KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT
NANOFILLER SETELAH APLIKASI
KARBAMID PEROKSIDA 35%
DENGAN WAKTU YANG BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
REVINA RAHMADANI 110600148
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Material dan Teknologi Tahun 2015
Revina Rahmadani
Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller setelah Aplikasi Karbamid Peroksida 35% dengan Waktu yang Berbeda
x + 41 halaman
Resin komposit merupakan gabungan matriks resin dan filler anorganik yang diikat oleh coupling agent. Kekasaran permukaan resin komposit dipengaruhi oleh penggunaan bahan peroksida (bleaching). Penelitian oleh Moraes RR, dkk (2006) menyatakan bahwa bleaching dengan karbamid peroksida 35% meyebabkan peningkatan kekasaran permukaan yang signifikan pada resin komposit mikrohibrid. Tujuan penelitian untuk mengetahui apakah ada perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan setelah aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 30 menit dan 45 menit. Penelitian ini menggunakan resin komposit nanofiller (Filtek Z350 XT, USA) yang dicetak berbentuk tablet diameter 5 mm dan ketebalan 2 mm sebanyak 40 buah. Sebelum dan sesudah aplikasi dilakukan pengukuran kekasaran dengan profilometer (Mitutoyo SJ-201, Japan). Gel bleaching
t-paired terdapat perbedaan signifikan rerata kekasaran sebelum dan sesudah aplikasi pada kedua kelompok perlakuan. Pada uji t-unpaired juga terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata kekasaran antara kelompok 1 dan kelompok 2. Pada kelompok durasi aplikasi 30 menit dan 45 menit perbedaan rerata kekasaran adalah 0,012250 µm dengan p=0,0001 (p<0,05). Dari penelitian disimpulkan bahwa karbamid peroksida 35% meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller dan semakin lama durasi aplikasi maka semakin besar peningkatan yang terjadi.
KEKASARAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT
NANOFILLER SETELAH APLIKASI
KARBAMID PEROKSIDA 35%
DENGAN WAKTU YANG BERBEDA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
REVINA RAHMADANI 110600148
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 27April 2015
Pembimbing: Tanda tangan
Lasminda Syafiar, drg., M.kes
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 27 April 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Lasminda Syafiar, drg., M.kes ANGGOTA : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah yang Maha Esa. Skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan. Bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Lasminda Syafiar drg., M.Kes, selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, serta memberikan ilmu, dan arahan dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Aditya Rachmawati drg., selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak membimbing penulis dalam menjalani perkuliahan.
4. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis.
5. drs. Moch. Agus Zaenuri, selaku dosen pembimbing dalam penelitian menggunakan alat profilometer di Laboratorium Metalurgi Teknik Mesin Politeknik Negri Medan.
6. Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulisan dalam analisis statistik penelitian di Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU yang telah saling membantu dan mendukung dalam proses penyelesaian skripsi.
9. Seluruh teman-teman FKG USU stambuk 2011, adinda dan kakanda senior di FKG USU yang memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi.
Medan, 27 April 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bleaching ... 4
2.1.1Defenisi bleaching ... 4
2.1.2Mekanisme bleaching... 4
2.1.3 Bahan bleaching ... 5
2.1.3.1Hidrogen peroksida ... 6
2.1.3.2 Karbamid peroksida ... 6
2.1.4.Teknik bleaching ... 7
2.1.4.1In-office bleaching ... 7
2.1.4.2 Home bleaching ... 7
2.2.1.4 Sistem aktivator-inisiator ... 10
2.2.2 Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran partikel ... 11
2.2.2.1 Komposit tradisional ... 11
2.2.2.3 Komposit hibrid ... 11
2.2.2.4 Komposit nanofiller ... 12
2.2.3 Sifat mekanis resin komposit ... 13
2.2.3.1 Kekerasan ... 13
2.2.3.2 Kekasaran ... 13
2.2.4 Sifat fisis resin komposit ... 14
2.2.4.1 Penyerapan air dan solubilitas ... 14
2.3 Metode pengukuran kekasaran permukaan ... 14
2.4 Kerangka teori ... 15
2.5 Kerangka konsep ... 16
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 17
3.2 Desain Penelitian ... 17
3.3Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
3.3.1Tempat Penelitian ... 17
3.3.2 WaktuPenelitian ... 17
3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 17
3.4.1 Sampel ... 17
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali... 19
3.6 Defenisi Operasional Variabel ... 19
3.7 Alat dan Bahan ... 20
3.7.1 Alat ... 20
3.7.2 Bahan ... 23
3.8 Prosedur Kerja ... 25
3.8.1 Pembuatan Sampel ... 25
3.8.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sebelum Perlakuan ... 26
3.8.3 Perlakuan Pada Tiap Kelompok ... 27
3.9 Cara Pengumpulan Data ... 28
3.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 28
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 29
BAB 5 PEMBAHASAN ... 36 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 38 6.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR GAMBAR
12 Bahan bleaching karbamid peroksida 35% ... 24
13 Resin komposit nanofiller ... 24
14 Resin komposit dimasukkan ke dalam mould pada master model 25 15 Penyinaran resin komposit ... 26
16 Skema daerah yang akan diukur ... 26
17 Pengukuran kekasaran permukaan sampel... 27
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Bahan penelitian ... 24 2 Kekasaran permukaan resin komposit nanofiller pada satu kali
aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 30 menit 29 3 Kekasaran permukaan resin komposit nanofiller pada satu kali
aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 45 menit 30 4 Hasil uji normalitas data kekasaran permukaan resin komposit
nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% 33 dengan durasi aplikasi 30 menit dan 45 menit
