• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI

DI KELURAHAN MATANG SEULIMENG

KOTA LANGSA TAHUN 2008

NUR AFNI

075102029

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Hubungan Antara Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

Nama : Nur Afni

NIM : 075102029

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Pembimbing,

(3)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN

MATANG SEULIMENG KOTA LANGSA TAHUN 2008

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juni 2008 Yang Menyatakan,

(4)

NIM : 075102029

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Abstrak

Pada tahun 2007 jumlah penduduk Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa, terbanyak keempat di dunia, namun program KB belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, upaya pengendalian jumlah penduduk agar tidak bertambah terlalu cepat harus tetap menjadi perhatian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi. Penelitian dilakukan di Kelurahan Seulimeng Kota Langsa, dengan populasi sebanyak 605 orang. Sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 86 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. Uji statistik Chi Square, X2hitung (10,705) >

X2tabel (3,841), dengan propabilitas (p) 0,001<0,05. Ada hubungan yang signifikan

pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. Uji statistik Chi Square, X2hitung (9,420) > X2tabel (5,591),

dengan propabilitas (p) 0,009<0,05.

Disimpulkan bahwa, pengetahuan dan pendidikan ibu di Kelurahan Seulimenag Kota Langsa berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada ibu yang berpengetahuan rendah dan berpendidikan dasar.

Kata kunci: Pengetahuan, Pendidikan, Pemakaian Alat Kontrasepsi

(5)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis ilmiah ini, dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008.

Penulis menyadari bahwa segala sesuatu yang tertulis dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan yang disebabkan masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, setiap kritik dan saran sangat diperlukan penulis untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

2. dr. Murniati Manik, MSc,SpKK selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik FK USU

3. dr. Letta Sari Lintang, SpOG, selaku pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM) dan Ibu Djumiati, SKM, M.Kes, selaku penguji yang telah memberikan saran dan krit.ik demi kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

(6)

secara moril maupun materil.

7. Teman-teman seangkatan 2007 yang juga telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Akhir kata, Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua dan segala budi baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Amin.

Penulis

(7)

Halaman

1.2. Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 29

4.1. Desain Penelitian ... 29

4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

4.2.1. Populasi ... 29

4.2.2. Sampel ... 29

4.3. Lokasi Penelitian ... 30

4.4. Pertimbangan Etik ... 31

4.5. Instrumen Penelitian ... 31

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 31

4.7. Pengumpulan Data ... 31

(8)

5.1.1. Karakteristik Responden ... 34

5.1.2. Pemakaian Alat Kontrasepsi ... 35

5.1.3. Pengetahuan Ibu ... 36

5.1.4. Pendidikan Ibu ... 38

5.1.5. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa ... 39

5.1.6. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa ... 40

5.2. Pembahasan ... 41

5.2.1. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa ... 41

5.2.2. Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa ... 42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

6.1. Kesimpulan ... 45

6.2. Saran ... 45 DAFTAR PUSTAKA

(9)

Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Matang

Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008 ... 35 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Berdasarkan

Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008 ... 35 Tabel 5.3. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kontrasepsi

di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun

2008 ... 36 Tabel 5.4. Distribusi Jawaban Responden Tentang Alat Kontrasepsi

di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun

2008 ... 37 Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Kelurahan

Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008 ... 38 Tabel 5.6. Tabel Silang Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan

Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008 ... 39 Tabel 5.7. Tabel Silang Hubungan Pendidikan Ibu Dengan

(10)

Lampiran 1. Time Table Lampiran 2. Biaya Penelitian

Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Data Hasil Ujicoba Kuesioner Lampiran 6. Uji Validitas kuesioner

Lampiran 7. Uji Reliabilitas Kuesioner Lampiran 8. Master Data Penelitian Lampiran 9. Output SPSS

Lampiran 10. Persetujuan Penelitian Dari Program D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. Surat Batasan Penelitian dari Lurah Kelurahan Seulimeng Kota Langsa

(11)

Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

Nama : Nur Afni

NIM : 075102029

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Abstrak

Pada tahun 2007 jumlah penduduk Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa, terbanyak keempat di dunia, namun program KB belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, upaya pengendalian jumlah penduduk agar tidak bertambah terlalu cepat harus tetap menjadi perhatian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi. Penelitian dilakukan di Kelurahan Seulimeng Kota Langsa, dengan populasi sebanyak 605 orang. Sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 86 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. Uji statistik Chi Square, X2hitung (10,705) >

X2tabel (3,841), dengan propabilitas (p) 0,001<0,05. Ada hubungan yang signifikan

pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. Uji statistik Chi Square, X2hitung (9,420) > X2tabel (5,591),

dengan propabilitas (p) 0,009<0,05.

Disimpulkan bahwa, pengetahuan dan pendidikan ibu di Kelurahan Seulimenag Kota Langsa berhubungan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada ibu yang berpengetahuan rendah dan berpendidikan dasar.

Kata kunci: Pengetahuan, Pendidikan, Pemakaian Alat Kontrasepsi

(12)

1.1. Latar Belakang

Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas tidak memadai merupakan salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari masalah pengangguran, kesehatan, pendidikan, kekurangan pangan, sampai dengan kerusakan lingkungan dan bencana alam akhir-akhir ini sering terdengar. Oleh karena itu, disamping upaya pembangunan di bidang ekonomi yang semakin ditingkatkan, pengendalian jumlah penduduk agar tidak bertambah terlalu cepat harus tetap menjadi perhatian (Nasrin, 2008).

Isu kependudukan merupakan isu yang mendesak, mengingat jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 yang mencapai 219 juta jiwa, mengharuskan pemerintah untuk memberikan perhatian khusus pada masalah ini. Selain itu, Indonesia menyandang peringkat 111 dari 117 negara pada Human development Indeks (HDI) 2005 yang membuktikan bahwa peningkatan jumlah penduduk

tersebut tidak diikuti oleh peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah penduduk ini melalui Program Keluarga Berencana (KB). (Dwijayanti, 2006)

(13)

IUD, 14,2% pengguna implan, 5,5% sterilisasi, dan 1,0% pengguna kontrasepsi lain. (Bur, 2006).

