RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum
L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING
DAN URINE KAMBING
SKRIPSI
Oleh:
DEDI MIKARDO GINTING 070301025 / BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum
L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS KASCING
DAN URINE KAMBING
SKRIPSI
Oleh:
DEDI MIKARDO GINTING 070301025 / BDP-AGRONOMI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan
Disetujui Oleh :
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. T.Chairun Nisa B. Msc) (Ir. Rosita Sipayung, MP)
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
Dedi Mikardo Ginting. Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing
dan Urine Kambing dibimbing oleh T Chairun Nisa dan Rosita Sipayung.
Kompos kascing merupakan pupuk organik yang berasal dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi. Urine kambing adalah salah satu jenis pupuk kandang berupa cairan yang bersifat pupuk panas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancangan acak faktorial 2 faktor yaitu kompos kascing (0, 20, 30, 40 g/tanaman) dan urine kambing (0, 100, 200 cc/l air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering dan jumlah siung. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara kompos kascing dan urine kambing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Perlakuan kompos kascing berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar dan bobot kering. Urine kambing tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci: bawang merah, kompos kascing, urine kambing
ABSTRACT
Dedi Mikardo Ginting. Respons of growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.)to application of kascing compost and goat urine,
supervised by T Chairun Nisa and Rosita Sipayung.
Kascing compost is an organic fertilizer derived from the digestive process in the worm's body and disposed as worms manure that have been fermented. Urine is one type of goat manure in the form of liquid fertilizer that is hot. A study has been conducted at the Faculty of
Agriculture USU’s field with a height of 25 m above sea level during March – May 2011, using a randomized block design with two factors, which are
kascing compost (0, 20, 30, 40 g/plant) and goat urine ( 0, 100,200 cc/l water). The parameters observed were plant height, leaf number, tillers number, fresh and dry weight of bulbs and bulb number. The results showed that interaction of kascing and urine treatment significantly increase plant height, leaf number, tiller number. Kascing compost treatment significantly influenced to plant height, leaf number, tiller number, fresh and dry weightof bulbs. Goat urine did not significantly influenced all parameters
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 21 mei 1990 dari ayahanda
Musim ginting S P.d dan ibunda Suranta Br Tarigan S P.d. Penulis merupakan
anak pertama dari empat bersaudara.
Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe pada tahun 2007 dan pada
tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara melalui ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.
Penulis memilih Program Studi Agronomi.
Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten laboratorium
Fisiologi Tumbuhan, Laboratorium Nutrisi Tanaman, dan Laboratorium Tanaman
Perkebunan. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN 3
Kebun Gunung Pamela Kabupaten serdang Bedagai pada bulan Juli sampai
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan kasih karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Bawang merah (Allium ascalonicum L.)
Terhadap Pemberian Kompos Kascing dan Urine Kambing” yang merupakan
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu
Prof. Dr. Ir. T. Cairun Nissa B. M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan
kepada ibu Ir. Rosita Sipayung, MP selaku angota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis selama proses
penulisan dan penyelesaian skripsi ini, bapak Heron Tarigan, SP selaku kepala
BMKG Wilayah I Sumatera Utara, yang telah memberi bantuan dengan
memberikan data curah hujan pada saat penelitian ini berlangsung.
Rasa hormat penulis ucapakan kepada ayahanda Musim Ginting, S.Pd dan
ibunda Suranta Br Tarigan, S.Pd yang telah memberikan dorongan baik moriil dan
materiil, serta kepada adik-adik tercinta Reavando Ginting, Albert D. Ginting
dan Devi R. Br ginting yang telah memberikan motivasi, serta kepada Lenni
Asnita Lingga S.Pi yang telah banyak memberi semangat dan teman-teman
budidaya pertanian 2007, 2010, ALUSKA 2007, GMKI FP USU, dan IMKA FP
USU terima kasih atas dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dari segi isi
dan penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga skripsi ini
bermanfaat.
Medan, Oktober 2011
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
Botani Tanaman... 4
Syarat tumbuh... 5
Iklim ... 5
Tanah ... 6
Kompos Kascing ... 6
Urine Kambing ... 8
BAHAN DAN METODA PENELITIAN ... 10
Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
Bahan dan Alat ... 10
Metoda Penelitian ... 10
PELAKSANAAN PENELITIAN ... 13
Pengolahan Tanah... 13
Pembuatan Plot dan Saluran Drainase ... 13
Persiapan Bibit ... 13
Penyiapan Urine Kambing ... 14
Penanaman ... 14
Aplikasi Kompos Kascing dan Urine Kambing ... 14
Pemeliharaan ... 14
Penyulaman ... 15
Penyiangan ... 15
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 15
Panen ... 15
Pengeringan ... 16
Pengamatan Parameter ... 16
Tinggi tanaman (cm) ... 16
Jumlah daun per rumpun (helai) ... 16
Jumlah anakan per rumpun (anakan) ... 16
Bobot segar umbi per sampel (g)... 17
Bobot kering umbi per sampel (g) ... 17
Jumlah siung per sampel (siung) ... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
Hasil ... 18
Tinggi tanaman (cm) ... 18
Jumlah daun per rumpun (helai) ... 20
Jumlah anakan per rumpun (anakan)... 22
Bobot segar umbi per sampel (g) ... 23
Bobot kering umbi per sampel (g) ... 25
Jumlah siung per sampel (siung) ... 26
Pembahasan ... 27
KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
Kesimpulan ... 30
Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 2-7 MST pada
perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing ...18
2. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 7 MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing ...19
3. Rataan jumlah daun bawang merah (helai) pada umur 2-7 MST
pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing ...20
4. Rataan jumlah daun bawang merah pada umur MST dengan
pemberian kompos kascing dan urine kambing ...21
5. Rataan jumlah anakan bawang merah (anakan) 2-7 MST pada
perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing ...22
6. Rataan jumlah anakan (anakan) pada umur 7 MST pada pemberian
kompos kascing dan urine kambing ...22
7. Rataan bobot segar umbi per sampel (g) dengan pemberian kompos
kascing dan urine kambing ...24
8. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) dengan pemberian kompos
kascing dan urine kambing ...25
9. Rataan jumlah siung bawang merah (siung) dengan pemberian
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Hubungan antara tinggi tanaman umur 7 MST dengan perlakuan kompos kascing pada berbagai perlakuan urine kambing ...19
2. Hubungan antara jumlah daun pada 7 MST dengan dosis kompos kascing pada berbagai perlakuan urine kambing ...21
3. Hubungan pemberian kompos kascing terhadap jumlah anakan bawang
merah pada 7 MST ...23
4. Hubungan antara bobot segar umbi bawang merah dengan pemberian
kompos kascing...24
5. Hubungan antara bobot kering umbi per sampel dengan perlakuan kompos ..26
6. Foto lahan penelitian ...65
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Bagan penelitian...34