5 Hasil analisis uji t-paired kekasaran permukaan resin komposit
nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% 34 6 Hasil analisis statistik uji t-unpaired kekasaran permukaan resin
komposit nanofiller setelah aplikasi karbamid peroksida 35%
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Alur penelitian
2 Hasil pengukuran kekasaran permukaan resin komposit Nanofiller 3 Analisis data penelitian dengan SPSS
4 Surat Keterangan Selesai Penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keinginan penderita untuk mendapatkan senyum yang lebih cerah dan lebih putih menyebabkan kebutuhan pelayanan gigi kosmetik meningkat. Salah satu bentuk pelayanan gigi kosmetik adalah memutihkan gigi (bleaching).1 Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang sudah berubah warna sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi.2 Bleaching dapat dilakukan pada gigi vital atau nonvital.3
Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida adalah beberapa jenis bahan
bleaching yang sering digunakan.4 Hidrogen peroksida adalah suatu senyawa kimia jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak mudah terbakar yang digunakan untuk memutihkan gigi. Sedangkan karbamid peroksida adalah senyawa perpaduan antara hidrogen peroksida dan urea. Konsentrasi hidrogen peroksida yang terdapat di dalam karbamid peroksida ialah 1/3 dari total konsentrasi karbamid peroksida.5
sepenuhnya di bawah kontrol dokter gigi dan sangat efektif karena memiliki potensi pemutihan gigi yang cepat.10
Seringkali pada praktik sehari-hari, restorasi sewarna gigi berada pada gigi yang akan direncanakan untuk di bleaching. Pasien umumnya mempunyai restorasi pada gigi anterior dan posterior yang berasal dari bahan resin komposit dan biasanya adalah jenis mikrofiller dan nanofiller.6 Akibat dari bleaching pada bahan berbasis resin bisa bervariasi tergantung pada resin dan komposisi bahan pemutih dan frekuensi dan durasi paparan. Konsentrasi hidrogen peroksida yang tinggi bisa menyebabkan permukaan gigi yang kasar. Kekasaran permukaan restorasi merupakan sifat fisis yang secara klinis penting untuk diinvestigasi. Peningkatan kekasaran tersebut menyebabkan akumulasi residu makanan dan pembentukan biofilm, yang mengarah ke penyakit jaringan periodontal.11
Menurut Wang L dkk (2011) peningkatan kekasaran permukaan pada resin komposit nanofiller dan mikrohibrid setelah prosedur in-office bleaching dengan menggunakan bahan pemutih gigi hidrogen peroksida 35% lebih tinggi daripada prosedur home bleaching dengan menggunakan bahan pemutih gigi karbamid peroksida 16%. Perubahan pada kekasaran permukaan resin komposit setelah di
bleaching tergantung pada durasi aplikasi dan bahan itu sendiri.11
Penelitian Wattanapayungkul dkk (2003) menyatakan bahwa bleaching dengan hidrogen peroksida 35% tidak mempengaruhi permukaan resin komposit, kompomer, giomer, dan RMGIC.10 Sedangkan menurut Moraes RR dkk (2006) menyatakan bahwa bleaching dengan karbamid peroksida 35% meyebabkan peningkatan kekasaran permukaan yang signifikan pada resin komposit mikrohibrid, tetapi tidak pada resin komposit mikrofiller.12
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, didapatkan rumusan masalah apakah ada perbedaan kekasaran permukaan pada resin komposit nanofiller setelahdurasi aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit dan 45 menit.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekasaran permukaan pada resin komposit nanofiller setelah durasiaplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit dan 45 menit.
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesa penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kekasaran permukaan pada resin komposit nanofiller setelah durasi aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit dan 45 menit.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penerapannya, khususnya di bidang Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi.
2. Memberikan informasi dan pengetahuan kepada praktisi tentang kekasaran permukaan pada resin komposit nanofiller setelah durasi aplikasi karbamid peroksida 35%selama 30 menit dan 45 menit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bleaching
2.1.1 Defenisi Bleaching
Bleaching merupakan proses penghilangan stain yang terdapat di dalam struktur gigi (email dan dentin) melalui reaksi reduksi-oksidasi secara kimia. Aplikasi bahan
bleaching didasari atas kemampuan agen aktif bleaching untuk dapat meresap ke dalam struktur gigi menuju discoloration (stain) dan dapat bertahan dalam waktu yang lama di dalam struktur gigi. Selanjutnya melalui reaksi reduksi-oksidasi dapat mengurai molekul stain menjadi molekul-molekul sederhana.4
2.1.2 Mekanisme Bleaching
Mekanisme pemutihan gigi merupakan reaksi oksidasi dari bahan pemutih. Proses pemutihan akan terjadi bila pada bahan peroksida dilakukan pengubahan pH, suhu, cahaya untuk mendapatkan oksigen bebas.7
Enamel mahkota gigi hampir seluruhnya terdiri dari mineral (97% dari beratnya) dengan jarak berukuran mikroskopik di antara enamel rods yang mengandung air dan bahan organik. Stain terakumulasi di daerah kecil ini untuk beberapa waktu. Pemutihan gigi terjadi ketika hidrogen peroksida atau bahan pemutih nonperoksida melewati daerah di enamel ini dan mengoksidasi stain, menghasilkan warna yang lebih terang.13
Larutan karbamid peroksida tidak stabil, cepat terurai menjadi urea dan hidrogen peroksida jika berkontak dengan saliva atau jaringan. Hidrogen peroksida akan terurai menjadi air (H2O) dan oksigen (O2). Dalam bentuk larutan murni hidrogen peroksida
