• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

` Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur atau dermatomikosis merupakan penyakit yang sering dijumpai terutama di negara tropis karena udara yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi berkembangnya penyakit jamur khususnya mikosis superfisialis. Salah satu bentuk dermatomikosis adalah onikomikosis (Budi,2008). Istilah onikomikosis diambil dari bahasa Greek yaitu “onyx” kuku dan “mykes

yang bermaksud jamur (Kashyap,2007).

Secara tradisionalnya, istilah onikomikosis hanya digunakan untuk infeksi jamur nondermatofita. Tetapi sekarang, onikomikosis adalah sebuah istilah umum yang menunjukkan kelainan kuku akibat infeksi semua jenis jamur. Istilah Tinea unguium secara spesifiknya menunjukkan kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita saja (Kashyap,2007). Onikomikosis kebanyakan terjadi pada orang yang mempunyai riwayat trauma kuku sebelumnya, orang yang immunocompromised seperti menderita Diabetes Mellitus atau HIV dan kanak-kanak yang menderita Down Syndrome (Berker,2009).

2.2. Epidemiologi

(2)

7 Angka kejadian onikomikosis terus meningkat dimana 50% dari seluruh penyakit kelainan kuku dan 30% dari seluruh kasus jamur superfisialis (Thomas et al , 2010).

Populasi di Barat, dilaporkan angka kejadian onikomikosis adalah sebesar 2-3% hingga 13% manakala di Asia Timur adalah lebih rendah dimana di negara tropis 3,8% dan subtropis 18% (Kashyap,2007).

Onikomikosis disebabkan oleh jamur dermatofita adalah sebesar 76%, ragi (yeast) 13,5% dan kapang (mould) 5,5%, dan sisanya sebesar 5% oleh karena infeksi campuran. (Imam Budi, 2008). Jamur dermatofita merupakan agen kausatif yang paling sering menyebabkan onikomikosis dimana hampir 90% terjadi pada kuku jari kaki dan sekurang-kurangnya 50% pada kuku jari tangan (Kashyap,2007).

Jamur dermatofita yang merupakan penyebab onikomikosis yang terbanyak adalah Trichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes

dimana merupakan 80-90% dari kasus onikomikosis (Thomas et al , 2010).

Trichophyton rubrum adalah sebesar 70% disusuli dengan Trichophyton mentagrophytes sebesar 19%, Epidermophyton floccosum sebesar 2,2% dan sisanya adalah jamur dermatofit lainnya (Budi,2008).

Dilaporkan sebanyak 5-7% infeksi kuku yang disebabkan oleh jamur adalah ragi (yeast). Penyebab dari yeast yang terbanyak adalah

Candida albicans yaitu lebih dari 70% dan sisanya dari jenis ragi lain, sedangkan kapang (moulds) yang menjadi penyebab tersering adalah

Scopulariopsis brevicaulis, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, dan

(3)

8 Onikomikosis paling banyak terjadi disebabkan oleh golongan dermatofit. Jamur ini bersifat keratinolitik dimana untuk meneruskan hidupnya, ia membutuhkan keratin. Kuku terdiri dari keratin. Oleh karena itu, jamur akan mengambil keratin di sekitarnya dimana lambat laun kuku akan menjadi rapuh dan akhirnya rusak (Budi, 2000).

2.3. Etiologi

Jamur yang dapat menyebabkan onikomikosis terdapat tiga golongan yaitu dermatofita, nondermatofita (moulds) dan ragi (yeast)

(Kashyap,2007).

2.3.1. Dermatofita

Termasuk kelas Fungi imperfecta, yang telah terbahagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton

(Budimulja,2010).

Genera Trichophyton

1. Trichophyton rubrum (paling sering) 2. Trichophyton mentagrophytes

3. Trichophyton violaceum

4. Trichophyton schoenieinii

5. Trichophyton tonsurans

6. Trichophyton magninii

7. Trichophyton concentricum

8. Trichophyton samdamemse

(4)

9

Genera Epidermophyton

1. Epidermophyton floccosum

Genera Microsporum

1. Microsporum audouini

2. Microsporum cains

2.3.2 Non dermatofita (moulds) 1. Acremonium sp.

2. Altemaria sp.

3. Aspergillus sp.

4. Botryodiplodia theobromae

5. Fusarium sp.

6. Onycochola canadensis

7. Scytalidium dimidiatum

8. Scytalidium hyalinum

9. Geotrichum candidum

10. Cladosporium carrionii

11. Scopulariopsis brevicaulis

2.3.3 Ragi (yeast) 1. Candida albicans

2. Candida parapsilosis

(5)

10 2.4. Anatomi kuku

Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, gunanya selain membantu jari-jari untuk memegang tetapi juga digunakan sebagai cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel keratin yang mempunyai dua sisi, satu sisi berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya tidak (Soepardiman,2010).

