• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi virginitas bagi kaum pria dalam memilih calon istri: studi analisis terhadap masyarakat Tegal Rotan Kelurahan Sawah Baru Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Urgensi virginitas bagi kaum pria dalam memilih calon istri: studi analisis terhadap masyarakat Tegal Rotan Kelurahan Sawah Baru Tangerang Selatan"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Tangerang Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Disusun Oleh : Mahrunnisa 106043101308

KONSENTRASI PERBANDINGAN MADZHAB FIQH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S. H. I) Oleh:

Arifal Firdaus NIM 106043101286

Di Bawah Bimbingan

Dr. H. Muhammad Taufiki, M. Ag NIP.

KONSENTRASI PERBANDINGAN MAZHAB FIQH PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2010 M

(3)

Tangerang Selatan)” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum (Perbandingan Mazhab Fiqh).

Jakarta, 22 September 2010 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA ( ) NIP. 195703121985031003

Sekretaris : Dr. H. Muhammad Taufiki, M.Ag ( ) NIP. 196511191998031002

Pembimbing : Dr. Hj. Mesraini, M.Ag ( )

NIP. 150326895

Penguji I : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA ( ) NIP. 195703121985031003

Penguji II : Sri Hidayati, M.Ag ( )

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya penulisan skripsi ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 September 2010

(5)

Syukur alhamdulillah, saya persembahkan kepada Rabbul Izzah Allah SWT yang telah menerangi, menuntun, dan membukakan hati serta pikiran dalam menyelesaikan setiap tahapan proses penyusunan skripsi ini. Iringan shalawat dan salam senantiasa mengalir ke pangkuanmu wahai manusia pilihan, Muhammad SAW beserta keluarga dan segenap sahabat- sahabat setiamu hingga akhir zaman.

Skripsi ini sebagai bentuk nyata dari perjuangan penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Berbagai hambatan dan kesulitan selama proses penulisan skripsi ini dapat penulis lalui. Semua ini karena do’a dan dukungan orang-orang yang ada di sekitar penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada para pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Ayah tercinta (H. Marbawi) dan ibu tersayang (Siti Nurjannah). Mereka yang selalu menjadi penyejuk hati, penenang jiwa, penyemangat hidup, yang tak pernah kenal lelah untuk terus berkorban bagi putera-puterinya. Senyum kalian adalah penyemangatku dalam menjalani kehidupan ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

S1 di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Hj. Mesraini M,Ag, selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen pengajar Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberi ilmu, pengalaman dan nasehat kepada penulis. Semoga ilmu yang penulis dapatkan dari Bapak/Ibu dapat bermanfaat dunia dan akhirat serta menjadi amal kebaikan bagi Bapak/Ibu dosen.

6. Pimpinan dan segenap staff Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Bapak Lurah beserta staff kelurahan Sawah Baru yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset di kelurahan Sawah Baru serta telah membantu dalam kelancaran birokrasi.

8. Seluruh masyarakat Tegal Rotan kelurahan Sawah Baru, atas kesediaannya untuk menjadi objek penelitian dalam skripsi ini.

9. Keluarga tercinta (teh Bibah, teh Iin, kang Baden, teh Emah, k Hasan, Abink, Anur dan semua kakak ipar dan keponakanku) yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

10.Teman-teman seperjuangan PMF 2006. Selama 4 tahun mengenal dan kuliah bersama kalian merupakan hal terindah dalam hidup penulis.

(7)

iii   

kebaikan di sisi Allah swt dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, Agustus, 2010

(8)

Daftar Isi... iv

Daftar Tabel... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

D.Metode Penelitian... 7

E. Review Studi Terdahulu... 11

F. Sistematika Penulisan... 15

BAB II TINJAUAN UMUM VIRGINITAS DALAM PERNIKAHAN A.Kategori Virginitas. 1. Pengertian Virginitas... 17

2. Macam- macam Virginitas... 20

3. Jenis- jenis Penyalahgunaan Virginitas... 24

4. Faktor- faktor terjadinya Penyalahgunaan Virginitas... 26

B. Tinjauan Medis atas Virginitas dalam Sebuah Pernikahan... 28

C. Tinjauan Fiqh terhadap Virgintas dalam Pernikahan... 32

D.Hubungan Virginitas dengan Konsep Kafaah dalam Pernikahan... 40

E. Virginitas Kaitannya dengan Wanita Sholehah Pada Masa Kini.... 42

(9)

   v 

A.Letak Geografis... 50

B. Keadaan Demografis... 51

1. Jumlah penduduk... 51

2. Kondisi Pendidikan... 52

3. Kondisi Keagamaan... 54

4. Keadaan Ekonomi... 55

C. Kondisi Sosiologis... 56

BAB IV URGENSI VIRGINITAS BAGI KAUM PRIA DALAM MEMILIH CALON ISTRI A.Identitas Responden... 58

B. Deskripsi Data... 63

C. Pengetahuan dan Pemahaman Masyarakat Tegal Rotan mengenai Wawasan Seputar Virginitas... 64

D.Tindakan dan Respon masyarakat Tegal Rotan terhadap Urgensi Virginitas... 72

E. Analisis Penulis... 85

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 90

B. Saran- saran... 92

DAFTAR PUSTAKA... 94

(10)

Tabel 1.1 Review skripsi terdahulu... 12

Tabel 3.1 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin... 51

Tabel 3.2 Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur... 52

Tabel 3.3 Keadaan tingkat pendidikan... 52

Tabel 3.4 Sarana atau prasarana pendidikan... 53

Tabel 3.5 Jumlah penduduk berdasarkan agama... 54

Tabel 3.6 Sarana peribadatan... 55

Tabel 3.7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan... 56

Tabel 3.8 Data rincian RW 07... 57

Tabel 3.9 Data rincian RW 08... 57

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia... 58

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan... 59

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan satatus perkawinan... 60

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan profesi... 60

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan penghasilan per bulan... 61

(11)

dilihat dari segi usia... 65

Tabel 4.8 Distribusi jawaban responden seputar pemahaman keperawanan

dilihat dari segi pendidikan... 66

Tabel 4.9 Distribusi jawaban responden seputar pemahaman keperawanan dilihat dari segi status... 67

Tabel 4.10 Distribusi jawaban responden seputar pemahaman keperawanan

di lihat dari segi pekerjaan... 68

Tabel 4.11 Distribusi jawaban responden seputar pemahaman keperawanan

dilihat dari segi penghasilan responden per bulan... 70

Tabel 4.12 Distribusi jawaban responden seputar urgensi virginitas dilihat dari segi

Agama... 71

Tabel 4.13 Distribusi jawaban responden seputar urgensi virginitas dilihat dari segi pelaksanaan ibadah bagi penganut agama Islam... 73

Tabel 4.14 Distribusi jawaban responden seputar urgensi virginitas dilihat dari segi usia... 75

Tabel 4.15 Distribusi jawaban responden seputar urgensi virginitas dilihat dari segi pendidikan... 76

[image:11.612.88.502.71.526.2]
(12)
[image:12.612.87.509.112.558.2]

viii   

Tabel 4.17 Distribusi jawaban responden seputar urgensi virginitas dilihat dari segi pekerjaan... 79

Tabel 4.18 Distribusi jawaban responden seputar urgensi virginitas dilihat dari segi penghasilan responden perbulan... 80

Tabel 4.19 Distribusi jawaban responden seputar urgensi virginitas dilihat dari segi agama... 82

(13)

TINJAUAN UMUM VIRGINITAS DALAM PERNIKAHAN

A. Pengertian Virginitas

Kata Virgin berasal dari bahasa latin dan yunani yaitu virgo atau gadis, perawan. Istilah ini juga mempunyai hubungan erat dengan istilah virga, yang artinya baru, ranting muda. Kata ini dipakai dalam mitologi Yunani untuk mengelompokkan beberapa dewi seperti dewi Artemis dan dewi Heista. Perawan adalah label kekuatan dan kebebasan. Menjelaskan kekuatan para dewi yang kebal dari godaan Dionysus-dewa rayuan dan anggur. Artemis adalah dewi bulan dan perburuan, ia melindungi wanita yang melahirkan, anak- anak kecil dan hewan liar. Sedangkan Heista adalah dewi hati, ia tidak pernah terlibat dalam pertikaian antara manusia dan dewa- dewa. Dengan demikian, pada zaman dulu, keperawanan merupakan konsep yang menunjukkan kekuatan seorang gadis dalam melawan godaan.1

Dalam Kamus Kedokteran virgin atau virgo adalah seorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual, atau virgin-al adalah berkenaan

1

Dono Baswardono, Perawan Tiga Detik, (Yogyakarta; Galang Press,2005), h. 45.

(14)

dengan seorang perawan atau keperawanan, virgin-ity atau virginitas adalah keadaan masih perawan.2

Keperawanan adalah keadaan belum pernah berhubungan seksual, dalam bahasa Inggris disebut sebagai virginity3. Kata virgin telah diserap menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa kata perawan berarti anak yang sudah patut kawin, anak dara atau gadis, belum pernah bersetubuh dengan laki-laki dan masih murni.4

Berbicara tentang keperawanan berarti menyangkut dengan selaput dara (hymen) karena kebanyakan orang menganggap bahwa seseorang dianggap masih masih perawan ketika pertama bersenggama mengeluarkan darah atau sobeknya selaput dara.