2. Bagan penanaman dalam plot ...35
3. Kebutuhan kascing ...36
4. Deskripsi bawang merah varietas Bima ...37
5. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian ...38
6. Data analisis tanah ...39
7. Data analisis kompos kascing ...40
8. Data analisis urine kambing ...41
9. Data curah hujan ...42
10.Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm) ...43
11.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 2 MST ...43
12.Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm) ...44
13.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 3 MST ...44
14.Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm) ...45
15.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 4 MST ...45
16.Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm) ...46
17.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 5 MST ...46
18.Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm) ...47
19.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 6 MST ...47
20.Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm) ...48
21.Analisis sidik ragam tinggi tanaman 7 MST ...48
23.Analisis sidik ragam jumlah daun 2 MST ...49
24.Data pengamatan jumlah daun 3 MST (helai) ...50
25.Analisis sidik ragam jumlah daun 3 MST ...50
26.Data pengamatan jumlah daun 4 MST (helai) ...51
27.Analisis sidik ragam jumlah daun 4 MST ...51
28.Data pengamatan jumlah daun 5 MST (helai) ...52
29.Analisis sidik ragam jumlah daun 5 MST ...52
30.Data pengamatan jumlah daun 6 MST (helai) ...53
31.Analisis sidik ragam jumlah daun 6 MST ...53
32.Data pengamatan jumlah daun 7 MST (helai) ...54
33.Analisis sidik ragam jumlah daun 7 MST ...54
34.Data pengamatan jumlah anakan 2 MST (anakan) ...55
35.Analisis sidik ragam jumlah anakan 2 MST ...55
36.Data pengamatan jumlah anakan 3 MST (anakan) ...56
37.Analisis sidik ragam jumlah anakan 3 MST ...56
38.Data pengamatan jumlah anakan 4 MST (anakan) ...57
39.Analisis sidik ragam jumlah anakan 4 MST ...57
40.Data pengamatan jumlah anakan 5 MST (anakan) ...58
41.Analisis sidik ragam jumlah anakan 5 MST ...58
42.Data pengamatan jumlah anakan 6 MST (anakan) ...59
43.Analisis sidik ragam jumlah anakan 6 MST ...59
44.Data pengamatan jumlah anakan 7 MST (anakan) ...60
45.Analisis sidik ragam jumlah anakan 7 MST ...60
47.Analisis sidik ragam bobot segar umbi per sampel ...61
48.Data pengamatan bobot kering umbi per sampel (g) ...62
49.Analisis sidik ragam bobot kering umbi per sampel ...62
50.Data pengamatan jumlah suing (suing) ...63
51.Analisis sidik ragam jumlah suing ...63
ABSTRAK
Dedi Mikardo Ginting. Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing
dan Urine Kambing dibimbing oleh T Chairun Nisa dan Rosita Sipayung.
Kompos kascing merupakan pupuk organik yang berasal dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi. Urine kambing adalah salah satu jenis pupuk kandang berupa cairan yang bersifat pupuk panas. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancangan acak faktorial 2 faktor yaitu kompos kascing (0, 20, 30, 40 g/tanaman) dan urine kambing (0, 100, 200 cc/l air). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering dan jumlah siung. Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara kompos kascing dan urine kambing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Perlakuan kompos kascing berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar dan bobot kering. Urine kambing tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci: bawang merah, kompos kascing, urine kambing
ABSTRACT
Dedi Mikardo Ginting. Respons of growth and yield of shallot (Allium ascalonicum L.)to application of kascing compost and goat urine,
supervised by T Chairun Nisa and Rosita Sipayung.
Kascing compost is an organic fertilizer derived from the digestive process in the worm's body and disposed as worms manure that have been fermented. Urine is one type of goat manure in the form of liquid fertilizer that is hot. A study has been conducted at the Faculty of
Agriculture USU’s field with a height of 25 m above sea level during March – May 2011, using a randomized block design with two factors, which are
kascing compost (0, 20, 30, 40 g/plant) and goat urine ( 0, 100,200 cc/l water). The parameters observed were plant height, leaf number, tillers number, fresh and dry weight of bulbs and bulb number. The results showed that interaction of kascing and urine treatment significantly increase plant height, leaf number, tiller number. Kascing compost treatment significantly influenced to plant height, leaf number, tiller number, fresh and dry weightof bulbs. Goat urine did not significantly influenced all parameters
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai
arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi,
maupun dari kandungan gizinya. Dalam dekade terakhir ini permintaan akan
bawang merah untuk konsumsi dan untuk bibit dalam negeri mengalami
peningkatan, sehingga Indonesia harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Untuk mengurangi volume impor, peningkatan produksi dan mutu hasil
bawang merah harus senantiasa ditingkatkan melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Bawang merah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral, dan senyawa yang berfungsi sebagai anti-mutagen dan anti-karsinogen.
Dari setiap 100 gram umbi bawang merah kandungan airnya mencapai 80-85 g,
protein 1,5 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 9,3 g. Adapun komponen lain adalah beta
karoten 50 IU, tiamin 30 mg, riboflavin 0,04 mg, niasin 20 mg, asam askorbat
(vitamin C) 9 mg. Mineralnya antara lain kalium 334 mg, zat besi 0,8 mg, fosfor
40 mg, dan menghasilkan energi 30 kalori (Tarmizi, 2010).
Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009
menurut Dinas Pertanian yang dikutip dari BPS (2010) adalah 12.655 ton,
sedangkan kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton. Dari data tersebut
terlihat bahwa produksi bawang merah Sumatera Utara masih jauh di bawah
kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan bawang merah, maka dilakukanlah impor
dari luar negeri. Rendahnya produksi tersebut salah satunya adalah karena belum
Menurut Sirwin dkk (2007) kascing merupakan pupuk organik yang
dihasilkan dari proses pencernaan dalam tubuh cacing dan dibuang
sebagai kotoran cacing yang telah terfermentasi (Mashur, 2001 dalam
Sirwin, dkk, 2007). Kascing ini memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan
dengan pupuk organik lain, karena kascing kaya akan unsur hara makro dan mikro
esensial serta mengandung hormon tumbuh tanaman seperti auksin, giberelin dan
sitokinin yang mutlak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang maksimal
(Marsono dan Sigit, 2001 dalam Sirwin, dkk, 2007). Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa kascing dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
hortikultura, seperti jagung manis, mentimun, melon, dan padi. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kascing mempunyai sifat-sifat kimia yang lebih unggul jika
dibandingkan dengan tanah. Hal ini dapat dilihat dari sifat-sifat kimia tanah dan
kascing seperti kandungan unsur hara N dan P didalam kascing lebih tinggi,
begitu pula dengan C-organik dan bahan organik tanah. Atas dasar sifat-sifat
kascing tersebut dapat diharapkan pemberian kascing ini dapat meningkatkan
status hara N, P dan K serta serapannya untuk tanaman bawang merah.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk
dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya
berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk kandang kuda,
kambing dan ayam. Pupuk dingin lebih lama terurai, misalnya pada sapi dan
kerbau (Novizan, 2002).
