JENIS DAN KUALITAS NUTRISI PAKAN DI PETERNAKAN
RAKYAT KUNAK CIBUNGBULANG BOGOR SEBAGAI
DASAR PENYUSUNAN FORMULASI RANSUM
YESI DESTIANINGSIH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Jenis dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat KUNAK Cibungbulang Bogor sebagai Dasar Penyusunan Formulasi Ransum adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
ABSTRAK
YESI DESTIANINGSIH. Jenis dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat KUNAK Cibungbulang Bogor sebagai Dasar Penyusunan Formulasi Ransum. Dibimbing oleh DESPAL dan LUKI ABDULLAH.
Penelitian telah dilakukan untuk mengindentifikasi jenis pakan yang digunakan peternak anggota KPS Cibungbulang Bogor dan mengetahui kandungan nutrisi pakan sebagai dasar penyusunan formulasi ransum. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan jenis dan kualitas pakan yang diberikan peternak dan uji T digunakan untuk membandingkan kualitas hijauan dan limbah pertanian pada musim kemarau dan musim hujan. Jenis hijauan yang digunakan di KUNAK antara lain rumput lapang, rumput taiwan, rumput raja, rumput hawaii, jerami padi, kulit jagung, dan limbah pasar kol. Konsentrat yang digunakan antara lain, ampas tahu, ampas tempe, dedak padi, dan campuran konsentrat. Hasil formulasi berdasarkan rataan performa sapi laktasi menggunakan pakan yang ada, terdiri dari rumput Taiwan 48%, konsentrat A Bogor 18%, rumput lapang 10%, dedak padi 10% dan ampas tempe 14%. Formulasi ransum mengandung 16.5% PK, 21.5% SK, 70.6% TDN, 0.45% Ca, dan 0.28% P.
Kata kunci: formulasi pakan, jenis hijauan, musim, nutrisi pakan
ABSTRACT
YESI DESTIANINGSIH. Type and Quality of Nutrition Feed in KUNAK Cibungbulang Bogor as a Basis for Preparation Feed Formulation. Supervised by DESPAL and LUKI ABDULLAH.
The research was aimed to identify type of feed that used by farmers in Cibungbulang Bogor and find out nutritional content as basis for formulation of feed rations. This study uses descriptive analysis to describe type and quality of feed used and T-test were used to compare quality of forage and agricultural waste in dry season and the rainy season. Type of forage used in KUNAK among others field grass, grass taiwan, king grass, hawaii grass, rice straw, corn husk, and cabbage waste. Concentrates used are tofu, tempe waste, rice bran, and concentrates. Formulation results based on the average performance of lactating cows using available feed, consisted of Taiwan grass 48%, and concentrates A from Bogor 18%, field grass 10%, rice bran 10% and 14% tempe waste. Formula contained 16.5% CP, 21.5 CF%, 70.6% TDN, 0.45% Ca and 0.28% P.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
JENIS DAN KUALITAS NUTRISI PAKAN DI PETERNAKAN
RAKYAT KUNAK CIBUNGBULANG BOGOR SEBAGAI
DASAR PENYUSUNAN FORMULASI RANSUM
YESI DESTIANINGSIH
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Jenis dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat KUNAK Cibungbulang Bogor sebagai Dasar Penyusunan Formulasi Ransum Nama : Yesi Destianingsih
NIM : D24090014
Disetujui oleh
Dr Despal, SPt MScAgr Pembimbing I
Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah Kualitas Nutrisi Pakan, dengan judul Jenis dan Kualitas Nutrisi Pakan di Peternakan Rakyat KUNAK Cibungbulang Bogor.
Tema ini dipilih karena kandungan nutrisi pakan khususnya pada sapi perah sangat penting untuk diperhatikan mengingat pengaruhnya terhadap peningkatan performa ternak. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis pakan yang diberikan oleh peternak di daerah Kawasan Usaha Peternakan Sapi perah Cibungbulang Bogor serta menghasilkan tabel kandungan nutrisi pakan agar peternak dapat memformulasi pakan yang sesuai dengan jenis pakan yang ada dan dihitung berdasarkan bobot badan dan produksi susu sapi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi peternak kecil, pembaca dan penulis.
Bogor, Januari 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 2
Bahan 2
Alat 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Prosedur Percobaan 3
Rancangan dan Analisa Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Penggunaan Hijauan Pakan dan Konsentrat 6
Kandungan Nutrien Pakan 8
Hubungan Analisis Proksimat dan Mineral Pakan dengan Fermentabilitas,
Kecernaan, Metabolisme dan NEl 16
Penyusunan Formulasi Ransum 17
SIMPULAN DAN SARAN 18
Simpulan 18
Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 32
DAFTAR TABEL
1 Komposisi nutrien hijauan dan limbah pertanian musim kemarau dan
hujan berdasarkan % bahan kering 9
2 Komposisi nutrien ampas tahu, dedak padi dan konsentrat
berdasarkan % bahan kering 10
3 Kandungan mineral Ca dan P pakan 12
4 Kadar fermentabilitas dan kecernaan 14
5 Partisi energi pakan 16
6 Persamaan regresi hijauan rumput, limbah pertanian dan limbah
sayur pasar 16
7 Persamaan regresi bahan baku konsentrat dan konsentrat 17
8 Formulasi pakan sapi perah 17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Komposisi larutan buffer gas test (Close and Menke 1986) 21
2 Tabel kandungan nutrien pakan 22
3 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan fermentasi dan kecernaan pakan pada hijauan, limbah pertanian
dan limbah sayur pasar (N = 7) 28
4 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan fermentasi dan kecernaan pakan pada bahan baku konsentrat dan
konsentrat (Mako) (N = 15) 29
5 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan metabolisme pakan dan NEl pada hijauan, limbah pertanian dan
limbah sayur pasar (N = 7) 30
6 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan metabolisme pakan dan NEl pada pada bahan baku konsentrat dan
22
PENDAHULUAN
Sapi perah merupakan hewan ternak yang menghasilkan susu sebagai produk utamanya. Susu merupakan bahan makanan bergizi yang kaya akan protein hewani. Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, perbaikan ekonomi, dan tingkat kesadaran kebutuhan gizi masyarakat yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Konsumsi susu masyarakat Indonesia baru mencapai 15.97 liter per kapita pada tahun 2011 (Iwantoro 2012). Angka ini masih sangat rendah dibandingkan India yang mencapai 42.8 liter per kapita, Malaysia dan Filipina 22.1 liter per kapita, dan Thailand 31.7 liter per kapita (FAO 2011). Produksi susu sapi dalam negeri sampai saat ini baru mencapai sekitar 679 ribu ton per tahun dan dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta jiwa hanya mampu memenuhi 26 persen kebutuhan konsumsi susu nasional (BPS 2011). Iklim tropis Indonesia dengan lahan dataran rendahnya merupakan tantangan bagi pengembangan usaha peternakan sapi perah. Kondisi iklim tersebut mempunyai pengaruh terhadap ketersediaan air bagi pemeliharaan sapi, berkurangnya hasil produksi pakan ternak, dan percapatan penurunan kualitas susu. Sapi perah membutuhkan air dalam jumlah yang cukup banyak karena air merupakan komponen terbesar (87%) dari produk susu. Karena itu, kombinasi temperatur dan kelembaban udara di daerah tropis perlu diperhatiakan untuk menentukan daerah yang sesuai bagi sapi perah sehingga sapi perah dapat berproduksi secara optimal (Reksohadiprodjo, 1981).