Gambar 2.4.1 : Anatomi kuku Bagian kuku :

1. Matriks kuku

(6)

11 Merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas.

3. Dasar kuku (nail bed)

Merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku. 4. Alur kuku (nail groove)

Merupakan celah antara dinding dan dasar kuku. 5. Akar kuku (nail root)

Merupakan bagian proksimal kuku. 6. Lempeng kuku (nail plate)

Merupakan bagian tengah kuku yang dikeliling dinding kuku. 7. Lunula

Merupakan bagian lempeng kuku yang bewarna putih di dekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit. 8. Eponikium

Merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku.

9. Hiponikium

Merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah kuku yang bebas (free edge) menebal.

Kuku dibentuk secara terus menerus oleh matriks kuku dan dasar kuku (nail bed) (Kashyap,2007). Bagian ventral lempeng kuku (nail plate) dibentuk oleh dasar kuku (nail bed), sedang sisanya berasal dari matriks. Lempeng kuku merupakan struktur yang paling besar dan bewarna

translucent dimana ia melekat kuat pada dasar kuku dan perlekatan ini kurang kuat ke arah proksimal (Budi,2008).

(7)

12 dorsal, intermediate, dan ventral. Bagian lapisan dorsal umumnya terdiri dari keratain keras. Lapisan intermediate juga mengandung keratin keras dan merupakan ¾ dari total ketebalan kuku. Sedangkan lapisan ventral dibentuk oleh keratin hiponikial lembut dan mempunyai 1-2 lapisan sel (Thomas et al,2010).

Lempeng kuku (nail plate) berasal dari matriks dan bagian yang bewarna putih berbentuk seperti bulan sabit yang terletak di bagian ujung distal kuku adalah lunula. Dasar kuku (nail bed) terdiri dari sel epitelial dan berkembang secara proksimal dari pinggir lunula kemudian secara distal ke arah hiponikium (Thomas et al,2010).

2.5. Fisiologi kuku

Kuku berfungsi untuk membantu mengambil benda-benda kecil dan melindungi ujung jari daripada trauma. Keratinisasi dari matriks membentuk lempeng kuku. Kuku jari tangan tumbuh 0,1mm/hari atau 3mm/bulan, sedangkan kuku jari kaki 1mm/bulan. Kuku jari tangan memerlukan kurang lebih 4-6 bulan untuk mengganti lempeng kuku yang baru. Sedangkan, pertumbuhan kuku jari kaki lebih lambat dari kuku jari tangan dimana memerlukan 12-18 bulan untuk mengganti kuku jari kaki yang baru (James,2011).

(8)

13 2.6. Faktor resiko

a. Jenis kelamin dan usia

Onikomikosis dilaporkan lebih terjadi pada orang tua dan lebih sering pada laki-laki. Dianggarkan sebesar 20% dari populasi berusia lebih dari 60 tahun dan 50% yang berusia lebih dari 70 tahun yang menderita onikomikosis. Tingginya prevalensi onikomikosis pada usia tua disebabkan oleh insufisiensi sirkulasi perifer, penyakit diabetes, penurunan imunitas, kelambatan dalam pertumbuhan kuku baru, berkurangnya kemampuan untuk menjaga kebersihan diri dan sering terpapar pada lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit jamur (Thomas et al,2010). Dikatakan bahwa perbedaan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi yaitu disebabkan oleh perbedaan hormon yaitu perbedaan kemampuan untuk menghambat pertumbuhan dermatofit. Onikomikosis yang dijumpai pada anak-anak adalah sangat sedikit yaitu sebesar 0,4%. Ini disebabkan oleh kurangnya paparan terhadap persekitaran yang terinfeksi, permukaan lempeng kuku yang lebih kecil, dan lebih cepat tumbuh kuku yang baru (Thomas et al,2010).

b. Faktor lingkungan

(9)

14 pertumbuhan jamur. Ada juga mengatakan, berjalan tanpa alas kaki ke tempat umum, terdapat trauma, pemakaian sepatu tanpa udara dapat meningkatkan lagi resiko terjadinya onikomikosis (Thomas et al,2010).