Selaput dara atau dalam bahasa medisnya dikenal sebagai hymen,5

adalah membran tipis yang sebenarnya secara biologis tidak berfungsi namun

2

Dorlan, W. A, Newman, Kamus Kedokteran Dorland, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG, 2005), h. 2398.

3

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1976), h. 630

4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 855

5

Menurut Frank H. Netter (Ahli Kebidanan), bentuk selaput dara terbagi empat macam yaitu: a) Annular Hymen adalah selaput melingkari lubang vagina, b) Septate Hymen adalah selaput yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka , c) Cibriform Hymen adalah selaput yang ditandai beberapa lubang yang terbuka, tapi lebih kecil dan

(15)

mempunyai beban kultural dan psikologis yang sangat berat bagi wanita. Utuh tidaknya selaput ini akan menentukan langgeng tidaknya ikatan perkawinan bagi sebagian orang. Ditambah lagi pemahaman banyak orang mengenai selaput dara yang cenderung berbau mitos ketimbang faktanya.

Tinjauan masalah keperawanan bergantung dari sudut mana melihatnya. Bisa ditinjau dari kaca mata agama maupun sosial. Batasan keperawanan masyarakat Indonesia pada umumnya masih sangat relative yaitu diukur dari ada tidaknya perdarahan pada saat hubungan suami istri pada kali pertama.

Padahal, pendarahan atau tidaknya pada saat pertama kali berhubungan sangat bergantung pada dari jenis hymen. Jika hymen tebal, maka untuk merobeknya diperlukan beberapa kali hubungan suami istri atau bahkan tidak pernah berdarah sama sekali, sehingga robekan selaput dara terjadi saat melahirkan. Batasan lainnya, asal sudah melakukan sex intercourse (memasukan Mr “P” ke dalam Miss “V”), maka wanita sudah dianggap melakukan hubungan suami istri dan sudah tidak perawan lagi, terlepas apakah terjadi pendarahan atau tidak.6 Jadi pada dasarnya pengeluaran darah pada malam pertama tidaklah dapat dijadikan dasar untuk menentukan keperawanan seorang wanita.

6

(16)

B. Macam- Macam Virginitas

Berdasarkan definisi yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya, maka virginitas dapat dibagi menjadi dua macam:

1. Virginitas secara biologis

Secara biologis, seorang dikatakan perawan jika selaput dara (latin: hymen) tidak mengalami robek yang berarti, yang secara fisik hymen atau biasa disebut dengan selaput daranya belum sobek karena belum pernah dipenetrasi alat kelamin pria, dan hymen dapat robek karena berbagai cara, bentuknya menyerupai membran tipis yang tentu tidak mudah begitu saja terkoyak, atau dikoyakkan, diperlukan kekuatan tertentu untuk berhasil merobeknya, salah satu dengan adanya koitus (coitus) yang berarti hubungan seksual pervaginam antara laki-laki dan perempuan yang pertama.7 Selaput dara sendiri merupakan bagian dari organ reproduksi wanita sebagai alat genital luar (vulva) yang berupa lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama, bentuknya berbeda-beda ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari dan ada yang dapat dilalui satu jari.8 Selaput ini dianggap menjadi penjaga atas vagina, ini pertanda sang wanita tidak pernah melakukan hubungan badan

7

Lauralle Sherwood, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1996), h. 692

8

Syaifuddin, B. Ac. Anatomi Fisiologi, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC.1997),

(17)

sebelum malam pertama atau dengan kata lain, itu bertanda sang gadis masih perawan.9

Pengertian perawan seperti ini banyak orang mengatakan kurang fair, karena bisa jadi seorang perempuan hymen-nya robek karena hal-hal di luar hubungan seks yaitu pertama dikarenakan celaka fisik10. Misalnya jika perempuan tersebut sering melakukan aktifitas fisik yang lumayan berat, seperti berkuda atau bela diri yang banyak mengandalkan tendangan-tendangan. Kedua, dikarenakan hymen-nya dari awalnya (dari sejak lahir) memang sudah tipis.

2. Virginitas secara Konseptual/moral

Virginitas secara konseptual itu lebih dari faktor-faktor biologis. Misalnya perempuan tersebut pernah diperkosa waktu kecil, yang dalam pemerkosaan tersebut dapat terjadinya kekerasan penetrasi seksual dengan paksaaan terhadap korban,11 dimana dia sama sekali tidak sadar peristiwa itu atau sama sekali tidak mengalami rasa kenikmatan.

Jadi bagi para wanita yang merupakan korban dari sebuah tindakan pemerkosaan masih dapat dikatakan sebagai seorang perawan dalam

9

Syaikh Adil Fahmi. Rahasia Wanita, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2005), h. 22

10

Wildan Yatim. Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2003 ), h. 458.cet ke 2

11

(18)

pengertian spiritual dan emosional, sekalipun tubuhnya secara fisik sudah dipenetrasi oleh alat kelamin penyerangnya. Mereka belum berhenti menjadi perawan karena mereka tidak mengorbankan iman kepercayaannya dengan membagi keperawanannya dengan si pemerkosa.

(19)

pemerkosaan tadi.12 Definisi umum mengenai keperawanan ini dapat membuat seseorang bisa melakukan berbagai macam aktivitas seksual tanpa harus kehilangan status keperawanannya atau keperjakaannya.

Dengan diketahuinya berbagai bentuk selaput dara seperti di atas, maka hilangnya keperawanan di malam pertama yang tidak didahului dengan keluarnya bercak darah menjadi semakin jelas. Walaupun perdarahan di malam pertama bisa menjadi bukti bahwa wanita tersebut masih perawan (virgin), tapi tidak tertutup kemungkinan beberapa wanita yang lihai dan sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual, masih tetap mengeluarkan bercak darah karena sisa selaput dara yang terluka, sehingga ia terkesan masih virgin.

Pendek kata, keperawanan adalah masalah kepercayaan. Seorang wanita yang selaput daranya robek karena olah raga dan tidak mengeluarkan darah di malam pertama, apakah bisa dicap sudah tidak gadis lagi? Sedangkan di sisi lain, ada wanita yang “lebih beruntung”, walaupun sudah berhubungan seksual berulang kali namun di malam pertama masih keluar darah karena adanya sisa selaput dara yang terluka. Apakah adil pelabelan perawan dan tidak perawan. Sekali lagi, keperawanan adalah masalah kepercayaan. Bila kehidupan rumah tangga sudah sedemikian bahagianya, apalagi dengan hadirnya sang buah hati, maka

12

(20)

tidak pantas rasanya jika masih memusingkan darah yang tidak “tertumpah” di malam pertama.13

Semuanya dikembalikan pada definisi pembaca. Di sini penulis ingin menegaskan bahwa tidak ada kata-kata yang tepat untuk pengalaman-pengalaman emosional seperti itu, kalau keperawanan atau keperjakaan hanya ditentukan berdasarkan pada saat pertama kali seseorang mengalami hubungan seks-penis di dalam vagina.

C. Jenis-Jenis Penyalahgunaan Virginitas

Berikut ini adalah jenis-jenis penyalahgunaan virginitas, diantaranya:

1. Meraba- raba Tubuh Pasangannya.

Meraba-raba tubuh di sini adalah meraba-raba bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap rangsangan seperti payudara dan alat kelamin. Aktivitas seperti ini juga dapat membuat seseorang mengalami orgasme (puncak kenikmatan atau kepuasan dalam hubungan seks)14.

2. Masturbasi

Merangsang alat kelamin sendiri atau saling merangsang alat kelamin pasangannya dengan menggunakan tangan sampai terjadi ejakulasi pada pria dan orgasme pada wanita. Biasanya dilakukan pada periode tertentu dalam

13

http//: showthread.php.htm.com. diakses pada tanggal 23-07-2008

14

(21)

kehidupan. Umumnya terjadi pada fase pertumbuhan remaja ke fase kecintaan orang dewasa.15 Maksud utama masturbasi disini adalah mencapai kepuasan atau melepas keinginan nafsu seksual dengan jalan tidak bersenggama.16

3. Oral Seks

Oral seks adalah melakukan rangsangan dengan mulut pada organ seks pasangannya. Aktvitas oral seks biasanya di awali dengan bentuk ciuman mesra. Kemudian dilanjutkan dengan ciuman dan jilatan pada seluruh bagian tubuh dan diakhiri di bagian kelamin pasangan.17

4. Anal Seks

Anal seks adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan cara memasukkan penis ke dalam anus. Hubungan seks ini secara klinis sangat berbahaya mengingat banyaknya bakteri yang terdapat di dalam anus, dan kulit disekitar anus jauh lebih mudah sobek dan luka.18

15

Ulfah Masfufah, M. Kes. Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin, (Fatayat Nahdatul Ulama, 2006.), h. 84.

16

Abdul Muqsit Ghozali, Badriyah Fayumi, dkk, Tubuh, Seksualitas, dan Kedaulatan Perempuan, (Jakarta:Rahima, 2002), h. 3.

