PROPORSI PASIEN DERMATITIS SEBOROIK
DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIODE TAHUN 2010-2012
TESIS
NOVA ZAIRINA LUBIS NIM : 087105003
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROPORSI PASIEN DERMATITIS SEBOROIK
DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
PERIODE TAHUN 2010-2012
TESIS
NOVA ZAIRINA LUBIS NIM : 087105003
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Bidang
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK
MEDAN
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Tesis : Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan Periode Tahun 2010-2012
Nama : dr. Nova Zairina Lubis
Nomor Induk : 087105003
Program Studi : Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi : Kesehatan Kulit dan Kelamin
Menyetujui
(dr. Kamaliah Muis, Sp.KK) (dr. Lukmanul Hakim Nasution, Sp.KK)
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K)) (Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak
terhingga kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya
dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh
gelar Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin.
Dalam menjalani pendidikan ini, berbagai pihak telah turut berperan serta
sehingga terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Pada kesempatan yang
berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. dr. Kamaliah Muis, SpKK, selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah
bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran
selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi
kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.
2. dr. Lukmanul Hakim Nasution, SpKK, selaku pembimbing kedua tesis ini,
yang juga telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat
bermanfaat selama penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai guru besar yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister
Kedokteran Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
4. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), sebagai Ketua Program Studi Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini maupun
selama menjalani pendidikan sehari-hari.
5. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu,
SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
6. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr.
Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
7. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) yang telah
memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister
Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
8. Prof. dr. Mansur A Nasution, SpKK(K), Dr. dr. Nelva K Jusuf, SpKK(K), dr.
Mila Darmi, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan
bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.
9. Para Guru Besar, Prof. dr. Diana Nasution, SpKK(K), Alm Prof. Dr. dr.
Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta
seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK
USU, RSUP. H. Adam Malik Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti
10.Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian
ini.
11.dr. Surya Dharma, MPH, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan
pengolahan statistik penelitian saya ini.
12.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, atas bantuan, dukungan, dan
kerjasama yang baik selama ini.
13.Kedua orang tua saya, Prof. dr. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K) & dr Yuniar
Siregar, SpKK, tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terima kasih
saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang Papa dan Mama
untuk saya selama ini, terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan dan
betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orang tua seperti Papa dan
Mama. Semoga Allah SWT membalas segalanya.
14.Suami saya tercinta, dr. M. Jusuf Paska Ginting dan anakku M. Raka Malik
Safa Ginting terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan,
kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa,
semangat, bantuan disetiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan
ini.
15.Abangku dan adikku Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah
diberikan kepada saya selama ini.
16.Teman seangkatan saya yang tercinta, dr.Wahyuni Widianti S, dr. Irina
Damayanti, dr. Cut Putri Hazlianda, dr. Rini Amanda C.S., M(Ked)KK SpKK,
dr. Ahmad fajar M(Ked)KK, SpKK, dr. Olivia Anggraeni dan dr. Sufina F
Nasution, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan
17.Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada
saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk
menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan,
kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan
tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan
dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan,
kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal
Alamin.
Medan, Mei 2014
Penulis
Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di RSUP H. Adam Malik
Medan Periode Tahun 2010-2012
Nova Z Lubis
DepartemenIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Lukmanul Hakim Nasution,Kamaliah Muis
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang:Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif.
Tujuan:Untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.
Metode: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.
Hasil: Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang. Proporsi pasien dermatitis seboroik 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki yaitu 55,3 %, usia 46-50 tahun yaitu 13,0%, etnis batak yaitu 32,5%, pendidikan SMA/Sederajat yaitu 38,2%, pekerjaan PNS 30,9%, lesi terbanyak di wajah dan kepala 33,3%. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid topikal 84,6%.
Kesimpulan:Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012 adalah 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik umumnya laki-laki, usia 46-50 tahun , etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat , pekerjaan PNS , lesi terbanyak di wajah dan kepala , pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara topikal.
THE PROPORTION OF SEBORRHEIC DERMATITIS IN THE DEPARTMENT OF DERMATOLOGY AND VENEREOLOGY,
HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL, MEDAN, IN THE PERIOD OF 2010-2012
Nova Z. Lubis
Department of Dermatology and Venereology , Lukmanul Hakim Nasution, Kamaliah Muis
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia
ABSTRACT
Background: Seborrheic dermatitis is a chronic papulosquamous disease which attacks infantile and adults; it is usually found in some parts of the body with high and active sebaceous folikel concentration.
Objective: To find out the proportion and the characteristics of patients who suffered from seborrheic dermatitis in the Department of Dermatology and Venereology, Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012.
Method: The research was a descriptive study, conducted retrospectively by using by using secondary data analysis from the medical records of the patients suffered from seborrheic dermatitis.
Results: There were 123 seborrheic dermatitis patients who visited Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012. The proportion of seborrheic dermatitis patients was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis patients in the Department of Dermatology and Venereology of Haji Adam Malik General Hospital, Medan, were males (55.3%), 46 to 50 years old (13.0%), Bataknese (32.5%) Senior High School graduates (38.2%), government employees (30.9%), and most of the lesion was found on faces and heads (33.3%). Topical corticosteroids (84.6%) was usually used for seborrheic dermatitis medication.
Conclusion: The proportion of seborrheic dermatitis patients in the period of 2010 – 2012 was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis were males, 46 to 50 years old, Bataknese, Senior High School graduates, government employees, and most of the lesion was found on faces and heads; topical costicosteroids was usually used for seborrheic dermatitis medication.
DAFTAR ISI
4.1. ProporsiPasien Dermatitis Seboroik ... 26
4.2. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik ... 28
4.2.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29
4.2.4. Karakteristik Berdasarkan Etnis ... 32
4.2.5. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 33
4.2.6. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 34
4.2.7. Karakteristik Berdasarkan Letak Lesi ... 35
4.2.8. Karakteristik Berdasarkan Pengobatan ... 38
4.6. Keterbatasan Penelitian ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1. Kesimpulan ... 42
5.2. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik ... 11
2.2. Pola Klinis Dermatitis Seboroik ... 13
2.3. Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik ... 15
2.4. Jenis-jenis Terapi pada Dermatitis Seboroik ... 19
4.1. Jumlah Pasien RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 s/d 2012 ... 26
4.2. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28
4.3. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Kelompok Usia ... 30
4.4. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis ... 32
4.5. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan ... 33
4.6. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan . 34 4.7. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Letak Lesi . 35 4.8. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pengobatan... 38
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Lokasi Prediksi Dermatitis Seboroik ... 13
2.2. Diagram Kerangka Teori ... 20
3.1. Diagram Kerangka Operasional ... 23
4.1. Grafik Jumlah Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Tahun .... 27
4.2. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin .... 29
4.3. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Usia ... 31
4.4. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis ... 32
4.5. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan ... 33
4.6. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan ... 34
4.7. Grafik Letak Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik ... 36
4.8. Grafik Letak Lesi Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spayol ... 37
DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome
CVA : Cerebrovascular Accidents
HIV : Human Immunodeficiensy Virus
NK : Natural Killer
Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di RSUP H. Adam Malik
Medan Periode Tahun 2010-2012
Nova Z Lubis
DepartemenIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Lukmanul Hakim Nasution,Kamaliah Muis
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang:Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif.
