• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Zat Higroskopis terhadap Kualitas dan Daya Simpan Ampas Rumput Laut sebagai Bahan Pakan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penambahan Zat Higroskopis terhadap Kualitas dan Daya Simpan Ampas Rumput Laut sebagai Bahan Pakan."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT HIGROSKOPIS TERHADAP

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN AMPAS RUMPUT

LAUT SEBAGAI BAHAN PAKAN

DETI INAYATUN NURAIDA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Zat Higroskopis terhadap Kualiatas dan Daya Simpan Ampas Rumput Laut sebagai Bahan Pakan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Deti Inayatun Nuraida

(4)

ABSTRAK

DETI INAYATUN NURAIDA. Pengaruh Penambahan Zat Higroskopis terhadap Kualitas dan Daya Simpan Ampas Rumput Laut sebagai Bahan Pakan. Dibimbing oleh YULI RETNANI dan NAHROWI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pemberian zat higroskopis Zeolit, Dolomit dan Bentonit kedalam ampas rumput laut yang merupakan hasil samping dari pengolahan agar-agar PT Agar Swallow yang dinilai mencemari lingkungan sekitar dan diharapkan dapat menjadi bahan baku pakan dengan ketersediaan selalu ada. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan untuk mengamati sifat fisik, sifat kimia dan daya simpan dari ampas rumput laut dengan pemberian 5% zat higroskopis. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL Faktorial (4x3) dengan factor A adalah perlakuan bahan yakni P0 (ampas rumput laut tanpa zat higroskopis), P1 (ampas rumput laut dengan 5% zeolit), P2 (ampas rumput laut dengan 5% dolomit), P3 (ampas rumput laut dengan 5% bentonit), faktor B adalah waktu penyimpanan (0, 1 dan 2 minggu) dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan 5% zeolit nyata (p<0.05) menurunkan kadar air sebesar 56.16% dibandingkan dengan kontrol dan zat higroskopis lainnya. Penambahan zat higroskopis dapat meningkatkan kualitas ampas rumput laut, namun belum efektif menurukan kadar air selama penyimpanan.

Kata kunci: ampas rumput laut, bentonit, dolomit, zeolit

ABSTRACT

DETI INAYATUN NURAIRA. The Effect of Hygroscopic Substances Addition in the Quality and Lenght Storage of Seaweed Waste as Raw Feed Material. Supervised by YULI RETNANI and NAHROWI.

This research aimed to observed the effect of hygroscopic substances’s addition such as Zeolite, Dolomite and Bentoniteintoseaweed waste which was a waste from the production of agar-agar PT Agar Swallow that were assessed contaminate the surrounding environment and expected to be materialfeed which is always available. This research was carried out for 3 months to see the physical properties, chemical propertiesandlength storage of seaweed waste with the addition of 5% hygroscopic substances. The experimental design was CRD (4x3) with factor A were P0: seaweed waste without the provision of hygroscopic substances, P1: seaweed waste with 5% Zeolite, P2: seaweed waste with 5% Dolomite and P3: seaweed waste with 5% Bentonite, factor B was storage times (0, 1, 2 weeks) with three repetitions. The results showed that the addition of 5% zeolite significantly affect (p<0.05) on decreasing of moisture contentcomparedto the control. The addition of hygroscopic could increase the quality of seaweed waste however did not significantly affect on decreasing the water content during storage.

(5)

DETI INAYATUN NURAIDA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

PENGARUH PENAMBAHAN ZAT HIGROSKOPIS TERHADAP

KUALITAS DAN DAYA SIMPAN AMPAS RUMPUT LAUT

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini berada dalam satu penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Zat Higroskopis terhadap Kualiatas dan Daya Simpan Ampas Rumput Laut Sebagai Bahan Pakan yang didanai oleh PT Agar Swallow dan diketuai oleh Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc.