BKKBN Nanggroe Aceh Darussalam bersama 6388 pos KB Gampong dan 422.286 peserta KB Aktif yang tersebar di seluruh Aceh terus memsosialisasikan program KB. Pemakaian alat kontrasepsi ini masih didominasi kaum wanita sebagai peserta KB aktif. Kaum wanita masih memilih alat kontrasepsi suntikan dan pil sebagai pilihan utama. Wanita yang memakai Pil mencapai 191.499 atau 62% sedangkan yang menggunakan suntikan mencapai 191.461 atau 45,4%. Sedangkan yang memakai IUD, MOP, MOW Implant masih di bawah 2%. (Nasrin, 2008).

Di Kota Langsa jumlah pemakaian alat kontrasepsi masih rendah yaitu sebesar 52%, dibandingkan dengan kota / kabupaten lainnya di wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang mencapai 75%.

Pada rencana pembangunan nasional ditegaskan bahwa selain pengendalian kelahiran dan penurunan kematian, diperlukan peningkatan kualitas program KB agar terwujud penduduk Indonesia yang berkualitas. Dengan demikian sangat tepat apabila dalam paradigma baru program KB difokuskan pada upaya–upaya baru yang lebih efektif untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sebagai perwujudan pelaksanaan paradigma baru program KB nasional, maka visi mewujudkan NKKBS telah diganti dengan “Visi Keluarga Berkualitas tahun 2015”. (Depkes RI, 2005).

(14)

Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna mencapai tujuan pembangunan nasional. (Soedharto, 2000).

Pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi. (BKKBN, 2006)

Dari data di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa terdapat 6545 jiwa penduduk, dengan jumlah pasangan usia subur 605 orang yang tersebar dalam lima lingkungan. Dari jumlah tersebut terdapat diantaranya 280 orang tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Studi pendahuluan yang penulis lakukan di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa menunjukkan bahwa sebagian besar pasang usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi disebabkan pengetahuan yang minim dan rendahnya tingkat pendidikan mereka.

(15)

1.2 Pertanyaan Penelitian

Dari uraian latar belakang di atas, pertanyaan penelitian ini adalah ”Bagaimana hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.

b. Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi

Sebagai masukan dalam memberikan informasi tentang pelaksanaan program KB di masyarakat desa

1.4.2 Bagi Program D-IV Bidan Pendidik

(16)

1.4.3 Bagi Masyarakat

Menjadi masukan dan bahan informasi bagi masyarakat tentang pentingnya masalah kontrasepsi

1.4.4 Bagi Peneliti

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kontrasepsi

Menurut Winkjosastro (2002) kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.

Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau fisiologik (theoretical effectiveness), daya guna pemakaian (use effectiveness), dan daya guna demografik (demographic effectiveness). Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila dipakai secara tepat, sesuai dengan instruksi dan tanpa kelalaian. Daya guna pemakaian adalah perlindungan terhadap konsepsi yang ternyata pada kenyataan sehari-hari dipengaruhi oleh faktor ketidakhati-hatian, tidak taat azas, motivasi, keadaan sosial ekonomi, budaya, pendidikan, dan lain-lain. Daya guna demografik menunjukkan berapa banyak kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran. (Winkjosastro, 2002)

2.2 Metode Kontrasepsi

2.2.1 Metode Amenorea Laktasi

(18)

bulan, kontrasepsi ini bekerja dengan cara penundaan atau penekanan ovulasi. (Saifuddin, 2003)

Keuntungan kontrasepsi ini adalah efektivitas tinggi (keberhasilan 98%) pada enam bulan pertama pasca persalinan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat atau alat, dan tanpa biaya. (Saifuddin, 2003)

2.2.2 Keluarga Berencana Alamiah

a. Metode Lendir Serviks/Metode Ovulasi Billings (MOB)

Dasar metode billing adalah pengenalan ovulasi dengan memperhatikan perubahan pada jumlah dan konsistensi mukus serviks sebagai reaksi terhadap perubahan kadar hormon-hormon ovarium yang ada di dalam darah. Wanita yang ingin menghindari kehamilan harus menghindari hubungan seksual sejak saat dia menyadari akan terjadinya ovulasi sampai tiga hari setelah ovulasi.

Mukus atau lendir serviks sangat penting artinya dalam membantu sperma untuk bergerak naik lewat serviks dan uterus. Pada saat ovulasi, mukus serviks dipersiapkan oleh kadar estrogen yang tinggi sehingga pada saat ini mukus menjadi encer, jernih, mudah mulur, dan dapat ditembus sperma. (Farrer, 2003)

b. Sistem Kalender

(19)

pada keteraturan siklus haid dan fase luteal yang konstan.Cara ini tidak cocok bagi wanita yang siklus haidnya tidak teratur dan yang mendekati menopause. Metode ini juga tidak dapat dilaksanakan pada waktu laktasi, kecuali pada periode abstinensia yang lama. Angka kegagalan pada metode ini cukup tinggi dan sudah tidak dipakai lagi tidak diajarkan lagi oleh petugas kesehatan.

c. Metode Temperatur

Metode ini dilaksanakan berdasarkan pengetahuan bahwa progesteron mempunyai efek termogenik (efek menaikkan suhu tubuh). Wanita yang ingin menggunakan metode ini harus mencatat suhu basalnya setiap pagi dan pada saat ovulasi, progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum akan menyebabkan kenaikan suhu tubuh sebesar kurang lebih 0,5°C. Kenaikan ini akan bertahan sampai korpus luteum mengalami degenerasi, yaitu beberapa hari sebelum dimulainya masa haid. Dengan metode ini, wanita tersebut tidak dapat meramalkan kapan ovulasi akan terjadi dan baru mengetahuinya setelah ovulasi terjadi. Karena itu penerapan metode ini secara ketat akan meliputi abstinensia (puasa senggama) sejak mulai menstruasi sampai tiga hari penuh setelah suhu tubuh naik. Keraguan dapat timbul akibat variasi temperatur oleh sebab-sebab lain, seperti infeksi. (Farrer, 2003)

d. Metode Simtotermal

(20)

mengamati suhu tubuh dan lendir serviks. Setelah darah haid berhenti, ibu dapat bersenggama pada malam hari kering dengan berselang sehari selama masa tak subur. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, pada masa ini harus pantang senggama sampai masa subur berakhir. (Saifuddin, 2003)

e. Senggama Terputus

Menurut Sinclair (2001) Cara kerja metode ini dengan cara menarik keluar penis yang sedang ereksi dari vagina sebelum ejakulasi untuk mencegah sperma masuk ke dalam vagina. Butuh pengalaman tentang orgasme dan kontrol diri dari pasangan masing-masing.