Tujuan:Untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.
Metode: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.
Hasil: Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang. Proporsi pasien dermatitis seboroik 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki yaitu 55,3 %, usia 46-50 tahun yaitu 13,0%, etnis batak yaitu 32,5%, pendidikan SMA/Sederajat yaitu 38,2%, pekerjaan PNS 30,9%, lesi terbanyak di wajah dan kepala 33,3%. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid topikal 84,6%.
Kesimpulan:Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012 adalah 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik umumnya laki-laki, usia 46-50 tahun , etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat , pekerjaan PNS , lesi terbanyak di wajah dan kepala , pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara topikal.
THE PROPORTION OF SEBORRHEIC DERMATITIS IN THE DEPARTMENT OF DERMATOLOGY AND VENEREOLOGY,
HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL, MEDAN, IN THE PERIOD OF 2010-2012
Nova Z. Lubis
Department of Dermatology and Venereology , Lukmanul Hakim Nasution, Kamaliah Muis
Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia
ABSTRACT
Background: Seborrheic dermatitis is a chronic papulosquamous disease which attacks infantile and adults; it is usually found in some parts of the body with high and active sebaceous folikel concentration.
Objective: To find out the proportion and the characteristics of patients who suffered from seborrheic dermatitis in the Department of Dermatology and Venereology, Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012.
Method: The research was a descriptive study, conducted retrospectively by using by using secondary data analysis from the medical records of the patients suffered from seborrheic dermatitis.
Results: There were 123 seborrheic dermatitis patients who visited Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012. The proportion of seborrheic dermatitis patients was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis patients in the Department of Dermatology and Venereology of Haji Adam Malik General Hospital, Medan, were males (55.3%), 46 to 50 years old (13.0%), Bataknese (32.5%) Senior High School graduates (38.2%), government employees (30.9%), and most of the lesion was found on faces and heads (33.3%). Topical corticosteroids (84.6%) was usually used for seborrheic dermatitis medication.
Conclusion: The proportion of seborrheic dermatitis patients in the period of 2010 – 2012 was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis were males, 46 to 50 years old, Bataknese, Senior High School graduates, government employees, and most of the lesion was found on faces and heads; topical costicosteroids was usually used for seborrheic dermatitis medication.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang
menyerang bayi dan juga orang dewasa, sering ditemukan pada bagian tubuh
dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan kelenjar sebaseus yang
aktif.1-6
Prevalensi dermatitis seboroik adalah 3% - 5% pada orang dewasa muda
dan 1% - 5% dari populasi umum walaupun insidensi seumur hidup sangat
tinggi.1,4,5,7,10-12
Prevalensi tertinggi ditemukan pada usia dekade ke-4 sampai 7 dan pada 3
bulan pertama kehidupan yang menghilang pada usia 6 sampai 12 bulan dalam
bentuk dermatitis seboroik infantil.
3
Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002
menunjukkan insidensi rata – rata dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah
kunjungan dan rasio pria dibandingkan wanita 1,5 : 1.
3
Elewski BE (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dermatitis
seboroik lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan wanita, hal ini
kemungkinan berhubungan dengan stimulasi hormon androgen yang lebih tinggi
pada pria dibandingkan wanita. Hormon androgen memiliki fungsi untuk
menghasilkan sebum.
Etiologi dan patogenesis dari dermatitis seboroik belum diketahui dengan
pasti tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malessezia, kelainan
imunologi, aktivitas sebaseus dan kerentanan pasien.1-12
Dermatitis seboroik merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering
pada pasien human immunodeficiensy virus (HIV) dan acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS), kelainan neurologi seperti penyakit
parkinson, pada bayi prematur dan pasien yang menderita gagal jantung
bawaan.
Penyakit kulit pada dermatitis seboroik yaitu kulit yang terkena tampak
berwarna merah jambu dan ditutupi dengan skuama coklat kekuningan dan
krusta. 1,8-12
1-6
Pengelupasan berlebihan pada wajah dan kulit kepala dapat berdampak
negatif terhadap kualitas hidup seseorang, khususnya pada wanita, pasien yang
berusia muda, dan mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. 1,7,8,9
Penatalaksanaan pada dermatitis seboroik bertujuan untuk mengontrol
penyakit karena dermatitis seboroik ini bersifat kronis dan sering mengalami
kekambuhan.
1-4
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat
antiinflamasi, obat imunomodulator, antijamur, keratolitik dan obat
alternatif.
Sampai saat ini belum diketahui proporsi dan karakteristik pasien
dermatitis seboroik di RSUP H Adam Malik Medan dalam beberapa tahun
terakhir sehingga peneliti melakukan penelitian retrospektif pasien dermatitis
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proporsi pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 -
2012?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui proporsi pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari
2010 – Desember 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik demografis pasien dermatitis seboroik
berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan dan pekerjaan di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan
periode 2010 – 2012.
2. Untuk mengetahui karakteristik klinis pasien dermatitis seboroik berdasarkan
lokasi lesi dan pengobatan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 – 2012.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada institusi kesehatan, institusi pendidikan
dan pihak-pihak terkait lainnya mengenai proporsi dan karakteristik
pasien dermatitis seboroik di RSUP H. Adam Malik Medan periode
2. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi data dasar ataupun
data pendukung untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
dermatitis seboroik.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatitis Seboroik 2.1.1 Definisi
Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang
menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan
konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala,
telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, inframma dan aksila).1-5
2.1.2 Epidemiologi
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umum
menyerang sekitar 1-3% populasi umum di Amerika Serikat, di mana 3-5% pasien
terdiri dari orang dewasa muda.1,4,5,7,15,16 Data di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002 menunjukkan insidensi rata – rata
dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah kunjungan dan rasio pria
dibandingkan wanita 1,5 : 1.3
Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir
hingga usia tiga bulan, dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60
tahun.
