• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN REPRESENTASI MATEMATIK MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA PADA SISWA SMP NEGERI 25 PEKANBARU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN REPRESENTASI MATEMATIK MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA PADA SISWA SMP NEGERI 25 PEKANBARU."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN REPRESENTASI MATEMATIK MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING

BERBANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA PADA SISWA SMP NEGERI 25 PEKANBARU

TESIS

Diajukan UntukMemenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

OLEH:

A N N A J M I

NIM: 8136171010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Annajmi. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Representasi Matematik Melalui Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Geogebra pada Siswa SMPN 25 Pekanbaru. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa melalui metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra, 2) interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa, 3) aktivitas siswa selama pembelajaran dan 4) mendeskripsikan proses jawaban siswa pada tes kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik masing-masing pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan sampel sebanyak 80 siswa. Sampel terdiri dari dua kelas eksperimen, yaitu kelas VII-1 sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen-1 dan kelas VII-4 sebanyak 40 siswa sebagai kelas eksperimen-2. Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematik, tes kemampuan representasi matematik dan lembar observasi. Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis menggunakan analisis covarian

dengan bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa 1) peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa

melalui pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa melalui pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software Geogebra, 2) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa, 3) Aktivitas siswa melalui pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra lebih baik daripada pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software Geogebra. 4) Proses penyelesaian masalah dari tes kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa melalui pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra menunjukkan ketercapaian indikator kemampuan pemahaman konsep dan representas matematik yang lebih baik daripada pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software Geogebra.

(7)

ii ABSTRACT

Annajmi. The Increasing of Understanding Concepts and Representation Mathematics Ability Through Guided Discovery Method Assisted Geogebra Software. Thesis : Postgraduate Program. State University Of Medan, 2015.

This research is aimed to know : 1) The increasing of student’s understanding concepts and representation mathematics ability as an impact of guided discovery method on learning with Geogebra software, 2) the interaction between learning and early math ability in increasing understanding concepts and representation mathematics ability, 3) The student’s activities in teaching and lerning and 4) The pattern of student’s answer in each learning. This research was a quasy experiment. Sample of this research was 80 students, consisted of VII-1 class with 40 students as an experiment 1 class and VII- class with 40 students as a experiment 2 class. The instruments used consist of understanding concepts ability test, mathematics representation ability test and the observation sheets. The data analyzed by using anacova in the spss program. Based on the result of this research, it could be concluded that the improvement of student’s understanding concepts and representation mathematics ability through guided discovery method with Geogebra software was better than improvement of student’s understanding concepts and mathematics representation ability without software Geogebra. There was not an interaction between the instructional approach and early mathematic ability to improvement of student’s understanding concepts and mathematics representation ability. Students activity in learning by using guided discovery method with Geogebra software was better than students activity without Geogebra software, and the process of students answer whose learning through guided discovery method with Geogebra software is more completely based on understanding concepts and mathematics representation ability indicator than the students who used without Geogebra software

(8)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, kesehatan dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep

dan Representasi Matematik Melalui Pembelajaran Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Geogebra pada Siswa SMP Negeri 25 Pekanbaru” disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penyusunan tesis ini sejak mulai dari persiapan sampai selesai, penulis

mendapatkan semangat, motivasi, dan bimbingan serta bantuan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

penulis. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan

tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc., Ed., Ph.D dan Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si

sebagai dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberi bimbingan,

saran serta motivasi kepada penulis sejak awal penyusunan proposal sampai

terselesaikannya tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana UNIMED serta Bapak Dapot Tua Manullang, S.E, M.Si, yang

telah memberi kemudahan, arahan dan nasihat yang berharga bagi penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, serta

Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, MS selaku narasumber yang telah memberi

masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Direktur, Asisten I dan II beserta seluruh Staf Program Pascasarjana

UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

(9)

ii

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

UNIMED yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak berhingga

kepada penulis.

6. Ibu Lily Deswita, M.Pd dan Ibu Hj. Jasmidar, S.Pd selaku kepala sekolah dan

guru matematika kelas VII SMP Negeri 25 Pekanbaru yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.

7. Ayahanda Tambah Mais dan Ibunda Nurbaya serta Kakakanda Effendi,

Ermawani, S.Pd, Rahmita Sari, S.E.,Ak, Adinda Yuli Ekmal, dan Agus

Syahputra beserta seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, kasih

sayang, pengorbanan, dan perjuangan baik secara moril maupun materil.

8. Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta

rekan-rekan mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXII khususnya untuk

teman seperjuangan kelas Dikmat A-2 Tahun 2013.

9. Semua Pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang

telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat

memberi manfaat bagi mahasiswa di lingkungan program studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana UNIMED dalam memperkaya khasanah ilmu

pendidikan.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(10)

i

1.2 Identifikasi masalah ... 25

1.3 Batasan Masalah ... 26 2.1 Pemahaman Konsep Matematik ... 31

2.2 Representasi Matematik... 38

2.3 Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 45

2.4 Software Geogebra ... 51

2.5 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika ... 57

2.6 Proses Jawaban Siswa... 59

2.7 Materi Pembelajaran Segiempat ... 61

2.8 Pembelajaran Segiempat melalui Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Geogebra ... 63

2.9 Teori Belajar Pendukung Pembelajaran ... 66

2.10 Perbedaan Pedagogik Pembelajaran Metode Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Geogebra dan tanpa Software Geogebra ... 71

2.11 Penelitian yang Relevan ... 72

2.12 Kerangka Konseptual... 74

2.13 Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian ... 87

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 89

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 89

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 90

3.4 Variabel Penelitian... 91

3.5 Desain Penelitian ... 92

(11)

ii

3.7 Uji Coba Instrumen Penelitian ...101

3.8 Teknik Pengumpulan Data ...105

3.9 Teknik Analisis Data ...106

3.10 Prosedur Penelitian ...117

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ...120

4.2 Pembahasan Penelitian ...201

4.3 Keterbatasan Penelitian ...220

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ...222

5.2 Implikasi ...223

5.3 Saran ...224

(12)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Weiner Keterkaitan Variabel Penelitian ... 94

3.2 Kriteria Pengelompokkan Kemampuan Awal Matematik Siswa ... 96

3.3 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Kemampuan Awal Matematik... 97

3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep ... 98

3.5 Pedoman Peskoran Tes Kemampuan Representasi Matematik ... 100

3.6 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas ... 104

3.7 Klasifikasi Gain Ternormalisasi ... 108

3.8 Rancangan Analisis Data ANACOVA ... 118

4.1 Hasil Uji Coba Perangkat Pembelajaran... 121

4.2 Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 121

4.3 Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Pemahaman konsep Matematik pada Kelas Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2... 122

4.4 Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Tiap Indikator Kelas Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2 ... 125

4.5 Hasil Perhitungan Rata-rata N-Gain Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik pada Kelas Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2... 129

4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Gain Tes Kemampuan Pemahaman konsep Matematik pada Kedua Kelas ... 132