Ampas rumput laut yang merupakan hasil samping dari pengolahan Agar-agar dituding mencemari lingkungan sekitar. Ampas rumput laut tersebut dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat jika diberikan pengolahan yang baik dan benar, diantaranya ialah pengolahan kimia dengan penambahan zat higroskopis agar dapat meningkatkan kualitas dan menjadikan ampas rumput laut sebagai bahan pakan alternatif dengan ketersediaan yang selalu ada. Besar harapan bagi penulis agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya sebagai acuan dalam pengujian palatabilitas dan kecernaan dari ampas rumput laut tersebut. Produksi ampas rumput laut yang banyak di Indonesia diharapkan dapat digunakan oleh peternak sebagai bahan pakanal ternatif.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI i

ABSTRAK iii

LEMBAR PENGESAHAN vii

PRAKATA ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Lokasi dan waktu penelitian 2 Prosedur

Proses produksi ampas rumput laut 2

Persiapan ampas rumput laut 3

Persiapan zat higroskopis 3

Pencampuran ARL dengan zat higroskopis 3

Penyimpanan 4

Perubah yang diamati 4

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Karakteristik ampas rumput laut 5

Keadaan umum selama penyimpanan 6

Kadar air 6

Aktivitas air 7

pH 8

Ukuran partikel 9

Seranganserangga 10

SIMPULAN DAN SARAN 10

Simpulan 10

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 12

RIWAYAT HIDUP 14

(10)

DAFTAR TABEL

1.

Rataan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan 6

2.

Kadar air bahan selama penyimpanan 6

3.

Aktivitas air bahan selama penyimpanan 7

4.

Hasil uji pH bahan selama penyimpanan 8

5.

Hasil pengukuran ukuran partikel ampas rumput laut 9

DAFTAR GAMBAR

1. Proses produksi ampas rumput laut 3

2. Proses pencampuran ARL dengan 5% zat higroskopis 3 3. Hasil proses pencampuran ARL dengan 5% zat higroskopis 5

DAFTAR LAMPIRAN

1. Analisis ragam kadar air 12

2. Uji lanjut Duncan kadar air 12

3. Analisis ragam aktivitas air 13

4. Uji lanjut Duncan aktivitas air 13

5. Analisis ragam pH 13

(11)

1

PENDAHULUAN

Produksi pengolahan rumput laut menghasilkan jumlah limbah yang sangat besar baik berupa limbah padat maupun limbah cair. Salah satu limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan rumput laut yaitu limbah padat hasil pengolahan produk agar atau yang disebut dengan ampas rumput laut. Berdasarkan data penelitian oleh Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2002-2003, jumlah ampas rumput laut yang dihasilkan pada pengolahan agar berkisar 70%-85% (Basmal et al. 2003). Sejak berkembangnya industri pengolahan agar sampai dengan saat ini, belum ada kegiatan pengolahan ampas rumput laut yang sekaligus memanfaatkannya menjadi produk lain, dengan demikian ampas rumput laut yang dihasilkan menjadi suatu pemasalahan bagi industri pengolahan rumput laut.

Gracilaria sp merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar-agar atau disebut dengan agarophytes.Selain Gracilaria, rumput lautpenghasil agar-agar lainnya adalah Gelidium, Pterocladia, dan Gelidiela. (Anggadiredja et al.

2006). Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri tersebut ialah PT Agar Swallow. Seiring dengan meningkatnya produksi rumput laut, limbah dari hasil produk rumput laut tersebut juga ikut meningkat. Salah satu masalah yang dihadapi dalam rangka pengembangan industri pengelolahan rumput laut adalah permasalahan limbah yang sangat berbahaya untuk manusia dan juga lingkungan. Hasil samping tersebut dapat diolah oleh para peternak menjadi bahan baku pakan ekonomis dengan daya simpan yang cukup lama dengan pencampuran beberapa zat higroskopis seperti zeolit, dolomit dan bentonit. Panda (2007) menyatakan pemberian 5% zeolit pada ransum dapat meningkatkan performa mencit. Selain itu memberikan hasil terbaik dalam menurunkan kadarair manur ayam petelur.

(12)

2

METODE

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah ampas rumput laut yang diperoleh langsung dari PT Agar Swallow sebagai hasil samping pengolahan agar-agar, kemudian diangin-anginkan selama 3 hari lalu dihitung kadar airnya, dicampurkan dengan beberapa zat higroskopis zeolit, dolomit dan bentonit dengan masing-masing 5% pemberian.

Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah alat timbangan digital, plastik, wadah plastik, spidol, karung plastik, vibrator ballmill, Aw digital meter, pH digital meter.

Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 – Januari 2015 di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakandan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prosedur

Proses Produksi Ampas Rumput Laut

(13)

3

Persiapan Zat Higroskopis

Zat higroskopis didapatkan langsung dari TekMIRA (Teknologi Mineral dan Batu Bara) Bandung. Zat higroskopis yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya zeolit, dolomit dan bentonit. Ketiga zat ini langsung ditimbang sebanyak 5% dari total ampas rumput laut yang dianalisis.