11-14
Pria lebih sering terserang daripada wanita pada semua kelompok umur
dan dapat mengenai semua ras.
Taksiran prevalensi dermatitis seborik dibatasi oleh ketiadaan kriteria
diagnostik yang sah dan juga skala penentuan grade keparahan. 1,4,5,7,15,16
14
Dermatitis
seboroik merupakan salah satu penyakit kulit paling umum, kondisi ini
mempengaruhi sekitar 11,6% populasi umum dan sampai 70% bayi pada tiga
Pada orang dewasa, kejadian puncak pada dekade ketiga dan keempat
kehidupan.1,3,11,14,19,20
Prevalensi dermatitis seboroik pada individu positip-HIV berkisar dari
20-83%.
.
4,7,10
Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit
Parkinson juga menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi, dan
pasien Parkinson yang diobati dengan levodopa mengalami perbaikan dalam
dermatitis seboroik.1,6,16,21
Prevalensi dermatitis seboroik yang lebih tinggi juga ditemukan dalamm
kasus kraniosinostosi, pada polineuropati amiloidotik familial, pada cedera otak
traumatik, cedera spinal cord traumatik, cerebrovascular accidents (CVA),
epilepsi dan pada paralisis saraf wajah.
Pada tahun 1996, Ercis et al. melaporkan bahwa 30,9% pasien penderita
sindrom Down mengalami dermatitis seboroik, akan tetapi, Daneshpazhooh et al.
melaporkan prevalensinya hanya 3%. 1,7,14
Penyakit sistemik lainnya di mana kejadian dermatitis seboroik lebih
tinggi meliputi infark otot jantung akut, pankreatitis alkoholik dan kecanduan
alkohol.
6,20
2.1.3 Etiologi dan Patogenesis 7,14,21-23
Patogenesis yang pasti dari dermatitis seboroik belum dimengerti
sepenuhnya, tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malassezia,
kelainan immunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentanan
pasien.1-12 Spesies Malassezia dan Propionibacterium acne juga memiliki
aktivitas lipase yang menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam asam lemak
Malassezia pachydermatis.6,7,11,12 Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif
yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang merubah flora kulit
normal.1,4,7,15 Sebagian penulis meyakini bahwa gangguan dalam flora, aktivitas
lipase dan radikal oksigen bebas akan berhubungan erat dengan dermatitis
seboroik dibandingkan dengan perubahan respon kekebalan.
Hormon dan lipid kulit, pasien dengan dermatitis seboroik
memeperlihatkan kadar lipid permukaan kulit yang tinggi trigliserida dan
kolesterol, tetapi level yang rendah dari asam lemak bebas dan squalene. 7,12
1,4,9,11
Penderita dermatitis seboroik biasanya mempunyai kulit kaya sebum dan
berminyak. Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk
proliferasi Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi sehingga
menciptakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan dermatitis seboroik.
10-15
Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada bagian-bagian kulit yang kaya
kelenjar sebum.
Dermatitis seboroik paling umum terjadi pada masa pubertas dan remaja,
selama periode ini produksi sebum paling tinggi, hal ini berhubungan dengan
hormonal yang meningkat pada masa pubertas, oleh karena itu dermatitis
seboroik lebih umum pada laki-laki daripada perempuan, yang menunjukkan
pengaruh androgen pada unit pilosebum. 15-22
Dermatitis seboroik merupakan kondisi inflamasi, yang sebagian besar
disertai dengan keberadaan jamur Malassezia dan diduga bahwa reaksi kekebalan
yang tidak tepat bisa memberi kontribusi kepada patogenesis dermatitis
seboroik.
6,10,12-16
11,12,14,18
Walaupun mekanisme imunopatogenik yang terlibat dalam
Studi yang dilaksanakan Bergbrant et al. menunjukkan secara langsung
gangguan fungsi sel-sel T dan peningkatan sel-sel NK (natural killer) dalam darah
perifer pasien dermatitis seboroik dibandingkan dengan kelompok
kontrol.5,6,11,12,18
Studi yang sama menunjukkan peningkatan konsentrasi total antibodi IgA
dan IgG serum pada pasien penderita dermatitis seboroik, yang juga ditegaskan
oleh beberapa studi lainnya, peningkatan produksi imunoglobulin terjadi sebagai
reaksi terhadap toksin jamur dan aktivitas lipase.
6,11,12,18
Faergemann et al. menemukan infiltrasi sel-sel NK (natural killer) dan
makrofag pada bagian-bagian kulit yang terpengaruh , dengan aktivasi lokal yang
bersamaan dari komplemen dan pemicuan sitokin proinflamasi, yang semuanya
bisa menyebabkan kerusakan pada epidermal.
5,6,11,12,16,18
Berdasarkan hasil penelitian Gupta AK pada tahun 2004 menunjukkan
adanya imunodefisiensi sebagai faktor penyebab prevalensi dermatitis seboroik
lebih tinggi secara signifikan (34%-83%) .
10
Valia RG menyatakan pasien
positip-HIV, dermatitis seboroik yang terjadi gambaran klinisnya lebih berat (bahkan
sering mempengaruhi anggota gerak).1,7,10
Faktor-faktor neurogenik, kejadian dermatitis seboroik pada pasien
penderita penyakit parkinson sudah lama diamati secara klinik, terutama pada
pasien penderita dermatitis seboroik yang sudah lama dan berat, menciptakan
kondisi yang sesuai terhadap proliferasi Malassezia.
1,7,8
Dermatitis seboroik dapat terjadi pada pasien dengan parkinson, tampak
perubahan dalam konsentrasi sebum yang dipicu secara endokrinologik bukan
secara neurologik.
6,12
konsentrasi hormon α Melanocyte Stimulating Hormon (α-MSH) plasma pada
pasien penderita penyakit parkinson, mungkin disebabkan ketiadaan faktor
penghambat-MSH sebagai akibat dari aktivitas neuronal dopaminergik yang tidak
cukup.6,12
Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk pada tahun 2012 dijumpai
pengobatan dengan L-dopa berhasil memulihkan sintesa faktor penghambat-MSH
dan mengurangi sekresi sebum pada pasien penderita penyakit parkinson.
