1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor Kehutanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pertumbuhan ekonomi negara terutama negara yang memiliki kekayaan alam.
Hasil sumberdaya kehutanan di Indonesia adalah kayu, bambu, rotan, madu, aren,
dan gaharu. Salah satu hasil hutan yang banyak diminati oleh kaum industri
adalah kayu. Kayu yang dihasilkan dari hutan Indonesia banyak dimanfaatkan
dan digunakan oleh berbagai industri untuk diolah karena karakteristik umum dari
produk kehutanan adalah bersifat musiman, besar (voluminous) dan berat (bulky), penawaran produk yang relative kecil, ketidakseragaman produk, ketergantungan
pada alam serta mudah rusak (perishable).
Berkaitan dengan karakteristik produk kehutanan yang mudah rusak maka
perlu adanya pengolahan lebih lanjut agar produk kehutanan dapat bertahan lama
dan memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Dengan adanya pengolahan
produk kehutanan dapat mengurangi biaya penyimpanan yang cenderung mahal.
Kayu mahoni merupakan salah satu produk kehutanan yang mudah rusak apabila
terlalu lama disimpan maka kayu akan lapuk. Oleh karena itu agar kayu dapat
bertahan lebih lama maka kayu dapat diolah menjadi bahan baku furniture, kusein, kitchen set, tempat tidur dan kerajinan. Salah satu hasil olahan kayu adalah kerajinan kayu menjadi boneka, pengolahan menjadi boneka mempunyai
nilai tambah serta membuat kayu dapat bertahan lebih lama dan tidak berubah
sifat.
Beberapa IKM di Tasikmalaya bergerak dalam usaha pengolahan kayu
mahoni, karena kualitas kayu mahoni yang keras dan sangat baik untuk meubel,
furniture, barang-barang ukiran, dan kerajinan tangan (boneka, kelom geulis,
wayang golek), serat kayu halus, warna kayu mahoni yang berwarna merah
natural dan sering juga di buat penggaris karena sifatnya yang tidak mudah
berubah. Kualitas kayu mahoni berada sedikit dibawah kayu jati. Berikut adalah
2
Tabel 1. Pengrajin berbahan baku kayu Mahoni di Tasikmalaya
No. Nama Tempat Alamat Produk
1 CV ATLAS Leuwianyar - Tasikmalaya Boneka Kayu
2 Sumber Rezeki Purbaratu - Tasikmalaya Meubeul
3 Rizky Pratama Taman Sari - Tasikmaya Kelom Geulis
4 Sagitria Collection Dadaha - Tasikmalaya Kelom Geulis
5 Senny Collection Taman Sari - Tasikmaya Meubeul
6 Salsa Taman Sari - Tasikmaya Kelom Geulis
7 Panamas Raya Rajapolah - Tasikmalaya Interior
Sumber : Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Tasikmalaya 2011
Perkembangan pasokan kayu rakyat di Tasikmalaya dari tahun 2007 – 2011
menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar, Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh karena pertumbuhan industri kayu di Tasikmalaya, selain itu untuk
memenuhi pasokan kayu di luar kota Tasikmalya, dengan banyaknya pasokan
kayu rakyat di Tasikmalaya, banyak indutri menengah dan kecil memanfaatkan
kayu tersebut untuk dijadikan kerajinan dan bahan baku furniture. perkembangan
supply deman kayu rakyat di kabupaten Tasikmalya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data pasokan dan kebutuhan permintaan kayu rakyat di wilayah Tasikmalaya
No Tahun Supply Kayu (m³)
Demand Kayu (m³)
1. 2007 146.812,87 143.733,31
2. 2008 175.315,87 145.942,49
3. 2009 252.931,31 260.453,06
4. 2010 329.882,07 285.080,00
5. 2011 325.748,21 301.817,80
Sumber : Diolah dari Dinas Kehutanan Tasikmalaya, 2011
Salah satu perusahaan yang melakukan pengolahan kayu adalah CV
ATLAS. CV ATLAS adalah IKM (Industri Kecil dan Menengah) yang didirikan
oleh bapak Ade pada tahun 1998 CV ATLAS merupakan satu-satunya perusahaan
pengolahan kayu di Tasikmalaya yang memproduksi boneka kayu dari kayu
mahoni dan sebagian produknya telah diekspor ke California, Amerika Serikat
dari tahun 2001 hingga sekarang. CV ATLAS mampu mengekspor kerajinan
3
Berdasarkan uraian di atas, CV ATLAS harus mengetahui biaya pengolahan
boneka kayu pada tiap periode, sehingga dapat dijadikan salah satu pertimbangan
bagi penentuan harga pembelian bahan baku dari petani. Selain biaya pengolahan,
perhitungan dan analisis nilai tambah pengolahan kayu mahoni juga diperlukan
oleh perusahaan untuk mengetahui kondisi dan kekuatan yang dimiliki
perusahaan agar meningkatkan produktivitas pengolahan yang akan meningkatkan
keuntungan.
1.2. Perumusan Masalah
CV ATLAS merupakan IKM yang bergerak dibidang pengolahan kayu,
salah satu hasil olahan yang diproduksi di CV ATLAS adalah mengolah kayu
mahoni menjadi kerajinan boneka kayu dan satu-satunya perusahaan di
Tasikmalaya yang mengeksport kerajinannya keluar negeri secara continu dari
tahun 2000. Karakteristik sifat alami kayu yang mudah rusak mengharuskan
adanya pengolahan kerajinan kayu merupakan langkah strategis dalam
pengembangan indutri kerajinan kayu mahoni di Tasikmalaya.
Harga kayu yang rendah dan sifat kayu mudah rusak tanpa adanya
pengolahan menyebabkan kayu tidak memiliki nilai jual padahal apabila
dilakukan pengolahan, kayu memiliki keunggulan dan nilai tambah. Boneka yang
dihasilkan dari kayu mahoni memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
simber daya hutan lainnya, sifat kayu mahoni yang tidak mudah berubah (susut),
warna natural kayu baik, termasuk jenis kayu keras serta memiliki permukaan
atau serat kayu yang halus. Permintaan boneka whimsy CV ATLAS tiap tahun
meningkat hal ini di lihat dari permintaan eksport maupun domestik meningkat
karena produk yang diolah oleh CV ATLAS termasuk kerajinan yang unik dan
masih belum banyak perusahaan yang produksi.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui biaya-biaya apa saja yang timbul dalam pengolahan boneka
kayu ?
2. Mengetahui harga pokok produksi boneka kayu pada CV. ATLAS
4
3. Mengetahui nilai tambah dari usaha pengolahan kayu mahoni menjadi
boneka kayu pada CV. ATLAS berdasarkan metode Hayami ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Menganalisis biaya-biaya yang timbul dalam pengolahan boneka kayu.
2. Menghitung dan menganalisis harga pokok produksi pada CV. ATLAS
dengan menggunakan metode Full Costing Method.
