• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan bimbingan rohani islam dalam pebianan keagamaan remaja di PKBM Darussalam pondok Labu Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan bimbingan rohani islam dalam pebianan keagamaan remaja di PKBM Darussalam pondok Labu Jakarta Selatan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

MUHAMMAD IMRON

NIM. 1 0 6 0 5 2 0 0 1 9 5 6 6

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 24 Maret 2011

(3)
(4)
(5)

i

Peranan Bimbingan Rohani Islam Dalam Pembinaan Keagamaan Remaja di PKBM Darussalam

Masa remaja adalah usia transisi dari masa kanak-kanak menuju masa kematangan dewasa. Kematangan dewasa secara psikologis adalah keberhasilan seseorang dalam mencapai a sense of responsibility serta dalam memiliki filsafat hidup yang mantap. Salah satu materi yang pokok sebagai pengisi filsafat hidup adalah agama.

Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral dan pembinaan mental. Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri dan penghayatan tinggi tanpa ada unsur paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama. Karenanya keyakinan itu harus dipupuk dan ditanamkan sedari kecil sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari kepribadian anak sampai ia dewasa. Melihat dari sini, pendidikan agama di sekolah mendapat beban dan tanggung jawab moral yang tidak sedikit apalagi jika dikaitkan dengan upaya pembinaan mental remaja. Maka dari itu, kegiatan Bimbingan Rohani Islam menjadi salah satu upaya untuk membina mental remaja agar remaja berkembang sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianutnya.

(6)

ii

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Aktivitas Bimbingan Rohani

Islam pada Remaja di Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan.”

Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, ibunda tersayang Herni dan Bapanda Nasochi yang selalu mememani setiap langkah penulis dengan iringan doa yang tulus, dan terus membimbing penuh kasih dan pengorbanan yang sangat luar biasa. Serta adik penulis Irham Affandi, Irna Purwati, serta almarhumah Inaki Zahra, yang selalu menjadi sumber inspirasi.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum merangkap dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dengan baik dan sabar. Serta Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

(7)

iii

di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan membawa keberkahan.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam penulisan skripsi ini 6. Bapak Drs. M. Guruh, M. Pd selaku Kepala Bagian Tata Usaha dan seluruh

staff karyawan pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas pelayanannya.

7. Bapak Zaenudin selaku Pemimpin PKBM Darussalam yang telah member izin untuk melalukan penelitian.

8. Seluruh Warga Belajar PKBM Darussalam yang telah bersedia untuk diwawancarai dan semua pihak yang terkait dalam penelitian ini.

(8)

iv

10.Teman-teman Kosan ka Agung, Aziz, faiq, Darda, Rohim, Agus Sulaiman, Fathurrahman, Mufid, Abdul Wahid yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Spesial untuk kang Salaf yang telah berkenan menjadi juru konsultasi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

12.Kakanda Saep Al-Mukmin yang telah memberikan dukungan moril dan support yang luar biasa.

Akhirnya, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga bagi pembaca umumnya. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan telah membantu penulis. Semoga apa yang diberikan menjadi amal sholeh di sisi Allah SWT. Amin.

Ciputat, 12 April 2011

(9)

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . ... 8

D. Metodologi Penelitian ... ... 8

E. Tinjauan Pustaka . ... 12

F. Sistematika Penulisan . ... 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Aktivitas. ... 14

B. Bimbingan Rohani Islam. ... 15

1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam . ... 15

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam ... 19

a. Tujuan Bimbingan ... 19

b. Fungsi Bimbingan . ... 20

3. Unsur-unsur Bimbingan Rohani Islam ... 20

(10)

b. Metode... ... 22

c. Materi... ... 25

d. Media... 26

e. Fasilitas... ... 27

C. Remaja... 28

1. Pengertian Remaja . ... 28

2. Pertumbuhan Mental Remaja. ... 30

3. Problem Remaja. ... 33

BAB III GAMBARAN UMUM KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DARUSSALAM PONDOK LABU JAKARTA SELATAN A. Sejarah dan Perkembangan ... 36

B. Visi dan Misi ... 38

C. Program Pendidikan PKBM Darussalam ... 39

D. Kiprah Bimbingan Rohani PKBM Darussalam ... 39

E. Sarana dan Prasarana PKBM Darussalam ... 41

F. Struktur Organisasi ... 42

BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN A. Identifikasi Responden ... 45

B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Darussalam. ...………… 47

(11)

DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam menjalani rutinitas kehidupan, manusia tidak hanya memenuhi jasmaninya saja, namun juga perlu memenuhi kebutuhan rohaninya. Agama adalah salah satu pegangan karena dalam diri setiap individu merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang Maha Kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.

Agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk melakukan sesuatu aktivitas, seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Apabila mereka meyakini Tuhan Maha Kuasa, mengatur dan mengendalikan alam maka segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah, ataupun peristiwa sosial, dilimpahkan tanggung jawabnya pada Tuhan. Tetapi sebaliknya jika mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan, percekcokan, di alam seolah-olah tanpa kendali maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan.1

Agama juga dapat menjadi harapan bagi pelakunya karena seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu yang gaib (supranatural) dan harapan dapat mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan berat

1

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakara: Bulan Bintang, 2003 ), Cet.16, h.87.

(13)

ataupun ringan. Pembinaan Rohani Islam di lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan upaya kebutuhan rohani remaja agar tetap menuju arah bahagia, menuju kecitraanya yang terbaik, ke arah ”ahsani taqwiim”.

Dan tidak terjerumus ke hal yang hina atau ke ”asfala safilin”2, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran untuk selalu berbuat kebajikan baik dalam sikap maupun perkataan karena secara naluriah, kodrati atau fitrah manusia hidup memerlukan bantuan orang lain, bahkan manusia baru akan menjadi manusia manakala berada di dalam lingkungan dan berhubungan dengan manusia, dengan kata lain, secara kodrati manusia merupakan makhluk sosial.3

Menurut Prof. Dr. H. Jalaluddin bahwa “ajaran agama yang sudah menjadi

keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.” Pengalaman ajaran agama tercermin dari pribadi yang berprestasi dalam peningkatkan mutu kehidupan tanpa berharap imbalan yang berlebihan keyakinan akan balasan Tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material, balasan dari Tuhan berupa pahala bagi kehidupan di hari kiamat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat.4

Melihat betapa pentingnya kehidupan agama dalam kehidupan individu maka pemahaman agama hendaknya ditanamkan sejak usia dini, terlebih lagi ketika menginjak usia remaja.

(14)

Masalah kenakalan remaja yang berkembang dewasa ini di kota-kota besar di Indonesia, mengalami kecenderungan meningkat pada tindakan kejahatan (kriminalitas) yang meresahkan masyarakat dan aparat. Kriminalitas remaja kota masa kini mendorong para penanggungjawab sosial (aparat kepolisian), pendidikan (guru atau pendidik), kerohanian (mubaligh atau alim ulama) serta penanggungjawab hukum (hakim, jaksa) untuk turut serta memecahkan masalah kejahatan remaja yang istilahnya sudah dihaluskan menjadi kenakalan remaja.

Sedangkan “remaja” menurut Zakiah Daradjat, memaparkan: Remaja

adalah suatu masa dari umur manusia, yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. 5

Dengan demikian, kenakalan remaja mengandung arti segala sikap dan perilaku yang menyimpang dari aturan sosial (tata krama), adat istiadat (peradaban), hukum dan agama. Kenakalan itu biasanya dikaitkan dengan remaja, Para remaja yang tidak memanfaatkan masa remajanya di dalam aktivitas dan kreativitas positif atau terpuji, maka dia dapat digolongkan ke dalam perilaku remaja yang menyimpang atau remaja nakal.