yang tidak berpasangan dan tidak stabil, yang dapat berikatan dengan molekul organik lain untuk membuatnya stabil. Radikal bebas tersebut memutuskan ikatan karbon siklik yang terdapat pada bisphenol A-glycidyl methacrylate (Bis-GMA), reaksi ini sama dengan reaksi radikal bebas memutus ikatan karbon siklik. Reaksi siklik ini akan berubah menjadi ikatan ganda yang kemudian akan terputus lagi menjadi ikatan tunggal. Proses ini akan terus berlanjut hingga terjadi oksidasi sempurna. Reaksi inilah yang menyebabkan ikatan Bis-GMA menjadi lemah dan terdegradasi. Faktor lain adalah radikal bebas yang memutus rantai siloxane, putusnya rantai siloxane inilah yang menyebabkan terlepasnya partikel pengisi dari matriks resin dan juga membuat meningkatnya kekasaran permukaan resin komposit.14
Pada proses bleaching molekul perhidroksil (HO2) yang merupakan radikal bebas
kuat yang akan terurai dan berpenetrasi ke dalam email serta memutuskan rantai siklik pada email menjadi rantai rangkap kemudian terputus kembali dengan reaksi oksidasi yang sama menjadi rantai tunggal. Pada tahap ini reaksi yang akan terjadi akan mengoksidasi stain pada gigi menjadi molekul yang lebih kecil sehingga akan memberikan efek yang lebih terang pada gigi.6
Berbagai faktor yang perlu diperhitungkan seperti peningkatan suhu, tingginya konsentrasi karbamid peroksida, dan lamanya gigi berkontak dengan bahan pemutih dalam batas limit, mempengaruhi proses oksidasi dan menyebabkan tingkat perubahan warna yang lebih besar.15
2.1.3 Bahan Bleaching
Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida adalah beberapa jenis bahan
2.1.3.1 Hidrogen peroksida (H2O2)
Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4,5, cairan bening, tidak
berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air.5 Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen (H2O2).4
Hidrogen peroksida memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara perlahan dan melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan oksigen secara spontan dengan reaksi sebagai berikut:
2 H2O2 2 H2O + O2 + Energi15
Hidrogen peroksida dapat membentuk beberapa unsur oksigen aktif yang berbeda tergantung dari temperatur, pH, cahaya, ko-katalis, adanya transisional metal dan kondisi lainnya. Hidrogen peroksida merupakan oksidator dan mempunyai kemampuan untuk membentuk radikal bebas, HO2, dan O. Perhidroksil yang
membebaskan HO2 sangat reaktif dan dapat memecah makromolekuler stain yang
besar menjadi molekul stain yang lebih kecil serta mengikat molekul stain pada struktur anorganik dan matriks protein.6
2.1.3.2 Karbamid peroksida
Karbamid peroksida adalah senyawa perpaduan antara hidrogen peroksida dan urea, merupakan suatu senyawa yang tidak berbau, tidak toksis, berbentuk kristal putih, dan merupakan kombinasi antara 7% urea dan 3% hidrogen peroksida. Komponen urea dalam karbamid peroksida akan menstabilkan hidrogen peroksida dan dengan kontak pada gigi yang lebih lama akan diperoleh efisiensi reaksi yang sempurna.15
terdapat di dalam karbamid peroksida ialah 1/3 dari total konsentrasi karbamid peroksida.5,15
2.1.4 Teknik Bleaching
Teknik bleaching dapat diklasifikasikan menurut prosedur yang diberikan, in-office atau home bleaching.6
2.1.4.1 In-office bleaching
Teknik in-office bleaching bisa secara cepat mengubah warna gigi menjadi lebih putih.15,16 Saat ini, sistem in-office bleaching terkenal dengan penggunaan kadar hidrogen peroksida yang tinggi dan sering disebut sebagai “one-hour bleaching”.17 Teknik ini merupakan pemutihan gigi vital yang dilakukan di klinik, menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi yaitu 30-35%.15
In-office bleaching bisa dilakukan pasien satu kali kunjungan 1-1,5 jam perawatan atau beberapa kali kunjungan. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan dengan sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya tinggi, misalnya sinar kuring komposit konvensional, sinar laser, sinar plasma arc dengan intensitas tinggi.1 Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak dapat menggunakan
tray atau pada pasien yang menginginkan giginya putih dengan cepat dan terkontrol langsung oleh dokter gigi.15
2.1.4.2Home bleaching
Prosedurnya sederhana, ekonomis, hasilnya optimal, presentasi keberhasilannya tinggi, dapat memotivasi pasien untuk lebih memelihara kesehatan giginya dan waktu kunjungan pun singkat. Perubahan akan terlihat setelah 2-3 minggu dan hasil akhir terlihat setelah 5-6 minggu. Stabilisasi warna dapat berlangsung satu sampai tiga tahun dan dapat dilakukan perawatan ulang.15 Proses home bleaching sama efektifnya dengan proses in-office hanya membutuhkan waktu yang lebih lama dan biasanya dilakukan sebagai tindakan lanjutan prosedur in-office.13 Teknik home bleaching
mempunyai prognosis cukup baik dan efek samping sangat minimal. Efek samping lebih banyak terjadi karena ketidakakuratan pada tray-nya.15
2.2 Resin Komposit
Resin komposit merupakan bahan sewarna gigi yang digunakan pada bagian anterior dan posterior rongga mulut.13 Komposit memuaskan secara estetis, kuat, dan tahan lama dalam hal pemakaian tetapi memiliki pelepasan florida yang kurang atau bahkan tidak ada.18
2.2.1 Komposisi Resin Komposit
Bahan komposit modern mengandung sejumlah komponen. Kandungan utama adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik.13,19-22 Resin merupakan gabungan dari polimer dan bahan pengisi merupakan partikel kaca.23
Disamping kedua komponen bahan tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan.13,19-22 Suatu bahan coupling
(silane) diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin, juga aktivator-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin dan pigmen untuk memberi warna pada bahan yang sesuai dengan warna gigi.13,22-23
2.2.1.1 Matriks Resin
semakin rendah rata-rata berat molekul dari kombinasi monomer dan monomer, semakin tinggi presentasi penyusutan. Karena resin memiliki viskositas yang tinggi, untuk memfasilitasi proses pembuatan dan penanganan klinis maka diencerkan dengan monomer lain yang memiliki viskositas rendah (molekul dengan berat ringan) seperti bisphenol a dimethacrylate (Bis-DMA), ethyleneglycol dimethacrylate
(EGDMA), trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA), methyl methacrylate (MMA) atau urethan dimetakrilat (UDMA).19,21
