• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan EstateTahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan EstateTahun 2012"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN POLA PENGASUHAN BALITA DI DUSUN X

MEDAN ESTATE TAHUN 2012

KHAIRUNNISA SITUMORANG

115102122

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS

KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

Judul : Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita Di Dusun X Medan Estate Tahun 2012

Nama : Khairunnisa Situmorang

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang : Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengantotal sampling. Penelitian ini dilakukan di Dusun X Medan Estate. Analisa data digunakan uji chi-square.

Hasil : Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan data demografi mayoritas terdapat pada usia 25-29 tahun sebanyak 19 orang (42,2%), berdasarkan agama memilih agama islam sebanyak 38 orang (84,4%), berdasarkan pekerjaan sebagai IRT sebanyak 27 orang (60%), berdasarkan pendidikan formal memilih pendidikan menengah sebanyak 21 orang (46,7%), berdasarkan pola pengasuhan memilih pola pengasuhan demokratis sebanyak 23 orang (51,1%). Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan pada tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan (nilai p= 0.027).

Kesimpulan : dari hasil penelitian inidiharapkan bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi tidak hanya dalam hal kesehatan ibu dan balitanya, namun juga tentang bagaimana cara orang tua mengasuh balitanya untuk menghadapi tumbuh kembangnya.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian

ini yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu dengan

PolaPengasuhan Balita di Dusun X Medan EstateTahun 2012.” Peneliti menyadari

bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan

bahasa.Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk

perbaikan di masa yang akan datang. Pada kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan

membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S. Kep, Ns. M. Kep selaku Ketua Program Studi D-IV

Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Ichwanul Adenin, SpOG (K) selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

karya tulis ilmiah, yang telah membimbing penulis hingga karya tulis ilmiah ini

dapat selesai.

4. dr.M. Fahdhy. SpOG. MSc, selaku dosen penguji I yang telah memberikan

arahan dan bimbingan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

5. dr. Sarma N. Lumbanraja, SpOG(K), selakudosenpenguji IIyang telah

memberikan arahan dan bimbingan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan

(5)

7. Ayahanda terkasih H. Jafar Situmorang, S.H yang telah menanamkan prinsip

yang sangat berarti dan menjadi motivasi dalam hidup saya. Dan ibunda tercinta

Hj. Mardiah, S.Ag yang menjadi idola bagi saya. Terima kasih atas do’a dan

restu dari Ayah dan Ibu yang selalu membimbing saya ke jalan-Nya.

8. Buat abangku Abdul Rahim Situmorang, S.E dan Ahmad Syadri Situmorang,

S.E, adikku Muhammad Hamdani Situmorang dan Muhammad Chairi

Situmorang. Terima kasih yang selalu memberikan semangat, dorongan,

motivasi, bimbingan serta doa yang sangat berarti bagi saya sehingga saya dapat

menyelasaikan karya tulis ilmiah ini dan dapat melewati permasalahan dalam

hidup.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan

kepada penulis.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu saya mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun, agar menjadi lebih baik dan bermanfaat. Atas

segala bantuan dan didikan yang penulis terima, penulis hanya dapat berdoa semoga

kiranya mendapatkan imbalan dan rahmat dari Allah SWT.

Medan, Juni 2011 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1.TujuanUmum ... 3

2.Tujuan Khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu ... 5

2. Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia ... 5

3. Pendidikan Formal di Indonesia ... 6

B. Pola Pengasuhan 1. Defenisi ... 7

2. Tipe-tipe Pola Pengasuhan ... 8

3. Tujuan Pola Pengasuhan ... 12

4. Masalah Pengasuhan Anak ... 13

(7)

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ... 15

B. Hipotesis ... 15

C. Definisi Operasiosional ... 16

BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel ... 17

C. Tempat Penelitian ... 18

D. Waktu Penelitian ... 18

E. Pertimbangan Etik Penelitian ... 18

F. InstrumenPenelitian ... 19

G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 20

H. Pengumpulan Data ... 21

I. Analisis Data ... 21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 24

B. Pembahasan Penelitian ... 27

C. Keterbatasan Penelitian ... 30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ...31

B. Saran ... ...32

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu

Yang Mempunyai Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012………. 25

Tabel 5.2Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Ibu

Yang Mempunyai Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012………. 26

Tabel 5.3Distribusi Responden Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X

Medan Estate Tahun 2012………... ... .. 26

Tabel 5.4Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep Hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan

pola pengasuhan balita ... 15

(10)

DAFTARLAMPIRAN

Lampiran1 :Lembar Penjelasan Kepada Responden

Lampiran2 :Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran3 :Surat Izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

(11)

Judul : Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita Di Dusun X Medan Estate Tahun 2012

Nama : Khairunnisa Situmorang

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012

ABSTRAK

Latar Belakang : Pola asuh sangat mempengaruhi peran dan fungsi keluarga. Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian anak sangat besar karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak dapat berinteraksi, tempat anak belajar, dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial.Keluarga juga dapat memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan kepada anak.

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengantotal sampling. Penelitian ini dilakukan di Dusun X Medan Estate. Analisa data digunakan uji chi-square.

Hasil : Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan data demografi mayoritas terdapat pada usia 25-29 tahun sebanyak 19 orang (42,2%), berdasarkan agama memilih agama islam sebanyak 38 orang (84,4%), berdasarkan pekerjaan sebagai IRT sebanyak 27 orang (60%), berdasarkan pendidikan formal memilih pendidikan menengah sebanyak 21 orang (46,7%), berdasarkan pola pengasuhan memilih pola pengasuhan demokratis sebanyak 23 orang (51,1%). Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan yang signifikan pada tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan (nilai p= 0.027).

Kesimpulan : dari hasil penelitian inidiharapkan bagi bidan atau tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan pemberian informasi tidak hanya dalam hal kesehatan ibu dan balitanya, namun juga tentang bagaimana cara orang tua mengasuh balitanya untuk menghadapi tumbuh kembangnya.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa

balita.Perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional dan integensi berjalan sangat cepat yang merupakan landasan

perkembangan berikutnya (Soetjiningsih, 2003).Anak merupakan kelompok yang

rentan karena dampak negatif dari perubahan sosial, mengingat kemampuannya yang

masih terbatas untuk memilih dan menyaring hal-hal yang berkaitan dengan

perubahan-perubahan tersebut (Sunarti, 2004).

Pola asuh orang tua yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah

pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga

mengawasi dan mengendalikan anak. Dengan pola pengasuhan seperti ini, akan

terbentuk karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, mandiri, mempunyai

hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, dan mempunyai minat

terhadap hal-hal baru. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam

kehidupan anak selama tahun-tahun pertama hidupnya, saat kepribadian mulai

terbentuk. Karena itu pengaruh keluarga, terutama orang tua, sangatlah besar

(Danarty, 2010, hlm.18).