Kenakalan remaja adalah sebuah gejala (fenomena) sosial yang muncul dan berkembang di antaranya akibat dari suatu kondisi sosial yang kurang

kondusif bagi perkembangan remaja. Sudarsono menyatakan: “Di tengah-tengah

masyarakat banyak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa kerap kali terjadi

5

(15)

peralihan hak yang melawan hukum dilakukan oleh anak delinkuen. Di samping itu anak delinkuen sering melakukan delik penipuan dan penggelapan terhadap barang-barang tertentu. Perbuatan-perbuatan tersebut diperberat lagi dengan delik-delik kekerasan dan yang ancamannya khusus tertuju kepada nyawa dan jasmani

seseorang.”6

Oleh karena itu dapat dikatakan secara umum bahwa segala tindakan negatif para remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja.

Adapun bentuk penyimpangan perilaku kenakalan remaja yang terjadi pada masa kini di antaranya adalah:

1. Peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang;

Peningkatan pembuatan dan pemakaian narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) di kalangan para remaja, kasusnya semakin besar dan meluas. Beberapa pabrik ekstasi dan putaw yang digerebek (dirazia) satuan kepolisian anti narkoba menunjukkan, bahwa kuantitas produk obat-obatan haram itu mencapai nilai uang trilyunan rupiah. Akan tetapi yang jadi korban adalah tetap para remaja.

2. Pergaulan bebas yang mengarah pada gaya hidup seks bebas (free sex); Budaya permisif atau serba boleh di sejumlah kalangan masyarakat yang rendah keimanan dan keislamannya, menumbuhkan fenomena gaya hidup bebas dan acuh tak acuh terhadap makna salah dan dosa dalam pergaulan sehari-hari antara remaja putra dan putri sehingga menciptakan perzinahan.

6

(16)

3. Tindakan yang besifat premanisme;

Tingkat kebutuhan hidup yang semakin tinggi di satu pihak dan tingginya tingkat pengangguran di pihak lain, serta tidak adanya keterampilan hidup (skill life) di kalangan remaja sebagai bekal mencari nafkah, meningkatkan kejahatan terorganisir di tempat-tempat rawan sebagai bentuk premanisme.7

Dengan proses bimbingan dan mengarahkan generasi muda yang tangguh dan memiliki wawasan atau pengetahuan yang luas saja tidaklah cukup, akan tetapi semuanya harus dilengkapi dengan adanya penanaman jiwa keberagamaan yang tinggi.

Pada dasarnya tujuan keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di suatu komunitas adalah terwujudnya peningkatan kualitas hidup komunitas tersebut dalam arti luas. Pemahaman tentang mutu hidup suatu komunitas sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup dan diyakini oleh komunitas tersebut. Nilai-nilai yang diyakini oleh suatu komunitas akan berbeda dari suatu komunitas ke komunitas yang lain. Dengan demikian rumusan tujuan setiap Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) tentunya menjadi unik untuk setiap Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Kepedulian lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Pondok Labu terhadap agama salah satunya dibuktikan dengan dibentuknya kegiatan Bimbingan Rohani Islam yang diharapkan dapat membina para remaja di bidang keagamaan sehingga memiliki ketahanan spritual dan akhlak mulia.

7

(17)

Bimbingan Rohani sangat berperan penting untuk mengontrol perilaku yang akan diperbuat, dan menyelesaikan permasalahan. Apalagi bagi kalangan remaja yang baru menginjak masa remajanya, semua kepribadiannya berubah secara drastis baik itu fisik, intelegensi, emosional, suara, hormon seks dan lain-lain. Perubahan yang dialamiya itu perlu adanya Bimbing Rohani Islam.

Bimbingan Rohani Islam akan mampu mengantarkan individu pada kebahagiaan yang hakiki, diri individu dipandang utuh dari berbagai sisi, tanpa melupakan kedudukan individu sebagai makhluk ciptaan Allah, yang harus tunduk pada-Nya. Hal ini mengingat individu hadir ke dunia dan meninggalkan dunia ini dengan kehendak Allah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan sekaligus dijadikan sebagai pembahasan skripsi dengan judul “Aktivitas Bimbingan Rohani Islam pada Remaja di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Darussalam Pondok Labu Jakarta Selatan“.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis membatasi pada : 1. Pembatasan masalah

(18)

yakni: Program Paket A Setara SD, Program Paket B, Setara SMP Program Paket C, Setara SMU, Keaksaraan Fungsional (KF), Pelatihan Komputer Pelatihan Kerajinan Tangan, Futsal, bimbingan rohani islam. Dari beberapa aktivitas program yang ada di PKBM Darussalam penulis hanya ingin memfokuskan pada aktivitas bimbingan rohani Islam saja.

b. Bimbingan Rohani yang dimaksud adalah segala usaha yang dilakukan seseorang untuk membentuk, memperbaiki, memelihara lingkungan beserta isinya sesuai dengan syariat dan ajaran agama Islam.

c. Dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 13-18 tahun dan mengikuti Bimbingan Rohani Islam.

d. Pembinaan keagamaan yang dimaksud adalah pembinaan ibadah shalat, membaca al-quran, hafalan ayat-ayat pendek, dan doa.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di PKBM Darussalam Pondok Labu?

(19)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ialah :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di PKBM Darussalam Pondok Labu.

b.Untuk mengetahui dan menganalisis hasil pelaksanaan kegiatan Bimbingan Rohani Islam pada remaja di PKBM Darussalam Pondok Labu.

2. Manfaat penelitian a. Teoritis :

Diharapkan sebagai salah satu literatur dalam rangka pengembangan wawasan terutama mengenai bimbingan rohani Islam remaja.

b. Praktis :

Dapat diaplikasikan dalam pembinaan keagamaan remaja, khususnya pada remaja di sektor PKBM.

D. Metodologi Penelitian

1. Metodologi Penelitian

(20)

melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak.8

Adapun dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan mendeskripsikan secara faktual, aktual dan sistematis mengenai aktivitas Bimbingan Rohani Islam pada remaja di PKBM Darussalam Pondok Labu, Jakarta Selatan.

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PKBM Darusalam Pondok Labu. Adapun yang dijadikan alasan dan pertimbangan pemilihan lokasi ini ialah pertama, bahwa di PKBM Darussalam dilaksanakan Bimbingan Rohani Islam dalam pembinaan keagamaan remaja yaitu remaja yang sebelumnya bermasalah. Kedua, pihak lembaga bersedia untuk diadakan penelitian dan memberikan data dan informasi sesuai dengan permasalahan remaja yang aktif mengikuti program Bimbingan Rohani Islam, di antaranya adalah sulitnya akses untuk menjangkau sekolah formal, terlibat dalam pergaulan bebas, putus sekolah, kurang mendapatkan pembinaan secara agama.

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian mulai pada tanggal 30 juni 2010 - 15 Desember 2010.

8

(21)

4. Subjek dan Objek Penelitian. a. Subjek penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang aktif mengikuti program Bimbingan Rohani Islam yang berusia 13 – 18 tahun berjumlah 10 orang, khususnya bagi mereka yang tidak bisa baca tulis al-Qur’an dan pimpinan PKBM Darussalam yaitu Bpk Zainuddin beserta pembimbing yaitu Ust. Karim dan Ust. Salafudin. b. Objek penelitian

Adapun objek dalam penelitian ini adalah:

1) Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di PKBM Darussalam Pondok Labu.

2) Harapan hasil pelaksanaan kegiatan Bimbingan Rohani Islam pada remaja di PKBM Darussalam Pondok Labu.

5. Sumber data

a. Data primer yaitu berupa wawancara kepada pembimbing dan peserta Bimbingan Rohani Islam PKBM Darusalam Pondok Labu.

b. Data sekunder yaitu data tidak langsung yang berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen.

6. Teknik Pengumpula Data

(22)

a. Observasi.

Observasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut.9

Dalam penelitian ini, data observasi diambil dari peserta dan pembimbing Bimbingan Rohani Islam dalam pembinaan keagamaan remaja di PKBM Darussalam di Pondok Labu, Jakarta Selatan.

b. Wawancara.

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh dari terwawancara (interviewee),10 yaitu yaitu proses tanya jawab dalam penelitian langsung secara lisan dengan Kepala PKBM Darussalam Bpk. Zaenudin, kepada pembimbing yaitu Ust. Abdul Karim dan Salafudin serta remaja atau peserta yang mengikuti program Bimbingan Rohani Islam dengan langsung bertatap muka sekaligus mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-keterangan.

c. Dokumentasi.

Dokumentasi dilakukan dengan pengumpulan data-data tertulis yang terdapat di PKBM Darussalam Pondok Labu, dengan masalah yang diteliti dan dokumen lainnya yang mendukung.

9

E. Kristi Poewandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,

(Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, (LPSP3) UI, 1983), h. 62.

10

(23)

7. Analisa Data.

Dalam melakukan analisa data penulis mengunakan metode analisa deskriptif kualitatif yaitu penulis berusaha memaparkan data sebagaimana adanya dengan melakukan kajian tafsir data-data tersebut sehingga dapat mengambarkan permasalahan secara sistematis dan representatif faktor-faktor yang berhubungan dengan fenomena yang diteliti kemudian dilakukan analisis.

8. Teknik Penulisan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman dan mangacu kepada “Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN

Syarif Hidayatuallah Jakarta” diterbitkan oleh UIN Jakarta Press,

Agustus 2007. Cet. ke-2.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam skripsi yang berjudul ”Upaya Bimbingan Rohani Islam

Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di Rumah Tahanan Negara Kelas

IIIB Rangkasbitung” karya Mariam mahasiswa fakultas Dakwah dan

(24)

tapi juga mengkaji bagaimana atau sejauh mana hasil Bimbingan Rohani Islam untuk remaja.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini pembahasan dibagi menjadi lima bab, adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI. Meliputi pengertian peranan, aktivitas bimbingan rohani Islam, pengertian bimbingan rohani Islam, tujuan dan fungsi bimbingan rohani Islam, unsur-unsur bimbingan rohani Islam, pembimbing, metode, materi, media, fasilitas, pengertian remaja, seputar permasalahan-permasalah remaja.

BAB III. GAMBARAN UMUM PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) DARUSSALAM PONDOK LABU. Meliputi sejarah dan perkembangan, visi dan misi, program kerja, sarana dan prasarana struktur organisasi.

BAB IV. TEMUAN DAN ANALISA DATA. Aktivitas Bimbingan Rohani Islam pada remaja yang meliputi: Identifikasi Responden, pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam pada remaja dan hasil Bimbingan Rohani Islam Pada remaja di PKBM Darussalam.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Aktivitas

Sesuatu yang berhubungan dengan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia merupakan aktivitas, yang mana aktivitas tidak bisa dipisahkan dengan organ keseluruhan yang melekat pada diri.

Ditinjau dari segi etimologis, aktivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas diartikan sebagai segala bentuk keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau bisa juga diartikan sebagai kegiatan rutinitas.1

Sedangkan menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan kata aktivitas berasal dari kata ling : activity, lat: actives : aktif, bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan dunia. Manusia bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek. Manusia mengalihwujudkan dan mengolah alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan kemudian secara bertahap mengembangkan proses historis-kultural yang bersifat khas sesuai ciri dan kebutuhannya.2

Purwodarminto mendefinisikan aktivitas sebagai bentuk. keaktifan, kegiatan, kesibukan atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan.

Kebudayaan Nusantara, 1997), cet. Ke-1, h. 25

(26)

Aktivitas adalah “kegiatan atau kesibukan”. Aktivitas yang dimaksud

disini adalah sejumlah kegiatan yang terdiri atas usaha-usaha yang ada kaitanya dengan keagamaan.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan tersebut pada individu bergantung pada individu tersebut karena menurut Samuel Soeitoe, sebenarnya aktivitas bukan hanya sekedar kegiatan. Beliau mengatakan bahwa aktivitas dipandang sebagai usaha untuk mencapai atau memenuhi kebutuhan.3

B. Bimbingan Rohani Islam

1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam

Secara harfiah (bahasa) bimbingan adalah “menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang”. Istilah bimbingan

merupakan terjemahan dari bahasa inggris, guindance yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti menunjukkan.4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan berarti petunjuk ataupun penjelasan tentang tata cara mengerjakan sesuatu.5

3

Samuel Soeitoe, psikologi pendidikan II,(Jakarta : FEUI,1082),hal. 52. 4

H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), Cet. ke-1. h. 45.

5

(27)

Sedangkan secara terminologi, yang dikemukakan oleh para ahli, seperti Umar dan Sartono, “bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada indivindu agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungkan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana

masa depan”.6

Prayitno dan Erman Amti, “bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada indivindu dalam membuat paham-paham dan

penyesuaian yang bijaksana”.7

Sedangkan Rahman Natawijaya mengartikan bahwa, “bimbingan

adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya indivindu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya bertindak wajar sesuai

dengan keadaan lingkungan”.8

Selanjutnya pengertian rohani, kata rohani berasal dari kata roh atau ruh. Menurut Toto Tasmara, ruh adalah “fitrah manusia yang dengan itu pula, manusia menjadi berbeda dengan binatang, kekuatan yang

PT. Rineka Cipta, 1999), Cet. ke-1, h. 20.

11

(28)

melangit dan bertanggung jawab, akan tetapi juga melanggar berbagai norma-norma moral”.9

Secara etimologi, kata ruhani dalam kamus sinonim bahasa Indonesia, mempunyai arti roh dan juga berkaitan dengan yang tidak berbadan jasmaniah. Sedangkan persamaan kata rohani dalam kamus bahasa Indonesia adalah batin, spiritual dan kejiwaan.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kontemporer dijelaskan bahwasannya rohani adalah “kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam budi pekerti seseorang melalui hubungan manusia dengan sesama manusia

dengan ajaran agama yang dianutnya”.10

Mengenai pengertian roh Imam Ghozali seperti dikutip Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikologi Dakwah membagi roh menjadi dua, yaitu roh jasmaniah dan roh rohaniyah. Roh jasmaniyah yaitu zat kelas yang berpusat di ruangan hati dan mengalir keseluruh ruangan urat nadi (pembuluh darah) selanjutnya tersebar keseluruh tubuh, karena manusia dapat bergerak (hidup dan merasakan berbagai perasaan serta dapat berfikir atau mempunyai kegiatan-kegiatan hidup kejiwaan). Sedangkan roh rohaniah yaitu bagian dari yang ghaib. Dengan ini manusia dapat mengenal dirinya sendiri dan mengenal Tuhan, serta menyadari

9

Toto Tasmara, Kesehatan Ruhaniah (transcendental intelligensi), (Jakarta: GIP. 2001), cet. Ke-2, h. 55

10

(29)

keberadaan orang lain (berkepribadian, berketuhanan, dan berkeprikemanusiaan) serta bertanggung jawab atas tujuan lakunya.

Menurut Lismidar, pada dasarnya Bimbingan Rohani Islam merupakan aktualisasi teologi yang dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman sebagai makhluk sosial yang dilaksanakan secara teratur untuk membina dan mengarahkan manusia, agar aqidahnya mantap, keyakinannya kokoh, bertambah taqwa kepada Allah Swt, taat melaksanakan ibadah dan memantapkan kesadaran beragama, sehingga dapat membawa seseorang menjadi lebih tenang dalam permasalahan, dan jauh dari rasa cemas.11

Pengertian Islam secara kebahasaan, menurut Maulana Muhammad Ali, kata Islam mempunyai pengertian perdamaian. Damai dengan Allah dengan berserah diri sepenuhnya kepada kehendaknya.12

Pengertian Islam menurut Nasarudin Razaq, memberikan pengertian bahwa kata Islam secara kebahasaan berasal dari bahasa arab

yaitu “salima yang berarti selamat, sentosa dan berarti pula menyerahkan

diri, tunduk, patuh dan taat.13

Menurut Harun Nasution, Islam secara istilah salah satu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya mempunyai

11

Lismidar, Tuntutan Rohani Islam dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien dalam Makalah Penataran Dakwah ke Rumah Sakit, (Jakarta: 1993), hal. 1.

