• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (Fh) Betina Sampai Kawin Pertama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (Fh) Betina Sampai Kawin Pertama"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA PERTUMBUHAN SAPI PERAH

FRIES

HOLLAND

(FH) BETINA SAMPAI KAWIN PERTAMA

SKRIPSI AAB ABDULLAH

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

AAB ABDULLAH. D14062930. 2011. Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (FH) Betina Sampai Kawin Pertama. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr Pembimbing Anggota : Ir. Andi Murfi, M.Si

Aspek petumbuhan pada pemeliharaan sapi perah merupakan suatu hal yang sangat penting agar tercapai hasil produksi yang tinggi. Pencapaian pertumbuhan yang baik dapat dilakukan dari mulai pemilihan bibit induk dan pejantan, sampai manajemen pemeliharaan yang baik terutama dalam hal pemberian pakan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP dan HMT) Cikole Lembang, yaitu berupa data pertambahan bobot badan dan tinggi pundak sapi perah FH betina sejak lahir (0 bulan) sampai umur 15 bulan dengan jumlah 30 ekor dari tahun 2008 sampai 2009.

Berdasarkan data yang dianalisa hasilnya menunjukkan bahwa pola pertumbuhan sapi perah FH betina sampai kawin pertama mengalami fase percepatan, hal tersebut terlihat dari rataan bobot badan dan tinggi pundak yang mengalami peningkatan setiap umurnya. Pertumbuhan relatif dengan persamaan alometrik menunjukkan tinggi pundak mengalami pertumbuhan yang lebih dini, sehingga pertumbuhan tinggi pundak lebih lambat dibandingkan bobot badan. Hal tersebut terlihat dari nilai koefisien pertumbuhan relatif lebih besar daripada 3 (b>3).

(3)

ABSTRACT

Growth Pattern Analysis of Fries Holland (FH) Females Up to First Mating

Abdullah, A., B. P. Purwanto, and A. Murfi

The objective of this research was to analyze growth pattern of Fries Holland female up to first mating. Based on research results showing that the growth pattern of dairy cows FH female up to first mating went through a phase of acceleration, it is seen from the average body weight gain and high shoulders that have increased significantly every age. Allometric growth equations showed relatively high with shoulder suffered growth early, so growth the shoulder height is slower than of body weight. It is seen from the value of the coefficient relative growth is more than 3 (b >3).

(4)

ANALISIS POLA PERTUMBUHAN SAPI PERAH

FRIES

HOLLAND

(FH) BETINA SAMPAI KAWIN PERTAMA

AAB ABDULLAH D14062930

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

Judul : Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (FH) Betina Sampai Kawin Pertama

Nama : Aab Abdullah

NIM : D14062930

Menyetujui, Pembimbing Utama,

(Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr) NIP. 19600503 198503 1 003

Pembimbing Anggota,

(Ir. Andi Murfi, M.Si) NIP. 19631229 198903 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 April 1988 di Karawang, Jawa Barat.

Penulis adalah anak keenam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak H. Tabidin

dan Ibu Hj. Siti Aisyah.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1994 di Sekolah Dasar

Negeri 1 Payungsari Pedes dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan lanjutan

tingkat pertama dimulai pada tahun 2000 di Sekolah Menengah Pertama Islam

Cipasung Tasikmalaya dan diselesaikan pada tahun 2003. Penulis melanjutkan

pendidikan di Madrasah Aliyah Negeri Cipasung Tasikmalaya pada tahun 2003 dan

diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi

dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2007. Penulis aktif dalam

organisasi Forum Aktivitas Mahasiswa Muslim (FAMM) Al-An’aam Fakultas

Peternakan periode 2007-2008 dan 2008-2009 sebagai staff Divisi Syi’ar dan Ketua.

Penulis juga aktif di Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (ISMAPETI)

Wilayah II Bagian Jawa Barat sebagai staff Politik dan Kajian Strategis

(POLKASTRA) periode 2007-2009. Selain itu, Penulis aktif juga di Organisasi

Mahasiswa Daerah (OMDA) Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA)

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat qadha

iradat serta nikmat yang dikaruniakan oleh Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah

limpahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umat nya

hingga akhir jaman. Skripsi yang berjudul “Analisis Pola Pertumbuhan Sapi Perah Fries Holland (FH) Betina Sampai Kawin Pertama” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor.

Sapi perah Fries Holland memiliki potensi besar untuk dibudidayakan di

Indonesia, hal tersebut dikarenakan tingginya permintaan susu, ketersediaan bahan

baku pakan yang melimpah, dan kondisi lingkungan yang sesuai di beberapa daerah

di Indonesia. Keberhasilan budidaya ternak sapi perah dapat dilihat dari

pertumbuhannya berdasarkan perlakuan pada saat ternak lahir sampai lepas sapih,

lepas sapih sampai penentuan kawin pertama, pada masa laktasi, dan pada saat ternak

dewasa. Pertumbuhan sapi perah FH pada masa lepas sapih sampai kawin pertama

sangat ditentukan oleh bobot lahir ternak dan kualitas serta kuantitas pakan yang

diberikan, terutama dalam hal pemberian konsentrat sebagai bahan penguat.

Penentuan umur dan bobot badan pada saat ternak dikawinkan pertama kali

berpengaruh terhadap umur ternak beranak pertama kali, bobot anak yang dilahirkan,

dan produksi susu pada masa laktasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

sederhana. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi

Penulis, pembaca, dan kemajuan bidang peternakan sapi perah di Indonesia.

Bogor, Januari 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBA PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA ... 2

Sapi FH ... 2

Pertumbuhan ... 3

Pertumbuhan Sebelum Lahir (Prenatal) ... 3

Pertumbuhan Setelah Lahir (Postnatal) ... 3

Ukuran Tubuh... 4

Bobot Badan ... 5

Bobot Lahir ... 6

Umur Kawin Pertama ... 6

Pengaruh Iklim Tropis ... 6

Pengaruh Pakan ... 7

Kurva Pertumbuhan ... 7

Titik Infleksi ... 8

Fase Percepatan ... 8

Fase Perlambatan ... 8

MATERI DAN METODE ... 9

Waktu dan Lokasi ... 9

Materi ... 9

Bahan ... 9

Analisis Data ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

Kondisi Umum Lokasi ... 11

(9)

Lokasi dan Iklim ... 11

Luas Lahan dan Pemanfaatannya ... 12

Populasi dan Produksi Susu ... 13

Manajemen Pemeliharaan ... 13

Perkandangan ... 14

Sifat Pertumbuhan ... 15

Pertumbuhan Alometri ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

Kesimpulan ... 23

Saran ... 23

UCAPAN TERIMA KASIH ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Keadaan Iklim Desa Cikole Kecamatan Lembang ... 12

2. Formulasi Konsentrat Sapi Perah Dewasa ... 14

3. Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi Perah Dewasa ... 14

4. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sebelum Penyapihan (umur 0-4 bulan) ... 16

5. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Lepas Sapih Sampai Kawin Pertama (umur 5-15 bulan) ... 18

6. Persamaan Alometrik Pertumbuhan Relatif Tinggi Pundak (TP)

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Grafik Pertumbuhan Bobot Badan Sapi Perah FH Betina Sampai

Kawin pertama ... 20

2. Grafik Pertumbuhan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sampai Kawin Pertama ... 20

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Riil Pertumbuhan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi FH

Betina Sampai Kawin Pertama ... 30

2. Output Minitab 14 Analisis Regresi ... 33

3. Dokumentasi Penelitian ... 34

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi susu Indonesia hanya mencapai 30-35% dari permintaan domestik,

sehingga impor susu mencapai 70% kebutuhan nasional (Dirjen Peternakan, 2010).

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi impor bahan baku susu adalah

dengan meningkatkan populasi sapi perah dengan performa pertumbuhan dan

produktivitas yang baik. Sapi perah dengan kemampuan produksi susu yang tinggi

memerlukan replacement stock sapi dara dengan laju pertumbuhan yang baik. Dalam

pencapaian pertumbuhan yang baik dari ternak perah dapat dilakukan dari pemilihan

bibit induk dan pejantan, sampai manajemen pemeliharaan yang baik terutama dalam

hal pemberian pakan.

Pertumbuhan adalah salah satu sifat utama dari sesuatu yang hidup.

Pertumbuhan merupakan suatu proses nyata yang terlihat, tetapi sulit untuk

didefinisikan secara formal. Konsep sederhana pertumbuhan adalah bertambah besar

(Lawrence dan Fowler, 2002). Pertumbuhan ternak ternak perah secara tidak

langsung berhubungan dengan umur ternak tersebut dikawinkan pertama kalinya,

karena menurut Losinger dan Heinrichs (1996), umur kawin pertama berhubungan

dengan bobot badan ternak saat mencapai kematangan tubuh dan kematangan

seksual. Umur beranak pertama di tentukan oleh umur kawin pertama dan

mempengaruhi bobot lahir anak. Pencapaian bobot badan umur beranak yang ideal

akan memungkinkan melahirkan anak dengan bobot lahir yang baik (Smierl et al.,

1990), sedangkan bobot lahir ternak biasanya di asosiasikan dengan kemampuan

bertahan hidup dan performa pertumbuhan dan produktivitas susu pada masa laktasi.