17

Asmu’i, Oral Sex dalam Pandangan Islam dan Medis, (Jakarta: Abla Publisher, 2004), h.12.

18

(22)

5. Menggunakan Mainan Seks, mainan seks ini digunakan untuk mencapai orgasme. Mainan seks ini berupa dildo (penis buatan), vibrator (alat yang dapat bergetar yang ditempelkan pada kelamin) dan sebagainya.

D. Faktor- faktor terjadinya Penyalahgunaan Virginitas

Adapun yang menjadi faktor-faktor penyalahgunaan virginitas adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya Libido Seksualitas Seks

Hal tersebut merupakan bagian dari kehidupan manusia yang ada dan tidak bisa ditolak. Sesuatu yang muncul dan bisa menimbulkan berbagai masalah apabila tidak dikendalikan, diatur, dan diredam secara baik. Seiring dengan perkembangan biologis pada umumnya, libido atau dorongan seks di timbulkan karena kematangan proses reproduksi. Ada remaja yang kadang-kadang bingung karena ada sesuatu yang lain pada dirinya. Semakin lama mereka semakin tumbuh dewasa, dorongan seks semakin mendesak.19

Seorang anak akan mencapai kematangan organ-organ seks (haid pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja putra). Kematangan organ-organ seks secara bio-fisiologis ini diikuti dengan kemampuan untuk melakukan hubungan seks. Dorongan atau hasrat ini (libido) mempunyai ciri kenikmatan bilamana dilakukan dan karena itu dorongan tersebut

19

(23)

berkecenderungan untuk dilakukan. Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seks, selalu muncul jauh lebih awal daripada kesempatan untuk melakukannya secara resmi. Seks sering dikorbankan oleh perasaan tergila- gila, rindu dan keintiman emosional yang tinggi.20 Inilah yang sering terjadi pada remaja dengan gejolak hasrat seksnya yang besar padahal ia belum cukup dewasa untuk menikah.

2. Kesepian

Hal ini bisa diakibatkan salah satunya hubungan dan bimbingan orang tua terhadap anak. Berbagai kajian menyatakan, bahwa para remaja yang hidup dalam rumah tangga yang retak, mereka lebih berpotensi mengalami banyak problematika yang bersifat emosional, moral, medis dan sosial dibanding dengan para remaja yang hidup dalam rumah tangga normal.21

3. Tidak adanya Pendidikan Seks dari Orang Tua terhadap Anak

Anggapan sebagian orang tua bahwa membicarakan masalah seks adalah sesuatu hal yang tabu sebaiknya dihilangkan. Angggapan seperti ini yang menghambat penyampaian pengetahuan seks yang seharusnya sudah mulai dari segala usai. Di samping tabu, orang tua merasa khawatir jika mengetahui lebih banyak masalah seksualitas, si anak akan semakin meningkatkan rasa penasaran dan keberanian untuk mempraktikkan seks

20

Patrick Killingstone dan Margareth Cornellis, Sex and Love Guide to Teenagers101 % untuk Remaja. (Jakarta: Prestasi Pustaka Raya, 2008), h. 36.

21

(24)

tersebut. Mencegah pengaruh dari luar untuk memenuhi rasa ingin tahunya si anak mungkin tidak perlu dilakukan. Pasalnya, anak yang sehat pasti ingin sekali mengetahui perkembangan dan perbedaaan anggota tubuhnya dengan orang lain. Pendidikan seks di sini adalah dapat membantu para remaja laki-laki dan perempuan untuk mengetahui resiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tuanya.22

E. Tinjauan Medis atas Virginitas dalam Sebuah Pernikahan

Perkawinan merupakan peristiwa yang sangat sakral dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang masih tetap menjunjung tinggi nilai adat dan agama yang beraneka ragam. Situasi demikian makin membangun keluarga yang aman, damai, sejahtera, bahagia, sehingga pertumbuhan dan perkembangan generasi penerus yang berkualitas sumber daya manusia yang andal, untuk mampu berkompetisi di antara bangsa di dunia.23

Isu keperawanan menjadi salah satu isu yang cukup intens dibicarakan di era global ini. Terutama karena nilai tentang keperawanan selama ini telah dilekatkan pada nilai kesucian seorang perempuan dan menjadi standar

22

Ajen Dianawati, Pendidikan Seks untuk Remaja. (Jakarta: PT. Kawan Pustaka, 2003), h. 7

23

Ida Bagus Gde Manuaba, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita,

(25)

moralitas perempuan.24 Utuhnya selaput dara atau hymen dijadikan pertanda belum pernah terjadi kegiatan senggama pada seorang perempuan.25

Secara selintas definisi tradisional mengenai perawan kelihatannya sudah jelas, sobek atau tidaknya selaput dara seorang wanita baik karena berhubungan seks maupun karena sesuatu hal mungkin akibat kecelakaan, jatuh terduduk, kegiatan melompat, atau berkuda. Meskipun definisi ini kelihatannya biasa-biasa saja, ternyata juga masih sangat menekankan pada aspek fisik atau medis. Seorang yang selaput daranya masih utuh dianggap masih perawan. Padahal sebenarnya masih ada banyak hal penting yang tercakup dalam virginitas daripada sekedar sobeknya selaput dara, baik secara kerohanian, fisik, emosional maupun intelektual.

Melihat hal di atas, tentu saja barometer keperawanan ini hanya berlaku untuk perempuan. Laki-laki jadi punya standar sendiri. Sepertinya keperawanan dianggap sangat penting dan serius bagi wanita, sedangkan keperjakaan laki-laki dianggap biasa saja. Kata virgin/perawan yang berarti kemurnian dan kesucian harusnya tidak mengenal perbedaan gender (jenis kelamin), tetapi nyatanya dianggap lebih dan menjadi persoalan bagi wanita daripada pria. Hal ini memang terlihat ganjil. Karena itu kita perlu terus mengkaji mengapa kondisi selaput dara wanita dianggap sangat vital,

24

Ratna Batara Munti, Demokrasi Keintiman Seksualitas di Era Globalisasi,

(Yogyakarta: 2005), h. 95.

25

(26)

dianggap sebagai alat bukti untuk menunjukkan apakah ia pernah berhubungan seks dengan pria. Seorang wanita yang selaput daranya sobek atau rusak dipandang barang yang kurang berharga.

Begitu juga dengan Dr. Boyke Dian Nugraha menyatakan bahwa keperawanan wanita ditentukan oleh utuhnya selaput dara miliknya. Selaput dara yang letaknya sekitar 2-3 cm dari depan vagina, hanya akan robek jika ada benda yang masuk dan merobeknya. Salah satu dan yang paling sering ialah hubungan seks, bisa juga karena olah raga atau onani dengan memasukkan jari. Jadi, untuk menentukan utuh tidaknya selaput dara adalah dengan pemeriksaan dokter kandungan, secara khusus dan cermat.26

Para seksolog menyebut ciuman dan percumbuan sebagai pemanasan. Ciuman, sentuhan, dan pelukan merupakan persiapan sebelum terjadinya hubungan intim. Ketiganya tidak bisa dipindahkan dari keseluruhan proses hubungan seksual. Akhirnya, berdasarkan hal-hal yang penulis sudah paparkan di atas, maka definisi virginitas yang lebih baik untuk seorang perawan adalah seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seks, seorang yang belum pernah melakukan anal ataupun oral seks, dan seseorang yang belum pernah melakukan perangsangan yang dapat menimbulkan orgasme atau bertujuan mencapai orgasme (ejakulasi) bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

26

Boyke Dian Nugraha, Problema Seks dan Cinta Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.77.

(27)

Dengan kata lain, keperawanan bukanlah sesuatu yang dapat hilang karena dapat diambil tetapi sesuatu yang dapat hilang karena dibagi dengan orang lain dan juga mereka tidak mengalami perasaan-perasaan nikmat yang menyertai pembagian tubuhnya dengan orang lain. Dalam definisi ini, setiap tindakan seks berupa perangsangan dengan tujuan orgasme atau ejakulasi bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain dapat dihitung sebagai hubungan seks. Tidak peduli apakah tindakan di atas bersifat heteroseksual atau homoseksual, bila seseorang berbagi tubuh dengan orang lain, atau jika seseorang memberikan kenikmatan kepada orang lain atau dirinya sendiri yang dapat menimbulkan orgasme (ejakulasi) atau bertujuan untuk mencapai orgasme (ejakulasi), maka orang itu telah melakukan hubungan seks.

Bagi wanita, seksualitas lebih ditujukan untuk merasakan keintiman dan kedekatan hubungan. Pada umumnya wanita membuka diri untuk hubungan seks jika merasa dicintai, disayangi, dan ada kedekatan hubungan. Hal itu sering disalahgunakan oleh pria dengan menuntut hubungan seks sebagai bukti cinta atau mengancam akan meninggalkan jika ia menolak. Sering kali wanita menyerah karena takut kehilangan hubungan. Kendati dirinya sesungguhnya tidak terangsang melakukannya.27

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai penyalahgunaan virginitas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan melakukan hubungan seks atau

27

(28)

perangsangan yang dapat menimbulkan orgasme atau bertujuan mencapai

orgasme bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Tidak peduli apakah tindakan di atas dilakukan seorang diri atau dengan pasangan dan bersifat heteroseksual atau homoseksual. Bila seseorang berbagi tubuh dengan orang lain, atau jika seseorang memberikan kenikmatan kepada orang lain dan dirinya sendiri yang dapat menimbulkan orgasme atau bertujuan untuk mencapai orgasme, maka orang tersebut telah kehilangan keperawanan/keperjakaannya.