12

Maulana Muhammad Ali, Islamologi atau Dinul Islam, (Jakarta: Darul Kutubi Islamiyyah,1996), Cet, Ke-5. h. 4.

13

(30)

ajaran-ajaran yang bukan hanya mempunyai satu segi saja, akan tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.14

Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Islam adalah agama Tuhan (Allah SWT) yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad, dengan dua pokok ajarannya yakni Al-Qur’an dan Hadits untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Bimbingan Rohani Islam adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada terbimbing, agar dapat memperkembangkan potensinya atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits ke dalam diri, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan agama Islam.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam

Adapun tujuan bimbingan itu sendiri menurut Aunur Rahim Faqih adalah : a. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri

sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, dan kesempatan yang ada. b. Membuat proses sosialisasi dan sensituitas kepada kebutuhan orang

lain.

c. Memberi dorongan didalam mengarahkan diri, pemecahan masalah pengembalian keputusan dalam keterlibatan diri dalam masalah yang ada.

14

(31)

d. Mengembang nilai dan sikap menyeluruh serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

e. Membantu didalam memahami tingkah laku manusia.

f. Membantu klien untuk hidup didalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek, fisik, mental dan sosial.15

Fungsi bimbingan menurut Dewa Ketut Sukardi :

a. Fungsi preventif: sebagai pencegah terhadap timbulnya masalah. b. Fungsi pemahaman: yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu c. Fungsi perbaikan: yang menghasilkan solusi dari berbagai

permasalahan yang dialami.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan: membantu dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.16

3. Unsur-unsur BimbinganRohani Islam

a. Pembimbing.

Pengertian pembimbing dalam kamus bahasa Indonesia sebagai berikut, "pembimbing" diartikan menurut bahasa adalah "pemimpin" atau "penuntun", kata tersebut di ambil dari kata "bimbing" yang artinya "pimpin" atau "tuntun", kemudian diberi awalan "pe" menjadi pembimbing yang artinya "yang menyebabkan sesuatu menjadi tahu",

15

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: VII Press, 2001), Cet. ke-2, hal. 54.

16

(32)

arti tersebut disesuaikan dengan profesi dan disiplin ilmu yang ia miliki.17

Menurut Tohirin, mengungkapkan beberapa syarat-syarat menjadi pembimbing yang ada di sekolah yaitu:

1) Syarat yang berkenaan dengan kepribadian.

Seorang pembimbing harus memiliki kepribadian yang baik karena pelayanan bimbingan berkaitan dengan pembentukan prilaku dan kepribadian anak.

2) Syarat yang berkenaan dengan pendidikan.

Seorang pembimbing selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan bimbingan Strata Satu (S1) ataupun sekurang-kurangnya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan. 3) Syarat yang berkenaan dengan pengalaman.

Seorang pembimbing harus mempunyai suatu pengalaman dalam kehidupannya sehingga pembimbing dapat memberikan bimbingannya dengan baik terhadap yang terbimbing atau anak. 4) Syarat yang berkenaan dengan kemampuan.

Memiliki kemampuan atau kompetensi dan ketrampilan oleh pembimbing merupakan suatu keniscayaan. Tanpa memiliki

17

(33)

kemampuan dan ketrampilan, tidak mungkin guru pembimbing dapat melaksanakan tugas dengan baik.18

Menurut Umar dan Sartono mengutip pendapat Rachel Dunaway Cox yang pernah melakukan studi di Amerika Serikat dan mengambil kesimpulan bahwa tugas pokok pembimbing adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan kordinasi kegiatan bimbingan di sekolah.

2) Membimbing anak agar dapat memahami dan menghayati pelaksanaan program bimbingan di sekolah.

3) Melaksanakan kegiatan bimbingan yang berifat khusus pada saat tertentu.19

b. Terbimbing (Klien)

Yaitu peserta atau orang yang mempunyai masalah dalam mencapai tujuan.20

c. Metode.

Kata ”metode” berasal dari kata yunani methodos, dimana meta

ialah menuju, melalui, mengikuti. Dan kata hodos ialah jalan, perjalanan, cara arah. Jadi pengertian metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu menurut sistem aturan tertentu atau

(34)

supaya kegiatan praktisi terlaksana secara rasional dan terarah, agar mencapai hasil yang optimal.21

Dalam menyampaikan materi pembimbing terhadap sasarannya (terbimbing), seorang pembimbing dapat menggunakan metode-metode antara lain.

1). Metode Interview (wawancara).

Wawancara adalah melakukan dialog dengan terbimbing untuk mendapatkan masalah-masalah yang dihadapi oleh terbimbing. Terbimbing dengan melakukan dialog, pembimbing akan masuk dalam kehidupan terbimbing dan akan mengetahui sebab-sebab terbimbing.22

2). Metode Group (kelompok).

Yaitu cara pengungkapkan jiwa dan pembinaannya kegiatan kelompok seperti ceramah, Tanya jawab, seminar, diskusi, dan sebagainnya.

3). Metode Non Direktif.

Metode ini dilakukan dengan tidak mengarahkan. Yang mana di bagi menjadi 2 yaitu:

21

Anton Bakher, Metode-metode Filsafat, (Jakarta: Penerbit Balai Aksara, 1984), h. 10.

22

(35)

a) Client Centered.

Yaitu pengungkapan masalah-masalah yang menjadi penghambat si terbimbing. Dilakukan dengan cara pancingan yaitu dengan mengajukan satu dua pertanyaan, selanjutnya terbimbing di beri kesempatan seluas-luasnya untuk menceritakan segala isi batinnya yang disadari menjadi penghambatnya.

Pembimbing hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang dianggap mendasar kemudian di akhir pertemuan pembimbing tidak mengarahkan hanya mengungkapkan kembali hambatan-hambatan yang dialami sebagai penyebabnya dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya sebagaimana yang dikemukakan oleh terbimbing.

b) Metode Edukatif.

(36)

kepada termbimbing untuk mengingat dan mengungkapan rahasia pribadi yang menjadi penghambat masalah tersebut.23 4). Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)

Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada jamaah untuk berusaha mengatasi kesulitannya (problem) yang berpengaruh kepada ketenangan berfikir. Pada metode ini, pembimbing memberikan saran-saran pandangan dan nasehat bagaimana sebaiknya ia bersikap dalam menghadapi problemnya.24

d. Materi.

Materi bimbingan adalah suatu pesan baik berupa jawaban solusi atau alternatif yang disampaikan oleh pembimbing kepada yang di bimbing tersebut adalah :

1). Pemahaman diri

Kurangnya anak di dalam memahami dirinya, sehingga tidak mengetahui bakat, kemampuan dan kelemahan-kelemahan dirinya. Dengan adanya pemahaman diri, maka bakat dan kemampuan anak dapat disadari dan dikembangkan.

2). Nilai-nilai kehidupan.

(37)

3). Informasi lingkungan.

Fungsi dari informasi lingkungan adalah anak berlatih untuk menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungannya dan memanfaatkan peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya.

4). Hambatan dan cara mengatasi.

Bertujuan untuk membantu anak dalam mencari jalan keluar atau memecahkan (mengatasi) masalah-masalah yang dihadapi atau dialami anak dalam kehidupanya.