12 Efek
sebostatik dari L-dopa ini terbatas hanya pada pasien penderita penyakit
parkinson, sementara pada kondisi seborea lainnya seperti jerawat, L-dopa tidak
mempunyai efek pada produksi sebum.12 Lebih jauh lagi, immobilitas wajah
pasien penderita penyakit parkinson (wajah seperti-masker) bisa secara sekunder
menyebabkan peningkatan akumulasi sebum, yang dengan demikian memberi
kontribusi tambahan kepada kecenderungan perkembangan dermatitis seboroik.12
Beberapa laporan menyatakan faktor fisik seperti perawatan PUVA
(Psoralen Ultraviolet A) pada wajah juga dapat memicu dermatitis seboroik.
1
Efek mikrobial, patogenesis dermatitis seboroik masih kontroversial sejak dahulu, kehadiran atau ketidakseimbangan flora berperan dalam penyakit ini,
meskipun beberapa pasien memiliki kultur yang menunjukkan Candida albicans,
Staphylococcus aureus, Propionobacterium acnes dan bakteri aerob lainnya,
tetapi tidak berhubungan dengan patogenesis dermatitis seboroik.
Beberapa obat yang dikenal dapat memicu dermatitis seboroik dari laporan
beberapa penelitian seperti laporan dari Picardo M dan Cameli N pada tahun 2008
aurothioglukose, buspiron, klorpromazin, etionamid, baklofen, interferon
fenotiasin, stanozolol, thiothixene, psoralen, methoxsalen, dan trioxsalen.
Gangguan proliferasi epidermis, pasien dengan dermatitis seboroik
menunjukkan hiperproliferasi epidermis atau diskeratinisasi yang terkait dengan
peningkatan aktivitas kalmodulin, yang juga terlihat pada psoriasis. Ini
menjelaskan mengapa pasien dengan dermatitis seboroik yang diterapi dengan
sejumlah obat sitostatik menunjukkan perbaikan.
4
1
Faktor genetik, riwayat keluarga dari dermatitis seboroik seringkali telah
dilaporkan, tetapi hanya beberapa tahun terakhir yang memiliki mutasi (ZNF750)
yang menguraikan protein finger zinc (C2H2) yang telah dijelaskan dan
mengakibatkan terjadinya dermatosis menyerupai dermatitis seboroik.
1
Beberapa laporan juga menyatakan stres oksidatif yang muncul sebagai
akibat dari over produksi oksigen radikal atau mekanisme pertahanan antioksidan
tidak memadai dapat memicu dermatitis seboroik.1
Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk Faktor-faktor lainnya yang dapat
mencetuskan dermatitis seboroik yaitu aspek musiman; kekambuhan penyakit
lebih umum pada musim gugur dan musim dingin.1 Kondisi ini dipicu oleh stres
emosional dan dahulu dijumpai angka kejadian dermatitis seboroik yang tinggi
dilaporkan pada pasukan perang di masa perang.1,12
Dari beberapa penelitian kejadian dermatitis seboroik juga sering diamati
pada penyakit depresi dan down syndrome, tetapi ini bisa terkait dengan
kecenderungan pasien penderita depresi tetap berada di ruangan tertutup, dan
higiene yang buruk.
Tabel 2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik
Faktor Resiko Deskripsi
Lipid dan hormon Penyebaran lesi pada tubuh berhubungan dengan penyebaran kelenjar sebaseus, dengan sebum yang berlebihan dijumpai pada skalp, lipatan nasolabial, dada, alismata dan telinga Sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda (ketika kelenjar sebaseus lebih aktif).
Penyakit penyerta Penyakit parkinson Kelumpuhan saraf kranial
Faktor imunologi Penurunan sel T helper
Penurunan phytohemagglutinin stimulasi concanavalin A Penurunan titer antibodi
Gaya hidup Nutrisi yang buruk Higiene yang buruk
Dikutip sesuai Kepustakaan No. 13 2.1.4 Gambaran Klinis
Lesi dermatitis seboroik tipikal adalah bercak-bercak eritema, dengan
sisik-sisik yang berminyak.1-10 Penyakit ini suka muncul di bagian-bagian yang
kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala, garis batas rambut, alis mata, glabela,
lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan sela paha.2-8
Pasien sering mengeluhkan rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan pada
liang telinga.
1,5,6,12
Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi dan
membentuk batas eritema bersisik yang disebut “corona seborrheica”.1,3,12
Dua bentuk dermatitis seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid dan
tipe pitiriasiform.
Tipe petaloid diawali dengan papul-papul folikuler dan perifolikuler merah
hingga coklat, yang berkembang menjadi bercak-bercak yang mirip bentuk
mahkota bunga.1,5,8,12
Tipe pitiriasiform mungkin merupakan bentuk berat dari dermatitis
seboroik petaloid.
1,8,12
Tipe ini mempunyai bercak-bercak yang mengikuti
garis-garis kulit yang mirip pityriasis rosea.1,8,12
Dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga yang gambarannya
seperti dermatitis kronis.
12
Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis
dengan kerak-kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak mata.
1,5,8,12
Bila hanya manifestasi ini yang ada, maka diagnosis tidaklah sulit.1,5,8 Varian
serius dari penyakit kulit ini adalah exfoliative erythroderma (seborrheic
erythroderma).
Komplikasi yang utama pada lesi adalah infeksi sekunder, tampak eritema,
eksudat, gangguan kenyamanan dan limfadenopati pada daerah yang terkena. 1,8,12
Tabel 2.2. Pola Klinis Dermatitis Seboroik Pola Klinis Dermatitis Seboroik
Bayi
• Kulit kepala (cradle cap)
• Tubuh (termasuk daerah fleksor dan popok)
• Penyakit Leiner
o Nonfamilial
o Disfungsi C5 familial
Dewasa
• Kulit kepala
• Wajah (termasuk blepharitis)
• Tubuh
o Petaloid
o Pityriasiform
o Fleksural
o Plak eksematous
o Folikuler
• Generalisata ( berupa eritroderma)
Dikutip sesuai Kepustakaan No. 1
2.1.5 Diagnosis
Dermatitis seboroik mempunyai ciri-ciri unik tergantung pada kelompok
usia yang terpengaruh, bentuk anak sifatnya dapat sembuh sendiri, sementara pada
orang dewasa penyakit ini sifatnya kronis.1-6 Lesi terdiri dari plak eritema,
bersisik dengan tingkat keparahan dan intensitas yang bervariasi.
Pada masa bayi, dermatitis seboroik sering dijumpai dalam tiga bulan
pertama kehidupan berupa sisik pada kulit kepala.