Proses Pencampuran Ampas Rumput Laut dan Zat Higroskopis

Bagan proses pencampuran ampas rumput laut dengan zat higroskopis zeolit, dolomit dan bentonit sebanyak 5%.

Gambar 2 Proses pencampuran ampas rumput laut dengan 5% zat higroskopis

pencucian dan pembersihan

Gambar 1 Proses produksi ampas rumput laut PT Agar Swallow

Pesiapan Ampas Rumput Laut

Ampas rumput laut didatangkan langsung dari PT Agar Swallow sebagai hasil samping pengolahan agar-agar. Kemudian digiling lalu diletakan di atas terpal dan diangin-anginkan selama 3 hari.

1kgampas

(14)

4

Penyimpanan

Ampas rumput laut yang telah dicampurkan dengan zat higroskopis disimpan dalam gudang selama 2 minggu. Campuran tersebut disimpan di dalam karung plastik dan diletakan di atas pallet kayu untuk menghindari kontak langsung dengan lantai. Pengujian fisik, organoleptik dan kimia dilakukan pada minggu ke 0, 1 dan 2.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah uji fisik yang terdiri dari warna, bau dan ukuran partikel serta komposisi kimia yang terdiri dari kadar air, aktivitas air dan pH, uji daya simpan selama 2 minggu serta uji serangan serangga.

Rancangan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial dengan faktor A perlakuan pakan yakni P0 (ampas rumput laut tanpa zat higroskopis), P1 (ampas rumput laut dengan 5% zeolit), P2 (ampas rumput laut dengan 5% dolomit) dan P3 (ampas rumput laut dengan 5% bentonit). Faktor B waktu penyimpanan (0 minggu, 1 minggu dan 2 minggu) dan tiga kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA. Apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. Model matematika dari rancangan ini adalah:

Yijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk

Dimana :

Yijk = Nilai pengamaan pada faktor A taraf ke-I faktor B taraf ke-j dan

ulangan ke-k

µ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh taraf ke-i dari faktor A (pemberian 5% zat higroskopis)

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor B (lama penyimpanan)

(αβ)ij = Pengaruh interaksi dari faktor A dan faktor B

εijk = Pengaruh acak yang menyebar normal (0,σ2).

Analisis Sifat Kimia

Pengukuran kadar air dan aktivitas air dilakukan menurut prosedur dari AOAC (2003), sedangkan untuk pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter digital.

Uji Serangan Serangga

(15)

5

C/A = Aman, yaitu tidak terlihat serangga dan tidak ditemukan adanya serangga dari bahan.

C/R = Ringan, yaitu terlihat adanya serangga, maksimum 1-2 ekor kg-1 bahan. C/M = Medium, yaitu serangga terlihat sekitar 3-5 ekor kg-1 bahan.

C/B = Berat, yaitu serangga jelas banyak ditemukan sekitar 6-10 ekor kg-1 bahan.

C/SB = Sangat berat, yaitu serangga > 10 ekor kg-1 bahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Ampas Rumput Laut

Ampas rumput laut yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil samping dari proses pengolahan rumput laut jenis Gracilaria sp menjadi agar-agar.

Gracilaria sp merupakan rumput laut yang paling banyak digunakan dalam produksi agar-agar (Alamsjah et al. 2010). Hal ini dikarenakan Gracilaria sp

mudah diperoleh, murah, dan mudah dalam pengolahan. Ampas rumput laut dihasilkan dari proses ekstraksi tahap kedua. Ampas rumput laut segar memiliki kandungan nutrien abu sebesar 58.16%, PK 3.43%, SK 11.59%, BETN 25.88%, Ca 0.75% dan P 0.21%. Ampas rumput laut ini memiliki aroma khas ampas rumput laut berwarna krem dan kadar air yang tinggi yaitu sebesar 38.7%. Hasil uji organoleptik yang dilakukan oleh 4 panelis menunjukan bahwa pada penambahan zat higroskopis zeolit, dolomit dan bentonit sebanyak 5% ke dalam ampas rumput laut menyebabkan terjadinya beberapa perbedaan terhadap warna dan aroma, namun tidak tampak perbedaan selama penyimpanan 2 minggu. P1 (ampas rumput laut dengan 5% zeolit) memiliki warna krem kehijauan yang disebabkan oleh zeolit yang berwarna hijau dengan bau seperti khas mineral dari minggu ke-0 hingga minggu ke-2, P2 (ampas rumput laut dengan 5% dolomit) memiliki warna krem muda yang disebabkan oleh dolomit yang berwarna putih dengan bau khas mineral dari minggu ke-0 hingga ke-2, dan P3 (ampas rumput laut dengan 5% bentonit) memiliki warna krem muda yang disebabkan oleh bentonit yang berwarna putih gading dengan bau khas mineral dari minggu ke-0 hingga ke-2.

