HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN POLA PENGASUHAN BALITA DI DUSUN X
MEDAN ESTATE TAHUN 2012
KHAIRUNNISA SITUMORANG
115102122
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita Di Dusun X Medan Estate Tahun 2012
Nama : Khairunnisa Situmorang
Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012
ABSTRAK
Latar Belakang : Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengantotal sampling. Penelitian ini dilakukan di Dusun X Medan Estate. Analisa data digunakan uji chi-square.
Hasil : Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan data demografi mayoritas terdapat pada usia 25-29 tahun sebanyak 19 orang (42,2%), berdasarkan agama memilih agama islam sebanyak 38 orang (84,4%), berdasarkan pekerjaan sebagai IRT sebanyak 27 orang (60%), berdasarkan pendidikan formal memilih pendidikan menengah sebanyak 21 orang (46,7%), berdasarkan pola pengasuhan memilih pola pengasuhan demokratis sebanyak 23 orang (51,1%). Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan pada tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan (nilai p= 0.027).
Kesimpulan : dari hasil penelitian inidiharapkan bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi tidak hanya dalam hal kesehatan ibu dan balitanya, namun juga tentang bagaimana cara orang tua mengasuh balitanya untuk menghadapi tumbuh kembangnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian
ini yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan
PolaPengasuhan Balita di Dusun X Medan EstateTahun 2012.” Peneliti menyadari
bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan
bahasa.Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu :
1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns. M. Kep selaku Ketua Program Studi D-IV
Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K) selaku dosen pembimbing dalam penyusunan
karya tulis ilmiah, yang telah membimbing penulis hingga karya tulis ilmiah ini
dapat selesai.
4. dr.M. Fahdhy. SpOG. MSc, selaku dosen penguji I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.
5. dr. Sarma N. Lumbanraja, SpOG(K), selakudosenpenguji IIyang telah
memberikan arahan dan bimbingan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan
7. Ayahanda terkasih H. Jafar Situmorang, S.H yang telah menanamkan prinsip
yang sangat berarti dan menjadi motivasi dalam hidup saya. Dan ibunda tercinta
Hj. Mardiah, S.Ag yang menjadi idola bagi saya. Terima kasih atas do’a dan
restu dari Ayah dan Ibu yang selalu membimbing saya ke jalan-Nya.
8. Buat abangku Abdul Rahim Situmorang, S.E dan Ahmad Syadri Situmorang,
S.E, adikku Muhammad Hamdani Situmorang dan Muhammad Chairi
Situmorang. Terima kasih yang selalu memberikan semangat, dorongan,
motivasi, bimbingan serta doa yang sangat berarti bagi saya sehingga saya dapat
menyelasaikan karya tulis ilmiah ini dan dapat melewati permasalahan dalam
hidup.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan
kepada penulis.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu saya mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun, agar menjadi lebih baik dan bermanfaat. Atas
segala bantuan dan didikan yang penulis terima, penulis hanya dapat berdoa semoga
kiranya mendapatkan imbalan dan rahmat dari Allah SWT.
Medan, Juni 2011 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR SKEMA ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
1.TujuanUmum ... 3
2.Tujuan Khusus ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu ... 5
2. Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia ... 5
3. Pendidikan Formal di Indonesia ... 6
B. Pola Pengasuhan 1. Defenisi ... 7
2. Tipe-tipe Pola Pengasuhan ... 8
3. Tujuan Pola Pengasuhan ... 12
4. Masalah Pengasuhan Anak ... 13
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep ... 15
B. Hipotesis ... 15
C. Definisi Operasiosional ... 16
BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 17
B. Populasi dan Sampel ... 17
C. Tempat Penelitian ... 18
D. Waktu Penelitian ... 18
E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 18
F. InstrumenPenelitian ... 19
G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 20
H. Pengumpulan Data ... 21
I. Analisis Data ... 21
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 24
B. Pembahasan Penelitian ... 27
C. Keterbatasan Penelitian ... 30
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ...31
B. Saran ... ...32
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu
Yang Mempunyai Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012………. 25
Tabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Ibu
Yang Mempunyai Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012………. 26
Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X
Medan Estate Tahun 2012………... ... .. 26
Tabel 5.4Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita
DAFTAR SKEMA
Skema 1 : Kerangka Konsep Hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan
pola pengasuhan balita ... 15
DAFTARLAMPIRAN
Lampiran1 :Lembar Penjelasan Kepada Responden
Lampiran2 :Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran3 :Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
Judul : Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita Di Dusun X Medan Estate Tahun 2012
Nama : Khairunnisa Situmorang
Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012
ABSTRAK
Latar Belakang : Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak.
Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.
Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengantotal sampling. Penelitian ini dilakukan di Dusun X Medan Estate. Analisa data digunakan uji chi-square.
Hasil : Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan data demografi mayoritas terdapat pada usia 25-29 tahun sebanyak 19 orang (42,2%), berdasarkan agama memilih agama islam sebanyak 38 orang (84,4%), berdasarkan pekerjaan sebagai IRT sebanyak 27 orang (60%), berdasarkan pendidikan formal memilih pendidikan menengah sebanyak 21 orang (46,7%), berdasarkan pola pengasuhan memilih pola pengasuhan demokratis sebanyak 23 orang (51,1%). Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan pada tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan (nilai p= 0.027).
Kesimpulan : dari hasil penelitian inidiharapkan bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi tidak hanya dalam hal kesehatan ibu dan balitanya, namun juga tentang bagaimana cara orang tua mengasuh balitanya untuk menghadapi tumbuh kembangnya.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa
balita.Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan integensi berjalan sangat cepat yang merupakan landasan
perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 2003).Anak merupakan kelompok yang
rentan karena dampak negatif dari perubahan sosial, mengingat kemampuannya yang
masih terbatas untuk memilih dan menyaring hal-hal yang berkaitan dengan
perubahan-perubahan tersebut (Sunarti, 2004).