Senggama terputus merupakan metode tertua di dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat. Di Perancis abad ke-17, metode senggama terputus merupakan metode untuk menghindari kehamilan. Kekurangan metode ini adalah mengganggu kepuasan kedua belah pihak. Kegagalan hamil sekitar 33% sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan, terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang tertumpah di luar sebagian dapat masuk ke genitalia, dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah pihak. (Manuaba, 2004)

2.2.3 Metode Barier

a. Diafragma

(21)

Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam rahim. (Praputranto, 2005).

Diafragma vagina yang berupa kubah karet sirkular dengan garis tengah bervariasi yang diperkuat dengan cincin logam melingkar, dapat sangat efektif apabila digunakan bersama dengan jeli atau krim spermisida. (Cunningham, 2005)

c. Spermisida

Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Setelah pemasangan sekitar 5 sampai 10 menit, hubungan seks dapat dilaksanakan agar spermisida dapat berfugsi. Kekurangan spermisida adalah merepotkan menjelang hubungan senggama, nilai kepuasan berkurang, dapat menimbulkan iritasi atau alergi, kejadian hamil tinggi sekitar 35% karena pemasangan tidak sempurna atau terlalu cepat melakukan hubungan senggama. (Manuaba, 2004)

(22)

2.2.4 Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi ini menggunakan hormon, dari progesteron sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan kontrasepsi ini dilakukan dalam bentuk pil, suntikan, atau susuk. (Praputranto, 2005)

Menurut Ridarineni (2006) fungsi utama dari kontrasepsi ini adalah untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi), kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh. Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat hormonal, yaitu:

a. Kontra indikasi mutlak (sama sekali tidak boleh diberikan): kehamilan, gejala trhomboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam rahim.

b. Kontra indikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif dari dokter): penyakit kencing manis, hipertensi, perdarahan vagina berat, penyakit ginjal dan jantung.

Menurut Manuaba (2004) sifat khas kontrasepsi hormonal adalah sebagai berikut:

(23)

b. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, akne, kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, dan liang senggama kering.

Macam-macam bentuk kontrasepsi hormonal : a. Pil KB

Macam-macam bentuk pil KB adalah sebagai berikut:

1) Pil kombinasi: sejak semula telah terdapat kombinasi, komponen progesteron atau estrogen.

2) Pil sekuensial: mengandung komponen yang disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh, dua belas pil pertama hanya mengandung estrogen, pil ketiga belas dan seterusnya merupakan kombinasi.

3) Progesteron: hanya mengandung progesteron dipergunakan ibu post partum.

4) KB darurat hormonal: digunakan segera setelah hubungan seks.

Sistem kemasan pil diatur dengan sistem 28 dan sistem 22/21, pada sistem 28 peserta KB pil terus minum pil tanpa pernah berhenti, sedangkan pada sistem 22/21 peserta KB pil berhenti minum pil selama 7 sampai 8 hari dengan mendapat kesempatan menstruasi. (Manuaba, 2004)

Cara mengkonsumsi pil KB: 1) Minumlah pil KB dengan teratur

2) Bila lupa, maka pil KB yang harus diminum menjadi dua

(24)

4) Gangguan ringan dalam bentuk mual, muntah, sebaiknya diatasi. Bila komplikasi yang berat dalam bentuk perdarahan dan mual muntah berlebihan penderita harus melakukan konsultasi atau dirujuk. (Manuaba, 2004)

b. Suntik KB

Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik. Penyuntikan

ini dilakukan setiap 3 bulan sekali (depo provera), 10 minggu (norigest), dan setiap 1 bulan (cyclofem). (Praputranto, 2005)

Menurut Varney dkk (2001), efek samping yang mempengaruhi ibu adalah sebagai berikut:

1) Perubahan menstruasi, untuk beberapa bulan terjadi perdarahan dan bercak yang ireguler dan tidak dapat diduga sampai terjadi amenorea pada sebagian besar wanita.

2) Pemulihan fertilitas yang lambat setelah penghentian pemakaian 50% sampai 70% wanita menjadi hamil pada akhir tahun pertama pemakaian, namun dapat terjadi penundaan 18-24 bulan

Menurut Manuaba (2004) keuntungan suntik KB : 1) Pemberiannya sederhana

2) Tingkat efektifasnya tinggi

3) Hubungan seks dengan suntikan bebas 4) Pengawas medis yang ringan

(25)

6) Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi 7) Suntikan KB cyclofem diberikan setiap bulan dan peserta KB akan

mendapatkan menstruasi c. Susuk KB/ Implan

Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus silastik (plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon atau levonorgestrel, susuk tersebut akan megeluarkan hormon tersebut sedikit demi sedikit. (Praputranto, 2005)

Menurut Manuaba (2004), setiap kapsul susuk mengandung 36 mgr levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mcg.

Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesteron yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan menghalangi migrasi spermatozoa, dan dapat menyebabkan situasi endometrium tidak siap menjdi tempat nidasi. Keuntungan metode susuk KB adalah:

1) Dipasang selama lima tahun 2) Kontrol medis ringan

(26)

Kerugian metode susuk KB adalah

1) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapat menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur

2) Berat badan bertambah

3) Menimbulkan akne, ketegangan payudara 4) Liang senggama terasa kering

2.2.5 Metode Mekanik

a. Kondom

Dulu kondom terbuat dari kulit atau usus binatang. Setiap akan digunakan direndam dulu, kemudian terbuat dari linen, kini kondom terbuat dari karet yang tipis dan elastis, bentuknya seperti kantong. Fungsi kondom sebenarnya untuk menampung sperma sehingga tidak masuk kedalam vagina. Perlindungan tersebut efektif 90%. (Praputranto, 2005)

Menurut Cunningham, dkk (2005) apabila digunakan dengan benar kondom menghasilkan proteksi yang cukup besar tetapi tidak mutlak terhadap beragam penyakit menular seksual, termasuk infeksi HIV, gonorea, sifilis, herpes, klamidia, dan trikomoniasis.