Sehingga evaluasi terhadap pola pertumbuhan menjadi penting dalam manajemen

ternak.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan sapi perah Fries

Holland (FH) betina sampai kawin pertama yang dilihat dari perubahan ukuran tubuh

(tinggi pundak) dan bobot badan berdasarkan penambahan umur sapi FH di BPT SP

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Fries Holland

Sapi Fries Holland atau FH berasal dari provinsi Belanda Utara dan Provinsi

Friesland Barat. Sapi ini di Amerika Serikat disebut Holstein Friesian atau disingkat

Holstein dan di Eropa disebut Friesian. Sapi FH adalah sapi perah yang produksi

susunya tertinggi dibandingkan dengan sapi perah bangsa lainnya, tetapi kadar lemak

susunya rendah. Sebagai gambaran, rataan produksi susu sapi FH di Amerika Serikat

rata-rata 7.245 kg/laktasi dengan kadar lemak 3,65%, sedangkan di Indonesia

produksi susu adalah 10 liter/ekor/hari atau kurang lebih 3.050 kg/laktasi(Sudono et

al., 2003).

Tyler dan Ensminger (2006) menjelaskan bahwa klasifikasi zoologi dari sapi

Fries Holland adalah :

Divisi : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Artyodactyla

Famili : Bovidiae

Spesies : Bos taurus

Tanda – tanda yang dimiliki bangsa ini antara lain memiliki warna putih

dengan belang hitam, dapat juga hitam dengan belang putih sampai warna putih. ekor

harus putih, warna hitam tidak diperkenankan, juga tidak diperbolehkan warna hitam

didaerah bawah persendian siku dan lutut, tetapi warna hitam pada kaki mulai dari

bahu atau paha sampai ke kuku diperbolehkan ( Syarief dan Sumopratowo, 1984).

Sutardi (1981) menyatakan bahwa sapi FH tergolong kedalam bangsa sapi

yang paling rendah daya tahan panasnya, sehingga perlu dipertimbangkan iklim yang

ada di daerah pemeliharaan. Cekaman panas dapat mempengaruhi suhu tubuh dan

metabolisme, yang selanjutnya dapat terjadinya penimbunan panas dalam tubuh

ternak. Jika panas dalam tubuh berlangsung terus maka proses pernapasan akan

tinggi, sehingga kebutuhan oksigen untuk metabolisme juga tinggi. Akibatnya jika

tidak diberikan pakan yang cukup maka akan terjadi penurunan pertumbuhan dan

(15)

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran-ukuran tubuh

sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau gambaran kurva sigmoid

(Forrest et al., 1975) Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran

tubuh sesuai dengan umur, sedangkan perkembangan adalah perubahan ukuran dan

fungsi dari berbagai bagian tubuh mulai embrio sampai dewasa. Pertambahan bobot

badan pada hewan muda merupakan bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang

dan organ-organ vital, sedangkan pertambahan bobot badan pada hewan tua berupa

penimbunan lemak. Bentuk pertumbuhan ternak biasanya mengikuti kurva sigmoid,

sehingga dapat diramalkan antara umur dan bobot hidupnya bagi ternak (Sugeng,

2002).

Menurut Forrest et al. (1975), potensi pertumbuhan seekor ternak sangat

dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis kelamin, pakan, lingkungan dan manajemen

pemeliharan. Perbedaan bangsa memberikan keragaman dalam kecepatan

pertumbuhan dan komposisi tubuh. Sementara Hafez dan Dyer (1969) menyatakan

bahwa pada semua jenis mamalia pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

pertama, pertumbuhan sebelum lahir (prenatal) dan kedua, pertumbuhan setelah lahir

(post natal).

Pertumbuhan Sebelum Lahir (Prenatal)

Salisbury dan VanDemark (1985) menjelaskan bahwa periode fetus sekitar

46-280 hari selama kebuntingan. Awal periode fetus terbentuk alis, dimulai

pengerasan tulang dan terjadi perubahan yang cepat dari bentuk kaki – kakinya.

Berat fetus pada mulanya berkembang lambat tetapi lebih daripada setengah

peningkatan berat fetus terjadi selama dua bulan terakhir masa kebuntingan. Pada

saat ini berat fetus mencapai hampir 60% daripada berat fetus pada waktu kelahiran.

Pertumbuhan Setelah Kelahiran (Postnatal)

Salisbury dan VanDemark (1985) menjelaskan bahwa dengan berakhirnya

masa kebuntingan, anak sapi yang normal telah berkembang sedemikian rupa,

sehingga dapat hidup diluar tubuh induknya. Pada saat itu, alat pencernaan maupun

(16)

pertama setelah kelahiran sangat dibutuhkan penyesuaian fungsi faali anak sapi

tersebut yang membutuhkan perhatian peternak, sehingga anak yang lahir dapat

hidup dan tumbuh sempurna.

Lawrence dan Fowler (2002) menjelaskan bahwa periode postnatal biasanya

akan mengalami pertumbuhan dimulai saat lahir terjadi perkembangan jaringan di

otak, kemudian jaringan ditulang, lalu jaringan otot selanjutnya penimbunan lemak.

Berbagai proses yang bisa menjadi indikasi untuk melihat pertumbuhan dengan

bertambahnya ukuran – ukuran tubuh dan bobot badan sehingga mencapai dewasa

atau asimtot. Soeparno (1994) menjelaskan pula bahwa pertumbuhan postnatal,

tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak.

Ukuran Tubuh

Pertumbuhan secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya

bobot badan, sedangkan besarnya badan dapat diukur melalui ukuran – ukuran tubuh.

Kombinasi bobot dan besarnya badan, umumnya dipakai sebagai ukuran

pertumbuhan. Bobot badan adalah ukuran dari pertumbuhan secara keseluruhan yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk pemberian pakan dan minum sebelum

penimbangan dilakukan. Pengetahuan mengenai catatan bobot badan seekor sapi

dapat membantu program pemberian pakan dan pemberian obat-obatan sesuai dosis,

dapat mengetahui laju pertumbuhan sapi dan dapat dengan mudah menentukan harga

jual sapi tersebut (Sugeng, 2002).

Komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar

dada dan panjang badan (Dwiyanto, 1982). Williamson dan Payne (1993)

menambahkan bahwa pemakaian ukuran lingkar dada, panjang badan, dan tinggi

pundak dapat memberikan petunjuk bobot badan seekor hewan dengan tepat.

Pengukuran panjang badan dilakukan pada sapi yang berdiri normal dengan keempat

kakinya dan kepala lurus kedepan, akan tetapi ukuran lingkar dada tidak dipengaruhi

oleh posisi hewan (Anderson dan Kiser, 1963).

Bobot Badan

Bobot badan adalah salah satu parameter genetik yang berhubungan dengan

(17)

dan tinggi. Hubungan langsung kemampuan produksi sapi perah berkaitan erat

dengan bobot badan (Heidhues et al., 1961), Lingkar dada adalah salah satu

konformasi tubuh sapi secara visual yang digunakan untuk menghitung bobot badan

(Frey et al., 1972).

Bobot Lahir

Rataan bobot lahir anak sapi perah adalah seberat 41,4 kg. Bobot lahir anak

jantan 8,5% lebih berat daripada bobot lahir anak betina. Bobot lahir anak sapi betina

yang lahir dari induk pada kelahiran ketiga atau keempat lebih berat 7-8% daripada

anak betina yang lahir pada kelahiran pertama. Bobot badan anak sapi kembar rata -

rata lebih ringan 15% daripada anak sapi yang lahir tunggal (Kertz et al., 1997).

Bobot lahir yang berat biasanya diasosiasikan dengan kemampuan bertahan

hidup yang lebih baik. Hal tersebut disebabkan dengan bobot lahir yang besar

merupakan salah satu indikasi kematangan fisiologis, cadangan energi dan insulasi

yang lebih baik (Lawrence dan Fowler, 2002).

Rasio antara bobot badan anak dengan bobot badan induknya adalah 1:13,8

sehingga bobot lahir anak sebesar 40,3 kg harus dilahirkan oleh induk dengan bobot

badan 559,7 kg. Hal tersebut untuk mencegah kematian prenatal (Johanson dan

Berger, 2003).

Berdasarkan Lowrence dan Fowler (2002), faktor utama yang menyebabkan

perbedaan bobot lahir adalah (1) genetik dari pejantan dan induk, (2) umur dan

ukuran kondisi tubuh sapi ketika konsepsi, (3) kualitas dan kematangan sel telur saat

dibuahi, (4) jumlah anak yang lahir, (5) nutrisi dari induk selama bunting, (6) adanya

infeksi penyakit, dan (7) tingkat stress dari induk.

Umur Kawin Pertama

Secara tidak langsung umur kawin pertama berhubungan dengan bobot badan

ternak saat mencapai kematangan tubuh dan kematangan seksual (Losinger dan

Heinrichs, 1996). Secara teori, dengan mempercepat umur kawin pertama maka

jumlah anak dan laktasi meningkat. Penentuan umur kawin pertama dan beranak

(18)

bobot lahir ternak, pencapaian bobot badan umur beranak yang ideal akan

memungkinkan melahirkan anak dengan bobot lahir yang baik (Smierl et al., 1990).

Pirlo et al. (2000) mengemukakan bahwa faktor - faktor yang menyebabkan

penundaan umur kawin pertama adalah (1) birahi yang terlambat, (2) kesalahan

dalam deteksi berahi, (3) kurangnya bobot badan, dan (4) faktor lingkungan.

