PENDAMPINGAN KELUARGA MISKIN (P2KM) DI
PAMULANG PERMAI I TANGERANG SELATAN
Oleh :
BARENDRA REZA SETYA PRATAMA 109054000017
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Barendra Reza Setya Pratama
PERAN LEMBAGA RUMAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MISKIN (P2KM) DI PAMULANG PERMAI I TANGERANG SELATAN
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya, untuk itu pemerintah melalui berbagai upaya dan program-program yang telah dirancang untuk mengatasi kemiskinan telah banyak dilakukan, namun program tersebut masih belum dirasakan oleh kalangan masyarakat, terutama keluarga sasaran. Dengan demikian, kehadiran pihak ketiga sangat penting untuk menjadi penengah dalam menyampaikan komunikasi yang berimbang dalam kaitannya terhadap pengembangan masyarakat. Penting dalam artiannya menjadi pendamping bagi masyarakat (miskin) yang berperan dalam membangun kemakmuran masyarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah; untuk mengetahui peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat sebagai pendamping dalam program pengembangan dan pengetasan kemiskinan masyarakat melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM). Mendapatkan peran untuk pemberdayaan masyarakat yang tepat melalui pendampingan. Tujuan lainnya adalah untuk mengetahui harapan pemberi program dan penerima program dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM). Selain itu, tujuan penelitian ini untuk mengetahui tindakan melalui keterkaitan tugas dan fungsi dalam kegiatan pada program P2KM.
Metodelogi penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif menurut Tylor yang dikutip oleh Lexi J.Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati”.1
Hasil analisis yang penulis temukan terkait dengan Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin adalah peran lembaga pemberdayaan melalui pendamping yang menjadikan dirinya sebagai mediator, fasilitator sekaligus sebagai perwakilan bagi masyarakat yang mengupayakan agar masyarakat sebagai penerima program berdaya dalam membangun hidup mereka secara layak dan mandiri.
Dengan demikian, analisis Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat (Pendamping) dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin adalah untuk mengupayakan masyarakat agar memiliki keberdayaan diri dalam membangun dan mengembangkan kehidupannya secara tanggung jawab terhadap masalah sosial yang tengah mereka hadapi.
1
i
Assalamualaikum Warrahmatullahiwabarakatuh,
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya pada-MU satu-satunya zat
yang kusembah Allah SWT. Atas karunia, ridho dan kekuatan dari-NYA lah
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Rumah
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin Di
Pamulang Permai Tangerang Selatan” sebagai syarat dalam memperoleh gelar
sarjana Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Program
Studi Pengembangan Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam teriring abadi dengan doa keselamatan
kepada nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta
pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat motivasi, bimbingan
baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini, ucapan terima kasih tersebut penulis tunjukkan kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MAg selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta jajarannya.
2. Ibu Wati Nilamsari M.Si. selaku ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas
ii
dan do’a yang selalu beliau berikan pada penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah ikhlas mengamalkan
ilmunya kepada penulis.
5. Kedua Orang Tua ku tercinta, Ayahanda Agus Widodo ESB dan Ibuhanda
Purwanti, dengan untaian doa yang telah tiada lelah memberikan dukungan
moril maupun materil, tanggung jawabnya yang besar serta rela berkorban
jiwa dan raga dalam memberikan fasilitas kehidupan demi keberlangsungan
pendidikan dan kesuksesan puteranya. Atas curahan cinta dan kasih sayang
yang tiada putusnya, mengajarkan penulis untuk selalu kuat, tabah dan tegar
dalam menjalani hidup sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kakak Perempuan ku Andyta Astiputri Setya Budhi dan Adik Perempuan ku
Citra Pramesti Setya Budhi , yang selalu memberikan doa dan semangat
dalam penulisan skripsi, memberikan motivasi dan saran yang baik demi
kelancaran skripsi ini.
7. Kepada Adinda ku Triastuti Setyaningrum, yang selalu memberikan
semangat, doa dan motivasi, mendengarkan keluh kesal penulis, menguatkan,
mengingatkan penulis agar selalu bersabar dan tegar dalam menghadapi
setiap permasalahan yang dilalui dalam proses pembuatan skripsi ini.
8. Kepada Teman-teman Pengembangan Masyarakat Islam 2009 Musyfiq,
iii
9. Kepada Teman-teman CNR terima kasih atas doa, dukungan motivasi dan
kebersamaannya sampai saat ini.
10. Kepada Sahabat dan Orang yang terdekat dengan penulis, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan doa yang telah
diberikan.
11. Kepada Bapak Ahmad Husen selaku Kepala Lembaga dan seluruh angota
Rumah Pemerdayaan Masyarakat di Pamulang Permai yang telah membantu
penulis dalam proses penelitian.
Harapan dan doa senantiasa penulis hajatkan kepada Allah SWT agar semua
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis terbalas ledih indah. Amin
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang penulis miliki serta
kesulitan dalam melaksanakan penelitian dan penulisan, oleh karena itukritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warhamatullahi Wabarakatuh,
Jakarta, Agustus 2014
iv
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1
B. . Pembatasan Masalah ……….. 6
C. Perumusan Masalah ………... 7
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ………. 7
E. . Metodelogi Penelitian ……… 8
F... Sistematika Penulisan ……… 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS A.Peran 1. Pengertian Peran ……… 17 2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peran ………... 19
v
1. Pengerian Pekerja Sosial ………... 20
2. Pekerja Sosial dalam Pendampingan ……… 25
C.Kemiskinan 1. Pengertian Kemiskinan ………. 29
2. Faktor-faktor Kemiskinan ………. 33
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. Latar Belakang Berdirinya RPM ……… 35
B. Visi dan Misi RPM ………. 38
C.Proses Prekrutan Masyarakat RPM ………... 39
D. Struktur Pengurus RPM ……….. 40
E. Manajemen RPM ……….... 44
BAB IV HASIL ANALISIS ATAS PERAN RPM DALAM PROGRAM PENDAMPINGAN KELUARGA MISKIN A.Analisa Peran RPM dalam Pelayanan Sosial ………..………… 46
B.Harapan Pemberi dan Penerima Program P2KM ………... 57
C. Keterkaitan Tugas dan Fungsi RPM dan P2KM ……… 60
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ……… 66
vi
ix
Lampiran 1 Surat Keterangan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Surat Keterangan Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Skripsi
Lampiran 4 Formulir Anggota Rumah Pemberdayaan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dibandingkan dengan negara-negara di Asia pada umumnya, Indonesia
adalah satu negara yang sedang berkembang. Berbeda dengan negara-negara
di bagian Eropa, mereka telah lebih dulu mengalami kemajuan (modern),
dalam hal ini negara-negara di Asia identik dengan kemiskinan, dikarenakan
krisis yang melanda di kawasaan negara Asia Tenggara sejak tahun 1990-an
hingga tahun 2000-an, seperti di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam serta
Indonesia yang menggalami krisis pada waktu itu.