3. Menganalisis nilai tambah dari pengolahan kayu mahoni menjadi boneka
kayu pada dengan menggunakan metode hayami
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
informasi mengenai nilai tambah dari usaha yang dijalankan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain dalam materi
yang berhubungan dengan konsep nilai tambah dan harga pokok produksi.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Penelitian ini adalah menghitung harga pokok produksi
dan menganalisis nilai tambah pengolahan boneka whimsy pada CV ATLAS pada
Desember 2011. Metode perhitungan harga pokok produksi yang digunakan
adalah full costing method. Sedangkan alat atau metode yang digunakan untuk menghitung nilai tambah pengolahan boneka whimsy adalah metode hayami
karena metode hayami merupakan metode yang paling lengkap dibandingkan
dengan metode lain yaitu menghitung nilai tambah, keuntungan perusahaan dan
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Kecil Menengah
Usaha kecil menengah saat ini merupakan usaha yang masih dapat
dipertahankan ditengah badai krisi moneter yang berkepanjangan. Untuk itu
pemerintah berupaya dengan keras untuk membina usaha kecil dan menengah
guna menjadikan usaha ini penyumbang devisa bagi Negara. Untuk dapat
memberikan gambaran tentang usaha kecil menengah, akan dijelaskan terlebih
dahulu definisi usaha kecil menengah. Menurut Partomo dan Soejoedono (2004)
definisi usaha kecil dan menengah dapat ditinjau dari beberapa peraturan, yaitu
antara lain sebagai berikut:
1. Berdasarkan undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, usaha kecil
didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
yang memenuhi kriteria-kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan serta kepemilikan sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
1.000.000.000,-
c. Milik warga Negara Indonesia
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.
e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
2. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
Tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil diidentifikasi sebagai perseorangan atau
badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai
penjualan pertahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- atau asset
setinggi-tingginnya Rp. 600.000.000,- (diluar tanah dan bangunan yang
6
perorangan (perajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan,
perambah hutan, penambang pedagang barang dan jasa dan sebagainya).
3. Berdasarkan surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
30/4/kep/Dir. Tanggal 4 April 1997 tentang pemberian kredit usaha kecil,
usaha kecil diidentifikasi sebagia usaha yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000
c. Milik warga Negara Indonesia
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung
maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.
e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan
hukum atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi
Usaha kecil menengah dapat pula dibedakan berdasarkan batasan jumlah
tenaga kerja yang direkrut. Usaha kecil diidentifikasi oleh Badan Pusat Statistik
jika jumlah tenaga kerja yang dimiliki antara 5 hingga 19 orang, sedangkan usaha
menengah berkisar antara 20 hingga 99 orang, lebih dari 100 orang dikategorikan
sebagai usaha besar.
Menurut Partomo dan Soejoedono (2004) usaha kecil dan menengah
menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang
kurang maju dalam berbisnis. UKM menghadapi kendala-kendala dalam
mempertahankan atau mengembangkan usaha (bisnis) antara lain kurang
pengetahuan pengelolaan usaha, kurang modal dan lemah di bidang pemasaran.
Banyak definisi usaha mikro kecil dan menengah yang dipahami baik dari
lembaga lokal maupun asing. Namun demikian, perbankan Indonesia
menggunakan definisi UKM sesuai dengan kesepakatan Menko Kesra dengan
Bank Indonesia. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan
bersifat tradisional dan informal dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan
belum berbadan hukum. Hasil penjualan tahunan bisnis tersebut paling banyak
7
Menurut Iqbal dan Simanjuntak (2004), UKM harus memiliki pengetahuan
dan kemampuan untuk melakukan analisis persaingan/kompetisi. Oleh karena itu,
UKM harus mengetahui siapa pesaingnya, pelanggan dan juga tentang usahanya
sendiri sehingga UKM dapat merencanakan strategi bisnis yang tepat untuk
usahanya tersebut.
2.2. Pengertian Biaya
Pemberian biaya atas produk, jasa, pelanggan dan objek lain yang
merupakan kepentingan manajemen adalah salah satu faktor dasar untuk membuat
suatu keputusan manajemen. Salah satu faktor yang paling sering digunakan
untuk menilai berhasil atau tidaknya suatu perusahaan adalah besarnya laba yang
diperoleh oleh perusahaan tersebut. Besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan
antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah biaya.
Biaya dalam arti luas menurut Mulyadi (2005) adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur dalam definisi biaya tersebut,
yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan mata
uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan
tersebut untuk tujuan tertentu.
Menurut Hansen dan Mowen (2006), biaya adalah nilai kas yang
dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan memberikan
keuntungan kepada perusahaan baik saat ini maupun saat yang akan dating. Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengertian biaya adalah suatu pengorbanan atau
penyerahan sumber daya guna mendapatkan keuntungan baik di masa sekarang
maupun keuntungan dimasa akan datang.
2.2.1 Klasifikasi Biaya
Klasifikasi atau penggolongan adalah proses mengelompokkan secara
sistematis atau keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan
tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih mempunyai
arti atau lebih penting. Klasifikasi atau penggolongan ini akan memudahkan
manajemen perusahaan dalam melakukan kalkulasi terhadap biaya-biaya
8
Menurut Mulyadi (2005), penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan
yang hendak di capai. Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok biaya
yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi umum. Oleh
karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu :
1. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi dan siap untuk dijual. Menurut objek
pengeluarannya, secara garis besar biaya ini di bagi menjadi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung disebut dengan istilah biaya utama atau Prime Cost, sedangkan biaya overhead pabrik sering di sebut dengan istilah biaya konversi atau Conversion Cost, yang merupakan biaya untuk mengkonversi bahan baku menjadi produk jadi. Contoh dari biaya produksi misalnya biaya
bahan baku, bahan baku penolong dan biaya gaji karyawan yang bekerja
dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan proses produksi.
2. Biaya Pemasaran
Merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pmasaran
produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang
perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang
melaksanakan kegiatan pemasaran dan biaya contoh atau sample. 3. Biaya Administrasi dan Umum
Merupakan biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan
pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian
keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntan dan biaya fotocopy.
2.2.2 Biaya dalam Hubungan dengan Produk 1. Bahan Baku Langsung atau Direct Material
Bahan baku langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian
integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung kedalam
9
diartikan sebagai biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai, jadi biaya langsung akan dapat dengan
mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai. Contohnya dari bahan
langsung adalah kayu dalam perusahaan mebel (Hammer, 1994).
2. Tenaga Kerja Langsung atau Direct Labor
Tenaga kerja langsung adalah seluruh karyawan yang dikerahkan
untuk mengubah bahan baku langsung menjadi barang jadi. Biaya bahan
baku lagsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya-biaya utama
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam menghasilkan produknya.
3. Overhead Pabrik
Overhead pabrik dapat diidentifikasi sebagai biaya bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrik lainnya yang
tidak dapat di bebankan langsung ke dalam produk tertentu. Bahan tidak
langsung adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
produk, tetapi pemakaiannya sangat kecil sehingga tidak dapat dianggap
sebagai bahan langsung yang tak berguna atau ekonomis.
Tenaga kerja tidak langsung dapat diidentifikasi sebagai para
karyawan yang dikerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi
pembuatan atau pembentukan barang jadi. Overhead pabrik mencakup samua biaya pabrik kecuali yang dicatat sebagai biaya langsung yaitu bahan
langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua yaitu, biaya overhead pabrik variable dan biaya overhead pabrik tetap (Hammer, 1994).
2.2.3 Perilaku Biaya
Adalah perubahan biaya sebagai akibat dari perubahan volume aktivitas
tertentu. Berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume
aktivitas, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1. Biaya Tetap Atau Fixed Cost
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan
tingkatan tertentu. Pada biaya tetap, biaya satuan akan berubah berbanding
10
semakin rendah biaya satuan dan semakin rendah volume kegiatan semakin
tinggi biaya satuan. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan
jangka panjang, teknologi, dan metode strategi manajemen. Contoh dari biaya
tetap adalah gaji direktur produksi.
2. Biaya Variabel Atau Variable Cost
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan atau
tetap dengan adanya perubahan volume aktifitas, semakin tinggi volume
kegiatan secara proporsional total biaya variabel akan semakin tinggi dan
semakin rendah volume kegiatan secara proporsional maka biaya variabel
akan semakin rendah. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku yang
berubah sebanding dengan perubahan volume produksi.
3. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan berubah
sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya
tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya
total, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi
perubahannya tidak sebanding. Contoh dari biaya semivariabel adalah biaya
perbaikan dan perawatan mesin, biaya pemakaian dan perawatan kendaraan
dan biaya telepon.
2.3. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi
dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan nonproduksi, seperti
kegiatan pemasaran, serta kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi
membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga
pokok produk jadi dan harga pokok produk yang akhir periode akuntansi masih
dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk
11
Menurut Mulyadi (2005), pengumpulan harga pokok produksi sangat
ditentukan oleh cara produksi. Secara besar, cara memproduksi produk dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa.
Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau
karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai. Perusahaan yang
memproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas
dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Contoh perusahaan yang berproduksi
berdasarkan pesanan adalah perusahaan percetakan, perusahaan mebel,
perusahaan dok kapal. Perusahaan yang berproduksi massa melaksanakan
pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang. Umumnya
produknya berupa produk standar. Contoh perusahaan yang berproduksi massa
antara lain adalah perusahaan, semen, pupuk, makanan dan tekstil.
Menurut Mulyadi (2005), pengumpulan harga pokok produksi sangat
ditentukan oleh cara produksi. Cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu produksi atas dasar pesanan dan produksi massa.
Tabel 3. Perbedaan karakteristik metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses
Segi Perbedaan Metode Harga Pokok
Pesanan
Metode Harga Pokok Proses
Dasar kegiatan produksi Pesanan langganan Budget produksi Tujuan produksi Untuk melayani pesanan Untuk persediaan yang
akan dijual Bentuk produk Tergantung spesifikasi
pemesan dan dapat dipisahkan identitasnya
Homogen dan standar
Biaya produksi dikumpulkan Setiap pemesanan Setiap satuan waktu Kapan biaya produksi
dihitung
Pada saat suatu pesanan selesai
Pada akhir periode/satuan waktu
Menghitung harga pokok Harga pokok pesanan: jumlah produk pesanan yang bersangkutan
Harga pokok periode tertentu: jumlah produk periode yang bersangkutan
Sumber: Supriyono, 2007
2.3.1 Metode Full Costing
Menurut Mulyadi (2005) full costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
12
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi umum).
2.4. Nilai Tambah
Pengertian nilai tambah (value added) itu sendiri adalah pertambahan nilai yang terjadi pada suatu komoditi karena komoditi tersebut telah mengalami proses
pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu proses produksi.
Menurut Hardjanto dalam Dewi (2011) nilai tambah merupakan suatu pertambahan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional yang diperlakukan
pada komoditi yang bersangkutan.
Sedangkan Brunnield dan Burton dalam Nurwilis dalam Dewi (2011) mendefinisikan nilai tambah dari segi output dikurangi beberapa bagian dari input
dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi maupun barang jadi yang masuk
kedalam proses produksi ditambah semua persediaan dan pembelian jasa dari
perusahaan lain. Kadariah et al dalam Dewi (2011) menyatakan nilai tambah sebagai selisih nilai dari satuan-satuan hasil produksi dengan nilai dari setiap
sarana produksi yang masuk dalam proses produksi hasil tersebut. Sedangkan
Simatupang dalam Dewi (2011) mendefinisikan nilai tambah sebagai penerimaan upah pekerja dan keuntungan pemilik modal atau nilai produksi dikurangi
pengeluaran barang antara. Dengan demikian Simatupang dalam Dewi (2011) tidak memperhitungkan unsur-unsur lain dalam proses pembentukan nilai tambah,
seperti bahan baku dan bahan penolong.
Sumber-sumber nilai tambah diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor
produksi (tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan manajemen). Oleh karena
itu untuk menjamin agar produksi terus berjalan secara efektif dan efisien nilai
tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil. Analisis nilai tambah
dapat dipandang sebagai usaha untuk melaksanakan prinsip-prinsip distribusi di
atas dan berfungsi sebagai salah satu indikator keberhasilan sektor agribisnis.
Analisis ini merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat
perlakuan mengalami perubahan nilai.
Nilai tambah dipengaruhi oleh faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis
yang mempengaruhi nilai tambah meliputi unsur kualitas produk, penerapan
13
dan input penyerta. Faktor teknis ini mempengaruhi harga jual output. Sedangkan
faktor non teknis (faktor pasar) meliputi harga jual output, upah kerja, harga
bahan baku, informasi pasar, modal investasi, teknologi, nilai input lainnya dan
sebagainya. Faktor non teknis dapat mempengaruhi faktor konversi dan biaya
produksi.
Dalam bentuk matematika, fungsi nilai tambah dapat dituliskan sebagai
berikut :
Nilai tambah = f(K, B, T, U, h, L)………(1)
Dimana K : kapasitas produksi
B : jumlah bahan baku yang digunakan
T : Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
H : Harga output
U : Upah kerja
h : Harga bahan baku
L : Nilai input lain
Nilai input lain mencakup nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan
tenaga kerja yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Nilai ini
mencakup biaya modal (bahan penolong dan biaya overhead pabrik lainnya) dan
gaji pegawai tidak langsung.
Gittinger dalam Dewi (2011) mendefinisikan nilai tambah sebagai selisih harga penjualan barang dan jasa dengan biaya bahan dan pengeluaran untuk
jasa-jasa. Gittinger membedakan nilai tambah atas nilai kotor dan nilai tambah bersih.
Nilai tambah kotor merupakan selisih harga jual dengan pembayaran untuk pajak,
bunga modal, sewa tanah, laba, penyusutan, manajemen, asuransi, jaminan sosial
lainnya dan upah karyawan. Pengurangan nilai tambah kotor dengan biaya
penyusutan disebut dengan nilai tambah bersih.
Menurut Hayami dalam Maimun (2009), terdapat dua cara dalam menghitung nilai tambah, yaitu dengan menghitung nilai tambah selama proses
pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran. Tujuan dari
analisis nilai tambah adalah untuk mengukur balas jasa yang diterima pelaku
sistem (pengolah) dan kesempatan kerja yang diciptakan oleh sistem tersebut.
14
besarnya balas jasa yang diterima faktor produksi yang digunakan dalam proses
perlakuan tersebut.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai tambah suatu
komoditi pertanian, diantaranya :
1. Metode Hayami
Metode ini merupakan salah satu metode analisis nilai tambah yang sering
dipakai. Metode ini disebut metode Hayami karena dikemukakan oleh Hayami.
Hayami menerapkan analisis ini pada subsistem pengolahan (produksi sekunder).
Produksi sekunder merupakan kegiatan produksi yang mengubah bentuk produk
primer.
Kelebihan analisis nilai tambah dengan metode Hayami adalah:
a. produktivitas produksi (rendemen, pangsa ekspor dan efisiensi tenaga kerja)
dapat diestimasi,
b. balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi juga dapat diestimasi, dan
c. prinsip analisis nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan pula untuk
subsistem lain selain pengolahan.
2. Sistem Pembagian Nilai Tambah
Metode ini dikembangkan oleh A.W. Rucker, sehingga metode ini disebut
juga Rucker Plan. Berdasarkan laporan akuntansi, nilai tambah dapat dihitung sebagai berikut: Nilai tambah = pendapatan tenaga kerja + pendapatan operasi.
Berdasarkan laporan laba rugi, nilai tambah menurut sistem ini dinyatakan sebagai
nilai tambah = penjualan netto – ((biaya bahan baku + ongkos yang dibayar +
biaya depresiasi) (persediaan awal – persediaan akhir +/- nilai penyesuaian nilai
tambah)). Nilai tambah bruto dikurang biaya depresiasi sama dengan nilai tambah
netto.