Pengaruh Iklim Tropis

Iklim tropis dari permukaan wilayah / bagian bumi terletak diantara 23,50 LU

dan 23,50 LS. Dengan demikian, semua daerah yang terletak diantara lintang tropis

memiliki tipe iklim tropis. Iklim tropis merupakan suatu tipe iklim yang dicirikan

dengan suhu dan kelembaban yang tinggi sepanjang tahun. Menurut Sugeng (2002)

kelembaban udara rata-rata pada iklim tropis diatas 60% dan curah hujan rata-rata

diatas 1800 mm/tahun. Williamson dan Payne (1993), menyatakan iklim tropis

sangat bervariasi dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor tetap antara lain garis

lintang, ketinggian tempat, perbandingan antara permukaan luas air dan daratan,

keadaan tanah dan topografinya. Iklim juga dipengaruhi oleh beberapa faktor tidak

tetap, seperti arus laut, angin, curah hujan dan vegetasi tanaman. Interaksi antara

semua faktor diatas menyebabkan terbentuknya iklim mikro pada daerah tertentu.

Evaluasi hubungan antara performa fisiologi ternak dengan lingkungan

digambarkan berdasarkan konsep Thermoneutral Zone (TNZ). Nilai TNZ sebagai

suatu kisaran temperatur yang efektif bagi ternak ditandai dengan laju dan efisiensi

performa maksimum dan kesehatan. Menurut Yousef (1984) kisaran TNZ sapi perah

berada pada kisaran 0-160C. Pertanda umum tampak pada saat sapi perah tercekam

pada suhu sekitar 26,6-32,20C dan kelembaban udara berkisar 50-90%. Sudono et al.,

(2003) menyatakan bahwa syarat hidup sapi-sapi FH dan sapi perah di Eropa lainnya

adalah dataran tinggi yang bersuhu 15-210C. Sementara itu, sapi peranakan FH bisa

hidup di dataran rendah.

Pengaruh Pakan

Sapi dara diberi makan dan dipelihara dengan wajar, ia akan tumbuh sesuai

dengan sifat – sifat bangsanya. Kekurangan makanan akan memperlambat umur sapi

dara dalam pencapaian masak kelamin, tetapi setelah dewasa kelamin tercapai

(19)

Pemberian makanan yang berlebihan menyebabkan terjadinya pubertas yang lebih

awal dan tidak mengganggu fertilitas, tetapi tidak ekonomis. Kombinasi defisien

protein dan fosfor menyebabkan kelambatan pendewasaan kelamin dan menekan

gejala – gejala berahi normal, tetapi tidak mengganggu ovulasi normal atau

kemudahan konsepsi. Tingkat protein yang menunjang pertumbuhan akan

menunjang reproduksi juga (Salisbury dan VanDemark, 1985).

Sesudah kelahiran, pengaruh besar tubuh sangat tergantung pada keadaan

makanan yang diberikan. Sapi dara yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil, akan

mencapai bobot badan normal sesudah melahirkan, bila sapi itu diberi makan cukup

untuk tumbuh atau berproduksi susu (Salisbury dan VanDemark, 1985).

Kurva Pertumbuhan

Fitzhugh (1976) menyatakan bahwa kurva pertumbuhan merupakan

pencerminan kemampuan suatu individu atau populasi untuk mengaktualisasikan diri

sekaligus sebagai ukuran akan berkembangnya bagian – bagian tubuh sampai

mencapai ukuran maksimal (dewasa) pada kondisi lingkungan yang ada. Lingkungan

tersebut dapat berupa level produksi individu, kuantitas dan kualitas pakan, lokasi

dan lingkungan secara umum.

Pertumbuhan tiap- tiap individu secara umum diperlihatkan sebagai bentuk

sigmoid atau “S”. Kurva “S” ini menggambarkan suatu bentuk percepatan dan

bentuk perlambatan. Brody (1945) menjelaskan bahwa bentuk kurva pertumbuhan

menggambarkan perkembangan ternak dari lahir sampai mati. Lawrence dan Fowler

(2002) menjelaskan bahwa pola pertumbuhan sebagai bentuk yang sederhana dengan

laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kehidupan awal, kemudian mengalami

peningkatan secara perlahan sampai mencapai konstan saat ternak tua. Ketika bobot

badan selama hidup diplotkan sebagai fungsi dari umur dan waktu, ternak

memproduksi sebuah kurva karateristik pertumbuhan yang berbentuk kurva

pertumbuhan sigmoid karena menyerupai huruf “S”.

Fase percepatan dimulai dari lahir hingga mencapai titik infleksi. Fase

percepatan ini ditandai dengan adanya perubahan bentuk, pertambahan bobot badan,

pertumbuhan ukuran tubuh. Sudono et al., (2003) menyatakan bahwa sapi perah

(20)

bertambah ukuran tubuhnya. Sugeng (2002) menambahkan bahwa pertambahan

bobot badan hewan muda merupakan bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang

dan organ – organ vital.

Titik Infleksi

Titik infleksi merupakan titik mencapai kecepatan pertumbuhan maksimum

dan mencapai percepatan yang menurun. Brody (1945) dan menjelaskan bahwa titik

infleksi mengindikasikan (1) waktu mencapai pertumbuhan maksimum yakni

perubahan dari peningkatan percepatan menjadi penurunan kecepatan pertumbuhan,

(2) umur pubertas, (3) tingkat kematian spesifik yang terkecil, permulaan tahap

peningkatan kematian spesifik, dan (4) suatu referensi geometrik untuk determinasi

kesamaan umur antara ternak berbeda dan juga kesamaan umur pada pertumbuhan

populasi.

Fase Percepatan

Fase percepatan dimulai dari lahir hingga mencapai titik infleksi. Sudono et

al. (2003) menyatakan bahwa sapi perah yang masih muda dapat berubah bentuknya,

bertambah besar bobot badannya, dan bertambah ukuran tubuhnya. Sugeng (2002)

menambahkan bahwa penambahan bobot badan hewan muda adalah merupakan

bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang dan organ – organ vital.

Fase Perlambatan

Fase pertumbuhan terakhir memasuki fase tahap dewasa atau fase

perlambatan. Menurut Sudono et al., (2003) ternak yang sudah dewasa dan

mengalami ketuaan ukuran tubuhnya tetap, bahkan cenderung berkurang baik bobot

badannya maupun ukuran tubuhnya dan kemampuan reproduksinya menjadi terbatas.

Soeparno (1994) menjelaskan bahwa setelah fase perlambatan atau penurunan

kecepatan pertumbuhan, kenaikan berat tubuh akan didominasi oleh peningkatan

deposisi lemak yang terjadi pada kira-kira sepertiga dari berat akhir. Bentuk sigmoid

memberikan penjelasan bahwa umur tidak menyebabkan berat tubuh, tetapi memberi

kesempatan pada ternak untuk tumbuh, mencapai dewasa dan berinteraksi dengan

(21)

METODEPENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan

Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP HMT) Cikole Lembang Kabupaten Bandung

dengan jarak 22 km di sebelah utara kota Bandung atau 4 km dari ibukota kecamatan

Lembang

Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 8-12 Februari 2010 di Balai

Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP HMT)

Cikole Lembang Kabupaten Bandung.

Materi

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder dari Balai

Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP HMT)

Cikole Lembang, yaitu berupa data pertumbuhan bobot badan dan tinggi pundak sapi

perah FH betina dari lahir (0 bulan) sampai umur 15 bulan dengan jumlah 30 ekor

dari tahun 2008 sampai 2009.

AnalisisData

Pola pertumbuhan dianalisis secara statistik untuk mengetahui nilai rataan

(X), simpangan baku (SB), nilai minimum (min), dan nilai maksimum (mak). Nilai

koefisien perumbuhan relatif (b) ukuran tubuh terhadap bobot badan ternak dianalisis

menggunakan persamaan alometrik (Ismayanti, 1994), yaitu :

Y = aXb

Keterangan :

Y : bobot badan (kg);

X : ukuran tubuh yang mengalami pertumbuhan (cm)

a : intersep;

b : koefisien pertumbuhan relatif, yang ditransformasikan kedalam bentuk persamaan

(22)

Ln Y = Ln a + b LnX. Transformasi ini dimaksudkan agar prosedur pendugaan dan

pengujian data dapat ditempuh dengan regresi linier. Program Statisik digunakan

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Sejarah

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Ternak Sapi

Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT SP dan HMT) Cikole berdiri sejak tahun

1952 dengan nama taman ternak yang diprakarsai oleh Drh. Soedjono

Kosoemowardjo (Kepala Jawatan Kehewanan Priangan Barat) dengan fungsi

utamanya budi daya ternak sapi perah serta pengembangan komoditi ternak lainnya.

Tahun 1983 seluruh tanggungjawab diserahkan kepada Dinas Peternakan Provinsi

DT I Jawa Barat, selanjutnya tahun 1984 berubah menjadi UPTD dengan nama Balai

Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT) Cikole Lembang.

Pada tahun 1999 berubah kembali menjadi UPTD BPT-HMT Ternak Perah.

Kemudian pada tahun 2002 berubah menjadi UPTD Balai Pengembangan Perbibitan

Ternak (BPPT) Sapi Perah Cikole Lembang. Kemudian pada tahun 2010 berubah

kembali menjadi Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan

Ternak (BPT-SP dan HMT) Cikole Lembang berdasarkan PERDA No. 113 tahun

2009 tentang tugas pokok dan fungsi. Pada tahun 1997-2002, BPPT Sapi Perah

Cikole dijadikan main site pada kerjasama teknis “Peningkatan teknologi Sapi

Perah” cq. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian dengan Pemerintah

Jepang cq. Japan International Cooperation Agency (JICA).

Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak

(BPT-SP dan HMT) Cikole Lembang mempunyai tugas pokok sesuai dengan PERDA

No.05 Tahun 2002, yaitu melaksanakan sebagian fungsi Dinas Peternakan Provinsi

Jawa Barat di bidang pengembangan perbibitan ternak. Fungsi operasional dari Balai

Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak (BPT-SP dan

HMT) Cikole Lembang adalah pengelolaan bibit ternak sapi perah dan hijauan

makanan ternak, percontohan dan uji coba, pelatihan dan magang, dan sumber

pendapatan (PAD).

Lokasi dan Iklim

Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengembangan Ternak Sapi

(24)

Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung dengan jarak 22 Km di

sebelah Utara Kota Bandung atau 4 Km dari Ibukota Kecamatan Lembang dan

terletak di ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah andosol.

Berdasarkan kondisi geografis dan topografinya, merupakan dataran tinggi dan

beriklim dingin hingga sedang dengan data klimatologis, sebagaimana dipaparkan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Iklim Desa Cikole Kecamatan Lembang

Kondisi Iklim Keterangan

Temperatur Maksimal 24,6 0C

Temperatur Minimal 13,8 0C

Kelembaban 80,5 %

Curah Hujan 2.393 mm/tahun

Evaporasi 3,4 mm/hari

Radiasi 285 cal/cm

Sumber : http://disnak.jabarprov.go.id 10 Januari 2010].

Luas Lahan dan Pemanfaatannya

Luas lahan yang dimiliki hingga saat ini yaitu 61,54 hektar, dengan perincian

9,8 hektar di lokasi Cikole (tahun 1952) dan 51,74 hektar (pengembangan lahan

tahun 2002 dan 2003) di Instalasi Subang tepatnya di Desa Dayeuhkolot dan Desa

Sukamandi Kecamatan Sagalaherang serta Desa Bunihayu dan Desa Tambakmekar

Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Dari jumlah lahan tersebut, 56,74 hektar

diantaranya sementara ini dimanfaatkan untuk kebun rumput yaitu 5 hektar di Cikole

dengan produksi rumput 200-500 ton per ha/tahun dan 51,74 hektar di Instalasi

Subang dengan produksi rumput berkisar 90-140 ton per ha/tahun. Sisa lahan lainnya

merupakan bangunan (Disnak Prov. Jabar, 2009).

Populasi dan Produksi Susu

Populasi ternak sapi perah yang dikelola saat ini (per awal Januari 2010)

sebanyak 184 ekor, terdiri dari 61 ekor sapi perah dewasa (52 ekor laktasi dan 9 ekor

kering), 90 ekor sapi muda dan 33 ekor sapi anak. Jumlah produksi yang dihasilkan

(25)

Manajemen Pemeliharaan

Arti pemeliharaan sebenarnya adalah penyelenggaraan semua pekerjaan yang

berhubungan dengan kehidupan dan kelanjutan hidup ternak sapi perah. Dalam

proses pemeliharaan diusahakan sapi selalu dalam keadaan sehat, tentram, makan

cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya, serta dapat menghasilkan anak secara

teratur setiap tahun dengan produksi susu yang cukup tinggi. Pemeliharaan ternak

sapi perah meliputi pemeliharaan umum dan pemeliharaan khusus. Pemeliharaan

umum meliputi kebersihan kandang, pengaturan pemberian ransum, pengaturan

pemberian air minum, dan penjagaan kebersihan sapi. Pemeliharaan khusus meliputi

pemeliharaan sapi bunting, pemeliharaan anak sapi, pemeliharaan sapi dara, dan

pemeliharaan sapi jantan (Syarief dan Sumopratowo, 1984).

Pemberian pakan di BPT SP dan HMT Cikole disesuaikan dengan umur dan

kondisi fisiologis ternak sapi perah. Pemberian kolostrum pada pedet dilakukan

selama tujuh hari, setelah itu diberikan pengganti kolostrum 2,5-8 liter sehari di

sesuaikan dengan kualitas keturunan pedetnya. Pemberian pakan pengganti di

lakukan sampai sapi berumur empat bulan, dan selama pemberian pakan pengganti di

barengi juga hay untuk merangsang kerja rumen sapi. Jumlah susu yang diberikan

kepada anak sapi selama masa preweaning (sebelum disapih) berpengaruh terhadap

konsumsi pakan, pertumbuhan, kesehatan, perkembangan kineja usus, perkembangan

kelenjar susu, dan kapasitas produksi susu (Khan et al., 2007).

Pada kondisi lepas sapih atau sekitar umur empat bulan, sapi diberikan pakan

hay dan digembalakan antara jam 08.00-11.00 WIB serta ditempatkan di kandang

exercise. Sapi dara diberikan pakan sebanyak tiga kali sehari, yaitu hijauan rumput

gajah ± 50 kg per hari. Sapi laktasi di BPT SP dan HMT Cikole, diberikan pakan

sebanyak tiga kali per hari yaitu berupa hijauan (rumput gajah), konsentrat, dan

ampas tahu. Pemberian konsentrat dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore

sebanyak ± 2% dari bobot tubuh, sedangkan rumput ± 10% bobot tubuh dan ampas

tahu diberikan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Formulasi dan

kadungan konsentrat yang di berikan pada sapi dewasa dan laktasi masing-masing di

(26)

Tabel 2. Formulasi Konsentrat Sapi Perah Dewasa

No Bahan %

1 Pollard 40

2 Dedak 15

3 Jagung 20

4 Bungkil Kelapa 14

5 Bungkil Kedelai 9

6 Kapur 1

7 Ultra Mineral 1

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi Perah Dewasa

Zat Makanan Kandungan (%) Standar (%)

Bahan Kering 88,02 87

TDN 70,39 70

Protein 16,63 16

Serat 10,28 11

BETN 55,97

Lemak 6,46 6

Abu 11 11

Ca 1,79 1,2

P 1,18 0,8

Perkandangan

Berdasarkan fungsinya, perkandangan merupakan salah satu hal yang

berpengaruh terhadap berhasil tidaknya usaha ternak sapi perah. Perkandangan di

BPT SP dan HMT Cikole terdiri dari beberapa jenis kandang berdasarkan kondisi

fisiologis ternak. Jenis kandang tersebut yaitu kandang beranak, kandang exercise,

kandang dara dan kandang laktasi. Bahan lantai kandang terbuat dari semen dan di

tambah karpet karet untuk sapi laktasi. Penggunaan karpet karet dapat mengurangi

kejadian luka pada kaki bahkan kearah gejala mempercepat penyembuhan.

Penggunann karpet karet tidak berpengaruh buruk terhadap konsumsi pakan, berat

(27)

(Ma’sum, 1990). Atap kandang yang digunakan adalah genteng pada kandang dara

dan beranak, bahan asbes pada kandang laktasi, dan bahan fiber glass pada kandang

exercise.

Sifat Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai

dengan umur, sedangkan perkembangan adalah perubahan ukuran dan fungsi dari

berbagai bagian tubuh mulai embrio sampai dewasa. Pertambahan bobot badan pada

hewan muda merupakan bagian dari pertumbuhan urat daging, tulang dan

organ-organ vital, sedangkan pertambahan bobot badan pada hewan tua berupa penimbunan

lemak. Bentuk pertumbuhan ternak biasanya mengikuti kurva sigmoid, sehingga

dapat diramalkan antara umur dan bobot hidup ternak (Sugeng, 2002).

Lawrence dan Fowler (2002) menjelaskan bahwa pola pertumbuhan sebagai

bentuk yang sederhana dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kehidupan

awal, kemudian mengalami peningkatan secara perlahan sampai mencapai konstan

saat ternak tua. Ketika bobot badan selama hidup merupakan fungsi dari umur dan

waktu, akan menggambarkan sebuah kurva karateristik pertumbuhan yang berbentuk

kurva pertumbuhan sigmoid karena menyerupai huruf “S”.

Pertumbuhan secara keseluruhan umumnya diukur dengan bertambahnya

bobot badan, sedangkan besarnya badan dapat diukur melalui ukuran – ukuran tubuh.

Kombinasi bobot dan besarnya badan, umumnya dipakai sebagai ukuran

pertumbuhan. Bobot badan adalah ukuran dari pertumbuhan secara keseluruhan yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk pemberian pakan dan minum sebelum

penimbangan dilakukan (Sugeng, 2002).

