• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Kerja : Penelitian Pada Karyawan PT.Indogravure

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Kerja : Penelitian Pada Karyawan PT.Indogravure"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN

PRESTASI KERJA

(PENELITIAN PADA KARYAWAN PT. INDOGRAVURE)

Oleh :

SRI RAHMAWANI

NIM : 103070029163

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN

PRESTASI KERJA

(PENELITIAN PADA KARYAWAN PT. INDOGRAVURE)

Oleh :

SRI RAHMAWANI NIM : 103070029163

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

1429 H / 2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI

DENGAN PRESTASI KERJA (

PENELITIAN PADA KARYAWAN

PT. INDOGRAVURE

)

telah diajukan pada sidang munaqosyah

Fakultas Psikologi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 30 Oktober 2008, Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta,

30

Oktober

2008

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota

(4)

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN

PRESTASI KERJA

(PENELITIAN PADA KARYAWAN PT. INDOGRAVURE)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

SRI RAHMAWANI

NIM: 103070029163

Di bawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi. T Solicha, M. Si

NIP. 150 293 234

FAKULTAS PSIKOLOGI

(5)

JAKARTA

1429 H / 2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN

PRESTASI KERJA (PENELITIAN PADA KARYAWAN PT. INDOGRAVURE) telah diajukan pada sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Oktober 2008. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi.

Jakarta, 30 Oktober 2008

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dra. Netty Hartati, M. Si Dra. Zahrotun Nihayah, M. Si

NIP.150 215 938 NIP. 150 238 773

Anggota:

Penguji I Penguji II

Abdul Rahman Shaleh, M. Si Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi. T

NIP.150 293224

Pembimbing I Pembimbing II

(6)

NIP. 150 293 234

MOTTO

“tiada waktu tanpa kerja, tiada waktu tanpa amal.”

“Berikan timbal balik (reward) pada kinerja jika Anda ingin

memberikan motivasi.”

Anda ingin berprestasi?

Tingkatkan motivasi kerja anda

“Rencanakanlah hidup anda dengan akurat,

seperti apa yang anda inginkan, awali dengan niat dan doa,

lakoni dengan penuh keikhlasan,

tutup dengan bersyukur,

sekiranya terjadi penyimpangan,

anda hanya kurang beruntung saja.”

“Kerja keras…!

disertai kecerdasan berfikir dan kejernihan hati

menghantarkan anda menjadi tokoh.”

M. Jafar Hafsah Percikan Kehidupan Sang Birokrat Pustaka sinar harapan, Jakarta, 2004

Tidak mungkin seorang pria hidup bahagia tanpa didampingi

oleh istri yang mulia dan setia.” (Ulama)

(7)
(8)

DEDIKASI

Karya ini ku persembahkan untuk:

ayah (alm) Nisan, mama Iyas,

baba (alm) Wahyu, nyak Isah,

abang-abangkoe Rudi – Roni – Lani - Ade,

kakakkoe Ninie dan suami (a’ Enten),

adik-adikkoe Yoeni – Indah – fajar - Melan & Rafli,

dan seluruh saudara-saudarakoe,

ustadz koe Mulyadi,

Aakoe A’ Yudhi

(9)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi (B) Oktober 2008 (C) Sri Rahmawani

(D) Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Kerja (E) xvii + 96 halaman dan lampiran

(F) Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Faktor yang akan diukur dalam prestasi kerja

didasarkan pada karakteristik prestasi kerja menurut Ranupandojo (2000), terdiri dari empat dimensi yaitu: 1. kualitas kerja2. kuantitas kerja3. dapat tidaknya diandalkandan 4. sikap. Sedangkan motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang akan mengarahkan individu untuk bertingkah laku tertentu dengan tujuan agar dapat mencapai tingkat prestasi tertentu. Faktor yang diukur dalam motivasi berprestasi menurut McClelland (1953) yang dikembangkan oleh Mangkunegara (2005) berdasarkan pada aspek dalam motivasi berprestasi, antara lain: 1). tanggung jawab 2).

mempertimbangkan resiko 3). kreatif – inovatif 4). memperhatikan umpan balik 5). waktu penyelesaian tugas 6). tujuan yang realistik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja pada karyawan khususnya pada karyawan PT. Indogravure. Penelitian ini menggunakan

metode ex post facto dengan pendekatan kuantitatif dan bersifat

korelasional. Sampel penelitian ini adalah karyawan PT. Indogravure pada

bagian kantor. bekerja di bagian, diantaranya administrasi, HRD, IT,

accounting, marketing, purchasing dan umum. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 218 orang. Dari jumlah tersebut yang diambil sebagai sampel penelitian sebanyak 55 orang, 34 orang pada try out pada bagian produksi dan 21 orang pada bagian kantor dan merupakan penelitian sebenarnya. Sampel diambil dengan menggunakan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan

data disusun dengan menggunakan alat ukur berupa skala model Likert,

(10)

Setelah dilakukan uji instrumen, kemudian data diolah dengan uji validitas korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dandidapatkan hasil koefisien reliabilitas skala motivasi berprestasi sebesar 0.835 dengan nilai standar alpha sebesar 0.887 dari 36 item, 27 item valid dan 9 item tidak valid. Sedangkan koefisien

reliabilitas prestasi kerja sebesar 0.924 dengan nilai standar alpha sebesar 0.940 dari 32 item, 27 item valid dan 5 item tidak valid.

Berdasarkan analisis korelasi Pearson terhadap hipotesis yang diajukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja pada karyawan. Karena diketahui nilai korelasi (r hitung) antara motivasi berprestasidengan prestasi kerja menunjukkan angka 0.964 dengan signifikansi 0.000 (sig< 0.05), dimana jika r hitung lebih besar dari r tabel (0.964 > 0.413 ) maka Ha pada

penelitian ini diterima.

Dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi kerja pada karyawan khususnya pada karyawan PT. Indogravure dengan arah yang positif, berarti semakin tinggi motivasi berprestasiseseorang maka semakin tinggi pula prestasi kerjanya. Pada penelitian ini peneliti menyarankan kepada peneliti yang akan melakukan penelitian yang sama sebaiknya mengambil jumlah sampel yang lebih besar dan lebih heterogen agar hasil penelitian yang didapat lebih representatif.

(11)

ABSTRACT

(A) Faculty of Psychology (B) Oktober 2008

(C) Sri Rahmawani

(D) The Correlation of Achievement Motivation with Working Performance. (E) xvii + 96 page with enclosure

(F) Working performance is meaned as working output according to quality and quantity achieved by a person in a period time executing

assignment based on responsibility gave to him. Element measured in working performance based on it characteristic according to

Ranupandojo (2000) consisting of; 1. work quality, 2. work quantity, 3. could rely on or not, 4. attitude. While, measured factor within

achievement motivation according to McClelland (1953) and developed by Mangkunegara (2005) are : 1). responsibility 2). risk consideration 3). creative-innovative 4). observing feed back 5). assignment finishing time 6). realistic goal.

The research was aimed to find out whether any correlation among achievement motivation and working performance specially to PT Indogravure employees. This research was used ex post facto method with correlative quantity approach. Sample has taken from employee in administration, HRD, IT, accounting, marketing, purchasing, and general division, with population amounting 218 person. From it population, only 55 person were taken for sample, 34 person at try out phase in

production division, and 21 person in the office division at the real research phase. Sample was taken by using non probability sampling method with purposive sampling technique. While, collection data was arranged by using Likert model scale as measuring instrument, with five answer choices. In other hand, scale was used in the research is

achievement motivation scale based on McClelland scale (1953) developed by Mangkunegara (2005) and working performance scale based on Ranupandojo scale (2000).

