• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Tahun 2010-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Tahun 2010-2012"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PROPORSI PASIEN DERMATITIS SEBOROIK

DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE TAHUN 2010-2012

TESIS

NOVA ZAIRINA LUBIS NIM : 087105003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROPORSI PASIEN DERMATITIS SEBOROIK

DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE TAHUN 2010-2012

TESIS

NOVA ZAIRINA LUBIS NIM : 087105003

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Bidang

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

MEDAN

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik Medan Periode Tahun 2010-2012

Nama : dr. Nova Zairina Lubis

Nomor Induk : 087105003

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi : Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui

(dr. Kamaliah Muis, Sp.KK) (dr. Lukmanul Hakim Nasution, Sp.KK)

Pembimbing I Pembimbing II

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K)) (Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH)

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak

terhingga kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya

dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh

gelar Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan ini, berbagai pihak telah turut berperan serta

sehingga terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Pada kesempatan yang

berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Kamaliah Muis, SpKK, selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah

bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran

selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi

kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.

2. dr. Lukmanul Hakim Nasution, SpKK, selaku pembimbing kedua tesis ini,

yang juga telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat

bermanfaat selama penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai guru besar yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister

Kedokteran Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

(5)

4. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), sebagai Ketua Program Studi Departemen

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini maupun

selama menjalani pendidikan sehari-hari.

5. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu,

SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

6. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr.

Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Departemen Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

7. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister

Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Prof. dr. Mansur A Nasution, SpKK(K), Dr. dr. Nelva K Jusuf, SpKK(K), dr.

Mila Darmi, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan

bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

9. Para Guru Besar, Prof. dr. Diana Nasution, SpKK(K), Alm Prof. Dr. dr.

Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta

seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK

USU, RSUP. H. Adam Malik Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti

(6)

10.Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian

ini.

11.dr. Surya Dharma, MPH, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat

USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan

pengolahan statistik penelitian saya ini.

12.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, atas bantuan, dukungan, dan

kerjasama yang baik selama ini.

13.Kedua orang tua saya, Prof. dr. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K) & dr Yuniar

Siregar, SpKK, tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terima kasih

saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang Papa dan Mama

untuk saya selama ini, terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan dan

betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orang tua seperti Papa dan

Mama. Semoga Allah SWT membalas segalanya.

14.Suami saya tercinta, dr. M. Jusuf Paska Ginting dan anakku M. Raka Malik

Safa Ginting terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan,

kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa,

semangat, bantuan disetiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan

ini.

15.Abangku dan adikku Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah

diberikan kepada saya selama ini.

16.Teman seangkatan saya yang tercinta, dr.Wahyuni Widianti S, dr. Irina

Damayanti, dr. Cut Putri Hazlianda, dr. Rini Amanda C.S., M(Ked)KK SpKK,

dr. Ahmad fajar M(Ked)KK, SpKK, dr. Olivia Anggraeni dan dr. Sufina F

Nasution, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan

(7)

17.Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada

saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh

karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita

semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk

menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan,

kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan

tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan

dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan,

kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal

Alamin.

Medan, Mei 2014

Penulis

(8)

Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di RSUP H. Adam Malik

Medan Periode Tahun 2010-2012

Nova Z Lubis

DepartemenIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Lukmanul Hakim Nasution,Kamaliah Muis

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang:Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif.

Tujuan:Untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.

Metode: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.

Hasil: Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang. Proporsi pasien dermatitis seboroik 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki yaitu 55,3 %, usia 46-50 tahun yaitu 13,0%, etnis batak yaitu 32,5%, pendidikan SMA/Sederajat yaitu 38,2%, pekerjaan PNS 30,9%, lesi terbanyak di wajah dan kepala 33,3%. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid topikal 84,6%.

Kesimpulan:Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012 adalah 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik umumnya laki-laki, usia 46-50 tahun , etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat , pekerjaan PNS , lesi terbanyak di wajah dan kepala , pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara topikal.

(9)

THE PROPORTION OF SEBORRHEIC DERMATITIS IN THE DEPARTMENT OF DERMATOLOGY AND VENEREOLOGY,

HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL, MEDAN, IN THE PERIOD OF 2010-2012

Nova Z. Lubis

Department of Dermatology and Venereology , Lukmanul Hakim Nasution, Kamaliah Muis

Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia

ABSTRACT

Background: Seborrheic dermatitis is a chronic papulosquamous disease which attacks infantile and adults; it is usually found in some parts of the body with high and active sebaceous folikel concentration.

Objective: To find out the proportion and the characteristics of patients who suffered from seborrheic dermatitis in the Department of Dermatology and Venereology, Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012.

Method: The research was a descriptive study, conducted retrospectively by using by using secondary data analysis from the medical records of the patients suffered from seborrheic dermatitis.

Results: There were 123 seborrheic dermatitis patients who visited Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012. The proportion of seborrheic dermatitis patients was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis patients in the Department of Dermatology and Venereology of Haji Adam Malik General Hospital, Medan, were males (55.3%), 46 to 50 years old (13.0%), Bataknese (32.5%) Senior High School graduates (38.2%), government employees (30.9%), and most of the lesion was found on faces and heads (33.3%). Topical corticosteroids (84.6%) was usually used for seborrheic dermatitis medication.

Conclusion: The proportion of seborrheic dermatitis patients in the period of 2010 – 2012 was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis were males, 46 to 50 years old, Bataknese, Senior High School graduates, government employees, and most of the lesion was found on faces and heads; topical costicosteroids was usually used for seborrheic dermatitis medication.

(10)

DAFTAR ISI

4.1. ProporsiPasien Dermatitis Seboroik ... 26

4.2. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik ... 28

4.2.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

(11)

4.2.4. Karakteristik Berdasarkan Etnis ... 32

4.2.5. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 33

4.2.6. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 34

4.2.7. Karakteristik Berdasarkan Letak Lesi ... 35

4.2.8. Karakteristik Berdasarkan Pengobatan ... 38

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1. Kesimpulan ... 42

5.2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik ... 11

2.2. Pola Klinis Dermatitis Seboroik ... 13

2.3. Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik ... 15

2.4. Jenis-jenis Terapi pada Dermatitis Seboroik ... 19

4.1. Jumlah Pasien RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 s/d 2012 ... 26

4.2. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

4.3. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Kelompok Usia ... 30

4.4. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis ... 32

4.5. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan ... 33

4.6. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan . 34 4.7. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Letak Lesi . 35 4.8. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pengobatan... 38

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Lokasi Prediksi Dermatitis Seboroik ... 13

2.2. Diagram Kerangka Teori ... 20

3.1. Diagram Kerangka Operasional ... 23

4.1. Grafik Jumlah Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Tahun .... 27

4.2. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin .... 29

4.3. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Usia ... 31

4.4. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis ... 32

4.5. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan ... 33

4.6. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan ... 34

4.7. Grafik Letak Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik ... 36

4.8. Grafik Letak Lesi Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spayol ... 37

(14)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome

CVA : Cerebrovascular Accidents

HIV : Human Immunodeficiensy Virus

NK : Natural Killer

(15)

Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di RSUP H. Adam Malik

Medan Periode Tahun 2010-2012

Nova Z Lubis

DepartemenIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Lukmanul Hakim Nasution,Kamaliah Muis

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang:Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif.