Sekiranya semasa lajang pernah mengalami pendarahan yang keluar dari vagina, ada baiknya memeriksakan diri ke dokter. Jika benar sudah terjadi pencederaan pada selaput dara, ada perlunya meminta Visum et Repertum

ihwal kondisi selaput dara supaya tidak muncul masalah menjelang perkawinan nantinya,28 atau pemeriksaan tersebut dilakukan untuk membuktikan bahwa adanya cedera pada selaput dara akibat kecelakaan bukan persetubuhan, yaitu yang diakibatkan karena adanya hubungan kelamin dalam perkosaan yang sering dikaitkan dengan masuknya penis ke vagina (dengan pelukaan selaput dara). 29 Maka dengan adanya bukti itu tidak bisa

28

Lembaga Kriminologi UI dengan Kodak Metro Jaya, Lokakarya Tata Laksana Visum et Repertum di DKI jakarta, (Jakarta:LKUI, 1980), h.59.

29

(29)

menuduh, wanita tersebut sudah tidak perawan, sekalipun pada malam pertama sudah tidak lagi berdarah.

F. Tinjauan Fiqh Terhadap Virginitas dalam Pernikahan

Keperawanan berasal dari kata ﺮﻜ -رﺎﻜ أ atau ءارﺬ ا yang berarti adalah perawan atau gadis.30 Keperawanan yang biasanya ditandai dengan adanya selaput dara pada diri seorang wanita. Dalam Islam adalah farji (vagina), yang secara syara belum pernah di masuki oleh sesuatu atau di dukhul. Dalam kata lain kemaluan seorang wanita yang belum pernah bersetubuh, sehingga kemaluannya masih utuh (steril) dari penjamahan apapun termasuk kecelakaan secara fisik.31

Keperawanan wanita sangat urgent dengan berbagai sebab sebagai berikut:

1. Simbol perbedaaan status janda dan status gadis dalam ikatan perkawinan.

2. Simbol perbedaan gadis yang baik-baik atau gadis sholehah dengan gadis- gadis binal yang statusnya gadis tetapi keperawanannya sudah diumbar kemana-mana.

30

Ahmad Warson Munawwir, Al- Munawwir, Kamus Arab- Indonesia,

(Surabaya: Pustaka Progressif, 2002) cet kelima, h.102

31

(30)

Keperawanan itu juga bisa dijadikan tolak ukur untuk wanita itu sendiri dalam menilai diri sendiri. Keperawanan bisa berarti kejujuran, kesucian dan keutuhan moral seorang wanita.32

Pernikahan adalah ikatan lahir batin yang dilandasi atas nama Allah Swt. Masing-masing pihak (suami-istri) harus saling menghalalkan semata-mata karena Allah, bukan dilandasi nafsu belaka atau hanya karena suka sama suka. Dengan kata lain, sebuah pernikahan adalah suatu ikatan rohani dan jasmani yang merupakan bagian dari sumber daya manusia, yang menuju dan mencari kerelaan Illahi.33 Memasuki lembaran baru hidup berkeluarga, biasanya dipandang sebagai pintu kebahagiaan. Segala macam harapan kebahagiaan ditumpahkan pada lembaga keluarga. Membangun keluarga sakinah harus diartikan juga membangun pribadi-pribadi muslim, karena keluarga sakinah hanya terbentuk jika anggota keluarganya juga memiliki kepribadian muslim.34

Mengingat fungsi rumah tangga begitu besar pengaruhnya terhadap kehidupan, maka tidak layak melangkah ke dalam dunia pernikahan sebelum mengkaji dan memahami tata cara memilih calon pasangan, oleh

32

Abu Al- Ghifari, Kesucian Wanita, (Bandung: Mujahid,2002) cet ke 1, h.11.

33

Mohammad Asmawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan (Yogyakarta:

Darussalam, 2004), h.147.

34

(31)

karena itu mereka harus membuat persiapan pernikahan. Memilih calon istri merupakan langkah awal untuk memulai kehidupan berumah tangga, karena perkawinan adalah menjalin ikatan yang kuat dan suci antara dua manusia yang berlainan jenis. Dalam menentukan pilihan

pasangan,bukanlah hal yang mudah, butuh waktu yang tidak singkat, masing- masing pihak harus berpegang teguh pada kriteria- kriteria yang telah ditentukan oleh syari’at atau yang sesuai dengan anjuran agama.35

Dalam memilih pasangan yang tepat, calon suami/istri pertama-tama harus saling bertanya satu sama lain mengenai keyakinan dan menentukan tingkat penyucian diri, juga berbagai karakteristik pribadi serta fisik, sebab kesemuanya itu akan berpengaruh langsung pada keturunan mereka.36

Dalam hal memilih calon istri bagi kaum laki-laki harus memiliki kriteria tertentu. Membina suatu rumah tangga bukanlah sekedar untuk pelampiasan nafsu syahwat belaka, bukan untuk permainan belaka (kawin cerai) dan juga bukan untuk sementara waktu, tetapi berumah tangga adalah suatu kegiatan yang mengandung nilai-nilai ibadah yang sakral yang telah di atur tata caranya sedemikian rupa baik oleh agama maupun negara. Untuk itu, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan perlu

35

Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al- musnad Khalid bin Ali Al- Anbari,

Perkawinan dan Masalahnya, (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar. 1993), h. 31.

36

(32)

memperhatikan kriteria-kriteria calon istri, sehingga pemilihan calon istri tersebut merupakan hasil penyelesaian pemikiran yang matang, bukan sekedar asal-asalan. Hal ini ditujukan untuk memperoleh kebahagian dalam rumah tangga.

Pada hakikatnya dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk dan tuntutan, antara lain:

1. Hendaklah calon istri itu yang memiliki dasar pendidikan dan mengerti agama (berakhlak baik). Karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri.

ا

ه

ﷲا

ﻰ ﺻ

ﱠا

ﱠنا

ﷲا

ر

ة

ﺮ ﺮ

لﺎ

و

:

رﻷ

ةأﺮ ا

كاﺪ

ﺪ ا

تاﺬ

ﺮ ﻇﺎ ﺎﻬ ﺪ و

ﺎﻬ ﺎ و

ﺎﻬ

و

ﺎﻬ

)

(

37

Artinya: “Dari Abi Hurairah R.A. sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda: nikahilah olehmu dari seorang wanita karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, karena agamamya. Maka pilihlah yang kuat agamanya, karena ia akan menolongmu.”

Pemilihan atas dasar agama yang dimaksudkan di sini adalah pemahaman yang benar tentang Islam dan penerapan amaliyahnya terhadap semua ketaatan dan adabnya yang tinggi.38

37

Shahih Bukhari, Bab Al- akfa Fi ddini wa Qauluhu, Juz ke-8, (Mesir : Al- majlisu al-‘ala Litsuni al-islamiyah, 1990), h. 137.

38

(33)

2. Hendaklah memilih calon istri yang masih gadis, karena Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:

ﷲا

ﻰ ﺻ

ا

نا

و

:

ل

:

لﺎ

؟

ﺎ ﱢﺛ

مأ

اﺮﻜ

ﱠو

:

ﺎ ﺛ

.

لﺎ

:

و

ﺎﻬ

ا

اﺮﻜ

ﱠوﺰ

ﱠ ﻬ

) .

(

39

Artinya: dari Jabir, sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda kepadanya: hai Jabir dengan siapakah kau menikah? Perawankah atau janda? Jawab Jabir: saya menikah dengan janda, Rasul pun bersabda: alangkah baiknya jika engkau menikah dengan perawan, engkau dapat menjadi hiburannya dan dia pun akan menjadi hiburan bagimu. (H.R. Bukhari dan Muslim).

Adapun sababul wurud hadist ini adalah sebagaimana diterangkan didalam hadist Shahih Muslim, bahwa ketika Jabir bin Abdullah berada dalam perjalanan bersama Rasulullah saw, Jabir di tanya, apakah dia beristri apa belum? dijawabnya, bahwa dia sudah menikah. Rasulullah SAW menanyakan pula apakah dengan janda atau perawan? dijawabnya dengan janda. Kemudian Rasulullah SAW pun bersabda dengan diturunkannya hadist di atas.40

Dalam pandangan Islam, keperawanan seorang perempuan adalah masalah sakral. Keperawanan merupakan barometer baik dan buruknya perempuan tersebut, baik dari segi agama, akhlak, kepribadian dan

39

Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail al- bukhari, Shahih Bukhari, juz ke- 3,

(Beirut: Al- Maktabah al- Sahriyyah, 1997), h.1639.

