Chi Square table maka H0 ditolak (Model yang digunakan adalah metode efek tetap/FEM), dan sebaliknya.

3.5. Definisi Operasional

(62)

2. Konsumsi masyarakat merupakan total pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk membeli barang dan jasa, dalam satuan milyar rupiah.

3. Simpanan masyarakat merupakan jumlah dana pihak ketiga berupa tabungan, deposito dan giro masyarakat yang berhasil dihimpun oleh perbankan setiap Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dalam satuan milyar rupiah.

4. Pengeluaran pemerintah merupakan realisasi pengeluaran pembangunan dan rutin setiap pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dalam satuan milyar rupiah.

5. Pendapatan asli daerah merupakan realisasi berbagai pendapatan daerah baik berupa pajak, retribusi, laba perusahaan daerah maupun pendapatan lainnya yang berhasil dikumpulkan setiap daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dalam satuan milyar rupiah.

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Variabel-variabel Penelitian

4.1.1. Produk Domestik Regional Bruto

Produk domestik regional bruto atas harga konstan 2000 di 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara sangat bervariasi di mana pada suatu periode mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi tapi di periode yang lain malah mengalami penurunan yang cukup tinggi. Dari data di bawah dapat dilihat bahwa Kabupaten/Kota dengan jumlah PDRB harga konstan tertinggi terdapat pada Kota Medan dari tahun ke tahun. Hal ini bisa dimaklumi karena Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, sehingga seluruh kegiatan perekonomian maupun pemerintahan terpusat di kota tersebut. Walaupun tidak mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, namun Kota Medan mempunyai tingkat pertumbuhan yang sangat stabil sehingga membuat wilayah ini semakin dilirik oleh para pelaku ekonomi sehingga perkembangan wilayah tersebut sangat pesat.

(64)

Perkembangan PDRB AHK 2000 di 19 Kabupaten/Kota Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1. Perkembangan PDRB AHK 2000 Kabupaten/Kota Sumatera Utara Periode 2002-2009 (Milyar Rupiah)

Tahun Rata-

No Kab/Kota

2002 2006 2007 2008 2009 Rata

1 Nias 2.320,61 1.630,29 1.738,56 1.855,08 468,23 1.602,55 2 Mandailing Natal 1.251,08 1.583,73 1.685,69 1.795,31 1.909,23 1.645,01 3 Tapanuli Selatan 2.850,15 2.734,61 2.854,60 1.631,79 1.697,91 2.353,81 4 Tapanuli Tengah 743,63 941,79 1.000,47 1.058,12 1.122,91 973,38 5 Tapanuli Utara 1.706,30 1.299,38 1.377,74 1.456,88 1.529,40 1.473,94 6 Toba Samosir 1.534,09 1.423,05 1.501,68 1.585,79 1.669,36 1.542,79 7 Labuhan Batu 7.628,18 7.384,24 7.879,42 8.339,47 3.101,70 6.866,60 8 Asahan 8.426,61 10.201,84 4.670,90 4.896,03 5.134,42 6.665,96 9 Simalungun 4.033,37 4.580,01 4.823,35 5.047,12 5.285,27 4.753,82 10 Dairi 1.441,77 1.704,13 1.789,80 1.872,02 1.952,59 1.752,06 11 Karo 2.283,14 2.729,61 2.869,74 3.019,39 3.175,60 2.815,50 12 Deli Serdang 12.301,27 11.598,33 12.264,03 12.977,94 13.698,06 12.567,93 13 Langkat 5.319,84 5.889,03 6.178,02 6.491,75 6.817,32 6.139,19

14 Sibolga 487,85 591,08 623,78 660,27 697,92 612,18

15 Tanjung Balai 963,12 1.181,69 1.229,07 1.278,15 1.331,00 1.196,61 16 Pematang Siantar 1.390,16 1.645,11 1.729,27 1.828,21 1.926,30 1.703,81 17 Tebing Tinggi 760,47 923,20 978,41 1.037,46 1.099,24 959,76 18 Medan 20.819,43 27.234,45 29.352,92 31.334,34 33.430,69 28.434,37 19 Binjai 1.233,40 1.613,44 1.705,07 1.796,24 1.902,99 1.650,23 Sumber: Data diolah

(65)

geografis kepada Kota Medan yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian menjadi faktor pendukung tingginya jumlah PDRB harga konstan Kabupaten Deli Serdang.

Adapun perkembangan rata-rata PDRB harga konstan 2000 untuk 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Perkembangan Rata-rata PDRB Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota Sumatera Utara

Secara rata-rata, Kota Medan menjadi wilayah Kabupaten/Kota dengan

tingkat rata-rata PDRB harga konstan 2000 tertinggi dibandingkan wilayah lainnya di Sumatera Utara. Di mana Kabupaten Deli Serdang merupakan Kabupaten dengan

Gambar

Tabel 1.1.   Perbandingan Konsumsi Masyarakat dengan PDRB Harga Konstan  Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar
Tabel 1.2.   Perbandingan Tabungan Masyarakat dengan PDRB Harga Konstan  Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)
Tabel 1.3. Perbandingan Pengeluaran Pemerintah dengan PDRB  Harga Konstan  Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)
Tabel 1.4. Perbandingan Pendapatan Asli Daerah dengan PDRB Harga Konstan  Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2007-2009 (Milyar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subyek, yaitu dalam bentuk tanggapan responden terhadap pertanyaan (kuesioner) yang berkaitan dengan

variasi pemanasan pada suhu tinggi dan juga telah dilakukan modifikasi permukaannya dengan variasi CTAB untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi lempung terhadap

Pemahaman wirausahawan/wati akan arti dan makna kerja, tujuan kerja, nilai rohani kerja, dan penerapan nilai rohani kerja sudah cukup baik. Pada dasarnya para

• Not. Karena semua orang lahir berbeda-beda dan punya habit yang beda. Dengan adanya standard rasanya itu kayak jadi digeneralisasi. Kayak ada patokan yang harus dicapai

Dosen-Dosen Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary, Tema : Peningkatan Pemberdayaan Menuju Masyarakat Berdaya Saing Tinggi , Banjarmasin, 22-23 September

Layanan konseling tentunya memiliki fungsi yang sangat penting dalam rehabilitasi ini, hasil penelitian yang dilakukan do PSPP Yogyakarta ditemukan bahwa ungsi

Mau’izhah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan (Quraish Shihab, 2002: 775). Ibnu Katsir menafsirkan al- mauizhah hasanah sebagai pemberian

Usulan-usulan dan keikutsertaaan dalam pelatihan seperti: pemahaman pendidikan inklusif, pemahaman anak berkebutuhan khusus, penerimaan pendidikan inklusif,