Tujuan:Untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.

Metode: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.

Hasil: Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang. Proporsi pasien dermatitis seboroik 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki yaitu 55,3 %, usia 46-50 tahun yaitu 13,0%, etnis batak yaitu 32,5%, pendidikan SMA/Sederajat yaitu 38,2%, pekerjaan PNS 30,9%, lesi terbanyak di wajah dan kepala 33,3%. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid topikal 84,6%.

Kesimpulan:Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012 adalah 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik umumnya laki-laki, usia 46-50 tahun , etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat , pekerjaan PNS , lesi terbanyak di wajah dan kepala , pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara topikal.

(16)

THE PROPORTION OF SEBORRHEIC DERMATITIS IN THE DEPARTMENT OF DERMATOLOGY AND VENEREOLOGY,

HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL, MEDAN, IN THE PERIOD OF 2010-2012

Nova Z. Lubis

Department of Dermatology and Venereology , Lukmanul Hakim Nasution, Kamaliah Muis

Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia

ABSTRACT

Background: Seborrheic dermatitis is a chronic papulosquamous disease which attacks infantile and adults; it is usually found in some parts of the body with high and active sebaceous folikel concentration.

Objective: To find out the proportion and the characteristics of patients who suffered from seborrheic dermatitis in the Department of Dermatology and Venereology, Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012.

Method: The research was a descriptive study, conducted retrospectively by using by using secondary data analysis from the medical records of the patients suffered from seborrheic dermatitis.

Results: There were 123 seborrheic dermatitis patients who visited Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012. The proportion of seborrheic dermatitis patients was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis patients in the Department of Dermatology and Venereology of Haji Adam Malik General Hospital, Medan, were males (55.3%), 46 to 50 years old (13.0%), Bataknese (32.5%) Senior High School graduates (38.2%), government employees (30.9%), and most of the lesion was found on faces and heads (33.3%). Topical corticosteroids (84.6%) was usually used for seborrheic dermatitis medication.

Conclusion: The proportion of seborrheic dermatitis patients in the period of 2010 – 2012 was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis were males, 46 to 50 years old, Bataknese, Senior High School graduates, government employees, and most of the lesion was found on faces and heads; topical costicosteroids was usually used for seborrheic dermatitis medication.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang

menyerang bayi dan juga orang dewasa, sering ditemukan pada bagian tubuh

dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan kelenjar sebaseus yang

aktif.1-6

Prevalensi dermatitis seboroik adalah 3% - 5% pada orang dewasa muda

dan 1% - 5% dari populasi umum walaupun insidensi seumur hidup sangat

tinggi.1,4,5,7,10-12

Prevalensi tertinggi ditemukan pada usia dekade ke-4 sampai 7 dan pada 3

bulan pertama kehidupan yang menghilang pada usia 6 sampai 12 bulan dalam

bentuk dermatitis seboroik infantil.

3

Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002

menunjukkan insidensi rata – rata dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah

kunjungan dan rasio pria dibandingkan wanita 1,5 : 1.

3

Elewski BE (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dermatitis

seboroik lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan wanita, hal ini

kemungkinan berhubungan dengan stimulasi hormon androgen yang lebih tinggi

pada pria dibandingkan wanita. Hormon androgen memiliki fungsi untuk

menghasilkan sebum.

(18)

Etiologi dan patogenesis dari dermatitis seboroik belum diketahui dengan

pasti tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malessezia, kelainan

imunologi, aktivitas sebaseus dan kerentanan pasien.1-12

Dermatitis seboroik merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering

pada pasien human immunodeficiensy virus (HIV) dan acquired

immunodeficiency syndrome (AIDS), kelainan neurologi seperti penyakit

parkinson, pada bayi prematur dan pasien yang menderita gagal jantung

bawaan.

Penyakit kulit pada dermatitis seboroik yaitu kulit yang terkena tampak

berwarna merah jambu dan ditutupi dengan skuama coklat kekuningan dan

krusta. 1,8-12

1-6

Pengelupasan berlebihan pada wajah dan kulit kepala dapat berdampak

negatif terhadap kualitas hidup seseorang, khususnya pada wanita, pasien yang

berusia muda, dan mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. 1,7,8,9

Penatalaksanaan pada dermatitis seboroik bertujuan untuk mengontrol

penyakit karena dermatitis seboroik ini bersifat kronis dan sering mengalami

kekambuhan.

1-4

Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat

antiinflamasi, obat imunomodulator, antijamur, keratolitik dan obat

alternatif.

Sampai saat ini belum diketahui proporsi dan karakteristik pasien

dermatitis seboroik di RSUP H Adam Malik Medan dalam beberapa tahun

terakhir sehingga peneliti melakukan penelitian retrospektif pasien dermatitis

(19)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana proporsi pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 -

2012?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui proporsi pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu

Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari

2010 – Desember 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik demografis pasien dermatitis seboroik

berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan dan pekerjaan di

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan

periode 2010 – 2012.

2. Untuk mengetahui karakteristik klinis pasien dermatitis seboroik berdasarkan

lokasi lesi dan pengobatan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 – 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada institusi kesehatan, institusi pendidikan

dan pihak-pihak terkait lainnya mengenai proporsi dan karakteristik

pasien dermatitis seboroik di RSUP H. Adam Malik Medan periode

(20)

2. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi data dasar ataupun

data pendukung untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai

dermatitis seboroik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tentang

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis Seboroik 2.1.1 Definisi

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang

menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan

konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala,

telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, inframma dan aksila).1-5

2.1.2 Epidemiologi

Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umum

menyerang sekitar 1-3% populasi umum di Amerika Serikat, di mana 3-5% pasien

terdiri dari orang dewasa muda.1,4,5,7,15,16 Data di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002 menunjukkan insidensi rata – rata

dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah kunjungan dan rasio pria

dibandingkan wanita 1,5 : 1.3

Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir

hingga usia tiga bulan, dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60

tahun.

11-14

Pria lebih sering terserang daripada wanita pada semua kelompok umur

dan dapat mengenai semua ras.