4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Gain Tes Kemampuan Pemahaman konsep Matematik pada Kedua Kelas ... 133

4.8 Perhitungan Koefisen Persamaan Regresi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen-1 ... 134

4.9 Perhitungan Koefisien Persamaan Represei Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen-2 ... 134

4.10 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Kelas Eksperimen-1 ... 135

4.11 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan Pemahaman konsep Matematik Kelas Eksperimen-1... 136

4.12 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan Pemahaman konsep Matematik Kelas Eksperimen-2... 137

4.13 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan Pemahaman konsep Matematik Kelas Eksperimen-2 ... 138

4.14 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 140

4.15 Analisis Kovarians Untuk Kesejajaran Model Regresi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 141

4.16 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 143

4.17 Hasil Uji LAnjut Analisis Kovarian untuk Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 144

(13)

ii

4.19 Hasil Preetest dan Postest Kemampuan Representasi

Matematik pada Kedua Kelas ... 150 4.20 Hasil Preetest dan Postest Kemampuan Representasi

Matematik Tiap Indikator pada Kedua Kelas ... 153 4.21 Hasil Perhitungan N-Gain Tes Kemampuan Representasi

Matematik pada Kedua Kelas ... 156 4.22 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan N-Gain Tes Kemampuan

Representasi Matematik pada Kedua Kelas ... 159 4.23 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan N-Gain Tes Kemampuan

Representasi Matematik pada Kedua Kelas ... 160 4.24 Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Eksperimen-1 ... 161 4.25 Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Eksperimen-2 ... 161 4.26 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Representasi Matematik Kelas Eksperimen-1 ... 162 4.27 Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan

Representasi Matematik Kelas Eksperimen-1 ... 163 4.28 Analisis Varians Untuk Uji Independensi Kemampuan

Representasi Matematik Kelas Eksperimen-2 ... 164 4.29 Analisis Varians Untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan Representasi

Matematik Kelas Eksperimen-2 ... 165 4.30 Analisis Kovarians Untuk Kesamaan Dua Model Regresi

Kemampuan Representasi Matematik ... 167 4.31 Analisis Kovarians Kemampuan Representasi Matematik

untuk Kesejajaran Model Regresi ... 168 4.32 Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap Kemampuan

Representasi Matematik... 169 4.33 Hasil Uji Lanjut untuk Kemampuan Representasi Matematik ... 171 4.34 Hasil Uji Interaksi Pembelajaran dan Kemampuan Awal

Matematik terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 174 4.35 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelompok Eksperimen-1 dan Kelas

Eksperimen-2 ... 176 4.36 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematik pada Indikator Menyatakan Ulang Konsep ... 180 4.37 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematik pada Indikator Memberikan Contoh

dan Bukan Contoh Konsep ... 184 4.38 Skor Perolehan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Matematik pada Indikator Menggunakan Konsep dalam

Pemecahan Masalah... 188 4.39 Skor Perolehan Tes Kemampuan Representasi Matematik pada

Indikator Menyajikan masalah dalam bentuk Gambar ... 192 4.40 Skor Perolehan Tes Kemampuan Representasi Matematik pada

Indikator Menyajikan Masalah dalam Persamaan Matematik ... 198 4.41 Skor Perolehan Tes Kemampuan Representasi Matematik pada

(14)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Jawaban Siswa Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep ... 7

1.2 Jawaban Siswa Tes Awal Kemampuan Representasi Matematik ... 11

4.1 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Kelas Eksperimen-1 ... 123

4.2 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Kelas Eksperimen-2 ... 124

4.3 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Kelas Eksperimen-1 ... 126

4.4 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Kelas Eksperimen-2 ... 127

4.5 Grafik Rata-rata N-Gain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Kelas Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2 ... 130

4.6 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematik Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik ... 148

4.7 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen-1 ... 151

4.8 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Representasi Matematik Siswa Kelas Eksperimen-2 ... 152

4.9 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Tiap Indikator Kemampuan Representasi Matematik Kelas Eksperimen-1 ... 153

4.10 Grafik Rata-rata Pretest dan Posttest Tiap Indikator Kemampuan Representasi Matematik Kelas Eksperimen-2 ... 155

4.11 Grafik Rata-rata N-Gain Kemampuan Representasi Matematik Kelas Eksperimen-1 dan Kelas Eksperimen-2 ... 157

4.12 Interaksi antara Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematik Siswa terhadap Peningkatan Kemampuan Representasi Matematik ... 175

4.13 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 1b ... 178

4.14 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 1a ... 181

4.15 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 2 ... 182

4.16 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 3 ... 185

4.17 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 4 ... 186

4.18 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 5b ... 189

4.19 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Butir Soal Nomor 6a ... 190

4.20 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator Soal Nomor 8a ... 191

4.21 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator Soal Nomor 5a ... 193

4.22 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator Soal Nomor 6c ... 194

4.23 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator Soal Nomor 7 ... 195

4.24 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator Soal Nomor 8b ... 197

4.25 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Indikator Soal Nomor 5c ... 199

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam

kehidupan manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Kemajuan dan perkembangan tersebut berkaitan dengan cara dan kemampuan

berpikir. Dalam hal ini diperlukan kemampuan berpikir yang sistematis, kritis,

logis, kreatif dan inovatif. Pembelajaran matematika merupakan salah satu

pembelajaran yang dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir.

Sebagaimana yang dijelaskan BSNP dalam Permendiknas No 22 Tahun

2006 bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin dan memajukan kemampuan berpikir manusia (Depdiknas, 2006). Oleh

karena itu matematika perlu diberikan kepada semua orang, karena dapat

mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis

dan kreatif. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sundayana (2013:2)

bahwa matematika adalah bekal bagi siswa untuk berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis dan kreatif. Kemampuan tersebut diperlukan agar siswa

memiliki kemampuan untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan IPTEK

secara tepat.

Selain itu Marti (Sundayana,2013:2) mengungkapkan bahwa pembelajaran

(16)

2

meliputi:penggunaan informasi, pengggunaan pengetahuan tentang bentuk dan

ukuran, menghitung serta kemampuan melihat dan menggunakan

hubungan-hubungan yang ada. Oleh karena itu matematika menjadi mata pelajaran yang

sangat penting diberikan kepada siswa, karena melalui pembelajaran matematika

dapat mengembangkan dan meningkatkat berbagai kemampuan berpikir siswa.

Sebagaimana tujuan pembelajaran matematika untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah Depdiknas (2006:140) bahwa mata pelajaran matematika bertujuan

agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat kita lihat betapa pentingnya

pembelajaran matematika dalam kehidupan manusia. Pembelajaran matematika

selain dapat mengembangkan kemampua berpikir siswa juga dapat membentuk

karakter dan sikap siswa yang positif. Oleh karena itu proses pembelajaran

matematika yang dilaksanakan di sekolah harus berdampak pada pengembangan

kemampuan berpikir siswa, yaitu kemampuan berpikir dalam pemecahan masalah

matematik maupun permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana

(17)

3

(1) mengembangkan suatu pandangan matematik, menilai proses dari

matematisasi dan abstraksi serta memiliki kesenangan untuk menerapkannnya, (2)

mengembangkan kompetensi, dan menggunakannya dalam pemahaman

matematik.