CH2 == C – R – C == CH2
CH3 CH318
Produsen komposit dental saat ini masih berkonsentrai pada sistem tradisional, biasanya menambahkan monomer GMA/TEGDMA atau monomer Bis-GMA/UEDMA/TEGDMA dikombinasikan sebagai matriks organik.21
Matriks komposit dental memiliki beberapa fungsi penting. Matriks merupakan fase polimerisasi yang membentuk massa solid dan menyatu ke struktur gigi. Walaupun begitu, matriks mempunyai beberapa kekurangan. Ia merupakan fase material komposit dental yang paling lemah dan tidak tahan lama. Oleh karena itu, pabrik meminimalisasi jumlah matriks material komposit dengan memaksimalkan jumlah pengisi.22
2.2.1.2 Partikel Bahan Pengisi (filler)
Dimasukkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks resin bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks resin.19-20 Dengan menggabungkan bahan pengisi kaca dengan jumlah yang besar, penyusutan bisa direduksi lebih banyak karena jumlah resin yang digunakan berkurang dan bahan pengisi tidak ikut dalam proses polimerisasi.20,22
koefisien termal dan penyusutan, membuat radiopak, dan meningkatkan estetis.21-22 Karena pentingnya bahan pengisi yang berikatan kuat, jelas terlihat bahwa penggunaan bahan pengisi tambahan sangatlah diperlukan untuk keberhasilan suatu bahan komposit.19
Ukuran bahan pengisi komposit dental menunjukkan kemulusan permukaan hasil restorasi.Partikel bahan pengisiyang besar berdampak pada permukaan yang kasar. Persentase bahan pengisi merupakan hal yang paling menunjukkan sifat fisis komposit dental.22 Bahan pengisi juga meningkatkan sifat mekanis seperti kekerasan dan kekuatan kompresif.20
2.2.1.3 Bahan Pengikat (Coupling Agent)
Penting bahwa partikel bahan pengisi berikatan dengan matriks resin. Bahan pengikat silane harus secara khemis kompatibel dengan bahan resin dan pengisinya.19-20,22 Hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel pengisi yang lebih kaku. Aplikasi bahan coupling
yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang antar-muka bahan pengisi resin.19
Coupling agent yang biasa dipakai pada resin komposit berbahan pengisi kaca adalah organosilenᵧ-metakriloksipropiltrimetoksi silane (ᵧ-MPTS).19-20 Pada tahap hidrolisasi ini, silane mengandung gugus silanol yang dapat berikatan dengan silanol
pada permukaan bahan pengisi melalui pembentukan ikatan siloxane (S-O-Si). Gugus
metakrilat dari gabungan organosilen membentuk ikatan kovalen dengan resin bila terpolimerisasi, jadi menyempurnakan proses coupling. Peran coupling yang tepat dengan bantuan organosilan amatlah penting terhadap penampilan klinis dari komposit berbasis resin.19
2.2.1.4 Sistem aktivator-inisiator
berpolimerisasi dengan mekanisme polimerisasi tambahan yang diawali oleh radikal bebas seperti yang dibahas sebelumnya.19 Radikal bebas dapat berasal dari aktivasi kimia atau pengaktifan energi eksternal (panas atau sinar).19,22-23
2.2.2 Klasifikasi Resin Komposit Berdasarkan Ukuran Partikel 2.2.2.1 Komposit tradisional (makrofiller)
Merupakan resin komposit generasi 1970-an yang memiliki ukuran partikel antara 10-100 µm. Ukuran partikel yang besar membuatnya sulit untuk di polish, dan memiliki permukaan yang kasar karna partikel bahan pengisi hilang karena penggunaan resin, sehingga mengekspos partikel yang besar. Secara umum lebih kuat dari komposit dengan partikel bahan pengisi kecil. Karena sifatnya yang kasar dan
rapid wear, komposit makrofiller sudah tidak digunakan.13
2.2.2.2Komposit berbahan pengisi mikro (mikrofiller)
Seperti namanya, komposit mikrofiller memiliki ukuran bahan filler yang lebih kecil dari makrofiller. Partikel filler rata-rata sekitar 0.4 µm untuk diameter dan range in size 0.03-0.5 µm, ukuran partikel bahan pengisi 200-300 kali lebih kecil dari komposit tradisional.13,19
Jika di polish, komposit mikrofiller menghasilkan permukaan yang licin dan mengkilap, tidak seperti komposit makrofiller yang kasar.13 Tetapi, ia memiliki sifat fisik dan mekanik yang kurang dibandingkan komposit tradisional. Jumlah resin yang lebih tinggi, keofisien ekspansi termal yang lebih tinggi, dan penurunan modulus elastisitas. Karena kelemahan tersebut, kebanyakan komposit dengan bahan pengisi mikro tidak cocok digunakan pada permukaan yang harus menahan beban.19
2.2.2.3Komposit hibrid
Kandungan bahan pengisi 70-80% dari beratnya. Secara umum baik digunakan pada bagian anterior maupun posterior gigi.13
Bahan resin komposit jenis hibrid saat ini sering digunakan karena kehalusan permukaannya yang lebih baik dari jenis resin komposit partikel kecil, estetik setara dengan komposit berbahan mikro untuk penggunaan restorasi anterior, dan kekuatan tekanan yang tinggi hampir sama dengan sifat ketahanan penggunaan amalgam. Karena itu resin komposit jenis hibrid dapat digunakan sebagai bahan tumpatan gigi posterior dan sering digunakan sebagai restorasi anterior termasuk tumpatan klas IV. Keunggulan lainnya adalah warna yang mirip dengan struktur gigi, penyusutan rendah, absorpsi cairan rendah, dapat dipoles tekstur permukaannya, serta abrasi dan ketahanan pemakaian sama dengan struktur gigi. Namun selama pemakaian dapat mengalami perubahan warna.24
2.2.2.4 Komposit nanofiller
Resin komposit nanofiller terbuat dari zirkonium/silika atau nanosilika ukuran partikel antara 0,005-0,1 µm, ukuran bahan pengisi 1-20 nm walau dalam bentuk klaster berukuran besar, volume anorganik bahan pengisinya 78,5%, mudah dilakukan pemolesan, kekuatan baik dan modulus tinggi. Komposit nanofiller diperkenalkan di pasaran kedokteran gigi dengan tujuan menyediakan hasil estetik yang lebih baik, permukaan yang lebih halus dan mengkilat, penyusutan akibat polimerisasi yang lebih minim, dan resistensi serta daya penggunaan yang lebih baik dan daya atrisi yang lebih rendah sehinga dalam hal ini penggunaan resin komposit jenis nanofiller lebih banyak dipakai oleh kalangan dokter gigi untuk memenuhi kebutuhan estetik yang lebih baik untuk restorasi pada gigi anterior.6