Adapun secara kontektual bahwa materi bimbingan itu mencakup seluruh atau universal dalam segala aspek bidang yang berkaitan dengan kehidupan manusia.25

e. Media.

Secara harfiah kata media memiliki arti ”perantara” atau

”pengantar”, secara luas media adalah sesuatu yang bersifat

menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien (anak) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Pentingnya penggunaan media dalam proses

25

(38)

belajar mengajar yaitu dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.26

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang komplek dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah di pahami. Dengan demikian media dapat berfungsi sebagai berikut:

1) Membantu memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.

2) Menarik perhatian siswa lebih besar (jalannya pelajaran tidak membosankan).

3) Lebih menarik perhatian dan minat murid dalam belajar. 4) Dapat membangkitkan dunia teori dengan realita.27 f. Fasilitas.

Bimbingan dapat terlaksana dengan baik dan mencapai hasil optimal apabila dilaksanakan oleh petugas yang profesional dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas yang cukup memadai. Adapun sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan program bimbingan adalah sebagai berikut :

(39)

Tenaga merupakan fasilitas yang paling penting untuk pelaksanaan proses bimbingan. Tenaga yang diperlukan adalah pembimbing yang profesional dan lengkap akan menjamin tingkat keberhasilan bimbingan.

2) Waktu.

Waktu untuk pelaksanaan pemberian bimbingan perlu diadakan kesepakatan bersama dengan staf sekolah. Bimbingan baik individual maupun kelompok dapat dilaksanakan tanpa mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

3) Tempat.

Di dalam proses bimbingan diperlukan ruangan atau tempat khusus. Dengan tujuan agar dalam proses bimbingan dapat bekerja dengan efektif dan efesien. Serta dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam al-Qur.an ada kata (al-Fityatun, Fityatun) yang artinya orang muda.28 Firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 13:

28

(40)

Artinya : Kami ceritakan padamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada

Tuhan mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.. (QS. Al-Kahfi:

13)

Terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanak-kanak lagi, misalnya dalam surat an-Nur ayat 59:

Artinya : Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang sebelum mereka meminta izin..

Pada kedua ayat tersebut terdapat istilah kata fityatun yang artinya muda dan kata baligh yang dikaitkan dengan mimpi (al-Hulama). Kata baligh dalam istilah hukum islam digunakan untuk penetuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah aqil baligh, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam.

(41)

Remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan adalah mereka yang berumur 13-17 atau 18 tahun.29

Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan: remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, luar dan dalam itu membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.30

Batasan remaja menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Pertumbuhan Mental Remaja

Ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Ide-ide pokok ajaran-ajaran agama yang diterimanya waktu kecil itu akan berkembang dan bertambah subur, apabila anak atau remaja dalam menganut kepercayaan itu tidak mendapat kritikan-kritikan dalam hal agama itu. Dan apa yang tumbuh dari kecil itulah yang menjadi keyakinan yang dipegang melalui pengalaman-pengalaman yang dirasakannya.

Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan. Pengertian-pengertian tentang hal-hal yang abstrak, yang tidak dapat dirasakan atau dilihat langsung seperti pengertian tentang akhirat, surga, neraka dan lain sebagainya, baru dapat diterima oleh

29

Ibid, hal. 9

30

(42)

anak-anak apabila pertumbuhan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu. Itulah sebabnya maka seharusnya pengertian-pengertian yang abstrak itu dikurangi, apabila umur remaja belum dicapai oleh si anak.

Ide-ide dan pokok-pokok ajaran agama tidak jarang pula ditolak atau dikritik oleh anak-anak yang telah meningkat usia remaja. Bahkan kadang-kadang mereka menjadi bimbang beragama, terutama anak-anak yang mendapat didikan agama dengan cara yang memungkinkan mereka berpikir bebas dan boleh mengritik. Remaja-remaja yang mendapat didikan agama dengan cara yang tidak memberi kesempatan atau berpikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang tidak masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang. Remaja-remaja akan merasa gelisah dan kurang aman apabila agama atau keyakinannya berlainan dari agama atau keyakinan orang tuanya. Keyakinan orang tua dan keteguhannya menjalankan ibadah, serta memelihara nilai-nilai agama dalam hidupnya sehari-hari menolong remaja dari kebimbangan agama. 31

Setelah perkembangan mental remaja sampai kepada mampu menerima atau menolak ide-ide atau pengertian-pengertian yang abstrak, maka pandangannya terhadap alam dengan segala isi dan peristiwanya berubah, dari mau menerima tanpa pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan. Perkembangan mental remaja ke arah berpikir logis (falsafi)

31

(43)

itu, juga mempengaruhi pandangan dan kepercayaannya kepada Tuhan. Karena mereka tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi di alam ini. Jika mereka yakin bahwa tuhan maha kuasa, maha mengatur dan mengendali alam ini, maka segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiah, maupun peristiwa-peristiwa dan hubungan orang-orang dalam masyarakat, dilimpahkan tanggung jawabnya kepada Tuhan. Seandainya mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidak adilan, percekcokkan dan lain sebagainya dalam masyarakat, atau banyak hal-hal yang terjadi dalam alam ini seolah-olah tanpa kendali, maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan, bahkan mungkin menjadi acuh tak acuh atau benci. Apabila perasaan seperti itu bertumpuk-tumpuk, mungkin akan berakhir dengan mengingkari wujud Tuhan, supaya ia dapat mengambil kesimpulan baru, yaitu segala sesuatu dalam alam ini terjadi dengan sendirinya dan berjalan tanpa kendali sehingga mungkin saja, teratur atau kacau balau.

(44)

dan alam semesta, yang terjadi dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman masa lalu dan yang sedang di alami oleh remaja itu. Atau dengan kata lain dapat diringkaskan bahwa agama remaja adalah hasil dari interaksi antara dia dan lingkungannya sedang gambarannya tetang tuhan dan sifat-sifatnya, dipengaruhi oleh kondisi perasaan dan sifat remaja itu sendiri.

3. Problem Remaja

Umur remaja adalah umur peralihan dari anak-anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemnya tidak sedikit. Telah banyak penelitian yang dilakuakan orang dalam mencari problema yang umum dihadapi oleh remaja, baik dinegara yang maju, maupun yang masih berkembang. Di antara problem remaja yang sering rasakan antara lain adalah:

a. Masalah hari depan

(45)

sama saja yang berijazah dan tidak berijazah sama-sama tidak dapat bekerja dan sebagainya. 32

Kecemasan akan hari depan yang kurang pasti, itu telah menimbulkan berbagai problema lain, yang mungkin menambah suramnya masa depan remaja itu, misalnya semangat belajar menurun, kemampuan berpikir berkurang, rasa tertekan

timbul bahkan terkadang sampai kepada mudahnya mereka terpengaruh oleh hal-hal yang tidak baik, kenakalan dan penyalah-gunaan narkotika. Perhatian mereka terhadap agama semakin berkurang, bahkan tidak jarang terjadi goncangan hebat dalam kepercayaan kepada Tuhan.

b. Masalah hubungan dengan orang tua

Inipun termasuk masalah yang dihadapi oleh remaja dari dahulu sampai sekarang. Sering kali terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dan anakanaknya yang telah remaja atau dewasa. Kadang-kadang hubungan yang kurang baik itu timbul, karena remaja mengikuti arus dan mode, seperti: rambut gonderong, pakaian kurang sopan, lagu-lagu dan terhadap orang tua kurang hormat.

c. Masalah moral dan agama

Tampaknya masalah ini semakin memuncak, terutama di kota-kota besar barangkali pengaruh hubungan dengan budaya asing semakin meningkat melaui film, bacaan, gambar-gambar dan

