• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Tanam Dan Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Gherkin (Cucumis anguria L.) Pada Sistem Hidroponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Media Tanam Dan Varietas Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Gherkin (Cucumis anguria L.) Pada Sistem Hidroponik"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

(

Cucumis anguria

DEPARTEMEN

INSTITUT PERTA

mis anguria

L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

Izzan Faruqi

A24069001

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

HIDROPONIK

(2)

IZZAN FARUQI. Pengaruh Media Tanam dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gherkin (Cucumis anguria L.) pada Sistem Hidroponik. Dibimbing oleh ANAS DINURROHMAN SUSILA.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin (Cucumis anguria L.) pada sistem hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB unit lapangan Cikabayan. Penelitian telah dilaksanakan mulai April sampai Juli 2010.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terbagi (Split Plot Design) dengan petak utama adalah jenis varietas mentimun Gherkin yang terdiri dari dua jenis yaitu Vlasset dan Calypso, sedangkan anak petak adalah media tanam yang terdiri dari tiga jenis yaitu media arang sekam, media arang sekam di campur dengan kompos daun bambu, dan media arang sekam di campur dengan pupuk kandang ayam. Perbandingan volume media yang digunakan ialah 1:1. Dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi terdiri dari empat ulangan sehingga ada 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 8 tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 192 tanaman.

Pada media tanam arang sekam, varietas Vlasset menghasilkan dua belas buah grade B, empat buah grade B1 dan satu buah grade O, sedangkan varietas

Calypso menghasilkan enam buah grade B dan dua buah grade B1. Pada media arang sekam di campur dengan kompos daun bambu, varietas Vlasset

menghasilkan 25 buah grade B, tujuh buah grade B1 serta empat buah grade O. Sedangkan varietas Calypsomenghasilkan delapan buah grade B, dua buah grade B1 dan satu buah grade O. Selanjutnya pada media arang sekam dicampur dengan pupuk kandang, varietas Vlasset menghasilkan delapan buah grade B dan satu buah grade B1. Sedangkan varietas Calypso menghasilkan tujuh buah grade B, tiga buah grade B1, serta tiga buah grade O.

(3)

Judul : PENGARUH MEDIA TANAM DAN VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN GHERKIN (Cucumis anguriaL.) PADA SISTEM HIDROPONIK

Nama : IZZAN FARUQI

NIM : A24069001

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi NIP. 19621127 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(4)

(

Cucumis anguria

L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Izzan Faruqi

A24069001

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Penulis dilahirkan di Depok, Jawa Barat pada tanggal 24 Mei 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikanya pada tahun 1993 di Taman Kanak Pondok Duta selama setahun. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar pada tahun 1994 hingga 2000 di SD Islam Pondok Duta. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Pribadi dari tahun 2000 hingga 2002 kemudian pindah ke SLTP 98 hingga lulus pada 2003. Pada tahun 2003 hingga 2006, penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 106 Jakarta Timur.

Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selanjutnya penulis diterima sebagai mahasiswa jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(6)

nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Tanam dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gherkin (Cucumis anguria L.) pada Sistem Hidroponik”. Skripsi ini merupakan syarat untuk melaksanakan tugas akhir.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Dewi Sukma, SP., MSi dan Juang Gema Kartika, SP., MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Eny Widajati MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan.

4. Kedua orang tua, adik, dan seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, cinta dan kasih sayang yang diberikan selama ini.

5. Rumah Senyum’s Family atas semua doa,dukungan, persaudaraan dan kebersamaan selama ini.

6. Seluruh keluarga BEM KM Generasi Inspirasi, Soskemas Inspirasi dan AGH’43 atas kebersamaannya dalam suka duka, doa, nasehat dan bantuan selama penelitian berlangsung.

7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang pertanian. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kedepannya.

Bogor, April 2011

(7)

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani ... 3

Syarat Tumbuh ... 4

Hidroponik ... 4

Greenhouse ... 5

Pupuk Kandang... 5

Arang Sekam ... 6

Kompos daun bambu ... 7

BAHAN DAN METODE ... 8

Waktu dan Tempat Penelitian ... 8

Bahan dan Alat ... 8

Metode Penelitian ... 8

Bahan dan Alat ... 9

Pelaksanaan ... 10

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

Hasil... 12

Pembahasan ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(8)

Nomor Halaman

1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Mentimun ... 10 2. Kelas Buah Mentimun Gherkin ... 11 3. Suhu dan Kelembaban Rata-Rata Bulan Mei-Juni 2010 di Dalam

Greenhouse pada pukul 07.00, 13.00 dan 16.00. ... 13 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Tinggi Tanaman

Mentimun Gherkin... 14 5. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Ruas Jantan

Mentimun Gherkin ... 15 6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Panjang Ruas Rata-Rata

Mentimun Gherkin... 16 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga Jantan

Mentimun Gherkin... 17 8. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Jumlah Bunga Betina

Mentimun Gherkin... 18 9. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Jenis Media Tanam terhadap

Jumlah Bunga Betina Mentimun Gherkin... .. 18 10. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Parameter Pasca Panen

Mentimun Gherkin... 19 11. Pengaruh Varietas dan Media Tanam terhadap Bobot dan Jumlah Buah

per Tanaman Mentimun Gherkin... ..20 12. Jumlah Buah Keseluruhan Tanaman contoh Mentimun Gherkin pada

(9)
(10)

1. Kondisi Tanaman di dalam Greenhouse ... 28

2. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Mentimun Gherkin... 29

3. Pengelompokan Kelas Buah ... 30

4. Hasil Panen Mentimun Gherkin... 31

5. Data Suhu Harian didalam Greenhouse Bulan Mei-Juni 2010 ... 32

6. Data Kelembaban Harian didalam Greenhouse Bulan Mei-Juni 2010 ... 32

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki keragaman jenis buah-buahan dan sayuran. Berbagai jenis komoditas hortikultura dapat tumbuh di Indonesia. Menurut data Departemen Pertanian, volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2006 sebesar 236 225 ton, sedangkan volume impor komoditas hortikultura tahun 2006 sebesar 550 437 ton. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mendorong peningkatan produksi komoditas hortikultura.

Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Cucurbitacae. Tanaman ini dapat tumbuh baik diberbagai tipe tanah. Mentimun termasuk tanaman herbacius dan tanaman tahunan. Gherkin adalah salah satu jenis kultivar mentimun yang berbeda dari lainnya. Jenis kultivar ini mempunyai bentuk kecil, oval dan berduri (Kovact, 2003). Menurut data FAO, produksi Gherkin di Indonesia tahun 2005 masih mencapai 423 333 ton sedangkan di China produksi Gherkin dapat mencapai 26 559 600 ton. Perlu adanya teknik budidaya yang tepat dalam meningkatkan produksi hasil mentimun Gherkin di Indonesia.

Peningkatkan produksi tanaman memerlukan teknologi tepat guna, salah satu teknologi yang digunakan adalah teknologi hidroponik. Hidroponik adalah suatu teknik bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya dan tanaman mengambil unsur hara mineral sebagai nutrisi yang dilarutkan dalam air (Perez, 2008). Pada hidroponik agregat, media tanam harus mampu sebagai penyangga tubuh tanaman, bersifat inert atau tidak mengandung unsur hara, memiliki aerasi yang baik dan tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman (Morgan and Lennard, 2000).

(12)

perkembangan tanaman, sedangkan harga pupuk anorganik yang digunakan dalam hidroponik sebagai sumber unsur hara semakin tinggi. Ada berbagai cara dalam melengkapi dan meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman salah satunya dengan pemberian bahan organik.

Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi penyerapanya, perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara seperti N, P, K dan S (Sudiarto dan Gusmaini, 2004). Salah satu bahan organik yang dapat digunakan adalah kompos daun bambu. Kompos daun bambu dapat menjadi alternatif media tanam pada hidroponik. Kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan hidroponik mempunyai aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik (Asrodiah, 2005).