(12)
[image:12.612.120.520.218.580.2]

working performance on employees. It caused correlation value (r count) among achievement motivation and working performance show in 0.964 figure, within 0.000 signification (sig<0.05) which is counted r (r count) bigger than table r (r table) (0.964 > 0.413), so Ha in this research was

accepted.

Thus, it can concluded that there was correlation among achievement motivation and working performance to employees specially in PT Indogravure employee on the positive direction, as high as achievement motivation by a person in line with the working performance. In this condition, researcher suggest to anyone that will make the same type of research to take sample in bigger amount and more heterogeneous in order to get more representative result.

(13)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim… Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Yang Maha Penyayang, Penyabar, Yang Maha Lembut dan

Bijaksana Allah SWT, karena dengan Kasih Sayang-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam kepada Kekasih Allah, Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi tauladan dan motivator untuk seluruh ummatnya hingga akhir zaman.

Skripsi Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Kerja ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan pada program studi Psikologi dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Skripsi ini ditulis berdasarkan

pengetahuan yang berasal dari berbagai literatur, buku-buku bacaan, dan website. Oleh karena itu, jika dalam skripsi ini terdapat tulisan tentang suatu ide atau pikiran yang telah dikemukakan oleh peneliti lain tanpa menyebutkan sumbernya, maka hal itu bukan bermaksud untuk melakukan plagiat, tetapi karena penulis sudah tidak ingat lagi siapa pencetus ide atau pikiran penulis. Jika terjadi hal yang semacam itu, maka penulis memohon maaf yang

sebesar-besarnya karena tidak ada maksud sedikitpun untuk tidak

menghargai orang lain. Seluruh proses dalam upaya untuk menuntut ilmu dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari do’a dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

Ibu Maswanih, Ayah (alm) M. Nisan, kakek (alm) Wayhu dan nenek Aisyah, abang-abangku Rudi dan Teh Juha, Roni dan Teh Erni, Ade Lani dan Mba Yanti, Ade Sandri dan Mba Sri, Kakakku Nini Cahyani dan A’ Enten, adik-adikku Sri Wahyuni, Indah Apriyani, Fajaruddin, Ria Meilani dan Muhammad Rafli Senja Farishwan yang telah memberikan dukungan melalui do’a,

kesabaran, nasihat, motivasi, pengalaman hidup, dan semangat yang selalu ada dalam setiap perjalanan hidup penulis. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan kesabaran yang telah beliau dan mareka berikan.

(14)

Bapak Drs. Sofiandy Zakaria, M. Psi. T., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Solicha, M. Si., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan sebagian ilmunya dan memotivasi penulis dari awal penyusunan skripsi hingga penyelesaian skripsi ini.

Keluarga besar PT. Indogravure, khususnya untuk Ibu Arifah dan Bapak Cahya serta Mba resepsionis yang baik hati. Terima kasih banyak atas kesempatan dan kerjasamanya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penelitian skripsi ini.

Keluarga Ust. Drs. H. A. Mulyadi dan istri, serta keluarga bapak H. Rizal dan istri yang selalu mendo’akan penulis agar ilmu yang telah dipelajari dapat bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, agama, nusa dan bangsa.

Aaku, Yudhi. Terima kasih ya… atas do’a, kesabaran, kasih sayang, semangat, perhatian, kelembutan, kesetiaan dan motivasi yang diberikan hingga hari ini (walaupun aga’ cerewet dikit, hehe…) dan semoga akan tetap begitu. Amin.

Kepada sahabat-sahabatku: Heny, Iin, Ulfa, Iim, Ima, Yasir, Muhajir, Imam, Mhil-dha, Ipoel, Yuris, Yogi, Dwi, Onest, Tika, Itoh, Irma, Wiji, Yudi, Dhobit, dan teman-teman seperjuangan kelas D, serta teman-teman angkatan 2003 . Terima kasih atas do’a, semangat, dan dukungan kalian.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu, yang telah banyak jasanya dalam

memberikan bantuan terhadap penyelesaian penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua saudara, sahabat, teman, guru dan yang lainnya, yang telah memberikan inspirasi dan kearifan dalam memandang motivasi berprestasi dengan prestasi kerja bagi karyawan. Dari mereka itulah penulis belajar memahami dan mempertemukan kebutuhan-kebutuhan karyawan dalam memotivasi diri mereka dan orang lain serta pencapaian prestasi kerjanya. Semoga skripsi yang masih perlu banyak penyempurnaan ini memiliki nilai ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bagi penulisnya dan bermanfaat bagi pembacanya. Dan semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan yang telah dilakukan. Amin…

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Oktober 2008 M

Syawwal 1429 H

(15)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto……... iv

Dedikasi…. ... v

Abstrak….. ... vi

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi…. ... xii

Daftar Tabel.. ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-11 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1.3.1. Pembatasan masalah ... 8

1.3.2. Perumusan masalah ... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Tujuan penelitian ... 9

1.4.2 Manfaat penelitian ... 9

1.5.Sistematika Penulisan ... 10

BAB 2 KAJIAN TEORI ... 12-51 2.1. Prestasi Kerja ... 12

(16)

2.1.2. Aspek-aspek prestasi kerja ... 14

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja .. 18

2.1.4. Prestasi kerja dalam pandangan Islam ... 20

2.2. Motivasi Berprestasi ... 23

2.2.1. Pengertian motivasi berprestasi ... 23

2.2.2. Macam-macam motivasi ... 28

2.2.3. Fungsi motivasi ... 34

2.2.4. Karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi ... 35

2.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi ... 41

2.2.6. Motivasi berprestasi dalam pandangan Islam ... 44

2.3. Kerangka Berpikir ... 47

2.4. Hipotesis ... 51

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 52-72 3.1. Jenis Penelitian ... 52

3.1.1. Pendekatan penelitian ... 52

3.1.2. Metode penelitian ... 52

3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional ... 53

3.2.1. Definisi variabel bebas dan variabel terikat ... 53

3.2.2. Definisi operasional variabel ... 54

3.3. Populasi dan Sampel ... 56

3.3.1. Populasi penelitian ... 56

3.3.2. Sampel penelitian ... 57

3.3.3. Teknik pengambilan sampel ... 57

3.4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.4.1. Metode dan instrumen pengumpulan data ... 58

(17)

3.5. Teknik Analisa Data ... 70

3.6. Prosedur Penelitan ... 71

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA ... 73-90 4.1. Gambaran Umum Responden ... 73

4.1.1. Subjek berdasarkan usia ... 73

4.1.2. Subjek berdasarkan jenis kelamin ... 74

4.1.3. Subjek berdasarkan pendidikan ... 75

4.1.4. Subjek berdasarkan jabatan ... 76

4.1.5. Subjek berdasarkan bagian/bidang ... 77

4.1.6. Subjek berdasarkan lama bekerja ... 78

4.2. Presentasi Data ... 79

4.2.1. Deskripsi statistik ... 79

4.2.2. Deskripsi skor responden ... 79

4.2.3. Uji Persyaratan ... 84

4.2.4. Uji Hipotesis ... 88

4.3. Hasil Hipotesis ... 90

BAB 5 PENUTUP ... 91-96 5.1. Kesimpulan ... 91

5.2. Diskusi ... 93

5.3. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA

(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Pra Uji Instrumen ... 62

Tabel 3.2 Blue Print SkalaMotivasi Berprestasi Pasca Uji Instrumen.. 63

Tabel 3.3 Blue Print Skala Prestasi Kerja Pra Uji Instrumen ... 65

Tabel 3.4 Blue Print Skala Prestasi Kerja Pasca Uji Instrumen... 66

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia ... 73

Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin . 74 Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan... 75

Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan... 76

Tabel 4.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Bagian/Bidang 77 Tabel 4.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Bekerja . 78 Tabel 4.7 Deskripsi Statistik Skor Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Prestasi Kerja ... 79

Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Responden ... 80

Tabel 4.9 Kategori Skor Skala Motivasi Berprestasi... 81

Tabel 4.10 Jumlah Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor Pada Skala Motivasi Berprestasi... 82

Tabel 4.11 Kategori Skor Skala Prestasi Kerja ... 83

Tabel 4.12 Jumlah Responden Berdasarkan Pengkategorian Skor Pada Skala Prestasi Kerja... 84

Tabel 4.13 Uji Normalitas Motivasi Berprestasi ... 86

Tabel 4.14 Uji Normalitas Prestasi Kerja... 87

(19)
[image:19.612.117.517.161.586.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 50

Gambar 4.1 Scatterplot Skala Motivasi Berprestasi ... 86

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Penelitian

Lampiran 3 Skala Motivasi Berprestasidan Skala Prestasi Kerja

Lampiran 4 Try Out Uji Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi

Lampiran 5 Try Out Uji Reliability Skala Prestasi Kerja

Lampiran 6 Data Kontrol

Lampiran 7 Penelitian Uji Reliability Skala Motivasi Berprestasi

Lampiran 8 Penelitian Uji Reliability Skala Prestasi Kerja

Lampiran 9 Uji Normalitas Skala Motivasi Berprestasi

Lampiran 10 Skala Prestasi Kerja

Lampiran 11 Uji Korelasi Skala Motivasi Berprestasi dengan Skala Prestasi

Kerja

Lampiran 12 Data Hasil Try Out Skala Motivasi Berprestasi

Lampiran 13 Data Hasil Try Out Skala Prestasi Kerja

Lampiran 14 Data Hasil Penelitian Skala Motivasi Berprestasi

(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Prestasi kerja perusahaan pada dasarnya merupakan hasil

kerjasama/teamwork dari semua karyawan. Tinggi rendahnya prestasi kerja

karyawan turut menentukan tinggi rendahnya prestasi kerja perusahaan.

Suatu perusahaan yang memiliki prestasi kerja tinggi perlu mempertahankan

bahkan meningkatkan prestasi kerja karyawannya agar dapat memenuhi

tuntutan dunia kerja yang ada. Motivasi berprestasi dari setiap karyawan

diperlukan agar selaras dengan tujuan perusahaan.

Prestasi kerja sendiri dipengaruhi oleh karakteristik individu dan faktor

lingkungan perusahaan, baik suasana kerja, lingkungan fisik maupun

leadership dari pimpinan perusahaan.

Berkaitan dengan itu, prestasi kerja seorang karyawan itu sendiri akan

mengalami perubahan. Dalam kurun waktu tertentu karyawan bisa

menunjukkan prestasi kerja yang baik atau sebaliknya. Atau ada juga

(22)

karyawan lainnya. Hal tersebut bisa terjadi pada setiap karakteristik

pekerjaan baik pada tingkat operasional maupun manajerial (Mangkunegara,

2006).

Satu hal yang cukup jelas memberikan informasi adanya perbedaan prestasi

kerja antar individu adalah perbedaan kemampuan dan keterampilan yang

dimiliki oleh setiap individu. Kemampuan dan keterampilan individu juga

sangat tergantung pada kemampuan intelektual, bakat dan pengalaman yang

berbeda-beda. Untuk mengatasi kekurangan pada faktor ini maka banyak

organisasi yang mengadakan sistem seleksi, training dan sosialisasi

informasi yang sesuai.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah unsur motivasi atau dorongan

yang ada pada diri individu untuk berperilaku termasuk bagaimana

meningkatkan prestasi kerjanya. Motivasi yang ada pada seseorang ini akan

mempengaruhi apakah dia akan mengerjakan setiap tugasnya dengan baik

atau sebaliknya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi diharapkan

mampu memperlihatkan prestasi kerja yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Paling tidak

individu tersebut dapat melihat apakah masalah tertentu dianggap sebagai

(23)

Berkaitan dengan motivasi berprestasi ini, berdasarkan hasil survey awal

yang dilakukan oleh peneliti pada PT. Indogravure (perusahaan yang menjadi

lokasi penelitian) terbukti dengan apa yang mereka kerjakan bisa sesuai

target atau bahkan melebihi target khususnya pada tahun ini. Kondisi ini

disebabkan oleh para karyawan yang memiliki kesadaran untuk memotivasi

diri mereka sendiri untuk mendapatkan prestasi kerja yang baik, ada kerja

sama/teamwork serta ada kejelasan informasi. Yang pasti hal ini akan

mempengaruhi tingkat prestasi kerja pada masing-masing individu.

Sedangkan para atasan sebagai motivator bagi para karyawannya berusaha

agar prestasi kerja karyawannya terus meningkat, perusahaan juga memberikan

reward yang sesuai dengan prestasi kerja yang diberikan karyawan kepada

perusahaan. Tetapi yang menarik adalah bagaimana mempertahankan

bahkan meningkatkatkan apa yang sudah dicapai, yaitu target tersebut bisa

tercapai lebih maksimal lagi.

Fenomena di atas, membutuhkan karyawan yang memiliki prestasi kerja yang

tinggi agar dapat bekerja sesuai dengan pekerjaannya dan ahli di bidangnya.

Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai

dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right

(24)

Perusahaan sebagai lembaga yang mempekerjakan karyawan-karyawannya

yang mencetak karyawan-karyawan yang berprestasi kerja tinggi di

bidangnya, maka tugas pimpinan sebagai posisi terpenting di perusahaan

harus mampu memotivasi karyawan baik secara langsung maupun tidak

langsung dan mengembangkan berbagai upaya agar para karyawan bisa

diintegrasikan secara efektif ke dalam perusahaan yang dipimpinnya. Selain

itu juga pimpinan harus berusaha untuk menyesuaikan diri dengan

perubahan dan perkembangan yang selalu terjadi, dengan cara mengadakan

breefing atau evaluasi kerja setiap satu minggu sekali atau paling tidak satu

bulan sekali. Hal ini ditujukan untuk memotivasi tingkat mengembangkan

kreativitas, meningkatkan prestasi kerja dan profesionalisme para karyawan

dalam bekerja.

Di samping itu, penilaian prestasi kerja yang dilakukan pimpinan bagi para

karyawan akan menimbulkan dampak yang positif bagi karyawan khususnya

dan perusahaan pada umumnya. Hal ini terjadi apabila proses penilaian

tersebut objektif dan mengesampingkan kepentingan pribadi di atas

golongan, pimpinan berupaya untuk memotivasi para karyawan dalam

meningkatkan prestasi kerja mereka dengan cara, adanya tunjangan

fungsional, kenaikan posisi/pangkat di perusahaan, atau dengan cara

memberikan reward (penghargaan) kepada para karyawan yang pantas

(25)

Banyak hal yang dapat menyebabkan peningkatan prestasi kerja seorang

karyawan dalam perusahaan, antara lain: promosi jabatan, pendapatan tiap

bulan, motivasi, minat, sikap, pengetahuan, perhatian pimpinan, tanggung

jawab, kesempatan memperoleh jabatan yang lebih tinggi, kepuasan kerja,

baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.