3. Metode M. Dawam Rahardjo
Menurut Dawam Rahardjo dalam Dewi (2011), value added merupakan selisih nilai produk bruto dengan total pengeluaran. Nilai produk bruto yang
dimaksud disini adalah nilai output ditambah dengan nilai jasa yang diberikan.
Total pengeluaran yang dimaksud meliputi gaji/upah, bahan baku, bahan bakar
15
2.4.1 Manufacturing Cycle Effectiveness (MCE)
MCE merupakan ukuran yang menunjukkan persentase value added activities yang terdapat dalam suatu aktivitas yang digunakan oleh seberapa besar non value added activities dikurangi dan dieliminasi dari proses pembuatan produk menurut Mulyadi dalam Ardiansyah (2010)
Manufacturing Cycle Effectiveness merupakan alat analisis terhadap aktivitas-aktivitas produksi, misalnya berapa lama waktu yang dikonsumsi oleh
suatu aktivitas mulai dari penanganan bahan baku, produk dalam proses hingga
produk jadi (cycle time). MCE dihitung dengan memanfaatkan data cycle time atau throughput time yang telah dikumpulkan. Pemilihan cycle time dapat dilakukan dengan melakukan activity analysis. Menurut Saftiana, Ardiansyah (2010) cycle time terdiri dari value added activity dan non value added activities. Value added activity yaitu processing time dan non value added activities yang terdiri dari waktu penjadwalan (schedule time), waktu inspeksi (inspection time), waktu pemindahan (moving time), waktu tunggu (waiting time), dan waktu penyimpanan (storagetime).
Mulyadi (2005) memformulasikan waktu siklus yang digunakan untuk
menghitung MCE adalah:
Waktu siklus = waktu proses + waktu menunggu + waktu bergerak
+ waktu inspeksi………..(2)
dan
siklus efektivitas manufaktur = ………..….…(3)
Menurut Mulyadi dalam Ardiansyah (2010) suatu proses pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah nilai telah dapat dihilangkan dalam proses pengolahan produk, sehingga customer produk tidak dibebani dengan biaya-biaya untuk aktivitas-aktivitas yang bukan
16
Menurut Saftiana, dalam Ardiansyah (2010) proses produksi yang ideal adalah menghasilkan waktu siklussama dengan waktu proses.
2.4.2 Nilai Tambah Metode Hayami
Nilai tambah yang dihasilkan dari suatu pengolahan pada barang dan jasa,
merupakan selisih antara nilai akhir suatu produk (nilai output) dengan nilai bahan
baku dan input lainnya. Nilai tambah tidak hanya melihat besarnya nilai tambah
yang didapatkan, tetapi juga distribusi terhadap faktor produksi yang digunakan.
Sebagian dari nilai tambah merupakan balas jasa (imbalan) bagi tenaga kerja, dan
sebagian lainnya merupakan keuntungan pengolah. Metode analisis Hayami
adalah metode yang umum digunakan untuk menganalisis nilai tambah pada
subsistem pengolahan.
2.5. Proses Produksi Kerajinan Boneka Kayu
Kayu merupakan bahan baku utama dalam pembuatan atau proses
produksi pada perusahaan boneka kayu. Bahan ini dapat diperoleh melalui para
pedagang kayu (tengkulak kayu) maupun dari Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) di bidang kehutanan, baik yang berlokasi di desa sentra maupun yang
berlokasi di luar desa sentar menurut Indria dalam Purnama (2006)
Proses produksi untuk membuat kerajinan boneka kayu menurut Usman
dalam Purnama (2006), melalui 3 tahap utama diantaranya:
1. Tahap persiapan, yang meliputi persiapan bahan baku kayu awal berupa
kayu gelondongan, membuat gambar dan desain yang di inginkan serta
pengumpulan bahan –bahan.
2. Tahap pembentukan, dalam tahap ini kayu dibentuk sesuai denga ukuran
yang diinginkan mengikuti kreatifitas dan pemesanan, diraut sampai halus
lalu proses penghampelasan yang dilakukan berkali-kali.
3. Tahap penyelesaian akhir, diantaranya pengecatan yang menggunakan cat
17 2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kerajinan boneka ini merujuk pada beberapa
penelitian terdahulu mengenai harga pokok produksi kayu dan analisis nilai
tambah. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya adalah :
Sari (2007), analisis nilai tambah dan efisiensi pemasaran keripik dan
dodol salak. Penelitian ini bertujuan menghitung nilai tambah yang dapat
dihasilkan dengan adanya usaha pengolahan komoditas buah salak menjadi
keripik salak dan dodol salak, mengidentifikasi saluran pemasaran yang terjadi
meliputi : pola saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran struktur pasar, dan
tingkah laku pasar, menganalisis efesiensi pemasaran berdasarkan : marjn
pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio keuntungan biaya, dan
elastisitas transmisi harga.
Metode pengolahan dan analisis data menggunakan metode analisis
kualiatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi pola saluran pemasaran,
fungsi-fungsi lembaga pemasaran, struktur pasar, dan tingkah laku pasar.
Sedangkan analisis kuantitatif meliputi analisis nilai tambah dengan menggunakan
metode hayami, marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio
keuntungan biaya dan analisis elastisitas transmisi harga.
Hasil analisis nilai tambah memperlihatkan bahwa kegiatan produksi
keripik salak dan dodol salak UKM Binangkit telah menciptakan nilai tambah.
Nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan buah salak menjadi keripik salak
pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 1.840,26/kg bahan baku salak, untuk analisis
nilai tambah dengan memasukkan biaya penyusutan mesin-mesin sebesar Rp
2.313,11/kg bahan baku buah salak untuk analisis nilai tambah tanpa memasukkan
biaya penyusutan mesin-mesin. Adapun nilai tambah yang dihasilkan dari
pengolahan buah salak menjadi dodol salak pada tahun 2006 adalah sebesar Rp
2.710,40/kg bahan baku buah salak untuk analisis nilai tambah dengan
memasukkan biaya penyusutan mesin-mesin dan sebesar Rp 4.115,26/kg bahan
baku buah salak untuk analisi nilai tambah tanpa memasukkan biaya penyusutan
mesin-mesin. Selama 12 bulan periode analisis harga bahan baku buah salak
sangat berfluktuatif dengan harga Rp 700,00 sampai Rp 1.200,00 per kg karena
18
Munawar (2010) analisis nilai tambah dan pemasaran kayu sengon
gergajian (studi kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor). Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis nilai tambah yang dapat dihasilkan dengan adanya
usaha pengolahan komoditas kayu menjadi produk gergajian, menganalisis
saluran pemasaran yang meliputi : saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran,
struktur pasar, dan tingkah laku pasarMenganalisis efisiensi pemasaran
berdasarkan marjin pemasaran, bagian harga yang diterima produsen, rasio
keuntungan.
Untuk analisis nilai tambah, sampel dikategorikan dalam tiga kelompok
usaha berdasarkan penggunaan jumlah kapasitas mesin yang digunakan yaitu
jumlah mesin yang digunakan satu adalah skala usaha kecil dengan jumlah
responden delapan sampel. Jumlah mesin yang digunakan dua adalah skala usaha
menengah dengan jumlah responden tiga sampel dan jumlah mesin yang
digunakan lebih dari dua adalah skala usaha besar dengan jumlah responden dua
sampel.
Hasil analisa yang dilakukan menunjukkan, bahwa nilai tambah yang
diperoleh dari pengolahan kayu menjadi kayu olahan pada IPK skala usaha kecil
Rp. 103.879,02 per m³ bahan baku dengan rasio nilai tambah sebesar 18,00
persen, adalah nilai tambah terkecil. Nilai tambah pada IPK skala usaha menengah
sebesar Rp. 117.972,15 per m³ bahan baku dengan rasio nilai tambah 19,09 persen
dan nilai tambah terbesar pada IPK skala usaha besar Rp.137.348,23 per m³ bahan
baku dengan rasio nilai tambah 24,22 persen merupakan nilai tambah terbesar.