Kemiskinan merupakan masalah sosial menakutkan yang hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.1 Sebagai negara
besar yang berkembang, Indonesia tidak terlepas dengan berbagai krisis yang
melanda di hampir seluruh Asia, khususnya Asia Tenggara.
Krisis menjadikan Indonesia berpotensi menetaskan bencana (patologi
sosial), dinamika dan problem sosial (gesekan antar etnis), kemiskinan dan
kebodohan (pendidikan), kejahatan, kelaparan dan tidak sehatnya dinamika
kepemimpinan Indonesia (politik).
Saat ini Indonesia mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea keempat
1
Undang-Undang Dasar 1945. Program-program pembangunan yang
dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap
upaya-upaya pengetasan kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang
dilakukan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.
Pada umumnya, partai-partai peserta pemilihan umum di Indonesia pada
pemilihan umum 2004 juga mencantumkan program kemiskinan sebagai
program utama dalam platform mereka. Walaupun mengalami pertumbuhan
ekonomi cukup tinggi, yaitu rata-rata 7,5 persen selama tahun 1970-1996,
penduduk miskin di Indonesia tetaplah tinggi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk
miskin di Indonesia tahun 1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5 persen
atau 34,5 juta orang. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan banyak
ekonom yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pada akhirnya mengurangi
penduduk miskin.
Perhatian pemerintah terhadap pengetasan kemiskinan pada
pemerintahan reformasi terlihat lebih besar lagi setelah terjadinya krisis
ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Meskipun demikian, berdasarkan
penghitungan BPS, persentase penduduk miskin di Indonesia sampai tahun
2003 masih tetap tinggi, sebesar 17,4 persen, dengan jumlah penduduk yang
lebih besar, yaitu 37,4 juta orang.2
Bahkan berdasarkan angka Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) pada tahun 2001, persentase keluarga miskin (keluarga
2
Perencanaan program penanggulangan kemiskinan dan data yang di dapat dari tahun 1996 hingga tahun 2004, artikel ini diakses pada 4 mei 2014 dari
prasejahtera dan sejahtera I) pada 2001 mencapai 52,07 persen, atau lebih dari
separuh keluarga di Indonesia.3
Dinamika dan problem sosial, kemiskinan dan kebodohan, kejahatan,
kelaparan dan tidak sehatnya dinamika kepemimpinan Indonesia, merupakan
bahaya besar bagi umat manusia khususnya bangsa Indonesia, dan tidak sedikit
umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Kemiskinan mungkin
tidak selalu berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan, tetapi
kecenderungan yang terjadi di beberapa negara terbukti tingkat kemiskinan
terkait dengan dinamika ketenagakerjaan .
Secara sosial-psikologis, menunjuk pada kekurangan jaringan dan
struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan
peningkatan produktivitas. Dalam hal ini kemiskinan disebabkan oleh adanya
faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada di masyarakat.
Situasi ini bila tidak segera ditanggulangi akan memperparah kondisi
masyarakat miskin yang ditandai dengan lemahnya etos kerja, rendahnya daya
perlawanan terhadap berbagai persoalan hidup yang dihadapi, dan
kebiasaan-kebiasaan buruk yang terpaksa mereka lakukan dalam rangka jalan pintas
mempertahankan hidup mereka yang bila berlarut akan melahirkan budaya
kemiskinan yang sulit diberantas.
Kondisi masyarakat merupakan bahwa yang menyulitkan atau membuat
kemiskinan itu sulit ditangani adalah sifatnya yang tidak saja multidimensional
tetapi juga saling mengunci; dinamik dan kompleks. Pola kemiskinan sangat
3
berbeda antar kelompok sosial, umur, budaya, lokasi dan negara juga dalam
konteks ekonomi yang berbeda.
Hadirnya Rumah Pemberdayaan Masyarakat bertujuan membantu
masyarakat miskin dalam mengatasi masalah kemiskinan yang ada di wilayah
Pamulang dan menghadapi tantangan pembangunan yang terjadi seperti,
1. Rendahnya kepemilikan aset fisik atau praktis tidak memiliki benda-benda
fisik yang diperlukan sebagai modal hidup mereka seperti antara
rumah/tempat tinggal yang layak, perabotan rumah tangga, kendaraan,
peralatan produksi dan harta benda fisik lainnya.
2. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia atau tidak memiliki kualitas
sumber daya manusia yang cukup baik yang dapat menjamin keberhasilan
hidup mereka, mencakup tingkat kesehatan, pendidikan, kemampuan
memproduksi tenaga kerja (labor power), belum lagi oleh sebab
terinternalisasinya budaya kemiskinan yang menghancurkan kualitas
manusia secara keseluruhan, seperti antara lain rendahnya etos kerja,
fatalisme, apatis, hancurnya jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan, boros,
cari gampang.
3. Tidak memiliki akses ke pelayanan dasar yang dibutuhkan, seperti air
minum, sanitasi, drainasi, kesehatan, pendidikan, penerangan, energi,
transportasi, jalan akses.
4. Tidak memiliki akses ke sumberdaya modal seperti kredit dari perbankan.
5. Tidak memiliki akses ke proses pengambil keputusan penting yang
menyangkut hidup mereka oleh sebab tidak tersedianya pranata yang
6. Memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari segi mata pencaharian
sehingga dengan mudah oleh guncangan sedikit saja (kecelakaan, sakit,
krisis, kemarau panjang, bencana alam) dapat masuk ke kategori kelompok
yang lebih rendah atau lebih miskin.
Rumah Pemberdayaan Masyarakat merupakan mitra terdepan dan
amanah dalam hal pemberdayaan dan pendampingan khususnya pendampingan
dalam keluarga miskin. Di samping itu Rumah Pemberdayaan Masyarakat
mempunyai program-program sebagai berikut :
a. Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM), merupakan program
pendampingan dan pemberdayaan masyarakat yang menyeluruh dan
berkelanjutan berbasis komunitas dan bertujuan merubah keluarga
miskin menjadi berdaya.
b. Program SPP (Sandang, Pangan, Papan), adalah program
pendayagunaan dan sosial yang diperuntunkkan bagi masyarakat
khususnya warga miskin berupa kebutuhan dasar hidup.4
Penulis dalam kedua program diatas tertarik mengambil program tentang
Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM), yang bertujuan untuk merubah
keluarga miskin menjadi berdaya. Dari program ini diharapkan dapat
membantu mensejahterakan kehidupan masyarakat yang mandiri, dan mampu
mengatasi kemiskinan, akibat krisis ekonomi dari satu sisi telah menimbulkan
lonjakan pengganguran dan dengan cepat meningkatkan kemiskinan, oleh
karena itu Rumah Pemberdayaan Masyarakat memandang perlu untuk
memberikan Pendampingan Masyarakat Miskin.