Dari hasil uji Laboratorium BPTP Sumatera Utara, diperoleh bahwa
kandungan N,P dan K dari urine kambing berturu- turut adalah 0,63%, 0,04% dan
Hingga kini, belum ada data tentang pengaruh pemberian kascing dan
urine kambing terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah. Berdasarkan
uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui
respons pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.)
terhadap aplikasi kompos kascing dan pemberian urine kambing.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi
bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap aplikasi kompos kascing dan
pemberian urine kambing.
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian kompos kascing nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi
bawang merah.
2. Pemberian urine kambing nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi
bawang merah.
3. Kompos kascing dan urine kambing berinteraksi nyata meningkatkan
pertumbuhan dan produksi bawang merah.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:
Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:
Monocotyledonae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:
Allium ascalonicum L. (Tim Bina Karya Tani, 2008).
Bawang merah merupakan tanaman semusim berbentuk rumpun yang
tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 50 cm. Akarnya berbentuk akar
serabut yang tidak panjang. Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak
tahan kering (Rahayu dan Berlian, 1999).
Batang bawang merah berbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70
cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda sampai tua, dan
letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek (Sudirja, 2010).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang
berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari
daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai
tetapi pendek, antara 0,2 - 0,6 cm (Wibowo, 2007).
Tangkai bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya
antara 30-90 cm, dan di ujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun
melingkar (bulat) seolah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6
kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga
(Sudirja, 2010).
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji
berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau
putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat
dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif
(Rukmana, 1995).
Syarat Tumbuh
Iklim
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi hingga 1.100 meter diatas permukaan laut (dpl),
dengan ketinggian tempat yang paling ideal adalah 0 – 800 m dpl
(Rukmana, 2004). Produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung
keadaan iklim agak kering, udara panas dengan sinar matahari 70%, karena
bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang
(long day plant). Tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik terhadap laju proses
fotosintesis dan hasil umbinya akan tinggi (Rukmana, 2004; Sunarjono, 2004
dalam Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanaman bawang merah tumbuh baik di daerah yang bersuhu 25-32°C
dengan iklim kering, dan yang paling baik jika suhu rata-ratanya 30°C
(Wibowo, 2007). Pembungaan pada bawang bisa terjadi pada suhu yang lebih
rendah lagi, yaitu 10°C -15°C, meskipun demikian suhu ini belum memjamin
Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran
tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil
umbinya lebih rendah (Sumarni dan Hidayat, 2005).
Tanah
Tanaman ini memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat, drainase/aerase
baik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam
(pH tanah : 5,6 - 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah
adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus
(Sutarya dan Grubben, 1995). Tanah yang cukup lembab dan air tidak
menggenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1989).
Bawang merah menghendaki struktur tanah remah. Tanah remah memiliki
perbandingan bahan padat dan pori-pori yang seimbang. Bahan padat merupakan
tempat berpegang akar. Tanah remah lebih baik daripada tanah bergumpal
(AAK, 1998).
Kompos Kascing
Bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik
bersifat lebih terbuka/sarang sehingga aerasi tanah lebih baik dan tidak mudah
mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan
organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang
terfiksasi mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar. Hara
aktivitasnya meningkatkan kecepatan dekomposisi bahan organik dan
mempercepat pelepasan hara (Susanto, 2002).
Kascing sebagai pupuk organik merupakan sumber unsur hara makro dan
mikro, yang dalam proses penguraiannya terus melepaskan unsur hara ke dalam
larutan tanah (Murbandono, 2001 dalam Sirwin, dkk, 2007). Selain itu
keunggulan kascing dibandingkan dengan pupuk organik lain adalah kandungan
hormon tumbuh seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang mampu meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman (Marsono dan Sigit, 2001 dalam Mulat, 2003).
Hal ini didukung oleh pernyataan Lakitan (1995) yang menyatakan bahwa unsur
hara yang diserap tanaman akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
berat berangkasan kering tanaman. Lebih lanjut Lambers dkk, (1998) dalam
Sirwin dkk, (2007) mengungkapkan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh proses fisiologi seperti jumlah karbohidrat, protein, lemak, hormon tumbuh,
vitamin dan mineral yang ada dalam tubuh tanaman yang dapat mendukung
berlangsungnya proses-proses fisiologi untuk pembelahan sel, pembesaran sel dan
diferensiasi sel (Sirwin, dkk, 2007).
Menurut Zahid (1994) dalam Khrisnawati (2001) kascing merupakan
tanah bekas pemeliharaan cacing, merupakan produk samping dari budidaya
cacing tanah yang berupa pupuk organik, sangat cocok untuk pertumbuhan
tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing mengandung
berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon
seperti giberelin, sitokinin, dan auxin serta mengandung unsur hara (N, P, K,
Mg,dan Ca) serta Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N
Dewasa ini, pemanfaatan pupuk organik atau yang dikenal dengan istilah
pertanian alami (back to nature farming) dan pupuk hayati banyak dilakukan
untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk anorganik
sekaligus untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan
pupuk anorganik. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk
kascing (Sirwin, dkk, 2007).
Urine Kambing
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dari hasil fermentasi kotoran
padat dan cair (urine) hewan ternak yang umumnya berupa mamalia (sapi,
kambing, babi, kuda) dan unggas. Pupuk kandang mengandung unsur hara
lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Disamping
mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K), pupuk
kandang pun mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg),
dan sulfur (S). Unsur Fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar dari kotoran
cair. Kandungan unsur kalium dalam kotoran cair lima kali lebih besar dari
kotoran padat. Sementara kandungan Nitrogen dalam kotoran cair hanya 2-3 kali
lebih besar dari kotoran padat (Musnamar, 2003).