Kenyataan yang terjadi saat ini, proses pembelajaran matematika yang

dilaksanakan masih belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir

matematik siswa secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar

matematika yang diperoleh siswa saat ini belum menunjukkan adanya hasil yang

menggembirakan. Ada banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah khususnya

kementerian pendidikan nasional maupun guru untuk melakukan perbaikan dalam

proses pembelajaran matematika itu sendiri, baik melalui revisi kurikulum

maupun pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru matematika.

Namun kenyataannya yang terjadi saat ini hasil belajar matematika siswa masih

berada pada kategori rendah.

Berdasarkan hasil survei TIMSS dan PISA menunjukkan bahwa

kemampuan siswa Indonesia dalam pembelajaran matematika masih sangat jauh

dari rata-rata internasional. Hasil survei TIMSS tahun 2011 (2012:42) Indonesia

berada pada peringkat ke-38 dari 45 negara dengan rata-rata 386. Hal ini jauh

dibawah rata-rata internasional yaitu 500. Bila dirujuk pada standar internasional

yang ditetapkan TIMSS untuk kategori mahir 625, tinggi 550, sedang 475, dan

rendah 400. Berdasarkan hasil yang dicapai siswa Indonesia tersebut untuk

kategori rendah (400) masih belum tercapai, dan sangat jauh dari kategori mahir

(18)

4

Apabila dilihat dari konten yang diujikan untuk dimensi kognitif dalam

TIMSS yang terdiri dari tiga domain, yaitu pengetahuan, penerapan dan

penalaran, siswa Indonesia memperoleh skor rata-rata 378 untuk domain

pengetahuan, 384 untuk penerapan dan 388 untuk penalaran. Sementara itu jika

dilihat dari dimensi konten matematik yang diujikan yaitu bilangan, aljabar,

geometri, data dan peluang, siswa Indonesia memperoleh skor rata-rata untuk

bilangan 375, aljabar 392, geometri 377, data dan peluang 376. Berdasarkan hasil

yang diperoleh tersebut menunjukkan rendahnya hasil belajar matematika siswa

SMP di Indonesia.

Sementara itu hasil dari survei PISA terhadap siswa SMP tahun 2012

(2013:5) siswa Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara yang

berpartisipasi. Adapun aspek yang diuji dalam PISA yaitu mathematics, reading

dan science. Untuk bidang matematika aspek yang diukur adalah

mengidentifikasikan dan memahami serta menggunakan dasar-dasar matematika

yang diperlukan seseorang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Posisi

Indonesia pada bidang matematika tersebut dengan skor rata-rata 375. Hal ini jauh

dibawah rata-rata skor PISA 494. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut

menunjukkan rendahnya hasil belajar matematika siswa SMP di Indonesia.

Rahmawati (2014:278) juga menjelaskan bahwa pencapaian prestasi siswa

dalam pelajaran matematika belum begitu memuaskan. Hal ini diperkuat oleh

Sundayana (2013:2) yang menyatakan bahwa masih banyak siswa yang

merasakan matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan,

(19)

5

kesulitan-kesulitan dalam mengerjaka soal-soal matematika. Hal ini berdampak

pada rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor. Salah satu penyebabnya berkaitan dengan rendahnya kemampuan

pemahaman konsep dan representasi matematik siswa. Pemahaman konsep

merupakan suatu kemampuan yang menjadi dasar bagi siswa dalam mengerjakan

matematika (doing math). Dengan dimilikinya kemampuan pemahaman konsep

matematik akan mempermudah siswa dalam pemecahan masalah sehingga

diharapkan siswa dapat menyajikan pemecahan masalah sesuai dengan

ide/gagasannya sendiri tanpa harus berfokus pada suatu bentuk penyelesaian saja.

Dengan kata lain apabila seseorang paham akan konsep matematik tentu akan

dapat dengan mudah menggunakan konsep-konsep tersebut dalam pemecahan

masalah matematik atau pun permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Selain

itu siswa juga dapat merepresentasikan atau mengungkapkan ide/gagaannya

sendiri dari pemecahan suatu masalah kedalam berbagai bentuk yang sesuai.

Menurut Duffin dan Simpson (dalam Kesumawati, 2008:230) siswa

memiliki kemampuan pemahaman konsep apabila siswa mampu (1) Menjelaskan

konsep atau mampu mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan

kepadanya. (2) Menggunakan konsep pada berbagai situasi yang berbeda, dan (3)

Mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep. Hal yang sama

dijelaskan (Depdiknas, 2006:140) dalam tujuan pembelajaran matematika yang

pertama bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa untuk

(20)

6

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu dapat dikatakan seorang siswa

memiliki pemahaman konsep yang baik apabila mampu menjelaskan kembali

konsep yang telah dipelajari, memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep

serta menggunakan konsep dalam pemecahan masalah. Dengan kata lain dapat

diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pemahaman konsep

memiliki peran yang penting dalam pembelajaran matematika, sehingga

pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan yang perlu diperhatikan.

Namun kenyataan yang ditemukan, kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki

siswa saat ini masih belum menunjukkan adanya kemampuan pemahaman konsep

yang baik. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap

matematika terlihat dari cara siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang

diberikan. Siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal yang berbeda dari

contoh-contoh yang diberikan guru. Siswa hanya berfokus pada contoh-contoh-contoh-contoh yang telah

diberikan guru. Siswa masih belum dapat mengungkapkan kembali dengan

lengkap konsep yang telah dipelajari, begitu juga menggunakan konsep dalam

pemecahan masalah, masih banyak ditemukan siswa kesulitan dalam menjawab

soal-soal yang diberikan guru, dikarenakan siswa tidak paham menggunakan

konsep yang mana untuk pemecahan masalah tersebut.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematik siswa ini,

(21)

7

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan pemahaman konsep. Berdasarkan

jawaban yang diberikan, masih banyak siswa yang belum begitu paham apa yang

ditanya pada soal, siswa memberikan beragam jawaban yang tidak benar. Hal ini

karena siswa tidak memahami dengan baik konsep. Misalnya untuk soal yang

diberikan berikut:

1. Perhatikan gambar berikut

2. Sebuah segiempat berbentuk jajargenjang memiliki ukuran panjang sisi masing-masing 10 cm dan 5 cm. Jika tinggi jajargenjang 4 cm. hitunglah luas dan keliling bangun tersebut!