Taksiran prevalensi dermatitis seborik dibatasi oleh ketiadaan kriteria

diagnostik yang sah dan juga skala penentuan grade keparahan. 1,4,5,7,15,16

14

Dermatitis

seboroik merupakan salah satu penyakit kulit paling umum, kondisi ini

mempengaruhi sekitar 11,6% populasi umum dan sampai 70% bayi pada tiga

(22)

Pada orang dewasa, kejadian puncak pada dekade ketiga dan keempat

kehidupan.1,3,11,14,19,20

Prevalensi dermatitis seboroik pada individu positip-HIV berkisar dari

20-83%.

.

4,7,10

Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit

Parkinson juga menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi, dan

pasien Parkinson yang diobati dengan levodopa mengalami perbaikan dalam

dermatitis seboroik.1,6,16,21

Prevalensi dermatitis seboroik yang lebih tinggi juga ditemukan dalamm

kasus kraniosinostosi, pada polineuropati amiloidotik familial, pada cedera otak

traumatik, cedera spinal cord traumatik, cerebrovascular accidents (CVA),

epilepsi dan pada paralisis saraf wajah.

Pada tahun 1996, Ercis et al. melaporkan bahwa 30,9% pasien penderita

sindrom Down mengalami dermatitis seboroik, akan tetapi, Daneshpazhooh et al.

melaporkan prevalensinya hanya 3%. 1,7,14

Penyakit sistemik lainnya di mana kejadian dermatitis seboroik lebih

tinggi meliputi infark otot jantung akut, pankreatitis alkoholik dan kecanduan

alkohol.

6,20

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis 7,14,21-23

Patogenesis yang pasti dari dermatitis seboroik belum dimengerti

sepenuhnya, tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malassezia,

kelainan immunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentanan

pasien.1-12 Spesies Malassezia dan Propionibacterium acne juga memiliki

aktivitas lipase yang menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam asam lemak

(23)

Malassezia pachydermatis.6,7,11,12 Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif

yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang merubah flora kulit

normal.1,4,7,15 Sebagian penulis meyakini bahwa gangguan dalam flora, aktivitas

lipase dan radikal oksigen bebas akan berhubungan erat dengan dermatitis

seboroik dibandingkan dengan perubahan respon kekebalan.

Hormon dan lipid kulit, pasien dengan dermatitis seboroik

memeperlihatkan kadar lipid permukaan kulit yang tinggi trigliserida dan

kolesterol, tetapi level yang rendah dari asam lemak bebas dan squalene. 7,12

1,4,9,11

Penderita dermatitis seboroik biasanya mempunyai kulit kaya sebum dan

berminyak. Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk

proliferasi Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi sehingga

menciptakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan dermatitis seboroik.

10-15

Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada bagian-bagian kulit yang kaya

kelenjar sebum.

Dermatitis seboroik paling umum terjadi pada masa pubertas dan remaja,

selama periode ini produksi sebum paling tinggi, hal ini berhubungan dengan

hormonal yang meningkat pada masa pubertas, oleh karena itu dermatitis

seboroik lebih umum pada laki-laki daripada perempuan, yang menunjukkan

pengaruh androgen pada unit pilosebum. 15-22

Dermatitis seboroik merupakan kondisi inflamasi, yang sebagian besar

disertai dengan keberadaan jamur Malassezia dan diduga bahwa reaksi kekebalan

yang tidak tepat bisa memberi kontribusi kepada patogenesis dermatitis

seboroik.

6,10,12-16

11,12,14,18

Walaupun mekanisme imunopatogenik yang terlibat dalam

(24)

Studi yang dilaksanakan Bergbrant et al. menunjukkan secara langsung

gangguan fungsi sel-sel T dan peningkatan sel-sel NK (natural killer) dalam darah

perifer pasien dermatitis seboroik dibandingkan dengan kelompok

kontrol.5,6,11,12,18

Studi yang sama menunjukkan peningkatan konsentrasi total antibodi IgA

dan IgG serum pada pasien penderita dermatitis seboroik, yang juga ditegaskan

oleh beberapa studi lainnya, peningkatan produksi imunoglobulin terjadi sebagai

reaksi terhadap toksin jamur dan aktivitas lipase.

6,11,12,18

Faergemann et al. menemukan infiltrasi sel-sel NK (natural killer) dan

makrofag pada bagian-bagian kulit yang terpengaruh , dengan aktivasi lokal yang

bersamaan dari komplemen dan pemicuan sitokin proinflamasi, yang semuanya

bisa menyebabkan kerusakan pada epidermal.

5,6,11,12,16,18

Berdasarkan hasil penelitian Gupta AK pada tahun 2004 menunjukkan

adanya imunodefisiensi sebagai faktor penyebab prevalensi dermatitis seboroik

lebih tinggi secara signifikan (34%-83%) .

10

Valia RG menyatakan pasien

positip-HIV, dermatitis seboroik yang terjadi gambaran klinisnya lebih berat (bahkan

sering mempengaruhi anggota gerak).1,7,10

Faktor-faktor neurogenik, kejadian dermatitis seboroik pada pasien

penderita penyakit parkinson sudah lama diamati secara klinik, terutama pada

pasien penderita dermatitis seboroik yang sudah lama dan berat, menciptakan

kondisi yang sesuai terhadap proliferasi Malassezia.

1,7,8

Dermatitis seboroik dapat terjadi pada pasien dengan parkinson, tampak

perubahan dalam konsentrasi sebum yang dipicu secara endokrinologik bukan

secara neurologik.

6,12

(25)

konsentrasi hormon α Melanocyte Stimulating Hormon (α-MSH) plasma pada

pasien penderita penyakit parkinson, mungkin disebabkan ketiadaan faktor

penghambat-MSH sebagai akibat dari aktivitas neuronal dopaminergik yang tidak

cukup.6,12

Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk pada tahun 2012 dijumpai

pengobatan dengan L-dopa berhasil memulihkan sintesa faktor penghambat-MSH

dan mengurangi sekresi sebum pada pasien penderita penyakit parkinson.

12 Efek

sebostatik dari L-dopa ini terbatas hanya pada pasien penderita penyakit

parkinson, sementara pada kondisi seborea lainnya seperti jerawat, L-dopa tidak

mempunyai efek pada produksi sebum.12 Lebih jauh lagi, immobilitas wajah

pasien penderita penyakit parkinson (wajah seperti-masker) bisa secara sekunder

menyebabkan peningkatan akumulasi sebum, yang dengan demikian memberi

kontribusi tambahan kepada kecenderungan perkembangan dermatitis seboroik.12

Beberapa laporan menyatakan faktor fisik seperti perawatan PUVA

(Psoralen Ultraviolet A) pada wajah juga dapat memicu dermatitis seboroik.