Pola asuh orang tua yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah
pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga
mengawasi dan mengendalikan anak. Dengan pola pengasuhan seperti ini, akan
terbentuk karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, mandiri, mempunyai
hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, dan mempunyai minat
terhadap hal-hal baru. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam
kehidupan anak selama tahun-tahun pertama hidupnya, saat kepribadian mulai
terbentuk. Karena itu pengaruh keluarga, terutama orang tua, sangatlah besar
(Danarty, 2010, hlm.18).
Orang tua harus bisa mengukur kemampuan diri serta perlunya waspada dan
hati-hati dalam menentukan pola asuh anak. Pola asuh anak pada akhirnya sangat
menentukan pertumbuhan anak, baik menyangkut potensi psikomotorik, sosial, serta
afektifnya sesuai dengan perkembangan anak (Mushoffa, 2009, hlm.18).Orang tua
dituntut untuk jeli mengamati perkembangan anak dan diharapkan dapat menerapkan
belakang pendidikan karena dapat memberikan dampak bagi pola pikir dan
pandangan orang tua terhadap cara mengasuh dan mendidik anaknya (Joko, 2009. ¶
2).
Sekarang banyak muncul kasus kekerasan anak oleh orang tua mereka
sendiri. Dalam Tabloid Nova terbitan 14 Juni 2010 data KPAI (Komisi Perlindungan
Anak Indonesia) menyebutkan dalam setahun terjadi 781.000 kekerasan terhadap
anak. Pelaku terbesar ada di lingkungan keluarga.Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak yaitu nilai-nilai sosial yang
berkembang tentang hubungan anak dengan orang dewasa berlaku seperti hirarki
sosial di masyarakat yaitu atasan tidak boleh dibantah serta tidak adanya kontrol
sosial di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu proses pendidikan dianggap perlu
untuk mensosialisasikan nilai-nilai demokratis dan penghargaan pada hak-hak anak,
salah satunya bisa diperoleh melalui pendidikan formal.
Data Statistik Indonesia menyebutkan pendidikan yang dicapai merupakan
salah satu indikator kualitas hidup manusia serta menunjukkan status sosial dan
status kesejahteraan seseorang.Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh orang
tua diharapkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan dari yang bersangkutan
maupun anggota keluarganya. Hasil survey dari Data Statistik Indonesia tahun 2004
tentang karakteristik kepala rumah tangga berdasarkan pendidikan yang ditamatkan
menunjukkan kepala rumah tangga baik laki-laki maupun perempuan yang tidak
sekolah 12,9%, SD 52,0%, SMP 13,2%, SMA 16,6%, dan perguruan tinggi 5,3%.
Pengasuhan anak penting artinya dalam menghantarkan seorang anak untuk
menjadi mandiri, untuk bertanggung jawab, untuk menjadi warga masyarakat yang
dan penciptaan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan
kognitif, sosial dan emosional anak yang optimal (Sunarti, 2004).
Tidak dapat dipungkiri, jika dasar pendidikan yang menjadi landasan dan
tongkat estafet pendidikan anak selanjutnya adalah pendidikan keluarga. Apabila
pondasi pendidikan dibangun dengan kuat maka pembangunan pendidikan
selanjutnya akan mudah dan berhasil dengan baik, sebaliknya jika pondasi
pendidikan lemah dan berantakan, sulit kiranya membangun pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu
dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate.”
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat
pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pola
pengasuhan balita.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang mempunyai balita di Dusun X Medan
Estate.
b. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal ibu di Dusun X Medan Estate.
d. Untuk mengetahui gambaran pola pengasuhan ibu yang permisif.
e. Untuk mengetahui gambaran pola pengasuhan ibu yang indulgent.
f. Untuk mengetahui gambaran pola pengasuhan ibu yang demokratis.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu
a. Sebagai masukan bagi ibu dalam mengasuh balitanya agar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
b. Dapat memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan untuk penerapan
pola pengasuhan balita yang sesuai.
2. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan konsep dan referensi tentang perilaku pengasuhan orang tua
kepada anak untuk penelitian lain sejenis.
3. Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
mahasiswa kebidanan terutama tentang hubungan antara tingkat pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu
Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada
pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi perkembangan
anaknya ke arah yang lebihbaik (Nurul, 2002).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa Ibu adalah seorang perempuan yang
telah mengandung selama sembilan bulan dan telah melahirkan seorang anak serta
merawat dengan penuh kasih sayang.
2. Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia
Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia tahum 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu diwujudkan dalam
bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat dalam bab IV UU Nomor 20 Tahun 2003, yaitu :
a) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal.
b) Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
c) Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi,vokasi, keagamaan, dan khusus.
3. Pendidikan Formal di Indonesia
Pendidikan formal dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur
pendidikanyang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal menurut Soedomo
(dalam Suprijanto, 2007) yaitu kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga
belajar maupun pembelajarnya didalam suatu latar yang distruktur sekolah.
Ciri pendidikan formal yaitu merupakan sistem persekolahan, berstruktur,
berjenjang, penyelenggaraannya disengaja (Suprijanto, 2007)
Jenjang pendidikan formal terdiri atas :
a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah, meliputi : TK (Taman Kanak-kanak),SD (Sekolah Dasar) atau
MI (Madrasah Ibtidaiyah), SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTs (Madrasah
Tsanawiyah), dan bentuk lain yang sederajat.
b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas
(Sekolah Menengah Umum) atau MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan), MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan), atau bentuk lain yang sederajat.
c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor
yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan
dengan sistem terbuka, dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,
atau universitas.
B. Pola Pengasuhan 1. Defenisi
Pola pengasuhan merupakan pola perilaku orang tua yang paling menonjol atau
yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pola orang tua dalam
mendisiplinkan anak, dalam menanamkan nilai-nilai hidup, dan dalam mengelola
emosi (Sunarti, 2004, hlm.93). Pola pengasuhan anak adalah salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi bagaimana masa depan anak kita nanti. Apakah ia akan
tumbuh menjadi anak seperti dambaan orang tua atau bahkan sebaliknya (Ananda,
2011,hlm.3).
Pengertian pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara
anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua
mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat
dan masyarakat.Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga,
mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk
mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang
yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung
dari pandangan pada diri tiap orang tua (Gunarsa, 2002, hlm. 86).