Orang tua harus bisa mengukur kemampuan diri serta perlunya waspada dan

hati-hati dalam menentukan pola asuh anak. Pola asuh anak pada akhirnya sangat

menentukan pertumbuhan anak, baik menyangkut potensi psikomotorik, sosial, serta

afektifnya sesuai dengan perkembangan anak (Mushoffa, 2009, hlm.18).Orang tua

dituntut untuk jeli mengamati perkembangan anak dan diharapkan dapat menerapkan

(13)

belakang pendidikan karena dapat memberikan dampak bagi pola pikir dan

pandangan orang tua terhadap cara mengasuh dan mendidik anaknya (Joko, 2009. ¶

2).

Sekarang banyak muncul kasus kekerasan anak oleh orang tua mereka

sendiri. Dalam Tabloid Nova terbitan 14 Juni 2010 data KPAI (Komisi Perlindungan

Anak Indonesia) menyebutkan dalam setahun terjadi 781.000 kekerasan terhadap

anak. Pelaku terbesar ada di lingkungan keluarga.Salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak yaitu nilai-nilai sosial yang

berkembang tentang hubungan anak dengan orang dewasa berlaku seperti hirarki

sosial di masyarakat yaitu atasan tidak boleh dibantah serta tidak adanya kontrol

sosial di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu proses pendidikan dianggap perlu

untuk mensosialisasikan nilai-nilai demokratis dan penghargaan pada hak-hak anak,

salah satunya bisa diperoleh melalui pendidikan formal.

Data Statistik Indonesia menyebutkan pendidikan yang dicapai merupakan

salah satu indikator kualitas hidup manusia serta menunjukkan status sosial dan

status kesejahteraan seseorang.Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh orang

tua diharapkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan dari yang bersangkutan

maupun anggota keluarganya. Hasil survey dari Data Statistik Indonesia tahun 2004

tentang karakteristik kepala rumah tangga berdasarkan pendidikan yang ditamatkan

menunjukkan kepala rumah tangga baik laki-laki maupun perempuan yang tidak

sekolah 12,9%, SD 52,0%, SMP 13,2%, SMA 16,6%, dan perguruan tinggi 5,3%.

Pengasuhan anak penting artinya dalam menghantarkan seorang anak untuk

menjadi mandiri, untuk bertanggung jawab, untuk menjadi warga masyarakat yang

(14)

dan penciptaan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan

kognitif, sosial dan emosional anak yang optimal (Sunarti, 2004).

Tidak dapat dipungkiri, jika dasar pendidikan yang menjadi landasan dan

tongkat estafet pendidikan anak selanjutnya adalah pendidikan keluarga. Apabila

pondasi pendidikan dibangun dengan kuat maka pembangunan pendidikan

selanjutnya akan mudah dan berhasil dengan baik, sebaliknya jika pondasi

pendidikan lemah dan berantakan, sulit kiranya membangun pendidikan selanjutnya.

Berdasarkan pada latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk

melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu

dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate.”

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara tingkat

pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan formal ibu dengan pola

pengasuhan balita.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik ibu yang mempunyai balita di Dusun X Medan

Estate.

b. Untuk mengetahui tingkat pendidikan formal ibu di Dusun X Medan Estate.

(15)

d. Untuk mengetahui gambaran pola pengasuhan ibu yang permisif.

e. Untuk mengetahui gambaran pola pengasuhan ibu yang indulgent.

f. Untuk mengetahui gambaran pola pengasuhan ibu yang demokratis.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ibu

a. Sebagai masukan bagi ibu dalam mengasuh balitanya agar sesuai dengan tahap

perkembangannya.

b. Dapat memberikan gambaran akan pentingnya pendidikan untuk penerapan

pola pengasuhan balita yang sesuai.

2. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan konsep dan referensi tentang perilaku pengasuhan orang tua

kepada anak untuk penelitian lain sejenis.

3. Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan

mahasiswa kebidanan terutama tentang hubungan antara tingkat pendidikan

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu

Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi perkembangan

anaknya ke arah yang lebihbaik (Nurul, 2002).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa Ibu adalah seorang perempuan yang

telah mengandung selama sembilan bulan dan telah melahirkan seorang anak serta

merawat dengan penuh kasih sayang.

2. Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia

Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia tahum 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

(17)

masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran

yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu diwujudkan dalam

bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau masyarakat dalam bab IV UU Nomor 20 Tahun 2003, yaitu :

a) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal.

b) Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi.

c) Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,

profesi,vokasi, keagamaan, dan khusus.

3. Pendidikan Formal di Indonesia

Pendidikan formal dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur

pendidikanyang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal menurut Soedomo

(dalam Suprijanto, 2007) yaitu kegiatan belajar yang disengaja, baik oleh warga

belajar maupun pembelajarnya didalam suatu latar yang distruktur sekolah.

Ciri pendidikan formal yaitu merupakan sistem persekolahan, berstruktur,

berjenjang, penyelenggaraannya disengaja (Suprijanto, 2007)

Jenjang pendidikan formal terdiri atas :

a) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang

pendidikan menengah, meliputi : TK (Taman Kanak-kanak),SD (Sekolah Dasar) atau

MI (Madrasah Ibtidaiyah), SMP (Sekolah Menengah Pertama) atau MTs (Madrasah

Tsanawiyah), dan bentuk lain yang sederajat.

b) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas

(18)

(Sekolah Menengah Umum) atau MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah

Kejuruan), MAK (Madrasah Aliyah Kejuruan), atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor

yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan

dengan sistem terbuka, dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut,

atau universitas.

B. Pola Pengasuhan 1. Defenisi

Pola pengasuhan merupakan pola perilaku orang tua yang paling menonjol atau

yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pola orang tua dalam

mendisiplinkan anak, dalam menanamkan nilai-nilai hidup, dan dalam mengelola

emosi (Sunarti, 2004, hlm.93). Pola pengasuhan anak adalah salah satu faktor yang

sangat mempengaruhi bagaimana masa depan anak kita nanti. Apakah ia akan

tumbuh menjadi anak seperti dambaan orang tua atau bahkan sebaliknya (Ananda,

2011,hlm.3).

Pengertian pola asuh orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara

anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua

mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai

kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat

dan masyarakat.Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga,

mengajar, mendidik, serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk

mengetahui, mengenal, mengerti, dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang

(19)

yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung

dari pandangan pada diri tiap orang tua (Gunarsa, 2002, hlm. 86).