1

Efek mikrobial, patogenesis dermatitis seboroik masih kontroversial sejak dahulu, kehadiran atau ketidakseimbangan flora berperan dalam penyakit ini,

meskipun beberapa pasien memiliki kultur yang menunjukkan Candida albicans,

Staphylococcus aureus, Propionobacterium acnes dan bakteri aerob lainnya,

tetapi tidak berhubungan dengan patogenesis dermatitis seboroik.

Beberapa obat yang dikenal dapat memicu dermatitis seboroik dari laporan

beberapa penelitian seperti laporan dari Picardo M dan Cameli N pada tahun 2008

(26)

aurothioglukose, buspiron, klorpromazin, etionamid, baklofen, interferon

fenotiasin, stanozolol, thiothixene, psoralen, methoxsalen, dan trioxsalen.

Gangguan proliferasi epidermis, pasien dengan dermatitis seboroik

menunjukkan hiperproliferasi epidermis atau diskeratinisasi yang terkait dengan

peningkatan aktivitas kalmodulin, yang juga terlihat pada psoriasis. Ini

menjelaskan mengapa pasien dengan dermatitis seboroik yang diterapi dengan

sejumlah obat sitostatik menunjukkan perbaikan.

4

1

Faktor genetik, riwayat keluarga dari dermatitis seboroik seringkali telah

dilaporkan, tetapi hanya beberapa tahun terakhir yang memiliki mutasi (ZNF750)

yang menguraikan protein finger zinc (C2H2) yang telah dijelaskan dan

mengakibatkan terjadinya dermatosis menyerupai dermatitis seboroik.

1

Beberapa laporan juga menyatakan stres oksidatif yang muncul sebagai

akibat dari over produksi oksigen radikal atau mekanisme pertahanan antioksidan

tidak memadai dapat memicu dermatitis seboroik.1

Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk Faktor-faktor lainnya yang dapat

mencetuskan dermatitis seboroik yaitu aspek musiman; kekambuhan penyakit

lebih umum pada musim gugur dan musim dingin.1 Kondisi ini dipicu oleh stres

emosional dan dahulu dijumpai angka kejadian dermatitis seboroik yang tinggi

dilaporkan pada pasukan perang di masa perang.1,12

Dari beberapa penelitian kejadian dermatitis seboroik juga sering diamati

pada penyakit depresi dan down syndrome, tetapi ini bisa terkait dengan

kecenderungan pasien penderita depresi tetap berada di ruangan tertutup, dan

higiene yang buruk.

(27)

Tabel 2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik

Faktor Resiko Deskripsi

Lipid dan hormon Penyebaran lesi pada tubuh berhubungan dengan penyebaran kelenjar sebaseus, dengan sebum yang berlebihan dijumpai pada skalp, lipatan nasolabial, dada, alismata dan telinga Sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda (ketika kelenjar sebaseus lebih aktif).

Penyakit penyerta Penyakit parkinson Kelumpuhan saraf kranial

Faktor imunologi Penurunan sel T helper

Penurunan phytohemagglutinin stimulasi concanavalin A Penurunan titer antibodi

Gaya hidup Nutrisi yang buruk Higiene yang buruk

Dikutip sesuai Kepustakaan No. 13 2.1.4 Gambaran Klinis

Lesi dermatitis seboroik tipikal adalah bercak-bercak eritema, dengan

sisik-sisik yang berminyak.1-10 Penyakit ini suka muncul di bagian-bagian yang

kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala, garis batas rambut, alis mata, glabela,

lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan sela paha.2-8

Pasien sering mengeluhkan rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan pada

liang telinga.

1,5,6,12

Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi dan

membentuk batas eritema bersisik yang disebut “corona seborrheica”.1,3,12

Dua bentuk dermatitis seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid dan

tipe pitiriasiform.

(28)

Tipe petaloid diawali dengan papul-papul folikuler dan perifolikuler merah

hingga coklat, yang berkembang menjadi bercak-bercak yang mirip bentuk

mahkota bunga.1,5,8,12

Tipe pitiriasiform mungkin merupakan bentuk berat dari dermatitis

seboroik petaloid.

1,8,12

Tipe ini mempunyai bercak-bercak yang mengikuti

garis-garis kulit yang mirip pityriasis rosea.1,8,12

Dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga yang gambarannya

seperti dermatitis kronis.

12

Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis

dengan kerak-kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak mata.

1,5,8,12

Bila hanya manifestasi ini yang ada, maka diagnosis tidaklah sulit.1,5,8 Varian

serius dari penyakit kulit ini adalah exfoliative erythroderma (seborrheic

erythroderma).

Komplikasi yang utama pada lesi adalah infeksi sekunder, tampak eritema,

eksudat, gangguan kenyamanan dan limfadenopati pada daerah yang terkena. 1,8,12

(29)

Tabel 2.2. Pola Klinis Dermatitis Seboroik Pola Klinis Dermatitis Seboroik

Bayi

• Kulit kepala (cradle cap)

• Tubuh (termasuk daerah fleksor dan popok)

• Penyakit Leiner

o Nonfamilial

o Disfungsi C5 familial

Dewasa

• Kulit kepala

• Wajah (termasuk blepharitis)

• Tubuh

o Petaloid

o Pityriasiform

o Fleksural

o Plak eksematous

o Folikuler

• Generalisata ( berupa eritroderma)

Dikutip sesuai Kepustakaan No. 1

(30)

2.1.5 Diagnosis

Dermatitis seboroik mempunyai ciri-ciri unik tergantung pada kelompok

usia yang terpengaruh, bentuk anak sifatnya dapat sembuh sendiri, sementara pada

orang dewasa penyakit ini sifatnya kronis.1-6 Lesi terdiri dari plak eritema,

bersisik dengan tingkat keparahan dan intensitas yang bervariasi.

Pada masa bayi, dermatitis seboroik sering dijumpai dalam tiga bulan

pertama kehidupan berupa sisik pada kulit kepala.

1-8

1-10

Gambaran khas yang berupa

sisik-sisik kekuningan yang muncul segera setelah lahir.1,4,5,6,8,11 Kondisi ini juga

bisa berkembang pada wajah dan pada lipatan-lipatan tubuh seperti pada daerah

retroaurikular, leher, ketiak dan daerah paha.1,6,8,11

Pada orang dewasa, dermatitis seboroik adalah dermatosis kronis berulang

yang dimulai dari eritema ringan sampai moderat hingga lesi papular, eksudatif

dan bersisik, semakin memburuk jika disertai stres atau kurang tidur.