Menurut Baumrind, para orang tua tidak boleh menghukum dan mengucilkan
anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi
anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Orang tua juga perlu untuk
melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas
kedewasaan perkembangan anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh
adalah interaksi antara anak dan pengasuh selama pengasuhan, yang meliputi proses
mengembangkan cara mendidik dengan memberi aturan-aturan dan batasan-batasan
yang diterapkan pada anak-anaknya, pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara
bergaul, sikap menciptakan suasana emosional memenuhi kebutuhan anak, memberi
perlindungan, serta mengajarkan tingkah laku umum yang dapat diterima oleh
masyarakat.
2. Tipe-tipe Pola Pengasuhan
Salah satu cara agar anak “berhasil” dimasa depannya dapat dimulai di
lingkungan keluarga, yaitu dengan menerapkan pola asuh orang tua terhadap anak
yang tepat. Kesalahan yang terjadi dapat berakibat buruk bagi masa depan anak, baik
dari segi kognitif, afektif, dan perilaku (Surya, 2007, hlm.86).
Pola pengasuhan pun menjadi sangat berpengaruh. Pola pengasuhan tersebut
masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pendidikan orang tua, tingkat
ekonomi, dan karir orang tua di luar rumah (Danarty, 2010, hlm.18). Menurut
oleh pengalaman orang tua di masa kecilnya dan pengaruh nilai-nilai budaya yang
ada disekitarnya.
Pada dasarnya, setiap orang tua menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang
matang dan dewasa secara sosial. Sehingga apapun jenis pengasuhan yang diterapkan
orang tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal tersebut. Namun, kadang
orang tua tidak menyadari bahwa pola pengasuhan tertentu dapat membawa dampak
merugikan anak. Menurut seorang pakar psikologi, Diana Baumrind, ada empat jenis
pola pengasuhan, yaitu : otoriter, permisif, indulgent, dan demokratis (Danarti, 2010,
hlm.19).
a. Pola Pengasuhan Otoriter
Pola otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator, dan memaksa anak untuk
selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini, biasa
ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu
menjelaskan kepada anak tentang guna dan alasan dibalik aturan tersebut (Danarti,
2010, hlm.19).
Dalam pola asuh orang tua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan
maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh
anak-anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras
kepada anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka
seringkali orang tua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau
membantahnya (Dariyo, 2007, hlm. 206-207).
Kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan diri pada anak. Banyak anak
yang dididik dengan pola asuh otoriter ini, cenderung tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang suka membantah, membrontak dan berani melawan arus terhadap
pesimis dan anti-sosial. Hal ini, akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk
mengemukakan gagasan, ide, pemikiran maupun inisiatifnya. Apapun yang
dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaan
yang tulus oleh lingkungan keluarga atau orang tuanya (Dariyo, 2007, hlm. 207).
b. Pola Pengasuhan Permisif
Kebalikan dengan tipe otoriter, tipe ini adalah permisif alias serba
membolehkan. Pola permisifadalah pola di mana orang tua tidak mau terlibat dan
tidak mau memedulikan kehidupan anaknya. Akibatnya, anak menganggap bahwa
aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada keberadaan
dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi orang tua tidak begitu
tahu perkembangan anaknya (Danarti, 2010, hlm. 20-21).
Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk, di
antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri
yang baik, kemampuan sosial yang buruk, dan merasa bukan bagian yang penting
untuk orang tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan
terbawa sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula si anak melakukan hal
yang sama terhadap anaknya kelak (Danarti, 2010, hlm.21). Pola asuh ini juga dapat
mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu
mengontrol diri, dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah (Surya, 2007, hlm.
87).
c. Pola Pengasuhan Indulgent
Orang tua seperti ini ingin selalu terlibat dalam semua aspek kehidupan anak,
namun mereka tidak memberi tuntunan dan kontrol kepada anak. Mereka cenderung
membiarkan anaknya melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Dalam
keinginan tersebut. Bahkan orang tua jadi tidak punya posisi tawar sama sekali di
depan anak karena semua keinginan si anak akan dituruti, tanpa mempertimbangkan
apakah itu baik atau buruk baginya (Danarti, 2010, hlm.21).
Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh ini berkilah bahwa sikap yang di
ambilnya didasari rasa sayangnya terhadap anak. Karena itulah, semua keinginan
anak harus dituruti. Padahal cinta terhadap anak tidak identik dengan keharusan
menuruti semua keinginannya. Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan
dengan pola asuh orang tua yang seperti ini adalah anak jadi sama sekali tidak belajar
mengontrol diri. Ia selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya, tapi
tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi
orang lain sehingga punya kesulitan dalam berteman (Danarti, 2010, hlm. 21-22).
d. Pola Pengasuhan Demokratis
Pola demokratis mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan
batas dan kontrol. Orang tua biasanya bersikap hangat dan penuh welas asih kepada
anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, dan mendukung tindakan anak
yang konstruktif. Anak yang terbiasa dengan pola asuh demokratisakan memperoleh
dampak menguntungkan, di antaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai
kontrol diri dan rasa percaya diri, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk
berprestasi, dan bisa komunikasi baik dengan teman-temannya ataupun orang-orang
yang lebih dewasa Danarti, 2010, hlm. 22).
Berdasarkan Hart, Newell dan Olsen (dalam Santrock, 2007) pengasuhan
demokratis merupakan gaya pengasuhan yang paling efektif diantara gaya
pengasuhan yang lain karena orang tua menerapkan keseimbangan yang tepat antara
kendali dan otonomi sehingga memberikan kesempatan pada anak untuk membentuk
Karena hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak dapat berjalan
dengan menyenangkan, maka terjadi pengembangan kepribadian yang mantap pada
diri anak. Anak makin mandiri, matang dan dapat menghargai diri sendiri dengan
baik. Pola asuh demokratis ini akan dapat berjalan secara efektif bila ada tiga syarat
yaitu :
1). Orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya.
2). Anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai
orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya.
3). Orang tua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab terhadap
anaknya (Dariyo, 2007, hlm. 208).