(16)

6

Keadaan Umum selama Penyimpanan

Suhu ruangan selama penyimpanan berkisar 27-28oC, sedangkan kelembaban berkisar 68-72%. Suhu batas aman untuk penyimpanan bahan pakan berkisar pada suhu 27-30oC dengan kelembaban relatif adalah 70% (Syarief dan Halid 1993). Data suhu dan kelembaban selama penyimpanan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rataan suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama 2 minggu

Lama Penyimpanan Suhu (oC) RH (%)

Minggu ke- 0 27±0.32 80±1.00

Minggu ke- 1 27±0.67 80±1.53

Minggu ke- 2 28±0.10 82±0.53

Kelembaban yang tinggi pada saat penelitian ini dikarenakan pada saat dilakukan penyimpanan, curah hujan cukup tinggi serta adanya peningkatan suhu sebelum turunnya hujan. Menurut Wiraatmadja et al. (1995), kelembaban yang tinggi berpengaruh terhadap kondisi sampel yang disimpan, terutama pada peningkatan kadar air dan aktivitas air bahan. Keadaan tersebut sangat mudah memicu keadaan kerusakan biologis akibat tumbuhnya kapang dan serangan serangga.

Kadar air

Kadar air merupakan banyaknya air terikat dan air bebas yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen (Syarief dan Halid 1993). Nilai kadar air suatu bahan akan menentukan kerusakan yang terjadi, semakin tinggi kadar air maka semakin besar peluang organisme untuk berkembang biak dan merusak bahan yang disimpan.Menurut SNI (2011) kadar air bahan yang baik adalah 13%. Kadar air bahan tanpa pemberian zat higroskopis sebesar 38.7%. Kadar air ampas rumput dengan penambahan zat higroskopis berupa zeolit, dolomit dan bentonit diawal penyimpanan yaitu minggu ke-0 masing-masing sebesar 16.98%, 18.13% dan 18.93%. Kadar air bahan setelah pemberian zat higroskopis selama penyimpan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kadar air bahan selama penyimpanan

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu) Rataan

0 1 2

P0 38.73±0.21 40.22±0.17 41.89±0.11 40.28±0.05d

P1 16.98±0.24 18.56±0.13 20.92±0.34 18.82±0.11a

P2 18.13±0.50 20.25±0.36 21.72±0.44 20.03±0.07b

P3 18.93±0.25 20.35±0.23 22.53±0.35 20.60±0.07c

Rataan 23.20±0.14a 24.84±0.10b 26.77±0.14c

(17)

7

Berdasarkan hasil yang diperoleh, perlakuan pemberian zat higroskopis nyata (p<0.05) menurunkan kadar air ampas rumput laut. Jika dibandingkan dengan kadar air ampas rumput laut kontrol, penambahan 5% zeolit memiliki nilai presentase penurunan kadar air tertinggi terhadap kontrol yaitu sebesar 56.15%, dibandingkan dengan dolomit dan bentonit yaitu masing-masing sebesar 53.19% dan 51.12% pada sebelum penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cool dan Willard (1982) yang menyatakan bahwa zeolit dapat menurunkan presentase kadar air hingga 30%, molekul zeolit terdiri atas tetrahedral SiO4 dan AlO4 yang diikat dengan oksigen membentuk polihedral yang berongga. Struktur zeolit dengan rongga yang besar ini menyebabkan zeolit dapat menyerap air atau zat lain dibandingkan dengan zat higroskopis lainnya. Hasil pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa lama penyimpanan nyata meningkatkan kadar air bahan. Semakin lama ampas rumput laut disimpan, kadar air yang terkandung akan semakin tinggi. Herawati (1993) menyatakan bahwa kenaikan kadar air selama penyimpanan diakibatkan oleh pakan yang menyerap uap air udara, selama penyimpanan, terjadi peningkatan presentase kadar air. Meningkatnya kadar air selama penyimpanan dapat pula terjadi karena kelembaban udara ruang penyimpanan meningkat. Menurut Wiraatmadja et al. (1995) jika kelembaban ruang meningkat maka terjadi peningkatan kadar air, begitu juga sebaliknya. Nilai rataan kadar air terendah selama penyimpanan adalah pada P1 sebesar 18.82%. Hal tersebut disebabkan karena zeolit memiliki kemampuan mempertahankan kadar air yang paling tinggi dibandingkan dolomit dan bentonit.