Gambar 1 : Jawaban Siswa

Berdasarkan jawaban siswa di atas, siswa hanya mampu menyebutkan

sebagain dari jenis bangun segiempat, hal ini bearti siswa tidak memahami

sifat-sifat segiempat yang lain, siswa juga tidak memahami konsep segiempat dengan

baik sehingga belum lengkap menuliskan definisi. Selain itu siswa juga salah

menggunakan konsep luas jajargenjang, siswa salah menggunakan rumus luas Berdasarkan gambar disamping

a. Tentukan segiempat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan sama panjang b. Tuliskan definisi dari bangun-bangun

Siswa tidak paham sifat segiempat, sehingga tidak lengkap menuliskan definisi dari segiempat yang diminta soal

(22)

8

untuk menghitung luas jajargenjang, sehingga menghasilkan penyelesaian yang

salah.

Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa ini memiliki dampak

terhadap kemampuan matematik lainnya, yaitu kemampuan representasi.

Sebagaimana yang dinyataan oleh Irawati (2014) bahwa kemampuan pemahaman

konsep melandasi semua kemampuan daya matematik. Hudiono (2010:101) juga

menjelaskan bahwa pemahaman konsep matematik berkaitan erat dengan daya

matematika yang salah satunya adalah daya representasi, baik dalam bentuk

internal maupun eksternal. Dengan demikian representasi merupakan kemampuan

yang juga penting dalam pembelajaran matematika. Meskipun kemampuan

representasi tidak disebutkan secara jelas dalam tujuan pembelajaran matematika

yang ditetapkan pemerintah, namun pentingnya kemampuan representasi dapat

dilihat pada tujuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik, karena untuk

menyelesaikan masalah matematik, diperlukan kemampuan untuk membuat

model matematika, menyajikan suatu ide matematika dengan simbol, tabel,

gambar atau diagram untuk memperjelas suatu masalah sehingga diperoleh suatu

solusi yang merupakan indikator representasi.

Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Kartini (2009:364) bahwa

representasi matematik merupakan ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika

(masalah, pernyataan, definisi, dan lain-lain) yang digunakan siswa untuk

memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya dengan cara tertentu

sebagai hasil interpretasi dari pikirannya. Mudzakkir (Suryana,2012)

(23)

9

berupa diagram, grafik atau tabel dan gambar, (2) persamaan atau ekspresi

matematik, dan (3) kata-kata atau teks tertulis. Dengan demikian seorang siswa

dikatakan memiliki kemampuan representasi yang baik apabila siswa mampu

menyajikan kembali suatu situasi atau masalah matematik dalam bentuk gambar,

diagram, tabel atau grafik, persamaan atau model matematika dan dalam bentuk

kata-kata atau teks tertulis untuk memperjelas masalah serta mampu

menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat.

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan representasi matematik

merupakan kemampuan yang penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran

matematika. Kenyataan yang ada siswa masih memiliki kemampuan representasi

yang rendah dalam pemecahan masalah. Rendahnya kemampuan representasi

siswa dalam pemecahan masalah, dapat terlihat dari cara siswa menyelesaikan

soal-soal yang diberikan, siswa mengalami kesulitan dalam membuat suatu solusi

dari masalah yang diberikan, apabila dihadapkan pada permasalahan yang berbeda

dari contoh yang diberikan guru. Siswa hanya berfokus pada langkah-langkah

yang diberikan guru. Siswa tidak mampu merepresentasikan suatu masalah yang

diberikan kedalam bentuk gambar dan simbol-simbol yang sesuai dengan benar

dan lengkap. Begitu juga dengan menyelesaikan permasalahan yang melibatkan

persamaan atau model matematika.

Rendahnya kemampuan representasi siswa ini dikarena siswa tidak terlatih

merepresentasikan suatu pemecahan masalah sesuai dengan ide/gagasannya

sendiri, melainkan hanya terfokus pada suatu bentuk representasi yang di berikan

(24)

10

ide/gagasan mereka sendiri dalam pemecahan masalah, melainkan hanya

diberikan suatu bentuk representasi saja. Sejalan dengan itu Hutagaol (2013 : 86)

menyatakan bahwa terdapatnya permasalahan dalam penyampaian materi

pembelajaran matematika, yaitu kurang berkembangnya daya representasi siswa,

khususnya pada siswa SMP, siswa tidak pernah diberi kesempatan untuk

menghadirkan representasinya sendiri tetapi harus mengikuti apa yang sudah

dicontohkan oleh gurunya. Oleh karena itu berdasarkan permasalahan tersebut,

ketika siswa memiliki bentuk lain dari suatu penyelesaian dalam pemecahan

masalah, siswa merasa tidak yakin untuk mengungkapkannya karena berbeda

dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya oleh guru. Hal ini menyebabkan

siswa tidak menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru, sehingga

mengakibatkan tidak berkembangnya kemampuan representasi matematik siswa.

Rendahnya kemampuan representasi siswa ini juga diperkuat dari hasil tes yang

diberikan kepada beberapa orang siswa, yaitu pada soal berikut:

1. Suatu segiempat memiliki dua pasang sisi yang sama panjang dan salah satu diagonal membagi dua daerah segiempat sama besar. Gambarkan dan tentukan nama bangun segiempat tersebut.

2. Perhatikan gambar berikut

(25)

11

Gambar 2 : Jawaban Siswa

Berdasarkan jawaban siswa di atas, terlihat siswa tidak memahami konsep

segiempat, siswa hanya dapat menggambar bangun persegi, persegi panjang dan

belah ketupat, tetapi siswa tidak menuliskan nama bangun yang digambarkan.

Belah ketupat, layang-layang dan jajargenjang juga merupakan segiempat yang

mempunyai dua pasang sisi sama panjang dan salah satu dibagi dua sama besar

oleh salah satu diagonalnya. Sehingga siswa tidak lengkap menggambarkan

bangun yang dimaksud dari soal. Soal nomor dua siswa tidak mampu menuliskan

persamaan untuk menghitung daerah yang berwarna hijau, siswa hanya

menghitung luas bendera, dan siswa juga tidak menghitung luas daerah yang

berbentuk belah ketupat. Siswa hanya menuliskan rumus untuk menghitung luas

belah ketupat. Hal ini berarti siswa tidak dapat menyatakan situasi pada soal

kedalam bentuk persamaan matematika, sehingga menyebabkan siswa salah

menjawab soal.

Siswa tidak lengkap

menggambarkan segiempat sesuai dengan sifat-sifat yang diminta soal

(26)

12

Berbagai permasalahan yang telah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa

masih rendahnya kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik

siswa. Rendahnya kemampuan matematik siswa dapat disebabkan oleh beberapa

faktor. Salah satunya berkaitan dengan proses pembelajaran matematika yang

dilaskanakan guru di sekolah. Pembelajaran di sekolah saat ini masih di dominasi

oleh guru sebagai pemberi informasi utama. Guru secara langsung memberikan

penjelasan materi dan konsep-konsep serta contoh-contoh yang berkaitan dengan

pembelajaran. Siswa kurang terlibat aktif dalam mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya untuk memahami konsep-konsep yang dipelajari. Siswa tidak

banyak terlibat dalam mengkonstruksi pengetahuannya, hanya menerima saja

informasi yang disampaikan searah dari guru. Seringkali siswa tidak mampu

menjawab soal yang berbeda dari contoh yang diberikan guru. Hal ini dikarenakan

siswa hanya mendengar penjelasan guru, mencontoh, dan mengerjakan latihan

mengikuti pola yang diberikan guru, bukan dikarenakan siswa memahami

konsepnya. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Trianto (2013) bahwa masalah

utama rendahnya hasil belajar siswa, salah satunya disebabkan oleh kondisi

pembelajaran yang masih bersifat konvensional, dimana proses pembelajaran

yang didominasi guru yang tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang

secara mandiri melalui penemuan dalam proses pemikirannya.