(27)

b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat ini berupa benda kecil terbuat dari plastik atau logam yang dimasukkan ke dalam kavum endometrium, AKDR atau sering disebut IUD (Intra Uterine Device), dimasukkan ke dalam rahim (sebagai prosedur steril) setelah sebelumnya ditarik masuk ke dalam aplikator khusus. Setelah insersi, IUD tersebut akan kembali kepada bentuk semula, yaitu bentuk pegas, sebagian besar IUD memiliki seutas benang yang kecil. Benang ini menjulur ke dalam vagina sehingga wanita yang mengenakannya dapat mengecek keberadaan alat tersebut. Keberadaan benang tersebut di dalam vagina biasanya tidak mengganggu senggama. (Farrer, 2003)

Menurut Winkjosastro dkk (2002), sampai sekarang belum ada orang yang yakin bagaimana mekanisme kerja AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebukan leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.

(28)

Keuntungan AKDR adalah:

1) Dapat diterima masyarakat dengan baik

2) Pemasangan tidak memerlukan medis teknis yang sulit 3) Kontrol medis yang ringan

4) Penyulit tidak terlalu berat

5) Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik Kerugian AKDR adalah:

1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR di dalam 2) Terdapat perdarahan spotting dan menometroragia

3) Leukorea sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah

4) Dapat terjadi infeksi

5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik

6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan porsio (Manuaba, 2004)

Di Indonesia telah banyak dicoba AKDR generasi kedua seperti spiral Margulis, lippes loop, AKDR M (Metal) dengan hasil yang baik. Kini telah dikembangkan AKDR generasi ketiga yang mengandung Cu atau hormonal diantaranya Seven Cupper, multiload, Cupper T380 A, Medosa, dan progestasert (AKDR dengan progesterone). BKKBN

(29)

2.2.6 Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi

Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterina dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai seumur hidup, kadang-kadang tindakan ini masih dapat dipulihkan seperti semula (Winkjosastro dkk, 2002)

Dahulu tindakan ini disebut sterilisasi dan dilakukan atas indikasi medis, seperti kelainan jiwa, kemungkinan kehamilan yang dapat membahayakan nyawa ibu atau penyakit keturunan. Kini tubektomi dilakukan untuk membatasi jumlah anak. (Winkjosastro dkk, 2002)

Cara melakukan sterilisasi telah mengalami banyak perubahan. Pada abad ke-19, sterilisasi dengan mengangkat uterus atau kedua ovarium. Pada tahun 50-an dilakukan dengan memasukkan AgNO3 melalui kanalis servikalis ke dalam tuba uterina. Pada akhir abad ke-19, dilakukan dengan mengikat tuba uterina namun cara ini mengalami banyak kegagalan sehingga dilakukan pemotongan dan pengikatan tuba uterina. Dulu, sterilisasi dibantu oleh anastesi umum dengan membuat sayatan atau insisi yang lebar dan harus dirawat di rumah sakit. Kini operasinya tanpa dibantu anastesi umum dengan hanya membuat insisi kecil dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. (Winkjosastro dkk, 2002)

(30)

dilakukan dalam 24 jam pertama atau selambat-lambatnya 48 jam pertama. Apabila lewat dari 48 jam maka tubektomi akan dipersulit oleh edema tuba uterina, infeksi, dan kegagalan. Edema tuba uterina akan berkurang setelah hari 7-10 pasca persalinan. Tubektomi setelah hari itu lebih dipersulit oleh adanya penciutan alat-alat genital dan mudahnya terjadi perdarahan. (Winkjosastro dkk, 2002)

Ada 4 cara tindakan untuk mencapai tuba uterin yaitu laparotomi biasa, laprotomi mini, kolpotomi posterior, dan laparoskopi. Ada 6 cara melakukan tubektomi yaitu cara pomeroy, kroemer, irving, pemasangan cincin Falope, klip filshie dan elektro-koagulasi disertai pemutusan tuba. (Winkjosastro dkk, 2002)

b. Vasektomi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia, sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria maupun pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga. (Saifuddin dkk, 2003)

(31)

kontrasepsi pada tindakan ini baru tercapai setelah semua sperma yang tertinggal di atas bagian vasa deferensia yang dipotong itu sudah terdorong keluar dalam tubuh. Ekskresi sperma keluar tubuh ini memerlukan 20-30 kali ejakulasi. (Farrer, 2003).

2.2.7. Pemakaian Alat Kontrasepsi

Menurut Maryani (2002), banyak pasangan usia subur harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, pasangan usia subur harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak.

(32)

konsekuensi yang merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali. (Maryani, 2002)

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menunjukkan bahwa 94,6 % penduduk Indonesia mengetahui tentang KB, 69,3% pernah menggunakan alat kontrasepsi, dan 49,7 % saat ini menggunakan alat kontrasepsi.

Penelitian Soedharto (2000), menunjukkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Asanon masih sangat rendah (25,42%), dengan jumlah pasangan usia subur di kelurahan tersebut sebanyak 423 orang.

2.3 Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru. (Ahmadi, 2001)

(33)

Menurut Notoatmodjo (2003), bahwa sumber ilmu pengetahuan tertentu yang dimiliki dan dikuasai oleh seseorang diperoleh melalui pengalaman, baik secara individual maupun dalam masyarakat.

Pengetahuan masyarakat terhadap program KB sudah semakin tinggi. Hal ini ditandai dengan peningkatan peserta KB baru sebanyak 374.043 peserta KB. Ini menandakan bahwa keingintahuan masyarakat terhadap pentingnya program KB sudah semakin tinggi, dimana masyarakat tidak lagi pasif menunggu untuk mendapatkan informasi dan pelayanan KB, tetapi aktif mendatangi tempat pelayanan KB seperti Klinik KB Pemerintah, Klinik KB Swasta, Dokter Praktek Swasta, dan Bidan Praktek Swasta. (BKKBN, 2004).

Menurut BKKBN (2006) pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi.