Merupakan bahan restorasi universal yang diaktivasi oleh visible light yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun posterior. Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik. Dikembangkan dengan konsep
Komposisi bahan komposit ini terdiri dari sistem resin yang bersifat dapat mengurangi penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA dan sejumlah kecil TEGDMA. Sedangkan bahan pengisinya berisi kombinasi antara bahan pengisi nanosilica 20 nm yang tidak berkelompok, dan nanocluster zirconia/silica yang mudah berikatan membentuk kelompok. Kelompok tersebut terdiri dari partikel zirconia/silica dengan ukuran 5-20 nm. Ukuran partikel satu cluster adalah berkisar antara 0.6-1.4 mikron. Muatan bahan pengisi komposit ini adalah 78.5% berat.26
2.2.3 Sifat Mekanis Resin Komposit 2.2.3.1 Kekerasan (hardness)
Kekerasan suatu material merupakan ukuran relatif dari ketahanan terhadap lekukan ketika beban diberikan secara spesifik dan konstan. Selain itu, kekerasan permukaan merupakan sifat mekanik yang lebih sering dgunakan untuk menggambarkan ketahanan pemakaian suatu bahan. Kekerasan mikro telah terbukti menjadi indikator yang adekuat dari derajat konversi resin komposit dan kekerasan mikro permukaan merupakan faktor yang paling penting dalam karakteristik fisik suatu material gigi.6
2.2.3.2Kekasaran (roughness)
Kualitas permukaan restorasi dental merupakan faktor penting dalam menentukan kesuksesan restorasi. Kekasaran permukaan restorasi komposit ditentukan dari ukuran, kekerasan, dan jumlah partikel bahan pengisi, yang juga mempengaruhi sifat mekanis dari bahan. Kekasaran permukaan (Ra) merupakan satu faktor yang ikut menyebabkan diskolorisasi eksterior dan berhubungan dengan tipe bahan komposit.26 Struktur dan karakteristik partikel bahan pengisi resin komposit memiliki dampak langsung pada kehalusan permukaan dan peningkatan kemungkinan staining
ekstrinsik.28
2.2.4 Sifat Fisis Resin Komposit 2.2.4.1Penyerapan air dan solubilitas
Penyerapan air dan solubilitas merupakan sifat yang penting dari resin komposit dan mempengaruhi kekuatannya, ketahanan terhadap abrasi, volume dan stabilitas warna. Akibat dari penyerapan air dan solubilitas yang tinggi dari restorasi resin, berdasarkan penelitian berhubungan dengan penurunan sifat fisis dan ketahanan restorasi komposit.
Jumlah air yang bisa diabsorpsi resin komposit tergantung pada hidrofilitas matriks polimer dan komposisi bahan pengisi.26 Air juga menyebabkan penurunan komposit, mengakibatkan sedikit reduksi sifat fisis dan mekanis.23
2.3 Metode Pengukuran Kekasaran Permukaan
Rata-rata pada penelitian kekasaran permukaan, profilometer mekanik biasanya digunakan untuk menentukan kekasaran permukaan dengan satuan Ra.31
2.4 Kerangka Teori
Resin Komposit
Komposisi
Matriks Resin Bahan
Pengikat
Sistem
Aktivator-Inisiator Partikel
Bahan Pengisi
Klasifikasi
Makrofiller Mikrofiller Hibrid Nanofiller
Sifat Mekanis
Kekerasan Kekasaran
Penyerapan Air dan Solubilitas
Bahan Bleaching
2.5 Kerangka Konsep
Bahan Bleaching
Karbamid peroksida 35%
12% Hidrogen peroksida
Redoks
Resin Komposit
Makrofiller Mikrofiller Hibrid Nanofiller
Sifat Mekanis
Kekasaran
Urea
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorium
3.2 Desain Penelitian
Pre-test Post-test and Comparative Group Design
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
3.3.1 Tempat Penelitian 1. Pembuatan sampel
Pembuatan sampel penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan Teknologi FKG USU.
2. Pengukuran kekasaran permukaan
Pengukuran kekasaran permukaan resin komposit nanofiller dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Medan.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2015.
3.4 Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel
Gambar 1. Bentuk dan ukuran sampel6
Dengan kriteria sebagai berikut: Kriteria inklusi:
1. Sampel resin komposit nanofiller memiliki permukaan yang halus. 2. Permukaan sampel berbentuk bulat sempurna.
Kriteria eksklusi:
1. Sampel memiliki poreus dan cacat.
2. Sampel kotor dan terkontaminasi bahan lain maupun debris.
3.4.2 Besar Sampel
Pada penelitian ini besar sampel dihitung berdasarkan rumus Federer30: (t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan: t : jumlah perlakuan r : jumlah sampel
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sampel yaitu kelompok durasi aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit dan 45 menit, maka t = 2 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:
(2-1) (r-1) ≥ 15 1 (r-1) ≥ 15
r – 1 ≥ 15 r ≥ 16
5 mm
Sampel minimum dalam penelitian ini adalah 16 sampel. Jumlah sampel yang digunakan adalah 20 sampel untuk masing-masing kelompok.
3.5. Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
Durasi aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit dan 45 menit.
3.5.2 Variabel Tergantung
Kekasaran permukaan resin komposin nanofiller.
3.5.3 Variabel Terkendali
1. Ukuran sampel resin komposit nanofiller (diameter 5 mm dan ketebalan 2 mm).31
2. Jenis sinar (blue visible light).31
3. Waktu penyinaran (20 detik) dengan jarak penyinaran ±1mm.31
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu ruangan
2. Kelembaban
3. Jumlah bahan pemutih yang dioleskan pada permukaan sampel
3.6. Defenisi Operasional Variabel
1. Resin komposit nanofiller adalah bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh
2. Kekasaran permukaan adalah ukuran dari tekstur permukaan yang tidak teratur dari resin komposit nanofiller, diukur dengan alat profilometer dengan satuan mikrometer (µm).29
3. Bleaching adalah proses penghilangan stain yang terdapat di dalam struktur gigi (email dan dentin) melalui reaksi reduksi-oksidasi secara kimia.4
4. Karbamid peroksida 35% adalah bahan in-office bleaching karbamid peroksida dengan konsentrasi sebesar 35%.3
5. Durasi aplikasi yaitu jumlah waktu aplikasi gel karbamid peroksida 35% terhadap permukaan resin komposit nanofiller, selama 30 menit dan 45 menit.