3. Tujuan Pola Pengasuhan
Pada dasarnya, tujuan dari pengasuhan adalah untuk mengajarkan anak agar bisa
berprilaku baik, mengembangkan pilihan gaya hidup yang sehat, dan membuat
keputusan bagi diri mereka kelak. Setelah mempelajari keempat pola pengasuhan di
atas, hanya pola demokratis yang memberikan banyak dampak positif kepada anak.
Karena itu, pola demokratis bisa dijadikan pilihan bagi orang tua. Intinya, beri anak
kesempatan untuk bicara, tetapi kontrol sepenuhnya berada di tangan orang tua
4. Masalah Pengasuhan Anak
Permasalahan yang timbul dari pengasuhan anak, antara lain :
a. Kadang-kadang orang tua terlalu menuntut pada anak untuk menjadi yang
terbaik, sementara potensi yang dimiliki tidak memadai. Akibat yang timbul
adalah anak menjadi malas belajar dan malas sekolah.
b. Karena ingin melihat anaknya berprestasi lebih baik disekolah, orang tua
kemudian yang mengerjakan tugas-tugas sekolah anaknya. Akibat yang timbul
adalah anak belajar untuk tidak berusaha maksimal dengan daya upayanya
sendiri.
c. Timbul kekhawatiran yang berlebihan dari pihak orang tua tentang kondisi
anaknya. Akibatnya muncul keragu-raguan dalam mendidik anak, sehingga anak
mengembangkan sikap ragu-ragu serta rasa tidak percaya diri (Pratisti, 2008,
hlm.101).
5. Tips Mendidik Anak
a. Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran agama pada anak-anak sejak dini.
Pola asuh keluarga berbasis agama dinilai sebagai pendidikan paling baik
sampai saat ini.
b. Anak akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun harus menjadi teladan
yang baik. Jika ingin memiliki anak yang berprilaku positif, orang tua pun harus
menjauhi segala hal yang negatif.
c. Menjalin komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang sangat penting.
d. Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak tidak terlalu
dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan
atau kebutuhan anak, sehingga anak pun tidak merasa berat dan terbebani.
e. Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar si anak menjadi jera.
Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang menjadi-jadi atau
kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Anak yang masih labil bisa salah
paham dan berpikiran buruk pada orang tua yang suka memberikan hukuman
fisik. Hukuman orang tua terhadap anak adalah bentuk kasih sayang, jadi
andapun harus pintar-pintar memberikan hukuman apa yang cocok bagi anak
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Konsep adalah abtraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel
independen dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal ibu sedangkan variabel dependennya
adalah pola pengasuhan balita.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 3.1.
Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha)
yaitu ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu terhadap pola pengasuhan
pada balita.
Tingkat Pendidikan Formal Ibu
C. Definisi Operasional
Defenisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur
konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2009, hlm126).
N
o Variabel Penelitian
Defenisi
Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan studi korelasi yaitu suatu
penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua
atau lebih variabel penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain “cross sectional”, suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk
resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu
yang sama (Notoadmojo, 2005).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di
dusun X Medan Estate sebanyak 48 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi.Pengambilan
sampel dalam penelitan ini menggunakan total sampling yaitu jumlah semua ibu
yang mempunyai balita di dusun X Medan Estate tahun 2012.
Kriteria sampel penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penelitian pada populasi target dan
pada populasi terjangkau, merupakan kriteria pembatas (Taufiqurahman, 2008).
a. Ibu yang mempunyai balita dan bertempat tinggal di Dusun X Medan
Estatesaat dilakukan penelitian ada di tempat.
b. Pendidikan ibu minimal Sekolah Dasar (SD).
c. Ibu bersedia menjadi responden dan menandatangani pernyataan menjadi
responden.
d. Ibu bisa membaca dan menulis.
2. Kriteria eksklusiadalah kriteria untuk mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi karena beberapa sebab, merupakan kriteria perancu (Taufiqurahman,
2008). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya yaitu :
a. Ibu tidak bertempat tinggal lagi di Dusun X Medan Estate
b. Ibu tidak bersedia menjadi responden.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini di lakukan di dusun X Medan Estate tahun 2012 dengan alasan
karena lokasi penelitian dekat dengan rumah peneliti sehingga akan memudahkan
peneliti dalam pengumpulan data.
D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011 sampai dengan
bulan Juni tahun 2012
E. Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan
yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, kemudian
estate. Langkah selanjutnya lembaran persetujuan (Informed Consent) akan diberikan
kepada ibu yang mempunyai balita sebagai calon responden.
Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk
menandatangani Informed Consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka
calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses
pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga
dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi mengunakan
inisial. Data-data yang diperoleh semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu
pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Setelah responden
memahami serta menerima maksud dan tujuan penelitian, maka responden secara
sukarela menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan dengan pengisian
kuesioner.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap, serta sistematis sehingga lebih mudah
diolah(Arikunto, 2002, hlm.136).
Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 macam kuesioner :
1. Kuesioner data demografi ibu (identitas ibu) di Dusun X Medan Estate yang
meliputi umur, agama, dan pekerjaan. Kuesioner ini digunakan untuk melihat
distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis.
2. Kuesioner data tingkat pendidikan formal ibu terakhir yang pernah diperoleh
meliputi pendidikan dasar memiliki skor 1, pendidikan menengah memilikiskor2
3. Kuesioner tentang pola pengasuhan berisi 15 pertanyaan, dengan empat pilihan
jawaban yaitu A, B, C, dan D. Dimana setiap masing-masing jawaban adalah
pola pengasuhan yang diberikan, jawaban A adalah pola asuh otoriter memiliki
skor 1, jawaban B adalah pola asuh permisif memiliki skor 2, jawaban C adalah
pola asuh indulgent memiliki skor3, jawaban D adalah pola asuh demokratis
memiliki skor 4.
G. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut.
Yang dilakukan dengan cara content validity yaitu diuji oleh dokter atau spesialis
yang mampu dibidangnya sehingga instrumen yang akan digunakan tersebut
dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur. Suatu pernyataan
dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yag dimaksud jika nilai
koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,60.