4
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang harus dicari jalan keluarnya,
untuk itu pemerintah melalui berbagai upaya dan program-program yang telah
dirancang untuk mengatasi kemiskinan telah banyak dilakukan, namun
program tersebut masih belum dirasakan oleh kalangan masyarakat, terutama
keluarga sasaran, sehingga Penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian pada lembaga yang berdalih pada masalah mengatasi kemiskinan
seperti Program Pendampingan Keluarga Miskin.
Dari uraian diatas, maka beralasanlah bila Penulis pada kesempatan
menyusun dan menulis skripsi dengan judul : Peran Lembaga Rumah
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Keluarga Miskin di Pamulang Permai I Tangerang Selatan.
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dari permasalahan dalam Rumah Pemberdayaan Masyarakat terdapat
program yaitu Pendampingan Keluarga Miskin, Program Peduli
Kemandirian, Program Peduli Pendidikan, Program Peduli Kesehatan,
Program SPP (Sandang, Pangan, Papan), maka untuk mempermudah
penelitian pembahasan didalam skripsi peneliti ingin membatasi masalah
yang diteliti yaitu upaya yang di lakukan oleh Rumah Pemberdayaan
Masyarakat dalam mengatasi kemiskinan melalui Program Pendampingan
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana Peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang
Permai dalam program pendampingan keluarga miskin?
2. Bagaimana harapan pemberi program dan harapan penerima program
dalam program pendampingan keluarga miskin?
3. Bagaimana keterkaitan tugas dan fungsi Rumah pemberdayaan
Masyarakat terhadap program pendampingan keluarga miskin?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
Sebagai masalah tersebut diatas, maka peneliti mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Menjelaskan peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang
Permai dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin.
2. Menjelaskan harapan pemberi program dan harapan penerima program
dalam Program Pendampingan Keluarga Miskin.
3. Menjelaskan bentuk-bentuk keterkaitan tugas dan fungsi yang
dilakukan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat sebagai
2. Manfaat Penelitian
Hasil studi ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis studi ini dapat menambah pengetahuan dimana
permasalahan masyarakat miskin tidak akan pernah berbeda dari zaman ke
zaman, karena kehidupan bersifat dinamis.
Secara praktis kita dapat mengetahui dan merasakan akan segala
permasalahan masyarakat miskin selama ini, dengan adanya penelitian ini
semata-mata menjadikan tugas bagi para pengembang masyarakat untuk
menyampaikan aspirasi masyarakat miskin, sebagai fasilitator dan mediator
bagi harapan akan keberdayaan masyarakat miskin.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan perbandingan dan bahan kajian dalam penulisan skripsi
ini, maka peneliti membahas skripsi sebagai berikut:
S.M Komarudin, “EVALUASI ATAS PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT MISKIN OLEH PROGRAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) DI DESA LIMUSNUNGGAL
CILEUNGSI-BOGOR” Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2005.
Penelitian yang dilakukan oleh S.M Komarudin mengenai program
pemberdayaan dalam penanggulangan kemiskinan dilakukan di desa
limusnunggal cileungsi-bogor. Perbedaan penelitian Komarudin dengan
penulis yaitu S.M Komarudin cenderung pada proses pemberdayaan
program ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang dilakukan oleh Lembaga
Rumah Pemberdayaan Masyarakat, serta perbedaan lainnya terletak pada
lokasi penelitian dan lembaganya.
E.Metodologi Penelitian.
Metodelogi dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif menurut Tylor yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data
deskriktif berupa kata-kata atau lisan dari orang dan prilaku yang diamati.5
Demikian penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berupaya
menghimpun data, mengolah data dan menganalisa data secara kualitatif
dengan tujuan agar dapat memperoleh informasi yang mendalam tentang
program yang menjadi penelitian.
1. Bentuk dan Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah deskriptif.
pada jenis penelitian desktiptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.6
5
Lexi.J.Melong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung ; PT. Remaja Rosda Karya 2007) Cet. Ke-15 h.3
6
Bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan , yang didukung oleh
observasi dan wawancara sebagai pelengkap.
2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.
Pendekatan kualitatif menurut Tylor yang dikutip oleh Lexi J. Moleong, adalah “prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata, tertulis atau lisan dari seorang prilaku yang dapat diamati”.7
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, data
primer yang didapatkan dari kegiatan Pendamingan Keluarga Miskin.
Wawancara pribadi terhadap pihak yang berkepentingan sebanyak empat (4)
orang, seperti ketua lembaga, koordinator program, tokoh masyarakat, peserta
program maupun ibu rumah tangga yang konsen terhadap persoalan
kemiskinan dan pemberdayaan. Kedua, data sekunder yang bersumber dari
buku pedoman atau company profil Rumah Pemberdayaan Masyarakat,
makalah, proposal kegiatan, artikel, media massa (seperti surat kabar,
majalah, jurnal) dan media elektronik, seperti internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, penulis melakukan
penelitian langsung ke Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang
Tangerang Selatan. Cara ini dilakukan menggunakan teknik pengumpulan
data, antara lain :
7
1. Dokumentasi
Berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang tertulis. Di
dalam penelitian melalui dokumentasi peneliti berusaha menyelidiki
benda-benda yang tertulis seperti : buku-buku, data-data jurnal, notulen anggaran
dana pendidikan dan lain-lain. Dengan mengunakan dokumentasi peneliti
dapat mengumpulkan data yang tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengambil data tentang program
terhadap masalah yang diteliti.
2. Observasi
Alat pengamatan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diteliti.8 Observasi, yaitu
pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran.9 Menurut
istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti “melihat” dan
memperhatikan.10 Selain itu, observasi merupakan kegiatan pengamatan,
peninjauan secara cermat tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi
disesuatu tempat tertentu.11 Dengan demikian penulis diharapkan dapat
memperoleh data tentang Program Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM)
yang sesuai dengan penelitian.
8
Cholid Narbuko, Abu Achmadi. Metodolugi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 70
9
Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV.Tumaritis, 2003), edisi 3, h. 54.
10
Iin Tri Rahayu, dkk, Observasi dan Wawancara, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), cet. 1, h.1
11
Penulis melakukan observasi dengan mendatangi Rumah
Pemberdayaan Masyarakat terutama melalui hal-hal yang menjadi objek
penelitian ini, peneliti juga melihat dan mengikuti kegiatan dalam pelatihan
kewirausahaan dengan ditemani ketua lembaga, pemeliti mengikuti kegiatan
tersebut. Peneliti mengobservasikan kegiatan dalam bidang ekonomi,
bidang pendidikan dan bidang kesehatan.
3. Wawancara
Wawancara, yaitu metode interview, mencakup cara yang
dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba
mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden
dengan bercakap berhadapan muka dengan orang itu.12Wawancara
dilakukan kepada ketua lembaga, pengurus lembaga penerima program guna
memperoleh data dan informasi tentang P2KM terhadap masalah yang
diteliti. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi yang relevan
tentang Rumah Pengembangan Masyarakat pada khususnya masalah
mengatasi kemiskinan melalui Program Pendampingan Keluarga Miskin
(P2KM).