Perbedaan nilai tambah disebabkan oleh perbedaan nilai produk, harga input
bahan baku dan perbedaan nilai sumbangan input lain pada masing-masing skala
usaha yang dikategorikan.
Berdasarkan beberapa hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, penulis
berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis nilai
tambah dan proses pengolahan kerajinan boneka kayu adalah kerangka yang
terdapat dalam penelitian yang dilakukan Munawar dan Sari, yaitu dengan
19
III.
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
CV ATLAS adalah salah satu IKM yang memiliki tujuan menghasilkan
produk yang memiliki nilai jual yang tinggi serta mendapatkan laba atau
keuntungan yang maksimal. CV ATLAS merupakan perusahaaan yang bergerak
dibidang pengolahan kayu, adapun produk yang dihasilkan CV ATLAS antara
lain furniture, kusen dan kerajinan kayu. Pada penelitian ini hanya fokus pada kerajinan kayu yang memberikan kontribusi besar bila dibandingkan dengan
produk lainnya.
Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai
keuntungan yang maksimal dengan pengorbanan yang seminimal mungkin. Hal
ini ditujukan untuk kelancaran usahanya agar mampu bersaing di lingkungan
bisnis global. Perusahaan pun harus mampu menentukan harga jual yang tepat
dalam memasarkan produknya. Penentapan harga jual tersebut sangat berkaitan
dengan penentapan harga pokok produksi dari produk. Perhitungan biaya produksi
yang tepat akan menciptakan harga jual yang tepat sehingga keuntungan yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan perusahaan.
Nilai tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi pada suatu
produk, karena telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut dalam suatu
proses produksi. Berdasarkan definisi ini maka industri yang mengolah kerajinan
boneka kayu dengan memanfaatkan bahan baku mahoni yang mampu
memberikan nilai tambah. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari
suatu produk dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan pada komoditas
tersebut, yaitu perubahan bentuk, tempat dan waktu.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghitung harga pokok produksi boneka kayu pada CV
ATLAS. dalam menentukan harga pokok produksinya perusahaan belum
menerapkan metode yang dapat merefleksikan berapa besar biaya yang telah
20
sederhana. Sedangkan analisis nilai tambah di gunakan untuk membahas
pemanfaatan kayu mahoni sehingga menjadi boneka kayu yang memiliki nilai jual
lebih tinggi. Kerangka pemikiran tersebut dapat disederhanakan dalam bagan
berikut ini.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Kayu
Nilai Jual Rendah dan Tidak Tahan Lama
Rekomendasi Keuntungan Nilai Tambah Hayami
Identifikasi Biaya Proses Produksi
21 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di IKM CV ATLAS perusahaan pengolahan
kayu dan kerajinan. CV ATLAS bertempat di Jalan Leuwi Anyar No. 123,
Tasikmalaya. Pertimbangan bahwa perusahaan ini merupakan satu-satunya
perusahaan yang telah mengeksport produk boneka whimsy ke California sejak
tahun 2000. Kegiatan pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini
dilakukan pada bulan Desember 2011.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan pemilik CV ATLAS dan karyawan bagian Carving, pengecatan dan finishing. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur seperti, gambaran umum perusahaan, meliputi sejarah, lokasi, struktur organisasi dan
biaya pengolahan bulan Desember 2011, juga penelitian-penelitian terdahulu yang
dapat dijadikan sebagai bahan referensi yang berhubungan dengan pengolahan
kerajinan kayu mahoni dan analisis nilai tambah serta studi pustaka yang
mendukung.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang telah didapat kemudian diolah. Analisis data
merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan data
tersebut dapat member arti dan maknayang berguna dalam memecahkan masalah
penelitian.
Perusahaan melakukan proses produksi kerajinan boneka kayu bukan
berdasarkan pesanan tetapi dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian,
analisis yang digunakan untuk perhitungan biaya pengolahan yang sesuai adalah
analisis harga pokok yaitu full costing method. Full costing atau sering disebut absorption atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi, baik biaya tetap maupun
22
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp xxx
Harga pokok produk Rp xxx
Selain metode full costing, analisis metode hayami juga akan digunakan pada penelitian ini. Nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat
perlakuan tertentu dan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung.
Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut berasal dari pemanfaatan faktor-faktor
tenaga kerja, modal, sumber daya manusia dan manajemen. Rumus dari metode
hayami sebagai berikut :
Tabel 4. Analisis nilai tambah Metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1 Output (m3/bulan) A
2 Bahan baku (m3/bulan) B
3 Tenaga kerja (HOK/bulan) C
4 Faktor konversi D = A/B
5 Koefisien tenaga kerja E = C/B
6 Harga Output F
7
Upah rata-rata tenaga kerja
(Rp/HOK) G
Pendapatan dan Keuntungan (Rp/m3)
8 Harga bahan baku H
9 Sumbangan input lain I
10 Nilai output J = D x F
11 a. Nilai tambah K =J-I-H
b. Rasio nilai tambah L% = (K/J) x 100%
12 a. Imbalan tenaga kerja M = E x G
b. Bagian tenaga kerja N% = (M/K) x 100%
13 a. Keuntungan O = K - M
b. Tingkat keuntungan P% = (O/J) x 100%
Balas jasa dari masing-masing faktor produksi
14 Marjin Q%= (J-H) x 100%
a. Imbalan tenaga kerja R%= (M/Q) x 100%
b. Sumbangan input lain S%= (I/Q) x 100%
23
Informasi yang dihasilkan melalui metode analisis niali tambah Hayami
yang digunakan pada subsitem pengolahan adalah sebagai berikut:
1. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp).
2. Rasio nilai tanbah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan
presentase nilai tambah dari nilai produk.
3. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besar upah yang diterima oleh
tenaga kerja.
4. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan
presentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah.
5. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha
(pengolah), karena menanggung resiko usaha.
6. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%), menunjukkan
presentase keuntungan terhadap nilai tambah
7. Marjin pengolah (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain
bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
8. Persentase pendapatan tenaga kerja terhadap marjin (%)
9. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)
24
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
CV ATLAS didirikan pada tahun 1998 di Jalan Leuwi Anyar nomor 123
RT/RW 01/05 Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya
sebagai usaha kecil menengah yang bergerak di bidang pengolahan kayu. Bapak
Ade merupakan pendiri utamanya. Ketertarikan Bapak Ade terhadap usaha ini
berawal dari melihat penduduk sekitar yang mayoritas melakukan kegiatan usaha
dalam bidang pengolahan kayu yaitu furniture dan kusein. Sebagian besar dari pengusaha di lingkungan tersebut memproduksi barangnya dengan kualitas yang
kurang baik, mulai dari bahan dasar yang digunakan, pengerjaan, hingga hasil
akhirnya yang masih kasar. Melihat kenyataan itu, maka tergeraklah beliau untuk
mendirikan perusahaan pengolahan kayu dengan memproduksi barang yang lebih
berkualitas dibanding yang lain. Hal tersebut tentunya juga dilakukan untuk
memuaskan konsumen yang datang ke daerah produksi kayu tersebut.