Fermentasi urine sapi membuat sifat menolak hama dan penyakit pada
tanaman. Hama atau penyakit bisa saja datang, tetapi langsung pergi, bukan
musnah tapi hanya menyingkir dari tanaman. Pemupukan dengan menggunakan
urine sapi yang telah difermentasikan selama 1 bulan dapat meningkatkan
produksi tanaman. Urine sapi mengandung unsur N,P,K yang cukup tinggi yang
Pupuk panas merupakan pupuk yang penguraiannya berjalan sangat cepat
sehingga terbentuk panas. Kelemahan pupuk panas ini adalah mudah menguap
karena bahan organiknya tidak terurai secara sempurna sehingga banyak yang
berubah menjadi gas (Lingga dan Marsono, 2000)
Penggunaan pupuk kandang cair (urine) sehubungan dengan kerjanya yang
cepat dan agar tidak terjadi kerugian, sebaiknya dilakukan pada saat menjelang
tanam yaitu dengan pengenceran terlebih dahulu dengan air, tetapi harus disimpan
terlebih dahulu, agar tidak panas. penyimpanan urine menimbulkan beberapa
kerugian, salah satunya adalah kehilangan NH3 karena adanya penguapan
(Sutejo, 2002).
Dari hasil penelitian didapat bahwa urine hewan yang telah difermentasi
dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman sebagai alternatif pengganti pupuk
buatan yang semakin hari harganya semakin tinggi sehingga petani tidak mampu
untuk membelinya. Kendala yang ditemui dalam pembuatan nutrisi ini adalah
proses pengambilan urinenya, karena tidak semua hewan jinak mau diperlakukan.
Demikian juga dengan masalah bau yang ditimbulkan merupakan masalah dari
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas
permukaan laut, mulai bulan Maret 2011 sampai Mei 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah
varietas Bima sebagai tanaman indikator, kompos kascing dan urine kambing
sebagai objek pengamatan, air untuk menyiram tanaman dan bahan-bahan lain
yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membuka
lahan dan membersihkan lahan dari gulma dan sampah, gembor untuk menyiram
tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan
untuk menimbang produksi tanaman, pacak sampel untuk tanda dari tanaman
yang merupakan sampel, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan
penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Kompos kascing (K) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
K0 = 0 Gram/Tanaman
K1 = 20 Gram/Tanaman
K3 = 40 Gram/Tanaman
Faktor II : Pemberian Urine kambing yang terdiri dari 3 taraf, yaitu :
U0 = 0 cc/Liter air
U1 = 100 cc/Liter air
U2 = 200 cc/Liter air
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu :
K0U0 K1U0 K2U0 K3U0
K0U1 K1U1 K2U1 K3U1
K0U3 K1U2 K2U2 K3U2
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 36 plot
Ukuran plot : 120 cm x 100 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah tanaman/plot : 30 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 1080 tanaman
Jumlah sampel/plot : 10 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 360 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
Dimana:
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan Kompos kascing (K)
taraf ke-j dan pengaruh Urine kambing (U) pada taraf ke-k
µ : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek perlakuan Kompos kascing pada taraf ke-j
βk : Efek pemberian Urine kambing pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara Kompos kascing taraf ke-j dan pemberian urine kambing
taraf ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, Kompos kascing ke-j dan pemberian Urine kambing
ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan
dengan menggunakan Uji Beda Rata – Rata Duncant Berjarak Ganda dengan taraf
PELAKSANAAN PENELITIAN
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakuan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah pengolahan tanah, pembuatan bedengan dan saluran drainase, penanaman,
aplikasi perlakuan, pemeliharaan, panen, penyimpanan dan pengamatan
parameter.
Pengolahan Tanah
Sebelum areal diolah, terlebih dahulu areal dibersihkan dari rerumputan,
sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
dengan menggunakan cangkul.
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm
dengan cara membalikkan tanah. Pengolahan dilaksanakan dengan tujuan
menghancurkan dan menghaluskan tanah. Setelah pengolahan tanah selesai,
dilaksanakan penggaruan dan membersihkan areal pertanaman dari
rumput-rumputan kemudian diratakan, lalu dibuat plot sesuai dengan metode penelitian.
Pembuatan Plot dan Saluran Drainase
Bedengan dibuat membujur searah Utara – Selatan, agar penyebaran
cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Plot berukuran
120x100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar plot 30 cm. Selanjutnya dibuat saluran
drainase pada pinggir lahan dengan lebar 50 cm menuju paret pembuangan air.
Persiapan bibit
Untuk bibit yang akan dipakai, pilih bibit dengan beratnya relatif sama
yaitu 6 gram/siung, kemudian kulit yang paling luar yang telah mengering
Penyiapan Urine Kambing
Urine kambing yang digunakan berasal dari kambing yang berasal dari
kandang yang sama, dengan asumsi bahwa makanan kambing tersebut berasal
dari jenis rumput yang sama pula, sehingga kandungan unsur yang didalamnya
juga relatif sama. Setelah itu, urine kambing diencerkan dengan air, dengan
kepekatan sesuai dengan dosis yang diinginkan, yaitu, 0, 100, dan 200 cc/ l air,
kemudian difermentasikan selama 1 bulan.
Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam
dengan jarak 20 x 20 cm. Penanaman dilakukan pada lubang tanam dengan cara
memasukkan umbi bibit ke lubang tanam yang telah di tentukan. Sebelum
ditanam, umbi atau bibit dipotong seperempat bagian. Umbi atau bibit ditanam
dengan cara membenamkan setengah bagian umbi ke dalam tanah.
Aplikasi Pupuk Kompos dan Urine Kambing
Aplikasi kompos kascing dilakukan pada saat penanaman bibit, yaitu,
kompos diaplikasikan sesuai dosis anjuran, yaitu, 0, 20, 30, dan 40 g pada lubang
tanam yang telah dibuat. Aplikasi urine kambing dilakukan mulai 2 MST sampai
pada akhir masa vegetatif yaitu 7 MST dengan interval 1 minggu sesuai dosis
anjuran, disemprot merata diseluruh permukaan daun tanaman.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman terdiri dari penyiraman, penyulaman, penyiangan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi atau sore hari serta tergantung
keadaan cuaca. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan
diusahakan agar tanahnya tidak terlalu basah. Pada waktu pembentukan umbi,
penyiraman ditingkatkan intensitas, diusahakan agar tanah tetap basah sepanjang
hari, karena tanaman membutuhkan banyak air untuk membantu pembentukan
umbi.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan mulai awal pertumbuhan sampai umur 7 hari
setelah tanam (HST) dengan mengganti umbi busuk atau mati dengan umbi yang
sehat.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus
menggemburkan tanah. Tumbuhan pengganggu perlu dikendalikan agar tidak
menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal penyerapan unsur hara serta untuk
mencegah serangan hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan secara manual
dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu.