Hasil penelitian Soedharto, (2000), yang meneliti keikutsertaan pasangan usia subur di Kelurahan Asanon dalam menggunakan alat kontrasepsi menunjukkan bahwa rendahnya penggunaan alat kontrasepsi berkaitan dengan rendahnya pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi.

(34)

pengetahuan seseorang, maka semakin mudah untuk menerima ide dan teknologi baru (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan, menanamkan, menumbuhkan, nilai-nilai pada peserta didik. (Sukmadinata, 2005)

Menurut Bastable (2002) proses pendidikan adalah rangkaian tindakan yang sistematis, berurutan, dan terencana, terdiri dari dua operasi utama yang interpenden.

Menurut Depdiknas (2003), jalur pendidikan terdiri dari:

1. Pendidikan dasar adalah pendidikan umum yang lainnya sembilan tahun, diselenggarakan selama 6 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

(35)

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia.

3. Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah dijalur pendidikan sekolah. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

Dari hasil penelitian Bappenas (2002), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dengan pemakaian alat kontrasepsi. Persentase pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi berpendidikan tinggi (82,43%), lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah (62,71%) dan dasar (42,41%).

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide baru.

(36)

3.1 Kerangka Konseptual

Menurut BKKBN (2006) pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi.

Salah satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang tujuan program Keluarga Berencana, yaitu melalui pendidikan. (Soedharto, 1990). Dari hasil survey demografi dan kesehatan penduduk Indonesia didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dengan pemakaian alat kontrasepsi. (Bappenas, 1992)

(37)

Pengetahuan

Pendidikan

Pemakaian alat Kontrasepsi Bagan 3.1.

Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2 Definisi Konseptual

1. Pemakaian alat kontrasepsi adalah upaya yang dilakukan individu untuk mencegah kehamilan, upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. (Winkjosastro, 2002)

2. Pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru. (Ahmadi, 2001)

(38)

3.3 Definisi Operasional

1. Pemakaian kontrasepsi adalah penggunaan alat kontrasepsi sebagai sarana untuk menjarangkan anak yang digunakan ibu di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa, berdasarkan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner dengan kategori :

Hasil Ukur: 1) Tidak Pakai 2) Pakai

Skala ukur: Ordinal Alat Ukur: Kuesioner

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang kontrasepsi berdasarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner sebanyak 20 pertanyaan dengan dua pilihan jawaban. Jawaban yang benar diberi skor 1, sedangkan jawaban yang salah diberi skor 0. Skor yang dapat diperoleh responden adalah sebagai berikut :

1) Skor minimum adalah 0 (skor minimum dari setiap aspek jawaban kali jumlah soal) = 0 x 20 = 0

2) Skor maksimum 20 (skor maksimum dari setiap aspek jawaban kali jumlah soal) = 1 x 20 =20

(39)

=

Maka aspek kategori pengetahuan dibedakan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Baik, jika mendapat skor 11-20

2) Kurang Baik, jika mendapat skor <11. Skala ukur: Ordinal

Alat Ukur: Kuesioner

c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diselesaikan oleh responden,

Hasil Ukur:

1) Dasar (berpendidikan SD dan SMP / sederajat) 2) Menengah (berpendidikan SMU/sederajat) 3) Tinggi (berpendidikan diploma / sarjana) Skala ukur: Ordinal

Alat Ukur: Kuesioner

3.4 Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi

(40)

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan usia subur yang ada di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa yang berjumlah 605 orang. 4.2.2 Sampel

Pengambilan sample dalam penelitian ini dengan cara simple random sampilng, yaitu dilakukan dengan cara mengacak atau melakukan

random terhadap lima lingkungan yang terdapat di kelurahan Matang Seulimeng kota Langsa, dan didapatkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 orang dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

n =

) ( 1 N d2

N

Keterangan:

(41)

Berdasarkan rumus di atas maka besarnya sampel

Dengan jumlah PUS sebanyak 605 orang terbagi dalam 5 lingkungan dengan jumlah masing-masing sebagai berikut : Lingkungan I = 128 orang, Lingkungan II = 97 orang, Lingkungan III = 131 orang, Lingkungan IV = 148 orang, dan Lingkungan V = 101. Untuk menentukan jumlah sampel di tiap lingkungan dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

1. Lingkungan I =

4.3 Lokasi Penelitian

(42)

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam pengambilan data ini, peneliti akan membuat surat persetujuan penelitian (informed consent), yaitu persetujuan untuk menjadi responden, dan ditandatangani oleh responden, kuesioner tidak mencantumkan nama responden (anonimity), jawaban yang diberikan responden adalah jawaban sendiri tanpa dipengaruhi oleh siapapun dan akan dijaga kerahasiaannya (confidentiality).

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data tentang hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu di kelurahan Matang Seulimeng Langsa Kota, maka peneliti menyediakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang berisi 20 pertanyaan tertutup tentang alat kontrasepsi, dimana responden tinggal membubuhkan tanda checklist () pada kolom jawaban yang dianggap benar.

4.6 Validitas dan Reliabilitas Data

Dari hasil ujicoba kuesioner yang disebarkan pada 20 orang responden menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan yang diujicoba dinyatakan valid dan reliable. Nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha diperoleh sebesar 0,9352. Hasil ujicoba kuesioner dapat dilihat pada Lampiran ujicoba validitas dan reliabilitas

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara:

(43)

2. Setelah mendapat izin dari Akademik, peniliti mengantar surat izin tersebut ke Kantor Lurah Desa Matang Seulimeng Kota Langsa.

3. Setelah mendapat izin dari Lurah Desa Matang Seulimeng, peneliti melaksanakan proses pengumpulan data dari responden.

4. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden dan meminta kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian.

5. Setelah responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani.

6. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden.

7. Peneliti mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang dialami dengan jujur dan mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan dan pernyataan yang ada dilembar kuesioner.

8. Selain itu peneliti memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang disusun peneliti.

4.8 Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1 Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. 2 Coding

(44)

3 Data Entry

Memasukkan data ke dalam database komputer dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS.

4. Tabulating

Memasukkan hasil pengolahan data ke dalam tabel untuk mempermudah dalam menganalisis data.