3.7 Alat dan Bahan
3.7.1 Alat
1. Master model yang terbuat dari logam dengan mould berbentuk lingkaran berdiameter 5 mm dengan ketebalan 2 mm31
Gambar 2. Master model
2. Instrumen plastis31
3. Wadah plastik31
Gambar 4. Wadah plastik
4. Curing unit (Litex 680A, USA)31
Gambar 5. Curing unit
5. Object glass31
6. Chellopane strip31
Gambar 7. Chellopane strip
7. Profilometer(Mitutoyo SJ-201, Japan)28
Gambar 8. Profilometer
8. Sikat gigi berbulu halus (Oral B Pro-Health Massage) 31
9. Kertas pasir
Gambar 10. Kertas pasir
10. Glass slab
Gambar 11. Glass slab
11. Handscoon
3.7.2 Bahan
1. Bahan bleaching (Opalescence® PF), komposisi pada tabel 1.
Tabel 1. Bahan penelitian
No Bahan Merk Kandungan
1. Bleaching gel karbamid peroksida 35% 2. Resin komposit nanofiller Filtek™ Z350 XT,
3M ESPE
1. Bahan bleaching karbamid peroksida 35% (Opalescence® PF) 3
Gambar 12. Karbamid peroksida 35%
2. Resin komposit nanofiller (Filtek™ Z350 XT, 3M ESPE)11
3.8 Prosedur Kerja
3.8.1 Pembuatan Sampel
1. Sampel yang akan dibuat berjumlah 40 sampel, yang akan dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan durasi aplikasi yaitu 30 menit dan 45 menit.
2. Master model yang terbuat dari besi dengan mould berbentuk lingkaran berdiameter 5 mm dan ketebalan 2 mm disiapkan.
3. Glass slab digunakan sebagai alas untuk bekerja. Cellophane strip diletakkan dibagian bawah master model. Kemudian, resin komposit nanofiller dimasukkan dengan instrumen plastis ke dalam mould pada master model. Lalu, letakkan
cellophane strip dan object glass ketebalan 1 mm diatas mould yang telah terisi resin komposit lalu ditekan selama 30 detik.
Gambar 14. Resin komposit dimasukkan ke dalam mould pada master model
4. Resin komposit nanofiller kemudian disinari menggunakan light curing unit
I
II III
Gambar 15. Penyinaran resin komposit
5. Bahan yang berlebih pada sampel dapat dibuang dengan menggunakan kertas pasir.
3.8.2 Pengukuran Kekasaran Permukaan Sebelum Perlakuan
1. Sebelum perlakuan disetiap sampel pada masing-masing kelompok (n=40) dilakukan pengukuran kekasaran permukaan awal.
2. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali pada tiap titik permukaan sampel yang ditandai dengan spidol.
3. Alat dikalibrasi dengan precision reference specimen kemudian sampel diletakkan diatas alas meja profilometer, lalu alat profilometer tersebut dijalankan.
Tanda pada sampel Sampel
4. Kelompok pengukuran pertama dimulai dari arah salah satu tepi permukaan sampel sebagai sudut 0o, kemudian alat dijalankan dan membuat suatu garis lurus melewati titik tengah sampel.
5. Dilakukan tiga kali pengukuran pada permukaan yang sama, kemudian hasil pengukuran dicatat. Selanjutnya, sampel diputar 60o dan dilakukan pengukuran kedua. Lalu, dilanjutkan dengan pengukuran ketiga pada sudut 120o dari garis permukaan pertama. Ketiga rata-rata hasil pengukuran dihitung dengan satuan µm.
Gambar 17. Pengukuran kekasaran permukaan sampel
3.8.3 Perlakuan Pada Tiap Kelompok
1. Gel bleaching karbamid peroksida 35% diaplikasikan pada tiap spesimen kelompok sesuai dengan durasi yang telah ditentukan.
2. Kelompok 1 merupakan kelompok dengan durasi aplikasi selama 30 menit dan kelompok 2 merupakan kelompok dengan durasi aplikasi selama 45 menit.
3. Pada akhir dari prosedur bleaching, spesimen dicuci di bawah air yang mengalir sambil disikat dengan sikat gigi yang berbulu halus.
3.9 Cara Pengumpulan Data
Data didapatkan dari hasil pengukuran kekasaran permukaan menggunakan alat profilometer yang dilakukan pada resin komposit nanofiller yang diaplikasikan gel
bleaching karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 30 menit dan 45 menit.
3.10 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer SPSS. Data yang telah ada disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan analisis statistik untuk melihat perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan setelah diberi aplikasi gel karbamid peroksida 35% dengandurasi aplikasi 30 menit dan 45 menit.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 20 buah untuk masing-masing kelompok perlakuan resin komposit nanofiller setelah satu kali aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 30 menit pada hasil pengukuran terjadi peningkatan kekasaran permukaan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Kekasaran permukaan resin komposit nanofiller pada satu kali aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 30 menit.
Nomor Sampel
Kelompok I (satu kali aplikasi gel karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 30 menit)
Sebelum(µm) Setelah (µm) Perubahan (µm) Persentase (%)
selama 30 menit didapatkan rata-rata (mean) yaitu 0,26785 µm dengan standar deviasi 0,039789 µm. Pada tabel diatas juga dapat dilihat perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit terdapat rata-rata (mean) 0,01530 µm dengan standar deviasi 0,005192 µm. Hal ini membuktikan bahwa terdapat peningkatan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller setelah aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit.
Kekasaran permukaan pada satu kali aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 45 menit pada hasil pengukuran terjadi peningkatan permukaan setelah aplikasi dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kekasaran permukaan resin komposit nanofiller pada satu kali aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 45 menit.
Nomor Sampel
Kelompok II (satu kali aplikasi gel karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 45 menit)
Sebelum(µm) Setelah (µm) Perubahan (µm) Persentase (%)
1 0,164 0,203 0,039 0,24
permukaan resin komposit nanofiller sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% selama 45 menit didapatkan rata-rata (mean) yaitu 0,29540 µm dengan standar deviasi 0,069092. Pada tabel diatas juga dapat dilihat perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% selama 45 menit terdapat rata-rata (mean) 0,02755 µm dengan standar deviasi 0,003086 µm. Hal ini membuktikan bahwa terdapat peningkatan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller setelah aplikasi karbamid peroksida 35% selama 45 menit.
Gambar 18. Grafik pengukuran kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35%.