Panen
Panen dilakukan pada 60 HST, pada saat tanah kering agar terhindar dari
penyakit. Beberapa tanda tanaman siap dipanen antara lain adalah 60 - 70% leher
daun lemas, daun menguning, umbi padat tersembul sebagian di atas tanah, dan
warna kulit mengkilap. Umbi dicabut beserta batangnya, lalu akar dan tanahnya
Pengeringan
Cara mengeringkan adalah dengan menjemur dibawah panas matahari
dengan suhu rata-rata 34-35 derajat celcius. Yaitu mengikat beberapa rumpun
bawang merah menjadi satu. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan diatas tenda
plastik dengan umbi berada dibawah dan daun diatas. Pengeringan dilakukan
sampai penyusutan bobot umbi mencapai 20%, dilakukan penimbangan bobot
kering secara berulang sampai didapat penyusutan bobot umbi sekitar 20%.
Pengamatan Parameter
a. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher umbi sampai ke ujung daun tertinggi.
Tinggi tanaman dihitung mulai 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan
dengan interval 1 minggu sekali.
b. Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)
Dihitung jumlah anakan yang terbentuk dalam satu rumpun, dilakukan pada
umur 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu sekali.
c. Jumlah Daun per Rumpun (helai)
Jumlah daun per rumpun dihitung dengan cara menghitung jumlah seluruh
daun yang muncul pada anakan untuk setiap rumpunnya. Dimulai dari umur
tanaman 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu
d. Bobot Segar Umbi per Sampel
Bobot basah umbi per sample ditimbang setelah dipanen. Dengan syarat umbi
bersih dari tanah dan kotoran.
e. Bobot Kering Umbi per Sampel
Bobot kering umbi per sampel ditimbang setelah dikeringkan dengan cara
dijemur di sinar matahari, sampai susut bobot mencapai 20%.
f. Jumlah Siung per Sampel
Jumlah siung dihitung setelah tanaman dipanen. Jumlah siung dihitung pada
setiap tanaman sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman pada umur 2, 3, 4, 5,6 dan 7 MST
dicantumkan pada Lampiran 10, 12, 14, 16, 18 dan 20, sedangkan sidik ragam
masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran 11, 13, 15, 17, 19 dan
21. Berdasarkan sidik ragam tersebut terlihat bahwa pada umur 2,3,4,6 dan 7 MST
terdapat pengaruh yang nyata pada interaksi kompos kascing dan urine kambing.
Pada pengamatan umur 5 MST dilihat bahwa pemberian kompos kascing
memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Perkembangan tinggi tanaman secara
[image:32.595.76.545.447.652.2]ringkas disajikan pada Tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 2-7 MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing.
Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
K0U0 19,25 cd 24,34 bcd 26,84 bc 30,75 cd 33,55 cd 34,53 efg K0U1 15,89 ab 20,61 a 20,37 a 21,41 a 23,33 a 25,57 ab K0U2 20,78 de 23,89 abc 26,17 bc 29,28 bcd 28,47 bc 29,51 bcd K1U0 16,18 abc 23,15 abc 27,10 bcd 26,34 abc 31,40 bc 33,13 def K1U1 20,20 de 26,23 cd 27,04 bcd 28,83 bcd 32,70 cd 33,74 defg K1U2 20,78 de 24,29 bcd 26,92 bcd 29,20 bcd 32,39 cd 35,92 fg K2U0 20,08 de 28,03 d 27,71 cd 31,65 d 32,78 cd 33,68 defg K2U1 23,44 e 27,89 d 32,00 d 34,74 d 37,43 d 39,40 g K2U2 19,67 d 25,08 bcd 27,56 cd 28,75 bcd 31,26 bc 32,31 cdef K3U0 18,37 abcd 21,67 ab 22,59 ab 23,22 ab 24,08 a 23,57 a K3U1 15,64 a 24,69 bcd 25,27 bc 24,75 abc 26,46 ab 28,37 abcd K3U2 18,85 bcd 26,22 cd 26,49 bc 23,09 ab 24,96 a 26,73 abc
Rataan 19,09 24,68 26,34 27,67 29,90 31,37
Tabel 2. Rataan tinggi tanaman bawang merah (cm) pada umur 7 MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing.
Kascing Urine Rataan
U0 U1 U2
K0 34,53 efg 25,57 ab 29,51 bcd 29,87 K1 33,13 def 33,74 defg 35,92 fg 34,26 K2 33,68 defg 39,40 g 32,31 cdef 35,13 K3 23,57 a 28,37 abcd 26,73 abc 26,22
Rataan 31,23 31,77 31,12
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Pada Tabel 2. terlihat bahwa perlakuan K2U1 dengan tinggi tanaman
39,40 cm merupakan tanaman tertinggi, dan ini berbeda nyata dengan semua
kombinasi perlakuan lainnya kecuali perlakuan K0U0, K1U1, K1U2, K2U0 yang
berbeda tidak nyata. Nilai terendah terdapat pada perlakuan K3U0 dengan tinggi
tanaman 23,57 cm, dan ini berbeda nyata dengan semua perlakuan lain kecuali
K0U1.
Hubungan tinggi tanaman 7 MST dengan perlakuan kompos kascing dan
urine kambing dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan antara tinggi tanaman umur 7 MST dengan perlakuan kompos kascing pada berbagai perlakuan urine kambing.
yu0= -0.014x2+ 0.322x + 34.21 R² = 0.863
ŷu1= -0,023x2+ 1,037x + 25,08 r = 0,770
yu2= -0.018x2+ 0.668x + 29.58 R² = 0.988
10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00
0 10 20 30 40
Ti n ggi Tan am an (c m )
Dosis Kascing (g)
U0
U1
[image:33.595.128.498.517.675.2]Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan jumlah daun pada umur 2,3,4,5,6 dan 7 MST
dicantumkan dalam Lampiran 22,24,26,28,30 dan 32 sedangkan sidik ragam
masing-masing pengamatan ditampilkan pada Lampiran 23,25,27,29,31 dan 32.
Berdasarkan sidik ragam tersebut, terlihat bahwa terdapat pengaruh nyata pada
interaksi perlakuan pada pengamatan 2,3,4,5, dan 7 MST, sedangkan pada
pengamatan 6 MST terlihat pengaruh nyata oleh perlakuan kompos kascing.