Uji validitas sudah dilakukan secara conten validity kepada ahli
dibidangnya.Dalam penelitian ini, peneliti telah berkonsultasi dengan salah satu staf
pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan, yaitu Meidriani
Ayu Siregar, S.Psi, M.Kes, hasilnya signifikan yaitu 0,793.
2. Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah ketepatan atau kesengajaan suatu alat pengukur. Uji
reabilitas dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk
mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden
atas pertanyaan dari kuesioner.
Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika
nilai cronbach’s alfa lebih dari 0,6 maka dinyatakan reliabel.Uji reabilitas akan
dilakukan pada ibu yang mempunyai balita dengan kriteria yang sama dengan
sampel, kemudian data diola menggunakan SPSS dengan mencari nilai koefisien
reliabilitasdengan cronbach’s alfa 0,868 maka dinyatakan reliabel (Suyanto &
Salamah, 2008, hlm. 53-54).
H. ProsedurPengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat
permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D–IV Bidan Pendidik
Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian kepada Kepala Dusun X Medan Estate. Setelah mendapat izin dari
KepalaKepala Dusun X Medan Estate, peneliti melakukan pendekatan kepada calon
responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai sampel penelitian. Setelah calon
responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan
(informed consent).
Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh
peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti.
Saat responden mengisi lembaran kuesioner, peneliti mendampingi responden
sehingga tidak terjadi manipulasi atas jawaban responden. Waktu yang dibutuhkan
peneliti untuk membagi kuesioner adalah 1 minggu. Setelah semua responden
I. Rencana Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, data terseut diolah secara manual dan disajikan
dalam bentuk tabel dan persen. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
Memeriksa data, memeriksa jawaban, memperjelas dan melakukan
pengolahan terahadap data yang dikumpulkan dan memeriksa
kelengkapan data.
b. Coding
Memberi kode jawaban responden sesuai dengan indikator pada
kuesioner
c. Tabulating
Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan
pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat
dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.
d. Processing
Pada tahap ini peneliti akan memindahkan data dari kuesioner ke dalam
program komputer.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer dan
langkah-langkah analisis data akan dilakukan sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
variabel. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari
masing-masingvariable, variabel independen yaitu : pendidikan formal ibudan
variabel dependen yaitu : pola pengasuhan pada balita.
b. Analisa Bivariat
Statistik Bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan
keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hal.271). Pengujian data
dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square (x2), dengan nilai kemaknaan
(α = 0,05). Apabila nilai x2 hitung > x2 tabel atau nilai probabilitas (p) < 0,05, maka
Ho ditolak, yaitu ada hubungan antara variabel bebas dan terikat. Apabila nilai x2
hitung < x2 tabel atau nilai probabilitas (p) >0,05, maka Ho diterima yaitu tidak ada
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat
pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita di Dusun X Medan Estate yang
dilaksanakan dari tanggal 02 s/d 10 April 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 48
orang. Namun, ada keterbatasan sampel pada saat dilakukan penelitian, responden
yang memenuhi kriteria ada 45 orang. Maka dapat dilihat hasilnya sebagai berikut.
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah cara untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagai mana adanya tanpa ada penarikan kesimpulan
yang berlaku. Analisa Univariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.1 Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X
Medan Estate dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan pada
usia 25-29tahun yaitu sebanyak 19 orang (42,2%),berdasarkan agama sebagian besar
responden memilih agama islam yaitu sebanyak 38 orang (84,4%), dan berdasarkan
pekerjaan sebagian besar responden memilih sebagai IRT yaitu sebanyak 27 orang
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu Yang Mempunyai Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012
Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)
Umur
1.2 Tingkat Pendidikan Formal
Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X
Medan Estate, mayoritas responden yang berpendidikan menengah sebanyak 21
orang (46,7%) dan minoritas responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 9 orang
(20%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Ibu di Dusun X Medan Estate Tahun 2012
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Dasar 15 33,3
Menengah 21 46,7
Tinggi 9 20,0
1.3 Pola Pengasuhan
Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X
Medan Estate, mayoritas responden yang memilih pola pengasuhan demokratis
sebanyak 23 orang (51,1%), dan minoritas responden yang memilih pola pengasuhan
permisif sebanyak 8 orang (17,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012
Pola Pengasuhan Frekuensi Persentase (%)
Otoriter 10 22,2
Permisif 4 8,9
Indulgent 8 17,8
Demokratis 23 51,1
Jumlah 45 100,0
2. Analisa Bivariat
Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan tingkat pendidikan formal
ibu dengan pola pengasuhan balita. Dalam menganalisis data secara bivariat,
pengujian data dilakukan dengan uji statistik chi square yakni menganisis hubungan
antara tingkat pendidikan formal ibudengan pola pengasuhan balitadan diperoleh
hubungan dengan taraf signifikasi 95% (α = 0,05), pedoman dalam menerima
hipotesis: apabila nilai probabilitas (P) < 0,05 maka H0 ditolak, dan apabila (P) >
0,05 maka H0 gagal ditolak.
2.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita
Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X
Medan Estate, menunjukkan bahhwa 6 orang (40%) yang berpola asuh otoriter pada
tingkat pendidikan dasar, 15 orang (71,4%) yang berpola asuh demokratis pada
pada tingkat pendidikan tinggi. Hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh
nilai ρ=0,027, ini berarti ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan
pola pengasuhan balita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.4
Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012
Pendidikan
Formal Ibu
Pola Pengasuhan Total Total
Otoriter Permisif Indulgent Demokratis P. Value
Dasar 6 (40%) 3 (20%) 15 (100%) 4 (26,7%) 2 (13,3%) 0,027
Menengah 2 (9,5%) 1 (4,8%) 21 (100%) 3 (14,3%) 15 (71,4%)
Tinggi 2 (22,2%) 0 (0%) 9 (100%) 1 (11,1%) 6 (66,7%)
Total 10(22,2%) 4 (8,9%) 45 (100%) 8 (17,8%) 23 (51,1%)
B. Pembahasan Penelitian 1. Tingkat Pendidikan Ibu
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa mayoritas ibu berpendidikan
menengah sebanyak21 responden (46,7%). Sesuai dengan pendapat Notoadmojo
(2010) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang
berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu,
kelompok atau masyarakat.Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden
maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada.