Tabel 4 dan 5 memperlihatkan data ukuran tinggi pundak (TP) dan Bobot

Badan (BB) mulai umur 0-4 bulan (sebelum disapih) dan umur 5-15 bulan (lepas

sapih sampai kawin pertama) sapi perah FH betina di BPT SP dan HMT Cikole

(28)

Tabel 4. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sebelum Penyapihan (umur 0-4 bulan)

Umur (Bulan)

Sampel (Ekor)

Peubah BB

(Kg)

TP (Cm)

0 30

x ± SB KK (%) Min – Max

39,15 ± 2,22 5,7

36-45

55,67 ± 0,78 1,41

54,6-57,2

1 30

x ± SB KK (%) Min – Max

47,15 ± 5,92 12,5

39,1-56,82

56,84 ± 0,86 1,5

55,6-58,6

2 30

x ± SB KK (%) Min – Max

64,63 ± 5,24 8,1

57,1-74,22

60,92 ± 1,47 2,4

58,6-63,6

3 30

x ± SB KK (%) Min – Max

82,47 ± 5,36 6,5

74,3-92,2

65,71 ± 1,53 2,3

62,4-69,3

4 30

x ± SB KK (%) Min – Max

100,45 ± 5,40 5,4

91,7-110,49

70,85 ± 2,0 2,8

67-73,8

Keterangan : BB = bobot badan; TP = tinggi pundak; x = rataan; SB = simpangan baku; KK = koefisien keragaman; Min = minimum; Max = maksimum

Berdasarkan data dari Tabel 4 terlihat, bahwa rataan dari bobot badan dan

tinggi pundak dari umur 0–4 bulan mengalami peningkatan, hal tersebut

menunjukkan adanya pertumbuhan dari bobot badan dan tinggi pundak tersebut.

Koefisien Keragaman (KK) bobot badan yang besar pada umur 1 bulan menunjukkan

bahwa beragamnya bobot badan. Sudono et al. (2003) dan Williamson dan Payne

(1993) menjelaskan bahwa pedet perlu diberikan kolostrum sejak kelahirannya agar

pertumbuhan dan kesehatannya tetap terjaga. Jumlah susu yang diberikan kepada

anak sapi selama masa preweaning (sebelum disapih) berpengaruh terhadap

konsumsi pakan, pertumbuhan, kesehatan, perkembangan kineja usus, perkembangan

kelenjar susu, dan kapasitas produksi susu (Khan, 2007).

Berdasarkan Lawrence dan Fowler (2002),faktor utama yang menyebabkan

perbedaan bobot lahir adalah (1) genetik dari pejantan induk, (2) umur dan ukuran

kondisi tubuh sapi ketika konsepsi, (3) kualitas dan kematangan sel telur saat

dibuahi, (4) jumlah anak yang lahir, (5) nutrisi dari induk selama bunting, (6) adanya

infeksi penyakit, dan (7) tingkat stress dari induk. Perubahan performa ternak mulai

(29)

lingkungan yang panas. Sapi perah pada daerah tropis, periode kebuntingan lebih

cepat dua minggu dan bobot lahir ternak menjadi rendah (Hahn, 1982)

Rata-rata bobot lahir anak sapi perah adalah seberat 41,4 kg. Bobot lahir anak

jantan 8,5% lebih berat dari pada bobot lahir anak betina. Bobot lahir anak sapi

betina yang lahir dari induk pada kelahiran ketiga atau keempat lebih berat 7-8%

daripada anak betina yang lahir pada kelahiran pertama. Bobot badan anak sapi

kembar rata - rata lebih ringan 15% daripada anak sapi yang lahir tunggal (Kertz et

al., 1997). Bobot lahir yang besar biasanya diasosiasikan dengan kemampuan

bertahan hidup yang lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena dengan bobot lahir

yang besar merupakan salah satu indikasi kematangan fisiologis, cadangan energi

dan insulasi yang lebih baik (Lawrence dan Fowler, 2002).

Bobot lahir sapi perah jenis Holstein menurut Syarief dan Sumopratowo

(1984) pada pertumbuhan normal adalah 41 kg dan dengan tinggi pundak sebesar 74

cm, sedangkan hasil penelitian di BPT SP dan HMT Cikole seperti terlihat pada

Tabel 4 menunjukkan bobot lahir berkisar antara adalah 36-45 kg dan Tinggi

Pundak 54,6-57,2 cm, sehingga data hasil penelitian untuk tinggi pundak lebih kecil

dan selang bobot lahir masih termasuk dalam bobot lahir rata-rata normal seperti

yang dijelaskan Kertz et al. Hal ini menunjukkan bahwa bobot lahir sapi perah di

BPT SP dan HMT Cikole Lembang cukup baik. Berdasarkan Tabel 4 terlihat

pertumbuhan yang cukup cepat pada umur lahir (0 bulan) sampai umur disapih (4

bulan). Hal ini sesuai pernyataan Lawrence dan Fowler (2002) bahwa pola

pertumbuhan sebagai bentuk yang sederhana dengan laju pertumbuhan tertinggi

terjadi pada kehidupan awal. Pertumbuhan pedet yang cukup baik ini perlu dijadikan

pertimbangan dalam menentukan standarisasi bibit di BPT SP dan HMT Cikole

Lembang.

Sesudah kelahiran dan pada saat ternak ternak mengalami perkembangan

pubertas, pertumbuhan sangat tergantung pada beberapa faktor. Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan sapi dara adalah (1) bangsa sapi dara, (2) besar anak

sapi waktu lahir, (3) pengaruh kebuntingan, dan (4) pengaruh ransum yang diberikan

(Syarief dan Sumopratowo, 1984). Rata-rata umur dewasa kelamin menurut

Salisbury dan VanDemark (1985) adalah 9 bulan, dengan kisaran 5-15 bulan dalam

(30)

menyebabkan penundaan umur kawin pertama adalah (1) birahi yang terlambat, (2)

kesalahan dalam deteksi berahi, (3) kurangnya bobot badan, dan (4) faktor

[image:30.612.87.511.178.666.2]

lingkungan.

Tabel 5. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Lepas Sapih Sampai Kawin Pertama (umur 5-15 bulan)

Umur (Bulan)

Sampel (Ekor)

Peubah BB

(Kg)

TP (Cm)

5 30

x ± SB KK (%) Min – Max

117,34 ± 8,08 6,9

93,99-128,49

75,96 ± 2,79 3,7

69,5-79,8

6 30

x ± SB KK (%) Min – Max

134,38 ± 9,74 7,2

112,59-147,09

80,57 ± 3,90 4,8

72,6-85,4

7 30

x ± SB KK (%) Min – Max

150,12 ± 11,17 7,4

128,18-164,79

84,82 ± 4,93 5,8

75,3-91,4

8 30

x ± SB KK (%) Min – Max

167,90 ± 11,09 6,6

146,78-183,03

88,36 ± 5,92 6,7

77,8-96,4

9 30

x ± SB KK (%) Min – Max

184,52 ± 11,19 6,1

164,48-201,32

91,96 ± 6,63 7,2

79,9-100,6

10 30

x ± SB KK (%) Min – Max

199,91 ± 11,49 5,7

178,58-219,55

95,22 ± 7,14 7,5

82,4-105,6

11 30

x ± SB KK (%) Min – Max

215,07 ± 11,45 5,3

198,68-237,84

97,74 ± 7,08 7,2

84,9-108,6

12 30

x ± SB KK (%) Min – Max

230,16 ± 10,59 4,6

214,22-252,89

100,14 ± 6,97 7,0

87,4-110,2

13 30

x ± SB KK (%) Min – Max

245,36 ± 9,67 3,9

230,12-271,18

102,637 ± 6,98 6,8

89,5-112,5

14 30

x ± SB KK (%) Min – Max

259,50 ± 8,15 3,1

246,32-287,98

105,23 ± 7,09 6,7

91,5-112,6

15 30

x ± SB KK (%) Min – Max

274,41 ± 8,71 3,2

261,62-306,58

107,72 ± 7,06 6,6

94,2-118,1 Keterangan : BB = bobot badan; TP = tinggi pundak; x = rataan; SB = simpangan

(31)

Williamson dan Payne (1993) menjelaskan bahwa tujuan pemeliharaan sapi

dara adalah agar dapat mencapai pertumbuhan yang maksimum serta dewasa

kelamin awal dengan biaya paling rendah, sehingga keterlambatan dewasa kelamin

akan mengakibatkan penambahan biaya. Salisbury dan VanDemark (1985)

menyatakan bahwa perlu diperhatikan waktu memelihara sapi dara agar mencapai

pubertas dengan normal dan memiliki bentuk tubuh yang cukup besar sehingga dapat

melahirkan anak dengan normal pada umur yang cukup muda.

Sudono et al (2003) menyatakan sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama

kali setelah sapi berumur 15 bulan dengan bobot badan ± 275 kg, hal tersebut agar

sapi dara dapat beranak pada umur dua tahun. Menurut Syarief dan Sumopratowo

(1984) sapi dara dapat dikawinkan untuk pertama kali pada umur antara 18-20 bulan.

Hal ini dilakukan dengan harapan sapi dara mulai beranak untuk pertama kali pada

umur 28-30 bulan.

Tabel 5 menunjukkan bahwa secara umum rataan pertumbuhan mengalami

peningkatan relatif lebih rendah dengan koefisien keragaman lebih kecil

dibandingkan dengan rataan pertumbuhan dan koefisien keragaman pada kondisi

sebelum penyapihan. Hal ini dimungkinkan karena pada tahap lepas sapih sampai

kawin pertama hampir memasuki titik infleksi dan fase perlambatan, karena titik

infleksi mengindikasikan perubahan fase dari percepatan ke perlambatan.