Untuk mempermudah dalam melihat perbandingan nilai rata-rata persentase perubahan kekasaran permukaan pada kedua kelompok perlakuan dapat digambarkan dalam grafik batang berwarna hijau (gambar 19). Nilai rata-rata persentase perubahan kekasaran permukaan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% pada kelompok I (durasi aplikasi 30 menit) lebih kecil daripada kelompok II (durasi aplikasi 45 menit).
Gambar 19. Grafik pengukuran persentase perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller kelompok I (durasi aplikasi 30 menit) dan kelompok II (durasi 45 menit) sesudah aplikasi karbamid peroksida 35%.
4.2 Analisa Hasil Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas untuk melihat persebaran data yang dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji normalitas data kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% dengan durasi aplikasi 30 menit dan 45 menit.
Tests of Normality
Pada tabel diatas dapat dilihat Asymp. Sig. (2-tailed). Berturut-turut data sebelum aplikasi karbamid peroksida 35% pada durasi aplikasi 30 menit dan 45 menit adalah 0,252 dan 0,172, data sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% pada durasi aplikasi 30 menit dan 45 menit adalah 0,322 dan 0,185. Empat data tersebut lebih besar dari 0,05. Maka, dapat dikatakan data tersebut terdistribusi normal. Karena data terdistribusi normal, maka uji t-paired dapat dilakukan.
Tabel 5. Hasil analisis uji t-paired kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35%.
Kelompok N Rerata kekasaran (Mean ± SD) p, value
Pada kelompok I, hasil analisa uji t-paired didapatkan nilai rata-rata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum aplikasi karbamid peroksida 35% adalah 0,25250 ± 0,039656 µm dan sesudah aplikasi adalah 0,26780 ± 0,039789 µm dan nilai p = 0,0001 (p<0,05), artinya ada perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% secara signifikan.
Pada kelompok II, hasil perhitungan uji t-paired didapatkan nilai rata-rata dan standar deviasi kekasaran permukaan sebelum aplikasi dengan karbamid peroksida 35% adalah 0,26780 ± 0,068133 µm dan sesudah aplikasi adalah 0,29540 ±0,069092 µm dan nilai p = 0,0001 (p<0,05) artinya ada perbedaan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% secara signifikan.
Tabel 6. Hasil analisis statistik uji t-unpaired kekasaran permukaan resin komposit nanofiller setelah aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit dan 45 menit.
Independent Sample Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
BAB 5 PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan didapatkan rata-rata kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35%. Pada kelompok I (durasi aplikasi 30 menit) rata-rata kekasaran permukaan sebelum aplikasi adalah 0,25250 µm dan sesudah aplikasi adalah 0,26785 µm. Pada kelompok II (durasi aplikasi 45 menit) rerata kekasaran permukaan sebelum aplikasi adalah 0,26780 µm dan sesudah aplikasi adalah 0,29540 µm. Hasil analisis statistik uji t-paired diperoleh nilai p = 0,0001 (p<0,05) menunjukkan terdapat perbedaan signifikan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35%.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Moraes RR dkk (2006) menyatakan bahwa
bleaching dengan karbamid peroksida 35% dengan tiga kali frekuensi aplikasi selama 30 menit menyebabkan peningkatan kekasaran permukaan yang signifikan pada resin komposit mikrohibrid.(12)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wang L dkk (2011) yang melakukan percobaan dengan menggunakan bahan in-office bleaching pada resin komposit nanofiller sebanyak empat kali aplikasi selama 10 menit. Wang L dkk (2011) menyatakan bahwa terjadi peningkatan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller setelah aplikasi hidrogen peroksida 35%.(11)
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis statistik uji t-unpaired untuk melihat perbedaan perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller antar kelompok perlakuan. Durasi aplikasi 30 menit untuk kelompok I dan durasi aplikasi 45 menit untuk kelompok II. Kelompok II mengalami peningkatan nilai kekasaran permukaan yang lebih besar dibandingkan kelompok I. Hal ini disebabkan karena semakin lama resin komposit berkontak dengan bahan aktif dalam gel bleaching, semakin besar peningkatan kekasaran permukaan yang terjadi.11
merupakan asam lemah yang menghasilkan radikal bebas oksigen dalam jumlah besar dan sedikit perhidroksil.(6) Radikal bebas yang dihasilkan ini memiliki elektron yang tidak berpasangan dan tidak stabil, yang dapat berikatan dengan molekul organik lain untuk membuatnya stabil. Radikal bebas tersebut memutuskan ikatan karbon siklik yang terdapat pada bisphenol A-glycidyl methacrylate (Bis-GMA), reaksi ini sama dengan reaksi radikal bebas memutus ikatan karbon siklik. Reaksi siklik ini akan berubah menjadi ikatan ganda yang kemudian akan terputus lagi menjadi ikatan tunggal. Proses ini akan terus berlanjut hingga terjadi oksidasi sempurna. Reaksi inilah yang menyebabkan ikatan Bis-GMA menjadi lemah dan terdegradasi. Faktor lain adalah radikal bebas yang memutus rantai siloxane, putusnya rantai siloxane
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Terdapat perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller yang signifikan sebelum dan sesudah aplikasi karbamid peroksida 35% pada kelompok 1 (durasi aplikasi 30 menit) dan kelompok II (durasi aplikasi 45 menit), terjadi peningkatan pada permukaan resin komposit nanofiller.
2. Dengan (p<0,05) maka hipotesis penelitian ditolak yang berarti terdapat perbedaan perubahan kekasaran permukaan resin komposit nanofiller setelah aplikasi karbamid peroksida 35% selama 30 menit dan 45 menit, kelompok I memiliki perubahan kekasaran permukaan yang lebih kecil dibandingkan kelompok II.
6.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok sampel yang lebih besar agar didapat tingkat validitas yang lebih tinggi, sehingga perubahan sifat kekasaran permukaan resin komposit yang diberi aplikasi karbamid peroksida 35% dapat dilihat lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Meizarini A, Rianti D. Bahan pemutih gigi dengan sertifikat ADA/ISO. Majalah Kedokteran Gigi 2005;38(2):73-6.