32

(46)

hubungan langsung dengan orang asing (turis) yang datang dengan berbagai sikap dan kelakuan. Biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama. Nilai-nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan dan nilai-nilai yang berubah itu menimbulkan kegoncangan pula, karena menyebabkan

Orang hidup tanpa pegangan yang pasti. Nilai yang tetap dan tidak berubah adalah nilai-nilai agama, karena nilai agama itu absolut dan berlaku sepanjang zaman, tidak dipengaruhi oleh waktu, tempat dan keadaan.33

33

(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT

(PKBM) DARUSSALAM PONDOK LABU JAKARTA SELATAN

A. Sejarah dan Perkembangan

Diawali dari keprihatinan beberapa orang warga masyarakat Kelurahan Pondok Labu terhadap kondisi masyarakat di lingkungan tempat tinggal yang cenderung mengalami degredasi moral, mental, norma dan perilaku yang tercermin dalam pergaulan sehari-hari masyarakat sekitar yang semakin hari semakin memprihatinkan. Di samping itu, banyaknya warga sekitar yang mempunyai nasib kurang baik terutama taraf hidup dan pendidikan yang rendah berdampak kepada banyaknya pengangguran, tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang semuanya berpotensi terhadap kondisi kemiskinan, taraf hidup dan pengetahuan seseorang.

Maka pada tanggal 29 Mei 1987 dicetuskan dan dibentuklah suatu lembaga pendidikan yaitu PKBM Darussalam oleh beberapa warga masyarakat Kelurahan Pondok Labu Kecamatan Cilandak, di antaranya Ust. Marzuki, Zaenuddin S.Pd, Sutarno S.Pd, dan beberapa tokoh masyarakat serta aparat terkait. Perintisan Lembaga Pendidikan ini benar-benar dari nol, karena sejak awal memang tidak memiliki modal sedikit pun. Akan tetapi berkat niat dan tekad para pendiri yang menginginkan kemajuan di lingkungan setempat, khususnya dalam bidang pendidikan dan untuk membantu meningkatkan

(48)

kualitas keilmuan serta mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat agar mampu tersalurkan bakat dan minat mereka.

Untuk pertama kalinya kegiatan dilaksanakan di Gedung milik SMP Darussalam, yang berlokasi di Jl. H. Ipin No. 10 RT. 007/RW. 01 Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, dengan Izin Operasional dari Penilik Kecamatan Cilandak tertanggal 5 Mei 1988, dalam kegiatan di bawah binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/LPM Kelurahan Pondok Labu dengan proses pembelajaran seadanya.

Sejak tahun 1987 s/d 1991, Program Kegiatan Pendidikan Kesetaraan Paket A, B, C (Setara SD, SMP, SMA) saat itu merekrut siswa putus sekolah yaitu Paket B 2 orang dan Paket C 2 orang, Pengajian Majelis Taklim 5 orang, Bimbingan Belajar Siswa 5 orang, dan merintis dibentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok Bermain dengan anak didik usia 3 - 6 tahun sebanyak 10 orang dari warga sekitar.

(49)

Lembaga PKBM Darussalam tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, namun yang menjadi nilai lebih adalah bidang keterampilan. Siswa dapat menyalurkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh mereka. Dengan adanya hal tersebut, keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing siswa dapat semakin berkembang dan meningkat, karena adanya wadah atau tempat penyalur bakat-bakat dan kreatifitas. Jadi siswa tidak hanya terkungkung oleh banyaknya mata pelajaran yang harus mereka kuasai, akan tetapi siswa dapat bermain sambil belajar. 1

B. Visi dan Misi

1. Visi

Membentuk masyarakat cerdas, terampil, mandiri dan berakhlaq mulia serta produktif.

2. Misi

a. Mengembangkan, memfasilitasi, memobilisasi kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat secara dinamis inovatif.

b. Menggerakkan Sumber Daya Manusia dan partisipasi masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan program pengelolaan dan pembinaan untuk menggali potensi masyarakat.

c. Meningkatkan kesejahteraan hidup, mengembangkan diri secara positif sebagai insan yang berkualitas

1

(50)

C. Program Pendidikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Darussalam

Program-program pendidikan yang diadakan oleh PKBM Darussalam untuk dapat menunjang terselenggaranya pengembangan di bidang keilmuan dan keterampilan adalah:

a. Program Paket A Setara SD b. Program Paket B Setara SMP c. Program Paket C Setara SMU d. Keaksaraan Fungsional (KF) e. Pelatihan Komputer

f. Pelatihan Kerajinan Tangan g. Bimbingan Kerohanian h. Futsal

D. Kiprah Bimbingan Rohani Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Darussalam

Dalam rangka pembinaan dan peningkatan kualitas warga belajar khususnya remaja maka bimbingan rohani Islam dianggap perlu untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan sebagian besar warga belajar mempunyai latar belakang yang bermasalah.

(51)

generasi muda masyarakat sekitar yang sudah mulai mengkhawatirkan, seperti pergaulan bebas, penyimpangan moral dan etika serta akhlakul karimah yang sudah mulai pudar, sehingga PKBM Darussalam pada tanggal 22 juli 2000 menerapkan program bimbingan kerohanian agar para peserta didik dapat memiliki penguatan terhadap diri supaya tidak mudah terpengaruh oleh perkembangan zaman yang dapat merusak kehidupan jasmani dan rohani mereka.

Sebagai program yang dapat dikatakan baru dibandingkan program yang sudah ada sebelumnya, bimbingan kerohanian memiliki perhatian yang cukup baik oleh para peserta didik, mereka memberikan antusias yang besar, khususnya pada bidang ketauhidan dan fiqih ibadah, karena ternyata banyak permasalahan di lingkungan masing-masing peserta didik yang belum dapat mereka pahami berkaitan dengan ketauhidan dan dalam beribadah sehari-hari.

(52)

mengembalikan dan meminta pertolongan kepada yang Maha Esa yang dapat memberi segalanya.2

E. Sarana dan Prasarana Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Darussalam

Tabel. 1

Sarana dan Prasarana PKBM Darussalam

Sarana dan Prasarana Jml Sarana Satuan Status

Kantor 1 Unit Hak Milik

Ruang Tamu 1 Unit Hak Milik

Meja Belajar 25 Buah Hak Milik

Kursi Belajar 50 Buah Hak Milik

Meja Pengelola 5 Buah Hak Milik

Kursi Pengelola 8 Buah Hak Milik

Papan Tulis 1 Buah Hak Milik

Lemari / Rak Buku 4 Buah Hak Milik

Komputer 4 Unit Hak Milik

Telepon 1 Buah Hak Milik

2

(53)

Kalender 3 Buah Hak Milik

Modul KF 100 Exp Hak Milik

Modul Paket B 100 Exp Hak Milik

Ruang Sekretariat 1 Unit Hak Milik

Musholla 1 Unit Hak Milik

Tanah 17 M2 Hak Milik

Papan Data Dinding 5 Buah Hak Milik

Printer 1 Buah Hak Milik

Jam Dinding 1 Buah Hak Milik

Ruang Bimbingan dan Penyuluhan 1 Unit Hak Milik

F. Struktur Organisasi.

Dalam sebuah organisasi terdapat pembagian kerja yang terbagi dalam beberapa susunan di mana di dalamnya terdapat orang-orang yang berkerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Hal ini diperuntukkan guna mencapai tujuan akhir dari organisasi itu sendiri.