Produk utama yang dihasilkan pada awal usahanya adalah lemari ukiran,
kitchen set, tempat tidur, dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut biasanya diproduksi berdasarkan pesanan konsumen. Pada awal didirikan banyak
permintaan furniture yang datang, sehingga usaha ini terbilang cukup sukses. Pada tahun 2000 seorang distributor di Bandung mengajukan permintaan produk
kerajinan boneka whimsy kayu kepada CV ATLAS untuk diekspor ke California
USA. CV ATLAS tertarik dan menyanggupi tawaran tersebut karena
karyawannya memiliki keahlian mengukir yang sangat baik. Produk tersebut
terbilang cukup unik. Boneka whimsy kayu ini diukir dalam bentuk sayuran,
buah-buahan, hewan, tokoh kartun, atau keseluruhan produk tersebut disebut
sebagai boneka whimsy. Awalnya perusahaan mampu mengekspor 300 hingga
600 unit boneka whimsy kayu per bulan. Lalu bertambah lagi menjadi 1500 unit
25
Finishing Pengecatan
carving Bagian Pemasaran
Pemimpin
Perusahaan
Bagian Produksi Bagian Keuangan
Semenjak adanya permintaan ekspor, CV ATLAS pun jarang memproduksi
furniture meski masih ada saja permintaan dari konsumen. Hal ini karena
perusahaan lebih memfokuskan pada produksi kerajinan boneka whimsy yang
permintaannya terbilang cukup banyak dan sudah tetap setiap bulan. Selain untuk
diekspor, boneka whimsy kayu hasil produksi CV ATLAS juga dijual langsung di
workshop-nya dan dijual melalui pameran-pameran tertentu seperti International
Handicraft Trade Fair (INACRAFT), Indonesia Handicraft Handmade
Production (ICRA), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan lain sebagainya.
4.1.2 Struktur Organisasi
CV ATLAS merupakan perusahaan keluarga, sehingga hampir semua kegiatan manajemen di pegang oleh anggota keluarga. Bapak Ade sebagai pemilik
dan pimpinan memegang sebagian penuh operasional perusahaan yang dibantu
oleh istri dan anaknya. Bagian keuangan dipegang oleh istrinya, sedangkan
bagian pemasaran dan bagian produksi di pegang oleh anak bapak Ade. Kegiatan
produksi diserahkan langsung kepada karyawannya dan mendapat pengawasan
langsung dari pimpinan. Adapun struktur organisasi perusahaan adalah sebagai
berikut:
26
Jumlah karyawan produksi di CV ATLAS berjumlah 9 orang yang terdiri
dari 4 orang bagian carving, 4 orang bagian pengecatan dan 1 orang bagian finishing. Pemilik perusahaan berperan sebagai pengawas operasional perusahaan yang dibantu oleh istri dan anaknya. Bagian keuangan dipegang oleh istrinya,
sedangkan bagian pemasaran dan bagian produksi di pegang oleh anaknya.
Adapun keterangan tugas dari masing-masing bagian dalam struktur organisasi
tersebut adalah:
1. Pemimpin Perusahaan
Pemimpin perusahaan merupakan pemilik dari CV ATLAS yang
memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang
berhubungan dengan aktivitas perusahaan.
2. Bagian Keuangan
Memiliki peranan sebagai pengendali keuangan perusahaan yang
bertugas untuk mengatur pembelanjaan bahan baku yang diperlukan dalam
proses produksi boneka whimsy kayu, serta mengatur pembayaran upah dari
setiap karyawan.
3. Bagian Pemasaran
Bagian pemasaran bertugas menghubungi pihak konsumen untuk
menyalurkan barang yang siap dikirim, barang yang dikirim biasanya
langsung diantar ketempat pelanggan. Produk yang dihasilkan perusahaan
selain di ekspor yaitu melalui pameran-pameran yang diadakan di Jakarta dan
Bandung.
4. Bagian Produksi
Bagian produksi merupakan bagian yang sangat vital dalam sebuah
industri, karena diperlukan orang-orang yang ahli dalam bidang. Keahlian
yang diperlukan pada pembuatan boneka whimsy kayu ini adalah teknik
carving dan pengecatan. Teknik Carving memerlukan ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan pengertian dalam melihat gambar untuk membuat pahatan
pada kayu dengan mementingkan bentuk timbul-timbul, cekung atau datar.
Bagian pengecatan dituntut memiliki keahlian melukis wajah yang sesuai
27 4.1.3 Bahan Baku
Bahan baku utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
boneka Whimsy yang baik adalah kayu mahoni. Adapun pemasok bahan
baku adalah dari para petani kayu mahoni yang banyak terdapat di
Kabupaten Tasikmalaya khususnya Kecamatan Urug, selain itu pembelian
kayu mahoni dapat menghubungi pihak Perhutani Tasikmalaya. Rata-rata
jumlah pembelian bahan baku kayu mahoni dilakukan 3 bulan sekali
sebanyak 4 m³. Harga pembelian ditentukan berdasarkan harga yang berlaku
dipasaran disesuaikan dengan kualitas bahan baku.
4.1.4 Peralatan Produksi Boneka Whimsy
Teknologi produksi dalam usaha boneka Whimsy merupakan
gabungan antara teknologi sederhana dengan teknologi semi modern.
Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan yang dikerjakan
secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin
dalam penggunaan peralatan yang di gerakkan dengan mesin listrik,
meskipun masih dalam kendali pekerja. Pekerjaan ini mengandalkan
gabungan antara keterampilan tangan pekerja, baik menggunakan peralatan
manual maupun dalam mengoperasikan peralatan semi modern. Dengan
demikian tingkat keahlian tenaga kerja menjadi faktor utama untuk
menghasilkan produk boneka whimsy yang berkualitas baik dan
meminimalisir kerusakan boneka.
Peralatan yang digunakan oleh para pengusaha boneka whimsy dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa peralatan mekanis dengan bantuan
tenaga listrik dan peralatan manual. Beberapa hal yang harus dipersiapkan
sebelum memproduksi boneka whimsy ialah peralatan yang masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Adapun peralatan yang digunakan
28
Tabel 5. Peralatan produksi kerajinan boneka Whimsy CV ATLAS
No Keterangan Jumlah
(Unit)
Biaya (Rp/Unit) Total
1 Mesin Bubut 3 4.000.000 12.000.000 2 Gergaji 1 9.000.000 9.000.000
3 Pisau Raut 5 20.000 100.000
4 Kompresor Set 1 4.500.000 4.500.000
5 Kuas 20 7.500 150.000
6 Gunting 5 12.000 60.000
Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011
Dari Tabel 5. terlihat bahwa terdapat tujuh peralatan yang digunakan
untuk proses produksi, antara lain mesin bubut, gergaji, pisau raut,
kompresor set, kuas, gunting. Mesin bubut berfungsi untuk membuat
bentuk-bentuk tertentu pada komponen mainan edukatif dari kayu. Gergaji
mesin ini digunakan untuk memotong kayu sesuai dengan ukuran boneka
whimsy yang diproduksi sedangkan kompresor set untuk digunakaan pada
saat finishing yaitu memberikan warna kilat atau dop pada boneka whimsy yang telah di cat warna. Pisau raut berfungi untuk menyempurnakan raut
muka dari boneka whimsy. Kuas untuk mengecat dan gunting untuk
memotong.
4.2. Biaya-Biaya yang Timbul pada Proses Produksi Boneka Whimsy di CV ATLAS
Proses produksi merupakan suatu cara atau metode dan teknik dalam
menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia bahan
(baku, mesin dan sumberdaya manusia) menjadi produk jadi. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa tahapan aktivitas yang
dilakukan oleh CV ATLAS dalam memproduksi boneka whimsy kayu yang
berkualitas. Tahap proses produksi pada CV ATLAS dapat dilihat pada Gambar 3.