4,6,11

Dengan

tingkat puritus bervariasi.1,5,6 Lesi terutama berkembang pada daerah yang

produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga eksternal, daerah

retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan lipatan-lipatan tubuh.

Lesi pada kulit kepala dimulai dari pengelupasan ringan hingga

kerak-kerak berwarna kekuningan yang melekat pada kulit kepala dan rambut, yang bisa

memicu atau tidak terjadinya daerah alopesia (pseudo tinea amiantacea).

1-7

1,9,11

Pada wajah, keterlibatan daerah glabela dan malar, lipatan nasolabial dan

alis mata merupakan ciri khas.

2-8

Keterlibatan kelopak mata menyebabkan

blefaritis, pada pria daerah kumis juga bisa terpengaruh dengan lesi dermatitis

(31)

Dalam lipatan-lipatan kulit (ketiak, pusar, inguinal, daerah anogenital),

bentuk lesi berupa maserasi, lembab dengan dasar eritema pada sekitar lesi.6,11

2.1.6 Diagnosis Banding

Dijumpai sejumlah penyakit yang serupa dengan dermatitis seboroik.

Psoriasis pada kulit kepala (scalp psoriasis) muncul sebagai plak bersisik pada

kulit kepala dengan batas yang tegas mungkin sulit dibedakan dari dermatitis

seboroik.1,2,3,5,8 Dermatitis seboroik pada kepala juga bisa mirip dengan tinea

kapitis untuk membedakannya dilakukan pemeriksaan kerokan KOH 20% dan

kultur jamur.7-9 Rosasea dan sistemik lupus eritematosus bisa menimbulkan

eritema pada wajah yang mirip dengan dermatitis seboroik.7,14 Dermatitis

seboroik pada lipatan nasolabial mirip dengan dermatitis perioral, dermatitis

seboroik pada daerah dada dan punggung yang mirip dengan ptiriasis rosea dan

ptiriasis versikolor, dermatitis seboroik pada daerah paha bisa mirip dengan

dermatofitosis, psoriasis inversa, kandidiasis dan kadang-kadang histiositosis sel

langerhans.1,9,11,12

Tabel 2.3. Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik Berdasarkan Lokasi Lesi

(32)

2.1.7 Histopatologi

Gambaran histopatologi bervariasi menurut stadium penyakit: akut,

subakut, atau kronik.1,5 Pada dermatitis seboroik akut dan subakut, infiltrat

perivaskuler superfisial dari limfosit dan histiosit jarang, spongiosis ringan sampai

sedang, hiperplasia psoriasifrom ringan, sumbatan folikuler oleh ortokeratosis dan

parakeratosis, skuama atau krusta mengandung netrofil pada ujung ostia

folikuler.1,5 Pada dermatitis seboroik kronis dijumpai kapiler dan vena kecil yang

berdilatasi pada pleksus superfisial.

Lesi dermatitis seboroik kronik secara klinis dan histopatologis berupa

bentuk psoriasiform sehingga sering sulit dibedakan dengan psoriasis. 1

1

Bentuk

psoriasis memberikan banyak gambaran yang sama dengan dermatitis

seboroik.1,5,6 Lesi yang menyerupai psoriasis dapat berlangsung bertahun-tahun

sebelum akhirnya berubah menjadi psoriasis yang jelas.1,5

2.1.8 Pengobatan

Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat

anti-inflamasi,immunomodulator, obat keratolitik, antijamur dan tea tree oil .7,8,11,12

A. Anti Inflamasi

Pengobatan konvensional untuk dermatitis seboroik pada kulit kepala

dewasa diawali dengan steroid topikal.1-12 Terapi ini bisa diberikan sebagai

sampo, seperti flusinolon (Synalar), larutan steroid topikal, losion yang digunakan

pada kulit kepala, atau krim yang digunakan pada kulit.

Orang dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan

steroid topikal satu atau dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai

tambahan.

8

(33)

Steroid topikal potensi rendah efektif mengobati dermatitis seboroik pada

bayi atau dewasa di daerah fleksural atau dermatitis seboroik yang rekalsitran

pada dewasa.1-8

B. Immunomodulator

Inhibitor kalsineurin topikal (misalnya, salep takrolimus atau ®Protopic),

pimekrolimus krim atau ®Elidel) memiliki sifat-sifat fungisidal dan anti-inflamasi

tanpa risiko atrofi kulit, yang disebabkan oleh steroid topikal, inhibitor kalsineurin

juga merupakan terapi yang baik padawajah dan telinga akan tetapi penggunaan

setiap hari selama satu minggu baru terlihat manfaatnya.1,4,5,8,9,12,24

C. Keratolitik

Modalitas lama untuk pengobatan dermatitis seboroik memiliki sifat-sifat

keratolitik tetapi tidak memiliki sifat-sifat antijamur.5-6 Keratolitik yang

digunakan secara luas untuk mengobati dermatitis seboroik meliputi tar, asam

salisilat dan sampo zinc pyrithione.5-8,12,20 Zinc pyrithione memiliki sifat-sifat

keratolitik dan antijamur nonspesifik dan bisa digunakan dua atau tiga kali per

minggu.7,8,12

Pasien harus membiarkan sampo di rambut setidaknya selama lima menit

untuk menjamin agar bahan mencapai kulit kepala.

8

Pasien juga bisa

menggunakannya di tempat yang lainnya, seperti wajah.8,12 Dermatitis seboroik

pada kulit kepala bayi mengharuskan penanganan yang hati-hati dan lembut

(34)

D. Antijamur

Sebagian obat antijamur menyerang Malassezia yang terkait dengan

dermatitis seboroik.1-7 Penggunaan gel ketokonazol sekali sehari yang

dikombinasikan dengan desonide sekali-sehari selama dua minggu, dapat berguna

untuk dermatitis seboroik pada wajah.5,12,24-26

Sampo yang mengandung selenium sulfide atau azole sering digunakan

digunakan dua atau tiga kali per minggu.