4.9 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan membahas data-data yang telah disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan tabel silang. Langkah-langkah dalam analisis data yaitu :

1. Analisis Univariat

Dalam analisis univariat, data yang diperoleh dianalisis berdasarkan masing-masing variabel penelitian yang diteliti berdasarkan data dalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Dalam menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square (X2), dengan taraf signifikansi 95% (=0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis: apabila nilai Fhitung > Ftabel,

(45)
(46)

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi Di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa”, yang dilaksanakan dari tanggal 24 Maret 2008 sampai dengan 7 April 2008 dengan jumlah sampel sebanyak 86 orang, hasilnya disajikan berikut ini.

5.1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

No Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)

1. Umur

Ibu Rumah Tangga Pegawai swasta 4 Paritas (jumlah anak)

Satu Anak Dua anak Tiga Anak

Lebih dari tiga anak

(47)

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden yang diteliti yaitu umur, pekerjaan, dan jumlah anak. Sebagian besar umur responden dalam rentang reproduksi sehat yaitu 20-35 tahun sebanyak 53 orang (61,6%), dan paling sedikit umur < 20 tahun sebanyak 4 orang (4,7%). Pekerjaan responden sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 71 orang (82,6%), dan paling sedikit pegawai swasta sebanyak 2 orang (2,3%). Jumlah anak responden paling banyak >3 orang sebanyak 34 orang (39,5%) dan paling sedikit jumlah anak 2 orang dan 3 orang masing-masing sebanyak 17 orang (19,8%).

5.1.2 Pemakaian Alat Kontrasepsi

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Kontrasepsi Di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

No Pemakaian Alat

Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)

1. Tidak Pakai 46 53,5

2. Pakai 40 46,5

Jumlah 86 100

(48)

5.1.3 Pengetahuan Ibu

Tabel 5.3

Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kontrasepsi Di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. Baik 25 29,1

2. Kurang Baik 61 70,9

Jumlah 86 100

Pada tabel dapat dilihat mayoritas ibu mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang alat kontrasepsi ada sebanyak 61 orang (70,9%), dan minoritas ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi ada sebanyak 25 orang (29,1%).

Tabel 5.4

Distribusi Jawaban Tentang Alat Kontrasepsi Di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

No Pertanyaan tentang Kontrasepsi Jawaban Jumlah (%) Benar Salah

1. Pernyataan yang benar mengenai kontrasepsi 2. Salah satu kegunaan dari alat kontrasepsi. 43

(50,0%) 4. Manfaat daya guna atau efektivitas

kontrasepsi 5. Pentingnya mengetahui daya guna

kontrasepsi sebelum menggunakannya

29 6. Membatasi jumlah anak metode

kontrasepsi yang cocok digunakan

(49)

No Pertanyaan tentang Kontrasepsi Jawaban Jumlah (%) Benar Salah 7. Kontrasepsi yang bertujuan untuk

menunda kelahiran anak maka alat kontrasepsi yang cocok digunakan

40 8. Wanita sering mengeluh nyeri haid cocok

menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/spiral 9. Penggunaan alat kontrasepsi yang

mengandung hormon (pil, suntik, implan/susuk) akan selalu menambah berat badan ibu

40

10. Efek samping alat kontrasepsi yang mengandung hormon (pil, suntik, implant/susuk) dan yang tidak menggunakan hormon (alamiah).

37

11. Kontrasepsi mantap (sterilisasi) ibu dapat hamil lagi 12. Pemakaian AKDR (Alat Kontrasepsi

Dalam Rahim/Spiral) 13. Pentingnya mengetahui efek samping

kontrasepsi sebelum menggunakannya:

37 14. Seorang wanita menderita tumor dalam

rahim cocok untuk menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon (pil, suntik, implan/susuk)

36

15. Cara melakukan sterilisasi pada wanita. 43 (50,0%)

43 (50, %)

86 (100%) 16. Pemakaian alat KB suntik akan selalu

mengakibatkan tidak terjadi haid

40 17. Jangka waktu pemakaian alat KB

Implan/susuk 18. Alat kontrasepsi yang dapat mencegah

penularan HIV/ AIDS.

35 19. Salah satu syarat untuk menggunakan alat

kontrasepsi yang mengandung hormon (pil, suntik, implan/susuk)

45 20. Pemulihan masa kesuburan terjadi agak

lambat pada alat kontrasepsi suntik.

(50)

Dari 20 pertanyaan yang diberikan pada responden, item pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar yaitu pertanyaan nomor 1 yaitu pernyataan yang benar mengenai kontrasepsi dengan jawaban alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan sebanyak 47 orang (54,7%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah yaitu pertanyaan nomor 11 yaitu kontrasepsi mantap (sterilisasi) ibu dapat hamil lagi sebanyak 55 orang (64,0%). Ibu beranggapan bahwa dengan menggunakan kontrasepsi mantap ibu dapat hamil lagi.

5.1.4 Pendidikan Ibu

Tabel 5.5.

Distribusi Pendidikan Responden Di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1. 2 3

Dasar (SD/SMP sederajat) Menengah (SMA sederajat) Tinggi (Diploma / Sarjana)

26

(51)

5.1.5 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Di

Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa

Tabel 5.6.

Tabel Silang Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Di Kelurahan Matang Seulimeng

Kota Langsa Tahun 2008

Pengetahuan

Pemakaian Alat Kontrasepsi

Jumlah

(%) X

2

hitung p Tidak Pakai Pakai

f % f %

61(70,9) 10.705 0,001

Jumlah 46 53,5 40 46,5 86(100)

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam tabel silang di atas menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik sebagian besar memakai alat kontrasepsi sebanyak 19 orang (22,1%), dan responden yang berpengetahuan kurang baik sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 40 orang (46,5%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai X2hitung

sebesar 10,705 lebih tinggi jika dibandingkan dengan X2tabel = 3,841 pada derajat

(52)

5.1.6 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Di

Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa

Tabel 5.7.