Menurut Baumrind, para orang tua tidak boleh menghukum dan mengucilkan

anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi

anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Orang tua juga perlu untuk

melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas

kedewasaan perkembangan anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan

mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh

adalah interaksi antara anak dan pengasuh selama pengasuhan, yang meliputi proses

mengembangkan cara mendidik dengan memberi aturan-aturan dan batasan-batasan

yang diterapkan pada anak-anaknya, pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara

bergaul, sikap menciptakan suasana emosional memenuhi kebutuhan anak, memberi

perlindungan, serta mengajarkan tingkah laku umum yang dapat diterima oleh

masyarakat.

2. Tipe-tipe Pola Pengasuhan

Salah satu cara agar anak “berhasil” dimasa depannya dapat dimulai di

lingkungan keluarga, yaitu dengan menerapkan pola asuh orang tua terhadap anak

yang tepat. Kesalahan yang terjadi dapat berakibat buruk bagi masa depan anak, baik

dari segi kognitif, afektif, dan perilaku (Surya, 2007, hlm.86).

Pola pengasuhan pun menjadi sangat berpengaruh. Pola pengasuhan tersebut

masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pendidikan orang tua, tingkat

ekonomi, dan karir orang tua di luar rumah (Danarty, 2010, hlm.18). Menurut

(20)

oleh pengalaman orang tua di masa kecilnya dan pengaruh nilai-nilai budaya yang

ada disekitarnya.

Pada dasarnya, setiap orang tua menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang

matang dan dewasa secara sosial. Sehingga apapun jenis pengasuhan yang diterapkan

orang tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal tersebut. Namun, kadang

orang tua tidak menyadari bahwa pola pengasuhan tertentu dapat membawa dampak

merugikan anak. Menurut seorang pakar psikologi, Diana Baumrind, ada empat jenis

pola pengasuhan, yaitu : otoriter, permisif, indulgent, dan demokratis (Danarti, 2010,

hlm.19).

a. Pola Pengasuhan Otoriter

Pola otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator, dan memaksa anak untuk

selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini, biasa

ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu

menjelaskan kepada anak tentang guna dan alasan dibalik aturan tersebut (Danarti,

2010, hlm.19).

Dalam pola asuh orang tua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan

maupun kehendak orang tua dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh

anak-anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras

kepada anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka

seringkali orang tua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau

membantahnya (Dariyo, 2007, hlm. 206-207).

Kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan diri pada anak. Banyak anak

yang dididik dengan pola asuh otoriter ini, cenderung tumbuh berkembang menjadi

pribadi yang suka membantah, membrontak dan berani melawan arus terhadap

(21)

pesimis dan anti-sosial. Hal ini, akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk

mengemukakan gagasan, ide, pemikiran maupun inisiatifnya. Apapun yang

dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaan

yang tulus oleh lingkungan keluarga atau orang tuanya (Dariyo, 2007, hlm. 207).

b. Pola Pengasuhan Permisif

Kebalikan dengan tipe otoriter, tipe ini adalah permisif alias serba

membolehkan. Pola permisifadalah pola di mana orang tua tidak mau terlibat dan

tidak mau memedulikan kehidupan anaknya. Akibatnya, anak menganggap bahwa

aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada keberadaan

dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi orang tua tidak begitu

tahu perkembangan anaknya (Danarti, 2010, hlm. 20-21).

Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk, di

antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri

yang baik, kemampuan sosial yang buruk, dan merasa bukan bagian yang penting

untuk orang tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan

terbawa sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula si anak melakukan hal

yang sama terhadap anaknya kelak (Danarti, 2010, hlm.21). Pola asuh ini juga dapat

mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu

mengontrol diri, dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah (Surya, 2007, hlm.

87).

c. Pola Pengasuhan Indulgent

Orang tua seperti ini ingin selalu terlibat dalam semua aspek kehidupan anak,

namun mereka tidak memberi tuntunan dan kontrol kepada anak. Mereka cenderung

membiarkan anaknya melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Dalam

(22)

keinginan tersebut. Bahkan orang tua jadi tidak punya posisi tawar sama sekali di

depan anak karena semua keinginan si anak akan dituruti, tanpa mempertimbangkan

apakah itu baik atau buruk baginya (Danarti, 2010, hlm.21).

Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh ini berkilah bahwa sikap yang di

ambilnya didasari rasa sayangnya terhadap anak. Karena itulah, semua keinginan

anak harus dituruti. Padahal cinta terhadap anak tidak identik dengan keharusan

menuruti semua keinginannya. Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan

dengan pola asuh orang tua yang seperti ini adalah anak jadi sama sekali tidak belajar

mengontrol diri. Ia selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya, tapi

tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi

orang lain sehingga punya kesulitan dalam berteman (Danarti, 2010, hlm. 21-22).

d. Pola Pengasuhan Demokratis

Pola demokratis mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan

batas dan kontrol. Orang tua biasanya bersikap hangat dan penuh welas asih kepada

anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, dan mendukung tindakan anak

yang konstruktif. Anak yang terbiasa dengan pola asuh demokratisakan memperoleh

dampak menguntungkan, di antaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai

kontrol diri dan rasa percaya diri, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk

berprestasi, dan bisa komunikasi baik dengan teman-temannya ataupun orang-orang

yang lebih dewasa Danarti, 2010, hlm. 22).

Berdasarkan Hart, Newell dan Olsen (dalam Santrock, 2007) pengasuhan

demokratis merupakan gaya pengasuhan yang paling efektif diantara gaya

pengasuhan yang lain karena orang tua menerapkan keseimbangan yang tepat antara

kendali dan otonomi sehingga memberikan kesempatan pada anak untuk membentuk

(23)

Karena hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak dapat berjalan

dengan menyenangkan, maka terjadi pengembangan kepribadian yang mantap pada

diri anak. Anak makin mandiri, matang dan dapat menghargai diri sendiri dengan

baik. Pola asuh demokratis ini akan dapat berjalan secara efektif bila ada tiga syarat

yaitu :

1). Orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi

kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya.

2). Anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai

orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya.

3). Orang tua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab terhadap

anaknya (Dariyo, 2007, hlm. 208).

3. Tujuan Pola Pengasuhan

Pada dasarnya, tujuan dari pengasuhan adalah untuk mengajarkan anak agar bisa

berprilaku baik, mengembangkan pilihan gaya hidup yang sehat, dan membuat

keputusan bagi diri mereka kelak. Setelah mempelajari keempat pola pengasuhan di

atas, hanya pola demokratis yang memberikan banyak dampak positif kepada anak.