(54)

Tabel. 2

Jumlah Murid PKBM Darussalam Tahun ajaran 2009-2010

No. Kelas L P Jumlah

1 Paket A 0 0 0

2 Paket B 10 7 17

3 Paket C 20 30 50

4 Keaksaraan Fungsional 0 15 15

Struktur Organisasi PKBM Darussalam Pondok Labu

PEMBINA:

(55)

Tutor/Pengajar: 1. Sutarno, S.Pd 2. Abdul Azis, S.H. 3. Tarobin, S.Pd 4. Ahmad Karim, S.Ag 5. Nurul Furqon, S.Pd 6. Wira Wijaya

7. Andi Kusuma, S.Pd 8. Agus Sulaiman, S.Sos.I

Keterangan:

KASI : Kepala Seksi

PLS : Pendidikan Luar Sekolah SUDIN : Sub Dinas

DIKMEN : Pendidikan Menengah PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini PA : Paket A (Setara SD)

PB : Paket B (Setara SMP) PC : Paket C (Setara SMA)

(56)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Identifikasi Responden

1. Pemimpin PKBM Darussalam

Nama pemimpin PKBM Darussalam adalah Bpk Zaenudin S.Pd. Pendidikan SI UNINDRA PGRI Jakarta, jabatan penaggung jawab PKBM Darussalam Pondok Labu, usia 45 tahun.

2. Pembimbing

a. Ust. Abdul Karim

Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 20 Agustus 1967 dan lulusan MAN 1 Pondok Labu dan Pesantren As-Syafiiyah Bekasi. Beliau membimbing kegiatan bimbingan rohani Islam di PKBM Darussalam selama 10 tahun. Selain menjadi pembimbing beliau juga aktif memberikan pengajian di luar PKBM Darussalam.

b. Ust. Salafudin

Beliau lahir di Pemalang pada tanggal 06 Agustus 1987 dan lulusan Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta alumni Pondok Pesantren Salafiyah Pemalang. Beliau aktif di BIMROHIS PKBM Darussalam semenjak 2 tahun yang lalu.

(57)

3. Peserta Bimbingan Rohani Islam

Tabel. 3

Tabel Identifikasi Responden Peserta BIMROHIS PKBM Darussalam

No. Nama Usia Jenis Kelamin Program Alamat

1. Adinda Maulina 16 tahun Perempuan Paket C Jl. Wijaya Kusuma Jogjakarta 2. Erly Pertiwi 16 tahun Perempuan Paket B Banjar Negara 3. Anita Rahman 18 tahun Perempuan Paket C Pangkalan Jati 4. Ahmad Maulana 16 tahun Laki-laki Paket B Pangkalan Jati 5. Dian Iskandar 18 tahun Laki-laki Paket B Pondok Labu 6. Safitri Julia Rizqi 18 tahun Perempuan Paket C Jl. H. Ipin

Pondok Labu 7. Qoribul

Muchsinin

16 tahun Laki-laki Paket B Kramat Jati

8 Nur Laelah 16 tahun Perempuan Paket c Jl. Pluto Dalam Rt.01 Rw.04 No. 4

(58)

Tabel. 4

Berdasarkan Jenis Kelamin:

No Subjek Jumlah

1 Laki-laki 5

2 Perempuan 5

Jumlah 10

Tabel. 5

Berdasarkan program yang diikuti:

No Paket Jumlah

1 B (setara SMP) 5

2 C (setara SMA) 5

Jumlah 10

B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat (PKBM) Darussalam

(59)

indivindual setiap pembimbing mempunyai kompetensi yang seimbang antara teoritik dan praktik.

Persyaratan formal (akademik) dalam bentuk teoritik dan kemampuan praktik belumlah cukup, tetapi harus pula dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan yang lainnya seperti motivasi, kemapuan berempati, berkomunikasi dengan baik, kemampuan berimprovisasi dan berbagai kemampuan individual yang lainnya yang berkaitan dengan BIMROHIS.

Pembimbing BIMROHIS di PKBM Darussalam berjumlah dua orang, yaitu Ust. Abdul Karim dan Ust. Salafudin. Ust. Karim aktif membimbing sejak dimulainya program BIMROHIS didirikan. Walaupun beliau hanya lulusan SMA, tapi kekurangan secara akademis mampu beliau tutupi dengan pemahaman keilmuan agama yang mumpuni, dari segi pengalaman beliau juga aktif di masyarakat dalam bidang agama. Karena beliau mempunyai latar belakang pesantren yang kental dan juga dapat membaca kitab kuning dengan baik. Pengalaman inilah yang diharapkan mampu menjalankan kegiatan BIMROHIS dengan baik.

(60)

Melihat sosok kedua pembimbing ini sangat menarik, karena keduanya dapat saling mengisi kekurangan masing-masing, baik itu secara akademis maupun pengalaman membimbing.

Kegiatan BIMROHIS PKBM Darussalam: A.Kegiatan Harian

Kegiatan harian Bimbingan Rohani Islam PKBM Darussalam adalah kegiatan belajar mengajar, di mana Kegiatan Belajar Mengajar ini dilaksanakan setiap hari senin dan kamis, Diantara Kegiatan Belajar Mengajar yang dilaksanakan di BIMROHIS PKBM Darussalam adalah: 1). Kegiatan Belajar Mengajar untuk Remaja

Kegiatan Belajar Mengajar untuk remaja ini dilaksanakan setiap hari senin dan jum’at, mulai pukul 19.30 WIB sampai dengan pukul 21.00 WIB. Adapun materi yang disampaikan adalah seputar pemahaman dasar agama Islam diantaranya adalah:

a). Materi Pokok

Di antaranya adalah, Iqro, Bacaan shalat, surat-surat pendek. Materi pokok ini diberikan berdasarkan pertimbangan kebutuhan peserta. Karena menurut pembimbing, peserta yang mengikuti BIMROHIS di PKBM Darussalam masih pada tahap dasar, “hampir sebagian peserta belum mempunyai pemahaman agama

yang mendalam, untuk baca al-Qur’an saja mereka belum bisa,

(61)

b). Materi Tambahan

Materi tambahan dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan peserta seputar agama Islam, di antaranya adalah, fiqh. Tarekh, tauhid, akhlaq. Materi ini diberikan sifatnya kondisional, yaitu mengacu pada materi pokok. “Dengan materi tambahan diharapkan peserta BIMROHIS mampu menambah

wawasan seputar agama mereka.” Kata Ust. Salafudin.1

Adapun metode yang digunakan dalam menyampaikan materi diantaranya adalah:

a. Klasikal

Klasikal adalah metode membaca materi pokok secara bersama-sama yang dilakukan oleh peserta dan dipimpin oleh pembimbing yang sifatnya rutin. Diharapkan dengan metode ini peserta mampu hafal dengan mudah tanpa menghafal. Sedang klasikal dibagi menjadi tiga, yaitu klasikal besar, klasikal awal, klasikal akhir. Klasikal awal dilakukan oleh peserta di mushala setelah mereka shalat berjamaah, klasikal awal dilakukan di kelas masing-masih setelah mereka mengikuti klasikal besar, klasikal akhir dilaksanakan di akhir pertemuan.

1

(62)

b. Ceramah

Dalam metode ceramah ini, pembimbing menyampaikan materi kepada yang dibimbing. Di sini terlihat komunikasi satu arah, di mana pembimbing lebih aktif berbicara sementara yang dibimbing mendengarkan. Metode ini diterapkan pada materi tambahan.

c. Diskusi

Diskusi merupakan cara yang paling efektif untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman peserta. Seperti

yang diungkapkan Ust. Salafudin, “kalau diskusi anak-anak

terlihat sangat antusias, mungkin karena mereka bisa sharing

seputar permasalahan mereka masing-masing, dan bisa dibantu mencarikan solusinya oleh teman-teman yang lain.”2

Tabel. 6

Wawancara Pribadi dengan Bapak Ust. salafudin (Pembimbing BIMROHIS

(63)

dipandu oleh seorang ustadz yang bertugas.

.2.