Dilaporkan juga angka kejadian terjadinya onikomikosis tinggi pada masyarakat yang terkontaminasi dengan kolam renang dan kamar mandi umum. Insidens onikomikosis telah dilaporkan tiga kali lipat lebih tinggi pada perenang dibandingkan dengan yang bukan perenang. (Thomas

et al,2010) c. Olahraga

Studi dari Brazil mengatakan bahwa dilaporkan angka kejadian onikomikosis pada orang yang suka berolahraga lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang jarang berolahraga. Ini disebabkan oleh berolahraga tanpa memakai sepatu sebagai protektif contoh pada penari ballet dapat memudahkan lagi terkenanya trauma yang akhirnya menyebabkan infeksi jamur. Terdapat juga faktor pemakaian sepatu tanpa udara yang menyebabkan udara didalam sepatu tersebut panas dan lembab serta kaki berkeringat dimana memudahkan lagi pertumbuhan jamur (Thomas et al,2010).

d. Imunodefisiensi

Individual yang menderita HIV mempunyai resiko yang tinggi untuk mendapat onikomikosis apabila kadar limfosit-T kurang dari 400mm (kadar normal 1200-1400). Jenis onikomikosis yang sering terjadi disebabkan oleh HIV adalah onikomikosis subungual proksimal (Thomas

et al,2010). e. Diabetes

(10)

15 yang non-diabetes. Penderita diabetes sulit untuk melakukan pemeriksaan rutin kaki disebakan oleh obesiti atau komplikasi dari diabetes seperti retinopati atau katarak. Biasanya pada penderita diabetes akan mengalami pengurangan sirkulasi pada ekstremitas bawah, neuropati dan perlambatan dalam penyembuhan luka. Luka tersebut dapat menjadi tempat masuknya bakteri atau jamur sehingga dapat meningkatkan lagi resiko komplikasi dari onikomikosis (Thomas et al,2010).

f. Gangguan sirkulasi perifer

Angka kejadian onikomikosis yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi perifer adalah sebesar 36% yang disebabkan oleh T.rubrum.

Kekurangan perfusi pada ekstremitas bawah menyebabkan oksigenasi yang suboptimal dan mengurangi pertukaran nutrient dan substansi lain di kaki. Ini dapat mempercepat terjadinya onikomikosis,menyekat pertumbuhan kuku baru dan dapat menyebabkan reinfeksi (Thomas et al,2010).

2.7. Patogenesis

Patogenesis onikomikosis tergantung pada subtipe klinis. a. Onikomikosis subungual distolateral

Bentuk yang paling umum dari onikomikosis, jamur menyebar dari plantar kulit dan menyerang melalui hiponikium kuku (Budi, 2008).

b. Onikomikosis superfisial putih

Jarang terjadi,disebabkan oleh invasi langsung dari permukaan lempeng kuku (Budi,2008).

(11)

16 Menenebus melalui matriks kuku-kuku proksimal dan menginvasi sebagian lempeng kuku proksimal dalam (Budi,2008).

d. Onikomikosis endoniks

Merupakan varian dari onikomikosis subungual distal dan lateral dimana jamur menginfeksi melalui kulit dan langsung menyerang lempeng kuku (Budi,2008).

e. Onikomikosis kandida

Tidak umum terjadi karena jamur memerlukan respon imun yang menurun sebagai faktor predisposisi untuk dapat menembus kuku. Pada mukokutan kandidiasis kronis, jamur menginfeksi lempeng kuku dan akhirnya lempeng kuku proksimal dan lipatan lateral kuku (Budi,2008).

2.8. Gambaran klinis

Berdasarkan gambaran klinis dan rute invasi jamur, terdapat enam tipe onikomikosis yang dikenali yaitu :

1. Onikomikosis subungual distolateral (OSDL)

(12)

17

Gambar 2.8.1 : Onikomikosis subungual distolateral

2. Onikomikosis superfisial putih (OSP)

Kelainan ini jarang ditemui. Nama lainnya adalah Leukonikia Mikotika. Kelainan ini terjadi apabila jamur menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku yang disebabkan sering oleh T.mentagrophytes

dan kadang oleh nondermatofit seperti Acremonium spp, Aspergillus terreus dan Fusarium oxysporum. Gambaran khas yang dapat dilihat adalah bercak-bercak putih “white island” yang berbatas tegas di permukaan lempeng kuku yang dapat berkonfluensi. Lambat laun, kuku akan menjadi kasar, lunak dan rapuh (Kaur et al,2008).