40

(34)

Artinya: laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang- orang yang mukmin. (Q.S. An- Nur (24): 3)

Dalam menentukan pasangan hidup, Islam memberikan panduan agar ada prinsip kesepadanan, yang dalam istilah Fiqh Munakahat adalah Kafa’ah. Secara etimologi Kafa’ah adalah sepadan, seimbang, serupa, sedangkan secara terminologi adalah kesepadanan, keseimbangan, keserasian, antara calon istri dan suami, baik dalam fisik, kedudukan status sosial,akhlak maupun kekayaan, sehingga masing-masing calon merasa nyaman, dan cocok serta tidak merasa terbebani untuk melangsungkan perkawinan dan mewujudkan tujuan pernikahan. Semakin banyak titik persamaan, semakin mudah pula untuk meneguhkan kebersamaan dan persatuan antara keduanya, demikian juga sebaliknya.41

41

(35)

Dalam hal kedudukannya, kafa’ah dalam perkawinan terdapat beda pendapat dikalangan jumhur ulama. Perbedaan pendapat tersebut antara lain adalah :

a. Menurut ulama mazdhab Hanafiyah, dasar-dasar Kafa’ah : 1. Nasab : keturunan

2. Islam : silsilah kerabatnya banyak yang beragama Islam, 3. Hirfah : status sosial dan profesi dalam kehidupan

4. Huriyah : kemerdekaan diri

5. Diyanah : tingkat kualitas keberagamaan 6. Kekayaan

b. Menurut ulama Malikiyah, dasar-dasar Kafa’ah adalah: hanya Diyanah dan tidak memiliki kekurangan/ cacat fisik.

c. Menurut ulama Syafi’iah, dasar-dasar Kafa’ah adalah: Nasab, Diyanah, Huriyah, Hirfah.

d. Menurut ulama Hanabilah, dasar-dasar Kafa’ah adalah : diyanah, profesi, kekayaan, huriyah dan nasab. 42

Ulama sepakat menetapkan diyanah yang berarti tingkat ketaatan beragama sebagai kriteria, bahkan menurut ulama Malikiyah hanya nilai itu yang dapat di jadikan kriteria.

42

(36)

Berdasarkan hal di atas, dalam memilih calon istri, harus memilih wanita karena agama dan akhlaknya, karena ajaran agama harus dijadikan patokan utama, karena agamalah yang mampu membimbing jiwa, sehingga ia menjadi kuat dan tabah menghadapi segala persoalan dalam kehidupan ini.43 Sebab keduanya ini merupakan tiang bagi keberhasilan rumah tangga.

Sesuai dengan yang di anjurkan oleh Nabi Muhammad Saw:

ااﻮ ﱠوﺰ

ﱠ ﻬ

ءﺎ

و

ﱠ ﻬ د

نأ

ﱠ ﻬ

ﱠ ﻬ اﻮ ﻷ

ﱠ هﻮ ﱠوﺰ

ﱠوﺰ

ﻜ و

ﱠ ﻬ ﻐﻄ

نأ

ﱠ ﻬ اﻮ أ

ﺪ ا

ﱠ ه

ﻷو

د

تاذ

ءادﻮ

ءﺎ ﺮﺧ

أ

)

ﻬ او

اﺮ ﻄ او

ا

اور

(

44

Artinya: “Janganlah kalian nikahi wanita karena alasan kecantikan mereka, sebab bisa jadi kecantikan mereka justru akan menjerumuskan mereka dalam kebinasaan. Jangan nikahi juga mereka karena kekayaan mereka, sebab bisa jadi kekayaan mereka menyeret mereka pada kemaksiatan. Akan tetapi nikahilah mereka atas dasar pertimbangan agama. Sungguh budak hitam kharma’ yang memiliki komitmen agama jauh lebih baik.” (H.R. Ibnu Majah, Ath- Thabrani, dan Al- Baihaqi).

Seorang pria harus yakin bahwa wanita yang dipilihnya untuk dinikahi memiliki akhlak Islam yang baik, sebab sang istrilah yang akan mengemban tanggung jawab membesarkan anak-anaknya.

43

Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Keluarga yang Sakinah,

(Jakarta: CV, Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet.1, h.7.

44

Abdurrahman Ismail Kinani. Zawaidul Ibnu Majah ‘ala kutub al Khamsah,

(37)

G. Hubungan Virginitas dengan Konsep Kafaah dalam Pernikahan.

Dari pemaran di atas dapat disimpulkan bahwa Agama Islam sangat memandang rendah terhadap perempuan yang tidak bisa menjaga kevirginan mereka, dalam arti yang hilang akibat diberikan kepada orang yang bukan suami mereka, dan berarti keimanan mereka telah tergoyahkan.

Maka mengenai Diyanah (tingkat kualitas keberagamaan) yang menjadi kriteria dalam Kafa’ah, dapat disinggung pula Islam juga menentukan bagaimana kita dalam memilih pasangan, agar perjalanan pernikahan tersebut selamat dan tujuan besar itu bisa tercapai. Ikatan pernikahan harus kokoh dan tiang-tiang keluarga sebagaimana tercantum dalam firman Allah Swt dalam berikut ini :

)

رﻮ ا

/

(ΘΥ: ΘΣ

Artinya: wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga). (Q.S. An- Nur (24): 26)

(38)

Ayat ini ada disebabkan karena jiwa manusia selalu cenderung mencari temannya, dan tidak senang bersama lawannya. Namun redaksinya bersifat umum, kita juga dapat berkata bahwa ayat ini menegaskan salah satu hakikat ilmiah menyangkut hubungan kedekatan antara dua insan, pria wanita, jalinan hubungan antara keduanya harus bermula dari adanya kesamaan antara keduanya, tanpa kesamaan itu maka hubungan mereka tidak akan langgeng.

Ada beberapa fase, agar jalinan hubungan rumah tangga bisa langgeng, diantaranya:

1. Fase pertama, merasakan ada atau tidaknya kedekatan. Biasanya kedekatan ini lahir karena kesamaan perangai, pandangan hidup, latar belakang sosial dan budaya. Dan ini pada gilirannya akan mendorong kedua pasangan untuk saling memperkenalkan diri secara terbuka. 2. Fase kedua, pengungkapan diri dimana masing-masing merasakan

ketenangan dan rasa aman, berbicara tentang diri lebih dalam lagi, tentang harapan, keinginan dan cita-citanya.

(39)

4. Fase keempat, pemenuhan kebutuhan pribadi, itu yang diberikan oleh pasangannya dengan tulus.45

Demikianlah aturan-aturan yang telah ditetapkan Islam, agar ikatan pernikahan tetap kokoh dan tercipta keharmonisan keluarga.

H. Virginitas dan kaitannya dengan Wanita Sholehah Pada Masa Kini Untuk masyarakat timur keperawanan masih di utamakan, tidak virgin lagi berarti malapetaka hari depan seorang perempuan. Tantangan yang dihadapi perempuan sekarang, pola pergaulan sudah semakin modern dan kehidupan seks pra nikah kian permisif. Itu beresiko rentan tidak perawan lagi, padahal tuntutan moral mengenai kehormatan dan kesucian wanita sangat penting dan mendasar bagi setiap masyarakat.46

Keperawanan seorang perempuan dalam pandangan masyarakat dipahami sebagai mahkota yang harus dipertahankan sampai jenjang pernikahan. Bagi masyarakat, mahkota ini merupakan patokan atau lambang kesucian diri perempuan yang bersangkutan. Dalam arti belum di jamah oleh laki-laki yang bukan suaminya. Konsekuensinya kalau seorang perempuan gagal mempertahankan mahkotanya sebelum dia kawin, maka masyarakat akan mengecap dia telah kehilangan kehormatannya, dan mereka akan

45

M. Quraish Shihab. Tafsir Al- Misbah.(Jakarta:Lentera Hati, 2007). h. 315

46

(40)

ditempatkan pada posisi yang lebih rendah dibandingkan perempuan yang masih perawan dengan cara memberikan mereka status sosial yang baru. Istilah bagi mereka yang kehilangan mahkota itu ialah “perempuan yang nakal”, “perempuan tidak baik”, “perempuan berdosa”, “perempuan yang sudah rusak”. Dan mereka sekaligus diperlakukan sesuai dengan status sosial yang baru itu.47

Virginitas adalah sebuah konsep yang sangat kompleks dan multi disipliner yang tidak hanya bersifat biologis, yakni sebagai suatu kondisi dimana seseorang belum pernah melakukan hubungan seksual, ditandai masih utuhnya selaput dara, namun robeknya selaput dara dapat pula disebabkan oleh suatu kecelakaan dan bawaan sejak lahir. Secara religius, virginitas sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan atau tunduk patuhnya seseorang kepada pencipta-Nya, Allah SWT. Secara kultural, virginitas sebagai sesuatu yang sangat sakral yakni sebagai wujud cinta dan kasih sayang yang mendalam demi memperoleh keturunan, bukan hanya karena ingin memperoleh kesenangan belaka, dan hanya dapat dilepas ketika sudah menikah.

Islam sangat tegas mengatur pergaulan dalam kehidupan di dunia. Salah satunya kehidupan seksual antara lain dengan mangharuskan menutup aurat tuntutan bagi perempuan dilarang memamerkan bagian-bagian tubuh

47

(41)

yang mampu membangkitkan nafsu seksual. Memamerkan di sini diartikan dengan memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang menimbulkan Sex Appael (rangsangan seksual) baik dalam gambar dan rekaman video.