Berdasarkan data Direktorat Jendral Peternakan (2012), populasi sapi perah berjumlah 597.21 ribu ekor dan produksi susu sebanyak 974.69 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa populasi dan produktivitas sapi perah di Indonesia masih sangat rendah. Seiring dengan meningkatnya permintaan susu, produksi susu di Indonesia hendaknya lebih banyak mencukupi permintaan konsumen. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan asupan nutrisi yang mencukupi dan berkualitas baik agar populasi dan produktivitas sapi perah meningkat. Untuk mendapatkan asupan nutrisi yang mencukupi dan berkualitas, diperlukan pakan yang dapat memenuhi nutrisi sapi, khususnya hijauan yang lebih banyak dikonsumsi oleh sapi perah. Rumput gajah atau napier grass merupakan andalan penyediaan hijauan pakan untuk sapi perah di Indonesia yang memiliki kandungan protein kasar (PK) dan energi tercerna yang diekspresikan sebagai total digestible nutrient (TDN) sebesar 8.69% dan 52.4% (Despal et al. 2011). Untuk pemenuhan kebutuhan dasar serat efektif, maka komponen hijauan dalam ransum sapi perah tidak boleh kurang dari 30% pada sapi berproduksi tinggi (sapi yang baru di impor atau sapi pada awal laktasi). Mengambil contoh sapi perah berbobot badan 450 kg, produksi susu 15 kg (4% FCM) saja, komponen tersebut hanya dapat memenuhi 16.2% dan 21% dari kebutuhan PK dan TDN sapi tersebut (NRC 2000). Perlu penambahan konsentrat berkualitas tinggi dalam jumlah banyak.
2
sapi Friesian Holstein (FH) akan menurun pada suhu kritis 21 sampai 27oC sehingga dengan suhu daerah KUNAK yang berkisar antara 20 sampai 31oC akan mengakibatkan produksi susu sapi FH tidak optimal (Williamson dan Payne 1993). Topografi wilayah KUNAK Cibungbulang berupa dataran dan perbukitan. Keadaan tanah yang masih subur memungkinkan penggunaan lahan untuk penanaman hijauan makanan ternak dan pertanian.
Untuk mengetahui kualitas hijauan dan konsentrat di daerah tersebut dapat dilakukan beberapa analisis. Analisis yang dapat dilakukan yaitu analisis proksimat, analisis mineral dan analisis kecernaan in vitro. Pengukuran kandungan nutrisi dan kecernaan bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan informasi kandungan nutrien pakan lokal sebagai dasar formulasi ransum yang lebih akurat dan menggantikan tabel komposisi pakan dari luar negeri yang selama ini dipakai dan kurang relevan. Hingga saat ini belum banyak tersedia informasi mengenai kandungan nutrisi pakan yang digunakan peternak di KUNAK. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi pakan yang dapat memenuhi kebutuhan sapi perah berproduksi tinggi sehingga dapat dibuat formulasi ransum yang sebaik mungkin agar produksi susu sapi perah Indonesia dapat meningkat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi jenis-jenis pakan yang digunakan peternak anggota KPS di KUNAK Cibungbulang, menganalisis kandungan nutrisi pakan tersebut sehingga dapat diformulasikan kebutuhan ternak berdasarkan kondisi nyata yang ada. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu peternak di KUNAK yang memiliki keterbatasan kemampuan dalam menganalisis pakan dan menyusun ransum.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan yang digunakan adalah 135 ekor sapi milik 20 peternak, sampel yang dianalisis adalah sampel hijauan rumput, limbah pertanian, bahan baku konsentrat, dan konsentrat sebagai pakannya. Seluruh sampel yang diambil dalam bentuk segar tanpa proses penyimpanan lebih dari 1 hari.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya, kuisioner untuk peternak, timbangan, botol sampel susu, plastik besar untuk sampel hijauan, label, pita ukur, peralatan analisis proksimat, analisis mineral, dan analisis kecernaan in vitro.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3 Laboratorium dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan April sampai Juni 2013. Analisis Pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Kimia FMIPA, dan PAU IPB.
Prosedur Percobaan
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu survey lapang, analisis laboratorium dan penyusunan formulasi ransum.
Survei Lapang
Tahap pertama ini menggunakan metode survei. Metode survei dilakukan dengan cara mengambil informasi atau data dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.
Analisis Laboratorium
1. Analisis Proksimat (Metode AOAC 1988)
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada survei lapang akan diperoleh pakan yang paling sering dan banyak digunakan oleh peternak KUNAK. Sampel pakan yang ada dikoleksi untuk analisis proksimat dan diperoleh hasil analisis kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Bahan kering, bahan organik, bahan organik tanpa nitrogen, karbohidrat, Beta-N dihitung dengan cara pengurangan dari kandungan nutrien yang sudah dianalisis. Hasil TDN hijauan, limbah pertanian, dan bahan baku konsentrat didapatkan dengan cara dihitung menggunakan rumus TDN seperti yang digunakan oleh Hartadi et al. (1980), sedangkan untuk campuran konsentrat menggunakan rumus TDN seperti yang digunakan oleh Wardeh (1981).
2. Analisis Mineral
Analisis mineral yang dilakukan, yaitu analisis kalsium dan fosfor. Sebelum melakukan analisis kalsium dan fosfor, dilakukan preparasi sampel (Reitz et al. 1987) terlebih dahulu. Analisis kalsium dilakukan dengan menggunakan AAS (Spektrofotometer Serapan Atom) sesuai dengan AOAC (2003). Analisis fosfor dilakukan dengan Metode Taussky dan Shorr (1953) menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm.
3. Analisis In vitro
Prosedur Pengujian Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Bahan Organik (KCBO) dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963). Konsentrasi NH3 diukur dengan menggunakan metode Mikrodifusi Conway (Department of
Dairy Science University of Wisconsin 1969). VFA diukur dengan menggunakan teknik destilasi uap (Department of Dairy Science University of Wisconsin 1969). Konsentrasi NH3 dihitung berdasarkan rumus berikut :
[NH3] (mM) = volume titrasi (ml) x N H2SO4 x 1000
4
Sedangkan untuk menghitung konsentrasi VFA digunakan rumus berikut: [VFA total] (mM) = (a-b) x N HCl x 1000/5
Keterangan: a = volume titran blangko b = volume titran sampel
Pengukuran KCBK dan KCBO dihitung berdasarkan rumus:
KCBK (%) = BK sampel (g) - (BK residu (g) - BK blanko (g)) x 100 %
BK Sampel
KCBO (%) = BO sampel (g) - (BO residu (g) - BO blanko (g)) x 100 %
BO Sampel
4. Prosedur Pengukuran Gas Test (Close dan Menke 1986)
Sebelum melakukan pengukuran Gas Test dilakukan terlebih dahulu pembuatan larutan media gas tes (Lampiran 1) dan persiapan sampel gas test. Sampel pakan yang digunakan untuk gas tes sebanyak 0.23 gram dan dimasukkan kedalam syringe. Sebanyak 30 ml campuran cairan rumen dan media (buffer) dimasukkan ke dalam syringe menggunakan spoit. Udara yang ada di dalam syringe dikeluarkan dan klep syringe ditutup. Posisi piston pada waktu sebelum inkubasi dicatat (Gb0). Syringe diinkubasi dalam waterbath selama 48 jam dan pencatatan posisi piston dilakukan pada jam ke 2, 4, 6, 8, 12, 24, dan 48. Nilai FH dan FC didapatkan dari pembagian total produksi gas masing-masing kontrol konsentrat dan hijauan. Total produksi gas (misalnya pada jam ke-24) diukur dengan rumus :
Gb=((Gb24-Gb0)-(Gb24 blanko-Gb0 blanko)*200*((FH+FC)/2)/BK bahan) Perhitungan Degradasi Bahan Organik dan Energi Metabolis dari produksi gas in vitro menggunakan rumus :
- Hijauan dan limbah pertanian
OMD (%) = 15.38 + 0.8453Gb (ml) + 0.0595 XP (g kg-1) + 0.0651 XA (g kg-1)
ME (MJ kg-1 DM) = 2.00 + 0.1298 Gb (ml) + 0.0045 XP (g kg-1) + 0.0303 XL (g kg-1)
- Bahan baku konsentrat dan konsentrat
OMD (%) = 9.00 + 0.9991 Gb (ml) + 0.0595 XP (g kg-1) + 0.0181 XA (g kg-1)
5 Perhitungan Net Energy for Lactation:
- Hijauan dan limbah pertanian
NEl (Mkal kg-1) = 0.42 + 0.0925 Gb (ml) + 0.0033 XP (g kg-1) + 0.0176 XL (g kg-1)
- Bahan baku konsentrat dan konsentrat
NEl (Mkal kg-1) = - 2.93 + 0.0949 Gb (ml) + 0.0085 XP (g kg-1) + 0.0186 XL (g kg-1) + 0.0045 XX (g kg-1)
Keterangan :
OMD = organic matter digested (bahan organik tercerna) Gb = Produksi gas dalam ml 200 mg-1 BK, 24 jam XP = crude protein (protein kasar)
ME = metabolizable energy (energi metabolis) XA = ash (abu)
XL = crude lipid (lemak kasar) XX = nitrogen free extract (beta-N) NEl = net energy for lactation
Penyusunan Formulasi Ransum
Berdasarkan informasi kandungan nutrisi yang diperoleh dari hasil analisis proksimat, mineral, dan in vitro maka disusun tabel bahan makanan sebagai data base pakan ternak perah dan diformulasikan ransum yang mencukupi kebutuhan nutrien sapi perah. Formulasi dilakukan dengan menggunakan metode trial and error.