Hasil penelitian ini menunjukkan walaupun pemberian perlakuan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar air bahan, namun tidak terjadi interaksi antara kedua faktor tersebut. Tabel 2 menunjukkan bahwa walaupun dengan pemberian perlakuan 5% zat higroskopis ke dalam bahan akan selalu terjadi kenaikan kadar air pada tiap minggu penyimpanannya.

Aktivitas Air (Aw)

Aktivitas air bahan merupakan banyaknya air yang dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Syarif dan Halid (1993), jasad renik membutuhkan air untuk pertumbuhan dan aktivitas mengangkut zat-zat gizi atau bahan-bahan limbah kedalam dan keluar sel. Aktivitas air ampas rumput laut yaitu sebesar 0.843. Data aktivitas air bahan selama penyimpanan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3Aktivitas air bahan selama penyimpanan

Perlakuan Lama Penyimpanan (minggu) Rataan

0 1 2

P0 0.842±0.002 0.852±0.001 0.860±0.002 0.851±0.000ab

P1 0.832±0.002 0.845±0.002 0.848±0.003 0.842±0.001a

P2 0.852±0.001 0.865±0.003 0.870±0.001 0.862±0.001c

P3 0.842±0.002 0.854±0.003 0.863±0.001 0.853±0.006ab

Rataan 0.842±0.001a 0.854±0.001b 0.860±0.006c

(18)

8

Berdasarkan Tabel 3 perlakuan pemberian zat higroskopis nyata menurunkan aktivitas air bahan. Hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap perubahan aktivitas air bahan.Nilai aktivitas air selama penyimpanan mengalami peningkatan pada setiap minggunya baik pada bahan yang diberikan zat higroskopis maupun tidak. Semakin lama bahan disimpan, maka aktivitas air bahan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yusawisana (2002) yang menyatakan bahwa aktivitas air bahan pakan meningkat seiring dengan lama penyimpanan. Pengukuran aktivitas air akan mencerminkan air bebas yang ada dalam bahan pangan, atau kelembaban relatif (Rh) ruang tempat penyimpanan bahan pangan (Syarief dan Halid 1993). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa aktivitas air tertinggi ada pada kelembaban relatif ruang simpan tertinggi. Aktivitas air erat kaitannya dengan kadar air. Pemberian 5% zeolit lebih baik dalam mempertahankan aktivitas air bahan selama penyimpanan, dibandingkan dengan dolomit dan bentonit dengan nilai rataan aktivitas air sebesar 0.842±0.001. Namun, interaksi antara perlakuan dan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas air bahan.

Uji pH

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap pH bahan. Semakin lama penyimpanan semakin tinggi juga pH dari ampas rumput laut tersebut. Data hasil pengukuran pH pada ampas rumput laut setelah pemberian zat higroskopis, disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji pH bahan selama penyimpanan

Perlakuan Lama penyimpanan (minggu) dengan pemberian 5% zeolit), P2 (ampas rumput laut dengan pemberian 5% dolomit), P3 (ampas rumput laut dengan pemberian bentonit).

(19)

9

Ukuran Partikel

Pengujian ukuran partikel bertujuan untuk menentukan kategori kadar kehalusan dari pakan atau ransum yang dihasilkan dengan menggunakan Ro Tap Sieve Shaker (Henderson dan Perry 1981). Menurut Ensminger et al. (1990) pengecilan ukuran partikel dilakukan untuk mempermudah konsumsi dan meningkatkan kecernaan pakan, sedangkan pembesaran ukuran partikel dilakukan untuk memperkecil penyusutan bahan pada pakan sapi dan domba di lapang, menghindari pemilihan pakan yang lebih disukai oleh ternak dan meningkatkan efisiensi penanganan. Hasil pengamatan ukuran partikel bahan selama penyimpanan, disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Ukuran partikel ampas rumput laut selama 2 minggu penyimpanan