Pukul 20.00-20.15

Klasikal awal Seluruh peserta bertempat di kelasnya masing-masing

Privat Dalam sesi ini, ustadt mengecek satu-persatu

(64)

Dengan materi dan metode yang telah disampaikan peserta mampu lebih mudah memahami materi-materi pokok yang diajarkan dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang disampaikan oleh Ust. Karim, “materi yang diberikan kami

susun sesederhana mungkin agar supaya peserta memahaminya juga

dengan mudah.”3

B. Kegiatan Mingguan

1. Hari Komunikasi (Harkom)

Hari Komunikasi (Harkom) ini dilaksanakan setiap hari sebagai salah satu kegiatan BIMROHIS PKBM Darussalam untuk menyampaikan kendala atau permasalahan yang dialami warga belajar. Harkom banyak membantu, terutama dalam mendapatkan solusi atas masalah yang berkaitan dengan warga belajar. Sehingga, dari harkom ini warga belajar dapat meningkatkan motivasi belajar supaya dapat lebih baik lagi.

2. Tadarrus Lembaga

Tadarrus adalah salah satu kegiatan BIMROHIS PKBM Darussalam untuk para guru, sekaligus mengingatkannya apabila ada bacaan yang salah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Jum’at malam sebelum Kegiatan Belajar Mengajar dimulai.

3

(65)

3. Belajar Hadhroh dan Shalawatan

Kegiatan ini dilaksanakan setiap malam Jum’at, setelah

Kegiatan Belajar Mengajar C. Kegiatan Tahunan

1. Pesantren Ramadhan

Pesantren Ramadhan dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu kegiatan yang menunjang amaliyah Ramadhan PKBM Darussalam. Dalam kegiatan ini, BIMROHIS PKBM Darussalam mengundang peserta dari luar BIMROHIS PKBM Darussalam. Kegiatan ini dimaksudkan selain untuk membiasakan peserta berpuasa, tetapi juga supaya peserta Pesantren Ramadhan dapat berbagi dengan sesamanya.

2. Rapat Kerja (Raker)

(66)

C. Hasil Bimbingan Rohani Islam pada Remaja di Pusat Kegiatan Belajar

Mayarakat (PKBM) Darussalam

Pendidikan di manapun dan kapanpun masih dipercaya orang sebagai media ampuh untuk membentuk kepribadian anak ke arah kedewasaan. Bimbingan Rohani Islam adalah unsur penting dalam pendidikan moral dan pembinaan kagamaan, seperti yang diungkapkan Adinda Maulina, salah satu peserta BIMROHIS di PKBM Darussalam “program BIMROHIS di sini

sangat bagus sekali, karena bisa meningkatkan kerohanian para siswa di

PKBM Darussalam”.4

Pada usia remaja, kekritisan dalam merangkum pemikiran-pemikiran keagamaan mulai muncul, kekritisan yang dimaksud bisa berupa kejenuhan atau kebosanan dalam mengikuti uraian-uraian yang disampaikan Pembimbing Agama, apalagi jika metodologi pengajaran yang disampaikan cenderung monoton dan berbau indoktrinasi. Maka penyampaian yang sederhana dan mudah dimengerti menjadi faktor penting untuk meningkatkan minat remaja PKBM Darussalam mengikuti BIMROHIS, hal itu diungkapkan Qoribul Muksinin, salah satu peserta BIMROHIS, ”ceramahnya santai dan kata-kata mudah dipahami, membaca doa secara bersama-sama, dan tanya

jawab.”5

4

Wawancara Pribadi dengan Adinda Maulina (Peserta BIMROHIS PKBM Darussalam), tanggal 12 Desember 2010

5

(67)

Sebenarnya akar permasalahan yang timbul dari kekurangsenangan remaja terhadap materi keagamaan terletak pada minimnya motivasi untuk mendalami agama secara lebih intens, yang lebih sederhana lagi ialah pelajaran agama yang mereka dapat kurang memberikan aplikasi dan solusi praktis dalam keseharian mereka, seperti yang dikemukakan Erly Pertiwi, “saya sebenernya dari dulu pengin banget rajin shalat, tapi saya dulu ga tau

dan ga hafal doa-doa sholat, jadinya kalau mau sholat bingung deh.”6

Jawaban dari permasalahan di atas adalah kembali pada sosok pembimbing sebagai tauladan dan sumber konsentrasi remaja yang menjadi peserta didiknya. Mampukah ia menjadikan dirinya termasuk masalah materi serta metodologi yang dipergunakan sebagai referensi utama bagi peserta didiknya yang seluruhnya remaja itu dalam mengembangkan sikap keberagamaan yang tidak sekedar merasa memiliki agama melainkan sampai kepada pemahaman agama sebagai keseluruhan komitmen yang mengatur seluruh kehidupan seseorang dan merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, Sehingga nantinya remaja-remaja tersebut merasakan ibadah sebagai perwujudan sikap keberagamaan intrinsik tersebut sama pentingnya atau malah lebih penting dibanding nonton tv, jalan-jalan, hura-hura dan lain sebagainya. seperti yang diungkapkan oleh Anita Rahman, “saya senang dengan materi yang ringan karena saya memang masih awam

pemahaman agamanya, jadi saya bisa cepat menangkap dan bisa langsung

6

(68)

dipraktekkan sehari-hari.” Lebih lanjut Anita juga mengatakan,

“pembimbingnya care banget sama kita, jadi kita ngerasa nyaman ngajinya."7

Satu hal penting lainnya yang tidak boleh diabaikan oleh para pembimbing ialah materi pelajaran agama yang disampaikan di sekolah hendaknya selalu diorientasikan pada kepentingan remaja, seorang pembimbing harus bisa menanamkan keyakinan bahwa apa-apa yang ia sampaikan bukan demi kepentingan sekolah (kurikulum) atau kepentingan pembimbing melainkan demi kepentingan remaja itu sendiri. Hal ini juga

dirasakan Hidayat, “saya menyambut baik BIMROHIS ini, karena pada

dasarnya saya memang pengetahuan agamanya sedikit, jadi dengan mengikuti

BIMROH pengetahuan agama saya jadi meningkat.” Hidayat juga

menambahkan ”saya juga suka dengan materi baca tulis al-Qur’an,

pengetahuan seputar shalat, ceramah dan tahlil”. Karenanya pemahaman akan

kondisi objektif kejiwaan remaja mutlak diperlukan oleh para pembimbing. Seorang pembimbing harus senantiasa dekat dan akrab dengan permasalahan remaja yang menjadi peserta didiknya, agar mampu menyelami sisi kejiwaan mereka.

Antusiasme dan respon yang baik dari peserta serta didukung pembimbing yang komunikatif ternyata mampu memberikan efek yang positif bagi warga belajar. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pemahaman keagamaan warga belajar yang aktif mengikuti kegiatan Bimbingan Rohani

7

Gambar

GAMBARAN UMUM PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT
Tabel. 1 Sarana dan Prasarana PKBM Darussalam
Tabel. 2 Jumlah Murid PKBM Darussalam Tahun ajaran 2009-2010
Tabel Identifikasi Responden Peserta BIMROHIS PKBM Darussalam
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

• Presiden Indonesia tahun 2014 adalah Perempuan?. • Tahun depan saya

which are money market funds, equity funds, and fixed income funds. Here are

evaluasi sesuai dengan KI, KD dan indikator.. Dalam pengembangan alat evaluasi berbasis Wondershare Quiz Creator,. perlu diperhatikan aspek kualitas tampilan

Menurut Reese (1981) sekitar 50 % ikan famili Chaetodontidae merupakan pemakan polip karang. Kondisi ekosistem terumbu karang di perairan sidodadi dan Pulau Tegal masih dalam

Pada proses fotosintesis, energi dihasilkan dari cahaya matahari yang diserap oleh klorofil. Energi tersebut digunakan untuk memecah molekul air menjadi oksigen dan

[r]

SATUAN KERJA : DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN SANGGAU TAHUN ANGGARAN : 2016.. No Kegiatan Volume