Tabel Silang Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Di Kelurahan Matang Seulimeng

Kota Langsa Tahun 2008

Pendidikan

Pemakaian Alat Kontrasepsi

Jumlah

(%) X

2

hitung p Tidak Pakai Pakai

f % f %

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam tabel silang di atas menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan dasar (SD, SMP sederajat) sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi sebanyak 20 orang (23,3%). Responden yang berpendidikan menengah (SMA sederajat) sebagian besar memakai alat kontrasepsi sebanyak 30 orang (34,9%). Responden yang berpendidikan tinggi (diploma/sarjana) sebagian besar memakai alat kontrasepsi sebanyak 4 orang (4,7%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai X2hitung

sebesar 9,420 lebih tinggi jika dibandingkan dengan X2tabel = 5,591 pada derajat

(53)

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 86 orang responden ibu-ibu untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. Data tersebut dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan berikut ini.

5.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di

Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa.

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 5.6. menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik sebagian besar memakai alat kontrasepsi (22,1%), dan responden yang berpengetahuan kurang baik sebagian besar tidak memakai alat kontrasepsi (46,5%).

Dari uji statistik Chi Square, X2hitung (10,705) > X2tabel (3,841), dengan nilai

propabilitas (p) diperoleh nilai 0,001<0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa.

(54)

Menurut BKKBN (2006) pengetahuan mengenai cara memilih alat kontrasepsi yang tepat merupakan hal penting dalam upaya perlindungan terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Minimnya pengetahuan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan angka kematian ibu hamil dan bersalin, angka kehamilan yang tidak diinginkan, dan angka kejadian penyakit menular seksual, serta angka kejadian gangguan kesehatan akibat efek samping kontrasepsi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan dari ibu yang berpengetahuan kurang baik tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sebanyak 70,9% pengetahuan ibu di Kelurahan Matang Seulimeng dalam kategori kurang baik tentang alat kontrasepsi. Ibu lebih banyak menjawab pertanyaan dengan jawaban yang salah, dari 20 pertanyaan yang diberikan. Seperti pada pertanyaan nomor 11, yang menanyakan tentang apakah kontrasepsi mantap (sterilisasi) ibu dapat hamil lagi, sebagian besar ibu menjawab ya. Jawaban yang sebenarnya adalah tidak, karena kecil kemungkinan ibu hamil lagi setelah dilakukan kontrasepsi mantap (sterilisasi/ tubektomi) pada ibu. Pengetahuan adalah hal yang sangat penting dalam membentuk tingkah laku seseorang, maka dari hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang kurang pengetahuannya tidak menggunakan alat kontrasepsi.

5.2.2 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi di

Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa.

(55)

alat kontrasepsi (34,9%). Responden yang berpendidikan tinggi (diploma/sarjana) sebagian besar memakai alat kontrasepsi (4,7%).

Dari uji statistik Chi Square, X2hitung (9,420) > X2tabel (5,591), dengan nilai

propabilitas (p) diperoleh nilai 0,009<0,05, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa.

Hasil penelitian ini sejalan penelitian Bappenas (2002), menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dengan pemakaian alat kontrasepsi. Persentase pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi berpendidikan tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berpendidikan menengah dan dasar.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wulansari dan Hartanto (2002), bahwa tingkat pendidikan ibu tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang erat dengan faktor sosial, ekonomi, perilaku demografi seperti pendapat, gaya hidup dan status kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingginya tingkat intelegensinya.

(56)
(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan mengenai “Hubungan pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa Tahun 2008“ sebagai berikut :

1. Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun, sebagai ibu rumah tangga, dan jumlah anak >3 orang.

2. Ada hubungan yang signifikan pengetahuan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. Uji statistik Chi Square, X2hitung (10,705) > X2tabel (3,841), dengan propabilitas (p) 0,001<0,05.

3. Ada hubungan yang signifikan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa. Uji statistik Chi Square, X2hitung

(9,420) > X2tabel (5,591), dengan propabilitas (p) 0,009<0,05.

6.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penelitian ini adalah : 1. Bagi Ibu

(58)

2. Bagi Petugas Kesehatan

Agar meningkatkan pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang alat kontrasepsi (KB) terutama pada ibu yang berpengetahuan kurang dan berpendidikan dasar. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(59)

Ahmadi, A. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bappenas. 2002. “Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian dan Statistik”. www.bapenas.go.id. (dikutip 5 Oktober 2007).

Bastable, S. B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta : EGC.

BKKBN. 2006. Materi KSPK pada Raker KB Nasional. www.bkkbn.com. (dikutip 5 Oktober 2007).

Bur. 2006. Plus-minus Kontrasepsi Oral. www.republika.go.id. (dikutip 30 September 2007).

Cunningham, F., Garry. 2005. Obstetri William. Jakarta : EGC.

Depdiknas, 2003, Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Depkes RI. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta

Dwijayanti, R.. 2006. “Analisis Respon Masyarakat Desa terhadap Program Keluarga Berencana (KB) dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)”. http//www.Pkm.Dikti.net. (dikutip 6 Oktober 2007).

Farrer, H. 2003. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Manuaba, I.B.G. 2004. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.

Maryani, H., 2002, Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana bagi Wanita, www.tempo.co.id, (dikutip 16 Oktober 2007).

Nasrin, Irwan, 2008, Besarnya Jumlah Penduduk, Picu Berbagai Masalah, www.analisadaily.com, (dikutip 30 September 2007).

(60)

Kontrasepsi (Studi Kasus pada Pekerja Wanita di Pabrik Rokok Purwosari)”. http//www.root@digilib.umm.ac.id. (dikutip 2 September 2007).

Praputranto, A.S. 2005. Plus Minus Alat Kontrasepsi. www.republika.co.id. (dikutip 2 September 2007).

Ridarineni, N. 2006. Serba-Serbi Kontrasepsi. www.republika.co.id. (dikutip 2 September 2007).

Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Soedharto, B. 2000. Hubungan Tingkat Pendidikan Penduduk dengan Penggunaan Alat-alat Kontrasepsi di Kelurahan Asanon dan Hedam Abepura. www.IJPTUNCEN.co.id. (dikutip 20 Oktober 2007).

Sinclair, C. 2001. A Midwife’s Hand Book. California : Staff Nurse Midwife Kaiser Permanente Medical Center.

Sirait, Auguta B., 2008, Kontrasepsi Naik Kelas, www.kapanlagi.com, (dikutip 30 September 2007).

Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda karya.

Varney. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.