Rancangan dan Analisa Data
Statistika Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan jenis dan kualitas pakan yang diberikan peternak di Kawasan Usaha Peternakan Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, mendeskripsikan peubah yang diamati yaitu hasil analisis proksimat, analisis mineral, dan in vitro dari hijauan pakan dan konsentrat yang terdapat di KUNAK.
Uji-T
Uji-T digunakan untuk membandingkan variabel antar musim. Persamaan uji-T adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1995) :
keterangan :
t : koefisien t-student xi : rata-rata kelompok ke-i
ni : jumlah data kelompok sampel ke-i
6
Analisis Korelasi dan Regresi
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara hasil analisis proksimat dan mineral pakan dengan fermentabilitas, kecernaan, metabolisme, dan NEl. Apabila terdapat korelasi nyata maka dilanjutkan dengan mencari persamaan regresinya. Analisis korelasi dan regresi linier dihitung dengan menggunakan rumus Walpole (1982). Analisis korelasi dinyatakan sebagai berikut:
Analisis regresi menghasilkan persamaan linier: y = a + b1X1 + b2X2 + biXi
keterangan :
rxy : korelasi antara peubah x dan y
yi : peubah respon
xi : peubah prediktor
a : intersep
b : koefisien prediktor
n : jumlah sampel yang digunakan e : galat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Hijauan Pakan dan Konsentrat
Penggunaan hijauan pakan dan konsentrat di KUNAK disajikan pada Gambar 1. Hijauan yang umum digunakan pada musim kemarau dan musim hujan oleh peternak di KUNAK yaitu rumput gajah varietas Taiwan karena rumput ini merupakan rumput yang paling banyak ditanam oleh peternak. Beberapa sifat rumput gajah yang menguntungkan adalah mudah ditanam, cepat tumbuh dan besar, perakarannya relatif dalam sehingga mampu menahan partikel-partikel tanah yang mudah terbawa aliran permukaan, serta mempunyai gizi tinggi sebagai bahan makanan ternak (Soeyono 1986). Sutardi (1980) menyatakan bahwa hijauan segar dari jenis rerumputan unggul seperti rumput gajah nilai gizinya cukup terjamin, volumenya lebih banyak dan daya cernanya lebih tinggi dibandingkan dengan rerumputan liar. Peningkatan penggunaan rumput gajah Taiwan pada musim hujan terjadi karena produksi rumput Taiwan lebih banyak ketika musim hujan dan pada musim kemarau rumput gajah disubstitusi dengan jerami padi.
7 Kandungan serat kasar yang tinggi dapat menghambat mikroba rumen dalam mencerna pakan, setiap pertambahan 1% serat kasar dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna bahan organik sekitar 0.7 sampai 1.0 unit pada ruminansia (Tillman et al. 1989).
Limbah pertanian berupa kulit jagung dan kol tidak dominan digunakan oleh responden di KUNAK karena kedua limbah pertanian tersebut hanya bisa didapatkan di pasar dengan kuantitas ketersediaan yang tidak menentu, sehingga hanya satu orang peternak saja yang menggunakan limbah pertanian tersebut.
Gambar 1 Penggunaan pakan pada musim dan kemarau dan musim hujan
RL = Rumput Lapang JP = Jerami Padi
8
sumber protein berasal dari lima pemasok yang berbeda. Penggunaan ampas tahu yang berasal dari Parung paling banyak digunakan karena daerah tersebut merupakan daerah pemasok yang terdekat dari KUNAK. Ampas tempe hanya digunakan oleh 2 orang peternak dan dedak padi hanya digunakan oleh 1 orang peternak. Terjadi peningkatan penggunaan ampas tahu yang berasal dari Pangalengan pada musim kemarau karena ketersediaan ampas tahu di daerah yang terdekat sudah tidak ada sehingga peternak menggunakan ampas tahu yang dipasok dari daerah yang lebih jauh. Penggunaan konsentrat (mako) berasal dari KPS Bogor, enam pemasok yang berbeda dan terdapat dua orang peternak yang memproduksi pakan secara mandiri. Penggunaan konsentrat KPS Bogor pada musim hujan maupun musim kemarau sebanyak 35% (7 responden) dari 20 orang peternak. Penggunaan konsentrat (mako) yang berasal dari pemasok Bogor A paling banyak digunakan dibandingkan konsentrat dari pemasok lainnya. Penggunaan konsentrat yang diproduksi secara mandiri oleh peternak sebesar 10% (2 responden) dan dari perusahaan Cargill dalam bentuk pellet hanya 5% (1 responden).
Rendahnya kualitas konsentrat KPS dan relatif tingginya kemampuan atau daya beli peternak menjadi alasan peternak menggunakan konsentrat dari pemasok lain. Kualitas konsentrat yang kurang maksimal tersebut dapat diimbangi dengan penggunaan jenis pakan lain, seperti ampas tahu, ampas tempe, dan dedak padi sehingga dengan penggunaan konsentrat KPS, peternak dapat memenuhi kebutuhan ternak sapi perah.
Kandungan Nutrien Pakan
Kandungan Nutrien Hijauan dan Konsentrat
Tabel yang disajikan di bawah ini merupakan tabel kandungan proksimat dari hijauan dan limbah pertanian yang terdiri atas kadar BK, abu, PK, LK, SK, dan Beta-N. Tabel 1 menggambarkan perbandingan antara kandungan proksimat hijauan dan limbah pertanian dengan Uji-T pada musim yang berbeda, sedangkan limbah sayur pasar tidak di analisis Uji-T karena hanya terdiri dari satu jenis sayuran. Bahan baku konsentrat dan konsentrat dalam hal ini tidak dibandingkan karena kualitasnya tidak terlalu dipengaruhi oleh keadaan musim.