Perlakuan Lama Penyimpanan Rataan

0 1 2

P0 2.36±0.02 2.41±0.01 2.44±0.01 2.40±0.01c P1 1.98±0.01 2.02±0.03 2.03±0.02 2.01±0.01a P2 2.00±0.02 2.03±0.01 2.05±0.02 2.02±0.01b P3 2.00±0.02 2.04±0.01 2.07±0.01 2.03±0.01b Rataan 2.09±0.00a 2.12±0.01b 2.14±0.01c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05).P0 (ampas rumput laut tanpa pemberian zat higroskopis), P1 (ampas rumput laut dengan pemberian 5% zeolit), P2 (ampas rumput laut dengan pemberian 5% dolomit), P3 (ampas rumput laut dengan pemberian bentonit).

(20)

10

Serangan Serangga

Serangan serangga tidak ditemukan pada setiap perlakuan maupun penyimpanan. Uji ketahanan serangga pada ampas rumput laut yang diamati selama 2 minggu. Keberadaan serangan serangga tidak ditemukan pada setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan pada penyimpanan minggu ke- 0 hingga minggu ke- 2 suhu dan kelembaban ruangan masih stabil dan belum banyak perubahan dan juga dapat dikarenakan penggunaan dari tipe karung yang digunakan selama penelitian yaitu karung plastik. Menurut Wigati (2009) karung plastik memiliki pori-pori yang relatif kecil dibanding karung lainnya seperti karung goni, sehingga dapat mempersulit masuknya serangga ke dalam karung.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemberian zat higroskopis berupa zeolit nyata menurunkan kadar air ampas rumput laut dibandingkan dengan kontrol dan zat higroskopis lainnya, namun pemberian zat higroskopis belum efektif menurunkan kadar air ampas rumput laut selama penyimpanan.

Saran

Kadar air harus disesuaikan dengan SNI sebelum ditambahkan zat higroskopis. Pemberian zat higroskopis kedalam ampas rumput laut perlu ditingkatkan agar dapat menurunkan kadar air bahan yang sesuai dengan SNI dam dapat diberikan dalam bentuk bag. Serta, penelitian daya simpan perlu dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui waktu optimum penyimpanan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja JT,AtnikaAZ,Purwoto H, Istini S. 2006. Rumput Laut: pembudidayaan,pengolahan, dan pemasaran komoditas perikanan potensial. Jakarta (ID):Penebar Swadaya.

Alamsjah MA, Ayuningtian AO, Subekti S. 2010. Pengaruh lama penyinaran terhadap pertumbuhan dan klorofil a gracilaria verrucosa pada sistembudidaya indoor. JIlmiah Perikanan dan Kelautan. 2(1).

Al-Mahasneh MA, Rababah. 2007. Effect moisture of content on some physicalproperties of green wheat. J Food Engineering 79 (4): 1467-1473. [AOAC] Association of analytical Chemist.2003. Official Methods of

(21)

11

Badan Standarisasi Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-7652.3:2011. Pakan bibit induk (parent stock) ayam ras tipe pedaging - Bagian 3: Grower. Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Indonesia.

Basmal J, Yeni Y, Murdinah, Suherman M, Gunawan B. 2003. Laporan Teknis Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.Jakarta (ID): Badan Riset Kelautan dan Perikanan– DepartemenKelautan dan Perikanan.

Cool WM, Willard JM. 1982. Effect of clinoptilolite of swine nutrition. NutrRep

Inc. 26 (2): 759.

Dinas Pertambangan dan Energi Sumatera Utara. 2009. Zeolit. .http://www.distam-propsu.go.id/potensic zeolit. [Diakses pada 5 februari 2015].

Ensminger ME, Oldfield JE,Heinemenn WW. 1990. Feed and Nutrition. 2nd Ed. California (US): The Ensminger Publishing Company.

Fasina OD, Sokhansanj S. 1993. Effect of moisture on bulk handling properties of alfalfa pellets. J Canada Agricultur Engineering 35(4): 269-272.

Henderson SM, Perry RL. 1976. Agricultural Process Engineering. 3rdEd. Westport Connecticut. Avi Publ.

Herawati I. 1993. Pengaruh zeolit terhadap perkembangan sithopilus zeamaisMotsch pada beberapa varietas jagung selama penyimpanan.[Tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Panda R. 2007. Pengaruh taraf penambahan zeolit dalam ransum terhadap performa produksi mencit lepas sapih hasil litter size pertama. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

RozaD. 1998. Pengelolahan hama gudang di depot Logistik Jakarta Raya (Dolog Jaya).[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Suwardi. 2002. Prospek pemanfaatan mineral zeolit di bidang pertanian. J Zeolit.