4-7,20

Ketokonazole (krim atau gel foam) dan terbinafine oral juga bisa

bermanfaat.1,5,6,7,8,12 Obat antijamur topikal lainnya seperti siklopiroks dan

flukonazole juga dapat bermanfaat untuk penderita dermatitis seboroik.4-8,12,24,25,26

E. Tea tree oil ( pengobatan alami/alternatif)

Terapi alami semakin popular seperti Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah

minyak esensial dari tumbuhan semak asli Australia. Terapi ini ternyata efektif

(35)

Tabel 2.4. Jenis-jenis Terapi pada Dermatitis Seboroik Terapi-terapi untuk penatalaksanaan dermatitis seboroik

Terapi Dosis

Dikutip sesuai Kepustakaan No. 8

2.1.9 Prognosis

Dapat sembuh dengan sendirinya disertai prognosis yang baik pada bayi

dibandingkan dengan kondisi kronis dan relaps pada orang dewasa.1 Tidak ada

bukti yang menyatakan bayi dengan dermatitis seboroik juga akan mengalami

penyakit ini pada saat dewasa. Pasien dermatitis seboroik dewasa dengan bentuk

(36)

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Teori

Dermatitis seboroik

• Faktor lainnya: faktor fisik,gangguan nutrisi dan obat-obatan

Gambaran klinis

Lokasi lesi Pola klinis

Bayi Dewasa

Faktor pencetus Sosio demografi

• Jenis kelamin

• Anti inflamasi & imunomodulator • Keratolitik

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara

retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien

dermatitis seboroik.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2013 - Februari 2014,

bertempat di bagian rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.3 Objek Penelitian

Rekam medis yang lengkap dari pasien dermatitis seboroik di RSUP H.

Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012.

3.4 Bahan dan Cara Kerja 3.4.1 Bahan

Bahan penelitian diambil dari rekam medis pasien dermatitis seboroik

yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.

Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012.

3.4.2 Cara Kerja

1. Pengumpulan data pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 yang

mempunyai rekam medis dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis

(38)

2. Penghitungan proporsi dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012

dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Pencatatan data pasien dermatitis seboroik meliputi usia, jenis kelamin,etnis,

pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan periode 2010 sampai 2012

dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Data pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 yang diperoleh

kemudian ditabulasi dan disajikan kedalam tabel dan diagram berdasarkan

(39)

3.5 Kerangka Operasional

Gambar 3.1. Diagram Kerangka Operasional

Penelusuran data rekam medis pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012

Karakteristik pasien dermatitis seboroik berdasakan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan , pekerjaan, lokasi lesi,dan pengobatan

Data dikumpulkan dan ditabulasi

Penyajian dalam bentuk tabel distribusi & diagram batang berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan Penghitungan proporsi pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai

(40)

3.6 Definisi Operasional

1. Rekam medis adalah keterangan tertulis tentang identitas, anamnesis,

pemeriksaan fisisk, diagnosis, tindakan medis dan pengobatan pasien

dermatitis seboroik yang datang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember

2012.

2. Usia adalah usia pasien saat pertama datang dihitung dari tanggal lahir, bila

lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan keatas; bila kurang dari 6 bulan, usia

dibulatkan kebawah.berdasarkan catatan medis.

3. Etnis adalah garis keturunan yang didapatkan pasien dermatitis seboroik yang

berasal dari orang tua yang melahirkan dirinya atau dari nenek moyangnya

berdasarkan rekam medis.

4. Pendidikan adalah: pendidikan formal yang sedang dijalani atau yang terakhir

diselesaikan oleh pasien dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.

5. Pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang dijalanin atau tidak lagi dijalankan

(pensiunan) oleh pasien dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.

6. Lokasi lesi adalah lokasi lesi dari anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien

dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.

7. Diagnosis dermatitis seboroik adalah diagnosis dari anamnesis dan gambaran

klinis dermatitis seboroik yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012

berdasarkan catatan medis.

8. Pengobatan dermatitis seboroik adalah pengobatan yang diberikan pada pasien

(41)

9. Proporsi dermatitis seboroik adalah perbandingan jumlah pasien dermatitis

seboroik dengan jumlah seluruh pasien penyakit kulit yang datang berobat ke

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik

Medan periode 2010 sampai 2012.

Dengan rumus:

Proporsi =

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan diagram. Dianalisis secara deskriptif menggunakan literatur yang

ada.

Jumlah kasus dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012

Jumlah kasus penyakit kulit periode 2010 sampai 2012

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik Periode Januari 2010 sampai Desember 2012

Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 ada 123

orang pasien dermatitis seboroik yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan.

Selain itu, jumlah seluruh pasien di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin di RSUP

H. Adam Malik Medan tahun 2010 ada 5.514 orang, tahun 2011 ada 5.641 orang

dan tahun 2012 ada 5.327 orang. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1

berikut ini :

Tabel 4.1 Proporsi Pasien RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 s/d 2012

Tahun

(43)

Gambar 4.1 Grafik Jumlah Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Tahun

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase jumlah

pasien dermatitis seboroik tertinggi pada tahun 2011, yaitu 40,7 % (50 orang)

dibandingkan tahun 2010, yaitu 35,8 % (44 orang), dan tahun 2012, yaitu 23,6 %

(29 orang). Dari grafik ini dapat dilihat terjadi fluktuasi peningkatan dan

penurunan jumlah kunjungan penderita dermatitis seboroik, peningkatan jumlah

kunjungan diduga berhubungan dengan kesadaran penderita untuk mengobati

penyakitnya yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup

penderita seperti kehilangan rasa percaya diri, penurunan jumlah kunjungan

diduga karena rasa bosan pada penderita untuk mengobati penyakitnya karena

dermatitis seboroik bersifat kronis dengan rekurensi tinggi.

1,5,12,23,28,29 10

20 30 40 50 60

2010 2011 2012

Jum

(44)

Hasil perhitungan menunjukkan proporsi dermatitis seboroik di

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan

selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 adalah 0,75 % .

Data di Rumah sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) menunjukkan pasien

dermatitis seboroik dijumpai rata-rata 8,3% dari jumlah kunjungan.

Berdasarkan penelitian dari Bukhari IA pada Rumah sakit King Fahad di

Saudi arabia menunjukkan dari 5641 pasien baru yang berobat ke bagian kulit dan

kelamin periode tiga tahun (1990-1993) dijumpai 330 pasien dermatitis seboroik

atau rata-rata 5,9%.

3

27

4.2 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik

Karakteristik subyek dalam penelitian ini ditampilkan berdasarkan jenis

kelamin, usia, etnis, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan.

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Subyek Penelitian

n %

1. Laki-laki 68 55,3

2. Perempuan 55 44,7

(45)

Gambar 4.2 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase

karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis

kelamin laki-laki, yaitu 55,3 % (68 orang) dibandingkan jenis kelamin

perempuan, yaitu 44,7 % (55 orang).

Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan,

menunjukkan pengaruh hormon androgen pada unit pilosebaseus yang

mengakibatkan peningkatan pembentukan sekresi sebum dan lemak pada

permukaan kulit.10,11,16,20

Laki-laki

Perempuan

(46)

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Kelompok Usia

No. Usia Subyek Penelitian

n %

1. 1-5 tahun 5 4,1

2. 6-10 tahun 3 2,4

3. 11-15 tahun 8 6,5

4. 16-20 tahun 8 6,5

5. 21-25 tahun 1 0,8

6. 26-30 tahun 4 3,3

7. 31-35 tahun 9 7,3

8. 36-40 tahun 7 5,7

9. 41-45 tahun 10 8,1

10. 46-50 tahun 16 13,0

11. 51-55 tahun 9 7,3

12. 56-60 tahun 13 10,6

13. 61-65 tahun 14 11,4

14. 66-70 tahun 9 7,3

15. 71-75 tahun 1 0,8

16. 76-80 tahun 5 4,1

17. 81-85 tahun 1 0,8

(47)

Gambar 4.3 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase

karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan kelompok usia tertinggi pada

kelompok umur 46-50 tahun, yaitu 13,0 % (16 orang), dan terendah pada

kelompok umur 21-25 tahun, 71-75 tahun dan 81-85 tahun, yaitu 0,8 % (1 orang).

Prevalensi tertinggi pada dermatitis seboroik ditemukan pada usia dekade ke 4

sampai 7 kehidupan hal ini diduga selain adanya pengaruh dari patogenesis

dermatitis seboroik, penyakit-penyakit penyerta pada dermatitis seboroik dijumpai

cukup tinggi pada dekade ini.3,6,8,12

Pada penelitian Mastrolonardo M dkk tahun 2004 dijumpai dari 186

pasien yang berusia diatas 65 tahun terdapat 43 kasus dermatitis seboroik, hal ini

(48)

seperti penyakit keganasan, kardiovaskular juga neurologi dan gangguan

emosional atau mood .29

Berdasarkan kepustakaan Berk T dan Schenfield N pada tahun 2010

menunjukkan insidensi puncak pada penyakit dermatitis seboroik yaitu pada

dekade ke 3 dan ke 4 kehidupan.

14

Pada penelitian Peyri J pada tahun 2005 menujukkan kejadian penyakit

dermatitis seboroik paling tinggi terjadi pada usia rata-rata 40 tahun.

23

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Etnis

Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis

No. Etnis Subyek Penelitian

n %

Gambar 4.4 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis

(49)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase

karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan etnis tertinggi pada etnis batak, yaitu

32,5 % (40 orang) dan terendah pada etnis Aceh, Minang dan Simalungun, yaitu

0,8 % (masing-masing 1 orang). Pada penelitian ini dijumpai karakteristik

dermatitis seboroik berdasarkan etnis tertinggi pada etnis batak, hal ini diduga

berhubungan dengan lokasi atau letak dari rumah sakit tempat penelitian yang

banyak dijumpai etnis tersebut.

Dermatitis seboroik dapat terjadi pada seluruh kelompok etnik. Artinya,

penyakit ini tidak spesifik pada kelompok etnik tertentu.

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

1,4,5,7,15,16

Tabel 4.5 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Subyek Penelitian

n %

1. Belum Sekolah/SD/Sederajat 20 16,3

2. SMP/Sederajat 15 12,2

3. SMA/Sederajat 47 38,2

4. Akademi/S1 41 33,3

Total 123 100

Gambar 4.5 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan

0 10 20 30 40 50

(50)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase

karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan pendidikan tertinggi pada

pendidikan SMA/Sederajat, yaitu 38,2 % (47 orang) dibandingkan pendidikan

Akademi/S1, yaitu 33,3% (41 orang), belum sekolah/SD/Sederajat, yaitu 16,3 %

(20 orang), dan pendidikan SMP/Sederajat, yaitu 12,2 % (15 orang). Pendidikan

pada pasien dermatitis seboroik menujukkan kelompok masyarakat dengan

pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kepedulian yang lebih terhadap

kesehatannya.

4.2.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.6 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Subyek Penelitian

N %

1. IRT 17 13,8

2. Pelajar/Mahasiswa 22 17,9

3. Pensiunan 21 17,1

4. Petani 5 4,1

5. PNS 38 30,9

6. TNI 1 0,8

7. Wiraswasta 19 15,4

Total 123 100

0 5 10 15 20 25 30 35 40

(51)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase

karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan pekerjaan tertinggi pada pekerjaan

sebagai PNS, yaitu 30,9 % (38 orang), dan terendah pada pekerjaan sebagai TNI,

yaitu 0,8 % (1 orang).

Hal ini sesuai dengan umumnya subyek penelitian memiliki umur 46-50

tahun. Kejadian dermatitis seboroik berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini

dikaitkan dengan umur penderita.

4.2.6 Karakteristik Lokasi Lesi Pasien Dermatitis Seboroik

Tabel 4.7 Karakteristik Lokasi Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik

No Lokasi Lesi

Lokasi Lesi

Total % Ada Tidak Ada

n % n %

1. Scalp 41 33,3 82 66,7 123 100

2. Wajah 41 33,3 82 66,7 123 100

3. Telinga 14 11,4 109 88,6 123 100

4. Wajah + Leher 3 2,4 120 97,6 123 100

5. Wajah + Punggung 5 4,1 118 95,9 123 100

6. Ketiak 2 1,6 121 98,4 123 100

7. Leher 10 8,1 113 91,9 123 100

8. Lengan 5 4,1 118 95,9 123 100

9. Punggung 24 19,5 99 80,5 123 100

10. Punggung + Leher 3 2,4 120 97,6 123 100

11. Lipat paha 16 13,0 107 87,0 123 100

12. Lipat paha + Kelamin 2 1,6 121 98,4 123 100

(52)

Gambar 4.7 Grafik Lokasi Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase

dermatitis seboroik berdasarkan letak lesi di wajah & scalp tertinggi yaitu 33,3 %

(41 orang). Persentase subyek penelitian berdasarkan letak lesi terendah di paha

dan kelamin, ketiak yaitu 1,6 % (2 orang).

Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk proliferasi

Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi awal, sehingga sebum dalam

jumlah tertentu selalu dibutuhkan untuk menciptakan kondisi yang sesuai untuk

perkembangan dermatitis seboroik. Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada

bagian-bagian kulit yang kaya kelenjar sebum.15-22 Lesi terutama berkembang

pada daerah yang produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga

eksternal, daerah retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan

lipatan-lipatan tubuh.1-7 Pada pasien dermatitis seboroik area tubuh yang terkena dapat

lebih dari satu lokasi tetapi literatur yang melaporkan persentase kejadian ini

(53)

pada scalp, dahi yang dapat meluas sampai daerah retroaurikular dan pada

daerah-daerah lipatan sedangkan pada usia dewasa dermatitis seboroik biasanya dijumpai

pada scalp dan wajah.1-5 pada beberapa kasus yang jarang bentuk klinis dari

dermatitis seboroik ini bisa mengenai badan dan ekstremitas bahkan bisa meluas

sampai ke leher.