[image:34.595.74.552.346.562.2]Perkembangan jumlah daun secara ringkas disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Rataan jumlah daun bawang merah (helai) pada umur 2-7MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing
Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
K0U0 13,40 bcde 17,07 bcd 17,80 bc 19,30 c 19,1 20,33 c K0U1 11,17 abc 12,63 a 12,90 a 13,13 ab 13,63 12,97 ab K0U2 15,03 de 18,23 cd 19,87 cd 20,13 c 15,23 19,97 c K1U0 11,10 abc 15,20 abc 16,17 abc 16,87 bc 18,27 17,70 bc K1U1 13,37 bcde 17,07 bcd 19,70 c 20,47 cd 21,87 22,20 cd K1U2 12,07 abcde 15,20 abc 16,77 abc 18,57 c 20,37 22,23 cd K2U0 14,53 de 18,20 cd 19,40 c 18,63 c 20,4 21,73 cd K2U1 15,70 e 21,10 d 25,27 d 25,50 d 27,03 25,87 d K2U2 10,77 ab 13,53 abc 14,90 abc 16,33 abc 18,10 20,60 cd K3U0 11,83 abcd 12,97 ab 12,20 a 13,10 ab 15,23 14,27 ab K3U1 11,10 abc 14,27 abc 15,00 abc 12,20 a 12,53 12,07 a K3U2 9,33 a 13,07 ab 13,50 ab 12,47 ab 12,6 11,90 a
Rataan 12,45 15,71 16,96 17,23 17,86 18,49
Data rataan jumlah daun pada minggu ke 7 setelah tanam dapat dilihat
[image:35.595.114.506.181.299.2]pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Rataan jumlah daun bawang merah pada umur 7 MST dengan pemberian kompos kascing dan urine kambing.
Kascing Urine Rataan
U0 U1 U2
K0 20,33 c 12,97 ab 19,97 c 17,76
K1 17,70 bc 22,20 cd 22,23 cd 20,71
K2 21,73 cd 25,87 d 20,60 cd 22,73
K3 14,27 ab 12,07 a 11,90 a 12,74
Rataan 18,51 18,28 18,68
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Pada Tabel 4. terlihat bahwa jumlah daun terbanyak terdapat pada
perlakuan K2U1 yaitu 25,8 helai yang berbeda nyata terhadap semua kombinasi
perlakuan lainnya kecuali perlakuan K1U1, K1U2, K2U0, K2U2 dan terendah
pada perlakuan K3U2 yaitu 11,90 helai daun, yang berbeda nyata dengan semua
perlakuan lain kecuali K0U1, K3U0, dan K3U1.
Hubungan jumlah daun pada 7 MST dengan perlakuan kompos kascing
dan urine kambing dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara jumlah daun pada 7 MST dengan dosis kompos kascing pada berbagai perlakuan urine kambing.
yu0= -0,006x2+ 0,134x + 19,92 R = 0,426
yu1= -0,029x2+ 1,221x + 12,50 R = 0,834
yu2= -0,017x2+ 0,513x + 19,82 R = 0,965
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
0 10 20 30 40 50
Ju m lah D au n (h e lai )
Dosis Kascing (g)
[image:35.595.117.503.530.703.2]Jumlah Anakan (anakan)
Data pengamatan jumlah anakan pada umur 2,3,4,5,6,dan 7 MST
dilampirkan pada Lampiran 34,36,38,40,42 dan 44, sedangkan sidik ragamnya
dilampirkan pada Lampiran 35,37,39,41,43 dan 45. Rataan jumlah anakan bawang
[image:36.595.127.498.262.478.2]merah pada umur 2 – 7 MST disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah anakan bawang merah (anakan) 2-7 MST pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing.
Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
K0U0 5,10 5,50 5,60 5,73 5,73 5,73
K0U1 4,27 4,87 5,07 5,33 5,63 5,67
K0U2 4,20 5,77 6,17 6,43 6,70 6,70
K1U0 4,33 5,53 5,67 5,77 6,17 6,33
K1U1 5,13 5,53 6,47 6,87 7,13 7,23
K1U2 5,30 5,57 5,60 5,73 6,23 6,47
K2U0 4,87 5,63 5,83 5,63 6,37 6,80
K2U1 5,47 6,03 6,50 6,57 7,03 7,07
K2U2 4,90 5,00 5,30 5,70 6,00 6,10
K3U0 5,67 6,43 6,67 6,43 6,67 6,67
K3U1 5,53 6,33 6,50 6,43 6,97 7,40
K3U2 5,30 5,73 6,10 6,33 6,97 7,10
Rataan 5,01 5,66 5,96 6,08 6,47 6,61
Pada 7 MST jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan K3U0 (5,67)
dan terendah K0U2 (4,20). Perkembangan jumlah anakan pada 7MST dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan jumlah anakan (anakan) pada umur 7 MST pada pemberian kompos kascing dan urine kambing
Kascing Urine Rataan
U0 U1 U2
K0 5,73 5,67 6,7 6,03 a
K1 6,33 7,23 6,47 6,68 ab
K2 6,8 7,07 6,1 6,66 ab
K3 6,67 7,4 7,1 7,06 b
[image:36.595.129.494.615.733.2]Tabel 6. menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada K3
(7,06) yang berbeda nyata dengan K0 (6,03) tetapi tidak berbeda nyata dengan K1
(6,68) dan K2 (6,66). Hubungan antara jumlah anakan dengan kompos kascing
[image:37.595.126.500.202.393.2]dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan pemberian kompos kascing terhadap jumlah anakan bawang merah pada 7 MST
Bobot Segar Umbi per Sampel (g)
Data bobot segar umbi per sampel bawang merah dilampirkan pada
Lampiran 46, sedangkan sidik ragamnya pada Lampiran 47. Dari Lampiran 47
terlihat bahwa perlakuan kompos kascing berpengaruh nyata, sedangkan
perlakuan urine kambing dan interaksi tidak berpengaruh nyata. Rataan bobot
segar umbi bawang merah disajikan pada Tabel 7 berikut.