4. Sumber Data
Sumber data yang utama adalah subjek utama dalam meneliti masalah
di atas untuk memperoleh data-data yang kongkrit. Adapun sumber data
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
12
a. Data Primer
Yaitu data yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah
hasil.obsevasi, wawancara dan dokumentasi Rumah Pengembangan
Masyarakat Pamulang Permai Tangerang Selatan.
b.Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek yang diteliti. Data sekunder bisa juga disebut sebagai data
tambahan. Data sekunder yang penulis dapatkan berasal dari buku,
majalah, tinjauan pustaka, internet dan brosur.
4. Instrumen dan Alat Bantu Peneliti
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen terpenting
dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (participant observer).
Peneliti mengunakan alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape
recorder, video kaset, atau kamera.
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa alat bantu yang
digunakan:
Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar
peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa
harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam
pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah
mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada
saat wawancara berlangsung.
b. Kamera
Kamera berguna Sebagai alat Bantu untuk mengambil gambar pada
saat berjalannya kegiatan yang dilakukan Rumah Pemberdayaan
Masyarakat.
5. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan
penelitian di Rumah Pemberdayaan Masyarakat selama skripsi ini berjalan.
6. Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pengumpulan data dan mengurutkan
kedalam pola, pengelompokan data tersebut untuk kemudian di analisa agar
mendapat kesimpulan berdasarkan data yang ada. yaitu dengan mengunakan
data yang bersifat deskriftif untuk mendapatkan gambaran yang kongkrit
tentang aktifitas Pendampingan Keluarga Miskin (P2KM) yang di lakukan
pihak Rumah Pemberdayaan Masyarakat. Metode yang digunakan dalan
Pada Saat menganalisa data hasil observasi peneliti
menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkan.
Setelah itu menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data tersebut.
Analisis data melibatkan upaya mengidentiiikasikan ciri-ciri suatu objek dan
kejadian. Kategori dari analisa data ini diperolah berdasarkan
fenomena-fenomena yang nampak pada Rumah Pemberdayaan Masyarakat Pamulang,
Tangerang Selatan.
7. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada CeQDA (Center For
Quality Development and Assurance )Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini berdasarkan buku panduan Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.13
Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini penulis membaginya ke
dalam lima bab, yakni :
BAB 1 Pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, perumusan
dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
13
BAB II Landasan Teori : Pengertian Peran, Tinjauan Sosiologis Tentang
Peran, Pengertian Pekerja Sosial (Pendamping), Pengertian
Kemiskinan, Faktor-faktor Kemiskinan.
BAB III Gambaran Umum Rumah Pemberdayaan Masyarakat yang tediri
dari Latar Belakang berdirinya Rumah Pemberdayaan Masyarakat,
visi dan misi, Proses Perekrutan Anggota, Struktur Pengurus, dan
Manajemen Rumah Pemberdayaan Masyarakat
BAB IV Analisa pelaksanaan dan peran Rumah Pemberdayaan Masyarakat
dalam program pendampingan keluarga miskin, tugas dan fungsi
rumah pemberdayaan masyarakat dalam program pendampingan
keluarga miskin dan harapan penerima program terhadap peranan
Rumah Pemberdayaan Masyarakat di Pamulang Permai,
Tangerang Selatan.
BAB V Merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PERAN
1. Pengertian Peran
Berbicara mengenai peran, tentu tidak bisa dilepaskan dari status
(kedudukan). Walaupun keduanya berbeda, akan tetapi mempunyai hubungan
erat antara yang satu dengan yang lainnya, semua di ibaratkan seperti dua sisi
mata uang yang berbeda, akan tetapi kelekatanya sangat terasa sekali.
Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena dia (orang
tersebut) memiliki (status) dalam masyarakat, walaupun kedudukannya
berbeda antar satu orang dengan orang lain tersebut, akan tetapi
masing-masing dirinya berperan dengan statusnya.
Peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila
seorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka
dia menjalankan suatu peranan.1
Peranan mencangkup 3 (tiga) hal:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang di dalam masyarakat
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.2
1
Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia
peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Sedangkan makna peran yang dijelaskan dalam
Status, Kedudukan dan Peran dalam masyarakat, dapat dijelaskan melalui
beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories. Menurut penjelasan
histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang memiliki
hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani
kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang atau
dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.
Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti
suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,
seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya
tersebut.3
Grass Massan dan A.W Eachern sebagaimana dikutip oleh David Berry
mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
pada individu yang menepati kedudukan sosial tertentu.4
Harapan tersebut masih menurut Berry, merupakan imbangan dari
norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan itu di temukan
oleh norma-norma di masyarakat. Artinya seorang diwajibkan untuk
melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaanya dan
dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.5
2
Ibid
3
E.St. Harahap, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:PT.B.Angin,2007: 854)
4
N Grass W.S Massan dan A.W Mc Eachern, exsplorationRole Analisysis, dalam David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, ( Jakarta : Raja Grafindo persada, 1995 ), ket. Ke-3,h.99
Dari penjelasan tersebut diatas, terlihat suatu gambaran bahwa yang
dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-kewajiban dan
keharusan-keharusan yang dilakukan seseorang karena kedudukannya di dalam status
tertentu dalam suatu masyarakat di mana ia berbeda.
2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peran
Diatas telah di singgung bahwa ada hubungan erat antara peranan dan
kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam lingkungan sosialnya.
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia adalah makhluk sosial,
yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk atau manusia
lainnya, maka pada posisi semacam inilah, peranan sangat menentukan
kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing-masing
sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu
menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam
masyarakat di mana ia bertempat tinggal.
Di dalam peranan terdapat dua macam harapan yaitu : Harapan-harapan
dari masyarakat terhadap pemegang harapan dan harapan-harapan yang
dimiliki oleh si pemegang peranan terhadap masyarakat.6
Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat
terhadap individu akan suatu peran agar dijalankan sebagaimana mestinya,
sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat tersebut.
6
Masyarakat yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku
sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan
sosial yang ada dalam masyarakat. Norma-norma yang berlaku.7
Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya. Dalam hal ini peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur
masyarakat. Misalnya, peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan
dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat. Demikian pula
halnya dengan seorang direktur yang memiliki sebuah organisasi atau Lembaga
Swadaya Masyarakat sebagai tempat untuk membina dan mengembangkan
ilmu pengetahuan ekonomi dan sosial pada umumnya. Memberdayakan
masyarakat melalui konteks yang mudah didapatkan oleh masyarakat dan
mampu dikembangkan oleh masyarakat itu dikemudian waktu. Di sana ada
suatu harapan yang sangat besar sekali dari masyarakat dan mengingat
pentingnya hal ini untuk pembangunan dan perubahan sosial bangsa Indonesia.