Berdasarkan hasil penelitian, sapi perah FH betina di BPT SP dan HMT

Cikole Lembang dikawinkan pertama sekitar pada umur 15 bulan dengan bobot

badan 250 kg, sehingga umur kawin pertama di BPT SP dan HMT Cikole tersebut

sesuai dengan pernyataan Sudono et al. (2003) sapi dara dapat dikawinkan pertama

pada umur 15 bulan dengan bobot badan ± 275 kg. Rataan bobot badan sapi umur 15

bulan hasil penelitian adalah 274,41 kg dengan kisaran 261,62-306,58 kg, sehingga

hasil penelitian tersebut dapat dikatakan telah sesuai dengan standar BPT SP dan

HMT Cikole walaupun masih dibawah standar bobot badan yang dinyatakan Sudono

et al. (2003). Hal ini memperkuat pernyataan Salisbury dan VanDemark (1985)

mengenai umur pubertas sapi FH betina yang dicapai saat umur 9-15 bulan

berdasarakan kecukupan nutrisi yang diberikan dengan umur kawin pertama

(32)

masak kelamin dan kawin

berdasarkan dari pertumbuh

Gambar 1. Grafik Pertumb Pertama

[image:32.612.118.452.127.316.2]

Gambar 2. Grafik Pertumbu Pertama

Kurva pertumbuhan

memperlihatkan peningka

menunjukkan bentuk yang

B

o

b

o

t

B

ad

an

(

k

g

)

Um

T

in

g

g

i

Pu

n

d

ak

(

cm

)

in pertama karena tubuh sudah dapat menerima

uhan tubuh dan reproduksi yang baik.

mbuhan Bobot Badan Sapi Perah FH Betina Samp

mbuhan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sam

an bobot badan (Gambar1) dan tinggi pundak (G

katan pertumbuhan berdasarkan umur (bu

ng sama yaitu pola sigmoid. Pada kehidupan aw

mur (Bulan)

Umur (Bulan)

ma kelahiran

mpai Kawin

mpai Kawin

(Gambar 2)

bulan) dan

[image:32.612.109.450.387.579.2]
(33)

umum terlihat terjadi laju pertumbuhan yang cepat, kemudian secara perlahan

mengalami penurunan laju pertumbuhan.

Ukuran tubuh dan bobot badan di awal kehidupan atau setelah lahir

mengalami pertumbuhan secara cepat, sehingga memerlukan perhatian yang lebih

dari peternak. Sebagaimana yang dinyatakan Salisbury dan VanDemark (1985)

bahwa dengan berakhirnya masa kebuntingan, anak sapi terus berkembang sehingga

dapat hidup diluar tubuh induknya. Selama minggu-minggu pertama setelah

kelahiran, anak sapi membutuhkan penyesuaian diri dalam fungsi faali, sehingga

anak sapi membutuhkan perhatian lebih dari peternak. Jika anak sapi tersebut

mempunyai performa pertumbuhan yang baik, maka anak sapi tersebut dapat

dijadikan bibit dalam peternakan.

Salisbury dan VanDemark(1985) menyatakan perlu perhatian pada sapi dara

untuk mencapai pubertas dengan baik dan memiliki bentuk tubuh yang besar agar

dapat melahirkan anak dengan selamat pada umur yang muda dan melahirkan ternak

dengan bobot badan yang baik.

Pertumbuhan Alometri

Gambaran pertumbuhan organ atau komponen tubuh secara kuantitatif dapat

dihitung dengan menggunakan rumus alometrik Y=aXb yang ditransformasikan ke

dalam bentuk persamaan garis regresi logaritma natural (Ln) menjadi Ln Y = Ln a +

b LnX, dengan sumbu Y (bobot badan), X (tinggi pundak), a (intersep atau

konstanta) dan b (koefisien pertumbuhan relatif). Pertumbuhan Alometri hasil

penelitian tercantum pada Tabel 6.

Tabel 6. Persamaan Alometrik Pertumbuhan Relatif Tinggi Pundak (TP) terhadap Bobot Badan (BB) Sapi Perah FH Betina

Hasil Perhitungan

A b Y=aXb

-250 4,34 BB= -250TP4,34

Keterangan : Y= Bobot badan (kg); X= Tinggi pundak (cm); a= koefisien integral; b= koefisien pertumbuhan relatif

Ismayanti (1994) menjelaskan bahwa apabila nilai b=3, maka

pertumbuhannya isometrik, yaitu pertambahan tinggi pundak seimbang dengan

(34)

masing-masing dinamakan

daripada pertambahan ti

(pertambahan bobot badan

[image:34.612.119.443.159.343.2]

Gambar 3. Grafik Pertumbu Badan (kg)

Berdasarkan data memperlihatkan bahwa p pertumbuhan bobot badan persamaan regresi yang dig pundak selama masa per pertambahan bobot badan peningkatan pertambahan b pundak.

Perbedaan pertumb dan komponen yang menyu lebih awal atau lebih dini

2010). Hafid dan Priyanto

pertumbuhan. Gelombang

dari arah cranium (tengkora

Sedangkan gelombang ked

distal kaki ke arah proxima

merupakan bagian tubuh ya

T

B

o

b

o

t

B

ad

an

(

k

g

)

an alometrik positif (pertambahan bobot badan l

tinggi pundak) dan pertumbuhan alometri

n lebih lambat daripada pertambahan tinggi punda

buhan Relatif Tinggi Pundak (cm) terhadap Bobo ta hasil penelitian seperti Gambar 3 dan

pertambahan tinggi pundak lebih rendah dib an (b>3) dengan nila b (4,34). Berdasarkan has

igunakan, diketahui bahwa setiap pertambahan 1 ertumbuhan sampai kawin pertama akan mem an sebesar 4,34 Kg. Gambar 3 menunjukkan n bobot badan berdasarkan peningkatan pertamba

mbuhan ukuran tubuh ini disebabkan oleh perbed yusun bagian tubuh tersebut. Bagian tubuh yang ni akan berkembang terlebih dulu (Sampurna da nto (2006) menjelaskan bahwa ada dua arah g

g petama merupakan arah antero-posterior yan

orak) di bagian depan tubuh menuju kearah pingg

edua merupakan arah centripetal yang dimulai

al tubuh menuju bokong (pelvis) dan pinggang (

yang paling terakhir mencapai pertumbuhan maks

Tinggi Pundak (cm)

lebih cepat

trik negatif

dak).

bot

n Tabel 6 ibandingkan asil analisis 1 Cm tinggi empengaruhi an besarnya bahan tinggi

edaan fungsi ng berfungsi

dan Suatha,

gelombang

ang dimulai

ggang (loin).

lai dari arah

g (loin) yang

(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pertumbuhan sapi perah Fries Holland (FH) betina sampai kawin pertama di

BPT SP dan HMT Cikole dapat dikatakan cukup baik. Pola pertumbuhan relatif sapi

perah FH betina sampai kawin pertama berdasarkan persamaan alometrik

menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi pundak lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan bobot badan.

Saran

Ternak yang memiliki bobot lahir berat dengan laju pertumbuhan yang baik

dapat dijadikan bibit induk berikutnya. Manajemen pemeliharaan dan pemberian

pakan pada sapi dara perlu diperhatikan agar pada saat umur dikawinkan pertama

tercapai kondisi tubuh yang baik, sehingga bobot ternak yang dilahirkan baik dan

(36)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat qadha

iradat serta serta nikmat yang dikaruniakan oleh Nya sehingga Penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah

limpahkan kepada kekasih tercinta, orang yang paling mulia yang membawa

umatnya dari jaman kebodohan ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan,

yaitu nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umat nya hingga akhir

jaman.

Terlepas dari sederhananya isi dari skripsi ini, Penulis ingin mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan do’a, semangat,

dorongan, dan arahan demi selesainya penulisan skripsi ini. Penulis ucapkan terima

kasih kepada :

1) Hj. Siti Aisyah dan H. Tabidin selaku kedua orang tua Penulis yang tak

henti-henti nya selalu memberikan do’a untuk kesuksesan dan sekaligus menjadi

penyemangat bagi Penulis.

2) Ir. BN Polii, SU selaku pembimbing akademik Penulis yang selalu memberikan

arahan dan nasihat selama mengikuti pendidikan di Fakultas Peternakan IPB.

3) Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr dan Ir. Andi Murfi, M.Si, masing-masing

selaku pembimbing skripsi utama dan anggota yang selalu memberikan

semangat, arahan, dan kemudahan mulai dari pra penelitian sampai selesainya

penulisan skripsi ini.

4) Ir. Andi Arfiana (Kepala BPPT SP dan HMT Cikole), Drh. F. Teguh Santoso

(Koordinator Keswan BPPT SP dan HMT Cikole), dan Febby Rizaly NR, S.Pt

(Pelaksana Sie Pengujian BPPT SP dan HMT cikole) atas kemudahan ijin

penelitian yang diberikan serta bimbingan selama penulis melaksanakan

penelitian di BPPT SP dan HMT Cikole Lembang Bandung Jawa Barat.

5) Teman-teman Fakultas Petenakan IPB khususnya kelas IPTP 43 yang selalu

menjadi teman curhat dan belajar selama Penulis mengikuti pendidikan di

Fakultas Peternakan IPB.

6) Teman-teman seperjuangan di Famm Al-An’aam, ISMAPETI, dan OMDA

HIMALAYA yang menjadi wadah bagi Penulis untuk menempa diri dalam

(37)

7) Teman-teman kost GIZI ABADI diantaranya Fiqi, Mawas, Nuryadin, Yandhi,

Elhaq, Mahesa, Exval, Syafi’I dan yang lainnya, yang selalu mengisi

keseharian Penulis dengan canda gurau dan saling menyemangati antara satu

sama lainnya.