Winkjosastro, H.. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

(61)

responden tahu1 tahu2 tahu3 tahu4 tahu5 tahu6 tahu7 tahu8 tahu9 tahu10 tahu11 tahu12 tahu13 tahu14 tahu15 tahu16 tahu17 tahu18 tahu19 tahu20

1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1

7 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1

9 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0

10 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

12 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

14 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1

15 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1

16 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1

17 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

r 0,6196 0,5795 0,4919 0,7294 0,5268 0,6537 0,4919 0,6196 0,5827 0,5268 0,6196 0,6537 0,6196 0,5619 0,6912 0,8414 0,7294 0,8414 0,5833 0,5806

r tabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444

status v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v

Jumlah Butir Semula : 20 item pertanyaan Jumlah Butir Gugur : Tidak Ada

(62)

Kepada Yth. Ibu Responden

Di Kelurahan Matang Seulimeng Kota Langsa

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik FK USU, saya akan melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu dengan pemakaian alat kontrasepsi.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon kesediaan ibu untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban ibu dijamin kerahasiaannya.

Demikian lembar persetujuan ini saya buat, atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Responden Medan,………,2008 Peneliti

(63)

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan

2. Isilah data dan beri tanda () pada jawaban yang akan dipilih 3. Mohon setiap pertanyaan dijawab dengan sebenarnya

A. Karakteristik Responden

Umur :

Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan tinggi Pekerjaan : IRT Pegawai Negeri

Pegawai Swasta Wiraswasta Jumlah anak : 1 2 3 >3

B. Pemakaian Alat kontrasepsi:

Pakai Tidak Pakai

C. Pengetahuan Ibu

1. Berikut ini pernyataan yang benar mengenai kontrasepsi adalah Alat yang dipakai untuk mencegah kehamilan

(64)

Alat untuk menambah jumlah penduduk 3. Menurut ibu prinsip kerja alat kontrasepsi adalah:

Mencegah konsepsi (bertemunya sperma dan sel telur)

Mengugurkan kandungan

4. Apa manfaat mengetahui daya guna atau efektivitas kontrasepsi: Mengetahui tingkat keefektifan dari kontrasepsi

Mengetahui seberapa banyak pengguna kontrasepsi

5. Menurut ibu, apakah penting untuk mengetahui daya guna kontrasepsi sebelum menggunakannya

Ya Tidak

6. Untuk membatasi jumlah anak metode kontrasepsi yang cocok digunakan adalah:

Metode kontrasepsi menggunakan hormon (pil, suntik, implan/susuk) sterilisasi

7. Bila kontrasepsi bertujuan untuk menunda kelahiran anak maka alat kontrasepsi yang cocok digunakan adalah:

Susuk / Implan

(65)

menggunakan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/spiral:

Ya

Tidak

9. Menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon (pil, suntik, implan/susuk) akan selalu menambah berat badan ibu

Ya Tidak

10. Untuk pemakaian alat kontrasepsi yang mengandung hormon (pil, suntik, implant/susuk) dan yang tidak menggunakan hormon (alamiah) efek samping yang dirasakan akan sama

Ya

Tidak

11. Pada kontrasepsi mantap (sterilisasi) ibu dapat hamil lagi Ya

Tidak

12. Pemakaian AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/Spiral) dilakukan di dalam:

Rahim Vagina

13. Menurut ibu apakah penting untuk mengetahui efek samping kontrasepsi sebelum menggunakannya:

Ya

(66)

implan/susuk) Ya Tidak

15. Sterilisasi pada wanita dilakukan dengan cara: Pemotongan dan pengikatan saluran telur Pengikatan rahim

16. Menurut ibu pada pemakaian alat KB suntik akan selalu mengakibatkan tidak terjadi haid

Ya Tidak

17. Untuk pemakaian alat KB Implan/susuk mempunyai jangka waktu: 5 tahun

10 tahun

18. Alat kontrasepsi yang dapat mencegah penularan HIV/ AIDS adalah: Kondom

Suntik

19. Menurut ibu salah satu syarat untuk menggunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon (pil, suntik, implan/susuk) adalah:

Tidak dalam keadaan hamil

Sedang menderita tumor rahim

20. Untuk pemakaian alat KB suntik pemulihan masa kesuburan terjadi agak lambat:

(67)
(68)

1. Biaya Pengetikan : Rp 50.000

2. Biaya Print Out : Rp 150.000

3. Biaya Pengambilan data awal di Rumah Sakit : Rp 50.000 4. Biaya Transportasi konsul : Rp 50.000

Jumlah : Rp 300.000

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden  di Kelurahan Matang Seulimeng
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Kontrasepsi
Tabel 5.3 Distribusi  Pengetahuan Responden  Tentang Kontrasepsi
Tabel 5.5. Distribusi  Pendidikan Responden  Di Kelurahan Matang Seulimeng
+3

Referensi

Dokumen terkait

Koefisien korelasi dari Pearson sebesar - 0.349 dengan signifikansi p = 0.000 (p &lt; 0.05) yang artinya ada hubungan negatif antara harga diri dengan kecenderungan perilaku

Untuk meneliti mengenai proses pengerolan yang banyak digunakan dalam industri, di laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNAND diperlukan juga sebuah mesin roll..

Pengajaran terbimbing adalah kegiatan pengajaran yang dilakukan praktikan dengan bimbingan guru pamong. Dalam hal ini, guru pamong ikut masuk dalam kelas sehingga

“Pengg unaan Metode Pembelajaran Concept Sentence dengan Media Flashcard dalam Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan di Kelas II SDN 6 Panjer Tahun

Karena besarnya nilai PI tergantung dari harga pangkat yang dipakai, maka berikut ini diperlihatkan kasus kontingensi yang menunjukkan mulainya terjadi perubahan keadaan sistem,

Tahun Anggaran 2014, dengan ini kami mengundang Perusahaan Saudara untuk dapat mendownload dan mengupload Dokumen pemilihan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam

Kratka prodaja bitcoina po cijeni od oko $ 5.000 s rokom vraćanja mjesec dana Vrsta transakcije Datum i vrijeme transakcije Cijena 1 bitcoina. Prodaja

Instagram merupakan salah satu media sosial yang di dalamnya terdapat online shop yang saat ini banyak digunakan sebagai bisnis yang menguntungkan. karena hasil foto yang