y = 0,023x + 6,067 r = 0,932
5,80 6,00 6,20 6,40 6,60 6,80 7,00 7,20
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Ju m lah A n ak an (an ak an )
Tabel 7. Rataan bobot segar umbi per sampel (g) pada perlakuan pemberian kompos kascing dan urine kambing
Kascing Urine Rataan
U0 U1 U2
K0 25,18 24,98 27,53 25,90 a
K1 28,96 29,38 28,41 28,92 b
K2 30,97 29,79 30,89 30,55 b
K3 29,51 31,05 31,71 30,76 c
Rataan 28,66 28,8 29,64
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa bobot segar tertinggi didapat pada
perlakuan K3 yaitu 30,76 g yang berbeda nyata dengan K0, K1, K2, dan terendah
pada perlakuan K0 yaitu 25,90 g. Hubungan antara bobot segar umbi bawang
[image:38.595.127.495.126.246.2]merah dengan kompos kascing dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara bobot segar umbi bawang merah dengan pemberian kompos kascing
y = 0,128x + 26,14 r = 0,954
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00
0 5 10 15 20 25 30 35 40
[image:38.595.126.460.409.605.2]Bobot Kering Umbi per Sampel (g)
Data bobot kering umbi per sampel tanaman bawang merah secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 48, sedangkan sidik ragamnya pada
Lampiran 49. Pemberian kompos kascing memberikan pengaruh berbeda nyata
dan urine kambing serta interaksi kedua faktor tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap bobot kering. Secara ringkas ditampilkan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada pemberian kompos kascing dan urine kambing
Kascing Urine Rataan
U0 U1 U2
K0 21,01 21,60 23,62 22,07 a
K1 24,42 24,69 23,89 24,33 b
K2 25,95 25,29 26,02 25,75 b
K3 25,99 26,78 26,52 26,43 b
Rataan 24,34 24,59 25,01
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.
Dari Tabel 8. dilihat bahwa bobot kering umbi per sampel tertinggi didapat
pada perlakuan K3 yaitu 26,43 g yang berbeda nyata dengan K0, dan tidak
berbeda nyata dengan K1 dan K2, dan terendah pada perlakuan K0 yaitu 22,07 g.
Hubungan kompos kascing dengan bobot kering umbi per sampel tanaman
Gambar 5. Hubungan antara bobot kering umbi per sampel dengan perlakuan kompos
Jumlah Siung (siung)
Data jumlah siung ditampilkan pada Lampiran 50, dan sidik ragamnya
pada Lampiran 51. Tidak terdapat pengaruh yang nyata oleh perlakuan kompos
kascing, urine kambing maupun interaksinya. Ringkasan data pengamatan jumlah
siung dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan jumlah siung (siung) bawang merah terhadap pemberian kompos kascing dan urine kambing.
Kascing Urine Rataan
U0 U1 U2
K0 1,77 2,07 1,90 1,91
K1 2,03 2,13 1,93 2,03
K2 2,10 2,07 2,00 2,06
K3 2,30 2,03 1,93 2,09
Rataan 2,05 2,08 1,94
Jumlah siung tertinggi didapat pada kombinasi perlakuan K3U0 yaitu
2,30 dan terendah pada kombinasi perlakuan K0U0 yaitu 1,77.
y = 0,112x + 22,12 r = 0,990
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
0 10 20 30 40 50
b o b o t k e r in g (g)
[image:40.595.121.503.522.623.2]Pembahasan
Pengaruh Pemberian Kompos Kascing terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
Bahwa kompos kascing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman
pada 2 hingga 7 MST (Lampiran 11,13,15,17,19,21), jumlah daun pada 2 hingga
7 MST (Lampiran 23,25,27,29,31,33), jumlah anakan pada 2,3,4,5 dan 7 MST
(Lampiran 34,36,38,40,44),, bobot segar umbi per sampel (Lampiran 47), bobot
kering umbi per sampel (Lampiran 49), menunjukkan bahwa kompos kascing
memperbaikii pertumbuhan vegetatif tanaman. Ini disebabkan karena kompos
kascing sebagai pupuk organik diketahui memiliki sifat fisik yang baik untuk
mendorong pertumbuhan tanaman bawang merah. Dengan penambahan pupuk
organik ke dalam tanah diharapkan dapat merubah sifat fisik tanah dan
menyediakan bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman
akan mengakibatkan pertumbuhan yang lebih baik. Pertumbuhan tanaman dapat
dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan.
Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah, menyuburkan tanah, dan menambah unsur hara, menambah
humus, mempengaruhi kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah, di samping
itu juga dapat meningkatkan kapasitas mengikat air tanah. Pada tanah dengan
kandungan C-organik tinggi unsur hara menjadi lebih tersedia bagi tanaman,
sehingga pemupukan lebih efisien Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto
(2002) bahwa bahan organik mempunyai peranan penting dalam mempertahankan
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Tanah yang kaya bahan organik
mengalami pemadatan dibandingkan dengan tanah yang mengandung bahan
organik rendah. Tanah yang kaya bahan organik relatif lebih sedikit hara yang
terfiksasi oleh mineral tanah sehingga yang tersedia bagi tanaman lebih besar.
Hara yang digunakan oleh mikroorganisme tanah bermanfaat dalam mempercepat
aktivitasnya meningkatkan kecepatan dekomposisi dahan organik dan
mempercepat pelepasan hara. Irwan dkk (2005) juga yang menyatakan bahwa
pemberian pupuk kascing memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot segar, dan bobot kering tanaman, dibandingkan
tanpa pemberian pupuk kascing.
Pengaruh Pemberian Urine Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
Dalam penelitian ini pemberian urine kambing tidak memberikan
pengaruh yang nyata pada semua parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering dan jumlah siung. Hal ini
diduga karena rendahnya kandungan unsur hara pada urine kambing, yaitu N
0,63 %, P 0,04 %, dan K 1,02 % (Lampiran 8). Selain kandungan hara yang
sedikit, urine kambing juga termasuk pupuk panas, yang cepat terurai, sehingga
ketersediaan unsur hara untuk bawang merah ini cepat habis dan tidak tersedia
lagi. Wibowo (1987) menyatakan bahwa bawang merah membutuhkan pupuk N,
P, dan K masing masing 100kg, 150kg dan 100 kg per hektar. Dengan demikian,
kandungan unsur hara di dalam urine kambing tidak mencukupi kebutuhan
tanaman bawang merah.
Selain itu, dari data curah hujan BMKG Sumatera Utara Wilayah I, terlihat
hara yang disemprotkan melalui permukaan daun. Sesuai dengan ini,
Lingga dan Marsono (2000) menyatakan bahwa penyemprotan pupuk pada daun
jangan dilakukan menjelang atau ketika musim hujan, karena pupuk akan habis
tercuci oleh air hujan, lagi pula pada saat itu, stomata sedang tertutup sehingga
pupuk tidak akan dapat masuk secara optimal.
Interaksi Pemberian Kompos Kascing dan Urine Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
Interaksi pemberian kompos kascing dan urine kambing berpengaruh
nyata untuk parameter tinggi tanaman pada umur 2 hingga 7 MST, dan jumlah
daun pada umur 2 hingga 7 MST. Hal ini karena kompos kascing dan urine
kambing merupakan bahan oeganik yang baik untuk pertumbuhan bawang merah.