Dengan tidak mengurangi rasa terima kasih Penulis kepada semua pihak selain yang

disebutkan di atas, penulis ucapkan terima kasih atas semua kebaikan yang diberikan

dan semoga kebaikan tersebut menjadi amal baik dan pahala yang bisa kalian

dapatkan, Amin.

Bogor, Januari 2011

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, A.L. & J.J. Kiser. 1963. Introductory Animal Science. The MacMillan Company, New York.

Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth. Reinhold Publication Corp.,New York.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2009. BPPT-S. Lembang. http://disnak.jabarprov.go.id 10 Januari 2010].

Direrktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Inseminasi Buatan pada Ternak Sapi Tahun 2010. Kementerian Pertanian Indonesia, Jakarta.

Dwiyanto, K. 1982. Pengamatan Penotif Domba Priangan Serta Hubungan antara Beberapa Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan. Tesis. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fitzhugh Jr, H.A. 1976. Analysis of Growth Cu rves and Strategy for Altering Their Shape. J. Anim. Sci. 42 (4) : 1036 – 1051.

Forrest, J.C., E.D. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge, & R.A. Merkel. 1975. Principle of Meat Science. W.H. Freeman and Company, San Francisco.

Frey, J.K.R., Frahm, J.V. Whitemen J.E., Tamer & D.F. Stephen. 1972. Evaluation of Cow Type Classification Score and Its Relationship to Cow Productivity. J. of An. Sci., 31 : 171 (Abstr).

Hafez, E.S.E & I.A. Dyer. 1969. Animal Growth and Nutrition. Lea dan Fisher. Philadelphia.

Hafidz, H.H. & R. Priyanto. 2006. Pertumbuhan dan Distribusi Potongan Komersial Karkas Sapi Australian Commercial Cross dan Brahman Cross Hasil Penggemukan. Media Peternakan. 29 (2) : 63-69.

Hahn, G.L. 1982. Management and Housing of Farm Animal in Hot Environments. Dalam : M.K Yousef (editor). Stress Physiology of Livestock. Volume II : Basic Principle. CRC Press. Inc., Florida.

Heidhues, T., W.W. Sweet & C.A. Konddy. 1961. Interrelationship Between Certain Measurement of External Body from Internal Anatomy and Fat Production. J. of Dairy Sci. 44, 115.

(39)

Johanson, J.M. & P.J. Barger. 2003. Birth Weight as a Predictor of Calving ease and Perinatal Mortality in Holstein Cattle. J. of Dairy Sci. 86 : 3745 – 3755. http://www.journalofdairyscience.com. [ 12 Januari 2010].

Kertz, A.F., L.F. Reutzel, B.A. Barton, & R.L. Ely. 1997. Body Weight, Body Condition score and Wither Height of Prepartun Holstein cows and Birth Weight and Sex of Calves By Parity : A Database and Summary. J. of Dairy Sci. 80 : 525. http://www.journalofdairyscience.com. [12 Januari 2010].

Khan, M.A., H.J. Lee, W.S. Lee, H.S. Kim, K.S. Ki, J.K. Ha, H.G. Lee, & Y.J. Lee. 2007. Pre- and Postweaning Performance of Holstein Female Calves Fed Milk Through Step-Down and Conventional Methods. J. Dairy Sci. 90:876-885. http://www.journalofdairyscience.com. [14 Januari 2010].

Lawrence, T.L.J. & V.R. Fowler. 2002. Growth of Farm Animals. 2nd Edition. CABI Publishing. CABI International, Wallingford, Oxon Ox 10 8de, UK.

Losinger, W.C. & A.J. Heinrichs. 1996. Dairy Operation Management Pactices and Herd Milk Production. J. of Dairy Sci. 79:506-514. http://www.journalofdairyscience.com. [12 Januari 2010].

Ma’sum, K. & Didi B.W. 1990. Penggunaan Karpet Karet Sebagai Alas Lantai Kandang Sapi Perah. Jurnal Ilmiah Peneltian Ternak, Grati

Pirlo, G., F. Miflior, & M. Speroni. 2000. Effect of Age at First Calving on Production Traits and on Difference Between Milk Yield and Return and Rearing Cost in Italian Holstein. J. of Dairy Sci. 83 : 603 – 608. http://www.journalofdairyscience.com. [14 Januari 2010]

Reese, A. 1983. The effect of climate, Suplementation and Monensi on Certain Physiological Parameters, Growth Rate and Bone Mineral Status of Holstein in Tabasco. Dalam : M.K Yousef (editor). Stress Physiology of Livestock. Volume II : Basic Principle. CRC Press. Inc., Florida.

Salisbury G.W. & N.L. VanDemark. 1985. Fisiologi reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Diterjemahkan R. Djanuar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Sampurna, I.P. & I.K. Suatha. 2010. Pertumbuhan Alometri Dimensi Panjang dan Lingkar Tubuh Sapi Bali Jantan. Jurnal Veteriner. Universitas Udayana, Bali.

Smierl, N.A., C.J. Wilcox, W.W. Thatcher & F.G. Martin. 1990. Prepartum and Peripartum Reproductive Performance of Dairy Heifers Freshening at Young Ages. J. of Dairy Sci. 74:1724-1729. http://www.journalofdairyscience.com. [12 Januari 2010]

(40)

Sudono, A., R.F. Rosdiana dan B.S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Pakannya. Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Syarief, M.Z. & R.M. Sumopratowo. 1984. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta.

Tyler, H. D. & M.E. Ensminger. 2006. Dairy Cattle Science. Fourth Edition. Pearson Education Inc., Upper Saddle River, New Jersey.

Ungerer, T. 1985. Studi Faal Tentang Produktivitas Sapi Perah dalam Kondisi Lingkungan Panas. Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyaratakat. Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta.

Williamson, G. & W.J.A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Yousef, M.K. 1984. Thermoneutral Zone. Dalam : M.K Yousef (Editor). Stress Physiology of Livestock. Volume 1 : Basic Principle. CRC Press. Inc., Florida.

(41)
(42)

Lampiran 1. Data Riil Pertumbuhan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi FH Betina Mulai Umur 0 Bulan Sampai 15 Bulan.

No

Lahir 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan

Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm)

1 39,8 55,3 55,2 55,8 71,44 62 88,8 67,2 106,2 72,4

2 38,8 55,1 49,44 55,6 65,68 62,6 83,04 67,8 100,14 72,9

3 40 56,2 42,85 57 58,8 62,9 76,47 68 94,17 73,2

4 39,6 55,6 40,72 56 57,25 61,8 74,3 67,1 91,7 72,2

5 38,4 55,1 50,16 58,2 67,21 61,4 84,61 66,5 102,9 72,4

6 45 56,4 47,24 58,5 64,6 60,1 82 65,2 100,29 70,6

7 39,4 55,4 40,5 57,8 57,55 58,6 74,95 63,7 93,24 69

8 42,5 57,1 54,26 58,6 71,96 63,6 90,25 69,3 108,85 72,2

9 39,1 55,6 50,32 58,4 67,72 63,6 86,01 65,6 104,31 71,5

10 38,8 55,2 45,4 57,8 62,5 62,9 80,79 62,4 98,79 68,2

11 39,7 56,4 43 55,6 60,1 60,5 78,08 64,4 95,48 70,3

12 36,2 55 45,89 56,4 63,87 59,8 81,27 65,6 99,25 71,7

13 45 57,2 51,96 57,3 70,25 60,7 87,95 66,5 106,24 72,6

14 41,4 56,8 45,96 56,8 63,94 60,7 81,34 65,6 99,32 71,6

15 40,8 56,4 44,22 56 62,2 60 79,6 65,8 97,58 72

16 40 56,5 56,82 56,7 74,22 61,6 92,2 66,6 110,49 73,6

17 36,4 55 50,08 56,4 67,18 61,7 85,16 66,8 103,14 73,8

18 40 56,8 48,7 56 66,4 61,6 84,69 66,7 103,29 72,7

19 40,4 57,1 41,54 57 58,94 62,4 76,92 67,4 95,21 73,4

20 37,6 54,8 52,68 56,7 71,28 61,7 89,88 66,7 107,58 71,7

21 37,5 55,1 51,42 57,2 69,71 60,3 88,31 65,4 106,01 70

22 38 54,9 50,18 57,6 68,47 62,6 85,87 65,7 103,85 70,8

23 39,8 55,2 55,14 57,4 73,14 60,4 91,43 65,5 109,13 69,5

24 38 55,1 51,57 56,5 69,27 59,1 87,25 64,2 104,95 68,3

25 38,6 55,4 39,1 56,6 57,1 59,5 75,39 64,6 93,09 68,6

26 36,8 54,6 39,75 56,3 57,45 59,4 75,43 64,5 93,09 68,6

27 36,4 54,8 42,89 56,2 60,87 59,4 78,27 62,5 96,53 67,4

28 37,6 55,4 43,4 55,8 61,23 58,8 78,63 64,9 96,92 69,8

29 36 55 41,8 56,5 58,9 59 77,19 64,5 95,48 67

30 37 55,2 42,22 56,4 59,62 59 77,91 64,7 96,2 67,4

Rataan 39,15 55,66 47,15 56,84 64,63 60,92 82,47 65,71 100,45 70,85

min 36 54,6 39,1 55,6 57,1 58,6 74,3 62,4 91,7 67

max 45 57,2 56,82 58,6 74,22 63,6 92,2 69,3 110,49 73,8

sb 2,22 0,78 5,92 0,86 5,24 1,47 5,36 1,53 5,40 2,00

kk 5,7 1,4 12,5 1,5 8,1 2,4 6,5 2,3 5,4 2,8

(43)