Kadar BK, abu, PK, LK, SK, dan Beta-N pada tiga kelompok pakan tidak berbeda nyata di kedua musim yang berbeda (P>0.05). Rataan BK hijauan, limbah pertanian, dan limbah sayur pada musim kemarau relatif lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan curah hujan yang rendah, BK juga meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman. Dari keempat jenis hijauan rumput yang digunakan, rumput lapang memiliki kandungan BK tertinggi yaitu 24.4%, dan BK terendah adalah rumput Taiwan sebesar 8.58%. Limbah pertanian dengan kandungan BK tertinggi yaitu kulit jagung sebesar 22.87% dan BK terendah yaitu kol sebesar 5.49%.
9 8.92%. Limbah pertanian yang mengandung abu tertinggi yaitu jerami padi sebesar 19.77% dan terendah adalah kulit jagung 2.97% .
Kadar PK ketiga kelompok pakan lebih tinggi pada musim hujan. Hijauan yang memiliki kandungan protein kasar tertinggi yaitu rumput Taiwan sebesar 19.18% dan PK terendah adalah rumput lapang sebesar 6.60%. PK limbah pertanian tertinggi yaitu kol pada musim hujan sebesar 28.17% dan terendah adalah kulit jagung 4.48%. Seperti yang dinyatakan oleh Williamson et al. (1993) bahwa kandungan nutrien tanaman makanan ternak lebih tinggi pada musim hujan dibandingkan dengan musim kemarau. Pada musim kemarau curah hujan rendah, intensitas cahaya matahari tinggi, dan pengairan kurang sehingga menyebabkan kualitas hijauan menurun. Tillman et al. (1989) menyatakan bahwa umur tanam juga mempengaruhi kualitas nutrien tanaman, seperti rumput gajah. Semakin tua umur tanam rumput gajah, maka kadar air, protein,lemak, dan kadar abu menurun, sedangkan kadar serat kasar dan BETN meningkat.
Tabel 1 Komposisi nutrien hijauan dan limbah pertanian musim kemarau dan hujan berdasarkan % bahan kering
Kadar Pakan Musim hujan Musim kemarau Uji- T kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Laboratorium PAU IPB
10
limbah pertanian dengan LK tertinggi adalah jerami padi sebesar 1.44% dan terendah adalah kulit jagung sebesar 0.55%.
Kadar SK hijauan dan limbah pertanian lebih tinggi pada musim hujan sedangkan limbah sayur sebaliknya. Hijauan yang memiliki kandungan SK tertinggi yaitu rumput raja sebesar 29.58% dan SK terendah adalah rumput Taiwan sebesar 24.94%. Limbah pertanian dengan SK tertinggi adalah kulit jagung sebesar 29.22% dan SK terendah yaitu limbah kol sebesar 11.67%. Kandungan serat kasar yang tinggi dapat menghambat mikroba rumen dalam mencerna pakan. Secara biologis, bahan pakan sumber serat dapat dirusak ikatan kimianya dengan bantuan enzim dan mikroorganisme tertentu (Selly 1994). Setiap pertambahan 1% serat kasar dalam tanaman menyebabkan penurunan daya cerna bahan organiknya sekitar 0.7 sampai dengan 1.0 unit pada ruminansia (Tillman et al. 1989).
Kadar Beta-N ketiga kelompok pakan lebih tinggi pada musim kemarau. Hijauan yang memiliki kadar Beta-N tertinggi yaitu rumput lapang sebesar 64.92% dan Beta-N terendah yaitu rumput gajah Taiwan sebesar 39.01%, sedangkan limbah pertanian dengan Beta-N tertinggi yaitu kulit jagung sebesar 68.18% dan Beta-N terendah adalah jerami padi sebesar 43.66%.
Berdasarkan Tabel 1, kandungan BK, abu, dan LK hijauan pada musim kemarau relatif lebih tinggi dibandingkan musim hujan. Limbah pertanian memiliki kadar BK dan Beta-N yang lebih rendah pada musim hujan. McIlroy (1976) menyatakan bahwa kandungan nilai gizi jenis pakan hijauan dipengaruhi oleh perbandingan daun batang, fase pertumbuhan pada waktu panen atau penggembalaan, kesuburan tanah dan pemupukan serta keadaan iklim.
Tabel 2 Komposisi nutrien ampas tahu, dedak padi dan konsentrat berdasarkan % bahan kering kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Laboratorium PAU IPB
11 sumber protein (ampas tahu) karena mako dan dedak padi yang diberikan pada ternak berupa tepung yang kandungan kadar airnya sangat sedikit. Rataan kelompok pakan yang memiliki kadar abu tertinggi adalah konsentrat (mako), yaitu pada konsentrat Bandung A sebesar 18.48%. Bahan baku konsentrat dan makanan konsentrat yang memiliki % PK tertinggi yaitu ampas tempe sebesar 23.25% dan pellet yang berasal dari pabrik pakan Cargill sebesar 18.11%, sedangkan yang memiliki kadar LK tertinggi yaitu ampas tempe yang berasal dari pemasok Jakarta sebesar 10.42%. Kadar SK tertinggi yaitu ampas tempe Jakarta sebesar 24.16% dan konsentrat A yang berasal dari Bandung sebesar 29.94%. Bahan baku konsentrat yang memiliki % Beta-N tertinggi yaitu ampas tahu pangalengan sebesar 58.58% dan konsentrat A yang berasal dari Bogor sebesar 63.34%. Secara umum konsentrat yang digunakan oleh peternak di KUNAK belum optimal, karena kadar BK, TDN, PK, Ca dan P masih dibawah standarisasi, sedangkan abu melebihi angka maksimal yaitu 12 %.
Kandungan Mineral Pakan
Sapi perah membutuhkan sekitar 15 jenis mineral untuk fungsi struktural dan regulasi. Mineral makro yang penting untuk sapi perah adalah NaCl, calcium, phospor, magnesium, potassium, dan sulfur. Mineral mikro yang penting yaitu cobalt, kuprum, iodium, besi, mangan, molybdenum, selenium, dan seng (Tyler dan Ensminger 2006). Mineral berfungsi sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan pada tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi. Kalsium (Ca) dan fosfor (P) merupakan mineral yang banyak dibutuhkan tubuh sehingga perlu ditambahkan dalam ransum. Kandungan mineral sangat bervariasi tergantung jenis tanaman, bagian tanaman dan keadaan tanah. Ca dan P lebih banyak terdapat pada daun daripada batang karena berhubungan dengan fungsi vegetatif tanaman (Tillman et al. 1989). Unsur mineral makro seperti Ca, P, Mg, Na dan K berperan penting dalam aktivitas fisiologis dan metabolisme tubuh, sedangkan unsur mineral mikro seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Z), mangan (Mn), dan kobalt (Co) diperlukan dalam sistem enzim (McDowell 1992).
Secara umum rataan kelompok pakan yang memiliki kandungan Ca tertinggi yaitu konsentrat. Mako A yang berasal dari Bogor merupakan konsentrat yang mengandung Ca tertinggi yaitu sebesar 2.069%. Rataan kelompok pakan yang mengandung Ca terendah yaitu kelompok limbah pertanian, namun secara individu, kandungan Ca terendah terdapat pada rumput Hawaii sebesar 0.034%.
12
Tabel 3 Kandungan mineral Ca dan P pakan
Ca (%) P (%)
HR : hijauan rumput, LP : limbah Pertanian, LS : limbah sayur, AT : ampas tahu, DP : dedak padi, KS : konsentrat, Ca : kalsium, P : fosfor.