1-8
1-10
Gambaran khas yang berupa
sisik-sisik kekuningan yang muncul segera setelah lahir.1,4,5,6,8,11 Kondisi ini juga
bisa berkembang pada wajah dan pada lipatan-lipatan tubuh seperti pada daerah
retroaurikular, leher, ketiak dan daerah paha.1,6,8,11
Pada orang dewasa, dermatitis seboroik adalah dermatosis kronis berulang
yang dimulai dari eritema ringan sampai moderat hingga lesi papular, eksudatif
dan bersisik, semakin memburuk jika disertai stres atau kurang tidur.
4,6,11
Dengan
tingkat puritus bervariasi.1,5,6 Lesi terutama berkembang pada daerah yang
produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga eksternal, daerah
retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan lipatan-lipatan tubuh.
Lesi pada kulit kepala dimulai dari pengelupasan ringan hingga
kerak-kerak berwarna kekuningan yang melekat pada kulit kepala dan rambut, yang bisa
memicu atau tidak terjadinya daerah alopesia (pseudo tinea amiantacea).
1-7
1,9,11
Pada wajah, keterlibatan daerah glabela dan malar, lipatan nasolabial dan
alis mata merupakan ciri khas.
2-8
Keterlibatan kelopak mata menyebabkan
blefaritis, pada pria daerah kumis juga bisa terpengaruh dengan lesi dermatitis
Dalam lipatan-lipatan kulit (ketiak, pusar, inguinal, daerah anogenital),
bentuk lesi berupa maserasi, lembab dengan dasar eritema pada sekitar lesi.6,11
2.1.6 Diagnosis Banding
Dijumpai sejumlah penyakit yang serupa dengan dermatitis seboroik.
Psoriasis pada kulit kepala (scalp psoriasis) muncul sebagai plak bersisik pada
kulit kepala dengan batas yang tegas mungkin sulit dibedakan dari dermatitis
seboroik.1,2,3,5,8 Dermatitis seboroik pada kepala juga bisa mirip dengan tinea
kapitis untuk membedakannya dilakukan pemeriksaan kerokan KOH 20% dan
kultur jamur.7-9 Rosasea dan sistemik lupus eritematosus bisa menimbulkan
eritema pada wajah yang mirip dengan dermatitis seboroik.7,14 Dermatitis
seboroik pada lipatan nasolabial mirip dengan dermatitis perioral, dermatitis
seboroik pada daerah dada dan punggung yang mirip dengan ptiriasis rosea dan
ptiriasis versikolor, dermatitis seboroik pada daerah paha bisa mirip dengan
dermatofitosis, psoriasis inversa, kandidiasis dan kadang-kadang histiositosis sel
langerhans.1,9,11,12
Tabel 2.3. Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik Berdasarkan Lokasi Lesi
2.1.7 Histopatologi
Gambaran histopatologi bervariasi menurut stadium penyakit: akut,
subakut, atau kronik.1,5 Pada dermatitis seboroik akut dan subakut, infiltrat
perivaskuler superfisial dari limfosit dan histiosit jarang, spongiosis ringan sampai
sedang, hiperplasia psoriasifrom ringan, sumbatan folikuler oleh ortokeratosis dan
parakeratosis, skuama atau krusta mengandung netrofil pada ujung ostia
folikuler.1,5 Pada dermatitis seboroik kronis dijumpai kapiler dan vena kecil yang
berdilatasi pada pleksus superfisial.
Lesi dermatitis seboroik kronik secara klinis dan histopatologis berupa
bentuk psoriasiform sehingga sering sulit dibedakan dengan psoriasis. 1
1
Bentuk
psoriasis memberikan banyak gambaran yang sama dengan dermatitis
seboroik.1,5,6 Lesi yang menyerupai psoriasis dapat berlangsung bertahun-tahun
sebelum akhirnya berubah menjadi psoriasis yang jelas.1,5
2.1.8 Pengobatan
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat
anti-inflamasi,immunomodulator, obat keratolitik, antijamur dan tea tree oil .7,8,11,12
A. Anti Inflamasi
Pengobatan konvensional untuk dermatitis seboroik pada kulit kepala
dewasa diawali dengan steroid topikal.1-12 Terapi ini bisa diberikan sebagai
sampo, seperti flusinolon (Synalar), larutan steroid topikal, losion yang digunakan
pada kulit kepala, atau krim yang digunakan pada kulit.
Orang dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan
steroid topikal satu atau dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai
tambahan.
8
Steroid topikal potensi rendah efektif mengobati dermatitis seboroik pada
bayi atau dewasa di daerah fleksural atau dermatitis seboroik yang rekalsitran
pada dewasa.1-8
B. Immunomodulator
Inhibitor kalsineurin topikal (misalnya, salep takrolimus atau ®Protopic),
pimekrolimus krim atau ®Elidel) memiliki sifat-sifat fungisidal dan anti-inflamasi
tanpa risiko atrofi kulit, yang disebabkan oleh steroid topikal, inhibitor kalsineurin
juga merupakan terapi yang baik padawajah dan telinga akan tetapi penggunaan
setiap hari selama satu minggu baru terlihat manfaatnya.1,4,5,8,9,12,24
C. Keratolitik
Modalitas lama untuk pengobatan dermatitis seboroik memiliki sifat-sifat
keratolitik tetapi tidak memiliki sifat-sifat antijamur.5-6 Keratolitik yang
digunakan secara luas untuk mengobati dermatitis seboroik meliputi tar, asam
salisilat dan sampo zinc pyrithione.5-8,12,20 Zinc pyrithione memiliki sifat-sifat
keratolitik dan antijamur nonspesifik dan bisa digunakan dua atau tiga kali per
minggu.7,8,12
Pasien harus membiarkan sampo di rambut setidaknya selama lima menit
untuk menjamin agar bahan mencapai kulit kepala.
8
Pasien juga bisa
menggunakannya di tempat yang lainnya, seperti wajah.8,12 Dermatitis seboroik
pada kulit kepala bayi mengharuskan penanganan yang hati-hati dan lembut
D. Antijamur
Sebagian obat antijamur menyerang Malassezia yang terkait dengan
dermatitis seboroik.1-7 Penggunaan gel ketokonazol sekali sehari yang
dikombinasikan dengan desonide sekali-sehari selama dua minggu, dapat berguna
untuk dermatitis seboroik pada wajah.5,12,24-26
Sampo yang mengandung selenium sulfide atau azole sering digunakan
digunakan dua atau tiga kali per minggu.