2. Pola Pengasuhan
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa mayoritas ibumemilih pola
pengasuhan demokratissebanyak 23 responden (51,1%).
Menurut Danarti (2010) pola demokratismendorong anak untuk mandiri, tapi
dan penuh welas asih kepada anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak,
dan mendukung tindakan anak yang konstruktif. Anak yang terbiasa dengan pola
asuh demokratisakan memperoleh dampak menguntungkan, di antaranya anak akan
merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya diri, bisa mengatasi stres,
punya keinginan untuk berprestasi, dan bisa komunikasi baik dengan
teman-temannya ataupun orang-orang yang lebih dewasa, Karena hubungan komunikasi
antara orang tua dengan anak dapat berjalan dengan menyenangkan, maka terjadi
pengembangan kepribadian yang mantap pada diri anak. Anak makin mandiri,
matang dan dapat menghargai diri sendiri dengan baik.
Menurut Baumrind (1991, dalam Parke &locke, 1999) bahwa pola asuh yang
paling kondusif yang diterapkan orangtua kepada anak adalah pola pengasuhan
demokratis. Pola pengasuhan ini bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan
anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung
jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola
pengasuhan ini dihubungkan dengan dengan tingkah laku anak-anak yang
memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate
Pada tabel 5.4 dapat dilihatbahawa mayoritas ibu dengan pendidikan
menengah lebih besar memilih kepada pola pengasuhan demokratis.Hasil uji statistik
dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,027, ini berarti adahubungan antara
tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dalam Soetjiningsih (2003) yaitu
terutama tentang cara pengasuhan anak, bagaimana menjaga kesehatan anak,
pendidikannya dan sebagainya. Berdasarkan Hart, Newell dan Olsen (dalam
Santrock, 2007) pengasuhan demokratis merupakan gaya pengasuhan yang paling
efektif diantara gaya pengasuhan yang lain karena dapat menerapkan keseimbangan
yang tepat antara kendali dan otonomi sehingga memberikan kesempatan pada anak
untuk membentuk kemandirian dengan memberikan batas, standar, dan panduan
yang dibutuhkan anak. Berdasarkan teori tersebut diharapkan dengan dasar
pendidikan yang baik ibudiharapkan dapat menerapkan pengasuhan yang paling
efektif bagi anak.
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tidak semua ibu yang
berpendidikan tinggi atau menengah menerapkan pola asuh demokratis, dan tidak
semua ibu yang berpendidikan dasar menerapkan pola asuh permisif. Salah satu
faktor yang mempengaruhi ibu menerapkan pola asuh permisif adalah kesibukan ibu
dalam pekerjaan.
Menurut Tjandrasa (2005) sumber sikap orang tua dalam pola asuh juga
dipengaruhi oleh pengalaman orang tua di masa kecilnya dan pengaruh nilai-nilai
budaya yang ada disekitarnya. Berdasarkan dari teori pendukung dan hasil penelitian
maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik tingkat pendidikan yang dimiliki ibu
maka gaya pengasuhan yang cenderung diterapkan adalah pola asuh demokratis.
Dengan penerapan pola asuh demokratis yang menurut teori adalah pola asuh yang
paling efektif diharapkan dapat menunjang tumbuh kembang balita secara optimal.
Namun adakalanya ibutidak dapat menerapkan pola asuh ini sepenuhnya dengan
C. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti merasakan ada keterbatasan sampel pada saat
dilakukan penelitian, dimana sampel tidak memenuhi kriteria ada 3 sampel yaitu
terdapat 2 sampel tidak bertempat tinggal lagi di Dusun X Medan Estate dan 1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu
dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate”, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan data demografi dapat
dilihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan pada usia 25-29tahun
yaitu sebanyak 19 orang (42,2%),berdasarkan agama sebagian besar
responden memilih agama islam yaitu sebanyak 38 orang (84,4%), dan
berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden memilih sebagai IRT yaitu
sebanyak 27 orang (60,0%).
2. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan tingkat pendidikan
formal ibu diperoleh bahwa mayoritas pendidikan responden adalah
pendidikan menengah yaitu SMU sebanyak 21 orang (46,7%).
3. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan pola pengasuhan
diperoleh bahwa mayoritas responden memilih pola pengasuhan demokratis
yaitu sebanyak 23 orang (51,1%),
4. Dari hasil uji statistik pada 45 responden terdapat 23 orang (51,1%) telah
menerapkan pola asuh demokratis. Menurut tingkat pendidikannya, ibu
dengan pendidikan tinggi dan menengah lebih banyak menerapkan pola asuh
demokratis yaitu sebanyak 66,7% (6 orang) dan 71,4% (15 orang).
Sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan dasar lebih banyak menerapkan
5. Ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan
balita. Hal ini terlihat dari uji statistik dengan perhitungan Chi Square Test di
mana nilai signifikansi p= 0,027 (p<0,05).
B. Saran
1. Bagi Ibu
Ibu di Dusun X Medan Estate diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang
efektif yaitu mengarah ke gaya pengasuhan yang demokratis. Hal ini akan berjalan
baik jika ditunjang dengan kerjasama antara ibu dan ayah, sehingga segala keputusan
mengenai anak tidak diambil secara sepihak. Dengan pola asuh yang demokratis
diharapkan adanya keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi sehingga
anak akan membentuk kemandirian pada anak dan anak lebih terbuka kepada orang
tuanya. Ibu di Dusun X Medan Estate diharapkan dapat memperluas wawasannya
dari berbagai sumber mengenai tahap perkembangan, cara pengasuhan yang tepat,
dan asupan gizi yang sesuai untuk menunjang tumbuh kembang balitanya secara
optimal.
2. Bagi bidan atau tenaga kesehatan
Bidan atau tenaga kesehatan diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan
dan pemberian informasi tidak hanya dalam hal kesehatan ibu dan balitanya, namun
juga tentang bagaimana cara orang tua mengasuh balitanya untuk menghadapi
tumbuh kembangnya.