Laboratorium Kimia FMIPA IPB dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fapet IPB
Fermentabilitas dan Kecernaan Pakan
Tabel 4 menunjukkan fermentabilitas pakan dalam rumen membentuk kecernaan yang digambarkan dengan NH3, volatile fatty acid (VFA), TDN, OMD,
KCBK dan KCBO dari jenis pakan yang digunakan oleh peternak di KUNAK. Rataan kelompok pakan yang memiliki kadar NH3 tertinggi yaitu hijauan. Namun
secara individu, limbah kol merupakan hijauan yang memiliki kadar NH3 tertinggi
yaitu sebesar 15.36 mM. Rataan kelompok pakan yang memiliki kadar NH3
terendah adalah konsentrat. Secara individu kadar NH3 terendah pada rumput
lapang sebesar 3.96 mM. Kadar ammonia dalam rumen merupakan petunjuk antara proses degradasi dan proses sintesis protein oleh mikroba rumen (McDonald et al. 2002). NH3 sangat penting dalam proses pencernaan ternak
ruminansia karena ammonia merupakan sumber nitrogen utama dan penting untuk pertumbuhan mikroba rumen dalam mensintesis protein selnya (Sutardi 1980). Jumlah ammonia yang terkandung pada jenis pakan peternak KUNAK masih termasuk dalam kisaran normal yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba, kecuali kadar NH3 limbah sayur kol yang berlebih.
Konsentrasi NH3 yang dihasilkan berkaitan dengan kandungan dan daya
tahan degradasi protein pakan. Kembang kol memiliki kandungan protein kasar yang lebih besar dibandingkan jenis pakan lainnya. Hal ini sejalan dengan konsentrasi NH3 tertinggi yang dihasilkan kol. McDonald et al. (2002)
13 degradasi maka konsentrasi ammonia dalam rumen akan rendah dan pertumbuhan mikroba rumen akan lambat yang menyebabkan turunnya kecernaan pakan. Konsentrasi NH3 cairan rumen yang sesuai untuk pertumbuhan mikroba rumen
berkisar antara 4 sampai dengan 12 mM (Sutardi 1980).
Rataan kelompok pakan yang memiliki kadar VFA tertinggi yaitu makanan konsentrat. Dedak padi merupakan bahan baku konsentrat yang memiliki kadar VFA tertinggi yaitu sebesar 178.97 mM. Sedangkan rataan kelompok pakan yang memiliki kadar VFA terendah adalah hijauan. Kadar VFA terendah dihasilkan pellet Cargill sebesar 56.5 mM. McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa pakan yang masuk ke dalam rumen difermentasi untuk menghasilkan produk utama berupa volatile fatty acid (VFA), sel-sel mikroba, gas metan, dan CO2. VFA
dalam rumen utamanya diproduksi dari hasil perombakan karbohidrat oleh mikroba rumen. VFA digunakan sebagai kerangka karbon untuk pertumbuhan mikroba rumen dan sebagai sumber energi bagi ternak (Arora 1989). Kisaran konsentrasi VFA cairan rumen yang mendukung pertumbuhan mikroba rumen menurut McDonald et al. (2002) yaitu antara 70 sampai 150 mM. Menurut Novianto (2009), pakan yang memiliki kandungan selulosa dan lignin yang lebih rendah menyebabkan pakan tersebut mudah difermentasi oleh bakteri, sehingga pada waktu inkubasi 4 jam, bakteri menggunakan sebagian produksi VFA untuk pembentukan protein mikroba. Berdasarkan hasil analisis, dedak padi memiliki jumlah VFA tertinggi dan melebihi batasan konsentrasi VFA optimal.
Hijauan rumput yang memiliki kadar TDN tertinggi adalah rumput gajah taiwan sebesar 78.99%, sedangkan TDN terendah pada jerami padi disaat musim hujan sebesar 44.12%. Seperti yang disampaikan oleh Dixon (1988), bahwa limbah hasil pertanian biasanya memiliki kelemahan, beberapa diantaranya adalah limbah pertanian umumnya mengandung kadar serat yang tinggi, kecernaannya yang rendah, limbah pertanian biasanya rendah kadar nutrisi seperti nitrogen (N), sulfur dan mineral penting lainnya yang berguna untuk mikroorganisme yang memiliki peran pada fermentasi serat dan hewan inang. Rataan kelompok konsentrat yang memiliki TDN tertinggi adalah bahan baku konsentrat yaitu ampas tahu. Namun secara individu, TDN tertinggi dikandung oleh limbah sayur kol, sedangkan TDN terendah pada kelompok konsentrat (mako), secara individu pada jerami padi.
14
Tabel 4 Kadar fermentabilitas dan kecernaan Pakan
HR : hijauan rumput, LP : limbah Pertanian, LS : limbah sayur, AT : ampas tahu, DP : dedak padi,
KS : konsentrat, NH3 : Ammonia, VFA : volatile fatty acid, TDN : total digestible nutrient, OMD:
organic matter digested, KCBK : Koefisien Cerna Bahan Kering, KCBO : Koefisien Cerna Bahan Organik.
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fapet IPB
15 Nilai koefisien cerna bahan organik merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas pakan. Nilai KCBO limbah pertanian kol menghasilkan % KCBO tertinggi di antara jenis pakan lainnya. Hal ini sejalan dengan kandungan protein yang terkandung dalam kol, semakin tinggi protein yang terkandung, maka pertumbuhan mikroba akan semakin cepat, sehingga kecernaan pakan pun semakin meningkat. Jenis pakan yang memiliki kandungan serat kasar tertinggi yaitu konsentrat Bandung A. Kandungan lignin yang tinggi menyebabkan degradasi protein berjalan kurang baik. Setianegoro (2004) menyatakan bahwa nilai KCBO memiliki kecenderungan sama dengan KCBK.
Partisi Energi
Pada Tabel 5 disajikan produksi gas yang dihasilkan sampel pakan, Metabolizable Energy dan net energy for lactation (NEl). Gas diproduksi langsung setelah bahan pakan dicerna dan diproduksi sebanyak 30 liter per jam pada sapi. Komposisi gas yang dihasilkan dalam metabolisme rumen adalah karbondioksida 40%, methan 30% sampai 40%, hidrogen 5%, dan sisanya berbagai gas lain yaitu oksigen dan nitrogen (McDonald et al. 2002). Jenis pakan yang memiliki produksi gas tertinggi yaitu bahan baku konsentrat dedak padi. Hasil ini relevan dengan hasil produksi VFA dedak padi yang tinggi yaitu sebesar 178.97 mM. Produksi gas tertinggi pada kelompok hijauan rumput adalah rumput gajah hawaii sebesar 29.64 ml 200 mg-1 BK, jerami padi sebesar 47.74 ml 200 mg-1 BK, dedak padi sebesar 55.46 ml 200 mg-1 BK, dan pellet Cargill sebesar 55.37 ml 200 mg-1 BK.
16
Tabel 5 Partisi energi pakan
Pakan PG
HR : hijauan rumput, LP : limbah Pertanian, LS : limbah sayur, AT : ampas tahu, DP : dedak padi,
KS : konsentrat, PG : produksi gas, ME : Metabolizable Energy, NEl : Net Energy for Lactation.
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fapet IPB
Hubungan Analisis Proksimat dan Mineral Pakan dengan Fermentabilitas, Kecernaan, Metabolisme dan NEl
Hubungan antara komposisi kimia (proksimat dan mineral) dengan pemanfaatan nutrien pada ternak ( fermentabilitas, kecernaan, metabolisme, net energy for lactation) diperlihatkan pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6 Persamaan regresi hijauan rumput, limbah pertanian dan limbah sayur
Ammonia, TDN : total digestible nutrient, PG : produksi gas, OMD : organic matter digested, ME
17
Tabel 7 Persamaan regresi bahan baku konsentrat dan konsentrat
Y konstanta x1 x2 x3 x4 R2 P
KCBK -29.131 0.244(BK) 3.424(PK) 2.361(LK) 29.603(P) 0.901 0.000
KCBO -14.513 0.144(BK) 2.899(PK) 2.195(LK) 36.643(P) 0.936 0.000
TDN -7.256 0.116(BK) 3.289(PK) 49.654(P) 0.901 0.000
PG 27.820 0.925(PK) 0.805(LK) -0.435(SK) 17.021(P) 0.775 0.003
OMD 38.267 -0.055(BK) 1.175(PK) 0.163(LK) 41.334(P) 0.826 0.001
ME 4.428 -0.010(BK) 0.200(PK) 0.212(LK) 8.448(P) 0.881 0.000
NEl 5.150 -0.014(BK) 0.089(PK) 0.220(LK) -0.101(SK) 0.935 0.000
KCBK : Koefisien Cerna Bahan Kering, KCBO : Koefisien Cerna Bahan Organik, NH3 :
Ammonia, TDN : total digestible nutrient, PG : produksi gas, OMD : organic matter digested, ME
: metabolizable energy, NEl : net energy for lactation.