Menurut Shadiq (2009:9) bahwa model pembelajaran seperti yang

dijelaskan di atas, dapat dikatakan lebih menekankan kepada siswa untuk

mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) dan kurang atau malah

(27)

13

masalah (problem solving) ataupun pada pemahaman (understanding). Dengan

demikian pembelajaran seperti itu akan membuat keaktifan siswa menjadi sangat

rendah, dan tidak memberi kemungkinan bagi siswa untuk berpikir dan

perpartisipasi aktif secara penuh. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara

tersebut juga tidak dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan

berpikir matematik tingkat tinggi siswa.

Melihat beberapa penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran

matematika yang diselenggarakan di sekolah saat ini masih belum mengarahkan

pada peningkatan dan pengembangan kemampuan berpikir matematik tingkat

tinggi siswa. Menurut Minarni (2013:163) bahwa untuk menguasai matematika

tingkat lanjut maka diperlukan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi

(high order thinking skills) yang meliputi kemampuan pemahaman, penalaran,

koneksi dan representasi serta kemampuan pemecahan masalah. Apabila siswa

memiliki kemampuan berpikir metematik tingkat tinggi yang baik, sehingga siswa

juga akan memililiki kemampuan dalam pemecahan masalah .

Berkaitan dengan pengembangan kemampuan berpikir matematik siswa

ini sangat dipengaruhi oleh guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas. Guru

yang memiliki peran penting dalam pengelolaan pembelajaran di kelas, dapat

menggunakan berbagai cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa. Abel dan Smith (Effendi, 2012:4) mengungkapkan bahwa guru

memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses

pembelajaran. Lebih lanjut Henningsen dan Stein (Effendi, 2012:3)

(28)

14

maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana siswa mampu terlibat

secara aktif dalam banyak kegiatan matematika yang bermanfaat. Selain itu dalam

Permendiknas No 65 tahun 2013 juga telah dijelaskan bahwa proses pembelajaran

pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Berdasarkan

penjelasan tersebut, guru harus dapat melakukan perubahan dalam proses

pembelajaran, seperti yang telah dijelas sebelumnya dari pembelajaran yang

menekankan pada mengingat (memorizing) atau menghafal (role learning) ke arah

berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari pembelajaran

konvensional yang cenderung teachers centred ke pembelajaran student centred,

pemikiran bahwa pengetahuan dipindahkan dari guru ke siswa ke pemikiran

bahwa siswa sendiri yang membangun pengetahuan.

Hudojo (2005:107) menjelaskan bahwa agar proses pembelajaran

matematika terjadi, bahasan matematika sebaiknya tidak disajikan dalam bentuk

yang sudah tersusun secara final, melainkan siswa dapat terlibat aktif dalam

menemukan konsep-konsep, struktur-struktur sampai kepada teorema atau

rumus-rumus. Oleh karena itu guru perlu merancang suatu pembelajaran yang dapat

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga interaksi antar guru

dan siswa menjadi lebih efektif. Salah satu pembelajaran yang disarankan dan

sesuai dengan perkembangan dan inovasi pada pendidikan adalah pembelajaran

(29)

15

cara yang dapat ditempuh oleh guru dalam pembelajaran matematika, dimana

siswa terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Bruner

(dalam Dahar, 2011:79) menyatakan bahwa belajar dengan penemuan sesuai

dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya

memberikan hasil yang paling baik. Prasad (2011:31) mengungkapkan bahwa

pembelajaran dengan penemuan dapat dilakukan dengan dua bentuk pure

discovery (penemuan murni) dan guided discovery (penemuan terbimbing).

Pembelajaran dengan penemuan murni siswa benar-benar diberi kebebasan untuk

menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri, sedangkan pembelajaran

penemuan terbimbing siswa dibantu dengan arahan guru dalam menemukan dan

menyelesaikan masalah.

Sementara itu Cahyo, (2013:100) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran

penemuan, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa

dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya

sendiri. Konsep-konsep tersebut ditemukan melalui proses manipulasi, penataan

dan perubahan informasi yang diperoleh, sehingga siswa menemukan informasi

yang baru. Informasi baru yang dimaksud bukanlah sesuatu yang benar-benar

baru, melainkan informasi yang sudah ada sebelumnya ditemukan kembali

melalui serangkaian kegiatan yang dapat melatih kemampuan berpikir siswa.

Dalam proses penemuan tersebut, siswa tentu memerlukan arahan dan waktu yang

lama untuk memperoleh suatu pernyataan atau informasi baru yang benar.

Sebagaimana yang dijelaskan Shadiq, (2009:12) bahwa siswa akan membutuhkan

(30)

16

umumnya cenderung tergesa-gesa dalam proses penarikan kesimpulan sehingga

hasil yang didapat tidak seperti yang diharapkan guru. Sementara itu Markaban

(2006:11) juga menjelaskan bahwa proses penemuan tersebut akan memerlukan

waktu yang lama dalam pelaksanaannya atau bahkan siswa tidak berbuat apa-apa

karena tidak tahu, begitu pula jalannya penemuan. Hal ini dikarenakan siswa

memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap dan menganalisis

suatu permasalahan yang diajukan untuk menarik suatu kesimpulan, sehingga

tidak semua siswa yang akan mampu menemukan sendiri suatu rumus ataupun

suatu konsep.

Suatu rumus atau konsep baru yang akan dipelajari atau yang akan

ditemukan akan dipengaruhi oleh pengetahuan atau kemampuan siswa dalam

memahami konsep sebelumnya. Hal ini dikarenakan matematika merupakan mata

pelajaran yang materi pembelajarannya bersifat hierarkis, dimana adanya

keterkaitan antar konsep dengan konsep yang lainnya. Sebagaimana yang

dijelaskan Hudojo (2005:61) bahwa dalam pembelajaran matematika bila konsep

A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari

sebelum konsep A dan B dipelajari terlebih dahulu. Begitu pula konsep D baru

bisa dipelajari apabila konsep C sudah dipahami, demikian seterusnya. Oleh

karena itu pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya memiliki peranan yang

penting untuk memahami konsep-konsep baru yang akan dipelajari. Berkaitan

dengan hal itu, siswa harus sudah memiliki pengalaman sebelum membangun

konsep-konsep baru. Akan tetapi siswa tidak memiliki pengalaman yang sama

(31)

17

dalam memahami suatu konsep, begitu pula melihat keterkaitan konsep yang

diketahuinya dengan yang akan dipelarinya.