Maka dari itu penulis mengambil peran lembaga pada program pemberdayaan
masyarakat yang akan dikembangkan, dan dapat mendapatkan suatu
pembelajaran dari hasil penelitian yaitu mengetahui seberapa jauh peran
pemberdayaan tersebut.
B. PEKERJA SOSIAL (PENDAMPING) 1. Definisi Pekerja Sosial
Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial
dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat
7
perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau
memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang
dimilikinya. Dalam kenyataannya, seringkali proses ini tidak muncul secara
otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat
setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja
berdasarkan dorongan kariatif maupun perspektif professional. Para pekerja
sosial ini berperan sebagai pendamping sosial.8
Unsur terpenting dalam meraih keberhasilan pengembangan masyarakat
disamping unsur modal alam, teknologi, kelembagaan, modal manusia adalah
unsur modal sosial seperti saling percaya sesama anggota masyarakat, empati
sosial, kohesi sosial, kepedulian sosial, dan kerjasama kolektif, karena itu
diperlukan penguatan modal sosial dan modal manusia atau sumber daya
manusia. Saat ini Indonesia telah berkembang satu sistem pemberdayaan
masyarakat sebagai pelaksana atau pelaku dengan nama pendamping sosial
untuk melengkapi pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sudah ada.
Proses sejarah lahirnya dan perkembangan dari lembaga swadaya
masyarakat di bumi ini sebagaian besar inisiatornya adalah pendamping dari
luar komunitas dampingan yang bertugas dan berfungsi melakukan aksi
kebudayaan dan upaya menemani rakyat atau komunitas melalui proses
transformasi sosial menuju cita-cita yang diharapkan bersama.
Dilihat dari kosa kata bahwa istilah Pendamping terdiri dari 2 (dua) suku
kata, yaitu: Pen (pe) dan damping. Suku kata Pen (pe) mengartikan Individu,
orang yang sedang melakukan pekerjaan atau aktivitas tertentu. Suku kata
8
Damping mempunyai arti Sisi atau Samping terdekat, Mitra, Setara, Teman.
Maka dapat diterangkan bahwa makna pendampingan ialah :
“Individu atau seseorang yang melakukan aktivitas menemani secara
dekat dekat dan mempunyai kedudukan setara dengan yang ditemani.”
Prinsipnya antara yang ditemani dan yang menemani tak ada yang
dirugikan atau pun ketergantungan, merasa paling pintar dan bodoh. Intinya
bahwa harkat dan martabat setiap manusia adalah sama. Setiap manusia pasti
punya kelemahan dan kelebihan, pernah berhasil dan gagal. Di dunia ke
lembaga swadaya masyarakatan bahwa istilah Pendamping mulai dikenal sejak
pertengahan 1980-an dari ‘penyempitan’ makna Community Organizer (CO).9
Pergeseran istilah itu berawal dari istilah CO yang maknanya sulit
dimengerti oleh kalangan masyarakat bawah. Juga situasi politik saat itu,
dalam penggunaan istilah CO dirasa sangat tidak strategis. Meskipun tanpa
persetujuan ternyata lambat laun istilah CO jarang terdengar lagi dan mulai
dikenal dengan istilah pendamping.
Pendampingan sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan
keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya
partisipasi masyarakat yang kuat. Dalam konteks ini, peranan seorang pekerja
sosial seringkali diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan
sebagai penyembuh atau pemecah masalah secara langsung.10
Metode pendampingan diterapkan dalam mayoritas program lembaga
swadaya masyarakat sesuai kondisi dan situasi kelompok sasaran yang
dihadapi. Fungsi pendamping sangat penting, terutama dalam membina dan
mengarahkan kegiatan kelompok sasaran. Pendamping bertugas mengarahkan
proses pembentukan dan penyelengaraan kelompok sebagai fasilitator
(pemadu) komunikator (penghubung), maupun sebagai dinamisasor
(penggerak).11
Pekerja sosial (pendampingan) di dalam pemberdayaan masyarakat dapat
digambarkan sebagai;
1) Seni, pekerjaan sosial sebagai seni memerlukan keterampilan
dalam praktek untuk memahami manusia dan membantu agar
mempunyai kemampuan untuk menolong diri mereka sendiri,
yang diperlukan dalam hal ini adalah keterampilan dalam
pemahaman dan identifikasi masalah, mengadakan diagnosis,
dan melakukan evaluasi, serta memberikan terapi-terapi tertentu.
Untuk melakukan hal ini pendamping memerlukan ilmu
pengetahuan yang memadai tentang pribadi, tingkah laku
manusia, kondisi dan lingkungan sosial dimana manusia hidup.
2) Sebagai ilmu, pekerja sosial sebagai ilmu memerlukan
seperangkat ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan
10
Edi Suharto, Ph.D.,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat; Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, (Bandung: PT Rafika Aditama,
2009),h,93
11
lainnya yang relevan dalam upaya pemecahan masalah. Dalam
hal ini pemahaman masalah dan penggunaan metode pemecahan
masalah dilaksanakan secara objektif berdasarkan prinsip ilmu
pengetahuan, sehingga mampu memahami fakta-fakta dari
setiap permasalahan, dan dapat pula digunakan untuk
mengembangkan prinsip maupun konsep dalam praktek
pekerjaan sosial. Dengan demikian pekerja sosial (pendamping)
menggunakan ilmu pengetahuan dan seni dalam arti ia
menggunakan metode-metode ilmiah dan melaksanakan
tugasnya secara professional.
3) Sebagai profesi, pekerja sosial sebagai satu profesi harus
memiliki nilai-nilai dan kode etik karena pekerja sosial bukan
hanya perlu syarat-syarat profesi, akan tetapi yang lebih adalah
pekerja sosial yang memiliki tanggung jawab terhadap
kepentingan masyarakat, terutama untuk mencapai tujuan sosial.
Sebagai satu profesi, pekerjaan sosial memiliki karateristik tertentu, yang
membedakan pekerjaan sosial dengan profesi lainnya. Durkheim menyatakan
bahwa ada beberapa karateristik dari profesi pekerja sosial, yaitu :12
1. Pekerja sosial merupakan kegiatan pemberian bantuan.
2. Dalam ranah sosial, pekerjaan sosial memiliki makna bahwa kegiatan
pekerjaan sosial adalah kegiatan nirbala (non profit) dalam artian
bahwa profesi ini lebih meningkatkan service (dalam arti yang luas)
dibandingkan sekedar mencari keuntungan saja.
12
3. Kegiatan perantara agar warga masyarakat dapat memanfaatkan
semua sumber daya yang terdapat dalam masyarakat.
Pekerjaan sosial atau pendampingan merupakan profesi pertolongan yang
bertujuan untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat guna mencapai
tingkat kesejahteraan sosial, mental, dan psikis yang sebaik-baiknya.