Teori-teori motivasi yang needs-based bertumpu pada asumsi bahwa

motivasi akan tumbuh jika ada need (kebutuhan) yang dirasakan. Beberapa

teori, seperti Maslow’sneeds hierarchy theory atau hierarki kebutuhan

menurut Maslow tersusun dari bawah ke atas yaitu kebutuhan psichological,

safety, social, self-esteem dan self-actualization. Kaitannya adalah bahwa

karyawan tidak termotivasi jika perusahaan tidak memperhatikan apa yang

dibutuhkannya. Salah satu hierarki yang berkaitan dengan penelitian ini

adalah kebutuhan akan self-actualization (aktualisasi diri), yaitu kebutuhan

untuk mengembangkan diri dan potensi, mengemukakan ide-ide,

memberikan penilaian, kritik dan berprestasi. Dalam hubungannya dengan

kebutuhan ini, pimpinan perlu memberikan kesempatan kepada karyawan

agar mereka dapat mengaktualisasikan diri secara baik dan wajar di

perusahaan. Karena jika kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, pimpinan akan

(26)

Jadi, prestasi kerja seorang karyawan akan lebih baik lagi apabila ditunjang

dengan motivasi berprestasi. Karena motivasi berprestasi merupakan suatu

dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu

kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan

predikat tertentu. Hal ini dikuatkan dengan pendapat McClelland bahwa

motivasi berprestasi (need for achievement) merupakan salah satu

kebutuhan individu. Jadi, motivasi berprestasi pada penelitian ini terkait

kepada kebutuhan dan tujuan pada setiap karyawan di perusahaan.

Karyawan akan mampu mencapai prestasi kerja maksimal jika ia memiliki

motivasi berprestasi tinggi. Motivasi berprestasi yang perlu dimiliki oleh

karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan

kerja. Hal ini karena motivasi berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri

sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri sehingga pencapaian prestasi

kerja akan lebih mudah. Disamping itu lingkungan kerja juga ikut berperan.

Berdasarkan fenomena dan teori serta begitu kompleksnya masalah yang

ada, maka penelitian ini layak untuk diteliti lebih jauh lagi dengan mengajukan

sebuah judul penelitian: “Hubungan Motivasi Berprestasi dengan

(27)

1.2 Identifikasi

Masalah

Dari uraian di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara tingkat motivasi berprestasi dengan

pencapaian prestasi kerja?

2. Apakah motivasi berprestasi yang tinggi diikuti oleh prestasi kerja yang

tinggi?

3. Apakah motivasi berprestasi yang rendah diikuti oleh prestasi kerja yang

rendah?

4. Apakah dengan adanya prestasi kerja karyawan dapat meningkatkan

kualitas kerja perusahaan tersebut untuk menjadi perusahaan yang

unggul?

5. Apakah dengan adanya prestasi kerja, karyawan dapat menciptakan

output yang sesuai dengan harapan atasan yaitu menciptakan

karyawan-karyawan yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan sesuai dengan

keahliannya?

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

(28)

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti

ingin membatasi permasalahan pada hubungan motivasi berprestasi dengan

pencapaian prestasi kerja.

Masing-masing variabel dibatasi sebagai berikut:

1. Motivasi berprestasi, yang di maksud motivasi berprestasi dalam

penelitian ini adalah suatu dorongan yang akan mengarahkan individu

untuk bertingkah laku tertentu dengan tujuan agar dapat mencapai tingkat

prestasi tertentu.

2. Prestasi Kerja, yang di maksud di sini adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan persatuan periode

waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

1.3.2 Perumusan masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

pencapaian prestasi kerja?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

(29)

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui gambaran tingkat pencapaian prestasi kerja pada karyawan

PT. Indogravure.

2. Mengetahui gambaran tingkat motivasi berprestasi pada karyawan PT.

Indogravure.

3. Mengetahui hubungan motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi

kerja pada karyawan PT. Indogravure.

1.4.2 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan salah satu referensi penelitian di bidang Psikologi

terutama yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan industri

organisasi khususnya motivasi berprestasi dan prestasi kerja.

2. Manfaat Praktis

Bagi para pengambil keputusan terutama manajer, hasil penelitian ini

dapat digunakan untuk mengembangkan karyawan dan

mengintegrasikan secara efektif ke dalam perusahaan yang

dipimpinnya. Sedangkan bagi para calon karyawan dan karyawan dapat

dijadikan pedoman dalam bekerja di perusahaan dan memberikan

(30)

prestasi kerja terutama dalam mengambil keputusan atau mengatur

dirinya.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam membahas tema yang diteliti, peneliti membagi

dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Pada BAB ini terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : Kajian pustaka

Pada BAB ini dibahas tentang teori-teori yang berhubungan

dengan masalah yang akan diteliti yaitu prestasi kerja dan

motivasi berprestasi serta kerangka berfikir dan hipotesis.

BAB 3 : Metode penelitian

Pada BAB ini penulis membaginya ke dalam beberapa bagian,

yaitu: jenis penelitian, definisi variabel dan definisi operasional,

populasi dan sampel, instrumen dan teknik pengumpulan data,

dan teknik analisa data serta prosedur penelitian.

(31)

Pada BAB ini diuraikan hasil penelitian yang meliputi: gambaran

umum responden penelitian, presentasi data dan hasil hipotesis.

BAB 5 : Penutup

(32)

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Prestasi

Kerja

2.1.1 Pengertian Prestasi Kerja

Menurut Mangkunegara (2006), pengertian prestasi kerja disebut juga

sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris disebut dengan performance.

Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan pada “prestasi”

dalam bahasa Inggris yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata tersebut

berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa

Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka istilah prestasi kerja disamakan

dengan kinerja.

Menurut Najati (2000), prestasi kerja juga berasal dari bahasa Belanda

(Prestatie) yang memiliki pengertian “apa yang telah diciptakan; hasil belajar;

hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.”

Sedangkan menurut Siagian (1995), istilah kinerja berasal dari kata Job

Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi

(33)

Mangkunegara (2005), pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya.

Menurut Nindyati (2003) pemahaman tentang prestasi kerja tidak bisa

dilepaskan dari pemahaman yang bersifat multidimensional. Kemauan dan

kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan pekerjaan dapat

terlihat dari prestasi kerjanya, dalam usaha penerapan konsep, gagasan, ide

dengan efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan oleh

perusahaan. Tetapi kemampuan ini bukan hanya pada kemampuan

mengelola, tetapi memimpin dan mengaplikasikan semua kemampuan yang

ada dalam dirinya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama

dalam suatu unit perusahaan.

Dengan demikian, prestasi kerja karyawan berarti prestasi atau kontribusi

yang diberikan oleh karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab serta fungsinya sebagai karyawan di perusahaan. Selain itu, prestasi

kerja dibatasi sebagai hasil dari perilaku kerja karyawan yang menunjang

tercapainya output atau prestasi dan berkaitan dengan usaha untuk

(34)

pada perilaku tersebut dipengaruhi antara lain oleh motivasi. (Mangkunegara,

2005)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja

dapat diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang karyawan selama periode waktu tertentu dalam melaksanakan

tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.2 Aspek-aspek prestasi kerja

Menurut Hasibuan (2000), bahwa aspek-aspek yang dinilai dari prestasi kerja

mencakup sebagai berikut:

1. Kesetiaan

Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela

organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yang

tidak bertanggung jawab.

2. Prestasi kerja

Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat

dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaan.