Dari persamaan tersebut diperoleh bahwa komposisi proksimat dan mineral dapat menduga KCBK, KCBO, NH3, TDN, produksi gas, OMD, ME dan NEl
dengan cukup akurat yang dapat digunakan untuk melengkapi keterbatasan informasi hijauan lokal dan konsentrat lokal.
Penyusunan Formulasi Ransum
Penyusunan formulasi ransum ini ditujukan untuk sapi yang kebutuhan nutriennya masih belum terpenuhi. Berdasarkan bahan pakan yang ada di KUNAK (Lampiran 1), disusun formulasi terbaik agar kebutuhan hidup pokok dan produksi sapi perah dapat terpenuhi. Sapi di KUNAK memiliki rataan bobot badan 408 kg, produksi susu 10.18 liter 4% FCM.
Persentase nutrien ransum yang tercapai yaitu BK sebesar 32.84% , PK sebesar 16.7%, SK sebesar 21.5%, TDN sebesar 70.6%, Ca 0.45%, dan P 0.28%. Formulasi ransum terebut masih menunjukan defisiensi fosfor sebesar 0.18%, defisiensi fosfor ini dapat diantisipasi dengan pemberian mineral mix atau DCP dalam jumlah secukupnya. Komposisi penyusunan ransum berdasarkan bahan kering dan bahan segar diperlihatkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Formulasi pakan sapi perah
Bahan pakan % Penggunaan Berat segar (kg)
Rumput lapang 10 4.22
Rumput gajah Taiwan 48 57
Dedak padi 10 1.2
Ampas tempe 14 8
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penggunaan jenis hijauan dan konsentrat tidak dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau, jumlah peternak yang menggunakan jerami padi dan kulit jagung meningkat sedangkan rumput unggul menurun. Jumlah peternak yang menggunakan ampas tahu dari tempat yang jauh juga meningkat pada musim kemarau. Kandungan nutrien pakan tidak nyata dipengaruhi oleh musim namun lebih banyak dipegaruhi oleh jenis dan asal. KCBK, KCBO, NH3, TDN, produksi
gas, OMD, ME dan NEl dapat diduga secara akurat dari komposisi proksimat dan mineral pakan. Formulasi ransum berdasarkan kondisi rata-rata performa ternak terdiri dari rumput lapang 10%, rumput gajah taiwan 48%, dedak padi 10%, ampas tempe 14%, dan konsentrat A Bogor 18%. Formulasi tersebut mengandung nutrien 33.2% BK, 15.9% PK, 19.8% SK, 71.1% TDN, 0.44% Ca, dan 0.27% P.
Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu pemberian hijauan harus lebih banyak dan perlu dilakukan uji coba ransum yang sudah diformulasi.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 1988. Official Method ofAnalysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (USA): Association of Official Analytical Chemist.
[AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 2003. Official Method ofAnalysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (USA): Association of Official Analytical Chemist.
Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011. Jakarta (ID) : Kementrian Pertanian dan Badan Pusat Statistik.
Close W, Menke KH. 1986. Selected Topics in Animal Nutrition. Manual Prepared for The 3rd Hohenheim Course on Animal Nutrition in The Tropics and Semi-Tropics. 2nd Ed. Compiled by Close WH and Menke KH in Cooperation With Steingass H and Troscher A. German (Gr) : University of Hohenheim Stuttgart.
Despal, Hutabarat IML, Mutia R, Permana IG. 2011. The evaluation of nutrient quality of ramie leaves silage and hay in complete mixed ration for etawah-crossbreed goat using in vitro technique. J. Nutr. Feed Sci. 2(1): 26 - 31. [Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan. 2012. Statistik peternakan dan
19 Dixon RM, Egan AR. 1988. Strategies for optimizing use of fibrous crop residues as animal feed. In : Dixon, RM (Ed). Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous Agriculture Residues. 1987. International Development Program of Australian Universities and College Limited. Canberra.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2011. Milk Production in 2011 [Internet]. [diunduh 2013 Sep 3]. Tersedia pada: http//faostat.fao.org/ site/339/default.aspx.
General Laboratory Procedure. 1966. Report of Dairy Science. Madison (USA): Univ of Wisconsin.
Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo S, Tillman A, Kearl LC, Harris LE. 1980. Tabel-Tabel dari Komposisi Bahan Makanan Ternak untuk Indonesia. Edisi keempat. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Iwantoro S. 2012. Kebijakan persusuan nasional menuju swasembada susu tahun 2020. Workshop Pengembangan Sapi Perah Indonesia, Menyongsong Swasembada Susu Tahun 2020 [waktu tidak diketahui]. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
McDonald P, Edward RA, Greenhalgh JFD. 1988. Animal Nutrition. 4th Ed. New York (USA): Longman Scientific and Technical.
McDonald P, Edward RA, Greenhalgh JFD, Morgan A. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. New York (USA): Prentice Hall.
McDowel LR. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. California (US): Academic Pr. Inc.
Mcllroy RJ. 1976. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Jakarta (ID): Pradnyaparamita.
Novianto. 2009. Kombinasi isolat bakteri simbion rayap dengan isolat bakteri rumen dalam meningkatkan nilai guna pakan sumber serat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Beef Cattle. 8th Ed. New York (US) : National Academy Pr.
Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1987. Animal Science Department. West Lafayette (USA): Purdue UnivPr.
Reksohadiprodjo S. 1981. Produksi Tanaman Hijaun Makanan Ternak Tropik. Ed ke-1. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Selly. 1994. Peningkatan kualitas pakan serat bermutu rendah dan amoniasi dan inokulan digesta rumen [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setianegoro TA. 2004. Kajian in vitro efek mikroba rayap dalam mendegradasi
pakan sumber serat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari : Principe and statistic procedure.
Soeyono. 1986. Rumput Gajah (Penisetum purpureum) sebagai bahan makanan ternak dan penahan erosi. Pusat Pengabdian pada Masyarakat. Jember (ID): Jember pr.
Sutardi T. 1980. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
20
Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in vitro digestion of forage crop. J British Grassland. 18 :104-111.
Tillman AD, Hartadi H, Reksodiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo L. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Tyler HD, Ensminger ME. 2006. Dairy Cattle Science. 4th Ed. New Jersey (US) : Uppersaddle River.
Walpole RE. 1982. Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung (ID): ITB Pr.
Wardeh MF. 1981. Models for esmating energy and protein utilization for feeds [disertasi]. Utah (USA): Utah State Univ Pr.