Al-Qur’an menekankan pentingnya perkawinan antara pria dan wanita. Dalam hal ini, Al-Qur’an memandang hubungan seksual sebagai suatu hal yang wajar sesuai dengan ketentuan alami.48Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa seks adalah salah satu amal sholeh dalam Islam, bahkan beliau menganjurkan agar umatnya memenuhi kebutuhn seksualitasnya di samping kebutuhan ibadahnya.

Seks merupakan daya kehidupan yang sangat penting yang diberikan Allah Swt kepada hambanya demi kelanjutan hidup kemanusiaan. Tatkala Al-Qur’an memberikan pengakuan terhadap syahwat (libido), maka ia menjadi pemenuhan dorongan seksual sebagai prioritas perhatiannya yang umum dalam mengatur urusan manusia karena Allah Swt tahu kekuatan dorongan ini dalam kehidupan manusia.49 Di dalam Islam pemenuhan kebutuhan tersebut disebut dengan perkawinan. Para ulama sepakat menghalalkan hubungan seks jika sesuai dengan tuntutan syara’ dengan tali pernikahan, mengharamkan perilaku seks bebas.

48

Ibnu Mustafa, Wanita Islam Menjelang Tahun 2000, (Bandung: Al- Bayan,

1995), h.135.

49

(42)

Islam mengakui keberadaan hasrat, memudahkan jalan baginya untuk memuaskan keinginanya dengan halal, dan melarang pembuangan atau menghindari wanita, sebagaimana Islam juga sangat mengharamkan perzinahan beserta unsur-unsurnya penunjangnya. Inilah sikap yang adil dan moderat. Seandainya pernikahan tidak disyari’atkan, tentu hasrat tidak akan bisa memainkan peranannya dalam melangsungkan kelestarian mencari pasangan manusia, seandainya perzinahan tidak diharamkan dan tidak ada ketentuan pria hanya boleh mencari pasangan wanita, niscaya keluarga yang menjadi sumber terciptanya masyarakat yang penuh kasih sayang, rasa cinta, dan belas kasih itu tidak akan terwujud. Apabila ada keluarga, tentu tidak akan ada masyarakat dan tidak akan tercipta jalan menuju kemajuan dan kesempurnaan.50

Syahwat itu mempunyai hikmah lain, yaitu bahwa di dalam menyalurkan terdapat kelezatan yang tiada bandingnya, dan ia mengingatkan pada kelezatan-kelezatan yang dijanjikan di surga, karena menginginkan kelezatan yang tidak ada rasanya itu tidak ada artinya. Salah satu faedah kelezatan dunia itu menimbulkan keinginan akan kekekalannya di surga nanti, agar dapat mendorongnya untuk beribadah kepada Allah. Maka pernikahan yang dapat menyalurkan gejolak syahwat itu menjadi penting artinya di dalam agama, karena apabila syahwat itu bergejolak dan tidak terkendalikan dengan

50

Yusuf Qardhawi, Ensiklopedi Muslimah Modern, (Depok: Pustaka Iman,

(43)

kekuatan takwa, maka ia akan menyeret yang bersangkutan untuk melakukan perbuatan yang keji.51

Virginitas atau keperawanan bagi remaja putri yang belum menikah adalah sebuah nilai kesucian yang harus dijaga sampai dia memasuki kehidupan rumah tangga dan memberikan pertama kali kepada suaminya. Begitu juga remaja putra yang belum menikah harus menjaga keperjakaannya. Sebagai sebuah mahkota nilai kesucian yang melekat pada remaja putri yang belum menikah maka hal itu merupakan sebuah martabat harga dirinya.52 Sungguh memalukan dan bermoralitas rendah jika remaja putri yang belum menikah telah hilang keperawanannya akibat free sex ataupun rayuan pacarnya. Derajat wanita yang masih gadis akan turun dan dipandang jelek di hadapan Tuhan dan masyarakat moralis religius jika keperawanan/virginitas sudah hilang dan diobral begitu saja kepada pacarnya.

Menjaga kesucian diri hanya dapat dilakukan dengan ketakwaan dan sikap wara’ (berhati- hati terhadap sesuatu yang diharamkan). Menjaga kesucian atau menunda pemenuhan dorongan seks sangat erat kaitannya dengan konsep yang sangat penting dalam membangun kesehatan jiwa yaitu konsep Al-ta’widh berarti keyakinan terhadap adanya pemberian pahala dari Allah Swt sebagai ganti dari usahanya menjaga kesucian diri dari dorongan

51

Abdul Halim Abu Syuqqah. Kebebasan Wanita, ( Jakarta: Gema Insani, 1998), h. 31.

52

(44)

seks. Seseorang mungkin bersedia menunda pemenuhan dorongan seksnya, karena keadaan darurat yang tidak terelakkan lagi dan demi menjaga kesucian dirinya, maka Allah Swt akan memberinya pahala yang sepadan dengan pengorbanannya sebagai pengganti dari kelezatan yang rela ia tangguhkan.53 Sebaliknya, jika seseorang tidak mampu mensyukuri dan menjaga virginitasnya, maka Allah SWT menempatkannya ke dalam golongan para pendosa besar dan masyarakat mengecapnya sebagai perempuan murahan dan terhina.

Tujuan Allah mensyariatkan hukum atau yang dikenal oleh kalangan Ushuliyyin dengan istilah Maqashid al- Syari’ah adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia, sekaligus untuk menghindari mafsadat (kerusakan), baik di dunia maupun di akhirat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui taklif, yang pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber utama hukum, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist. Berdasarkan penelitian Imam al-Syatibi dalam karya monumentalnya, al-Muwafaqat fi ushul al- Syari’ah, ada lima unsur pokok yang harus dipelihara dan diaktualisasikan di dalam kehidupan, yaitu hifzh al-din (memelihara agama), hifzh al-nafs (memelihara jiwa), hifzh al-nasl (memelihara keturunan), dan hifzh al-mal (memelihara harta).54 Kelima pokok tersebut merupakan hasil interpretasi Al-Qur’an dan Hadist, dengan

53

Haidar Abdullah, Kebebasan Seksual dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2003), h. 35.

54

(45)

tujuan untuk mendatangkan maslahat dan menghilangkan mudharat. Dalam hal menjaga kevirginitasan bagi perempuan termasuk ke dalam hifzh a-l nafs (menjaga jiwa), keperawanan adalah merupakan sesuatu yang penting bagi perempuan karena seseorang yang dapat menjaga kehormatannya berarti ia adalah termasuk seorang yang bisa menjaga dirinya.

Namun perlu diingat pula, bahwa bukan berarti seorang yang telah kehilangan keperawananya karena zina dikategorikan wanita binal, karena ketika ia bertaubat, maka ia bisa menjadi lebih baik. Karena Allah selalu membuka jalan bagi orang- orang yang benar- benar ingin bertaubat dan niat tidak akan mengulanginya lagi. Dan hal ini pun sudah diperintahkan oleh Allah SWT seperti tercantum pada Q.S Al- Tahrim (66): 8) sebagai berikut:

. ) ﺮ ا /

ΥΥ

: (Ω

(46)

Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.". (Q.S. al- Tahrim (66): 8).

(47)

KECAMATAN CIPUTAT TANGERANG SELATAN

A. Kondisi Geografis

       

Kelurahan Sawah Baru merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Ciputat Tangerang Selatan dengan luas wilayah 298,153 Ha/Km2, dengan batasan wilayah sebagai berikut:

a) Sebelah utara berbatasan dengan: Pondok Pucung dan Pondok Aren b) Sebelah selatan berbatasan dengan: Serua Indah

c) Sebelah barat berbatasan dengan: Jombang d) Sebelah timur berbatasan dengan: Sawah

Sedangkan orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan kelurahan) terhadap pusat-pusat fasilitas kota adalah sebagai berikut:

a) Jarak ke Kecamatan : 6 Km b) Jarak ke Kabupaten/ Kotamadya : 8,3 Km c) Jarak ke Ibu Kota Provinsi : 70 Km d) Jarak ke Ibu Kota Negara/ Jakarta : 19 Km1

Saat ini Kelurahan Sawah Baru terdiri dari 9 RW (Rukun Warga) dan 53 RT (Rukun Tetangga).

 

1

Laporan tahunan kelurahan Sawah Baru Ciputat Tangerang Selatan tahun 2009.