Karena itu, pola demokratis bisa dijadikan pilihan bagi orang tua. Intinya, beri anak

kesempatan untuk bicara, tetapi kontrol sepenuhnya berada di tangan orang tua

(24)

4. Masalah Pengasuhan Anak

Permasalahan yang timbul dari pengasuhan anak, antara lain :

a. Kadang-kadang orang tua terlalu menuntut pada anak untuk menjadi yang

terbaik, sementara potensi yang dimiliki tidak memadai. Akibat yang timbul

adalah anak menjadi malas belajar dan malas sekolah.

b. Karena ingin melihat anaknya berprestasi lebih baik disekolah, orang tua

kemudian yang mengerjakan tugas-tugas sekolah anaknya. Akibat yang timbul

adalah anak belajar untuk tidak berusaha maksimal dengan daya upayanya

sendiri.

c. Timbul kekhawatiran yang berlebihan dari pihak orang tua tentang kondisi

anaknya. Akibatnya muncul keragu-raguan dalam mendidik anak, sehingga anak

mengembangkan sikap ragu-ragu serta rasa tidak percaya diri (Pratisti, 2008,

hlm.101).

5. Tips Mendidik Anak

a. Usahakan untuk selalu menanamkan ajaran agama pada anak-anak sejak dini.

Pola asuh keluarga berbasis agama dinilai sebagai pendidikan paling baik

sampai saat ini.

b. Anak akan meniru orang tua, jadi sebaiknya orang tua pun harus menjadi teladan

yang baik. Jika ingin memiliki anak yang berprilaku positif, orang tua pun harus

menjauhi segala hal yang negatif.

c. Menjalin komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang sangat penting.

(25)

d. Orang tua wajib memberikan aturan-aturan tertentu agar anak tidak terlalu

dibebaskan, namun aturan-aturan tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan

atau kebutuhan anak, sehingga anak pun tidak merasa berat dan terbebani.

e. Hukuman memang boleh diberikan, bahkan dianjurkan agar si anak menjadi jera.

Tapi hukuman yang dimaksud bukanlah kemarahan yang menjadi-jadi atau

kekerasan fisik yang membuat anak kesakitan. Anak yang masih labil bisa salah

paham dan berpikiran buruk pada orang tua yang suka memberikan hukuman

fisik. Hukuman orang tua terhadap anak adalah bentuk kasih sayang, jadi

andapun harus pintar-pintar memberikan hukuman apa yang cocok bagi anak

(26)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abtraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan

membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara dua variabel

independen dan dependen (Nursalam, 2008, hal. 55). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal ibu sedangkan variabel dependennya

adalah pola pengasuhan balita.

Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 3.1.

Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (Ha)

yaitu ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu terhadap pola pengasuhan

pada balita.

Tingkat Pendidikan Formal Ibu

(27)

C. Definisi Operasional

Defenisi Operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 2009, hlm126).

N

o Variabel Penelitian

Defenisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

(28)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan studi korelasi yaitu suatu

penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain “cross sectional”, suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk

resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu

yang sama (Notoadmojo, 2005).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di

dusun X Medan Estate sebanyak 48 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi.Pengambilan

sampel dalam penelitan ini menggunakan total sampling yaitu jumlah semua ibu

yang mempunyai balita di dusun X Medan Estate tahun 2012.

Kriteria sampel penelitian ini menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penelitian pada populasi target dan

pada populasi terjangkau, merupakan kriteria pembatas (Taufiqurahman, 2008).

(29)

a. Ibu yang mempunyai balita dan bertempat tinggal di Dusun X Medan

Estatesaat dilakukan penelitian ada di tempat.

b. Pendidikan ibu minimal Sekolah Dasar (SD).

c. Ibu bersedia menjadi responden dan menandatangani pernyataan menjadi

responden.

d. Ibu bisa membaca dan menulis.

2. Kriteria eksklusiadalah kriteria untuk mengeluarkan subjek yang memenuhi

kriteria inklusi karena beberapa sebab, merupakan kriteria perancu (Taufiqurahman,

2008). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya yaitu :

a. Ibu tidak bertempat tinggal lagi di Dusun X Medan Estate

b. Ibu tidak bersedia menjadi responden.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di dusun X Medan Estate tahun 2012 dengan alasan

karena lokasi penelitian dekat dengan rumah peneliti sehingga akan memudahkan

peneliti dalam pengumpulan data.

D. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011 sampai dengan

bulan Juni tahun 2012

E. Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari insitusi pendidikan

yaitu Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, kemudian

(30)

estate. Langkah selanjutnya lembaran persetujuan (Informed Consent) akan diberikan

kepada ibu yang mempunyai balita sebagai calon responden.

Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilakan untuk

menandatangani Informed Consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka

calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses

pengumpulan data berlangsung. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga

dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument, tetapi mengunakan

inisial. Data-data yang diperoleh semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu

pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Setelah responden

memahami serta menerima maksud dan tujuan penelitian, maka responden secara

sukarela menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan dengan pengisian

kuesioner.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti lebih cermat, lengkap, serta sistematis sehingga lebih mudah

diolah(Arikunto, 2002, hlm.136).

Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 macam kuesioner :

1. Kuesioner data demografi ibu (identitas ibu) di Dusun X Medan Estate yang

meliputi umur, agama, dan pekerjaan. Kuesioner ini digunakan untuk melihat

distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis.

2. Kuesioner data tingkat pendidikan formal ibu terakhir yang pernah diperoleh

meliputi pendidikan dasar memiliki skor 1, pendidikan menengah memilikiskor2

(31)

3. Kuesioner tentang pola pengasuhan berisi 15 pertanyaan, dengan empat pilihan

jawaban yaitu A, B, C, dan D. Dimana setiap masing-masing jawaban adalah

pola pengasuhan yang diberikan, jawaban A adalah pola asuh otoriter memiliki

skor 1, jawaban B adalah pola asuh permisif memiliki skor 2, jawaban C adalah

pola asuh indulgent memiliki skor3, jawaban D adalah pola asuh demokratis

memiliki skor 4.

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan agar pertanyaan yang termuat dalam kuesioner bisa

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen atau kuesioner tersebut.

Yang dilakukan dengan cara content validity yaitu diuji oleh dokter atau spesialis

yang mampu dibidangnya sehingga instrumen yang akan digunakan tersebut

dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel yang akan diukur. Suatu pernyataan

dikatakan valid dan dapat mengukur variabel penelitian yag dimaksud jika nilai

koefisien validitasnya lebih dari atau sama dengan 0,60.

Uji validitas sudah dilakukan secara conten validity kepada ahli

dibidangnya.Dalam penelitian ini, peneliti telah berkonsultasi dengan salah satu staf

pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan, yaitu Meidriani

Ayu Siregar, S.Psi, M.Kes, hasilnya signifikan yaitu 0,793.

2. Uji Reabilitas

Uji reabilitas adalah ketepatan atau kesengajaan suatu alat pengukur. Uji

reabilitas dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk

(32)

mengukur tingkat kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan responden

atas pertanyaan dari kuesioner.