Hal ini sesuai dengan literatur Sirwin, dkk (2007) yang menyatakan . Hal ini
dapat dilihat dari sifat-sifat kimia tanah dan kascing seperti kandungan unsur hara
N dan P didalam kascing lebih tinggi, begitu pula dengan C-organik dan bahan
organik tanah. Atas dasar sifat-sifat kascing tersebut dapat diharapkan pemberian
kascing ini dapat meningkatkan status hara N, P dan K serta serapannya untuk
tanaman bawang merah. Kombinasi kompos kascing dan urine kambing adalah
kombinasi pupuk organik, menurut Novizan (2002) beberapa keunggulan pupuk
organik adalah mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro, memperbaiki
granulasi tanah, mengandung asam humat yang mampu meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah, mampu meningkatkan pH tanah pada tanah masam dan tidak
menyebabkan pulosi tanah dan polusi air.
Untuk parameter – parameter produksi, yaitu bobot segar, bobot kering
berpengaruh nyata. Diduga, untuk parameter jumlah siung, faktor yang
mempengaruhi adalah faktor genetis dan tidak bisa dipengaruhi oleh faktor luar.
Untuk parameter bobot segar dan bobot kering, diduga pengaruh pemberian
kascing lebih berpengaruh daripada urine karena kascing diaplikasikan sebelum
tanam, sedangkan urine diaplikasikan setelah tanam ke daun, dimana saat itu
curah hujan tinggi, sehingga diduga urine kambing tercuci oleh air hujan,
sebagaimana dinyatakan oleh Lingga dan Marsono (2000) yaitu bahwa
penyemprotan pupuk pada daun jangan dilakukan memjelang atau ketika musim
hujan, karena pupuk akan habis tercuci oleh air hujan, lagi pula pada saat itu,
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kompos kascing berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman pada umur
2,3,4,5,6, dan 7 MST, jumlah daun pada umur 2,3,4,5,6 dan 7 MST, jumlah
anakan pada 2,3,6 dan 7 MST dan bobot segar umbi tanaman.
2. Pemberian urine kambing tidak berpengfaruh nyata pada semua parameter
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot kering
dan jumlah siung.
3. Interaksi pemberian kompos kascing dan urine kambing berpengaruh
signifikan pada parameter tinggi tanaman 2,3,4,6, dan 7 MST, jumlah daun
2,3,4,5, dan 7 mst. Sedangkan pada parameter produksi meliputi bobot segar,
bobot kering dan jumlah siung tidak berpengaruh.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan dosis optimal
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius, Yogyakarta.
Irwan, A.W., A. Wahyudin., dan Farida. 2005. Pengaruh Dosis Kascing dan
Bioaktivator terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) yang dibudidayakan secara organik. Jurnal
Kultivasi (2005) Vol 4 (2) : 136 – 140.
Krishnawati, Desiree. 2001 Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Kentang. Skripsi Jurusan F-MIPA, ITS, Surabaya.
Lakitan, B. 1995 Dasar Fisiologi Tumbuhan. Grafindo Persada, Jakarta.
Lingga, P dan Marsono, 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mulat, T., 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik Berkualitas. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rahayu, E, dan Berlian,N. V. A, 1999. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rismunandar, 1989. Menbudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru, Bandung.
Rukmana, E 2004 Teknik Pelaksanaan Kegiatan Efikasi Zat Perangsang Tumbuh Pada Bawang Merah. Buletin Teknik Pertanian Vol. 9. No 2, 2004.
Rukmana, R, 1995. Bawang Merah Budidaya Dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius, Jakarta.
Sirwin, R.M, Mulyati, dan E. S. Lolita. 2007. Peranan Kascing dan Inokulasi Jamur Mikoriza Terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Unram.
Steel, R. G. R dan Torrie, J. H., 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sudirja, 2010. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmrh/
Alternaria partrait.html [12 Juni 2010].
Susanto, R.2002. Penerapan Pertanian Organik, kanisius, Yogyakarta.
Sutarya, R. dan G. Grubben, 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sutejo, Mulyani, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Tarmizi, 2010. Kandungan Bawang Merah dan Khasiatnya. UI, Jakarta.
Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman Bertanam Bawang merah. CV Yrama Widya. Bandung.
Wibowo, S., 2007. Budidaya Bawang Merah, Bawang Putih, dan Bawang Bombay . Penebar Swadaya, Jakarta.
Provinsi Sumatera Utara, Medan.[17 September 2010].
[17 september 2010].
Lampiran 1. Bagan penelitian
50 cm 120 cm
100 cm
U
B T
S
Blok I Blok II Blok III
K0U0
K2U1
K1U0
K1U2
K2U2
K0U2
K2U1
K0U0
K1U1
K2U1
K0U2
K1U2
30 cm
K2U0
K0U2
K1U1
K2U2
K1U2
K2U0
K0U1
K1U0
K0U1
K2U2
K0U0
K2U0
K0U1
K1U1
K1U0
K3U0
K3U2
K3U1
20 cm
X X X X X X
20 cm
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
X X X X X X
Lampiran 2. Bagan penanaman pada plot
120 cm
100 cm
Lampiran 3. Kebutuhan kascing
Jarak Tanam : 20 cm x 20 cm = 0,04 m2
Populasi : Luas Lahan / Jarak Tanam : 10.000 m2 /0,04 m2
: 250.000 Populasi
Dosis Anjuran : 5 Ton / Ha (Mulat, 2003) : 5000 Kg / Ha
Dosis Anjuran / Tan : 5000/250.000 : 0,02 Kg / Tan : 20 g / Tan
Lampiran 4. Deskripsi bawang merah varietas Bima
Tinggi tanaman : 25-44 cm
Jumlah anakan : 7-12
Bentuk daun : Silindris
Warna daun : Hijau
Jumlah daun : 14-50 helai
Umur panen : ±60 HST
Pembungaan : 50 hari, agak sukar
Jumlah biji : 120-16
Tangkai bunga/ rumpun : 2-4
Buah/tangkai : 60-100
Biji : Bulat, agak gepeng, berkeriput hitam
Bentuk umbi : Lonjong
Potensi produksi : 9,9 ton/ha
Susut Bobot : 21,5 %
Tahan terhadap : Busuk umbi
Lampiran 5. Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian
NO. JENIS KEGIATAN
MINGGU KE-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 Persiapan urine kambing X
2 Persiapan lahan X
3 Persiapan bibit X
4 Penanaman X
5 Aplikasi kascing X
6 Aplikasi urine X X X X X X
7 Pemeliharaan tanaman
Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lahan
Penyulaman Disesuaikan dengan kondisi lahan
Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lahan
8 Panen X
9 Pengeringan X X
10 Pengamatan parameter
Tinggi tanaman X X X X X X