Mengingat adanya keberagaman kemampuan siswa dalam pembelajaran

matematika, dimana adanya siswa yang memiliki kemampuan matematik yang

tinggi, sedang dan rendah, sehingga keberagaman kemampuan tersebut juga akan

turut mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, khususnya dalam proses

penemuan. Menurut Ruseffendi (1991), perbedaan kemampuan yang dimiliki

siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tetapi juga dapat

dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu lingkungan belajar menjadi penting

diperhatikan oleh guru, diantaranya dalam pemilihan metode pengajaran yang

harus dapat mengakomodasi kemampuan matematika siswa yang berbeda-beda

tersebut, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematik siswa

secara keseluruhan tanpa harus adanya perlakuan yang berbeda untuk

masing-masing kelompok siswa.

Siswa yang memiliki kemampuan sedang atau rendah, apabila pendekatan

atau metode pembelajaran yang digunakan guru menarik, sesuai dengan tingkat

kognitif siswa, hal ini tentu diharapkan pemahaman konsep siswa akan lebih cepat

yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berfikir matematik lainnya,

khususnya representasi matematik. Selain itu siswa yang memiliki kemampuan

tinggi metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan di asumsikan tidak

memberikan pengaruh yang terlalu besar terhadap kemampuan berpikir

matematik. Hal ini terjadi karena siswa kemampuan tinggi lebih cepat memahami

(32)

18

manarik. Oleh karena itu pemilihan metode pembelajaran yang dipilih seperti

metode penemuan akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap siswa

yang berkemampuan sedang dan renda, dengan adanya keterlibatan langsung

dalam proses penemuan konsep bukan sekedar hanya menerima informasi dari

guru. Sebaliknya siswa yang berkemampuan tinggi tentunya juga akan

memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikirnya.

Berkaitan dengan keberagaman tingkat kemampuan matematik siswa

dalam pembelajaran, maka guru harus dapat memberikan suatu solusi sehingga

semua siswa memperoleh perlakukan yang sama dan hasil yang maksimal. Oleh

karena itu diperlukan suatu arahan atau bimbingan dari seorang guru, sehingga

dapat membantu dan mempermudah siswa dalam menemukan sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai dan tingkat kemampuan siswa. Hudojo (2005:97)

menjelaskan bahwa siswa-siswa tersebut memerlukan bimbingan, memerlukan

waktu dan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya memahami

pengetahuan baru. Dengan demikian beberapa instruksi atau petunjuk perlu

diberikan kepada siswa apabila siswa itu tidak menunjukkan kemampuan. Jadi

metode penemuan yang mungkin dilaksanakan di kelas adalah metode penemuan

terbimbing. Penemuan terbimbing merupakan pembelajaran dengan suatu proses

yang melibatkan siswa secara aktif melalui serangkaian kegiatan pembelajaran

melalui arahan dan bimbingan guru. Apabila siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran melalui kegiatan yang dirancang guru untuk menemukan suatu

(33)

19

lebih lama dan akan mampu menggunakan konsep dalam pemecahan masalah

yang lain.

Menurut Prasad (2011:32) metode penemuan terbimbing mendorong siswa

untuk berpikir sendiri, belajar sendiri, tanpa harus tergantung penuh kepada guru.

Sementara itu Shadiq (2009:12) menjelaskan bahwa pembelajaran penemuan

terbimbing merupakan suatu pembelajaran dimana siswa diberikan suatu situasi

atau masalah, yang selanjutnya melakukan pengumpulan data, membuat dugaan

(konjektur), mencoba-coba (trial and error), mencari dan menemukan keteraturan

(pola), menggeneralisasi atau menyusun rumus beserta bentuk umum,

membuktikan benar tidaknya dugaannya itu. Oleh karena itu pembelajaran dengan

penemuan terbimbing memungkinkan siswa untuk membangun sendiri

pengetahuannya melalui kegiatan-kegiatan yang dirancang guru, sehingga

membuat suatu kesimpulan berdasarkan pemahaman siswa.

Pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing guru berperan sebagai

fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang

mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan

pengetahuan yang sedang dipelajari. Siswa didorong untuk berpikir sendiri,

menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun

prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan. Guru mengarahkan siswa

dengan pertanyaan-pertanyaan yang disajikan pada lembar kerja siswa untuk

melakukan pengamatan, membuat dugaan, mencoba-coba dan merumuskan suatu

kesimpulan. Melalui kegiatan ini diharapkan siswa tidak begitu saja menerima

(34)

20

pembelajaran, melainkan lebih ditekankan pada proses berpikir, mencari dan

menemukan konsep, prinsip serta prosedur matematika tanpa diberitahu

seluruhnya.

Proses penemuan tersebut, siswa diharuskan dapat menghubungkan

ide-ide atau pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.

Untuk itu siswa dapat merepresentasikan ide-ide tersebut melalui gambar, simbol,

grafik, persamaan atau model matematika maupun dalam bentuk kata-kata

sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Secara tidak langsung

membiasakan siswa belajar dengan penemuan, berarti juga membiasakan siswa

dalam mengungkapkan ide-ide matematikanya (informasi, data ataupun

pengetahuan) untuk menghasilkan suatu penemuan atau informasi baru. Dengan

demikian diharapkan kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik

siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing.

Pembelajaran penemuan terbimbing juga telah banyak digunakan dalam

penelitian sebelumnya dan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan

penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematik siswa

baik pemahaman konsep maupun representasi. Beberapa penelitian tersebut

diantaranya seperti yang dilakukan oleh Nurcholis (2013) menunjukkan bahwa

implementasi metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada materi penarikan kesimpulan logika matematika di kelas X SMA.

Sementara itu penelitian yang dilakukan Effendi (2012) juga menunjukkan adanya

(35)

21

metode penemuan terbimbing pada siswa SMP. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Alex, dan Olubusuyi (2013) menyimpulkan bahwa pembelajaran

matematika menggunakan metode penemuan terbimbing menunjukkan perbedaan

yang signifikan daripada siswa yang pembelajarannya tanpa metode penemuan

terbimbing. Oleh karena itu, berdasarkan karakteristik penemuan terbimbing yang

berpusat ke siswa dan mempunyai beberapa kelebihan, serta didukung data hasil

penelitian sebelumnya yang menunjukkan penemuan terbimbing mampu

meningkatkan kemampuan berpikir matematik siswa, maka dalam penelitian ini

akan diterapkan metode penemuan terbimbing yang diprediksi mampu

meningkatkan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa.