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur dimensi variabel yang kita ukur jika

nilai cronbach’s alfa lebih dari 0,6 maka dinyatakan reliabel.Uji reabilitas akan

dilakukan pada ibu yang mempunyai balita dengan kriteria yang sama dengan

sampel, kemudian data diola menggunakan SPSS dengan mencari nilai koefisien

reliabilitasdengan cronbach’s alfa 0,868 maka dinyatakan reliabel (Suyanto &

Salamah, 2008, hlm. 53-54).

H. ProsedurPengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dengan mengajukan surat

permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program D–IV Bidan Pendidik

Fakultas Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin pelaksanaan

penelitian kepada Kepala Dusun X Medan Estate. Setelah mendapat izin dari

KepalaKepala Dusun X Medan Estate, peneliti melakukan pendekatan kepada calon

responden untuk mendapatkan persetujuan sebagai sampel penelitian. Setelah calon

responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

(informed consent).

Selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh

peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti.

Saat responden mengisi lembaran kuesioner, peneliti mendampingi responden

sehingga tidak terjadi manipulasi atas jawaban responden. Waktu yang dibutuhkan

peneliti untuk membagi kuesioner adalah 1 minggu. Setelah semua responden

(33)

I. Rencana Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, data terseut diolah secara manual dan disajikan

dalam bentuk tabel dan persen. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing

Memeriksa data, memeriksa jawaban, memperjelas dan melakukan

pengolahan terahadap data yang dikumpulkan dan memeriksa

kelengkapan data.

b. Coding

Memberi kode jawaban responden sesuai dengan indikator pada

kuesioner

c. Tabulating

Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan

pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat

dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

d. Processing

Pada tahap ini peneliti akan memindahkan data dari kuesioner ke dalam

program komputer.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer dan

langkah-langkah analisis data akan dilakukan sebagai berikut :

a. Analisa Univariat

(34)

variabel. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

masing-masingvariable, variabel independen yaitu : pendidikan formal ibudan

variabel dependen yaitu : pola pengasuhan pada balita.

b. Analisa Bivariat

Statistik Bivariat adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menerangkan

keeratan hubungan antara dua variabel (Arikunto, 2006, hal.271). Pengujian data

dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square (x2), dengan nilai kemaknaan

(α = 0,05). Apabila nilai x2 hitung > x2 tabel atau nilai probabilitas (p) < 0,05, maka

Ho ditolak, yaitu ada hubungan antara variabel bebas dan terikat. Apabila nilai x2

hitung < x2 tabel atau nilai probabilitas (p) >0,05, maka Ho diterima yaitu tidak ada

(35)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat

pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita di Dusun X Medan Estate yang

dilaksanakan dari tanggal 02 s/d 10 April 2011 dengan jumlah sampel sebanyak 48

orang. Namun, ada keterbatasan sampel pada saat dilakukan penelitian, responden

yang memenuhi kriteria ada 45 orang. Maka dapat dilihat hasilnya sebagai berikut.

1. Analisa Univariat

Analisa Univariat adalah cara untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah terkumpul sebagai mana adanya tanpa ada penarikan kesimpulan

yang berlaku. Analisa Univariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X

Medan Estate dapat dilihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan pada

usia 25-29tahun yaitu sebanyak 19 orang (42,2%),berdasarkan agama sebagian besar

responden memilih agama islam yaitu sebanyak 38 orang (84,4%), dan berdasarkan

pekerjaan sebagian besar responden memilih sebagai IRT yaitu sebanyak 27 orang

(36)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Data Demografi Ibu Yang Mempunyai Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)

Umur

1.2 Tingkat Pendidikan Formal

Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X

Medan Estate, mayoritas responden yang berpendidikan menengah sebanyak 21

orang (46,7%) dan minoritas responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 9 orang

(20%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Ibu di Dusun X Medan Estate Tahun 2012

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Dasar 15 33,3

Menengah 21 46,7

Tinggi 9 20,0

(37)

1.3 Pola Pengasuhan

Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X

Medan Estate, mayoritas responden yang memilih pola pengasuhan demokratis

sebanyak 23 orang (51,1%), dan minoritas responden yang memilih pola pengasuhan

permisif sebanyak 8 orang (17,8%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012

Pola Pengasuhan Frekuensi Persentase (%)

Otoriter 10 22,2

Permisif 4 8,9

Indulgent 8 17,8

Demokratis 23 51,1

Jumlah 45 100,0

2. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan tingkat pendidikan formal

ibu dengan pola pengasuhan balita. Dalam menganalisis data secara bivariat,

pengujian data dilakukan dengan uji statistik chi square yakni menganisis hubungan

antara tingkat pendidikan formal ibudengan pola pengasuhan balitadan diperoleh

hubungan dengan taraf signifikasi 95% (α = 0,05), pedoman dalam menerima

hipotesis: apabila nilai probabilitas (P) < 0,05 maka H0 ditolak, dan apabila (P) >

0,05 maka H0 gagal ditolak.

2.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita

Dari hasil penelitian didapatkan dari 45 ibu yang mempunyai balita di Dusun X

Medan Estate, menunjukkan bahhwa 6 orang (40%) yang berpola asuh otoriter pada

tingkat pendidikan dasar, 15 orang (71,4%) yang berpola asuh demokratis pada

(38)

pada tingkat pendidikan tinggi. Hasil uji statistik dengan analisa chi-square diperoleh

nilai ρ=0,027, ini berarti ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan

pola pengasuhan balita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4

Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate Tahun 2012

Pendidikan

Formal Ibu

Pola Pengasuhan Total Total

Otoriter Permisif Indulgent Demokratis P. Value

Dasar 6 (40%) 3 (20%) 15 (100%) 4 (26,7%) 2 (13,3%) 0,027

Menengah 2 (9,5%) 1 (4,8%) 21 (100%) 3 (14,3%) 15 (71,4%)

Tinggi 2 (22,2%) 0 (0%) 9 (100%) 1 (11,1%) 6 (66,7%)

Total 10(22,2%) 4 (8,9%) 45 (100%) 8 (17,8%) 23 (51,1%)  

B. Pembahasan Penelitian 1. Tingkat Pendidikan Ibu

Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa mayoritas ibu berpendidikan

menengah sebanyak21 responden (46,7%). Sesuai dengan pendapat Notoadmojo

(2010) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang

berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu,

kelompok atau masyarakat.Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden

maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada.

2. Pola Pengasuhan

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa mayoritas ibumemilih pola

pengasuhan demokratissebanyak 23 responden (51,1%).