3. Bagi Pendidikan Kebidanan
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa kebidanan terutama
tentang memberikan pendidikan mengenai pola pengasuhan yang tepat untuk orang
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, Rizka. (2011). Membangun Karakter Positif Buah Hati. Yogyakarta : Rezan Media.
Arikunto , S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Danarti, Dessy. (2010). Smart Parenting : Menjadi Orang Tua Pintar Agar Anak Sukses. Yogyakarta : Gramedia.
Dariyo, A. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi Atitama). Bandung : PT Refika Aditama.
Data Statistik Indonesia.Karakteristik Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan, 2000 & 2004 .http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/607/607/1/3/. 2 November 2010
Gunarsa, Singgih D. (2002). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK.Gunung Mulia.
Hawari, Dadang. (2004). Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa.
Hidayat,A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data.Edisi 1.Jakarta : Salemba Medika.
Joko, G. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan. http://one.indoskripsi.com/judul- skripsi/pendidikan-kewarganegaraan/pengaruh-tingkat-pendidikan-orang-tua-terhadap-pola-asuh-an. tanggal akses 22 November 2010
Mendiknas.(2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.Jakarta : Durat Bahagia
Mushoffa, A. (2009). Panduan ummahat merawat & mendidik sang balita. Yogyakarta : Garailmu.
Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Notoadmojo, S. (2007).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurul.(2002). Sebuah Pengertian.(diakses 28 Januari 2011);
Prastisti, W.D. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Soetjiningsih.(2003). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Sulistyati, R. (2010). Tabloid
NOVA-KPAI.http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=13755&no=2. Tanggal
akses 23 Oktober 2011
Sunarti, Euis. (2004). Mengasuh Dengan Hati : Tantangan Yang Menyenangkan. Jakarta : Media Komputindo.
Suprijanto.(2007). Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
Assalamualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera
Dengan Hormat,
Nama Saya Khairunnisa Situmorang/115102122, sedang menjalani pendidikan di
program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang melakukan peneletian
yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan
Balita ”.
Pola asuh orang tua yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah
pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga
mengawasi dan mengendalikan anak. Dengan pola pengasuhan seperti ini, akan
terbentuk karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, mandiri, mempunyai
hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, dan mempunyai minat
terhadap hal-hal baru. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam
kehidupan anak selama tahun-tahun pertama hidupnya, saat kepribadian mulai
terbentuk. Karena itu pengaruh keluarga, terutama orang tua, sangatlah besar. Pola
pengasuhan pun menjadi sangat berpengaruh. Pola pengasuhan tersebut masih
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,
dan karir orang tua di luar rumah (Danarty, 2010, hlm.18)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat
pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.
Saya akan memberikan kusioner kepada ibu meliputi data demografi seperti
umur, agama, pekerjaan. Data tentang tingkat pendidikan formal ibu terakhir, serta
Partisipasi Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.
Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan
penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :
Nama : Khairunnisa Situmorang
Alamat : Jl. Purnawirawan No. 59
No. Hp : 085270030323
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian
ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang
berguna bagi ilmu pengetahuan.
Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan
Bapak/Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.
Medan, 2012
Peneliti
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Telp/HP :
Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang penelitian “ Hubungan Tingkat
Pendidikan Formal ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita ”. maka dengan ini saya
secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian
tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, 2012
KUSIONER PENELITIAN
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN POLA PENGASUHAN BALITA DI DUSUN X
MEDAN ESTATE TAHUN 2012
I. Petunjuk Pengisian
1. Pertanyaanini diisi oleh ibu yang mempunyai balita.
2. Untuk menjamin vaidasi dan akurasi data, mohon pertanyaan ini diisi dengan
jujur sesuai dengan kenyataan.
3. Informasi atau data dipakai hanya untuk penelitian, bukan untuk evaluasi.
4. Informasi yang diberikan ibu akan dijaga kerahasiaannya.
5. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda silang
(X) yang dianggap jawaban paling tepat.
6. Semua pertanyaan harus dijawab tidak boleh kosong dan setiap pertanyaan
harus diisi dengan satu jawaban.
7. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanya kepada peneliti.
II. Data Demografi
Tgl. Pengumpulan Data :
1. No. Responden :
2. Umur :
3. Agama : Islam Kristen
4. Pendidikan Terakhir : SD SMA S 1
SMP D III
Kuesioner Pola Pengasuhan Balita Di Dusun X Medan Estate
Petunjuk
Pada halaman-halaman berikut terdapat sejumlah pertanyaaan yang
menyangkut cara-cara yang mungkin anda gunakan sehari-hari dalam usaha
mendidik dan menanamkan disiplin.Untuk setiap pernyataan berikanlah tanda silang
(X) ditempat yang menggambarkan keberlakuan pernyataan tersebut dalam
kehidupan anda sehari-hari.
Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan cobalah hayati keberlakuannya
pada diri anda, kemudian berikan penilaian dengan cara memberi tanda X pada
jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan apa yang anda alami selama ini.
Jika telah selesai, periksa kembali pekerjaan anda jangan sampai ada yang
terlewat. Selamat bekerja!
1. Apabila perkataan saya tidak diperhatikan oleh anak saya, sikap saya ...
a. Akan memarahinya dengan suara yang keras
b. Tidak memarahinya dan tidak mempersalahkannya
c. Memarahinya tetapi tidak memberi bimbingan kepadanya
d. Akan mengajarkan kepada anak saya untuk sikap peduli dan memperhatikan
apa yang saya katakan.
2. Apabila anak saya membawa teman-temannya kerumah, sikap saya ...
a. Kurang suka bila anak saya membawa teman-temannya kerumah.
b. Tidak memperdulikan anak saya bila membawa teman-temannya kerumah.
c. Membiarkan anak saya untuk membawa teman-temannya kerumah dan saya
senang dengan kedatangan mereka.
d. Senang bila anak saya membawa teman-temannya kerumah dan saya tetap
mengawasi mereka.