21 Lampiran 1 Komposisi larutan buffer gas test (Close and Menke 1986)
1. Mikromineral solution, composed from : 13.2 gram CaCl2. 2H20
10.0 gram MnCl2. 4H20
1.0 gram CoCl2. 6H20
8.0 gram FeCl3. 6H20
made up to 100 ml with water 2. Rumen buffer solution, composed from:
4.0 gram NH4HCO3
35.0 gram NaHCO3
made up to 1000 ml water 3. Macromineral solution, composed from:
5.7 gram Na2HPO4, anhydrous
6.2 gram KH2PO4, anhydrous
0.6 gram MgSO4. 7 H2O
made up to 1000 ml with water 4. Resazurine solution 0.1% (w/v)
5. Reduction solution (has to be prepared freshly for each set) 40 ml NaOH 1 N
625 mg Na2S. 9H2O
22
Lampiran 2 Tabel kandungan nutrien pakan
Jenis Pakan
BK Total
(%)
Komposisi Nutrien Mineral
ABU (%) PK
(%)
LK (%)
SK (%)
Beta-N
(%) Ca(%) P (%)
Hijauan Rumput Rumput Lapang
Musim Hujan 24.09 4.02 4.37 1.37 25.33 64.92 0.05 0.117
Musim Kemarau 24.40 12.96 6.60 3.23 27.04 50.17
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput Taiwan (Pennisetum purpureum Schumach cv Taiwan)
Musim Hujan 8.58 11.67 19.18 2.27 27.86 39.01 0.058 0.31
Musim Kemarau 12 8.92 15.14 2.17 24.94 48.83
Rumput Raja (Pennisetum purpureum Schumach x Pennisetum typhoides Burm)
Musim Hujan 22.30 9.41 13.80 2.06 29.58 45.16 0.043 0.156
Rumput Hawaii (Pennisetum purpureum Schumach cv Hawaii)
Musim Hujan 13.12 11.68 13.43 2.11 27.53 45.25 0.034 0.259
µ musim hujan (n= 3) 14.67 10.92 15.47 2.15 28.33 43.14 0.045 0.242
Limbah Pertanian Kulit Jagung
Musim Hujan 17.49 3.69 4.78 0.55 29.22 61.77 0.046 0.15
Musim Kemarau 22.87 2.97 4.48 0.94 23.44 68.18
Jerami Padi
Musim Hujan 17.54 19.77 8.94 1.44 26.20 43.66 0.04 0.102
Musim Kemarau 19.5 16.01 4.49 1.21 26.33 51.96
µ musim hujan (n= 2) 17.52 11.73 6.86 0.99 27.71 52.71 0.043 0.126
23
Jenis Pakan
BK Total
(%)
Komposisi Nutrien Mineral
ABU (%) PK
(%)
LK (%)
SK (%)
Beta-N
(%) Ca(%) P (%)
Limbah Sayur Pasar Kol
Musim Hujan 5.492 12.30 28.17 1.92 11.67 45.95 0.097 0.161
Musim Kemarau 6.5 10.50 22.36 1.19 13.79 52.16
Pakan Sumber Protein Ampas tahu Parung
Musim Hujan 11.390 4.16 21.93 8.86 20.34 44.71 0.392 0.14
Ampas Tahu matang Bandung
Musim Hujan 11.614 3.91 22.56 8.01 18.75 46.78 0.384 0.144
Ampas Tahu mentah Ciluer
Musim Hujan 16.202 4.04 21.08 7.14 16.57 51.16 0.433 0.181
Ampas Tahu Pangalengan
Musim Hujan 9.738 3.95 19.95 4.21 13.32 58.58 0.302 0.162
Ampas Tahu Jakarta
Musim Kemarau 11.52 3.18 20.88 7.49 14.20 54.26 0.389 0.212
Ampas Tempe Jakarta
Musim Hujan 17.81 2.27 23.25 10.42 24.16 39.89 0.302 0.258
µ musim hujan (n= 6) 13.05 3.59 21.61 7.69 17.89 49.23 0.367 0.183
Pakan Sumber Energi Dedak Rojikin
24
Jenis Pakan
BK Total
(%)
Komposisi Nutrien Mineral
ABU (%) PK
(%)
LK (%)
SK (%)
Beta-N
(%) Ca(%) P (%)
Konsentrat Pellet Cargill
Musim Kemarau 83.66 10.05 18.11 5.67 5.67 60.51 0.984 0.415
Mako Bandung A
Musim Hujan 80.29 18.48 9.49 3.33 29.94 38.76 0.357 0.066
Mako Rusdi
Musim Kemarau 91.38 10.49 10.21 8.42 10.52 60.36 0.284 0.197
Mako Bandung B
Musim Kemarau 72.45 17.31 7.19 6.49 24.25 44.76 0.401 0.072
Mako Bogor A
Musim Kemarau 85.36 12.20 12.48 2.78 9.21 63.34 2.069 0.141
Mako KPS Bogor
Musim Kemarau 84.62 12.21 9.04 3.68 21.20 53.88 0.861 0.105
Mako Bandung C
Musim Kemarau 79.13 14.52 7.03 4.39 19.54 54.53 0.536 0.105
Mako Bogor B
Musim Kemarau 79.17 14.92 7.07 5.97 22.57 49.46 0.31 0.125
25
Musim Hujan 3.96 96.21 66.42 37.30 36.69 51.03 27.18 6.24 3.39
Musim Kemarau 73.43
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput Taiwan (Pennisetum purpureum Schumach cv Taiwan)
Musim Hujan 11.46 98.37 78.99 57.01 55.58 58.07 27.68 7.14 4.01
Musim Kemarau 78.45
Rumput Raja (Pennisetum purpureum Schumach x Pennisetum typhoides Burm)
Musim Hujan 10.70 63.76 70.98 42.73 41.19 48.94 22.49 6.16 3.32
Rumput Hawaii (Pennisetum purpureum Schumach cv Hawaii)
Musim Hujan 11.02 164.17 70.79 51.07 50.38 56.30 29.64 7.09 3.98
µ musim hujan (n= 3) 11.06 108.77 73.58 50.27 49.05 54.44 26.60 6.80 3.77
Limbah Pertanian Kulit Jagung
Musim Hujan 5.75 75.27 47.73 47.25 49.63 50.31 35.01 6.93 3.91
Musim Kemarau 47.98
Jerami Padi
Musim Hujan 6.95 141.75 44.12 34.08 34.34 54.15 23.79 5.93 3.17
Musim Kemarau 44.24
µ musim hujan (n= 2) 6.35 108.51 45.92 40.67 41.98 52.23 29.40 6.43 3.54
26
Musim Hujan 15.36 135.89 80.82 83.38 84.91 80.79 47.74 10.04 6.10
Musim Kemarau 70.76
Pakan Sumber Protein Ampas tahu Parung
Musim Hujan 7.35 108.32 71.70 78.43 78.93 74.69 52.37 12.29 7.56
Ampas Tahu matang Bandung
Musim Hujan 5.99 109.15 72.21 75.10 75.95 74.62 51.95 12.19 7.51
Ampas Tahu mentah Ciluer
Musim Hujan 11.54 162.01 73.43 81.07 79.88 75.65 53.86 12.26 7.60
Ampas Tahu Pangalengan
Musim Hujan 4.72 109.37 79.50 44.94 57.17 74.69 53.59 11.67 7.27
Ampas Tahu Jakarta
Musim Kemarau 9.01 93.88 76.29 74.93 74.07 58.61 36.94 10.25 6.19
Ampas Tempe Jakarta
Musim Hujan 8.97 124.62 74.76 75.97 76.56 71.53 48.73 12.14 7.40
µ musim hujan (n= 6) 7.93 117.89 74.65 71.74 73.76 71.63 49.57 11.80 7.26
Pakan Sumber Energi Dedak Rojikin
27
Musim Kemarau 4.41 56.50 82.24 74.60 74.23 76.47 55.37 12.20 7.64
Mako Bandung A
Musim Hujan 5.03 110.05 45.81 28.49 31.95 41.41 23.63 5.07 2.48
Mako Rusdi
Musim Kemarau 4.50 126.78 60.52 52.32 59.66 56.98 40.37 10.01 6.05
Mako Bandung B
Musim Kemarau 4.59 167.42 19.96 26.16 28.45 51.20 35.11 7.54 4.23
Mako Bogor A
Musim Kemarau 9.38 144.13 44.93 51.82 50.41 54.19 35.88 8.26 4.90
Mako KPS Bogor