4-7,20
Ketokonazole (krim atau gel foam) dan terbinafine oral juga bisa
bermanfaat.1,5,6,7,8,12 Obat antijamur topikal lainnya seperti siklopiroks dan
flukonazole juga dapat bermanfaat untuk penderita dermatitis seboroik.4-8,12,24,25,26
E. Tea tree oil ( pengobatan alami/alternatif)
Terapi alami semakin popular seperti Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah
minyak esensial dari tumbuhan semak asli Australia. Terapi ini ternyata efektif
Tabel 2.4. Jenis-jenis Terapi pada Dermatitis Seboroik Terapi-terapi untuk penatalaksanaan dermatitis seboroik
Terapi Dosis
Dikutip sesuai Kepustakaan No. 8
2.1.9 Prognosis
Dapat sembuh dengan sendirinya disertai prognosis yang baik pada bayi
dibandingkan dengan kondisi kronis dan relaps pada orang dewasa.1 Tidak ada
bukti yang menyatakan bayi dengan dermatitis seboroik juga akan mengalami
penyakit ini pada saat dewasa. Pasien dermatitis seboroik dewasa dengan bentuk
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Teori
Dermatitis seboroik
• Faktor lainnya: faktor fisik,gangguan nutrisi dan obat-obatan
Gambaran klinis
Lokasi lesi Pola klinis
Bayi Dewasa
Faktor pencetus Sosio demografi
• Jenis kelamin
• Anti inflamasi & imunomodulator • Keratolitik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara
retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien
dermatitis seboroik.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2013 - Februari 2014,
bertempat di bagian rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan.
3.3 Objek Penelitian
Rekam medis yang lengkap dari pasien dermatitis seboroik di RSUP H.
Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012.
3.4 Bahan dan Cara Kerja 3.4.1 Bahan
Bahan penelitian diambil dari rekam medis pasien dermatitis seboroik
yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.
Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012.
3.4.2 Cara Kerja
1. Pengumpulan data pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 yang
mempunyai rekam medis dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis
2. Penghitungan proporsi dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012
dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.
3. Pencatatan data pasien dermatitis seboroik meliputi usia, jenis kelamin,etnis,
pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan periode 2010 sampai 2012
dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.
4. Data pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 yang diperoleh
kemudian ditabulasi dan disajikan kedalam tabel dan diagram berdasarkan
3.5 Kerangka Operasional
Gambar 3.1. Diagram Kerangka Operasional
Penelusuran data rekam medis pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012
Karakteristik pasien dermatitis seboroik berdasakan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan , pekerjaan, lokasi lesi,dan pengobatan
Data dikumpulkan dan ditabulasi
Penyajian dalam bentuk tabel distribusi & diagram batang berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan Penghitungan proporsi pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai
3.6 Definisi Operasional
1. Rekam medis adalah keterangan tertulis tentang identitas, anamnesis,
pemeriksaan fisisk, diagnosis, tindakan medis dan pengobatan pasien
dermatitis seboroik yang datang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember
2012.
2. Usia adalah usia pasien saat pertama datang dihitung dari tanggal lahir, bila
lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan keatas; bila kurang dari 6 bulan, usia
dibulatkan kebawah.berdasarkan catatan medis.
3. Etnis adalah garis keturunan yang didapatkan pasien dermatitis seboroik yang
berasal dari orang tua yang melahirkan dirinya atau dari nenek moyangnya
berdasarkan rekam medis.
4. Pendidikan adalah: pendidikan formal yang sedang dijalani atau yang terakhir
diselesaikan oleh pasien dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.
5. Pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang dijalanin atau tidak lagi dijalankan
(pensiunan) oleh pasien dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.
6. Lokasi lesi adalah lokasi lesi dari anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien
dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.
7. Diagnosis dermatitis seboroik adalah diagnosis dari anamnesis dan gambaran
klinis dermatitis seboroik yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012
berdasarkan catatan medis.
8. Pengobatan dermatitis seboroik adalah pengobatan yang diberikan pada pasien
9. Proporsi dermatitis seboroik adalah perbandingan jumlah pasien dermatitis
seboroik dengan jumlah seluruh pasien penyakit kulit yang datang berobat ke
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik
Medan periode 2010 sampai 2012.
Dengan rumus:
Proporsi =
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan diagram. Dianalisis secara deskriptif menggunakan literatur yang
ada.
Jumlah kasus dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012
Jumlah kasus penyakit kulit periode 2010 sampai 2012
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik Periode Januari 2010 sampai Desember 2012
Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 ada 123
orang pasien dermatitis seboroik yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan.
Selain itu, jumlah seluruh pasien di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin di RSUP
H. Adam Malik Medan tahun 2010 ada 5.514 orang, tahun 2011 ada 5.641 orang
dan tahun 2012 ada 5.327 orang. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1 Proporsi Pasien RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 s/d 2012
Tahun
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Tahun
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase jumlah
pasien dermatitis seboroik tertinggi pada tahun 2011, yaitu 40,7 % (50 orang)
dibandingkan tahun 2010, yaitu 35,8 % (44 orang), dan tahun 2012, yaitu 23,6 %
(29 orang). Dari grafik ini dapat dilihat terjadi fluktuasi peningkatan dan
penurunan jumlah kunjungan penderita dermatitis seboroik, peningkatan jumlah
kunjungan diduga berhubungan dengan kesadaran penderita untuk mengobati
penyakitnya yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup
penderita seperti kehilangan rasa percaya diri, penurunan jumlah kunjungan
diduga karena rasa bosan pada penderita untuk mengobati penyakitnya karena
dermatitis seboroik bersifat kronis dengan rekurensi tinggi.
1,5,12,23,28,29 10
20 30 40 50 60
2010 2011 2012
Jum
Hasil perhitungan menunjukkan proporsi dermatitis seboroik di
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan
selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 adalah 0,75 % .
Data di Rumah sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) menunjukkan pasien
dermatitis seboroik dijumpai rata-rata 8,3% dari jumlah kunjungan.
Berdasarkan penelitian dari Bukhari IA pada Rumah sakit King Fahad di
Saudi arabia menunjukkan dari 5641 pasien baru yang berobat ke bagian kulit dan
kelamin periode tiga tahun (1990-1993) dijumpai 330 pasien dermatitis seboroik
atau rata-rata 5,9%.
3
27
4.2 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik
Karakteristik subyek dalam penelitian ini ditampilkan berdasarkan jenis
kelamin, usia, etnis, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan.