3. Apabila anak saya mengalami permasalahan dengan teman-temannya, sikap
saya...
b. Tidak memperdulikan apa yang telah diperbuat anak saya dengan temannya.
c. Memarahi teman anak saya walaupun belum tahu sapa yang salah diantara
mereka.
d. Mengatasi permasalahan anak saya dengan temannya dan memberikan
penjelasan apa yang telah mereka perbuat.
4. Apabila saya dan keluarga saya datang kerumah saudara, sikap saya ...
a. Akan memaksa anak saya untuk menyalam saudara saya.
b. Membolehkan apa saja yang ia lakukan setelah sampai dirumah saudara saya
dan saya tidak memperdulikan apa yang ia lakukan dengan temannya.
c. Membiarkan anak saya untuk melakukan apa saja yang ia inginkan setelah
sampai dirumah saya dan menyetujui apa yang ia minta
d. Menginginkan anak saya untuk menghargai orang yang lebih tua darinya yaitu
dengan memberi contoh serta teladan yang baik pada anak saya seperti
menyalam tante atau omnya.
5. Apabila anak saya sedih dan murung, sikap saya ...
a. Akan memaksa anak saya untuk mengatakan kenapa sedih dan murung
b. Tidak memperdulikan anak saya sedih ataupun murung.
c. Akan menanyakan kepada anak saya kenapa dia bersedih
d. Akan menanyakan kenapa anak sayabersedih dan mendengarkan segala
perkataannya dengan penuh perhatian.
6. Apabila anak saya pulang terlambat kerumah, tindakan saya ...
a. Langsung memarahinya dan bila perlu mencubitnya karena sudah terlambat
pulang.
b. Tidak bertanya tentang apa yang telah diperbuatnya diluar rumah sampai
terlambat pulang.
c. Tidak memarahi anak saya dan langsung menyuruhnya untuk istirahat.
d. Akan menasehati anak saya supaya tidak melakukannya lagi dan menyuruhnya
untuk istirahat.
a. Akan memaksanya untuk tidak mengambil barang yang dia inginkan.
b. Membolehkan sesuka hatinya apa yang diambilnya dan saya tidak peduli apa
yang dia lakukan.
c. Membiarkannya untuk mengambil semua barang yang dia inginkan walaupun
tidak ada manfaat yang penting dari barang yang diambilnya.
d. Saya akan menasehatinya dan memberikan penjelasan padanya tentang apa
saja barang yang penting buatnya.
8. Apabila anak saya memecahkan vas bunga kesayangan saya, sikap saya ...
a. Marah dan memukul anak saya karena telah memecahkan vas bungan
kesayangan saya.
b. Tidak memarahi dan tidak memperdulikan apa yang telah dilakukan anak saya.
c. Tidak memarahi anak saya karena vas bunga dapat diganti dengan vas bunga
lainnya walaupun tidak sama dengan vas bunga kesayangan saya.
d. Akan menasehati anak saya supaya tidak melakukannya lagi dan
membersihkan vas bunga yang telah pecah.
9. Apabila anak saya inginbermain kotor di taman, sikap saya ...
a. Akan memaksa anak saya untuk tidak main kotor di taman.
b. Akan membolehkan anak saya bermain di taman dan tidak memperdulikan apa
yang ia lakukan ditaman.
c. Akan membiarkan dan memberi kebebasan anak saya bermain kotor ditaman.
d. Tidak melarangnya untuk bermain kotor ditaman dan saya tetap mengawasinya
setelah ia habis bermain saya ajarkan untuk membersihkan badannya.
10.Apabila anak saya menonton siaran televisi, sikap saya ...
a. Akan memaksa anak saya untuk tidak menonton TV
b. Akan memperbolehkannya dan tidak memperdulikan apa yang telah
ditontonnya
c. Akan memperbolehkannya untuk menonton siaran televisi
d. Akan memperbolehkannya untuk menonton dan saya ikut mengawasinya
b. Membiarkan anak saya mengompol dan mengganti celananya
c. Tidak marah dan langsung mengganti celananya
d. Akan mengganti celana anak saya dan menasehatinya
12.Apabila anak saya mengambil barang temannya, sikap saya ...
a. akan memaksa anak saya untuk mengembalikan barang temannya
b. Tidak memperdulikan apa yang telah diperbuat anak saya
c. Membiarkan anak saya melakukan apa saja yang dia inginkan
d. Akan menasehati anak saya bahwa tidak boleh mengambil barang temannya
dan menyuruhnya untuk mengembalikan barang temannya
13.Anak saya ingin mengenakan sepatunya, sikap saya ...
a.Akan memaksanya untuk tidak memakainya dan saya yang akan
memakaikannya
b. Akan membiarkannya untuk memakai sepatunya sendiri
c. Saya akan menolongnya untuk mengenakan sepatunya
d. Saya akan memotivasi anak saya untuk melakukannya sendiri
14.Apabila anak saya memegang benda-benda tajam, sikap saya ...
a. Akan marah dan memaksanya untuk tidak memegang barang-barang tersebut
b. Membolehkannya untuk memegang barang-barang tersebut
c. Mengambil barang-barang tajam tersebut dari tangan anak saya
d. Menasehatinya bahwa barang tersebut tidak boleh dipegang
15. Setiap peraturan yang ada di rumah, peraturan itu saya berlakukan dengan ...
a. Paksaan dan harus di taati
b. Tidak memperdulikan apakah peraturan itu dijalankan atau tidak
c. Membiarkan anak saya untuk mematuhi peraturan yang saya buat
d.Memberikan penjelasan dan arahan tentang peraturan-peraturan yang ada
RIWAYAT HIDUP
Nama : Khairunnisa Situmorang
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 28November 1989
Agama : Islam
Nama Ayah : H. Jafar Situmorang, SH
Nama Ibu : Hj. Mardiah, SAg
Anak Ke : 3 dari 5 bersaudara
Alamat :Jl. Purnawirawan No. 59 Medan Estate
Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisyah Bustanul Athfal tahun 1995-1996
2. SD Negeri 060872 Medan tahun 1996-2002
3. MTS Negeri 2 Medan tahun 2002-2005
4. MA Negeri 1 Medan tahun 2005-2008
5. D-III Kebidanan STIKes Flora Medan tahun 2008-2011
6. D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara