• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Buah Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Buah Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

RESTI PRASTIKA DESTIARNI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA

BUAH NAGA (

Hylocereus sp.

) DI DESA ROMBASAN

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan

Pengembangan Usaha Budidaya Buah Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan

Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

(4)

RESTI PRASTIKA DESTIARNI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha

Budidaya Buah Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan

Kabupaten Sumenep Jawa Timur. Dibimbing oleh JUNIAR ATMAKUSUMA.

Buah naga merupakan buah yang memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis tinggi dan permintaan yang belum terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan buah naga yang ada saat ini masih merupakan hasil impor. Salah satu cara untuk mengurangi impor tersebut adalah adanya pengembangan pembudidayaan buah naga. Bapak Muhlis Hidayat merupakan seorang petani yang mulai membudidayakan buah naga sejak tahun 2006. Peningkatan permintaan merupakan suatu pasar potensial bagi petani sehingga perlu dilakukan pengembangan usaha dengan menambah investasi. Modal yang dibutuhkan untuk melakukan pengembangan usaha besar sehingga perlu dilakukan suatu studi kelayakan bisnis untuk mengetahui kelayakan penambahan investasi yang dilakukan. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif untuk menganalisis kelayakan dari aspek non finansial dan kuantitatif untuk menganalisis kelayakan dari aspek finansial. Setiap usaha pasti memiliki risiko dan ketidakpastian sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

Kata kunci : buah naga, kelayakan, pengembangan usaha

ABSTRACT

RESTI PRASTIKA DESTIARNI. The Business Development Feasibility

Analysis of Dragon Fruit (Hylocereus sp.) Cultivation in Rombasan Village

Pragaan Regency Sumenep Subdistrict East Java. Supervised by JUNIAR ATMAKUSUMA

Dragon fruit is a fruit which has a potential to be developed because it has a high economic value and unfullfilling demand. The fullfilling of dragon fruit needs is still an import result. One of the way to decrease an import is the development of dragon fruit cultivation. Mr. Muhlis Hidayat is a farmer who has begun cultivating dragon fruit since 2006. The increasing of demand is a market potential for farmer so that it is necessary to do business development by adding investments. The capital which is needed to develop this business is big enough so that it needs a feasibility study to determine business feasibility. The data analysis methods which is used are qualitative which used to analyze the non financial aspect feasibility and quantitative which used to analyze the financial aspect feasibility. Every business has its own risk and uncertainty so that sensitivity and switching value analysis is needed to be done to determine the feasibility limit. The research result showed that the dragon fruit cultivation of Mr. Muhlis Hidayat is feasible to be done and developed.

(5)

RESTI PRASTIKA DESTIARNI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA

BUAH NAGA (

Hylocereus sp.

) DI DESA ROMBASAN

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Budidaya Buah

Naga (Hylocereus sp.) di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan

Kabupaten Sumenep Jawa Timur

Nama : Resti Prastika Destiarni

NRP : H34090005

Tanggal Lulus :

Disetujui oleh

Ir. Juniar Atmakusuma, MS Pembimbing

Diketahui oleh

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Buah Naga (Studi Kasus Bapak Muhlis Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Jawa Timur).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Juniar Atmakusuma MS. selaku pembimbing skripsi, Ibu Ir. Narni Farmayanti M.Sc selaku dosen penguji utama, dan Bapak Ir. Burhanuddin MM. penguji komisi pendidikan atas bimbingan, kritik, dan sarannya terhadap karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Muhlis Hidayat yang bersedia menjadi responden dan tempat penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibunda tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya, serta seluruh kerabat dan teman-teman atas doa dan semangatnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(9)

DAFTAR ISI

Khasiat dan Prospek Pengembangan Buah Naga ... 12

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Buah naga ... 14

Analisis Efisiensi Usahatani Buah Naga ... 14

Analisis Daya Saing Usaha Budidaya Buah Naga ... 15

Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga ... 16

Risiko Produksi Buah Naga ... 16

Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Buah Naga ... 17

KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

Investasi 18 Tanpa dan Dengan Bisnis (Without and With Business) 25 Konsep Nilai Waktu Dan Uang (Time Value Of Money) 25 Umur Bisnis 25 Kriteria Kelayakan Investasi 26 Analisis Sensitivitas 27 Kerangka Pemikiran Operasional ... 26

(10)

Analisis Kelayakan Finansial 34

Metode Penyusutan 36

Laba Rugi 36

Incremental Net benefit 37

Analisis sensitivitas 37

Asumsi yang Digunakan Dalam Penelitian ... 37

GAMBARAN USAHA ... 39 Layout Lokasi dan Lahan Budidaya Buah Naga 58 Pemilihan alat dan Teknologi 59 Aspek Manajemen ... 61

Sub Aspek Manajemen 61 Sub Aspek Sumber Daya Manusia 64 Aspek Hukum ... 66

Aspek Ekonomi, Sosial, dan Budaya ... 66

Aspek Lingkungan ... 67

ASPEK FINANSIAL ... 67

Analisis Finansial Sebelum Pengembangan ... 68

Arus Penerimaan ... 68

Arus Pengeluaran ... 70

Laba Rugi... 76

Manfaat bersih ... 78

Analisis Finansial Setelah Pengembangan ... 78

Arus Penerimaan ... 79

Arus Pengeluaran ... 81

Laba Rugi... 87

Incremental Net Benefit... 89

Kriteria Kelayakan Usaha ... 89

Analisis Sensitivitas dan Switching Value ... 91

SIMPULAN DAN SARAN... 92

Simpulan ... 92

Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(11)

DAFTAR TABEL

1 Ekspor impor produk pertanian subsektor hortikulturatahun 2009–2012 1

2 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku tahun 2007–2010 (miliar

rupiah) 2

3 Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan buah-buahan tahun 2007–2011

(rupiah) 2

4 Nilai produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun

2007–2011 3

5 Proyeksi konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia 3

6 Sentra produksi buah naga Indonesia 5

7 Jumlah penawaran dan permintaan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat

tahun 2012–2013 (ton) 7

8 Klasifikasi buah naga 10

9 Kandungan nutrisi buah naga 13

10 Tingkat pendidikan penduduk Desa Rombasan tahun 2011 40

11 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Desa Rombasan tahun 2012 40

12 Impor buah naga dan sapodilla berdasarkan volume dan nilai periode Januari

hingga Agustus 2012 44

13 Jumlah penjualan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat tahun 2012 (ton) 44

14 Prakiraan produksi dan permintaan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat

setelah pengembangan (ton) 45

15 Permintaan buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat pada kondisi sebelum

dan setelah pengembangan 45

16 Penawaran buah naga kebun bapak Muhlis Hidayat pada kondisi sebelum dan

setelah pengembangan 45

17 Kebutuhan bahan baku usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat di

Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep 51

18 Komposisi upah tenaga kerja per orang pada usaha budidaya buah naga bapak

Muhlis Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep 64

19 Proyeksi penjualan buah naga putih dan buah naga merah usaha budidaya

buah naga bapak Muhlis Hidayat sebelum pengembangan 69

20 Proyeksi penerimaan unit usaha jasa pembudidayaan kondisi sebelum

pengembangan 70

24 Biaya investasi, nilai sisa, dan penyusutan sebelum pengembangan usaha 76

25 Proyeksi penjualan buah naga putih dan buah naga merah usaha budidaya

buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah pengembangan 80

26 Proyeksi penerimaan unit usaha jasa pembudidayaan kondisi setelah

pengembangan 81

27 Biaya investasi usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah

(12)

28 Biaya variabel usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah

pengembangan 84

29 Biaya tetap usaha budidaya buah naga bapak Muhlis Hidayat setelah

pengembangan 86

30 Biaya investasi, nilai sisa, dan penyusutan setelah pengembangan usaha 87

31 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga milik Bapak Muhlis Hidayat

pada kondisi sebelum pengembangan 90

32 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga milik Bapak Muhlis Hidayat

pada kondisi setelah pengembangan 90

33 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga sebelum pengembangan

(kondisi penurunan produksi 20 %) 91

34 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga setelah pengembangan (kondisi

penurunan produksi 20 %) 91

35 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga sebelum pengembangan

(kondisi penurunan harga 23 %) 91

36 Kriteria kelayakan usaha budidaya buah naga setelah pengembangan (kondisi

penurunan harga 23 %) 92

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran operasional 30

2 Variabel penelitian 32

3 Saluran ditribusi buah naga sebelum pengembangan 48

4 Rencana saluran distribusi buah naga setelah pengembangan 48

5 Proses produksi budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat Desa

Rombasan Kecamatan Pragaan Kabuapaten Sumenep 52

6 Tiang atau cagak yang digunakan dan empat buah bibit yang ditanam 53

7 Bakal bunga dan bunga buah naga 54

8 Grafik produksi buah naga menurut teori 55

9 Grafik produksi buah naga milik bapak Muhlis Hidayat di Desa Rombasan 56

10 Batang dan buah yang terkena HPT 58

11 Lokasi kebun buah naga, rumah, dan kios 58

12 Layout lahan buah naga bapak Muhlis Hidayat 59

12 Lahan buah naga 59

14 Struktur organisasi usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat 62

DAFTAR LAMPIRAN

1 Laporan laba rugi sebelum pengembangan 96

2 Cash flow sebelum pengembangan 97

3 Laporan laba rugi setelah pengembangan 99

4 Cash flow setelah pengembangan 100

5 Cash flow analisis sensitivitas penurunan produksi 20 persen sebelum

(13)

6 Cash flow analisis sensitivitas penurunan produksi 20 persen setelah

pengembangan 104

7 Cash flow analisis sensitivitas penurunan harga 23 persen sebelum

pengembangan 106

8 Cash flow analisis sensitivitas penurunan harga 23 persen setelah

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komoditi impor pada subsektor hortikultura yang ada di pasaran terdengar ironis karena menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan hortikultura masyarakatnya. Sampai dengan bulan September 2012, neraca perdagangan Indonesia pada subsektor hortikultura masih menunjukkan angka negatif. Hasil kumulatif ekspor-impor produk pertanian subsektor hortikultura

selama tahun 2012 terhitung pada bulan Januari–September adalah -1 510 091 ton

dan senilai US$ -1 155 223 000. Jumlah tersebut merupakan angka sementara sehingga masih berpotensi untuk meningkat dan melebihi volume dan nilai impor pada tahun 2011.

Tabel 1Ekspor impor produk pertanian subsektor hortikulturatahun 2009–2012

No Subsektor Tahun

2009 2010 2011 2012a

1 Hortikultura Volume (ton)

Ekspor 447 609 364 139 381 648 316 674

Impor 1 524 666 1 560 798 2 052 271 1 826 765 Neraca -1 077 057 -1 196 678 -1 670 623 -1 510 091 Nilai (US$ .000)

Ekspor 379 739 390 740 491 304 368 867

Impor 1 077 463 1.292 868 1 686 131 1 524 090 Neraca -687 724 -902 148 -1 194 827 -1 155 223 a

terhitung bulan Januari - September Sumber : BPS (2012)

Salah satu penyumbang impor pada subsektor hortikultura adalah komoditi buah-buahan. Penurunan impor dapat terjadi dengan meningkatkan volume produksi buah-buahan namun dengan tidak mengabaikan mutu dari hasil produksi itu sendiri. Peningkatan volume produksi akan berkontribusi positif terhadap pendapatan petani sehingga usaha di bidang budidaya buah-buahan merupakan suatu peluang bisnis yang besar karena masih ada permintaan yang harus dipenuhi baik untuk pasar domestik maupun luar negeri.

(16)

Tabel 2 Nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku tahun 2007–2010 (Miliar Rupiah)

No. Komoditas Tahun

2007 2008 2009 2010

1. Buah-buahan 42 632 47 060 48 437 45 482

2. Sayuran 25 587 28 205 30 506 31 244

3. Tanaman Hias 4 741 5 085 5 494 6 174

4. Tanaman Biofarmaka 4 105 3 853 3 897 3 665

Total 76 795 84 202 88 334 85 958

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

Dengan adanya target tersebut maka dapat dipastikan bahwa permintaan komoditi buah-buahan akan meningkat. Selain itu, konsumsi buah-buahan

masyarakat Indonesia mengalami peningkatan 12–15 persen setiap tahunnya

seiring dengan peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan1.

Tabel 3Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan buah-buahan Tahun 2007–2011

(rupiah)

Tahun Jumlah

2007 9 055

2008 8 779

2009 8 821

2010 12 335

2011 12 759

Sumber : BPS (2012)

Berdasarkan Tabel 3 mengenai pengeluaran rata-rata per kapita per bulan

buah-buahan di Indonesia pada tahun 2007–2011 menunjukkan perkembangan

yang positif. Pengeluaran rata-rata per kapita per bulan buah-buahan pernah mengalami penurunan pada tahun 2008, namun selanjutnya menunjukkan tren yang positif dan mengalami pertumbuhan sebesar 10.18 persen selama periode 2007–2011 .

Adanya wacana peningkatan konsumsi dan produksi buah-buahan untuk memenuhi permintaan masyarakat akan buah-buahan, diimbangi dengan peningkatan produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan pada tahun 2011. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa produksi buah-buahan pada tahun 2011 sebesar 18 374 594 ton dengan luas panen 774 972 hektar sehingga menghasilkan produktivitas sebesar 23.71 ton/hektar. Jumlah tersebut memang lebih kecil dibandingkan tahun 2009 namun mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan tahun 2010.

1

(17)

Tabel 4 Nilai produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan di Indonesia

tahun 2007–2011

No. Tahun Produksi (ton) Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha)

2011 angka sementara, b hasil tanpa jeruk siam

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), BPS (2012)

Adanya peningkatan pendapatan dan kualitas pendidikan pada masyarakat Indonesia dapat pula meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas dan komposisi gizi dari asupan makanan yang mereka konsumsi. Dengan adanya kesadaran tersebut maka dapat diramalkan bahwa permintaan dan konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia akan meningkat dan sesuai dengan standar FAO. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi buah-buahan masyarakatnya yang masih rendah dengan jumlah rata-rata konsumsinya adalah

40 kg/kapita/per tahun2. Jumlah tersebut masih dibawah standar minimal FAO

yaitu 65.75 kg/kapita/tahun. Padahal negara lain seperti Thailand, Singapura, dan Jepang konsumsi buah-buahan masyarakatnya telah mencapai 70 kg/kapita/tahun, 90 kg/kapita/tahun, dan 95 kg/kapita/tahun. Indonesia diperkirakan akan mencapai bahkan melebihi standar FAO dalam pengonsumsian buah-buahan pada tahun 2015 (Tabel 5).

Tabel 5Proyeksi konsumsi buah-buahan penduduk Indonesia

Tahun Populasi Penduduk konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia mencapai 78.74 kg/kapita/tahun dengan total konsumsi sebesar 20 000 000 ton. Dengan adanya proyeksi tersebut dapat disimpulkan bahwa subsektor hortikultura terutama pada komoditi buah-buahan memiliki prospek yang besar untuk dikembangkan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya peningkatan permintaan buah-buahan di pasar domestik dan internasional. Namun, peningkatan tersebut ternyata dinikmati oleh buah-buahan impor. Hal ini sangat disayangkan karena produksi buah-buah-buahan Indonesia belum bisa mencukupi permintaan buah-buahan di pasaran.

2

(18)

Buah naga merupakan salah satu komoditi binaan Direktorat Jenderal Hortikultura berdasarkan keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 September 2006. Hal tersebut karena buah naga memiliki ciri-ciri yang khas, baik dari segi fisik maupun rasanya. Buah ini merupakan salah satu buah eksotik yang ada di Indonesia karena eksotik disini mengandung arti memiliki daya tarik khusus dan belum banyak dikenal umum (KBBI, 2001). Dalam pengertian khusus, buah eksotik diartikan sebagai buah-buahan yang mempunyai daya tarik tersendiri baik karena bentuk, warna, rasa yang khas, aneh, indah, maupun kandungan khasiat dan manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan dan gizi ataupun kebugaran.

Buah naga (Inggris : Pitaya) adalah buah dari jenis kaktus dengan marga

Hylocereus dan Selenicereus. Buah naga bukanlah buah yang berasal dari dibudidayakan di beberapa negara lain, yaitu Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Australia. Negara-negara tersebut mulai mengembangkan buah naga karena melihat potensi dan prospek pengembangan bisnis budidaya buah naga ini sangat potensial dan menguntungkan. Bahkan di Vietnam, buah naga mulai dikembangkan tahun 1990-an dan saat ini memiliki luas areal, khusus di Provinsi Binh Thuan mencapai 12 000 hektar dengan produksi 220 000 ton/tahun, dibudidayakan oleh 22 000 keluarga, serta dikirimkan pada 200 perusahaan

eksportir dengan tujuan ekspor ke 15 negara di Asia dan Eropa4.

Pada awalnya, buah naga di Indonesia hanya dikenal di daerah ibukota Jakarta yang merupakan buah impor dari Thailand. Namun, saat ini trend buah naga bukan hanya saja dimiliki masyarakat Jakarta, tetapi lambat laun memasuki hingga ke daerah-daerah lain di Indonesia. Di beberapa kota besar sudah terlihat kecenderungan peningkatan permintaan akan buah naga seperti di Surabaya, Denpasar, dan Semarang. Selanjutnya pada akhir tahun 2002 buah ini mulai masuk Bandar Lampung dengan harga yang masih cukup mahal yaitu mencapai Rp18 500.00/kg dan buah tersebut merupakan buah naga impor. Melihat dan mengamati perkembangan produksi dan penjualan di pasar swalayan yang masih terjadi kekosongan, memunculkan hipotesis bahwa pembudidayaan buah naga memiliki prospek yang terbuka dan menguntungkan apalagi permintaan dalam negeri sangat besar dan permintaan eksporpun juga besar, contohnya Prancis yang bahkan mengimpor dari Thailand dan Vietnam (Kristanto, 2010).

Adanya pengembangan pembudidayaan buah naga, selain untuk mencukupi permintaan pasar domestik juga untuk meningkatkan produksi buah-buahan lokal atau dalam negeri. Buah naga sebagai buah yang baru berkembang di Indonesia namun digemari ini dapat menjadi solusi mengatasi rendahnya produksi buah-buahan dalam negeri. Semakin tingginya pendidikan masyarakat dan kesadaran akan kesehatan membuat buah-buahan, terutama buah naga menjadi salah satu buah yang banyak dicari dan dikonsumsi. Berbagai khasiat buah naga membuat kosumen tidak ragu untuk mengonsumsinya. Pengembangan

3

Daniel Kristanto. Buah Naga : Pembudidayaan di Pot dan di Kebun, 2010 4

(19)

buah naga ini juga menjadi solusi karena sejauh ini, sebagian besar buah naga yang ada di pasaran merupakan buah naga impor.

Selain memiliki permintaan yang belum dapat dipenuhi tanpa harus mengimpor, buah naga memiliki kontribusi yang positif pada pembudidayanya. Buah naga memiliki umur usaha selama 15 tahun dengan pendapatan yang dapat diperoleh selama umur bisnis tersebut sebesar Rp2 863 335 982.09 pada pembudidayaan buah naga merah (Khairunnas dan Tety, 2011). Sedangkan keuntungan yang dapat diperoleh jika berinvestasi dan berusaha pada

pembudidayaan buah naga super red selama umur bisnis 15 tahun di Banjarbaru

sebesar Rp8 336 768 965.46 (Siswaluya, Fajeri, dan Dja’far, 2012).

Buah naga juga memiliki R/C rasio yang lebih tinggi dibandingkan pepaya berdasarkan penelitian di Sabila Farm Yogyakarta dengan nilai R/C rasio atas biaya tunai sebesar 9.92 dan R/C rasio berdasarkan biaya total sebesar 10.26 (Wahyuni, 2012). Hal tersebut menunjukkan bahwa buah naga memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan ditunjang dengan adanya pangsa pasar

yang telah dimiliki oleh pemilik usaha. Namun, peletakan buah naga pada display

masih belum menonjol dibandingkan dengan buah lainnya sehingga adanya penelitian yang menunjukkan kontribusi buah naga baik bagi konsumen maupun produsen diperlukan.

Pada awalnya, pembudidayaan buah naga hanya terpusat di daerah Jawa

Timur yaitu di Pasuruan, Jember, Mojokerto, dan Jombang5. Namun saat ini,

pembudidayaan buah naga telah mencakup daerah di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa selain Jawa timur. Pada Tabel 6 disajikan data daerah-daerah yang mengembangkan budidaya buah naga dan menjadi sentra produksi buah tersebut.

Tabel 6Sentra produksi buah naga Indonesia

No. Provinsi Kabupaten/kota Jumlah Produksia (ton)

1 Sumatera Utara Deli Serdang -

2 Riau Kota Pekanbarua, Siak ± 40

3 Kepulauan Riau Kota Batam, Bintan, Karimun, Tanjung

Pinang -

4 Sumatera Barat Padang Pariaman -

5 Lampung Lampung Timur, Lampung Selatan,

Tulang Bawang -

6 Jawa Barat Kab. Bogor, Kota Bogor, Bekasi,

Sumedang, Indramayu -

Selain daerah sentra produksi tersebut, Desa Rombasan di Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep merupakan daerah yang membudidayakan dan

5

(20)

mengembangkan buah naga di Pulau Madura. Desa ini merupakan desa yang dijadikan desa percontohan untuk pengembangan pembudidayaan buah naga untuk wilayah Madura. Buah naga merupakan komoditi baru tidak hanya di Pulau Madura tetapi juga di Kabupaten Sumenep namun memiliki prospek untuk dapat dikembangkan.

Buah naga hasil produksi Desa Rombasan memiliki rasa yang lebih manis dan tahan lama dibandingkan buah naga pada umumnya karena keadaan iklim di

daerah tersebut yang mendukung perkembangan buah naga yang optimal6. Buah

naga khas Madura ini memiliki permintaan yang tinggi terutama pada pasar lokal. Dengan adanya prospek bisnis yang tinggi diiringi dengan permintaan di pasar lokal dan luar negeri tinggi, pengembangan budidaya buah naga dengan meningkatkan faktor dan hasil produksi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar dengan tidak mengesampingkan mutu dari hasil produksi itu sendiri. Adanya pengembangan usaha ini memerlukan modal dan investasi yang lebih besar sehingga diperlukan kajian mengenai kelayakan pengembangan usaha buah naga di Desa Rombasan ini.

Perumusan Masalah

Desa Rombasan merupakan salah satu desa di Kecamatan Pragaan yang memiliki potensi pengembangan budidaya buah naga. Pengembangan budidaya buah naga di desa ini dimulai pada tahun 2006 dan membuat desa ini terkenal dengan buah naga sebagai ikonnya. Buah naga yang dibudidayakan di Desa Rombasan ada dua macam yaitu buah naga putih dan buah naga merah. Pada awalnya, buah naga ini dibudidayakan hanya oleh bapak Muhlis Hidayat, kepala desa Desa Rombasan yang bertemu dan berinteraksi langsung dengan Mr. Lin. Pada tahun 2006, bapak Muhlis Hidayat membudidayakan buah naga tersebut di tanah seluas 1 hektar dengan jumlah 1 000 tanaman atau 250 tiang. Bibit awal buah naga diperoleh dari Pasuruan. Panen pertama buah ini di Desa Rombasan diperoleh hasil rata-rata 1 kg/tiang setara 1 500 kg/hektar. Panen kedua diperoleh hasil rata-rata 10 kg/tiang setara 11 500 kg/hektar dan panen ketiga diperoleh hasil rata-rata 15 kg/tiang setara 15 000 kg/hektar. Rata-rata harga jual hasil panen buah naga sebesar Rp17 500.00/kg. Produksi buah naga dari kebun bapak Muhlis Hidayat tersebut merupakan kebun buah naga dengan produksi terbesar di Kabupaten Sumenep. Buah naga yang telah dipanen akan langsung dijual dengan lingkup pemasaran lokal.

Budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat yang ada sekarang ternyata masih belum mampu mencukupi permintaan konsumen baik untuk kebutuhan konsumsi maupun memenuhi penawaran untuk menyuplai ke supermarket ataupun menjadi eksportir. Perlu adanya pengembangan usaha budidaya buah naga untuk dapat memenuhi tingginya permintaan dan meningkatkan pendapatan. Pengembangan usaha ini diarahkan pada penambahan investasi berupa perluasan lahan dari satu hektar menjadi enam hektar sehingga terjadi penambahan luas lahan tanam seluas lima hektar.

6

(21)

Tabel 7 Jumlah penawaran dan permintaan buah naga kebun bapak Muhlis

Hidayat tahun 2012–2013 (ton)

a

Jumlah sementara

Keterangan: D = Demand, S = Supply

Lahan yang ditambahkan seluas lima hektar karena untuk saat ini lahan yang dapat dikonversi untuk menjadi lahan buah naga hanya sejumlah lima hektar dan modal yang tersedia hanya dapat melakukan investasi pada perluasan lahan lima hektar. Lahan dan modal merupakan faktor produksi yang terbatas. Selain itu, pemilik usaha lebih mempertimbangkan untuk menggunakan modal sendiri dan tidak meminjam dalam melakukan usahanya baik sebelum dan setelah pengembangan sehingga tidak mendapat beban untuk mengembalikan dan membayar agunan.

Adanya perluasan lahan membuat jumlah tanaman yang dibudidayakan akan meningkat sehingga cagak yang digunakan untuk menopang buah nagapun diperlukan lebih banyak sesuai dengan jumlah tanaman yang ditanam. Dana investasi penting yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha ini meliputi lahan, bibit tanaman, dan cagak tanaman.

Penambahan investasi untuk pengembangan usaha ini memerlukan biaya yang besar, sedangkan modal merupakan sumberdaya terbatas sehingga perlu dilakukan analisis kelayakan pengembangan usaha. Hal tersebut didukung dengan adanya penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha budidaya buah naga di Riau dan Banjarbaru. Dengan adanya penelitian terdahulu tersebut, dapat dibandingkan mengenai kelayakan budidaya buah naga di Desa Rombasan dengan penelitian tersebut dilihat dari hasil yang diperoleh.

Analisis kelayakan pengembangan yang dikaji meliputi aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, apek hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan, dan aspek finansial. Aspek finansial yang akan dilakukan dibagi menjadi dua kondisi, yaitu kondisi aktual dan kondisi pengembangan. Kondisi aktual adalah kondisi sebelum dilakukannya pengembangan terhadap usaha tersebut meliputi belum adanya perluasan lahan sehingga tidak bisa menambah jumlah tanaman yang dibudidayakan dan produksi yang dihasilkan belum mampu memenuhi permintaan. Sedangkan kondisi pengembangan adalah kondisi dimana telah dilakukan pengembangan terhadap usaha budidaya buah naga tersebut yang meliputi perluasan areal tanam sehingga meningkatkan jumlah tanaman yang ditanam dan menambah cagak penopang buah naga tersebut. Pengembangan ini ditujukan untuk dapat memenuhi kekurangan permintaan terhadap buah naga pada kebun buah naga bapak Muhlis Hidayat.

(22)

berpengaruh pada kelayakan usaha ini adalah terjadinya penurunan produksi dan penurunan harga output yang merupakan aspek penting dan berpengaruh terhadap pendapatan dan keuntungan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat. Selain itu, kemungkinan lain yang menjadi penyebab perubahan tersebut adalah adanya hama dan penyakit tanaman yang menyerang buah naga. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui seberapa peka perubahan tersebut berpengaruh terhadap kelayakan pengembangan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat di Desa Rombasan ini.

Berdasarkan pemaparan tersebut, permasalahan yang muncul dan dibahas dalam penelitian ini antara lain :

1) Bagaimana kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat

di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan?

2) Bagaimana kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat

di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan?

3) Bagaimana kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat

di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep jika terjadi penurunan produksi dan penurunan harga output baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan?

Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian terhadap usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain :

1) Mengidentifikasi kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis

Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep berdasarkan aspek nonfinansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan.

2) Mengidentifikasi kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis

Hidayat di Desa Rombasan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep pada aspek finansial berdasarkan kriteria investasi baik pada kondisi sebelum maupun setelah pengembangan.

3) Mengidentifikasi kelayakan usaha budidaya buah naga milik bapak Muhlis

(23)

Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain :

1) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah kemampuan

berkomunikasi dengan masyarakat luas, menambah wawasan dan berguna untuk mengembangkan daya analisis kelayakan pengembangan usaha serta penerapan teori-teori yang telah diperoleh semasa perkuliahan

2) Bagi pembudidaya buah naga, penelitian diharapkan dapat memberikan

informasi dalam melakukan pertimbangan usaha dan kelayakan usaha untuk keberlanjutannya agar mencapai tujuan usaha yaitu memperoleh keuntungan yang maksimal.

3) Bagi pemerintah, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan bahan

pertimbangan dalam menetapkan kebijakan komoditi di era globalisasi dan berbasis pada ekonomi lokal pada khususnya dan pemberdayaan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia pada umumnya, khususnya terkait dengan pengembangan komoditas buah naga secara komersial dimasa yang akan datang.

4) Bagi investor atau pembaca, hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu

referensi dalam mempertimbangkan penanaman modal pada usaha budidaya buah naga. Bagi akademisi, penelitian ini sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup analisis kelayakan usaha pada aspek nonfinansial dan finansial pada pengembangan usaha budidaya buah naga dengan memperhitungkan pula sensitivitas dan nilai pengganti dari usaha terhadap risiko yang dihadapi yang dapat mempengaruhi perubahan kelayakan usaha. Penelitian ini dilakukan dengan cakupan penelitian pada bapak Muhlis Hidayat yang merupakan kepala desa dan pembudidaya buah naga dengan produksi tertinggi

dan lahan terluas di Desa Rombasan. Seorang petani champion yang telah menjadi

pioner pembudidayaan buah naga di desa tersebut dan berencana untuk melakukan pengembangan usaha di Desa Rombasan yang merupakan desa sentral pembudidayaan buah naga dan memiliki produksi yang tinggi di Kabupaten Sumenep sehingga memiliki potensi yang tinggi untuk pengembangan agribisnis buah naga dan menjadi sentra produksi pertama di wilayah Madura.

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah Buah Naga

Buah naga adalah buah dari jenis kaktus dari keluarga Hylocereus dan

Selenecerius. Asal buah naga ini adalah Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika

(24)

Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Pada awalnya, buah naga ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena batangnya yang unik dan bunganya

yang berbau harum serta dapat mekar pada malam hari sehingga disebut night

blooming cereus. Walaupun buah naga bukan berasal dari daratan Asia, namun

buah naga berkembang dengan pesat dan terkenal di Asia. Apalagi semenjak masyarakat mengetahui bahwa buah dari buah naga dapat dikonsumsi, memiliki rasa yang enak dan manis. Bahkan di China, buah ini memiliki tradisi religius karena warna merahnya yang mencolok selalu disandingkan dengan patung naga berwarna hijau dapat membawa berkah. Saat ini, buah naga telah dibudidayakan di Asia, seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, dan Australia Utara.

Buah naga sendiri mulai dikenal di Indonesia pada pertengahan tahun 2000. Namun, buah tersebut bukanlah buah lokal tetapi hasil impor dari Thailand. Kejelasan mengenai orang yang pertama kali memperkenalkan atau membawa buah tersebut ke Indonesia tidak diketahui. Buah ini pada awalnya hanya ditanam oleh para hobiis yang yang ingin bereksperimen. Sejak 2001, buah naga mulai dibudidayakan di kebun dan sampai saat ini walaupun telah berkembang pesat dengan semakin banyaknya sentra produksi dan pengembangan budidaya buah naga, buah ini masih harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Karakteristik Buah Naga

Nama buah naga diberikan pada buah-buah yang berasal dari empat jenis

tumbuhan, antara lain: Hylocereus undatus, yang buahnya berwarna merah

dengan daging buah putih, Hylocereus polyrhizus, yang buahnya berwarna merah

muda dengan daging buah merah, Selenicereus megalanthus dengan kulit buah

kuning dan daging buah putih, dan Hylocereus costaricensis buah naga daging

super merah.

Tabel 8Klasifikasi buah naga

Divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas Dicotyledone (berkeping dua)

Ordo Cactales

Famili Cactaceae

Subfamili Hylocereanea

Genus Hylocereus

Spesies

Hylocereus undatus Hylocereus costaricensis

Hylocereus polyrhizus Sumber : Kristanto, 2010

(25)

morfologi, tanaman ini merupakan tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun.

Dalam pembudidayaannya, media untuk merambatkan batang buah naga diganti dengan tiang yang terbuat dari kayu, semen atau kawat. Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan pada genangan yang cukup lama. Batang dari tanaman buah naga ini mengandung air dalam bentuk lendir dan belapis lilin, berwarna hijau karena berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi dan mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman. Batang dan cabang tumbuhan ini memiliki duri namun sangat pendek sehingga dianggap sebagai kaktus tak berduri.

Bunga dari buah naga mekar sepenuhnya pada saat malam hari dan memiliki bau yang harum. Kuncup bunga sendiri mulai mekar saat sore hari yang pada saat itu terjadi perbedaan suhu yang tajam antara siang hari dan malam hari sehingga merangsang pemekaran bunga. Letak buah pada buah naga umumnya mendekati ujung. Pada cabang atau batang dapat tumbuh buah lebih dari satu, terkadang bersamaan atau berhimpitan. Biji buah naga berwarna hitam, kecil,

sangat tipis, namun keras. Dalam setiap buah terdapat sekitar 1 200–2 300 biji.

Budidaya Buah Naga

Persyaratan Tumbuh Tanam

Ditanam di dataran rendah, pada ketinggian 20–500 m diatas permukaan laut. Kondisi tanah yang gembur, porous, banyak mengandung bahan organik dan

banyak mengandung unsur hara, pH tanah 5–7, dan air cukup tersedia karena

tanaman ini peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air. Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh untuk mempercepat proses pembungaan.

Persiapan Lahan

Persiapkan tiang penopang untuk tegakan tanaman karena tanaman ini tidak mempunyai batang primer yang kokoh. Dapat menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 x 10 cm dengan tinggi 2 m, yang ditancapkan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi besi yang berbentuk lingkaran untuk penopang dari cabang tanaman. Sebulan sebelum tanam, terlebih dahulu dibuatkan bak tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak tanam 2 x 2.5 m sehingga dalam 1 hektar terdapat sekitar 1 800

lubang tanam penyangga. Setiap tiang atau pohon penyangga itu dibuat 3–4

lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga. Lubang tanam

tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 5–10 kg dicampur

dengan tanah.

Persiapan Bibit dan Penanaman

Buah naga dapat diperbanyak dengan cara stek dan biji. Umumnya

ditanam dengan stek dibutuhkan bahan batang tanaman dengan panjang 25–30 cm

yang ditanam dalam polybag dengan media tanam berupa campuran tanah, pasir

(26)

Pemeliharaan

Pada tahap awal pertumbuhan, pengairan dilakukan 1–2 hari sekali.

Pemberian air berlebihan akan menyebabkan terjadinya pembusukan. Pemupukan tanaman diberikan pupuk kandang, dengan interval pemberian tiga bulan sekali,

sebanyak 5–10 kg. Pada pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),

untuk sementara belum ditemukan adanya serangan hama dan penyakit yang potensial. Pembersihan lahan atau pengendalian gulma dilakukan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Lalu pada tahap pemangkasan, batang utama (primer) dipangkas, setelah tinggi mencapai tiang penyangga (sekitar 2 m), dan tumbuh dua cabang sekunder, kemudian dari masing-masing cabang sekunder dipangkas lagi dan ditumbuhkan dua cabang tersier yang berfungsi sebagai cabang produksi.

Panen

Setelah umur 1.5–2 tahun, tanaman mulai berbunga dan berbuah.

Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri-ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai atau sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting. Buah dapat dipanen saat mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar. Dalam dua

tahun pertama setiap tiang penyangga mampu menghasilkan buah 8–10 buah naga

dengan bobot sekitar antara 400–650 gram. Musim panen terbesar buah naga

terjadi pada bulan September hingga Maret. Umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 15–20 tahun.

Khasiat dan Prospek Pengembangan Buah Naga

Kristanto (2010) menyebutkan bahwa buah naga memiliki beberapa khasiat bagi tubuh manusia antara lain penyeimbang kadar gula dalam darah, pencegah kanker usus, pelindung kesehatan mulut, pengurang kolesterol, pencegah pendarahan, dan obat keluhan keputihan. Adanya berbagai macam khasiat pada buah naga tersebut dipengaruhi oleh kandungan nutrigcsi pada buah naga.

Ide (2009) menyatakan dalam bukunya bahwa berdasarkan penelitian di

Department of Nutrition and Dietetics Universiti Putra Malaysia, menyatakan

bahwa buah naga berdaging merah berpotensi membantu menurunkan kadar gula darah dan mencegah risiko penyakit jantung pada pasien diabetes tipe 2. Bahkan di Taiwan, buah naga disantap sebagai sumber serat dan pengganti nasi oleh para penderita diabetes.

Selain itu, hasil riset United States Department of Agriculture (USDA) menyatakan bahwa buah naga juga kaya akan antioksidan. Buah naga mengandung asam askorbat atau vitamin C yang berperan untuk mencegah kerusakan sel akibat oksidasi oleh radikal bebas.

(27)

air dalam usus, pelunak feses, dan pengikat dan penghilang racun dari usus. Selain pektin, buah naga juga mengandung fitoalbumin pada bijinya yang memiliki kemampuan antioksidan tinggi. Antioksidan dalam buah naga mampu mencegah pembentukan radikal bebas penyebab kanker.

Dahana dan Warisno (2008) menyatakan dalam bukunya hasil riset Patricia Esquivel dari Institute of Food Technology Hohenheim University,

Jerman menyebutkan bahwa buah naga merah mengandung indicaxanthin yang

merupakan salah satu pigmen betaxanthin yang bermanfaat bagi kesehatan. L.

Tesoriere, peneliti farmakokimia Universitas di Palermo, Italia mengungkapkan

bahwa indicaxanthin buah naga merah mampu meningkatkan daya tahan

betaglobin dari kerusakan pada penderita talasemia.

Selain itu, buah naga merah juga mengandung 49.6 persen asam linoleat yang berfungsi sebagai antikanker berdasarkan hasil penelitian Abdul Azis Arifin dari Fakultas Ilmu Teknologi Pangan, Universiti Putra Malaysia.

Tabel 9Kandungan nutrisi buah naga

Nutrisi Kandungan

Kadar gula 13–18 briks

Air 90.20 %

Karbohidrat 11.5 g

Asam 0.139 g

Serat kasar 0.7–0.9 g

Kalsium 6.3–8.8 mg

Fosfor 30.2–36.1 mg

Magnesium 60.4 mg

Vitamin C 9.4 mg

Karotenoid 0.005–0.012 mg

Besi 0.55–0.65 mg

Vitamin B1 0.28–0.43 mg

Vitamin B2 0.043–0.045 mg

Vitamin B3 0.297–0.43 mg

Thiamin 0.28–0.30 mg

Riboflavin 0.043–0.044 mg

Niasin 1.297–1.300 mg

Abu 0.28 g

Lemak 0.21–0.61 g

Lain-lain 0.54–0.68 g

Sumber : Kristanto (2010), Ide (2009)

(28)

Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Buah Naga

Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui bermanfaat atau tidak investasi yang dilakukan oleh seorang pengusaha pada usaha yang akan atau sedang dijalankannya sehingga menghindarkan pengusaha tersebut dari kegiatan investasi yang merugikan. Salah satu analisis kelayakan usaha yang dilakukan adalah pada budidaya buah naga. Buah naga sebagai komoditi baru di Indonesia memiliki prospek pengembangan usaha. Namun, buah naga membutuhkan modal yang cukup besar untuk diusahakan sehingga dengan adanya analisis kelayakan usaha dapat diketahui berapa manfaat yang didapatkan dari usaha budidaya buah naga.

Penelitian yang dilakukan oleh Khairunnas dan Tety (2011), mengenai

Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga (Hylocereus costaricansis) di

Pekanbaru menunjukkan bahwa usahatani buah naga secara finansial layak dilakukan dan dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari kriteria investasinya dengan tingkat bunga sebesar 12 persen sesuai dengan tingkat suku bunga Bank Riau pada tahun 2007, diperoleh NPV sebesar Rp2 863 335 982.09 dengan nilai

IRR dan Net B/C sebesar 86.22 persen dan 15.16. PP kumulatif tingkat

pengembalian modal tersebut selama satu tahun tujuh bulan. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sail Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau yang merupakan daerah yang pertama kali menjadi sentra produksi buah naga.

Penelitian oleh Siswaluya, Fajeri, dan Dja’far (2012), mengenai Analisis

Kelayakan Investasi Pada Usaha Tani Buah Naga Super Red Milik Bapak Khodir

di Liang Anggang Banjarbaru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui teknik budidaya buah naga yang dilakukan oleh bapak Khodir, kelayakan usaha secara finansial, dan tingkat pengembalian investasi dari usaha tani buah naga ini. Hasil

dari penelitian ini adalah pola tanam buah naga super red pada tempat penelitian

adalah monokultur, dan sistem usahatani yang terdapat di sana meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembuatan tiang panjat, penanaman, perawatan tanaman, dan panen. Hasil análisis finansial menunjukan dengan biaya investasi sebesar Rp112 540 000.00 dan biaya operasional tahun ke 0 adalah Rp509 695 000.00 selama umur produktif 15 tahun didapatkan nilai NPV positif yang berarti bahwa jika usahatani buah naga dilaksanakan, dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp8 336 768 965.46. Nilai IRR menunjukan bahwa jika investasi usahatani buah naga super red dilakukan maka akan memberikan pengembalian sebesar 20 persen dari nilai investasi awal. Nilai Net B/C menunjukan bahwa dalam usahatani buah naga super red setiap pengeluaran sekarang sebesar Rp1.00 akan memberikan manfaat sebesar Rp12.19. Nilai investasi buah naga super red akan kembali pada saat tahun ke-5 setelah tanam.

Analisis Efisiensi Usahatani Buah Naga

(29)

skala produksi usaha tani tersebut, dan mengetahui efisiensi petani dalam membudidayakan tanaman buah naga. Bentuk penelitian ini adalah bentuk penelitian kausalitas yang termasuk kepada penelitian verifikatif. Subyek penelitiannya menggunakan studi kasus yang dilakukan di dusun bebekan Pantai Glagah Indah Kecamatan Temon dan desa Bangunharjo Kecamatan Kalibawang dengan jumlah keseluruhan petani tersebut adalah 15 petani. Komponen-komponen yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda, uji t, uji F, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan luas lahan usaha tani buah naga adalah

0.9 Ha, biaya yang dikeluarkan petani buah naga merah adalah sebesar Rp7 512 678.00 per usahataninya atau sebesar Rp7 984 251.00 per hektarnya.

Penerimaan yang diterima oleh petani buah naga merah adalah sebesar Rp236 295 000.00 per usahataninya atau sebesar Rp256 162 933.00 per hektarnya dan keuntungan petani adalah sebesar Rp228 125 322.00 per usaha taninya atau Rp247 447 919.00 per hektarnya.

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi terdiri dari luas lahan, bibit, pupuk kandang, dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi buah naga. Untuk uji keberartian koefisien regresi dengan uji t menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, pupuk kandang dan tenaga kerja yang berpengaruh secara nyata dalam produksi, sedangkan untuk bibit tidak berpengaruh secara nyata dalam produksi. Untuk koefisien regresi parsial dari hasil analisis yang didapat maka faktor produksi yang paling berpengaruh adalah faktor luas lahan dengan memiliki nilai yang besar. Koefisien Determinasi (R2) adalah sebesar 0.999968. Berdasarkan penjumlahan koefisien regresi semua faktor produksi maka didapat nilai elastisitas buah naga merah adalah sebesar 6.9 maka produksi buah naga di Kabupaten

Kulonprogo dalam skala Increasing Return to Scale. Untuk mengetahui apakah

kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani buah naga telah mencapai nilai efisiensi ekonomis tertinggi, yaitu dengan melihat perbandingan nilai produk marginal dengan harga masing-masing faktor produksi yang terdiri dari luas lahan, bibit, pupuk kandang, dan tenaga kerja yang didapat dari hasil analisis yang memiliki nilai tidak sama dengan satu, maka untuk usaha tani buah naga di Kabupaten Kulonprogo belum mencapai nilai efisiensi ekonomis tertinggi.

Analisis Daya Saing Usaha Budidaya Buah Naga

(30)

dan lebih rendah dibandingkan srikaya. R/C rasio buah naga atas biaya tunai sebesar 9.92 sedangkan R/C rasio atas biaya total sebesar 10.26.

Walaupun demikian, buah naga tetap menjadi prioritas utama bagi Sabila Farm karena sudah memiliki pangsa pasar yang jelas dengan permintaan konsumen yang terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa buah naga memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan komoditas lainnya. namun dalam aspek pasar, secara visual melalui display baik di kios-kios buah tradisional maupun supermarket, posisi buah naga di Yogyakarta belum menempatkan pada posisi menonjol atau outstanding dibandingkan dengan buah lain seperti durian, jeruk, dan mangga.

Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga

Octaviani (2012), meneliti tentang Hama dan Penyakit Tanaman Buah

Naga (Hylocereus sp.) Serta Budidayanya di Yogyakarta dengan tujuan untuk

menginventarisasi hama dan penyakit serta mengetahui budidaya tanaman buah naga di beberapa lokasi di Yogyakarta. Metode penelitian yang dilakukan meliputi wawancara, pengamatan dan pengambilan contoh di enam perkebunan buah naga, identifikasi agen penyebab di laboratorium, dan pengolahan data. Hama yang

ditemukan di pertanaman buah naga adalah kutu putih (Hemiptera:

Pseudococcidae) spesies Pseudococcus jackbeardsleyi, Ferrisia virgata, dan

Planococcus sp; kutu daun (Hemiptera: Aphididae) spesies Aphis gossypii,

Branchycaudus helichrysi, dan Toxoptera odinae; semut (Hymenoptera:

Formicidae) spesies Oecophylla sp., Camponotus sp., Euprenolepis sp., dan

Polycharis sp.; belalang (Orthoptera: Acrididae) spesies Valanga sp.,Oxya sp.,

dan Atractomorpha sp.; tungau (Acarina: Tetranycidae); bekicot (Acathina

fulica); dan burung. Ayam tidak dianggap sebagai hama meskipun dapat

menyebabkan kerusakan parah pada buah ketika mereka dibiarkan berada di kebun buah naga.

Penyakit yang ditemukan di pertanaman buah naga diantaranya adalah karat merah alga (Cephaleuros sp.), bercak orange sulur (Fusarium sp.), putih

sulur (Botryosphaeria sp. dan Phomopsis sp.), hawar sulur (Helminthoporium

sp.), dan antraknosa (Colletotrichum sp.), kusam putih sulur (Dothiorella sp.),

busuk lunak batang, kuning sulur, busuk buah (Colletotrichum sp. dan

Helminthosporium sp.) dan bercak orange buah (Altenaria sp.). Di samping itu terdapat gejala bintik hitam pada sulur yang belum berhasil diidentifikasi. Pengendalian hama dan penyakit buah naga belum dilakukan secara khusus karena sejauh ini tidak menyebabkan kehilangan hasil yang berarti.

Risiko Produksi Buah Naga

(31)

strategi yang dilakukan Sabila Farm dalam menurunkan risiko produksi pada budidaya buah naga, dan melakukan simulasi terhadap presentase penggunaan jumlah tiang untuk buah naga merah dan buah naga putih. Penelitian dilakukan

dengan menggunakan metode analisis risiko meliputi variance, standart

deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh kegiatan diversifikasi dalam menurunkan risiko.

Sumber risiko produksi budidaya buah naga yaitu intensitas curah hujan, ancaman hama dan penyakit, kelalaian tenaga kerja, dan tingkat keberhasilan

proses penyerbukan. Hasil menunjukkan bahwa nilai coefficient variation

berdasarkan produktivitas pada kegiatan spesialisasi buah naga merah dan putih yaitu 0.454 dan 0.389 sedangkan berdasarkan pendapatan yaitu 1.252 dan 0.623. Kegiatan diversifikasi dilakukan dengan mengkombinasikan buah naga merah dan buah naga putih dengan nilai koefisien korelasi adalah (+1) karena kombinasi

buah naga bergerak searah. Berdasarkan produktivitasnya coefficient variation

kegiatan diversifikasi buah naga merah dan buah naga putih yaitu 0.390 sedangkan berdasarkan pendapatannya yaitu 0.624. Hasil perhitungan risiko portofolio skenario terbaik kegiatan diversifikasi buah naga merah dan buah naga putih berdasarkan produktivitas yaitu skenario II dengan jumlah tiang sama 50

persen–50 persen sedangkan berdasarkan pendapatan yaitu skenario III dengan

jumlah tiang lebih banyak buah naga merah dibandingkan buah naga putih 60 persen–40 persen.

Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Buah Naga

Buah naga merupakan komoditi buah-buahan yang tergolong baru di Indonesia. Perilaku konsumen dalam mengonsumsi buah naga juga berbeda dengan buah pada umumnya seperti apel, jeruk, ataupun mangga. Penelitian

Susanti (2011) yang berjudul Analisis Perilaku Konsumen Buah Naga (Hylicereus

undatus dan Hylocereus costaricensis) di Kota Medan (Studi Kasus: Hypermart

Sun Plaza) bertujuan untuk melihat perilaku konsumen yang mempengaruhi permintaan buah naga di Medan, menganalisis permintaan buah naga khususnya di Medan, dan menganalisis penawaran distributor dalam memenuhi permintaan hypermart sun plaza. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah metode logit yang memiliki kriteria uji Wald dan Chi-kuadrat dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.

(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Investasi

Ekonom Amerika Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld (1999) dalam Fahmi, dkk (2009) mengatakan bahwa bagian output yang digunakan oleh perusahaan swasta guna menghasilkan output di masa mendatang dapat disebut sebagai investasi. Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha yang mana dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik dan nonfisik. Investasi memiliki dua atribut penting yaitu terdapat risiko dan tenggang waktu.

Dalam Kasmir dan Jakfar (2009), timbulnya suatu investasi pada suatu proyek disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :

1) Adanya permintaan pasar

Adanya suatu kebutuhan dan keinginan dalam masyarakat yang harus disediakan. Hal ini disebabkan karena jenis produk yang tersedia belum mencukupi atau memang belum ada sama sekali.

2) Untuk meningkatkan kualitas produk

Hal ini dilakukan karena tingginya tingkat persaingan yang ada.

3) Kegiatan pemerintah

Merupakan kehendak pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat atas suatu produk atau jasa.

Investasi yang menjanjikan keuntungan lebih awal akan lebih disukai daripada yang menjanjikan keuntungan kemudian. Investasi menurut karakteristiknya dapat dibagi menjadi beberapa golongan antara lain (1) investasi yang tidak dapat diukur labanya; (2) investasi yang tidak menghasilkan laba; (3) investasi yang dapat diukur labanya. Untuk investasi yang dapat diukur labanya perlu dilakukan studi kelayakan yang melihat berbagai aspek. Namun, tidak berarti bahwa jenis investasi yang lain tidak memerlukan studi kelayakan. Studi kelayakan tetap diperlukan, namun dengan intensitas dan penekanan untuk masing-masing aspek berbeda (Suratman, 2002).

(33)

Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha yang dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Kelayakan sendiri artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan. Ada lima tujuan studi kelayakan bisnis dilakukan yaitu untuk menghindari risiko kerugian, memudahkan perencanaan,

memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, dan

memudahkan pengendalian.

Menurut Johan (2011) bisnis didefinisikan sebagai sebuah kegiatan atau aktifitas yang mengalokasikan sumber-sumber daya yang dimiliki ke dalam suatu kegiatan produksi yang menghasilkan barang atau jasa, dengan tujuan barang dan jasa tersebut dapat dipasarkan kepada konsumen agar dapat memperoleh keuntungan atau pengembalian hasil. Studi kelayakan adalah sebuah studi untuk mengkaji secara komprehensif dan mendalam terhadap kelayakan sebuah usaha. Layak atau tidak layak dijalankannya sebuah usaha merujuk pada hasil pembandingan semua faktor ekonomi yang akan dialokasikan ke dalam sebuah usaha atau bisnis baru dengan hasil pengembaliannya yang akan diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Suatu bisnis dapat dikategorikan layak dengan adanya landasan kelayakan yang mendasarinya sedangkan dikategorikan tidak layak karena ada faktor-faktor ketidaklayakan yang mempengaruhi.