29
Gambar 3. Alur proses produksi
Seluruh tahap proses pengolahan boneka whimsy (kecuali tahap perautan)
terdapat biaya yang timbul yaitu, biaya overhead. Proses pembuatan boneka whimsy dilakukan beberapa tahapan, yaitu pemotongan kayu, bembubutan,
perautan, pengecatan dasar, penghampelasan, pengecatan, perakitan dan
pengemasan. Proses produksi dimulai dengan penentuan tema apa yang akan Pengecatan
Penghalusan Tahap 2
Pengemasan Perakitan
Pengecat an cat m inyak
Pengecatan Dasar Perautan Pembubutan Pemotongan dan
Pembelahan
30
dibuat berupa buah-buahan,hewan, atau bentuk lainnya kepada pekerja produksi
oleh pemimpin perusahaan. Bahan baku berupa kayu mahoni terlebih dahulu di
potong sesuai dengan ukuran yang sesuai panjang dan lebar komponen boneka
whimsy yang akan diproduksi. Biaya yang dikeluarkan pada proses ini adalah
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik, biaya pemeliharaan
peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan.
Setelah dipotong dengan menggunakan gergaji, kayu dibubut untuk
mendapatkan bulatan pada bagian kepala dan badannya. Setelah itu diraut
mengikuti bentuk boneka whimsy yang sesuai dengan tema. Dari hasil
pemotongan, pembubutan dan perautan menghasilkan serbuk kayu atau serpihan
kayu hasil sisa dari pengolahan boneka, sisa hasil pengolahan kayu biasanya oleh
perusahaan dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah yang berada
dekat dengan lokasi pabrik. Biaya yang dikeluarkan pada proses pembubutan
adalah biaya tenaga kerja langsung, biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan
dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan.
Proses selanjutnya boneka whimsy dihaluskan menggunakan amplas
manual, setelah kayu halus dilakukan penutupan pori-pori dengan menggunakan
sanding. Penutupan pori-pori ini berfungsi untuk menutupi beberapa bagian
permukaan kayu yang memiliki lubang atau permukaan kayu yang tidak merata
agar hasil pengecata lebih maksimal. Proses selanjutnya adalah pengecatan warna
dasar pada kayu setelah cat kering kemudian kayu diamplas kembali dengan
menggunakan amplas halus agar debu kotoran dan permukaan produk menjadi
halus. Biaya yang dikeluarkan pada proses penghalusan adalah biaya tenaga kerja
langsung, biaya bahan baku penolong (amplas dan cat),
Selanjutnya boneka whimsy diberi warna sesuai dengan desain yang telah
ditentukan. Setelah pemberian warna boneka whimsy di finishing dengan pelapisan cat minyak untuk melindungi warna cat agar tidak pudar sehingga
menghasilkan produk boneka whimsy yang baik. Sebelum proses perakitan tangan
dan kaki, boneka whimsy harus dicek mutunya agar dapat memenuhi standar yang
telah ditetapkan perusahaan. Biaya yang dikeluarkan pada proses pengecatan,
31
penolong (cat, tinner, impra, benang woll), biaya listrik, biaya pemeliharaan
peralatan dan biaya penyusutan bangunan mesin dan peralatan.
Tahap akhir, boneka whimsy kayu yang telah dirakit secara utuh dan telah
memenuhi standar proses dikemas dengan menggunakan Bubble Wrap Plastic. Biaya yang dikeluarkan pada proses penghalusan adalah biaya bahan baku
langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (amplas dan
cat), biaya listrik, biaya pemeliharaan peralatan dan biaya penyusutan bangunan
mesin dan peralatan. Biaya yang dikeluarkan pada proses pengemasan adalah
biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku penolong (Bubble Wrap Plastic), Boneka kayu yang telah dikirim terkadang di return oleh distributor karena adanya boneka whimsy yang rusak atau cacat akibat terbentur dengan boneka lain,
akan tetapi kerusakkan tersebut hanya 10% dari seluruh permukaan boneka seperti
cat yang terkelupas akibat benturan antar boneka. Boneka yang cacat ini akibat
pengemasan yang tidak maksimal, hal ini disebabkan oleh bahan pengemas yang
kurang melindungi seluruh permukaan boneka bila terjadi benturan akibat
penumpukkan boneka yang pada saat di kemas dalam dus.
4.3.Perhitungan Harga Pokok Produksi Boneka Whimsy CV ATLAS
4.3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Boneka Whimsy dengan Metode Perusahaan
CV ATLAS sudah melakukan perhitungan harga pokok produksi produk
boneka whimsy, namun perhitungan yang dilakukan masih dengan metode yang
sederhana dan belum merinci seluruh biaya yang dikeluatkan dalam proses
produksi. Dalam melakukan oerhitungan harga pokok produksi boneka whimsy
perusahaan hanya membebankan biaya bahan baku kayu, biaya bahan penolong
dan listrik. Perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan ini belum memasukkan
seluruh biaya overhead pabrik.
Biaya overhead yang dibebankan perusahaan pada perhitungan harga pokok produksi hanya biaya bahan penolong dan biaya listrik sedangkan biaya overhead
lainnya seperti biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan, biaya
penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan masih belum dibebankan
32
memperhitungkan harga pokok produksi yang dikeluarkan ditambah dengan
keuntungan yang ingin diperoleh oleh CV ATLAS.
Tabel 6. Perhitungan harga pokok produksi boneka Whimsy dengan cara perusahaan Bulan Desember 2011
Biaya Satuan (stn)
Kebutuhan (stn/bln)
Harga (Rp/stn)
Jumlah Biaya (Rp)
Kayu Mahoni m³ m³ 0,9 1.600.000 1.400.000 Tenaga Kerja 12.000.000 Cat Kg 4 90.000 360.000 Impra Liter 2 60.000 120.000 Tinner Liter 6 13.000 78.000 Amplas m 1 9.000 9.000 Benang unit 4 5.000 20.000
Bubble Wrap Plastic roll 1 600.000
Biaya listrik 260.000 Total Biaya 14.847.000
Jumlah Produksi 800 HPP Per Unit 18.558,75
Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011
Pada Tabel 6. Diketahui bahwa harga pokok produksi boneka whimsy
kayu adalah Rp. 18.558,75 yang diperoleh dari total biaya yang telah
perusahaan keluarkan sebesar Rp. 14.847.000 dibagi jumlah produksi pada
saat bulan Desember 2011 yaitu sebanyak 800 unit boneka whimsy.
4.3.2 Perhitungan harga pokok produksi Boneka Whimsy dengan metode Full Costing
CV ATLAS memproduksi bahan baku utama kayu mahoni menjadi
boneka whimsy. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah data
produksi selama bulan Desember 2011. Selama periode bulan Desember
2011 CV ATLAS telah memproduksi 800 buah boneka whimsy. Harga
pokok produksi boneka whimsy CV ATLAS dihitung secara keseluruhan
dengan rumus total biaya pengolahan boneka whimsy dibagi dengan total
produksi boneka whimsy dalam periode tertentu. Pemisahan harga pokok
produksi boneka whimsy dilakukan untuk mengetahui berapa besar biaya
yang dikeluarkan untuk masing-masing produk. Perhitungan yang dilakukan
33
A. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk membuat boneka whimsy adalah
kayu mahoni. CV ATLAS memproduksi dua desain boneka whimsy yaitu
boneka whimsy berbentuk buah jeruk dan boneka whimsy berbentuk buah
alpukat. Jumlah boneka whimsy buah jeruk yang di produksi adalah
setengah dari produksi boneka whimsy buah alpukat. Penenlitian ini
menggunakan data produksi selama bulan Desember 2011. Biaya kayu
mahoni yang digunakan dalam proses produksi boneka whimsy CV ATLAS
selama bulan Desember 2011 adalah Rp. 1.440.000.