4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Subyek Penelitian
n %
1. Laki-laki 68 55,3
2. Perempuan 55 44,7
Gambar 4.2 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase
karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis
kelamin laki-laki, yaitu 55,3 % (68 orang) dibandingkan jenis kelamin
perempuan, yaitu 44,7 % (55 orang).
Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan,
menunjukkan pengaruh hormon androgen pada unit pilosebaseus yang
mengakibatkan peningkatan pembentukan sekresi sebum dan lemak pada
permukaan kulit.10,11,16,20
Laki-laki
Perempuan
4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Kelompok Usia
No. Usia Subyek Penelitian
n %
1. 1-5 tahun 5 4,1
2. 6-10 tahun 3 2,4
3. 11-15 tahun 8 6,5
4. 16-20 tahun 8 6,5
5. 21-25 tahun 1 0,8
6. 26-30 tahun 4 3,3
7. 31-35 tahun 9 7,3
8. 36-40 tahun 7 5,7
9. 41-45 tahun 10 8,1
10. 46-50 tahun 16 13,0
11. 51-55 tahun 9 7,3
12. 56-60 tahun 13 10,6
13. 61-65 tahun 14 11,4
14. 66-70 tahun 9 7,3
15. 71-75 tahun 1 0,8
16. 76-80 tahun 5 4,1
17. 81-85 tahun 1 0,8
Gambar 4.3 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase
karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan kelompok usia tertinggi pada
kelompok umur 46-50 tahun, yaitu 13,0 % (16 orang), dan terendah pada
kelompok umur 21-25 tahun, 71-75 tahun dan 81-85 tahun, yaitu 0,8 % (1 orang).
Prevalensi tertinggi pada dermatitis seboroik ditemukan pada usia dekade ke 4
sampai 7 kehidupan hal ini diduga selain adanya pengaruh dari patogenesis
dermatitis seboroik, penyakit-penyakit penyerta pada dermatitis seboroik dijumpai
cukup tinggi pada dekade ini.3,6,8,12
Pada penelitian Mastrolonardo M dkk tahun 2004 dijumpai dari 186
pasien yang berusia diatas 65 tahun terdapat 43 kasus dermatitis seboroik, hal ini
seperti penyakit keganasan, kardiovaskular juga neurologi dan gangguan
emosional atau mood .29
Berdasarkan kepustakaan Berk T dan Schenfield N pada tahun 2010
menunjukkan insidensi puncak pada penyakit dermatitis seboroik yaitu pada
dekade ke 3 dan ke 4 kehidupan.
14
Pada penelitian Peyri J pada tahun 2005 menujukkan kejadian penyakit
dermatitis seboroik paling tinggi terjadi pada usia rata-rata 40 tahun.
23
4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Etnis
Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis
No. Etnis Subyek Penelitian
n %
Gambar 4.4 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase
karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan etnis tertinggi pada etnis batak, yaitu
32,5 % (40 orang) dan terendah pada etnis Aceh, Minang dan Simalungun, yaitu
0,8 % (masing-masing 1 orang). Pada penelitian ini dijumpai karakteristik
dermatitis seboroik berdasarkan etnis tertinggi pada etnis batak, hal ini diduga
berhubungan dengan lokasi atau letak dari rumah sakit tempat penelitian yang
banyak dijumpai etnis tersebut.
Dermatitis seboroik dapat terjadi pada seluruh kelompok etnik. Artinya,
penyakit ini tidak spesifik pada kelompok etnik tertentu.
4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan
1,4,5,7,15,16
Tabel 4.5 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan
No. Pendidikan Subyek Penelitian
n %
1. Belum Sekolah/SD/Sederajat 20 16,3
2. SMP/Sederajat 15 12,2
3. SMA/Sederajat 47 38,2
4. Akademi/S1 41 33,3
Total 123 100
Gambar 4.5 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan
0 10 20 30 40 50
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase
karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan pendidikan tertinggi pada
pendidikan SMA/Sederajat, yaitu 38,2 % (47 orang) dibandingkan pendidikan
Akademi/S1, yaitu 33,3% (41 orang), belum sekolah/SD/Sederajat, yaitu 16,3 %
(20 orang), dan pendidikan SMP/Sederajat, yaitu 12,2 % (15 orang). Pendidikan
pada pasien dermatitis seboroik menujukkan kelompok masyarakat dengan
pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kepedulian yang lebih terhadap
kesehatannya.
4.2.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 4.6 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Subyek Penelitian
N %
1. IRT 17 13,8
2. Pelajar/Mahasiswa 22 17,9
3. Pensiunan 21 17,1
4. Petani 5 4,1
5. PNS 38 30,9
6. TNI 1 0,8
7. Wiraswasta 19 15,4
Total 123 100
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase
karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan pekerjaan tertinggi pada pekerjaan
sebagai PNS, yaitu 30,9 % (38 orang), dan terendah pada pekerjaan sebagai TNI,
yaitu 0,8 % (1 orang).
Hal ini sesuai dengan umumnya subyek penelitian memiliki umur 46-50
tahun. Kejadian dermatitis seboroik berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini
dikaitkan dengan umur penderita.
4.2.6 Karakteristik Lokasi Lesi Pasien Dermatitis Seboroik
Tabel 4.7 Karakteristik Lokasi Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik
No Lokasi Lesi
Lokasi Lesi
Total % Ada Tidak Ada
n % n %
1. Scalp 41 33,3 82 66,7 123 100
2. Wajah 41 33,3 82 66,7 123 100
3. Telinga 14 11,4 109 88,6 123 100
4. Wajah + Leher 3 2,4 120 97,6 123 100
5. Wajah + Punggung 5 4,1 118 95,9 123 100
6. Ketiak 2 1,6 121 98,4 123 100
7. Leher 10 8,1 113 91,9 123 100
8. Lengan 5 4,1 118 95,9 123 100
9. Punggung 24 19,5 99 80,5 123 100
10. Punggung + Leher 3 2,4 120 97,6 123 100
11. Lipat paha 16 13,0 107 87,0 123 100
12. Lipat paha + Kelamin 2 1,6 121 98,4 123 100
Gambar 4.7 Grafik Lokasi Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase
dermatitis seboroik berdasarkan letak lesi di wajah & scalp tertinggi yaitu 33,3 %
(41 orang). Persentase subyek penelitian berdasarkan letak lesi terendah di paha
dan kelamin, ketiak yaitu 1,6 % (2 orang).
Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk proliferasi
Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi awal, sehingga sebum dalam
jumlah tertentu selalu dibutuhkan untuk menciptakan kondisi yang sesuai untuk
perkembangan dermatitis seboroik. Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada
bagian-bagian kulit yang kaya kelenjar sebum.15-22 Lesi terutama berkembang
pada daerah yang produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga
eksternal, daerah retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan
lipatan-lipatan tubuh.1-7 Pada pasien dermatitis seboroik area tubuh yang terkena dapat
lebih dari satu lokasi tetapi literatur yang melaporkan persentase kejadian ini
pada scalp, dahi yang dapat meluas sampai daerah retroaurikular dan pada
daerah-daerah lipatan sedangkan pada usia dewasa dermatitis seboroik biasanya dijumpai
pada scalp dan wajah.1-5 pada beberapa kasus yang jarang bentuk klinis dari
dermatitis seboroik ini bisa mengenai badan dan ekstremitas bahkan bisa meluas
sampai ke leher.
Pada penelitian Gustafson CJ pada tahun 2012 menyatakan dermatitis
seboroik merupakan penyakit yang kronis yang memiliki periode remisi (sembuh)
dan eksaserbasi yang mengakibatkan pada seorang penderita jika mengalami
eksaserbasi ringan lokasi yang terkena hanya satu area (lokal) sedangkan jika
ekaserbasinya lebih berat area yang terkena lebih dari satu lokasi dan bisa meluas
bahkan ke daerah yang jarang dijumpai penyakit ini. 3
Pada penelitian Peyri J dkk tahun 2005 di Spanyol menunjukkan penyakit
dermatitis seboroik paling sering terjadi pada area wajah yaitu sebanyak 88% dan
scalp sebanyak 70%.
19
23
Gambar 4.8 Grafik Lokasi Lesi Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spanyol
Pada penelitian Bukhari IA pada tahun 1999 di Saudi arabia menunjukkan
lokasi lesi dermatitis seboroik paling banyak di scalp 70,2% dan wajah 37,5%,
lokasi lesi dermatitis seboroik yang dijumpai lebih dari satu area yaitu 52% .
4.2.7 Karakteristik Pengobatan Pasien Dermatitis Seboroik
27
Tabel 4.8 Karakteristik Pengobatan pada Pasien Dermatitis Seboroik
No Obat
Pengobatan
Total %
Ya Tidak
n % n %
I Kortikosterid / Anti-Inflamasi
A. Topikal 104 84,6 19 15,4 123 100
Hidrokortison cream 1% Hidrokortison cream 2,5%
Desoximetasoneointment
B. Sistemik 5 4,1 118 95,9 123 100
Metilprednisolon tablet
II Antimikotik / Anti-Jamur
Topikal 50 40,7 73 59,3 123 100
Ketokonazole cream 2% Miconazole nitrat 2% cream Ketokonazole 2% scalp solution Selenium sulfide shampoo
III Pengobatan Lainnya
Gambar 4.9 Grafik Pengobatan yang Diberikan pada Pasien Dermatitis Seboroik
Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase
dermatitis seboroik berdasarkan pengobatan dengan kortikosteroid/ antiinflamasi
secara topikal tertinggi pada yang menggunakan, yaitu 84,6 % (104 orang).
Persentase pengobatan antihistamin yaitu 80,5 % (99 orang). Persentase
pengobatan yang terendah adalah pengobatan lainnya secara topikal yaitu 3,3% (4
orang).
Orang dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan
steroid topikal satu atau dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai
tambahan.
Steroid topikal potensi rendah bisa efektif mengobati dermatitis seboroik
pada bayi atau dewasa di daerah fleksural atau dermatitis seboroik yang
rekalsitran pada dewasa. 3,5,6,11,12
Pada penelitaian Peyri J dkk pada tahun 2005 menunjukkan pengobatan
pada dermatitis seboroik yang menggunakan kortikosteroid topikal sebanyak 1-8
0 20 40 60 80 100 120
Kortikosterid / Anti-Inflamasi : Topikal
Kortikosterid / Anti-Inflamasi : Sistemik
Antimicotik / Anti-Jamur : Topikal Pengobatan Lainnya : Topikal Antihistamin
Tidak
59,9%, anti jamur imidazol topikal sebanyak 35,1% dan pelembab atau
produk-produk nutrisi sebanyak 27,2 %.
Tabel 4.9. Tabel Pengobatan yang Diberikan pada 2159 Penderita 23
Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spanyol
Treatment No (%)
Topical corticosteroids 1.293 (59.9%)
Imidazole antimycotics 758 (35.1%)
Hydrating/emollient/nutritive treatments 663 (27.2%)
Topical calcineurin inhibitors 588 (27.2%)
Pyrithione derivatives 389 (18.0%)
Tar derivatives 263 (12.2%)
Keratolytics 201 (9.3%)
Selenium sulfate 165 (7.6%)
Vitamin D derivatives 44 (2.0%)
Other pharmacological treatments 110 (5.1%)
Other nonpharmacological treatments 22 (1.0%)
Dikutip Berdasarkan Kepustakaan No 23 4.4 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
a. Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, banyak
status pasien di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,
khususnya untuk pasien dermatitis seboroik yang tidak lengkap, sehingga
tidak semua populasi penelitian terekam dalam penelitian ini.
b. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sehingga tidak mampu menggali
penyebab atau faktor-faktor yang berperan dalam kejadian dermatitis
seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.
Adam Malik Medan.
c. Pada penelitian ini hasilnya hanya mencerminkan kejadian dermatitis
seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.
penyakit tersebut dapat juga dijumpai sehingga penelitian tidak
mencerminkan keseluruhan angka kejadian dermatitis seboroik.
d. Pada penelitian ini dijumpai usia pada penderita dermatitis seboroik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam
Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123
orang.
b. Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H.
Adam Malik Medan periode 2010 samapi 2012 adalah 0,75%.
c. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Kulit Kelamin
RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki,
usia 46-50 tahun, etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat, pekerjaan
PNS, lesi terbanyak di wajah dan kepala.
d. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan
kortikosteroid secara topikal, anti jamur topikal dan golongan anti
histamin yang diberikan secara peroral.
5.2 Saran
a. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi
untuk menilai hubungan karakteristik pasien dengan peyakit-penyakit
penyerta pada dermatitis seboroik seperti gangguan neurologi, kelainan
jantung, dan penderita HIV.
b. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi
untuk menilai hubungan pemberian pengobatan dengan durasi
c. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi
untuk menilai hubungan karakteristik pasien dermatitis seboroik dengan
tingkat keparahan dermatitis seboroik.
d. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian korelasi
untuk menilai hubungan karakteristik pengobatan pasien dermatitis