(48)

B. Kondisi Demografi.

Jum

Komposisi penduduk kelurahan Sawah Baru didominasi oleh usia muda yang bisa dikategorikan sebagai usia yang produktif, sedangkan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di kelurahan Sawah Baru cukup berimbang dengan proporsi hampir mendekati perbandingan 1:1.

a) lah Penduduk

[image:48.612.115.527.212.528.2]

Kelurahan Sawah Baru memiliki jumlah penduduk per tahun 2009 mencapai 19.409 jiwa, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Nama Kelurahan/ Desa

Penduduk

Jumlah Laki- laki Perempuan

Kelurahan Sawah Baru 9787 9622 19.409

Sumber Laporan: Kelurahan Sawah Baru 2009

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur Jumlah %

1. 0 - 40 Tahun 1704 8,78

2. 05 - 09 Tahun 1587 8,18

3. 10 - 14 Tahun 223 1,15

4. 15 - 19 Tahun 1696 8,74

5. 20 - 24 Tahun 2365 12,19

[image:48.612.158.519.549.699.2]
(49)

7. 30 - 34 Tahun 1967 10,14

8. 35 - 39 Tahun 1742 8,98

9. 40 - 44 Tahun 1941 10,1

10. 45 - 49 Tahun 1238 6,38

11. 50 - 54 Tahun 540 2,78

12. 55 - 59 Tahun 410 2,11

13. 60 Tahun keatas 191 0,99

Jumlah 19409 100

Sumber Laporan: Kelurahan Sawah Baru 2009

b) Pendidikan

[image:49.612.115.525.109.708.2]

Ditinjau dari bidang pendidikan, masyarakat kelurahan Sawah Baru mayoritas lulusan SLTA/sederajat. Berikut ini adalah tabel mengenai tingkat pendidikan masyarakat kelurahan Sawah Baru:

Tabel 3.3

Keadaan Tingkat Pendidikan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) %

1 Tidak/belum sekolah 2704 13,9

2. Belum Tamat SD/ Sederajat 2847 14,7

3. Tamat SD/ Sederajat 3230 16,7

4. SLTP/ Sederajat 3760 19,4

5. SLTA/ Sederajat 4643 23,9

(50)

7. Diploma IV/ Strata I 1215 6,3

8. Strata II 115 0,59

9. Strata III 19 0,1

Jumlah 19409 100

Sumber Laporan: Kelurahan Sawah Baru 2009

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pendidikan formal, pemerintah setempat membangun berbagai sarana pendidikan, dari taman bermain (play group) sampai dengan tingkat menengah atas, dari sekolah negeri sampai dengan sekolah swasta. Di antaranya sebagai berikut:

Tabel 3.4

Sarana/ Prasarana Pendidikan

No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1. Kelompok Bermain 2

2. Taman Kanak- kanak 7

3. Sekolah Dasar/ Sederajat 5

4. SLTP/ Sederajat 3

5. SLTA/ Sederajat 2

6. Perguruan Tinggi -

7. Pondok Pesantren 3

[image:50.612.112.536.120.669.2]
(51)

c) Keagamaan

[image:51.612.112.532.147.585.2]

Kerukunan dan keberagaman masyarakat kelurahan Sawah Baru ini terjalin dengan sangat baik. Hal ini terbukti dengan adanya rasa saling menghormati, toleransi dan solidaritas yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data penduduk di kantor kelurahan Sawah Baru tercatat secara rinci sebagai berikut:

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah %

1. Islam 17. 738 91,40

2. Kristen 808 4,17

3. Katholik 745 3,83

4. Hindu 62 0,32

5. Budha 56 0,28

6. Konghucu -

Jumlah 19409 100

(52)
[image:52.612.107.535.125.521.2]

Tabel 3.6 Sarana Peribadatan

No. Jenis Sarana Jumlah Keterangan

1. Masjid 7

2. Mushalla 25

3. Gereja -

4. Pura -

5. Wihara -

6. Klenteng -

Jumlah 32 Sumber Laporan: Kelurahan Sawah Baru 2009

d) Ekonomi

(53)

Tabel 3.7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah %

1. Belum/ Tidak Bekerja 4010 20,6

2. Ibu Rumah Tangga 3115 16,05

3. Pelajar/Mahasiswa 5103 26,3

4. Pensiunan 88 0,5

5. PNS 284 1,5

6. TNI 10 0,05

7. POLRI 15 0,01

8. Pedagang 614 3,2

9. Petani 17 0,87

10. Peternak 2 0,01

11. Karyawan BUMN/BUMD/Swasta 1780 9,2

12. Buruh 2470 12,8

13. Guru 314 1,7

14. Dosen 21 0,1

15. Dokter 8 0,05

16. Perawat 18 0,1

17. Bidan 7 0,36

18. Lainnya 1533 0,79

Jumlah 19409 100

Sumber Laporan: Kelurahan Sawah Baru 2009

C. Kondisi Sosiologis

[image:53.612.114.520.155.594.2]
(54)
[image:54.612.114.521.176.644.2]

tengah masyarakat dan sangat tidak asing lagi di telinga kita. Jumlah penduduk di daerah ini mencapai 3192 jiwa dengan jumlah sekitar 778 KK. Tegal Rotan sendiri terletak di RW 07 dan RW 08 Kelurahan Sawah Baru Tangerang Selatan dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.8 Data Rincian RW 07

No Nama RW Nama RT Jenis kelamin Jumlah Jumlah KK

L P

07 01 226 222 448 104

02 170 161 331 70

03 189 191 380 83

04 196 152 348 82

Jumlah 781 726 1507 339

Sumber Laporan: Kelurahan Sawah Baru 2009 Tabel 3.9

Data Rincian RW 08

No Nama RW Nama RT Jenis Kelamin Jumlah Jumlah KK

L P

08 01 246 225 471 119

02 233 239 472 138

03 184 169 353 82

04 204 185 389 100

Jumlah 867 818 1685 439

(55)

Secara demografis Tegal Rotan merupakan bagian dari Tangerang Selatan. Namun, yang kini masyarakat lebih mengenal Tegal Rotan dengan sebutan Tegal Rotan Bintaro, hal ini dikarenakan letaknya yang bersebelahan dengan daerah Bintaro. Awal mulanya Tegal Rotan hanya sebagai sebuah stasiun tempat persinggahan. Namun sayangnya, keadaan tersebut kini telah berubah. Tegal Rotan bukan hanya sebagai sebuah stasiun melainkan disalahgunakan sebagai tempat perdagangan prostitusi. Hal ini berawal dari didirikannya sebuah Cafe di daerah tersebut. Seiring berjalannya waktu, cafe tersebut dijadikan sebagai sebuah tempat dimana orang bisa memuaskan diri mereka dengan jalan yang tidak benar, bisa dikategorikan sebagai tempat pelacuran.2

Melihat kejadian seperti itu, masyarakat sekitar tidak bisa tinggal diam, masyarakat begitu risih dengan keberadaan mereka, akhirnya masyarakat pun bertindak dengan bekerjasama bersama aparat sekitar, dihancurkanlah cafe tersebut. Ironisnya tak berselang waktu lama, masyarakat diresahkan kembali dengan adanya toko-toko kecil yang menjualkan dagangan mereka, akan tetapi setelah diusung lebih lanjut ternyata oleh oknum yang tidak bertanggung jawab disalahgunakan dan dijadikan sebagai tempat pelacuran kembali. Toko-toko tersebut hanya sebagai kedok untuk dijadikan tempat menjajakan diri (untuk sebagian kalangan hal ini biasa disebut “mangkal”) bagi wanita-wanita tersebut. Sehingga tempat tersebut menjadi strategis dan mudah dalam melakukan

      

2

(56)
(57)

BAB IV

ANALISIS: URGENSI VIRGINITAS BAGI KAUM PRIA DALAM MEMILIH CALON ISTRI

A. Identitas Responden

Dalam penelitian ini penulis mengambil responden yang semuanya berjenis kelamin laki-laki karena penelitian ini lebih ditekankan pada pentingnya virginitas sebagai salah satu syarat untuk memilih calon istri dalam sudut pandang laki-laki.

[image:57.612.110.530.123.506.2]

Pada bagian pertama, terlebih dahulu penulis kemukakan mengenai identitas responden yang terdiri dari usia, pendidikan, status responden, profesi responden, penghasilan responden dan agama responden. Dengan mengetahui identitas responden akan memudahkan penulis untuk menganalisis permasalahan yang ada, misalnya: usia dan pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pemahaman responden mengenai virginitas. Begitu pula dengan status, profesi, penghasilan dan agama responden.

Tabel 4.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia F %

1 15-20 tahun 66 44

2 21-40 tahun 75 50

3 41-65 tahun 9 6

(58)

4 Di atas 66 tahun - -

Jumlah 150 100

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010

[image:58.612.112.520.131.502.2]

Dari tabel di atas terlihat bahwa usia responden beragam mulai dari usia remaja, dewasa, dan manula dengan hasil: sebanyak 75 orang atau 50 % berusia antara 21-40 tahun, sebanyak 66 orang atau 44 % berusia 15-20 tahun, sisanya 9 orang atau 6 % berusia antara 41-65 tahun.

Tabel 4.2

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan F %

1 Tidak sekolah 3 2

2 SD-SMP 42 28

3 SMA atau sederajat 85 57

4 Sarjana 20 13

Jumlah 150 100

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden pernah mengenyam bangku sekolah, hanya 3 responden atau 2 % yang tidak mengenyam bangku pendidikan, sebanyak 42 responden atau 28 % pernah mengenyam pendidikan SD-SMP, sebanyak 85 responden atau 57 % pernah mengenyam pendidikan, SMA atau sederajat, sebanyak 20 responden atau 13 % pernah mengenyam pendidikan sarjana.

     

(59)

Tabel 4.3

Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

No Status F %

1 Belum menikah 111 74

2 Menikah 35 23,3

3 Duda 4 2,7

Jumlah 150 100

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010

[image:59.612.113.520.159.602.2]

Mengenai status perkawinan, mayoritas responden berstatus belum menikah yaitu sebanyak 111 responden atau 74 % dan yang statusnya sudah menikah adalah sebanyak 35 responden atau 23,3 % dan yang berstatus duda sebanyak 4 responden atau 2,7 %.