Menurut Danarti (2010) pola demokratismendorong anak untuk mandiri, tapi

(39)

dan penuh welas asih kepada anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak,

dan mendukung tindakan anak yang konstruktif. Anak yang terbiasa dengan pola

asuh demokratisakan memperoleh dampak menguntungkan, di antaranya anak akan

merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya diri, bisa mengatasi stres,

punya keinginan untuk berprestasi, dan bisa komunikasi baik dengan

teman-temannya ataupun orang-orang yang lebih dewasa, Karena hubungan komunikasi

antara orang tua dengan anak dapat berjalan dengan menyenangkan, maka terjadi

pengembangan kepribadian yang mantap pada diri anak. Anak makin mandiri,

matang dan dapat menghargai diri sendiri dengan baik.

Menurut Baumrind (1991, dalam Parke &locke, 1999) bahwa pola asuh yang

paling kondusif yang diterapkan orangtua kepada anak adalah pola pengasuhan

demokratis. Pola pengasuhan ini bercirikan adanya hak dan kewajiban orangtua dan

anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung

jawab pada dirinya sendiri, tetapi masih dalam pengawasan orangtua. Pola

pengasuhan ini dihubungkan dengan dengan tingkah laku anak-anak yang

memperlihatkan emosional positif, sikap positif, sosial dan pengembangan kognitif.

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate

Pada tabel 5.4 dapat dilihatbahawa mayoritas ibu dengan pendidikan

menengah lebih besar memilih kepada pola pengasuhan demokratis.Hasil uji statistik

dengan analisa chi-square diperoleh nilai ρ=0,027, ini berarti adahubungan antara

tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dalam Soetjiningsih (2003) yaitu

(40)

terutama tentang cara pengasuhan anak, bagaimana menjaga kesehatan anak,

pendidikannya dan sebagainya. Berdasarkan Hart, Newell dan Olsen (dalam

Santrock, 2007) pengasuhan demokratis merupakan gaya pengasuhan yang paling

efektif diantara gaya pengasuhan yang lain karena dapat menerapkan keseimbangan

yang tepat antara kendali dan otonomi sehingga memberikan kesempatan pada anak

untuk membentuk kemandirian dengan memberikan batas, standar, dan panduan

yang dibutuhkan anak. Berdasarkan teori tersebut diharapkan dengan dasar

pendidikan yang baik ibudiharapkan dapat menerapkan pengasuhan yang paling

efektif bagi anak.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa tidak semua ibu yang

berpendidikan tinggi atau menengah menerapkan pola asuh demokratis, dan tidak

semua ibu yang berpendidikan dasar menerapkan pola asuh permisif. Salah satu

faktor yang mempengaruhi ibu menerapkan pola asuh permisif adalah kesibukan ibu

dalam pekerjaan.

Menurut Tjandrasa (2005) sumber sikap orang tua dalam pola asuh juga

dipengaruhi oleh pengalaman orang tua di masa kecilnya dan pengaruh nilai-nilai

budaya yang ada disekitarnya. Berdasarkan dari teori pendukung dan hasil penelitian

maka peneliti berpendapat bahwa semakin baik tingkat pendidikan yang dimiliki ibu

maka gaya pengasuhan yang cenderung diterapkan adalah pola asuh demokratis.

Dengan penerapan pola asuh demokratis yang menurut teori adalah pola asuh yang

paling efektif diharapkan dapat menunjang tumbuh kembang balita secara optimal.

Namun adakalanya ibutidak dapat menerapkan pola asuh ini sepenuhnya dengan

(41)

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan ada keterbatasan sampel pada saat

dilakukan penelitian, dimana sampel tidak memenuhi kriteria ada 3 sampel yaitu

terdapat 2 sampel tidak bertempat tinggal lagi di Dusun X Medan Estate dan 1

(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu

dengan Pola Pengasuhan Balita di Dusun X Medan Estate”, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan data demografi dapat

dilihat bahwa responden yang paling banyak ditemukan pada usia 25-29tahun

yaitu sebanyak 19 orang (42,2%),berdasarkan agama sebagian besar

responden memilih agama islam yaitu sebanyak 38 orang (84,4%), dan

berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden memilih sebagai IRT yaitu

sebanyak 27 orang (60,0%).

2. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan tingkat pendidikan

formal ibu diperoleh bahwa mayoritas pendidikan responden adalah

pendidikan menengah yaitu SMU sebanyak 21 orang (46,7%).

3. Dari hasil uji statistik pada 45 responden berdasarkan pola pengasuhan

diperoleh bahwa mayoritas responden memilih pola pengasuhan demokratis

yaitu sebanyak 23 orang (51,1%),

4. Dari hasil uji statistik pada 45 responden terdapat 23 orang (51,1%) telah

menerapkan pola asuh demokratis. Menurut tingkat pendidikannya, ibu

dengan pendidikan tinggi dan menengah lebih banyak menerapkan pola asuh

demokratis yaitu sebanyak 66,7% (6 orang) dan 71,4% (15 orang).

Sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan dasar lebih banyak menerapkan

(43)

5. Ada hubungan antara tingkat pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan

balita. Hal ini terlihat dari uji statistik dengan perhitungan Chi Square Test di

mana nilai signifikansi p= 0,027 (p<0,05).

B. Saran

1. Bagi Ibu

Ibu di Dusun X Medan Estate diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang

efektif yaitu mengarah ke gaya pengasuhan yang demokratis. Hal ini akan berjalan

baik jika ditunjang dengan kerjasama antara ibu dan ayah, sehingga segala keputusan

mengenai anak tidak diambil secara sepihak. Dengan pola asuh yang demokratis

diharapkan adanya keseimbangan yang tepat antara kendali dan otonomi sehingga

anak akan membentuk kemandirian pada anak dan anak lebih terbuka kepada orang

tuanya. Ibu di Dusun X Medan Estate diharapkan dapat memperluas wawasannya

dari berbagai sumber mengenai tahap perkembangan, cara pengasuhan yang tepat,

dan asupan gizi yang sesuai untuk menunjang tumbuh kembang balitanya secara

optimal.

2. Bagi bidan atau tenaga kesehatan

Bidan atau tenaga kesehatan diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan

dan pemberian informasi tidak hanya dalam hal kesehatan ibu dan balitanya, namun

juga tentang bagaimana cara orang tua mengasuh balitanya untuk menghadapi

tumbuh kembangnya.

3. Bagi Pendidikan Kebidanan

Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa kebidanan terutama

tentang memberikan pendidikan mengenai pola pengasuhan yang tepat untuk orang

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rizka. (2011). Membangun Karakter Positif Buah Hati. Yogyakarta : Rezan Media.

Arikunto , S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV.