2. Pekerja Sosial dalam Pendampingan
Penguatan modal sosial dapat dilakukan melalui pendidikan agama,
sosialisasi keluarga, teladan pemimpin, pemeliharaan dan pengembangan
institusi sosial, sosialisasi dan internalisasi pentingnya modal sosial,
pengembangan komunikasi informasi, dan mengakomodasi informasi melalui
prosespenyaringan kemanfaatannya. Praktek pengembangan masyarakat
membutuhjan pendamping yang berfungsi sebagai seorang yang menganalisa
permasalahan, pembimbing kelompok, pelatih, innovator, pengerak, dan
penghubung. Pendampingan sosial sebagai strategi dalam pemberdayaan dapat
dilakukan melalui pendampingan sosial :
1. Motivasi, keluarga miskin dapat memahami nilai kebersamaan,
interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan haknya
sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Rumah tangga
miskin perlu didorong untuk membentuk kelompok yang merupakan
mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan
melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat di desa maupun
dalam kegiatan peningkatan pendapatan dengan menggunakan
sumber-sumber dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
2. Peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan, peningkatan
kesadaran masyarakat dapat dicapai melalui pendidikan dasar,
pemasyarakatan imunisasi dan sanitasi. Sedangkan
keterampilan-keterampilan vokalisasi bisa dikembangkan melalui cara-cara
pertsipatif. Pengetahuan lokal yang biasanya diperoleh melalui
pengalaman yang dapat dikombinasikan dengan pengetahuan dari
luar. Pelatihan semacam ini dapat membantu masyarakat miskin
untuk menciptakan matapencaharian sendiri atau membantu
meningkatkan keahlian mereka untuk mencari pekerjaan di luar
wilayahnnya.
3. Manajemen diri, kelompok harus mampu memilih pemimpin mereka
sendiri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti melaksanakan
pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan,
mengoprasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajemen
kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal pendamping dapat
membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem.
Kelompok kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk
melaksanakan dan mengatur sistem tersebut.
4. Mobilisasi sumber, merupakan sebuah metode untuk menghimpun
sumber-sumber individual melalui tabungan regular dan sumbangan
sukarela dengan tujuan menciptakan modal sosial. Ide ini didasari
dihimpun dapatmeningkatkan kehidupan sosial ekonomi secara
substansial. Pengembangan sistem penghimpunan, pengalokasian
dan penggunaan sumber perlu dilakukan secara cermat sehingga
semua anggota memiliki kesempatan yang sama. Hal ini dapat
menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.
5. Pembangunan dan pengembangan jaringan, pengoranisasian
kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai dengan
peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di
sekitarnya. Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan
mengembangkan berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan
bagi peningkatan keberdayaan masyarakat miskin.13
Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program
penanggulangan kemiskinan. Mengacu pada Ife, peran pendamping umumnya
mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat,
dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya.
1. Fasilitator. Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian
motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa
tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model,
melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun
konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan
pemanfaatan sumber.
13
2. Pendidik. Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi
masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan
pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan
kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan
konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah
beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik.
3. Perwakilan masyarakat. Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan
interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas
nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja
sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan
pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan
masyarakat, dan membangun jaringan kerja.
4. Peran-peran teknis. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang
bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer perubahan” yang mengorganisasi kelompok, melainkan
pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan
berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial,
mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur
sumber dana.14
C.KEMISKINAN
14
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan
(income) dari suatu kelompok masyarakat yang berada dibawah garis
kemiskinan. Oleh karena itu seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan
hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat
miskin.
Memahami masalah kemiskinan seringkali menuntut adanya upaya
untuk melakukan pendefinisian dan pengukuran. Sehubungan dengan hal itu,
perlu disadari juga bahwa masalah kemiskinan telah banyak dipelajari oleh
berbagai ilmuan sosial yang berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang
berbeda. Oleh sebab itu wajar apabila kemudian dijumpai berbagai konsep dan
cara pengukuran tentang masalah kemiskinan ini.
Dalam konsep ekonomi misalnya, studi kemiskinan terkait dengan
konsep standar hidup, pendapatan dan distribusi pendapatan. Standar
kehidupan masyarakat yang bersifat umum. Selain itu dapat dinilai dari segi
pendapatannya, jika pendapatannya jauh lebih besar dari kebutuhannya, maka
ia disebut makmur.
Sementara ilmuan sosial yang lainnya tidak ingin berhenti pada
konsep-konsep tersebut, melainkan megkaitkan dengan konsep-konsep kelas, stratifikasi sosial,
struktur sosial, dan bentuk-bentuk diferensiasi sosial lainnya. Hal yang sama
juga dijumpai dalam usaha untuk melakukan pengukuran tingkat kemiskinan.
Konsep taraf hidup misalnya, tidak cukup dilihat dari segi pendapatan,
kondisi sosial lainnya. Kenyataan tersebut mengakibatkan pendekatan yang
digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan juga bervariasi.
Menurut Hardiman (1982:33), mengemukakan tiga pendekatan yaitu :
garis kemiskinan, indicator kesejahtraan dan pengukuran ketimpangan.15
Adanya berbagai variasi pendekatan dalam pengukuran tersebut sekaligus juga
menunjukan bahwa kemiskinan dapat dilihat secara Absolute dan Relatif.
Secara absolute maksudnya tingkat kemiskinan diukur dengan standar
tertentu, sehingga kemudian dapat dikatakan bahwa mereka yang taraf
hidupnya dibawah standar yang ditentukan tersebut dikatakan miskin.
Sebaliknya mereka yang hidupnya di atas standar dinyatakan tidak miskin.
Maksudnya tingkat kemiskinan diukur dengan standar tertentu, sehingga
kemudian dapat dikatakan bahwa mereka yang taraf hidupnya di bawah standar
yang ditentukan tersebut dikatakan miskin, sebaliknya mereka yang taraf
hidupnya di atas standar dinyatakan tidak miskin.
Secara relatif, kemiskinan tidak semata-mata diukur dengan
menggunakan standar yang baku, melainkan juga dilihat dari seberapa jauh
peningkatan taraf hidup lapisan terbawah telah terjadi dibandingkan dengan
masyarakat yang lain, juga dibandingkan dengan kenaikan tuntutan kebutuhan
hidup yang berkembang sejalan dengan perkembangan hidup masyarakat.16
Oleh karena kompleksitas masalah kemiskinan ini terkait erat dengan
hampir seluruh aspek kehidupan manusia, maka analisa atau kajian mengenai
penyebab terjadinya kemiskinan akan meliputi berbagai segi; sosial, politik,
budaya, ekonomi, agama, dan juga lingkungan alam dan sebagainya. Karena
15
Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, (Jakarta: Pustaka Jaya,1995),Cet.I. h.117
16
kajian tentang penyebab kemiskinan, selain dipengaruhi oleh bidang disiplin
ilmu seseorang, juga bergantung pada bentuk atau jenis kemiskinan itu sendiri.