Volume 1:1.

Syarif R, Halid H.1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arcan dan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Tekmira. 2005. Informasi Mineral dan Batu Bara,

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Zeolit/ulasan.asp?xdir=Zeolit&commId= 33&comm=Zeolit. (Diakses pada 17 februari 2015)

Yusawisana S. 2002. Uji kerusakan lemak ransum ayam broiler yang menggunakan CPO dengan penambahan antioksidan alami bawang putih selama Penyimpanan. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Wigati D. 2009. Pengaruh Kemasan dan Lama Penyimpanan terhadap Serangan Serangga dan Sifat Fisik Ransum Broiler Starter. [Skripsi]. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Teknologi Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wiraatmadja SE, Prihatiningsih, Sumangat D. 1995. Studi pembuatan selaijambu mete (Anacardum occideltale L): Pengaruh jenis kemasan dan suhu penyimpanannya. J Teknologi Industri Pertanian, 2(1): 23-25.

(22)

12

Lampiran 1 Analisis ragam kadar air

SK JK dB KT F Sig

Faktor A 14.916 2 7.458 67.434 0.000

Faktor B 62.004 2 31.002 280.309 0.000

Galat 1.991 18 0.111

Total 79.713 26

Keterangan: JK: jarak kuadran, db: derajat bebas, KT: kuadran tengah, sig: signifikasi.

Lampiran 2 Uji lanjut Duncan kadar air

Perlakuan N Subset for alpha = .05

Lampiran 3 Analisis ragam aktivitas air

SK JK dB KT F Sig

Faktor A 0.002 2 0.001 42.780 0.000

Faktor B 0.002 2 0.001 35.522 0.000

Galat 0.000 18 2226

Total 0.004 26

Keterangan: JK: jarak kuadran, db: derajat bebas, KT: kuadran tengah, sig: signifikasi.

(23)

13

Lampiran 5 Analisis ragam pH

SK JK dB KT F Sig

Faktor A 0.349 2 0.174 5.414 0.014

Faktor B 7.687 2 3.843 119.276 0.000

Galat 0.580 18 0.032

Total 8.787 26

(24)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 November 1992 di Bandung, Jawa Barat. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ir.Trisna Soenara dan Ati Maryati S.Pd. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandung pada tahun 2004 hingga 2007 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandung pada tahun 2007 hingga 2010. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010

melalui jalur USMI dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menjadi anggota organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada tahun 2012 hingga 2014, penulis juga merupakan salah satu anggota dari organisasi AIESEC IPB pada tahun 2013 dan berpartisipasi dalam kepanitiaan seperti Adelaide University Visit Program to Fapet IPB 2012 hingga 2013, Dekan Cup (2012), Fapet Show Time (2012), Fapet Golden Week (2013) dan salah satu kandidat Indonesia-Australia Pastoral Industry Exchange Program pada tahun 2013 di Australia selama 3 bulan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Gambar

Gambar 1 Proses produksi ampas rumput laut PT Agar Swallow
Tabel 5 Ukuran partikel ampas rumput laut selama 2 minggu penyimpanan

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa sumur RAMA A-02 dan RAMA A-03 mengalami kerusakan pada formasi karena nilai faktor skin nya berharga positif (S &gt;

Peru- bahan wujud tetap adalah perubahan wujud suatu benda yang jika dipanaskan atau disebabkan oleh faktor-faktor lain akan kehilangan sifat-sifat asalnya (tidak kembali)..

Penilaian adalah suatu proses sistematik untuk mengambil keputusan dengan menggunakan data atau informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran, baik dengan

We have developed a methodological framework which utilizes Fuzzy Set theory to capture and describe the effect of urban features upon urban growth and applies

Penelitian yang merupakan bagian dari program pengembangan galur padi tahan WBC ini bertujuan menguji ketahanan varietas padi untuk pemilihan calon tetua persilangan,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan dan lingkungan wajib

Sales promotion merupakan suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menarik konsumen baru, mempengaruhi konsumen untuk mencoba produk baru, mendorong konsumen

Jumlah komputer untuk web cluster yang digunakan dalam penelitian sebanyak empat komputer yang terdiri dari satu komputer sebagai load balancer dan tiga komputer yang disebut