Selain digunakannya metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran,

akan lebih baik lagi jika siswa dibantu dengan suatu media pembelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran, tentunya akan lebih memudahkan siswa

dalam proses penemuannya. Selain itu media pembelajaran akan mempermudah

siswa melakukan investigasi dan berbagai eksperimen. Salah satu media yang

dapat digunakan guru dalam pembelajaran matematika adalah media komputer

yang memanfaatkan software atau aplikasi untuk mendukung pembelaajran

matematika. Penggunaan media komputer termasuk software atau aplikasi yang

berkaitan dengan matematika akan memberikan banyak kemudahan dan

meningkatkan pemahaman siswa serta kualitas pembelajaran matematika.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam prinsip pembelajaran matematika

sekolah (NCTM, 2000 : 11) Technology is essential in teaching and learning

(36)

22

learning. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa teknologi memiliki peran

penting dalam pembelajaran matematika dimana teknologi mempengaruhi

matematika yang diajarkan dan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

siswa. Hal yang sama juga dijelaskan dalam Permendiknas No 65 Tahun 2013

bahwa pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Penggunaan TIK dalam

pembelajaran matematika dapat membantu siswa dalam belajar materi yang

bersifat abstrak. Selain itu juga dapat melatih kemampuan berpikir siswa.

Sementara itu Dahlan (2011) mengungkapkan bahwa melalui pembelajaran

dengan teknologi siswa dapat mengeksplorasi dan menyelesaikan masalah yang di

dalamnya memuat bilangan yang besar sekalipun atau mereka melakukan

investigasi karakteristik dari bangun bangun geometri melalui software geometri.

Selain itu Schofield (Halat dan Peker, 2011:260) menyebutkan bahwa

menggunakan teknologi dalam pembelajaran mempunyai pengaruh yang positif

terhadap motivasi dan prestasi siswa.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan

teknologi dalam pembelajaran akan sangat membantu dan mempermudah siswa

dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan kemampuan

berpikir matematik siswa khususnya pemahaman konsep dan representasi

matematik siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat berbagai macam

software atau aplikasi komputer yang dapat digunakan dalam pembelajaran

matematika. Penggunaan software – software tersebut dapat membantu siswa

(37)

23

digunakannya software tersebut dapat merepresentasikan bangun geometri yang

bersifat abstrak, salah satunya adalah bangun datar segi empat yang dipelajari

pada sekolah menengah.

Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah software Geogebra.

Software Geogebra merupakan software yang sederhana, mudah dipahami, mudah

digunakan dan mudah diamati oleh siswa dalam rangka membangun

pengentahuannya sendiri. Menurut Hohenwarter dan Fuchs (2004) Geogebra

adalah software serbaguna untuk pembelajaran matematika di sekolah menengah.

Software Geogebra dapat dimanfaatkan sebagai berikut: (1) Geogebra untuk

media demontrasi dan visualisasi, (2) Geogebra sebagai alat bantu kontruksi, (3)

Geogebra sebagai alat bantu penemuan konsep matematika, (4) Geogebra untuk

menyiapkan bahan-bahan pengajaran. Pemanfaatan software Geogebra sebagai

media pembelajaran dapat digunakan untuk menjelaskan konsep matematika atau

dapat juga digunakan untuk eksplorasi, baik untuk ditayangkan oleh guru di depan

kelas atau siswa bereksplorasi menggunakan komputer sendiri.

Menurut Mahmudi (2010), beberapa keuntungan dari penggunaan

software Geogebra dalam pembelajaran geometri adalah (1) Lukisan-lukisan

geometri dihasilkan lebih cepat dan lebih teliti dibandingkan dengan

menggunakan pensil, penggaris, atau jangka, (2) Adanya fasilitas animasi dan

gerakan-gerakan manipulasi (dragging) pada program Geogebra dapat

memberikan pengalaman visual yang lebih jelas kepada siswa untuk memahami

konsep geometri, dan (3) Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk

(38)

24

software Geogebra dalam pembelajaran membuat siswa lebih mudah dan lebih

cepat memahami konsep yang akan dipelajari. Selain itu waktu yang digunakan

juga dapat lebih banyak digunakan siswa untuk melakukan berbagai percobaan

dan bereksplorasi dengan berbagai tool yang diterdapat pada software Geogebra.

Berdasarkan penjelasan uraian di atas, maka diharapkan kemampuan

pemahaman konsep dan representasi siswa dapat ditingkatkan melalui metode

penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra pada siswa SMP.

Penggunaan software Geogebra juga telah banyak digunakan dalam pembelajaran

matematika seperti penelitian yang dilakukan oleh Zulnaidi dan Zakaria (2012)

menyimpulkan bahwa pemanfaatan software Geogebra dalam pembelajaran

matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep dan prosedural siswa SMA.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Maryam (2014) menyimpulkan bahwa

kreativitas dan pemahaman konsep belajar matematika siswa kelas VII SMPN 22

Purworejo tahun pelajaran 2012/2013 mengalami peningkatan setelah mengikuti

pembelajaran berbasis ICT berbantuan software Geogebra.

Berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan melalui

pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra

diharapkan siswa akan memiliki pemahaman konsep yang baik, setelah siswa

berhasil menemukan sebuah kesimpulan, tentu saja siswa tidak akan kesulitan

untuk menyajikan kembali suatu situasi atau masalah dalam bentuk gambar,

persamaan matematik atau pun kata-kata teks tertulis, sehingga penggunaan

metode penemuan terbimbing dibantu pemakaian software Geogebra akan dapat

(39)

25

Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilihat peningkatan kemampuan

pemahaman konsep dan representasi matematik siswa melalui metode penemuan

terbimbing berbantuan software Geogebra pada siswa SMPN 25 Pekanbaru.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang maka

dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa

2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematik siswa dalam

pemecahan masalah

3. Rendahnya kemampuan representasi matematik siswa dalam pemecahan

masalah

4. Siswa terbiasa menerima penjelasan dari guru, tidak mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya

5. Kurang diperhatikannya tingkat keberagaman kemampuan awal siswa, yaitu

kemampuan tinggi, sedang dan rendah dalam pembelajaran

6. Proses penyelesaian jawaban siswa yang tidak sistematis dan tidak sesuai

dengan langkag-langkah penyelesaian

7. Kurangnya keaktifan siswa dalam pembelajaran

8. Pembelajaran di kelas masih terpusat ke guru

9. Kurangnya penggunaan pendekatan atau metode yang bervariasi dalam

pembelajaran

(40)

26

11.Tidak digunakannya media komputer dan software atau aplikasi matematik

dalam pembelajaran matematika.

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan identifikas masalah, maka adapun permasalahan dalam

penelitian ini dibatasi pada beberapa permasalahan, yaitu

1. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa dalam pemecahan masalah

2. Kemampuan representasi matematik siswa dalam pemecahan masalah

3. Kemampuan awal matematik siswa, yaitu siswa yang berkemampuan awal

tinggi, sedang dan rendah dalam pembelajaran matematika

4. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode penemuan terbimbing

5. Penggunaan media komputer dan software dinamic dalam pembelajaran

matematika, yaitu software Geogebra.