Tabel 4.4

Distribusi Responden Berdasarkan Profesi

No Profesi F %

1 Pegawai 45 30

2 Wiraswasta/ pedagang 50 33,3

3 Lain- lain% 39 26

4 Pengangguran 16 10,7

Jumlah 150 100

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010

Dari tabel di atas terlihat bahwa profesi responden sangat beragam yaitu sebanyak 45 orang atau 30 % berprofesi sebagai pegawai, sebanyak 50 orang atau 33,3 % bekerja di bidang wiraswasta/ perdagangan, sedangkan sebanyak

     

(60)
[image:60.612.115.525.166.512.2]

39 orang atau 26 % berprofesi di bidang usaha lain seperti satpam perumahan, sopir angkot, tukang parkir, buruh bangunan dan lain-lain, dan sebanyak 16 orang atau 10,7% adalah pengangguran, hal ini dikarenakan susah mendapatkan lapangan pekerjaan yang sesuai.

Tabel 4.5

Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan responden per Bulan

No Penghasilan F %

1 Di bawah Rp 500.000,00 69 46

2 Rp 1.000.000 ,00 – Rp 4.500.000,00 57 38 3 Rp 4.500.000,00 – Rp 6.000.000,00 3 2 4 Di atas Rp 6.000.000,00 5 3,3

5 Abstain 16 10,7

Jumlah 150 100

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa masyarakat Tegal Rotan dapat digolongkan pada masyarakat tingkat menengah ke bawah berdasarkan sektor ekonomi dengan pendapatan mereka per bulannya adalah sebagai berikut: sebanyak 69 orang atau 46 % berpenghasilan di bawah Rp 500.000,-/bulan, sebanyak 57 orang atau 38 % berpenghasilan antara 1.000.000,00 – Rp 4.500.000,00/bulan, sebanyak 3 orang atau 2 % berpenghasilan antara Rp 4.500.000,00 – Rp 6.000.000,00/ bulan, dan hanya 5 orang atau 3,3 % yang mempunyai penghasilan di atas 6 juta/ bulan. Sisanya sebanyak 16 orang atau

     

(61)
[image:61.612.114.526.157.505.2]

10,7 % abstain (tidak menyebutkan penghasilannya), hal ini dikarenakan responden adalah pengangguran, sehingga tidak mempunyai penghasilan.

Tabel 4.6

Distribusi Responden Berdasarkan Agama yang di Anut

No. Agama F %

1 Islam 142 94,7

2 Kristen 3 2

3 Katholik 4 2,6

4 Budha 1 0,7

Jumlah 150 100

Sumber: Di olah dari data lapangan tahun 2010

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa mayoritas masyarakat Tegal Rotan beragama Islam yaitu sebanyak 142 responden atau 94,7%, beragama Kristen sebanyak 3 responden atau 2%, beragama Katholik 4 responden atau 2,6% dan yang paling sedikit adalah beragama Budha hanya 1 responden atau 0,7%.

B. Deskripsi Data

Sebagaimana telah penulils kemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa salah satu tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah dengan angket. Angket ini terdiri dari dua

     

(62)

komponen pertanyaan, yang masing- masing komponen terdiri dari 10 item pertanyaan.

Seluruh pertanyaan angket yang dijawab oleh responden akan ditabulasikan berdasarkan skoring dengan cara setiap jawaban akan dirubah menjadi angka:

1. Nilai untuk jawaban Ya = 1 2. Nilai untuk jawaban Tidak = 0

Karena data yang diperoleh secara bersifat kualitatif, maka untuk menganalisisnya dengan cara menjumlahkan semua skor angket mengenai pengetahuan, pemahaman serta tindakan dan respon yang berdampak pada urgensi virginitas itu sendiri, dimana setiap jawaban item, masing- masing dibobot nilai dari setiap responden.

Interpretasi kriteria angket berdasarkan tingkat pengetahuan dan pemahaman

No. Interval koefisien Kriteria

1 1-3 Tidak Paham

2 4-7 Paham

3 8-10 Sangat Paham

     

(63)

Interpretasi kriteria angket berdasarkan tingkat urgensi virginitas

No. Interval Koefisien Kriteria

1 1-3 Tidak penting

2 4-7 Penting

3 8-10 Sangat penting

C. Pengetahuan dan Pemahaman Masyarakat Tegal Rotan Mengenai Wawasan Seputar Kevirginan.

Bagian ketiga ini, penulis kemukakan distribusi jawaban responden tentang pengetahuan dan pemahaman masyarakat Tegal Rotan terhadap wawasan seputar kevirginan. Dari penelitian yang di lakukan penulis melalui penyebaran angket yang di bagikan kepada responden, maka diperoleh hasil sebagaimana yang penulis jabarkan dalam bentuk tabel frekuensi dan prosentase sebagai berikut:

     

(64)
[image:64.612.116.528.162.535.2]

Tabel 4.7

Distribusi Jawaban Responden Seputar Pemahaman Keperawanan dilihat dari Segi Usia

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010

No. Usia Alternatif jawaban

Jumlah Responden TP P SP

f %

F % F % f %

1 15-20 7 4,7 51 34 8 5,3 66 44

2 21-41 7 4,7 19 12,6 49 32,7 75 50

3 41-66 2 1,3 7 4,7 - - 9 6

4 di atas 66 - - - -

-Jumlah 16 77 57 150

10,7 51,3 38 100

Keterangan: TP : Tidak Paham

P : Paham

SP : Sangat Paham

F : Frekuensi

Dari tabel di atas menjelaskan bahwa dari banyaknya responden (150 jiwa) memiliki kategori yang berbeda-beda mengenai pemahaman keperawanan. Yaitu dari 66 orang atau 44% (yang berusia 15-20 tahun) mayoritas paham dan mengerti mengenai keperawanan yaitu sebanyak 51 orang atau 34%, dan 8 orang atau 5,3% sangat memahami mengenai keperawanan, bahkan dari 7 orang atau 4,7% ada juga yang tidak paham

     

(65)
[image:65.612.116.555.243.583.2]

mengenai keperawanan. Dan dari 75 orang atau 50% yang berusia 21-41 tahun, mayoritas sangat memahami tentang keperawanan yaitu sebanyak 49 orang atau 32,7%, 19 orang atau 12,6% paham tentang keperawanan, dan hanya 7 orang saja yang tidak paham mengenai keperawanan. Sedangkan dari responden yang berusia 41-66 tahun (9 orang atau 6%), hanya 2 orang atau 1,3% yang tidak paham mengenai keperawanan, dan selebihnya yang paham mengenai keperawanan sebanyak 7 orang atau 4,7%.

Tabel 4.8

Distribusi Jawaban Responden Seputar Pemahaman Keperawanan dilihat dari Segi Pendidikan

No. Pendidikan

Alternatif Jawaban Jumlah Responden TP P SP

f % f % f % f %

1 Tidak sekolah 2 1,3 1 0,7 - - 3 2

2 SD-SMP 7 4,7 31 20,7 4 2,7 42 28

3 SMU atau sederajat 7 4,7 58 38,7 20 13,3 85 56,7

4 Sarjana 2 1,3 15 10 3 2 20 13,3

Jumlah

18 105 27 150

12 70 18 100

Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2010

Dari tabel di atas dapat terlihat jelas bahwa mayoritas responden terlihat dari tingkat pendidikan SMU atau sederajat sudah memahami seputar keperawanan yaitu sebanyak 58 orang atau 38,7%, sedangkan sebanyak 20 orang atau 13,3% sangat memahami tentang keperawanan, dan hanya 7 orang

     

(66)
[image:66.612.115.535.

Gambar

Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan agama yang di anut...............
Tabel 4.17
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk  Berdasarkan Jenis Kelamin
tabel mengenai tingkat pendidikan masyarakat kelurahan Sawah Baru:
+7

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan bahwa nilai lokal yang ditunjukkan dari fenomena gerak ruang di Kawasan Keraton Kasepuhan adalah:. Gerak ruang substansi yang ditunjukkan dalam

Pada bab kedua menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai Teori Kebijakan Program UPK MP, Syarat Penerima SPP,

Selain proses pengolahan yang tidak diinginkan karena banyak merusak zat-zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan, proses pengolahan dapat bersifat

Dengan adanya aplikasi ini dapat melakukan download data stock barang dan aset dari server tergantung otorisasi, dapat memindai barcode dengan menggunakan kamera

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN

Deskripsi mendasar dari proses komunikasi budaya dan akulturasi antara masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang yang terjadi di daerah perbatasan kecamatan Sajingan

Skrining aktivitas antifungi terhadap hidrolisat menunjukkan bahwa peptida yang diperoleh dari hasil hidrolisis susu kambing pada pH 7 pada waktu hidrolisis 30 maupun

2. Kaji tipe dan sumber nyeri 3. Ajarkan teknik nafas dalam 4. Untuk mengetahui  perkembang an status kesehatan  pasien 5. Untuk mengetahui lokasi timbulnya rasa nyeri 6.