Kemiskinan menurut Ilmu Sosiologi diartikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang tidak dapat memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompoknya dan juga tidak bisa mengoptimalkan seluruh
kemampuan fisik mentalnya.17
Ada dua bentuk kemiskinan yang dapat ditandai, yaitu :
- Kemiskinan yang menimpa segelincir atau katakanlah segolongan
minoritas dalam beberapa lingkungan masyarakat. Disebabkan oleh :
Miskin dari perorangan, miskin dari keluarga atau keturunan didalam
lingkungan pengaruh dari masyarakat makmur banyak diselidiki dan
diperdebatkan, dan karena sebab-sebab lainnya, seperti ; Moral, Lingkungan,
Pendidikan, Kesukuan, Sosial, Kesehatan.
Terdapat kemiskinan yang menimpa semuanya kecuali segelincir orang
yang berada dalam masyarakat tersebut.
Kebanyakan rakyat miskin disebabkan karena mereka tidak mampu
menanggapi keuntungan dari perusahaan dan persaingan bebas serta
pemasaran. Dengan demikian, daya tenaganya telah disia-siakan oleh
kebodohan dan birokrasi yang merugikan.
Kemungkinan lainnya adalah mereka miskin disebabkan mereka
diekspoitasi, kelebihan yang mereka hasilkan telah diserap oleh tuan tanah
yang kejam atu oleh orang kaum kapitalis, sehingga kemiskinan berlangsung
terus menerus, pada akhirnya semua jatuh ketangan para pemilik tanah.
17
Kemiskinan adalah bencana bagi manusia yang paling perkasa, ketat,
dan padat. Ia adalah biang keladi derita yang berlanjut, dari kelaparan dan
penyakit sampai kepada konflik sosial, bahkan perang.18 Masalah sosial yang
bersumber dari faktor ekonomis, yaitu ; kemiskinan adalah suatu keadaan yang
dimana seseorang tidak bias menjamin hidupnya sendiri seperti orang lain pada
umumnya. Ukuran ini akan semakin jelas, jika seseorang kurang atau tidak
mampu menggunakan tenaga fisiknya dan mentalnya dalam usaha mencapai
taraf hidup yang diinginkan, seperti taraf kehidupan orang lain dalam
masyarakat tertentu.
Kemiskinan pada masyarakat yang masih sederhana, yaitu ; kemiskinan
yang bukan sebagai masalah sosial, karena disamping taraf kemiskinan itu
merata, sehingga tak begitu terasakan, juga karena orang pada umumnya
menganggap bahwa kemiskinan itu sebagai bagian dari nasib hidupnya, yang
telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Dengan demikian usaha yang
dilakukannya hanya sekedar huntuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Memang mungkin bagi mereka hal ini bukanlah suatu masalah, akan
tetapi ia merupakan masalah bagi Negara, sebab ukuran suatu Negara yang
sejahtera terletak pada ukuran kesejahteraan masyarakat secara umum sebagai
warga Negara.
Kemiskinan dalam masyarakat tergolong kompleks, yaitu ; seseorang
merasa dirinya miskin bukan karena kurang makan, kurang sandang, atau
kurang papan semata, melainkan lebih ditekankan pada hartanya yang ada
dianggap kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kompleks.
18
Artinya ukuran kemiskinan masyarakat tergolong kompleks tidakllah sama
dengan ukuran kemiskinan pada masyarakat yang masih sederhana. Keadaan
ini dapat kita lihat pada perbedaan antara kehidupan masyarakat desa dan
kehidupan masyarakat kota.19
2. Faktor-faktor Kemiskinan
Banyak faktor yang mempengaruhi kemiskinan, diantaranya ;
a. Pengangguran
Semakin banyak pengangguran, semakin banyak pula orang-orang
miskin yang ada di sekitar. Karena pengangguran atau orang yang
menganggur tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia itu semakin hari
semakin bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan dampak
yang merugikan bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan
orang biasa menjadi pencuri, perampok, dan pengemis yang akan
meresahkan masyarakat sekitar.
b. Tingkat pendidikan yang rendah
Tidak adanya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan wawasan yang
lebih, masyarakat tidak akan mampu memperbaiki hidupnya menjadi
lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa mengerti dan
memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia. Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa
19
menjadi bisa, salah menjadi benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan
yang rendah masyarakat akan dekat dengan kemiskinan.
c. Bencana Alam
Banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan tsunami menyebabkan
gagalnya panen para petani, sehingga tidak ada bahan makanan untuk
dikonsumsi dan dijual kepada penadah atau koperasi. Kesulitan bahan
makanan dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak
dapat terpenuhi.20
20
BAB III
GAMBARAN UMUM
RUMAH PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
A.Latar Belakang Berdirinya Rumah Pemberdayaan Masyarakat
Kunci keberhasilan pemberdayaan masyarakat tidak mungkin
dibebankan kepada satu pihak saja. Semua elemen masyarakat harus terlibat
aktif dalam bentuk apapun dan dalam semua bidang yang ada. Pemerintah telah
menyiapkan sistemnya, masyarakat dapat mengkritisinya dan memberikan
masukan perbaikan dalam tahapan pelaksanaannya. Sedangkan media massa
berperan sebagai jembatan penghubung informasi antar kedua belah pihak.
Semua peran itu tersambung menjadi satu kelengkapan yang utuh.
Masing-masing berperan dalam porsinya dan menjadi evaluator bersama pula.
Keberadaan semua elemen penting ini akan menjadi keniscayaan keberhasilan
program pemberdayaan masyarakat di Indonesia
Perlu dipahami arti dan makna pemberdayaan masyarakat, keberdayaan
dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa
dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang
bersangkutan. Suatu masyarakat yang sebagian besar memiliki kesehatan fisik
dan mental, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi, sedangkan
pembangunan masyarakat adalah suatu hal yang perlu diarahkan untuk
kemampuan masyarakat itu sendiri. Memberdayakan masyarakat adalah upaya
masih belum mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah
memampukan dan memandirikan masyarakat, hingga muncul perubahan yang
lebih efektif dan efisien.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu sendiri, dengan
mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Selain itu, memperkuat
potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka
ini diperlukan langkah langkah positif, selain dari hanya menciptakan iklim
dan suasana. Perekutan ini juga meliputi langkah-langkah nyata, dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses
dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat
semakin berdaya. Dalam upaya pemberdayaan ini, yang amat pokok adalah
meningkatkan taraf pendidikan, dan derajat kesehatan, serta akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi,
lapangan kerja, dan pasar. Masukan pemberdayaan ini menyangkut
pembangunan sarana dan prasarana dasar baik fisik, seperti irigasi, jalan,listrik
jembatan, mauapun sekolah, dan juga fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat
dijangkau oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta kesediaan
lembaga-lembaga pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di pedesaan, dimana
terkonsentrasi penduduk yang keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu
ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena
program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu menyentuh pada
Pada saat sekarang ini sangat banyak program-program yang ditujukan
pada masyarakat dengan label pemberdayaan masyarakat. Program-program
ini bersumber dari pembiayaan negara yang dikelola oleh pemerintah maupun
dari sumber-sumber yang berasal dari luar negeri yang biasanya dijalankan
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Program dengan pendekatan
partisipatoris dalam rangka pemberdayaan masyarakat ini mencoba untuk
mendudukkan masyarakat menjadi pelaku sentral dari program. Pendekatan
ini mencoba untuk memperbaiki pola-pola lama yang berlaku pada program
pembangunan pada era dulu dimana masyarakat hanya menjadi objek semata.