Jumlah kayu mahoni yang dibutuhkan dalam satu bulan sebanyak 0.9
m³ dengan harga per 1 m³ Rp. 1.600.000. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli kayu mahoni selama satu bulan Rp. 1.440.000. sehingga total
biaya yang dikeluarkan selama satu bulan untuk produksi boneka whimsy
adalah Rp. 1.440.000 dengan jumlah produksi sebanyak 800 buah boneka
whimsy.
B. Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan biaya yang
sesungguhnya terjadi yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.
Sistem upah yang berlaku berdasakan pada sistem borongan, dimana tenaga
kerja dibayar berdasarkan jumlah boneka whimsy yang dihasilkan (per unit
boneka whimsy). Upah tenaga kerja bervariasi berdasarkan pekerjaan yang
dikuasainya. Adapun pengklasifikasian tenaga kerja yang dilakukan di CV
ATLAS pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya tenaga kerja langsung per unit Boneka Whimsy
No Jenis Pekerjaan Biaya/Unit
(Rp)
Jumlah Produksi (Unit)
Total (Rp)
1 Carving 7.000 800 5.600.000
2 Pengecatan 6.500 800 5.200.000
3 Finishing 1.500 800 1.200.000
Total 12.000.000
Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011
Dari Tabel 7. Dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja untuk melakukan
34
carving sebesar Rp. 5.600.000. Selanjutnya, untuk biaya pengecatan per unit ialah Rp. 6.500, dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit maka diperoleh
total biaya tenaga kerja untuk melakukan pengecatan sebesar Rp. 5.200.000.
untuk biaya finishing per unit Rp. 1.500, dengan jumlah produksi sebanyak 800 unit, maka diperoleh total biaya tenaga kerja yang dibuthkan untuk
melakukan finishing sebsesar Rp. 1.200.000. Jadi total biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan ialah sebesar Rp. 12.000.000.
C. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead merupakan biaya yang secara tidak langsung mempengaruhi proses produksi. Biaya overhead pabrik adalah keseluruhan biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja tidak
langsung.
Adapun beberapa biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan proses produksi boneka whimsy antara lain:
1. Biaya Bahan Baku Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi
atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif
kecil. Bahan penoloing dalam produksi boneka whimsy ini antara lain cat,
impra, tinner, benang. Penggunaan biaya bahan baku penolong produksi
[image:34.595.141.510.497.666.2]boneka whimsy terdapat pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya penggunaan bahan penolong per Desember 2011 No Jenis Bahan
Penolong
Pemakaian Biaya (Rp)
Total Biaya (Rp)
1 Cat 4 Kg 90.000 360.000
2 Impra 2 Liter 60.000 120.000
3 Tinner 6 Liter 13.000 78.000
4 Amplas 1 M 9.000 9.000
5 Benang 4 unit 5.000 20.000
6 Bubble Wrap Plastic 1 Roll 600.000 600.000
Total 1.187.000
Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011
Tabel 8. Menunjukan bahwa untuk memproduksi 800 unit boneka
whimsy kayu, cat yang digunakan ialah sebanyak 4 Kg, dimana harga 1 Kg
cat Rp. 90.000, sehingga total biaya yang dkeluarkan seluruhnya sebesar
35
sebanyak 23 liter, dimana 1 liter berharga Rp. 60.000, maka total biaya yang
dikeluarkan untuk impra adalah sebesar Rp.120.000. Bahan penolong ketiga
yaitu tinner dengan pemakaian 6 liter dan biaya per liter sebesar Rp. 13.000,
maka total biaya yang dikeluarkan untuk 800 unit boneka whimsy ialah Rp.
78.000. Kemudian untuk bahan penolong keempat yaitu amplas, dibutuhkan
sebanyak 1 m dengan total biaya sebesar Rp. 9.000. Bahan penolong kelima
ialah benang untuk merakit tangan dan kaki dengan pemakaian 4 unit,
dimana harga perunitnya Rp. 5.000, maka total biaya penggunaan benang
sebesar Rp. 20.000. Bahan penolong terakhir yaitu bubble wrap plastic untuk mengemas boneka pada saat pengiriman. Jika dijumlahkan secara
keseluruhan, maka total biaya penggunaan bahan penolong di bulan
Desember 2011 sebesar Rp. 1.187.000.
2. Biaya listrik
Listrik digunakan oleh CV ATLAS untuk mendukung kegiatan
produksi, listrik biasanya digunakan sebagai penerangan dan pengoprasian
mesin. CV ATLAS menggunakan listrik yang dipasok dari PLN.
Berdasarkan pengeluaran perusahaan, setiap bulannya tagihan listrik untuk
pabrik mengeluarkan biaya sebesar Rp. 260.000/bulan. Tagihan listrik
pabrik di pisah dengan listrik yang digunakan oleh pemilik rumah.
3. Biaya Perawatan dan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan
Biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan dilakukan
untuk menjaga agar barang-barang tersebut selalu berada dalam kondisi
baik dan agar lebih tahan lama. Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan
oleh CV ATLAS adalah dengan mengganti peralatan yang sudah tidak layak
pakai serta memperbaiki mesin dan peralatan yang telah rusak. Biaya yang
dikeluarkan CV ATLAS untuk bulan Desember ialah Rp. 400.000 yang
terdiri dari pemeliharaan mesin bubut Rp. 250.000 dan kompresor set
Rp.150.000. Untuk lebih jelasnya perhitungan biaya pemeliharaan mesin
36
Tabel 9. Biaya perawatan dan pemeliharaan mesin dan peralatan selama satu bulan
No Keterangan Total Biaya (Rp)
1. Mesin Bubut (Pisau) 250.000
2. Kompresor Set 150.000
Total 400.000
Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011
4. Biaya Penyusutan Peralatan, Mesin Bangunan Dan Kendaraan
Setiap penggunaan mesin dan peralatan dalam kegiatan produksi akan
mengalami penyusutan. Penyusutan dari mesin dan peralatan tersebut akan
mengakibatkan timbulnya biaya yang disebut dengan biaya penyusutan.
Perhitungan nilai penyusutan yang digunakan adalah berdasarkan nilai
ekonomis atau lebih dikenal dengan metode garis lurus.
Beban Penyusutan = ( ℎ − ) ………..(4)
Tabel 10. Beban penyusutan peralatan mesin bangunan dan kendaraan
Keterangan Harga per Unit (A) (Rp)
Jumlah Unit (B) (Unit)
Harga Beli (AxB) (Rp)
Nilai Sisa (Rp) Umur Ekonomis (Thn) Beban Penyusutan (Rp/Thn) Mesin
Bubut 4.000.000 3 12.000.000 2.700.000 15 620.000 Gergaji 9.000.000 1 9.000.000 1.750.000 10 725.000 Bangunan 80.000.000 1 80.000.000 2.000.000 30 2.600.000
Motor 14.000.000 1 14.000.000 6.000.000 3 2.666.666
Total 6.611.666
Sumber : Diolah dari data primer CV ATLAS, 2011
Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa beban penyusutan peralatan
mesin bangunan dan kendaraan yang dihasilkan pertahun berjumlah Rp.
6.611.666 sehingga jumlah penyusutan perbulan adalah Rp. 550.972 Selama
Bulan Desember 2011 CV ATLAS mengeluarkan biaya penyusutan sebesar
Rp. 550.972.
Jadi total biaya overhead pabrik yang digunakan selama bulan Desember 2011 adalah jumlah dari biaya bahan baku penolong, biaya
37
peralatan mesin bangunan dan kendaraan. Untuk lebih lanjut dapat dilihat
[image:37.595.138.515.150.271.2]pada Tabel 11 .
Tabel 11. Biaya overhead pabrik per Desember 2011
No Keterangan Total Biaya