(13)

18

Gambar 2.8.2 : Onikomikosis superfisial putih

3. Onikomikosis subungual proksimal (OSP)

Merupakan bentuk paling jarang ditemui, tetapi umumnya ditemukan pada penderita AIDS dimana ia dianggap sebagai tanda awal seseorang itu terkena infeksi HIV. (Thomas et al , 2010). Penyebab tersering adalah T.rubrum. Selain itu, penyebab lain adalah C.albicans, Fusarium spp, Aspergillus spp dan Scopulariopsis brevicaulis. Jamur menginvasi daerah bawah kutikula kuku yang akan menyebabkan infeksi pada lempeng kuku proksimal. Infeksi ini akan berkembang secara distal pada seluruh permukaan kuku. (Thomas et al , 2010). Gambaran klinis berupa hiperkeratosis dan onikolisis proksimal serta destruksi lempeng kuku proksimal (Kaur et al,2008).

(14)

19

4. Onikomikosis endoniks

Merupakan tipe onikomikosis yang baru dimana melibatkan jamur menginvasi lapisan superfisial lempeng kuku sekaligus penetrasi langsung ke lapisan dalam kuku yang ditandai dengan perlepasan lamellar dan bercak-bercak putih kesusuan. Penyebab utama adalah T.soudanense dan

T.violaceum (Kaur et al , 2008). 5. Onikomikosis kandida (OK)

Infeksi kuku yang disebabkan oleh kandida didapatkan pada pasien yang menderita kandidiasis mukokutan kronis dimana sering disebabkan oleh C.albicans yaitu sebanyak 70% dari seluruh kasus onikomikosis. Selain itu, disebabkan oleh C.parapsilosis, C.tropicalis dan C.krusei.

Terdapat 3 subtipe yaitu :

a. Paronikia kandida : Tipe paling sering yang ditandai oleh pembengkakan dan eritema pada lipatan proksimal dan lateral yang disebut juga sebagai “whitlow”. Selepas infeksi pada matriks kuku, lambat

b. laun kuku akan menjadi cembung, ireguler,kasar dan distrofik (Kaur et al,2008).

c. Granuloma kandida : Tipe ini jarang dan bersifat invasi langsung, penebalan lempeng kuku dan disertai paronikia. Tipe ini dijumpai pada pasien yang immunocompromised. Organisme ini dapat menyebabkan penebalan pada kuku dimana pada stadium lanjut dapat menyebabkan penebalan pada proksimal dan lateral lipatan kuku sehingga timbul pseudo clubbin atau gambaran “chicken drumstick” (Kaur et al,2008).

(15)

20 apabila dijumpai massa bewarna kekuningan terlepas dari lempeng kuku (Kaur et al,2008).

Gambar 2.8.4 : Onikomikosis kandida

6. Onikomikosis distrofik total (ODT)

Tipe ini ditandai dengan destruksi total pada lempeng kuku dimana merupakan stadium akhir dari seluruh jenis onikomikosis. Seluruh permukaan kuku menjadi tebal dan distrofik. ODT dirujuk sebagai stadium akhir bagi penyakit kelainan kuku (Kaur et al,2008).

2.9. Diagnosa banding

(16)

21 a. Psoriasis kuku

Pada psoriasis kuku, gambaran nail pitting dan tanda onikolisis berupa “tetesan minyak” yang bewarna coklat kemerahan yang tidak ada pada onikomikosis (Budimulja,2001).

b. Liken planus

Terjadi inflamasi dasar kuku yang mempengaruhi matriks kuku. Apabila tidak diterapi, matriks dapat dirusak dengan timbulnya pterigium dimana kulit kutikel tumbuh diatas dan menutupi lempeng kuku yang tipis. Secara khas, area lunula lebih terangkat dibandingkan dengan bagian distal (Tosti,2009) .

c. Paronikia

Reaksi inflamasi mengenai lipatan kulit disekitar kuku. Paronikia ditandai dengan pembengkakan jaringan yang nyeri dan dapat mengeluarkan pus. Bila infeksi telah kronik, maka terdapat celah horizontal pada dasar kuku. Biasanya mengenai 1-3 jari terutama jari telunjuk dan jari tengah (Soepardiman,2010).

d. Penyakit Darier

Adanya kuku yang rapuh dan pecah-pecah dengan perubahan warna longitudinal dan hiperkeratosis di bawah kuku (Soepardiman,2010).

2.10. Diagnosa

(17)

22 a. Mikroskopi langsung

Sebelum diperiksa dibawah mikroskop, pemeriksaan langsung dapat dilakukan untuk menentukan penyebab pasti dengan pemeriksaan kerokan kuku dengan sediaan KOH 20-30% dalam air atau dalam dimetil sulfoksida (DMSO) 40% untuk mempermudah lisis keratin. Larutan KOH diteteskan pada objek glass, kemudian spesimen diletakkan diatas api Bunsen untuk mempercepat proses penghancuran keratin sekaligus menghilangkan gelembung udara pada objek glass. Lalu diamati dibawah mikroskop, maka akan terlihat elemen-elemen seperti jamur seperti hifa dan spora.Zat warna tambahan digunakan misalnya tinta Parker blue-black,chlorazol black E atau pewarnaan PAS bagi mempermudah dan memperjelas visualisasi jamur (Kashyap,2007).

b. Kultur

Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong lagi pemeriksaan mikroskopi langsung untuk mengidentifikasikan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Kegagalan pertumbuhan jamur pada medium ditemukan apabila pasien telah mendapat terapi topikal atau sistemik. Spesimen yang dikumpulkan diambil sengkelit yang telah disterilkan diatas api Bunsen. Kemudian bahan kuku tersebut ditanam pada dua media yaitu media I : media yang mengandungi antibiotik dan antijamur (Mycobitotic/mycocel)

(18)

24 c. Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi dilakukan jika hasil pemeriksaan untuk mikroskopi langsung dan kultur diragukan. Pada pemeriksaan histopatologi dapat dilihat kedalaman penetrasi jamur dan dapat ditentukan apakah jamur itu bersifat invasif pada lempeng kuku atau daerah subungual. Spesimen untuk pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh dari lempeng kuku yang mengandungi banyak debris. Lalu, dimasukkan ke dalam parafin atau terlebih dahulu direndam pada larutan formalin 10% semalaman agar jamur terfiksasi dengan baik. Blok parafin dipotong tipis hingga ketebalan 4-10 mikro dengan menggunakan mikrotom dan dilakukan pewarnaan periodic acid shift (PAS). Kemudian dilihat apakah terdapat hifa atau spora menggunakan mikroskop (Kaur et al,2008). 2.11. Penatalaksanaan

2.11.1 Tujuan pengobatan

Onikomikosis dapat menyebabkan lesi yang disebabkan oleh jamur atau bakteri yang infeksius pada bagian tubuh yang lain. Sebagai tambahan, kewujudan jamur atau antigen dermatofit pada lempeng kuku dapat menyebabkan kondisi lain seperti asma dan kelainan kulit seperti dermatitis atopik, nodosum, eritema, dan urtikaria. Pada diabetes, onikomikosis dan dermatomikosis dapat menyebabkan komplikasi pada kaki yaitu ulserasi, memicu terjadinya osteomyelitis, cellulitis dan tissue nekrosis dimana dapat menyebabkan ekstremitas bawah diamputasi (Elewski,1996).

(19)

25 2.11.2 Pengobatan

Dalam upaya mendapatkan pengobatan yang optimal dan memuaskan, perlu kita ketahui tentang beberapa faktor sebelum kita memulakan pengobatan yaitu tingkat keparahan penyakit, bilangan dan lokasi kuku jari yang terinfeksi, biaya pengobatan dan efek samping obat (Budi,2008).

Pengobatan onikomikosis ada dua cara yaitu secara sistemik, dengan menggunakan obat antijamur oral dan secara lokal, yaitu dengan menggunakan obat antijamur topikal (Budi,2008).

1. Obat antijamur oral

Obat antijamur oral dianggap sebagai agen paling efektif diantara pilihan-pilihan pengobatan yang lain untuk mengobati onikomikosis. Sebelum memulakan terapi, dinasihati untuk mengetahui tentang riwayat pengobatan dan penyakit lain yang disertainya. Terapi first-line untuk onikomikosis termasuklah administrasi oral terbinafin, itrakonazol, atau flukonazol. Penggunaan ketokonazol haruslah dihindari karena mempunyai potensi untuk menyebabkan hepatotoksiti. Griseofulvin sekarang sudah tidak digunakan lagi karena ia memerlukan durasi yang lama dalam pengobatan. Terbinafin diikuti dengan itrakonazol merupakan pilihan obat yang paling tepat digunakan untuk mengobati onikomikosis dermatofita manakala flukonazol merupakan obat pilihan untuk pengobatan onikomikosis kandida (Thomas et al , 2010).

a. Griseofulvin

(20)