2. Tarigan R, Tarigan G. Perawatan pulpa gigi (endodonti). Ed 3, Jakarta: EGC, 2013:202-12.
3. Sharafeddin F, Jamalipour GR. Effects of 35% carbamide peroxide gel on surface roughness and hardness of composite resins. Journal of Dentistry 2010;7(1):6-12.
4. Jakfar S. Pengaruh agen aktif bleaching terhadap jaringan keras dan lunak mulut serta bahan restorasi kedokteran gigi. Cakradonya Dent J 2009;2(1):62-9.
5. Margaretha J, Rainti D, Meizarani A. Perubahan warna enamel gigi setelah aplikasi pasta buah stroberi dan gel karbamid peroksida 10%. Material Dental Journal 2009;1(1):16-20.
6. Tjuatja L, Mulyawati E, Halim FS. Perbedaan kekerasan mikro permukaan resin komposit mikrofil dan nanofiller pada penggunaan bahan karbamid peroksida 45% dan hidrogen peroksida 38% secara in office bleaching (penelitian eksperimental laboratoris). J Ked Gi 2011;2(4):264-70.
7. Hendari R. Pemutihan gigi (tooth whitening) pada gigi yang mengalami pewarnaan. Sultan Agung 2009;44:118:65-78.
8. Kamangar SSH, Ghavam M, Mahinfar N, Pourhashemi SJ. Effect of 38% carbamide peroxide on the microleakage of silorane-based versus methacrylate-based comsite restorations. Dent Endod 2014;39(3):172-9.
9. Sulieman M. An overview of bleaching techniques: 3. In-surgery or power bleaching. Dental Update 2005;32:101-8.
11. Wang L, Francisconi LF, Atta MT, Santos JRD, Padre NCD, Fernandes KBP, dkk. Effect of bleaching gels on surface roughness of nanofillerled composite resins. Eur J Dent 2011;5:173-9.
12. Moraes RR, Marimon JLM, Schneidern LFJ, Sobrinho LC, Camacho GB, Bueno M. Carbamide peroxide bleaching agents: effects on surface roughness of enamel, composite, and porcelain. Clin Oral Invest 2006;10:23-8.
13. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials: clinical applications for denetal assistants and dental hygienists. 2nd ed,Missouri: Saunders Elsevier, 2013:81-8.
14. Gandaatmadja D, Mulyawati E, Halim HS, Widyastuti W. Pengaruh perbedaan jenis resin komposit dan konsentrasi bahan hidrogen peroksida pada perubahan kekasaran permukaan resin komposit setelah prosedur in office bleaching. J Ked Gi 2010;1(3):129-34.
15. Adang RAF, Suprastiwi E, Usman M. Pemutihan gigi teknik home bleaching dengan menggunakan karbamid peroksida (sari pustaka). JKG UI, 2006;10:1-11. 16. Walsh LJ. Safety issue relating to the use of hydrogen peroxide in dentistry.
Australian Dental Journal 2000;45(4):257-69.
17. Strassler HE. Vital tooth bleaching: an update. Cont Ed Insert Fall 2006:1-6. 18. Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 9th ed.
Missouri: Mosby Elsevier, 2008:68-83.
19. Anusavice KJ. Phillips’ science of dental materials. 12th Ed, Missouri: Elsevier, 2013:279-85.
20. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed, London: Mosby Elsevier, 2007:99-102.
21. Garcia AH, Lozanno MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Compositer resins. A review of the materials and clinical indications. Medo Oral Patol Oral Cir Bucal 2006;11:215-20.
23. Ferracane JL. Materials in dentistry principal and applications. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2001:85-101, 135-41.
24. Dewi SK, Yuliati A, Munadziroh E. Evaluasi perubahan warna resin komposit hybrid setelah direndam obat kumur. Jurnal PDGI 2012;61(1):5-9.
25. Putriyanti F, Herda E, Soufyan A. Pengaruh saliva buatan terhadap diametral tensile strength micro fine hybrid resin composite yang direndam dalam minuman isotonic. Jurnal PDGI 2012;61(1):43-7.
26. Permatasari R, Usman M. Penutupan diastema dengan menggunakan komposit nanofiller (laporan kasus). Indonesian Journal of Dentistry 2008;15(3):239-46. 27. Mitra SB, Wu D, Holmes BN. An application of nanotechnology in advanced
dental materials. JADA 2003;134:1382-90.
28. Yin CS, Boon LT, Lin SL. Effect of whitening toothpastes on surface roughness of composite resins. Malaysian Dental Journal 2009;30(1):43-8.
29. Dionysopoulos D, Koliniotou-Koumpia E, Gerasimou P, Papadopoulos C. The effect of home-bleaching agents on surface roughness of restorative materials. JSM Dent 2013;1(3):1-5.
30. Hanafiah KA. Percobaan teori & aplikasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003: 94-103.
Lampiran 1 Alur Penelitian
Resin komposit nanofiller
Pembuatan sampel pada mold diameter 5 mm tebal 2 mm (n=40)
Gel bleaching gel bleaching karbamid
peroksida 35% gel bleaching karbamid
Lampiran 2 Hasil pengukuran kekasaran resin komposit nanofiller (µm) Kelompok I (durasi aplikasi 30 menit) sebelum perlakuan
Kelompok I (durasi aplikasi 30 menit) setelah perlakuan
No 1 Rata 1 2 Rata 2 3 Rata 3 Rata
Kelompok II (durasi aplikasi 45 menit) sebelum perlakuan
No 1 Rata 1 2 Rata 2 Rata 3 Rata
Lampiran 3 Analisis data penelitian dengan SPSS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum 30 menit ,119 20 ,200* ,941 20 ,252
45 menit ,152 20 ,200* ,932 20 ,172
Sesudah 30 menit ,118 20 ,200* ,947 20 ,322
45 menit ,157 20 ,200* ,934 20 ,185
a. Lilliefors Significance Correction
T-Test (30 menit)
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum ,25250 20 ,039656 ,008867
Sesudah ,26785 20 ,039789 ,008897
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum - Sesudah -,015350 ,005153 ,001152
Paired Samples Test
Paired Differences
T df Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
T-Test (45 menit)
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum ,26780 20 ,068133 ,015235
Sesudah ,29540 20 ,069092 ,015449
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum - Sesudah -,027600 ,002981 ,000666
Paired Samples Test
Paired Differences
T df Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
T-Test
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.