Menurut Ibrahim (2003) dalam Nurmalina, dkk (2009), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit yang dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif bisnis yang menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi berdasarkan pada alternatif bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis juga dapat digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya.

Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

(34)

salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan.

Aspek Nonfinansial

1. Aspek Pasar

Pasar dan pemasaran merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pasar dan pemasaran memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Kegiatam pasar selalu diikuti oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran adalah bentuk untuk mencari atau menciptakan pasar (Kasmir dan Jakfar, 2009).

Menurut Ibrahim (2003) dalam Nurmalina, dkk (2009), aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan. Walaupun suatu bisnis secara teknis telah menunjukkan hasil yang layak untuk dilaksanakan, namun tidak ada artinya jika aspek pasar tidak layak seperti tidak adanya konsumen yang mau membeli produk yang dihasilkan. Umar (2007) menyatakan bahwa analisis aspek pasar pada dasamya bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang akan dihasilkan.

Menurut Nurmalina, dkk (2009), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:

1) Permintaan

Permintaan yang diamati baik secara keseluruhan maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan proyeksi permintaan tersebut.

2) Penawaran

Penawaran dapat berasal dari dalam negeri maupun berasal dari impor. Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang dapat menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya.

3) Harga

Harga ditentukan berdasarkan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

4) Perkiraan Penjualan yang Dapat Dicapai Perusahaan

Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara :

Selain itu, aspek pemasaran tidak dapat dipisahkan dari variabel-variabel yang mempengaruhi kegiatan pemasaran itu sendiri. Variabel-variabel tersebut berupa bauran pemasaran yang merupakan inti dari pemasaran itu sendiri. bauran tersebut dikenal dengan 4P, yaitu :

1) Product (Produk)

(35)

keinginan dan kebutuhan. Suatu usaha harus dapat menghasilkan produk yang benar-benar dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumennya.

2) Price (Harga)

Suatu nilai yang rela dibayarkan atau diberikan konsumen kepada produsen untuk mendapatkan barang atau jasa tertentu yang dibutuhkan/diinginkannya. Penentuan harga merupakan hal yang penting karena mempengaruhi preferensi konsumen untuk rela mendapatkan produk tersebut. Harga akan menentukan laku atau tidaknya suatu produk yang dihasilkan.

3) Place (Tempat)

Lokasi produksi dan distribusi ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai merupakan komponen penting sehingga produk tersebut tersedia di tempat dan waktu konsumen membutuhkan.

4) Promotion (Promosi)

Kegiatan menginformasikan produk yang dihasilkan kepada konsumen sehingga konsumen menyadari kehadiran produk tersebut dan mendapatkan informasi serta memahami hakikat dari produk tersebut. Promosi merupakan salah satu kegiatan untuk menarik minat konsumen atas produk yang dihasilkan.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis yaitu analisis yang berhubungan dengan input bisnis (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha. Dalam suatu usaha, hubungan aspek-aspek teknis sangat menentukan keberhasilan usaha terutama keberhasilan proses produksi. Masing-masing komponen dalam aspek teknis ini saling terkait satu sama lain dan ketidaklayakan salah satu komponen akan mengganggu proses produksi secara keseluruhan.

Menurut Nurmalina, dkk (2009), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari beberapa faktor, yaitu

1) Penentuan Lokasi Bisnis

Hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis antara lain ketersedian bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, dan iklim serta keadaan tanah (agroekosistem) dari lokasi bisnis

2) Proses Produksi

Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses, yaitu proses produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus.

3) Layout

(36)

4) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria yang lain yakni:

a) Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang

digunakan.

b) Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang

memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi bisnis.

c) Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan

kemungkinan pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing.

d) Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan

teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.

3. Aspek Manajemen

Menurut Nurmalina, dkk (2009), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada masa pembangunan, aspek manajemen mempelajari siapa yang akan menjadi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang akan melakukan studi kelayakan bisnis untuk masing-masing aspek. Manajemen dalam operasi mempelajari bentuk organisasi yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi setiap jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan, dan menentukan anggota direksi serta tenaga ahli.

Aspek manajemen merupakan aspek yang penting untuk dianalisis dalam analisis kelayakan usaha. Karena walaupun suatu usaha dikategorikan layak tanpa didukung dengan manajemen yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah Sumber Daya Manusia (SDM) maupun menyangkut rencana perusahaan secara keseluruhan harus sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen akan terGambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen.

Menurut Suliyanto (2010), analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia terdiri dari dua bahasan penting, yaitu sub aspek manajemen dan sub aspek sumber daya manusia. Analisis sub aspek manajemen lebih menekankan pada proses dan tahap-tahap yang harus dilakukan pada proses pembangunan bisnis, sedangkan analisis sub aspek sumber daya manusia menekankan pada ketersediaan dan kesiapan tenaga kerja baik jenis atau mutu maupun jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.

4. Aspek Hukum

(37)

mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina, dkk 2009).

5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Menurut Nurmalina, dkk (2009), yang akan dinilai dalam aspek ini adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan bagaimana bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lain. Pada aspek ekonomi yang dipelajari yaitu apakah suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Secara budaya, perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapat mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2009), jika ditinjau dari aspek ekonomi adanya investasi akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Sedangkan bagi pemerintah dampak positif yang diperoleh dari aspek ekonomi adalah memberikan pemasukan berupa pendapatan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebaliknya dampak negatif tidak akan terlepas dari aspek ekonomi seperti eksplorasi sumber daya alam yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga mengurangi peluang bagi masyarakat sekitamya. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu wilayah, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat. Dampak negatif dalam aspek sosial termasuk terjadinya perubahan gaya hidup, budaya, adat istiadat dan struktur sosial lainnya.

6. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan lingkungan dan dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan suatu perusahaan seperti pencemaran dan kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya (Fahmi, dkk 2009). Emil Salim dalam Fahmi, dkk (2009) menyatakan bahwa pengetahuan tentang dampak lingkungan diperlukan karena membantu pengusaha memilih teknologi dan cara produksi yang bisa memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan.

Gambar

GAMBARAN USAHA ........................................................................................
Grafik produksi buah naga menurut teori
Tabel 1 Ekspor impor produk pertanian subsektor hortikultura tahun 2009–2012
Tabel 4 Nilai produksi, luas panen, dan produktivitas buah-buahan di Indonesia tahun 2007–2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara.. Dalam penulisan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

ANALISIS DATA DFR (DIGITAL FAULT RECORDER) SEBAGAI ALAT BANTU PENENTUAN JENIS PENYEBAB DAN LOKASI GANGGUAN PADA GANGGUAN.. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI SATU FASA KE TANAH

Gambar 3.2 Model besi hollow lingkaran Dengan adanya konsep dari rangka utama dan rollbar yang telah disesuaikan dimensinya, maka model chassis mobil Mesin USU I

Upaya pemberdayaan kader PKK dalam membantu pendataan kepemilikan akta kelahiran di Kelurahan Kidul Dalem membuahkan hasil meskipun tidak dapat dipastikan jumlah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vitalitas Amphiprion oscellaris yang hidup dilingkungan akuarium buatan dengan kondisi lingkungan perairan yang ideal tidak dipengaruhi

Profil lereng terumbu di stasiun pemijahan ikan terumbu di barat Pulau Karya (BKAR) lebih homogen dengan elevasi dari kedalaman 30 m yang mencapai 40°. Tanda

Pada penelitian ini dilakukan penelitian pembuatan plastik biodegradable yang terbuat dari tepung biji durian dan bahan tambahan tepung maizena serta plasticizer

Fungsi : Untuk menyimpan data – data dari pasang baru yang nantinya akan dipakai sebagai data tetap untuk data teknik dari sebuah nomor telepon. Tabel 3.7