26 lama, keperluan dosis yang tinggi (1000mg/hari) dan kadar

relapse yang tinggi. (Thomas et al , 2010) b. Azole

Digunakan untuk mengobati onikomikosis dengan merosakkan dinding sel jamur dengan cara menghambat enzim sitokrom P-450 lanosterol 14-a-dimethylase dimana dapat menghambat pertukaran dari lanosterol ke ergosterol sehingga memicu terjadinya peningkatan permeabilitas sel jamur dan penghentian pembelahan dan pertumbuhan sel. (Thomas et al , 2010)

c. Flukonazol

Flukonazol tidak diluluskan untuk pengobatan onikomikosis di US tetapi di negara lain tidak. Ini disebakan half-life plasma yang lama antara 20-50 jam. Flukonazol dapat dideteksi dalam tubuh seseorang walaupun selepas 5 bulan penghentian terapi oral. Untuk pengobatan onikomikosis dianjurkan 150,300, atau 450mg per minggu selama 12 bulan. Dilaporkan efek samping dari flukonazol ini adalah seperti insomnia, sakit kepala dan gangguan gastrointestinal (Thomas et al , 2010).

d. Itrakonazol

Merupakan agent antijamur seistemik yang pertama diluluskan untuk pengobatan onikomikosis. Ia dapat mengobati onikomikosis baik untuk penyebab dermatofita, kandida

(21)

27 e. Terbinafin

Merupakan obat pilihan untuk pengobatan onikomikosis. Cara kerja obat ini adalah dengan menghambat sintesa ergosterol dimana menyebabkan gangguan pada membran dan destruksi dinding sel jamur tersebut. Obat ini sangat efektif terhadap dermatofit. Penelitian telah menunjukkan bahwa terbinafin mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi dari itrakonazol untuk pengobatan onikomikosis. Untuk pengobatan onikomikosis dianjurkan dosis yang diberikan adalah sebanyak 200mg/hari diberikan selama 12 minggu atau lebih (Thomas et al , 2010).

2. Obat antijamur topikal

Pada masa ini, pengobatan topikal hanya dianjurkan bagi mengobati onikomikosis superfisial putih dan onikomikosis distolateral dimana infeksi ini hanya terbatas pada tepi distal lempeng kuku. Obat topikal antijamur yang terbaru telah diformulasi untuk meningkatkan lagi penetrasi obat ke dalam kuku agar pengobatannya lebih efektif,yakni :

a. Amorolfin

(22)

28 b. Siklopiroksolamin

Merupakan derivat hidroksipiridon sintetik dengan spektrum antijamur luas. Dilaporkan efek samping obat yang sering timbul adalah seperti iritasi, sensasi terbakar, dan pruritis. Diaplikasikan 1kali/hari selama 48 minggu. (Thomas et al , 2010).

2.11.3 Terapi bedah

Pembedahan merupakan salah satu cara pengobatan yang sangat berguna untuk onikomikosis. Tetapi, terapi bedah (avulsi) dapat menyebabkan nyeri dan dapat merosakkan atau mencacatkan bentuk kuku. Oleh itu, terapi bedah dapat dipertimbangkan apabila kelainan hanya pada 1-2 kuku, bila ada kontraindikasi terhadap administrasi obat antijamur oral,pada keadaan patogen resisten terhadap obat. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, dikombinasikan terapi bedah dengan obat sistemik atau obat topikal. Terapi bedah,pengangkatan (avulsi) lempeng kuku adalah prosedur dibawah anestesi lokal (Kaur et al,2008).

2.12. Prognosis

Gambar

Gambar 2.4.1 : Anatomi kuku
Gambar 2.8.2 : Onikomikosis superfisial putih
Gambar 2.8.3 : Onikomikosis subungual proksimal
Gambar 2.8.4 : Onikomikosis kandida

Referensi

Dokumen terkait

Persiapan Kegiatan diawali dari penyusunan Renja yang dibuat pada

Pada penulisan ini akan dijelaskan bagaimana perancangan permainan CastleQuest, dimulai dari urutan perancangan, pembuatan aplikasi yang terdiri script yang memiliki fungsi bermacam

[r]

[r]

Dengan membawa semua dokumen asli yang di Upload pada tahap pemasukan dokumen penawaran dan 1 Rangkap Salinan Dokumen, serta dokumen-dokumen lain yang dipersyaratkan

Pada hari ini, Kamis, tanggal Dua Puluh Tujuh, bulan September, tahun dua ribu dua belas, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang / Jasa telah mengadakan Pemberian

[r]

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Pokja akan melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan memperlihatkan dokumen