3. Kejujuran

Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi

perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti

(35)

4. Kedisiplinan

Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang

ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan

kepadanya.

5. Kreativitas

Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan

kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih

berdaya guna dan berhasil guna.

6. Kerja sama

Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan

karyawan lainnya secara vertikal dan horizontal di dalam maupun di luar

pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.

7. Kepemimpinan

Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai

pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain

atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.

8. Kepribadian

Penilai menilai karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai,

memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta

(36)

9. Prakarsa

Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal berdasarkan inisiatif

sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan,

mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian

masalah yang dihadapinya.

10. Kecakapan

Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan

menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di

dalam penyusunan kebijaksanaan dn di dalam situasi manajemen.

11. Tanggung jawab

Penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggungjawabkan

kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana

yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.

Unsur prestasi karyawan yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau

perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang

dinilai mencakup seperti hal-hal di atas.

Sedangkan menurut Ranupandojo (2000), pemilihan aspek-aspek yang

digunakan dalam penilaian prestasi kerja merupakan hal yang paling sulit

dan memerlukan pertimbangan yang mendalam dari pihak manajemen

perusahaan. Aspek yang dipilih biasanya berkisar antara 4 sampai

(37)

dipertimbangkan semakin teliti penilaian. Tetapi yang penting adalah,

apakah aspek-aspek tersebut cukup mewakili persyaratan prestasi kerja

yang dinilai.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan dari

Ranupandojo (2000), yaitu ada empat aspek yang biasa dipakai untuk

menilai prestasi kerja yaitu:

1. Kualitas kerja, indikatornya ketepatan, ketelitian, keterampilan,

kebersihan.

2. Kuantitas kerja, indikatornya output, perlu diperhatikan juga bukan hanya

output rutin, tetapi juga seberapa cepat bisa menyelesaikan kerja “ekstra”.

3. Dapat tidaknya diandalkan, indikatornya mengikuti instruksi, inisiatif,

hati-hati, kerajinan.

4. Sikap, indikatornya sikap terhadap perusahaan karyawan lain dan

pekerjaan serta kerja sama.

Jadi, berdasarkan aspek-aspek prestasi kerja di atas sangat penting bagi

seorang karyawan agar dapat memiliki prestasi kerja yang baik yaitu

kerjasama seperti mampu berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dengan

para karyawan lainnya, agar dapat menguasai pekerjaan yang diberikan

kepadanya, menyusun program apa yang akan dikerjakannya, melaksanakan

(38)

baik pula. Dengan demikian kualitas perusahaan yang baik atau sukses akan

dapat diraih.

Dari keempat aspek tersebut, maka ini dijadikan dasar dalam membuat

kuesioner prestasi kerja dalam penelitian ini.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja

Menurut Timpe (1999), faktor-faktor prestasi kerja terdiri dari faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang

dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya, prestasi kerja

seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi dan

seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai prestasi

kerja buruk disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan rendah dan

orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaiki

kemampuannya. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi kerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku,

sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas

kerja, dan iklim organisasi.

Sedangkan menurut Anoraga (2001) pada umumnya orang menganggap

bahwa gaji yang tinggi, pendapat yang tinggi akan mendorong seseorang

(39)

pekerjaan serta lingkungan kerjanya. Selain itu status sosial di masyarakat,

sering kali juga tergantung pada besarnya penghasilan yang diperoleh

seseorang, dan dengan memperoleh penghasilan yang baik akan

memberikan perasaan puas terhadap prestasinya.

Salah satu kebutuhan manusia yang terkuat adalah kebutuhan untuk merasa

berprestasi (sense of achievement), untuk merasa bahwa ia melakukan

sesuatu, bahwa pekerjaannya itu penting. Seseorang yang merasa, bahwa

pekerjaannya itu tidak penting, sering tidak bersemangat dalam

menjalankannya dan sering mengeluh tentang pekerjaannya. Demikian juga

pekerjaan yang menuntut keterampilan yang tinggi, sering lebih memuaskan

karyawan daripada pekerjaan yang hampir tidak membutuhkan keterampilan

apa-apa. Mereka memperoleh kepuasan setelah berhasil menyelesaikan

pekerjaan yang mungkin dapat merenggut nyawa mereka. Kepuasan yang

mereka peroleh adalah kepuasan yang lebih bersifat egoistik. (Anoraga,

2001)

Dapatlah disimpulkan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh motivasi dan

faktor personal lainnya. Dalam penelitian ini hanya akan dikaji peran motivasi

(40)

2.1.4. Prestasi kerja dalam pandangan Islam

Menurut Shihab (2003) kaitannya antara motivasi berprestasi dengan prestasi

kerja. Keduanya saling berkaitan dan saling mendukung satu sama lain.

Dalam pandangan Islam, seseorang yang ingin memperoleh hasil prestasi

kerja yang baik tidak boleh terlepas dari peran tuhannya, Alllah SWT. Seperti

telah ditekankan di atas bahwa prestasi kerja yang baik dihasilkan dari

motivasi berprestasi yang baik pula.

Prestasi kerja seseorang, menurut pandangan Islam tidak hanya seputar

pada masalah pekerjaan, belajar, berkreativitas. Tetapi juga ada nilai

ibadahnya, kemana manusia akan kembali sebenarnya dengan bekal hasil

kerja ibadahnya di dunia. Di dalam surah Al-Jumu’ah ayat 10, Allah SWT

memerintahkan hambanya untuk mencari, berusaha, dan berbuat sekuat

tenaga untuk kepentingan diri khususnya dan kepentingan golongan pada

umumnya. Keseimbangan ini akan menghasilkan prestasi kerja yang baik

untuk dunia dan akhirat.

Dalam pelaksanaannya, manusia sering lupa dan mengabaikan peran

penting tuhannya yang setiap saat mengontrol setiap tingkah laku dirinya.

Manusia juga sering lupa tentang bagaimana prestasi kerja bisa dihasilkan

dengan baik dan sempurna tanpa adanya motivasi yang baik, kesungguhan

(41)

memerintahkan kepada hambanya agar mengutamakan pendekatan diri

kepada tuhannya dengan mengharap hasil yang maksimal.

Sedangkan menurut Al-Maragi (1974) prestasi kerja yang digambarkan oleh

Allah SWT di dalam al-Qur’an surat Hud ayat 61 merupakan hasil dari

motivasi berprestasi. Allah menggambarkannya dengan kemakmuran alam

ini. Kalau saja kita sedikit mengacakan diri kita, kita akan melihat apa yang

telah kita hasilkan dengan motivasi berprestasi dengan prestasi kerja yang

maksimal. Tentu saja jawabannya ada di dalam al-Quran, yakni kemakmuran.

Kemakmuran bisa saja dikatakan sebagai kesuksesan yang ada pada diri

kita. Penempatan diri yang baik, tingkah laku yang baik, bersosialisasi yang

baik merupakan keberhasilan dari usaha kita dalam perubahan diri.

Termasuk alam ini, jika saja kita tidak merusaknya dan mau mengolahnya

dengan motivasi berprestasi dan prestasi kerja yang baik, maka kehidupan di

alam ini akan baik juga. Baik untuk manusia dan baik untuk makhluk yang

menempatkan jagat raya ini. Ketelatenan dalam bekerja, ditambahnya

kedekatannya pada Allah SWT akan membawa kemakmuran.

Pendekatan diri ini kepada tuhannya harus disertai dengan ilmu agama agar

tidak keluar dari jalur yang digariskan. Setelah itu manusia tinggal mensyukuri

(42)

dikerjakan, bumi Allah SWT sangat luas. Manusianyalah yang tinggal berpikir

dengan ilmu dunia dan akhirat dengan apa yang harus dikerjakannya (QS.