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Danarti, Dessy. (2010). Smart Parenting : Menjadi Orang Tua Pintar Agar Anak Sukses. Yogyakarta : Gramedia.

Dariyo, A. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi Atitama). Bandung : PT Refika Aditama.

Data Statistik Indonesia.Karakteristik Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan, 2000 & 2004 .http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/607/607/1/3/. 2 November 2010

Gunarsa, Singgih D. (2002). Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta : PT. BPK.Gunung Mulia.

Hawari, Dadang. (2004). Al Qur’an : Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa.

Hidayat,A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data.Edisi 1.Jakarta : Salemba Medika.

Joko, G. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan. http://one.indoskripsi.com/judul- skripsi/pendidikan-kewarganegaraan/pengaruh-tingkat-pendidikan-orang-tua-terhadap-pola-asuh-an. tanggal akses 22 November 2010

Mendiknas.(2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.Jakarta : Durat Bahagia

Mushoffa, A. (2009). Panduan ummahat merawat & mendidik sang balita. Yogyakarta : Garailmu.

Nazir, Moh. (2009). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Notoadmojo, S. (2007).Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurul.(2002). Sebuah Pengertian.(diakses 28 Januari 2011);

(45)

Prastisti, W.D. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta : PT. Macanan Jaya Cemerlang.

Soetjiningsih.(2003). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Sulistyati, R. (2010). Tabloid

NOVA-KPAI.http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=13755&no=2. Tanggal

akses 23 Oktober 2011

Sunarti, Euis. (2004). Mengasuh Dengan Hati : Tantangan Yang Menyenangkan. Jakarta : Media Komputindo.

Suprijanto.(2007). Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta : PT.

Bumi Aksara.

(46)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya Khairunnisa Situmorang/115102122, sedang menjalani pendidikan di

program D-IV Bidan Pendidik Fakultas USU. Saya sedang melakukan peneletian

yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Ibu Dengan Pola Pengasuhan

Balita ”.

Pola asuh orang tua yang baik untuk pembentukan kepribadian anak adalah

pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi orang tua juga

mengawasi dan mengendalikan anak. Dengan pola pengasuhan seperti ini, akan

terbentuk karakteristik anak yang dapat mengontrol diri, mandiri, mempunyai

hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, dan mempunyai minat

terhadap hal-hal baru. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam

kehidupan anak selama tahun-tahun pertama hidupnya, saat kepribadian mulai

terbentuk. Karena itu pengaruh keluarga, terutama orang tua, sangatlah besar. Pola

pengasuhan pun menjadi sangat berpengaruh. Pola pengasuhan tersebut masih

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pendidikan orang tua, tingkat ekonomi,

dan karir orang tua di luar rumah (Danarty, 2010, hlm.18)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat

pendidikan formal ibu dengan pola pengasuhan balita.

Saya akan memberikan kusioner kepada ibu meliputi data demografi seperti

umur, agama, pekerjaan. Data tentang tingkat pendidikan formal ibu terakhir, serta

(47)

Partisipasi Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada

dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti.

Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan

penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :

Nama : Khairunnisa Situmorang

Alamat : Jl. Purnawirawan No. 59

No. Hp : 085270030323

Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian

ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang

berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan

Bapak/Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2012

Peneliti

(48)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang penelitian “ Hubungan Tingkat

Pendidikan Formal ibu Dengan Pola Pengasuhan Balita ”. maka dengan ini saya

secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian

tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2012

(49)

KUSIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL IBU DENGAN POLA PENGASUHAN BALITA DI DUSUN X

MEDAN ESTATE TAHUN 2012

I. Petunjuk Pengisian

1. Pertanyaanini diisi oleh ibu yang mempunyai balita.

2. Untuk menjamin vaidasi dan akurasi data, mohon pertanyaan ini diisi dengan

jujur sesuai dengan kenyataan.

3. Informasi atau data dipakai hanya untuk penelitian, bukan untuk evaluasi.

4. Informasi yang diberikan ibu akan dijaga kerahasiaannya.

5. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda silang

(X) yang dianggap jawaban paling tepat.

6. Semua pertanyaan harus dijawab tidak boleh kosong dan setiap pertanyaan

harus diisi dengan satu jawaban.

7. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanya kepada peneliti.

II. Data Demografi

Tgl. Pengumpulan Data :

1. No. Responden :

2. Umur :

3. Agama : Islam Kristen

4. Pendidikan Terakhir : SD SMA S 1

SMP D III

(50)

Kuesioner Pola Pengasuhan Balita Di Dusun X Medan Estate

Petunjuk

Pada halaman-halaman berikut terdapat sejumlah pertanyaaan yang

menyangkut cara-cara yang mungkin anda gunakan sehari-hari dalam usaha

mendidik dan menanamkan disiplin.Untuk setiap pernyataan berikanlah tanda silang

(X) ditempat yang menggambarkan keberlakuan pernyataan tersebut dalam

kehidupan anda sehari-hari.

Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan cobalah hayati keberlakuannya

pada diri anda, kemudian berikan penilaian dengan cara memberi tanda X pada

jawaban yang menurut anda paling sesuai dengan apa yang anda alami selama ini.

Jika telah selesai, periksa kembali pekerjaan anda jangan sampai ada yang

terlewat. Selamat bekerja!

1. Apabila perkataan saya tidak diperhatikan oleh anak saya, sikap saya ...

a. Akan memarahinya dengan suara yang keras

b. Tidak memarahinya dan tidak mempersalahkannya

c. Memarahinya tetapi tidak memberi bimbingan kepadanya

d. Akan mengajarkan kepada anak saya untuk sikap peduli dan memperhatikan

apa yang saya katakan.

2. Apabila anak saya membawa teman-temannya kerumah, sikap saya ...

a. Kurang suka bila anak saya membawa teman-temannya kerumah.

b. Tidak memperdulikan anak saya bila membawa teman-temannya kerumah.

c. Membiarkan anak saya untuk membawa teman-temannya kerumah dan saya

senang dengan kedatangan mereka.

d. Senang bila anak saya membawa teman-temannya kerumah dan saya tetap

mengawasi mereka.

3. Apabila anak saya mengalami permasalahan dengan teman-temannya, sikap

saya...

(51)

b. Tidak memperdulikan apa yang telah diperbuat anak saya dengan temannya.

c. Memarahi teman anak saya walaupun belum tahu sapa yang salah diantara

mereka.

d. Mengatasi permasalahan anak saya dengan temannya dan memberikan

penjelasan apa yang telah mereka perbuat.