Musim Kemarau 4.72 103.30 34.21 34.85 30.03 44.56 28.23 6.56 3.63
Mako Bandung C
Musim Kemarau 10.10 159.63 27.75 26.51 29.64 50.00 34.50 7.39 4.21
Mako Bogor B
Musim Kemarau 6.92 149.62 27.71 36.62 39.10 47.99 32.37 7.28 4.08
28
Lampiran 3 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan fermentasi dan kecernaan pakan pada hijauan, limbah pertanian dan limbah sayur pasar (N = 7)
BK PK LK SK Beta-N Ca P TDN NH3 VFA KCBK KCBO
BK 1 -0.81* 0.167 0.650 0.363 -0.653 -0.579 -0.385 -0.790* -0.487 -0.856* -0.849*
PK 1 0.179 -0.77* -0.564 0.798* 0.405 0.700 0.943** 0.305 0.888** 0.854*
LK 1 -0.054 -0.508 0.085 0.142 0.712 0.014 0.077 -0.045 -0.104
SK 1 0.156 -0.90** 0.129 -0.392 -0.627 -0.426 -0.829* -0.840*
Beta-N 1 -0.114 -0.453 -0.490 -0.534 -0.380 -0.152 -0.084
Ca 1 -0.004 0.522 0.609 0.083 0.875** 0.879**
P 1 0.512 0.495 0.166 0.351 0.304
TDN 1 0.603 0.029 0.587 0.528
NH3 1 0.322 0.830* 0.796*
VFA 1 0.255 0.253
KCBK 1 0.997**
KCBO 1
** sangat berbeda nyata (P<0.01), * berbeda nyata (P<0.05); BK : bahan kering, K : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan
ekstrak tanpa nitrogen, TDN : total digestible nutrient, Ca : kalsium, P : fosfor, KCBK : koefisien cerna bahan kering, KCBO : koefisien cerna bahan
29
Lampiran 4 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan fermentasi dan kecernaan pakan pada bahan baku konsentrat dan konsentrat (Mako) (N = 15)
BK PK LK SK Beta-N Ca P TDN NH3 VFA KCBK KCBO
BK 1 -0.85** -0.484 -0.15 0.370 0.319 0.105 0.595* -0.297 0.213 -0.563* -0.605*
PK 1 0.548* -0.201 -0.121 -0.129 0.296 0.879** 0.260 -0.409 0.854** 0.878**
LK 1 -0.019 -0.260 0.558* 0.343 0.483 0.176 0.040 0.668** 0.687**
SK 1 -0.91** -0.288 -0.72** -0.499 -0.073 0.080 -0.462 -0.484
Beta-N 1 0.349 0.546* 0.194 0.043 0.072 0.128 0.145
Ca 1 -0.137 -0.194 0.121 -0.153 -0.096 -0.174
P 1 0.598* 0.089 -0.031 0.606* 0.603
TDN 1 0.108 -0.444 0.860** 0.913**
NH3 1 0.465 0.368 0.314
VFA 1 0.234 -0.238
KCBK 1 0.983**
KCBO 1
** sangat berbeda nyata (P<0.01), * berbeda nyata (P<0.05); BK : bahan kering, K : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan
ekstrak tanpa nitrogen, TDN : total digestible nutrient, Ca : kalsium, P : fosfor, KCBK : koefisien cerna bahan kering, KCBO : koefisien cerna bahan
30
Lampiran 5 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan metabolisme pakan dan NEl pada hijauan, limbah pertanian dan limbah sayur pasar (N = 7)
BK PK LK SK Beta-N Ca P PG OMD ME NEl
BK 1 -0.81* 0.167 0.650 0.363 -0.653 -0.579 -0.673 -0.819* -0.806* -0.801*
PK 1 0.179 -0.77* -0.564 0.798* 0.403 0.595 0.875** 0.826* 0.817*
LK 1 -0.054 -0.508 0.085 0.142 -0.227 0.034 -0.066 -0.076
SK 1 0.156 -0.90** 0.129 -0.843* -0.966** -0.903** -0.903**
Beta-N 1 -0.114 -0.453 0.266 -0.266 -0.409 -0.034
Ca 1 -0.004 0.834* 0.903** 0.899** 0.900**
P 1 0.007 0.124 0.190 0.180
PG 1 0.848* 0.943** 0.948**
OMD 1 0.951 0.949*
ME 1 1.000**
NEl 1
** sangat berbeda nyata (P<0.01), * berbeda nyata (P<0.05); BK : bahan kering, LK : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan
ekstrak tanpa nitrogen, Ca : kalsium, P : fosfor, PG : produksi gas, OMD : organic matter digested, ME : metabolizable energy, NEl : net energy for
31 Lampiran 6 Korelasi antara hasil analisis proksimat dan mineral dengan metabolisme pakan dan NEl pada pada bahan baku konsentrat
dan konsentrat (Mako) (N = 15)
BK PK LK SK Beta-N Ca P PG OMD ME NEl
BK 1 -0.85** -0.484 -0.15 0.370 0.319 0.105 -0.511 -0.609* 0.597* -0.580*
PK 1 0.548* -0.201 -0.121 -0.129 0.296 0.746** 0.838** 0.833** 0.832**
LK 1 -0.019 -0.260 0.558* 0.343 0.536* 0.556* 0.667** 0.645**
SK 1 -0.91** -0.288 -0.72** -0.546* -0.487 -0.537* -0.566*
Beta-N 1 0.349 0.546* 0.261 0.176 0.226 0.261
Ca 1 -0.137 -0.208 -0.193 -0.231 -0.213
P 1 0.627* 0.579* 0.625* 0.638*
PG 1 0.988** 0.967** 0.969**
OMD 1 0.977** 0.977**
ME 1 0.999**
NEl 1
** sangat berbeda nyata (P<0.01), * berbeda nyata (P<0.05); BK : bahan kering, LK : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Beta-N : bahan
ekstrak tanpa nitrogen, Ca : kalsium, P : fosfor, PG : produksi gas, OMD : organic matter digested, ME : metabolizable energy, NEl : net energy for
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pandeglang pada tanggal 22 Desember 1991 dan merupakan putri pertama dari H. Yaya Teja Sumaya, SH dan Hj. Endang Sismiyati. Penulis diterima sebagai mahasiswi IPB pada tahun 2009 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (INTP), Fakultas Peternakan. Selama menjalani pendidikan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (HIMASITER) periode 2011-2012 sebagai Kepala Biro Kewirausahaan dan sebagai staf Akademi dan Program
Leadership and Entrepreneurship BEM KM IPB 2011. Penulis aktif dalam komunitas seni teater dan merupakan ketua Teater Kandang Fakultas Peternakan IPB 2011-2012. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan yaitu International Feed Seminar sebagai Ketua Divisi Dana dan Usaha, Fapet Goes to Pimnas, Seminar Quran dan Sains Peternakan dan kepanitiaan lainnya. Penulis merupakan penerima dana penelitian untuk program kreatifitas mahasiswa tahun 2011 dengan judul Pengaruh Suplementasi Mineral Zink Dalam Pakan Ayam Broiler terhadap Performa dan Penurunan Kadar Ammonia dalam Manure untuk Mengurangi Efek Hujan Asam, Juara I menulis dan membaca puisi Fapet IPB, Juara I Miss Muslimah Sativa Karawang 2012.