Pada penelitian Gustafson CJ pada tahun 2012 menyatakan dermatitis

seboroik merupakan penyakit yang kronis yang memiliki periode remisi (sembuh)

dan eksaserbasi yang mengakibatkan pada seorang penderita jika mengalami

eksaserbasi ringan lokasi yang terkena hanya satu area (lokal) sedangkan jika

ekaserbasinya lebih berat area yang terkena lebih dari satu lokasi dan bisa meluas

bahkan ke daerah yang jarang dijumpai penyakit ini. 3

Pada penelitian Peyri J dkk tahun 2005 di Spanyol menunjukkan penyakit

dermatitis seboroik paling sering terjadi pada area wajah yaitu sebanyak 88% dan

scalp sebanyak 70%.

19

23

Gambar 4.8 Grafik Lokasi Lesi Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spanyol

(54)

Pada penelitian Bukhari IA pada tahun 1999 di Saudi arabia menunjukkan

lokasi lesi dermatitis seboroik paling banyak di scalp 70,2% dan wajah 37,5%,

lokasi lesi dermatitis seboroik yang dijumpai lebih dari satu area yaitu 52% .

4.2.7 Karakteristik Pengobatan Pasien Dermatitis Seboroik

27

Tabel 4.8 Karakteristik Pengobatan pada Pasien Dermatitis Seboroik

No Obat

Pengobatan

Total %

Ya Tidak

n % n %

I Kortikosterid / Anti-Inflamasi

A. Topikal 104 84,6 19 15,4 123 100

Hidrokortison cream 1% Hidrokortison cream 2,5%

Desoximetasoneointment

B. Sistemik 5 4,1 118 95,9 123 100

Metilprednisolon tablet

II Antimikotik / Anti-Jamur

Topikal 50 40,7 73 59,3 123 100

Ketokonazole cream 2% Miconazole nitrat 2% cream Ketokonazole 2% scalp solution Selenium sulfide shampoo

III Pengobatan Lainnya

(55)

Gambar 4.9 Grafik Pengobatan yang Diberikan pada Pasien Dermatitis Seboroik

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase

dermatitis seboroik berdasarkan pengobatan dengan kortikosteroid/ antiinflamasi

secara topikal tertinggi pada yang menggunakan, yaitu 84,6 % (104 orang).

Persentase pengobatan antihistamin yaitu 80,5 % (99 orang). Persentase

pengobatan yang terendah adalah pengobatan lainnya secara topikal yaitu 3,3% (4

orang).

Orang dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan

steroid topikal satu atau dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai

tambahan.

Steroid topikal potensi rendah bisa efektif mengobati dermatitis seboroik

pada bayi atau dewasa di daerah fleksural atau dermatitis seboroik yang

rekalsitran pada dewasa. 3,5,6,11,12

Pada penelitaian Peyri J dkk pada tahun 2005 menunjukkan pengobatan

pada dermatitis seboroik yang menggunakan kortikosteroid topikal sebanyak 1-8

0 20 40 60 80 100 120

Kortikosterid / Anti-Inflamasi : Topikal

Kortikosterid / Anti-Inflamasi : Sistemik

Antimicotik / Anti-Jamur : Topikal Pengobatan Lainnya : Topikal Antihistamin

Tidak

(56)

59,9%, anti jamur imidazol topikal sebanyak 35,1% dan pelembab atau

produk-produk nutrisi sebanyak 27,2 %.

Tabel 4.9. Tabel Pengobatan yang Diberikan pada 2159 Penderita 23

Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spanyol

Treatment No (%)

Topical corticosteroids 1.293 (59.9%)

Imidazole antimycotics 758 (35.1%)

Hydrating/emollient/nutritive treatments 663 (27.2%)

Topical calcineurin inhibitors 588 (27.2%)

Pyrithione derivatives 389 (18.0%)

Tar derivatives 263 (12.2%)

Keratolytics 201 (9.3%)

Selenium sulfate 165 (7.6%)

Vitamin D derivatives 44 (2.0%)

Other pharmacological treatments 110 (5.1%)

Other nonpharmacological treatments 22 (1.0%)

Dikutip Berdasarkan Kepustakaan No 23 4.4 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

a. Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, banyak

status pasien di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin,

khususnya untuk pasien dermatitis seboroik yang tidak lengkap, sehingga

tidak semua populasi penelitian terekam dalam penelitian ini.

b. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sehingga tidak mampu menggali

penyebab atau faktor-faktor yang berperan dalam kejadian dermatitis

seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.

Adam Malik Medan.

c. Pada penelitian ini hasilnya hanya mencerminkan kejadian dermatitis

seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.

(57)

penyakit tersebut dapat juga dijumpai sehingga penelitian tidak

mencerminkan keseluruhan angka kejadian dermatitis seboroik.

d. Pada penelitian ini dijumpai usia pada penderita dermatitis seboroik

(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam

Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123

orang.

b. Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H.

Adam Malik Medan periode 2010 samapi 2012 adalah 0,75%.

c. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Kulit Kelamin

RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki,

usia 46-50 tahun, etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat, pekerjaan

PNS, lesi terbanyak di wajah dan kepala.

d. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan

kortikosteroid secara topikal, anti jamur topikal dan golongan anti

histamin yang diberikan secara peroral.

5.2 Saran

a. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi

untuk menilai hubungan karakteristik pasien dengan peyakit-penyakit

penyerta pada dermatitis seboroik seperti gangguan neurologi, kelainan

jantung, dan penderita HIV.

b. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi

untuk menilai hubungan pemberian pengobatan dengan durasi

(59)

c. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi

untuk menilai hubungan karakteristik pasien dermatitis seboroik dengan

tingkat keparahan dermatitis seboroik.

d. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian korelasi

untuk menilai hubungan karakteristik pengobatan pasien dermatitis

Gambar

Grafik Jumlah Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Tahun  ....
Tabel 2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik
Gambar 2.1 Lokasi Predileksi Dermatitis Seboroik
Tabel 2.4. Jenis-jenis Terapi pada Dermatitis Seboroik
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Fasilitas untuk user yang disediakan web site ini adalah dapat mencari data sesuai dengan keinginan user, struktur dari Penulisan Ilmiah, download contoh penulisan dan beberapa

Aset produktif dihapusbuku yang dipulihkan/berhasil ditagih Persentase kredit kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) terhadap total kredit Penyertaan modal sementara..

To obtain well-distributed, stable and quantity controllable features, UR-SIFT algorithm is adopted in source image, meanwhile, SIFT with lower contrast threshold

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

[r]

[r]

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2011 Lampiran III TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA PEKERJAAN KONSTRUKSI huruf B.. PELELANGAN UMUM