Budidaya mentimun Gherkin perlu dikembangkan dengan tepat dan berkelanjutan. Kandungan unsur hara yang lengkap dan efisien diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan mentimun Gherkin. Oleh karena itu penggunaan teknologi hidroponik dan bahan organik diharapkan dapat meningkatkan hasil mentimun Gherkin dan kandungan unsur hara tanaman.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin (Cucumis anguria L.) pada sistem hidroponik.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah:

1. Terdapat perbedaan dalam pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin varietas Vlassetdan Calypsodalam budidaya hidroponik.

2. Terdapat pengaruh tambahan bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin.

(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani

Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang 5 meter. Mentimun memiliki sulur hingga panjangnya 30 cm dan sistem perakaran yang luas serta dangkal. Bagian tanaman yang digunakan adalah buahnya. Tanaman mentimun Gherkin termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, famili Cucurbitaceae (Grubben dan Denton, 2004).

Berdasarkan penggunaanya mentimun dibedakan menjadi dua jenis yaitu digunakan untuk konsumsi segar (slicing) dan untuk bahan dasar acar atau asinan (pickling). Jenis mentimun yang digunakan untuk slicing adalah memiliki kulit hijau gelap dan lebih panjang sedangkan jenis mentimun yang digunakan untuk

pickling adalah memiliki kulit hijau terang dan lebih pendek. Penggunaan mentimun Gherkin umumnya digunakan sebagai bahan dasar acar atau asnian (pickling) (Acquaah, 2009).

(14)

Syarat Tumbuh

Tanaman mentimun Gherkin dapat tumbuh baik pada suhu berkisar 18°C-30°C. Namun demikian tanaman ini termasuk jenis tanaman yang sensitif terhadap kondisi lingkungan terutama suhu udara diatas 30°C dan intensitas cahaya tinggi (Jones dan Benton, 2005). Mentimun Gherkin dapat tumbuh baik pada pH 6.0-6.5 dan dapat tumbuh dengan baik diberbagai tipe tanah. Mentimun Gherkin dapat dipanen setelah berumur 50-70 hari setelah tanam, tergantung dari jenis varietas yang ditanam (Westerfield, 2007).

Perkecambahan biji mentimun terjadi selama 3 hari. Tanaman ini mulai berbunga pada umur 40-50 hari setelah tanam. Bunga jantan dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan bunga betina. Perbandingan bunga betina dan bunga jantan dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti suhu, panjang hari, cara bercocok tanam. Mentimun dapat tumbuh pada ketinggian hingga mencapai 2000 meter. Keadaan lingkungan yang kurang mendukung seperti terlalu lembab atau terlalu panas akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan adanya pengaruh pada hasil tanaman. salah satu dampaknya tanaman akan mudah terserang berbagai hama dan penyakit. Keadaan lingkungan yang terlalu lembab akan menyebabkan berbagai penyakit seperti powdery mildew, layu fusarium dan lainnya (Grubben dan Denton, 2004).

Hidroponik

Hidroponik adalah suatu metode cocok tanam dimana kebutuhan unsur hara tanaman disediakan oleh larutan nutrisi yang dilarutkan kedalam air. Sistem hidroponik diklasifikasikan kedalam dua jenis yaitu sistem substrat dan sistem tanpa substrat (Arteca, 2006). Media yang digunakan dalam hidroponik adalah media organik dan media anorganik. Media organik memiliki struktur fisik dan kimia yang berbeda dibandingkan dengan media anorganik. Media ini memiliki daya tahan sebagai penyangga yang kuat dimana berpengaruh baik untuk tanaman seperti sebagai tempat penyimpanan unsur hara yang baik (Jones dan Benton, 2005).

(15)

bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman (Perez, 2008). Fungsi utama media hidroponik adalah untuk menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman (Zulfitri, 2005).

Sistem hidroponik memiliki banyak kelebihan diantaranya meminimalisir serangan hama dan penyakit, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, larutan nutrisi tanaman dapat diatur sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman. Selain itu budidaya hidroponik dapat diusahakan di lahan tidak subur maupun di lahan yang sempit, kebersihan lingkungan dapat lebih terjaga. Pada sistem hidroponik pula budidaya tanaman dapat dilakukan tanpa bergantung musim (Suhardiyanto, 2006). Kelebihan lainnya adalah dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan faktor lingkungan dapat terkontrol dengan baik (Jones dan Benton, 2005).

Greenhouse

Greenhouse adalah bangunan dengan struktur khusus untuk pertumbuhan tanaman dalam kondisi yang terkontrol. Atap bangunan ditutupi dari bahan transparan sehingga cahaya dapat masuk kedalam bangunan. Greenhouse berbeda dalam bentuk, rancangan, dan kondisi lingkungan. Penggunaan greenhouse memiliki berbagai keuntungan diantaranya dapat melakukan budidaya tanaman secara terus menerus, dapat digunakan dalam skala besar atau kecil dan dapat menghasilkan kualitas panen tinggi dikarenakan kondisi lingkungan yang terjaga (Acquaah, 2009).

Faktor lingkungan yang berpengaruh didalam greenhouse diantaranya suhu, cahaya dan kelembaban udara. Kualitas air yang baik juga dibutuhkan untuk meminimumkan terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan masalah ketika tanaman tumbuh. Pembuatan greenhouse disyaratkan mempunyai ventilasi yang baik dan efisien, konstruksi dan struktur bangunan yang kuat serta transmisi cahaya yang tinggi (Arteca, 2006).

Pupuk Kandang

(16)

berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Pupuk organik memiliki fungsi sebagai sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. (Balai Penelitian Tanah, 2005). Fungsi penting lainnya adalah memperbaiki daya simpan air, meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya ikat hara (Syukur dan Harsono, 2008).

Bahan organik sangat berperan pada pembentukan struktur tanah yang baik dan stabil dalam infiltrasi dan kemampuan menyimpan air. Menurut Simatupang (2005) pemberian pupuk kandang dengan nyata menurunkan besarnya aliran permukaan karena pupuk kandang memperbaiki sifat tanah terutama struktur sehingga permeabilitas tinggi. Penggunaan pupuk kandang merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam yang terbarukan kemudian di sisi lain penggunaan pupuk kandang dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman. Menurut Ghaffoor et al. (2005) Penggunaan pupuk kandang ayam baik untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang ayam dapat memperbaiki sifat biologis tanah seperti meningkatkan jumlah aktifitas metabolik organisme tanah.

Arang sekam

Media arang sekam tidak mudah lapuk dan menyimpan air dengan baik. Media ini juga tidak mempengaruhi pH dan struktur larutan hara dan tidak mudah ditumbuhi lumut atau jamur. Media ini adalah bahan ringan yang memungkinkan sirkulasi udara dan kapasitas menahan air tinggi serta dikarenakan berwarna kehitaman dapat mengabsorpsi sinar matahari dengan efektif (Hardjanti, 2005). Arang sekam berasal dari pembakaran sekam yang tidak sempurna yang berwarna hitam dan telah banyak digunakan sebagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik. Berdasarkan hasil analisis kimia media , arang sekam memiliki pH sebesar 6.92 (Yanti, 2004).

(17)

pertumbuhan bakteri pembusuk dan pada tahap ini sudah tidak terjadi proses dekomposisi. Arang sekam dapat meningkatkan permeabilitas udara dan perkolasi air (Nurbaity et al., 2009). Menurut Perez (2008) Arang sekam merupakan substrat yang baik dan terdapat ruang untuk komponen-komponen lain dari substrat seperti akar tanaman.

Kompos Daun Bambu

Media kompos daun bambu potensial digunakan sebagai media tanam hidroponik. Kompos daun bambu digunakan untuk campuran bahan organik sebagai media tanam. Media ini mempunyai sifat tidak mengikat dan menyumbang hara selama belum melapuk (Susantoet al., 2005).

(18)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB unit lapangan Cikabayan. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 250 m diatas permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan mulai April sampai Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih mentimun Gherkin hibrida varietas Vlasset dan varietas Calypso. Larutan hara berupa larutan AB Mix yang terdiri dari pupuk stok A (KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok B (KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04. Na2HBO3, ZnSO4

dan NaMoO4). Komposisi hara yang digunakan yaitu: K+210 ppm, PO4-60 ppm,

NO3-233 ppm, NH4+25 ppm, Ca2+177 ppm. Mg2+24 ppm, SO4-113 ppm, Fe 2.14

ppm, B 1.2 ppm, Zn 0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan Mo 0.046 ppm. Media arang sekam, pupuk kandang ayam, kompos daun bambu. Insektisida yang digunakan berbahan aktif Deltamethrin dan Imidacloprid.

Peralatan yang digunakan adalah tray semai, instalasi drip irigation, gelas ukur 1000 ml dan 100 ml, kontainer 100 liter, EC dan pH meter, Termo-hygrometer (0C,%), hand refracktometer (%Brix), hand penetrometer(kg/cm2), Munsell color chart, jangka sorong, ember, benang ajir, kawat ajir, label, alat tulis, alat ukur, timbangan kasar, polybag ukuran 35 cm x 35 cm sebanyak 140 lembar.

Metode Penelitian

(19)

dari 8 tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 192 tanaman. Analisis data menggunakan uji F dengan taraf 5% dan apabila hasilnya berbeda nyata dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = μ+Kk+αiδik+ βj +(αβ)ij+ijk ; (i=1,....t, j=1,....r)

Keterangan :

Yijk =nilai pengamatan pada petak utama ke-i dan anak petak ke-j dan

ulangan ke k

μ = rataan umum

i = pengaruh petak utama ke-i

βj = pengaruh anak petak ke-j

Kk= pengaruh kelompok ke-k

(αβ)ij = komponen interaksi antara petak utama ke-i dengan anak petak ke-j

δik = komponen acak dari petak utama yang menyebar normal ijk = pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normal

Pelaksanaan

Persiapan penelitian dilakukan dengan persiapan alat dan bahan yang digunakan dan pembersihan greenhouse. Pembuatan pupuk ABmix dilakukan dengan melarutkan kedalam dua kontainer, tiap kontainer berkapasitas 90 liter. Kemudian masing-masing larutan hara stok A dan B diambil sebanyak 10 liter dan diencerkan menjadi 2000 liter dalam container kapasitas 2000 l. Selanjutnya dilakukan pengecekan pengukuran pH larutan dan EC dengan nilai pH 6.5-6.8 dan nilai EC 2.1-2.5 mS/cm.

(20)

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiraman rutin, pembersihan greenhouse, pengendalian hama dan penyakit. Fertigasi dilakukan tiap harinya dengan sistem otomatis menggunakan drip irigationdengan frekuensi penyiraman dan banyaknya aplikasi disesuaikan dengan umur tanaman. Berikut ini Tabel 1, volume dan jadwal penyiraman tanaman mentimun.

Tabel 1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Mentimun

Umur

Pembersihan greenhouse dilakukan dengan penyiraman lantai greenhouse dan pembersihan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktifDeltamethrin dan Imidaclopriddan konsentrasi 2 cc/liter. Pada awal perkembangan tanaman hingga masa vegetatif dilakukan penyemprotan insektisida setiap tiga hari sekali.

Pengamatan

Pengamatan fase vegetatif dilakukan terhadap beberapa peubah diantaranya tinggi tanaman (cm), panjang ruas rata-rata (cm), jumlah buku (buah). Pengamatan tinggi tanaman (cm) dilakukan dengan pengukuran dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh. Pengamatan panjang ruas rata-rata (cm) dilakukan dengan perhitungan dari tinggi tanaman dibagi jumlah ruas. Pengamatan jumlah buku (buah) dilakukan dari buku pertama hingga buku terakhir.

(21)

dari pindah tanam hingga mekar bunga hermafrodit dan setelah 50% bunga mekar dari seluruh populasi. Pengamatan jumlah bunga jantan dilakukan mulai saat mekar bunga pertama hingga masa panen. Pengamatan jumlah bunga betina dilakukan mulai saat mekar bunga pertama hingga masa panen. Pengamatan umur panen (HST) dilakukan mulai awal pindah tanam hingga panen.

Pengamatan pasca panen dilakukan terhadap beberapa peubah diantaranya bobot buah (gr), panjang buah (cm), Diameter buah (cm), kekerasan kulit buah (kg/cm2), kandungan padatan terlarut total (%Brix). Bobot buah (gr) diukur menggunakan timbangan. Panjang buah (cm) diukur dari pangkal hingga ujung buah. Diameter buah (cm) diukur pada bagian tengah buah.

Tabel 2. Tabel Kelas Buah Mentimun Gherkin

Kelas Gherkin Diameter Buah E < 3.3 cm B1 3.4 - 3.8 cm

B 3.9 - 4.2 cm Oversize > 4.2 cm

Kekerasan kulit buah (kg/cm2) diukur menggunakan hand penetrometer

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Daya berkecambah dua varietas mentimun Gherkin secara berturut-turut adalah varietas Calypso memiliki daya berkecambah 67.2% dan varietas Vlasset

memiliki daya berkecambah 97.7%. Tanaman mentimun Gherkin ditransplanting sekitar umur 21 hari setelah tanam. Media tanam saat pembibitan dan hasil penyemaian mentimun Gherkin dapat dilihat pada gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Media Pembibitan (a) dan Penyemaian Mentimun Gherkin (b)

Perkembangan masa vegetatif tanaman ini cepat dan baik, namun terdapat beberapa kendala yang terjadi selama melakukan penelitian ini (Lampiran 1). Adanya serangan hama kutu daun (Aphis sp.) pada masa pembibitan sehingga hal ini terjadi pula pada saat fase generatif di dalam greenhouse. Hama lainnya yang menyerang adalah embun tepung yang disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis, belalang, dan kupu-kupu (Lampiran 2). Penyakit yang menyerang tanaman adalah penyakit kerdil. Intensitas serangan hama dan penyakit ringan sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(23)

Tabel 3. Suhu dan Kelembaban Rata-rata Bulan Mei-Juni 2010 di Dalam Greenhouse pada pukul 07.00, 13.00, 16.00.

Kelembaban udara menjadi faktor penting pula pada keadaan suatu lingkungan. Kelembaban udara (RH) di dalam greenhouse paling tinggi terjadi di pagi hari berkisar antara 80%-95%. Kelembaban paling rendah terjadi pada siang hari berkisar 38%-59%. Suhu udara dan kelembaban udara di dalam greenhouse dapat lebih terjaga sehingga intensitas hama dan penyakit tanaman dapat ditekan.

Pertumbuhan Vegetatif

Tinggi tanaman

(24)

Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Arang sekam 3.53 7.52 35.78b 84.31a 139.31b Arang sekam+Kompos daun bambu 3.00 9.67 51.22a 112.69a 170.31a Arang sekam+Pupuk kandang 3.00 8.41 47.25a 84.31b 167.31a

Uji F tn tn ** ** *

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Jumlah Ruas

Berdasarkan Tabel 5, Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah ruas tanaman mentimun Gherkin pada 8 MST. Diantara kedua varietas yang di uji varietas Calypso memiliki jumlah ruas yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Vlasset. Banyaknya jumlah ruas dapat berpengaruh terhadap banyaknya bakal calon buah yang dihasilkan. Pada umumnya bakal calon buah akan tumbuh pada ruas-ruas tanaman. Hal ini menandakan varietas

(25)

Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Ruas Mentimun

Arang sekam 2.00 3.62b 8.00 13.81b 20.37b Arang sekam+Kompos daun bambu 24.37 4.50a 8.37 15.93a 22.75a Arang sekam+Pupuk kandang 21.87 3.87b 8.56 15.06ab 22.44a

Uji F tn ** tn * *

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Panjang Ruas Rata-Rata

Panjang ruas rata-rata didapatkan dari tinggi tanaman dibagi dengan jumlah ruas. Ini dapat menunjukkan perkembangan panjang tiap ruas dari suatu tanaman. Berdasarkan Tabel 6, panjang ruas rata-rata berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan pengaruh media tanam. Pengaruh varietas berpengaruh nyata pada 4, 7 dan 8 MST terhadap panjang ruas rata-rata. Pada 4 MST, varietas

Calypso memiliki panjang ruas rata-rata lebih tinggi dibandingkan varietas

(26)

Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Rata-Rata

Arang sekam 1.87 2.47 4.43b 6.07b 6.82b Arang sekam+Kompos daun bambu 1.83 2.80 5.57a 7.42a 7.44a Arang sekam+Pupuk kandang 1.69 2.70 5.50a 7.50a 7.47a

Uji F tn tn ** ** **

interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Pertumbuhan Generatif

Jumlah Bunga Jantan

(27)

Tabel 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Bunga Jantan

Arang sekam+Kompos daun bambu 7.06 14.86 17.25 Arang sekam+Pupuk kandang 5.50 17.12 20.62

Uji F tn tn tn

Interaksi tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Jumlah Bunga Betina

Berdasarkan Tabel 8, jumlah bunga betina mentimun Gherkin berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas pada 7 dan 9 MST. Pada 7 dan 9 MST jumlah bunga betina yang dihasilkan varietas Vlassetlebih banyak dibandingkan varietas

Calypso. Salah satu contoh dapat dilihat pada 7 MST jumlah bunga betina rataan tiap tanaman varietas Vlassetadalah 7.29 sedangkan varietas Calypsoadalah 1.96.

(28)

Tabel 8. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Bunga Betina

Arang sekam+ Kompos daun bambu 3.87 12.37 20.69 Arang sekam+Pupuk kandang 4.19 10.81 22.25 Uji F tn tn tn Interaksi * tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Pada pengamatan jumlah bunga betina terdapat interaksi antara pengaruh varietas dan pengaruh media tanam pada 7 MST. Berdasarkan Tabel 9, pada varietas Vlasset media tanam arang sekam adalah media tanam terbaik pada 7 MST. Sedangkan pada varietas Calypso, dari ketiga jenis media tanam tidak menunjukkan yang terbaik antara satu dengan yang lainnya.

Tabel 9. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Jenis Media Tanam Terhadap JumlahBunga Betina Mentimun Gherkin Pada 7 MST

(29)

Pasca Panen

Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat lingkar buah mentimun Gherkin tidak berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan media tanam. Kemudian dapat dilihat kekerasan mentimun Gherkin tidak berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan media tanam. Hal tersebut terlihat pula pada padatan terlarut total mentimun Gherkin yang tid ak berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan media tanam.

Tabel 10. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Parameter Pasca Panen Mentimun Gherkin

Arang sekam+Kompos daun bambu 3.06 15.25 2.34 Arang sekam+Pupuk kandang 2.62 10.32 2.31

Uji F tn tn tn

Interaksi tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Bobot dan Jumlah Buah per Tanaman

(30)

Tabel 11. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Bobot dan Jumlah Buah per Tanaman Mentimun Gherkin

Perlakuan Bobot Buah per Tanaman (gr)

Jumlah Buah

Arang sekam+Kompos daun bambu 173.20 2.17 Arang sekam+Pupuk kandang 172.69 2.50

Uji F tn tn

Interaksi tn tn

Keterangan : tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Pengelompokan Buah

Berdasarkan Tabel 12, terdapat jumlah buah keseluruhan berdasarkan grade buah tanaman mentimun Gherkin. Ada 4 grade yang biasanya dipakai dalam menentukan kelas buah tanaman mentimun Gherkin yaitu kelas B, B1, E, dan O. Grade buah ini ditentukan berdasarkan diameter buah tanaman mentimun Gherkin. Pada media tanam arang sekam, varietas Vlassetmenghasilkan dua belas buah grade B, empat buah grade B1 dan satu buah grade O, sedangkan varietas

Calypsomenghasilkan enam buah grade B dan dua buah grade B1.

Pada media arang sekam di campur dengan kompos daun bambu, varietas

(31)

Tabel 12. Tabel Jumlah Buah Keseluruhan Tanaman Contoh Mentimun Gherkin Arang sekam+Kompos daun bambu 25 7 4

(69.44%) (19.44%) (11.12%) Arang sekam+Pupuk kandang 8 1 0

(88.88%) (11.11%) (0%)

Clyppsa Arang sekam 6 2 0

(75%) (25%) (0%) Arang sekam+Kompos daun bambu 8 2 1

(72.72) (18.18%) (9.1%)

Parameter pertumbuhan vegetatif yang diamati dalam penelitian ini menghasilkan hasil uji F yang berbeda-beda. Tidak ada interaksi antara pengaruh varietas dan pengaruh media tanam terhadap tinggi tanaman mentimun Gherkin sehingga dilihat dari tinggi tanaman perlakuan varietas tidak berpengaruh secara nyata. Namun pengaruh media tanam berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada 6,7 dan 8 MST. Jenis media tanam arang sekam dicampur kompos daun bambu menghasilkan nilai tinggi tanaman lebih besar diantara media tanam lainnya. Media tanam kompos daun bambu dapat menyerap dan menahan air dengan baik serta memiliki porositas yang baik (Asrodiah, 2005).

(32)

bambu dapat mempengaruhi banyaknya ruas yang dapat tumbuh pada tanaman mentimun Gherkin. Banyaknya ruas tanaman mentimun dapat mempengaruhi banyaknya calon buah yang dihasilkan. Calon buah mentimun Gherkin tumbuh pada ruas tanaman. Media tanam kompos daun bambu sebagai bahan organik mempunyai kelebihan diantaranya ringan dan aerasi baik (Asrodiah, 2005).

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang ruas rata-rata pada 6 MST, 7 MST dan 8 MST. Jenis media tanam arang sekam dicampur kompos daun bambu dan arang sekam dicampur pupuk kandang ayam menghasilkan data yang hampir sama. Campuran media arang sekam dan pupuk kandang ayam juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap panjang ruas rata. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap panjang ruas rata-rata pada 4 MST, 7 MST dan 8 MST. Varietas Vlasset menghasilkan panjang ruas rata-rata lebih tinggi dibandingkan varietas Calypso. Ini menunjukkan varietas Vlassetmemiliki keadaan tiap ruas tanaman dan ruang tumbuh buah lebih renggang sehingga perkembangan buah dapat lebih baik.

Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga jantan pada 8 MST dan 9 MST. Tanaman Gherkin varietas Calypso memiliki laju pertumbuhan bunga jantan lebih tinggi dibandingkan varietas Vlasset. Perlakuan varietas juga berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina pada 7 MST. Varietas Vlasset

memiliki laju pertumbuhan bunga betina lebih tinggi dibandingkan varietas

Calypso. Berdasarkan hasil tersebut dapat menunjukkan varietas Vlasset lebih banyak memproduksi bunga betina dibandingkan bunga jantan. Varietas Calypso

lebih banyak memproduksi bunga jantan dibandingkan bunga betina. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat produksi dan panen buah mentimun Gherkin dari tiap varietas (Lampiran 4).

(33)

atau dapat pula dikarenakan faktor lingkungan yang kurang mendukung seperti suhu yang terlalu panas.

Berdasarkan tabel 12, terlihat varietas Vlasset menghasilkan jumlah buah lebih banyak dibandingkan varietas Calypso. Jenis media tanam arang sekam dicampur kompos daun bambu menhasilkan jumlah buah lebih banyak dibandingkan media tanam lainnya baik pada varietas Vlasset maupun varietas

Calypso.

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengaruh perlakuan varietas berpengaruh nyata pada parameter jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah bunga jantan dan jumlah bunga betina. Namun perlakuan varietas tidak berbeda nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman. Pengaruh perlakuan media tanam berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata. Namun perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman. Perlakuan media tanam arang sekam dicampur kompos daun bambu lebih baik diantara media tanam yang lainnya. Adanya pengaruh faktor lingkungan yang kurang mendukung menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan mentimun Gherkin kurang optimal. Tidak terdapat interaksi antara pengaruh varietas dan pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin.

Saran

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Acquaah, G. 2009. Horticulture : Principle and Practices. Pearson Prentica Hall. Ohio. 318p.

Arteca, R.N. 2006. Introduction to Horticulture Science. Thomson Delmar Coorporation. Canada. 635p.

Asrodiah, R. 2005. Pemanfaatan Serasah Kompos daun bambu Sebagai Media Petumbuhan Stoberi (Fragaria ananassa Duch.) yang Ditanam Secara Hidroponik. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Tingkatkan Produksi Pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27 (6).

Departemen Pertanian. 2006. Volume Ekspor Komoditi Hortikultura. http://www.deptan.go.id. [30/04/2011].

Food and Agricultural Organization. 2005. Food and Agricultural Commodities Production.http://www.apps.fao.org. [1/05/2011].

Ghaffoor, A., M.S. Jilani, G. Khaligand, and K. Waseem.2003. Effet of different NPK levels on the growth and yield of three onion (Allium cepa L.) varieties. Asian Journalof Plant Science. (157):227-234.

Grubben, G.J.H. and O.A Denton. 2004. Plant Resources of Tropical Africa 2 Vegetables. PROTA Foundation Backhuys Publishers. Wageningen. 668p.

Hardjanti, S. 2005. Pertumbuhan stek adenium melalui penganginan, asal bahan stek, penggunaan pupuk daun dan komposisi media. Agrosains. 7(2):108-114.

Jones, Jr., and J. Benton. 2005. Hydroponics: A Practical Guide for the Soiless Grower. CRC Press. Florida. 631p.

Kovact, J.T. 2003. Cucumber. Master Gardener Journal: MG. 281p.

Morgan, L., and S. Lennard. 2000. Hydroponic Capsicum Production: A Comprehensive, Practical and Scientific Guide to Commercial. Casper Publication Sydney. 56-74p.

(36)

Nurbaity, A., Diyan, Herdiyantoro, dan M. Oviyanti. 2009. Pemanfaatan bahan organik sebagai bahan pembawa inokulan fungsi mikoriza arbuskula. Jurnal Biologi. 8(1):11-17.

Perez, L.E. 2008. Hydroponics for The Home. Inter-American Institute for Cooperation on Agriculture. San Jose. 106p.

Rubatzky, V.E., and M. Yamaguchi. 1999. World Vegetable Principles, Production, and Nutrition Values, 3rd ed. Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg, Maryland.

Simatupang, P. 2005. Pengaruh Pupuk Kandang dan Penutup Tanah terhadap Erosi pada Tanah Ultisol Kebun Tambunan A DAS Wampu, Langkat. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. (40):80-92.

Sudiarto, dan Gusmaini. 2004. Pemanfaatan Bahan Organik in situuntuk Efisiensi Budidaya Jahe yang Berkelanjutan. Jurnal Litbang Pertanian. 23(2).

Suhardiyanto, H. 2006. Teknologi Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Susanto, S., Suwardi, dan N. Murniati. 2005. Pemanfaatan serasah kompos daun bambu sebagai media budidaya tomat (Lycopersicon esculentum Mill) dengan sistem hidroponik. Buletin Agronomi. 33(1):33-37.

Syukur, A., dan E.S. Harsono,. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan NPK Terhadap Beberapa Sifat Kimia dan Fisik Tanah Pasir Pantai Samas Bintui. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 8(2):138-145.

Westerfield, R.R. 2007. Growing Cucumber in The Home Garden. Learning for Life. The University of Georgia Coorperative Extension. 4p.

Yanti, D.W. 2004. Perumbuhan Stek Akar Mimba (Azadirachta indica A. Juss) pada Berbagai Media dan Dosis Rootone-F. Skripsi. Departemen Biologi. FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 20 hal.

(37)
(38)

Lampiran 1. Kondisi Tanaman di dalam Greenhouse

b

a

c d

Keterangan :

(39)

Lampiran 2. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Mentimun Gherkin

Daun yang terserang Leaf Miner Daun Kering

(40)

Lampiran 3. Pengelompokan Kelas Buah

Keterangan :

(41)

Lampiran 4. Hasil Panen Mentimun Gherkin

Keterangan :

V1M2 : Varietas Calypsodan perlakuan media arang sekam dicampur kompos daun bambu

V1M3 : Varietas Calypsodan perlakuan media arang sekam dicampur pupuk kandang ayam

V2M1 : Varietas Vlassetdan perlakuan media arang sekam

V2M2 : Varietas Vlassetdan perlakuan media arang sekam dicampur kompos daun bambu

(42)

Lampiran 5. Data Suhu Harian didalam Greenhouse Bulan Mei-Juni 2010

Lampiran 6. Data Kelembaban Harian didalam Greenhouse Bulan Mei-Juni 2010

Lampiran 7. Tabel Data Analisis Pupuk Kandang Ayam

No lab No lapang C N P K Ca Mg

C2396

Pupuk ayam

Petelur 25.54% 1.76 % 0.81 % 1.75 % 0.36 % 0.13 %

(43)

(

Cucumis anguria

DEPARTEMEN

INSTITUT PERTA

mis anguria

L.) PADA SISTEM HIDROPONIK

Izzan Faruqi

A24069001

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

HIDROPONIK

(44)

IZZAN FARUQI. Pengaruh Media Tanam dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gherkin (Cucumis anguria L.) pada Sistem Hidroponik. Dibimbing oleh ANAS DINURROHMAN SUSILA.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin (Cucumis anguria L.) pada sistem hidroponik. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB unit lapangan Cikabayan. Penelitian telah dilaksanakan mulai April sampai Juli 2010.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah petak terbagi (Split Plot Design) dengan petak utama adalah jenis varietas mentimun Gherkin yang terdiri dari dua jenis yaitu Vlasset dan Calypso, sedangkan anak petak adalah media tanam yang terdiri dari tiga jenis yaitu media arang sekam, media arang sekam di campur dengan kompos daun bambu, dan media arang sekam di campur dengan pupuk kandang ayam. Perbandingan volume media yang digunakan ialah 1:1. Dengan demikian terdapat 6 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi terdiri dari empat ulangan sehingga ada 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 8 tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 192 tanaman.

Pada media tanam arang sekam, varietas Vlasset menghasilkan dua belas buah grade B, empat buah grade B1 dan satu buah grade O, sedangkan varietas

Calypso menghasilkan enam buah grade B dan dua buah grade B1. Pada media arang sekam di campur dengan kompos daun bambu, varietas Vlasset

menghasilkan 25 buah grade B, tujuh buah grade B1 serta empat buah grade O. Sedangkan varietas Calypsomenghasilkan delapan buah grade B, dua buah grade B1 dan satu buah grade O. Selanjutnya pada media arang sekam dicampur dengan pupuk kandang, varietas Vlasset menghasilkan delapan buah grade B dan satu buah grade B1. Sedangkan varietas Calypso menghasilkan tujuh buah grade B, tiga buah grade B1, serta tiga buah grade O.

(45)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki keragaman jenis buah-buahan dan sayuran. Berbagai jenis komoditas hortikultura dapat tumbuh di Indonesia. Menurut data Departemen Pertanian, volume ekspor komoditas hortikultura Indonesia tahun 2006 sebesar 236 225 ton, sedangkan volume impor komoditas hortikultura tahun 2006 sebesar 550 437 ton. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mendorong peningkatan produksi komoditas hortikultura.

Mentimun adalah salah satu jenis sayuran yang digemari masyarakat. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Cucurbitacae. Tanaman ini dapat tumbuh baik diberbagai tipe tanah. Mentimun termasuk tanaman herbacius dan tanaman tahunan. Gherkin adalah salah satu jenis kultivar mentimun yang berbeda dari lainnya. Jenis kultivar ini mempunyai bentuk kecil, oval dan berduri (Kovact, 2003). Menurut data FAO, produksi Gherkin di Indonesia tahun 2005 masih mencapai 423 333 ton sedangkan di China produksi Gherkin dapat mencapai 26 559 600 ton. Perlu adanya teknik budidaya yang tepat dalam meningkatkan produksi hasil mentimun Gherkin di Indonesia.

Peningkatkan produksi tanaman memerlukan teknologi tepat guna, salah satu teknologi yang digunakan adalah teknologi hidroponik. Hidroponik adalah suatu teknik bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya dan tanaman mengambil unsur hara mineral sebagai nutrisi yang dilarutkan dalam air (Perez, 2008). Pada hidroponik agregat, media tanam harus mampu sebagai penyangga tubuh tanaman, bersifat inert atau tidak mengandung unsur hara, memiliki aerasi yang baik dan tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman (Morgan and Lennard, 2000).

(46)

perkembangan tanaman, sedangkan harga pupuk anorganik yang digunakan dalam hidroponik sebagai sumber unsur hara semakin tinggi. Ada berbagai cara dalam melengkapi dan meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman salah satunya dengan pemberian bahan organik.

Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi penyerapanya, perombakan bahan organik akan melepaskan unsur hara seperti N, P, K dan S (Sudiarto dan Gusmaini, 2004). Salah satu bahan organik yang dapat digunakan adalah kompos daun bambu. Kompos daun bambu dapat menjadi alternatif media tanam pada hidroponik. Kompos daun bambu sebagai media pertumbuhan hidroponik mempunyai aerasi, menyerap dan menahan air dengan baik (Asrodiah, 2005).

Budidaya mentimun Gherkin perlu dikembangkan dengan tepat dan berkelanjutan. Kandungan unsur hara yang lengkap dan efisien diperlukan dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan mentimun Gherkin. Oleh karena itu penggunaan teknologi hidroponik dan bahan organik diharapkan dapat meningkatkan hasil mentimun Gherkin dan kandungan unsur hara tanaman.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin (Cucumis anguria L.) pada sistem hidroponik.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah:

1. Terdapat perbedaan dalam pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin varietas Vlassetdan Calypsodalam budidaya hidroponik.

2. Terdapat pengaruh tambahan bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil mentimun Gherkin.

(47)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani

Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai panjang 5 meter. Mentimun memiliki sulur hingga panjangnya 30 cm dan sistem perakaran yang luas serta dangkal. Bagian tanaman yang digunakan adalah buahnya. Tanaman mentimun Gherkin termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledonae, famili Cucurbitaceae (Grubben dan Denton, 2004).

Berdasarkan penggunaanya mentimun dibedakan menjadi dua jenis yaitu digunakan untuk konsumsi segar (slicing) dan untuk bahan dasar acar atau asinan (pickling). Jenis mentimun yang digunakan untuk slicing adalah memiliki kulit hijau gelap dan lebih panjang sedangkan jenis mentimun yang digunakan untuk

pickling adalah memiliki kulit hijau terang dan lebih pendek. Penggunaan mentimun Gherkin umumnya digunakan sebagai bahan dasar acar atau asnian (pickling) (Acquaah, 2009).

(48)

Syarat Tumbuh

Tanaman mentimun Gherkin dapat tumbuh baik pada suhu berkisar 18°C-30°C. Namun demikian tanaman ini termasuk jenis tanaman yang sensitif terhadap kondisi lingkungan terutama suhu udara diatas 30°C dan intensitas cahaya tinggi (Jones dan Benton, 2005). Mentimun Gherkin dapat tumbuh baik pada pH 6.0-6.5 dan dapat tumbuh dengan baik diberbagai tipe tanah. Mentimun Gherkin dapat dipanen setelah berumur 50-70 hari setelah tanam, tergantung dari jenis varietas yang ditanam (Westerfield, 2007).

Perkecambahan biji mentimun terjadi selama 3 hari. Tanaman ini mulai berbunga pada umur 40-50 hari setelah tanam. Bunga jantan dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan bunga betina. Perbandingan bunga betina dan bunga jantan dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti suhu, panjang hari, cara bercocok tanam. Mentimun dapat tumbuh pada ketinggian hingga mencapai 2000 meter. Keadaan lingkungan yang kurang mendukung seperti terlalu lembab atau terlalu panas akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan adanya pengaruh pada hasil tanaman. salah satu dampaknya tanaman akan mudah terserang berbagai hama dan penyakit. Keadaan lingkungan yang terlalu lembab akan menyebabkan berbagai penyakit seperti powdery mildew, layu fusarium dan lainnya (Grubben dan Denton, 2004).

Hidroponik

Hidroponik adalah suatu metode cocok tanam dimana kebutuhan unsur hara tanaman disediakan oleh larutan nutrisi yang dilarutkan kedalam air. Sistem hidroponik diklasifikasikan kedalam dua jenis yaitu sistem substrat dan sistem tanpa substrat (Arteca, 2006). Media yang digunakan dalam hidroponik adalah media organik dan media anorganik. Media organik memiliki struktur fisik dan kimia yang berbeda dibandingkan dengan media anorganik. Media ini memiliki daya tahan sebagai penyangga yang kuat dimana berpengaruh baik untuk tanaman seperti sebagai tempat penyimpanan unsur hara yang baik (Jones dan Benton, 2005).

(49)

bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman (Perez, 2008). Fungsi utama media hidroponik adalah untuk menjaga kelembaban, dapat menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman (Zulfitri, 2005).

Sistem hidroponik memiliki banyak kelebihan diantaranya meminimalisir serangan hama dan penyakit, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, larutan nutrisi tanaman dapat diatur sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman. Selain itu budidaya hidroponik dapat diusahakan di lahan tidak subur maupun di lahan yang sempit, kebersihan lingkungan dapat lebih terjaga. Pada sistem hidroponik pula budidaya tanaman dapat dilakukan tanpa bergantung musim (Suhardiyanto, 2006). Kelebihan lainnya adalah dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan faktor lingkungan dapat terkontrol dengan baik (Jones dan Benton, 2005).

Greenhouse

Greenhouse adalah bangunan dengan struktur khusus untuk pertumbuhan tanaman dalam kondisi yang terkontrol. Atap bangunan ditutupi dari bahan transparan sehingga cahaya dapat masuk kedalam bangunan. Greenhouse berbeda dalam bentuk, rancangan, dan kondisi lingkungan. Penggunaan greenhouse memiliki berbagai keuntungan diantaranya dapat melakukan budidaya tanaman secara terus menerus, dapat digunakan dalam skala besar atau kecil dan dapat menghasilkan kualitas panen tinggi dikarenakan kondisi lingkungan yang terjaga (Acquaah, 2009).

Faktor lingkungan yang berpengaruh didalam greenhouse diantaranya suhu, cahaya dan kelembaban udara. Kualitas air yang baik juga dibutuhkan untuk meminimumkan terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan masalah ketika tanaman tumbuh. Pembuatan greenhouse disyaratkan mempunyai ventilasi yang baik dan efisien, konstruksi dan struktur bangunan yang kuat serta transmisi cahaya yang tinggi (Arteca, 2006).

Pupuk Kandang

(50)

berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Pupuk organik memiliki fungsi sebagai sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah serta lingkungan. (Balai Penelitian Tanah, 2005). Fungsi penting lainnya adalah memperbaiki daya simpan air, meningkatkan kapasitas tukar kation dan daya ikat hara (Syukur dan Harsono, 2008).

Bahan organik sangat berperan pada pembentukan struktur tanah yang baik dan stabil dalam infiltrasi dan kemampuan menyimpan air. Menurut Simatupang (2005) pemberian pupuk kandang dengan nyata menurunkan besarnya aliran permukaan karena pupuk kandang memperbaiki sifat tanah terutama struktur sehingga permeabilitas tinggi. Penggunaan pupuk kandang merupakan suatu siklus unsur hara yang sangat bermanfaat dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam yang terbarukan kemudian di sisi lain penggunaan pupuk kandang dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman. Menurut Ghaffoor et al. (2005) Penggunaan pupuk kandang ayam baik untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang ayam dapat memperbaiki sifat biologis tanah seperti meningkatkan jumlah aktifitas metabolik organisme tanah.

Arang sekam

Media arang sekam tidak mudah lapuk dan menyimpan air dengan baik. Media ini juga tidak mempengaruhi pH dan struktur larutan hara dan tidak mudah ditumbuhi lumut atau jamur. Media ini adalah bahan ringan yang memungkinkan sirkulasi udara dan kapasitas menahan air tinggi serta dikarenakan berwarna kehitaman dapat mengabsorpsi sinar matahari dengan efektif (Hardjanti, 2005). Arang sekam berasal dari pembakaran sekam yang tidak sempurna yang berwarna hitam dan telah banyak digunakan sebagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik. Berdasarkan hasil analisis kimia media , arang sekam memiliki pH sebesar 6.92 (Yanti, 2004).

(51)

pertumbuhan bakteri pembusuk dan pada tahap ini sudah tidak terjadi proses dekomposisi. Arang sekam dapat meningkatkan permeabilitas udara dan perkolasi air (Nurbaity et al., 2009). Menurut Perez (2008) Arang sekam merupakan substrat yang baik dan terdapat ruang untuk komponen-komponen lain dari substrat seperti akar tanaman.

Kompos Daun Bambu

Media kompos daun bambu potensial digunakan sebagai media tanam hidroponik. Kompos daun bambu digunakan untuk campuran bahan organik sebagai media tanam. Media ini mempunyai sifat tidak mengikat dan menyumbang hara selama belum melapuk (Susantoet al., 2005).

(52)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB unit lapangan Cikabayan. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 250 m diatas permukaan laut (dpl). Penelitian ini dilaksanakan mulai April sampai Juli 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih mentimun Gherkin hibrida varietas Vlasset dan varietas Calypso. Larutan hara berupa larutan AB Mix yang terdiri dari pupuk stok A (KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok B (KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04. Na2HBO3, ZnSO4

dan NaMoO4). Komposisi hara yang digunakan yaitu: K+210 ppm, PO4-60 ppm,

NO3-233 ppm, NH4+25 ppm, Ca2+177 ppm. Mg2+24 ppm, SO4-113 ppm, Fe 2.14

ppm, B 1.2 ppm, Zn 0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan Mo 0.046 ppm. Media arang sekam, pupuk kandang ayam, kompos daun bambu. Insektisida yang digunakan berbahan aktif Deltamethrin dan Imidacloprid.

Peralatan yang digunakan adalah tray semai, instalasi drip irigation, gelas ukur 1000 ml dan 100 ml, kontainer 100 liter, EC dan pH meter, Termo-hygrometer (0C,%), hand refracktometer (%Brix), hand penetrometer(kg/cm2), Munsell color chart, jangka sorong, ember, benang ajir, kawat ajir, label, alat tulis, alat ukur, timbangan kasar, polybag ukuran 35 cm x 35 cm sebanyak 140 lembar.

Metode Penelitian

(53)

dari 8 tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 192 tanaman. Analisis data menggunakan uji F dengan taraf 5% dan apabila hasilnya berbeda nyata dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = μ+Kk+αiδik+ βj +(αβ)ij+ijk ; (i=1,....t, j=1,....r)

Keterangan :

Yijk =nilai pengamatan pada petak utama ke-i dan anak petak ke-j dan

ulangan ke k

μ = rataan umum

i = pengaruh petak utama ke-i

βj = pengaruh anak petak ke-j

Kk= pengaruh kelompok ke-k

(αβ)ij = komponen interaksi antara petak utama ke-i dengan anak petak ke-j

δik = komponen acak dari petak utama yang menyebar normal ijk = pengaruh acak dari anak petak yang menyebar normal

Pelaksanaan

Persiapan penelitian dilakukan dengan persiapan alat dan bahan yang digunakan dan pembersihan greenhouse. Pembuatan pupuk ABmix dilakukan dengan melarutkan kedalam dua kontainer, tiap kontainer berkapasitas 90 liter. Kemudian masing-masing larutan hara stok A dan B diambil sebanyak 10 liter dan diencerkan menjadi 2000 liter dalam container kapasitas 2000 l. Selanjutnya dilakukan pengecekan pengukuran pH larutan dan EC dengan nilai pH 6.5-6.8 dan nilai EC 2.1-2.5 mS/cm.

(54)

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiraman rutin, pembersihan greenhouse, pengendalian hama dan penyakit. Fertigasi dilakukan tiap harinya dengan sistem otomatis menggunakan drip irigationdengan frekuensi penyiraman dan banyaknya aplikasi disesuaikan dengan umur tanaman. Berikut ini Tabel 1, volume dan jadwal penyiraman tanaman mentimun.

Tabel 1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Mentimun

Umur

Pembersihan greenhouse dilakukan dengan penyiraman lantai greenhouse dan pembersihan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktifDeltamethrin dan Imidaclopriddan konsentrasi 2 cc/liter. Pada awal perkembangan tanaman hingga masa vegetatif dilakukan penyemprotan insektisida setiap tiga hari sekali.

Pengamatan

Pengamatan fase vegetatif dilakukan terhadap beberapa peubah diantaranya tinggi tanaman (cm), panjang ruas rata-rata (cm), jumlah buku (buah). Pengamatan tinggi tanaman (cm) dilakukan dengan pengukuran dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh. Pengamatan panjang ruas rata-rata (cm) dilakukan dengan perhitungan dari tinggi tanaman dibagi jumlah ruas. Pengamatan jumlah buku (buah) dilakukan dari buku pertama hingga buku terakhir.

(55)

dari pindah tanam hingga mekar bunga hermafrodit dan setelah 50% bunga mekar dari seluruh populasi. Pengamatan jumlah bunga jantan dilakukan mulai saat mekar bunga pertama hingga masa panen. Pengamatan jumlah bunga betina dilakukan mulai saat mekar bunga pertama hingga masa panen. Pengamatan umur panen (HST) dilakukan mulai awal pindah tanam hingga panen.

Pengamatan pasca panen dilakukan terhadap beberapa peubah diantaranya bobot buah (gr), panjang buah (cm), Diameter buah (cm), kekerasan kulit buah (kg/cm2), kandungan padatan terlarut total (%Brix). Bobot buah (gr) diukur menggunakan timbangan. Panjang buah (cm) diukur dari pangkal hingga ujung buah. Diameter buah (cm) diukur pada bagian tengah buah.

Tabel 2. Tabel Kelas Buah Mentimun Gherkin

Kelas Gherkin Diameter Buah E < 3.3 cm B1 3.4 - 3.8 cm

B 3.9 - 4.2 cm Oversize > 4.2 cm

Kekerasan kulit buah (kg/cm2) diukur menggunakan hand penetrometer

(56)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Daya berkecambah dua varietas mentimun Gherkin secara berturut-turut adalah varietas Calypso memiliki daya berkecambah 67.2% dan varietas Vlasset

memiliki daya berkecambah 97.7%. Tanaman mentimun Gherkin ditransplanting sekitar umur 21 hari setelah tanam. Media tanam saat pembibitan dan hasil penyemaian mentimun Gherkin dapat dilihat pada gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Media Pembibitan (a) dan Penyemaian Mentimun Gherkin (b)

Perkembangan masa vegetatif tanaman ini cepat dan baik, namun terdapat beberapa kendala yang terjadi selama melakukan penelitian ini (Lampiran 1). Adanya serangan hama kutu daun (Aphis sp.) pada masa pembibitan sehingga hal ini terjadi pula pada saat fase generatif di dalam greenhouse. Hama lainnya yang menyerang adalah embun tepung yang disebabkan oleh Pseudoperonospora cubensis, belalang, dan kupu-kupu (Lampiran 2). Penyakit yang menyerang tanaman adalah penyakit kerdil. Intensitas serangan hama dan penyakit ringan sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

(57)

Tabel 3. Suhu dan Kelembaban Rata-rata Bulan Mei-Juni 2010 di Dalam Greenhouse pada pukul 07.00, 13.00, 16.00.

Kelembaban udara menjadi faktor penting pula pada keadaan suatu lingkungan. Kelembaban udara (RH) di dalam greenhouse paling tinggi terjadi di pagi hari berkisar antara 80%-95%. Kelembaban paling rendah terjadi pada siang hari berkisar 38%-59%. Suhu udara dan kelembaban udara di dalam greenhouse dapat lebih terjaga sehingga intensitas hama dan penyakit tanaman dapat ditekan.

Pertumbuhan Vegetatif

Tinggi tanaman

(58)

Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Arang sekam 3.53 7.52 35.78b 84.31a 139.31b Arang sekam+Kompos daun bambu 3.00 9.67 51.22a 112.69a 170.31a Arang sekam+Pupuk kandang 3.00 8.41 47.25a 84.31b 167.31a

Uji F tn tn ** ** *

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Jumlah Ruas

Berdasarkan Tabel 5, Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah ruas tanaman mentimun Gherkin pada 8 MST. Diantara kedua varietas yang di uji varietas Calypso memiliki jumlah ruas yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas Vlasset. Banyaknya jumlah ruas dapat berpengaruh terhadap banyaknya bakal calon buah yang dihasilkan. Pada umumnya bakal calon buah akan tumbuh pada ruas-ruas tanaman. Hal ini menandakan varietas

(59)

Tabel 5. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Ruas Mentimun

Arang sekam 2.00 3.62b 8.00 13.81b 20.37b Arang sekam+Kompos daun bambu 24.37 4.50a 8.37 15.93a 22.75a Arang sekam+Pupuk kandang 21.87 3.87b 8.56 15.06ab 22.44a

Uji F tn ** tn * *

Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Panjang Ruas Rata-Rata

Panjang ruas rata-rata didapatkan dari tinggi tanaman dibagi dengan jumlah ruas. Ini dapat menunjukkan perkembangan panjang tiap ruas dari suatu tanaman. Berdasarkan Tabel 6, panjang ruas rata-rata berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan pengaruh media tanam. Pengaruh varietas berpengaruh nyata pada 4, 7 dan 8 MST terhadap panjang ruas rata-rata. Pada 4 MST, varietas

Calypso memiliki panjang ruas rata-rata lebih tinggi dibandingkan varietas

(60)

Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Rata-Rata

Arang sekam 1.87 2.47 4.43b 6.07b 6.82b Arang sekam+Kompos daun bambu 1.83 2.80 5.57a 7.42a 7.44a Arang sekam+Pupuk kandang 1.69 2.70 5.50a 7.50a 7.47a

Uji F tn tn ** ** **

interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Pertumbuhan Generatif

Jumlah Bunga Jantan

(61)

Tabel 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Bunga Jantan

Arang sekam+Kompos daun bambu 7.06 14.86 17.25 Arang sekam+Pupuk kandang 5.50 17.12 20.62

Uji F tn tn tn

Interaksi tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Jumlah Bunga Betina

Berdasarkan Tabel 8, jumlah bunga betina mentimun Gherkin berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas pada 7 dan 9 MST. Pada 7 dan 9 MST jumlah bunga betina yang dihasilkan varietas Vlassetlebih banyak dibandingkan varietas

Calypso. Salah satu contoh dapat dilihat pada 7 MST jumlah bunga betina rataan tiap tanaman varietas Vlassetadalah 7.29 sedangkan varietas Calypsoadalah 1.96.

(62)

Tabel 8. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Bunga Betina

Arang sekam+ Kompos daun bambu 3.87 12.37 20.69 Arang sekam+Pupuk kandang 4.19 10.81 22.25 Uji F tn tn tn Interaksi * tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Pada pengamatan jumlah bunga betina terdapat interaksi antara pengaruh varietas dan pengaruh media tanam pada 7 MST. Berdasarkan Tabel 9, pada varietas Vlasset media tanam arang sekam adalah media tanam terbaik pada 7 MST. Sedangkan pada varietas Calypso, dari ketiga jenis media tanam tidak menunjukkan yang terbaik antara satu dengan yang lainnya.

Tabel 9. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Jenis Media Tanam Terhadap JumlahBunga Betina Mentimun Gherkin Pada 7 MST

(63)

Pasca Panen

Berdasarkan tabel 10, dapat dilihat lingkar buah mentimun Gherkin tidak berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan media tanam. Kemudian dapat dilihat kekerasan mentimun Gherkin tidak berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan media tanam. Hal tersebut terlihat pula pada padatan terlarut total mentimun Gherkin yang tid ak berpengaruh nyata terhadap pengaruh varietas dan media tanam.

Tabel 10. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Parameter Pasca Panen Mentimun Gherkin

Arang sekam+Kompos daun bambu 3.06 15.25 2.34 Arang sekam+Pupuk kandang 2.62 10.32 2.31

Uji F tn tn tn

Interaksi tn tn tn

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%

Bobot dan Jumlah Buah per Tanaman

(64)

Tabel 11. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Bobot dan Jumlah Buah per Tanaman Mentimun Gherkin

Perlakuan Bobot Buah per Tanaman (gr)

Jumlah Buah

Arang sekam+Kompos daun bambu 173.20 2.17 Arang sekam+Pupuk kandang 172.69 2.50

Uji F tn tn

Interaksi tn tn

Keterangan : tn = Tidak nyata pada taraf uji 5%, * = Berpengaruh nyata pada taraf uji 5 %, ** = Berpengaruh sangat nyata pada taraf uji 1%

Pengelompokan Buah

Berdasarkan Tabel 12, terdapat jumlah buah keseluruhan berdasarkan grade buah tanaman mentimun Gherkin. Ada 4 grade yang biasanya dipakai dalam menentukan kelas buah tanaman mentimun Gherkin yaitu kelas B, B1, E, dan O. Grade buah ini ditentukan berdasarkan diameter buah tanaman mentimun Gherkin. Pada media tanam arang sekam, varietas Vlassetmenghasilkan dua belas buah grade B, empat buah grade B1 dan satu buah grade O, sedangkan varietas

Calypsomenghasilkan enam buah grade B dan dua buah grade B1.

Pada media arang sekam di campur dengan kompos daun bambu, varietas

(65)

Tabel 12. Tabel Jumlah Buah Keseluruhan Tanaman Contoh Mentimun Gherkin Arang sekam+Kompos daun bambu 25 7 4

(69.44%) (19.44%) (11.12%) Arang sekam+Pupuk kandang 8 1 0

(88.88%) (11.11%) (0%)

Clyppsa Arang sekam 6 2 0

(75%) (25%) (0%) Arang sekam+Kompos daun bambu 8 2 1

(72.72) (18.18%) (9.1%)

Parameter pertumbuhan vegetatif yang diamati dalam penelitian ini menghasilkan hasil uji F yang berbeda-beda. Tidak ada interaksi antara pengaruh varietas dan pengaruh media tanam terhadap tinggi tanaman mentimun Gherkin sehingga dilihat dari tinggi tanaman perlakuan varietas tidak berpengaruh secara nyata. Namun pengaruh media tanam berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada 6,7 dan 8 MST. Jenis media tanam arang sekam dicampur kompos daun bambu menghasilkan nilai tinggi tanaman lebih besar diantara media tanam lainnya. Media tanam kompos daun bambu dapat menyerap dan menahan air dengan baik serta memiliki porositas yang baik (Asrodiah, 2005).

Gambar

Tabel 1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Mentimun
Gambar 1. Media Pembibitan  (a) dan Penyemaian Mentimun Gherkin (b)
Tabel 3.  Suhu dan Kelembaban Rata-rata Bulan Mei-Juni 2010 di Dalam Greenhouse pada pukul 07.00, 13.00, 16.00.
Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Mentimun Gherkin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan pada PT. Solo Murni pada produk gift box ditinjau dari jumlah produksi dan jumlah produk cacat yang dihasilkan. Penilaian proses produksi akan

Untuk mengoptimalisasi kinerja turbin kinetik roda tunggal, dalam penelitian ini digunakan turbin kinetik (poros vertikal), sudu berbentuk mangkok agar dapat menahan

Pasal 8 UUD 1945 ayat (1) dan ayat (2) mengatur tentang penggantian jabatan apabila Presiden dan/atau Wakil Presiden, yang salah satu memenuhi syarat untuk

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan analisis jalur dapat dilakukan beberapa analisis, yaitu melihat pengaruh terhadap hubungan antara kinerja

Pernyataan inilah yang sering disimpulkan bahwa istilah mondial merupakan sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang baru dan bersifat umum, semua lini memakai,

Brand image berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar 0.40 sedangkan variabel event marketing berpengaruh terhadap variabel keputusan pembelian sebesar

Pendidikan pada masa awal kebijakan Jepang di Pulau Jawa mengalami perubahan dari mulai jenis sekolah, kurikulum, struktur sekolah, serta bahasa pengantar diganti

Kemampuan penguasaan konteks aplikasi sains pada konteks minuman memiliki peningkatan terbesar dengan nilai N-gain sebesar 0,70, sedangkan yang terendah adalah pada konteks