No

5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan

Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm)

1 124,49 75,4 142,49 78,4 160,78 80,6 179,38 85,4 197,08 90,3

2 118,12 79 136,42 85 155,02 90,8 173,93 96 191,93 100,5

3 112,77 79,3 131,37 85,4 150,28 91,4 169,5 96,4 187,8 100,6

4 109,99 78,4 128,59 84,5 147,19 90,4 166,1 95,4 183,8 100,4

5 121,5 78,5 140,1 84,4 159,01 90,4 176,71 95,5 195,31 100,5

6 118,59 76,5 137,19 82,6 155,79 86,6 173,49 91,6 192,09 96,7

7 111,24 74,8 129,84 81 148,44 86,4 166,14 91,5 184,74 96,5

8 127,45 78,3 146,05 83,4 164,05 88,5 182,65 84,6 200,95 88,5

9 122,6 78 141,2 83,2 158,9 88,2 177,19 84,3 195,19 88,4

10 117,06 74,4 135,68 79,5 153,38 84,5 171,16 90,4 189,57 94,5

11 113,46 76 131,75 81,4 149,75 86,2 168,35 91,3 186,35 95,4

12 117,54 77,7 135,54 82,7 154,14 87,6 172,14 92,5 190,43 97,6

13 124,84 78,6 143,13 83,6 161,73 88,6 180,03 93,5 198,63 98,4

14 117,91 76,6 135,91 81,6 154,51 86,6 172,51 91,5 190,8 96,5

15 115,87 78,1 133,87 82,3 152,47 87,4 170,47 91,5 188,76 96,6

16 128,49 78,6 147,09 83,6 164,79 87,7 183,03 93,8 201,32 96,3

17 120,84 79,8 139,13 84,8 157,13 88,9 175,42 94 193,71 96,7

18 121,29 77,7 139,89 83,7 157,89 87,6 176,49 93 194,78 95,1

19 113,21 78,2 131,81 83,3 149,81 88,2 168,41 93,4 186,7 95,7

20 125,87 76,6 143,57 83,5 161,86 88,6 180,15 90,7 178,66 93,8

21 123,71 75,3 141,71 80,4 160 85,5 178,29 87,8 176,8 90,9

22 121,25 75,7 139,54 80,6 157,83 83,1 156,34 86,2 174,94 89

23 127,42 74,6 145,71 76,7 144,22 79,8 162,82 81,9 176,92 84

24 123,24 73,4 141,53 75,7 140,04 78,8 158,64 81,4 176,34 84

25 111,38 73,6 129,67 76,1 128,18 79,2 146,78 81,6 164,48 84,2

26 111,38 73,5 129,67 76,2 128,18 79,3 146,78 82 165,08 84,7

27 114,82 69,5 113,33 72,6 131,93 75,4 152,03 78,2 169,73 80,5

28 115,21 72,1 113,72 75,2 132,32 77,3 150,02 79,4 168,32 82,1

29 93,99 70,1 112,59 72,7 130,69 75,3 150,99 77,8 169,29 79,9

30 94,71 70,5 113,31 73,1 133,41 75,7 151,11 78,2 165,21 80,5

Rataan 117,34 75,96 134,38 80,57 150,12 84,82 167,90 88,36 184,52 91,96

min 93,99 69,5 112,59 72,6 128,18 75,3 146,78 77,8 164,48 79,9

max 128,49 79,8 147,09 85,4 164,79 91,4 183,03 96,4 201,32 100,6

sb 8,08 2,79 9,74 3,90 11,17 4,93 11,09 5,92 11,19 6,63

kk 6,9 3,7 7,2 4,8 7,4 5,8 6,6 6,7 6,1 7,2

(44)

No

10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15 Bulan

Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm) Bobot (kg) Tinggi (cm)

1 215,37 95,4 233,67 98,5 252,89 100,4 271,18 102,5 287,98 105,9 306,58 108,6

2 210,22 105,4 228,22 106,5 247,13 107,6 265,42 109,6 263,93 112,7 282,53 115,3

3 207,02 105,6 225,62 107,4 244,22 108,6 262,51 110,7 261,02 113,8 279,62 116,4

4 202,4 105,6 220,7 108,6 239,3 110,2 257,59 112,5 256,1 115,6 274,7 118,1

5 213,61 103,4 232,21 105,4 250,5 107,9 249,01 111 267,61 113,4 276,61 115,5

6 210,09 100,6 228,69 103,6 246,98 106,3 245,49 109,4 264,09 112,1 270,09 114,4 7 203,04 99,5 221,95 101,6 240,24 103,5 238,75 106,6 257,35 109,4 272,35 111,9

8 219,55 92,8 237,84 94,9 236,35 98 254,95 100,1 269,95 102,5 284,95 105,3

9 213,79 93,5 232,08 95,8 230,59 98,9 249,19 101,7 265,09 104,4 274,09 106,5

10 208,27 99,5 226,56 102 225,07 105,1 243,67 107,2 258,97 109,7 264,97 112

11 204,64 100,5 222,93 102,6 221,44 105,7 240,04 108 256,24 110,4 271,24 113,1

12 208,72 99,9 207,23 103 225,83 105,2 242,63 107,9 257,63 110,4 272,63 113,2

13 216,92 100,9 215,43 104 234,03 106,6 251,73 109,4 267,63 111,9 282,63 114

14 209,09 98,6 207,6 101,7 226,2 104,3 242,1 106,4 257,4 108,8 272,4 111,1

15 207,05 98,9 205,56 102 224,16 104,5 238,26 106,8 254,46 109,5 270,36 112,2

16 199,83 99,4 218,43 101,8 236,13 104,5 252,03 107,3 267,03 109,8 282,93 112,6

17 192,22 99,8 210,82 102,5 229,12 105,3 243,22 107,4 258,22 109,9 272,32 112

18 193,29 98,2 211,89 101 231,99 103,1 249,69 105,4 265,59 107,8 283,29 110,1

19 185,21 98,8 203,81 100,9 219,71 103,5 238,01 106,2 253,31 108,7 271,61 111,4 20 197,26 96,1 211,36 98,5 231,46 101,3 247,66 103,7 261,76 106,5 277,06 108,9

21 195,4 93,6 213,1 96,3 229 98 244,9 101,1 261,1 103,2 277,3 105,9

22 193,24 91,8 207,34 94,4 221,44 97,2 237,34 99,8 253,24 102,6 268,54 105

23 194,62 86,1 212,32 88,2 226,42 90,3 240,52 92,4 256,42 95,1 270,52 97,5

24 194,64 86,3 212,94 88,6 230,64 90,9 248,34 93,5 263,64 96,3 281,34 98,6

25 178,58 86,9 198,68 89,6 216,98 92,3 235,28 94,9 251,18 97 266,48 99,7

26 182,78 86,8 198,68 89,6 218,78 91,7 238,88 94,4 254,18 96,7 270,08 99,5

27 183,83 82,6 199,73 84,9 215,63 87,4 231,83 89,5 247,13 91,5 263,03 94,2

28 186,02 84,7 200,12 87,4 214,22 89,8 230,12 92,4 246,32 95 261,62 97,4

29 186,99 82,4 204,69 85,1 218,79 87,7 234,99 90,1 249,99 92,9 264,99 95,5

30 183,51 83 201,81 85

Gambar

Tabel  1. Keadaan Iklim Desa Cikole Kecamatan Lembang
Tabel  2. Formulasi Konsentrat Sapi Perah Dewasa
Tabel  4. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Sebelum  Penyapihan (umur 0-4 bulan)
Tabel  5. Rataan Bobot Badan dan Tinggi Pundak Sapi Perah FH Betina Lepas Sapih Sampai Kawin Pertama (umur 5-15 bulan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 14 Hasil Uji Autokorelasi Variables Entered/Removed b Fixed Asset Ratio, Dividen Payout Ratio, Sales Growth, Return On Asset a. Enter Model 1 Variables Entered

Sesuai dengan judul yaitu “Pengaruh Audit Tenure Terhadap Fraudulent Financial Reporting dengan Pendekatan Akrual Diskresioner, maka variabel dalam penelitian ini

Pada lembar rekaman survei seismik terdapat tanda dan catatan waktu untuk mendapatkan posisi planimetris atau koordinat obyek bawah laut, yaitu dengan cara mencocokan waktu

Dilan- Evet, gideceğimiz yerin yerel zaman birimiyle on bin yıl kadar önceydi, yeni ekimler yapmıştık, daha sonra başka görevlilerin gittiğini duydum; ama

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Aylin et al tentang kontrol asma dan kualitas hidup yaitu rerata skor Tes Kontrol Asma adalah 20 yang berarti tingkat kontrol

dilakukan analisa terhadap 2 2 sekuen gajah Sumatra ( Elephas maximus sumatranus ) berasal dari 5 lokasi Pusat konservasi gajah Sumatra , ternyata semua sekuen

Kehidupan di Pondok Pesantren Al-Anwar merupakan kehidupan yang penuh dinamika. Santri yang mondok di Pondok Pesantren Al-Anwar berasal dari daerah yang berbeda-beda dan

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian terdahulu menggunakan kepemilikan institusional sebagai variabel independen, sedangkan