Al-Mulk: 15). (Shihab, 2003)

Manusia yang mempunyai motivasi berprestasi yang baik tentu akan

menghasilkan prestasi kerja yang baik pula. Manusia seperti inilah yang

diharapkan Allah SWT dan umat manusia untuk memimpin bumi beserta

isinya. Alhasil, dengan prestasi kerja yang baik ini mereka dapat

memperbaiki, membangun dan mempertahankan kelestarian bumi ini.

Potensi kerja yang bagus sekarang ini banyak sekali dimiliki pada hampir

semua manusia. Tetapi mereka tidak dapat menggunakannya karena

kurangnya ilmu pengetahuan.

Begitu juga pada manusia yang mempunyai prestasi kerja yang baik, banyak

sekali, tetapi mereka hanya bisa saling merusak, menjatuhkan kekuasaan,

berebut kekuasaan karena jauhnya keimanan mereka pada Allah SWT.

Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat

30, “…sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi……”.

Disinilah Allah sangat menginginkan seorang pemimpin dunia yang

mempunyai motivasi berprestasi yang menghasilkan prestasi kerja yang

sempurna. Yang tidak membuat kerusakan di kantor, di rumah tangga, di

(43)

diharapkan dapat berguna untuk kepentingan pribadi, golongan ataupun

umum.

Orang – orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang baik dan prestasi

kerja yang baik pula harus mempunyai rasa tanggung jawab dan solidaritas

yang tinggi, baik itu pada bawahan ataupun pada atasan. Keseimbangan

antara motivasi berprestasi yang baik dengan ibadah kepada Allah ini akan

menghasilkan prestasi kerja yang baik dan terkontrol yang akan membawa

mereka pada kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Shihab, 2002)

2.2 Motivasi

Berprestasi

2.2.1 Pengertian motivasi berprestasi

Untuk mempermudah pemahaman motivasi berprestasi, di bawah ini

dikemukakan pengertian motif, motivasi dan motivasi berprestasi. Menurut

Shaleh dan Nisa (2006), dalam mendefinisikan konsep motivasi ini terdapat

kesulitan, karena seperti telah diungkapkan Atkinson (dalam Shaleh dan

Nisa, 2006), motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih

kontroversial. Konsep motivasi semakin sulit didefinisikan, ketika dalam

pembahasan psikologi terdapat istilah motif yang dalam penggunaannya

(44)

itu digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini

disebabkan karena pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan

secara tegas. Tetapi walaupun masih terdapat kesulitan dalam

mendefinisikan konsep motivasi tersebut, penulis tetap memberikan batasan

pengertian dari motif dan motivasi. Apabila suatu kebutuhan dirasakan

mendesak untuk dipenuhi, maka motif dan daya penggerak menjadi aktif.

Motif yang telah menjadi aktif inilah yang disebut motivasi. Sedangkan

menurut McClelland (1953), berpendapat bahwa: A motive is the learned

result of pairing cues with affect or the conditions which produced affect, yang

berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah

dipelajari dengan ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Menurut

Anoraga (2001), motif adalah yang melatarbelakangi individu untuk berbuat

mencapai tujuan tertentu. Tidak jauh berbeda, menurut Mujib dan Mudzakir

(2002), bahwa yang dimaksud dengan motif adalah daya penggerak dalam

diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu

tujuan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu motif adalah

keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan

motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku seseorang yang

terarah pada pencapaian tujuannya.

Selanjutnya pengertian motivasi menurut McClelland (1953) essentially,

(45)

moves or causes us to behave the way we do. Menurutnya motivasi berarti

pernyataan yang berasal dari dalam diri yang menggerakkan atau

menyebabkan kita bersikap terhadap yang kita lakukan. Sedangkan menurut

Shaleh dan Nisa (2006), istilah motivasi baru digunakan sejak awal abad

kedua puluh. Selama beratus-ratus tahun, manusia dipandang sebagai

makhluk rasional dan intelek yang memilih tujuan dan menentukan sederet

perbuatan secara bebas. Nalarlah yang menentukan apa yang dilakukan

manusia. Manusia bebas untuk memilih, dan pilihan yang ada baik dan buruk,

tergantung pada inteligensi dan pendidikan individu, oleh karenanya manusia

bertanggung jawab terhadap setiap perilakunya. Tetapi motivasi masih dapat

didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku

yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.

Berbeda dengan Mujib dan Mudzakir (2002), banyak istilah yang digunakan

untuk menyebut motivasi (motivation), antara lain kebutuhan (need), desakan

(urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini akan digunakan

istilah motivasi,yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang

yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai tujuan. Tidak jauh berbeda dengan beberapa

pendapat di atas, menurut Handoko (1998), motivasi adalah keadaan dalam

pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Begitupun dengan Uno

(46)

adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang

berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu

lebih baik dari keadaan sebelumnya. Menurut Gadjah Mada University Press

(2005), definisi motivasi mencakup tiga kunci pengertian penting, yaitu usaha,

tujuan organisasi, dan kebutuhan-kebutuhan pribadi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan

dalam diri seseorang yang perlu dipenuhi agar seseorang tersebut dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah

kondisi yang menggerakkan seseorang agar mampu mencapai tujuan dari

motifnya. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan

dorongan dalam diri (drive arousal). McClelland (1953)

Dalam hubungannya dengan prestasi, Menurut McClelland (1953), motivasi

berprestasi adalah “… the desire to do well not so much for the sake of social

recognition or prestige, but to attain an inner feeling of personal

accomplishment…. Success in competition with some standard of

excellence…is our generic definition of n-achievement.” Motivasi berprestasi

merupakan hasil belajar yang di peroleh dari pengalaman emosional,

terutama berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan sesuatu secara

sempurna. Timbulnya motivasi berprestasi adalah dari lingkungan keluarga,

(47)

pendidikan orang tua mempengaruhi pembentukan motivasi berprestasi

anak. Sedangkan menurut Mangkunegara (2005), mengemukakan bahwa

motivasi berprestasi didefinisikan sebagai suatu dorongan dalam diri

seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau tugas

dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi tertentu. Teori ini bermakna

suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas

dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Dari

penelitiannya dapat disimpulkan terdapatnya hubungan yang positif antara

motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, karyawan yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja

tinggi, dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan

karena motivasi berprestasinya juga rendah. Dan ternyata, motivasi

berprestasi seseorang sangat berhubungan dengan dua faktor, yaitu tingkat

kecerdasan (IQ) dan kepribadian. Artinya, orang akan mempunyai motivasi

berprestasi tinggi bila memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian

yang dewasa. Ia akan mampu mencapai prestasi maksimal jika didukung

oleh kedua faktor tersebut. IQ merupakan kemampuan potensi dan

kepribadian merupakan kemampuan seseorang untuk mengintegrasikan

fungsi psiko-fisiknya yang sangat menentukan dirinya dalam menyesuaikan

(48)

Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Munandar (2001), bahwa

orang yang memiliki motivasi berprestasi lebih mengejar prestasi pribadi

daripada imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk melakukan

sesuatu lebih baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

berprestasi adalah suatu dorongan yang akan mengarahkan individu untuk

bertingkah laku tertentu dengan tujuan agar dapat mencapai tingkat prestasi

tertentu. Mangkunegara (2005)

2.2.2 Macam-macam motivasi

Menurut Shaleh dan Wahab (2004), motivasi di bagi ke dalam dua macam,

yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk

motivasi yang di dalamnya terdapat aktivitas kerja yang dimulai dan

diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak

terkait dengan aktivitas kerjanya. Karyawan termotivasi untuk bekerja

(49)

keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, jabatan yang tinggi atau

hadiah dan sebagainya. Jadi memang motivasi intrinsik itu muncul dari

kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar

simbol/atribut dan seremonial.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa

motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Sebab kemungkinan

besar keadaan karyawan itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin

komponen-komponen lain dalam proses bekerja ada yang kurang menarik

bagi karyawan, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. Motivasi

berprestasi dikatakan ekstrinsik bila karyawan menempatkan tujuan

pekerjaannya di luar faktor-faktor situasi bekerja. Karyawan bekerja

karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang

dikerjakannya. Misalnya untuk mencapai prestasi kerja tinggi, jabatan,

kehormatan dan sebagainya.

Berbeda dengan Shaleh dan Wahab (2004), menurutnya jika melihat kajian

tentang manusia, yang terdiri dari dua unsur, yaitu: fisik dan psikis, maka

pembagian motivasi cukup ada dua yaitu motivasi Fisiologis dan motivasi

psikis yang mencakup motivasi spiritual. Memang, motivasi spirituallah yang

(50)

motivasi spiritual dapat dirasakan. Seperti diungkapkan Lindzy (dalam Shaleh

dan Wahab, 2004), dorongan yang berhubungan dengan aspek spiritul dalam

diri manusia selalu ada, seperti dorongan untuk beragama, kebenaran dan

keadilan, benci terhadap kejahatan, kebatilan dan kezaliman. Menurut

Maslow kebutuhan spiritual manusia merupakan kebutuhan alami yang

integritas perkembangan dan kematangan kepribadian individu sangat

tergantung pada pemenuhan kebutuhan tersebut.

Sedangkan menurut McClelland (1953), dalam studi motivasinya

mengemukakan bahwa produktivitas seseorang sangat ditentukan oleh “virus

mental” yang ada pada dirinya. Virus mental adalah kondisi jiwa yang

mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal.

Virus mental yang dimaksud terdiri dari tiga dorongan kebutuhan, yaitu:

1. Need for Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang

merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan

masalah. Seorang karyawan yang mempunyai kebutuhan akan

berprestasi tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan

untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik

daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih

(51)

2. Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan

dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang

lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan

refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh

terhadap orang lain.

Menurut Yukl (2005), seorang karyawan yang memiliki kebutuhan akan

berprestasi akan memperoleh kepuasan dari pengalamannya menyelesaikan

tugas yang sukar, memperoleh standar keunggulan, atau mengembangkan

cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu. Karyawan yang demikian

lebih menyukai tugas yang keberhasilan nya tergantung pada usaha serta

kemampuan mereka sendiri daripada atas dasar faktor kebetulan yang

berada di luar kendali mereka, atau pada usaha kelompok. Mereka lebih

menyukai suatu pekerjaan yang di dalamnya mereka dapat melakukan

inisiatif individual untuk memecahkan masalah. Mereka menginginkan umpan

balik yang sering dan konkret atas prestasi kerja mereka. Seorang karyawan

yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi khususnya memperhatikan

masalah yang disukai dan diterimanya dan amat peka akan isyarat yang

memberi petunjuk tentang penolakan atau sikap bermusuhan kepada orang

lain. Jenis karyawan ini ingin mencari interaksi sosial dengan kawannya, dan

(52)

kawan sekerjanya bersahabat dan bekerja sama. Sebaliknya, karyawan yang

memiliki kebutuhan untuk afiliasi yang rendah cenderung akan menjadi

seorang penyendiri, menghindari kegiatan sosial dan merasa tidak nyaman

bila diminta untuk mengunjungi pesta atau resepsi. Karyawan yang memiliki

kebutuhan tinggi akan kekuasaan menemukan kepuasan besar dalam

melaksanakan pengaruh atas sikap, emosi, dan perilaku orang lain. Jenis

karyawan seperti ini akan senang bila menang dalam suatu argumentasi,

mengalahkan seorang lawan, menghilangkan saingan atau musuh, dan

mengatur kegiatan sebuah kelompok. Mereka biasanya mencari posisi

kewenangan (misalnya seorang manajer, administrator, pejabat publik,

perwira polisi, pengacara, perwira militer) yang di dalamnya mereka dapat

menjalankan pengaruh dan mengatur kegiatan orang lain. Sebaliknya

karyawan yang mempunyai kebutuhan yang lemah akan kekuasaan tidak

besar kemungkinannya akan tegas, dan mereka bisa secara jujur percaya

bahwa tidaklah pantas untuk memberitahukan kepada orang lain mengenai

apa yang harus mereka lakukan.

McClelland dan para koleganya menemukan bahwa seorang karyawan yang

memiliki “orientasi kekuasaan sosial” memiliki pengendalian diri yang kuat

dan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan akan kekuasaan dalam cara

yang dapat diterima secara sosial, seperti mempengaruhi orang lain untuk

(53)

mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri mereka. Sebaliknya,

orang yang memiliki “orientasi kekuasaan pribadi” termotivasi untuk

memenuhi kebutuhan akan kekuasaan dalam cara yang egois dengan

mendominasi orang lain dan menggunakan kekuasaan untuk memenuhi

keinginan hedonistisnya. Secara umum, hasilnya mendukung dalil bahwa

pola kebutuhan optimal bagi efektivitas manajerial dalam organisasi besar

termasuk suatu orientasi kekuasaan sosial yang kuat, suatu kebutuhan akan

berprestasi yang cukup tinggi serta kebutuhan akan afiliasi yang relatif lebih

rendah. Kebutuhan akan berprestasi terlihat menjadi motif yang paling

penting untuk memprediksikan prestasi bagi para karyawan-pemimpin/pemilik

dari binis kecil. Tentu saja, prestasi dalam menumbuhkan sebuah bisnis baru

bergantung pada kemampuan serta motivasi. Ketiga kebutuhan (n-ach, n-aff,

n-pow) bersifat saling tergantung dan berpengaruh dalam diri individu untuk

mencapai tujuan, baik tujuan-tujuan pribadi maupun organisasinya.

Menurut Anoraga (2001), pada umumnya karyawan yang dibutuhkan oleh

perusahaan adalah karyawan yang bekerja dengan motivasi yang tinggi. Ada

perbedaan antara karyawan yang bermotif (motivated) untuk bekerja dengan

karyawan yang bekerja dengan motivasi yang tinggi. Karyawan yang bermotif

untuk bekerja, ia bekerja hanya karena harus memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya yang vital bagi diri dan keluarganya seperti untuk

(54)

memperoleh pergaulan yang menyenangkan. Baginya pekerjaan yang

menyenangkan dan menarik, belum tentu memberikan kepuasan baginya

dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sedangkan karyawan yang bekerja

dengan motivasi yang tinggi adalah karyawan yang merasa senang dan

mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya. Ia akan lebih berusaha untuk

memperoleh hasil yang maksimal dengan semangat yang tinggi, serta selalu

berusaha mengembangkan tugas dan dirinya. Dalam berbagai literatur

manajemen mutakhir, telah diungkapkan secara pasti, bahwa tugas

memotivasi karyawan pada dasarnya adalah mengefektifkan sumber daya

manusia untuk mencapai hasil.

2.2.3 Fungsi motivasi

Menurut Shaleh dan Nisa (2006), fungsi motivasi memiliki tiga komponen

pokok, yaitu:

1. Menggerakkan; dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada

individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan

kecenderungan mendapat kesenangan.

2. Mengarahkan; berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan

demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu

(55)

3. Menopang; artinya motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang

tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah

dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Sedangkan karyawan yang bekerja dengan motivasi yang tinggi adalah

karyawan yang merasa senang dan mendapatkan kepuasan dalam

pekerjaannya. Ia akan lebih berusaha untuk memperoleh hasil yang

maksimal dengan semangat yang tinggi, serta selalu berusaha

mengembangkan tugas dan dirinya. Salah satu fungsi motivasi adalah untuk

meraih prestasi, maka McClelland (1953) merumuskan tiga motivasi

berdasarkan kebutuhan, salah satunya ialah motivasi berprestasi, seperti

yang sudah penulis jelaskan di atas.

2.2.4 Karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi

McClelland (1953), mengemukakan enam karakteristik orang yang

mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2. Berani mengambil dan memikul resiko.

3. Memiliki tujuan yang realistik.

4. memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi

(56)

5. Memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang

dilakukan.

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

diprogramkan.

McClelland (www.david mccleland achievement motivation needs theory),

juga mengusulkan karakteristik dan perilaku lain dalam motivasi berprestasi,

yaitu:

1. Menganggap prestasi lebih penting dibandingkan balasan keuangan

2. Pencapaian tujuan memberi kepuasan lebih besar dibandingkan balasan

atau pengakuan

3. Balasan materi merupakan ukuran sukses, bukan akhir dari sukses

4. Keamanan dan status bukanlah motivasi utama

5. Balasan jasa itu penting, karena bisa menjadi ukuran sukses, bukan

sebagai alasan pengakuan (balasan harus setimpal, mencukupi dan

pantas)

6. Orang yang memiliki motivasi prestasi terus mencari peningkatan dan

cara untuk terus lebih baik

7. Orang yang memiliki motivasi prestasi akan memilih pekerjaan dan

tanggung jawab yang sesuai kebutuhan mereka, dengan fleksibilitas dan

kesempatan untuk menetapkan dan mencapai tujuannya, misalkan

(57)

Sedangkan menurut Edward Murray (dalam Mangkunegara, 2005),

berpendapat bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.

2. Melakukan sesuatu untuk mencapai kesuksesan.

3. Menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan.

4. Berkeinginan menjadi orang yang terkenal atau menguasai bidang

tertentu.

5. Melakukan pekerjaan yang sukar dengan hasil yang memuaskan.

6. Mengerjakan sesuatu yang sangat berarti.

7. Melakukan sesuatu yang lebih baik daripada orang lain.

8. Menulis novel atau cerita yang bermutu.

Berdasarkan pendapat McClelland dan Edward Murray, dapat dikemukakan

bahwa karakteristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi,

antara lain:

1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.

2. Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik

serta berjuang untuk merealisasikannya.

3. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil

(58)

4. Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil

yang memuaskan.

5. Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang

tertentu.

Sedangkan karakteristik karyawan yang motivasi berprestasinya rendah

dapat dikemukakan, antara lain:

1. Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu

pekerjaan atau kegiatan.

2. Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan

yang realistik, serta lemah melaksanakannya.

3. Bersikap apatis dan tidak percaya diri.

4. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan.

5. Tindakannya kurang terarah pada tujuan. (Mangkunegara, 2005)

Dari penjabaran mengenai karakteristik individu di atas, menurut McClelland

(1987) menyimpulkan adanya enam aspek utama yang membedakan tingkat

motivasi berprestasi individu. Keenam aspek itu adalah sebagai berikut:

1. Tanggung jawab

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merasa dirinya

bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya. Ia akan berusaha

untuk menyelesaikan setiap tugas yang dilakukan dan tidak akan

(59)

dikarenakan individu akan merasa berhasil bila telah menyelesaikan tugas

dan gagal bila ia tidak dapat menyelesaikannya. Sedangkan pada individu

yang memiliki motivasi berprestasi rendah, tampak hal yang berbeda.

Mereka kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakannya.

Bila mengalami kesukaran dalam mengerjakan, mereka akan

menyalahkan hal-hal di luar dirinya, seperti tugas yang terlalu banyak,

tugas terlalu sukar, sebagai penyebab ketidak berhasilan mereka dalam

menyelesaikan tugas itu.

2. Mempertimbangkan resiko

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi mempertimbangkan resiko

yang akan dihadapinya sebelum memulai suatu pekerjaan. Ia akan

memilih tugas dengan derajat kesukaran sedang, yang menantang

kemampuannya untuk mengerjakan namun masih memungkinkannya

untuk berhasil menyelesaikan dengan baik. Sedangkan individu dengan

motivasi berprestasi rendah, akan memilih tugas yang sangat mudah

ataupun yang sangat sukar. Pemilihan ini dilakukan dengan alasan tugas

yang sangat mudah akan pasti mendatangkan keberhasilan. Sedangkan

tugas yang sangat sukar, akan menyebabkan kegagalan, dimana dirinya

tidak dapat disalahkan karena kegagalan itu.

3. Kreatif – inovatif

Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif,

(60)

seefektif mungkin. Ia tidak menyukai pekerjaan rutin dengan pekerjaan

yang sama dari waktu ke waktu. Bila dihadapkan pada tugas yang bersifat

rutin, ia akan berusaha mencari cara lain untuk menghindari rutinitas

tersebut namun tetap dapat menyelesaikan tugasnya itu. sedangkan

individu dengan motivasi berprestasi yang rendah, menyukai pekerjaan

yang berstruktur dimana ia tidak harus menentukan sendiri apa yang

harus dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Mereka kurang

dapat menemukan cara sendiri untuk menyelesaikan tugas. Pekerjaan

yang rutin sangat disukai karena mereka tinggal mengerjakan tugas yang

telah secara jelas menunjukkan apa yang harus dikerjakan.

4. Memperhatikan umpan balik

Pada individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi, pemberian umpan

balik atas hasil kerja yang telah dilakukan sangat disukai. Umpan balik

yang diberikan ini selanjutnya akan diperhatikan dan dilaksanakan untuk

perbaikan hasil kerja yang akan datang. Sebaliknya, individu dengan

motivasi berprestasi rendah, tidak menyukai pemberian umpan balik ini,

karena akan memperlihatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Ia

tidak mau memperhatikan umpan balik yang diberikan sehingga akan

mengulangi kesalahan yang sama dalam tugas mendatang.

5. Waktu penyelesaian tugas

Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha

(61)

mungkin. Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi yang rendah

kurang tertantang untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin, sehingga

cenderung memakan waktu yang lama, menunda-nunda dan tidak efisien.

6. Memiliki tujuan yang realistik

Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan berusaha

menyesuaikan waktu pada setiap tugas agar hasil tugas dapat diperoleh

secara maksimal. Sedangkan individu dengan motivasi berprestasi yang

rendah kurang dapat menyesuaikan waktu pada setiap tugas yang

di

Gambar

figure, within 0.000 signification (sig<0.05) which is counted r (r count)
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir..................................................
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Blue Print Skala Tabel 3.1 Motivasi Berprestasi Pra Uji Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab

Bahwa kinerja pegawai adalah prestasi kerja atau hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai pegawai persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya

Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan.. tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

Menurut Mangkunegara (2000), kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

Defenisi lain mengatakan bahwa prestasi kerja merupakan hasil secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai atau karyawan dalam

Dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai karyawan persatuan periode waktu