Program Penanggulangan Kemiskinan yang dimulai sejak lama sudah
menjangkau seluruh pelosok tanah air, upaya itu telah menghasilkan
perkembangan yang positif, namun demikian, belum sepenuhnya mampu
mengatasi persoalan kemiskinan secara menyeluruh di tingkat masyarakat
sebagai kelompok sasaran, hal ini disebabkan oleh ketidakjujuran di dalam
pemerintahan, terlihat kejanggalan yang sering terjadi, atau biasa kita ketahui
dengan nama korupsi. Pada suatu sisi menyebabkan kemalasan pada
masyarakat, dan menimbulkan lonjakan pengganguran dan dengan cepat
meningkatkan angka kemiskinan di pedesaan maupun perkotaan.
Khusus menangani persoalan kemiskinan Rumah Pemberdayaan
Masyarakat telah merancang suatu program yang diharapkan dapat lebih
terjamin berkelanjutan yaitu P2KM ( Program Pendampingan Keluarga Miskin
), program ini mempunyai strategi dan orientasi yang lebih mengutamakan
pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas. Program yang akan di
pendekatan pemberdayaan sebagai suatu syarat menuju pemberdayaan
masyarakat miskin hingga mencapai kehidupan yang layak dan mandiri.
Rumah Pemberdayaan Masyarakat merupakan mitra terdepan dan
amanah dalam hal pemberdayaan dan pendampingan khususnya pendampingan
pada keluarga miskin. Lembaga ini pertama kali berdiri dengan nama Baitul
mal Hijrah yang merupakan divisi sosial KJKS HIJRAH cabang Ciputat,
tepatnya pada pertengahan 2010, saat itu kegiatan yang baru dijalankan adalah
santunan untuk guru, pembagian sembako bagi masyarakat dan bantuan untuk pedagang Kaki”5 yang tersangkut hutang rentenir. Namun pada pertengahan
2011 fokus kegiatan kami hanya pada pendampingan dan pembinaan saja , dan
kegiatan kami mulai dengan menggunakan nama baru yaitu Rumah
Pemberdayaan Hijrah. Kemudian Rumah Pemberdayaan Hijrah baik aspek
manajemen dan aspek legal terpisah dari KJKS Hijrah menjadi lembaga
otonom yaitu LSM Rumah Pemberdayaan Masyarakat, hal ini disebabakan
bahwa membina dan mendampingi kelarga miskin harus diperlukan waktu
penuh dan profesional para pengelolanya.1
B. Visi dan Misi Rumah Pemberdayaan Masyarakat
- Terdepan dan Amanah dalam pendampingan dan pemberdayaan
masyarakat miskin.
- Memberikan Pendampingan dengan mudah, cepat dan berkualitas.
- Mengoptimalkan dana-dana sosial melalui pendampingan warga miskin.
1
Tujuan RPM yaitu membantu masyarakat miskin dalam menemukan
potensi sehingga meningkat statusnya menjadi berdaya dan mandiri, dan agar
dapat meningkatkan serta mengembangkan kemampuan dan keterampilan
warga miskin, memberikan advokasi kepada masyarakat tentang prosedur
mengakses layanan umum gratis baik milik pemerintah maupun swasta, serta
sebagai upaya membantu pemerintah dalam program pengetasan kemiskinan
masyarakat.2
C. Proses Perekrutan Masyarakat Rumah Pemberdayaan Masyarakat Proses perekrutan masyarakat yang akan diberdayakan, Rumah
Pemberdayaan Masyarakat melakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui
masyarakat dengan mulut ke mulut, artinya untuk mengetahui tentang
keberadaan lembaga dari seseorang kerabat atau family diantara mereka yang
kebetulan memiliki tetangga atau keluarga yang layak untuk diberikan bantuan
dan bimbingan atau layak untuk diberdayakan.
Memberitahukan lapisan masyarakat melalui RT atau RW dengan
maksud mencari data untuk mengetahui keadaan warga dari RT dan RW
tersebut. Memfasilitasi masyarakat dengan halaman yang bisa diakses melalui
internet dengan Web, dan memberikan formulir pendaftaran bagi masyarakat
yang ingin bergabung dengan Rumah Pemberdayaan Masyarakat.
Rumah Pemberdayaan Masyarakat sendiri juga melakukan survey
langsung terhadap masyarakat dengan mempunyai kriteria kelayakan hidup
yaitu setiap keluarga harus mempunyai penghasilan per kepala setidaknya Rp
2
600.000 per bulan, jika dalam satu keluarga terdapat tiga orang, maka
penghasilan dari keluarga tersebut dikalikan tiga. Kriteria ini dijadikan
pegangan kelayakan hidup bagi masyarakat yang akan direkrut untuk
diberdayakan oleh Rumah Pemberdayaan Masyarakat.3
D. Struktur Pengurus Rumah Pemberdayaan Masyarakat
Pada dasarnya Struktur pengurus Rumah Pemberdayaan Masyarakat
tidak terlalu banyak dan berbelit. Mereka mengoptimalkan pengurus yang
dibutuhkan dalam menjalankan program. Kepengurusan yang memungkinkan
koordinasi yang maksimal untuk kepengurusan sejenis lembaga tersebut. Ini
terlihat dari beberapa orang yang duduk di kepengurusan tersebut, karena
hanya terdapat ketua atau direktur, sekertaris, bendahara dan
koordinator-koordinator program. Selain dari struktur itu terdapat staff dan juga banyak
lapisan masyarakat yang membantu kegiatan mereka. Tapi secara sederhana
susunan kepengurusan adalah sebagai berikut.
Diatas dewan pengurus yang diketuai oleh ketua umum ada dewan
pendiri, dewan pembina dan dewan penasehat. Jika dilihat dari struktur yang
ada, dewan Pendiri berhak mengangkat dan memberhentikan dewan pengurus,
dewan Pembina dan dewan penasehat.
Struktur lembaga Rumah Pemberdayaan Masyarakat secara garis besar
dibagi dalam empat bagian, yang terdiri dari;
- Dewan Pendiri, mereka yang mendirikan pertama kali lembaga ini.
Mereka mempunyai kewenangan penuh dalam apapun di lembaga.
3