6. Proses penyelesaian jawaban siswa pada soal-soal pemahaman konsep dan

representasi matematik

7. Aktivitas siswa selama pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing

berbantuan sofware geogebra

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah dalam penelitian ini, maka dapat

dirumuskan pokok permasalahan penelitian ini yaitu:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang

(41)

27

Geogebra lebih tinggi dari pada siswa yang diberi pembelajaran metode

penemuan terbimbing tanpa software Geogebra

2. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematik siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematik siswa

3. Apakah peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang diberi

pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra

lebih tinggi dari pada siswa yang diberi pembelajaran metode penemuan

terbimbing tanpa software Geogebra

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal

matematik siswa terhadap peningkatan kemampuan representasi matematik

5. Bagaimanakah aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan metode

penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra

6. Bagaiman proses penyelesaian jawaban siswa pada soal-soal pemahaman

konsep dan representasi matematik

1.5Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing berbantuan software

Geogebra dan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode penemuan

(42)

28

2. Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematik siswa

trehadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa

3. Peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang diberi

pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing berbantuan software

Geogebra dan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing tanpa software Geogebra

4. Interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematik siswa

terhadap peningkatan kemampuan representasi matematik siswa

5. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing berbantuan software Geogebra

6. Proses penyelesaian jawaban siswa pada soal-soal pemahaman konsep dan

representasi matematik

1.6Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Melalui hasil penelitian ini siswa diharapkan mampu mengembangkan

kemampuan pemahaman konsep dan repesentasi matematik sehingga

memudahkannya dalam menyelesaikan soal-soal matematika

2. Bagi Guru

Metode penemuan terbimbing dan software Geogebra memberi variasi dan

sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk mengembangkan

kemampuan pemahaman konsep dan representasi matematik siswa.

(43)

29

Sekolah akan memiliki guru-guru matematika yang menguasai beragam

pendekatan pembelajaran, setidaknya menguasai metode penemuan terbimbing

dan software geogebra selain pembelajaran konvensional.

1.7Definisi Operasional

1. Kemampuan pemahaman konsep matematik dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa untuk menyatakan ulang konsep yang dipelajari dengan

bahasa dan pemahamannya sendiri, mampu memberikan contoh dan bukan

contoh dari konsep yang telah dipelajari, dan mampu menggunakan konsep

yang telah dipelajari dalam pemecahan masalah dengan benar.

2. Kemampuan representasi matematik dalam penelitian ini adalah kemampuan

siswa untuk menyajikan suatu situasi atau masalah dalam bentuk gambar dan

simbol, mampu menyajikan suatu situasi atau masalah dalam bentuk

persamaan matematik atau model matematika, serta mampu menyajikan situasi

atau masalah dalam bentuk kata-kata atau teks tertulis dari masalah yang

diberikan dengan benar.

3. Kemampuan awal matematik siswa dalam penelitian ini merupakan

kemampuan matematik yang dimiliki siswa sebelum dilaksanakannya

penelitian yang dikategorikan kedalam tiga kelompok yaitu siswa yang

berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

4. Pembelajaran metode penemuan terbimbimbing merupakan suatu metode

pembelajaran yang menuntut siswa belajar sendiri untuk menemuan suatu

konsep dengan bantuan atau arahan dan bimbingan guru melalui serangkaian

(44)

30

yang sedang dipelajari disajikan dalam lembar kerja siswa, dengan

langkah-langkah mengajukan pertanyaan atau masalah, mengumpulkan data, membuat

konjektur, memeriksa konjektur, menarik kesimpulan dan evaluasi.

5. Software geogebra merupakan salah satu software komputer yang digunakan

sebagai media dalam pembelajaran matematika

6. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada penelitian ini adalah

aktivitas siswa yang dirancang untuk dilaksanakan selama proses pembelajaran

berlangsung sesuai dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing

berbantuan software Geogebra sebagaimana langkah-langkah pembelajaran

yang disajikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

7. Proses jawaban merupakan jawaban tertulis siswa dari masalah (soal-soal)

pemahaman konsep dan representasi matematik, dengan melihat ketercapaian

(45)

222

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan dalam penelitian ini, diperoleh beberapa temuan yaitu tercapainya

tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Penelitian ini berkaitan dengan

pelaksanaan pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan sotware

Geogebra dan pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software

Geogebra terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan representasi

matematik siswa SMP. Adapun beberapa simpulan yang diperoleh, yaitu:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa yang diberi

pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra

lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik

siswa yang diberi pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software

Geogebra.

2. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik

siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik.

3. Peningkatan kemampuan representasi matematik siswa yang diberi

pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra

lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan representasi matematik siswa

yang diberi pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software

(46)

223

4. Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan kemampuan awal matematik

siswa terhadap peningkatan kemampuan representasi matematik.

5. Aktivitas siswa pada pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan

software Geogebra menunjukkan aktivitas yang lebih baik bila dibandingkan

dengan pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software

Geogebra.

6. Proses penyelesaian jawaban siswa terhadap tes kemampuan pemahaman

konsep dan representasi matematik siswa pada pembelajaran metode

penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra menunjukkan

ketercapainya indikator kemampuan pemahaman konsep dan representasi

matematik yang lebih baik dibandingkan proses tersebut pada siswa yang

mendapat pembelajaran metode penemuan terbimbing tanpa software

Geogebra

5.2. Implikasi

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep

dan representasi matematik siswa melalui pembelajaran metode penemuan

terbimbing berbantuan software Geogebra pada siswa SMP. Oleh karena itu

beberapa implikasi dari penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran metode penemuan terbimbing berbantuan software Geogebra

dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

matematik siswa, baik siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang

Gambar

Tabel                                                                                                          Halaman  3.1   Weiner Keterkaitan Variabel Penelitian .....................................................
Gambar                                                                                                      Halaman 1.1 1.2
gambar atau diagram untuk memperjelas suatu masalah sehingga diperoleh suatu
Gambar disamping merupakan bendera negara Brazil. Panjang dan lebar
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Modifikasi Peraturan Permainan Sepakbola Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain Sepakbola Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SMA Negeri 1 Pandeglang..

Pesawat model adalah pesawat terbang tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri sesuai dengan program yang telah

dalam pembelajaran aktivitas atletik nomor lari jarak pendek pada siswa kelas. XI IPA I SMA Negri

Waralaba adalah badan usaha atau pemilik perseorangan yang memiliki hak khusus terhadap suatu sistem bisnis dengan ciri khas yang dimiliki perusahaan dalam

law’ terkandung makna pemerintahan oleh hukum, tetapi bukan dalam artinya yang formal, melainkan mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya. Karena itu,

“Setiap Orang yang dengan sengaja menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung maupun tidak langsung, dengan maksud digunakan

Skripsi yang berjudul “Problematika Pendidikan Agama Islam bagi Anak Keluarga Perantau (Studi Kasus di Lingkungan Gunung Wijil, Selogiri, Wonogiri Tahun 2010)” adalah

Hubungan antara risiko yang diukur dengan VaR terhadap imbal hasil reksa dana saham sangat rendah sehingga tidak cukup hanya menggunakanVaR untuk memprediksi imbal hasil reksa