4. Apabila saya dan keluarga saya datang kerumah saudara, sikap saya ...

a. Akan memaksa anak saya untuk menyalam saudara saya.

b. Membolehkan apa saja yang ia lakukan setelah sampai dirumah saudara saya

dan saya tidak memperdulikan apa yang ia lakukan dengan temannya.

c. Membiarkan anak saya untuk melakukan apa saja yang ia inginkan setelah

sampai dirumah saya dan menyetujui apa yang ia minta

d. Menginginkan anak saya untuk menghargai orang yang lebih tua darinya yaitu

dengan memberi contoh serta teladan yang baik pada anak saya seperti

menyalam tante atau omnya.

5. Apabila anak saya sedih dan murung, sikap saya ...

a. Akan memaksa anak saya untuk mengatakan kenapa sedih dan murung

b. Tidak memperdulikan anak saya sedih ataupun murung.

c. Akan menanyakan kepada anak saya kenapa dia bersedih

d. Akan menanyakan kenapa anak sayabersedih dan mendengarkan segala

perkataannya dengan penuh perhatian.

6. Apabila anak saya pulang terlambat kerumah, tindakan saya ...

a. Langsung memarahinya dan bila perlu mencubitnya karena sudah terlambat

pulang.

b. Tidak bertanya tentang apa yang telah diperbuatnya diluar rumah sampai

terlambat pulang.

c. Tidak memarahi anak saya dan langsung menyuruhnya untuk istirahat.

d. Akan menasehati anak saya supaya tidak melakukannya lagi dan menyuruhnya

untuk istirahat.

(52)

a. Akan memaksanya untuk tidak mengambil barang yang dia inginkan.

b. Membolehkan sesuka hatinya apa yang diambilnya dan saya tidak peduli apa

yang dia lakukan.

c. Membiarkannya untuk mengambil semua barang yang dia inginkan walaupun

tidak ada manfaat yang penting dari barang yang diambilnya.

d. Saya akan menasehatinya dan memberikan penjelasan padanya tentang apa

saja barang yang penting buatnya.

8. Apabila anak saya memecahkan vas bunga kesayangan saya, sikap saya ...

a. Marah dan memukul anak saya karena telah memecahkan vas bungan

kesayangan saya.

b. Tidak memarahi dan tidak memperdulikan apa yang telah dilakukan anak saya.

c. Tidak memarahi anak saya karena vas bunga dapat diganti dengan vas bunga

lainnya walaupun tidak sama dengan vas bunga kesayangan saya.

d. Akan menasehati anak saya supaya tidak melakukannya lagi dan

membersihkan vas bunga yang telah pecah.

9. Apabila anak saya inginbermain kotor di taman, sikap saya ...

a. Akan memaksa anak saya untuk tidak main kotor di taman.

b. Akan membolehkan anak saya bermain di taman dan tidak memperdulikan apa

yang ia lakukan ditaman.

c. Akan membiarkan dan memberi kebebasan anak saya bermain kotor ditaman.

d. Tidak melarangnya untuk bermain kotor ditaman dan saya tetap mengawasinya

setelah ia habis bermain saya ajarkan untuk membersihkan badannya.

10.Apabila anak saya menonton siaran televisi, sikap saya ...

a. Akan memaksa anak saya untuk tidak menonton TV

b. Akan memperbolehkannya dan tidak memperdulikan apa yang telah

ditontonnya

c. Akan memperbolehkannya untuk menonton siaran televisi

d. Akan memperbolehkannya untuk menonton dan saya ikut mengawasinya

(53)

b. Membiarkan anak saya mengompol dan mengganti celananya

c. Tidak marah dan langsung mengganti celananya

d. Akan mengganti celana anak saya dan menasehatinya

12.Apabila anak saya mengambil barang temannya, sikap saya ...

a. akan memaksa anak saya untuk mengembalikan barang temannya

b. Tidak memperdulikan apa yang telah diperbuat anak saya

c. Membiarkan anak saya melakukan apa saja yang dia inginkan

d. Akan menasehati anak saya bahwa tidak boleh mengambil barang temannya

dan menyuruhnya untuk mengembalikan barang temannya

13.Anak saya ingin mengenakan sepatunya, sikap saya ...

a.Akan memaksanya untuk tidak memakainya dan saya yang akan

memakaikannya

b. Akan membiarkannya untuk memakai sepatunya sendiri

c. Saya akan menolongnya untuk mengenakan sepatunya

d. Saya akan memotivasi anak saya untuk melakukannya sendiri

14.Apabila anak saya memegang benda-benda tajam, sikap saya ...

a. Akan marah dan memaksanya untuk tidak memegang barang-barang tersebut

b. Membolehkannya untuk memegang barang-barang tersebut

c. Mengambil barang-barang tajam tersebut dari tangan anak saya

d. Menasehatinya bahwa barang tersebut tidak boleh dipegang

15. Setiap peraturan yang ada di rumah, peraturan itu saya berlakukan dengan ...

a. Paksaan dan harus di taati

b. Tidak memperdulikan apakah peraturan itu dijalankan atau tidak

c. Membiarkan anak saya untuk mematuhi peraturan yang saya buat

d.Memberikan penjelasan dan arahan tentang peraturan-peraturan yang ada

(54)
(55)
(56)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Khairunnisa Situmorang

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 28November 1989

Agama : Islam

Nama Ayah : H. Jafar Situmorang, SH

Nama Ibu : Hj. Mardiah, SAg

Anak Ke : 3 dari 5 bersaudara

Alamat :Jl. Purnawirawan No. 59 Medan Estate

Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisyah Bustanul Athfal tahun 1995-1996

2. SD Negeri 060872 Medan tahun 1996-2002

3. MTS Negeri 2 Medan tahun 2002-2005

4. MA Negeri 1 Medan tahun 2005-2008

5. D-III Kebidanan STIKes Flora Medan tahun 2008-2011

6. D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara

Gambar

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Ibu di
Tabel 5.3
Tabel 5.4

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam evaporator terjadi perpindahan panas dari udara ke refrigerat, sehiingga temperatur udara setelah lewat evaporator lebih rendah dibanding sebelum masuk evaporator

Banyak sekali yang mengatakan asupan protein akan membuat tubuh anda berotot dan itu tidak benar bila hanya memakan protein saja tanpa ada latihan otot... sedangkan banyak

Seleksi berdasarkan usia dilaksanakan pada hari Kamis, 25 Juni 2015 Pukul

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B8, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,

Dengan demikian Pegawai Negeri Sipil yang pangkatnya belum sesuai dengan pangkat terendah untuk eselon jabatan itu, maka yang bersangkutan diberikan kenaikan pangkat sesuai

Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.. Tanda itu

Terdapat hubungan yang signifikan antara peran orang tua dengan persepsi remaja tentang seksual pranikah pada siswa kelas X di SMK Negeri 2 Sewon Bantul dengan nilai p

Siswa dapat menghitung luas daerah bangun datar persegi panjang dengan petak satuan dan satuan